Anda di halaman 1dari 47

BAB II

AUDIT ATAS HUTANG DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA


PT QWE OLEH KAP BHARATA, ARIFIN, MUMAJAD, DAN
SAYUTI

2.1 Latar Belakang KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti


2.1.1 Sejarah Singkat KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti
KAP Bharata, Arifin, Mumajad & Sayuti didirikan dengan akta notaris Eko
Putranto, S.H. No. 08, tanggal 27 Februari 2012. Merupakan penggabungan KAP
Drs. Arifin Faqih, KAP Drs. S.Bharata, KAP Drs. Sayuti Hasan Sobari dan Akuntan
Publik Mumajad SE Ak. M.M. CPA.
Dengan izin menjalankan Kantor Akuntan Publik dari Departemen Keuangan No.
311/KM.1/2012 tanggal 16 Maret 2012. NPWP 03.199.159.9-017.000 SPKP NO
PEM-03273/WPJ.04/KP.1003/2012.
KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti memiliki visi yaitu Menjadi kantor
akuntan yang profesional, terpercaya dan mendukung tercapainya kemajuan usaha
klien. Dan juga misi yaitu Memberikan pelayanan jasa audit/assurance dan jasa
lain di bidang manajemen dan keuangan dengan tujuan untuk meningkatkan
pengelolaan dan kinerja perusahaan yang lebih baik, akuntabel, transparan, jujur, dan
bertanggung jawab dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalisme, kerja keras
demi kemajuan usaha klien.
2.1.2 Struktur Organisasi KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti
8

KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti dipimpin oleh Drs. Arifin Faqih, Ak.
CPA., sedangkan ketiga lainnya sebagai partner. Berikut adalah struktur
organisasinya :
Gambar 1 Struktur Organisasi KAP Bharata, Arifin, Mumajad dan Sayuti

Drs. Arifin Faqih, Ak., CPA


Pimpinan KAP

Drs. Sayuti Hasan Sobari, Ak.


Rekan

Drs. H. S. Bharata, Ak., MM, CA, CPA


Rekan

Mumajad, SE Ak. MM, CPA


Rekan

Junior Auditor

Sumber: Struktur Organisasi KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti

2.1.3 Layanan Jasa KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti

Junior Auditor

10

Basis layanan KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti yang utama adalah
melakukan audit, jasa due diligence, jasa kompilasi dan review, jasa studi kelayakan,
jasa konsultasi penyelesaian hutang dan jasa konsultasi perpajakan. Jasa-jasa yang
diberikan oleh KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti dijelaskan sebagai berikut:
1. Jasa Audit Umum
Jasa Audit adalah suatu penugasan profesional yang menuntut sikap
mental yang independen pandangan yang objektif dan personalia yang
memiliki integritas tinggi. Tugas ini pada dasarnya adalah untuk
mengevaluasi asersi manajemen yang telah disajikan dalam laporan
keuangan dan menguji apakah laoran keuangan tersebut telah disusun
sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku umum.
Jasa Audit seperti disebutkan di atas, adalah suatu jasa yang sangat
menuntut Professional Integrity and Objectivity. Oleh karena itu, dalam
melakukan Jasa Audit memungkinkan auditor untuk menyatakan
pendapat bahwa asersi manajemen yang dituangkan dalam laporan
keuangan perusahaan adalah wajar.
2. Jasa Internal Audit
Jasa Internal Audit adalah suatu bentuk layanan yang berfungsi membantu
manajemen untuk memperoleh keyakinan bahwa semua kebijakan
manajemen dipatuhi sehingga secara keseluruhan pegawai dapat bekerja
secara efisien, efektif, dan ekonomis. Dalam menjalankan tugas ini auditor
selalu berupaya membantu manajemen untuk menemukan alternatif yang
terbaik dalam setiap operasi perusahaan. Tugas ini yang disebut sebagai
Research Examination.

11

3. Jasa Audit Investigasi


Jasa ini berkaitan dengan adanya kasus penggelapan atau penyalahgunaan
keuangan yang memungkinkan terjadi di perusahaan. Audit investigasi
mencakup materi pemeriksaan yang lebih mendalam dan terarah kepada
pelaksanaan penyelenggaraan keuangan yang menyimpang. Prosedur audit
dilaksanakan untuk membuktikan dengan seksama proses penyimapangan
tersebut.
4. Jasa Due Diligence
Due Diligence atau uji tuntas adalah jasa yang menyangkut masalah
penyediaan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan atas
suatu masalah penting dan cruasil yang harus dilakukan oleh perusahaan.
Beberapa jenis penugasan due diligence antara lain :
a. Due Diligence atas penyebab terjadinya kredit bermasalah serta saran
kepada bank atas debitur yang dimaksud.
b. Due Diligence atas rencana pembelian (akuisisi) suatu perusahaan.
c. Due Diligence atas rencana penambahan modal saham dan rencana go
publik.
d. Due Diligence atas masalah yang berkaitan dengan rencana merger
beberapa perusahaan.
e. Due Diligence atas masalah yang berkaitan dengan rencana penjualan
atau pelepasansatu unit usaha atau anak perusahaan.
f. Due Diligence rencana perluasan usaha dan penambahan modal dari
pemegang saham baru.
5. Jasa Kompilasi & Review

12

Jasa kompilasi & Review adalah merupakan bagian dari jasa akuntansi.
Dalam penugasan ini para auditor dan auditor juniornya semata-mata
menyusun laporan keuangan berdasarkan data keuangan yang diberikan
klien dan mereview laporan keuangan yang telah disusun untuk menilai
keakuratan asersi manajemen.
Setiap jasa yang diberikan selalu mengacu kepada standar professional yang
diterbitkan oleh IAI untuk menjamin kualitas pelayanan.
6. Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Studi kelayakan berhubungan dengan penentuan layak/feasible atau
tidaknya suatu proyek atau perusahaan didirikan dan dijalankan.
Kajian mendalam meliputi berbagai faktor, seperti tersedianya bahan
mentah, tenaga kerja, sarana dan prasarana, sumber-sumber pembiayaan,
aspek pemasaran secara protektif, tingkat keuntungan yang diperoleh
berdasarkan kondisi normal, optimis dan pesimis, aspek manajemen dan
kemungkinan perkembangan dimasa depan. Serta analisa tingkat kelayakan
proyek antara lain : Break Event Point (tingkat titik impas), Internal Rate of
Rate (IRR), Net Present Value (NPV), tingkat pengembalian modal (ROE),
tingkat pengembalian modal (ROE), tingkat pengembelian investasi (ROI).
7. Jasa Konsultasi Penyehatan Keuangan
Penugasan ini membantu perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan
terutama dalam memenuhi kewajibannya kepada pihak perbankan.
KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti membantu upaya penyelesaian
tersebut, dengan berbagai pola penyelesaian:

13

a. Approach pihak perbankan untuk mendapatkan term kredit yang lebih


lunak (sesuai), dengan pola:
Rescheduling pokok kredit dan biaya tertunggak lainnya,
Penyesuaian rate bunga khusus,
Renegosiasi dengan keringanan/penghapusan bunga, denda, dan
biaya lain yang tertunggak,
Negosiasi konversi kredit saham.
b. Negosiasi agar dapat dilakukan penjualan parsial khususnya aset non
produktif.
c. Penataan ulang agunan untuk mengurangi kewajiban kepada bank.
d. Reconditioning atas aset dan performance perusahaan agar dapat
memperoleh kredit lebih besar di bank lain guna melunasi kewajiban
kepada bank sekaligus perluasan skala usaha.
e. Reconditioning internal perusahaan guna masuknya pemegang saham
baru yang menyetorkan dana segar untuk penurunan kewajiban kepada
bank.
8. Jasa Konsultasi Perpajakan
Menyediakan pelayanan konsultasi perpajakan bersama dengan partner
kantor konsultan pajak yang di kelola oleh KAP Bharata, Arifin, Mumajad,
Sayuti. Layanan kami meliputi :
a. Membantu

perusahaan

untuk

meyusun

Tax

Planning

yaitu

merencanakan supaya perusahaan dapat menyelesaikan kewajiban


perpajakan dengan seefisien mungkin, namun tetap sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perpajakan yang berlaku,

14

b. Membantu mengurus semua persoalan pajak mulai dari menyelesaikan


formulir-formulir sampai dengan penyusunan laporan yang diperlukan
Ditjen Pajak,
c. Membantu mengurus restitusi pajak dan membantu penyelesaian
permasalahan pajak lainnya.
2.2 Landasan Teori dan Konsep
2.2.1 Deskripsi Audit
Audit laporan keuangan merupakan suatu proses mengumpulkan bukti
mengenai laporan keuangan dari suatu kesatuan bisnis tertentu, seperti perusahaan,
dengan tujuan menentukan dan melaporkan atau memberikan pendapat apakah
laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi.
Kewajaran dan kesuaian yang dilaporkan audit tersebut yang akan membantu
berkembangnya suatu perusahaan sehingga membuat para pemilik modal merasa
yakin untuk menginvestasikan modal di perusahaan tersebut. Selain itu audit atas
laporan keuangan juga mempunyai peran sosial yang sangat besar bagi masyarakat.
Apabila laporan keuangan perusahaan tersebut tidak di audit dan kemudian
disampaikan kepada para pembaca laporan keuangan, seperti kreditor dan pemilik
modal perusahaan, maka akan ada kemungkinan suatu risiko informasi (information
risk) yaitu risiko dimana pemakai akan salah dalam mengambil keputusan sebagai
akibat akibat dari salah saji yang material daam laporan keuangan.
Pentingnya audit terhadap laporan keuangan membuat beberapa ahli memiliki
pandangan yang berbeda-beda dalam memberikan pengertian audit walau pada
dasarnya tujuan mereka sama, yaitu kewajaran dan kesesuain dari laporan keuangan.

15

Oleh karena itu penulis akan memapaparkan dari beberapa sumber para ahli
mengenai pengertian dari audit, sebagai berikut:
1. Menurut Whittington, O. Ray, dan Kurt Pann (2012:4)
Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh perusahaan
akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan mencari
catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan
tersebut. Dengan memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal
perusahaan, dan dengan memeriksa dokumen, mengamati aset, membuat
bertanya dalam dan di luar perusahaan, dan melakukan prosedur audit lain,
auditor akan mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan
apakah laporan keuangan menyediakan adil dan cukup melengkapi
gambaran posisi keuangan perusahaan dan kegiatan selama periode yang
diaudit.
2. Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J.Elder (2011:4)
Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi yang
tersaji dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh
pihak yang kompeten dan independen.
3. Menurut Sukrisno Agoes (2004:3)
Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.

16

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli audit yang telah dipaparkan, makan
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa audit adalah proses pengumpulan,
pemeriksaan, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara kritis dan sistematis, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Proses pengumpulan dan pemeriksaan bukti transaksi ini yang menyangkut
laporan keuangan entitas dengan tujuan mencari kemungkinan terjadinya kekeliruan
ataupun kecurangan pencatatan yang bersifat material dan dapat mempengaruhi
penyajian laporan keuangan. Juga mengevaluasi kebijakan akuntansi dan estimasi
yang digunakan oleh entitas agar sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku di Indonesia. Hal ini dilakukan oleh pihak yang independen, integritas, dan
kompeten. Pihak yang dimaksud kompeten dan independen ini salah satunya adalah
KAP atau Kantor Akuntan Publik yang telah diberikan izin oleh Departemen
Keuangan.
Audit pada pada dasarnya berkaitan erat dengan akuntansi karena pada
umumnya ilmu auditing berkaitan dengan informasi akuntansi dan kebanyakan
auditor memiliki keahlian yang berkaitan dengan permasalahan akuntansi. Hal ini
membuat mayoritas masyarakat pengguna laporan keuangan, seperti perusahaan,
sering mengalami kebingungan serta kekeliruan dalam membedakan auditing dan
akuntansi. Kebingungan masyarakat bertambah disebabkan adanya gelar Akuntan
Publik Bersertifikat atau Certified Public Accountant (CPA) pada sebagian besar
orang individu yang melaksanakan proses audit.

17

Menurut Kieso (2007:4), Akuntansi (accounting) adalah suatu sistem


informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengomunikasikan peristiwaperistiwa

ekonomi

dari

suatu

organisasi

kepada

para

pengguna

yang

berkepentingan, sedangkan menurut Arens (2011:18), Akuntansi adalah proes


pencatatan, pengklasifikasian, serta pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi
dengan perlakuan yang logis yang bertujuan menyediakan informasi keuangan, yang
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Definisi akuntansi dari Kieso dan
Arens memiliki pengertian yang hampir sama sehingga dari definisi ini penulis
mencoba membandingkan dengan pengertian audit yang sebelumnya telah
dipaparkan, yaitu sebagai berikut:
Gambar 2 Siklus Akuntansi dan Auditing

Akuntansi

Transaksi

Auditing

Laporan Keuangan

Jurnal

Buku Besar

Buku Besar

Laporan Keuangan

Transaksi

Sumber: mayhavelyasiregar.blogspot.com
Keterangan: Transaksi yang dimaksud pada auditing merupakan bukti-bukti yang mendukung
penyusunan laporan keuangan.

Gambar 2.2 menjelaskan perbedaan proses akuntansi dengan auditing secara


garis besar. Gambar 2.2 menggambarkan proses auditing yang terbalik dengan proses
akuntansi. Pada auditing penggunaan laporan keuangan dilakukan pada tahap
pertama dan penyusunan transaksi dilakukan pada tahap terakhir, sedangkan pada
akuntansi penyusunan transaksi dilakukan pada tahap pertama dan penggunaan
laporan keuangan pada tahap terakhir. Hasil pemaparan dari gambar 2.2, penulis

18

menyimpulkan bahwa akuntansi dan auditing pada dasarnya memiliki beberapa


komponen yang sama tetapi memiliki beberapa perbedaan dalam proses dan fungsi
dalam mencari atau menemukan informasi keuangan yang dibutuhkan.
Setelah penulis memaparkan perbedaan-perbedaan antara akuntansi dan
auditing menurut beberapa ahli, penulis ingin memaparkan tiga tipe audit utama
yang dilakukan oleh akuntan publik. Tipe audit utama dibedakan menjadi tiga jenis
menurut Arens (2011:18-21), yaitu:
1. Audit Operasional
Audit operasional adalah tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta
metode operasional organisasi tertentu yang bertujuan mengevaluasi
efisiensi serta efektivitas prosedur serta metode tersebut. Pada saat suatu
audit operasional selesai dilaksanakan, manajemen biasanya akan
mengharapkan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan kegiatan
operasional perusahaan.
2. Audit Kepatuhan
Tujuan audit kepatuhan adalah menentukan apakah klien (auditee) telah
mengikuti prosedur, tata cara, serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang
lebih tinggi. Audit kepatuhan pada perusahaan pribadi (tidak menjual
sahamnya di bursa saham) dapat mencakup pula penetuan apakah staf
akuntansi telah mematuhi peraturan-peraturan yang disusun oleh pengawas
(controller) perusahaan, meninjau tingkat upah apakah telah mematuhi
aturan upah minimum, atau menguji kontrak perjanjian dengan pihak bank
serta pihak kreditur lainnya untuk memastikan bahwa perusahaan itu telah
mematuhi persyaratan-persyaratan hukum yang ada. Temuan audit

19

kepatuhan umumnya disampaikan pada seseorang di dalam unit organisasi


yang diaudit daripada disampaikan pada suatu lingkup penggunaan yang
lebih luas. Manajemen, kebalikan dari pihak luar, merupakan pihak utama
yang paling menaruh perhatian pada prosedur-prosedur serta peraturanperaturan yang berlaku. Sebagai akibatnya, suatu proporsi yang signifikan
dari audit jenis ini dilaksanakan oleh auditor yang dipekerjakan pada unit
organisasi itu sendiri.
3. Audit atas Laporan Keuangan
Audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah
seluruh keuangan (informasi yang diuji) telah dinyatakan sesuai dengan
kriteria tertentu. Umumnya kriteria tersebut adalah pernyataan standar
akuntansi keuangan, walaupun merupakan hal yang umum untuk
melaksanakan audit atas laporan keuangan yang dibuat dengan metode kas
atau metode akuntansi lainnya yang cocok bagi organisasi tersebut. Laporan
keuangan sering kali mencakup laporan posisi keuangan, laporan laba rugi
komparatiif, serta laporan arus kas, termasuk pula catatan atas laporan
keuangan. Dalam menentukan apakah laporan keuangan dinyatakan dengan
adil sesuai dengan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP),
auditor yang melakukan ujian tepat untuk menentukan apakah laporan itu
mengandung kesalahan bahan atau pernyataan salah lainnya. Pendekatan
terpadu kepada audit membahas resiko kesalahan dan kontrol operasional
yang dimaksudkan untuk mencegah kesalahan. Pendekatan terpadu ini
makin meningkat menggabungkan pandangan strategis dari entitas bisnis.

20

Audit atas laporan keuangan merupakan jenis audit yang paling sering
dilakukan oleh seorang auditor. Audit ini pada umumnya jenis audit yang diminta
perusahaan-perusahaan untuk dapat mengetahui kewajaran dari laporan keuangan
perusahaan mereka. Hasil audit atas laporan keuangan tersebut disajikan dalam
bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada pemakai
informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan kantor pelayanan pajak.
SAS (Statement on Auditing Standard) 1 AU 110 menyatakan tujuan audit
umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil
usaha, serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Bagian SAS tersebut tersebut menekankan perlunya penerbitan pendapat atas laporan
keuangan. Alasan mengapa auditor mengumpulkan berbagai bukti audit adalah untuk
memungkinkan mereka mencapai kesimpulan tentang apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material serta untuk menerbitkan
laporan audit yang tepat.
Kewajaran dari laporan keuangan yang diberikan oleh auditor dibuat
berdasarkan asersi dari komponen laporan keuangan. Salah satu tugas auditor
menentukan apakah asersi tersebut benar-benar wajar sehingga dapat meyakinkan
tingkat keterkaitan asersi dengan kriteria. Kriteria yang dimaksud berkaitan dengan
asersi adalah standar yang berlaku umum (GAAP) di Indonesia seperti, SAK-IFRS,
SAK ETAP, dll. Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan.
Pernyataan

asersi

yang

telah

penulis

paparkan

diklasifikasikan berdasarkan penggolongan sebagai berikut ini:

sebelumnya

dapat

21

1. Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah


aset atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang
dicatat telah terjadi selama periode tertentu.
2. Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi
dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah
dicantumkan di dalamnya.
3. Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aset
merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada
tanggal tertentu.
4. Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah
komponen- komponen aset, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah
dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.
5. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah
komponen-komponen

tertentu

laporan

keuangan

diklasifikasikan,

dijelaskan, dan diungkapkan semestinya.


Kewajaran laporan keuangan, selain didasari oleh sebuah asersi dari pihak
manajemen, juga dilihat dari tingkat salah saji atau materialitas dari informasi
keuangan. Idealnya auditor pada awal masa penugasan audit terlebih dahulu
menetapkan nilai kesalahan penyajian gabungan dalam laporan keuangan yang
menurutnya adalah material. Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB)
mendefinisikan materialitas sebagai besarnya suatu penghapusan atau salah saji
informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan

22

pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi


tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.
Sebuah ukuran materialitas atau tidaknya informasi keuangan yang digunakan
dilakukan dengan pengujian. Terdapat lima tahap pengujian yang berurutan dan
saling berhubungan sebagai berikut:
1. Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas.
2. Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini kedalam
segmen-segmen.
3. Mengestimasi total kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen.
4. Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan.
5. Membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau
pertimbangan yang telah direvisi tentang tingkat meterialitas.
Tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah laporan keuangan
mengandung kesalahan penyajian yang material. Jika auditor memutuskan bahwa
terdapat suatu salah saji yang material, maka ia akan menunjukannya pada sang klien
sehingga kesalahan tersebut dapat dikoreksi. Jika klien menolak untuk mengoreksi
kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan, maka suatu pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar harus diterbitkan, tergantung pada
tingkat materialitas dari kesalahan penyajian tersebut. Dalam hal ini, peran auditor
sangat penting.

23

Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar auditing dikelompokan menjadi
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan serta dirinci dalam
bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA), sebagai berikut :
a. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
c. Standar Pelaporan

24

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah


disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.
Kesepuluh standar, yang telah dirinci dalam PSA, saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Standar auditing tersebut juga saling bergantung untuk
menentukan dipenuhi atau tidaknya standar audit yang berlaku. Salah satu standar
tidak terpenuhi maka audit yang dilakukan tidak bisa dilanjutkan. Penerapan standar
auditing juga didasari oleh materialitas, terutama standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan.
2.2.2 Deskripsi Hutang dalam Hubungan Istimewa

25

Hutang dalam hubungan istimewa adalah kewajiban yang timbul sebagai akibat
dari adanya transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
diluar kegiatan normal perusahaan. Hutang dalam hubungan istimewa merupakan
salah satu pendanaan jangka panjang yang masuk kedalam hutang jangka panjang
atau hutang tidak lancar. Hutang dalam hubungan istimewa masuk kedalam
kelompok hutang tidak lancar karena merupakan aktivitas pendanaan yang lebih dari
satu tahun. Aktifitas pendanaan tersebut ini secara khusus dilakukan olah pihak-pihak
yang memiliki hubungan atau keterkaitan khusus dengan perusahaan pelapor.
Penjelasan tentang pihak-pihak yang memiliki hubungan khusus dijelaskan
dalam PSAK No. 7 (revisi 2009). Pada PSAK No. 7 (revisi 2009) menjelaskan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah orang atau entitas yang
terkait dengan entitas tertentu dalam menyiapkan laporan keuangannya (dalam
Pernyataan ini dirujuk sebagai entitas pelapor). Pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa adalah sebagai berikut:
a. Orang atau anggota keluarga terdekat terkait entitas pelapor jika orang
tersebut:
1)

Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas

pelapor,
2)

Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor, atau

3)

Personal manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas

pelapor.
b. Suatu entitas terkait dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal
berikut:

26

1)

Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha

yang sama (artinya entitas induk, entitas anak dan entitas anak
berikutnya terkait dengan entitas lain.
2)

Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi

entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan
anggota suatu kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah
anggotanya.
3)

Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga

yang sama.
4)

Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas

yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.


5)

Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk

imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait
dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang
menyelenggarakan program tersebut, entitas sponsor juga terkait dengan
entitas pelapor.
6)

Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang

yang diidentifikasi dalam butir a.


7)

Orang yang diidentifikasi dalam butir a.1 memiliki pengaruh

signifikan terhadap entitas atau anggota menejemen kunci entitas (atau


entitas induk dari entitas).
2.2.3 Perlakuan Akuntansi Terhadap Hutang dalam Hubungan Istimewa
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengaharuskan
pengungkapan pihak yang memiliki hubungan istimewa (PSAK No. 7). Pernyataan

27

standar akuntansi keuangan tertentu mengatur perlakuan akuntansi jika terdapat


pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; namun, prinsip akuntansi yang telah
ditetapkan biasanya tidak mensyaratkan transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa diperlakukan dengan dasar yang berbeda dari yang seharusnya,
jika tidak terdapat hubungan istimewa. Auditor harus memandang transaksi
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa dalam rerangka pernyataan prisnip
akuntansi, dengan penekanan pada cukup atau tidaknya pengungkapannya.
Disamping itu, auditor harus menyadari bahwa substansi suatu transaksi dapat secara
signifikan menjadi berbeda dari bentuknya dan bahwa laporan keuangan harus
mengidentifikasi substansi transaksi tersebut dan bukan hanya bentuk hukumnya
semata.
Transaksi-transaksi yang karena sifatnya mungkin memberikan indikasi adanya
pihak yang memiliki hubungan istimewa, antara lain:
1. Transaksi pinjaman atau pemberian pinjaman tanpa beban bunga atau
dengan suku bunga yang secara signifikan diatas atau dibawah suku bunga
pasar yang berlaku umum pada saat transaksi.
2. Transaksi penjualan real estate pada tingkat harga yang berbeda secara
signifikan dari nilai taksiran.
3. Transaksi pertukaran property dengan property yang serupa dalam transaksi
non-moneter.
4. Transaksi pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara
pengembaliannya.
Ruang lingkup terhadap hutang dalam hubungan istimewa diterapkan dalam
mengidentifikasi hubungan dan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai

28

hubungan istimewa dan mengidentifikasi saldo, termasuk komitmen antara entitas


dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Selain itu diperlukan
untuk mengidentifikasi keadaan pengungkapan hubungan dan transaksi serta saldo
dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Ruang lingkup dari
hutang hubungan istimewa ini juga menentukan pengungkapan yang harus dilakukan
mengenai identifikasi-identifikasi terhadap akun ini.
Gambar 3 Pengaruh Pihak-Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa
Laporan Posisi Keuangan dan Laba Rugi Kompherensif
Transaksi

dan Saldo

Dipengaruhi
Keberadaan Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Termasuk komitmen dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa

Sumber: PSAK 7 Pengungkapan Pihak-pihak yang Berelaso IAS 24 oleh Dwi Martani

29

Ruang lingkup ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo


pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, termasuk komitmen, dalam
laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri entitas induk, yang
disajikan sesuai PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Konsolidasian dan Laporan
Keuangan Tersendiri. Pernyataan ini juga diterapkan terhadap laporan keuangan
secara individual. Transaksi dan saldo pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan entitas lain dalam satu kelompok usaha entitas diungkapkan dalam
laporan keuangan entitas.
Pengaruh hutang dalam hubungan istimewa memengaruhi jumlah harta atau
aset yang dimiliki oleh perusahaan. Bila diketahui lebih besar hutang atau kewajiban
yang menunjang harta yang dimiliki maka secara langsung kita dapat mengetahui
bahwa pendanaan dari hutang lebih besar dari pendanaan dari modal disetor dan
saham. Pendanaan dengan hutang seharusnya tidak lebih besar dari pendanaan
dengan modal disetor dan saham karena akan mempersulit saat pemenuhan
kewajiban ketika jatuh tempo hutang atau kewajiban yang ada.
Lebih besarnya jumlah kewajiban dibandingkan dengan jumlah harta membuat
rasio debt to aset ratio perusahaan menjadi lebih kecil. Rasio ini memengaruhi
kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau melunasi hutang yang dimiliki
perusahaan pada saat jatuh tempo atau likuiditas. Sehingga dengan angka rasio yang
lebih kecil maka kemungkinan untuk terlambat atau bahkan tidak bisa memenuhi
kewajiban yang ada bisa semakin mungkin terjadi.
Keterlambatan dari pemenuhan kewajiban akan membuat perusahaan
mendapat denda atau sanksi dari kreditur. Bahkan apabila kewajiban tidak dapat
dipenuhi oleh perusahaan, sebagai debitur, maka bisa dibawa kedalam jalur hukum

30

oleh kreditur. Keadaan terburuknya adalah perusahaan dapat pailitkan oleh kreditur
apabila tetap tidak bisa memenuhi kewajiban.
Dampak lainnya kepercayaan dari para kreditur kepada perusahaan (debitur)
akan menurun. Kondisi ini akan mempersulit perusahaan untuk memperoleh dana
tambahan berupa pinjaman yang berakibat menjadi lambatnya pertumbuhan dari
perusahaan. Keadaan seperti ini tidak seharusnya terjadi pada sebuah perusahaan
apabila memang perusahaan tersebut sehat.
2.2.4 Tujuan Pemeriksaan Hutang dalam Hubungan Istimewa
Hubungan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
merupakan suatu karakteristik (feature) normal dari perdagangan dan bisnis.
Misalnya, entitas sering melaksanakan bagian dari kegiatan mereka melalui entitas
anak, ventura bersama dan entitas asosiasi. Dalam keadaan ini, entitas memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan keuangan dan operasi investee melalui
adanya pengendalian, pengendalian bersama atau pengaruh signifikan.
Suatu hubungan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
dapat berpengaruh terhadap laba atau rugi dan posisi keuangan entitas. Pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa dapat menyepakati transaksi di mana pihakpihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa tidak dapat melakukannya. Selain
itu, transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin tidak
dilakukan dalam jumlah yang sama, seperti dengan pihak-pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa.
Laba atau rugi dan posisi keuangan entitas dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa bahkan jika transaksi dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa tidak terjadi sekalipun. Hanya dengan keberadaan

31

hubungan istimewa itu saja, mungkin sudah cukup untuk mempengaruhi transaksi
entitas dengan pihak lain. Selain itu, satu pihak dapat menahan diri untuk bertindak,
karena pengaruh signifikan dari yang lain.
Dikarenakan alasan-alasan tersebut, pengetahuan mengenai transaksi entitas,
saldo, termasuk komitmen, dan hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dapat memengaruhi penilaian dari operasi entitas oleh pengguna
laporan keuangan, termasuk penilaian risiko dan kesempatan yang dihadapi entitas.
Transaksi entitas mengenai hubungan istimewa, terutama hutang dalam hubungan
istimewa, memengaruhi saldo laporan posisi keuangan secara langsung.
2.2.5 Prosedur Pemeriksaan Hutang dalam Hubungan Istimewa
Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia tidak dapat diharapkan untuk memberikan keyakinan
bahwa semua transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa dapat
ditemukan. Namun, selama proses audit, auditor harus waspada akan adanya
transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa yang material yang dapat
memengaruhi laporan keuangan dan kepemilikan bersama (common ownership) atau
hubungan pengendalian manajemen; yang menurut prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia harus diungkapkan.
Dalam penentuan lingkup pekerjaan yang harus dilakukan berkenaan dengan
kemungkinan adanya transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, auditor
harus meperoleh pemahaman secara keseluruhan. Auditor harus mepertimbangkan
pengendalian atas aktivitas manajemen, dan ia harus mempertimbangkan tujuan
bisnis yang dilayani oleh berbagai bagian dari entitas. Umumnya, struktur bisnis dan
gaya operasi didasarkan atas kemampuan manajemen, pertimbangan hukum dan

32

pajak, diversifikasi produk, dan lokasi geografis. Pengalaman menunjukan bahwa


struktur bisnis dan gaya operasi kadang-kadang dirancang dengan sengaja untuk
mengaburkan transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
Dalam kondisi yang didalamnya tidak terdapat bukti yang sebaliknya, transaksi
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa seharusnya tidak dianggap sebagai
aktivitas bisnis biasa dengan pihak luar. namun, auditor harus waspada terhadap
kemungkinan bahwa transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa
didorong semata-mata, atau dalam ukuran yang lebih besar, oleh kondisi yang mirip
dengan kondisi berikut ini:
1. Tidak cukup modal kerja atau pinjaman untuk melanjutkan bisnis.
2. Keinginan yang mendesak untuk mencatat tingkat laba yang tinggi secara
berkelanjutan dalam upaya untuk mendukung harga saham perusahaan.
3. Prakiraan laba yang terlalu optimis.
4. Ketergantungan pada satu atau beberapa produk, costumer, atau transaksi
untuk kelangsungan keberhasilan perusahaan.
5. Penurunan industri yang ditandai dengan sejumlah kegagalan bisnis.
6. Tuntutan perkara hukum yang signifikan, terutama perkara hukum antara
pemegang saham dengan manajemen.
7. Ancaman keusangan yang signifikan karena perusahaan beroperasi dalam
industri berteknologi tinggi.
Prosedur pemeriksaan terhadap hutang dalam hubungan istimewa pada
dasarnya sama dengan prosedur pemeriksaan untuk hutang jangka panjang atau tidak
lancar karena hutang dalam hubungan istimewa termasuk dalam kategori hutang
jangka panjang. Maka dari itu penulis ingin memaparkan dengan mengambil dasar-

33

dasar dari prosedur pemeriksaan hutang jangka panjang yang digunakan untuk
melakukan pemeriksaan terhadap akun hutang dalam hubungan istimewa adalah
sebagai berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas hutang jangka panjang. Dalam hal
ini biasa digunakan internal control questionnaires (ICQ) atau penjelasan
narative, tidak perlu flow chart.
2. Periksa apakah hutang jangka panjang yang diperoleh sudah disetujui
direksi/dewan komisaris/pemegang saham.
3. Jika ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan
afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan diperiksa apakah ada pembebanan
bunga atas pinjaman tersebut.
4. Periksa apakah ada bagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo
dalam waktu satu tahun yang akan datang, sehingga harus direklasifikasi
sebagai hutang jangka pendek.
5. Jika ada hutang jangka panjang yang harus dibayar kembali dalam mata
uang asing, periksa apakah per tanggal neraca sudah dikonversikan kedalam
rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal neraca
dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan/dikreditkan pada rugi laba
tahun berjalan.
6. Lakukan penelaahan analitis (analytical review procedures) terhadap hutang
jangka panjang dan biaya bunganya, untuk melihat kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pencatatan biaya bunga.
7. Buatlah kesimpulan, apakah penyajian hutang jangka panjang di neraca dan
catatan atas laporan keuangan dilakukan sesuai dengan SAK.
Auditor harus menekankan pada pengujian atas transaksi yang material
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa yang diketahuinya berkaitan dengan
entitas pelapor. Hubungan tertentu, seperti hubungan anak perusahaan dengan induk

34

perusahaan, hubungan investor dengan penerima investasi, mungkin terlihat jelas.


Penentuan ada atau tidak adanya pihak yang memiliki hubungan istimewa lainnya
memerlukan penerapan prosedur audit khusus, yang meliputi prosedur-prosedur
berikut:
1. Mengevaluasi prosedur perusahaan untuk pengidentifikasian dan pencatatan
memadai atas transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
2. Meminta keterangan dari pejabat manajemen yang berwenang tentang nama
pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dan menanyakan apakah
ada transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa selama periode
yang diperiksa.
3. Me-review dokumen yang dilaporkan oleh entitas kepada Bapepam atau
instansi pemerintah yang lain mengenai nama pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa, dan bisnis lain yang didalamnya para direktur entitas
yang diperiksa menduduki jabatan direksi atau manajemen.
4. Menentukan nama semua dana pensiun yang dibentuk untuk kesejahteraan
karyawan dan nama para pejabat dan dewan pengawasnya.
5. Me-review daftar pemegang saham perusahaan tertutup untuk
mengidentifikasi pemegang saham utama.
6. Me-review kertas kerja audit tahun lalu untuk mengidentifikasi nama pihakpihak yang memiliki hubungan istimewa.
7. Meminta keterangan kepada auditor pendahulu, auditor utama atau auditor
entitas yang memiliki hubungan istimewa yang lain, mengenai pemahaman
mereka akan adanya hubungan dan lingkup keterlibatan manajemen dalam
transaksi-transaksi yang material.

35

8. Me-review transaksi investasi yang material selama periode yang diperiksa


untuk menentukan apakah sifat dan luas investasi selama periode tersebut
menimbulkan pihak yang memiliki hubungan istimewa.
9. Meminta pendapat hukum dari konsultan hukum independen apabila
diperlukan.
Prosedur-prosedur berikut ditujukan untuk memberikan panduan dalam
mengidentifikasi transaksi yang material yang diketahui merupakan transaksi
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa dan dalam mengidentifikasi transaksi
material yang mungkin merupakan indikasi adanya hubungan yang sebelumnya
belum ditentukan:
1. Membekali staf audit yang melaksanakan audit dengan nama-nama yang
dikenal sebagai pihak yang memiliki hubungan istimewa sehingga staf audit
menjadi waspada terhadap transaksi antarpihak tersebut selama audit.
2. Me-review catatan rapat dewan komisaris dan direksi mengenai informasi
transaksi material yang diotorisasi atau dibahas dalam rapat.
3. Me-review surat kuasa (proxy) dan hal lain yang dilaporkan kepada
Bapepam dan data pembanding lainnya yang dilaporkan kepada instansi
lain untuk mengidentifikasi transaksi material antarpihak yang memiliki
hubungan istimewa.
4. Me-review pernyataan benturan kepentingan (conflict of interest) yang
diperoleh dari manajemen perusahaan
5. Me-review lingkup dan sifat transaksi usaha dengan customers utama,
pemasok, pemberi pinjaman, dan penerima pinjaman utama untuk
memperoleh indikasi hubungan yang belum diungkapkan.

36

6. Mempertimbangkan

apakah

transaksi

telah

terjadi,

tetapi

belum

memperoleh perlakuan akuntansi, seperti menerima atau memberikan jasa


akuntansi, manajemen atau jasa lain tanpa dipungut biaya, atau pemegang
saham utama menanggung biaya-biaya perusahaan.
7. Me-review catatan akuntansi yang berisi transaksi atau saldo yang besar,
luar biasa atau tidak sering terjadi, hat ini dilakukan terutama dengan
menaruh perhatian khusus pada transaksi yang terjadi pada atau dekat akhir
periode pelaporan.
8. Me-review konfirmasi saldo kompensasi perjanjian untuk memperoleh
indikasi bahwa saldo dicatat untuk atau oleh pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
9. Me-review faktur tagihan dari kantor penasihat hukum atas jasa yang telah
diterima perusahaan secara teratur atau khusus, untuk memperoleh indikasi
adanya pihak yang memiliki hubungan istimewa atau transaksi antarpihak
yang memiliki hubungan istimewa.
10. Me-review konfirmasi pinjaman yang diberikan atau yang diterima untuk
memperoleh indikasi adanya penjaminan. Jika terdapat penjaminan,
tentukan sifat dan hubungan, jika ada, antara penjamin dengan entitas
pelapor.
Semua prosedur pemeriksaan audit untuk antarpihak yang memiliki hubungan
istimewa ini dilakukan untuk mengetahui materialitas dari akun hutang dalam
hubungan istimewa yang dikategorikan sebagai hutang jangka panjang sehingga
tidak terjadinya salah saji dan bisa menggetahui kewajaran dari laporan keuangan
perusahaan.

37

2.3 Audit atas Hutang dalam Hubungan Istimewa PT QWE oleh KAP Bharata,
Arifin, Mumajad, dan Sayuti
2.3.1 Deskripsi PT QWE
PT QWE merupakan perusahaan swasta yang didirikan tahun 2008. PT QWE
yang terletak di provinsi Banten ini telah mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman RI dengan Surat Keputusan Nomor AHU-76897.AH.01.01.Tahun 2008.
Perusahaan ini telah memiliki Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas dari
Badan PelayananPenanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kota Tangerang dengan
Nomor TDP 30.06.1.25.06008 tanggal 27 April 2012.
Sesuai dengan Anggaran Dasar perusahaan PT QWE, maksud dan tujuan
Perusahaan adalah berusaha dalam bidang perindustrian dan perdagangan. PT QWE
bergerak dalam perindustrian dan pengolahan bahan-bahan dan barang dari bahan
baku, seperti polyprophiline dan pewarna plastik, menjadi plastik dan fibre. PT QWE
juga bergerak dalam kegiatan usaha perdagangan, meliputi perdagangan impor dan
ekspor, antara pulau/daerah serta lokal dan interinsulain untuk barang-barang hasil
industri kimia (chemical) dan barang-barang dari bahan kimia, industri kimia dan
dasar organik dan biofuel.
PT QWE telah mendapat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu Kota Tangerang tentang Ijin Usaha Industri (melalui Tahap Persetujuan
Prinsip) dengan Nomor 530 yang mulai berlaku dari tanggal 5 Juli 2010. PT QWE
merupakan

perusahaan

perusahaan

yang

berdomisili

di

kota

Tangerang

berkedudukan di Jalan Gatot Subroto Km 6,2 Kelurahan Jatake, Kecamatan


Jatiuwung.

38

2.3.2 Pengakuan dan Pencatatan Hutang dalam Hubungan Istimewa PT QWE


PT QWE merupakan perusahan swasta yang bergerak dalam bidang
perindustrian dan perdagangan bahan-bahan dan barang plastik yang memiliki aset
berjumlah 20 jenis akun. Aset tersebut terdiri dari 14 aset lancar dan 6 aset tetap yang
menyokong kehidupan industri dan perdagangan dari PT QWE. Aset lancar
perusahaan terdiri dari kas, bank, piutang usaha, asuransi, persediaan bahan baku,
dan persediaan barang jadi. Sedangkan aset tetap yang dimiliki terdiri dari tanah,
bangunan, kendaraan, instalasi listrik, dan inventaris kantor. Jumlah aset yang
dimiliki

perusahaan

apabila

dihitung

dengan

nilai

buku

mencapai

Rp92.467.819.388,00.
Tabel 1 Daftar Aset Lancar dan Aset Tetap
PT QWE
Per 31 Desember 2013

Sumber: KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti, Tahun 2014

Akan tetapi, besarnya dari jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan bukan
ditunjang dengan modal yang besar melainkan dengan besarnya hutang. Hutang yang
menunjang kehidupan perusahaan ini terdiri dari hutang lancar dan hutang jangka

39

panjang atau tidak lancar. Hutang-hutang lancar yang terdapat pada PT QWE
antaralain adalah hutang biaya, hutang usaha, hutang pajak, dan hutang lain-lain.
Sedangkan hutang jangka panjang yang menunjang pendanaan PT QWE adalah
hutang leasing, hutang bank, dan hutang dalam hubungan istimewa.

Besarnya

jumlah hutang yang dimiliki oleh PT QWE berdampak pada kemampuan perusahaan
untuk membayar pada saat jatuh tempo atau likuiditas. Kemampuan membayar
hutang ini akan menghambat kinerja perusahaan untuk melakukan kegiatan industri
dan perdagangannya.
Kemampuan membayar hutang PT QWE dapat dianalisa dengan melakukan
beberapa ratio, yaitu current ratio. Current ratio dihitung untuk dapat mengetahui
kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban (hutang) lancar. Hasil
analisa sementara terhadap posisi kekayaan PT QWE per 31 Desember 2013, bila di
analisa dengan current ratio maka sebagai berikut:
current ratio=

Aset Lancar
Rp 64.578.809 .265,00
=
=1,97669172696725
Hutang Lancar Rp 32.621.010 .700,00

Hasil analisa sementara menunjukan current ratio-nya sebesar 1,97669172696725


atau 197%. Sehingga dapat diketahui bahwa kemampuan PT QWE untuk membayar
hutang yaitu positif. Akan tetapi, penunjang daripada positifnya current ratio PT
QWE disebabkan adanya hutang dalam hubungan istimewa yaitu hutang kepada
direksi perusahaan/hutang kepada orang lain melalui direksi perusahaan atau hutang
kepada lembaga keuangan lain melalui direksi perusahaan yaitu berjumlah
Rp21.921.869.479,00.
Besarnya jumlah hutang PT QWE disebabkan untuk membeli dan menyewa
aset tetap dan aset lain-lain PT QWE. Hutang usaha, hutang leasing, dan hutang bank
adalah pos-pos hutang yang digunakan PT QWE dalam melakukan pembelian aset

40

tetap dan aset lain-lain. Selain itu pos-pos hutang tersebut ternyata PT QWE juga
memiliki transaksi penerimaan pinjaman (hutang) untuk PT QWE kepada pihakpihak yang memiliki hubungan istimewa dengan tanpa beban bunga dan ketentuan
mengenai jadwal jatuh tempo dan cara pengembaliannya kepada kreditur yang
disebut sebagai hutang dalam hubungan istimewa.
Hutang dalam hubungan istimewa yang muncul bisa dikarenakan faktor
kesengajaan dari pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa. Hutang dalam
hubungan istimewa muncul karena sebab-sebab seperti kekurangan dana dari
perusahaan, optimististic untuk menghasilkan laba lebih besar, penurunan industri
dengan ditandai kegagalan besar bisnis, atau tuntutan perkara hukum yang
signifikan, terutama perkara hukum antara pemegang saham dengan pihak
manajemen. Transaksi terhadap hutang dalam hubungan istimewa bisa terjadi hanya
kepada pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa yang memiliki hubungan
istimewa terhadap perusahaan yang tidak dimiliki pihak-pihak yang tidak memiliki
hubungan istimewa.
Hutang dalam hubungan istimewa ini diperlakukan sama seperti modal direksi
oleh PT QWE sebagai sumber pendanaan. Sumber pendanaan ini tidak dicatat
sebagai modal dalam pos modal dan saham melainkan PT QWE menjadikan sumber
pendanaan ini sebagai hutang jangka panjang. Hutang dalam hubungan istimewa
digunakan PT QWE untuk melakukan pembelian-pembelian aset perusahaan.
Direksi PT QWE memberikan modal ini dalam berupa aset, yaitu aset tetap,
sebagai tambahan investasi kepada PT QWE. Direksi menambahkan modalnya
dengan menjadikan dana yang ditambahkannya kedalam berupa aset tetap seperti
kendaraan dan tanah. Kendaraan dan tanah yang dibeli oleh direksi dijadikan aset PT

41

QWE tanpa dikenakan beban bunga dan tanpa batasan waktu dan cara
pengembaliannya.
Aset tetap, yang dibeli oleh direksi, dijadikan hutang bagi PT QWE untuk
membantu kebutuhan dana PT QWE dalam waktu jangka panjang. Aset tetap ini
dijadikan penunjang untuk operasi perusahaan karena kemampuan perusahaan untuk
berhutang atau meminjam dana dari bank atau hutang jangka panjang sudah tidak
memungkinkan. Hal ini disebabkan oleh hutang jangka panjang, seperti hutang bank
dan hutang leasing, lebih besar dari aset tetap yang dimiliki PT QWE. Permasalahan
ini jika dihitung dengan ratio perbandingan antara aset tetap dengan hutang jangka
panjang adalah sebagai berikut:
Ratio=

Aset Tetap
Rp 27.024 .206 .084,00
=
=0.8863731455282672
Hutang Jk Panjang Rp30.488 .520 .800,00

Hasil dari perhitungan rasio tersebut, dapat diketahui bahwa PT QWE memiliki
tingkat keamanan yang rendah untuk melakukan hutang jangka panjang karena rasio
tersebut menunjukan angka dibawah 1. Bila dibaca menggunakan analisa laporan
keuangan, seharusnya setiap hutang jangka panjang bisa dijamin secara khusus oleh
aset tetap yang dimiliki perusahaan. Namun, pada rasio ini menunjukan bahwa
hutang jangka panjang PT QWE tidak dapat terjamin oleh aset tetap perusahaan
karena memiliki rasio angkanya dibawah 1. Akibat dari rendahnya rasio, PT QWE
akan menjadi sulit untuk memperoleh pinjaman baru dalam jangka pangjang dengan
jaminan aktiva tetap.
Kesulitan PT QWE untuk memperoleh sumber pendanaan berupa hutang telah
dibuktikan dengan rasio utang terhadap ekuitas (total debt to equity ) yang dianalisis

42

oleh auditor KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti untuk periode tahun
sebelumnya, tahun 2012, sebagai berikut:
Ratio=

Total Kewajiban Rp37.926 .328 .501,00


=
=7.703510816513177
Total Ekuitas
Rp 4.923.252 .450,00

Ratio ini menunjukan bahwa pada akhir periode tahun 2012 PT QWE telah
menggunakan seluruh kapasitasnya untuk meminjam dan tidak memiliki jaminan
untuk tambahan. Sehingga PT QWE tidak bisa lagi melakukan hutang bank atau
hutang leasing yang membuat perusahaan mengalami kesulitan memperoleh dana
tambahan untuk mengembangkan usahanya.
Kesulitan PT QWE memperoleh pinjaman baru membuat direksi PT QWE
mengambil kebijakan dengan membeli beberapa aset tetap dengan modal direksi PT
QWE. Kebijakan ini diambil karena PT QWE sudah mencapai batas tidak aman
untuk melakukan pinjaman jangka panjang dan ditambah lagi perusahaan melakukan
pembelian atau penyewaan untuk aset tetap yang membutuhkan dana yang cukup
besar. Kebijakan ini dilakukan direksi dengan membeli aset tetap dengan modal
pribadinya, kemudian diberikan kepada perusahaan tanpa ada ketentuan jadwal dan
cara pengembalian. Aset tetap yang telah dibeli oleh direksi PT QWE dijadikan aset
tetap milik PT QWE untuk kegiatan usaha dengan cara hutang kepada pihak-pihak
yang memiliki hubungan istimewa, dalam hal ini adalah direksi PT QWE.
Adanya transaksi khusus atau istimewa antar direksi, direksi atau orang
terdekat PT QWE ini bertujuan untuk membantu PT QWE yang kesulitan untuk
memperoleh pinjaman baru dalam mengembangkan kegiatan usaha PT QWE.
Tambahan modal yang diberikan permilik kepada perusahaan tidak menambah modal
direksi dalam neraca maupun dalam akta pembentukan modal dan saham PT QWE.

43

Perubahan melainkan dengan munculnya akun baru berupa hutang jangka panjang
yang disebut sebagai hutang dalam hubungan istimewa.
Transaksi pemberian tambahan modal tanpa ada perubahan pada modal direksi
di neraca, dengan tanpa ketentuan jadwal dan pembayaran memunculkan akun
hutang dalam hubungan istimewa, Diketahui tanggal 9 September 2013 terdapat
penerimaan asset tetap berupa kendaraan dan tanah kepada PT QWE. Asset tetap
yang diterima sebesar Rp21.921.869.479,00. Penerimaan asset tetap diberikan oleh
direksi PT QWE kepada PT QWE dengan tanpa Transaksi dicatat dalam jurnal
penyesuaian sebagai berikut:
Aset Tetap

21.921.869.479,00

Hutang dalam Hubungan Istimewa

21.921.869.479,00

(Pemberian aset tetap oleh direksi yang dijadikan hutang jangka panjang)
Transaksi khusus atau istimewa yang dilakukan direksi atau orang terdekat
perusahaan memiliki tujuan untuk membeli aset tetap untuk membantu kegiatan
usaha perusahaan sehingga transaksi ini menambah aset tetap pada saldo debit dan
menambah saldo hutang dalam hubungan istimewa pada saldo kredit. Transaksi ini
menambah jumlah aset dan liabilities/ kewajiban diposisi neraca perusahaan menjadi
lebih besar.
Skala prioritas dari pelunasan atau pembayaran hutang dalam hubungan
istimewa PT QWE adalah setelah semua hutang jangka panjang PT QWE sudah
dapat dilunasi bersama dengan suku bunganya. Hutang dalam hubungan istimewa ini
diprioritaskan paling akhir karena hutang jangka panjang ini tidak dikenakan bunga
dan jadwal serta cara pembayarannya tidak ditentukan. Apabila PT QWE sudah
mampu melunasi semua hutang jangka panjangnya, selain hutang dalam hubungan

44

istimewa, maka PT QWE berkewajiban untuk membayar hutang dalam hubungan


istimewa sesuai yang diberikan direksi PT QWE. Transaksi hutang dalam hubungan
istimewa

ketika

dibayarkan

oleh

PT

QWE

kepada

direksi

sebesar

Rp21.921.869.479,00 maka akan muncul dalam jurnal sebagai berikut:


Hutang dalam Hubungan Istimewa
Kas/Bank

21.921.869.479,00
21.921.869.479,00

(Pembayaran hutang dalam hubungan istimewa dengan akun kas atau bank)
PT QWE melakukan pembayaran untuk hutang dalam hubungan istimewa kepada
direksi PT QWE dengan kas atau bank yang dimiliki PT QWE setelah melakukan
pembayaran kepada hutang jangka panjang lainnya, seperti hutang leasing dan
hutang bank. Transaksi khusus ini hanya bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa dengan PT QWE, yaitu direksi perusahaan, yang tidak
bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa seperti
yang tetah dipaparkan penulis didalam bab 2.2 tentang landasan teori dan konsep.
2.3.3 Pelaksanaan Audit atas Hutang dalam Hubungan Istimewa PT QWE
Pelaksanaan audit kepada PT QWE yang dilakukan auditor KAP Bharata,
Arifin, Mumajad, dan Sayuti selama proses adalah sebagai berikut:
1. Membuat surat penawaran yang telah disetujui oleh pimpinan atau rekan
KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti setelah mendapatkan hasil
negosiasi yang telah terjadi sebelumnya dengan PT QWE. Pada proses ini
adalah pihak KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti dengan PT QWE
menentukan kesepakatan-kesepakatan sebelum jasa audit dilaksanakan.
Kesepakatan yang dimaksud contohnya seperti fee atas jasa audit dan
jangka waktu penyelesaian jasa audit kepada PT QWE.

45

2. Membentuk tim audit yang terdiri dari supervisor, ketua tim, dan anggota
tim. KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti membentuk tim dengan
jumlah antara 3-5 orang per tim untuk melakukan suatu jasa audit,
tergantung dari jenis jasa audit yang dilakukan.
3. Meminta data-data yang dibutuhkan untuk melakukan audit dengan
memberikan surat permintaan data yang dikirim melalui email dan fax. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah proses penerimaan data serta dapat
memberikan PT QWE waktu untuk menyiapkan data-data yang dibutuhkan.
Data yang diberikan oleh PT QWE harus relevan dan rinci sesuai yang
dibutuhkan. Data-data yang dibutuhkan untuk dapat melakukan audit atas
hutang dalam hubungan istimewa antara lain seperti laporan posisi
keuangan PT QWE per 31 Desember 2013, laporan laba rugi kompherensif
2013, laporan perubahan ekuitas 2013, neraca saldo (trial balance), buku
besar (general ledger), daftar aktiva tetap, dan dokumen-dokumen
pendukung lain untuk hutang dalam hubungan istimewa.
4. Mengkaji risalah rapat pemegang saham dan hukum yang terkait lainnya
catatan keterangan seperti register kepentingan direktur dengan cara
meminta hasil RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan melakukan
analisa pengaruh dari hasil keputusan RUPS. Auditor harus mengkaji
terlebih dulu untuk mendapat gambaran dan referensi dari yang telah
ditetapkan oleh PT QWE. Tujuan untuk mempermudah saat melakukan
pemeriksaan terhadap pihak-pihak yang yang memiliki hubungan istimewa.
5. Mengetahui afiliasi direksi dan pejabat dengan entitas lain dengan cara
meminta permanent file seperti foto kopi akta notaris dan setiap perjanjian

46

dengan entitas lainnya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pihakpihak yang memilki hubungan istimewa dengan PT QWE selain direksi dan
orang terdekat PT QWE sehingga dapat mengantisipasi bila ada transaksi
hutang dalam hubungan istimewa yang terjadi.
6. Mengetahui kebijakan yang berlaku dan pengaturan tanggung jawab dalam
entitas untuk identifikasi, mencatat, meringkas, dan mengungkapkan
transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, terutama yang
memiliki transaksi hutang dalam hubungan istimewa. Proses dapat
dilakukan dengan meminta data mengenai kebijakan perusahaan dan
wawancara kepada pihak manajemen PT QWE khususnya bagian akuntansi.
7. Memberikan management letter sebagai tindakan tambahan dari KAP
Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti untuk pihak manajemen PT QWE
yang dibuat oleh tim audit berisikan catatan dan keterangan untuk pihak
yang memiliki hubungan istimewa dan pihak manajemen PT QWE. Pihak
yang memiliki hubungan istimewa terhadap PT QWE dan manajemen
manajemen PT QWE harus bisa menjelaskan keberadaan dari hutang dalam
hubungan istimewa kepada tim audit. Bila memang perlu tim audit akan
melakukan pembahasan langsung dengan pihak yang memiliki hubungan
istimewa, dalam hal ini adalah direksi PT QWE.
2.3.4 Temuan Audit atas Akun Hutang dalam Hubungan Istimewa PT QWE
Berdasarkan hasil audit yang dilakukan auditor KAP Bharata, Arifin,
Mumajad, dan Sayuti mendapat temuan transaksi kepada pihak yang memiliki
hubungan istimewa berupa hutang dalam hubungan istimewa. Hasil temuan audit
tersebut dijelaskan sebagai berikut:

47

1. Setelah melakukan penghitungan dan pemeriksaan kembali terhadap daftar


hutang lancar dan hutang jangka panjang yang dicocokan dengan neraca
saldo dan buku besar PT QWE terdapat perbedaan jumlah hutang.
Perbedaan ini terjadi pada saldo hutang bank pada neraca saldo PT QWE
lebih besar di bandingkan buku besar hutang bank. Sehingga KAP Bharata,
Arifin, Mumajad, dan Sayuti melakukan konfirmasi kepada PT QWE
mengenai penemuan ini melalui fax. Tim menduga ada transaksi hutang
bank yang belum tercatat didalam buku besar hutang bank.
2. PT QWE memberikan penjelasan dari konfirmasi menggunakan fax kepada
KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti. Penjelasan yang diberikan oleh
PT QWE dapat diketahui bahwa perbedaan jumlah hutang bank disebabkan
karena terdapat pembelian aset tetap oleh PT QWE yang telah salah catat di
bagian akuntansi sebagai transaksi hutang bank padahal tidak terdapat bukti
hutang bank, hutang bank, maupun hutang lain-lain atas transaksi
pembelian aset tetap tersebut.
3. Tim audit melakukan konfirmasi via telepon kepada pihak manajemen PT
QWE mengenai tidak adanya bukti dari transaksi pembelian aset tetap yang
dimiliki perusahaan. Pihak manajemen menjelaskan bahwa pembelian aset
tetap tersebut dilakukan atas kebijakan direksi. Direksi melakukan
pembelian dengan modal direksi yang kemudian diberikan kepada PT QWE
berupa aset tetap, dalam hal ini kendaraan dan tanah.
4. Setelah mengetahui penjelasan yang diberikan oleh pihak manajemen PT
QWE, tim audit menyimpulkan bahwa telah terjadi transaksi oleh pihakpihak yang memiliki hubungan istimewa, dalam hal ini direksi PT QWE,

48

terhadap PT QWE berupa pemberian aset tetap sehingga memunculkan


hutang dalam hubungan istimewa dalam neraca saldo PT QWE dengan nilai
buku Rp21.921.869.474,00. Kesimpulan tersebut memunculkan koreksi
pada laporan posisi keuangan sehingga didapat hasil yang balance sesuai
bukti-bukti audit yang ada. Tim audit kemudian mengatur jadwal dengan
pihak manajemen dan bagian akuntansi PT QWE untuk melakukan
wawancara mengenai transaksi hutang dalam hubungan istimewa PT QWE.
5. Hasil pertemuan dengan pihak manajemen PT QWE, tim audit mengetahui
bahwa transaksi pembelian aset tetap yang dilakukan oleh direksi PT QWE,
yang menimbulkan hutang dalam hubungan istimewa, tidak diketahui oleh
pihak manajemen dan bagian akuntansi PT QWE. Ketidaktahuan transaksi
ini dikarenakan komunikasi yang kurang lancar dan baik antara direksi dan
pihak manajemen serta bagian akuntansi dalam melakukan kegiatan
pencatatan akuntansi. Keadaan ini membuat tim audit harus melakukan
pertemuan langsung dengan direksi.
6. Dalam pertemuan berikutnya yang dihadiri oleh direksi PT QWE, diketahui
bahwa direksi telah memberikan aset tetap berupa mobil dan tanah dengan
modalnya yang dihitung dengan nilai buku Rp21.898.384.005,00 dan aset
lain-lain dengan nilai buku Rp23.485.474,00. Transaksi pembelian aset
tetap dan aset lain-lain dilakukan direksi menggunakan dana pribadi
dikarenakan kemampuan perusahaan untuk berhutang sudah tidak aman
sehingga tidak bisa lagi melakukan pendanaan bersumber dari hutang
jangka panjang, seperti hutang leasing dan hutang bank, untuk
mengembangkan PT QWE.

49

7. Alasan lain kenapa direksi memilih untuk menjadikan transaksi pembelian


aset tetap PT QWE menjadi hutang jangka panjang dibandingkan sebagai
penambahaan modal berupa saham perusahaan adalah agar tidak perlunya
membalik nama atas aset tetap yang diberikan yang memakan biaya dan
proses yang lumayan lama. Selain itu akan mempermudah proses
penjualannya apabila suatu ketika aset tersebut ingin dijual oleh direksi dan
direksi ingin menjadikannya penambahan modal berupa saham atau aset
berupa kas dan setara kas.
2.3.5 Pelaporan Hasil Audit atas Hutang dalam Hubungan Istimewa PT QWE
Pelaporan hasil audit hutang dalam hubungan istimewa disajikan dalam kertas
kerja pemeriksaan (Working Paper). Working paper terdiri dari Top Schedule
(Working Paper Balance Sheet dan Working Paper Profit and Loss), Supporting
Schedule, Adjustment/Reclassification (Adj/Rcl). Working Paper Balance Sheet
merupakan kertas kerja yang berisi akun-akun pada laporan posisi keuangan
perusahaan yang diantaranya terdapat akun hutang leasing, hutang bank, dan hutang
dalam hubungan istimewa. Working Paper Profit and Loss berisikan akun-akun yang
terdapat pada laporan laba rugi perusahaan. Supporting Schedule merupakan
dokumen pendukung yang berisikan tentang daftar hutang jangka panjang
perusahaan

yang

juga

akan

mendukung

Top

Schedule.

Sedangkan

Adjustment/Reclassification (Adj/Rcl) merupakan jurnal penyesuaian yang ada pada


saat proses audit sedang dilakukan. Berikut contoh penulisan akun hutang dalam
hubungan istimewa pada Working Paper Balance Sheet pada tabel 2.5, tabel 2.6, dan
tabel 2.7 sebagai berikut:

Sumber: KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti, tahun 2014

Tabel 2 KKP Hutang Bank PT QWE

50

Sumber: KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti, tahun 2014

Tabel 3 KKP Hutang dalam Hubungan Istimewa PT QWE

51

Sumber: KAP Bharata, Arifin, Mumajad, dan Sayuti, tahun 2014

Tabel 4 WBS PT QWE 2013

52

53

Penyusunan Working Paper Balance Sheet (WBS) pada tahap awal penyusunan
adalah dengan memasukan saldo akun aset tetap dan hutang bank pada laporan posisi
keuangan tahun 2012 sebagai saldo awal dan saldo akun yang belum di audit pada
tahun 2013. Kemudian memasukan jurnal koreksi yang ada. Terdapat jurnal koreksi
pada penyesuaian akun hutang bank dikarenakan tidak ada bukti transaksi terhadap
pencatatan untuk penambahan transaksi hutang bank PT QWE. Setelah melakukan
konfirmasi kepada bagian akuntansi PT QWE ternyata diketahui terdapat pembelian
aset tetap dan aset lain-lain yang dilakukan direksi dengan modal milik direksi.
Diketahui aset tetap dan aset lain-lain yang dibeli oleh direksi dan diberikan kepada
perusahan dilakukan dengan cara hutang. Hutang ini dilakukan tanpa ada ketentuan
dan jadwal pengembalian/pelunasan hutang dan hanya bisa dilakukan oleh pihakpihak yang memiliki hubungan istimewa, dalam hal ini adalah direksi. Sehingga hasil
konfirmasi dari bagian akuntansi PT QWE dan penjelasan dari hasil wawancara
dengan direksi memunculkan saldo debit terhadap akun hutang bank sehingga
mengurangi saldo asli hutang bank yang ada sebesar Rp21.921.869.479,00. Berikut
jurnal penyesuaian:
Hutang Bank Resona Perdania
Hutang dalam Hubungan Istimewa

21.921.869.479,00
21.921.869.479,00

54

Setelah dilakukan jurnal penyesuaian terhadap hutang bank dan hutang dalam
hubungan istimewa maka pada akhir masa audit partner memberikan opini terhadap
laporan keuangan PT QWE tahun 2013 dinyatakan Wajar Tanpa Pengecualian
(unqualified opinion) karena salah saji yang material dalam laporan keuangan
khususnya hutang dalam hubungan istimewa.

Anda mungkin juga menyukai