Anda di halaman 1dari 47

Mengukur Status Gizi dengan Lila (Lingkar

Lengan Atas)
LILA merupakan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Pengukuran LILA
dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung siku dalam ukuran cm (centi meter) (Zeman
dan Ney, 1988).

Langkah-langkah pengukuran LILA secara urut yaitu :


1. Tetapkan posisi bahu (acromion) dan siku (olecranon)

2. Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku

3. Tetukan titik tengah lengan

4. Lingkarkan pita LILA tepat pada titik tengah lengan

5. Pita jangan terlalu ketat, jangan pula terlalu longgar

6. Pembacaan skala yg tertera pada pita (dalam cm (centi meter)


Gambar di atas adalah cara menentukan titik tengah untuk mengukur LILA (perhatikan tangan harus ditekuk
90 derajat)

Gambar di atas adalah posisi tangan saat membaca nilai LILA (tangan diluruskan setelah tadi ditekuk 90
derajat)

Hasil pengukuran LILA kemudian diubah dalam bentuk persentase dengan standar:
 Laki-laki : 29,3 cm

 Perempuan : 28,5 cm
Interpretasi status gizi berdasarkan %% LILA:

 Obesitas: >120%

 Overweight : 110-120%

 Normal : 90-110%

 Underweight : < 90%

Contoh, misal hasil pengukuran LILA Ny. Nita adalah 26 cm.


Hasil persentase LILA adalah 26/standar LILA perempuan x 100% = 26/28,5x100% = 91,23 % (maka status
gizi Ny Nita adalah NORMAL.

Bagaimana? Gampang bukan?


Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengukur LILA yaitu:

1. Apabila orang tidak kidal, pengukuran dilakukan pada lengan KIRI, sedangkan pada orang kidal
dilakukan pada lengan kanan.

2. Lengan dalam posisi bebas (tanpa lengan baju, tanpa pelapis)

3. Pastikan lengan tidak tegang atau kencang

4. Pastikan pita LILA tidak dalam keadaan kusut.

Pita LILA bisa menggunakan pita pengukur yang digunakan di penjahit-penjahit itu kok. Jadi mudah saja kan
untuk bisa mengetahui status gizi.
Selamat mencoba.

Nutritional Assessment
Posted on April 6, 2013 by linggaranugra

Skenario 1

Tn. Bn 35 thn, pernah mengalami kecelakaan 5 tahun yang lalu sehingga saat ini harus
menggunakan kursi roda. Tn. Bn diantar istrinya datang ke tempat konsultasi gizi karena
mengalami gangguan saluran pencernaan. Sebelum melakukan konsultasi gizi, ahli gizi akan
melakukan pengkajian status gizi dan menggali kebiasaan makan pasien.

Problem Identification :

1. Metode yang paling tepat untuk menggali kebiasaan makan pasien adalah dietary history.

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan
pengamatan dalam waktu yang cukup lama(bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke (1947)
menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen, yaitu :

 Komponen utama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumpulkan data tentang
apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir.
 Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan
memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan, untuk mengecek kebenaran dari recall 24
jam tadi.
 Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang.

Langkah-langkah metode dietary history :

1. Petugas menanyakan kepada responden tentang pola kebiasaan makannya. Variasi makan pada
hari-hari khusus seperti hari libur, dalam keadaan sakit dan sebagainya juga dicatat. Termasuk
jenis makanan, frekuensi penggunaan, ukuran porsi dalam URT serta cara memasaknya (direbus,
digoreng, dipanggang, dan sebagainya).
2. Lakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan untuk
kebenaran data tersebut.

Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-musim
tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya dan sebagainya.

Metode dietary history untuk menggali  informasi dietary intake pasien

 Prosedur dietary history untuk menggali informasi mengenai penyebab penyakit pasien

1. Petugas menanyakan kepada klien tentang gejala-gejala apa saja yang dirasakan klien terkait
dengan gangguan saluran pencernaan.
2. Petugas juga menanyakan mulai kapan klien sakit.
3. Petugas merecall makanan apa saja yang dikonsumsi (termasuk makanan yang tidak biasa
dikonsumsi sebelumnya) dan cara memasaknya pada hari dimana klien merasakan gejala
gangguan saluran pencernaan dan sehari sebelumnya sebelum klien merasakan gejalanya.
4. Petugas menanyakan kebiasaan-kebiasaan klien terkait dengan makan dan minum (misalnya:
kebiasaan makan dan minum di luar rumah).
5. Petugas melakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dengan cara mengajukan
pertanyaan untuk kebenaran data tersebut.

 Prosedur dietary history untuk menggali informasi mengenai kebiasaan makan pasien

1. Petugas menanyakan kepada klien tentang pola kebiasaan makannya, variasi makan, termasuk
jenis makanan, frekuensi penggunaan, serta cara memasaknya.
2. Petugas melakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dengan cara mengajukan
pertanyaan untuk kebenaran data tersebut.

Kelebihan metode dietary history :

 Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara kualitatif dan
kuantitatif.
 Biaya relatif  murah
 Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan
dengan diet pasien
 Tidak perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan
masuk dalam daftar kuissionaire

Kekurangan metode dietary history:

 Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden


 Sangat sensitif  dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih
 Tidak cocok dipakai untuk survey-survey besar
 Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus sedangkan variasi makanan sehari-hari tidak
diketahu

Hal-hal yang tercantum dalam form dietary history adalah sebagai berikut:
I. Data sosial ekonomi

A.Penghasilan

1. Kecukupan untuk membeli makanan

2. memenuhi syarat untuk bantuan kupon makanan (food stamps) atau bantuan umum lainnya

B. Latar belakang kebudayaan dan etnis

1. Pengaruh kebudayaan dan agama terhadap kebiasaan makan

2. Tingkat pendidikan

II.Mempersiapkan makanan

1. Masalah-masalah dalam berbelanja atau mempersiapkan makanan


1. Keterampilan dari orang yang berbelanja dan memasak
2. Tersedianya pasar
3. Kecukupan fasilitas untuk memasak, menyimpan makanan, dan lemari pendingin
(kulkas)

1. Penggunaan makanan yang sesuai

III.   Aktivitas fisik

1. Pekerjaan-jenis, jumlah jam kerja per minggu, tingkat aktivitas


2. Olahraga-jenis dan frekuensi
3. Halangan-halangan

IV.   Nafsu makan dan persepsi dari pengecapan dan penciuman-kualitas, perubahan apa saja
yang terjadi lebih dari 12 bulan terakhir ini

V.   Alergi, intoleransi, makanan yang dihindari, dan diet khusus

1. Makanan yang dihindari dan penyebabnya


2. Diet khusus-apa jenisnya, mengapa dituruti, dan siapa yang menganjurkan
VI.   Kesehatan mulut atau menelan

1. Gigi palsu; kelengkapan gigi geligi


2. Masalah pada pengunyahan, menelan, dan saliva

VII. Masalah gastrointestinal

1. Nyeri ulu hati, kembung, diare, muntah, konstipasi-frekuensi dari masalah; apa saja yang
berhubungan dengan makanan yang dimakan atau peristiwa-peristiwa lainnya
2. Obat yang digunakan-pencahar, antacid

VIII.   Penyakit umum dan penyakit jiwa

1. Jenis penyakit
2. Jenis dan lama pengobatan

IX.   Pengobatan

1. Vitamin, mineral, atau suplemen gizi lainnya-frekuensi, jenis, jumlah, dianjurkan atau diresepkan
oleh siapa
2. Pengobatan lainnya-frekuensi, jenis, jumlah, dan lama penggunaan

X.   Perubahan berat badan baru-baru ini

1. Jumlah pertambahan atau penurunan berat badan dan lebih dari berapa lama (sangan bermakna
apabila terjadi selama tahun lalu)
2. Disengaja atau tidak; jika disengaja, metode apa yang digunakan

XI.         Masukan makan yang biasa-gambaran masukan makanan sehari yang spesifik, atau
ingatan selama 24 jam dengan menggunakan kuisioner frekuensi makanan.

1. Metode yang paling tepat untuk menentukan tinggi badan estimasi adalah menggunakan knee
height. Kemudian untuk menentukan status gizi pasien, kami menggunakan data LILA/MUAC.

PENENTUAN STATUS GIZI MELALUI TB ESTIMASI   DENGAN MENGGUNAKAN


KNEE HEIGHT
Tujuan

Untuk mengukur tinggi badan seseorang yang tidak dapat berdiri tegak

Kelebihan

a         Dapat digunakan untuk mengukur TB pasien yang tidak dapat berdiri tegak

b        Dibanding metode estimasi TB lain (arm spam, bed length), tinggi lutut adalah metode
yang lebih mudah dan cepat

Kekurangan

Hanya dapat dilakukan jika kondisi kaki memungkinkan untuk diukur

Sasaran

Untuk pasien yang tidak dapat berdiri, lansia dengan keadaan tulang bungkuk

Alat

a         Kaliper

b        Ross Knee Height Caliper

c         Tape measurement

d        Stadiometer

Prinsip

Knee height sangat berkaitan dengan tinggi badan dan juga dapat digunakan untuk mengestimasi
tinggi badan seseorang dengan pembungkukan tulang belakang yang berat atau seseorang yang
tidak dapat berdiri. Knee height diukur dengan menggunakan caliper yang terdiri dari tongkat
pengukur yang dapat disesuaikan dengan sebuah bilah yang dirapatkan setiap ujungnya sampai
membentuk 90o segitiga (Lohman et al., 1988).
Measurement of knee height

Prosedur knee height (memakai pita pengukur)

Persiapan :

1. Siapkan pita ukur yang dalam kondisi baik, (tidak terlipat, tidak kusut).
2. Singsingkan celana hingga paha.
3. Jika subjek dalam kondisi duduk, maka tulang tibia dan tulang femur dalam sudut 90 derajat.
4. Pastikan subjek tidak memakai alas kaki.
5. Jika subjek dalam keadaan berbaring, pastikan juga tulang tibia dan tulang femur  dalam sudut 90
derajat dan antara tulang tibia dan telapak kaki juga membentuk sudut 90 derajat.

Prosedur pengukuran :

1. Pegang pita pengukur antara jari tengah dan jari manis dengan angka 0 tepat di bawah jari.
2. Letakkan tangan tepat di paha subjek, sekitar 4 cm dari ujung lutut.
3. Tarik pita ukur sepanjang kaki melewati mata kaki hingga sampai telapak kaki.
4. Pembulatan hingga 0.5 cm terdekat.

Prosedur pengukuran knee height (memakai caliper)

Persiapan:

1. Persiapan dan kalibrasi alat yag disebut dengan kaliper


2. Pasien dalam posisi berbaring/tidur
3. Kaki pasien diposisikan 90 derajat dengan bantuan alat penyangga

Pengukuran:

1. Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang patella (pertemuan antara
tulang tibia dengan patella)
2. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan katelitian 0,1 cm
3. Hasil pengukuran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan rumus.
Untuk menghitung tinggi badan estimasi berdasarkan knee height, kelompok kami menemukan
jurnal dari FNRI(Food and Nutrition Research Institute). FNRI adalah suatu badan milik
pemerintah Philiphina yang melakukan suatu penelitian tentang pembuktian dari rumus-rumus
yang telah ditetapkan oleh WHO seperti chumlea. Alasan kami memilih rumus yang dibuat oleh
FNRI ini karena berdasarkan info yang kami baca bahwa negara Indonesia, Philiphina, dan
Malaysia tergolong dalam satu ras yaitu subras melayu. Sedangkan rumus dari Chumlea
didapatkan dari penelitian pada orang kulit hitam dan kulit putih dari negara Amerika dan
Meksiko hal ini membuktikan bahwa rumus dari Chumlea kurang tepat digunakan untuk  warga
Indonesia. Rumus dari FNRI tersebut:

Pria                        =  96,5 + (1,38 x knee height) – (0,08 x age)

Wanita =  89,68 + ( 1,53 x knee height) – (0,17 x age)

Sehingga jika dilakukan perhitungan pada kasus PBL 1 ini:

Knee height Tn Bn= 53 cm

TB estimasi         = 96,5 + (1,38 x knee height) – (0,08 x age) cm

= 96,5 + (1,38 x 53) – (0,08 x 35) cm

= 96,5 + 73,14 – 2,8

= 166,84 cm

PENENTUAN STATUS GIZI MELALUI BMI DENGAN MENGGUNAKAN MUAC

Tujuan

Pengukuran LILA yaitu untuk memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan
lemak bawah kulit.

Kegunaan
LILA yaitu dapat  mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:

1. Status KEP pada balita


2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko bayi BBLR

Alat

Pita LiLA (suatu pengukur dr fiber glass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastik) sepanjang
33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran kain.

Sasaran

Bayi usia 0-30 hari, balita, WUS (wanita usia subur) usia 15–45 tahun, ibu hamil, dan laki-laki.

Kelemahan:

1. Baku LILA yang sekarang digunakan belum mendapatkan pengujian yang memadai untuk
digunakan di Indonesia
2. Kesalahan  pengukuran lebih besar dibandingkan pada Tinggi Badan
3. Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah) tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa

Kelebihan :

1. Alat  ukur  mudah, murah, sangat ringan, dan sederhana


2. Pengukurannya cepat, tidak rumit
3. Interpretasi langsung Dapat digunakan oleh orang yang tidak dapat membaca dan menulis ,
dengan memberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi.

Interpretasi Data

–          LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia < 23.5 cm

–          Pada bayi 0-30 hari : ≥9.5 cm

–          Balita dengan KEP <12.5 cm

–          Laki-laki
< 23 cm : undernourished

< 20 cm : severe malnutrition

< 17 cm : extreme malnutrition

Prosedur pengukuran LILA

Persiapan :

– Pastikan pita LILA tidak kusut atau sobek

– Alat yang dipakai yaitu pita LILA berwarna sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm

– Jika panjang dan lingkar lengan responden lebih dari 33 cm, gunakan meteran kain

–  Jika responden tidak memungkinkan untuk melipat lengan baju, diharapkan menggunakan
baju setipis mungkin.

Prosedur :

– Subjek berada disamping pengukur

– Posisi badan tegak, pandangan lurus ke depan dan lengan relaks

– Lengan yang diukur adalah lengan yang jarang digunakan. Jika subjek kidal maka lengan yang
digunakan adalah lengan kanan.

– tentukan posisi tengah lengan dengan cara siku dilipat membentuk sudut 900 dengan telapak
tangan terbuka ke arah depan.

– tentukan titik tengah antara pangkal bahu (olecranon) dan ujung siku (acronion) dengan
menggunakan pita LILA atau meteran

-tandai titik tengah tersebut dengan pulpen/spidol


– lingkarkan pita LILA di sekeliling lengan sesuai tanda pulpen/spidol responden.

– Pastikan pita pengukur lurus.

-Pandangan pengukur (enumerator) sejajar dengan pita pengukur.

– masukkan ujung pita dilubang yang ada pada pita LILA

-pita kemudian ditarik dengan perlahan jangan terlalu ketat atau longgar

-baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA

Keterangan: Jika lengan kiri lumpuh, yang diukur adalah lengan kanan (beri keterangan pada 
kolom catatan pengumpul data).

LAMPIRAN :

1. A.        ESTIMATED ANTROPOMETRI ASSESSMENT

a)      Estimasi Berat Badan

1. 1.       Rumus Chumlea


1. Berlaku untuk manula
2. Rumus :

Wanita = (1,27 x calfcirc) + (0,87xknee hight)+(0,98xMUAC)+(0,4xsubs.cap)-62,35

Pria = (0,98 x calfcirc) + (1,16xknee hight)+(1,73xMUAC)+(0,37xsubs.cap)-62,3

1. 2.       Wrist measurement


1. Prosedur = ukur lingkar pergelangan tangan
2. Rumus = TB (cm)

Wrist circ(cm)

Wanita Pria Interpretasi


>11 >10.4 Small

10 – 11 9.6 – 10.4 Med.

< 10.1 <9.6 Large

HAMWI methode

Contoh pengaplikasian

Frame size Pria wanita TB BB pria BB wanita

Medium 149,5 48 – 1,125 kg 45,5 – 1,125

Small -10% -10% 152 48 kg 45,5 kg

Big + 10% +10% 154,5 48 + 2,7 kg 45,5 + 2,3 kg

1. 3.       Estimation of body weight Amputees


1. IBW = BW – %body past

i.            Kepala = 8%

ii.            Lengan atas = 2,7 %

iii.            Lengan bawah 1,6 %

iv.            Telapak tangan = 0,7%

v.            Paha = 10,1 %

vi.            Betis = 4,4 %

vii.            Telapak kaki = 1,4 %

1. 4.       Estimation of BW from MUAC and knee hight


1. Wanita          = (0,928xknee hight)+(2,508xMUAC)-(umur x 0,144)-42,543 ± 9,9 kg

Pria                = (0,826xknee hight)+(2,116xMUAC)-(umur x 0,133)-31,486 ± 10,1 kg


1. Untuk 60 tahun keatas

Sumber = estimating geriatric patient’s body weight using the knee hight caliper and MUAC  in
Hongkong chinese

1. 5.       Estimasi BMI dari MUAC

Wanita = (1,01 x MUAC) – 4,7

Pria       = (1,1 x MUAC) – 6,7

Sumber = Jeremy powel. Departement of Nutrition. UK

 Estimasi BB untuk tuan Bn tidak dapat ditentukan karena terbatasnya data yang ada.

Untuk mengetahui status gizi tn.Bn dapat melalui estimasi BMI dari MUAC.

Perhitungan =

BMI = (1,1 x 28) – 6,7

= 24,1

Jadi status gizi Tn. Bn lebih dari standar normal (18,5 – 23,5)  overweight

b)      Estimasi Tinggi Badan

1. 1.       Alat (pasien normal)


2. 2.       Knee height

Knee height merupakan salah satu metode untuk menentukan perkiraan tinggi badan bagi pasien
yang tidak dapat berdiri atau berdiri tegak.  Pengukuran ini dilakukan pada kaki kiri. Alat yang
dapat digunakan adalah pita pengukur  atau papan pengukur. Satu set papan pengukur tinggi
lutut terdiri dari dua papan yaitu satu papan berbentuk segitiga siku – siku yang diletakkan di
bawah lutut supaya lutut membentuk 900, dan papan yang dapat diperpanjang atau diperpendek
untuk diletakkan pada bawah tumit kaki sampai atas tempurung lutut  untuk mengukur dan
memastikan panjang lutut. Terdapat dua jenis papan pengukur yaitu papan pengukur yang sudah
dilengkapi dengan kunci dan yang belum dilengkapi dengan kunci. Diantara ketiga alat tersebut,
papan pengukur yang dilengkapi dengan kunci merupakan alat yang paling baik untuk
pengukuran, karena setelah meletakkan papan pada alas kaki dan lutut, papan tersebut dapat
dikunci sehingga panjang papan tidak berubah dan mempermudah pengukuran.

Prosedur pengukuran :

1. Posisikan pasien dalam keadaan duduk sampai paha dan kaki bawah membentuk sudut 90 0. Bila
perlu, gunakan papan atau alas yang membentuk 900.
2. Pasang papan pengukur dari bawah tumit sampai atas tempurung lutut .
3. Setelah tepat terpasang, kunci papan pengukur dan baca parameter.

Sumber  :  (the principal of nutritional assessment)

Dibandingkan dengan arm span, pengukuran knee height lebih baik karena tidak terpengaruh
umur. Selanjutnya hasil pengukuran tinggi lutut dapat dikonversikan ke tinggi badan
menggunakan rumus berikut :

Males    stature (cm) : 64,19 + [knee height (cm) x 2,03 – [0,04 x age (y)]

Female stature (cm) : 84,88 + [knee height (cm) x 1,83 – [0,24 x age (y)]

Sumber : (evaluation of accuracy and reliability of calipers for measuring recumbent knee
height in eldery people, david  B Cockram and Richard N Baumgartner, 1990).

1. 3.       Arm span

Arm span juga merupakan salah satu metode untuk menentukan perkiraan tinggi badan pada mas
lampau. Arm span merupakan pengukuran panjang dua lengan. Alat yang digunakan adalah pita
pengukur.

Prosedur pengukuran :
1. Pasien disandarkan pada dinding yang datar dengan posisi berdiri tegak dan kedua tangan
dilentangkan lurus ke samping.
2. Member i tanda atau batas pada ujung jari tengah kiri ke ujung jari tengah kanan.
3. Mengukur panjang batas – batas tersebut.

Sumber : (the principal of nutritional assessment)

Selanjutnya hasil pengukuran arm span dapat dikonversikan ke tinggi badan dengan
menggunakan rumus :

Male      stature (cm) : 118,24 + (0,2 x arm span) – (0,07 x age) cm

Female stature (cm) : 63,18 + (0,63 x arm span) – (0,17 x age) cm

          Sumber : (fnri.dost.gov.ph – Arm Span and Knee Height as Proxy Indicator for Height
(Research in Focus, by Florentino G sotan)

1. 4.       Demi span

Prinsip pengukuran demispan sama dengan arm span. Tetapi untuk demi span hanya mengukur
setengah dari arm span yaitu dari ujung jari tengah kanan atau kiri sampai tulang sternum.

1. 5.       Elbow breadh


2. 6.       Ulna
3. 7.       Sitting heigh
4. 8.       Panjang tempat tidur

c)       Lingkar lengan atas (LILA)

LILA merupakan salah satu pilihan untuk menentukan status gizi karena mudah dilakukan dan
tidak memerlukan peralatan yang rumit. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk index status gizi.

1. Baku LILA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan
di Indonesia.
2. Kesalahan pengukuran pada LILA relative lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan,
mengingat batas antara baku dengan gizi kurang lebih sempit pada LILA daripada TB.
3. LILA sensitive untuk balita dan WUS, tetapi kurang sensitive pada golongan orang dewasa lain.

Prosedur pengukuran :

1. Yang diukur adalah pertengahan lengan yang jarang dipakai. Pertengahan ini dihitung dari jarak
siku sampai batas lengan lalu dibagi dua.
2. Tangan dalam keadaan siku-siku, bergantung bebas, dan tidak tertutup kain atau pakaian.
3. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkar lengan,
tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.

Sumber : (penilaian status gizi)

1. DIETARY ASSESSMENT

Mengukur tingkat konsumsi terbagi 2, yaitu quantitative dan qualitative :

 Quantitative

Recall atau record yang didesain untuk mengukur kuantitas tingkat konsumsi per individu dalam
1 hari. Dengan menambah hari pengukuran tingkat konsumsi, intake sebenarnya akan diketahui
dengan menggunakan metode yang sama.  Estimasi intake juga diperlukan untuk mengestimasi
prevalensi ketidak adekuatan intake seseorang.

Sumber : (principles of nut.assesment, second edition, Rosalind S. Gibson )

 Qualitative

Metode Yang termasuk didalamnya adalah FFQ, semi-FFQ, dan dietary assessment. Dari metode
tersebut dapat diperoleh informasi pola makanan yang terdahulu.

Sumber : ( nut.assesment : a laboratory manual. Rosalin s. Gibson, oxford university press 1993
)

Jenis – jenis metode quantitative :


1. 1.       24 hour recall method

Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.

Sumber : ( penilaian status gizi, EGC )

Langkah-langkah 24 hour recall ada 4 tahap : pertama recall semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi selama 24 jam yang lalu atau yang terdahulu, kedua tanyakan secara detail deskripsi
semua makanan dan minuman seperti metode memasak,brand makanan, dll. Ketiga : estimasi
jumlah makanan dan minuman yang dkonsumsi , keempat : bacakan semua hasil yang diperoleh
yang bertujuan untuk mengecek kembali bener apa nggak. ( nut.assesment : a laboratory manual.
Rosalin s. Gibson, oxford university press 1993 )

Kelebihan 24 hour recall :

mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden,biaya relative murah,


cepat,dapat digunakan pada pasien yang buta huruf, dapat menggambarkan gambaran nyata yang
benar-benar dikonsumsi oleh klien.

Kekurangan 24 hour recall :

tidakdapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, ketepatannya tergantung daya ingat


responden,membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan
alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu, responden harus diberi motivasi dan penjelasan
tentang tujuan dari penelitian,dll ( penilaian status gizi, EGC )

1. 2.       Repeated 24 hour recall

Untuk mengestimasi tingkat konsumsi rata-rata untuk individu dengan periode waktu yang lama.

( nut.assesment : a laboratory manual. Rosalin s. Gibson, oxford university press 1993 )

1. 3.       Weighed food records


Metode ini disebut juga food records atau diary records,yang digunakan untuk mencatat jumlah
yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan
minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam
ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut),termasuk cara persiapan dan
pengolahan makanan tersebut.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Food Record :

ð  Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan,cara
persiapan dan pemasakan bahan makanan)

ð  Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan makanan
yang d konsumsi tadi.

ð  Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM.

ð  Membandingkan dengan AKG.

Kelebihan metode estimated food records :

ð  Metode ini relative murah dan cepat

ð  Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar

ð  Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari

ð  Hasilnya relatife lebih akurat

Kekurangan metode estimated food records :

ð  Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden merubah
kebiasaan makanannya.

ð  Tidak cocok untuk responden yang buta huruf.


ð  Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan
memperkirakan jumlah konsumsi. ( penilaian status gizi, EGC )

1. 4.       Estimated food records

Pada metode penimbangan makanan,responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh
makanan yang dikonsumsi responden selama 1hari.Penimbangan makanan ini biasanya
berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan,dana penelitian dan tenaga yang tersedia.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Penimbangan Makanan:

ð  Petugas/responden menimbang dan mencatat bahan makanan/makanan yang dikonsumsi


dalam gram.

ð  Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari,kemudian dianalisis dengan menggunakan


DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan)

ð  Membandingkan hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Danjurkan (AKG)

Perlu diperhatikan disini adalah,bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga
ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.

Kelebihan Metode Penimbangan :

ð  Data yang diperoleh lebih akurat/teliti

Kekurangan Metode Penimbangan :

ð  Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan.

ð  Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama,maka responden dapat merubah
kebiasaan makan mereka.

ð  Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil.

ð  Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden. ( penilaian status gizi, EGC )
Jenis Metode Qualitative

1. 1.       Dietary History

untuk memperkirakan asupan makanan yang biasa dikonsumsi dan pola makan individu yang
relatif jangka waktu yang panjang – biasanya dalam waktu 1 bulan mempunyai 3 komponen :

1. Wawancara mengenai semua kebiasaan makan dari subjek

“apa yang biasa anda makan saat sarapan?”

1. pemeriksaan kembali dan terdiri dari kuesioner tentang frekuensi konsumsi makanan tertentu
(untuk memverifikasi dan mengklarifikasi)

“apakah anda suka susu atau tidak?”

1. subjek merekam konsumsi makan mereka di rumah dalam 3 hari

ukuran porsi diperkirakan dengan menggunakan berbagai teknik, termasuk mengukur standar
cangkir dan sendok, alat-alat umum, komersial model makanan plastik, atau makanan
sebenarnya ( nut.assesment : a laboratory manual. Rosalin s. Gibson, oxford university press
1993 )

1. 2.       FFQ ( Food Frequency Questionnaire)

Bertujuan untuk menilai frekuensi  food items atau food groups yang dikonsumsi dengan periode
tertentu. Didesain untuk memberikan informasi secara kualitative tentang pola konsumsi.
Kuisioner FFQ terdapat 2 komponen yaitu : daftar makanan dan frekuensi makanannya
( day,week,month, year), daftar makanan yang dicantumkan harus lebih spesifik dan sesuai
dengan musim atau keadaan Jika kuisioner dimodifikasi dengan menambah ukuran porsi
makanan yang dikonsumsi maka inu dinamakan SEMI-FFQ. Ukuran porsi makanan dapat
diestimasi dengan food models atau gambar. ( nut.assesment : a laboratory manual. Rosalin s.
Gibson, oxford university press 1993 )

1. 3.       SEMI-FFQ
Digunakan untuk epidemology study untuk mengestimasi food intake individual. ( nut.assesment
: a laboratory manual. Rosalin s. Gibson, oxford university press 1993 )

Dari skenario TN. Bn maka untuk menggali kebiasaan mdapat digunakan metode FFQ / semi-
FFQ karena,Tn.Bn baru melakukan konsultasi gizi pada saat 5 taun setelah terjadi kecelakaan
motor sehingga untuk dapat melihat pola makan kebelakang (retrospective) maka digunakan
FFQ / semi-FFQ ,dan untuk alternative metode yang digunakan adalah dietary history

I. 1 Latar Belakang
Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Dalam bidang ilmu
gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi
badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi
lutut, dan lingkar perut. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk menentukan
status gizi disbanding baku atau berupa indeks dengan membandingkan ukuran seperti BB/U, BB/TB,
TB/U1[1]

Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-
dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar
dari yang terkecil sampai terbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1 percentile
sampai 100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan
mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya.2[2]

Antropometri adalah pengukuran dimensi fisik tubuh manusia pada usia yang berbeda Antropometri
adalah kesehatan anak yang efektif dan sering dilakukan dan gizi skrining nilai procedure.The data
pertumbuhan fisik tergantung pada akurasi dan reliabilitas, bagaimana mereka dicatat dan
diinterpretasikan, dan apa tindak lanjut upaya yang dilakukan setelah identifikasi gangguan
pertumbuhan.3[3]

1 [1] Sandjaja, dkk. 2010. Kamus Gizi.

2 [2] Nugroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi dan Pendidikan

Terhadap International Prostat Symptom pada Penderita Hiperplasia.


Antropometri adalah ilmu pengukuran dan seni aplikasi yang menetapkan geometri fisik, massa sifat
dan kemampuan kekuatan tubuh manusia (Leilanie dan Prado, 2007). The antropometri Data memberikan
informasi penting dalam produk / peralatan dan tempat kerja / workstation desain (Hanson et al, 2009.;
Tayyari, 2000).4[4]

Data antropometri dianggap lebih kritis dalam merancang untuk sekelompok penduduk yang
beragam seperti di Malaysia di mana ia melibatkan tiga kelompok etnis utama. Serupa dengan Lin et al.
(2004) studi, itu akan menarik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam berarti
dimensi tubuh dan proporsi tubuh ini tiga etnis. Namun, ada kekurangan yang cukup Data antropometrik
yang melibatkan para etnis di Malaysia. Hal ini mungkin karena alasan pengeluaran tinggi dan waktu
mengkonsumsi aspek dalam menjalankan data antropometri proses pengumpulan. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data antropometri di Malaysia. Itu Tujuan dari studi
ini adalah untuk mengembangkan antropometrik database untuk Melayu, Cina dan India dewasa di
Malaysia. Tujuan kedua adalah untuk identitas statistik signifikan antara sarana antropometri dimensi
antara ketiga etnis dan tujuan ketiga adalah untuk mengidentifikasi mana perbedaan berbohong dan
tingkat signifikansi dalam tiga etnis.4

Bidang antropometri meliputi berbagai pengukuran tubuh manusia, seperti berat, tinggi badan, dan
ukuran, termasuk ketak ketebalan, keliling, panjang, dan breadths. Antropometri adalah komponen kunci
dari penilaian status gizi pada anak-anak dan orang dewasa (1). Antropometrik data untuk anak
mencerminkan status kesehatan umum, kecukupan makanan, dan pertumbuhan dan perkembangan dari
waktu ke waktu. Pada orang dewasa, tubuh data pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi status
kesehatan dan diet, risiko penyakit, dan perubahan komposisi tubuh yang terjadi selama umur dewasa.
Laporan ini menyediakan data referensi antropometrik untuk anak-anak AS dan orang dewasa dari segala
usia dilakukan di pusat-pusat pemeriksaan mobile. Pusat-pusat penelitian yang dikelola oleh penuh-waktu
personil, termasuk teknisi kesehatan yang memperoleh pengukuran tubuh dari peserta survei. Semua
teknisi kesehatan NHANES menyelesaikan pengukuran tubuh program pelatihan komprehensif yang
digunakan rekaman video, demonstrasi, dan latihan praktek dengan pemeriksa ahli. Kesehatan kinerja
teknisi dipantau dengan cara pengamatan langsung, review data, dan penilaian para ahli pemeriksa.4

Evaluasi yang akurat dari status gizi harus termasuk perkiraan kompartemen tubuh (massa lemak
bebas dan massa lemak) dengan metode instrumental seperti bioelectrical impedansi analisis dan dual X-

3[3]Deniz Nazire, 2007. Antrhropometric measurements and body composition analysis of obese adolescents with and
without metabolic syndrome.

4 [4] Karmegam, dkk., 2011. Antropometrik studi di kalangan orang dewasa yang berbeda etnis di Malaysia.
ray absorptiometry (Enzi et al. 1997). Namun demikian, dalam praktek klinis dan survei epidemiologi,
komposisi tubuh dapat tidak langsung diperkirakan oleh pengukuran antropometri, yang non-invasif,
mudah dan murah untuk mengumpulkan.5[5]

Proses pengumpulan melibatkan modifikasi dalam gizi dan fisiologis status, seperti penurunan berat
badan dan tinggi (Dey et al. 1999), dan pengurangan massa lemak bebas terkait dengan peningkatan
massa lemak. Selain itu, redistribusi jaringan adiposa terjadi dengan akumulasi di batang dan situs
visceral (Steen, 1988; Schwartz, 1998). Tubuh terjadi perubahan komposisi berbeda pada pria dan
perempuan dan dalam berbagai tahapan penuaan, mempengaruhi antropometri. Akibatnya, standar
antropometrik nilai-nilai yang berasal dari populasi orang dewasa mungkin tidak berlaku untuk orang
tua.5

Non-patologis faktor yang mempengaruhi distribusi antropometrik karakteristik, seperti usia, jenis
kelamin dan wilayah geografis, harus diperhitungkan. WHO Komite Ahli Status Fisik menekankan
perlunya lokal gender dan nilai-nilai referensi usia tertentu untuk lansia.5

1.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari percobaan ini adalah untuk mengetahui status gizi perseorangan dengan
pengukuran antropometri

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari percobaan ini adalah :

1.   Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh
(IMT)
2.   Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan Waist to Hip Ratio
(WHR)
3.   Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan persentase Body Fat
(%BF)
4.   Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA)

5 [5] Perisinotto, dkk., 2002. Anthropometric measurements in the elderly: age and gender differences.
5.   Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan pegukuran lingkar Perut

1.3    Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui status gizi seseorang melalui
pengukuran antropometri dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), Waist to Hip Ratio (WHR),
persentase Body Fat (%BF), Lingkar Lengan Atas (LILA), pengukuran lingkar Perut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.    Indeks Massa Tubuh (IMT)

Penilaian status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara langsung yang dibagi menjadi
empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Dan penilaian status gizi secara tidak
langsung yakni, survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengukuran antropometri
relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan
keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksananya.6[6]

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa
parameter disebut Indeks Antropometri. Dalam pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan,
hal ini akan mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa indeks antropometri yang sering
digunakan yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan
gambaran prevalensi status gizi yang berbeda. 6

Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari sejumlah teknik-teknik yang
dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara
berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold)
diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak.1

Istilah Antropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti
ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan

6[6] Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi.


pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya
(Sutalaksana,1996). Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang
berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari
data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai
pertimbangan ergonomis proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi
manusia.2

Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal
perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools),
perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan perancangan lingkungan fisik.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk,
ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia
yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut.2

Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah
suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Pengertian istilah Nutritional
Anthropometry mula-mula muncul dalam Body Measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh
Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi
dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.
Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu: pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi
pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan menurut umur pada
umumnya untuk anak merupakan cara standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan. Kurang berat
tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi dapat pula mencerminkan keadaan
sakit yang baru dialami.3

Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-
dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Kenyamanan menggunakan alat
bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka
waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing. Penelitian
yang dilakukan Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic screwdriver usia 22 tahun
panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan tinggi tubuh rata-rata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja
pada posisi duduk lebih menerima getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya mengalami
stress dibanding yang posisi kerja berdiri.3
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa
diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama
bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat
dengan bertambahnya umur.

Rumus perhitungan IMT:

IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya
yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir
sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu
mempertimbangkan berat badan orang tua.1

Tabel 2: Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia:7[7]

Kategori IMT

Kekurangan BB tingkat berat < 17,0


Kurus
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 - < 18,5

Normal 18,5 – 22,9

Kelebihan BB tingkat ringan 23 – 24,9

Gemuk Kelebihan BB tingkat moderat (Obes I) > 25 – 29,9

Kelebihan BB tingkat berat (Obes II) > 30,0

Sumber. Sirajuddin 2012.

Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi internasional untuk menilai
risiko penyakit di antara orang dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari
tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular penyakit lainnya, dan
mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular kejadian
penyakit kardiovaskular meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada semua kelompok populasi.
Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskeletal, gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan
kualitas hidup. Akibatnya, dalam studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat

7 [7] Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri.
badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko terkena penyakit. Perluh
diketahui bahwa anak yang pendekpun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka perluh
mempertahankan berat badan normal.7

Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru
lahir (neonatus). Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah 2500 gram). Pada
masa bayi atau balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun
status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat
digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah
protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot
menurun. Pada klien edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat
menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.6

Penimbangan (berat badan) adalah pengukuran antropometri yang umum digunakan dan merupakan
kunci yang memberi petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk. Berat
badan merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang sedang berlaku dan ukuran yang paling baik
mengenai konsumsi kalori protein dan karbohidrat.8[8]
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:6
-  Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi
makanan dan kesehatan.
-       Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan gambaran pertumbuhan.
-       Umum dan luas dipakai di Indonesia.
-       Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
-       KMS yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak
menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.
-       Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi
badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.
-       Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi dengan menggunakan dacin yang juga
sudah dikenal oleh masyarakat.

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan
sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:6

a.    Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.
b.    Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.

8[8] Gibson, Rosalind S. 2005. Principle Nutritional Assement.


c.    Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d.   Skalanya mudah dibaca.
e.    Cukup aman untuk menimbang anak balita.

Tinggi badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan
sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) factor umur dapat dikesampingkan.6

Mengukur Berat Badan Mengukur Tinggi Badan

2.    Prediksi Tinggi Badan

Mengukur Tinggi Lutut instrumen portabel pengukuran perangkat tinggi lutut (KHMD), juga
dirancang untuk mengukur pertumbuhan jangka pendek dari kaki bagian bawah. Perangkat ini lebih
murah dan lebih mudah digunakan daripada knemometer tersebut. Sekali lagi, pengukuran yang diambil
pada saat anak duduk. Kursi yang digunakan dengan perangkat ini harus memiliki ketinggian kursi 33 cm
dan panjang 26 cm kursi. Tinggi lutut sangat berkorelasi dengan tinggi dan dapat digunakan untuk
memperkirakan tinggi badan pada orang dengan kelengkungan tulang belakang yang parah atau yang
tidak mampu untuk berdiri. Tinggi lutut diukur dengan kaliper yang terdiri dari tongkat pengukur
disesuaikan dengan pisau melekat pada masing-masing dan pada sudut 90 O C.9[9]

Faktor tambahan yang harus dipertimbangkan ketika memilih indeks atau kombinasi dari indeks,
termasuk ketersediaan equitment pengukuran yang akurat, pelatihan penguji untuk Cellect informasi yang
akurat dan menafsirkan hasilnya benar, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran.
Akhirnya, sering diabaikan adalah biaya tidak mengidentifikasi anak-anak kekurangan gizi atau salah
mengidentifikasi anak-anak cukup gizi seperti kurang gizi.9
Perkiraan parameter farmakokinetik dan evaluasi status gizi bergantung pada pengukuran yang akurat
tidak, hanya berat badan tetapi juga tinggi badan. Namun, sejumlah penyakit dapat menyebabkan
kesulitan dalam pengukuran tinggi badan secara akurat. Oleh karena itu, berbagai rumus berdasarkan
tulang yang tidak berubah panjang telah dikembangkan. Metode-metode termasuk tinggi lutut, panjang
lengan dan setengah rentang tangan.7
Tinggi lutut diukur dari bawah maleolus lateral fibula ke tumit. Langkah ini digunakan untuk individu
yang 60 tahun atau tidak dapat berdiri atau memiliki kelainan bentuk tulang belakang .7
Rumus nya yaitu :7

9 [9] Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia dan etnis.
Female: Height in cm = 84.88- 0.24 x age) + (1.83 x knee height) – x 1,2
Male : Heigt in cm = 64.19 – (0.04 x age) + (2.02 x knee height).
3.    WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)

Pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul yang menghasilkan indeks tinggi harus
memperhatikan penyebabnya karena simpanan lemak atau otot torso yang berkembang. Jadi perlu diukur
tebal lipatan kulit abdomen untuk mengetahuinya. Tujuan pengukuran lingkar pinggang dan pinggul
adalah untuk mengetahui resiko tinggi terkena penyakit DM II, kolesterol, hipertensi, dan jantung.
Lingkar pinggang diukur di indentasi terkecil lingkar perut antara tulang rusuk dan krista iliaka, subjek
berdiri dan diukur pada akhir ekspirasi normal dengan ketelitian 0,6 cm menggunakan pitameter. Lingkar
pinggul diukupenonjolan terbesar pantat, biasanya di sekitar pubic sympisis, subjek berdiri diukur
menggunakan pitameter dengan ketelitian 0,1 cm.10[10]

Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk
terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak
bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan
penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh ukuran umur yang digunakan
adalah rasio lingkar pinggal-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul harus dilakukan
oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tetap, karena perbedaan posisi pengukuran memberikan
hasil yang beerbeda.7

Suatu studi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pinggul berhubungan dengan penyakit


kardiovaskular.7

Rumus Menghitung Nilai WHR:7

10 [10] Kristanti. 2010. Penakit Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin, Mineral dan Elektrolit.
Tabel 4: Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada jenis kelamin dan
kelompok umur:7

Jenis Kelompok Resiko


kelamin umur Low Moderate High Very high

20-29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 > 0,94

Pria 30-39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 > 0,96

40-49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 > 1,00

20-29 < 0,71 0,71-0,77 0,78-0,82 > 0,82

Wanita 30-39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 > 0.84

40-49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87

Sumber. Sirajuddin 2012.

4.    Lingkar Perut (LP)

Cara lain yang biasa dilakukan untuk memantau resiko kegemukan adalah dengan mengukur lingkar
perut. Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80
cm untuk perempuan.8

Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam menentukan timbunan
lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena peningkatan timbunan lemak di perut tercermin
dari meningkatnya lingkar perut.8

Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal atau sentral.
Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. 1

Tabel 5: Standar Obesitas sentral berdasarkan Lingkar Perut.1

Klasifikasi Laki-laki Wanita

WHO 2000 94 cm 80 cm

Eropa 102 cm 88 cm

Asia Pasifik 90 m 80 m

Sumber: WHO
5.    Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah
dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. 7

Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran LiLA:7

Klasifikasi Batas Ukur

Wanita Usia Subur

KEK < 23,5 cm

Normal 23,5 cm

Bayi Usia 0-30 hari

KEP < 9,5 cm

Normal 9,5 cm

Balita

KEP < 12,5 cm

Normal 12,5 cm

Sumber: Sirajuddin, 2012.

LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan: 8

1. Status KEP pada balita


2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR

Kelemahan dari pengukuran LILA: 6

-       Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di
Indonesia.
-       Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
-       Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa.
6.    Tebal Lipatan Kulit
Semua pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di sisi kanan badan dan diukur tiga
kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang digunakan dalam
pengukuran status indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit
biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh
dapat dipakai untuk menilai status gizi dengan pengukuran tebal lemak bawah kulit terdiri dari beberapa
tempat, yakni trisep, bisep, subskapular, suprailiaka, supraspinale, abdominal, paha depan, betis medial,
dan mid aksla.1

Persentase body fat dapat diestimasi dari skinfold menggunakan persamaan secara umum atau
kelompok tertentu.1

Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh total.
Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Ketebalan lipatan kulit
adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari cadangan lemak tubuh total
terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting
untuk menentukan komposisi tubuh serta presentase lemak tubuh dan tubuh untuk menentukan status gizi
cara antropometri.7

Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit:7


Laki-laki 18-27 tahun
Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)

% BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100

Wanita 18-23 tahun

Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)

% BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100

Tabel 3: Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit: 7

Klasifikasi Laki-laki Wanita

Lean <8% < 13 %

Optimal 8 – 15 % 14 – 23 %

Slightly overfat 16 – 20 % 24 – 27 %

Fat 21 – 24 % 28 – 32 %

Obesitas 25 % 33 %

Sumber. Sirajudin
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.I Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin


pada tanggal 08 November 2012.

III.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan digital Seca, microtoice, alat ukur tinggi
lutut, pita LiLA, pita circumference, dan skinfold caliper.

III.3 Prosedur Kerja

a.    Pengukuran Barat Badan (BB)


1.    Responden mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal). Responden tidak
menggunakan alas kaki.
2.    Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0.
3.    Responden diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar merata pada kedua kaki dan posisi
kaki tepat di tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
4.    Diperhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, usahakan agar responden tetap tenang
dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan).
5.    Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan ditunggu sampai angka tidak berubah (statis).
6.    Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0.1 terdekat.
7.    Responden diminta turun dari alat timbang.

b.   Pengukuran Tinggi Badan (TB)


1.    Responden tidak mengenakan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala). Posisikan responden tepat
di bawah microtoice.
2.    Reponden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
3.    Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding tempat
microtoise di pasang.
4.    Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas dan menghadap paha.
5.    Responden diminta menarik nafas panjang untuk membantu menegakkan tulang rusuk. Usahakan badan
tetap santai.
6.    Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden. Pastikan alat geser berada tepat di
tengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada
dinding.
7.    Dibaca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar (ke bawah). Pembacaan
dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.
8.    Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas bangku agar hasil
pembacaannya benar. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.
c.    Pengukuran Tinggi Lutut
1.    Responden duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk sudut 90 0 proximal hingga patella.
2.    Kaki diletakkan di atas alat pengukur tinggi lutut dan pastikan kaki responden membentuk sudut 90 0
dengan melihat kelurusannya pada tiang alat ukur.
3.    Dibaca dengan sedikit menjongkok sehingga mata pembaca tepat berada pada angka yang ditunjukkan
oleh alat ukur. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

d.   Pengukuran Lingkar Pinggang


1.    Responden menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat diletakkan
dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang digunakan.
2.    Responden berdiri tegak dengan perut dalam keadaan rileks.
3.    Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkar pinggang secara horizontal dimana
merupakan bagian paling kecil dari tubuh atau pada bagian tulang rusuk paling terakhir. Seorang
pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
4.    Pengukuran dilakukan di akhir dari ekspresi yang normal dan alat ukur tidak menekn kulit.
5.    Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
e.    Pengukuran Lingkar Panggul
1.    Responden mengenakan pakaian yang tidak terlaku menekan
2.    Responden berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh dan kaki rapat
3.    Pengukur jongkok di samping responden sehingga tingkat maksimal dari penggul terlihat
4.    Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu diperlukan untuk
meletakkan alat ukur dengan tepat
5.    Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
f.     Pengukuran Lingkar Perut
1.    Mintalah dengan cara yang santun pada responden untuk membuka pakaian bagian atas atau
menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik
pengukuran.
2.    Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
3.    Ditetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
4.    Ditetapkan titik tengah di antara di antara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal
paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
5.    Responden diminta untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
6.    Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah kemudian secara sejajar horizontal
melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
7.    Pengukuran juga dapat dilakukan pada bagian atas dari pusar lalu meletekkan dan melingkarkan alat ukur
secara horizontal
8.    Apabila responden mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran mengambil bagian yang paling
buncit lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi.
9.    Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm.
g.    Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
1.    Penentuan Titik Mid Point Pada Lengan
1.    Responden diminta berdiri tegak.
2.    Responden dminta untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan kiri atas (bagi yang kidal
gunakan lengan kanan).
3.    Tekukan tangan responden membentuk 90 0 dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri
dibelakang dan menentukan titik tengah antara tulang rusuk atas pada bahu kiri dan siku.
4.    Ditandai titik tengah tersebut dengan pena.
2.    Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
1.    Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak tangan menghadap ke bawah.
2.    Diukur lingar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel pada kulit dan
dilingkarkan secara hotizontal pada lengan. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga
antara kulit dan pita.
3.    Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat
h.   Penentuan Tebal Lipatan Kulit (TLK)
1.    Petunjuk Umum
1.    Ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk mengangkat kedua sisi kulit dan lemak
subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari daerah yang diukur.
2.    Lipatan kulit diangkat pada jarak kurang lebih 1 cm tegak lurus arah garis kulit.
3.    Lipatan kulit tetap diangkat sampai pengukuran selesai.
4.    Caliper dipegang oleh tangan kanan.
5.    Pengukuran dilakukan dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh caliper dilepas.
2.    Pengukuran TLK Pada Tricep
1.    Responden berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
2.    Pengukuran dilakukan pada titik mid point (sama pada LILA).
3.    Pengukur berdiri di belakang responden dan meletakkan telapak tangan kirinya pada bagian lengan
kearah tanda yang telah dibuat dimana ibu jari dan telunjuk menghadap ke bawah. Tricep skinfold diambil
dengan menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik tengah tadi.
4.    Tricep skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm.
3.    Pengukuran TLK Pada Subscapular
1.    Responden berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
2.    Tangan diletakkan kiri ke belakang.
3.    Untuk mendapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba scapula dan mencarinya ke arah bawah
lateral sepanjang batas vertebrata samapi menentukn sudut bawah scapula.
4.    Subscapular skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-lateral) kurang lebih 45 0 ke arah horizontal garis
kulit. Titik scapula terletak pada bagain bawah sudut scapula.
5.    Caliper diletakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang mengangkat kulit dan subkutan
dan ketebalan kulit diukur mendekati 0,1 mm.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil

Tabel V.1. Hasil Pengkuran Antropometri Kelompok B1


No Nama J.K Umur BB TB (cm) TL (cm) LPi (cm) LPa (cm) Lp T
(kg) (cm) (

1 FLORINA YULINDA P 19 54,5 157,3 49 69,5 87,5 74 2

2 RUKAYAH P 19 43,5 148 46,9 61 80 69 1

3 TRISNA AWALIAH M P 19 36,1 146 46,3 60 76 63,5 1

4 WIDYA AYU PUTRI P 19 51 160,5 49,3 65,3 82 70 2

5 ANDIS ISNA ARIANTI P 20 45,7 152 48,4 66 80,5 72 1

6 DIAN ANGGRAENI P 19 49,9 148,4 48,4 68 84,4 70 2

7 IRNA DEWI YUNINGSI P 19 47,5 163 48,7 63,1 84 71 1

8 NAZLA M. ALBAAR P 19 55,3 150,4 46,9 70,5 84 70,4 2

NUR SAKINAH P 19 63,5 148,5 47,5 81 78 93 2

Sumber: Data Primer 2012

Keterangan:

J.K = Jenis Kelamin = Laki-laki / Perempuan LPi = Lingkar Pinggang

BB = Berat Badan LPa = Lingkar Panggul

TB = Tinggi Badan Lp = Lingkar perut

TL = Tinggi Lutut Lila = Lingkar Lengan Atas

Tabel V.2 Hasil Perhitungan Antropometri Kelompok B1

No Nama IMT WHR Lingkar Perut % Body Fat LILA

Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket Nilai

1 FLORINA 22,02 Normal 0,79 High 74 Normal 31, 82% Healthy 25


YULINDA Range

2 RUKAYAH 19,85 Normal 0,76 Moderate 69 Normal 21,32% Healthy 22,5


Range
3 TRISNA 16,93 Under 0,78 High 63,5 Normal 23,13% Healthy 19,3
AWAL weigh Range

4 WDYA AYU 19,79 Normal 0,79 High 70 Normal 27,72% Healthy 23,7
PUTRI Range

5 ANDI ISNA 19,78 Normal 0,81 High 72 Normal 28,01% Healthy 23,2
ARIANTI Range

6 DIAN 22,71 Normal 0,80 High 70 Normal 34,20% Over 24,9


ANGGRAENI Waigh

7 IRNA DEWI 17,85 Under 0,CF Moderate 71 Normal 24, 27% Healthy 21,6
YUNINGSI Weigh Range

8 NAZLA M. 24,44 Atrisk 0,83 Very 70,4 Normal 39,02% Obesitas 30,2
ALBAAR Haigh

9 NUR 28,79 Obesitas 1 1,03 Very 93 Obesitas 43,33% Obesitas 32


SAKINAH Haigh Center

Sumber: Data Primer 2012

Keterangan:

IMT = Indeks Massa Tubuh

WHR = Waist Hip to Rasio

TB/TL = Tinggi Badan Berdasarkan hasil perhitungan tinggi lutu


V.3Pembahasan

A.    IMT
Indeks masa tubuh atau body mass indeks merupakan alat atau cara sederhana untuk
menentukan status gizi orang dewasa. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap
penyakit infeksi sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit
7
degeneratif.
Parameter yang penting digunakan dalam pengukuran IMT adalah tinggi badan 148 cm dan
berat badan 43,5 kg. Sehingga diperoleh hasil dari pengukuran dan perhitungan dengan
2
menggunakan rumus yang telah ditetapkan yaitu 22,02, kg/m . Dan berdasarkan kategori IMT
menurut Riskesdas 2007 kategori normal IMT adalah 18,50-24,99. jadi IMT saya termasuk
dalam kategori Normal.
Berat badan normal atau IMT normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Yang terdapat beberapa keuntungan yang diberikan adalah
penampilan bail, lincah dan resiko sakit rendah.7
Menurut june steven, dkk (1998). Menyatakan bahwa untuk pria dan wanita di atas 75 tahun
usia, tingkat kematian kasar tidak meningkat dengan body mass indeks. Misalnya, di antara 75-ke-
84-tahun wanita, ada 5259 kematian akibat kardiovaskular Penyakit per 100.000 orang – tahun
dalam kelompok dengan indeks massa tubuh dari 19,0-21,9, dibandingkan dengan 5227 per
100.000 orang-tahun di kelompok dengan indeks dari 29,0-31,9. Distribusi dari beberapa
karakteristik terkait dengan indeks umur panjang dan massa tubuh bervariasi dengan usia. Subyek
yang lebih muda yang lebih berpendidikan, lebih mungkin untuk melaporkan tingkat tinggi
aktivitas fisik, dan lebih mungkin untuk meminum minuman beralkohol dibandingkan subyek
yang lebih tua. Yang relatif risiko kematian dari semua penyebab kematian akibat penyakit
kardiovaskular sesuai untuk massa tubuh indeks -kategori diperkirakan dalam model yang meliputi
umur, pendidikan, fisik kegiatan, dan konsumsi alkohol sebagai kovariat. Terpisah analisis dilakukan
untuk enam kelompok usia, dengan kategori body-mass index-19,0-21,9 digunakan sebagai kategori
referensi.11[11]
Salah satu yang harus dianjurkan pada remaja adalah mengonsumsi susu sebagai minuman utama,
karena susu merupakan sumber utama kalsium yang diperlukan untuk kesehatan tulang. Menurut
Heaney dan Whiting (2004), masa remaja merupakan saat yang sangat penting dalam pencapaian
puncak kepadatan tulang. Pada saat ini, khususnya pada saat remaja akhir, sekitar 90% hingga 95%
kepadatan tulang telah tercapai.11

11[11] Junestevens, Ph.D., Jianwencai, Ph,D., Elsier. Pamuk, Ph.D., Df. Williamson, Ph.D.,Michaelj. Thun, M.D.,& Joy L.
Wood, M.S.. (1998) . The Effect Of Age On The Association Between Body-Mass Index

And Mortality.
Dari hasil penelitian-penelitian ini membuktikan bahwa pemberian susu pada remaja berpengaruh
positif terhadap perubahan IMT seseorang. Pada pengukuran antropometri dengan indikator IMT
secara umum dilakukan dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan, jadi berat badan normal
adalah idman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Dan terdapat beberapa
keuntungan yang diberikan adalah penampilan baik, lincah dan resiko sakit rendah.
B.     Prediksi Tinggi Badan (Tinggi Lutut)
Tinggi lutut direkomendasi oleh World Health Organization (WHO) untuk digunakan sebagai
prediktor dari tinggi badan pada seseorang yang berusia ≥60 tahun (lansia). Proses bertambahnya usia
tidak berpengaruh terhadap tulang yang panjang seperti lengan dan tungkai, tetapi sangat berpengaruh
terhadap tulang belakang. Tinggi lutut diukur dari bawah maleolus lateral fibula ke tumit. Langkah ini
digunakan untuk individu yang ≥ 60 tahun atau tidak dapat berdiri atau memiliki kelainan bentuk
tulang belakang.11
Dengan menggunakan parameter pengukuran prediksi tinggi badan, dilakukan pengamatan
pengukuran pada lutut saya dan diperoleh hasil bahwa tinggi lutut saya 46,3 cm, dari tinggi badan 148
cm. serta dilakukan perhitungan prediksi tinggi badan dengan menggunakan rumus yang telah
ditetapkan dan diperoleh hasil pengukuran tinggi lutut saya yaitu 130.96. Jadi selisih antara tinggi
lutut-tinggi badan adalah 8,9, ini berarti cara atau alat ini dapat dilakukan untuk memprediksi tinggi
badan.
Menurut jurnal dan pengarangnya bernama Esmaillzadeh, dkk., (2004), menyatakan bahwa Cara
melakukan pengukuran pada beberapa subjek, mengemukakan bahwa tinggi lutut merupakan faktor
prediktor tinggi badan terbaik pada lansia laki-laki dan perempuan. Sedangkan usia juga merupakan
faktor prediktor tinggi badan pada lansia perempuan. Koefisien regresi faktor prediktor usia yang
negatif pada lansia perempuan konsisten dengan studi sebelumnya. 12[12]
Menurut Campbell, 2002. Hal ini bisa menunjukkan bahwa kurang gizi pasien juga tidak
memiliki ketinggian dan bobot direkam. Seperti kondisi pelacak kami adalah stroke akut dan gagal
jantung akut, kegagalan ini untuk merekam berat badan dan tinggi itu mungkin karena imobilitas.
Namun, pasien cenderung lebih besar di risiko kekurangan gizi dibandingkan penerimaan bedah
elektif. Tinggi juga dapat diperkirakan dalam bergerak pasien dari lengan-span atau lutut height.19,
20 Meskipun tidak mungkin untuk mempertimbangkan semua pasien masuk karena sakit parah dan
mobilitas, ini biasanya menjadi mungkin pada beberapa waktu saat pengakuan. Pasien yang menjalani
operasi mungkin lebih cenderung memiliki berat badan mereka dan tinggi dicatat sebagai bagian dari
pra operasi rutin pekerjaan-up. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa pasien lebih cenderung
memiliki berat badan mereka dan tinggi diperiksa karena mereka lebih bugar.13[13]
C.    WHR (Rasio lingkar pinggang-pinggul)

12[12] Esmaillzadeh, A., Mirmiran, P., & Azizi, F. (2004) “Waist-To-Hip Ratio Is A Better Screening Measure For
Cardiovascular Risk Factors Than Other AnthropometricIndicators In Tehranian Adult Men” International Journal Of
Obesity.
Jumlah lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metaolisme, termasuk terhadap
insulin dan miningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah
kulit pada kaki dan tangan. Ukuran yang umur digunakan adalah rasio lingkar pinggang-pinggul.
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran
harus tepat karena perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang berbeda. 7
Pada pengukuran rasio lingkar pinggang-pinggul, dilakukan dengan dua cara yaitu mengukur
lingkar pinggang sehingga diperoleh hasil dari lingkar pinggang saya yaitu 61 cm dan lingkar
panggul 80 cm, serta dilakukan dengan perhitungan lingkar pinggang (LPi) dibagi dengan lingkar
panggul (LPa) jadi diperoleh WHR saya yaitu 0,76 cm. Dalam interpretasi hasil pengukuran lingkar
pinggang dan panggul pada wanita umur 60-69 tahun apabila terdapat pada 0.76-0.83 ini
menunjukkan bahwa WHR saya masih bisa terkena penyakit kardiovaskular, dan apabila < 0.76
berarti kemungkinan terkena penyakit ini lumayan tinggi.
Jadi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pingggul berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular. Dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran menunjukkan interpretasinya moderate
yang artinya saya beresiko terkena penyakit kardiovaskula.
Menurut A Esmaillzadeh dkk (2012) menyatakan bahwa, WHR menjadi prediktor yang lebih
baik kardiovaskular faktor risiko dari lingkar pinggang dan BMI. Selanjutnya Lakka et dalam
prospektif studi tentang pria Finlandia berusia 42-60 tahun menyarankan WHR sebagai Indeks yang
lebih baik untuk memprediksi penyakit jantung koroner dibandingkan lingkar pinggang dan BMI.12
Menurut dobbelsteyn et dalam jurnal A Esmaillzadeh dkk (2012) menyatakan bahwa pria dewasa
Kanada dan perempuan menunjukkan bahwa WHR dapat memprediksi faktor risiko kardivaskular
lebih akurat daripada BMI dan mampu sebagai mengidentifikasi subyek beresiko untuk faktor risiko
penyakit kardivaskular. Dan ini berkembang dan diteliti di berbagai Negara. 12

D.    Lingkar Perut


Dalam memantau resiko kegemukan adalah dengan mengukur lingkar perut. Ukuran lingkar perut
yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan ,
pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui penyakit obesitas sentral pada lingkar perut seseorang. 7
Parameter pengukuran yang digunakan adalah lingkar perut, dari hasil pengukuran lingkar perut
saya yaitu 69 cm, ini menunjukkan bahwa saya memiliki lingkar perut yang normal. Dan resiko untu
terkena penyakit obesitas sentral sangat rendah.
Meurut A Esmaillzadeh dkk (2012) menyatakan bahwa, lingkar pinggang adalah indikator yang
paling banyak digunakan untuk mengetahui obesitas perut dalam suatu populasi. Setelah penyesuaian
untuk usia dan BMI, dikaitkan dengan lemak visseral meningkat, serta diperkirakan untuk

13[13] S.E. Campbell, A. Avenell And A.E. 2002. Walker For The Tempest Group. Assessment Of Nutritional Status In
Hospital In-Patients.
berkontribusi pada resiko pengembangan penyakit yang berhubungan dengan distribusi lemak
sentral.12
E.     LILA
LILA merupakan salah satu cara untuk mengetahui keadaan gizi Wanita Usia Subur (WUS) yang
paling sederhana dengan cara melingkarkan pita lila di bagian lengan kiri ibu. Dalam pengamatan
dengan menggunakan parameter LILA (lingkar lengan atas) menunjukkan ukuran LILA saya yang
berada di bawah ukuran normal yaitu 22,5cm sedangkan angka atau batas normal untuk LILA yaitu ≥
23,5 cm dan ini membuktikan bahwa saya termasuk dalam keadaan KEK (kekurangan energ kronik).
LILA menurut Afif dan ardiani (2012) menunjukkan adanya fenomena yaitu terdapat 3 responden
dengan status KEK tetapi bayinya lahir normal dan responden yang normal tetapi bayinya lahir
BBLR. Hal ini dikarenakan tidak hanya LILA yang mempengaruhi terjadinya BBLR. BBLR juga
dipengaruhi oleh faktor lain seperti kesehatan ibu dan gizi saat hamil. Berat badan lahir
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya Hemoglobin. Anemia gizi akibat kekurangan zat besi
sering terjadi karena meningkatnya volume darah selama hamil, di samping zat besi diperlukan untuk
pembentukan darah dalam tubuh janin. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko berat bayi
lahir menjadi rendah.14[14]
Menurut Nega Assefa1,dkk (2012), menyatakan bahwa LLA pada ibu yang kurang dari 23cm
dianggap menjadi tanda miskin nutrisi. LLA tidak berbeda jauh selama kehamilan dan karena itu
merupakan langkah yang tepat status gizi daripada BMI atau berat badan. Bayi yang lahir dari ibu
yang miskin, gizi, kekerasan fisik dialami selama kehamilan akan mengalami BBLR. Dalam
komunitas ini sebagian besar miskin di mana cakupan ANC rendah, untuk mengurangi kejadian
BBLR, adalah penting untuk meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan ibu. Keterlibatan suami
dan masyarakat luas untuk mencari tindakan kolektif pada BBLR sangat penting. 15[15]
F.     % Body Fat
Berdasarkan pengukuran ketebalan lapisan kulit pada daerah trisep kiri dan subskapula kiri,
kemudian menggunakan rumus persentase lemak tubuh, dapat diketahui banyaknya lemak tubuh.
Dalam pengukuran secara antropometri dengan parameter persen body fat (TLK) saya memiliki
21,23%. Adapun klasifikasi persen body fat berdasarkan umur dan jenis kelamin yaitu untuk umur
20-40 adalah < 21,33 % sedangkan hasil dari pengukuran saya terdapat 21,23 %. Hal ini berarti
persen body fat saya tergolong Healthy Range.
Hasil studi WHO (1984) pada orang lanjut usia ditemukan sebanyak 4,6%-8% mempunyai
kekuatan otot kurang, fleksibilitas rendah, tidak mampu menaiki tangga, kesulitan melakukan

14[14] Afif maulidiyah & adiani sulistiani. 2012. Jurnal kebidanan Hungan lingkar lengan atas (LILA) dan kadar hemoglobin
dengan berat lahir.

15[15] Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm Circumference (MUAC) and Antenatal
Care (ANC) Are Determinants for Low Birth Weight in Kersa, Ethiopia
aktivitas sehari-hari dan kemandirian. Penelitian epidemiologi lain menyebut-kan bahwa usia lanjut,
jenis kelamin wanita, kekuatan otot kurang dan flek-sibilitas sendi rendah merupakan faktor risiko
terjatuh.15

Menurut goulding A (2003), menetapkan dalam penenelitiannya adalah kami menetapkan


bahwa wanita berusia 4-5 tahun relatif tinggi adipositas cenderung mempertahankan lintasan jauh
lebih tinggi keuntungan lemak, dibandingkan anak perempuan yang lebih ramping pada awal. Namun
demikian, adalah meyakinkan untuk dicatat bahwa tidak setiap anak dengan tinggi adipositas awal
memperoleh sejumlah besar lemak. Dengan demikian, meskipun memburuk adipositas lebih mungkin
sebagai kemajuan masa kanak-kanak, maka bukan merupakan konsekuensi tak terelakkan dari
memiliki lemak tinggi Persentase pada 5 y usia. Apakah atau tidak adipositas yang berlebihan menjadi
lebih parah dari waktu ke waktu akan tergantung pada keseimbangan setiap anak mencapai antara
asupan energi dan mereka pengeluaran energi. Pengukuran longitudinal kami menunjukkan bahwa
anak perempuan dari kelompok persentase lemak rendah adalah mendapatkan rata-rata 2 g lemak per
hari, sedangkan yang dari Persentase kelompok lemak tinggi yang mengumpulkan sekitar 6 gram
lemak sehari-hari.16[16]

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

16[16] Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003). Body composition of 4- and 5-year-old
New Zealand girls: a DXA study of initial adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity.
1.         Untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) saya melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan adalah
19,85 dimana BB 43,5 kg dan TB 148 cm.

2.         Untuk Rasio Lingkar Pinggang-Panggul (WHR) saya melalui pengukuran lingkar pinggang dan
lingkar panggul adalah 0,76 dimana L.Pi 61 dan L.Pa 80.

3.         Untuk lingkar perut saya adalah 69 (normal) jadi saya tidak tergolong dalam obesitas sentral.

4.         Untuk persen Body Fat (%BF) saya adalah 21,32 (Healthy Range) dengan hasil pengukuran tricep
11,8 dan subscapula 11.

5.         Untuk pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah 22,5 cm (KEK), berarti beresiko mengalami
Kekurangan Energi Kronik (KEK).

6.         Untuk pengukuran TB/TL adalah 130,96 dimana tinggi badan (TB) = 148 cm dan tinggi lutut (TL) =
46,3 sehingga diperoleh hasil 130,96 dengan selisih 8,9.

V.2 Saran

a. Kepada Dosen

Mohon agar kiranya para dosen masuk sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

b. Kepada Asisten

Semoga tetap dan akan selalu bersahabat dengan praktikan sehingga proses praktikum yang akan
dilakukan dapat berjalan dengan baik.

c. Laboratorium

Mohon agar laboratoriumnya lebih diperbesar lagi agar praktikum yang dilakukan lebih maksimal dan
efektif.

d. Kegiatan Praktikum

Agar kiranya praktikum dilakukan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Sandjadja dkk. 2010. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta : Kompas.
2.      Nugroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi dan Pendidikan Terhadap International
Prostat Symptom pada Penderita Hiperplasia. Cermin Dunia Kedokteran. XI : 678-745.
3.      Deniz Nazire. 2007. Antropometrik pengukuran dan analisis komposisi tubuh
remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik.
4.      Karmegam, dkk., 2011. Antropometrik studi di kalangan orang dewasa yang berbeda etnis di
Malaysia.

5.      Perisinotto, dkk., 2002. Anthropometric measurements in the elderly: age and gender differences.

6.      Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.


7.      Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan
Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.
8.      Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University Press.
9.      Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia
dan etnis pada 6 Panti terpilih di DKI Jakarta dan Tangerang tahun 2005. Jurnal UI. X :ISSN 1693-
6728.
10.  Kristanti. 2010. Penakit Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin, Mineral dan Elektrolit.
Yogyakarta : Citra Pustaka.
11.  Steven, june., Jianwencai., Pamuk, E., Williamson, Df., Michaelj. Thun, M.D.,& Joy L. Wood, M.S..
(1998) . The Effect Of Age On The Association Between Body-Mass Index And Mortality. The New
England Journal Of Medicine Vol. 338 Januari 1, 1998no.1.
12.  Esmaillzadeh, A., Mirmiran, P., & Azizi, F. (2004) “Waist-To-Hip Ratio Is A Better Screening
Measure For Cardiovascular Risk Factors Than Other AnthropometricIndicators In Tehranian Adult
Men” International Journal Of Obesity (2004) 28,1325–1332.
13.  Campbell., Avenel. A & A.E. Walker. (2002). Assessment Of Nutritional Status In Hospital In-
Patients. Q J Med 2002; 95:83–87.
14.  Afif maulidiyah & adiani sulistiani. 2012. Jurnal kebidanan, vol. IV. No.01, Juni 2012. Hungan
lingkar lengan atas (LILA) dan kadar hemoglobin dengan berat lahir.
15.  Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm Circumference
(MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are Determinants for Low Birth Weight in Kersa, Ethiopia”.
PLoS ONE www.plosone.org June 2012, Vol. 7 Issue 6 e39957.
16.  Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003). Body composition of
4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of initial adiposity and subsequent 4-year fat
change International Journal of Obesity (2003) 27, 410–415.

Anda mungkin juga menyukai