Materi Pencinta Alam PDF
Materi Pencinta Alam PDF
dimanakah pencinta alam? begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam
sebagai medianya. Bahkan Tak jarang aktivitas mereka berakhir dengan terjadinya
tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan
terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan
tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai
ajang hura-hura belaka. keberadaaan mereka belum mencirikan kejelasan arah gerak
dan pola pengembangan kelompoknya. Jangankan mencitrakan kelompoknya sebagai
pecinta alam, sebagai petualang pun tidak. Aktivitas mereka cenderung merupakan
aksi-aksi spontanitas yang terdorong atau bahkan terseret oleh medan ego yang
tinggi dan sekian image yang telah terlebih dulu dicitrakan, dengan demikian
banyak diantara para pencinta alam itu cuma sebatas gaya yang menggunakan alam
sebagai alat.
MAHESA, Environmental+Intelektualis+Adventurer
Akhir-akhir ini di mana degradasi lingkungan dirasa semakin parah, maka peran
pencinta alam sangat penting untuk membantu melestarikan lingkungan. Untuk
melengkapi perannya sebagai duta lingkungan hidup, MAHESA sebagai organisasi
pencinta alam yang Notabene anggotanya adalah seorang Mahasiswa, dituntut pula
untuk mengupgrade ilmu dan pengetahuan dan minat serta niat yang tulus untuk
selalu belajar, menambah pengetahuannya bukan hanya hal-hal yang menyangkut
tentang outdoor skill tetapi juga harus ber-etika dan ber-intelektual. Karena
seorang anggota MAHESA notabene juga adalah seorang Mahasiswa(yang berintelek),
seorang anggota MAHESA dituntut bukan hanya menguasai skill tentang outdoor
activities, tetapi juga haruslah sebagai mahasiswa yang rasionalis, analitik,
kritis, universal, dan sistematis. MAHESA sadar dibutuhkan sisi Intelektual untuk
menjembatani dan melengkapi sisi environmental dengan sisi adventurer.
MAHESA sebagai organisasi intelektual dengan gerakan enviromentalisme bermental
adventure yang berjuang keras dalam menjaga keseimbangan alam ini sebagai satu
gerakan untuk masa depan akan lebih berarti tindakannya dengan komitment dan
loyalitas yang tinggi dari anggotanya. Sebuah harapan untuk mengembalikan
keseimbangan alam ini, perbedaan pola fikir dan arah gerak environment dengan
adventurer dijembatani oleh sisi intelektualis para anggotanya yang merupakan
spesialisasi dan menjadi ciri dari MAHESA yang memahami pentingnya menjaga,
memelihara, melindung serta melestarikan alam Tanah Air tercinta ini dan
melakukannya secara aman dan tertib.. bukanlah suatu kemustahilan ketiga sisi
tersebut bersatu untuk masa depan lingkungan hidup Indonesia sehingga terciptanya
lingkungan hidup yang seimbang, stabil dan bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan
masa depan.
MOUNTAINEERING
I. PENDAHULUAN
Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu
kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yang
menamakan diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya).
Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian
bukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan
aktivitas mendaki gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki
dasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian suatu gunung banyak hal-hal yang
harus kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang berupa : aturan-aturan
pendakian, perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendaki
gunung dan lain-lain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering.
Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan,
yaitu :
1. Berjalan (Hill Walking)
Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatan
yang paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang
hanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol
adalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested)
2. Memanjat (Rock Climbing)
Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun ia
tetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyak
metode-metode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara
khusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti,
tangan hanya memberi pertolongan.
3. Mendaki gunung es (Ice & Snow Climbing)
Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah
cara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik
pendakian tebing gunung salju.
Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup :
Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK pegunungan, teknikteknik Rock Climbing dan lain-lain.
II. PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG
1. Pengenalan Medan
Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus
menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas
serta altimeter.
Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan
dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung
tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah
mendaki gunung tersebut bersama kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan
Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan dengan
berolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memeksimalkan
ketahanan nafas. Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/mempelajari
kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga timbul dalam pendakian beserta cara-cara
pencegahan/pemecahannya.
2. Pelaksanaan
Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawa
guide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunung
tersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian.
Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu :
- Kelompok pelopor
- Kelompok inti
- Kelompok penyapu
Masing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan
(penanggungjawab koordinasi).
Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang tersedia di setiap base camp
pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru kunci gunung tersebut.
Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu : Pelopor di depan
(disertai guide), kelompok initi di tengah, dan team penyapu di belakang. Jangan
sesekali merasa segan untuk menegur peserta yang melanggar peraturan ini.
Demikian juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah tiba di
puncak dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada yang
tertinggal.
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karena
dengan evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Ini
menuju perbaikan dan kebaikan (vivat et floreat).
V. FISIOLOGI TUBUH DI PEGUNUNGAN
Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian dan segala
konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi lingkungan pun
jelas akan berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya tampak jelas bila
dikaitkan dengan ketinggian adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakin
bertambah ketinggian maka suhu akan semakin turun dan kandungan oksigen udara juga
semakin berkurang.
Fenomena alam seperti ini beserta konsekuensinya terhadap keselamatan jiwa kita,
itulah yang teramat penting kita ketahui dalam mempelajari proses fisiologi tubuh
di daerah ketinggian. Banyak kecelakaan terjadi di pegunungan akibat kurang
pengetahuan, hampa pengalaman dan kurang lengkapnya sarana penyelamat.
1. Konsekuensi Penurunan Suhu
Manusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan demikian manusia
memiliki suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan kondisi suhu tubuh
terhadap perubahan suhu lingkungannya. Namun suhu yang terlalu ekstrim dapat
membahayakan. Jika tubuh berada dalam kondisi suhu yang rendah, maka tubuh akan
terangsang untuk meningkatkan metabolisme untuk mempertahankan suhu tubuh internal
(mis : dengan menggigil). Untuk mengimbangi peningkatan metabolisme kita perlu
banyak makan, karena makanan yang kita makan itulah yang menjadi sumber energi dan
tenaga yang dihasilkan lewat oksidasi.
2. Konsekuensi Penurunan Jumlah Oksigen
Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital untuk
menjamin kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi dalam tubuh
biasanya sangat erat hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasi
haemoglobin dalam darah. Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasi
Haemoglobin, maka kapasitas oksigen respirasi akan meningkat. Oleh karena itu
untuk mengatasi kekurangan oksigen di ketinggian, kita perlu mengadakan latihan
aerobic, karena disamping memperlancar peredaran darah, latihan ini juga
merangsang memacu sintesis sel-sel darah merah.
3. Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting yang
ditinjau dari sudut faal olahraga adalah system kardiovaskulare dan
neuromusculare.
Seorang pendaki gunung pada ketinggian tertentu akan mengalami hal-hal yang kurang
enak, yang disebabkan oleh hipoksea (kekurangan oksigen), ini disebut penyakit
gunung (mountain sickness). Kapasitas kerja fisik akan menurun secara menyolok
pada ketinggian 2000 meter, sementara kapasitas kerja aerobic akan menurun (dengan
membawa beban 15 Kg) dan juga derajat aklimasi tubuh akan lambat.
Mountain sickness ditandai dengan timbulnya gejala-gejala :
Biasanya terasa mual bahkan kadang-kadang sampai muntah, bila ini terjadi
maka orang ini harus segera ditolong dengan memberi makanan/minuman untuk mencegah
kekosongan perut.
Gejala-gejala ini biasanya akan lebih parah di pagi hari, dan akan mencapai
puncaknya pada hari kedua.
Apabila diantara peserta pendakian mengalami gejala ini, maka perlu secara dini
ditangani/diberi obat penenang atau dicegah untuk naik lebih tinggi. Bilamana
sudah terlanjur parah dengan emosi dan kelakuan yang aneh-aneh serta tidak peduli
lagi nasehat (keras kepala), maka jalan terbaik adalah membuatnya pingsan.
Pada ketinggian lebih dari 3000 m.dpl, hipoksea cerebral dapat menyebabkan
kemampuan untuk mengambil keputusan dan penalarannya menurun. Dapat pula timbul
rasa percaya diri yang keliru, pengurangan ketajaman penglihtan dan gangguan pada
koordinasi gerak lengan dan kaki. Pada ketinggian 5000 m, hipoksea semakin nyata
dan pada ketinggian 6000 m kesadarannya dapat hilang sama sekali.
4. Program Aerobik
Program/latihan ini merupakan dasar yang perlu mendapatkan kapasitas fisik yang
maksimum pada daerah ketinggian. Kapasitas kerja fisik seseorang berkaitan dengan
kelancaran transportasi oksigen dalam tubuh selai respirasi.
Kebiasaan melakukan latihan aerobic secara teratur, dapat menambah kelancaran
peredaran darah dalam tubuh, memperbanyak jumlah pembuluh darah yang mrmasuki
jaringan, memperbanyak sintesis darah merah, menambah kandungan jumlah haemoglobin
darah dan juga menjaga optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-hal
tersebut di atas, maka mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke selsel yang membutuhkan lebih terjamin.
Untuk persiapan/latihan aerobic ini biasanya harus diintensifkan selama dua bulan
sebelumnya. Latihan yang teratur ternyata juga dapat meningkatkan kekuatan
(endurance) dan kelenturan (fleksibility) otot, peningkatan kepercayaan diri
(mental), keteguhan hati serta kemauan yang keras. Didalam latihan diusahakan
denyut nadi mencapai 80% dari denyut nadi maksimal, biasanya baru tercapai setelah
lari selama 20 menit. Seorang yang dapat dikatakan tinggi kesegaran aerobiknya
apabila ia dapat menggunakan minimal oksigen per menit per Kg berat badan. Yang
tentunya disesuaikan dengan usia latihan kekuatan juga digunakan untuk menjaga
daya tahan yang maksimal, dan gerakan yang luwes. Ini biasanya dengan latihan
beban, Untuk baiknya dilakukan aerobic 25-50 menit setiap harinya.
VI. PENGETAHUAN DASAR BAGI MOUNTAINEER
1. Orientasi Medan
A. Menentukan arah perjalanan dan posisi pada peta
Dengan dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta.
Dengan menggunakan perhitungan teknik/azimuth, tariklah garis pada kedua titik
diidentifikasi tersebut di dalam peta. Garis perpotongan satu titik yaitu posisi
kita pada peta.
Bila diketahui satu titik identifikasi. Ada beberapa cara yang dapat dicapai
:
1.
Kalau kita berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, maka
perpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau
Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam. Sinar merah pada langit yang
tidak berawan mengakibatkan esok harinya cuaca baik. Sinar merah pada waktu
Matahari terbit sering mengakibatkan hari tetap bercuaca buruk.
Perbedaan yang besar antara temperature siang hari dan malam hari. Apabila
tidak angin gunung atau angin lembab atau pagi-pagi berhembus angin panas, maka
diramalkan adanya udara yang buruk. Hal ini berlaku sebaliknya.
Awan putih berbentuk seperti bulu kambing. Apabila awan ini hilang atau
hanya lewat saja berarti cuaca baik. Sebaliknya apabila awan ini berkelompok
seperti selimut putih maka datanglah cuaca buruk.
B. Membaca sandi-sandi yang diterapkan di alam
menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti :
- Sandi dari batu yang dijejer atau ditumpuk
- Sandi dari batang/ranting yang dipatahkan/dibengkokkan
- Sandi dari rumput/semak yang diikat
Tujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah dan perlu
kembali ke tempat semula atau pulang.
3. Tingkatan Pendakian gunung
Agar setiap orang mengetahui apakah lintasan yang akan ditempuhnya sulit atau
mudah, maka dalam olahraga mendaki gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitan
setiap medan atau lintasan gunung. Penggolongan ini tergantung pada karakter
tebing atau gunungnya, temperamen dan penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan
Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin
dengan tubuh dan mudah diambil.
Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan
badan / punggung.
Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui
dimana yang akan kita digunakan, misalnya: Tangkiling-Bukit Batu-Palangkaraya.
Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau
dengan berkelompok. contoh: satu kelompok (25 personil) terdiri dari 5 orang
anggota penuh (panitia) dan 20 orang siswa DIKLAT (peserta)
Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa
bermacam-macam contoh : Untuk melakukan DIKLATSAR.
Bagaimana perizinannya
2.
3.
4.
5.
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat menyiapkan perlengkapan dan
perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi beratnya tidak melebihi
sepertiga berat badan (sekitar 15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan
mengangkat beban sampai 30 kg.
Dari kegiatan penjelajahan, ada beberapa jenis perjalanan yang disesuaikan dengan
medannya, yaitu :
1. Perjalanan pendakian gunung
2. Perjalanan menempuh rimba
3. Perjalanan penyusuran sungai, pantai dan rawa
4. Perjalanan penelusuran gua
5. Perjalanan pelayaran
Untuk perjalanan ilmiah dan kemanusiaan, bisa pula dikelompokkan berdasarkan jenis
medan yang dihadapi. Dari setiap kegiatan tersebut, kita dapat mengelompokkan
perlengkapannya sebagai berikut :
1. Perlengkapan dasar, meliputi :
o Perlengkapan dalam perjalanan / pergerakkan
o Perlengkapan untuk istirahat
o Perlengkapan makan dan minum
o Perlengkapan mandi
o Perlengkapan pribadi
2. Perlengkapan khusus, disesuaikan dengan perjalananan, misalnya
o Perlengkapan penelitian (kamera, buku, dll)
o Perlengkapan penyusuran sungai (perahu, dayung, pelampung, dll)
o Perlengkapan pendakian tebing batu (carabineer, tali, chock, dll)
o Perlengkapan penelusuran gua (helm, headlamp/senter, harness, sepatu karet, dll)
3. Perlengkapan tambahan
Perlengkapan ini dapat dibawa atau tergantung evaluasi yang dilakukan (misalnya :
semir, kelambu, gaiter, dll).
Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu perjalanan, maka sebelum
memulai kegiatan, sebaiknya dibuatkan check-list terlebih dahulu. Perlengkapan
dikelompokkan menurut jenisnya, lalu periksa lagi mana yang perlu dibawa dan
tidak.
Apabila perjalanan kita lakukan dengan berkelompok, maka check-list nya untuk
perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan memerlukan waktu yang
lama, kita perlu menentukan perlengkapan dan perbekalan mana saja yang dibawa dari
rumah atau titik keberangktan, dan perlengkapan atau perbekalan mana saja yang
bisa dibeli di lokasi terdekat dengan tujuan perjalanan kita.
Yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi
kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Packing
Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan
dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking
barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan
perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.
Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada
saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa
ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang
dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena
panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah
planel atau paling tidak kaos dari bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang
mencolok agar bisa terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah
diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini
karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat
badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat
menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena
berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan
tenunan ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila
aktivitas dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan
bahan dari parasut tipis.
Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga
untuk menyediakan serep ganti.
5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan
untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan.
Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal
paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan
sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam
biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex,
sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah
mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini
memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan keringat mampu menahan
angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih
mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk
kegiatan pendakian gunung es].
6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan
seharian. Tempat istirahat yang ideal adalah dengan menggunakan slepping bag
[kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu
yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain.
Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat istirahat.
7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal
tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung
jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala
arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang
dapat dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali.
Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki
dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan
kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bila suatu saat
basah.
8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga
tidak terlampau kecil, artinya mampu menampung perlengkapan dan peralatan yang
dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong
dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan.
Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang
gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya,
karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.
9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi.
Bagimanapun juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan
bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting
menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu
dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan
bakar untuk memasak / membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll.
Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak
tersedia model dan jenis phipless].
Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan
berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang
berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah bungkusan
disembarang tempat.
10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau
pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga
setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits.
Perencanaan Perbekalan
Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang
perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Lamanya perjalanan yang akan dilakukan
Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan, dsb)
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan
dalam merencanakan perjalanan:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit
air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat
e. Murah
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat-syarat
diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut :
Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh
yang perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan.
Susun daftar makanan yang memenuhi syarat diatas, kemudian kelompokan menurut
komposisi dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing-masing kalori
totalnya (setelah siap dimakan).
Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila ada
kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan mineral secukupnya.
Catatan :
Kandungan kalori : - hidrat arang 4 kal/gr
- lemak 9 kal/gr
- protein 4 kal/gr
Bila engkau tidak dapat menjadi beringin yang tegak diatas puncak bukit, maka
jadilah saja rumput, tetapi rumput yang tumbuh memperkuat tanggul. Bila engkau
tidak bisa menjadi jalan besar, maka jadilah saja jalan setapak, tetapi jalan
setapak yang menuju ke mata air. Tidak semuanya dapat menjadi nahkoda, tentu harus
ada kelasi. Sebaik-baiknya engkau adalah menjadi dirimu sendiri.
Perjalanan ke alam terbuka pasti mengandung resiko. Tiap perjalanan memiliki
tingkat resiko dan bahaya yang bervariasi.bahaya dan resiko tersebut dapat jauh
diminimalisir dengan berbagai persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki
seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:
1.
Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat
pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu,
seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan
sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki
dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
2.
Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau
berenang secara rutin sebelum mendaki.
3.
Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco,
pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan,
sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda,
kantung tidur, matras.
4.
Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa
banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas.
Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
5.
Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus
bagi penderita penyakit tertentu.
6.
Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang
kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.
7.
Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan
ragu untuk kembali pulang.
Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai satu
bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil perjalanan
dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan tersebut.
Perasaan yang muncul saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara
fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena
tidak ada pula tantangan.
Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap
melanjutan pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki gunung
memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi] tinggi. Para
sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari
sesuatu yang didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalamanpengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan tersebut membentuk selfesteem [kebanggaan /kepercayaan diri].
Kesiapan mental.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan
fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.
Kesiapan fisik.
Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching
/perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah
perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya]. Jogging (lari pelanpelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan
kecepatan selalu kita tambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja situp, push-up dan pull-up Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya
melebihi porsi sebelumnya.
Kesiapan administrasi.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan
yang akan dituju.
class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki,
tali mungkin dibutuhkan oleh pemula
grade IV, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh dan memerlukan
bantuan lereng-lereng sempit untuk bisa naik
grade VI, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 2 hari atau lebih dan
dengan banyak sekali kesulitan
3. Berdasarkan tingkat keamanan pemanjat dari kemampuan alat yang digunakan
A3 ;penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk
menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasangan yang sangat teliti dan fall-faktor
yang tidak terlalu berbeban tinggi. Bila fall faktor tinggi, maka alat-alat akan
copot dan pendaki bisa menerima akibat fatal
A4 ;pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan beban
jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki
4. Berdasarkan tingkat kesulitan [difficult] medan pendakian
Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan Yossemite
Decimal System [YDS]. Pang-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di
gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat tebing. Oleh karena itu YDS
dimulai dengan grade 5 dan seterusnya. Pengkatagorian demikian biasanya digunakan
untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat
bantu dan pengaman apapun, biasanya pada jalur pendek]
Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan decimal, dimana
misalnya suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima point sembilan] lalu grade
selanjutnya menjadi 5.10 [lima point sepuluh]. Peng-angka-an ini menjadi aneh
akibat grade 5.9 lebih rendah dibanding dengan 5.10, padahal dalam matematika
sebaliknya.
YDS sendiri diawali dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13
dan 5.14. Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14.
Perkembangan keanehan peng-angka-an decimal ini menurut beberapa diskusi pegiatan
pendakian dan panjat tebing akibat keselahan memprediksikan kemampuan pendakian
pada saat system YDS dipublikasikan. Dimana pada saat itu diperkirakan kemampuan
pendakian / panjat hanya sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian berkembangan
kemampuan pendakian / pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa.
Bahkan saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka decimal yang terbatas,
5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh
bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari, hanya saja
perlu keseimbangan [balance] yang baik
5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya sangat
minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan memiliki grade
demikian.
5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk
menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya atau paling
tidak sama
5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk
menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.
5.14 ; mulus seperti kaca, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat
jalur pendakian/pemanjatan
Makanan (logistik)
Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki, selama
pendakian seserorang membutuhkan sitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, kalori
dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu
kali sehari di kala malam (saat berkemah) alasayanya beras realtif berat dan
memerluakan waktu yang lama untu memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar.
Fungsi beras dapat diganti dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.
Hal yang perlu diperjatikan hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih
dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu
perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan,
dapat juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.
Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki
kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian
berat ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawapun tidak banyak memakan
tempat didalam ransel.
Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil
yang terdanag dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obatobatan seperti pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum
jahit, jam dan alat tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan
darurat atau menjaga tubuh tetap bersih.
Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong
plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor
dan basah sebelum dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali
sampah-sampah pendakian, sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah
dibuang begitu saja di alam terbuka. Selain megotori, membuang sampah dapat
menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau
mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian oarang tersesat terbantu dengan
Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak begitu
terjal. Tangan kadang-kadang dipergunakan hanya untuk keseimbangan. Contohnya :
pendakian di sekitar puncak Gunung Gede Jalur Cibodas.
3. Climbing
Dikenal sebagai suatu perjalanan pendek, yang umumnya tidak memakan waktu
lebih dari 1 hari,hanya rekreasi ataupun beberapa pendakian gunung yang praktis.
Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki dan penguasaan
pemakaian peralatan.
Bentuk climbing ada 2 macam :
a. Rock Climbing
- pendakian pada tebing-tebing batau atau dinding karang. Jenis pendakian ini yang
umumnya ada di daerah tropis.
b. Snow and Ice Climbing
- Pendakian pada es dan salju. Pada pendakian ini, peralatan-peralatan khusus
sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampton, dll.
PENGETAHUAN DASAR SURVIVAL
Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari
keadaan tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk
dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari
keadaan yang buruk.
Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup.
Survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi
yang memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.
Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang
singkat hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup
lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan
pengalamannya.
Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena
dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan
berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi
dapat menguntungkan karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas
dalam mencapai tujuan akhir.
Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan
tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak
akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat
keadaan darurat adalah kunci dari survival. Pengaturan disini adalah memelihara
ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan
memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan
tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami
jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi
survival.
Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau
psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan
gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang
pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang
terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan
adaptasi efektif.
Berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :
1.
Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik
untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan
hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit.
2.
Selanjutnya dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam.
sejak keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperatur
yang sangat berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat
melindunginya contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh,
jika tidak ada rumah, tenda atau gua. Api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua
3.
Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan
terbebas dari CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah
istirahat fisik dan juga mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk
bertahan. Dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.
4.
Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah
persoalan didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan yang
mengandung air dan merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. Air
dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar buang air dan mencerna makanan. Kondisi
lingkungan yang exstrem tanpa air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga
tiga hari, sehingga air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah
bijaksana apabila pemakaian air dapat dihemat.
5.
Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak
manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan
berhari-hari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan
selama 40 sampai 70 hari. Keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas
terakhir dalam survival. Penghematan energi adalah salah satu cara untuk
mengimbangi kekurangan makanan.
Sikap dalam Survival
Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus
dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan
darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan
keterampilan. Bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan
kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi
fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat
membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. Juga yang
perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. Sikap mental positif
sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.
Apa saja yang berguna dalam mengha- dapi situasi survival dapat dilihat dalam dua
persoalan :
1.
Kesiapan mendiskusikan dengan jelas "apakah anda ingin hidup ?", ungkapan
yang sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri.
Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik
ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. Sadar atau tidak orang mempunyai
kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian. Oleh karena itu setiap orang
juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan.
2.
Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu
mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum
dengan temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan
penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada
akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya
otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional
berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan
dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh
kemampuannya, penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.
Mengapa ada Survival ?
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari
kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
3.
Melihat kemampuan anggota
4.
Mengadakan orientasi medan
5.
Mengadakan penjatahan makanan
6.
Membuat rencana dan pembagian tugas
7.
Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
8.
Membuat jejak dan perhatian
9.
Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam Survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
Ketegangan dan panik
Cara Pencegahan : Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis dan Persiapan
fisik dan mental
Matahari / panas
Kelelahan panas
Kejang panas
Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas : Penyakit akut / kronis, Baru
sembuh dari penyakit Demam, Baru memperoleh vaksinasi, Kurang tidur, Kelelahan,
Terlalu gemuk, Penyakit kulit yang merata, Pernah mengalami sengatan udara panas,
Minum alkohol, Dehidrasi.
Pencegahan keadaan panas :
Aklimitasi
Persedian air
Mengurangi aktivitas
Garam dapur
Gejala ; Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret,
kejang kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Pencegahan : Air garam di minum, Minum air sabun mandi panas, Minum teh
pekat atau di tohok anak tekaknya
Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori dan Membatasi kegiatan
Bahaya lainnya dalam survival adalah : Kelaparan, Lecet, Kedinginan [untuk
penurunan suhu tubuh 30 C bisa menyebabkan kematian]
Membuat Bivouck (Shelter)
Membuat bivouck atau shelter perlindungan dalam keadaaan darurat sebenarnya
bertujuan untuk untuk melindungi diri dari angin, panas, hujan, dingin dan
gangguan binatang.
Macam macam bivouck :
1.
Shelter asli alam ; Gua [yang bukan tempat persembunyian binatang, tidak ada
gas beracun dan tidak mudah longsor]. Ingat ! didalam gua jangan berteriak karena
dapat meruntuhkan dinding gua.
2.
Shelter buatan dari alam ; daun-daunan yang lebar, ranting kayu, atau
separuhnya alam dan separuhnya butan [misalnya ponco di kombinasi dengan ceruk
batu atau pohon tumbang atau ranting kayu]
Syarat bivouck :
Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivouck panggung]
Bahan kuat
Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
dan pepaya.
Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan, lengan, bibir
dan atau lidah, tunggu sesaat. Apabila terasa aman bisa dimakan.
Tebu
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa daunnya :
Selada air
Daun mlinjo
Singkong
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa akar dan umbinya :
Ubi jalar, talas, singkong
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa Buahnya :
Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
Dengan lensa / Kaca pembesar ; Fokuskan sinar pada satu titik dimana
diletakkan bahan yang mudah terbakar.
Gesekan kayu dengan kayu ; Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya
dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian
dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
Busur dan gurdi ; Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu
atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan
sediakan bahan penyala agar mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul /
sabut terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren
Survival kits
Survical kits adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam
perjalanan sebagai alat berjaga-jaga bila terjadi keadaan darurat atau juga dapat
digunakan selama perjalanan.
Beberapa contoh survival kits adalah :
Tali kecil
Senter
Peluit
Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air [tube roll film]
Obat-obatan pribadi
Lain-lain
ROCK CLIMBING
Pendahuluan
Olah raga rock climbing semakin berkembang pesat pada tahun-tahun terakhir ini di
Indonesia. Kegiatan ini tidak dapat dipungkiri lagi sudah sudah merupakan kegiatan
yang begitu diminati oleh kaula muda maupun yang merasa muda ataupun juga yang
selalu muda.Pada dasarnya, rock climbing adalah teknik pemanjatan tebing batu yang
memanfaatkan cacat batu tebing (celah atau benjolan) yang dapat dijadikan pijakan
atau pegangan untuk menambah ketinggian dan merupakan salah satu cara untuk
mencapai puncak. Ciri khas rock climbing adalah prosedur dan perlengkapan yang
digunakan dalam kegiatan, juga prinsip dan etika pemanjatan.
Rock Climbing bukan hanya menjadi komoditi industri olah raga dan petualngan saja.
Tetapi aplikasinya juga telah menjadi komoditas industri-industrilainnya seperti
wisata petualangan,outbound training,entertaiment,iklan dan film,serta industriindustri lainnya yang membutuhkan jasa ketinggian.Oleh karena itu perlu ilmu rock
climbing yang sangat mendasar sebagai acuan yang kuat diri dan dunia rock climbing
itu sendiri.
Sejarah Rock Climbing
Pada awalnya rock climbing lahir dari kegiatan eksplorasi alam para pendaki gunung
dimana ketika akhirnya menghadapi medan yang tidak lazim dan memiliki tingkat
kesulitan tinggi,yang tidak mungkin lagi didaki secara biasa (medan vertical dan
tebing terjal).Maka dari itu lahirlah teknik rock climbing untuk melewati medan
yang tidak lazim tersebut dengan teknik pengamanan diri (safety procedur).Seiring
dengan perkembangan zaman rock climbing menjadi salah satu kegiatan petualangan
dan olah raga tersendiri.Terdapat informasi tentang sekelompok orang Perancis di
bawah pimpinan Anthoine de Ville yang mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097
mdpl) di kawasan Vercors Massif pada tahun 1492. Tidak jelas benar tujuan mereka,
tetapi yang jelas, beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebingtebing batu di pegunungan Alpen diketahui adalah para pemburu Chamois (sejenis
kambing gunung). Jadi pemanjatan mereka kurang lebih dikarenakan oleh faktor mata
pencaharian.
Pada tahun 1854 batu pertama zaman keemasan dunia pendakian di Alpen diletakan
oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3708 mdpl). Inilah
cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga. Kemudian pada tahun-tahun
berikutnya barulah terdengar manusia-manusia yang melakukan pemanjatan tebingtebing di seluruh belahan bumi.
Lalu pada tahun 1972 untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal
olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam olimpiade Munich.
Baru pada tahun 1979 olah raga panjat tebing mulai merambah di Indonesia.
Dipelopori oleh Harry Suliztiarto yang memanjat tebing Citatah, Padalarang. Inilah
patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.
Teknik Dasar Pemanjatan / Rock Climbing
1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga
yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula
biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada
pegangan tangan, dan menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan
yang salah. Tangan manusia tidak bias digunakan untuk mempertahankan berat badan
dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan
untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan ke
tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini
memberikan peluang untuk tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit
(tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2. Friction / Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini
dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan
cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan
membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik
dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolaholah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan,
dikenal teknik-teknik berikut.
Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar.
Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah
sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan
masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki
menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua
tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas bersamaan
dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).
Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah
tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang
juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan
kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung
miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang
berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak
dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis
simpul yang digunakan adalah jenis Italian hitch.
4. Arm Rappel / Hesti
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan.
Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.
Dalam rapelling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan
terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada
tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :
1.
Periksa dahulu anchornya.
2.
Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
3.
Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan
bahwa tali sampai ke bawah (ke tanah).
4.
Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga
apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga
dapat melihat lintasan yang ada.
5.
Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan
lainnya.
Peralatan Pemanjatan
1. Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan
jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan
yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian
dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat
berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang
ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :
Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali
static digunakan untuk rappelling.
Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok
(merah, jingga, ungu).
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang
berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung
Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat.
Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot.
Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya
tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada
achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam
anchor, yaitu :
Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada
tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.
Mengetahui perbedaan antara; nuts dan cams, friends dan carabiner, dan lainnya
Belay Device (Peralatan untuk Belay)
Belay Device adalah peralatan untuk menahan tali saat pemanjatan
agar pemanjat tidak terjatuh. Banyak jenis yang biasa dipakai,
yang paling sering dipakai adalah ATC, Figure 8, dan Grigri.
Cam atau Friends
Spring Loaded Camming Device (SLCD) atau biasa disebut cam atau
friends adalah peralatan proteksi pemanjatan yang fenomenal,
diciptakan oleh Ray Jardine seorang aerospace engineer yang
senang manjat pada tahun 1973. Jika ditarik, ujungnya akan mengecil
sehingga mudah dimasukkan ke celah tebing. Jika dilepas ujungnya
akan mengembang memenuhi celah tebing. Cam tersedia dalam beberapa
ukuran disesuaikan dengan lebar celah tebing.
Carabiner
Ada banyak jenis carabiner, setiap jenis memiliki fungsi tersendiri
dalam pemanjatan.
Carabiner HMS memiliki kunci (screw) sebagai pengaman, dipakai
sebagai anchor pada top roping dan juga dipakai oleh belayer.
Carabiner D atau Oval dan Snap (Snapring) digunakan untuk keperluan
lain seperti untuk dipakai bersama dengan cam dan draw.
Quickdraw atau Runner
Adalah pasangan webbing atau sling dengan dua buah carabiner jenis
snapring, dipakai sebagai alat proteksi di tebing.
Hexes
Adalah pasangan sling dengan tabung alumunium (titanium) segi enam.
Berfungsi sama dengan cam, berharga lebih murah, tetapi lebih sulit
dalam penempatannya di celah tebing. Seperti cam. hexes tersedia dalam
beberapa ukuran.
Nuts
Nuts adalah peralatan proteksi yang paling banyak dipakai oleh
pemanjat tebing, fungsinya sama dengan cam dan hexes dengan harga
lebih murah.
Tricams
Adalah peralatan proteksi pemanjatan, walaupun berbeda bentuk tetapi
fungsinya sama dengan nuts. Pemakaiannya relatif sulit, tidak
dianjurkan dipakai untuk pemula.
Prosedur Pemanjatan
Tahapan-tahapan dalam suatu pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-langkah
sebagai berikut
1.
Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2.
Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
3.
a. Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudah
untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka
lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan
dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan
leader bila jatug. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun
memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
4.
Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba
pendakian.
5.
Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus
memasang achor.
6.
Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai
belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.
Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa
menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang
Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal
dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka,
misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di
keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada
dibawah skala angka).
Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat
untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi
Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS
(American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun
1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25
m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval
kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi
dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta.
Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat.
Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara
garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai
ada dua macam yaitu :
1.
Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah
garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis
khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar
dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat,
menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis
sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu
karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30
detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").
2.
Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan
suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah
Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis
vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat
ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada
peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm.
Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung
ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu
menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi
menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta.
Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di
peta tersebut.
1.
Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya,
pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta,
tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa
dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga
bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
2.
Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda
peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa
Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan
megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak
terganggu/peta dalam posisi horizontal.
puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda
dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan
posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
1.
Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat
tanda-tanda medan yang menyolok.
2.
Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
3.
Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai
dengan arah medan sebenarnya
4.
Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan
tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5.
Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya.
Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara
kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat,
dipakailah metode resection.
Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau
lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda
medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya
(untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh
misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
1.
Lakukan orientasi peta
2.
Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3.
Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut
(untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4.
Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas
bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5.
Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut
pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik
acuan.
6.
Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah
posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection
digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat
dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta.
Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita
dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih
dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
1.
Lakukan orientasi peta
2.
Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3.
Bidik obyek yang kita amati
4.
Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5.
Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan
langkah 1-3
6.
Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
obyek yang dimaksud.
Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180 maka back azimuth adalah
azimuth dikurangi 180. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200.
Back azimuthnya adalah 200 - 180 = 20
Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180, maka back azimuthnya adalah
180 ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh
azimuth 160, maka back azimuthnya adalah 180+160 = 340
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat
melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan).
Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut
kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk Kompas Bintang). Prinsipnya
membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke
depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.
Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan
hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari
titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
2.
Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan
tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
3.
Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan
lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
4.
Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama
tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back
azimuth).
5.
Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan
sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem
pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.
Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan
jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin
pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah
peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda
dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan
secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan
membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk
menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi
darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan
tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam
bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan
jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda
plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi
medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin
matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat.
Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik
lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik
belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena
pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang
ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide
lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi
menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai
petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.
Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan
memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
2.
Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
3.
Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk
dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan
posisi anda di peta sesering mungkin.
4.
Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan
pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan.
Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa
medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
5.
Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu
berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut
sehingga resiko bisa diminimalkan.
Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan
jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut
pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk
medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang
kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya.
Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada,
maka dibuatlah penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan :
1.
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
2.
Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
3.
Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
4.
Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter
block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.
Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
1.
Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil
biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
2.
Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata
jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili
ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa
dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau
diatasnya.
3.
Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik
tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan
jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda
buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
4.
Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut
dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak,
turun dan mendatar.
5.
Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama
sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan
titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi
pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam
menggunakan penampang yang telah dibuat.
Masa Primitif, gua dihuni oleh manusia Cro Magnon dan berlindung, kuburan
dan untuk pemujaan roh leluhur
1674, John Beaumont seorang ahli bedah dan ahli geologi amatir dari Samerset
Inggris melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran gua sumuran (potholing)
yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society
1670 - 1680, Baron Johann Valsavor dari slovenia adalah orang pertama yang
melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam bentuk laporan ilmiah lengkap dengan
komentar, sketsa dan peta sebanyak 4 jilid dengan total mencapai 2.800 halaman.
Atas jasanya British Royal Society memberikan penghargaan ilmiah kepadanya
1818, Kaisar Habsburg Francis I adalah orang yang pertama kali melakukan
kegiatan wisata di dalam gua yaitu saat mengunjungi Gua Adelsberg (Sekarang Gua
Postonja di eks Yugoslavia). Kemudian Josip Jersinovic yaitu seorang pejabat di
daerah tersebut tercatat sebagai pengelola gua profesional yang pertama
1838, Pengacara Franklin Gorin adalah tuan tanah yang memiliki areal dimana
gua terbesar dan terpanjang di dunia yaitu Mammoth Cave di Kentucky AS. Olehnya
gua tersebut dikomersialkan dan dipekerjakannya seorang mulatto bernama Stephen
Bishop berumur 17 tahun sebagai budak penjaga gua tersebut. karena tugasnya
tersebut Stephen Bishop dianggap sebagai Pemandu Wisata Gua Profesional (Cave
Guide) pertama. Mammoth Cave sendiri terdiri dari ratusan lorong (Stephen Bishop
menemukan sekitar 222 lorong) dengan panjang 300 mil hingga kini belum selesai
ditelusuri dan diteliti. Tahun 1983 oleh usaha International Union of Speleology,
Mammoth Cave diakui oleh PBB sebagai salah satu warisan dunia (World Herritage)
1866-1888, pada masa ini diakui sebagai saat lahirnya Ilmu Speleologi yang
dipelopori oleh Edouard Alfred Martel (1859-1938)berkat usaha kerasnya selama 5
yang diakui sebagai Bapak Speleologi Dunia. Semua ini tahun dalam suatu Kampanye
Penelusuran Gua yang berisi metoda yang menggabungkan bidang Ilmu Riset Dasar
dalam eksplorasi gua sehingga dapat dilakukan suatu penelitian yang Multi
disipliner dan Interdisipliner. Metoda tersebut diakui oleh para ahli sebagi cara
yang paling tepat, konstruktif dan efisien dalam meneliti lingkungan gua. Bahkan
tata cara tersebut dianggap sebagai pokok penerapan disiplin, tata tertib, etika
Gua litoral : sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun
Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena bentukan gua terbesar (70% dari
seluruh gua di dunia). Terbentuk akibat terjadinya peristiwa karst (pelarutan
batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan
batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping.
Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia adalah yang terbesar di dunia
Gua pasir, gua batu halit, gua es dsb. : adalah bentukan gua yang sangat
jarang dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah gua di dunia.
Fungsi gua :
Obyek sosial budaya (legenda, mistik) - gudang air tanah potensial sepanjang
tahun
Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi
kehidupan makro ekosistem di luar gua.
4. Apakah Speleologi Itu ?
Pengertian Kata Speleologi adalah Ilmu mengenai gua atau ilmu yang mempelajari
tentang lingkungan gua dan membahas berbagai aspek fisik dan biologisnya. Sedang
caving adalah kegiatan penelusuran gua. Secara umum menurut ketentuan
internasional, setiap kegiatan penelusuran gua harus mempunyai tujuan ilmiah dan
konservasi (berlaku untuk gua alam bebas). Sedangkan bila untuk tujuan wisata maka
hanya diperkenankan pada gua-gua khusus yang telah dibuka sebagai obyek wisata dan
telah dikelola secara profesional, lintas sektoral dan terpadu.
5. Terjadinya Gua Dan Jenisnya
Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan.
Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai zona lemah, merupakan sasaran bagi
suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa
larutan magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis
dan mengikis sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka
bekas jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah
atau bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah
gunung berapi.
gambar 1. proses terbentuknya gua
Proses yang terjadi terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis,
tetapi juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyai
permukaan yang halus dan licin.
Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan
komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini
sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air tanah. Oleh karenanya,
reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan di bawah permukaan.
Tetapi sering kali ditemukan juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di
dalam air, misalnya kuarsa dan mineral lempung. Lazimnya bahan-bahan ini akan
membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di tempat yang
tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, antara
lain berupa stalagtit dan stalagmit, yang tersusun dari mineral kalsit, dan
variasi-variasai ornamen gua lainnya yang menarik untuk dilihat.
Air cenderung bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di
bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini berakibat
daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya
sebuah celah tempat masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan
berupa rongga yang besar, bahkan lebih besar di tempat yang lebih dalam. Rongga
yang terbentuk mestinya berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang
Moto Speleologi :
o
Jangan MENGAMBIL sesuatu, kecuali mengambil GAMBAR
o
Jangan MENINGGALKAN sesuatu, kecuali meninggalkan JEJAK
o
Jangan MEMBUNUH sesuatu, kecuali membunuh WAKTU
Bertindak WAJAR
o
Tidak sok pamer atau menutup-nutupi kepandaian (merasa minder atau malu)
o
Jika tidak sanggup maka tidak memaksakan kehendaknya
o
o
Konservasi lingkungan gua harus menjadi TUJUAN UTAMA kegiatan Speleologi dan
dilaksanakan sebaik-baiknya oleh SETIAP PENELUSUR
Setiap penelusur gua wajib menaruh respek terhadap penduduk sekitar gua.
Minta ijin seperlunya, bila mungkin secara tertulis kepada yang berwenang, tidak
membuat onar atau melakukan tindakan-tindakan yang melanggar ketenteraman dan
menyinggung perasaaan panduduk. Jangan merusak pagar, tanaman penduduk atau
menganggu hewan milik penduduk. Sedapat mungkin menghormati dan mematuhi larangan2
yang diberikan pemuka masyarakat setempat berkaitan dengan gua yang akan
ditelusuri demi menjaga martabat kepercayaan setempat
Bila meminta ijin dari instansi resmi yang berwenang, maka harus dirasakan
sebagai kewajiban untuk membuat laporan dan menyerahkan hasilnya pada instansi
tersebut. Apabila meminta nasihat pada penelusur atau seorang lainnya, maka wajib
pula menyerahkan laporan kepada kelompok penelusur atau penasehat perseorangan itu
Sesuai dengan pandangan NSS dari USA, dilarang memamerkan benda-benda mati
atau hidup didalam gua untuk lingkungan NON penelusur gua dan NON Speleologi. Hal
ini untuk menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul, untuk ikut mengambil
benda-benda itu guna koleksi pribadi atau untuk melakukan penelusuran gua tanpa
pengetahuan teknis dan ilmiah yang cukup. Bila perlu hanya di pamerkan dalam
bentuk foto2 tanpa menyebutkan lokasi
Di tempat lokasi gua, para penelusur wajib memberitahukan penduduk nama dan alamat
para penelusur dan kapan diharapkan selesai menelusuri gua. Wajib memberitahukan
penduduk siapa yang harus dihubungi, apabila penelusur belum keluar dari gua
sesuai dengan waktu yang direncanakan
Para penelusur wajib memperhatikan keadaan cuaca. Wajib meneliti apakah ada
bahaya banjir didalam gua waktu turun hujan lebat dan meneliti lokasi2 mana di
dalam gua yang dapat dipergunakan untuk tempat menghindar dari banjir
Dalam setiap musibah setiap penelusur wajib bertindak dengan tenang tanpa
panik dan wajib patuh pada instruksi pemimpin penelusuran
Setiap penelusur gua wajib membaca berbagai publikasi mengenai gua dan
lingkungannya agar pengetahuan tentang Speleologi tetap berkembang, bagi yang
mampu melakukan penyelidikan atau opservasi ilmiah diwajibkan melakukan publikasi
agar sesama penelusur dapat menarik manfaat dari makalah2 itu.
TEKNIK DALAM PENELUSURAN GUA
Penelusuran Gua Horisontal
Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit
banyak harus harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat
menjadi panik dalam keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga mempengaruhi
kecepatan gerak seorang penelusur gua. Penelusur Gua ideal adalah yang memiliki
badan relatif kecil meskipun belum tentu menjadi jaminan akan menjadi penelusur
handal.
Sampai dengan saat ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran
gua vertikal. Yang dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single Rope
Technique (SRT).
SRT hanya menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan
beban ketika menaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat naik.
A. Peralatan Pribadi
Perlengkapan/peralatan yang disebutkan di bawah ini merupakan perlengkapan yang
harus melekat pada seorang penelusur gua pada saat melakukan penelusuran gua
vertikal. Secara garis besar peralatan yang harus dikenakan pribadi dibagi menjadi
3, yaitu alat untuk naik, alat untuk turun dan peralatan penunjang.
Peralatan Naik (ascender)
Ada beberapa jenis peralatan yang dapat dikategorikan dalam ascender, yang
memiliki keistimewaan apabila terbeban akan semakin mengunci ke tali.
1. Foot Loop Jammer
Alat ini akan digunakan oleh tangan untuk menarik beban badan, dihubungkan dengan
webbing ke sit harness, sehingga juga menjadi pengaman kita. Pada alat ini
ditempatkan foot-loop (sling injak) dan security link (tali pengaman). Alat ini
menggunakan gigi-gigi runcing untuk mencengkram mantel dari tali, sehingga semakin
terbeban akan semakin mengunci ke tali. Yang biasa digunakan sebagai Foot Loop
Jammer adalah Jumar produksi Petzl, yang memiliki dua warna, kuning untuk tangan
kiri, dan biru untuk tangan kanan. Ada beberapa jenis ascender lain yang memiliki
bentuk dan fungsi hampir sama dengan Jumar Petzl, diantaranya CMI Jammer.
2. Chest Jammer
Alat untuk naik yang prinsipnya hampir sama dengan Jumar, namun bentuknya lebih
ringkas (tidak ada pegangan untuk tangan), dan dihubungkan langsung dengan Sit
Harness dan Chest Harness, selain sebagai alat naik, juga berguna untuk menjaga
agar badan tetap sejajar dengan tali. Chest Jammer keluaran Petzl biasa disebut
Croll yang memang sudah dirancang untuk kepentingan SRT.
Jumar dan Croll merupakan dua alat utama yang digunakan dalam SRT, ketika badan
kita menggunakan Croll sebagai pengaman, dalam artian beban kita bergantung di
Croll, tangan kita dapat menggunakan Jumar untuk menambah ketinggian.
Peralatan Turun (Descender)
1. Figure Of Eight
Dapat digunakan sebagai alat turun, namun dalam SRT hal ini tidak dianjurkan,
mengingat Figure Of Eight mengandalkan friksi dengan tali dengan cara membelokkan
arah tali, sementara tali yang digunakan di SRT adalah Tali Statis yang akan lebih
mudah rusak apabila arah gayanya diubah.
2. Bobin Descender
Alat yang dikeluarkan Petzl ini, dikhususkan penggunaannya untuk menuruni tali
pada SRT, yang digunakan adalah Bobin Single Rope. Bobin digunakan oleh orang yang
sudah terbiasa menuruni tali dengan SRT, karena tidak memiliki kunci pengaman,
kontrol kecepatan diatur oleh tangan kita.
3. Rack
Rack memiliki batang-batang yang dapat dirubah posisinya, untuk mengatur friksi
antara alat dengan tali, hal ini akan mempengaruhi kecepatan. Rack akan relatif
lebih dingin setelah pengunaan jangka panjang.
4. Auto Stop Descender
Auto Stop merupakan alat turun yang paling aman untuk digunakan dalam melakukan
SRT. Hal ini karena Auto Stop dilengkapi dengan sistem kunci otomatis, dan dapat
dipasang tanpa melepaskannya dari kaitan ke harness.
Peralatan Penunjang
Merupakan peralatan yang juga harus dikenakan ketika melakukan SRT, yang
digambarkan disini adalah prinsip-prinsipnya, bisa digunakan benda lain dengan
prinsip sama
1. Sit Harness
Ada berbagai jenis Sit Harness, untuk keperluan SRT Petzl khusus mengeluarkan
Avanti. Sit Harness ini berbeda dengan harness untuk keperluan memanjat ataupun
canyoning. Avanti dapat diubah ukurannya sesuai dengan badan kita, karena dalam
melakukan SRT, ukurannya harus benar-benar tepat agar terasa nyaman.
2. Linking Maillon
Semacam karabiner tetapi tidak memiliki sebuah gate (pintu dengan per). Maillon
sangat kuat, terdiri dari berbagai tipe dan ukuran. Linking Maillon gunanya
sebagai penghubung foot-loop jammer dengan foot-loop dan safety link. Alternatif
lain dapat menggunakan small oval screwgate carabiner.
3. Foot Loop
Atau tangga, digunakan waktu naik meniti tali. Foot loop merk Camp dapat
dipanjang dan pendekkan sesuai dengan keperluan. Alternatif lain memakai etrier
atau sling.
4. Security Link
Disebut juga safety link, gunanya sebagai safety pada waktu naik. Terbuat dari
Dynamic Climbing Rope, berdiameter 9mm. Panjangnya sejangkau tangan atau lebih.
Pada kedua ujungnya dibuat figure of eight knot. Ujung pertama di foot loop
jammer dan ujung lainnya di attachment pada sit harness. Bisa juga menggunakan
webbing.
5. Chest Harness
Merupakan harness khusus di dada. Bentuknya seperti angka delapan. Chest harness
berguna untuk menempatkan petzl croll waktu naik, sehingga badan tetap sejajar
dengan tali. Figure of eight chest harness merupakan perlengkapan standar.
Alternatif lain memakai sling/chest strap.
6. Main Attachment
Delta maillon 10mm adalah main attachment. Terbuat dari baja (steel) atau
aluminium. Main attachment merupakan tempat utama untuk berbagai kaitan/sangkutan.
Selain untuk mengunci sit harness, delta maillon juga untuk mengkaitkan croll,
security link, cows tail dan descender. Untuk posisi main attachment tidak pernah
digunakan carabiner.
7. Cows tail
Sebagai pengaman pada saat melewati sambungan tali dan pindah anchor, waktu
menuruni tali atau menaiki tali. Cows tail dapat dibuat dari climbing rope
11mm. Panjangnya kemudian dilipat dua tidak sama panjang. Masing-masing ujungnya
dibuat figure of eight knot juga bagian tengahnya, bagian yang membagi dua. loop
pada bagian tengah ini dikaitkan pada delta maillon.
8. Karabiner
Oval karabiner digunakan untuk cows tail sedangkan oval screw gate karabiner
untuk descender. Pada umumnya dalam penelusuran gua vertikal digunakan oval screw
gate carabiner.
9. Helmet
Merupakan perlengkapan vital dan wajib dikenakan oleh para penelusur gua. Gunanya
untuk melindungi kepala dari kemungkinan terbentur atau tertimpa batu. Petzl
helmet diperlengkapi dengan lampu karbit.
gambar 8. peralatan pribadi SRT
B. Perlengkapan Tim
1. Tali
Tali yang dipakai dalam penelusuran gua vertikal, harus mempunyai karakteristik
sebagai berikut : kuat, memiliki daya tahan terhadap gesekan, daya lentur kecil
dan dapat menyerap kejut. Speleo rope memenuhi syarat ini. Biasanya, spleleo rope
yang dipakai berdiameter 9,5 mm sampai 11 mm.
Pemeliharaan :
Untuk memperpanjang umur tali, jauhkan dari asam (acid), alkali, hindarkan dari
kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan rope pad (alas tali). Cucilah tali
setelah digunakan, tetapi jangan memakai sabun, pakailah sikat halus. Jemur tali
di tempat teduh da berangin, jangan sekali-kali menjemur di panas matahari.
2. Webbing
Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon. Digunakan untuk membuat harness,
anchor, dan lain-lain.
3. Perlengkapan lainnya
Perlengkapan lain yang diperlukan seperti tas untuk membawa tali (rucksack, tackle
bag), juga untuk membawa perlengkapan lainnya. Alat penerangan seperti lampu
batre, lampu karbit, atau lainnya. Sebaiknya membawa batre atau karbit cadangan.
Untuk membawa karbit dapat digunakan ban dalam mobil atau motor.
kiri pada descender, sedangkan tangan kanan memegang tali bawah sebagai kontrol
laju pada waktu turun.
Kecepatan waktu abseiling sebaiknya konstan, jangan terlalu cepat atau tersendatsendat selain berbahaya juga akan merusak tali. Untuk mengurangi laju percepatan
gunakan carabiner untuk menambah friksi. Carabiner ini dikaitkan pada main
attachment. Sebelum melakukan abseiling, jangan lupa membuat simpul pada ujung
tali.
gambar 12. memasang dan mengunci autostop
Pindah Anchor (passing a re-bellay on the descend)
Seringkali pada saat penelusuran gua harus memasang anchor lebih dari satu. Untuk
dapat melewati anchor waktu turun atau naik, diperlukan pengetahuan atau teknik
pindah anchor.
Teknik pindah atau melewati anchor :
- Pasang cows tail pendek pada anchor, pada saat posisi descender sejajar dengan
anchor.
- Turun lagi sampai beban ada pada cows tail pendek, pasang cows tail panjang
pada hang belay, buka descender yang sudah bebas beban.
- Buka cows tail pendek dengan cara berdiri pada foot loop.
- Lanjutkan abseiling, lepaskan cows tail panjang dan lepas foot loop jammer.
Pindah Sambungan (Passing a knot on the descend)
Kadang-kadang tali yang digunakan untuk menuruni gua tidak cukup panjang dan harus
disambung dengan tali lain agar dapat mencapai dasar.
Teknik melewati sambungan :
- Turunkan descender hingga menyentuh sambungan tali
- Pasang cows tail pada safety loop figure of eight
- Pasang chest jammer, croll pada tali di atas descender, jangan terlalu jauh atau
terlalu dekat
- Buka descender dan pasang di tali bawah sambungan dengan posisi mengunci
- Buka croll, dengan bantuan foot loop
- Lanjutkan abseiling setelah melepas cows tail dan foot loop jammer.
Prussiking (teknik menaiki tali)
Yaitu bagaimana supaya penelusur gua dapat tiba kembali ke permukaan. Dalam
vertikal caving, telah dikembangkan berbagai teknik memakai tali dengan kelemahan
dan kelebihannya.
Ada dua system, yaitu :
1. Rope Walking System
Ciri utama dari sistim ini adalah kedua kaki diikat pada ascender yang terpisah,
sehingga setiap kaki dapat bergerak dengan bebas. Gerakan yang terlihat seperti
seorang yang sedang menaiki tangga. Semakin tegak badan seseorang, semakin efisien
sistim ini berjalan. Rope walking system terdiri dari Floating system, Basis
Mitchell system, Pigmy system dan gabungan ketiganya.
gambar 13. sit-stand system
2. Sit-stand system
Berbeda dengan rope walking system, pada sistim ini tidak menggunakan dua
ascender, tetapi cukup hanya satu ascender. Kedua kaki bergerak bersama, sehingga
beban ditopang bersama. Keuntungannya kaki tidak cepat capai dan mudah untuk
istirahat. Sit stand system terdiri dari frog system, inchworm system, texas
system dan a one ascender prusik system. Dari keempat sistim, frog system paling
sering digunakan karena efisien dan aman.
Frog system menggunakan satu jummar dan chest jammer croll di dada. Tangan kanan
mendorong jumar ke atas, sehingga kedua kaki dalam foot loop berada dalam posisi
terlipat. Pada posisi berdiri, croll ikut bergerak ke atas, sampai berada di bawah
jummar. Demikian seterusnya.
Pindah anchor (passing a re-belay on the ascend)
Seperti pada abseiling, teknik melewati anchor waktu naik tidak banyak berbeda.
Teknik melewati anchor :
- Pasang cows tail pada anchor
- Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas anchor berdiri
- Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang pada tali atas.
- Buka cows tail dan lanjutkan ascending.
Pindahan sambungan (passing a knot in the ascend)
- Pasang cows tail pada safety loops figure of eight knot.
- Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas sambungan.
- Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang tali atas.
- Buka cows tail dan lanjutkan ascending.
KEMUNGKINAN KECELAKAAN YANG TERJADI
Sebagian besar kecelakaan yang terjadi di dalam gua, berasal dari kesalahan si
penelusur sendiri. Dalam keadaan yang sangat gelap sering kali seorang penelusur
melakukan kesalahan dalam menaksir jarak, sehingga sebuah lubang yang cukup dalam,
terlihat dangkal. Tipuan ini menyebabkan ia merasa mampu untuk meloncat ke dalam
lobang tersebut. Etikanya tidak diperkenankan melakukan lompatan apapun di dalam
gua.
Tertimpa batu, merupakan kejadian yang sering terjadi, karena runtuhan alami
akibat rapuhnya dinding gua atau akibat ketidaksengajaan si penelusur gua yang
menyebabkan jatuhnya batuan dan menimpa penelusur lain. Helm menjadi wajib
dikenakan untuk melindungi kepala.
Jenis kecelakaan yang lain, akibat buruknya atau tidak memenuhi syarat
perlengkapan yang dipakai, misalnya tali putus, ascender tidak berfungsi. Oleh
karena itu perawatan dan pemeliharaan alat-alat setelah digunakan mutlak
dilakukan. Jangan ragu-ragu untuk memotong tali pada bagian yang terkoyak akibat
gesekan, misalnya.
Bahaya banjir merupakan faktor penyebab utama kecelakaan lainnya. Demikian pula
faktor suhu udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saat melakukan
eksplorasi di gua yang basah.
Kejadian-kejadian di atas bukan tidak mungkin untuk dihindari, semuanya tergantung
dari persiapan dan pengalaman yang dimiliki oleh penelusur gua.
PEMETAAN
Dalam kegiatan penelusuran gua, pemetaan merupakan suatu hal yang penting, bahkan
pemetaan dapat disebut sebagai aspek ilmiah dari suatu kegiatan yang bersifat
petualangan. Meskipun sebenarnya banyak penelitian ilmiah yang dapat dilakukan di
dalam gua, seperti penelitian Biologi, Geologi, Geomorfologi, Arkeologi,
Hidrologi, Geografi, dan lain sebagainya. Tetapi sebenarnya pemetaan menduduki
posisi yang paling penting. Boleh-boleh saja dalam penelusuran gua tidak melakukan
penelitian Biologi atau Geologi atau yang lainnya, tetapi pemetaan merupakan hal
yang wajib dikerjakan oleh seorang yang berpredikat caver.
Begitu penting pemetaan, sampai-sampai ada seorang teman dari jurusan Geografi
yang menyatakan bahwa sebuah peta lebih mempunyai banyak arti daripada seribu
kata-kata.
Pemetaan merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat perekaman atau
pendokumentasian. Dalam hal ini adalah yang berhubungan dengan rekaman bentukan
fisik gua, misalnya bentuk atau denah lorong, panjangnya, tingginya, keletakan
ornamen, apa saja ornamennya, posisi aliran air, lumpur, sump, dan lain
sebagainya.
Pemetaan sebuah gua merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan gua
tersebut, sehingga peta tersebut akan menjadi informasi untuk penelusur gua
lainnya, ia akan mengetahui denah guanya, ukurannya, ornamen yang menghiasinya,
dan lain sebagainya, jauh dari sebelum ia sendiri memasuki gua tersebut. Pemetaan
juga memberikan informasi ilmiah yang berguna bagi penelitian ilmu pengetahuan.
Peta gua juga berarti sebagai bukti seorang caver telah memasuki atau
mengeksplorasi suatu gua.
Peta Gua
Sebuah Peta Gua yang baik, akan dapat memberikan gambaran kepada orang yang
membaca peta tersebut dengan mudah.
Sehingga sebuah peta gua harus Informatif, dan Komunikatif.
Dianggap informatif apabila, data-data yang perlu diketahui dapat ditemukan
disini, dalam hal ini data-data yang dibutuhkan untuk sebuah kepentingan
eksplorasi. Tentu akan berbeda dengan peta yang dibuat untuk kepentingan
penelitian, atau wisata misalnya. Dan peta tersebut akan komunikatif apabila dalam
hasil akhirnya tidak membingungkan orang yang membacanya, memiliki alur dan
susunan yang jelas dan sesuai dengan aturan yang telah disetujui bersama.
Peta sebuah gua minimal menerangkan tentang;
1. Penampang Atas, atau denah lorong untuk menunjukkan bentukan, arah dan belokan
lorong.
2. Penampang Samping, Irisan, atau Section untuk menunjukkan ketinggian lorong,
dan kemiringan gua tersebut.
3. Simbol Ornamen, simbol-simbol yang telah disepakati untuk mewakili ornamen yang
terdapat di dalam gua tersebut.
4. Potongan Stasiun, ditiap titik yang dijadikan sebagai pos atau stasiun
digambarkan potongannya.
5. Data Gua, keterangan mengenai gua tersebut, namanya, letak geografis dan
administratifnya, surveyornya, dan tanggal dilakukan survey untu pemetaan. Hal ini
termasuk penting mengingat perubahan bentukan gua dapat terjadi setiap saat.
6. Skala, untuk menunjukkan perbandingan, biasanya digunakan skala batang karena
lebih mudah untuk membayangkan keadaan sebenarnya.
7. Arah Utara Peta
8. Legenda, atau keterangan simbol.
Apabila sudah terdapat hal-hal tersebut, maka peta gua yang dibuat seharusnya
sudah mampu memberikan informasi yang cukup bagi penelusur gua lainnya.
Sebuah peta gua tentunya juga memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda. Di dunia
ada beberapa penilaian terhadap keakuratan tersebut, tergantung pada kesepakatan
federasi masing-masing.
Saat ini, yang lazim digunakan di Indonesia adalah sistem grade yang digunakan di
Eropa, yang memakai skala 1 sampai 6. Mengenai hal ini akan dijelaskan lebih
lanjut di tahap pendalaman.
Untuk mendapatkan informasi yang akan dituangkan ke dalam peta gua, ada beberapa
prosedur pemetaan yang harus dilakukan. Sekilas prosedur-prosedur ini akan tampak
merepotkan ketika mengeksplorasi sebuah gua, namun sebenarnya kerepotan tersebut
akan terbalas dengan hasil yang nantinya kita dapatkan.
Alat-alat perlengkapan pemetaan
1. Drafting film atau Kodak Trace sejenis kertas kedap air, seperti kertas kalkir
tetapi lebih tebal dan kedap air juga bisa dihapus jika menggunakan alat tulis
pinsil.
2. Topofil, alat untuk mengukur jarak antara stasiun. Kalau tidak ada dapat juga
dipakai rollmeter.
3. Alas tulis dan alat tulis (pinsil, penghapus, dan serutan)
4. Kompas, alat untuk mengukur sudut deviasi atau azimuth. Biasanya kompas Silva
atau Suunto yang digunakan.
5. Clinometer, alat untuk mengukur kemiringan gua (turun atau naik) Suunto PM5/360
adalah Clinometer yang terbaik.
Prosedur pemetaan yang dimaksud disini adalah teknis pengambilan data untuk
menghasilkan sebuah peta gua, data-data tersebut akan dicatat di sebuah catatan
lapangan untuk kemudian diterjemahkan. Secara garis besar, pengambilan data
dilakukan dengan membuat bentukan kasar gua yang dieksplorasi, dengan cara
mengambil beberapa titik untuk dijadikan sebagai stasiun. Di stasiun-stasiun
tersebutlah data-data direkam, diantaranya arah lorong, ketinggian lorong,
kemiringan antara stasiun, tinggi langit-langit gua, lebar lorong dan keterangan
lainnya.
Pemetaan dapat dilakukan oleh minimal dua orang, dimana satu orang menjadi leader
yang memegang ujung alat ukur dan menentukan posisi stasiun, sementara orang kedua
menjadi pencatat data yang memasukkan data ke dalam field note.
Leader, adalah orang yang berhak menentukan posisi stasiun. Satu titik dapat
dijadikan stasiun karena beberapa sebab yaitu;
- Lorong yang dieksplorasi berubah arah
- Leader sudah tidak dapat terlihat oleh orang kedua
- Terdapat kemiringan yang ekstrim
- Terdapat perubahan bentukan lorong yang ekstrim
- Terdapat ornamen yang unik
- Jarak dengan stasiun terakhir sudah menjadi jarak maksimal untuk membuat peta
dengan grade tertentu.
Satu hal yang mutlak diperhatikan adalah bahwa posisi leader harus masih terlihat
oleh pencatat data.
Contoh catatan lapangan
Keterangan :
STS; Adalah nama stasiun, dapat dinamakan sesuai kehendak, misalnya A-B,B-C, atau
1-2,2-3, dll.
Jarak; adalah jarak antara stasiun yang satu dengan yang lainnya
Azim.; adalah sudut yang ditunjukkan oleh kompas antara satu stasiun dengan
stasiun disepannya
Clino; adalah derajat kemiringan antar stasiun, biasanya + apa bila stasiun
didepannya lebih tinggi, dan - bila stasiun didepannya lebih rendah.
Kanan dan Kiri; adalah jarak dari poros orang ke dinding gua kanan dan kiri.
Atas dan Bawah; adalah Tinggi dan kedalaman gua.
Keterangan; diisi dengan hal-hal khusus yang ditemui, seperti ornamen yang unik,
keterangan mengenai bentukan lorong, dll
Selain itu dalam pemetaan, pencatat data juga membuat sketsa lorong dan irisan
stasiun yang akan memudahkan pembuatan peta gua.
Cara Kerja
1. Stasiun A biasanya pada mulut atau pintu masuk gua. Di sini berdiri pencatat
data yang membawa kompas, clinometer dan catatan lapangan.
2. Leader membawa topofil atau rollmeter (ujung benang atau pita meter dipegang
oleh Pencatat data) hingga tempat yang dianggap sebagai stasiun B
3. Pencatat data mencatat hasil pengukuran panjang, azimuth, clino juga mencatat
lebar kiri dan kanan lorong pada stasiun A pada lembar catatan lapangan.
4. Pencatat data juga membuat sketsa denah lorong gua antara stasiun A dan stasiun
B. Pekerjaan ini dapat dibantu dengan adanya benang atau pita meter yang memanjang
antara stasiun A dan stasiun B. Pintu masuk juga dibuat denah dan irisannya.
5. Rekam dan catat juga atau ploting pada sketsa jika dijumpai hal-hal yang
istimewa atau khusus, seperti adanya stalagmit yang besar atau adanya aliran air,
flowstone, dsb.
6. Selanjutnya pencatat data menuju stasiun B dan surveyor 2 menuju stasiun C dan
kembali melakukan pengukuran, pemetaan dan pembuatan sketsa denah.
7. Pada prakteknya dapat dilakukan bergantian
8. Jangan lupa membuat gambar potongan / irisan dari lorong-lorong tertentu atau
khusus.
Menyalin data lapangan menjadi sebuah peta gua
Langkah pertama yang harus dilakukan di tahap ini adalah menyalin kembali data
lapangan sesegera mungkin, karena catatan lapangan kita pasti akan kotor, dan
kemungkinan tidak jelas terbaca.
Kemudian kita membuat peta gua kasar di kertas milimeter block. Data Azimuth,
Kanan, kiri dan jarak akan berguana dalam membuat Penampang atas atau denah,
sementara data kemiringan, atas dan bawah akan berguna untuk membuat irisan atau
penampang samping.
Setelah itu, kita dapat menyalin draft peta yang telah kita buat ke kertas kalkir,
dan kemudian ditambahkan kelengkapan-kelengkapan lainnya.
gambar 16. contoh peta gua
Hambatan
Berbeda dengan pembuatan / survey pemetaan yang biasanya dilakukan di tempat
terbuka, maka pemetaan gua sepenuhnya dilakukan di dalam gua, jauh di bawah muka
bumi. Kondisi gua yang pastinya gelap total, hanya ada penerangan lampu karbit
yang terbatas cahayanya, belum lagi lantai gua yang penuh lumpur, ruangan yang
sempit, dan waktu yang terbatas dimana kita tidak dianjurkan lupa waktu di dalam
gua. Tetapi itu semua bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan pemetaan gua,
lebih-lebih bagi mereka yang mengaku sebagai caver. Yang ingin digarisbawahi di
sini adalah bahwa apapun kondisinya seorang caver wajib membuat peta gua di dalam
eksplorasinya, khususnya gua-gua yang belum dipetakan.
7. Peralatan
Peralatan itu dapat dibagi menjadi dua katagori :
A. Perlengkapan pribadi :
Helm, diusahakan yang tidak mudah pecah. Jika ternyata pecah tidak akan
melukai kepala
Sepatu, usahakan yang tinggi sehingga dapat melindungi dari gigitan binatang
berbisa atau terkilirnya pergelangan kaki
Tempat air minum, dibutuhkan bila penelusuran lebih dari 3 jam, dapat pula
untuk mengisi tabung karbit
Masker hidung, ini terutama digunakan untuk gua yang banyak Guano-nya
(penyebab sakit paru-paru)
Alat tulis kedap air, untuk penelusuran yang rumit dan jauh sebagai catatan
perjalanan dan untuk keperluan pemetaan
Alat penunjuk jalan, alat ini bisa berupa bendera, benang dll. dipergunakan
untuk gua yang banyak lorongnya
Jam tangan kedap air, penunjuk waktu yang akurat sangat penting dalam
penelusuran.
Tali, dalam hal ini mutlah diperlukan dalam kegiatan penelusuran gua
vertikal. Alat ini sangat sensitif dan nyawa penelusur bergantung pada kualitas
dan cara pemeliharaannya. Untuk penelusuran dipergunakan tali statik atau tali
Speleo dan diperlukan yang berdiameter 9 - 11 mili. Untuk panjang tali disesuaikan
dengan kebutuhan
Tangga kawat baja, sangat fleksibel dalam penggunaannya dan mudah dibawa.
Sangat aman untuk melintasi air terjun terurtama jika rombongan sebagian besar
kurang mampu menggunakan peralatan SRT. Tiap penggunaan tangga baja ini harus
menggunakan pengaman (Safty line) tali dinamis
Tas besar (speleo bag), untuk tempat tali atau peralatan yang lainnya
Tidak memaksakan menelusuri gua bila badan kurang sehat
Jangan masuk gua di musim hujan, seorang penelusur gua pada masa ini
biasanya cuti kegiatan dan hanya diisi dengan latihan ringan atau memperdalam
pengetahuan
Mintalah ijin kepada orang tua dan aparat daerah setempat dan instansi
terkait sekaligus berpamitan dengan sejujurnya tentang tujuan dan lokasi kegiatan,
perhatikan dengan cermat serta patuhi segala wejangan atau nasihat mereka
Kekurangan oksigen dan gas beracun, lorong penuh kelelawar atau tumpukan
guano, banyak terdapat akar pohon menjulur, tidak berair, berbau belerang dan
pengap harus dihindari karena penuh dengan kandungan gas beracun seperti CO dan
HS. Tanda-tanda umum kurangnya oksigen atau serangan gas racun biasanya terjadi
pening dan halusinasi
Keruntuhan atap dan meledak, adalah kejadian tak terduga yang tidak dapat
dihindari bisa diakibatkan gempa bumi atau ledakan dalam gua (jangan membuang sisa
karbit dalam gua atau masuk ke lorong penuh guano dengan lampu karbit). Untuk
menghindarinya perhatikan apakah lokasi tersebut merupakan bekas penambangan kapur
atau dekat dengan lokasi peledakan dinamit sebuah proyek
Banjir, bisa dideteksi bila terdengar suara gemuruh dalam lorong, air sungai
yang terasa hangat dan terlihat sampah hanyut dalam aliran air. Perhatikan batas
air di dinding sehingga dapat diperkirakan ketinggian air saat banjir, tentukan
juga sebuah lokasi atau cekungan di atas batas banjir sebagai tempat berlindung
darurat bila terjebak banjir
(bahkan dapat dilihat dengan jelas uap air yang keluar dari tubuh bila dilihat
dengan sorot lampu)
Bahaya terbesar bagi penelusur gua 99% justru adalah di jalan raya,
kelelahan akibat padatnya jadwal penelusuran mengurangi konsentrasi pada saat
mengemudi. Jalan terbaik sewalah pengemudi profesional yang tidak terlibat dalam
tim sebagai tenaga penunjang mobilitas.
Bibliografi
Budworth, Geoffrey. The Knot Book, Great Britan : Paerfronts
Judson, David. Caving Practice and Equipment, London : British Cave Research
Association, 1984.
Lyon, Ben. Venturing Underground, London : EP Publishing Ltd, 1983.
Mc Clurg, Dain. Exploring Caves : A Guide to The Underground Wilderness,
Ontario : Thomas Nelson & Sons Ltd, 1980.
Meredith, Mike, Vertikal Caving, Paris , 1982.
Montgomery, R.Neil. Single Rope Technique : A guide for vertical cavers, Sydney
: The Sydney Speleological Society, 1977.
Edwin, Norman, Etika Dasar Penelusuran Gua, Jakarta : Paper Kursus Dasar III
1983.
Edwin, Norman, Caving : Menelusuri Kegelapan, Jakarta : Paper Kursus Dasar III
1983.
Soemarno, Sidarta Ir, Gua ditinjau dari segi Geologi, Jakarta : Paper Kursus
Dasar III 1983.
. Williams, Tony Lewis, Manual of US Cave Rescue Techniques, Alabama : National
Cave Res