KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti dipimpin oleh Drs. Arifin Faqih, Ak.
CPA., sedangkan ketiga lainnya sebagai partner. Berikut adalah struktur
organisasinya :
Gambar 1 Struktur Organisasi KAP Bharata, Arifin, Mumajad dan Sayuti
Junior Auditor
Junior Auditor
10
Basis layanan KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti yang utama adalah
melakukan audit, jasa due diligence, jasa kompilasi dan review, jasa studi kelayakan,
jasa konsultasi penyelesaian hutang dan jasa konsultasi perpajakan. Jasa-jasa yang
diberikan oleh KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti dijelaskan sebagai berikut:
1. Jasa Audit Umum
Jasa Audit adalah suatu penugasan profesional yang menuntut sikap
mental yang independen pandangan yang objektif dan personalia yang
memiliki integritas tinggi. Tugas ini pada dasarnya adalah untuk
mengevaluasi asersi manajemen yang telah disajikan dalam laporan
keuangan dan menguji apakah laoran keuangan tersebut telah disusun
sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku umum.
Jasa Audit seperti disebutkan di atas, adalah suatu jasa yang sangat
menuntut Professional Integrity and Objectivity. Oleh karena itu, dalam
melakukan Jasa Audit memungkinkan auditor untuk menyatakan
pendapat bahwa asersi manajemen yang dituangkan dalam laporan
keuangan perusahaan adalah wajar.
2. Jasa Internal Audit
Jasa Internal Audit adalah suatu bentuk layanan yang berfungsi membantu
manajemen untuk memperoleh keyakinan bahwa semua kebijakan
manajemen dipatuhi sehingga secara keseluruhan pegawai dapat bekerja
secara efisien, efektif, dan ekonomis. Dalam menjalankan tugas ini auditor
selalu berupaya membantu manajemen untuk menemukan alternatif yang
terbaik dalam setiap operasi perusahaan. Tugas ini yang disebut sebagai
Research Examination.
11
12
Jasa kompilasi & Review adalah merupakan bagian dari jasa akuntansi.
Dalam penugasan ini para auditor dan auditor juniornya semata-mata
menyusun laporan keuangan berdasarkan data keuangan yang diberikan
klien dan mereview laporan keuangan yang telah disusun untuk menilai
keakuratan asersi manajemen.
Setiap jasa yang diberikan selalu mengacu kepada standar professional yang
diterbitkan oleh IAI untuk menjamin kualitas pelayanan.
6. Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Studi kelayakan berhubungan dengan penentuan layak/feasible atau
tidaknya suatu proyek atau perusahaan didirikan dan dijalankan.
Kajian mendalam meliputi berbagai faktor, seperti tersedianya bahan
mentah, tenaga kerja, sarana dan prasarana, sumber-sumber pembiayaan,
aspek pemasaran secara protektif, tingkat keuntungan yang diperoleh
berdasarkan kondisi normal, optimis dan pesimis, aspek manajemen dan
kemungkinan perkembangan dimasa depan. Serta analisa tingkat kelayakan
proyek antara lain : Break Event Point (tingkat titik impas), Internal Rate of
Rate (IRR), Net Present Value (NPV), tingkat pengembalian modal (ROE),
tingkat pengembalian modal (ROE), tingkat pengembelian investasi (ROI).
7. Jasa Konsultasi Penyehatan Keuangan
Penugasan ini membantu perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan
terutama dalam memenuhi kewajibannya kepada pihak perbankan.
KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti membantu upaya penyelesaian
tersebut, dengan berbagai pola penyelesaian:
13
perusahaan
untuk
meyusun
Tax
Planning
yaitu
14
15
Oleh karena itu penulis akan memapaparkan dari beberapa sumber para ahli
mengenai pengertian dari audit, sebagai berikut:
1. Menurut Whittington, O. Ray, dan Kurt Pann (2012:4)
Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh perusahaan
akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan mencari
catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan
tersebut. Dengan memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal
perusahaan, dan dengan memeriksa dokumen, mengamati aset, membuat
bertanya dalam dan di luar perusahaan, dan melakukan prosedur audit lain,
auditor akan mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan
apakah laporan keuangan menyediakan adil dan cukup melengkapi
gambaran posisi keuangan perusahaan dan kegiatan selama periode yang
diaudit.
2. Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J.Elder (2011:4)
Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi yang
tersaji dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh
pihak yang kompeten dan independen.
3. Menurut Sukrisno Agoes (2004:3)
Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
16
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli audit yang telah dipaparkan, makan
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa audit adalah proses pengumpulan,
pemeriksaan, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara kritis dan sistematis, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Proses pengumpulan dan pemeriksaan bukti transaksi ini yang menyangkut
laporan keuangan entitas dengan tujuan mencari kemungkinan terjadinya kekeliruan
ataupun kecurangan pencatatan yang bersifat material dan dapat mempengaruhi
penyajian laporan keuangan. Juga mengevaluasi kebijakan akuntansi dan estimasi
yang digunakan oleh entitas agar sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku di Indonesia. Hal ini dilakukan oleh pihak yang independen, integritas, dan
kompeten. Pihak yang dimaksud kompeten dan independen ini salah satunya adalah
KAP atau Kantor Akuntan Publik yang telah diberikan izin oleh Departemen
Keuangan.
Audit pada pada dasarnya berkaitan erat dengan akuntansi karena pada
umumnya ilmu auditing berkaitan dengan informasi akuntansi dan kebanyakan
auditor memiliki keahlian yang berkaitan dengan permasalahan akuntansi. Hal ini
membuat mayoritas masyarakat pengguna laporan keuangan, seperti perusahaan,
sering mengalami kebingungan serta kekeliruan dalam membedakan auditing dan
akuntansi. Kebingungan masyarakat bertambah disebabkan adanya gelar Akuntan
Publik Bersertifikat atau Certified Public Accountant (CPA) pada sebagian besar
orang individu yang melaksanakan proses audit.
17
ekonomi
dari
suatu
organisasi
kepada
para
pengguna
yang
Akuntansi
Transaksi
Auditing
Laporan Keuangan
Jurnal
Buku Besar
Buku Besar
Laporan Keuangan
Transaksi
Sumber: mayhavelyasiregar.blogspot.com
Keterangan: Transaksi yang dimaksud pada auditing merupakan bukti-bukti yang mendukung
penyusunan laporan keuangan.
18
19
20
Audit atas laporan keuangan merupakan jenis audit yang paling sering
dilakukan oleh seorang auditor. Audit ini pada umumnya jenis audit yang diminta
perusahaan-perusahaan untuk dapat mengetahui kewajaran dari laporan keuangan
perusahaan mereka. Hasil audit atas laporan keuangan tersebut disajikan dalam
bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada pemakai
informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan kantor pelayanan pajak.
SAS (Statement on Auditing Standard) 1 AU 110 menyatakan tujuan audit
umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil
usaha, serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Bagian SAS tersebut tersebut menekankan perlunya penerbitan pendapat atas laporan
keuangan. Alasan mengapa auditor mengumpulkan berbagai bukti audit adalah untuk
memungkinkan mereka mencapai kesimpulan tentang apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material serta untuk menerbitkan
laporan audit yang tepat.
Kewajaran dari laporan keuangan yang diberikan oleh auditor dibuat
berdasarkan asersi dari komponen laporan keuangan. Salah satu tugas auditor
menentukan apakah asersi tersebut benar-benar wajar sehingga dapat meyakinkan
tingkat keterkaitan asersi dengan kriteria. Kriteria yang dimaksud berkaitan dengan
asersi adalah standar yang berlaku umum (GAAP) di Indonesia seperti, SAK-IFRS,
SAK ETAP, dll. Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan.
Pernyataan
asersi
yang
telah
penulis
paparkan
sebelumnya
dapat
21
tertentu
laporan
keuangan
diklasifikasikan,
22
23
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar auditing dikelompokan menjadi
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan serta dirinci dalam
bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA), sebagai berikut :
a. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
c. Standar Pelaporan
24
25
Hutang dalam hubungan istimewa adalah kewajiban yang timbul sebagai akibat
dari adanya transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
diluar kegiatan normal perusahaan. Hutang dalam hubungan istimewa merupakan
salah satu pendanaan jangka panjang yang masuk kedalam hutang jangka panjang
atau hutang tidak lancar. Hutang dalam hubungan istimewa masuk kedalam
kelompok hutang tidak lancar karena merupakan aktivitas pendanaan yang lebih dari
satu tahun. Aktifitas pendanaan tersebut ini secara khusus dilakukan olah pihak-pihak
yang memiliki hubungan atau keterkaitan khusus dengan perusahaan pelapor.
Penjelasan tentang pihak-pihak yang memiliki hubungan khusus dijelaskan
dalam PSAK No. 7 (revisi 2009). Pada PSAK No. 7 (revisi 2009) menjelaskan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah orang atau entitas yang
terkait dengan entitas tertentu dalam menyiapkan laporan keuangannya (dalam
Pernyataan ini dirujuk sebagai entitas pelapor). Pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa adalah sebagai berikut:
a. Orang atau anggota keluarga terdekat terkait entitas pelapor jika orang
tersebut:
1)
pelapor,
2)
3)
pelapor.
b. Suatu entitas terkait dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal
berikut:
26
1)
yang sama (artinya entitas induk, entitas anak dan entitas anak
berikutnya terkait dengan entitas lain.
2)
entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan
anggota suatu kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah
anggotanya.
3)
yang sama.
4)
Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas
imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait
dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang
menyelenggarakan program tersebut, entitas sponsor juga terkait dengan
entitas pelapor.
6)
27
28
dan Saldo
Dipengaruhi
Keberadaan Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Termasuk komitmen dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Sumber: PSAK 7 Pengungkapan Pihak-pihak yang Berelaso IAS 24 oleh Dwi Martani
29
30
oleh kreditur. Keadaan terburuknya adalah perusahaan dapat pailitkan oleh kreditur
apabila tetap tidak bisa memenuhi kewajiban.
Dampak lainnya kepercayaan dari para kreditur kepada perusahaan (debitur)
akan menurun. Kondisi ini akan mempersulit perusahaan untuk memperoleh dana
tambahan berupa pinjaman yang berakibat menjadi lambatnya pertumbuhan dari
perusahaan. Keadaan seperti ini tidak seharusnya terjadi pada sebuah perusahaan
apabila memang perusahaan tersebut sehat.
2.2.4 Tujuan Pemeriksaan Hutang dalam Hubungan Istimewa
Hubungan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
merupakan suatu karakteristik (feature) normal dari perdagangan dan bisnis.
Misalnya, entitas sering melaksanakan bagian dari kegiatan mereka melalui entitas
anak, ventura bersama dan entitas asosiasi. Dalam keadaan ini, entitas memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan keuangan dan operasi investee melalui
adanya pengendalian, pengendalian bersama atau pengaruh signifikan.
Suatu hubungan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
dapat berpengaruh terhadap laba atau rugi dan posisi keuangan entitas. Pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa dapat menyepakati transaksi di mana pihakpihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa tidak dapat melakukannya. Selain
itu, transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin tidak
dilakukan dalam jumlah yang sama, seperti dengan pihak-pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa.
Laba atau rugi dan posisi keuangan entitas dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa bahkan jika transaksi dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa tidak terjadi sekalipun. Hanya dengan keberadaan
31
hubungan istimewa itu saja, mungkin sudah cukup untuk mempengaruhi transaksi
entitas dengan pihak lain. Selain itu, satu pihak dapat menahan diri untuk bertindak,
karena pengaruh signifikan dari yang lain.
Dikarenakan alasan-alasan tersebut, pengetahuan mengenai transaksi entitas,
saldo, termasuk komitmen, dan hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dapat memengaruhi penilaian dari operasi entitas oleh pengguna
laporan keuangan, termasuk penilaian risiko dan kesempatan yang dihadapi entitas.
Transaksi entitas mengenai hubungan istimewa, terutama hutang dalam hubungan
istimewa, memengaruhi saldo laporan posisi keuangan secara langsung.
2.2.5 Prosedur Pemeriksaan Hutang dalam Hubungan Istimewa
Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia tidak dapat diharapkan untuk memberikan keyakinan
bahwa semua transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa dapat
ditemukan. Namun, selama proses audit, auditor harus waspada akan adanya
transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa yang material yang dapat
memengaruhi laporan keuangan dan kepemilikan bersama (common ownership) atau
hubungan pengendalian manajemen; yang menurut prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia harus diungkapkan.
Dalam penentuan lingkup pekerjaan yang harus dilakukan berkenaan dengan
kemungkinan adanya transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, auditor
harus meperoleh pemahaman secara keseluruhan. Auditor harus mepertimbangkan
pengendalian atas aktivitas manajemen, dan ia harus mempertimbangkan tujuan
bisnis yang dilayani oleh berbagai bagian dari entitas. Umumnya, struktur bisnis dan
gaya operasi didasarkan atas kemampuan manajemen, pertimbangan hukum dan
32
33
dasar dari prosedur pemeriksaan hutang jangka panjang yang digunakan untuk
melakukan pemeriksaan terhadap akun hutang dalam hubungan istimewa adalah
sebagai berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas hutang jangka panjang. Dalam hal
ini biasa digunakan internal control questionnaires (ICQ) atau penjelasan
narative, tidak perlu flow chart.
2. Periksa apakah hutang jangka panjang yang diperoleh sudah disetujui
direksi/dewan komisaris/pemegang saham.
3. Jika ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan
afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan diperiksa apakah ada pembebanan
bunga atas pinjaman tersebut.
4. Periksa apakah ada bagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo
dalam waktu satu tahun yang akan datang, sehingga harus direklasifikasi
sebagai hutang jangka pendek.
5. Jika ada hutang jangka panjang yang harus dibayar kembali dalam mata
uang asing, periksa apakah per tanggal neraca sudah dikonversikan kedalam
rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal neraca
dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan/dikreditkan pada rugi laba
tahun berjalan.
6. Lakukan penelaahan analitis (analytical review procedures) terhadap hutang
jangka panjang dan biaya bunganya, untuk melihat kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pencatatan biaya bunga.
7. Buatlah kesimpulan, apakah penyajian hutang jangka panjang di neraca dan
catatan atas laporan keuangan dilakukan sesuai dengan SAK.
Auditor harus menekankan pada pengujian atas transaksi yang material
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa yang diketahuinya berkaitan dengan
entitas pelapor. Hubungan tertentu, seperti hubungan anak perusahaan dengan induk
34
35
36
6. Mempertimbangkan
apakah
transaksi
telah
terjadi,
tetapi
belum
37
2.3 Audit atas Hutang dalam Hubungan Istimewa PT QWE oleh KAP Bharata,
Arifin, Mumajad, dan Sayuti
2.3.1 Deskripsi PT QWE
PT QWE merupakan perusahaan swasta yang didirikan tahun 2008. PT QWE
yang terletak di provinsi Banten ini telah mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman RI dengan Surat Keputusan Nomor AHU-76897.AH.01.01.Tahun 2008.
Perusahaan ini telah memiliki Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas dari
Badan PelayananPenanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kota Tangerang dengan
Nomor TDP 30.06.1.25.06008 tanggal 27 April 2012.
Sesuai dengan Anggaran Dasar perusahaan PT QWE, maksud dan tujuan
Perusahaan adalah berusaha dalam bidang perindustrian dan perdagangan. PT QWE
bergerak dalam perindustrian dan pengolahan bahan-bahan dan barang dari bahan
baku, seperti polyprophiline dan pewarna plastik, menjadi plastik dan fibre. PT QWE
juga bergerak dalam kegiatan usaha perdagangan, meliputi perdagangan impor dan
ekspor, antara pulau/daerah serta lokal dan interinsulain untuk barang-barang hasil
industri kimia (chemical) dan barang-barang dari bahan kimia, industri kimia dan
dasar organik dan biofuel.
PT QWE telah mendapat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu Kota Tangerang tentang Ijin Usaha Industri (melalui Tahap Persetujuan
Prinsip) dengan Nomor 530 yang mulai berlaku dari tanggal 5 Juli 2010. PT QWE
merupakan
perusahaan
perusahaan
yang
berdomisili
di
kota
Tangerang
38
perusahaan
apabila
dihitung
dengan
nilai
buku
mencapai
Rp92.467.819.388,00.
Tabel 1 Daftar Aset Lancar dan Aset Tetap
PT QWE
Per 31 Desember 2013
Akan tetapi, besarnya dari jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan bukan
ditunjang dengan modal yang besar melainkan dengan besarnya hutang. Hutang yang
menunjang kehidupan perusahaan ini terdiri dari hutang lancar dan hutang jangka
39
panjang atau tidak lancar. Hutang-hutang lancar yang terdapat pada PT QWE
antaralain adalah hutang biaya, hutang usaha, hutang pajak, dan hutang lain-lain.
Sedangkan hutang jangka panjang yang menunjang pendanaan PT QWE adalah
hutang leasing, hutang bank, dan hutang dalam hubungan istimewa.
Besarnya
jumlah hutang yang dimiliki oleh PT QWE berdampak pada kemampuan perusahaan
untuk membayar pada saat jatuh tempo atau likuiditas. Kemampuan membayar
hutang ini akan menghambat kinerja perusahaan untuk melakukan kegiatan industri
dan perdagangannya.
Kemampuan membayar hutang PT QWE dapat dianalisa dengan melakukan
beberapa ratio, yaitu current ratio. Current ratio dihitung untuk dapat mengetahui
kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban (hutang) lancar. Hasil
analisa sementara terhadap posisi kekayaan PT QWE per 31 Desember 2013, bila di
analisa dengan current ratio maka sebagai berikut:
current ratio=
Aset Lancar
Rp 64.578.809 .265,00
=
=1,97669172696725
Hutang Lancar Rp 32.621.010 .700,00
40
tetap dan aset lain-lain. Selain itu pos-pos hutang tersebut ternyata PT QWE juga
memiliki transaksi penerimaan pinjaman (hutang) untuk PT QWE kepada pihakpihak yang memiliki hubungan istimewa dengan tanpa beban bunga dan ketentuan
mengenai jadwal jatuh tempo dan cara pengembaliannya kepada kreditur yang
disebut sebagai hutang dalam hubungan istimewa.
Hutang dalam hubungan istimewa yang muncul bisa dikarenakan faktor
kesengajaan dari pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa. Hutang dalam
hubungan istimewa muncul karena sebab-sebab seperti kekurangan dana dari
perusahaan, optimististic untuk menghasilkan laba lebih besar, penurunan industri
dengan ditandai kegagalan besar bisnis, atau tuntutan perkara hukum yang
signifikan, terutama perkara hukum antara pemegang saham dengan pihak
manajemen. Transaksi terhadap hutang dalam hubungan istimewa bisa terjadi hanya
kepada pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa yang memiliki hubungan
istimewa terhadap perusahaan yang tidak dimiliki pihak-pihak yang tidak memiliki
hubungan istimewa.
Hutang dalam hubungan istimewa ini diperlakukan sama seperti modal direksi
oleh PT QWE sebagai sumber pendanaan. Sumber pendanaan ini tidak dicatat
sebagai modal dalam pos modal dan saham melainkan PT QWE menjadikan sumber
pendanaan ini sebagai hutang jangka panjang. Hutang dalam hubungan istimewa
digunakan PT QWE untuk melakukan pembelian-pembelian aset perusahaan.
Direksi PT QWE memberikan modal ini dalam berupa aset, yaitu aset tetap,
sebagai tambahan investasi kepada PT QWE. Direksi menambahkan modalnya
dengan menjadikan dana yang ditambahkannya kedalam berupa aset tetap seperti
kendaraan dan tanah. Kendaraan dan tanah yang dibeli oleh direksi dijadikan aset PT
41
QWE tanpa dikenakan beban bunga dan tanpa batasan waktu dan cara
pengembaliannya.
Aset tetap, yang dibeli oleh direksi, dijadikan hutang bagi PT QWE untuk
membantu kebutuhan dana PT QWE dalam waktu jangka panjang. Aset tetap ini
dijadikan penunjang untuk operasi perusahaan karena kemampuan perusahaan untuk
berhutang atau meminjam dana dari bank atau hutang jangka panjang sudah tidak
memungkinkan. Hal ini disebabkan oleh hutang jangka panjang, seperti hutang bank
dan hutang leasing, lebih besar dari aset tetap yang dimiliki PT QWE. Permasalahan
ini jika dihitung dengan ratio perbandingan antara aset tetap dengan hutang jangka
panjang adalah sebagai berikut:
Ratio=
Aset Tetap
Rp 27.024 .206 .084,00
=
=0.8863731455282672
Hutang Jk Panjang Rp30.488 .520 .800,00
Hasil dari perhitungan rasio tersebut, dapat diketahui bahwa PT QWE memiliki
tingkat keamanan yang rendah untuk melakukan hutang jangka panjang karena rasio
tersebut menunjukan angka dibawah 1. Bila dibaca menggunakan analisa laporan
keuangan, seharusnya setiap hutang jangka panjang bisa dijamin secara khusus oleh
aset tetap yang dimiliki perusahaan. Namun, pada rasio ini menunjukan bahwa
hutang jangka panjang PT QWE tidak dapat terjamin oleh aset tetap perusahaan
karena memiliki rasio angkanya dibawah 1. Akibat dari rendahnya rasio, PT QWE
akan menjadi sulit untuk memperoleh pinjaman baru dalam jangka pangjang dengan
jaminan aktiva tetap.
Kesulitan PT QWE untuk memperoleh sumber pendanaan berupa hutang telah
dibuktikan dengan rasio utang terhadap ekuitas (total debt to equity ) yang dianalisis
42
oleh auditor KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti untuk periode tahun
sebelumnya, tahun 2012, sebagai berikut:
Ratio=
Ratio ini menunjukan bahwa pada akhir periode tahun 2012 PT QWE telah
menggunakan seluruh kapasitasnya untuk meminjam dan tidak memiliki jaminan
untuk tambahan. Sehingga PT QWE tidak bisa lagi melakukan hutang bank atau
hutang leasing yang membuat perusahaan mengalami kesulitan memperoleh dana
tambahan untuk mengembangkan usahanya.
Kesulitan PT QWE memperoleh pinjaman baru membuat direksi PT QWE
mengambil kebijakan dengan membeli beberapa aset tetap dengan modal direksi PT
QWE. Kebijakan ini diambil karena PT QWE sudah mencapai batas tidak aman
untuk melakukan pinjaman jangka panjang dan ditambah lagi perusahaan melakukan
pembelian atau penyewaan untuk aset tetap yang membutuhkan dana yang cukup
besar. Kebijakan ini dilakukan direksi dengan membeli aset tetap dengan modal
pribadinya, kemudian diberikan kepada perusahaan tanpa ada ketentuan jadwal dan
cara pengembalian. Aset tetap yang telah dibeli oleh direksi PT QWE dijadikan aset
tetap milik PT QWE untuk kegiatan usaha dengan cara hutang kepada pihak-pihak
yang memiliki hubungan istimewa, dalam hal ini adalah direksi PT QWE.
Adanya transaksi khusus atau istimewa antar direksi, direksi atau orang
terdekat PT QWE ini bertujuan untuk membantu PT QWE yang kesulitan untuk
memperoleh pinjaman baru dalam mengembangkan kegiatan usaha PT QWE.
Tambahan modal yang diberikan permilik kepada perusahaan tidak menambah modal
direksi dalam neraca maupun dalam akta pembentukan modal dan saham PT QWE.
43
Perubahan melainkan dengan munculnya akun baru berupa hutang jangka panjang
yang disebut sebagai hutang dalam hubungan istimewa.
Transaksi pemberian tambahan modal tanpa ada perubahan pada modal direksi
di neraca, dengan tanpa ketentuan jadwal dan pembayaran memunculkan akun
hutang dalam hubungan istimewa, Diketahui tanggal 9 September 2013 terdapat
penerimaan asset tetap berupa kendaraan dan tanah kepada PT QWE. Asset tetap
yang diterima sebesar Rp21.921.869.479,00. Penerimaan asset tetap diberikan oleh
direksi PT QWE kepada PT QWE dengan tanpa Transaksi dicatat dalam jurnal
penyesuaian sebagai berikut:
Aset Tetap
21.921.869.479,00
21.921.869.479,00
(Pemberian aset tetap oleh direksi yang dijadikan hutang jangka panjang)
Transaksi khusus atau istimewa yang dilakukan direksi atau orang terdekat
perusahaan memiliki tujuan untuk membeli aset tetap untuk membantu kegiatan
usaha perusahaan sehingga transaksi ini menambah aset tetap pada saldo debit dan
menambah saldo hutang dalam hubungan istimewa pada saldo kredit. Transaksi ini
menambah jumlah aset dan liabilities/ kewajiban diposisi neraca perusahaan menjadi
lebih besar.
Skala prioritas dari pelunasan atau pembayaran hutang dalam hubungan
istimewa PT QWE adalah setelah semua hutang jangka panjang PT QWE sudah
dapat dilunasi bersama dengan suku bunganya. Hutang dalam hubungan istimewa ini
diprioritaskan paling akhir karena hutang jangka panjang ini tidak dikenakan bunga
dan jadwal serta cara pembayarannya tidak ditentukan. Apabila PT QWE sudah
mampu melunasi semua hutang jangka panjangnya, selain hutang dalam hubungan
44
ketika
dibayarkan
oleh
PT
QWE
kepada
direksi
sebesar
21.921.869.479,00
21.921.869.479,00
(Pembayaran hutang dalam hubungan istimewa dengan akun kas atau bank)
PT QWE melakukan pembayaran untuk hutang dalam hubungan istimewa kepada
direksi PT QWE dengan kas atau bank yang dimiliki PT QWE setelah melakukan
pembayaran kepada hutang jangka panjang lainnya, seperti hutang leasing dan
hutang bank. Transaksi khusus ini hanya bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa dengan PT QWE, yaitu direksi perusahaan, yang tidak
bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa seperti
yang tetah dipaparkan penulis didalam bab 2.2 tentang landasan teori dan konsep.
2.3.3 Pelaksanaan Audit atas Hutang dalam Hubungan Istimewa PT QWE
Pelaksanaan audit kepada PT QWE yang dilakukan auditor KAP Bharata,
Arifin, Mumajad, dan Sayuti selama proses adalah sebagai berikut:
1. Membuat surat penawaran yang telah disetujui oleh pimpinan atau rekan
KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti setelah mendapatkan hasil
negosiasi yang telah terjadi sebelumnya dengan PT QWE. Pada proses ini
adalah pihak KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti dengan PT QWE
menentukan kesepakatan-kesepakatan sebelum jasa audit dilaksanakan.
Kesepakatan yang dimaksud contohnya seperti fee atas jasa audit dan
jangka waktu penyelesaian jasa audit kepada PT QWE.
45
2. Membentuk tim audit yang terdiri dari supervisor, ketua tim, dan anggota
tim. KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti membentuk tim dengan
jumlah antara 3-5 orang per tim untuk melakukan suatu jasa audit,
tergantung dari jenis jasa audit yang dilakukan.
3. Meminta data-data yang dibutuhkan untuk melakukan audit dengan
memberikan surat permintaan data yang dikirim melalui email dan fax. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah proses penerimaan data serta dapat
memberikan PT QWE waktu untuk menyiapkan data-data yang dibutuhkan.
Data yang diberikan oleh PT QWE harus relevan dan rinci sesuai yang
dibutuhkan. Data-data yang dibutuhkan untuk dapat melakukan audit atas
hutang dalam hubungan istimewa antara lain seperti laporan posisi
keuangan PT QWE per 31 Desember 2013, laporan laba rugi kompherensif
2013, laporan perubahan ekuitas 2013, neraca saldo (trial balance), buku
besar (general ledger), daftar aktiva tetap, dan dokumen-dokumen
pendukung lain untuk hutang dalam hubungan istimewa.
4. Mengkaji risalah rapat pemegang saham dan hukum yang terkait lainnya
catatan keterangan seperti register kepentingan direktur dengan cara
meminta hasil RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan melakukan
analisa pengaruh dari hasil keputusan RUPS. Auditor harus mengkaji
terlebih dulu untuk mendapat gambaran dan referensi dari yang telah
ditetapkan oleh PT QWE. Tujuan untuk mempermudah saat melakukan
pemeriksaan terhadap pihak-pihak yang yang memiliki hubungan istimewa.
5. Mengetahui afiliasi direksi dan pejabat dengan entitas lain dengan cara
meminta permanent file seperti foto kopi akta notaris dan setiap perjanjian
46
dengan entitas lainnya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pihakpihak yang memilki hubungan istimewa dengan PT QWE selain direksi dan
orang terdekat PT QWE sehingga dapat mengantisipasi bila ada transaksi
hutang dalam hubungan istimewa yang terjadi.
6. Mengetahui kebijakan yang berlaku dan pengaturan tanggung jawab dalam
entitas untuk identifikasi, mencatat, meringkas, dan mengungkapkan
transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, terutama yang
memiliki transaksi hutang dalam hubungan istimewa. Proses dapat
dilakukan dengan meminta data mengenai kebijakan perusahaan dan
wawancara kepada pihak manajemen PT QWE khususnya bagian akuntansi.
7. Memberikan management letter sebagai tindakan tambahan dari KAP
Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti untuk pihak manajemen PT QWE
yang dibuat oleh tim audit berisikan catatan dan keterangan untuk pihak
yang memiliki hubungan istimewa dan pihak manajemen PT QWE. Pihak
yang memiliki hubungan istimewa terhadap PT QWE dan manajemen
manajemen PT QWE harus bisa menjelaskan keberadaan dari hutang dalam
hubungan istimewa kepada tim audit. Bila memang perlu tim audit akan
melakukan pembahasan langsung dengan pihak yang memiliki hubungan
istimewa, dalam hal ini adalah direksi PT QWE.
2.3.4 Temuan Audit atas Akun Hutang dalam Hubungan Istimewa PT QWE
Berdasarkan hasil audit yang dilakukan auditor KAP Bharata, Arifin,
Mumajad, dan Sayuti mendapat temuan transaksi kepada pihak yang memiliki
hubungan istimewa berupa hutang dalam hubungan istimewa. Hasil temuan audit
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
47
48
49
yang
juga
akan
mendukung
Top
Schedule.
Sedangkan
50
51
52
53
Penyusunan Working Paper Balance Sheet (WBS) pada tahap awal penyusunan
adalah dengan memasukan saldo akun aset tetap dan hutang bank pada laporan posisi
keuangan tahun 2012 sebagai saldo awal dan saldo akun yang belum di audit pada
tahun 2013. Kemudian memasukan jurnal koreksi yang ada. Terdapat jurnal koreksi
pada penyesuaian akun hutang bank dikarenakan tidak ada bukti transaksi terhadap
pencatatan untuk penambahan transaksi hutang bank PT QWE. Setelah melakukan
konfirmasi kepada bagian akuntansi PT QWE ternyata diketahui terdapat pembelian
aset tetap dan aset lain-lain yang dilakukan direksi dengan modal milik direksi.
Diketahui aset tetap dan aset lain-lain yang dibeli oleh direksi dan diberikan kepada
perusahan dilakukan dengan cara hutang. Hutang ini dilakukan tanpa ada ketentuan
dan jadwal pengembalian/pelunasan hutang dan hanya bisa dilakukan oleh pihakpihak yang memiliki hubungan istimewa, dalam hal ini adalah direksi. Sehingga hasil
konfirmasi dari bagian akuntansi PT QWE dan penjelasan dari hasil wawancara
dengan direksi memunculkan saldo debit terhadap akun hutang bank sehingga
mengurangi saldo asli hutang bank yang ada sebesar Rp21.921.869.479,00. Berikut
jurnal penyesuaian:
Hutang Bank Resona Perdania
Hutang dalam Hubungan Istimewa
21.921.869.479,00
21.921.869.479,00
54
Setelah dilakukan jurnal penyesuaian terhadap hutang bank dan hutang dalam
hubungan istimewa maka pada akhir masa audit partner memberikan opini terhadap
laporan keuangan PT QWE tahun 2013 dinyatakan Wajar Tanpa Pengecualian
(unqualified opinion) karena salah saji yang material dalam laporan keuangan
khususnya hutang dalam hubungan istimewa.