Anda di halaman 1dari 3

REFLEKSI KASUS OBSGYN

PLACENTA PREVIA TOTALIS


Nama / NIM : Dina Dwi Rahmawati / 20080310154
Tempat Stase : RSUD Panembahan Senopati
1. Pengalaman
Pasien dari IGD dengan keterangan G2P1A0 mengeluh keluar darah dari
saluran kelamin warna merah segar sejak 1 jam yang lalu, kenceng-kenceng (+) belum
teratur, lendir darah (+), nyeri perut (+). Pasien pernah mengalami 2 kali perdarahan
sebelumnya, tetapi volum darah tidak sebanyak sekarang. Pasien mengaku hamil 9
bulan lebih. Riwayat ANC 10 kali di bidan dan dokter. Riwayat DM (-), asma (-),
hipertensi (-), jantung (-), HPMT : 8-5-2012, HPL : 12-2-2013, UK : 37+5 minggu.
KU : baik, CM, anemis
TD : 120/80 mmHg, HR : 86 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 36.5 C
TB : 155 cm, BB : 43 kg
Riwayat Obstetrik
I. Laki-laki, UK 25 minggu, 1200 gr, spontan, meninggal
II.
Hamil ini
Pemeriksaan Luar
Leopold : janin tunggal, memanjang, preskep, puki, DJJ (+), TFU : 32 cm
Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG menunjukkan tampak plasenta total menutupi OUE
Diagnosis
Plasenta previa totalis pada sekundigravida, hamil aterm, dalam persalinan
Terapi
Observasi HIS dan DJJ
Rencana SC emergency
2. Masalah yang Dikaji
a. Patofisiologi plasenta previa totalis?
b. Terapi plasenta previa totalis?
3. Analisa Kritis
a. Patofisiologi

Pada usia kehamilan lanjut, umumnya trimester ketiga, dan mungkin


lebih awal, karena terbentuknya segmen bawah rahim, plasenta mengalami
pelepasan. Sebagaimana diketahui bahwa tapak plasenta terbentuk dari
jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi
bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak mengalami
laserasi akibat pelepasan desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula
pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada
bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal, yaitu dari ruang intervillus
plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim
tersebut, perdarahan pada plasenta previa pasti akan terjadi (unavoidable
bleeding). Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak
karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan
kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, berakibat
pembuluh darah di tempat itu tidak akan tertutup sempurna.
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan, kecuali jika ada
laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta, perdarahan berlangsung
lebih banyak dan lama. Karena pembentukan segmen bawah rahim tersebut
berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang
kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sebab
lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri
(painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah
rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri
internum. Sebalikya, pada plasenta previa partialis atau marginalis
perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.
b. Terapi
Terapi Ekspektatif (Mempertahankan Kehamilan)
Sedapat mungkin kehamilan dipertahankan sampai usia 36 minggu.
Pada usia 24-34 minggu, bila perdarahan tidak terlampau banyak dan
keadaan ibu serta janin baik, kehamilan dipertahankan dengan pemberian :
1. Betamethasone 2x12 mg i.m selang 24 jam
2. Tokolitik untuk mencegah kontraksi uterus
3. Antibiotika
Terapi Aktif (Mengakhiri Kehamilan)

Langsung melakukan Sectio Caesar pada kasus :


1. Perdarahan banyak dan atau
2. Keadaan umum ibu dan atau janin buruk
Pemeriksaan Double Setup (pemeriksaan vaginal toucher di kamar
operasi yang sudah dipersiapkan untuk melakukan tindakan SC dan
penanganan masalah perinatal, dilakukan pada kasus :
1. Kehamilan >36 minggu dan
2. Perdarahan minimal atau cenderung berhenti dan
3. Keadaan umum ibu dan janin baik
Pemeriksaan diawali dengan pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan
vaginal toucher selanjutnya dilakukan dengan cara seperti biasa. Bila hasil
VT teraba adanya plasenta, maka diputuskan untuk melakukan SC. Bila
hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya plasenta pada ostium uteri,
lakukan amniotomi dan observasi kemajuan persalinan.
Oksitosin drip pada kasus implantasi plasenta di segmen bawah
rahim adalah tindakan berbahaya oleh karena bagian tersebut merupakan
bagian dengan jumlah miometrium minimal dan pada plasenta previa
sangat rapuh sehingga mudah berdarah.
Pemilihan teknik operasi pada SC sangat penting. SC dengan
menembus plasenta pada SBR depan akan menyebabkan janin banyak
kehilangan darah bila plasenta berada pada SBR belakang, SC sejenis
transperitoneal profunda dapat dilakukan tanpa kesuliatn. Bila perlu dapat
dilakukan insisi uterus ecara vertikal (SC klasik). Tempat implantasi
plasenta kadang perlu dijahit untuk menghentikan perdarahan.
Bantul, 3 Februari 2013
Koass,

Dina Rahmawati

Pembimbing,

DR. dr. H.M.A. Ashari., Sp.OG (K)

Anda mungkin juga menyukai