1.1 Epidemiologi(1,2)
1. Insidens: tertinggi pada umur 20-40 tahun. Pada orang barat orang
kulit hitam dan homoseksual sering terinfeksi.
2. Prevalensi: Prevalensinya pria sepuluh kali lebih sering dibanding
wanita yang bisa sebagai carier asimptomatik. Pada umumnya
penderita yang tingkat sosial rendah dan hygiene yang buruk.
1.2 Diagnosis
1.1.2 Pemeriksaaan Fisis(1,2,3)
a. Inspeksi: dapat dilihat ulkus tampak bersih, berwarna merah seperti
daging,
1.1.3
meninggi,
ulcus
irregular
dan
dapat
menyebabkan
histopatologis
menunjukkan
reaksi
seluler
berlebihan
polivynilpyrolidone,
quinolol
sulfat
/dengan
potassium
1.1.5 Komplikasi(1, 3)
1. Infeksi saluran urogenital.
2. Jaringan parut yang luas dapat terjadi pada Granuloma Inguinal dari
penyakit ini & umumnya karena perlangsungan Granuloma Inguinal
yang kronik / berlangsung lama. Pada kasus seperti ini dapat
mengakibatkan kerusakan genital.
3. Carsinoma sel skuamosa dapat timbul beberapa tahun kemudian
karena hiperplasia pseudoepitelimatous yang kronik.
4. Pseudoelephantiasis yang lebih umum terjadi pada wanita dan
ditemukan lebih dari 5 % dari semua kasus. Intervensi bedah dapat
diindikasikan untuk menangani lesi yang tidak dapat diterapi. Stenosis
uretha, vagina / anus dapat timbul pada variant sklerosis pada
Granuloma Inguinal.
5. Elephantiasis pada genital. Infeksi traktus urinarius dapat terjadi pada
kasus yang kronis & dapat menyebabkan phimosis. Juga dilaporkan
lesi pada tulang, sendi & viscera. Perdarahan dapat terjadi pada
1.1.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Fk ui
2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses penyakit.
Edisi 6. Jakarta: EGC; 2005.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Ilmu
penyakit dalam. Ed 4. Jakarta: Departemen ilmu penyakit dalam FK-UI;
2006.
4. Syarif A, Estuningtiyas A, Setiawati A, Muchtar A, Arif A, Bahry B et all.
Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.