Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Teori

1.1.1

Kesegaran jasmani
Kesegaran Jasmani adalah mengukur kemampuan fungsi-onal maximal yang
dimiliki seseorang pada saat dilakukan pengukuran. Kemampuan fungsional diukur
dari besaran kemampuan gerak yang dapat dilakukan. Besaran kemampuan gerak
ditentukan oleh kemampuan tubuh menghasilkan daya (energi). Apabila tubuh dapat
menghasilkan daya dalam jumlah besar, maka ia pun dapat menghasilkan daya dalam
jumlah kecil, tetapi tidak berarti sebaliknya (jika daya yang dihasilkan oleh tubuh
dalam jumlah kecil/sedikit maka besaran kemampuan gerak tidak bisa menjadi
besar/tinggi)! Apabila kemampuan menghasilkan daya adalah besar, maka berarti ia
dapat mewujudkan gerak/kerja dengan intensitas yang besar dan durasi yang lama.
Sehingga timbullah istilah:
- anatomical fitness
- physiological fitness
- psychological fitness.
Seseorang dikatakan mempunyai anatomical fitness untuk melakukan suatu
usaha/kegiatan, apabila ia memenuhi persyaratan kelengkapan anggota-anggota tubuh
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan itu.
Seseorang dikatakan mempunyai physiological fitness untuk melakukan suatu
kegiatan, bila ia dapat melakukannya dengan tangkas dan dapat pulih (recovery)
kembali dengan cepat dari keadaan yang timbul sebagai akibat kegiatan tersebut.
Semua kegiatan memerlukan kekuatan otot, ketangkasan dan daya tahan walaupun
tidak sama untuk bermacam-macam kegiatan. Secara singkat physiological fitness
ialah kemampuan tubuh untuk berfungsi secara optimal.
Seseorang dikatakan mempunyai psychological fitness untuk melakukan suatu
kegiatan, bila ia mempunyai sifat-sifat mental yang diperlukan, misalnya kemauan
Page | 1

yang besar yang memungkinkan mengatasi atau tidak menghiraukan rasa yang tidak
menyenangkan, rasa sakit dan sebagainya sebagai akibat dari berlangsungnya kegiatan
tersebut.

Jenis tes lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesegaran
jasmani:
-

Lari marathon 2,4 km

Rego cycle

Treadmil

Lari cepat 40 meter (sprint)

Lari sedang 600 meter

Loncat tegak (ventrikal jump)

HARVARD STEP UP TEST


Pada percobaan menurut HARVARD STEP UP TEST adalah salah satu jenis
tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini
juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari
kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik
kebugaran tubuh.
Di dalam test kesegaran jasmani Banyak sekali cara untuk melakukan tes
kesanggupan badan yang dilakukan oleh para peneliti , salah satu dari test kesegaran
jasmani adalah HARVARD STEP UP TEST yang mana salah satu test ini
dikembangkan oleh Brouha dkk (1943) di laboratorium universitas Harvard (Harvard
University Fatique Laboratory).
Pada test ini orang yang diperiksa disuruh naik turun bangku setinggi 48,24
cm/19 inchi untuk laki-laki atau 17 cm / 43,16 untuk perempuan , dengan frekwensi
metronome 120 kali permenit (1 langkah tiap 2 detik) selama maksimal 5menit atau
sampai kelelahan dan tidak sanggup meneruskan tes. Setelah para pencoba test ini
tidak sanggup atau kelelahan segera orang coba disuruh duduk dan denyut nadi
dihitung . jumlah denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung dengan denyut
arteria radialis, suara detak jantung atau dengan bantuan EKG.

Page | 2

Kelebihan dan kekurangan dari kesegaran jasmani


Kelemahan dari test ini adalah tidak memperhitungkan aadanya perbedaan

biomekanik dalam tiap individu yang dapat mempengaruhi hasil test, misalnya :orang
tinggi akan lebih di untungkan karena energy yang digunakan untuk melangkah naik
kebangku lebih sedikit dibandingkan oaring yang lebih pendek, demikian juga
perbedaan berat badan dapat mempengaruhi hasil test yang didapat.
Sedangkan kelebihan dari kesegaran jasmani adalah Peralatannya sederhana,
Mudah untuk dilakukan, dan dapat dikelola sendiri.
1.2

ELEKTROKARDIOGRAPHY
Elektrokardiogram (EKG) merupakan suatu grafik yang dihasilkan oleh suatu
elektrokardiograf. Alat ini merekam aktivitas listrik jantung pada waktu tertentu (saat
pemeriksaan). Secara harafiah didefinisikan : elektro = berkaitan dengan
elektronika, dan kardio = berasal dari bahasa Yunani yang artinya jantung, kemudian
gram, berarti tulis / menulis. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal
depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung, namun dapat
memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunya kontraktilitas jantung.
Kegunaan/ keuntungan menggunakan EKG antara lain :

Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung

EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada
infark otot jantung akut

EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres
jantung

EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis.


emboli paru atau hipotermia)

EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan


hipokalemia)
Page | 3

EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang


berkas kanan dan kiri).

BAGIAN DARI ALAT EKG :


1. 4 buah sadapan ekstremitas, yaitu :
- Tangan kiri (LA)
- Tangan kanan (RA)
- Kaki kiri (LL)
- Kaki kanan (RL)
2. 6 (enam) buah sadapan dada yaitu V1, V2, V3, V4, V5, V6
3. Kabel sadapan yang terdiri dari 10 elektroda (4 buah unruk elektroda
4.

ekstremitas, dan 6 buahuntuk elektroda dada)


Kertas grafik EKG

Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25


mm/s, meskipun kecepatan yang di atas daripada itu sering digunakan. Setiap kotak
kecil kertas EKG berukuran 1 mm. Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas
EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama
dengan 0,20 s (200 ms). Karena itu, ada 5 kotak besar per detik. 12 sadapan EKG
berkualitas diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1
mV. Sinyal kalibrasi harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1 mV
harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG.
Monitor EKG modern memiliki banyak penyaring untuk pemrosesan sinyal. Yang
paling umum adalah mode monitor dan mode diagnostik. Dalam mode monitor,
penyaring berfrekuensi rendah (juga disebut penyaring bernilai tinggi karena sinyal di
atas ambang batas bisa lewat) diatur baik pada 0,5 Hz maupun 1 Hz dan penyaring
berfrekuensi tinggi (juga disebut penyaring bernilai rendah karena sinyal di bawah
ambang batas bisa lewat) diatur pada 40 Hz. Hal ini membatasi EKG untuk
pemonitoran irama jantung rutin. Penyaring bernilai tinggi membantu mengurangi
garis dasar yang menyimpang dan penyaring bernilai rendah membantu mengurangi
bising saluran listrik 50 atau 60 Hz (frekuensi jaringan saluran listrik berbeda antara
50 dan 60 Hz di sejumlah negara). Dalam mode diagnostik, penyaring bernilai tinggi
dipasang pada 0,05 Hz, yang memungkinkan segmen ST yang akurat direkam.
Penyaring bernilai rendah diatur pada 40, 100, atau 150 Hz. Sebagai akibatnya,
tampilan EKG mode monitor banyak tersaring daripada mode diagnostik, karena
bandpassnya lebih sempit.

Page | 4

SADAPAN PADA EKG


Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi yaitu bisa merujuk ke
kabel yang menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau ke gabungan
elektrode yang membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik diukur.
Lalu, istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12
sadapan EKG menggunakan arti yang baru. Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12
sadapan biasanya hanya menggunakan 10 kabel/elektroda. Definisi terakhir sadapan
inilah yang digunakan di sini.
Sebuah elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial listrik
antara sejumlah titik tubuh menggunakan penguat instrumentasi biomedis. Sebuah
sadapan mencatat sinyal listrik jantung dari gabungan khusus elektrode rekam yang
itempatkan di titik-titik tertentu tubuh pasien.

Saat bergerak ke arah elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata
vektor listrik) menciptakan defleksi positif di EKG di sadapan yang berhubungan.

Saat bergerak dari elektrode positif, muka gelombang depolarisasi menciptakan


defleksi negatif pada EKG di sadapan yang berhubungan.

Saat bergerak tegak lurus ke elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau
rerata vektor listrik) menciptakan kompleks equifasik (atau isoelektrik) di EKG,
yang akan bernilai positif saat muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor
listrik) mendekati (A), dan kemudian menjadi negatif saat melintas dekat (B).
Ada 2 jenis sadapan, yaitu unipolar dan bipolar. EKG lama memiliki elektrode

tak berbeda di tengah segitiga Einthoven (yang bisa diserupakan dengan netral stop
kontak dinding) di potensial nol. Arah sadapan-sadapan ini berasal dari tengah
jantung yang mengarah ke luar secara radial dan termasuk sadapan (dada) prekordial
dan sadapan ekstremitas (VL, VR, dan VF). Sebaliknya, EKG baru memiliki kedua
elektrode itu di beberapa potensial dan arah elektrode yang berhubungan berasal dari
elektrode di potensial yang lebih rendah ke tinggi, mis., di sadapan ekstremitas I,
arahnya dari kiri ke kanan, yang termasuk sadapan ekstremitas adalah I, II, dan III.

Page | 5

A. Sadapan Ekstremitas
Sadapan bipolar standar (I, II, dan III) merupakan sadapan asli yang dipilih
oleh Einthoven untuk merekam potensial listrik pada bidang frontal. Elektrodaelektroda diletakkan pada lengan kiri ( LA = Left Arm), lengan kanan (RA = Right
Arm), dan tungkai kiri (LL = Left Leg). Sifat kontak dengan kulit harus dibuat
dengan melumuri kulit dengan gel elektroda. Sadapan LA, RS, dan LL kemudian
dilekatkan pada elektroda masing-masing. Dengan memutar tombol pilihan pada alat
perekam pada 1, 2, dan 3, akan terekam sadapan standar ( I, II, dan III).
Alat elektrokardiografi juga mempunyai elektroda, tungkai kanan (RL =
Right Leg), dan sadapan yang bertindak sebagai arde (ground) dan tidak
mempunyai peranan dalam pembentukan EKG.
Sadapan bipolar menyatakan selisih potensial listrik antara 2 tempat tertentu.

Hantaran I = Selisih potensial antara lengan kiri dan lengan kanan (LA-RA)

Hantaran II = Selisih potensial antara tungkai kiri dan lengan kanan (LL-RA)

Hantaran III = Selisih potensial antara tungkai kiri dan lengan kiri (LL-LA)

B. Sadapan Dasar
Sebuah elektrode tambahan (biasanya hijau) terdapat di EKG 4 dan 12 sadapan
modern, yang disebut sebagai sadapan dasar yang menurut kesepakatan ditempatkan
di kaki kiri, meski secara teoritis dapat ditempatkan di manapun pada tubuh.
C. Sadapan Prekordial
Penempatan sadapan prekordial yang benar.
Sadapan prekordial V1 (merah), V2 (kuning), V3 (hijau), V4 (coklat), V5
(hitam), dan V6 (ungu) ditempatkan secara langsung di dada. Karena terletak dekat
jantung, 6 sadapan itu tak memerlukan augmentasi. Terminal sentral Wilson
digunakan untuk elektrode negatif, dan sadapan-sadapan tersebut dianggap unipolar.
Sadapan prekordial memandang aktivitas jantung di bidang horizontal. Sumbu
kelistrikan jantung di bidang horizontal disebut sebagai sumbu Z.

Page | 6

Sadapan V1, V2, dan V3 disebut sebagai sadapan prekordial kanan sedangkan
V4, V5, dan V6 disebut sebagai sadapan prekordial kiri. Kompleks QRS negatif di
sadapan V1 dan positif di sadapan V6. Kompleks QRS harus menunjukkan peralihan
bertahap dari negatif ke positif antara sadapan V2 dan V4. Sadapan ekuifasik itu
disebut sebagai sadapan transisi. Saat terjadi lebih awal daripada sadapan V3,
peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi setelah sadapan V3,
peralihan ini disebut sebagai peralihan akhir. Harus ada pertambahan bertahap pada
amplitudo gelombang R antara sadapan V1 dan V4. Ini dikenal sebagai progresi
gelombang R. Progresi gelombang R yang kecil bukanlah penemuan yang spesifik,
karena dapat disebabkan oleh sejumlah abnormalitas konduksi, infark otot jantung,
kardiomiopati, dan keadaan patologis lainnya.

Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.

Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.

Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.

Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks


berpindah).

Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.

Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea


midaxillaris.

Yang harus diperhatikan dalam melaksanakan perekaman EKG antara ;ain :


1.

EKG sebaiknya direkam pada pasien yang berbaring di tempat tidur yang
nyaman atau pada meja yang cukup lebar untuk menyokong seluruh tubuh.
Pasien harus istirahat total untuk memastikan memperoleh gambar yang
memuaskan. Hal ini paling baik dengan menjelaskan tindakan terlebih dahulu
kepada pasien yang takut untuk menghilangkan ansietas. Gerakan atau kedutan
otot oleh pasien dapat merubah rekaman.

2.

Kontak yang baik harus terjadi antara kulit dan elektroda. Kontak yang jelek
dapat mengakibatkan rekaman suboptimal.

Page | 7

3.

Alat elektrokardiografi harus distandarisasi dengan cermat sehingga 1 milivolt


(mV) akan menimbulkan defleksi 1 cm. Standarisasi yang salah akan
menimbulkan kompleks voltase yang tidak akurat, yang dapat menimbulkan
kesalahan penilaian.

4.

Pasien dan alat harus di arde dengan baik untuk menghindari gangguan arus
bolak-balik.

5.

Setiap peralatan elektronik yang kontak dengan pasien, misalnya pompa infus
intravena yang diatur secara elektrik dapat menimbulkan artefak pada EKG.

Gambar di atas menunjukkan gambaran elektrokardiogram jantung normal


yang direkam dengan enam sadapan dada standar ini. Pada sadapan V1 dan V2,
rekaman QRS jantung normal terutama bernilai negatif karena elektroda dada pada
sadapan ini letaknya lebih dekat dengan basis jantung. Pada sadapan V4, V5 dan V6
kompleks QRS terutana terlihat positif karena elektroda dada dalam sadapan ini
terletak lebih dekat dengan bagian apeks.
Ektrokardiogram normal terdiri dari sebuah
gelombang P, sebuah kompleks QRS dan
sebuah gelombang T.

Page | 8

KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM NORMAL


1. Gelombang P : bentuk/besar : normal (lebar < 0,11 ; tinggi < 2,5 mm),
konfigurasi serta vector P tetap
2. PR interval tetap & normal : 0,12 0,20
3. QRS kompleks besarnya : 0,60 0,10. Konfigurasi dari V1 V6 R
makin tinggi, S makin dangkal, Q kecil di V5, V6
4. Setiap gelombang P diikuti oleh QRS kompleks yang normal.
5. PP interval/RR interval tetap boleh bervariasi < 0,16
6. Heart rate 60 100 x/menit
7. ST normal, Gel T positif & normal (kecuali di V1, aVR), QT normal
8. Sumbu gel P & QRS normal.

1.2

Permasalahan
a. Tes Kesegaran Jasmani
1. Bagaimana hasil indeks kesanggupan badan dari orang coba?
2. Bagaimana pengaruh keadaan orang coba dengan hasil dari indeks
kesanggupan badan ?
b. Elektrokardiografi
1. Bagaimana hasil dari elektrokardiogram, normal atau ada gangguan?

1.3

Tujuan
a. Tes Kesegaran Jasmani
Tes ini bertujuan untuk menentukan tingkat kesegaran jasmani secara aerobik
b.

menggunakan cara sederhana dan peralatan minimal.


Elektrokardiografi
- Untuk mengetahui normal atau tidaknya irama jantung.
- Untuk mengetahui normal atau ada hambatan dari hantaran impuls.
- Untuk mengetahui keadaan otot jantung.
- Untuk mengetahui perubahan susunan elektrolit.

BAB II
Page | 9

METODE KERJA

2.1

ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

2.1.1

Tes Kesegaran Jasmani


Alat:
-

Bangku datar setinggi 19 inci/48,24cm (untuk laki-laki) dan 17 inci/43,16cm

(untuk perempuan)
Stopwatch
Metronom

Tata Kerja :
Semua mahasiswa sebaiknya melakukan tes ini untuk mengetahui indeks tes
kesegaran jasmani msing-msing. Tentukan dulu frekuensi nadi istirahatnya.
1.

Orang coba berdiri menghadap bangku (yang tingginya berbeda untuk laki-laki

2.

dan perempuan). Pasanglah metronom dengan frekuensi 120 kali permenit.


Suruhlah orang coba naik turun bangku,selalu dimulai sengan kaki yang
sama.setiap langkah kaki harus sesuai irama detik metromom. Lakukan tindakan
tersebut 2-3 kali sebelum percobaan sesungguhnya dimulai. Pada saat percobaan
dimulai,pemeriksa harus menekan tombol stopwatch untuk menentukan waktu
lamanya percobaan berlangsung.
Cara lambat : Dibawah 55 = KURANG

Cara cepat :

55-64

= SEDANG

65-69

= CUKUP

80-90

= BAIK

Diatas 90

= BAIK SEKALI

Dibawah 50
50-80
Diatas 80

= KURANG
= SEDANG
= BAIK
Page | 10

CATATAN
Untuk orang coba yang tidak mampu melakukan tes selama 5 menit maka
hasilnya harus dihubungkan dengan koreksi dari Clarke.
Dianjurkan diperhitungkan dengan rumus : CARTER & WINSMAN
I.K.B = D x 100 + 0,22 ( 300 D)
5,5 x p
D : waktu
P: nadi dari 1 menit 1,5 menit
Penilaian hasil sama dengan IKB cara cepat.
Kelemahan tes ini adalah tidak memperhitungkan adanya perbedaan
biomekanik dalam tiap individu yang dapat mempengaruhi hasil tes,misalnya :
orang tinggi akan lebih diuntungkan karena energi yang digunakan untuk
melangkah naik ke bangku lebih sedikit dibanding orang yang lebih
pendek,demikian juga perbedaan berat badan dapat mempengaruhi hasil tes yang
didapat.
3.

Pemeriksan menekan tombol stopwatch lagi segera setelah waktu 5 menit


berakhir, atau segera setlah orang coba merasa tidak kuat lagi untuk meneruskan
percobaannya. Surhlah segera orang coba duduk dan hitung denyut nadi segera

4.

5.

setelah percobaan berhenti (selama 10 detik dan kalikan enam).


Hitunglah jumlah nadi pemulihan selama 30 detik, tiga kali berturut-turut yaitu
dari :
a. Satu menit sampai satu setengah menit dari saat percobaan berhenti.
b. Dua menit sampai dua setengah menit dari saat percobaan berhenti.
c. Tiga menit sampai tiga setengah menit dari saat percobaan berhenti.
Perhitungan serta penilaian indeks kesanggupan badan :
Cara lambat :
I.K.B =
lama tes dalam detik x 100
2 x jumlah ketiga harga nadi pemulihan
Cara cepat :
I.K.B =
lama tes dalam detik x 100
5,5 x harga nadi 30 pertama (nadi 1-1,5 menit dari saat percobaan berhenti)
I.K.B = Indeks Kesanggupan Badan
Page | 11

2.2

ELEKTROKARDIOGRAFI
Tata Kerja
1.

Persiapan alat elektro kardiografi dari fukuda model FJC-7110


Pada alat ini ada dua tombol unntuk power . sebelum percobaan di mulai , tombol
harus dalam keadaan off. Pada alat fukuda , didapatkan tombol pengukur pilihan
sandapan , digunakan untuk semua sandapan tersebut di aatas dengan memutar
pengatur sandapan sesuai dengan pencatat yang akan di kerjakan .
Standratisasi dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan pencatatan EKG.
Hubungan kabel penghubung dengan EKG dan arus listrik umum (PLN) .pasang

kabel arde(grounding) dan jepitan pada kran logam .


2. Persiapan penderita
a. orang coba diharuskan berbaring di atas dipan periksa dengan tenang . aktifitas
otot lainnya akan menyebabkan gangguan pada EKG .(Baju dan kaos dilepas )
b. Bersihkan dengan kapas alcohol bagian ventral dari kedua lengan bawah di
dekat pergelangan tangan dan bagian antero lateral /medial dari kedua tungkai
bawah di dekat pergelangan kaki . berilah sedikit pasta electrode di berbagai
tempat tersebut dan pasanglah elektrodenya .
c. Hubungkan kabel yang berasal dari elektro kardiografi dengan masing-masing
elektrodenya yaitu kabel : RA ,LA ,RF dan LF, masing-masing dengan
electrode di lengan kanan , lengan kiri ,tungkai kanan dan tungkai kiri .
hubungkan juga dengan electrode pada dinding rongga dada sesuai dengan
petunjuk tersebut diatas ,oencatat siap dimulai .
d. Kedua tombol power pada EKG di letakkan pada kedudukan ON .jarum
penulis akan bergerak kebawah , nantikan sampai jarum tersebut kembali ke
tengah atau berhenti . apabila berhentinya tidak di tengah , aturlah jarum
penulis dengan penggerak jarum penulis supaya terletak ditengah . kerjakan
standratisasi dengan menjalankan kertas , tombol pengatur sandapan pada
posisi C dan menekan tobol kepekaan sehingga tergambar besarnya voltage
pada kerta EKG . telah diatur , perangsangan dengan tombol standarisasi
sebesar 1 mV . pencatatatan yang sesungguhnya siap dimulai .
e. Putarlah pencatat sandapan berturut-turut mulai dari 1-2-3 dan seterusnya
sampai ke C.
f. Setiap kembali ke hantaran selanjutnya , beristirahatlah beberapa detik agar
penulis kembali ke garis dasar . setiap kali pencatatan , dikerjakan paling

Page | 12

sedikit 3 cylus jantung , kecuali pada L2 dimana paling sedikit harus di


kerjakan 6 cylus jantung .
Sebelum mengiterprestasikan EKG perlu diketahui bahwa :
Pada absis dibaca skala waktu yaitu : 0,04 detik/mm atau 0,2 detik/ 5 mm ,
apabila kecepatan kertas 25 mm/detik
Pada ordinat dibaca skala voltage yaitu 0.1 mV/mm atau 1 mV/cm

(tergantung letak tombol kepekaan)

PERTANYAAN :.
1.
2.

3.

Hitunglah frekuensi jantung dengan menggunakan RR interval . tentukan


iramanya , normal atau tidak
Dari hantaran II hitunglah lamanya :
a. P-R interval : awal gelobang P sampai awal QRS kompleks.
b. QRS kompleks : awal timbulnya gelombang Q dan R sampai akhir
gelombang S
c. Q-T interval :awal gelombang q sampai gelombang T.
Hitunglah besar voltage puncak-puncak P,Q,R,S dan T .pada hantaran I,II dan
III
Apa terdapat kelainan ?
Lakukan juga pada sandapan perkordial ?

Buktikan kebenaran persamaan enthoven pada QRS kompleks : II=I+III

5.

Tentukan axis dari QRS kompleks ( posisi jantung pada bdang frontal)

6.

Lihatah gambar pada prekordial leads ( posisi jantung pada bidang horizontal ),
apakah ada counter clock wise rotation atau clock wise rotation?

7.

Bagaimana konklusi elektrokardiogram saudara ? apakah ada kelainan ataukah


masih dalam batas normal?

Page | 13

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

3.1

Hasil Tes Kesegaran Jasmani


Percobaan I
Nama

: Tn. Indra Mahendra

Umur

: 19 tahun

Pukul

: 10.51

Tanggal : 05 April 2011


Nadi
Page | 14

Nadi istirahat

= 96 x/menit

Nadi segera

= 122 x/menit

Nadi Pemulihan
1 1,5 menit
= 156 x/menit
2 2,5 menit
= 138 x/menit
3 3,5 menit
= 120 x/menit
Durasi
= 3 menit 19detik
= 199 detik
96 kali naik turun
Hasil Perhitungan:
Rumus Carter dan Weinsman
D = duration
P = pulse (nadi) dari 1 menit 1,5 menit

I .K.B =

= 45,413473

Percobaan II :
Nama

: Nn. Daniyar Yuanita

Umur

: 19 tahun

Pukul

: 11.11
Page | 15

Tanggal : 05 April 2011


Nadi
Nadi istirahat
= 102 x/menit
Nadi segera
= 150 x/menit
Nadi Pemulihan
1 1,5 menit
= 126 x/menit
2 2,5 menit
= 114 /menit
3 3,5 menit
= 90 x/menit
Durasi
= 1 menit 15detik
= 75 detik
Hasil Perhitungan
Rumus Carter dan Weinsman
D = duration
P = pulse (nadi) dari 1 menit 1,5 menit

I .K.B =

= 60,322511

3.2

Hasil Pengamatan Elektrokardiografi (EKG)


Grafik

Page | 16

PADA LEADS II : (WAKTU)

1.

RR interval rata-rata =

2.

RR interval

3.

PR segmen

4.

QT interval

5.

ST segmen

6.

QRS kompleks

BESAR VOLTAGE :

LEAD I

P
1 mm

Q
0 mm

R
5 mm

S
-1 mm

T
1 mm

QRS komplek
4 mm

LEAD II

0,1 mV
2,5 mm

0 mV
0,5 mm

0,5 mV
9,5 mm

-0,1 mV
-1 mm

0,1 mV
2 mm

0,4 mV
9 mm

LEAD III

0,25 mV 0,05mV
1,5 mm 0 mm

0,95mV
5 mm

-0,1 mV
0 mm

0,2mV
0 mm

0,9 mV
5 mm

0,15mV

0,5 mV

0 mV

0 mV

0,5mV

0 mV

CATATAN :
1. Kecepatan kertas = 25 mm/det
2. Pada absis dibaca Skala Waktu, yaitu 0,04 detik/mm = 0,2 det/5mm
3. Pada ordinat dibaca Scala Voltage, yaitu 0,1 mV/mm = 1 mV/cm

PERTANYAAN

Page | 17

1. Adakah perbedaan di dalam penilaian indeks kesanggupan badan antara cara lambat
dengan cara cepat ?
2. Berapa orang di dalam kelompok saudara yang mempunyai indeks kesanggupan badan
termasuk baik/baik sekali/cukup/sedang/kurang ?
3. Sebutkan tes lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani ?
4. Buatlah daftar seperti di bawah ini guna melengkapi laporan saudara

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

Diskusi Hasil Praktikum


Dari hasil praktikum tes kesegaran jasmani dan elektrokardiography yang telah
dilakukan, kami dapat mengetahui hasil dari masing-masing dari tes. Hasil dari
praktikum adalah sebagai berikut:

4.1.1 Tes Kesegaran Jasmani


a. Hasil dari indeks kesanggupan badan dari orang coba menunjukkan perbedaan
dari hasil yang dicapai. Pada orang coba yang pertama menunjukkan indeks
kesanggupan badan sebesar 45,413473. Hal ini menunjukkan bahwa indeks
kesegaran jasmani orang coba pertama kurang. Sedangkan hasil dari tes
kesanggupan badan orang coba kedua menunjukkan hasil sebesar 60,322511.
b.

Menunjukkan indeks kesanggupan badan sedang.


Pengaruh keadaan orang coba dengan hasil dari indeks kesanggupan badan sangat
penting. Hal ini dikarenakan factor aktivitas dan kondisi orang coba dapat
Page | 18

mempengaruhi hasil tes menjadi bukan hasil dari sebenarnya orang coba. Karena
percobaan sebaiknya dilakukan saat kondisi stabil. Pada percobaan, orang coba
melakukan tes kesehatan jasmani dalam kondisi kurang baik. Karena orang coba
pertama sedang lesu dan orang coba kedua dalam keadaan lapar dan dehidrasi.
4.1.2 Elektrokardiografi
Hasil dari percobaan elektrokardiografi menunjukkan kondisi yang pada
umumnya normal, meskipun ada pada gelombang t hantaran III terdapat kelainan
yang menunjukkan indikasi insuffisien koroner. Letak jantung dalam posisi
normal. Terdapat Clok Wise Rotation. Selain itu telah dibuktikannya kebenaran
Einthoven yang menyatakan bahwa LII=LI+LIII.
4.2

Diskusi Jawaban Pertanyaan


Tes Kesegaran Jasmani
1.

Percobaan kami tidak menggunakan cara cepat maupun cara lambat, karena
durasi yang mampu dicapai maximal 3 menit 19 detik. Sedangkan untuk
memperoleh hasil cara lambat dan cara cepat orang coba harus mampu
melakukan tes selama 5 menit. Sehingga, untuk mendapatkan hasil digunakan
rumus CARTER &WINSMAN yang mempunyai nilai yang sama dengan cara
cepat. Oleh karena itu tidak ada perbedaan yang dapat dibandingkan indeks
kesanggupan badan antara cara lambat dan cepat.

2.

Jumlah anggota kelompok yang mempunyai indeks kesanggupan badan


termasuk

baik/baik

sekali/cukup/sedang/kurang

berjumlah

orang.

Perhitungan indeks kesanggupan badan menggunakan rumus CARTER &


WINSMAN. Pada orang coba pertama (laki-laki) menunjukkan indeks
kesanggupan badan sebesar 45,4. Hal ini menunjukkan bahwa orang coba
pertama mempunyai indeks kesanggupan badan kurang. Sedangkan pada
orang coba kedua (wanita) menunjukkan indeks kesanggupan badan sebesar
60,3. Menunjukkan bahwa orang coba kedua mempunyai indeks kesanggupan
badan sedang.
3. Macam Tes Kesegaran Jasmani
1. Tes Bruce
Dirancang untuk mengevaluasi kinerja kardiovaskular, Uji Bruce dirancang
Page | 19

sebagai treadmill stress test klinis. Tujuannya adalah untuk mendiagnosa


pasien dengan penyakit jantung diduga, dan hasilnya akan menunjukkan
masalah koroner mungkin. Saat ini, tes kebugaran fisik juga digunakan untuk
mengukur VO2 Max, atau asupan oksigen maksimum, antara atlet. Anda
mulai di treadmill dengan kecepatan dikelola dan miring.. Pada interval
tertentu, baik tanjakan dan meningkatkan kecepatan treadmill sampai
ambang Anda tercapai.

2. Illinois Agility
Juga disebut Illinois Agility Run, tes kebugaran fisik ini dirancang untuk
menentukan kelincahan. Kursus berjalan terdiri dari kerucut berbaris, dan
menetapkan menjalankan lagu yang crisscrosses sekitar kerucut. Hal ini
menentukan kemampuan Anda untuk dengan cepat mengubah arah lain saat
berjalan pada kecepatan tinggi.
3. Harvard Step Test
Juga tes untuk fungsi kardiovaskular, tes ini dapat dengan mudah diberikan
di rumah. Yang Anda butuhkan adalah sebuah bangku tinggi 12-inci atau
kotak untuk berdiri di atas, dan stopwatch. Selama tiga menit, cukup maju
dan turun panggung dengan kecepatan tetap. Kemudian waktu berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk detak jantung Anda untuk menormalkan.
Semakin pendek interval, semakin baik kondisi kardiovaskular Anda. Ini tes
kebugaran fisik juga dikenal sebagai Stres Jantung atau Jantung Endurance
Test Test.
4. Bunyi Pengujian
Tes ini juga dikenal sebagai Bleep Test atau Shuttle Run. Beberapa juga
menyebutnya sebagai Uji perintis atau 20 meter Shuttle Run Test. Untuk
memulai pengujian ini, kerucut ditempatkan 20 meter terpisah dari satu sama
lain. Anda kemudian jalankan ke dan dari setiap kerucut menurut dicatat
beep atau bleeps. Sebuah Bleep Test CD khusus mungkin diperlukan untuk
ini. Interval antara bleeps mendapatkan lebih pendek, sehingga
Page | 20

membutuhkan Anda untuk berjalan lebih cepat. Ini tes kebugaran fisik ini
umumnya digunakan untuk mengukur VO2 Max. Ini juga merupakan
indikasi dari daya tahan dan energi aerobik.
5. Vertikal Langsung
Ini adalah tes lain yang dapat Anda lakukan di rumah dengan persyaratan
yang sangat minim. Ini digunakan untuk menentukan kekuatan otot kaki. Hal
ini kadang-kadang disebut Lompatan vertikal atau Sargent Langsung bernama setelah perintis pendidikan Amerika fisik, Dudley Sargent. Untuk
melakukan pengujian, Anda mencoba untuk mencapai titik tertinggi di
dinding dengan melompat.

4.
DAFTAR HASIL TES KESEGARAN JASMANI
Lama
No

Nama

tes
(detik)

1.
2.

Indra
Mahendra
Daniyar
Yuanita

Denyut nadi
Istira
1-1,5
Segera
hat
mnt
(kali)
(kali)
(kali)

Hasil
2-2,5

3-3,5

mnt

mnt

(kali)

(kali)

Cepat
Score

Lamb
at
Score

C&W
Score

199

96

132

156

138

120

45,4

45,4

75

102

150

126

114

90

60,3

60,3

Elektrokardiografi
Hasil frekuensi jantung dengan menggunakan RR interval:
Heart rate = 1500
= 1500 = 93,75
RR int
16
Hasil dari fekuensi jantung menunjukkan batas normal karena normal dari
heart rate adalah 60-100 x/mnt
Lamanya hantaran :
- P-R interval menunjukkan hasil 0,156 detik dan tingginya 2 mm. Hal ini
menunjukkan tidak adanya kelainan pada orang coba karena normal besar
gelombang P adalah lebar kurang dari 0,11 dan tinggi kurang dari 2,5.
Page | 21

- QRS Kompleks menunjukkan hasil 0,084 dan tinggi 2,1 mm. Hal ini tidak
menunjukkan adanya kelainan dari depolarisasi ventrikel karena harga
normal dari QRS Kompleks adalah 0,06-0,10.
- Q-T Interval menunjukkan hasil 0,364 detik dan 9,1 mm. Hal ini
menunjukkan tidak adanya kelainan pada lamanya systole kareana normal
dari Q-T interval tidak lebih dari 0,42.
Sadapan precordial
V1 : p = 1 mm
q = 0 mm
r = 4,5 mm
s = -12,5 mm
t = 1 mm
V2: p = 1,5 mm
q = 0 mm
r = 9 mm
s =- 29 mm
t = 7 mm
V3: p = 1,5 mm
q = 0 mm
r = 7,5 mm
s = -13,5 mm
t = 5 mm
V4: p = 3 mm
q = -2,5 mm
r = 16 mm
s = -9 mm
t = 4,5 mm
V5: p = 1 mm
Page | 22

q = 0 mm
r = 13 mm
s = -2 mm
t = 2 mm
V6: p = 1 mm
q = 0 mm
r = 10mm
s = -1 mm
t = 1,5mm
Besar voltage puncak pada hantaran I adalah P = 0,1 mV (normal) , Q = 0
mV(normal ), R = 0,5 mV(normal), S = -0,1 mV, T = 0,1 mV(normal). Pada
hantaran II adalah P = 0,25 mV (normal) , Q = 0,05 mV(normal ), R = 0,95
mV(normal), S = -0,1 mV, T = 0,2 mV(normal). Pada hantaran III adalah P =
0,15mV (normal) , Q = 0 mV(normal ), R = 0,5 mV(normal), S = 0 mV, T =
0mV(insuffisiensi koroner).
Kebenaran persamaan Einthoven pada QRS kompleks:
LI = 4 mm
LII = 9 mm
LIII= 5 mm
LII = LI+LIII= 4mm+5 mm= 9 mm
Dari persamaan Einthoven menunjukkan bahwa jumlah dari lead 1 dan
lead 3 adalah lead 2.
Axis dari QRS Kompleks

-300

-6
aV

LI
+9
00

LI

Page | 23

LI dan aVF sadapan yang dipilih untuk menentukan axis bidangfrontal.


Pada aVF panjang q= 0, r= 7, s=-0,5, jadi QRS Kompleks adalah 6. Sedangkan
pada LI, q= 0, r=5, s=-1, jadi QRS Kompleks adalah 4. Gambar di atas
menunjukkan normalnya sumbu QRS pada bidang frontal pada orang coba karena
normalnya mencapai -300 s/d + 900 dan yang dicapai dari percobaan adalah
diantara 0-+900.
4.2.1

Posisi jantung pada bidang horizontal

10

15

20

10

V
V

15
20

Posisi jantung pada bidang horizontal menunjukkan bahwa hanya terjadi


clockwise rotation pada orang coba. Sumbu QRS mengalami rotasi searah jarum jam.

Page | 24

Hasil dari elektrokardiogram orang coba menunjukkan data bahwa umumnya

orang coba masih dalam keadaan baik-baik saja, walaupun pada insuffisien
koroner yang ditunjukkan pada gelombang t pada hantaran kedua.

KEPUSTAKAAN

Guyton, Arthur C. Dan J.E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta:EGC.
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta : EGC
http://www.fitday.com/fitness-articles/fitness/cardio/5-most-popular-physical-fitnesstests.html

Page | 25

Anda mungkin juga menyukai