Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas segala berkat dan
rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan Tugas Makalah Ilmu Faal yang membahas
mengenai Tes Kesegaran Jasmani dan EKG.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan kerjasama dari teman-teman sekelompok serta bimbingan dari
dosen hingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi dengan baik . Oleh karena
itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pembimbing yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga
kami termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Teman-teman sekelompok yang telah bekerja sama dengan baik dan meluangkan
segenap waktu serta tenaganya dalam menyelesaikan tugas ini .
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Apabila ada hal-hal yang belum sempurna dalam upaya penulisan Tugas Makalah Ilmu
Faal ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saran dan kritik tetap kami harapkan
demi kemajuan kita bersama dalam menghasilkan calon-calon dokter yang berkompeten,
memiliki hati nurani dan sadar betul akan tugasnya.
Salam

Tim penyusun

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori (Tes Kesegaran Jasmani)

Latar Belakang Teori (Elektrokardiografi)

1.2 Permasalahan (Tes Kesegaran Jasmani)

Permasalahan (Elektrokardiografi)

13

1.3 Tujuan Praktikum (Tes Kesegaran Jasmani)

Tujuan Praktikum (Elektrokardiografi)

13

BAB II

METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan Praktikum


2.1.1. Tes Kesegaran Jasmani

14

2.1.2. Elektrocardiogram

16

2.2 Tata Kerja Praktikum


2.2.1. Tes Kesegaran Jasmani

14

2.2.2. Elektrocardiogram

16

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

3.1 Tes Kesegaran Jasmani

19

3.2 Elektrokardiografi

21

BAB IV :

PEMBAHASAN

4.1 Tes Kesegaran Jasmani

26

4.2 Elektrokardiografi

30

BAB I
Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Teori ( Tes Kesegaran Jasmani ).


Kepentingan pemeriksaan kesanggupan badan atau physical fitness sangatlah
luas. Boleh dikatakan, bahwa di semua lapangan pekerjaan diperlukan suatu derajat
kesagaran jasmani tertentu. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa masalah
kesegaran jasmani juga menyangkut masalah nasional.
Dalam ilmu faal tes kesegaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan
kerja. Yang diambil sebagai parameter adalah hal hal yang berhubungan dengan kerja
otot dan fungsi organisnya.
Banyak sekali cara untuk melakukan tes kesanggupan badan yang dilakukan
oleh beberapa peneliti. Dan pada percobaan ini menggunakan salah satu tes kesegaran
jasmani yaitu Harvard Step Up Test atau percobaan naik turun bangku. Harvard Step
Up test dikembangkan oleh Brouha dkk ( 1943 ) di laboratorium universitas Harvard
( Harvard University Fatique Laboratory ) selama perang dunia II.Sebagai parameter
pada test ini adalah waktu lamanya kerja dan frekwensi nadi.Dengan memakai kedua
parameter diatas, dapatlah dibuat indeks kesegaran jasmani, yang dibedakan antara
kurang fit sampai dengan yang sangat fit.
Dalam tes ini orang yang diperiksa disuruh naik turun bangku setinggi 19 inci
untuk laki laki dan 17 inci untuk perempuan dengan frekwensi metronom 120 kali
per menit ( 1 langkah setiap 2 detik ) selama maksimal 5 menit atau sampai kelelahan
dan tidak sanggup meneruskan tes.
Banyak peneliti melakukan tes kesanggupan badan dengan alat dan dasar cara
kerja sama dengan Harvard Step Up Test, namun berbeda dalam lamanya kerja. Tinggi
bnagku dan frekwensi langkah kakinya.
Dengan pemeriksaan EKG sebelum tes dapat diketahui kemungkinan ada
kontradiksi dilakukan tes ini. Dan dari rekaman EKG lengkap segera setelah latihan
dapat diketahui adanya kelainan koroner latent ( latent coronary hearth disease ).

1.2 Permasalahan (Tes Kesegaran Jasmani)


Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page

1. Adakah perbedaan di dalam penilaian indeks kesanggupan badan antara cara


lambat dengan cara cepat ?
2. Berapa orang di dalam kelompok saudara yang mempunyai indeks kesanggupan
badan termasuk baik / baik sekali / cukup / sedang / kurang ?
3. Sebutkan test lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani
!
4. Buatlah daftar seperti di bawah ini guna melengkapi laporan praktikum yang sudah
dilaksanakan ?
1.3 Tujuan Praktikum (Tes Kesegaran Jasmani)
-

Tes ini bertujuan untuk menentukan tingkat kesegaran jasmani secara aerobic
menggunakan cara sederhana dan peralatan minimal.

Untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran dengan cara lambat atau cara cepat.
1.1

Latar Belakang Teori ( Elektrokardiografi ).


Elektrokardiogram (EKG) merupakan suatu grafik yang dihasilkan oleh suatu

elektrokardiograf. Alat ini merekam aktivitas listrik jantung pada waktu tertentu (saat
pemeriksaan). Secara harafiah didefinisikan : elektro = berkaitan dengan elektronika, dan
kardio = berasal dari bahasa Yunani yang artinya jantung, kemudian gram, berarti
tulis / menulis. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan
repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting. Elektrokardiogram tidak
menilai kontraktilitas jantung secara langsung, namun dapat memberikan indikasi
menyeluruh atas naik-turunnya kontraktilitas jantung.
Ektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS
dan sebuah gelombang T.

KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM NORMAL


Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page

Gelombang P (gelombang depolarisasi) disebabkan oleh potensial listrik yang


dicetuskan sewaktu atrium berdepolarisasi sebelum kontraksi. Kompleks QRS (gelombang
depolarisasi) disebabkan oleh potensial listrik yang dibangkitkan sewaktu ventrikel
berdepolarisasi sebelum kontraksi yaitu sewaktu gelombang depolarisasi menyebar
melewati ventrikel. Gelombang T (gelombang repolarisasi) disebabkan oleh potensial
listrik yang dicetuskan sewaktu ventrikel pulih dari keadaan depolarisasi (terjadi selama
0.25-0,35 detik sesudah depolarisasi)
Gelombang Depolarisasi Lawan Gelombang Repolarisasi

Gambar di atas menjelaskan 4 tahap proses depolarisasi dan repolarisasi yang


terjadi pada sebuah serat otot.

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page

Pada gambar A : proses depolarisasi, muatan positif di sisi dalam berwarna merah
dan muatan negatif di sisi luar juga berwarna merah, sedang berjalan ke kiri dan ke kanan
dan separuh bagian pertama dari serat sudah terdepolarisasi, sedangkan separuh sisanya
masih dalam keadaan repolarisasi. Oleh karena itu, elektroda kiri yang terletak di atas serat
berada dalam daerah yang bermuatan negatif di mana elektroda menyentuh bagian luar dari
serat dan elektroda kanan terletak dalam daerah yang bermuatan positif, keadaan ini akan
membuat alat pengukur merekam muatan positif.
Pada gambar B : proses depolarisasi telah menyebar ke seluruh serat otot dan
rekaman di sebelah kanan sudah kembali ke garis dasar nol lagi karena kedua elektroda
sekarang terletak pada daerah yang sama-sama bermuatan negatif.
Pada gambar C : proses repolarisasi dalam serat otot, di mana muatan positif telah
kembali ke sisi luar dari serat, proses ini telah melampaui setengah panjang serat dari kiri
ke kanan. Pada titik ini, elektroda kiri berada pada daerah bermuatan positif dan elektroda
kanan berada pada daerah yang bermuatan negatif. Maka rekaman yang ditunjukkan di
sebelah kanan akan menjadi negatif.
Pada gambar D : serat otot telah seluruhnya mengalami repolarisasi dan kedua
elektroda sekarang berada dalam daerah yang bermuatan positif sehingga tidak ada
potensial listrik yang dapat direkam di antara kedua elektroda ini. Jadi, pada rekaman yang
di sebelah kanan, sekali lagi potensial kembali menjadi nol.
Hubungan Antara Kontraksi Atrium dan Kontraksi Ventrikel Terhadap Gelombanggelombang dalam Elektrokardiogram
Sebelum kontraksi otot, proses depolarisasi harus menyebar ke seluruh otot untuk
mengawali proses kimiawi dari kontraksi.
Otot ventrikel mulai repolarisasi 0,20 detik sesudah permulaan gelombang
depolarisasi, namun kebanyakan berlangsung sampai 0,35 detik. Sehingga gelombang
normal T sering berupa gelombang yang memanjang. Namun tegangan gelombang T itu
sangant kecil dibandingkan dengan tegsngsn kompleks QRS, sebagian disebabkan oleh
perpanjangan proses repolarisasi.
Atrium berepolarisasi 0,15-0,20 detik sesudah terjadi gelombang P. Oleh karena itu,
gelombang T atrium biasanya tertutup oleh gelombang QRS yang lebih besar.
Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page

Peneraan Voltase dan Waktu dari Elektrokardiogram


Rekaman dibuat di atas kertas pada waktu yang bersamaan dengan perekaman
elektrokardiogram, yang merupakan keadaan yang akan ditemukan bila menggunakan
elektrokardiograf tipe fotografik.
Garis peneraan horisontal : 10 kotak kecil ke atas atau ke bawah dalam
elektrokardiogram menunjukkan tegangan 1 mV. Muatan positif dengan arah ke atas dan
muatan negatif dengan arah ke bawah.
Garis vertikal pada elektrokardiogram menunjukkan peneraan waktu, setiap inchi
sebesar 1 detik. Biasanya tiap inchi berikutnya akan dipecah menjadi 5 segmen dengan
batas garis vertikal. Interval antar garis ini menunjukkan waktu sebesar 0,20 detik. Lalu
interval ini dibagi lagi menjadi 5 interval lebih kecil yang besarnya 0,04 detik.
Tegangan Normal dalam Elektrokardiogram
Besarnya tegangan gelombang-gelombang yang terdapat dalam elektrokardiogram
normal bergantung pada cara pemasangan elektroda-elektroda pada permukaan tubuh dan
jarak elektroda ke jantung.
Interval P-Q / Interval P-R : interval waktu antara permulaan kontraksi atrium dan
permulaan kontraksi ventrikel, kira-kira 0,16 detik (normal).
Interval Q-T : kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai
akhir gelombang T, kira-kira 0,35 detik.
Penetapan Besarnya Kecepatan Denyut Jantung dengan Elektrokardiogram
Kecepatan

denyut

jantung

dengan

mudah

ditentukan

dengan

bantuan

elektrokardiogram, sebab frekuensi denyut jantung berbanding terbalik dengan interval


waktu antara 2 denyut yang berurutan. Bila interval antara dua denyut jantung seperti yang
ditentukan dengan garis peneraan waktu itu adalah satu detik, maka frekuensi denyut
jantung adalah 60 kali per menit.
SANDAPAN-SANDAPAN ELEKTROKARDIOGRAFIK
Ketiga Sandapan Anggota Badan Bipolar

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page

Pada sandapan standart ini digunakan dua buah elektrode pencari. Jadi yang dicatat
dalam sandapan ini adalah perbedaan potensial antara dua tempat. Istilah bipolar berarti
bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari 2 elektroda yang terletak pada
bagian jantung yang berbeda, dalam hal ini anggota badan. Jadi sebuah sadapan bukan
merupakan sebuah kabel tunggal yang dihubungkan dari tubuh tapi merupakan gabungan
dari dua kabel dan elektrodanya untuk membuat sebuah sirkuit yang menyeluruh antara
tubuh dan elektrokardiograf.
Sandapan 1 atau L1. Sewaktu merekam sadapan anggota badan 1, ujung negatif
elektrokardiograf dihubungkan dengan lengan kanan dan ujung positif pada lengan kiri.
Sandapan 2 atau L2. Sewaktu merekam sadapan anggota badan 2, ujung negatif
elektrokardiograf dihubungkan dengan lengan kanan dan ujung positifnya dihubungkan
dengan tungkai kiri.
Sandapan 3 atau L3. Sewaktu merekam sadapan anggota badan 3, ujung negatif
elektrokardiograf dihubungkan dengan lengan kiri dan ujung positifnya dihubungkan pada
tungkai kiri.
Hubungan ketiga sandapan ekstremitas bipolar dari Einthoven secara matematis
dapat dituliskan menjadi satu persamaan, yaitu:
Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page

Sandapan I

= LA RA

Sandapan II

= LF RA

Sandapan III = LF LA
Segitiga Einthoven
Pada gambar di atas tampak sebuah segitiga yang digambarkan mengelilingi
jantung disebut segitiga Einthoven. Segitiga ini merupakan gambaran diagramatik yang
menunjukkan kedua lengan dan tungkai kiri membentuk puncak dari segitiga yang
mengelilingi jantung. Kedua puncak bagian atas segitiga itu menunjukkan titik-titik
dimana kedua lengan dihubungkan secara elektrik dengan cairan yang terdapat disekeliling
jantung dan puncak bawah merupakan titik di mana tungkai kiri berhubungan dengan
cairan.
Hukum Einthoven
Menyatakan bahwa bila setiap saat dapat dihitung besarnya potensial listrik yang
terdapat pada tiap dua dari ketiga sadapan anggota badan bipolar, besarnya potensial pada
sadapan ketiga dapat ditetapkan secara matematik hanya dengan menjumlahkan besar
kedua potensial yang pertama (tapi sewaktu menjumlahkan hendaknya benar-benar
diperhatikan letak tanda positif dan tanda negatif pada berbagai sadapan yang berbeda).

Gambaran Elektrokardiogram Normal yang Direkam dari Ketiga Sadapan


Anggota Badan Bipolar

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page

Dari gambar di bawah ini menunjukkan gambaran elektrokardiogram dalam ketiga


sadapan serupa satu sama lain, sebab sadapan itu merekam gelombang P yang positif dan
gelombang T yang positif dan bagian utama dari kompleks QRS juga direkam positif
dalam setiap elektrokardiogram.
Pada analisis ketiga elektrokardiogram, dengan cara pengukuran yang teliti dapat
ditunjukkan pada setiap saat, jumlah potensial dalam sadapan 1 dan 3 sesuai dengan besar
potensial dalam sadapan 2, jadi menggambarkan keabsahan hukum Einthoven.
Sandapan-sandapan Dada (Sandapan Prekordial)

Gambaran elektrokardiogram direkam dengan cara menempatkan elektroda di


permukaan anterior dada di atas jantung. Elektroda ini dihubungkan dengan ujung positif
elektrokardiograf, elektroda negatif dihubungkan melalui tahanan listrik ke lengan kanan,
lengan kiri dan tungkai kiri secara bersamaan. Yang dikenal dengan sadapan V1, V2, V3,
V4, V5 dan V6.
Enam tempat yang umum dipakai untuk keenam sandapan prekordial adalah :
V1 : pada sisi kanan sternum disela iga keempat

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 10

V2 : pada sisi kiri sternum disela iga keempat


V3 : antara V2 dan V4
V4 : pada garis midclavicular kiri disela iga kelima
V5 : pada garis axillaris anterior kiri setinggi V4
V6 : pada garis mid axillaris setinggi V4
Pada sadapan V1 dan V2, rekaman QRS jantung normal terutama bernilai negatif
karena elektroda dada pada sadapan ini letaknya lebih dekat dengan basis jantung. Pada
sadapan V4, V5 dan V6 kompleks QRS terutana terlihat positif karena elektroda dada
dalam sadapan ini terletak lebih dekat dengan bagian apeks.
Sadapan Anggota Badan Unipolar yang Diperbesar
Pada tipe perekaman ini, kedua anggota badan dihubungkan melalui tahanan listrik
dengan ujung negatif alat elektrokardiograf, sedangkan anggota badan yang ketiga
dihubungkan dengan ujung positif.

Berhubung sandapan ekstremitas unipolar mengukur voltase (V) arus depolarisasi


jantung, maka yang dari sentral terminal ke lengan kiri (left=L) dinamakan sandapan VL,
yang ke lengan kanan ( right = R) dinamakan sandapan VR dan yang ke tungkai (foot =
F) kiri dinamakan sandapan VF. Dengan demikian, terbentuk lagi sebuahfrontal plane baru
yang juga terdiri dari tiga sandapan, yang mana arah arus bioelektrik jantung diukur dari
sumbu yang berbentuk sudut :
-

30 untuk sandapan VL

150 untuk sandapan VR

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 11

+ 90 untuk sandapan VF
Ternyata dalam prakteknya kompleks EKG yang dicatat melalui unipolar limb
menurut sandapan dari Wilson ini sangat kecil. Pada tahun 1942, Goldberger menemukan
bahwa pemutusan hubungan elektroda-elektroda negative dengan sentral terminal akan
memperbesar 50% voltase pencatatan dari elktroda positif. Dengan demikian ketiga
sandapan ekstremitas unipolar yang dimodifikasi ini diberi tambahan huruf a
(augmented) yang saat ini dikenal sebagai sandapan aVL, sandapan aVR, dan sandapan
aVF.

Dari EKG dapat diketahui berbagai macam keadaan jantung yaitu :


1. Apakah irama jantung normal atau tidak. Dan apabila tidak, kelainan irama tersebut
disebabkan oleh kelainan apa.
2. Apakah hantaran impuls normal atau ada hambatan. Apabila ada hambatan, dapat
diketahui

dimana

letak

hambatan

dan

sampai

berapa

jauh

hambatan

tersebut.Apakah termasuk hambatan sebagian (partial b;ock) atau hambatan total


(total block).
3. Dapat pula diketahui keadaan otot jantung, umpama adanya iskemia lokal maupun
menyeluruh dari otot jantung atau adanya baji mati jantung (hearth infarction).
4. Pengaruh perubahan susunan elektrolit maupun obat dapat dipelajari.

1.2

Permasalahan (EKG)
1. Hitunglah frekuensi jantung dengan menggunakan RR interval. Tentukan
iramanya normal atau tidak.
2. Dari hantaran II, hitunglah lamanya:
a. P-R interval : awal gelombang P sampai awal QRS kompleks.
b. QRS kompleks : awal timbulnya gelombang Q atau R sampai akhir
gelombang S.
c. Q-T interval : awal gelombang Q sampai akhir gelombang T.

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 12

Apakah terdapat kelainan ?


3. Hitunglah besar voltage puncak-puncak P,Q,R,S dan T pada hantaran I,II, dan
III apakah ada kelainan?
Lakukan juga pada sadapan precordial.
4. Buktikan kebenaran persamaan Einthoven pada QRS kompleks: II=I+III.
5. Tentukan axis dari QRS kompleks (posisi jantung pada bidang frontal)
6. Lihatlah gambar pada precordial leads (posisi jantung pada bidang horisotal),
apakah ada counter clock wise rotation atau clock wise rotation?
7. Bagaimana konklusi elektrokardiogram saudara? Apakah ada kelainan ataukah
masih dalam batas normal?
1.3

Tujuan Praktikum (EKG)

Untuk mengetahui irama jantung apakah normal atau tidak.


Untuk mengetahui apakah hantaran impuls pada jantung normal atau ada
hambatan.

Dapat pula untuk mengetahui keadaan otot jantung, misalnya iskemia atau terdapat infark.

BAB II
METODE KERJA

2.1. Alat dan Bahan Praktikum


2.1.1. Tes Kesegaran Jasmani
1. Bangku datar setinggi 19 inci / 48,24 cm (untuk laki-laki) dan 17 inci /
43,16 cm (untuk perempuan)
2. Stopwatch
3. Metronom
Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 13

2.2. Tata Kerja Praktikum


2.2.1. Tes Kesegaran Jasmani
1. Orang coba berdiri menghadap bangku (yang tingginya berbeda untuk
laki-laki maupun perempuan). Pasanglah metronom dengan frekuensi 120
kali permenit.
2. Suruhlah orang coba naik turun bangku, selalu dimulai dengan kaki yang
sama. Setiap langkah kaki harus sesuai dengan irama detik metronome.
Lakukan tindakan tersebut 2-3 kali sebelum percobaan sesungguhnya
dimulai. Pada saat percobaan dimulai, pemeriksa harus menekan tombol
stopwatch untuk menentukan lamanya waktu percobaan berlangsung.
3. Pemeriksa menekan tombol stopwatch lagi segera setelah waktu 5 menit
berakhir, atau segera setelah orang coba merasa tidak kuat lagi untuk
meneruskan percobaannya. Suruhlah segera orang coba duduk dan hitung
denyut nadi segera setelah percobaan berhenti (selama 10 detik dan
kalikan 6).
4. Hitunglah jumlah nadi pemulihan selama 30 detik, tiga kali berturut-turut
yaitu dari :
a) Satu menit sampai satu setengah menit dari saat percobaan berhenti
b) Dua menit sampai dua setengah menit dari saat percobaan berhenti
c) Tiga menit sampai tiga setengah menit dari saat percobaan berhenti
5. Perhitungan serta penilaian indeks kesanggupan badan:
Cara lambat:
IKB =

Cara cepat:
IKB

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 14

Keterangan:
IKB = Indeks Kesanggupan Badan

Penilaian hasil:
Cara lambat: dibawah 55 = kurang
55 64

= sedang

65 79

= cukup

80 90

= baik

Diatas 90

= baik sekali

Cara cepat: dibawah 50 = kurang


50 80

= sedang

Diatas 80

= baik

Catatan:
Untuk orang coba yang tidak mampu melakukan test selama lima menit
maka hasilnya harus dihubungkan dengan koreksi Clarke.
Dianjurkan diperhitungkan dengan rumus: CARTER & WINSMAN
Dx100

IKB = 5,5 xP + 0,22 (300 D)

D : Duration (waktu)
P : Pulse (nadi) dari 1 menit sampai 1,5 menit
Penilaian hasil sama dengan IKB hasil cepat
Alat dan Bahan Praktikum
2.1.2. Elektrocardiogram
Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 15

1. Elektrokardiograf
2. Sandapan Bipolar
3. Sandapan Prekordial
4. Kapas
5. Alkohol
6. Pasta elektroda
Tata Kerja Praktikum
2.2.2. Elektrocardiogram
1. Persiapan alat elektrokardiografi dari Fukuda model FJC-710
Pada alat ini ada dua tombol untuk power. Sebelum percobaan
dimulai, kedua tombol harus dalam posisi mati. Pada alat Fukuda,
didapatkan tombol pengukur pilihan sandapan, digunakan untuk semua
sandapan tersebut di atas dengan cara memutar pengatur sandapan sesuai
dengan pencatatan yang akan dikerjakan.
Standarisasi dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan pencatatan
EKG. Hubungkan kabel penghubung antara EKG dan arus listrik umum
(PLN). Pasang kabel arde (grounding) dan jepitkan pada kran logam.

2. Persiapan penderita.
a) Orang coba diharuskan berbaring diatas dipan periksa dengan tenang.
Aktifitas otot lainnya akan menyebabkan gangguan dari EKG. (Baju
dan kaos dilepas)
b) Bersihkan dengan kapas alkohol bagian ventral dari kedua lengan
bawah dekat pergelangan tangan dan bagian anterolateral / medial dari
kedua tungkai bawah di dekat pergelangan kaki. Berilah sedikit pasta
electrode

di

berbagai

tempat

tersebut,

kemudian

pasanglah

elektrodanya.
c) Hubungkan kabel yang berasal dari elektrokardiografi dengan masing-

masing elektrodanya, yaitu kabel : RA, LA, RF, dan LF, masingTes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 16

masing dengan elektrode di lengan kanan, lengan kiri, tungkai kanan,


dan tungkai kiri. Hubungkan juga electrode pada dinding rongga dada
sesuai dengan petunjuk tersebut diatas. Pencatatan siap dimulai.
d) Kedua tombol power pada EKG diletakkan pada kedudukan menyala.
Jarum penulis akan bergerak ke bawah, nantikan sampai jarum
tersebut kembali ke tengah atau berhenti. Apabila berhentinya tidak
ditengah, aturlah jarum penulis dengan penggerak jarum penulis
supaya terletak di tengah. Kerjakan standarisasi dengan menjalankan
kertas, tombol pengatur sandapan pada posisi C dan menekan tombol
kepekaan sehingga tergambar besarnya voltage pada kertas EKG.
Telah diatur, perangsangan dengan tombol standarisasi sebesar 1 mV.
Pencatatan yang sesungguhnya siap dimulai.
e) Putarlah pencatat sandapan berturut-turut mulai dari 1-2-3- dan
seterusnya sampai kembali ke C.
f) Setiap kembali ke hantaran selanjutnya, beristirahatlah beberapa detik
agar penulis kembali ke garis dasar. Setiap kali pencatatan, dikerjakan
paling sedikit 3 siklus jantung, kecuali pada L2 dimana paling sedikit
harus dikerjakan sampai 6 siklus jantung.
Sebelum menginterpretasikan EKG perlu diketahui bahwa:
Pada absis dibaca skala waktu yaitu : 0,04 detik/mm atau 0,2 detik/
5 mm, apabila kecepatan kertas 25 mm/detik.
Pada ordinat dibaca skala voltage, yaitu 0,1 mV/mm atau 1
mV/cm (tergantung letak tombol kepekaan).

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 17

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

3.1

No.
1.

Tes Kesegaran Jasmani

Nama

Denyut Nadi

Lama
Tes

Istirahat Segera

Hasil

mnt

mnt

mnt

Rio

66 x per 120x

82x

78x

60x

Fanta

mnt

menit

per

per

per

per

Sholeh

29

menit

menit menit menit

Cepat Lambat

C&W

Score

Score

Score

19,73 20,22

67,69

9,83

64,365

dtk
2.

Novi

53

Kusumah detik

62 x per 124 x

98x

76 x

64 x

menit

per

per

per

per

menit

menit menit menit

Iswanto

11,13

3.2 Elektrokardiografi

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 18

Lead I

Lead II

Lead III

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 19

aVR

aVL

aVF

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 20

Sandapan V1

Sandapan V2

Sandapan V3

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 21

Sandapan V4

Sandapan V5

Sandapan V6

PADA LEADS II : (WAKTU)


1. RR interval rata-rata =
2. PR interval

= 4 mm

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

= 22,5 mm = 0,9 det


= 0,16 det
Page 22

3. PR segmen

= 3 mm

= 0,12 det

4. QT interval

= 9 mm

= 0,36 det

5. ST segmen

= 2 mm

= 0,08 det

6. QRS kompleks

= 2 mm

= 0,08 det

BESAR VOLTAGE

LI

L II

L III

QRS

1 mm

1 mm

5,5 mm

2 mm

3 mm

4 mm

0,1 mv

0,1 mv

0,55 mv

0,2 mv

0,3 mv

0,4 mv

1 mm

0,5 mm

11 mm

1 mm

4 mm

9 mm

0,1 mv

0,05 mv

0,11 mv

0,1 mv

0,4 mv

0,9 mv

1 mm

1 mm

9 mm

1,5 mm

3 mm

5 mm

0,1 mv

0,1 mv

0,9 mv

0,15 mv

0,3 mv

0,5 mv

Normal
Right
Axis
Deviation
Normal

SANDAPAN BIPOLAR
P
LEAD I

LEAD II

LEAD
III

Q
1mm

1 mm

5,5 mm

2mm

3 mm

0,1mV

-0.1mV

0,55mV

-0,2 mV

0,3mV

1 mm

0,5 mm

11 mm

1 mm

4 mm

0,1mV

-0,05 mV

0,11mV

-0,1 mV

0,4 mV

1 mm

1 mm

9 mm

1,5 mm

3 mm

0,1mV

-0,1 mV

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

0,9 mV

-0,15 mV

0,3 mV

Page 23

SANDAPAN PRECORDIAL
P
V1

1 mm

1 Mm
-0,1 mV

0,1 mV
V2

V3

V4

V5

V6

4 mm

9 mm

3 mm

0,4 mV

-0,9 mV

0,3 mV

1 mm

0,6 mm

6 mm

14 mm

5 mm

0,1 mV

-0,06 mV

0,6 mV

-0,14 mV

0,5 mV

1 mm

0,5 mm

1,3 mm

5 mm

7 mm

0,1 mV

-0,05 mV

0,13 mV

-0,5 mV

0,7 mV

1 mm

5 mm

20 mm

20 mm

8 mm

0,1 mV

-0,5 mV

2 mV

-2 mV

0,8 mV

0,5 mm

10 mm

1,3 mm

1 mm

5 mm

0,05 mV

-1 mV

0,13 mV

-0,1 mV

0,5 mV

0.3 mm

1,2 mm

1 mm

3mm

4 mm

0,03mV

-0,12 mV

0,1 mV

-0,3 mV

0,4 mV

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 24

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Diskusi Hasil Praktikum


4.1.1

Tes Kesegaran Jasmani

Pada percobaan ini, hasil indeks kesanggupan badan (IKB) adalah:

Novita Kusumah Iswanto = 64,365 (CARTER & WINSMAN score)

Rio Fanta Sholeh = 67,69 (CARTER & WINSMAN score)


Dua orang coba di atas hasil IKBnya dihitung dengan menggunakan

koreksi Clarke dengan rumus CARTER & WINSMAN, karena keduanya tidak
mampu melakukan tes selama 5 menit. Dari hasil IKB yang diperoleh
menunjukkan bahwa Novi Kusumah Iswanto dan Rio Fanta Sholeh sama sama memiliki nilai IKB yang sedang.
Perbedaan hasil tes IKB ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut:
1.

Berat badan
Berat badan merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap kerja tes
seseorang. Dengan berat badan yang lebih besar, maka energi untuk
melakukan kerja pun pasti lebih besar daripada orang yang berat badannya
ringan.

2.

Kadar Hb dalam darah


Dengan adanya Hb yang cukup dalam darah akan memperlihatkan
sirkulasi Oksigen dan Karbondioksida yang menandakan bahwa sistem
metabolisme dalam tubuh berjalan lancar, dimana semakin banyak
Oksigen yang dapat diikat Hb, maka makin besar energi untuk melakukan
suatu kerja.

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 25

3.

Nutrisi
Makanan yang banyak mengandung gizi dan kalori akan meningkatkan
kondisi badan untuk melakukan suatu kerja.

4.

Heart Failure
Bila ada gangguan pada jantung maka sistem sirkulasi akan terganggu
sehingga suplai oksigen didalam tubuh akan terganggu dan hal ini akan
berpengaruh langsung pada tes kesegaran jasmani.

5.

Suhu ruangan
Apabila suhu ruangan panas, maka orang akan cepat lelah. Ini disebabkan
karena peningkatan suhu akan meningkatkan metabolisme tubuh.

6.

Latihan
Pada orang yang kurang terlatih akan memilik denyut nadi yang lebih
cepat daripada orang yang sering berlatih. Sehingga bilas dilakukan tes ini,
bagi orang biasa, denyut nadinya akan meningkat dengan cepat dan perlu
waktu yang lama untuk kembali pada denyut nadi normal.

4.1.2

Elektrokardiografi

Dari hasil percobaan di atas, didapatkan analisa data sebagai berikut:


1. RR interval rata-rata = 22,5 mm = 0,9 detik
Jadi, Heart Rate (HR) = 1500/22,5 = 66,67 x/menit
Hal ini normal karena harga HR normal adalah 60-100 x/mnt
2. PR interval = 4 mm = 0,12 detik
Normal = 0,12 0,20 detik
Hasil percobaan = normal
3. QRS kompleks = 2 mm = 0,08 detik
Normal = 0,06 0,10 detik
Hasil percobaan = normal
4. QT interval = 9 mm = 0,36 detik
Normal = < 0,42 detik
Hasil percobaan = normal
5. Hasil gelombang P yang didapatkan :
Lead I = 1 mm
Lead II = 1 mm
Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 26

Lead III = 1 mm
Normal = < 2,5 mm
Hasil percobaan = normal

4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan


4.2.1

Tes Kesegaran Jasmani

1. Adakah perbedaan di dalam penilaian indeks kesanggupan badan antara


cepat dan lambat?
Jawab : Ada, menurut kami cara cepat memiliki tingkat ketelitian yang
kurang baik, jika dibandingkan dengan cara yang lambat.
2. Berapa orang di dalam kelompok saudara yang mempunyai indeks
kesanggupan badan termasuk baik / baik sekali/ cukup/ sedang /kurang ?
Jawab : Rio Fanta Sholeh dan Novita Kusumah Iswanto sama-sama
memiliki indeks kesanggupan badan yang cukup
3. Sebutkan tes lain yang dapat digunakan mengukur tingkat kesegaran
jasmani ?
Jawab :
Tes lain untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani
a.

Bruce Protokol Stres Test


Uji Bruce digunakan untuk latihan treadmill. Ini
dikembangkan sebagai uji klinis untuk mengevaluasi pasien dengan
penyakit jantung koroner yang dicurigai, meskipun dapat juga
digunakan untuk memperkirakan kebugaran.

Tujuan: untuk mengevaluasi fungsi jantung dan kebugaran.

Perlengkapan yang dibutuhkan: treadmill , stopwatch ,


elektrokardiograf (EKG) dan petunjuk, menempel tape, klip

Prosedur: Latihan dilakukan pada treadmill. Jika diperlukan,


sadapan dari EKG ditempatkan pada dinding dada. Treadmill
dimulai di 2,74 km / jam (1,7 mph) dan pada gradien (atau

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 27

miring) sebesar 10%. Pada interval tiga menit treadmill


meningkat sebesar 2%, dan kecepatan meningkat seperti yang
ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.

Modifikasi: Ada Dimodifikasi Bruce digunakan protokol umum,


yang dimulai pada beban kerja yang lebih rendah dibandingkan
dengan pengujian standar, dan biasanya digunakan untuk Uji
pasien tua.

b. Walk Beam Test

Tujuan: Untuk menilai keseimbangan aktif, melalui kemampuan


untuk keseimbangan sambil berjalan sepanjang balok tinggi.

Peralatan yang diperlukan: Sebuah balok tinggi sedikit atau


pinggir jalan, sekitar 4 inci dan lebar 20 kaki panjang, stopwatch

Prosedur: Peserta memiliki 30 detik untuk berjalan di sepanjang


berkas dan kembali. Peserta akan mulai di salah satu ujung,
melangkah ke atas balok, berjalan panjang ke ujung yang lain,
membuat 180 derajat berbalik dan kembali kembali ke titik awal.
Satu jatuh dari balok akan diizinkan.. Jika kaki menyentuh tanah
sebelum mereka menyentuh atau melintasi garis finish, ini
merupakan jatuh. Setelah peserta telah melangkah ke atas balok,
mereka tidak diperkenankan kembali untuk alasan apapun sampai
tes selesai.

c.

Toleransi Glukosa Oral Test (GTT)

Tujuan: Tes toleransi glukosa menentukan seberapa cepat


glukosa dibersihkan dari darah. Tes ini biasanya digunakan untuk
menguji untuk diabetes dan resistensi insulin.

Peralatan yang dibutuhkan: glukosa darah analyzer, koleksi


darah aparatur, glukosa, sisik.

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 28

Prosedur: Pengujian ini dilakukan cepat segera setelah antara 816 jam. Sebuah pengukuran glukosa darah puasa dilakukan segera
sebelum ujian. Jika tingkat ini lebih besar dari 7,0 mmol / L, tes
ini biasanya tidak dilakukan sebagai penanda diabetes mellitus.
pasien tersebut kemudian diberi larutan glukosa untuk minum..
Orang dewasa diberi 75 gram glukosa, anak-anak diberikan
tergantung pada jumlah berat: 1,75 g / kg berat badan (sampai 75
gram maksimum). Pasien diinstruksikan untuk beristirahat, lalu
pengukuran glukosa darah diambil setelah 2 jam.

d. 1-RM Tes (tes Pengulangan maksimum)

Tujuan: untuk mengukur kekuatan maksimum otot dan berbagai


kelompok otot.

Prosedur: Satu tes maksimum pengulangan (1-RM) adalah


sebuah metode populer untuk mengukur isotonik kekuatan otot.
Itu adalah ukuran dari berat maksimal subjek dapat mengangkat
dengan satu pengulangan. Sangat penting untuk mencapai berat
maksimum tanpa terlebih dahulu melelahkan otot-otot. Setelah
pemanasan, pilihlah berat yang dicapai. Kemudian setelah
istirahat paling sedikit beberapa menit, kenaikan berat badan dan
coba lagi. Para atlet memilih bobot berikutnya sampai mereka
hanya dapat mengulang satu dan benar angkat berat yang penuh.

Skor: berat maksimum mengangkat dicatat. Urutan lift juga harus


dicatat,

ini dapat digunakan dalam tes berikutnya untuk

membantu dalam menentukan lift untuk mencoba. Untuk


standarisasi skor mungkin berguna untuk menghitung skor
sebanding dengan berat badan seseorang.

Peralatan yang diperlukan: bobot bebas (barbell, barbell) atau


peralatan olahraga lainnya.

Keuntungan: peralatan yang dibutuhkan sudah tersedia di


gimnasium.

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 29

Kelemahan: melakukan angkat berat maksimum hanya untuk


pelatih berat.. Hal ini penting untuk memiliki teknik yang bagus
sebelum mencoba tes ini.

Variasi / modifikasi: Kadang tiga atau lima repetisi maksimum


yang digunakan, terutama untuk lifters berpengalaman kurang. Ini
akan membutuhkan tenaga yang lebih besar dan berat dapat
dianggap kurang berbahaya. Mengubah jumlah pengulangan juga
perubahan sistem energi otot dan validitas tes ini.

4.2.2

Elektrokardiografi

Frekuensi jantung :

Lead I

Lead II =

= 21,5 mm ( 0,86 det )

= 22,5 mm ( 0,9 det )

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 30

Lead III =

= 22 mm ( 0,88 det )

aVR

= 22,5 mm ( 0,9 det )

aVL

= 19 mm ( 0,76 det )

aVF

= 21 mm ( 0,84 det )

V1

= 23 mm ( 0,92 det )

V2

= 20,5 mm ( 0,82 det )

V3

= 23 mm ( 0,92 det )

V4

= 23,5 mm ( 0,94 det )

V5

= 21 mm ( 0,84 det )

V6

= 23 mm ( 0,92 det )

1.) A. PR interval: 4 mm

4 mm x 0,04 = 1,6 detik


Harga normal: 1,2 2,0 detik
Hasil percobaan: NORMAL

B. QRS kompleks: 2 mm
2 mm x 0,04 = 0,08 detik
Harga normal: 0,06 0,10 detik
Hasil percobaan: NORMAL
C. QT interval: 9 mm
9 mm x 0,04 = 0,36 detik
Harga normal: < 0,42 detik
Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 31

Hasil percobaan: NORMAL


2.) Voltage puncak P, Q, R, S, T pada hantaran I, II, dan III, serta pada sandapan
precordial
SANDAPAN BIPOLAR
P
LEAD I

LEAD II

LEAD
III

Q
1mm

1 mm

5,5 mm

2mm

3 mm

0,1mV

-0.1mV

0,55mV

-0,2 mV

0,3mV

1 mm

0,5 mm

11 mm

1 mm

4 mm

0,1mV

-0,05 mV

0,11mV

-0,1 mV

0,4 mV

1 mm

1 mm

9 mm

1,5 mm

3 mm

0,1mV

-0,1 mV

0,9 mV

-0,15 mV

0,3 mV

SANDAPAN PRECORDIAL
P
V1

1 mm

2 mm
-0,1 mV

0,1 mV
V2

V3

4 mm

9 mm

3 mm

0,4 mV

-0,9 mV

0,3 mV

1 mm

0,6 mm

6 mm

14 mm

5 mm

0,1 mV

-0,06 mV

0,6 mV

-0,14 mV

0,5 mV

1 mm

0,5 mm

1,3 mm

5 mm

7 mm

0,1 mV

-0,05 mV

0,13 mV

-0,5 mV

0,7 mV

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 32

V4

V5

V6

1 mm

5 mm

20 mm

20 mm

8 mm

0,1 mV

-0,5 mV

2 mV

-2 mV

0,8 mV

0,5 mm

10 mm

1,3 mm

1 mm

5 mm

0,05 mV

-1 mV

0,13 mV

-0,1 mV

0,5 mV

0.3 mm

1,2 mm

1 mm

3mm

4 mm

0,03mV

-0,12 mV

0,1 mV

-0,3 mV

0,4 mV

3.) Buktikan kebenaran persamaan Einthoven pada QRS kompleks : II = I + III

Jawab: II = I + III
0,9 = 0,4 + 0,5 0,9 = 0,9
Hasil = Terbukti
4.) Tentukan aksis dari QRS kompleks (posisi jantung pada bidang frontal).
L1 : R = +5,5
S = -0,2
= +5,3

aVF : R = +9

S = -0
= +9

+5,3

I
+

+
+9
Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

aVF

Page 33

5.) Lihatlah gambar pada precordial lead (posisi jantung pada bidang horizontal),
apakah ada Counter Clock Wise Rotation atau Clock Wise Rotation?
Jawab : V2 : Counter Clock Wise Rotation
6.) Bagaimana konklusi elektrokardiogram saudara? Apakah ada kelainan ataukah
masih
dalam batas normal?
Jawab : Normal. Karena sumbu QRS kompleks pada bidang frontal berada di
antara - 300 s/d + 900, dan sumbu QRS kompleks pada bidang
horizontal tidak ada kelainan / normal yaitu zona transisinya berada
antara V3 dan V4.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. 1999. Fisiologi Kedokteran ed 17. EGC: Jakarta


Guyton, Arthur C. 1997 : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 9. EGC : Jakarta

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 34

Tes Kesegaran Jasmani dan EKG

Page 35

Anda mungkin juga menyukai