Diajukan untuk Memebuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek Pada
Fakultas Teknik Elektro Jenjang Pendidikan S-1
Telkom University
Disusun Oleh :
M. Aldo Shauma (1104120058)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................3
KATA PENGANTAR...............................................................................4
BAB I.................................................................................................6
PENDAHULUAN................................................................................6
1.1.
Latar Belakang...................................................................................................................6
1.2.
Tujuan................................................................................................................................6
1.3.
1.3.1.
Bagi Mahasiswa.........................................................................................................7
1.3.2.
1.4.
Batasan Masalah..............................................................................................................7
1.5.
1.6.
1.7.
Sistematika Penulisan......................................................................................................8
BAB II................................................................................................9
PROFIL PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA..........................................9
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.5.1.
Operasi Sumatera..................................................................................................18
2.5.2.
Operasi Kalimantan...............................................................................................19
2.5.3.
2.6.
2.6.1.
Eksplorasi...............................................................................................................20
2.6.2.
Kegiatan Produksi..................................................................................................22
2.6.3.
2.6.4.
2.7.
2.8.1.
Health......................................................................................................................29
2.8.2. Environment.................................................................................................................30
2.8.3.
Safety.......................................................................................................................30
BAB III.............................................................................................32
DASAR TEORI.................................................................................32
3.1.
3.1.1.
Pengertian SCADA................................................................................................32
3.1.2.
3.1.3.
Jenis SCADA..........................................................................................................36
3.1.4.
3.2.
SCADA Software............................................................................................................37
3.2.1.
Pendahuluan...........................................................................................................38
3.2.2.
BAB IV.............................................................................................41
KEGIATAN KERJA PRAKTEK..............................................................41
4.1.
Pendahuluan.....................................................................................................................41
4.2.2
Akses RTU..............................................................................................................43
4.3.
4.5.
BAB V..............................................................................................60
PENUTUP.......................................................................................60
5.1
Kesimpulan......................................................................................................................60
5.2
Saran...............................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................61
LAMPIRAN........................................................................................62
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PERANCANGAN PSI ( PCN STANDARDIZED IMAGES ) DAN HMI
SCADA IT PCN
PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA
Oleh
M. ALDO SHAUMA
NIM : 1104120058
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lapangan
Budhi Ismayadi
NIP : 14861269-1
NIK :
KATA PENGANTAR
Ayah, Ibu serta adik tercinta yang telah memberikan doa restu, motivasi serta
dorongan dan bimbingan bagi penulis untuk menggapai cita-cita dan impian.
3. Dosen Wali SK-36-03 Bapak Andrew Brian Osmond selaku Pembimbing Akademik
Kerja Praktek kelas SK-36-03 Teknik Komputer Universitas Telkom
4. Bapak Budhi Ismayadi selaku team manager IT PCN PT. Chevron Pacific Indonesia
distrik Duri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
kegiatan Kerja Praktek ini.
5. Bapak Hendra Kristian Ervandia selaku Pembimbing Kerja Praktek, Bapak Riza
Kurniawan, Bapak Tyarso, Bapak Refli, Pak Hamdi, Mas Suryadi, Bapak Eddy, Mas
Kardi, Mas Rizky, Mas Riko,Mas Bianlala Susetyo dan Mas Derry Mei Saputra
beserta Mas Ismail Arief selaku pegawai IT PCN PT. Chevron Pacific Indonesia Duri
yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan dan wawasan serta berbagi
keterampilan mengenai Sistem Process Control Network di Area PT. Chevron Pacific
Indonesia Duri serta bimbingan dalam membuat dan merampungkan laporan Kerja
Praktek.
6. Bapak Elwin Firnandes Nasution selaku Tim Human Resources Leadership & Soft
Skill Training Team PT. Chevron Pacific Indonesia yang telah berkenan menerima
permohonan kerja praktek dan menyiapkan segala akomodasi yang diperlukan serta
juga bimbingannya shingga dapat melakukan kerja praktek di PT. Chevron Pacific
Indonesia.
7. Sony Cahya, Ryan Danny Kresnawan, Widi Ferdian, Deny Faturrahman Dity, Leonita
Angelina, Intan Dhewanty, dan M. Hilham, teman seperjuangan Kerja Praktek yang
selalu memberi support satu sama lain walaupun berbeda departemen dan kantor.
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan
baik dari segi pelaksanaan Kerja Praktek maupun dalam hal penyusunan Laporan
Kerja Praktek. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan demi perbaikan di masa datang. Semoga laporan kerja praktek ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca sekalian.
Segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata mohon maaf apabila terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini.
Duri, 8 Juli 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mahasiswa sebagai penerus yang pada gilirannya memikul tanggung jawab guna
menyukseskan pembangunan nasional dan memajukan bangsa dan negara. Khususnya
pada era globalisasi seperti sekarang ini dimana seseorang dituntut untuk memiliki
kelebihan dan keterampilan yang memadai untuk bisa bersaing di dunia kerja.
Sebagai insan yang akan memasuki dunia kerja maka mahasiswa tidak hanya
perlu dibekali pendidikan formal semata, namun juga pengalaman kerja langsung di
lapangan. Oleh karena itu, melakukan kerja praktek adalah salah satu metode unutk
mendapatkan pengalaman kerja. Juga merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
diambil sebagai syarat lulus untuk dapat menyelesaikan program S1 Teknik
Komputer, Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom. Dengan mengikuti kegiatan
kerja praktek, diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman untuk dapat
menyesuaikan diri dengan dunia kerja serta meningkatkan profesionalisme.
PT. Chevron Pacific Indonesia merupakan perusahaan di Indonesia yang erat
kaitannya dengan bidang engineering dan merupakan World Class Company menjadi
pilihan untuk tempat kerja praktek. Selain itu, faktor lain seperti keselamatan kerja
para pegawai menjadi hal yang sangat diutamakan oleh PT. Chevron Pacific Indonesia
menjadi daya tarik tersendiri.
1.2. Tujuan
a. Memenuhi salah satu persyaratan kurikulum serta syarat kelulusaan mahasiswa
pada Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom.
b. Mengenal ruang lingkup PT. Chevron Pacific Indonesia secara umum.
c. Mengenal ruang lingkup departemen IT, khususnya IT PCN team.
d. Memelajari sistem automasi dan kontrol sumur minyak di PT. Chevron Pacific
Indonesia.
e. Untuk mendapatkan pengalaman kerja baik secara teori maupun praktek secara
langsung selama kerja praktek di PT. Chevron Pacific Indonesia
f. Membina hubungan baik antara perusahaan dengan perguruan tinggi, khususnya
Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom.
g. Mampu memahami dan menjelaskan sejarah, manajemen, teknis, dan peralatan
yang menunjang operasional perusahaan.
mahasiswa.
Batasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam laporan kerja praktek ini dibatasi dengan lingkup
1.5.
kerja level nol sampai level tiga pada arsitektur bagan kerja PCN.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT. Chevron Pacific Indonesia, IT Prosess
Control Network (PCN) team, Departemen IT PT.CPI, Duri, Riau pada tanggal 8 Juni
1.6.
8 Juli 2015.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan kerja praktek di PT. Chevron Pacific Indonesia, penulis
menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data objektif yang diharapkan
dapat menjadi dasar dan pedoman untuk menyusun laporan Kerja Praktek. Metode
yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Studi Langsung, yaitu melakukan pengamatan dan mengambil data dari lapangan
secara langsung.
b. Diskusi, yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan mentor dan anggota PCN
team (termasuk Business Pertner).
c. Studi pustaka, yaitu mencari informasi melalui buku buku produksi PT. Chevron
Pacific Indonesia maupun laporan kerja praktek dari mahasiswa yang telah
1.7.
BAB II
PROFIL PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
2.1.
berlangsung lama karena adanya perang kemerdekaan Indonesia sehingga pada tahun
1946 kegiatan ini terhenti.
Setelah berakhirnya perang, kegiatan eksplorasi dilanjutkan dan diputuskan untuk
pengembangan lapangan Minas. Pengeboran eksplorasi pertama kali dilakukan pada
lokasi yang dipilih dan dipersiapkan Chevron dengan menggunakan peralatan yang
ditinggalkan karena pecahnya Perang Dunia II. Pada tahun 1950, pemerintah
Indonesia mulai mempelajari dan menyusun suatu undang undang pertambangan.
Pada bulan Januari 1951, pemerintah Indonesia memberikan izin atas berdirinya
Caltex Pacific Oil Company (CPOC) atau NV. Caltex Petroleum Maatchapij (CPPN)
untuk melanjutkan kegiatan NPPM.
Setahun berikutnya, CPOC memproduksi minyak bumi di lapangan Minas. Pada
tanggal 20 April 1952, dilakukan penjualan (shipping) pertama Minas Crude dari
Perawang menyusuri sungai Siak menuju Pakning di Selat Malaka. Kegiatan ekspor
tersebut membuahkan hasil berupa :
1. Pengembangan lapangan Duri (Ladang Minyak Duri)
2. Pembangunan jalan, instalasi minyak.
3. Pemasangan pipa saluran yang berdiameter 60 dan 75 cm sepanjang 120 kilometer
dari Minas melintasi rawa sampai ke Dumai
4. Pembangunan stasiun stasiun pengumpulan dan stasiun pompa pusat di Duri
5. Kompleks Perumahan serta Perbengkelan di Duri maupun Dumai
6. Pembagunan Dermaga Minyak pertama di Dumai, yang saat ini ada empat
dermaga.
Nasionalisasi perusahaa penghasil minyak yang dimiliki Belanda dimulai pada
tahun 1957. Keputusan tersebut dikeluarkan oleh Presiden Soekarno yang secara tidak
langsung akan berpengaruh besar terhadap posisi Caltex sebagai salah satu perusahaan
penghasil minyak. Caltex telah menanamkan modalnya di Indonesia sebesar US$ 50
juta sejak tahun 1950-an. Menjelang tahun 1958 produksi minyak Caltex telah
mencapai 200.000 barrell per hari.
Usaha nasionalisasi perusahaan minyak asing di Indonesia diatur dalam UU
No.44 tahun 1960. Berdasarkan Undang Undang ini, dinyatakan bahwa semua
kegiatan penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia hanya dilakukan oleh
negara yang pelaksanaanya dilakukan oleh perusahaan minyak negara. Pada 23
September 1963, diadakan Perjanjian Karya yang ditandatangani antar perusahaan
negara dan perusahaan asing, dan termasuk di dalamnya adalah PT. Caltex Pacific
Indonesia dan Pertamina. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa wilayah PT.
CPI adalah wilayah Kangaroo seluas 9.030 km2. Pada tahun 1968, diadakan
penambahan luas wilayah yaitu sekitar Minas Tenggara, Libo Tenggara, Libo Barat,
dan Sebanga, sehingga luas wilayah kerja PT. Caltex Pacific Indonesia seluruhnya
menjadi 9898 km2.
Seiring ditemukannya teknologi perminyakan yang canggih, kemungkinan untuk
memperpanjang hidup industri perminyakan di Indonesia cukup besar. Contohnya,
Ladang Minyak Duri, di lokasi ini telah digunakan peralatan canggih, yaitu teknologi
steam, dimana produksi minyak per harinya dapat ditingkatkan hingga enam kali lipat
dari produksi sebelumnya (dari 50.000 barrel per hari menjadi 300.000 barrel per
hari). Penerapan teknologi ini dilatar belakangi oleh tingkat viskositas dari minyak
bumi di Duri sangat tinggi dan sulit untuk dipompa keluar.
Karena sebelumnya, sempat digunakan teknologi injeksi air yang meningkatkan
hasil produksi sebesar 16%, dan ketika teknologi steam ditemukan, prosentase
kenaikan hasil produksi meningkat sangat pesat. Ladang minyak Duri telah
memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap produksi minyak Indonesia, yaitu
sekitar 8% dan 42% dari seluruh total produksi minyak PT. Chevron Pacific
Indonesia. Namun pada tahun 1964 terjadi penurunan produksi minyak di Duri.
Penurunan ini sangat berpengaruh pada economic life expectancy dari perusahaan,
dan untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan telah mempersiapkan suatu proyek
baru yang dinamakan Injeksi Uap. Proyek ini baru diresmikan oleh Presiden
Suharto pada kemudian hari, tepatnya 3 Maret 1990. Dengan proyek ini, produksi
minyak meningkat sebesar 55 %.
Teknologi yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada 3 Maret 1990 akan
mempermudah proses penyedotan minyak dari dalam perut bumi yang tidak dapat
dilakukan dengan teknologi penyedotan minyak tradisional. Dengan menerapkan
teknologi tersebut, PT. Caltex Pacific Indonesia mengharapkan tidak hanya mencegah
penurunan produksi minyak yang berasal dari ladang minyak Duri tetapi juga
melipatgandakan produksi minyak yang berasal dari ladang minyak tersebut.
Perjanjian karya berakhir pada 28 November 1983 dan diperpanjang menjadi
kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract) hingga tanggal 8 Agustus 2001
dengan wilayah kerja seluas 31.700 km2. Dalam kontrak bagi hasil tersebut antara
lain menetapkan bahwa Pertamina adalah pengendali manajemen operasional dan
yang menyetujui program kerja dan anggaran tahunan. PT. Caltex Pacific Indonesia
sebagai kontaktor berkewajiban melaksanakan kegiatan operasional dan menyediakan
keahlian teknis, investasi, serta biaya operasi.
Kontrak bagi hasil untuk daerah operasi baru seluas 21.975 km2 yaitu wilayah
Coastal Plains dan Pekanbaru (CPP) ditandatangani pada tanggal 9 Agustus 1971.
Sedangkan wilayah kerja sebelumnya dikenal dengan sebutan Kangoroo Block seluas
9030 km2 diperpanjang masa operasinya sampai dengan tanggal 8 Agustus tahun
2001.
Rasio pembagian untuk kontrak bagi hasil yang disepakati sampai saat ini antara
pemerintah (Pertamina) dan PT. Caltex Pacific Indonesia adalah 88% : 12%. Jika
dibandingkan dengan 52 kontraktor minyak lainnya, PT. Caltex Pacific Indonesia
mencapai 65,8 % (1974) dan menurun menjadi 46,5 % (1990). Meskipun terjadi
penurunan pangsa produksi dari PT. Caltex Pacific Indonesia, kelima kontraktor
minyak, yaitu Caltex, Arco, Mobil Oil, Total, dan Maxus, tetap menguasai pangsa
produksi sebesar 75 %, sedangkan Pertamina dan Unocal mengalami penurunan
produksi.
Pada tanggal 10 Oktober 2001, dua buah kekuatan besar Chevron dan Texaco,
selama ini dikenal sebagai pemilik saham yang terpisah, bersatu, sehingga
didirikanlah sebuah perusahaan ChevronTexaco. Chevron Texaco merupakan
perusahaan energi global teratas dengan 53.000 pegawai yang tersebar di 180 negara
dan menjadi
juta barrel per hari dengan kapasitas kilang minyak 2,2 juta.
Visi dan Misi
Sebagai perusahaan eksplorasi minyak terbesar di Indonesia, PT. Chevron Pacific
Indonesia dalam menjalankan dan mengembangkan perusahaan memiliki visi dan
misi. Visi dan misi ini sangat penting untuk didefinisikan agar langkah dari
perusahaan lebih terarah sesuai dengan tujuan dan landasan kerja yang telah
ditetapkan.
Visi dari perusahaan Chevron Texaco adalah :
To be a global energy company admired of its human resources, partnership, and
performance
Dalam visi ini disebutkan bahwa PT. Chevron Pacific Indonesia mempunyai visi
untuk menjadi perusahaan energi dunia yang dikagumi karena karyawan, kemitraan
dan kinerjanya.
To be recognized as a world class company committed to excellece
Dalam visi ini disebutkan bahwa PT. Chevron Pacific Indonesia dalam
pengoperasiannya mempunyai visi untuk selalu menampilkan citra sebuah perusahaan
semaksimal mungkin untuk hasil yang terbaik. Hal tersebut sesuai dengan posisi dan
status PT. Chevron Pacific Indonesia sebagai perusahaan multinasional.
Misi yang diemban oleh PT. Chevron Pacific Indonesia yang didasarkan pada
falsafah ChevronTexaco (Chevron Texaco Way) diharapkan akan membangun
pemahaman yang sama bagi setiap yang bekerja atau berinteraksi dengannya.
Chevron Texaco Way menjelaskan siapa kami, apa yang kami lakukan, apa yang
kami yakini, dan apa yang ingin kami capai. Adapun motto yang telah dituangkan
oleh PT. Chevron Pacific Indonesia untuk mendukung falsafah Chevron Texaco
adalah :
As a business partner with SKKMIGAS, PT. Chevron Pacific Indonesia will
effective and develop hydrocarbons for the benefit of Indonesia and its
shareholders (Sebagai mitra usaha SKKMIGAS, PT. Chevron Pacific Indonesia
akan memberikan nilai tambah dengan melakukan eksplorasi dan pengemban
hidrokarbon secara efektif untuk kepentingan Indonesia dan para pemegang
sahamnya).
Dengan misi tersebut, PT. Chevron Pacific Indonesia sebagai mitra usaha BP
Migas berusaha memberi sumbangan nyata bagi pembangunan bangsa Indoesia. PT.
Chevron Pacific Indonesia harus bertanggung jawab dan dapat mewujudkan tekadnya
dengan cara :
a.
b.
c.
d.
keluarganya
e. Melindungi lingkungan dan membantu masyarakat
f. Menerapkan pengendalian mutu terpadu dalam kegiatan sehari-hari.
Di samping pernyataan visi-misi di atas, PT. Chevron Pacific Indonesia juga
mengembangkan sebuah falsafah Utamakan CPI (CPI First), yang berarti karyawan
PT. Chevron Pacific Indonesia harus menempatkan kepentingan perusahaan di atas
kepentingan SBU atau tim mereka. Untuk mencapai tujuan strategis, semua karyawan
perlu menghayati falsafah ini dan menggunakannya sebagai pedoman dalam
menjalankan kegiatan bisnis.
2.4.
Total rata-rata produksi harian pada tahun 2011 mencapai 32.000 barel minyak mentah
dan 165 juta kaki kubik gas alam. Selama tahun 2011, mayoritas produksi Chevron di
Kalimantan berasal dari 14 lapangan produksi di wilayah KKS East Kalimatan. Wilayah shelf
ini menghasilkan rata-rata 28.000 barel fluida dan 143 juta kaki kubik gas alam.
Produksi lainnya berasal dari lapangan laut dalam West Seno di KKS Makassar Strait,
dengan total rata-rata produksi harian 4.000 barel fluida dan 22 juta kaki kubik gas alam pada
tahun 2011. Kontrak Kerja Sama Makassar Strait berakhir pada tahun 2020.
Chevron terus mengembangkan berbagai proyek demi mempertahankan produksi,
meningkatkan perolehan minyak dan keandalan dari reservoir yang ada baik di wilayah shelf
maupun laut dalam. Di wilayah shelf, Chevron terus menerapkan program pengembangan,
dengan 14 sumur yang telah di bor pada tahun 2011. Berdasarkan hasil yang positif dari
program pengeboran ini, akuisisi dan proses seismik tambahan akan dilaksanakan pada tahun
2012.
Di wilayah laut dalam, terdapat dua proyek pengembangan laut dalam di Kutei Basin
yang saat ini sedang berjalankan melalui satu rencana pengembangan. Pada tahun 2011, kami
membuat kemajuan pada proyek gas alam Gendalo-Gehem. Proyek ini meliputi
pengembangan dua hub berbeda, masing-masing dengan unit produksi terapung (floating
production unit/FPU), pusat pengeboran subsea, jalur pipa gas dan kondensat, serta fasilitas
penerimaan darat. Secara total, proyek ini diperkirakan akan mampu meningkatkan perolehan
gas alam hingga 3 triliun kaki kubik. Pada tahun 2011, Chevron telah masuk dalam tahap
front-end engineering and design (FEED) untuk proyek tersebut. Estimasti produksi harian
maksimum dari proyek ini diperkirakan mencapai 1,1 miliar kaki kubik gas alam dan 31.000
barel kondensat. Gas dari proyek ini diharapkan dapat digunakan untuk kebutuhan nasional
dan ekspor LNG. Kepemilikan Chevron pada pengembangan ini sekitar 63 persen. Di akhir
tahun 2011, belum ada cadangan sumber daya terbukti (proved reserves) yang ditemukan
dalam proyek ini.
Pada bulan Desember 2011, Chevron menyelesaikan tahap FEED untuk proyek laut
dalam Bangka dan memulai proses persetujuan kontrak dengan pemerintah Indonesia.
Cakupan proyek ini termasuk subsea tieback ke sebuah FPU. Kepemilikan Chevron di proyek
ini sebesar 62 persen. Hingga akhir 2011, belum ada cadangan sumber daya terbukti (proof
reserves) yang ditemukan untuk proyek ini.
Hingga kini kegaitan eksplorasi PT. Chevron Pacific Indonesia telah memiliki
lebih dari 70.000 km2 data seismik dan 5.600 km2 diantaranya berasal dari daerah
Riau daratan.
2.6.2. Kegiatan Produksi
Pada tanggal 14 Mei 1969, yaitu setelah 17 tahun berproduksi, lapangan Minas
mencapai jumlah produksi akumulatif satu milyar barrel yang pertama, dan menjadi
lapangan raksasa di Asia sebelah timur Iran dan ke-22 di Dunia.
modal. Produksi yang pernah mencapai 1 juta barrel sehari antara Mei dan Agustus
1973 membuktikan adanya peningkatan kegiatan PT. Chevron Pacific Indonesia
secara menyeluruh.
Program penyuntikan air (waterflooding) di Lapangan Minas dimulai tahun
1970. Kadar air yang tersedot waktu pompa minyak disuntikan kembali kedalam
tanah sebanyak jutaan barrel sehari. Sebuah proyek injeksi air lainnya dilaksanakan
dilapangan Kota batak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-rata 32.000 barrel
perhari.
Sementara itu terus dikembangkan metoda peningkatan perolehan minyak
yang dikenal dengan sebagai EOR atau Enhanced Oil Recovery untuk menambah
cadangan minyak serta memperbaiki faktor perolehan serta menahan merosotnya
produksi lapangan-lapangan yang menua. Pada tanggal 3 Maret 1990 diresmikan
Proyek Injeksi-Uap (Steam Injection) Duri yang merupakan Proyek injeksi uap
terbesar di Dunia.
2.6.3. Peningkatan Perolehan Minyak
Teknologi yang kini diterapkan PT. Chevron Pacific Indonesia adalah injeksi air
dan teknik injeksi uap. Meskipun mahal dan besarnya biaya, namun secara
menyeluruh peningkatan perolehan minyak ini ternyata sangat menguntungkan.
akan dapat
Lapangan Duri memiliki jenis minyak yang lebih berat, karenanya sejak tahun
1960-an PT. Chevron Pacific Indonesia melakukan uji coba berbagai sistem
peningkatan perolehan minyak, menyusul uji coba Sylical Steaming dan Huff and
Puff pada tahun 1975 dilakukan uji coba penyuntikan uap secara berkesinambungan
dalam jumlah besar. Hasil uji coba injeksi uap ini menggembirakan dan 11 daerah
barupun dijadikan kawasan injeksi uap yang akan dikembangkan.
Kira-kira 20% produksi minyak digunakan sebagai bahan bakar pembangkit
tenaga uap. Pertamina dan PT. Chevron Pacific Indonesia kini mengusahakan
ditemukan cadangan gas alam untuk dapat dimanfaatkan oleh proyek injeksi uap Duri.
Dengan demikian, minyak mentah yang akan digantikannya dapat dimanfaatkan untuk
pemakaian dalam energi dan untuk diekspor.
Peningkatan perolehan minyak mungkin masih dapat dikembangkan dengan
menerapkan teknologi baru yang kini sedang terus diteliti di pusat-pusat Chevron dan
Texaco di Amerika Serikat.
2.6.4. Sarana Penunjang Operasi
Sarana-sarana yang menunjang operasi PT. CPI antara lain:
Pembangkit Tenaga Listrik terdapat empat buah lokasi diantaranya di Duri, Central
Duri, Minas dan North Duri serta jaringan transmisi dan distribusi listrik dengan
menggunakan Hotline Maintenance yang memungkinkan dilakukan perbaikan pada
jaringan-jaringan listrik tegangan tinggi tanpa memutuskan aliran listrik.
Empat buah dermaga khusus di Dumai (dua diantaranya mampu melayani kapalkapal tangki yang berbobot mati 150.000 ton). Seperti yang ditunjukkan oleh
gambar
Dua jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 90 cm dan 75 cm pada jalurjalur Minas - Dumai dan Bangko Dumai.
lapangan.
Pada akhir tahun 1968, PT. CPI memasang unit pengolahan data elektronik yang
pertama, berupa komputer IBM 360 model 30 dengan core capacity 64 Kbytes,
untuk memenuhi tuntutan tersedianya sarana informasi yang akurat dan cepat, serta
adanya sistem pengendalian yang efektif dalam segala segi.
Dumai
Remote
Entry
Shipping
System
(DRESS)
merupakan
On-line
Teleprocessing yang pertama diterapkan PT. CPI untuk mengolah pengisian dan
pemompaan tangki penyimpanan dan mengatur kapal tangki di Dumai, serta
menyusun membuat dan menghasilkan dokumen teleprocessing untuk Crude
Movement Storage Shipping.
2.7.
2.8.
2.8.1. Health
Dalam hal kesehatan PT CPI memiliki tanggungjawab untuk menjamin
lingkungan secara fisik yang baik sehingga tidak memberikan dampak buruk pada
kesehatan. Bidang yang mendapat perhatian adalah :
1. Penyediaan air
Air yang dikonsumsi dan air buangan dipantau secara kontinyu agar aman untuk
2.
4.
2.8.2. Environment
Yang mendapatkan perhatian adalah pencemaran lingkungan baik dari proses
produksi maupun kehidupan manusia, termasuk pencemaran udara oleh emisi
kendaraan dan unit produksi.
2.8.3. Safety
Keunggulan Operasi menyatakan bahwa karyawan perlu melaksanakan Operasi
Yang Selamat, artinya beroperasi dan memelihara fasilitas perusahaan untuk
mencegah cedera, sakit, dan kecelakaan. Operasi yang selamat perlu dilaksanakan
pada semua jenis peKerjaan, di semua wilayah operasi perusahaan, setiap saat, dan
oleh semua karyawan dan mitra Kerja dengan tujuan agar setiap karyawan dapat
melaksanakan pekerjaan tanpa kecelakaan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Kegiatan produksi di PT CPI mempunyai resiko yang tinggi karena materi yang
diproduksi sangat mudah terbakar sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan
adalah cukup besar.
Untuk mencapai itu semua, PT CPI membuat suatu program yang disebut
Fundamental Safety Work Practices (FSWP). FWSP ini dibuat dalam tujuh elemen
penting, yaitu:
1. Access Control
Proses Access Control ditujukan untuk memastikan bahwa hanya orangorang yang berwenang dan punya alasan yang absah, terkait dengan operasi
dan bisnis, mendapatkan ijin, serta memahami dan memenuhi persyaratan
yang ditentukan untuk masuk fasilitas operasi yang dapat memasuki dan/atau
bekerja di dalam fasilitas. Hal ini dimaksudkan agar keselamatan dan
keamanan operasi fasilitas, dan orang-orang yang berada di dalamnya dapat
terjamin. Pos penjagaan akan mencatat identitas, keperluan, jam masuk, dan
keluar bagi setiap pegawai dan pengunjung yang memasuki fasilitas tersebut.
2. General Work Permit
General Work Permit (Izin Kerja Umum) merupakan sarana di mana
Penanggung Jawab Operasi Fasilitas memberikan izin kepada petugas
(karyawan CPI/Mitra Kerja) untuk melakukan pekerjaan tidak rutin di suatu
tempat kerja untuk mengingatkan pekerja akan bahaya yang mungkin timbul
dan untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut selamat untuk dilakukan.
3. Personal Protective Equipment (PPE)
Personal Protective Equipment (Alat Pelindung Diri, selanjutnya disebut
PPE) di tempat Kerja harus dipertimbangkan dalam konteks sebagai metode
pengendalian untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Memakai alat pelindung diri yang tepat saat bekerja harus dipertimbangkan
sebagai usaha terakhir dalam mengurangi atau menghilangkan risiko di tempat
kerja, yang hanya akan digunakan saat pengendalian teknis yang dapat
mengurangi bahaya (seperti isolasi, ventilasi, penggantian atau perubahan
proses) dan kontrol administratif (seperti prosedur kerja) tidak dapat
diterapkan. Berupa alat perlindungan diri yang digunakan untuk mengurangi
resiko akibat kecelakaan. PPE mencakup semua alat pelindung diri seperti: alat
pelindung kepala (helmet), alat pelindung mata (kacamata, lensa pelindung,
eye wash), alat pelindung telinga (ear plug), alat pelindung tangan (sarung
tangan karet, kulit, dan katun), alat pelindung kaki (safety shoes, rubber boot),
alat bantu pernapasan, dan alat pelindung bekerja di ketinggian. Setiap pekerja
dan pengunjung wajib mengenakan minimal PPE standar yaitu helm, safety
goggle, dan safety shoes jika memasuki field atau lapangan kerja. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa:
a. PPE telah dipilih dengan benar sesuai dengan bahaya yang ada dan
mengacu kepada standar.
b. Pegawai dan mitra kerja mendapatkan pelatihan yang sesuai.
c. Pegawai dan mitra kerja memakai PPE yang tepat dengan benar untuk
pekerjaan yang memerlukannya.
BAB III
DASAR TEORI
3.1.
merupakan
master
pada
arsitektur
master/slave.
MTU
berfungsi
menampilkan data pada operator melalui HMI, mengumpulkan data dari tempat
yang jauh, dan mengirimkan sinyal kontrol ke plant yang berjauhan. Kecepatan
pengiriman data dari MTU dan plant jarak kauh relatif rendah dan metode kontrol
umumnya open loop karena kemungkinan terjadinya waktu tunda dan flow
interruption.
a. Input / Output Task : interface sistem SCADA dengan peralatan di plant.
b. Alarm Task : Mengatur semua tipe Alarm.
c. Trends Task : Mengumpulkan data plant setiap waktudan menggambarkan
dalam grafik.
d. Reports Task : Memberikan laporan yang bersumber dari data plant.
e. Display Task : Menampilkan data yang diawasi dan dikontrol operator.
4. Communication System
Sistem komunikasi antara MTU RTU ataupun antara RTU field device
diantaranya berupa :
a. RS 232
b. Private Network (LAN/ RS485)
c. Switched Telephone Network
d. Leased lines
e. Internet
f. Wireless Communication systems
Wireless LAN
GSM Network
Radio modems
Solusi ekonomis
Lebih reliable
6. Field Device
Merupakan plant di lapangan yang terdiri dari objek yang memiliki berbagai sensor
dan aktuator. Nilai sensor dan aktuator inilah yang umumnya diawasi dan
dikendalikan supaya objek / plant berjalan sesuai dengan keinginan pengguna.
Berikut adalah contoh instrumen field device
a. Sensor dan aktuator
Bagian ini adalah plant di lapangan yang terdiri dari obyek yang memiliki
berbagai sensor dan aktuator. Nilai sensor dan aktuator inilah yang umumnya
3.2.
SCADA Software
3.2.1. Pendahuluan
Human Machine Interface (HMI) merupakan bagian penting dari sistem SCADA.
Secara sederhana HMI berfungsi sebagai jembatan bagi manusia untuk memahami
proses yang terjadi pada mesin. Tanpa HMI, manusia akan kesulitan dalam
mengawasi dan mengendalikan mesin tersebut.
Di dunia industri masa kini, biasanya HMI muncul dalam bentuk bentuk
berikut:
a. Panel panel kontrol dengan LED dan meter sebagai display
b. Touch screen
c. Personal Computer dengan software khusus
Sebelum era komputer, biasanya suatu HMI akan berbentuk berbagai analog
display yang diletakkan pada panel tertentu. Akibatnya semakin kompleks suatu
sistem atau plant, semakin banyak juga panel yang digunakan.
Secara umum HMI berfungsi untuk memudahkan operator untuk melakukan :
a. Pengawasn plant
b. Pengendalian plant
c. Penanganan alarm
d. Akses ke historical data dan historical trend
Baik untuk keseluruhan proses ataupun masing masing peralatan yang ada dalam
proses.
Sebuah HMI yang baik akan memiliki struktur yang jelas dan lengkap, yaitu :
a. Main Menu
Main menu merupakan :
b. Plant Overview
Plant overview dapat berupa gambaran grafis dari keseluruhan sistem. Bagian
ini umumnya juga memiliki link navigasi ke berbagai group lokal dari plant.
c. Area Graphics
Area graphics menampilkan detail dari keseluruhan proses beserta
peralatannya dalam area plant tertentu. Selain itu area graphics juga dapat
menampilkan data yang diberikan peralatan yang dimonitor atau dikontrol
olleh PLC (status, data dan kondiai dari masing masing perlaatan bisa
ditampilkan dalam popup windows
d. Control Displays
Control Displays berfungsi untuk :
e. Setpoint Display
Setpoint Display berfungsi untuk melihat dan mengatur semua setpoint dari
sistem kontrol pada area tertentu
BAB IV
KEGIATAN KERJA PRAKTEK
4.1.
Pendahuluan
Kerja Praktek dilaksanakan di PT. Chevron Pacific Indonesia selama kurang lebih
satu bulan yang dimulai pada tanggal 8 Juni - 8 Juli 2015. Banyak pengalaman dan
ilmu berharga yang didapat selama melakukan Kerja Praktek di salah satu perusahaan
asing yang bergerak di industri migas. Kerja Praktek dilaksanakan pada bagian IT
PCN Duri PT. Chevron Pacific Indonesia, tidak hanya pelajaran teknis namun juga
pelajaran konseptual, kepribadian, kepemimpinan, kerjasama, manajemen serta
pengalaman yang diperoleh terutama mengenai dunia kerja secara umum dan
bagaimana pemanfaatan teknologi automasi secara nyata.
Selama melakukan Kerja Praktek dibagian IT PCN Duri cukup banyak ilmu
yang diperoleh dari pembimbing perusahaan. Beberapa ilmu yang telah diperoleh,
yaitu
pengetahuan
tentang
SCADA dan
software
yang
digunakan
serta
Pacific Indonesia
Menjelaskan bagaimana sistem PSI (PCN Standard Image) di PT. Chevron Pacific
Indonesia
Mengimplementasikan simulasi SCADA dengan software Wonderware Intouch.
c. Analisis dan identifikasi. Yaitu menganalisis sistem SCADA dan PSI di PT.
Chevron Pacific Indonesia
Hasil kegiatan Kerja Praktek
Kerja Praktek yang dilaksanakan di tim IT PCN PT. Chevron Pacific Indonesia
telah memberikan banyak ilmu. Hasil tugas, observasi, dan proyek yang telah
dikerjakan yaitu :
1. Konfigurasi RTU (Remote Terminal Unit).
2. Instalasi dan Pengaturan PSI (PCN Standard Image) ke backend PT. Chevron
Pacific Indonesia
3. Membuat simulasi proses kontrol dan monitoring (SCADA) dengan software
Wonderware Intouch
4.2.
Konfigurasi RTU
4.2.1
Akses RTU
Pada Kerja Praktek ini, Kami melakukan konfigurasi RTU yang didalamnya
terdapat komponen utama RTU yaitu Intech model W5340 (Celullar Micro RTU
Controller) dan E1242 (Remote Ethernet I/O with 2-port Ethernet Switch). Dengan
bantuan Pak Hendra, Konfigurasi RTU ini sendiri dilakukan melalui browser dan
aplikasi khusus. Penghubung RTU dan PC menggunakan kabel Ethernet. Dari
konfigurasi ini diuji apakah RTU berjalan dengan baik atau tidak dengan menguji I/O
yang dimiliki oleh RTU ini.
Gambar 16. Tampilan awal E1242 ( Remote Ethernet I/O with 2-port Ethernet
Switch ) dibuka dengan browser
Pada gambar diatas terdapat kolom Status. Uji coba berfungsinya sebuah I/O RTU
dilakukan dengan cara test short port RTU, jika berhasil, maka status akan berubah menjadi
ON. Namun dari RTU yang telah kami konfigurasi, RTU tidak dapat menunjukkan status
ON dikarenakan masih ada masalah teknis pada I/O port dari RTU tersebut.
Gambar 17. Tampilan W5340 ( Celullar Micro RTU Controller ) dibuka dengan
aplikasi khusus dari perangkat
4.3.
Gambar 18. Jenis hardware dan software yang ada di setiap proses produksi
Sebagai solusi, maka PT. Chevron Pacific Indonesia membuat proyek PSI (PCN
Standard Image) yaitu proyek standardisasi software dan hardware yang semula
menggunakan software yang bermacam macam menjadi software yang sama untuk
semua unit bisnisnya mulai PC yang ada di kantor hingga PC operator di lapangan.
Berikut adalah ranah yang dikerjakan dalam proyek PSI :
Standard Image
a. PCN Standard Image, yaitu membuat image untuk diinstal pada tiap PC /
desktop HMI
b. PC and Monitor upgrade, yaitu mengganti spesifikasi semua PC dan Monitor
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PT. Chevron Pacific
Indonesia yaitu
1. Server
HP DL 380 G7
OS Windows 2008 R2
System : System Center 2012
2. HMI
Dell Optiplex 990
OS Windows 7 SP1
Gambar 22. Jenis Backup / restore tool yang digunakan dalam proyek
PSI
Backend Infrastructure, yaitu membuat infrastruktur jaringan komputer
sehingga semua PC unit bisnis dapat terhubung dalam satu jaringan
sehingga semua proses monitoring dapat dilakukan secara cepat, aman, dan
mengurangi pekerja untuk berkendara ke lokasi. Keluaran yang diharapkan
Gambar 25. Analisis perbandingan jarak tempuh pekerja pada proyek PSI
3. Perbandingan biaya yang dikeluarkan sebelum dan sesudah PSI
Gambar
28. Mini
PLC Allen
Bradley
pemrograman dari sebuah PLC. Ladder diagram ini sama halnya dengan logika AND,
OR, NAND, NOR dan lainnya. Pada RSLOGIX juga dibutuhkan tags nama setiap
jenis logiknya. Tag ini berfungsi sebagai variabel yang akan dihubungkan dengan
HMI nya pada Wonderware. Kami melakukan simulasi untuk menguji PLC sebagai
indikator sederhana secara realtime.
4.5.
Gambar 35. Hamalan Detail Central Gathering Station tank pada CGS1
Program Simulasi
IF saklar1 == 1 AND
saklarwtt1 == 0 THEN
gs = gs + 1;
welltest1=welltest1;
lampuwell1 = 1;
ENDIF;
IF saklar1 == 1 AND
saklarwtt1 == 1 THEN
welltest1 = welltest1;
gs = gs;
lampuwell1 = 0;
lampuwt1 = 0;
alert1 = 1;
ShowTopLeftAt("Error !",450,13
0);
saklar1 = 0;
saklarwtt1 = 0;
ENDIF;
IF saklar1 == 0 AND
saklarwtt1 == 1 THEN
gs = gs;
welltest1 = welltest1 + 1;
lampuwt1 = 1;
ENDIF;
IF saklar1 == 0 AND
saklarwtt1 == 0 THEN
welltest1 = welltest1;
gs = gs;
lampuwell1 = 0;
lampuwt1 = 0;
ENDIF;
IF welltest1 == 20 AND
saklarwtt1 == 1 THEN
gs = gs +10;
welltest1 = 0;
ENDIF;
IF saklar2 == 1 AND
saklarwtt2 == 0 THEN
gs = gs + 5;
welltest2=welltest2;
lampuwell2 = 1;
ENDIF;
IF saklar2 == 1 AND
saklarwtt2 == 1 THEN
welltest2 = welltest2;
gs = gs;
lampuwell2 = 0;
lampuwt2 = 0;
alert1 = 1;
ShowTopLeftAt("Error !",450,13
0);
saklar2 = 0;
saklarwtt2 = 0;
ENDIF;
IF saklar2 == 0 AND
saklarwtt2 == 1 THEN
gs = gs;
welltest2 = welltest2 + 1;
lampuwt2 = 1;
ENDIF;
IF saklar2 == 0 AND
saklarwtt2 == 0 THEN
welltest2 = welltest2;
gs = gs;
lampuwell2 = 0;
lampuwt2 = 0;
ENDIF;
IF welltest2 == 20 AND
saklarwtt2 == 1 THEN
gs = gs +10;
welltest2 = 0;
ENDIF;
IF saklar3 == 1 AND
saklarwtt3 == 0 THEN
gs = gs + 10;
welltest3 = welltest3;
lampuwell3 = 1;
ENDIF;
IF saklar3 == 1 AND
saklarwtt3 == 1 THEN
welltest3 = welltest3;
gs = gs;
lampuwell3 = 0;
lampuwt3 = 0;
alert1 = 1;
ShowTopLeftAt("Error !",450,13
0);
saklar3 = 0;
saklarwtt3 = 0;
ENDIF;
IF saklar3 == 0 AND
saklarwtt3 == 1 THEN
gs = gs;
welltest3 = welltest3 + 1;
lampuwt3 = 1;
ENDIF;
IF saklar3 == 0 AND
saklarwtt3 == 0 THEN
welltest3 = welltest3;
gs = gs;
lampuwell3 = 0;
lampuwt3 = 0;
ENDIF;
IF welltest3 == 20 AND
saklarwtt3 == 1 THEN
gs = gs +10;
welltest3 = 0;
ENDIF;
IF gs >= 300 THEN
gs = gs -1;
gs2 = gs2 + 1;
gs = 290;
gs2 = gs2;
alarm1 = 1;
ENDIF;
IF gs2 >= 490 THEN
alarm2 = 1;
saklar1 = 0;
saklar2 = 0;
saklar3 = 0;
saklarwtt1 = 0;
saklarwtt2 = 0;
saklarwtt3 = 0;
gs2 = 490;
ENDIF;
IF saklargs1 == 1 THEN
gs = gs -1;
tankfarm = tankfarm + 1;
alarm1 = 0;
ENDIF;
IF saklargs2 == 1 THEN
gs2 = gs2 -1;
tankfarm = tankfarm + 1;
gs2 = gs2;
alarm2 = 0;
ENDIF;
IF shutdown == 1 THEN
tankfarm = tankfarm - 1;
ENDIF;
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan implementasi yang dilakukan dalam kerja praktek ini, didapat kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam pembuatan sebuah HMI sangat diperhatikan kerapihan setiap interfacenya
agar dapat mempermudah operator dalam mengerti HMI tersebut.
2. Pada HMI sangat diperlukannya event logger untuk mengetahui histori apa saja
yang telah dilakukan oleh user user tertentu sehingga ada bentuk bukti
pertanggungjawabannya.
3. Perlunya menjaga kebersihan dan keamanan dari PLC dilapangan karena masih
ada PLC yang terganggu kinerjanya dikarenakan adanya binatang liar didalam box
PLC yang ada di lapangan.
4. Pelabelan nama lokasi tujuan kabel fiber optik sangat penting untuk mempermudah
pekerjaan dalam pengecekan dan pemindahan kabel fiber optik.
5.2
Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah diperlukannya sebuah standarisasi
template dalam pembuatan HMI karena aplikasi tersebut memberikan keleluasaan user
dalam perancangan HMI, sehingga ketika terjadi troubleshooting hanya orang yang
membuat HMI tersebutlah yang paham untuk mengatasi troubleshooting tersebut. Oleh
karena itu, diperlukannya template umum yang biasa digunakan agar dapat dengan mudah
mengatasi troubleshooting HMI.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Santri Sanjaya Manurung, Ira Purnama Hutagalung. 2013. Desain Spanning Tree
Protocol Dengan Topologi Ring Untuk Area Batang PT Chevron Pacific Indonesia.
Optik-2.
Diperoleh
dari
dari
2014
Serat Optik. Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optik , diakses tanggal
3 Juli 2014