Konsep Akuntansi Syariah
Konsep Akuntansi Syariah
(Akuntansi Syariah)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Benarkah ilmu akuntansi ada dalam Islam? Partanyaan ini begitu menggelitik, karena agama
sebagaimana dipahami banyak kalangan, hanyalah kumpulan norma yang lebih menekankan
pada persoalan moralitas. Dan karenanya prinsip-prinsip kehidupan praktis yang mengatur tata
kehidupan modern dalam bertransaksi yang diatur dalam akuntansi, tidak masuk dalam
cakupanagama.Anggapan terhadap akuntansi Islam (akuntansi yang berdasarkan syariah Islam)
wajar saja dipertanyakan orang. Sama halnya pada masa lalu orang meragukan dan
mempetanyakan seperti apakah ekonomi islam Jika kita mengkaji lebih jauh dan mendalam
terhadap sumber dari ajaran Islam Al-Quran maka akan menemukan ayat-ayat maupun haditshadits yang membuktikan bahwa Islam juga membahas ilmu akuntansi. Agama diturunkan untuk
menjawab persoalan manusia, baik dalam tataran makro maupun mikro.. Ajaran aama memang
harus dilaksanakan dalam segala aspek kehidupan. Dalam pelaksanaannya, ajaran agama sebagai
pesan-pesan langit perlu penerjemahan dan penafsiran. Inilah masalah pokoknya :
membumikan ajaran langit. Di dunia, agama harus dicari relevansinya sehingga dapat
mewarnai tata kehidupan budaya, politik, dan sosial-ekonomi umat. Dengan demikian, agama
tidak melulu berada dalam tataran normatif saja. Karena Islam adalah agama amal. Sehingga
penafsirannya pun harus beranjak dari normatif menuju teoritis keilmuan yang faktual. Eksistensi
akuntansi dalam Islam dapat kita lihat dari berbagai bukti sejarah maupun dari Al- Quran.
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 282, dibahas masalah muamalah. Termasuk di dalamnya kegiatan
jual-beli, utang-piutang dan sewa-menyewa
Dari situ dapat kita simpulkan bahwa dalam Islam telah ada perintah untuk melakukan sistem
pencatatan yang tekanan utamanya adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, dan
keadilan antara kedua pihak yang memiliki hubungan muamalah. Dalam bahasa akuntansi lebih
dikenal dengan accountability. Wacana Akuntansi Syariah Akuntansi konvensional yang
sekarang berkembang adalah sebuah disiplin dan praktik yang dibentuk dan membentuk
lingkungannya. Oleh karena itu, jika akuntansi dilahirkan dalam lingkungan kapitalis, maka
informasi yang disampaikannyapun mengandung nilai-nilai kapitalis Kemudian keputusan dan
tindakan ekonomi yang diambil pengguna informasi tersebut juga mengandung nilai-nilai
kapitalis. Singkatnya, informasi akuntansi yang kapitalistik akan membentuk jaringan kuasa
yang kapitalistik juga. Jaringan inilah yang akhirnya mengikat manusia dalam samsara
kapitalisme.dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat Islam dan barat terdapat
perbedaan yang sangat besar. Dalam masyarakat Islam terdapat sistem nilai yang melandasi
setiap aktivitas masyarakat, baik pribadi maupun komunal. Hal ini tidak ditemukan dalam
kehidupan masyarakat barat. Perbedaan dalam budaya dan sistem nilai ini menghasilkan bentuk
masyarakat, praktik, serta pola hubungan yang berbeda pula . Tujuan akuntansi syariah adalah
terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental, dan
teologis. Dengan akuntansi syariah, realitas sosial yang dibangun mengandung nilai tauhid dan
ketundukan kepada ketentuan Allah swt.
B. RUMUSAN MASALAH
a) Jelaskan pengertian akuntansi syariah?
b) Jelaskan sejarah gagasan akuntansi syariah?
c) Jelaskan praktek akuntansi dalam pemerintahan islam?
d) Jelaskan perkembangan akuntansi Syariah?
e) Jelaskan konsep akuntansi syariah?
C. TUJUAN PENULISAN
a) Untuk mengetahui pengertian akuntansi syariah
b) Untuk mengetahui sejarah gagasan akuntansi syariah
c) Untuk mengetahui praktek akuntansi dalam pemerintahan islam
d) Untuk mengetahui perkembangan akuntansi Syariah
e) Untuk mengetahui konsep akuntansi syariah
D. MANFAAT PENULISAN
Dengan Adanya Makalah Ini Diharaapkan Mahasiswa Mengetahui Tentang Akuntansi Syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKUTANSI SYARIAH
Menurut surat Al-Baqarah ayat 282, Allah memerintahkan untuk melakukan penulisan secara
benar atas segala transaksi yang pernah terjadi selama melakukan muamalah. Dan menurut
sejarah Pengertian akutansi adalah disebutkan muncul di Italia pada abad ke-13 yang lahir dari
tangan seorang Pendeta Italia bernama Luca Pacioli yang menulis buku Summa de Arithmatica
Geometria et Propotionalita dengan memuat satu bab mengenai Double Entry Accounting
System.
Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang mencoba mengkonversi bukti
dan data menjadi informasi dengan cara melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan
akibatnya yang dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos
keuangan seperti aktiva, utang, modal, hasil, biaya, dan laba (Dapat dilihat dalam Al-Quran
surat A-Baqarah :282).
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya
Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya percepatan perkembangan akuntansi hingga
sekarang diantaranya adalah:
a. Adanya motivasi awal yang memaksa orang untuk mendapatkan keuntungan besar
(maksimalisasi laba = jiwa kapitalis).
b. Pengakuan pengusaha akan pentingnya aspek sosial yang berkaitan dengan persoalan
maksimalisasi laba.
c. Bisnis dilakukan dengan peranan untuk mencapai laba sebagai alat untuk mencapai tujuan
bukan akhir suatu tujuan.
Percepatan pertumbuhan akuntansi tersebut tidak selamanya memberikan jalan lurus. Arus era
informasi dan globalisasi cenderung mempengaruhi perilaku masyarakat untuk melakukan
harmonisasi sesuatu. Misalnya, dalam hal pengetahuan dan praktik akuntansi, maka upaya
harmonisasi praktik-praktik akuntansi dijalankan, termasuk kehendak untuk memberlakukan
praktik akuntansi secara seragam.Kemudian sejak tahun 1980-an,mulai adaperhatian kuat dari
para peneliti akuntansi dalam upaya memahami akuntansi dalam penertianyang lebih luas.
Misalnya dalam kontek social dan organisasi..akuntansi secara tradisional telah di pahami
sebagai prosedur rasional dalammenyediakan informasiyang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan dan pengendalian. Dalam pengertian tersebut menunjukan bahwa akuntansi tampak
seperti teknologi yang kelihatan konkrit, tangible dan bebas dari nilai massyarakat dimana
dipraktekan. Tricker secara tegas menyatakan, bahwa (bentuk) akuntansi sebetulnya
tergantungpada teknologi dan moral masyarakat. Akuntansi adalah anak budaya dari
masyarakat.Beberapa definisi akuntansi diantaranya:
a. Menurut Littleton, tujuan utama dari akuntansi adalah untuk melaksanakan perhitungan
periodik antara biaya (usaha) dan hasil (operasi). Konsep ini merupakan inti dari teori akuntansi
dan merupakan ukuran yang dijadikan sebagai rujukan dalam mempelajari akuntansi.
b. APB (Accounting Principal Board) Statement No.4 mendefinisikan sebagai berikut:
akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif,
umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih diantara
beberapa alternatif.
c. AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) mendefinisikan sebagai berikut:
akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan
dalam ukuran moneter, transksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangaN dan
termasuk penafsiran hasil-hasilnya.
B. SEJARAH GAGASAN AKUNTANSI SYARIAH
1. Ideologi Akuntansi Islam sejak munculnya Islam sampai abad 14 Karya karya besar ulama
salaf;
a) Shubul Asya fi shinaatil insyaal qolqolshqndi.
b) Al Amwal (ibnu Ubaid).
c) Al Kharaj(Abu Yusuf),dll.
Perhatian untuk pembukuan ini masih berjalan sesuai dengan kaidah kaidah Islam di Negara
Negara Islam sampai masuknya gerakan ghazwul fikr ke mayoritas Negara Islam terutama
setelah runtuhnya khilafah Islamiah.
2. Ideologi Akuntansi Islam pada awal abad ke -14 Runtuhnya khilafah Islamiah serta tidak
adanya perhatian dari pemikir - pemikir Islam untuk mensosialisasikan hukum Islam ,ditambah
lagi dengan dijajahnya oleh kebanyakan negara negara kuat seperti Inggris dan Perancis sangat
g) Al Waleed bin Abdul Malik (705-715M) mengenalkan catatan dan register yang terjilid dan
tidak terpisah seperti sebelumnya (Lasheen, 1973);
h) Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat tertinggi pada masa
Daulah Abbasiah;
i) Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi seperti Akuntansi peternakan, Akuntansi
pertanian, Akuntansi perbendaharaan, Akuntansi konstruksi, Akuntansi mata uang, dan
pemeriksaan buku / auditing (Al-Kalkashandy, 1913);
j) Sistem pembukuan menggunakan model buku besar, meliputi :
a. Jaridah Al-Kharaj (menyerupai receivabale subsidiary ledger), menunjukkan utang individu
atas zakat tanah, hasil pertanian, serta utang hewan ternak dan cicilan. Utang individu dicatat di
satu kolom dan cicilan pembayaran di kolom yang lain (Lasheen, 1973);
b. Jaridah Annafakat (Jurnal Pengeluaran);
c. Jaridah Al Mal (Jurnal Dana), mencatat penerimaan dan pengeluaran dana zakat;
d. Jaridah Al Musadareen, mencatat penerimaan denda / sita dari individu yang tidak sesuai
syariah, termasuk korupsi.
Laporan Akuntansi yang berupa :
e. Al-Khitmah, menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat setiap bulan (Bin
Jafar, 1981);
f. Al Khitmah Al Jameah, laporan keuangan komprehensif gabungan antara income statement
dan balance sheet (pendapatan, pengeluaran, surplus / defisit, belanja untuk aset lancar maupun
aset tetap), dilaporkan pada akhir tahun;
Dalam perhitungan dan penerimaan zakat. Utang zakat diklasifikasikan pada laporan keuangan
dalam 3(tiga) kategori yaitu collectable debts, doubtful debts, dan uncollectable debts (AlKhawarizmi, 1984).
D. PENGEMBANGAN AKUTANSI SYARIAH
Industri keuangan syariah mengalami tiga dasawarsa terakhir, tidak hanya di dunia namun juga
di Indonesia. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia telah
menunjukan peranannya dalam pengembangan industri keuangan syariah. Pemerintah
mendukung industri ini dengan mengeluarkan regulasi-regulasi yang memperlakukan industri ini
secara netral dibandingkan dengan industri keuangan konvensional, meskipun bila dibandingkan
dengan negara-negara tetangga di regional asia, khusunya Malaysia, Singapura, dan negaranegara Timur Tengah, regulasi industri keuangan syariah di Indonesia belum selengkap di
negara-negara tersebut.Untuk mengatur akuntansi atas transaksi-transaksi keuangan syariah,
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menetapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) nomor 101-108. PSAK ini diharapkan dapat diterapkan oleh sumber daya insani (SDI)
industri keuangan syariah tanah air. Lebih lanjut Penyiapan SDI merupakan agenda besar
tersendiri yang perlu disiapkan oleh pemerintah bersama industri keuangansyariah di Indonesia.
Peran lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi sebagai institusi pencetak SDI unggul
menjadi suatu yang penting untuk terus ditingkatkan.
Nilai pertanggung jawaban, keadilan dan kebenaran selalu melekat dalam sistem akuntansi
syariah. Ketiga nilai tersebut tentu saja sudah menjadi prinsip dasar yang operasional dalam
prinsip akuntansi syariah. Apa makna yang terkandung dalam tiga prinsip tersebut? Berikut
uraian yang ketiga prinsip yang tedapat dalam surat Al-Baqarah:282.
Prinsip pertanggung jawaban, Prinsip pertanggungjawaban (accountability) merupakan konsep
yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan
dengan konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi
manusia dengan sang khalik mulai dari alam kandungan.. manusia dibebani olehAllah untuk
menjalankan fungsi kehalifahan di muka bumi. Inti kekhalifahan adalah menjalankan atau
menunaikan amanah. Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang proses
pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis
dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dala praktik bisnis harus selalu melakukan
pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.
Akuntansi dikenal sebagai sistem pembukuan double entry. Menurut sejarah yang diketahui
awam dan terdapat dalam berbagai buku Teori Akuntansi, disebutkan muncul di Italia pada
abad ke-13 yang lahir dari tangan seorang Pendeta Italia bernama Luca Pacioli. Beliau menulis
buku
Summa de Arithmatica Geometria et Propotionalita dengan memuat satu bab mengenai
Double Entry Accounting System. Dengan demikian mendengar kata Akuntansi Syariah
atau Akuntansi Islam, mungkin awam akan mengernyitkan dahi seraya berpikir bahwa hal itu
sangat mengada-ada.
Namun apabila kita pelajari Sejarah Islam ditemukan bahwa setelah munculnya Islam di
Semananjung Arab di bawah pimpinan Rasulullah SAW dan terbentuknya Daulah Islamiah di
Madinah yang kemudian di lanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin terdapat undang-undang
akuntansi yang diterapkan untuk perorangan, perserikatan (syarikah) atau perusahaan, akuntansi
wakaf, hak-hak pelarangan penggunaan harta (hijr), dan anggaran negara. Rasulullah SAW
sendiri pada masa hidupnya juga telah mendidik secara khusus beberapa sahabat untuk
menangani profesi akuntan dengan sebutan hafazhatul amwal (pengawas keuangan). Bahkan
Al Quran sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah ini sebagai suatu masalah serius
dengan diturunkannya ayat terpanjang , yakni surah Al-Baqarah ayat 282 yang menjelaskan
fungsi-fungsi pencatatan transaksi, dasar-dasarnya, dan manfaat-manfaatnya, seperti yang
diterangkan oleh kaidah-kaidah hukum yang harus dipedomani dalam hal tersebut. Sebagaimana
pada awal ayat tersebut menyatakan Hai, orang-orang yang beriman apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya
Dengan demikian, dapat kita saksikan dari sejarah, bahwa ternyata Islam lebih dahulu mengenal
system akuntansi, karena Al Quran telah diturunkan pada tahun 610 M, yakni 800 tahun lebih
dahulu dari Luca Pacioli yang menerbitkan bukunya pada tahun 1494.
Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang mencoba mengkonversi bukti
dan data menjadi informasi dengan cara melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan
akibatnya yang dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva,
utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Dalam Al Quran disampaikan bahwa kita harus mengukur
secara adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan
ukuran dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam hal ini,
Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-Syuara ayat 181-184
yang berbunyi:Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan
manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang
dahulu.
Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Umer Chapra juga
menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan,
sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil. Seorang Akuntan
akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang disusun dari bukti-bukti yang ada dalam sebuah
organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang diangkat atau ditunjuk sebelumnya.
Manajemen bisa melakukan apa saja dalam menyajikan laporan sesuai dengan motivasi dan
kepentingannya, sehingga secara logis dikhawatirkan dia akan membonceng kepentingannya.
Untuk itu diperlukan Akuntan Independen yang melakukan pemeriksaaan atas laporan beserta
bukti-buktinya. Metode, teknik, dan strategi pemeriksaan ini dipelajari dan dijelaskan dalam
Ilmu Auditing.
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut tabayyun sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah
Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.
Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus menyempurnakan
pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam Neraca, sebagaimana
digambarkan dalam Surah Al-Israa ayat 35 yang berbunyi: Dan sempurnakanlah takaran
apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Dari paparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah
Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang
disimpulkan dari sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang
Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun
penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah Nabwiyyah, Ijma
(kespakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu, dan Uruf (adat kebiasaan)
yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah, memiliki
karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah Akuntansi Konvensional. Kaidah-kaidah
Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat islami, dan termasuk disiplin ilmu
sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.
Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional terdapat pada hal-hal
sebagai berikut:
1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi;
2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan keuangan;
3. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal;
4. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang;
5. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan cost (biaya);
6. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan;
7. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.
Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok Pikiran
Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau harga untuk
melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang dimaksud dengan modal pokok
(kapital) belum ditentukan. Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan
nilai tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi
di masa yang akan datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas;
2. Modal dalam konsep akuntansi konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap
(aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di dalam konsep Islam barangbarang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock),
selanjutnya barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang;
3. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama
kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk
pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagi sumber harga atau nilai;
4. Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung
semua kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan laba yang bersifat mungkin,
sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga
dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan
bahaya dan resiko;
5. Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal
pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram, sedangkan dalam konsep Islam
dibedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital (modal pokok)
dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram
jika ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan
oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau
dicampurkan pada pokok moda
6. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-beli,
sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya perkembangan
dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual
beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata
laba itu diperoleh.
Dengan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem Akuntansi Syariah Islam
dengan Akuntansi Konvensional adalah menyentuh soal-soal inti dan pokok, sedangkan segi
keadilan ukuran dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam
hal ini, Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-Syura ayat 181184 yang berbunyi:"Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan
manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang
dahulu."
c. Prinsip kebenaranDalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh Purwadarminta), ditemukan
arti kebenaran, yaitu : 1.Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya); 2.
Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian halnya); 3. Kejujuran, ketulusan hati;
4. Selalu izin, perkenanan; 5. Jalan kebetulan
Sedangkan menurut Aristoteles mendefinisikan kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa
yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal
sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. Kebenaran terletak
pada kesesuaian antara subyek dan obyek yaitu apa yang diketahui subyek dan realitas
sebagaimana adanya.Berdasarkan defenisi-defenisi diatas, jika dikaitkan dengan akuntansi
syariah maka kebenaran yang dimaksud adalah kesesuaian antara apa yang dicatat dan
dilaporkan dengan apa yang terjadi sebenarnya dilapangan.Jika kita kaitkan dengan profesi
Akuntan, maka prinsip kebenaran menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan,
biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar
dan adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang disusun dari buktibukti yang ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang diangkat
atau ditunjuk sebelumnya.
Menurut M. Syafii Antonio yang dikutip oleh Istutik (2011), prinsip-prinsip akuntansi syariah
dalam perspektif Islam meliputi,
a. Legitimasi Muamalat
Legitimasi muamalat disini harus dipandang secara luas, karena wajib bagi orang-orang yang
melakukan kegiatan akuntansi untuk menolak penyajian setiap informasi keuangan, apabila
diketahui atau timbul keraguan bahwa tujuan dari penggunaanya adalah untuk menyempurnakan
transaksi atau perdagangan yang tidak syah menurut syariat. Apabila sesorang yang bekerja
dibidang akuntansi karena suatu sebab harus menyajikan analisa atau informasi mengenai
keuangan yang mengandung penyimpangan dari syariat islam, baik secara samar maupun
terang-terangan, maka minimal dia harus memberikan isyarat atau tanda pada uraian atau
tafsirannya terhadap informasi tersebut.
Legitimasi muamalat itu tidaklah terbatas ruang lingkupnya sebagaimana diatas, bahkan juga
mnecakup pihak-pihak yang bermuamalah, disamping segi-segi kegiatan akuntansi. Yang kami
maksudkan dengan pihak-pihak bermuamalat itu adalah kedua belah pihak yang bermuamalat.
Pihak pertama yaitu yang membentuk perusahaan atau para pemegang saham dan pihak kedua
adalah orang-orang yang berkepentigan dengan mereka.
b. syakhshiyyah itibariyyah, syakhshiyyah qanuniyyah dan wahdah muhasabiyyah.
1. Syakhshiyyah Itibariyyah ( Entitas Spiritual )
Syakhshiyyah Itibariyyah adalah adanya pemisahan kegiatan investasi dari pribadi yang
melakukan pendanaan terhadap kegiatan investasi tersebut. ada dua permasalahan yang
mempengaruhi dan akan terpengaruh dengan konsep syakhshiyyah itibariyyah ini. Pertama,
berkaitan dengan harta-harta yang di investasikan itu sendiri dan kaitannya dengan harta-harta
pribadi tersebut. Kedua, berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pemilik
kepemilikan yang bersifat lahiriah, sebagai akibat atau hasil dari kegiatan investasinya.
2. Syakhshiyyah Qanuniyyah ( Legal Entity )
Syakhshiyyah Qanuniyyah adalah suatu ungkapan mengenai entitas yang terpisah, yang
memungkinkannya untuk menuntut pihak lain secara langsung dalam sifatnya sebagai suatu
pribadi, sebagaimana dimungkinkan pula bagi pihak lain untuk menuntutnya secara langsung
pula, dalam sifatnya sebagai suatu pribadi.
3. Wahdah Muhasabiyyah ( Kesatuan Akuntansi )
Wahdah Muhasabiyyah adalah kerangka dasar yang menentukan ruang lingkup kegiatan
akuntansi ditinjau dari sisi apa yang harus dimuat oleh buku-buku akuntansi dan apa yang harus
diangkat oleh laporan keuangan baik berbentuk data keuangan yang sudah dikenal ataupun yang
lain. Oleh karena itu, permasalahan yang harus dikaji untuk menentukan wahdah muhasabiyyah
itu adalah masalah kebutuhan terhadap informasi keuangan. Kebutuhan informasi keuangan
itulah yang akan terealisir pada akhirnya, yang diungkapkan dalam laporan keuangan
c. Istimrariyyah ( Kontinuitas )
Istimrariyyah adalah prinsip yang keberadaannya dapat memberi pandangan bahwa perusahaan
itu akan terus menjalankan kegiatannya sampai waktu yang tidak diketahui, dan likuidasinya
merupakan masalah pengecualian, kecuali jika terdapat indikasi mengarah kepada kebalikannya.
berdasarkan pendefinisian terhadap prinsip ini maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini:
umur perusahaan tersebut tidak tergantung pada umur para pemiliknya
prinsip ini merupakan bagian dari fitrah dari manusia yang Allah SWT ciptakan manusia atas
dasar fitrah tersebut
prinsip ini dalam kaitannya dengan usaha investasi, merupakan suatu kaidah yang umum
sebagai akibat dari prinsip ini, maka seluruh transaksi-transaksi,dan tindakan-tindakan
manajemen, baik intern maupun ekstern, haruslah menjadikan prinsip ini sebagai pelajaran,
mulai dari penentuan asas pendanaan kegiatan investasi sampai pengukuran hasil-hasil akhir dan
pengilustrasian hasil-hasil kegiatan dan neraca yang menentukan hak-hak dan kewajibankewajiban
sesungguhnya penerapan prinsip ini haruslah memperhatikan faktor-faktor pasar, baik segi
penambahan, pengurangan, perluasan, dan penyempitan dari faktor-faktor yang mempunyai
hubungan secara langsung dengan kelangsungan kegiatan
d. Muqabalah ( Matching )
Muqabalah adalah suatu cermin yang memantulkan hubungan sebab akibat antara dua sisi, dari
satu segi, dan mencerminkan juga hasil atau dari hubungan tersebut dari segi yang lainnya.
Sebab, setiap sesuatu yang terjadi, pasti karena adanya suatu tindakan yang mendahuluinya, yang
didasari oleh tujuan tertentu. Dan untuk selanjutnya, kedua kejadian tersebut harus saling
dikaitkan guna mengetahui pengaruh-pengaruh yang di akibatkannya
agar terhindar dari riba dianjurkan menunaikan zakat. Selain itu dalam ayat lain (QS, 2:283)
dalam bermuamalah dapat dilakukan dalam perjalanan, dan hal ini menuntut adanya pembuktian
agar suatu waktu hendak menagih memiliki bukti yang cukup atau adanya barang yang dibawa
senilai barang dagangan yang ditinggalkan (borg).
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam akuntansi berdasarkan perspektif Islam adalah dalam
rangka menyajikan laporan keuangan secara benar sehingga diperoleh informasi yang akurat
sebagai dasar perhitungan zakat. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah akuntansi sebagai
bukti tertulis yang dapat dipertanggug jawabkan dikemudian hari. Pesan ini jelas dapat dilihat
pada akhir surat (QS 2:283) tersebut.
.dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Pesan ini ini mengisyaratkan bahwa Allah senantiasa menganjurkan untuk bertakwa (takut
kepada Allah) dalam menjalankan kegiatan apapun termasuk dalam menjalankan pekerjaan
akuntansi, dan membuktikan bahwa Allah senantiasa memberi petunjuk dalah hal-hal yang
bermanfaat bagi manusia. Terbukti pada saat Al-Quran diturunkan, kegiatan muamalah belum
sekomplek sekarang. Namun demikian Allah telah mengajarkan untuk melakukan pencatatan
(akuntansi/al-muhasabah), menganjurkan adanya bukti dan kesaksian hingga lahirlah seperti
sekarang ini adanya notaris, pengacara, akuntan dan sebagainya supaya terhindar dari masalah.
Kerangka Konseptual Akuntansi
Kerangka konseptual adalah struktur teori akuntansi yang didasarkan pada penalaran logis yang
menjelaskan kenyataan yang terjadi dan menjelaskan apa yang harus dilakukan apabila ada fakta
atau fenomena baru. Kerangka konseptual digambarkan dalam bentuk hirarki yang memiliki
beberapa tingkatan. Pada tingkatan teori yang tinggi, kerangka konseptual mengindentifikasi
ruang lingkup dan tujuan pelaporan keuangan. Pada tingkatan selanjutnya, karakteristik kualitatif
dari informasi keuangan dan elemen keuangan didefinisikan. Pada tingkatan operasional,
kerangka operasional berkaitan dengan prinsip- prinsip dan aturan- aturan tentang pengakuan
dan pengukuran elemen laporan keuangan. Artinya perumusan kerangka konseptual dimulai
dengan penentuan tujuan yang menjadi landasan untuk menyusun elemen lain seperti
karakteristik kualitatif dari informasi dan pengakuan serta pengukuran elemen laporan keuangan.
a. Kerangka Konseptual Akuntansi Konvensional
Banyak upaya yang dilakukan sebelum dihasilkan kerangka konseptual yang diterima secara
luas. Hal ini dapat dilihat dari berbagai publikasi: A Statement of Basic Accounting Theory
(ASOBAT) pada tahun 1966, Basic Concept and Accounting Principles Underlying Financial
Statement (APB Opinion no 4) pada tahun 1970, Objectives of Financial Statement (Trueblood
Report) pada tahun 1973, Statement of Accounting Thery and Theory Acceptance (SATTA) pada
tahun 1977.
Financial Accounting Standard Board (FASB) selama periode 1978- 1985 menerbitkan
Conceptual Framework for Financial Accounting and Reporting .yang terdiri dari enam
komponen kerangka konseptual yang diberi nama Statement Of Financial Accounting Concept
No 1- 6. Keenam komponen tersebut tercantum pada tabel 1 berikut.
Tabel 1
sosio- ekonomi (Al Falah) dan (2) mengenal sepenuhnya kewajiban kepada Tuhan, masyarakat,
individu sehubungan dengan pihak- pihak yang terkait pada aktivitas ekonomi yaitu akuntan,
auditor, manajer, pemilik, pemerintah dsb sebagai bentuk ibadah.
Selanjutnya manusia yang diberi amanah sebagai pemegang kuasa melaksanakan aktivitas
dengan moralitas dan etika yaitu: taqwa, kebenaran dan pertanggungjawaban. Teknik juga
dirumuskan dari tujuan akuntansi syariah dengan dua komponennya yaitu pengukuran dan
penyingkapan. Pada komponen pengukuran dibahas kepentingan- kepentingan untuk tujuan
zakat, penentuan dan distribusi laba serta pembayaran pajak. Sedangkan di komponen
penyingkapan dijelaskan tentang pentingnya pemenuhan tugas dan kewajiban sesuai syariah:
harus halal, bebas riba dan penilaian zakat sesuai aturan yang ditetapkan Alloh SWT berdasarkan
Al Quran dan Hadits.
Badan yang menerbitkan standar akuntansi islam pada saat ini adalah the Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAO-IFI) yang didirikan sejak 1991 di
Bahrain. Sampai dengan saat ini telah diterbitkan 56 standar akuntansi Islam dalam bidang
akuntansi, auditing, governance dan etika, seperti tertera pada tabel 2. Anggota Technical Board
AAOIFI berjumlah 20 orang, dengan 115 anggota yang mewakili 27 negara. Saat ini juga sedang
disusun program Certified Islamic Public Accountant (CIPA) yang akan segera disebarluaskan ke
beberapa negara (Alchaar, 2006).
Tabel 2
Standar Akuntansi yang Telah Diterbitkan AAOIFI
Accounting
Financial Accounting Statements
Objective of Financial Accounting of Islamic Banks and Financial Institutions
Concepts of Financial Accounting for Islamic Banks and Financial Institutions
Financial Accounting Standards
General Presentation and Disclosure in the Financial Statements of Islamic Banks and Financial
Institutions
Murabaha and Murabaha to the Purchase Orderer
Mudaraba Financing
Musharaka Financing
Disclosure of Bases for Profit Allocation between Owners' Equity and Investment Account
Holders and Their Equivalent
Salam and Parallel Salam
Ijarah and Ijarah Muntahia Bittamleek
Istisna'a and Parallel Istisna'a
Zakah
Provisions and Reserves
General Presentation and Disclosure in Financial Statements of Islamic Insurance Companies
Disclosure of Bases for Determining and Allocating Surplus or Deficit in Islamic Insurance
Companies
Investment Funds
Provisions and Reserves in Islamic Insurance Companies
Foreign Currency Transactions and Foreign Operations
Investments
Islamic Financial Services offered by Conventional Financial Institutions
Contributions in Islamic Insurance Companies (New)
Deferred Payment Sale
Disclosure on Transfer of Assets (New)
Segment Reporting (New)
Auditing
Objective and Principles of Auditing
The Auditor's Report
Terms of Audit Engagement
Testing by an External Auditor for Compliance with Shari'a Rules and Principles by an External
Auditor
The Auditor's Responsibility to Consider Fraud and Error in an Audit to Financial Statements
(New)
Governance
Shari'a Supervisory Board: Appointment, Composition and Report
Shari'a Review
Internal Shari'a Review
Audit and Governance Committee for Islamic Financial Institutions
Ethics
Code of Ethics for Accounting and Auditors of Islamic Financial Institutions
Code of Ethics for the Employees of Islamic Financial Institutions
Sumber: AAOIFI. 2006.
Dengan demikian Konsep dasar (basic consepts/basic feature) disebut juga asumsi atau postulat,
adalah aksioma atau pernyataan yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya karena secara
umum telah diterima kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, dan menggambarkan
lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan hukum dimana akuntansi beroperasi. Jelas bahwa
penentuan konsep dasar dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan di mana akuntansi beroperasi.
Ia diturunkan dari tujuan laporan keuangan berfungsi sebagai fondasi bagi prinsip-prinsip
akuntansi. Sebagaimana dibahas sebelumnya, tujuan laporan keuangan akuntansi syariah adalah
untuk memberikan pertanggungjawaban dan informasi. Menurut Belkoui, seperti dikutip oleh
Rosjidi, konsep dasar akuntansi adalah entitas akuntansi, kesinambungan, unit pengukuran, dan
periode akuntansi, yang masing-masing konsep dasar dibahas di bawah ini:
1. Entitas Bisnis (Business Entity/al-Wihdah al-Iqtishadiyah) Entitas atau kesatuan bisnis adalah
perusahaan dianggap sebagai entitas ekonomi dan hukum terpisah dari pihak-pihak yang
berkepentingan atau para pemiliknya secara pribadi. Syahatah menyebutnya sebagai kaidah
independensi jaminan keuangan. Oleh karena itu seluruh transaksi keuangan dan informasi
akuntansi hanya berhubungan dengan entitas dimaksud-perusahaan-yang membatasi kepentingan
para pemiliknya.
2. Kesinambungan (going concern). Konsep ini merupakan suatu konsep yang menganggap
entitas akan berjalan terus, apabila tidak terdapat bukti sebaliknya. Ini didasarkan pada
pengertian bahwa kehidupan ini juga berkesinambungan. Manusia memang akan fana, tapi Allah
akan mewariskan semua yang ada di alam ini. Maka, seorang Muslim yakin bahwa anakanaknya dan saudara-saudaranya akan meneruskan aktifitas itu setelah ia meninggal. Mereka
juga yakin bahwa harta yang diperoleh dari aktifitas kerjanya itu adalah milik Allah, seperti
firman Allah, Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan nafkahkanlah sebagian harta
kamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya... . Hal ini dapat dikaitkan dengan sabda
Rasulullah SAW, sebagai berikut, Allah menyayangi orang yang mencari nafkah yang baik dan
menafkahkannya secara sederhana (tidak berlebih-lebihan) serta menabung sisanya untuk
persiapan pada hari ia membutuhkan dan pada hari fakirnya. Ali bin Abi Thalib juga pernah
berkata, berusahalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya dan
berusahalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok hari . Pengaplikasian kaidah ini
adalah untuk penentuan dan penghitungan laba serta menghitung harga-harga sisa suplai untuk
tujuan penghitungan zakat harta. Dari sini dapat dipahami bahwa perhitungan zakat itu
berdasarkan kesinambungan (kontinuitas) sebuah perusahaan dan bukan berdasar penutupan atau
likuidasi suatu perusahaan. Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai masalah
ini.
3. Stabilitas Daya Beli Unit Moneter (The Stability of the Purchasing Power of the Monetary
Unit).
Postulat ini merupakan term yang digunakan oleh Adnan dan Gaffikin terhadap suatu term yang
biasanya disebut unit pengukuran (unit of measure) atau unit moneter (moneter unit) seperti
digunakan oleh beberapa penulis buku. Postulat ini menunjukkan pentingnya menilai aktifitasaktifitas ekonomi dan mengesahkannya atau menegaskannya dalam surat-surat berdasarkan
kesatuan moneter, dengan memposisikannya sebagai nilai-nilai terhadap barang-barang, serta
ukuran untuk penentuan harga dan sekaligus sebagai pusat harga. Mempertimbangkan bahwa
uang yang biasa dipahami dalam akuntansi konvensional -uang kertas dan logam-, rentan
terhadap ketidakstabilan, maka satuan maneter yang memenuhi syarat postulat ini adalah mata
uang emas dan perak. Mata uang emas dan perak tidak mengenal dikotomi nilai nominal dan
nilai intrinsik, nilai uang emas dan perak adalah senilai emas dan peraknya. Hal inilah yang
menyebabkan uang emas dan perak resisten terhadap efek inflasi. Pada zaman Rasulullah Saw.,
satu dirham (uang perak) senilai seekor ayam, satu dinar adalah nilai tukar seekor kambing
dewasa, harga ini berlaku sampai sekarang. Mempertimbangkan kompleksitas lingkungan bisnis
masa sekarang, pengaplikasiannya menjadi satu hal yang tidak dapat diterapkan sepenuhnya.
Dalam suatu negara yang tidak menggunakan mata uang emas dan perak, postulat ini jelas tidak
dapat dipenuhi. Beberapa pakar akuntansi menjadikan ini sebagai rukhsah (keringanan) sebagai
suatu kondisi darurat, untuk dapat menggunakan standar nilai uang sebagai unit pengukuran,
selama belum ada solusi yang mampu mengatasinya. Penulis berharap akan ada usaha menuju
perbaikan ke arah penerapan standar emas dan perak ini, secara bertahap.
4. Periode Akuntansi.Dalam Islam, ada hubungan erat antara kewajiban membayar zakat dengan
dasar periode akuntansi (haul). Hal ini sehubungan dengan sabda Rasulullah Saw., Tidak wajib
zakat pada suatu harta kecuali telah sampai haulnya. Berdasarkan hadis ini, setiap Muslim secara
otomatis diperintahkan untuk menghitung kekayaannya setiap tahun untuk menentukan besarnya
zakat yang harus ia bayar . Mengenai waktu pembayarannya, bila menggunakan kalender
Hijriyah, maka awal tahun penghitungan zakat adalah bulan Muharram. Adapun bila
menggunakan kalender Masehi, awal tahun adalah bulan Januari.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akuntansi Syariah adalah Secara etimologi , kata akuntansi berasal dari bahasa inggris,
accounting, dalam bahasa Arabnya disebut Muhasabah yang berasal dari kata hasaba, hasiba,
muhasabah atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang,
memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata, atau menghisab, yakni menghitung dengan
seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu.
Kata hisab banyak ditemukan dalam Al-quran dengan pengertian yang hampir sama, yaitu
berujung pada jumlah atau angka.adapun konsep dasar akuntansi syariah
1. Entitas Bisnis (Business Entity/al-Wihdah al-Iqtishadiyah)
2. Kesinambungan (going concern).
3. Stabilitas Daya Beli Unit Moneter (The Stability of the Purchasing Power of the Monetary
Unit).
4. Periode Akuntansi
B. SARAN
Kepada seluruh mahasiswa agar mendalami akuntansi syariah dimana sesuai dengan background
ekis dan klebih memajukan ekonomi syariah kedepannya khususnya akuntansi syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Mulawarman, Aji Dedi. 2006. Menyibak Akuntansi Syariah: Rekonstruksi Teknologi Akuntansi
Syariah Dari Wacana Ke Aksi. Penerbit Kreasi Wacana. Jogjakarta.
Mulawarman, Aji Dedi. 2007a. Menggagas Laporan Arus Kas Syariah. Simposium Nasional
Akuntansi X. Unhas Makassar. 26-28 Juli
Mulawarman, Aji Dedi. 2007b. Menggagas Neraca Syariah Berbasis Maal: Kontekstualisasi
Kekayaan Altruistik Islami. The 1st Accounting Conference. FE-UI Depok. 7-9 Nopember.
Mulawarman, Aji Dedi. 2007c. Menggagas Laporan Keuangan Syariah Berbasis Trilogi
Maisyah-Rizq-Maal. Simposium Nasional Ekonomi Islam 3. Unpad. Bandung. 14-15
Nopember.
Mulawarman. 2006. Proses rekonstruksi sinergis VAS dan EVAS untuk membentuk SVAS.
http://akuntansi-syariah.blogspot.com//pengantar-akuntansi
http://agusarwani.blogspot.com//konsep-akuntansi-syariah.h
http://akuntansisyariah.multiply.com//Kerangka-Konseptual-?