Anemia
Anemia
A. Konsep Dasar
1.
Anatomi-Fisiologi
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen
pembentuk yaitu sel-sel darah, trombosit dan plasma darah. Volume darah
pada manusia dewasa sehat kurang lebih lima liter dan bila dibandingkan
darah meliputi sekitar 8% berat badan. Darah terdiri dari tiga sel utama yaitu
sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Setiap jenis sel darah
menjalani beberapa tahap kematangan dan diferensiasi yang kompleks
ketika berkembang dari sel induk menjadi sel matur (matang). Pada orang
dewasa, pembentukan sel darah terutama berada di dalam sumsum tulang.
Sel darah merah merupakan sel yang berdiferensiasi jauh dan
mempunyai fungsi transpor oksigen. Sel darah putih adalah sel yang
mengandung inti, melindungi tubuh dari invasi bakteri dan reaksi melawan
terhadap benda atau jaringan asing, sedangkan platelet berperan dalam
pelepasan sel-sel koagulasi.
2.
Pengertian
Secara umum anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah,
kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per
100 ml darah. Menurut Fenstermacher dan Hudson (1997), anemia adalah
berkurangnya secara signifikan massa sel darah merah sehingga kapasitas
darah yang membawa oksigen menjadi berkurang.
Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan sehingga tubuh akan
mengalami hipoksia. Anemia bukan suatu penyakit atau diagnosis
melainkan merupakan pencerminan ke dalam suatu penyakit atau dasar
perubahan patofisilogis yang diuraikan oleh anamnese dan pemeriksaan
fisik yang teliti serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium.
3.
Etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua
kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen
yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001),
beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a.
b.
Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah
merah yang berlebihan.
c.
d.
4.
Klasifikasi
Anemia dapat diidentifikasikan menurut morfologi sel darah merah
serta indeks-indeksnya dan menurut etiologinya. Pada klasifikasi anemia
menurut morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya terbagi menjadi :
a.
normokromik
(warna
hemoglobin
normal),
anemia
Anemia Hipoproliferatifa
Sel darah merah biasanya bertahan dalam jangka waktu yang
normal, tetapi sumsum tulang tidak mampu menghasilkan jumlah sel
yang adekuat jadi jumlah retikulositnya menurun. Keadaan ini mungkin
disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang akibat obat dan zat kimia
atau mungkin karena kekurangan hemopoetin, besi, vitamin B12 atau
asam folat. Anemia hipoproliferatifa ditemukan pada :
1). Anemia aplastik
Pada anemia aplastik, lemak menggantikan sumsum tulang,
sehingga menyebabkan pengurangan sel darah merah, sel darah
putih dan platelet. Anemia aplastik sifatnya kongenital dan
idiopatik.
saluran
pencernaan),
malabsorbsi
dan
pada
wanita
corpuscular
rata-rata
(Mean
Corpuscular
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan produksi plasma. Hal ini tercermin dalam
anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi disebabkan cacat pada sintesis hemoglobin atau
dapat dikatakan kurang pembebasan besi dari makrofag ke serum, sehingga
kandungan besi dalam hemoglobin berkurang. Sedangkan yang kita tahu
sebagian besar besi dalam tubuh dikandung dalam hemoglobin yang
beredar dan akan digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin setelah sel
darah merah mati. Bila defisiensi besi berkembang, cadangan retikuloendotelial (haemosiderin dan ferritin) menjadi kosong sama sekali sebelum
anemia terjadi.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (apabila jumlahnya lebih dari
sekitar 100 mg/dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan
ke
dalam
urin
hemoglobinemia
(hemoglobinuria).
dan
hemoglobinuria
Jadi
ada
dapat
atau
tidak
memberikan
adanya
informasi
mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada klien dengan
hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses
hemolitik tersebut.
Anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah
merah yang tidak mencukupi, biasanya diperoleh dengan dasar :
a.
b.
Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya.
c.
6.
Manifestasi Klinis
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat maka dapat
menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
a.
b.
Durasi
c.
d.
e.
b.
c.
d.
Pemeriksaan diagnostik
Data diagnosis didasarkan atas hasil :
a.
Penentuan klinis
1). Anamnese (karena defek produksi sel darah merah atau destruksi
sel darah merah).
2). Pemeriksaan fisik.
b.
itu,
perlu
dilakukan
pemeriksaan
diagnostik
untuk
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan
jenisnya, yaitu :
a.
Anemia aplastik
Penatalaksanaannya meliputi transplantasi sumsum tulang dan terapi
immunosupresif dengan antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan
melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika
transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat
diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet (Phipps,
Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995).
b.
c.
Anemia megaloblastik
Untuk anemia megaloblastik yang disebabkan karena defisiensi
vitamin B12 (anemia pernisiosa) dan defisiensi asam folat diobati
dengan pemberian vitamin B12 dan asam folat oral 1 mg/hari.
d.
9.
Komplikasi
Ada tiga komplikasi yang umum terjadi pada anemia yaitu gagal
jantung, kejang dan parestesia (perasaan yang menyimpang seperti rasa
terbakar dan kesemutan).
B. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan holistik problem solving yang
memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien dan keluarga (Iyer et. Al., 1996). Proses keperawatan
terdiri dari lima tahap yang saling berhubungan yang terdiri dari pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status klien (Iyer et. al., 1996).
Proses pengkajian meliputi tiga komponen tahap pengkajian yaitu:
a.
Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistimatis
tentang klien termasuk kelemahan dan kekuatan klien. Data
dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat, grafik dan rekam
medik. Metode pengumpulan data yang utama adalah observasi,
wawancara dan pemeriksaan fisik.
b.
Validasi data
c.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia yang berupa status kesehatan atau risiko perubahan pola
dari individu dimana perawat secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan membatasi dan mencegah morbiditas dan mortilitas (Carpenito,
2000)
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan
anemia,
menurut
Marilynn
E.
Dongoes
dalam
Rencana
Asuhan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3.
Perencanaan (Intervensi)
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung pada klien
yang dilaksanakan oleh perawat (Bulecheck & Mc. Closkey, 1989).
Tahapan dalam membuat intervensi adalah:
a.
b.
10
c.
seluler
yang
diperlukan
untuk
pengiriman
oksigen/nutrien ke sel.
Tujuan
Kriteria hasil :
1). Tanda vital stabil
2). Membran mukosa warna merah muda
3). Pengisian kapiler baik
Intervensi
Memberikan
keadekuatan
informasi
perfusi
tentang
jaringan
dan
derajat/
membantu
Iskemia
seluler
mempengaruhi
jaringan
11
Mengidentifikasi
definisi
dan
kebutuhan
defisiensi
untuk
menurunkan
perdarahan.
b.
Kriteria hasil
Meningkatkan
istirahat
untuk
menurunkan
12
5). Berikan
bantuan
dalam
aktivitas/ambulasi
bila
perlu,
normal
dan
memperbaiki
turus
c.
Kriteria hasil
Mengawasi
masukan
kalori
atau
kualitas
13
5) Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah
makan
Rasional
d.
Kriteria hasil
2). Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila klien
tidak bergerak atau di tempat tidur.
Rasional
iskemia
jaringan/mempengaruhi
hipoksia selular.
3). Ajarkan agar permukaan kulit tetap bersih dan kering
Rasional
Menghindari
kerusakan
mencegah/menurunkan
kulit
tekanan
dengan
terhadap
permukaan kulit.
e.
14
Kriteria hasil
Membantu
mengidentifikasi
penyebab/faktor
Dapat
mengidentifikasi
dehidrasi,
kehilangan
Kriteria hasil
1). Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan
klien.
Rasional
15
3). Dorong perubahan posisi atau ambulasi yang sering, latihan batuk
dan napas dalam.
Rasional
5). Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam.
Rasional
Intervensi
Ansietas/takut
tentang
ketidaktahuan
mening-
16
4.
Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Iyer et. al., 1996). Selama tahap implemetasi, perawat
melaksanakan
rencana
asuhan
keperawatan.
Instruksi
keperawatan
b.
c.
pemeriksaan
laboratorium,
misal
hemoglobin,
Diagnosa
intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
17
bantuan
dalam
aktivitas/ambulasi
bila
perlu,
Diagnosa
perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
makanan/absorpsi
nutrien
yang
diperlukan
untuk
18
e.
Diagnosa
risiko
tinggi
terhadap
kerusakan
integritas
kulit
hemoglobin,
prosedur
invasif,
penyakit
kronis.
19
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual uintuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawaatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai (Ignatanicius &
Bayne, 1994).
Evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari rencana
dan tindakan keperawatan. Setiap diagnosa mempunyai kriteria yang harus
dipenuhi :
a.
b.
c.
d.
e.
20
f.
g.
telah tercapai dan akan masuk kembali ke dalam siklus keperawatan apabila
kriteria hasil belum tercapai.
21
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan (edisi kedelapan). Jakarta :
EGC.
Doengoes, Marillyn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler. (1999).
Rencana asuhan keperawatan (edisi ketiga). Jakarta : EGC.
Hoffbrand, A.V., J.E. Pettit., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler.(1996)
Kapita selekta hematologi (edisi kedua). Jakarta : EGC.
Leeson, C. Rolland., Thomas s. Leeson., & Anthony A. Paparo. (1996) Buku ajar
histologi (edisi kelima). Jarta : EGC.
Mansjoer, Arif., Supiohaita., Wahyu Ika Wardhani., & Wiwiek Setiowulan. (2000).
Kapita selekta kedokteran 2 (edisi ketiga).Jakarta : Media Aesculapius.
Price, Sylvia. A., Lorraine M. Wilson. (1994) Patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit 1 (edisi keempat). Jakarta : EGC.
Reeves, Charlene J., Gayle Roux., & Robin Lockhart. (2001). Keperawatan medikal
bedah (edisi pertama). Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C., Brenda G. Bare. (2001). Buku ajar keperawatan medikal
bedah Brunner-Suddart (edisi kedelapan). Jakarta : EGC.
Tjokronegoro., Hendar Utama. (2001). Buku ajar ilmu penyakit dalam 2 (edisi
ketiga). Jakarta : Balai penerbit FKUI.
22