sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat pembedahan, perawatan di rumah sakit, riwayat
alergi, kebiasaan, obat-obat yang diminum sampai sekarang serta anamnesis sistem mengenai
keluhan tiap organ yang dirasakan oleh penderita.
Pemeriksaan fisik dilakukan seperti pada pasien lainnya. Pengukuran tanda vital seperti
tekanan darah dan nadi dilakukan pada 3 posisi yang berbeda yaitu tidur, duduk dan berdiri
untuk menentukan adanya hipotensi ortostatik. Hal penting lainnya yaitu dilakukan
pengukuran antopometri untuk menentukan status nutrisi pasien., status gizi, dan tes
fungsional.
III.2
Gangguan Penglihatan
Metode standar untuk mencari adanya masalah dengan penglihatan adalah pemeriksaan
dengan menggunakan Snellen eye chart. Pasien harus berdiri 20 kaki dari eye chart dan diminta
untuk menyebutkan huruf yang ditunjuk dengan menggunakan lensa. Beberapa pemeriksa juga
menggunakan Activities of Daily Vision Scale, VF-14, VFQ-25 dan Cataract Symptom Scale.
III.3
Gangguan Pendengaran
Metode yang digunakan untuk mengetaui adanya gangguan pendengaran adalah :
a. Welch Allyn AudioScope 3
Metode ini merupakan metode paling akurat untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran.
mendengar pada frekuensi 1000 atau 2000 Hz pada kedua telinga, atau pada frekuensi
1000 dan 2000 Hz pada salah satu telinga.
b. Keluhan subjektif pasien
c. Tes Berbisik
Dilakukan dengan cara membisikkan 3 sampai 6 kata pada jarak tertentu yang
teratur (12,5 cm, 30,5 cm,8 , 12 atau 24 inchi) dari telinga pasien dan meminta pasien
untuk mengulangi kata-kata tersebut. Pemeriksa harus berada di belakang pasien untuk
menghindari pembacaan gerakan bibir oleh pasien dan telinga yang lain harus ditutup.
Pasien dikatakan memiliki gangguan pendengaran bilan tidak dapat mengulangi setengah
kata-kata yang disebutkan pemeriksa.
III.4
Gangguan nutrisi
Pada kunjungan pertama, pasien harus ditanya adakah penurunan berat badan dalam 6
bulan terakhir. Semua pasien harus ditimbang setiap kali kunjungan. Tinggi badan harus
diukur pada kunjungan pertama untuk mengetahui indeks massa tubuh.
Status nutrisi yang buruk dan penurunan berat badan pada lansia mungkin merupakanind
ikator penurunan kapasitas fungsional, demensia, atau penyakit medis. Evaluasi
lanjutanperlu dikerjakan bila didapatkan kasus penurunan berat badan yang tidak diket
ahui
sebabnya mencapai >5% dalam waktu 1 bulan atau 10% dalam waktu 6 bulan.
III.5
Inkontinensia
Inkontinensia urine sering ditemukan, terutama pada wanita usia lanjut. Cara untuk
6 hari yang
berbeda?
b. 3I Questionnaire
Kuesioner ini merupakan instrument yang dapat membedakan inkontinensia akibat stress
dan inkontinensia urgensi.
No
1
2
Pertanyaan
Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda pernah bunag air kecil tidak disadari ?
Ya
Tidak (kuesioner berhenti)
Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda mengompol (pilihan dapat lebih dari satu) :
a. ketika anda melakukan aktivitas fisik seperti batuk, bersin, mengangkat atau
berolahraga ?
b. Ketika anda memiliki keinginan untuk berkemih, tetapi anda tidak dapat sampai
ke toilet dengan cukup cepat ?
c. Tanpa aktivitas fisik dan tanpa keinginan berkemih ?
Dalam 3 bulan terakhir, anda mengompol paling sering pada keadaan di bawah ini :
a. Ketika anda melakukan aktivitas fisik seperti batuk, bersin, mengangkat atau
berolahraga
b. Ketika anda memiliki keinginan untuk berkemih, tetapi anda tidak dapat sampai
ke toilet dengan cukup cepat
c. Tanpa aktivitas fisik dan tanpa keinginan berkemih
d. Ketika melakukan aktiivtas fisik dan tanpa keinginan berkemih
Definisi tipe inkontinensia urin dinilai berdasarkan jawaban dari petanyaan ketiga :
Jawaban Pertanyaan no. 3
a. Paling sering dengan aktivitas fisik
b. Paling sering dengan keinginan
berkemih
c. Tanpa aktivitas fisik atau keinginan
berkemih
d. Ketika melakukan aktivitas fisik dan
ingin berkemih
Tipe inkontinensia :
1.
2.
3.
4.
5.
Tipe Inkontinensia
Stres saja atau predominan stress
Urgensi saja atau predominan urgensi
Penyebab yang lain saja atau predominan
penyebab yang lain
Campuran
urgensi
Stress
Outflow
Fungsional
Mixed type
III.6
Riwayat terjatuh
Diagnosis sekunder
Alat bantu
Akses intravena
Gait
Status mental
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak/bed rest/ bantuan perawat
Kruk/tongkat/walker
Furnitur
Tidak
Ya
Normal/bed rest/kursi roda
Lemah
Terganggu
Mengetahui batas kemampuan diri sendiri
Tidak mengetahui atau lupa batas kemampuan diri
sendiri
Total
Skor
0
25
0
15
0
15
30
0
20
0
10
20
0
15
Level Risiko
Tanpa risiko
Risiko ringan
Risiko tinggi
Polifarmasi
Polifarmasi pada pasien geriatri dihubungkan dengan efek samping obat, kepatuhan yang
berkurang dan penggunaan obat-obatan yang tidak benar. Pasien geriatri seringkali mendapatkan
obat dari dokter yang berbeda, sehingga pasien harus diberitahukan untuk membawa semua obatobatan baik yang diperoleh dengan menggunakan resep, maupun obat yang dibeli sendiri.
(apakah ibu/bapak minum 5 atau lebih obat?)-III.8
dilakukan secara periodik selama perawatan. Instrumen yang paling sering digunakan untuk
mengkaji fungsi kognitif adalah dengan Mini Mental State Examination (MMSE). Instrumen ini
menggunakan 30 buah pertanyaan. Instrumen ini memakan waktu lama bagi sebagian besar
klinisi untuk digunakan pada praktek sehari-hari. Beberapa instrument yang membutuhkan
waktu lebih cepat dapat digunakan untuk mengkaji fungsi kognitif, antara lain :
a. Recall 3 buah benda dalam waktu 1 menit
b. Tes menggambar jam
Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi fungsi eksekutif dan kurang berhubungan
dengan tingkat pendidikan atau kebudayaan, bila dibandingkan dengan tes yang lain.
Langkah-langkah :
1. Berikan pasien selembar kertas yang sudah terdapat gambar bulatan.
2. Instruksikan kepada pasien untuk menulis nomor di dalam lingkaran seperti
nomor pada jam. Setelah selesai menulis angka, pasien diminta untuk
Skor
1
2
Error
Sempurna
Kesalahan sedikit
Contoh
5
6
- menulis angka 10
setelah angka 11
= ti
- jarak antar angka salah
- lupa angka
- mengulang gambar
lingkaran
atau
terus
menerus
mengulang
penulisan angka
-penulisan
angka
secaraberlawanan
arah
dengan jarum jam
- tidak dapat menulis
angka dengan benar
c. Mini-cog test
Instrumen ini menggabungkan recall 3 buah benda dengan tes menggambar jam..
Tes dilakukan dengan cara berikut ini :
Skoring :
o Pasien diberikan skor 1 untuk setiap kata yang diingat setelah dilakukan Clock
Drawing Test
o Pasien yang tidak mengingat 1 kata dari 3 kata yang telah diberikan
diklasifikasikan sebagai demensia (skor 0)
o Pasien yang mengingat 3 kata diklasfikasikan sebagai tidak demensia (skor 3)
o Pasien yang mengingat 1-2 kata dari 3 kata yang diberikan diklasifikasikan
berdasarkan hasil tes CDT (abnormal = demensia, norma = tidak demensia)
Nama Pewawancara :
Tanggal Wawancara :
Jam mulai :
Mini Mental State Examination (MMSE)
Nilai
Nilai
Maksimum Responden
5
5
3
3
3
1
3
1
1
1
Orientasi
Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa ?
Sekarang kita ada dimana ? (negara-propinsi-kota-rumah sakitlantai/kamar)
Registrasi
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, misalnya bola,
kursi, speatu. Satu detik untuk tiap benda. Kemudian mintalah
responden mengulangi ketiga nama benda tersebut. Nilai 1
diberikan untuk tiap nama objek yang benar. Ulangi lagi sampai
pasien menyebutkan dengan benar.
Catat jumlah pengulangan ---------Atensi dan Kalkulasi
Hitunglah berutrut-turut selang 7 angka mulai dari 100 ke bawah.
Berhenti setelah 5 kali hitungan (93-86-79-72-65). Kemudian .
Nilai 1 diberikan untuk tiap jawaban benar. Hentikan setelah 5
jawaban. Tes juga dapat dilakukan dengan mengeja secara terbalik
suatu kata, misalnya DUNIA menjadi AINUD .
Mengingat
Pasien diminta menyebutkan lagi nama 3 objek di atas
Bahasa
Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjuk
Pasien diminta mengulangi kata-kata : namun, tanpa dan bila
Pasien diminta mengikuti perintah : peganglah selembar kertas
dengan tangan kanan, lipatkal kertas itu menjadi 2 dan letakkan di
meja
Pasien diminta membaca dan melalukan perintah kalimat :
PEJAMKAN MATA ANDA
Pasien diminta menulis sebuah kalimat
Pasien diminta menggambar bentuk dibawah ini :
Total : 30
Keterangan : SKOR : < 24 penurunan kognitif
III.9
berperan serta secara penuh pada aktifitas kehidupan sehari-hari baik secara fisik, mental
maupun
sosial.
dapat
SKOR
Mengendalikan rangsang
Pembuangan tinja
0
1
Mengendalikang rangsang
Berkemih
2
0
1
Makan
Berpindah / berjalan
Memakai baju
10 Mandi
TOTAL SKOR
2
0
1
0
1
2
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
0
1
2
0
1
KETERANGAN
Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)
Kadang-kadang tak terkendali
( 1 x seminggu)
Terkendali teratur
Tak terkendali atau pakai kateter
Kadang-kadang tak terkendali
(hanya 1 X / 24 jam)
Mandiri
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
tapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
kegiatan yang lain
Mandiri
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong makanan
Mandiri
Tidak mempu
Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk
( 2 orang )
Bantuan minimal 1 orang
Mandiri
Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan kursi roda
Berjalan dengan bantuan 1 orang
Mandiri
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis: mengancing baju)
Mandiri
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
Tergantung orang lain
Mandiri
Skor BAI
20
: Mandiri
12 19
: Ketergantungan ringan
9 11: Ketergantungan sedang
58
: Ketergantungan berat
04
: Ketergantungan total
dilakukan dengan
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
c. Indeks Norton
Apabila telah terjadi imobilisasi perlu dilakukan tes ini untuk menilai risiko
terjadinya ulkus dekubitus akibat komplikasi imobilisasi.
URAIAN
Kondisi Fisik Umum
- Baik
- Cukup
- Buruk
- Sangat Buruk
Kesadaran
- Komposmentis
- Apatis
- Confused
- Stupor
Tingkat Aktifitas
- Ambulatori
- Berjalan dgn bantuan
- Hanya bisa duduk
- Hanya bisa tiduran
Mobilitas
- Bergerak bebas
- Sedikit terbatas
- Sangat terbatas
- Tak bisa bergerak
Inkontinensia Urin
- Tidak ada
- Kadang-kadang
- sering
- Inkontinen Urin dan Alvi
Skor <14 : risiko tinggi terjadi ulkus dekubitus
SKOR
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
JENIS
Ada (V)
Frekuensi
Tidak ada (0)
1,2,3,4
Tidak aplikabel (X)
Keparahan Total :
1,2,3
FxK
Distress
1,2,3,4,5
Delusi
Halusinasi
Agitasi
Depresi
Ansietas
Euforia
Apatis
Disinhibisi
Iritabilitas
Perilaku motorik
Abnormal
Perilaku malam
Hari
Perubahan
makan
dan selera
makan
Frekuensi (F)
Keparahan (K) :
1. < 1 kali / 1. Ringan : sedikit tetekan
minggu
2. 1 kali / minggu
2. Sedang : Mengganggu, dapat diatasi
3.
> 1 kali / 3. Berat : Mengganggu, sulit diatasi
minggu
4. Tiap hari
Skor distress :
1. Tak ada
4. Sedang
2. Minimal
3. Ringan
5. Sedang berat
6. Ekstrim
7.
8.
apakah hal religious memiliki tempat yang penting bagi mereka dapat memberikan keuntungan
dalam pengambilan keputusan tindakan atau pengobatan terutam apada pasien yang sedang
dirawat di rumah sakit.
IV. Kesimpulan
Pengkajian paripurna pada geriatri merupakan suatu komponen penting dalam perawatan
pasiengeriatri. Dengan semakin banyak instrument pengkajian yang telah divalidasi dan
distandardisasi, maka pengkajian yang komprehensif akan semakin dapat dilakukan. Komponen
pendekatan paripurna bagi pasien geriatri harus dilaksanakan dengan sistem kerja yang bersifat
interdisiplin. Pendekatan tersebut jika dilakukan dengan optimal akan memperbaiki keluaran
pada perawatan pasien geriatri.
Catatan :
-
Daftar Pustaka
Aller B. Morse Falls Scale Assessment. www.mnhospitals.org/...Falls.../Morse_Fall_Scale
(diunduh tanggal 30 November 2012).
Borson S, Scanlan J, Brush M, Vitallano P, Dokmak A. The Mini-Cog : A cognitive vital signs
measure for dementia screening in multi-lingual elderly. International Journal of Geriatri
Psychiatry. 2000. 15(11). 1021-27.
Schulman KI, Gold DP, Cohen CA, Zucchero CA. Clock drawing and dementia in the
community : a longitudinal study. Int J Geriatr Psychiatry. 1993. 6. 457-96.
Burleigh E, Reeves I, McAlpine C, Davie J. Can doctors predict patients' abbreviated mental test
scores? Age and Ageing,2002;31(4):303-306.
Fritz S. Lusardi M. White Paper: Walking Speed: the Sixth Vital Sign. Journal of Geriatric
Physical Therapy. 2010. 32(2): 2-5.
Soejono CH. Pengkajian Paripurna pada Pasien Geriatri. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, simandibrata M, Setiati S (Editor). 2006.
PusattPenerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Edisi IV. Hal. 1425-29.
Reuben D, Rosen S.Principles of Geriatric Assessment. Dalam : Hazzards Geriatric Medicine
and Gerontology. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Sanjay A (Editor).
The McGraw-Hill Company. 2006. Edisi VI.141-50.
Cromwell DA, Eagar K, Poulos RG. The performance of instrumental activities of daily living
scale in screening for cognitiveimpairment in elderly community residents. J Clin Epidemiol.
2003;56(2):131-137.