Pedoman Praktis Kespro Emergensi 2
Pedoman Praktis Kespro Emergensi 2
DAFTAR ISI
Sambutan Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat ........................... 3
Kata Pengantar Direktur Bina Kesehatan Ibu............................. 5
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ....................................................... 7
1.2. Dasar Hukum ......................................................... 9
1.3. Pengertian Dasar .................................................. 10
1.4. Tujuan ................................................................. 10
1.5. Sasaran ................................................................ 11
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
2
2
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL
BINA KESEHATAN MASYARAKAT
Mengingat kondisi negara Indonesia yang secara geografis
maupun sosial sangat rentan tehadap bencana baik bencana alam
maupun bencana yang diakibatkan oleh perbuatan manusia,
Departemen Kesehatan beserta jajarannya sangat diharapkan untuk
lebih bersiap diri dalam menghadapi akibat dari semua bencana
tersebut termasuk dampak bencana terhadap status kesehatan
masyarakat pada umumnya dan status kesehatan reproduksi
masyarakat pada khususnya. Dengan adanya paradigma baru
dalam penanganan bencana saat ini, upaya tidak hanya difokuskan
pada respon terhadap bencana melainkan juga difokuskan pada
pengurangan risiko bencana melalui kesiapan penanggulangan
bencana (emergency preparedness).
Upaya kesiapan penanggulangan bencana dapat dilaksanakan
melalui penyusunan rencana kesiapsiagaan di bidang kesehatan
reproduksi di tiap tingkatan mulai dari tingkat Kabupaten/Kota,
Provinsi maupun Nasional. Tersusunnya Pedoman Praktis Kesehatan
Reproduksi dalam Penanggulangan Bencana di Indonesia yang
dilengkapi dengan rencana kesiapsiagaan ini, diharapkan respon
bencana yang cepat, tepat dan efisien melalui penerapan Paket
Pelayanan Awal Minimum (PPAM) untuk kesehatan reproduksi dapat
dilaksanakan sejak mulai fase awal bencana. Dengan adanya rencana
kesiapsiagaan maka segala kebutuhan dalam penanggulangan
bencana termasuk mekanisme koordinasi yang selama ini masih
menjadi kendala sudah bisa dipersiapkan sebelum peristiwa bencana
itu terjadi, sehingga bila terjadi bencana tinggal mengoperasionalkan
rencana kesiapsiagaan yang sudah dibuat. Dalam pedoman ini,
dipaparkan langkah-langkah yang harus dilakukan pada tiap tahapan
bencana termasuk penyusunan tim siaga kesehatan reproduksi dan
penyusunan rencana kesiapsiagaan.
4
4
KATA PENGANTAR
Pengalaman di Indonesia untuk penanganan permasalahan
dalam situasi bencana di lapangan yang paling krusial adalah
ketidaksiapan lokal mulai dari pengurangan dampak risiko melalui
tahap kesiapsiagaan hingga tahap rehabilitasi. Paradigma baru
dalam penanggulangan bencana saat ini adalah upaya tidak hanya
difokuskan pada respon terhadap bencana melainkan juga fokus
pada pengurangan risiko bencana melalui kesiapan penanggulangan
bencana (emergency preparedness) dengan penyusunan rencana
kesiapsiagaannya.
Kesehatan Reproduksi dalam kondisi darurat sering kali tidak
tersedia karena tidak dianggap sebagai kebutuhan yang mendesak
dan bukan merupakan prioritas. Padahal pada kondisi darurat, tetap
saja ada ibu-ibu hamil yang membutuhkan pertolongan, tetap ada
proses kelahiran yang tidak bisa ditunda ataupun adanya kebutuhan
akan layanan keluarga berencana. Dengan mengintegrasikan Paket
Pelayanan Awal Minimum (PPAM) atau Minimum Initial Service
Package (MISP) Kesehatan Reproduksi ke dalam setiap penanganan
bencana di bidang kesehatan, diharapkan kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi.
Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Technical
Guidelines for Health Crisis Response on Disaster) yang diadopsi
dari pedoman-pedoman teknis serta referensi yang telah ada. Selain
itu, khusus untuk kesehatan reproduksi, juga telah ada Referensi
bagi Pengelolaan program. Namun untuk mendukung penerapannya
di lapangan, masih diperlukan manajemen penanganan yang lebih
spesifik dan lebih praktis, terutama bagi pengelola program. Untuk
itu, dengan dukungan UNFPA, Departemen Kesehatan telah menyusun
Pedoman Praktis Kesehatan Reproduksi pada Penanggulangan
Bencana di Indonesia. Pedoman ini berisi tentang informasi mengenai
6
6
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
8
8
1.4. TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan kesiapsiagaan dan kualitas pelaksanaan
pelayanan Kesehatan Reproduksi dalam situasi bencana.
Tujuan Khusus
1. Terbentuk dan terkoordinasinya tim yang melibatkan seluruh
pihak yang terkait baik dari pemerintah maupun non
pemerintah termasuk komponen masyarakat
2. Tersedianya
tingkatan.
10
10
rencana
kesiapsiagaan
di
masing-masing
1.5. SASARAN
Panduan ini diperuntukkan bagi :
1. Penanggung jawab dan pengelola program
Reproduksi beserta komponen-komponennya.
Kesehatan
11
3. Pasca Bencana
Transisi dari fase tanggap bencana ke fase pasca bencana
tidak secara tegas dapat ditetapkan. Keadaan pasca bencana
dapat digambarkan dengan keadaan:
a) Angka kematian sudah menurun hingga <1 per 10,000
penduduk per hari;
b) Ditandai dengan sudah terpenuhinya kebutuhan dasar
dari penduduk, kondisi keamanan sudah membaik dan
pelayanan kesehatan sudah mulai kembali ke normal.
(Berdasarkan manual pelatihan PPAM jarak jauh/MISP distance
learning-Reproductive Health in Crisis Situation dan buku
Kesehatan Reproduksi Bagi Pengungsi).
Tahapan bencana akan ditentukan oleh pemerintah berdasarkan
rekomendasi dari Badan Penanggulangan Bencana.
13
14
14
15
Catatan:
Pusat Penanggungan Krisis Depkes telah mendirikan 9 regional
untuk penanggulangan bencana di seluruh Indonesia. Regional PPK
berfungsi sebagai unit fungsional di daerah yang ditunjuk untuk
mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan
dalam penanggulangan kesehatan dan berfungsi sebagai pusat
pengendali bantuan kesehatan, pusat rujukan kesehatan dan pusat
informasi kesehatan.
Ke-9 regional tsb adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
16
16
Bidang
data
dan
informasi
Bidang
Pelayanan
Kespro
dan GBV
Bidang
Logistik
....
Bidang
Capacity
Building
Bidang
Promosi
(KIE)
17
Kesga
Surveilans
IBI
NGO/INGO bidang kespro
Jejaring PPKtP (Program Penanggulangan Kekerasan terhadap
Perempuan)
Lain-lain
Kesga
TU dinkes
IBI
BKKBN daerah
PMI
Lain-lain
18
18
Kesga
IBI
P2KP/P2KS/ POGI
Anggota jejaring PPKtP
Perguruan Tinggi
Lain-lain
Promkes
IBI
NGO/INGO
PKK Kader
BKKBN daerah
Jejaring PPKtP
Lain-lain
Catatan:
Daftar anggota tersebut adalah bersifat rekomendasi dan penentuannya
dapat disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah.
dan
tanggung
jawab
tim
siaga
kesehatan
19
2.
2.
22
22
antar
fasilitas
layanan
2.
3.
kebutuhan
logistik
kesehatan
Reproduksi:
tenda,
Perencanaan anggaran
Tiap tingkatan pemerintahan perlu menyiapkan alokasi
anggaran dan memobilisasi anggaran untuk membiayai
rencana kegiatan pada rencana kesiapsiagaan.
23
5.
24
24
BENCANA
Tim Siaga
Kesehatan
Reproduksi
Kabupaten
Tidak
tertangani
Tim Siaga
Kesehatan
Reproduksi
Propinsi
Tidak
tertangani
Tidak tertangani
PPK regional
setempat
Keterangan
Dalam hal terjadi bencana, maka tanggung jawab pertama upaya
penanganan kesehatan reproduksi ada pada tingkatan kabupaten/kota,
Manakala masalah Kesehatan Reproduksi yang timbul tidak tertangani oleh
tim tingkat kabupaten, maka upaya penanganan akan mendapat dukungan
dari tingkat di atasnya.
KIA
KB
IMS, HIV dan AIDS
Kespro Remaja
Kespro usia lanjut
Kasus kekerasan berbasis gender termasuk kekerasan
seksual
2.
3.
pelaksanaan
kespro
27
28
28
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
1
2
3
4
5
:
:
:
:
:
DAFTAR APPENDIKS
1.
2.
3.
4.
5.
Appendiks
Appendiks
Appendiks
Appendiks
Appendiks
1
2
3
4
5
:
:
:
:
:
Glossary
Pelaksanaan PPAM
Indikator Kesehatan Reproduksi
Faktor kerentanan
RH supplies
29
30
30
Koordinator
Tim Siaga
Kespro
pentingnya
memasukkan
komponen kespro
dalam agenda
pertemuan koordinasi
kesehatan
Meyakinkan akan
pelaksanaan
monitoring dan
evaluasi pelaksanaan
hasil tindak lanjut
Memantau
pelaksanaan
tindak lanjut hasil
perencanaan
Mengorganisasikan
rencana
kesiapsiagaan
pembuatan
bahaya, kerentanan
dan resiko kespro
proses penilaian
Mengkoordinasikan:
Melakukan koordinasi
menyusun rencana
penanganan kesehatan
reproduksi dalam
penanggulangan
bencana.
Pra Bencana
dengan pemerintah
pusat dan regional
dalam perencanaan
dan pelaksanaan
program Kespro
Berkoordinasi
Memberikan bantuan
program Kespro
Tanggap Darurat
koordinasi,
rehabilitasi dan
rekonstruksi
Melakukan
Pasca Bencana
31
Bidang
Pelayanan
dan
Kekerasan
berbasis
Gender
Bidang
Data dan
Informasi
kerjasama RS swasta
maupun pemerintah
untuk menjadi RS
rujukan dalam kondisi
emergency Keputusan
Menteri Kesehatan
(Kepmenkes)
Mempersiapkan
Merencanakan sistem
Wilayah Kespro
Membuat Pemetaan
Mempersiapkan data
Melakukan penilaian
kesiapan
Tim pelayanan
Memastikan
Mengadaptasi dan
memperkenalkan
formulir sederhana
untuk memonitor
aktivitas Kespro
selama fase
kegawatdaruratan
yang dapat menjadi
lebih komprehensif
Memastikan pelayanan
PPAM untuk kelompok
spesifik: ibu hamil,
menyusui dll.
pelaksanaan PPAM
Kespro
Melakukan evaluasi
menganalisa, dan
mendistribusikan
data hasil penilaian
cepat untuk
digunakan pihak
yang berkepentingan;
Mengumpulkan,
indikator standar
untuk memonitor
hasil PPAM;
Menggunakan
32
32
Bidang
Logistik
pengadaan alat
& bahan untuk
persediaan
Merencanakan
Pemantapan jejaring
standard untuk
pelayananan
Kesehatan Reproduksi
Sosialisasi protokol
untuk memasukan
pelayanan Kespro dan
Kekerasan berbasis
Gender dalam situasi
bencana.
Advokasi Kepmen
ketersediaan
Logistik untuk
pelayanan kespro
Menjamin
pelaporan
Pencatatan dan
Kespro
Distribusi Logistik
mengaktifkan
masing koordinator
lapangan dan
anggotanya yang
mempunyai
tanggung jawab
pada pelaksanaan
pelayanan kesehatan
reproduksi telah
berada di masing
masing tempat
Memastikan masing
teratur kepada
tim koordinasi
kesehatan.
Melapor secara
pelaporan
Pencatatan dan
pemakaian
logistik
Pemantauan
33
Bidang
Capacity
Building
cepat kespro
cepat kespro
dan pelatihan
manajemen bencana
Melakukan Pendidikan
sistem pre-order
Pengadaan barang
pemeliharaan RH Kits
(minimal 6 bulan
untuk obat-obatan
yang akan kadaluarsa
untuk dikirimkan ke
Puskesmas)
Pencatatan dan
mekanisme distribusi
Pengadaaan barang
Menyusunan
(stockpiling kondisi
emergency dan
penyimpanan
maupun pengisian
ulang.
distribusi
Menentukan titik
pencatatan dan
pelaporan distribusi
logistik
Membuat sistem
ketersedian fasilitas
untuk memenuhi
kebutuhan
reproduksi.
Memastikan
proses
pembelajaran
(lessons learnt)
untuk perbaikan
ke depan
Menginventaris
34
34
Bidang KIE
keterlibatan
masyarakat dalam
mendukung pelayanan
Kespro pada saat
bencana.
Pendidikan tentang
Menyusun materi-
Melakukan kegiatan
KIE di daerah
pengungsian bekerja
sama dengan bidang
Pelayanan
masyarakat
Pemberdayaan
materi KIE
situasi pasca
bencana
Penyusun
materi
yang ada
berdasarkan
pengalaman
masa darurat
dan melakukan
revisi sesuai
kebutuhan
Mengevaluasi
rencana
kebutuhan
pelatihan
(manajemen
dan teknis) di
bidang
Kesehatan
Reproduksi
Menyusun
35
Sumber Daya
Manusia
Pelayanan
Tersedia
Penilai
Tanggal Asesmen/penilaian:
Latar belakang
Batas Wilayah
Tempat Penyimpanan
Area Wilayah:
Jenis RH Kit
Keluaran
Program
Ya
Tidak
Kebutuhan Pasokan
Kondisi
Kesehatan Reproduksi
Keadaan Lingkungan
Tekanan Dinamis
Akar Masalah
Faktor Kerentanan
Kesehatan Reproduksi
Keterangan
Data Pendukung
36
36
Ahli kebidanan
Ahli anestesi
Ahli bedah
Dokter umum
Bidan
Perawat
ibu hamil
Safe Motherhood
Wanita: 50 tahun
Korban Hidup
Korban Hidup
No.
Jumlah
Deskripsikan
37
Jenis
Indikator
Proses
Prabencana Masukan
Tahapan
Bencana
Dilakukan
Idem
Idem
Minimal (sosialisasi dan
pengesahan) setidaknya 1
(kegiatan koordinatif)
Ada
Ada
Kelengkapan Organisasi
Penilaian Kerentanan
Ada
Struktur Organisasi
Elemen
Indikator
38
38
Tanggap
Bencana
Keluaran
Kondom tersedia
Masukan
39
Pasca
Bencana
Keluaran
Proses
Masukan
Dilakukan
Dilakukan
Ada
Ada
Rekomendasi
Appendiks 1. Glossary
BENCANA ALAM
Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
BENCANA NON ALAM
Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
BENCANA SOSIAL
Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
KESIAPSIAGAAN
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna.
MITIGASI
Adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
TANGGAP DARURAT
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
40
40
PEMULIHAN
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana
dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana
dengan melakukan upaya rehabilitasi.
REHABILITASI
Adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
REKONSTRUKSI
Adalah
pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
RAWAN BENCANA (KERENTANAN)
Adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan,
dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk
bahaya tertentu.
RISIKO BENCANA
Adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
41
PENILAIAN KERENTANAN
Adalah suatu prosedur untuk mengidentifikasi bahaya dan menentukan
kemungkinan kemungkinan efeknya yang dapat mempengaruhi
komunitas, aktivitas, dan organisasi.
ANALISA RESIKO
Adalah suatu proses menentukan asal dan skala dari dampak
(berkenaan dengan bencana) yang dapat diantisipasi pada suatu
daerah pada kurun waktu tertentu.
Analisa resiko melibatkan kombinasi dari teori dan data empiris yang
berkaitan dengan kemungkinan dari bahaya bencana yang diketahui
akibat kekuatan tertentu atau intensitas yang terjadi pada tiap area
(pemetaan bahaya) dan dampak (baik fisik maupun fungsi) akibat
dari hasil tiap unsur resiko di tiap area yang diakibatkan masing
masing potensi bahaya bencana (penilaian kerentanan dan perkiraan
dampak yang mungkin timbul)
42
42
Apendiks 2.
Paket Pelayanan Awal Minimal Kesehatan Reproduksi (selanjutnya
akan disebut sebagai PPAM).
a.
Definisi
PPAM adalah paket intervensi minimum yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan reproduksi pada situasi
bencana.
b.
Tujuan
1. Mengidentifikasi satu atau beberapa organisasi dan individu
yang mampu mengkoordinasi dan menyelenggarakan PPAM
2. Mencegah dan mengelola kekerasan seksual dan akibatnya
3. Menekan penularan HIV melalui:
43
c.
Komponen PPAM
1. Identifikasi organisasi dan individu untuk memfasilitasi
koordinasi dan implementasi PPAM
Focal point ditunjuk untuk mengkoordinasikan kegiatan
kesehatan reproduksi sejak awal untuk mengatasi keadaan
gawat darurat. Focal point akan bekerja dibawah koordinator
umum bidang kesehatan.
Semua organisasi pemberi bantuan harus bekerja sesuai
dengan tugasnya dan siap siaga terhadap keadaan darurat.
Kepekaan terhadap aspek kesehatan reproduksi dan gender
harus selalu ditekankan dalam setiap pelatihan sumber daya
manusia. Tenaga kesehatan yang berpengalaman dalam
bidang kesehatan reproduksi harus ditempatkan paling sedikit
selama 6 bulan, sesuai dengan waktu yang diperkirakan
untuk memantapkan pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif.
2. Pencegahan
akibatnya
dan
manajemen
kekerasan
seksual
dan
44
44
45
46
46
48
48
49
Apendiks 5
Identifikasi logistik RH Kit
Blok 1
Kit
Isi
Kode Warna
Kit 0
Kit Administrasi
Oranye
Kit 1
Kondom
Merah
Kondom pria
4
1
Persalinan Bersih
a
Keterangan
b Kondom wanita
Kit 2
Biru Tua
Individual
4/unit
b Penolong persalinan
50
50
Jumlah
Boks
50/box
Kit 3
Kit Pengelolaan
Perkosaan
Merah
Jambu
Kit 4
Putih
Kit 5
Turquoise/
Biru
Kehijauan
1 unit/box
Blok 2
Kit
Isi
Kode Warna
Jumlah
Boks
Keterangan
Kit 6
Coklat
6/unit
5/6
(disimpan
di suhu
dingin)
Kit 7
IUD Kit
Hitam
Kit 8
Pengelolaan abortus
dan komplikasi
pasca abortus (tanpa
sterilisator)
Kuning
2/unit
Kit 9
Pengelolaan robekan
jalan lahir (cerviks
dan vagina) dan
pemeriksaan per
vagina(tanpa
sterilisator)
Ungu
Kit 10
Abu-abu
Kit
Isi
Kode Warna
Kit 11
Hijau
Terang
2/2 cool
(disimpan
di suhu
dingin)
Blok 3
Pakai ulang
Keterangan
Kit 12
Jumlah
Boks
Hijau Tua
34
34/34
(disimpan
di suhu
dingin)
2/2
(disimpan
di suhu
dingin)
51
Tahun: _________________
Lokasi: _________________
WUS: _________________
<19
tahun
>19
tahun
52
52
Total
Safe Motherhood
Perawatan Intrapartum
RS
Puskesmas
Rumah
Total
2a
2b
2c
2d
2e
2f
2g
2h
2i
4 Kekerasan Seksual
Number
Number
Jumlah
5b
5c
Laki
Perempuan
Total
Akseptor
Lama
Dropouts
Total
6 KB
6a Jumlah Akseptor KB
Dengan metode
Akseptor
Baru
- Suntik
- Pil
- IUD
- MOW/MOP
Total
53
54
54