Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Epilepsi adalah suatu kondisi neurologik yang mempengaruhi system saraf.
Epilepsy juga dikenal sebagai penyakit kejang. Epilepsi dapat didiagnosis paling tidak
setelah mengalami dua kali kejang yang tidak disebabkan oleh kondisi medis seperti
kecanduan alkhohol atau kadar gula yang sangat rendah (hipoglikemi). Terkadang
menurut International League Against Epilepsy, epilepsy dapat didiagnosis setelah
mengalami satu kali kejang, jika seseorang berada dalam kondisi dimana mereka
memiliki risiko tinggi untuk menderita kejang lagi. Kejang pada epilepsy mungkin
berhubungan dengan trauma otak atau kecenderungan keluarga tetapi kebanyakan
penyebab epilepsy tidak diketahui (Carold,2008).
Lebih dari 5% populasi didunia mungkin mengalami satu kali kejang dalam hidup
mereka. Kurang lebih sebanyak 60 juta orang didunia menderita epilepsy. Anak-anak dan
remaja lebih cenderung menderita epilepsy dengan sebab yang tidak diketahui atau murni
genetic daripada orang dewasa. Epilepsy dapat mulai terjadi pada semua usia. Pada
penelitian terbaru memperlihatkan bahwa 70% kejang yang terjadi pada anak-anak dan
dewasa yang baru terdiagnosis epilepsy dapat dikontrol dengan baik oleh pengobatan.
Dan 30% orang yang mengalami kejang tidak memberikan responyang baik dengan
pengobatan yang tersedia (steven,2006).
II. Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme terjadinya epilepsy
sehingga diagnosis dapat ditegakan lebih dini serta mendapat penanganan yang adekuat
dan tepat agar dapat mengontrol gejala dengan baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

Definisi
1

Epilepsy adalah sebuah kondisi dimana terjadi kejang berulang. Kejang diartikan
sebagai adanya gangguan pelepasan muatan listrik abnormal pada sel saraf diotak yang
menyebabkan gangguan sementara pada fungsi motorik, sensorik dan mental
(Stephen,2005).
Ada banyak tipe kejang, tergantung pada bagian utama otak yang terlibat. Syarat
epilepsy tidak dilihat dari tipe kejang atau penyebab kejang, hanya menandakan adanya
kejang yang terjadi lagi dan lagi.
II.

Etiologi
Berdasarkan penyebabnya epilepsy dibagi menjadi dua tipe yaitu epilepsy primer

dan epilepsy sekunder (Stephen,2005). Epilepsy primer adalah epilepsy yang


penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Epilepsy primer juga disebut dengan idiopatik
epilepsy. Beberapa hal yang berhubungan dengan epilepsy primer yaitu:
Adanya episode aktivitas listrik yang abnormal didalam otak yang

menyebabkan kejang
Ada beberapa area tertentu pada otak yang dipengaruhi oleh aktivitas listrik

yang abnormal yang menyebabkan beberapa tipe kejang


Jika semua area otak dipengaruhi oleh aktivitas listrik yang abnormal maka
kejang menyeluruh mungkin terjadi. Hal ini berarti bahwa kesadaran
mungkin hilang atau berkurang. Seringnya semua tangan dan kaki akan

menjadi kaku kemudian menyentak secara berirama.


Satu tipe kejang mungkin berkembang menjadi kejang tipe lain. Sebagai
contoh, kejang mungkin berawal sebagian meliputi muka atau tangan.
Kemudian aktivitas otot akan menyebar keseluruh tubuh. Pada saat ini,

kejang akan menjadi menyeluruh.


Kejang yang disebabkan oleh demam tinggi pada anak mungkin tidak
dipertimbangkan sebagai epilepsy.

Epilepsy sekunder adalah kejang yang penyebabnya telah diketahui. Epilepsy


sekunder disebut juga sebagai epilepsy simtomatik. Ada beberapa penyebab yang biasa di
temukan pada epilepsy sekunder yaitu:
Tumor
Ketidakseimbangan metabolism seperti hipoglikemi
Trauma kepala
Penggunaan obat-obatan
Kecanduan alkhohol
2

Stroke termasuk perdarahan


Trauma persalinan

III. Patofisiologi
Normalnya ada keseimbangan yang baik didalam otak antara faktor yang
mengawali aktivitas listrik dan faktor yang membatasinya dan ada juga system yang
membatasi penyebaran aktivitas listrik. Selama terjadinya kejang, faktor dan system
yang membatasi aktivitas listrik pada otak rusak, pelepasan listrik yang abnormal dapat
terjadi dan menyebar pada seluruh kelompok sel. Hubungan pelepasan listrik ini
menghasilkan gelombang aktivitas listrik yang menimbulkan kejang (steven,2006).
Penyebab terjadinya epilepsy pada anak-anak dan dewasa berbeda. Pada anak-anak
mungkin lahir dengan cacat pada struktur otak mereka atau mereka mengalami trauma
kepala atau infeksi yang menyebabkan epilepsy. Trauma kepala berat adalah penyebab
utama epilepsy pada dewasa muda. Pada usia pertengahan stroke ,tumor dan trauma
adalah faktor penyebab yang lebih biasa ditemukan pada epilepsy. Pada orang yang
berusia lebih dari 65 tahun, stroke adalah penyebab utama yang biasa menyebabkan
epilepsy, diikuti oleh kondisi degenerative seperti penyakit Alzheimer (steven,2006).
IV. Faktor risiko
Faktor Risiko untuk epilepsy meliputi:
Bayi yang lahir kurang bulan.
Bayi yang mengalami kejang pada satu bulan pertama setelah dilahirkan.
Bayi yang lahir dengan struktur otak yang abnormal.
Perdarahan didalam otak.
Pembuluh darah abnormal didalam otak
Trauma otak berat atau kurangnya oksigen otak
Tumor otak
Infeksi pada otak, abses meningitis atau ensefalitis
Serebal palsy.

Faktor yang dapat memicu terjadinya kejang yaitu:


Lupa minum obat
Kurang tidur
Sakit (dengan atau tanpa demam)
Stress psikologi yang berat
3

V.

Pengguuna alkhohol yang berat


Penggunaan kokain atau ekstasi
Kurangnya nutrisi seperti vitamin dan mineral
Siklus menstruasi

Tipe kejang
Biasanya kejang diklasifikasikan kedalam dua tipe yaitu kejang umum primer dan

kejang parsial. Perbedaan dari kedua tpe kejang ini dilihat dari bagaimana mereka
berawal (steven,2006).
Kejang umum primer
Kejang umum primer dimulai dengan pelepasan listrik yang menyebar luas
meliputi kedua sisi otak dalam satu waktu. Faktor herediter sangat penting pada kejang
tipe ini.
Kejang parsial
Kejang parsial dimulai dengan pelepasan listrik pada satu area otak. Beberapa
kejang tipe ini juga berhubungan dengan trauma kepala, infeksi otak, stroke, atau tumor
tetapi pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui. Satu pertanyaan yang
digunakan untuk mengklasifikasikan kejang parsial lebih lanjut adalah apakah kesadaran
(kemampuan untuk memberikan respond an mengingat) menurun atau tidak.
Klasifikasi yang baik dapat membantu untuk mengetahui berapa lama epilepsy
akan berakhir dan cara terbaik untuk terapi.
Pembagian Tipe kejang yaitu:
1. Kejang umum primer
a. Kejang absence
b. Kejang absence atipikal
c. Kejang myoklonik
d. Kejang atonik
e. Kejang klonik
f. Kejang tonik klonik
2. Kejang parsial
a. Kejang parsial sederhana
b. Kejang parsial kompleks
c. Kejang umum sekunder
4

Kejang umum primer


a. Kejang Absence
Kejang absence biasanya terjadi kurang dari 10 detik, tetapi kejang ini dapat
berlangsusng selama 20 detik. Kejang ini berawal dan berakhir tiba-tiba.
Kejang absence adalah episode singkat terpaku. Nama lain dari kejang absence adalah
petit mall. Selama kejang kesadaran dan kemampuan untuk bereaksi melemah. Seseorang yang
mengalami kejang absence biasanya tidak menyadari apa yang telah terjadi. Tidak ada
peringatan sebelum kejang dan orang tersebut dengan segera kembali terjaga setelah itu
(orrin,2004).
Kejang absence sederhana hanya menatap. Kebanyakan kejang absence memperlihatkan
kejang absence kompleks. Yang diartikan terdapat perubahan pada aktivitas otot. Gerak kepala
yang paling sering adalah kedipan mata. Gerak kepala lainnya meliputi gerak pada mulut,
pergerakan tangan seperti menggosok jari bersama dan kontraksi atau relaksasi otot. Kejang
absence kompleks sering terjadi lebih dari 10 detik.
Kejang absence biasanya dimulai saat berumur 4 sampai 14 tahun. Anak yang menderita
penyakit ini biasanya tumbuh kembang dan intelegensinya normal. Mendekati 70% kasus,
kejang absence biasnaya akan berhenti pada usia 18 tahun.
b. Kejang Absence Atipikal
Sulit dikatakan kapan katty mengalami serangan terpaku. Selama serangan dia tidak
berespon cepat seperti pada waktu lainnya. Tetapi meskipun dia tidak mengalami kejang, dia
hanya terpaku dan berespon lambat.
Serangan kejang biasanya 5-30 detik (biasanya lebih dari 10 detik) dengan awalan dan
akhiran yang terjadi berangsur-angsur. Seseorang yang menderita penyakit ini akan menatap
(seperti yang terjadi pada kejang absence) tetapi seringnya masih berespon. Matanya akan
mengejap dan bibirnya akan memperlihatkan gerakan seperti meremehkan. Tidak seperti kejang
absence, kejang ini biasnya tidak terjadi oleh pernafasan cepat. Pada umumnya kejang ini
dimulai pada usia 6 tahun. Kejang absence atipikal biasanya berlanjut sampai dewasa
(steven,2006).
c. Kejang Myoklonik

Pada pagi hari, aku mengalami lonjakan itu. Tanganku akan terangkat sebentar dan aku sering
menumpahkan kopi atau benda yang sedang aku pegang. Mulutku akan tertutup untuk waktu
yang singkat.
Kejang myoklonik terjadi singkat, kaget seperti tersentak pada otot atau beberapa
kelompok otot (0rrin,2004).
d. Kejang atonik
Ketika Bob jatuh kejang, dia jatuh kelantai dan sering kepalanya terhantam dan tubuhnya
memar
Kejang tonik terjadi lebih dari 15 detik. Pada kejang atonik, otot dengan tiba-tiba
kehilangan kekuatannya. Kelopak mata mungkin tertutup, kepala mungkin menganggukdan
penderita mungkin menjatuhkan sesuatu dan sering jatuh kelantai. Kejang ini sering disebut
sebagai drop attack atau drop seizure. Penderita biasanya tetap sadar. Kejang atonik sering
dimulai sejak kecil dan biasanya berakhir sampai remaja. Banyak orang dengan kejang atonik
mengalami luka ketika mereka terjatuh (Orrin,2004).
e. Kejang tonik
ketika jeff mengalami serangan, dia akan menjadi kaku, kedua lengannya akan
terangkat diatas kepala dan wajahnya meringis seperti jika ada seseorang yang menarik kedua
pipinya. Jika serangan terjadi pada saat dia berdiri, dia akan kehilangan keseimbangan dan
jatuh. Kejang klonik biasanya terjadi lebih dari 20 detik. Kesadaran biasanya masih terpelihara.
Kejang tonik paling sering terjadi pada saat tidur dan biasanya meliputi seluruh otak yang
mempengaruhi seluruh tubuh. Jika orang itu berdiri biasnya akan jatuh (Orrin,2004).
f. Kejang klonik
Kejang klonik terdiri dari ritme gerakan menghentak pada tangan dan kaki, terkadang
pada kedua sisi tubuh. Lama terjadinya kejang sangat bervariasi. Klonus berarti pertukaran yang
cepat antara kontraksi dan relaksasi otot atau dengan kata lain gerakan menghentak yang
berulang.
Gerakannya tidak bisa dihentikan dengan mengendalikan atau memposisikan tangan dan
kaki. Kejang klonik sangat jarang terjadi.
Kejang yang lebih biasa ditemukan adalah kejang tonik klonik dimana gerakan
menghentak didahului gerakan seperti terpaku. Kejang klonik tidak sering dijumpai. Kejang ini
dapat terjadi pada setiap usia termasuk pada bayi baru lahir. Kejang klonik cepat dan jarang

terjadi pada bayi biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam jangka waktu singkat. Pada
beberapa kasus mungkin membutuhkan terapi yang lama (Orrin,2004).
g. Kejang tonik klonik
kejang ini dimulai dengan suara jeritan yang tidak wajar. Kemudian penderita akan jatuh
dan setiap otot terlihat lebih aktif. Giginya mencengkeram. Penderita terlihat pucat, dan dalam
waktu singkat akan berubah kebiruan. Sesaat setelah dia jatuh, tangan dan badan bagian atas
akan mulai menghentak sedangkan kakinya menjadi lebih atau kurang kaku. Ini adalah bagian
terlama dari kejang ini. Pada akhirnya kejangnya berhenti dan dia jatuh kedalam tidur yang
dalam.
Umumnya kejang tonik klonik terjadi selama 1-3 menit. Kejang tonik klonik yang
berakhir lebih lama dari 5 menit mungkin harus memanggil bantuan medis. Kejang yang
berakhir lebih dari 30 menit atau tiga kali kejang tanpa periode jeda yang normal
mengindikasikan kondisi yang berbahaya disebut juga sebagai status epileptikus. Kejang ini
membutuhkan terapi emergency.
Kejang ini adalah kejang yang biasanya diketahui oleh masyarakat secara umum. Kejang
ini disebut juga sebagai grand mall. Seperti namanya kejang ini merupakan gabungan dari kejang
tonik dan kejang klonik. Fase tonik datang pertama ditandai dengan semua otot menjadi kaku.
Udara secara paksa dikeluarkan dari pita suara yang menyebabkan tangisan atau erangan. Orang
tersebut akan kehilangan kesadaran dan jatuh kelantai. Lidah dan pipi bagian dalam mungkin
tergigit. Jadi ludah yang bercampur darah mungkin keluar dari mulut. Wajah orang tersebut
mungkin akan berubah jadi kebiruan. Setelah fase tonik akan terjadi fase klonik. Tangan dan kaki
biasanya akan mulai menghentak dengan cepat dan berirama, gerakan menekuk dan relaksasi
pada siku, pangkal paha dan lutut. Setelah beberapa menit gerakan menghentak akan melambat
dan berhenti. Isi kandung kemih dan perut terkadang ikut keluar saat tubuh relaksasi. Kesadaran
kembali perlahan dan orang tersebut mungkin mengantuk, bingung, atau depresi. Penderita yang
mengalami kejang ini dapat anak-anak maupun orang dewasa.
Untuk anak-anak yang pernah mengalami kejang tonik klonik sekali dalam hidupnya,
risiko untuk terjadinya kejang lagi tergantung pada banyak faktor. Beberapa anak akan tumbuh
dengan epilepsy. Seringnya kejang tonik klonik dapat dapat dikendalikan dengan obat-obatan.
Banyak pasien yang bebas kejang selama 1 atau 2 tahun dengan pengobatan akan tetap bebas
kejang ketika pegobatannya dihentikan secara bertahap (Orrin,2004).
Kejang partial
7

a. Kejang parsial sederhana


Kejang ini sangat berbeda pada setiap orang, tergantung pada bagian otak dimana kejang
ini berawal. Satu hal yang umum terjadi pada setiap penderita bahwa mereka tetap terjaga dan
dapat mengingat apa yang terjadi.
perasaan ini seperti dejavu seperti orang tersebut pernah mengalami peristiwa itu dan
tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Semuanya terlihat lebih terang dan lebih hidup.
ini seperti sebuah tekanan yang berawal dari perut kemudian naik kedada dan
tenggorokan. Ketika tekanan ini mencapai dada, saya mencium bau yang tidak enak dari sesuatu
yang terbakar dan pada saat yang sama saya gelisah
Dokter sering membagi kejang parsial sederhana kedalam beberapa kategori tergantung
pada jenis gejala yang dialami oleh pasien.
Kejang motorik
Kejang ini menyebabkan perubahan pada aktivitas otot. Sebagai contoh , seseorang
mungkin mengalami gerakan abnormal seperti jari tangan menghentak atau kekakuan
pada sebagian tubuh. Gerakan ini mungkin akan meluas atau tetap pada satu sisi tubuh
(berlawanan dengan area otak yang terganggu) atau meluas pada kedua sisi. Contoh yang
lain adalah kelemahan dimana dapat berpenagruh pada saat berbicara. Penderita mungkin

bisa atau tidak menyadari gerakan ini.


Kejang sensorik
Kejang ini menyebabkan perubahan perasaan. Orang dengan kejang sensori mungkin
mencium atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada disitu, mendengar bunyi
berdetak, bordering atau suara seseorang ketika suara yang sebenarnya tidak ada, atau
merasakan sensasi seperti ditusuk jarum atau mati rasa (kebas). Kejang mungki terasa
sangat menyakitkan pada beberapa pasien. Mereka akan merasa seperti berputar. Mereka
juga mungkin mengalami ilusi. Untuk singkatnya mereka mungkin percaya bahwa mobil
yang sedang diparkir bergerak pergi atau suara seseorang seperti teredam ketika

seharusnya terdengar jelas.


Kejang autonomic
Kejang ini menyebabkan perubahan pada bagian system saraf yang secara otomatis
mengendalikan fungsi tubuh. Kejang ini biasanya meliputi perasaan asing atau tidak
nyaman pada perut,dada dan kepala, perubahan pada denyut jantung dan pernafasan,

berkeringat.
Kejang psikis
Kejang ini merubah cara berpikir seseorang, perasaan dan pengalaman akan sesuatu.
Mereka mungkin bermasalah dengan memori, kata yang terbalik saat berbicara,
8

ketidakmampuan untuk menemukan kata yang tepat atau bermasalah dalam memahami
percakapan atau tulisan. Mereka mungkin dengan tiba-tiba merasa takut, depresi atau
bahagia dengan alasan yang tidak jelas. Beberapa pasien mungkin merasa seperti mereka
berada diluar tubuhnya atau merasa dejavu (pernah mengalami sebelumnya).
Setiap orang dapat mengalami kejang ini. Kejang ini mungkin lebih cenderung terjadi
pada orang dengan trauma kepala, infeksi otak, stroke, atau tumor otak tetapi kebanyakan
sebabnya tidak diketahui. Kejang ini sering dapat dikendalikan dengan obat-obatan
(steven,2006).
b. Kejang parsial kompleks
kejang yang terjadi pada karold berawal dengan peringatan, dia akan berkata dia akan
mengalami kejang dan biasanya dia akan duduk. Jika saya bertanya bagaimana kamu
merasakannya? Dia hanya berkata, saya merasakannya. Kemudian dia membuat wajah lucu,
campuran dari rasa terkejut dan distress. Selama kejang dia mungkin melihat kepadaku saat aku
memanggil namanya tetapi dia tidak pernah menjawab. Dia hanya terpaku dan membuat gerakan
bibir yang aneh seperti ketika dia merasakan sesuatu. Terkadang dia akan mengambil lengan
kursi dan meremasnya. Setelah beberapa menit, ketika dia mulai terlepas dari kejang, dia
menanyakan banyak pertanyaan. Dia tidak pernah ingat peringatan atau pertanyaan yang pernah
dia ajukan. Kejang ini akan membuatnya lelah. Jika dia mengalami kejang dua kali pada hari
yang sama, dia sering pergi tidur setelah kejang yang kedua.
contoh lain adalah kejang yang dialami oleh susan. Biasanya kejang ini terjadi saat dia
sedang tidur. Dia akan membuat suara mendengkur seperti ketika dia membersihkan
tenggorokan. Kemudian dia akan duduk ditempat tidur, membuka matanya dan terpaku. Dia
mungkin akan menggenggam tangannya. Jika saya bertanya apa yang sedang dilakukannya dia
tidak menjawab. Setelah satu menit atau lebih dia akan berbaring kembali dan tidur.
Biasanya kejang akan terjadi 30 detik sampai 2 menit. Setelah kejang biasanya penderita
akan lelah atau bingung selama 15 menit dan mungkini tidak sadar selama satu jam. Kejang ini
biasanya berawal dari sebagian kecil area pada lobus temporal atau frontal otak. Kemudian
dengan cepat meliputi area lain pada otak yang mempengaruhi kesadaran dan siaga. Jadi
walaupun mata penderita terbuka dan mereka membuat gerakan seperti memiliki tujuan, pada
kenyataannya mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan.
Beberapa kasus biasanya yang berawal dari lobus temporalis akan dimulai dengan kejang
parsial sederhanayang disebut dengan aura yaitu semacam peringatan pada kejang, seringnya
9

meliputi perasaan tidak enak meliputi perasaan aneh pada perut. Kemudian orang tersebut hilang
kesadaran dan menatap kosong.
Setiap orang dapat mengalami kejang ini tetapi cenderung lebih sering pada orang dengan
trauma kepala,infeksi otak, stroke atau tumor otak tetapi lebih banyak dengan sebab yang tidak
diketahui (Orrin,2004).
c. Kejang umum sekunder
Kejang ini dimulai dengan perasaan geli pada jempol tangan kananku. Detik berikutnya,
jempol tangan kananku mulai menghentak. Dengan cepat seluruh tangan kananku menghentak.
Aku belajar untuk menggosok dan menahan lengan terkadang dapat menghentikan kejang. Di
waktu yang lain, gerakannya menghentak sampai kelengan atas, ketika mencapai bahu, aku
pingsan dan orang-orang memberitahukan seluruh tubuhku mulai menghentak.
aku melihat bola berwarna disebelah kanan tubuhku. Hal ini terlihat meluas sampai memenuhi
seluruh lapangan pandang. Semuanya menjadi seperti mimpi dan aku tidak merasa nyata. Ini
adalah perasaan asing.
Terkadang kejang berhenti setelah itu dan terkadang kejangnya tetap berlangsusng dan
aku jatuh ke lantai dan mengalami grandmaall (menyebar pada kedua sisi otak)setelah kejadian
primer yairu kejang parsial.hal ini terjadi ketika ledakan aktivitas listrik terbatas pada area
tertentu dan menyebar keseluruh otak. Kejang ini terjadi lebih dari 30 % orang yang menderita
epilepsy parsial. Kejang ini dapat mengenai semua umur pada orang yang memiliki kejang
parsial (Orrin,2004).
VI. Diagnosis Banding
Hal yang penting untuk mengidentifikasi dan terapi setiap trauma atau penyakit yang
dapat menyebabkan kejang seperti:
Trauma kepala
Infeksi (ensefalitis dan meningitis)
Intoksikasi obat atau kecanduan obat
VII. Diagnosis
a. anamnesis
Riwayat kesehatan adalah dasar dari diagnosis epilepsy. Dokter membutuhkan semua
informasi tentang apa yang terjadi sebelum, selama dan setelah kejang. Jika pasien tidak dapat
memberikan informasi yang cukup, orang lain yang melihat kejadian kejang dapat turut
memberikan informasi.
Pertanyaan sebelum terjadinya kejang
10

Apakah anda mengalami stress yang tidak biasa atau kurang tidur?
Kapan terakhir kali kejang?
Apakah anda mengkonsumsi obat-obatan termasuk jamu, alkhohol, atau obat-obatan

terlarang?
Apa yang segera anda lakukan saat terjadinya kejang (berbaring, duduk, berdiri)?
Pertanyaan selama kejang
Berapa kali dalam sehari kajang terjadi?
Apakah anda tetap sadar atau jatuh pingsan?
Bagaimana kejang ini berawal?
Apakah ada peringatan sebelum terjadinya kejang?
Apakah mata, mulut, wajah , kepala, tangan dan kaki bergerak abnormal?
Apakah anda mampu berbicara dan memberikan respon?
Apakah anda kehilangan kemmapuan untuk mengontrol kandung kemih dan isi perut?
Apakah anda menggigit lidah atau bagian dalam pipi?
Pertanyaan setelah kejang
Apakah anda merasa bingung atau lelah?
Dapatkah anda berbicara normal?
Apakah anda merasa pusing?
Apakah otot tubuh terasa sakit?
Pertanyaan riwayat penyakit dahulu
Apakah proses kelahiran anda sulit?
Apakah anda pernah mengalami kejang demam ketika anda masih bayi?
Apakah anda pernah mengalami trauma kepala, jika iya, apakah anda kehilangan

kesadaran setelah peristiwa? Berapa lama anda tidak sadar?


Apakah anda pernah menderita meningitis atau ensefalitis?
Apakah ada anggota keluarga yang menderita epilepsy, penyakit neurologi, atau penyakit
yang berhubungan dengan kehilangan kesadaran?

Jika peristiwa terjadi berulangkali, cobalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang


berhubungan. Sebagai contoh, seorang wanita dengan epilepsy memiliki episode serangan yang
lebih sering saat siklus menstruasi sehingga qita harus lebih waspada pada saat siklus menstruasi
datang. Beberapa orang mencoba untuk menghubungkan kejang dengan faktor longkungan
seperti stress, pemakaian antibiotic atau terlalu banyak makan gula (Carl,2004).
b. Pemeriksaan fisik
Penyakit medis yang meliputi system lain pada tubuh juga dapat menyebabkan kejang sehingga
dokter harus melakukan pemeriksaan medis secara menyeluruh.
11

Pada beberapa pemeriksaan dan tes laboraturium dapat digunakan untuk mengetahui apakah
hati ,ginjal, dan system tubuh lain bekerja dengan baik (carl,2004).
c. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi untuk melihat bagaimana otak dan system saraf berfungsi dengan baik
atau tidak. Biasanya ahli saraf pertama kali akan menanyakan masalah yang pernah anda miliki
yang bisa menjadi gejala awal dari penyakit otak. Ahli saraf juga akan memeriksa fungsi otot,
perasaan dan reflek pasien dan akan melihat apakah ada masalah pada cara berjalan atau
koordinasi. Bagian lain dari pemeriksaan adalah dengan memeriksa fungsi mental seperti
kemampuan untuk mengingat kata, nama objek dan melakukan perhitungan.
Selama dilakukan follow up pada pasien, ahli saraf akan memeriksa perkembangan epilepsy
terhadap obat-obatan yang diberikan. Jika dosis obat terlalu tinggi dapat menimbulkan efek
samping yang tidak diinginkan seperti:
Bicara meremehkan
Sulit konsentrasi
Sulit berjalan pada garis lurus
Gerakan mata meremehkan ketika melihat kesatu sisi.
Ahli saraf mungkin akan memeriksa walaupun pasien hanya sedang berbicara. Dokter dapat
memeriksa mood, pemikiran, bahasa, mata dan gerakan wajah, kekuatan, koordinasi dan banyak
hal lain hanya dengan mendengarkan dan mengamati pasien (Carl,2004).
d. Pemeriksaan ECG (electroencephalography)
ECG adalah pemeriksaan penting untuk diagnosis epilepsy karena ECG dapat merekam aktivitas
listrik pada otak. ECG aman digunakan dan tanpa rasa sakit.
ECG memperlihatkan pola normal dan abnormal dari aktivitas listrik otak. Beberapa pola
abnormal mungkin terjadi dengan beberapa kondisi yang berbeda tidak hanya pada kejang.
Seperti pada trauma kepala, stroke, tumor otak atau kejang. Ahli saraf mungkin akan
mengartikan gelombang sebagai bentuk abnormalitas epilepsy atau gelombang epilepsy. Hal ini
termasuk spike, sharp waves and spike-and wave discharge. Gelombang spike dan sharp pada
area spesifik diotak seperti pada lobus temporal kiri mengindikasikan kejang parsial mungkin
berasal dari area tersebut. Disisi lain, kejang umum primer diperkirakan dari lepasan gelombang
spike and wave yang menyebar luas pada kedua hemisfer otak. Terutama jika berasal dari kedua
hemisfer pada saat yang bersamaan (Steven,2006).
VIII. Terapi
12

Obat generasi pertama


Phenytoin
Phenytoin adalah salah satu obat yang biasa digunakan untuk terapi anti kejang.
Phenitoin sering dipertimbangkan sebagai obat pilihan pertama untuk terapi kejang parsial,
kejang tonik klonik (grand mal) dan status epileptikus (Gordon,2008).
Phenitoin bekerja dengan menekan aktivitas listrik pada sel saraf otak. Obat ini saat
pertama kali digunakan dapat secara oral atau intravena. Bentuk oral obat ini memiliki manfaat
yang baik untuk terapi dosis tunggal per hari.
Tingkat penggunaan phenitoin harus diawasi dengan pemeriksaan fungsi hati dan
pemeriksaan darah lengkap. Dosis terapi yang dianjurkan adalah 10-20 mg/L.
Efek samping dari penggunaan phenitoin adalah:
Anemia
Pertumbuhan rambut yang berlebihan
Letargi
Hyperplasia gusi
Neuropati jika digunakan dalam jangka waktu lama
Carbamazepin
Obat ini biasa diresepkan untuk terapi kejang parsial dan kejang tonik klonik 9grand
mal). Obat ini bekerja dengan mekanisme yang kurang dapat dimengerti. Dalam bentuk oral,
carbamazepin dapat diminum 2 sampai 3 kali.
Tingkat penggunaan karbamazepin harus diawasi. Dosis terapi yang dianjurkan adalah 812mg/L. pemeriksaan fungsi hati dan pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan secara rutin.
Efek samping dari karbamazepin dapat menyebabkan rasa mengantuk, mual, anemia,
neutropenia.
Phenorbital
Obat ini digunakan untuk terapi kedua jenis kejang yaitu kejang umum dan kejang
parsial.obat ini juga digunakan pada protocol setelah penggunaan phenitoin pada status

13

epileptikus pada bayi yang menderita epilepsy. Obat ini dapat digunakan dalam bentuk oral atau
intravena.
Tingkat penggunaan obat ini harus diawasi. Dosis terapi yang dianjurkan adalah 15-40
mg/L. pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan secara rutin.
Efek samping dari phenorbital adalah mengantuk, kerusakan kognitif dan menyebabkan
mudah marah.
Valproat
Obat ini digunakan untuk terapi kejang parsial, kejang tonik klonik (grand mal), kejang
absence (petit mal) dan kejang myoklonik. Obat ini juga diakui dapat mencegah sakit kepala
migren. Mekanisme aksi dari obat ini berhubungan dengan substansi otak yang disebut GABA
(Gamma Aminobutyric Acid). Obat ini dapat digunakan dalam bentuk oral dan harus diminum 2
sampai 3 kali sehari untuk mendapatkan dosis yang adekuat.
Tingkat penggunaan obat ini harus diawasi, seperti pada pemeriksaan fungsi hati dan
pemeriksaan darah. Efek samping dari obat ini adalah kerusakan hati (hepatotoksik) mual,
penambahan berat badan, alopesia dan tremor.
Ethosuximide
Obat ini digunakan untuk terapi kejang absence (petit mal). Obat ini bekerja dengan
menekan aktivitas sel otak yang berhubungna dengan hilangnya kesadaran. Obat ini diberikan
secara oral, dapat berbentuk tablet atau syrup.
Tingkat penggunaan obat ini harus diawasi untuk memastikan dosis terapi yang
digunakan adalah 40-100 mcg/mL. pemeriksaan darah lengkap, urinalisis dan pemeriksaan
fungsi hati harus dilakukan secara rutin untuk mengawasi kemungkinan efek samping yang tidak
diharapkan.
Efek samping yang dapat ditimbulkan ethosuximide yaitu:

14

Gastrointestinal (mual, muntah, nyeri perut, diare, berkurangnya berat badan)


Genitourinary ( perdarahan vagina dan hematuria)
Hematologi (penekanan pada sumsumtulang)
Integument (pertumbuhan rambut yang berlebihan, rash kulit, sistemik lupus eritematous)
Neurologi (sakit kepala, berkunang-kunang, sulit tidur, agresif, bingung, kesulitan

berkonsentrasi)
Primidone
Obat ini adalah barbiturate yang mengandung phenorbital. Obat ini digunakan untuk terapi
kejang umum tonik klonik (grand mal) dan kejang parsial. Obat ini digunakan pada orang
dewasa dan anak-anak yang berusia lebih dari 8 tahun.
Dosis efektif pada tubuh adalag 5-12 mcg/mL. obat ini tersedia dalam tablet 250 mg yang dapat
diminum 3 sampai 4 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan tetapi tidak melebihi 500 mg yang
diminum 4 kali sehari.
Efek samping dari primidone adalah:
Pandangan kabur
Bingung
Mual dan muntah
Impotensi
Vertigo
Hilangnya berat badan
Penderita epilepsy yang alergi terhadap phenorbital sebaiknya tidak menggunakan primidone.
Obat ini muncul dalam asi dan berhubungan perdarahan neonatal dan gangguan koagulasi karena
kekurangan vitamin K.
Obat generasi kedua
Topiramate
Obat ini digunakan dengan obat anti kejang lain pada terapi kejang parsial dan kejang
umum tonik klonik pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia 2 sampai 16 tahun. Obat ini
juga diakui sebagai pencegah sakit kepala migraine. Obat ini tersedia dalam bentuk orang yang
dapat diminum dua kali sehari (Gordon,2008).
Pada maret 2011, U.S. Food and Drug Administration mengumumkan informasi yang
mengindikasikan bahwa topiramate meningkatkan risiko kelainan pada bayi seperti labiokisis
dan palatokisis ketika obat ini digunakan pada trisemester pertama kehamilan.

15

Efek samping dari obat ini adalah rasa mengantuk, mual, berkunang-kunang, gangguan
koordinasi dan keseimbangan, afasia, hilangnya berat badan, dan batu ginjal. Pada anak-anak
mungkin akan menyebabkan gangguan konsentrasi dan mungkin menjadi agresif. Glaukoma
akut dan abnormalitas visual adalah komplikasi yang Sirius dan telah dilaporkan pada beberapa
kasus.
Gabapentin
Obat ini di indikasikan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial dengan atau tanpa
kejang umum sekunder. Obat ini tersedia dalam bentuk oral dan diminum tiga kali sehari.
Tidak ada pemeriksaan laboraturium seperti pemeriksaan fungsi hati dan darah yang
diperlukan. Efek samping dari gabapentin adalah bingung, berkunang-kunang dan gangguan
keseimbangan.
Lamotrigine
Obat ini di indikasikan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial dan untuk terapi
dosis tunggal pada penderita epilepsy dewasa dengan kejang parsial. Obat ini tersedia dalam
bentuk oral dan diminum dua kali sehari. Tidak ada pemeriksaan laboraturium yang diperlukan.
Efek samping dari lamortrigine adalah sakit kepala, mual, berkunang-kunang dan rash kulit.
Lacosamide
Lacosamide digunakan sebagai obat tambahan pada terapi kejang parsial pada penderita
yang berusia lebih dari 17 tahun. Obat ini tersedia dalam bentuk oral dan injeksi dan biasanya
diminum dua kali sehari. Efek samping dari lacosamide adalah:

Vertigo
Diplopia
Somnolen
Bingung
Sakit kepala
Mual dan muntah

Tiagabine
16

Obat ini digunakan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial. Mekanisme aksi dari
obat ini mungkin berhubungan dengan efek substansi GABA pada otak. Obat ini tersedia dalam
bentu oral dan harus diberikan pada dosis yang sudah dibagi sebanyak 2 sampai 4 kali sehari.
Tidak ada pemeriksaan laboraturium yang diperlukan. Efek sampingnya adalah berkunangkunang dan somnolen.
Levetiracetam
Obat ini digunakan sebagai obat tambahan pada terapi kejang parsial pada penderita
epilepsy anak-anak yang berusia 4 tahun ke atas dan dewasa. Obat ini tersedia dalam bentuk
tablet dan cairan oral yang digunakan pada anak-anak yang tidak bisa menelan tablet, diminum
dua kali sehari. Efek samping dari levetiracetam adalah bingung, gangguan keseimbangan dan
perubahan kepribadian yang biasanya menghilang setelah satu bulan pertama terapi.
Oxcarbazine
Obat ini di indikasikan untuk terapi dosis tunggal dan terapi tambahan pada penderita
epilepsy dewasa dengan kejang parsial dan sebagai terapi tambahan pada anak-anak yang berusia
4 tahun ke atas dengan kejang parsial.
Efek samping dari oxcarbazine adalah
Nyeri perut, mual muntah
Berkunang-kunang
Diplopia
Mengantuk, bingung
Hiponatremia
Gangguan gaya berjalan
Zonisamide
Obat ini digunakan sebagai terapi tambahan pada penderita epilepsy kejang parsial
dewasa. Obat ini digunakan dua kali sehari. Efek samping dari obat ini adalah berkunangkunang, gangguan keseimbangan, berkurangnya berat badan, dan bingung.
Pregabalin
Obat ini digunakan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial pada pensderita epilepsy
dewasa. Obat ini dapat digunakan 2 sampai 3 kali sehari.
Efek samping dari obat ini adalah
Pandangan kabur
17

Sulit berkonsentrasi
Berkunang-kunang
Mulut kering
Sulit menelan
Somnolen

IX. Komplikasi
Komplikasi kejang parsial komplek dapat dengan mudah dipicu oleh stress emosional.
Pasien mungkin mengalami kesulitan kognitif dan kepribadian seperti:
Personalitas : sedikit rasa humor, mudah marah, hiperseksual
Hilang ingatan : hilang ingatan jangka pendek karena adanya gangguan pada

Status

hippocampus, anomia ( ketidakmampuan untuk mengulang kata atau nama benda)


Kepribadian keras : agresif dan defensive
Komplikasi yang berhubungan dengan kejang tonik klonik meliputi:
Aspirasi atau muntah
Fraktur vertebra atau dislokasi bahu
Luka pada lidah, bibir atau pipi karena tergigit
Status epileptikus
Status Epileptikus
epileptikus adalah suatu kedaruratan medis dimana kejang berulang tanpa kembalinya

kesadaran diantara kejang. Kondisi ini dapat berkembang pada setiap tipe kejang tetapi yang
paling sering adalah kejang tonik klonik. Status epileptikus mungkin menyebabkan kerusakan
pada otak atau disfungsi kognitif dan mungkin fatal.
Komplikasi meliputi:
Aspirasi
Kardiakaritmia
Dehidrasi
Fraktur
Serangan jantung
Trauma kepala dan oral
Sudden unexplained death in epilepsy (SUDEP)
SUDEP terjadi pada sebagian kecil orang dengan epilepsy . Dengan alasan yang sangat
sulit untuk dimengerti, orang sehat dengan epilepsy dapat meninggal secara mendadak. Ketika
hal ini terjadi, orang dengan epilepsy simtomatik memiliki risiko yang lebih tinggi.
Dari hasil autopsy tidak ditemukan penyebab fisik dari SUDEP. Hal ini mungkin terjadi
karena edem pulmo atau cardiac aritmia. Beberapa orang memiliki risiko yang lebih tinggi dari
18

yang lain seperti dewasa muda dengan kejang umum tonik klonik yang tidak dapat dikontrol
sepenuhnya dengan pengobatan. Pasien yang menggunakan dua atau lebih obat anti kejang
mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk SUDEP.
X.

prognosis
Ketika pasien telah berhasil bebas kejang untuk beberapa tahun, hal ini mungkin untuk

menghentikan pengobatan anti kejang, tergantung pada umur pasien dan tipe epilepsy yang
diderita. Hal ini dapat dilakukan dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman. Hampir
seperempat pasien yang bebas kejang selama tiga tahun akan tetap bebas kejang setelah
menghentikan pengobatan yang dilakukan dengan mengurangi dosis secara bertahap. Lebih dari
setengah

pasien

anak-anak

dengan epilepsy dapat

menghentikan

pengobatan

tanpa

perkembangan pada kejang (Gordon,2008).


XI. pencegahan
jika kejang berhubungan dengan kondisi medis tertentu, identifikasi dan terapi pada
kondisi medis tersebut adalah kunci dari pencegahan terjadinya kejang. Jika pengobatan anti
kejang telah diberikan oleh dokter, minum obat sesuai jadwal yang telah direkomendasikan oleh
dokter dan tidak lupa minum obat adalah hal yang penting dalam pencegahan kejang
(Stephen,2005).
Beberapa orang dengan epilepsy sensitive terhadap alkhohol. Mungkin ada beberapa
orang yang mengalami kejang setelah meminum sedikit alkhohol sehingga kunci utama

dalam pencegahan kejang adalah dengan menghindari alkhohol.


Kurang tidur dan stress mungkin meningkatkan frekuensi terjadinya kejang pada
beberapa orang tertentu.

BAB III
KESIMPULAN
Epilepsi adalah gangguan pada otak yang menyebabkan terjadinya kejang berulang.
Kejang terjadi ketika aktivitas listrik didalam otak tiba-tiba terganggu. Gangguan ini dapat
menyebabkan perubahan gerakan tubuh, kesadaran, emosi dan sensasi.
Tidak semua kejang disebabkan oleh epilepsy. Kejang juga dapat disebabkan oleh kondisi
tertentu sepeti meningitis, ensefalitis atau trauma kepala. Ada banyak tipe kejang pada epilepsy,
19

setiap tipe kejang digolongkan menurut gejala yang terjadi. Kejang dapat digolongkan menjadi
kejang parsial dan kejang umum, tergantung pada banyaknya area otak yang terpengaruh.
Ada beberapa komplikasi pada epilepsy seperti status epileptikus dan sudden unexpected
death in epilepsy (SUDEP). Status epileptikus terjadi jika terdapat kejang lebih dari 30 menit
tanpa adanya masa pemulihan kesadaran. Biasanya status epileptikus adalah kedaruratan medis
pada kejang tonik klonik. Sedangkan SUDEP sangat jarang terjadi, hanya satu diantara seribu
orang dengan epilepsy simtomatik (penyebab diketahui) yang mengalami SUDEP.
Gejala epilepsy dapat dikontrol dengan obat anti kejang. Hampir delapan dari sepuluh
orang dengan epilepsy gejala kejang yang mereka alami dapat dikontrol dengan baik oleh obat
antikejang. Pada umumnya, pertama kali dokter akan memulai pengobatan dengan menggunakan
satu jenis anti kejang, jika kejang tetap tidak bisa dikontrol baru digunakan dua atau lebih
kombinasi obat anti kejang.

DAFTAR PUSTAKA
Carl W Bazil. 2004. Epilepsy. www.epilepsy.com
Carold Campfield. 2008. What is epilepsy. www.epilepsy.com
Gordon R Kelley and Stanley J Swierzewski. 2008. Epilepsy. www. Neurologychannel.com
J Stephen Huff. 2005. Epilepsy. www.emedicinehealth.com
Orrin Devinsky. 2004 . Epilepsy. www. Epilepsy.com
Steven C Schachter . 2006. What Cause Epilepsy. www.epilepsy.com
Steven C Schachter and Patricia O Shafer. 2007. Epilepsy. www.epilepsy.com

20

Anda mungkin juga menyukai