PBL 1 Forensik
PBL 1 Forensik
LAPORAN PBL
MODUL LUKA/TRAUMA
BLOK KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1A
Pembimbing : dr. Roni Tobo Sp.F
Nur Indah Rahmadani S
1102110010
Ria Anggriani
1102110011
Rahmat Alfiansyah
1102110044
Gabriyah Hamzah
1102101145
Andi Muh Syukur
1102110075
Fadel Maulana Al-Qadri A
1102110076
Okky Indrasari
1102100107
Fierda Eka Pratiwi
1102110108
Andi Najmiah Hafsah
1102110143
Restu Zulfiani Noor
1102110144
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014
1
MODUL I
DESKRIPSI LUKA / TRAUMA
SKENARIO 1.1
Seorang wanita 24 tahun dibawa dan diantar ke PUSKESMAS oleh
polisi.Ia ditemukan tidak sadar di jalan Tamalanrea Km. 9 dan sebuah sepeda
motor ditemukan sejauh 5 meter dari korban. Sayangnya, ia dilaporkan
meninggal 10 menit setelah tiba di PUSKESMAS. Sepeda motor yang di
temukan hanya menunjukkan sedikit kerusakan.
KALIMAT KUNCI :
Wanita 24 tahun
Diantar ke PUSKESMAS oleh polisi
Ditemukan tidak sadar di jalan Tamalanrea Km. 9
Sebuah sepeda motor ditemukan 5 meter dari korban
Ia meninggal 10 menit setelah tiba di PUSKESMAS
sepeda motor hanya rusak sedikit
PERTANYAAN :
fisiologinya?
Bagaimana deskripsi luka yang ada pada skenario ?
Jelaskan karakteristik kemungkinan agen penyebab luka pada skenario !
Bagaimana tingkat keparahan / derajat luka pada skenario ?
Tentukan Multiple Cause Of Death ( MCOD ) berdasarkan Proximus
Gambar 8. Kulit(1)
e) Stratum basale
Terdiri atas sel sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun
vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar.
Merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel - sel basal ini
mengadakan mitosis dan berfungsi reduktif. Lapisan ini terdiri atas 2
jenis sel yaitu :
i.
ii.
2. Lapisan dermis(1,2)
Lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen selulaer dan folikel rambut. Di bagi menjadi
2 bagian :
a. Pars papilaris
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah. Terdiri dari jaringan ikat longgar yaitu : sel
fibroblast, lekosit, sel mast, dan serat kolagen tipis.
b. Pars retikularis
Bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini
terdiri atas serabut serabut penunjang misalnya : serabut kolagen,
elastin, dan retikulin.
3. Lapisan subkutis(1)
Kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel
sel lemak di dalamnya, sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan
inti terdesak ke pinggir sioplasma lemak yang bertambah.
ADNEKSA KULIT(1)
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar- kelnjar kulit, rambut , dan kuku.
1. Kelenjar kulit,
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri atas :
a. Kelenjar keringat
b. Kelenjar ekrin : kecil, di dermis, di pengaruhi oleh saraf kolinergik,
faktor panas, dan stress emosional
c. Kelenjar apokrin : besar, sekret, dipengaruhi oleh saraf adrenergik
d. Glandula sebasea
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan
kaki. Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin karena tidak
berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel sel
kelenjar.
B. FISIOLOGI KULIT(1)
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap :
7
mis.radiasi,sengatan
sinar
ultraviolet
d. Gangguan infeksi luarkuman/bakteri maupun jamur
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya :
a. Bantalan lemak tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut
jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap
gangguan fisis.
b. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena stratum korneum
yang impermeabel terhadap pelbagai zat kimia dan air, dismping
itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zatzat kimia dengan kulit. (terbentuk dari hasil eskresi keringat dan
sebum)
c. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5-6.5 ,
sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi
bakteri maupun jamur
d. Proses keratinisasi sebagai sawar mekanis karena sel-sel mati
melepaskan diri secara teratur
2. Fungsi Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih
mudah diserap,
begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 ,dan
uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya
kulit, hidrasi, kelembapan, metabolisme dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus
sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih
banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara
kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
metabolisme
dalam
tubuh
berupa
NaCl,urea,
as.urat,amonia.
4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis:
a.
Terhadap rangsangan panasbadan-badan
Ruffini di dermis dan subkutis
b.
Terhadap rangsangan
dinginbadan-badan
Krause di dermis
c.
d.
e.
7. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel
basal yang lain akan berpindah keatas dan berubah bentuknya
menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan
bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan
keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
seumur hidup.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vit.D tidak
cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D
sistemik masih tetap diperlukan.
pekerjaan pencarian;
Kehilangan salah satu panca indera;
Mendapat cacat berat;
Menderita sakit lumpuh;
Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
12
lalu
lintas
sehingga
menyebabkan
kemacetan
bahkan
kecelakaan.
c. Faktor jalan
Dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas, panjang dan lebar
jalan yang tersedia tidak sesuai dengan kendaraan yang melintasi, serta
keadaan jalan yang tidak baik misalnya berlobang-lobang dapat menjadi
pemicu terjadinya kecelakaan
d. Faktor lingkungan
Adanya kabut, hujan, jalan licin, akan membawa resiko kejadian
kecalakaan yang besar.
Pada kecelakaan lalu lintas dikenal 2 istilah yaitu a vehicle traffic
accident dan non-motor vehicle traffic accident.A motor-vehicle traffic
accident ialah setiap kecelakaan kendaraan bermotor dijalan raya, sedangkan
non-motor-vehicle traffic accident ialah setiap kecelakaan yang terjadi di
13
jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk
mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor.
Suatu peristiwa dapat dikatakan sebagai kecelakaan lalu lintas, bila
1) Terdapat kerusakan pada benda : Derajat 1
2) Terdapat luka non visihle : Derajat 2
3) Terdapat luka minor visihle : Derajat 3
4) Terdapat luka serious vesihle : Derajat 4
5) Terdapat korban yang tewas : Derajat 5
Untuk mengetahui sebab kematian dan mengetahui bagaimana terjadinya
kecelakaan tersebut, maka setiap korban sebaiknya dilakukan :
1) Otopsi
2) Pemeriksaan tambahan : radiologi dan laboratorium
Dari pemeriksaan tersebut dapat diketahui sebab kematian, cara kematian
pada korban, serta faktor lain yang berpengaruh sehingga terjadi kecelakaan.
Pola kelainan pada pengemudi sepeda motor bisa berua luka akibat impak
primer dan luka akibat impak sekunder. Luka karena imoak primerpada
tungkai sedangkan impak sekunder pada bagian tubuh lain sebagai akibat
benturan tubuh dengan bagian lain dari aspal. Luka yang terjadi akibat impak
sekunder seringkali merupakan penyebab kematian pada korban karena
mengalami kerusakan adalah kepalanya.
Maka Multiple Cause Of Death (MCOD) pada skenario adalah :
IA : Luka lecet
IB :Benturan di aspal
IC :Kecelakaan
6. Contoh VeR (6)
Makassar, 19 Juli 2014
PRO JUSTITIA
VISUM ET
REPERTUM
No. /TUM/VER/VIII/2014
14
: Erie Susanti
Umur
: 24 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Warga negara
: Indonesia
Pekerjaan
: Mahasiswi
Agama
: Islam
Alamat
HASIL PEMERIKSAAN :
1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum sakit berat.
Setelah kejadian korban didapatkan pingsan di jalan Tamalanrea dan sepeda
motor ditemukan sejauh 5 meter dari korban.
2. Pada korban ditemukan luka lecet pada wajah.
a. Pada pipi atas kiri, 2 cm dari garis tengah tubuh dan sejajar dengan garis
khayal yang menghubungkan mata. Ukuran luka dengan panjang 4 cm dan
lebar 3 cm. Terlihat luka dengan batas yang jelas dan bentuk yang tidak
teratur. Warna luka terlihat merah kecoklatan. Luka tampak kotor dengan
sudut yang tumpul.
b. Pada pelipis kiri, 7 cm dari garis tengan tubuh dan 3 cm dengan ordinat
tubuh dari garis khayal yang dihubungkan oleh kedua mata. Ukuran luka
dengan panjang 0,3 cm dan lebar 0,2 cm. telihat luka dengan bentuk tidak
15
teratur dan batas jelas. Warna luka merak kecoklatan. Luka tampak sudut
tumpul dan tidak telihat jembatan jaringan.
c. Korban dirujuk ke dokter saraf karena ditemukan cedera kepala.
3. Pemeriksaan foto rongen kepala posisi depan dan samping tidak menunjukkan
adanya patah tulang. Dan pada pemeriksaan tubuh lainnya tidak didapatkan
patah tulang.
4. Terhadap korban dilakukan perawatan luka pada wajahnya dan pengobatan
cedera pada kepala
5. Korban dilakukan rawat inap untuk mengikuti perawatan cedera pada
kepalannya.
KESIMPULAN
Pada pemeriksaan korban wanita umur dua puluh empat tahun ini ditemukan
cedera kepala, luka lecet pada pipi atas kiri dan pelipis kiri. Cedera tersebut telah
mengakibatkan penyakit/ halangan dalam menjalankan pekerjaan/ jabatan/
pencarian untuk sementara waktu.
PENUTUP
Demikian visum et repetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan
keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan kitab undangundang hokum acara pidana.
Dokter Pemeriksa
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .Edisi
keenam.2011, Jakarta : Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Hal. 3-5
2. Sloane, E., Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. 2004,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal. 266-277
3. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Indonesia. Pedoman teknik pemeriksaan dan
interpretasi
luka
dengan
orientasi
medikolegal
atas
kecederaan.Jakarta, 2005.
4. Herkutanto, Pusponegoro AD, Sudarmo S. Aplikasi traumarelated injury severity score (TRISS) untuk penetapan
derajat luka dalam konteks mediklegal. J I Bedah Indones.
2005;33(2):37-43.
17
5. Tasmono
H.
Trauma
kepala
pada
kecelakaan.
available
2007
in
ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1089/
177 diakses 17 Juli 2014.( Nmr 8 )
6. Afandi, D. Visum et Repertum pada korban hidup. Bagian Ilmu
Kedokteran forensik dan Medikolegal. Fakultas Kedokteran Riau.
18