Anda di halaman 1dari 22

Modul

Comprehensive Geriatric Assessment (CGA)


I. Definisi
Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) adalah alat diagnostik multidimensional,
interdisiplin yang didesain untuk mengumpulkan data fisik, psikososial, kemampuan dan
keterbatasan fungsional penderita usia lanjut. Informasi ini digunakan untuk menyusun rencana
pengobatan, follow up jangka panjang, pelayanan rehabilitasi, manajemen kasus dan
pemanfaatan sumber daya kesehatan secara optimal untuk kepentingan pasien.
Penilaian pada geriatri berbeda dengan pemeriksaan kesehatan standar dalam tiga hal :
1) Fokus pada individu lanjut usia dengan permasalahan yang kompleks
2) Melingkupi status fungsional dan kualitas hidup
3) Membutuhkan pendekatan interdisipliner
II. Spektrum Model Hubungan Kerja antar Disiplin
Sejalan dengan mekanisme kerja yang ada pada pengelola kesehatan pasien geriatri maka
saat ini terdapat berbagai model hubungan kerja di antara berbagai disiplin ilmu yang terkait.
1. Model Unidisiplin
Pada model ini setiap disiplin ilmu membuat rencana, bekerja dan mendapatkan
pengalaman sendiri-sendiri tanpa memperhatikan bahwa ada disiplin lain yang juga bisa
berkembang bersama.
2. Model Paradisiplin
Pada model ini setiap disiplin atau bidang membuat rencana, praktik dan memperoleh
pengalaman secara sendiri-sendiri walau megnetahui bahwa terdaat dsiplin lain yang juga
bisa turut berperan. Model ini lazim terdapat pada fasilitas kesehatan yang multispesialistik
dimana pasien bisa saja dirujuk ke berbagai departemen hanya dengan surat rujukan dan
catatan medis.
3. Model Multidisiplin
Model ini paling sering keliru diinterpretasikan sebagai model interdisiplin. Berbagai
disiplin atau bidangilmu berupaya untuk mengitegrasikan pelayanan demi kepentingan
pasien. Setiap bidang melaksanakan pekerjaannya secara independen sangat berhati-hati
untuk tidak memasuki wilayah bidang lain.
4. Model Interdisiplin

Pada model ini, perencanaan, pengembangan pengalaman dan pelaksanaan pelayanan


dikerjakan dengan penuh pemahaaman bahwa terdapat tumpang tindih dalam hal kompetensi
dan bahwasanya masalah-masalah pasien bisa saling terkait satu sama lain.
5. Model Pandisiplin
Sebagian ahli di bidang geriatri melihat geriatri sebagai sebuah ilmu yang terpisah
dari ilmu lain (sebagai satu kesatuan ilmu tersendiri), dan tidak dilihat sebagai subspesialisasi
dari ilmu tertentu. Mereka menganggap ilmu geriatri sebagai ilmu yang meliputi pula
kompetensi di bidan social, pendidikan, advokasi, selain di bidang intervensi pengobatan dan
evaluasinya,
III.Komponen CGA
III.1

Anamnesis dan Pemeriksaan fisik


Anamnesis meliputi data demografik penderita, keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat pembedahan, perawatan di rumah sakit, riwayat
alergi, kebiasaan, obat-obat yang diminum sampai sekarang serta anamnesis sistem mengenai
keluhan tiap organ yang dirasakan oleh penderita.
Pemeriksaan fisik dilakukan seperti pada pasien lainnya. Pengukuran tanda vital seperti
tekanan darah dan nadi dilakukan pada 3 posisi yang berbeda yaitu tidur, duduk dan berdiri
untuk menentukan adanya hipotensi ortostatik. Hal penting lainnya yaitu dilakukan
pengukuran antopometri untuk menentukan status nutrisi pasien., status gizi, dan tes
fungsional.
III.2

Gangguan Penglihatan
Metode standar untuk mencari adanya masalah dengan penglihatan adalah pemeriksaan

dengan menggunakan Snellen eye chart. Pasien harus berdiri 20 kaki dari eye chart dan diminta
untuk menyebutkan huruf yang ditunjuk dengan menggunakan lensa. Beberapa pemeriksa juga
menggunakan Activities of Daily Vision Scale, VF-14, VFQ-25 dan Cataract Symptom Scale.
III.3

Gangguan Pendengaran
Metode yang digunakan untuk mengetaui adanya gangguan pendengaran adalah :
a. Welch Allyn AudioScope 3
Metode ini merupakan metode paling akurat untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran.

Pasien dikatakan mengalami gangguan pendengaran bila tidak dapt

mendengar pada frekuensi 1000 atau 2000 Hz pada kedua telinga, atau pada frekuensi
1000 dan 2000 Hz pada salah satu telinga.
b. Keluhan subjektif pasien

c. Tes Berbisik
Dilakukan dengan cara membisikkan 3 sampai 6 kata pada jarak tertentu yang
teratur (12,5 cm, 30,5 cm,8 , 12 atau 24 inchi) dari telinga pasien dan meminta pasien
untuk mengulangi kata-kata tersebut. Pemeriksa harus berada di belakang pasien untuk
menghindari pembacaan gerakan bibir oleh pasien dan telinga yang lain harus ditutup.
Pasien dikatakan memiliki gangguan pendengaran bilan tidak dapat mengulangi setengah
kata-kata yang disebutkan pemeriksa.
III.4

Gangguan nutrisi
Pada kunjungan pertama, pasien harus ditanya adakah penurunan berat badan dalam 6

bulan terakhir. Semua pasien harus ditimbang setiap kali kunjungan. Tinggi badan harus
diukur pada kunjungan pertama untuk mengetahui indeks massa tubuh.
Status nutrisi yang buruk dan penurunan berat badan pada lansia mungkin merupakanind
ikator penurunan kapasitas fungsional, demensia, atau penyakit medis. Evaluasi
lanjutanperlu dikerjakan bila didapatkan kasus penurunan berat badan yang tidak diket
ahui

sebabnya mencapai >5% dalam waktu 1 bulan atau 10% dalam waktu 6 bulan.

Hal ini terkait dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.


Pengkajian status gizi dan risiko terjadinya malnutrisi dapat dilakukan dengan
melakukan tes Mini-Nutritional Assesstment (MNA).

III.5

Inkontinensia
Inkontinensia urine sering ditemukan, terutama pada wanita usia lanjut. Cara untuk

mendeteksi adanya inkontinensia urin :


a. Tes 2 pertanyaan.
Pasien yang menjawab ya pada kedua pertanyaan dibawah ini memiliki kejadian yang
tinggi untuk terjadinya inkontinensia (79% pada wanita dan 76% pada pria).
1. Dalam 1 tahun terakhir, apakah anda pernah buang air kecil tidak disadari dan celana
menjadi basah?. Bila ya, lanjutkan dengan pertanyaan berikut ini :
2. Apakah anda buang air kecil tidak disadari pada paling sedikit

6 hari yang

berbeda?
b. 3I Questionnaire
Kuesioner ini merupakan instrument yang dapat membedakan inkontinensia akibat stress
dan inkontinensia urgensi.
No
1
2

Pertanyaan
Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda pernah bunag air kecil tidak disadari ?
Ya
Tidak (kuesioner berhenti)
Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda mengompol (pilihan dapat lebih dari satu) :
a. ketika anda melakukan aktivitas fisik seperti batuk, bersin, mengangkat atau
berolahraga ?
b. Ketika anda memiliki keinginan untuk berkemih, tetapi anda tidak dapat sampai
ke toilet dengan cukup cepat ?
c. Tanpa aktivitas fisik dan tanpa keinginan berkemih ?
Dalam 3 bulan terakhir, anda mengompol paling sering pada keadaan di bawah ini :
a. Ketika anda melakukan aktivitas fisik seperti batuk, bersin, mengangkat atau
berolahraga
b. Ketika anda memiliki keinginan untuk berkemih, tetapi anda tidak dapat sampai
ke toilet dengan cukup cepat
c. Tanpa aktivitas fisik dan tanpa keinginan berkemih
d. Ketika melakukan aktiivtas fisik dan tanpa keinginan berkemih

Definisi tipe inkontinensia urin dinilai berdasarkan jawaban dari petanyaan ketiga :
Jawaban Pertanyaan no. 3
a. Paling sering dengan aktivitas fisik
b. Paling sering dengan keinginan
berkemih
c. Tanpa aktivitas fisik atau keinginan
berkemih
d. Ketika melakukan aktivitas fisik dan
ingin berkemih
Tipe inkontinensia :
1.
2.
3.
4.
5.

Tipe Inkontinensia
Stres saja atau predominan stress
Urgensi saja atau predominan urgensi
Penyebab yang lain saja atau predominan
penyebab yang lain
Campuran

urgensi
Stress
Outflow
Fungsional
Mixed type

III.6

Gangguan Keseimbangan dan Gait serta Jatuh


Risiko jatuh dapat dinilai dengan menggunakan Morse Fall Score.
Morse Fall Score
Variabel

Riwayat terjatuh
Diagnosis sekunder
Alat bantu
Akses intravena
Gait
Status mental

Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak/bed rest/ bantuan perawat
Kruk/tongkat/walker
Furnitur
Tidak
Ya
Normal/bed rest/kursi roda
Lemah
Terganggu
Mengetahui batas kemampuan diri sendiri
Tidak mengetahui atau lupa batas kemampuan diri
sendiri
Total

Level Risiko Jatuh

Skor
0
25
0
15
0
15
30
0
20
0
10
20
0
15

Level Risiko
Tanpa risiko
Risiko ringan
Risiko tinggi

Morse Fall Score Scale


0 24
24 50
> 50

Melihat cara berjalan pasien dan mempertahankan keseimbangannya merupakan cara


yang paling baik dalam menilai adanya gangguan keseimbangan dan gait. Beberapa cara dapat
dilakukan untuk menilai keseimbangan dan mobilitas pasien geriatri. Cara tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini :
1. Tes Romberg
Pasien diminta untuk berdiri dengan kedua kaki sejajar dan mata tertutup. Pemeriksa
berdiri di dekat pasien untuk mencegah apsien terjatuh. Tes Romberg dikatakan positif
bila pasien seperti akan terjatuh atau melayang. Tes Romberg yang positif menunjukkan
pasien memiliki gangguan pada sistem vestibular dan disfungsi proprioseptif.
2. Timed up and go
Pasien diminta untuk berdiri dari posisi duduk, kemudian berjalan sepanjang 3 meter
berbalik arah menuju kursi dan duduk kembali. Nilai <10 detik menunjukkan
kemandirian penuh. 10-<20 detik umumnya mandiri untuk berbagai aktivitas mobilitas
seperti mandi, mampu untuk naik tangga dan bepergian sendiri. Nilai 20-29 detik terdapat
variasi dalam mobilitas dan keseimbangan, sedangkan nilai 30 detik atau lebih
menunjukkan mobilitas terganggu dan ketergantungan pada kebanyakan aktivitas karena
risiko jatuh tinggi.
3. Tandem Walk
Pasien diminta untuk berjalan dalan satu garis lurus, dimana tumit kaki bagian depan
berada tepat di depan (menyentuh) ujung ibu jari kaki di belakangnya. Tes ini dilakukan
untuk melihat adanya kelainan ataksia, terutama ataksia trunkal. Akan tetapi, hasil tes ini
tidak definitive karena sangat tergantung pada kemampuan melihat dan permasalahan di
motor neuron atau korteks.

4. 6 minute walking test


Pasien diminta untuk berjalan selama 6 menit dan diukur jarak yang mampu ditempuh.
Tidak dapat dilakukan bila penderita butuh bantuan orang lain untuk berjalan. Normalnya
0,8 m/detik
III.7

Polifarmasi
Polifarmasi pada pasien geriatri dihubungkan dengan efek samping obat, kepatuhan yang

berkurang dan penggunaan obat-obatan yang tidak benar. Pasien geriatri seringkali mendapatkan
obat dari dokter yang berbeda, sehingga pasien harus diberitahukan untuk membawa semua obatobatan baik yang diperoleh dengan menggunakan resep, maupun obat yang dibeli sendiri.
(apakah ibu/bapak minum 5 atau lebih obat?)-III.8

Pengkajian Fungsi Kognitif


Pengkajian fungsi kognitif harus dilakukan pada saat pasien masuk ke rumah sakit dan

dilakukan secara periodik selama perawatan. Instrumen yang paling sering digunakan untuk
mengkaji fungsi kognitif adalah dengan Mini Mental State Examination (MMSE). Instrumen ini
menggunakan 30 buah pertanyaan. Instrumen ini memakan waktu lama bagi sebagian besar
klinisi untuk digunakan pada praktek sehari-hari. Beberapa instrument yang membutuhkan
waktu lebih cepat dapat digunakan untuk mengkaji fungsi kognitif, antara lain :
a. Recall 3 buah benda dalam waktu 1 menit
b. Tes menggambar jam
Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi fungsi eksekutif dan kurang berhubungan

dengan tingkat pendidikan atau kebudayaan, bila dibandingkan dengan tes yang lain.
Langkah-langkah :
1. Berikan pasien selembar kertas yang sudah terdapat gambar bulatan.
2. Instruksikan kepada pasien untuk menulis nomor di dalam lingkaran seperti
nomor pada jam. Setelah selesai menulis angka, pasien diminta untuk

menggambar jarum jam yang menunjukkan waktu pukul 11 lebih 10 menit.


Skoring :
Skoring DST dilakukan berdasarkan sistem skoring 6 poin dibawah ini :

Skor
1
2

Error
Sempurna
Kesalahan sedikit

Contoh

5
6

Pengaturan visuospasial sudah dilakukan


dengan benar, tetapi waktu pukul 11 lebih
10 menit digambarkan kurang benar atau
sedikit menyimpang.
Terdapat disorganisasi visuospasial yang
sedang dan waktu pukul 11 lebih 10 menit
tidak digambarkan dengan benar.

- menulis angka 10
setelah angka 11
= ti
- jarak antar angka salah
- lupa angka
- mengulang gambar
lingkaran
atau
terus
menerus
mengulang
penulisan angka
-penulisan
angka
secaraberlawanan
arah
dengan jarum jam
- tidak dapat menulis
angka dengan benar

Terdapat disorganisasi yang berat.


Gambar samasekali tidak mewakili gambar - tidak ada keinginan
jam.
untuk menggambar
- ganbar tidak mewakili
gambar jam samasekali.
- menulis kata atau nama
Skor yang lebih

tinggi menggambarkan semakin banyak kesalahan dan

semakin banyak gangguan fungsi kognitif. Skor 3 menggambarkan defisit fungsi


kognitif, dan skor 1 atau 2 masih dalam batas normal.

c. Mini-cog test
Instrumen ini menggabungkan recall 3 buah benda dengan tes menggambar jam..
Tes dilakukan dengan cara berikut ini :
Skoring :
o Pasien diberikan skor 1 untuk setiap kata yang diingat setelah dilakukan Clock
Drawing Test
o Pasien yang tidak mengingat 1 kata dari 3 kata yang telah diberikan
diklasifikasikan sebagai demensia (skor 0)
o Pasien yang mengingat 3 kata diklasfikasikan sebagai tidak demensia (skor 3)
o Pasien yang mengingat 1-2 kata dari 3 kata yang diberikan diklasifikasikan
berdasarkan hasil tes CDT (abnormal = demensia, norma = tidak demensia)

d. Mini Mental State Examination (MMSE)


Nama responden :
Umur Responden :
Pendidikan :

Nama Pewawancara :
Tanggal Wawancara :
Jam mulai :
Mini Mental State Examination (MMSE)

Nilai
Nilai
Maksimum Responden
5
5
3

3
3
1
3
1
1
1

Orientasi
Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa ?
Sekarang kita ada dimana ? (negara-propinsi-kota-rumah sakitlantai/kamar)
Registrasi
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, misalnya bola,
kursi, speatu. Satu detik untuk tiap benda. Kemudian mintalah
responden mengulangi ketiga nama benda tersebut. Nilai 1
diberikan untuk tiap nama objek yang benar. Ulangi lagi sampai
pasien menyebutkan dengan benar.
Catat jumlah pengulangan ---------Atensi dan Kalkulasi
Hitunglah berutrut-turut selang 7 angka mulai dari 100 ke bawah.
Berhenti setelah 5 kali hitungan (93-86-79-72-65). Kemudian .
Nilai 1 diberikan untuk tiap jawaban benar. Hentikan setelah 5
jawaban. Tes juga dapat dilakukan dengan mengeja secara terbalik
suatu kata, misalnya DUNIA menjadi AINUD .
Mengingat
Pasien diminta menyebutkan lagi nama 3 objek di atas
Bahasa
Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjuk
Pasien diminta mengulangi kata-kata : namun, tanpa dan bila
Pasien diminta mengikuti perintah : peganglah selembar kertas
dengan tangan kanan, lipatkal kertas itu menjadi 2 dan letakkan di
meja
Pasien diminta membaca dan melalukan perintah kalimat :
PEJAMKAN MATA ANDA
Pasien diminta menulis sebuah kalimat
Pasien diminta menggambar bentuk dibawah ini :

Total : 30
Keterangan : SKOR : < 24 penurunan kognitif

III.9

Pengkajian Status Fungsional


Status fungsional individu usia lanjut adalah kemampuan seorang usia lanjut untuk

berperan serta secara penuh pada aktifitas kehidupan sehari-hari baik secara fisik, mental

maupun

sosial.

Derajat status fungsional ini penting untuk dievaluasi untuk kemudian

dapat

dipertahankan atau ditingkatkan seoptimal mungkin. Pengkajian terhadap kapasitas status


fungsional pasien usia lanjut tentunya tidak hanya penting untuk pasien yang sudah diketahui
adanya hendaya fungsional, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan monitoring adanya perubahan
pada status fungsional selama pengobatan.
Pengkajian status fungsional merupakan komponen utama dalam pengkajian pasien
geriatri.Pada pasien geriatri, kesesuaian antara harapan pasien atau keluarga dengan kemampuan
fungsional yang dimiliki pasien harus menjadi pertimbangan dalam perencanaan pengobatan.
Pengkajian status fungsional penting untuk mengetahui respons terhadap pengobatan dan dapat
memberikan informasi prognosis yang akan membantu klinisi dalam merencanakan program
pengobatan. Status fungsional dapat dikaji pada 3 tahapan, yaitu : Basic Activities of Daily
Living (BADL), Intermediate Activities of Daily Living (IADL), dan Advanced Activities of
Daily Living (AADL).
BADL digunakan untuk mengetahui kemampuan melakukan kegiatan mengurus diri
sendiri, seperti mandi, memakai baju, menggunakan toilet, kontinensia, kerapihan, makan dan
berpindah tempat. IADL digunakan untuk mengetahui kemampuan mengurus rumah tangga
seperti berbelanja, menyetir atau menggunakan transportasi umum, menggunakan telepon,
menyiapkan makanan, melakukan pekerjaan rumah tangga, memperbaiki rumah, mencuci,
minum obat, dan mengatur keuangan. AADL digunakan untuk mengetahui kemampuan
beraktivitas di komunitas serta di keluarga, dan kemampuan berpartisipasi dalam melakukan
tugas rekreasional dan okupasional.

a. Indeks ADL Barthel


FUNGSI

SKOR

Mengendalikan rangsang
Pembuangan tinja

0
1

Mengendalikang rangsang
Berkemih

2
0
1

Membersihkan diri (seka muka,


Sisir rambut, sikat gigi)
Penggunaan jamban, masuk dan
Keluar (melepaskan, memakai
Selana, membersihkan,
Menyiram)

Makan

Berubah sikap dari berbaring ke


Duduk

Berpindah / berjalan

Memakai baju

Naik turun tangga

10 Mandi
TOTAL SKOR

2
0
1
0
1
2
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
0
1
2
0
1

KETERANGAN
Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)
Kadang-kadang tak terkendali
( 1 x seminggu)
Terkendali teratur
Tak terkendali atau pakai kateter
Kadang-kadang tak terkendali
(hanya 1 X / 24 jam)
Mandiri
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
tapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
kegiatan yang lain
Mandiri
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong makanan
Mandiri
Tidak mempu
Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk
( 2 orang )
Bantuan minimal 1 orang
Mandiri
Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan kursi roda
Berjalan dengan bantuan 1 orang
Mandiri
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis: mengancing baju)
Mandiri
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
Tergantung orang lain
Mandiri

Skor BAI

20
: Mandiri
12 19
: Ketergantungan ringan
9 11: Ketergantungan sedang
58
: Ketergantungan berat
04

: Ketergantungan total

b. Instrumental Activities of Daily Living Scale (IADL)


Penilaian status fungsional dengan menggunakan instrumen ini

dilakukan dengan

mengajukan 8 pertanyaan. Setiap jawaban dari pertanyaan memiliki skor masing-masing.


Seluruh skor kemudian dijumlahkan, dengan nilai maksimal 8. Semakin rendah skor
seorang pasien, maka semakin besar ketergantungannya kepada

orang lain dalam

melakukan aktiivtas sehari-hari.


No
Pertanyaan dan Pilihan Jawaban
Skor
1 Kemampuan menggunakan telepon
a. menggunakan telepon atas inisiatif sendiri, mampu memncari dan
1
menekan nomor telepon
b. Mampu memnekan beberapa nomor telepon yang diktehui
1
c. Hanya bisa menjawab telepon tapi tidak mampu menekan nomor telepon
1
d. samasekali tidak menggunakan telepon
0
2 Berbelanja
a. mampu menangani semua kebutuhan belanja secara mandiri
1
b. mampu berbelanja sendiri untuk barang-barang kecil
0
c. perlu ditemani setiap kali berbelanja
0
d. sama sekali tidak bisa berbelanja
0
3 Menyiapkan makanan
a. merencanakan, menyiapkan/memasak, dan menayijak makanan secara
1
mandiri
b. menyiapkan/memasak makanan jika bahannya sudah disediakan
0
c. memanaskan, menyajikan, dan menyiapkan makanan namun tidak
0
memenuhi kebutuhan yang cukup
d. perlu bantuan menyiapkan/memasak dan menyajikanan makanan
0
4 Urusan rumah tangga
a. memelihara rumah sendiri atau sekali-sekali perlu bantuan untuk
1
pekerjaan yang berat
b. melakukan pekerjaan rumah tanggan yang ringan seperti mencuci piring,
1
dan merapihkan temapt tidur
c. melakukan pekerjaan rumah tangga ringan namun kurang baik/tidak
1
bersih
d. bantuan untuk semua pekerjaan rumah tangga
1
e. samasekali tidak mampu melakukan pekerjaan rumah tangga
0
5 Mencuci pakaian

a. mampu mencuci pakaiana sendiri


b. mampu mencuci pakaian ringan seperti kaus kaki
c. kegiatan mencuci pakaian dilakukan oleh orang lain
Pengunaan transportasi
a. dapat bepergian dengan menggunakan kendaraan umum atau menyetir
sendiri
b. dapat bepergian dengan taksi, bajaj atau ojeg namun tidak dengan
kendaraan umum
c. dapat bepergian dengan kendaraan umum jika ditemani
d. bepergian hanya bisa dnegan taksi atau mobil sendiri dengan ditemani
e. samasekali tidak mampu bepergian
Tanggung jawab terhadap obat sendiri
a. mampu bertanggung jawab terhadap minum obat dengan dosis dan waktu
yang tepat
b. mampu bertanggung jawab terhadap obat jika telah disiapkan
c. tidak mampu minum obat sendiri
Mampu mengatur keuangan
a. mampu mengatur masalah keuangan sendiri (merencanakan, membuat
catatan, membayar tagihan, dll)
b. mampu mengatur belanja sendiri sehari-hari, namun perlu bantuan dalam
hal perbankan, dll
c. tidak mampu mengatur keuangan sendiri
Skor Total

1
1
0
1
1
1

1
1
0
1
1
0

c. Indeks Norton
Apabila telah terjadi imobilisasi perlu dilakukan tes ini untuk menilai risiko
terjadinya ulkus dekubitus akibat komplikasi imobilisasi.

URAIAN
Kondisi Fisik Umum
- Baik
- Cukup
- Buruk
- Sangat Buruk
Kesadaran
- Komposmentis
- Apatis
- Confused
- Stupor
Tingkat Aktifitas
- Ambulatori
- Berjalan dgn bantuan
- Hanya bisa duduk
- Hanya bisa tiduran
Mobilitas
- Bergerak bebas
- Sedikit terbatas
- Sangat terbatas
- Tak bisa bergerak
Inkontinensia Urin
- Tidak ada
- Kadang-kadang
- sering
- Inkontinen Urin dan Alvi
Skor <14 : risiko tinggi terjadi ulkus dekubitus

SKOR
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1

III.10 Pengkajian Afektif dan Tingkah Laku


Depresi pada pasien geriatri seringkali tidak khas dan dapat menyerupai pasien dengan
fungsi kognitif yang terganggu atau penyakit neurologis lain seperti penyakit Parkinson.
Pertanyaan sederhana seperti Apakah anda sering merasa sedih atau depresi? dapat digunakan
untuk skrining. Pertanyaan tunggal ini dapat bersifat terlalu sensitif sehingga sebaiknya klinisi
juga menggunakan instrument Geriatri Depression Scale(GDS).

a. Geriatri Depression Scale (GDS)


1
2
3
4

Apakah anda puas dengan kehidupan anda !


Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan !
Apakah anda merasa kehidupan anda kosong !
Apakah anda sering merasa bosan !

Ya
Ya
Ya
Ya

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Apakah anda punya semangat yang baik setiap saat !


Apakah anda takut bahwa suatu yang buruk akan menimpa anda !
Apakah anda merasa tidak bahagia !
Apakah anda sering merasa tidak berdaya !
Apakah anda lebih senang di rumah dari pada pergi keluar !
Apakah anda banyak masalah dibanding kebanyakan orang !
Apakah anda pikir hidup anda sekarang menyenangkan !
Apakah anda merasa tidak berharga saat ini !
Apakah anda merasa penuh semangat !
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tak ada harapan !
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik dari anda !
Skoring :
5 9 Suspek depresi
> 10 Depresi

Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

b. Neuro Psikiatri Inventori (NPI)


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

JENIS

Ada (V)
Frekuensi
Tidak ada (0)
1,2,3,4
Tidak aplikabel (X)

Keparahan Total :
1,2,3
FxK

Distress
1,2,3,4,5

Delusi
Halusinasi
Agitasi
Depresi
Ansietas
Euforia
Apatis
Disinhibisi
Iritabilitas
Perilaku motorik
Abnormal
Perilaku malam
Hari
Perubahan
makan
dan selera
makan

Frekuensi (F)
Keparahan (K) :
1. < 1 kali / 1. Ringan : sedikit tetekan
minggu
2. 1 kali / minggu
2. Sedang : Mengganggu, dapat diatasi
3.
> 1 kali / 3. Berat : Mengganggu, sulit diatasi
minggu
4. Tiap hari

Skor distress :
1. Tak ada

4. Sedang

2. Minimal
3. Ringan

5. Sedang berat
6. Ekstrim

c. Imsomnia Rating Scale


1

7.

8.

Jumlah jam tidur sehari


4
Lama waktu untuk tidur
0. > 6 jam
0. < 5 menit
4. 45-60 menit
1. 5 - 6 jam 29 menit
1. 6 -15 menit 5. > 1 jam
2. 4 - 5 jam 29 menit
2. 16 - 29 menit
3. < 4 jam
3. 30 - 44 menit
Selama tidur mangalami
5
Selama tidur terbangun
0. rasanya tak pernah mimpi
0, tak pernah bangun
1. kadang mimpi tak jelas
1. 1-2 kali terbangun
2. sering bermimpi
2. 3-4 kali terbangun
3. selalu bermimpi manakutkan
3. > 4 kali terbangun
Bagaimana rasa tidur
6
Bila terbangun, tidur kembali
0. dalam sulit dibangunkan
0. < 5 menit
1. sedang sulit dibangunkan
1. 6 15 menit
2. sedang mudah dibangunkan
2. 16-60 menit
3. muah dibangunkan
3. > 60 menit
Pada bangun pagi
0. sesuai yang dikehendaki
1. jam sebelum yang dikehendaki & tak dapat tidur lagi
2. 1 jam sebelum yang dikehendaki & tak dapat tidur lagi
3. > 1 jam sebelum yang dikehendaki & tak dapat tidur lagi
Bila bangun Pagi
0. Anda merasa segar
1. Rasa kurang segar
2. Rasa lesu
3. Dangkal mudah dibangunkan
Total skor :
0 6 : normal
7 12 : ringan
13-18 : berat
19-25 : sangat berat

III.11 Pengkajian Dukungan Sosial


Struktur dukungan sosial serta kualitas hubungan pada pasien geriatri harus dikaji.
Dukungan sosial penting untuk dikaji, untuk merencanakan program perawatan selanjutnya.
Apabila pada saat pengkajian status fungsional ditemukan adanya gangguan, klinis harus
langsung menanyakan siapa yang membantu pasien dalam melakukan BADL atau IADL, dan
apakah orang tersebut dibayar atau tidak. Pengkajian dukungan sosial juga harus dilakukan pada
pasien geriatri yang sehat, untuk mengetahui siapa yang akan memberikan pertolongan apabila
pasien sakit.
III.12 Pengkajian Ekonomi
Pendapatan serta pengeluaran yang diperoleh pasien penting dikaji terutama pada pasien
dengan status fungsional yang terganggu, untuk mengetahui apakah pasien dapat membiayai
perawat pribadi, perencanaan terapi atau program pengobatan yang realistik, serta perencanaan
bantuan sosial. Perlu diperhatikan bahwa pada usia lanjut seringkali merupakan masa dimana
lansia mengalami penurunan sejumlah sumber daya. Risiko terjadinya isolasi sosial dan hidup
dalam kondisi miskin, dapat dijumpai pada lansia yang sudah sangat lanjut.
III.13 Pengkajian Lingkungan
Pengkajian lingkungan mencakup 2 hal, yaitu keamanan lingkungan rumah dan
kemudahan pasien dalam menjangkau hal-hal yang dibutuhkannya termasuk pelayanan medis.
Pengkajian keamanan lingkungan rumah sangat penting dilakukan pada pasien geriatri yang
mengalami imobilisasi dan memiliki gangguan keseimbangan. Pasien dengan ketergantungan
IADL harus dievaluasi letak geografis tempat tinggalnya dari tempat pelayanan sehari-hari
seperti toko dan bank. Pengemudi lansia memiliki risiko tinggi untuk mengalami kecelakaan
akibat gangguan fungsional, obat-obatan dan kondisi medis.
III.14 Pengkajian Spiritual
Data-data yang ada menunjukkan bahwa kehadiran di acara yang bersifat religious
dihubungkan dengan frekuensi penggunaan pelayanan kesehatan dan angka kematian yang lebih
rendah. Instrumen resmi yang digunakan untuk mengkaji spiritualitas telah dikembangkan tetapi
belum digunakan ecara luas di praktik sehari-hari. Dengan menanyakan kepada pasien geriatri

apakah hal religious memiliki tempat yang penting bagi mereka dapat memberikan keuntungan
dalam pengambilan keputusan tindakan atau pengobatan terutam apada pasien yang sedang
dirawat di rumah sakit.
IV. Kesimpulan
Pengkajian paripurna pada geriatri merupakan suatu komponen penting dalam perawatan
pasiengeriatri. Dengan semakin banyak instrument pengkajian yang telah divalidasi dan
distandardisasi, maka pengkajian yang komprehensif akan semakin dapat dilakukan. Komponen
pendekatan paripurna bagi pasien geriatri harus dilaksanakan dengan sistem kerja yang bersifat
interdisiplin. Pendekatan tersebut jika dilakukan dengan optimal akan memperbaiki keluaran
pada perawatan pasien geriatri.

Catatan :
-

Perbedaan orang tua dan dewasa


interdisiplin
keterbatasan fungsional
Pemeriksaan fisik dan perasat-perasat : identitas (gelang), Tinggi lutut, massa otot
Pemeriksaan deformitas Kontraktur (irreversible) >< kontraktilitas (reversible)
Lab : pengukuran kreatinin klirens
Diagnostik : list problem (organis, fisik, fungsional)
Terapi : farmakologi dan non farmakologi terapi paliatif

Acute Confusional State :


2201112

Daftar Pustaka
Aller B. Morse Falls Scale Assessment. www.mnhospitals.org/...Falls.../Morse_Fall_Scale
(diunduh tanggal 30 November 2012).
Borson S, Scanlan J, Brush M, Vitallano P, Dokmak A. The Mini-Cog : A cognitive vital signs
measure for dementia screening in multi-lingual elderly. International Journal of Geriatri
Psychiatry. 2000. 15(11). 1021-27.
Schulman KI, Gold DP, Cohen CA, Zucchero CA. Clock drawing and dementia in the
community : a longitudinal study. Int J Geriatr Psychiatry. 1993. 6. 457-96.
Burleigh E, Reeves I, McAlpine C, Davie J. Can doctors predict patients' abbreviated mental test
scores? Age and Ageing,2002;31(4):303-306.
Fritz S. Lusardi M. White Paper: Walking Speed: the Sixth Vital Sign. Journal of Geriatric
Physical Therapy. 2010. 32(2): 2-5.
Soejono CH. Pengkajian Paripurna pada Pasien Geriatri. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, simandibrata M, Setiati S (Editor). 2006.
PusattPenerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Edisi IV. Hal. 1425-29.
Reuben D, Rosen S.Principles of Geriatric Assessment. Dalam : Hazzards Geriatric Medicine
and Gerontology. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Sanjay A (Editor).
The McGraw-Hill Company. 2006. Edisi VI.141-50.
Cromwell DA, Eagar K, Poulos RG. The performance of instrumental activities of daily living
scale in screening for cognitiveimpairment in elderly community residents. J Clin Epidemiol.
2003;56(2):131-137.

Anda mungkin juga menyukai