Oleh:
Pembimbing:
DEPARTEMEN FORENSIK
i
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Forensik Fakultas Kedokteran Univesitas
Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 2 Juni 2020 s/d 18
Juni 2020.
ii
KATA PENGANTAR
Akhir kata, kami sangat berharap bahwa laporan kasus ini akan memberikan
manfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
DAFTAR PUSTAKA 22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Trauma Kimia Asam dan Basa
Trauma kimia merupakan suatu iritasi atau kerusakan jaringan pada manusia yang
disebabkan oleh paparan bahan kimia, baik melalui kontak langsung dengan bahan
kimia maupun dengan uapnya saja. Trauma kimia dapat terjadi di rumah, sekolah,
tempat kerja akibat dari adanya kecelakaan, serangan atau ketidak sengajaan. Trauma
kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau basa kuat (misalnya asam
hidroklorida atau natrium hidroklorida). 2
Asam didefinisikan sebagai donor proton (H+), dan basa didefinisikan sebagai
akseptor proton (OH-). Basa juga dikenal sebagai alkali. Kedua asam dan basa dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang signifikan apabila terjadi kontak dengan
anggota tubuh. Kekuatan asam didefinisikan oleh seberapa kuat ia mengikat proton.
Kekuatan asam dan basa didefinisikan dengan menggunakan skala pH kurang dari 2,
sedangkan basa membutuhkan pH 11,5 atau lebih untuk dapat melukai jaringan.
Trauma kimia ini merupakan efek korosif dari asam kuat dan basa kuat. Pada basa
kuat akan membentuk seperti penyabunan intra sel sehingga menimbulkan luka yang
basah, licin dan kerusakan akan terus berlanjut sampai dalam, sedangkan pada asam
kuat memiliki sifat mengkoagulasikan protein sehingga menimbulkan luka korosi
yang kering, keras seperti kertas perkamen.2
2
2.3 Epidemiologi
Diseluruh dunia bahan korosif biasanya digunakan untuk kekerasan dengan
menggunkan bahan kimia. Zat yang paling umum digunakan adalah alkali dan asam
sulfat. Zat korosif pada umumnya digunakan untuk kejahatan tindakan
penganiayaan. 3
Penganiayaan menggunakan zat kimia berbahaya di seluruh dunia lebih sering
terjadi pada wanita. Jumlah yang terpapar dengan bahan kimia baik pada dewasa
maupun pada anak hampir sama. Orang dewasa yang terpapar dengan zat kimia yang
bersifat korosif lebih sering menderita luka bakar yang berat. 3
3
bersifat eksotermik, yang berkontribusi pada cedera jaringan. Lesi biasanya kering
dan putih.
1. Zat Kimia Asam Korosif
Asam memiliki sifat korosif yang apabila konsentrasinya pekat, bersifat
iritan pada konsentrasi yang agak pekat, dan bersifat perangsang pada
konsentrasi rendah. Cara kerja pada golongan ini dapat mengakibatkan luka
dengan mengekstraksi air dari jaringan, mengkoagulasi protein menjadi
albuminat, mengubah hemoglobin menjadi asam hematin dengan membentuk
asam albuminat melalui dehidrasi jaringan yang mengakibatkan perubahan
warna hitam atau coklat.5
2. Zat Kimia Basa Korosif
Basa memiliki sifat korosif pada konsentrasi yang pekat, dan bersifat iritan
pada konsentrasi yang lebih encer. Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat
bersentuhan dengan zat-zat ini adalah kulit terlihat basah dan edematous,
berwarna merah kecoklatan, dan pada perabaan lunak serta licin. 6
4
untuk aborsi dengan cara disuntik pervaginam ke dalam uterus sehingga
menyebabkan kematian janin. Kasus yang sering kali terjadi pada penggunaan
asam ini adalah suicidal, dangan cara menelan cairan yang terkonsentrasi.
2. Asam sulfat
Asam sulfat adalah zat kimia yang sering digunakan pada proses
manufaktur dan reagen yang penting dalam laboratorium. Sumber keracunan
biasanya pada industri dan laboratorium. Asam sulfat memiliki sifat fisik
tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar pada udara terbuka, dan
jika ditambah air menghasilkan panas.
5
Gambar 2. Luka akibat asam nitrat
Ciri-ciri akibat luka kimia basa:7
a. Terlihat basah dan edematous
b. Berwarna merah kecoklatan
c. Perabaan lunak dan licin
Dibawah ini beberapa zat kimia basa korosif yang dapat menyebabkan trauma kimia:
(7,8)
1. Amoniak
Sumber keracunan dari industri, rumah tangga dan laboratorium. Pada
rumah tangga sering kali digunakan sebagai pembersih. Ammoniak memiliki
sifat alkali kuat yang iritatif. Gas amoniak yang digunakan di lemari es
adakalanya lolos melalui kebocoran pada pipa. Jika gas tersebut tehirup, maka
inflamasi yang hebat pada saluran pernafasan akan terjadi, yang akan
mengakibatkan laringitis pseudomembranosa, purulen dan berwarna
kekuningan, trakitisbronkitis dan bronkopneumoni.
2. Kalium hidroksida
Kalium hidroksida memiliki sifat fisik berupa zat padat berwarna putih
keabuan, larut dalam air, perabaan licin dan rasanya pahit. Zat ini memiliki
sifat korosif yang kuat dan akan memberikan efek terbakar pada kulit
sebagaimana pada saluran gastrointestinal. Sebagian besar kasus adalah
suicidal dan kecelakaan dengan cara menelan zat tersebut.
3. Natrium hidroksida
Sodium hidroksida, NaOH dan soda kaustik adalah nama lain dari
natrium hidroksida. Cairan konsentrat yang terdiri dari natrium hidroksida
6
ditambah dengan sodium hidroksida dan sodium karbonat jika ditelan pada
kasus bunuh diri atau tertelan oleh anak-anak, dapat menyebabkan kematian
oleh karena kerusakan yang parah pada saluran gastrointestinal. Dalam
beberapa hal, cairan tesebut dapat dilempar kearah wajah atau tubuh individu
untuk menimbulkan luka seperti luka bakar dan juga menimbulkan perlukaan
pada kornea.
7
skuamosa esofagus sensitif terharap zat basa; namun, dalam perjalanannya menuju
lambung, zat basa akan dinetralisir dengan cepat oleh keasaman lambung.
Sebaliknya, mukosa esofagus resisten terhadap zat asam, dan kemudian akan
menyebabkan peradangan hebat pada dinding lambung. Zat korosif baik asam
maupun basa dapat merusak esofagus dan lambung serta usus secara cepat. Jarang
sekali ditemukan nekrosis dari seluruh usus akibat penelanan zat korosif. 10,11,12
1. Asam kuat
Asam kuat bersifat korosif pada konsentrasi yang pekat, bersifat iritan pada
konsentrasi yang agak pekat dan bersifat perangsang pada konsentrasi rendah. 9,10
Luka akibat zat asam menyebabkan “nekrosis koagulasi” pada jaringan yang
terkena, koagulum ini kemudian akan membatasi penetrasi lebih dalam ke jaringan.
Di sisi lain, luka bakar memicu “pencairan nekrosis”, sebuah proses yang
menyebabkan penguraian protein dan kolagen, saponifikasi lemak, dehidrasi jaringan
dan trombosis pembuluh darah, yang menyebabkan perlukaan jaringan yang lebih
dalam. 10,11
Luka bakar akibat zat kimia pada saluran gastrointestinal bagian atas
dikelompokkan dalam golongan yang sama dengan luka bakar pada kulit. Luka ini
dikelompokkan dalam tiga derajat berdasarkan luas dan beratnya lesi superfisial.10
Penilaian kedalaman luka dapat memperbaiki penanganan luka, namun saat ini,
belum didapatkan pengukuran kedalaman yang tepat, dan penilaian derajat secara
subjektif masih dianggap yang terbaik.
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan asam sehingga mengakibatkan luka ialah: 5
Mengekstraksi air dari jaringan, sehingga luka terlihat kering dengan perabaan
keras dan kasar.
Mengkoagulasi protein menjadi asam albuminat.
Mengubah hemoglobin menjadi asam hematin, sehingga berubah warna
menjadi coklat kehitaman. Kecuali yang disebabkan oleh asam nitrat
berwarna kuning kehijauan.
8
Gangguan post mortem luka tergantung pada: 9
Kepekatan asam
Banyaknya asam yang digunakan.
Lamanya pasien dapat bertahan sejak meminum asam kuat tersebut.
Jika kematian dapat terjadi dengan singkat, maka ditemukan: 9
Tanda-tanda korosi dan kerusakan pada mulut, tenggorokan, esofagus dan
lambung. Bentuknya bisa berupa sedikit erosi sampai merupakan bercak
kerusakan yang luas.
Bisa dijumpai perforasi lambung yang mengakibatkan keluarnya isi lambung
kedalam rongga perineum. Dapat pula terjadi kerusakan pada organ perineum
atau pada organ-organ abdomen.
2. Basa kuat
Basa mempunyai sifat korosif dalam konsentrasi yang pekat dan bersifat iritan
pada konsentrasi yang lebih encer.
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan basa sehingga menimbulkan luka ialah: 9
Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkalin dan
sabun, sehingga terlihat basah dan edematus dengan perabaan lunak dan licin.
Mengubah hemoglobin menjadi alkalin hematin, sehingga terlihat berwarna
merah kecoklatan.
Paparan zat korosif alkali seperti sodium hidroksida (NaOH), berakibat
penetrasi jaringan yang disebabkan oleh disosiasi OH- yang menimbulkan nekrosis
liquefaktif. Nekrosis liquefaktif berakibat disolusi protein, destruksi kolagen,
saponifikasi lemak, emulsifikasi membran sel, trombosis transmural dan kematian
sel. 9,11
Paparan zat alkali pada mata menyebabkan defek pada epitel kornea mata dan
menembus kedalam mata secara cepat.
Gambaran post mortem luka akibat basa meliputi: 9
9
Tanda-tanda korosi tidak begitu jelas seperti yang disebabkan oleh asam.
Apabila tertelan akan timbul tanda-tanda korosif pada saluran cerna dengan
gejala berupa nyeri pada mulut, esofagus dan epigastrium. Hipersalivasi,
muntah disertai bagian mukosa lambung dan darah. Seringkali suara serak
karena edema glotis.
Sistem pencernaan menunjukkan bercak-bercak yang mengalami inflamasi
dan nekrosis.
Bila terhirup akan mengakibatkan peradangan berat pada saluran pernapasan.
Saluran pernapasan berwarna kekuningan, purulen dan terjadi
laringitispseudomembran, trakeitis, bronkitis dan bronkopneumonia.
Gejalanya adalah nyeri dada, batuk berat, spasme glotis dan tanda-tanda
infeksi paru-paru. Terdapat bentuk basa kuat dalam bentuk gas yang
mengakibatkan iritasi kornea dan konjungtiva jika kontak dengan mata.
Perforasi jarang sekali terjadi.
Traktus respiratorius bagian atas mungkin mengalami kongesti.
10
Trauma kimia pada mata memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan
penglihatan permanen, bergantung kepada volume, pH, durasi paparan, derajat
15
penetrasi kimia. Pada trauma mata akibat bahan asam, asam berdisosiasi menjadi
ion hidrogen dan anion di kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular
dengan mengubah pH, sedangkan anion menyebabkan denaturasi protein, presipitasi,
dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi lebih dalam dari
asam dan menimbullan kekeruhan pada kornea.
Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari
luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan
suatu kegawatdaruratan. pH lebih besar dari 10 menghancurkan epitel kornea,
memungkinkan zat dasar ini terus berlanjut menembus lebih dalam ke kornea lama
setelah paparan awal. Pada trauma basa yang berat, dapat menimbulkan gambaran
”cooked fish eye” yang memiliki prognosis paling buruk. (14),(15)
11
Zat basa dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih berat dari asam, kecuali asam
hydrofluoric. Nekrosis kulit muncul berwarna coklat kemudian menjadi hitam. Kulit
menjadi kering, dan pecah-pecah. Tidak terdapat pelepuhan pada kulit. Zat basa
memecah protein dan lipid, dan terjadi saponifikasi dari asam lemak yang dihasilkan.
Gambar 6. Trauma
asam sulfur
3. Paru
Luka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik, amonia, klorin,
atau bahan kimia lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini. Edema saluran
pernapasan atas, gangguan pernapasan, dan toksisitas karbon monoksida (CO) adalah
contoh dari trauma kimia dari inhalasi. Gejala ini muncul dalam waktu 12 sampai 24
jam setelah terjadi paparan. Pada suatu kondisi yang jarang dapat terjadi, bahan
kimia dapat mengoksidasi hemoglobin paru yang mengakibatkan gangguan
transportasi oksigen (methemoglobinemia) dan gangguan pernapasan. Individu
dengan luka bakar inhalsi bahan kimia datang dengan radang tenggorokan, sesak
napas, dan nyeri dada. (14)
4. Saluran pencernaan
Trauma kimia pada sistem pencernaan dapat diakibatkan oleh menelan baik
tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri. Gejala yang paling cepat timbul
adalah nyeri, muntah dan kesulitan bernapas, diikuti dengan syok pada kasus yang
berat. tanda khususnya yaitu bercak pada bibir, pipi, dagu dan leher, sama halnya
12
dengan luka bakar pada mukosa dari bibir sampai ke lambung, kadang-kadang
sampai ke usus halus. Perforasi esophagus dan gaster umumnya terjadi karena asam
sulfat dan asam hidroklorida.
13
Membran mukosa lembut, bengkak, edema dan merah dengan sedikit
bintik coklat.
Gambar 13. Jaringan histopatologis yang terpapar zat basa (kiri) dan asam (kanan)
Asam kuat (H2SO4)
Pada pemeriksaan jaringan akibat luka asam kuat, terjadi penebalan pada
lapisan epidermis dan adanya granul-granul pada vesikel kolagen
berbentuk gelombang dan hiperemis.
14
Basa (NaOH)
Pada pemeriksaan jaringan akibat luka basa kuat akan terjadi penebalan
dan nekrosis di semua jaringan sel di lapisan epidermis dan dermis.
15
Pada pemeriksaan dalam (internal) ditemukan: 1) mukosa yang teriritasi,
memberikan gambaran coklat kemerahan, ditemukan ulserasi; 2) tanda-tanda iritasi
lidah dan laring, edema glottis dan esofagus; 3) inflamasi pseudomembranosa trakea
dan bronki menghasilkan kerusakan epitel superfisial dan nekrosis yang
memengaruhi lapusan submucosa (gambar 2); 4) edema otak (gambar 3).2
16
Berdasarkan dengan temuan yang diperoleh di TKP, penemuan botol bekas
pupuk yang terbuat dari plastik tidak mungkin digunakan sebagai container cairan
asam kuat karena asam kuat hanya dapat ditempatkan di wadah yang terbuat dari
kaca, sehingga dapat disimpulkan bahwa korban tewas diakibatkan pembunuhan
bukan sebuah kecelakaan.2
17
Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi absorbsi bahan racun dengan
melakukan pembersihan.16
18
ekskresi kedalam urin dengan cara diuresis dan pengubahan pH urin dan
hemodialisa.
4. Antidotum spesifik
Antidot untuk melawan efek racun yang telah masuk kedalam organ
target.
Dekontaminasi
Dekontaminasi pulmonal
Berupa Tindakan menjauhkan korban dari paparan inhalasi zat racun, monitor
kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen lembab 100% jika perlu beri
ventilator.
Dekontaminasi mata
Berupa Tindakan membersihkan mata dari racun dengan posisi pasien ditengadahkan
dan miring ke sisi mata yang terkena cairan kimia. Buka kelopak matanya perlahan
dan irigasi larutan aquades atau NaCl 0,9% perlahan sampai zat racunnya
diperkirakan sudah hilang (hindari bekas larutan pencucian mengenai wajah atau
mata lainnya), selanjutnya tutup mata dengan kassa steri dan segera konsul ke dokter
mata.
Tindakan paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu, aksesori lainnya dan
masukkan ke wadah plastic yang kedap air dan tutup rapat, cuci (scrubbing) bagian
19
kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun minimal 10 menit, selanjutnya
keringkan dengan handuk kering dan lembut.
Dekontaminasi gastrointestinal
Eliminasi
Tindakan eliminasi lain perlu dikonsultasikan pada dokter spesialis penyakit dalam
karena Tindakan spesialistik terkait cara eliminasi racun yaitu diuresis paksa (forced
diuresis), alkalinisasi urin, asidifikasi urin, hemodialisis/peritoneal dialysis.16,17
Antidotum
Pada kebanyakan kasus keracunan, hanya sedikit racun yang memiliki antidotumnya
dan sediaan obat antidot secara komersial sangat sedikit jumlahnya.2
20
KESIMPULAN
Trauma asam dan basa merupakan trauma kimia yang bersifat korosif dan
destruktif terhadap jaringan kulit dan mukosa. Dampak trauma kimi dan basa dapat
mengenai seluruh organ tubuh tergantung organ yang terkena.Trauma asam
cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa. Pada
trauma asam terjadi suatu koagulasi protein yang umumnya mencegah penetrasi lebih
lanjut dari zat asam, sementara zat basa bersifat hidrofilik dan lipofilik sehingga
penetrasi terhadap jaringan dapat lebih dalam. Derajat keparahan trauma asam dan
basa tergantung pada tiga faktor, antara lain sifat korosif zat, kuantitas dan
konsentrasi dari zat, serta durasi kontak zat terhadap area tubuh.
Pemeriksaan forensik pada kasus trauma asam dan basa terdiri dari
pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksan
luar, trauma asam memiliki ciri luka dengan permukaan kering, berwarna coklat
kehitaman, dan pada perabaan terasa keras. Trauma basa memiliki ciri luka basah,
lunak, licin, berwarna merah kecoklatan. Pemeriksaan dalam pada trauma asam
mukosa berwarna merah terang-coklat, ulserasi, iritasi di laring, edem glotis, serta
pseudomembran trakea dan bronkus. Trauma basa didapatkan membran mukosa
lembut, edema, dan bintik merah kecoklatan. Pemeriksaan penunjang meliputi pH
dan patologi anatomi. Pemeriksaan patologi anatomi pada trauma asam menunjukkan
suatu gambaran nekrosis koagulatif, sedangkan trauma basa adalah nekrosis
likuifaksi.
Ilmu forensik berperan dalam penanganan kasus trauma asam dan basa
terutama pada kasus yang dicurigai tindakan pidana melalui pembuatan visum et
repertum berdasarkan pemeriksaan medis menyeluruh.
21
DAFTAR PUSTAKA
22