Anda di halaman 1dari 10

TUGAS JURNAL KEPANITERAAN GIGI MULUT

INSIDENSI DAN LOKASI ANATOMI CANDIDIASIS ORAL PADA


PASIEN DENGAN AIDS YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
UMUM DI BELO HORIZONTE, MG, BRAZIL

Disusun oleh :
Kelompok 4
PPP 58 Kelompok 23
Periode 16 Februari-15 Maret 2015
Edwin Sugondo T

22010114210101

Fariz Eka S

22010114210103

Adhitya P

22010114210107

Oktanida Amaliya S

22010114210119

Mutia Dian P M

22010114210120

Yalla Rarangnu L

22010114210154

Dosen pembimbing :
Drg.Indah Lestari Vidyahayati

BAGIAN ILMU GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2015

INSIDENSI DAN LOKASI ANATOMI CANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN


DENGAN AIDS YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DI BELO
HORIZONTE, MG, BRAZIL

Ilanaa G. GABLER1, Anne C. BARBOSA2, Raquel R. VILELA3, Sandra LYON4, Carlos A.


ROSA5

Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevalusi insidensi, lokasi anatomi dan
mengetahui spesies jamur dari berbagai gambaran klinis dari candidiasis oral. Sampel
didapatkan dari 67 pasien dengan AIDS dengan jumlah CD4 dibawah 200 sel/mm3
dan dirawat di rumah sakit umum (Eduardo de Menezes Hospital) di kota Bole
Horizonte, MG, Brazil. Jamur diisolasi dengan menggunakan Chromagar Candida.
Hasil yang didapatkan menunjukkan 50.7% pasien mempunyai candidiasis oral.
Bentuk pseudomembran merupakan manifestasi klinik yang sering ditemukan pada
candidiasis oral, disertai dengan erimatous dan angular cheilitis. Lokasi lesi yang
paling sering ditemukan yaitu pada lidah. Candida albicans merupakan jamur yang
sering ditemukan dari lesi tersebut. Namun, spesies lain juga dapat ditemukan berupa
gabungan yang membentuk candidiasis oral.

Kata kunci : Candidiasis, oral, Acquired immunodeficiency syndrome. Jamur


opportunistik. Candida albicans

Pendahuluan
Candidiasis oral merupakan infeksi oportunistik yang paling banyak
ditemukan pada pasien dengan AIDS. Penyakit ini terjadi sekitar 80% dan 90%
pasien, umumnya dengan jumlah CD4 dibawah 200 sel/mm 3. Penurunan integritas
imun sistemik dan mukosa beruhubungan dengan peningkatan frekuensi lesi oral.
Tingkat immunodefisiensi menentukan kekambuhan dan tingkat keparahan infeksi
jamur.
Ada beberapa manifestasi klinis kandidiasis oral, yang paling umum adalah
pseudomembran, eritematosa, angular cheilitis , hiperplastik dan bentuk mukokutan.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan sitologi eksfoliatif. Pengobatan
melibatkan penggunaan terapi anti jamur, tetapi kegagalan dalam pengobatan diamati
sebagai akibat dari kelemahan dari sistem kekebalan tubuh pasien AIDS dan resistensi
obat dari species jamur.
Beberapa spesies jamur dari genus Candida memiliki kemampuan untuk
menyebabkan kandidiasis oral. Identifikasi yang benar dari agen etiologi dapat
menunjukkan pilihan terapi terbaik untuk pengobatan pasien-pasien ini. Identifikasi
ini penting karena beberapa spesies jamur oportunistik merespon secara berbeda
terhadap agen anti jamur yang digunakan untuk pengobatan. C. glabrata dan C.
krusei sering resisten terhadap flukonazol, dan proporsi yang signifikan dari spesies
ini juga mungkin memiliki suseptibilitas yang menurun terhadap amfoterisin B. Selain
itu, C. lusitaniae mungkin resisten terhadap amfoterisin B. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melakukan pemeriksaan klinis pada pasien dengan AIDS untuk
mengetahui insidensi kandidiasis oral dan bentuk-bentuk klinis dari lesi oral. Spesies
jamur yang terkait dengan bentuk klinis kandidiasis oral juga diidentifikasi.

Bahan dan Metode


Sampel penelitian didapatkan dari pasien dewasa dengan AIDS yang dirawat
di RS eduardo de menezes, kota Belo Horizonte, negara bagian Minas Gerais Brazil.
Jumlah individu yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah 67 pasien yang
terdiri atas 44 laki-laki dan 23 wanita, yang telah setuju untuk mengikuti penelitian
dengan mengisi lembar informed consent. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk menilai
adanya candidiasis oral pada pasien dan mendokumentasikan secara klinis serta letak
anatomis dari lesi. Semua individu pada penelitian memiliki CD4 kurang dari 200
sel/mm3. Semua pemeriksaan klinis dilakukan oleh satu orang pemeriksa.
Sampel didapatkan dari pasien dengan oral candidiasis menggunakan swab
steril. Material kemudian ditanam dengan media Chromagar Candida (difco
laboratories, detroit, MI, USA) dan diinkubasi pada suhu 37 derajat celcius selama 5
hari. Masing-masing morfotype jamur tiap sampel diisolasi, di murnikan dan di
simpan didalam freezer dengan suhu -86 derajat celcius untuk identifikasi berikutnya.
Pengecatan jamur dilakukan dengan metode standar. Uji fisologis kemudian dilakukan
antara lain : fermentasi D-glukosa, D-galaktosa, sukrosa, maltosa, laktosa dan
rafinosa; pertumbuhan pada D-glukosa, D-galaktosa, L-sorbose, sukrose, maltosa,
celebiosa, trehalosa,laktosa, melebiosa, rafinose, melezitosa, inulin, soluable starch,
D-xylose, L-arabinose, D-arabinose, D-ribose, L-rhamnose, D-glucosamin, N-acetilD-glucosamin, methanol, etanol, gliserol, eritritol, ribitol, galaktitol, D-manitol, Dglukitol, xylitol, salicin, D-glukonat,DL-laktat, suksinat, sitrat, inositol, hexadecane,
aseton, 2-propanol dan etil asetat sebagai sumber karbon, nitrat, nitrit, L-lisin,
etilamine dan cadaverin sebagai sumber nitrogen: tumbuh pada suhu 30, 37, 40 dan
42 derajat celcius; tumbuh pada media dengan 50% glukosa dan 10% NaCl; toleransi

1% asam asetat, pembentukan dari komponen amiloid ekstraseluler; Diazonium Blue


B color reaction dan resistensi 0,01% dan 0,1 % teradap sikloheximid. Jamur
diidentifikasi berdasarkan kunci taksonomi dari Kurtzman dan Fell (1998).

Hasil
Tiga puluh empat individu (50,7%), 20 laki-laki dan 14 perempuan, memiliki
candidiasis oral saat penelitian dilakukan (tabel 1). Dua puluh empat laki-laki dan 9
perempuan tidak memiliki candiidasis oral. Manifestasi klinis yang ditemukan antara
lain : pseudomembran, angular cheilitis dan erytematous. Psuedomembran ditemukan
pada 23 individu dengan candidiasis, terletak di banyak lokasi secara anatomis pada 6
individu (tabel 1). Pseudomembran ditemukan pada lidah sebanyak 55,5%, mukosa
buccal sebanyak 37% dan palatum sebanyak 7,4%. Erithematous candidiasis
ditemukan pada 11 pasien ( 2 laki-laki dan 9 perempuan). Lidah merupakan lokasi
anatomi dari 52% lesi, diikuti palatum sebanyak 26,3% dan mukosa oral sebanyak 21
%. Angular cheilitis ditemukan pada 6 individu dan terdapat pada individu yang
memiliki lesi klinis yang lain. Pada 2 pasien terdapat angular cheilitis bersama bentuk
erimathous, pada 4 pasien ditemukan angular cheilitis bersama lesi pseudomembran.

Individu tanpa candidiasis oral


Individu dengan candidiasis
oral
Pseudomembraneus candidiasis
C. albicans
C. galbarata
C. tropicalis
C.parapsilosis
C. guilliemondii
Eritematous candidiasis
C. dubliniensis

Perempuan
9
14

Laki-laki
24
20

5
2
1
1

18
14
4
2
3
1

9
Perempuan
1

2
Laki-laki

C. krusei
C.galbrata
C. tropicalis

1
1
1

Angular cheilitis
C. albicans
C. tropicalis
C. galbrata
C. krusei

1
1
1
1
1

5
5
1

Pada pasien dengan kandidiasis pseudomembran ditemukan spesies Candida


albicans sebanyak 16 dari 23 pasien, C. glabrata terdapat pada 5 pasien dan C.
tropicalis pada 3 pasien. Candida parapsilosis ditemukan bersama dengan C. albicans
pada 3 pasien dan C. guilliermondii pada 1 pasien. Spesies Candida albicans juga
terdapat pada 9 dari 11 kasus eritematosa kandidiasis. Candida tropicalis didapatkan
bersama dengan spesies C. albicans pada 1 pasien. Spesies Candida lainnya yang
berhubungan dengan kandidiasis eritematosa adalah C. glabrata, C. krusei, dan C.
dubliniensis, dengan masing-masing spesies didapakan dari masing-masing 1 pasien.
Spesies Candida albicans ditemukan pada semua pasien dengan cheilitis angular. Pada
2 pasien ditemukan bersama C. tropicalis. Pada 1 pasien dengan cheilitis angular,
spesies jamur oportunistik seperti C. albicans, C. glabrata, C. krusei, dan C. tropicalis
ditemukan dari 1 lesi yang sama.

Pembahasan
Tiga puluh empat pasien dengan AIDS yang dirawat di Eduardo de Menezes
Hospital yang ikutserta dalam penelitian ini memiliki lesi oral. Souza, et al. (2000)
melaporkan bahwa kandidiasis adalah infeksi oral yang paling sering ditemukan pada
pasien dengan AIDS di kota Natal ,negara bagian Rio Grande do Norte dengan
insidensi 79.7% (laki-laki) dan 80,7% (perempuan). Ferreira, et al.4 (1999) juga
mengemukakan bahwa prevalensi kandidiasis oral yang serupa juga terjadi pada

pasien dengan AIDS di Salvador, negara bagian Bahia. Pada penelitian ini ditemukan
lesi pseudomembran, cheilitis angular dan eritematosa. Bentuk klinis dari penyakit
tadi telah dilaporkan dalam studi infeksi oral pada pasien dengan AIDS di berbagai
pemjuru dunia5,11,14,15,17,18 dan merupakan bentuk yang paling umum ditemukan.
Pseudomembran adalah lesi paling umum yang ditemukan pada pasien dengan
kandidiasis oral dan pada penelitian ini terletak pada beberapa bagian anatomi rongga
mulut pada 6 individu. Pseudomembran yang dilaporkan oleh Kumarasamy, et al.
(2005) berkaitkan erat dengan keadaan immunodefisiensi. Bentuk klinis yang
didapatkan pada penelitian tersebut diamati saat jumlah CD4 dalam rentang 107
hingga 198 sel / mm3. Jumlah CD4 tersebut mirip dengan manifestasi yang
ditemukan pada pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini. Pseudomembran umum
ditemukan pada pasien dengan AIDS dan berhubungan dengan immunodefisiensi
tingkat tinggi.14,18 . Mengenai lokasi anatomi, Gileva, et al.5 (2004) mengamati bahwa
Lesi pseudomembran terjadi terutama pada mukosa mulut, lidah dan sudut bibir, di
mana lesi yang mendominasi adalah bentuk cheilitis angular. Dalam penelitian ini,
predileksi lebih banyak ditemukan yaitu pada lidah daripada mukosa mulut.
Kandidiasis eritematosa ditemukan pada 11 pasien di penelitian ini. Tawio, et
al.18 (2006) mempelajari manifestasi oral oleh kandidiasis pada pasien dengan AIDS
di Nigeria dan mengamati bahwa kandidiasis eritematosa ditemukan secara eksklusif
pada wanita, hasil serupa juga didapatkan dalam penelitian ini. Cheilitis angular
muncul pada pasien yang sudah memiliki lesi klinis lainnya. Prevalensi ini mirip
dengan yang ditemukan dalam penelitian lain pada pasien AIDS

5,11,17,18

. Mattos, et

al.13 (2004) melaporkan bahwa kandidiasis eritematosa dikaitkan dengan cheilitis


angular saat jumlah CD4 hampir mendekati 200 sel/mm3, hal tersebut mirip dengan
hasil yang ditemukan pada penelitian ini.

C. albicans adalah spesies jamur yang paling sering ditemukan pada pasien
dengan kandidiasis. Pada umumnya jamur tersebut merupakan agen menular
oportunistik pada individu dengan penyakit di rongga mulut 2,3 . Sant'Ana, et al.14
(2002) menunjukkan bahwa C. albicans hampir selalu ada pada 95% pasien di pusat
pengobatan AIDS di Brasil. Dalam penelitian ini, spesies Candida oportunistik
lainnya juga ditemukan dari lesi di rongga mulut pasien. Candida glabrata, C.
tropicalis, C. parapsilosis, C.guillermondii, C. krusei dan C. dublinienisis merupakan
spesies yang sering ditemukan pada pasien immunocompromised. Menurut
Kirkpatrick, et al.8 (1998) C. dubliniensis berhubungan dengan kandidiasis pada 73%
pasien dengan AIDS di Amerika Utara. Dalam penelitian ini, spesies ini hanya
ditemukan pada 1 pasien dengan eritematous kandidiasis. C. krusei juga ditemukan
dari lesi kandidiasis oral oleh Mariano, et al.12 (2003) pada pasien dengan AIDS di
So Paulo, Brasil. Pada penelitian ini, spesies ini ditemukan pada 2 pasien, satu pasien
dengan kandidiasis eritematosa dan satu pasien dengan cheilitis angular. Beberapa
spesies non-albicans ini juga ditemukan bersama dengan C. albicans dalam lesi oral
yang sama pada penelitian ini. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih dari satu spesies
bisa bertanggung jawab atas lesi oral pada pasien. Diketahuinya berbagai jenis spesies
jamur oportunistik pada lesi oral dengan pasien immunocompromised penting untuk
pengobatan dan pengelolaan infeksi. Pilihan agen antijamur yang tepat harus
memperhitungkan sejumlah faktor, termasuk paparan agen antijamur sebelumnya dan
identifikasi spesies yang benar1. Beberapa spesies oportunistik mungkin memiliki
kerentanan terhadap agen antijamur. C. glabrata dan C. Krusei sering resisten terhadap
fluconazole1. Spesies ini dapat menyebabkan infeksi persisten pada pasien dengan
imunosupresi yang cepat. Oleh karena itu, identifikasi yang benar untuk spesies jamur

yang berhubungan dengan lesi oral AIDS pada pasien sangat penting untuk
pengobatan yang tepat.

Kesimpulan
Sekitar 50% dari pasien yang diperiksa dalam penelitian ini memiliki
kandidiasis oral, dan lebih banyak laki-laki yang terkena dampaknya dibandingkan
perempuan. Bentuk pseudomembran adalah manifestasi

klinis paling umum

ditemukan dari penyakit ini dan C. albicans adalah agen etiologi yang paling sering
ditemukan dari lesi. Spesies Candida lainnya juga didapatkan dari lesi dan pada
beberapa pasien, lebih dari satu spesies dapat ditemukan pada lesi oral tersebut.
Daftar Pertanyaan :
1. Jika Candidiasis sudah resisten dengan flukonazol, bagaimana untuk
tatalaksana selanjutnya?
Jawaban : Bisa diberikan antifungal golongan nistatin dan amphotericin B.
Pada pasien yang sudah resisten terhadap preparat flukonazole, yang palling
ideal adalah dilakukan kultur jamur untuk mengetahui spesies jamur dan perlu
dilakukan uji sensivitas antifungal secara mikrobiologi.
2. Apakah ada keterkaitan antara kadar CD4 dengan resistensi bakteri terhadap
flukonazol?
Jawaban : Tidak ada kaitan antara jumlah CD 4 dengan resistensi bakteri
terhadap flukonazol, karena CD 4 merupakan suatu indikator status imunitas
seseorang, dengan menurunnya CD4 maka probabilitas munculnya penyakit
oportunistik seperti kandididasis oral akan meningkat. Sedangkan resistensi

fungal terhadap flukonazol merupakan akibat dari pemakaian anti-jamur yang


tidak rasional.
3. Hasil yang didapatkan bahwa rasio manifestasi oral candidiasis pada pasien
AIDS laki-laki > wanita, sedangkan hasil pada penelitian sebelumnya, wanita
> laki-laki, apakah yang dapat menyebabkan perbedaan hasil?
Jawaban : ada beberapa hal yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan
hasil, antara lain : jumlah peserta penelitian, proporsi jumlah sampe antara
laki-laki dan perempua, perbedaan tempat penelitian, perbedaan letak
geografis, budaya, adat dan istiadat serta pola hidup.
4. Metode yang dipakai pada penelitian ini? Bagaimana kriteria inklusi dan
eksklusinya? Apakah jumlah sampel tetap setelah dimasukkan kriteria inklusi
dan eksklusi?
Jawaban : Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasi crosssectional
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalaha pasien AIDS yang dirawat di
rumah sakit Belo Horizonte dengan CD 4 < 200 sel / mm 3 yang bersedia
mengikuti penelitian
Kriteria eksklusi tidak disebutkan dalam jurnal

Anda mungkin juga menyukai