Anda di halaman 1dari 63

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REGULASI KETEKNIKAN MIGAS


Presentasi Direktur Jenderal Migas
Pada Pertemuan Ditjen Migas dengan Stakeholders Keteknikan

JAKARTA, 8 Juni 2007

www.migas.esdm.go.id

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

AGENDA PERTEMUAN DITJEN MIGAS DAN


STAKEHOLDERS KETEKNIKAN MIGAS
1. Konsep Keteknikan Migas
2. RPP Keteknikan Migas
3. Forum Keteknikan Migas
4. Pemberlakuan SNI menjadi SNI wajib

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

KONSEP KETEKNIKAN MIGAS


KESELAMATAN MIGAS

KOMPETENSI
TENAGA TEKNIK

SKKNI

LAIK
SNI

?
?

INSTALASI

INSTALASI MIGAS YANG :

ANDAL

AMAN

AKRAB LINGKUNGAN

SISTEM DAN
PROSEDUR

LAINNYA

Efisien

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

10 Agenda Utama Migas


1. Peningkatan Eksplorasi dan Produksi Migas
2. Peningkatan Jaminan Pasokan Bahan Baku dan Bahan Bakar
Migas
3. Pengurangan Subsidi BBM dan Peningkatan Efisiensi
Penyediaan Migas
4. Intensifikasi Penerimaan Negara dari Migas
5. Peningkatan Keselamatan Migas
6. Peningkatan Akses Data Migas
7. Refungsionalisasi Kelembagaan Migas
8. Pemberdayaan Kapasitas Nasional Bidang Migas
9. Perlindungan Konsumen Migas
10.Penyempurnaan Peraturan Perundang undangan Migas
4

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

KEBIJAKAN DAN REGULASI


INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI *)

MAKRO (Kebijakan dan Regulasi) :


Pembuat Kebijakan

MENTERI ESDM
(Pembuat Kebijakan Bidang Hulu Hilir Migas)

Regulator
Aspek Keteknikan
Aspek Bisnis

Menteri ESDM cq. Direktorat Jenderal Migas


(Regulator Keselamatan dan Usaha Penunjang Hulu-Hilir Migas)
Menteri ESDM
cq. Direktorat Jenderal Migas
(Regulator Usaha Hulu Migas)

Menteri ESDM
cq. Direktorat Jenderal Migas
(Regulator Hilir BBL dan
Gas Bumi Non - Pipa)

Badan Pengatur
BBM dan Gas Pipa
(Regulator BBM dan
Gas Bumi melalui Pipa)

Regulasi

Regulasi

Regulasi

MIKRO (Pelaku Usaha)


Usaha Inti

BU Niaga
BU Penyimpanan
BU Pengangkutan

Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Badan Usaha (BU)


Pengolahan
BBL dan Gas Non-Pipa

Badan Usaha
Badan Pelaksana KKS
di Bidang Hulu Migas
Hulu Migas
Usaha Hulu Migas

Usaha
Penunjang

Badan Usaha (BU)


Pengolahan
BBM dan Gas Pipa
Usaha Hilir Migas

Badan Usaha Penunjang Hulu Hilir Migas


Badan Usaha Jasa Penunjang
(Jasa Konstruksi, sesuai UU 18/1999)
Perencanaan PelaksanaanPengawasan

*)

BU Niaga
BU Penyimpanan
BU Pengangkutan

Industri Migas terdiri dari :


Usaha Inti Migas (core business)
Usaha Penunjang Migas (non-core business)

Jasa Terintegrasi

(Jasa Non-Konstruksi)
Jasa
Jasa
Jasa
Jasa
Jasa Jasa
Jasa
Inspeksi
Litbang Diklat Lainnya
Konsultansi G&G Pemboran
Teknis

Industri Penunjang

Pabrikasi
Peralatan

Pabrikasi
Pemanfaat

KKS (Kontrak Kerja Sama) ; BBM (Bahan Bakar Minyak) ; BBL (Bahan Bakar Lain)

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

REGULASI KETEKNIKAN MIGAS


Diperlukan Kaidah Keteknikan yang Baik (Good Engineering Practices) agar :
1. Reservoir migas dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal
2. Pengelolaan pemurnian dan pengolahan migas efektif dan efisien
3. Keselamatan Migas dapat diwujudkan
4. Transaksi jasa dan/atau peralatan migas dapat dipenuhi dan dilaksanakan.

Regulasi untuk Aspek Keteknikan Sebagaimana Diamanatkan Pasal 40, UU


22/2001 Mencakup :
1. PENGELOLAAN RESERVOIR MIGAS

(PETROLEUM RESERVOIR MANAGEMENT)

2. PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN MIGAS

(PETROLEUM REFINERY MANAGEMENT)

3. KESELAMATAN MIGAS

(PETROLEUM SAFETY)

4. INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI MIGAS


INFRASTRUCTURE)

(PETROLEUM TECHNOLOGY

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

Lanjutan
PENGELOLAAN RESERVOIR MIGAS
Pengelolaan Reservoir Migas adalah ketentuan tentang Kaidah Keteknikan
Pengelolaan Reservoir Migas Yang Baik (Good Reservoir Engineering Practices) agar
pengambilan cadangan migas dapat dilakukan secara optimal (ultimate recovery)
Karakteristik Reservoir
Natural Recovery
Secondary Recovery
Tertiary Recovery
Aspek keteknikan yang diatur adalah Manajemen Reservoir dan Teknik Produksi
Ketentuan tentang Pengelolaan Reservoir Migas serta Teknik Reservoir dan Teknik
Produksi diatur pada (Rancangan) Peraturan Pemerintah tentang Keteknikan dan
Keselamatan Migas (Pasal 40 ayat 6, UU 22/2001)

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

Lanjutan
PENGELOLAAN PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN MIGAS

Pengelolaan Pemurnian dan Pengolahan Migas adalah ketentuan


tentang Kaidah Keteknikan Pengelolaan Pemurnian dan Pengolahan Migas
Yang Baik (Good Refinery Engineering Practices) agar proses pengolahan
dilakukan secara efektif dan efisien untuk menghasilkan produk dan hasil
olahan yang optimal dan memenuhi standard dan mutu yang ditetapkan

Aspek keteknikan yang diatur adalah Teknik Pemurnian dan Pengolahan


termasuk Pengangkutan dan Penyimpanan

Ketentuan tentang persyaratan Umum Instalasi, Standardisasi dan Inspeksi


Teknik diatur dalam (Rancangan) Peraturan Pemerintah tentang Keteknikan
dan Keselamatan Migas

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

Lanjutan
KESELAMATAN MIGAS
Kegiatan Usaha Migas, produk, dan hasil olahannya antara lain Bahan Bakar Minyak dan
Gas (BBM/G), selain bermanfaat juga mempunyai potensi bahaya dan pencemaran yang
dapat merugikan manusia, harta benda dan lingkungan.
Potensi bahaya dapat terjadi pada tahap survey, pembangunan instalasi maupun pada
tahap operasi dan pasca operasi, yang meliputi kegiatan survey umum, eksplorasi,
eksploitasi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga ataupun tahap
pemanfaatan. Untuk itu instalasi migas dan pemanfaatan BBM/G perlu ada regulasi
keselamatan migas.
Keselamatan Migas adalah ketentuan tentang Standarisasi peralatan, SDM, pedoman
umum instalasi migas dan prosedur kerja agar instalasi migas dapat beroperasi dengan
andal, aman, dan akrab lingkungan agar dapat menciptakan kondisi :
Aman dan sehat bagi pekerja
(K3)
Aman bagi masyarakat umum
(KU)
Aman bagi lingkungan
(KL)
Aman dan andal bagi instalasi migas sendiri
(KI)
Kaidah Keteknikan Keselamatan Migas yang baik : praktek-praktek kegiatan usaha migas
yang dapat menjamin keselamatan kerja, keselamatan instalasi, keselamatan umum dan
lingkungan hidup.
Ketentuan tentang Keselamatan Migas diatur pada (Rancangan) Peraturan Pemerintah
tentang Keteknikan dan Keselamatan Migas (Pasal 40 ayat 6, UU 22/2001)
10

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

PENINGKATAN KESELAMATAN MIGAS


Value Chain Kegiatan Migas
Pra Operasi
1.
2.
3.

Perencanaan
Konstruksi
Commisssioning

Pasca
Operasi

Operasi
1.
2.

Operasi
Pemeliharaan

1.
2.

Pembongkaran
Reklamasi

ZERO
ACCIDENT

Handal, Aman, Akurat, Efisien, Effektif dan Akrab


Lingkungan
Penyusunan Peraturan Pemerintah Kaidah Keteknikan dan Keselamatan MIGAS

Sosialisasi PP Kaidah Keteknikan dan Keselamatan MIGAS


Penerapan PP Kaidah Keteknikan dan Keselamatan MIGAS
Penerapan Sanksi Yang Tegas dan Penghargaan
Monitoring dan Pelaporan
11

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

HUKUM POSITIF YANG BERLAKU DI BIDANG INDUSTRI MIGAS


1960
Undang-undang (UU)

2001

2004
Putusan MK
No. 002 / PUU-1 / 2003

UU No. 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
1960

2006

diputuskan pada tanggal


21 Des 2004

UU No. 15 Tahun 1962 tentang Penetapan Prp No.2 Tahun 1962 tentang
Kewajiban Perusahaan Minyak Untuk Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri
1962

UU No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan


Minyak dan Gas Bumi Negara

1971

UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi


2001

Peraturan Pemerintah (PP)


MPR 1930 Nomor 341 tentang Peraturan Keselamatan Kerja Pertambangan
PP 17/1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi Migas di Daaerah Lepas Pantai
1974

PP 11/1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian atau Pengolahan Migas


1979

PP 42/2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas


2002 (Juli)

PP 67/2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian


BBM dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa

2002 (Des)

PP 31/2003 tentang Pengalihan Bentuk Pertamina Menjadi


Perusahaan Perseroan (PERSERO)

2003 (Juni)

PP 35/2004 Jo. PP No. 34/ 2005 tentang Kegiatan


Usaha Hulu Migas
PP 36/2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Migas

Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)


Keterangan:
: Garis untuk Tahun 2001
: Garis untuk putusan MK

2004 (Okt)

RPP tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas


RPP tentang Kegiatan Usaha Hilir Migas
RPP tentang ketentuan penetapan besaran bagian negara, pungutan negara dan
bonus (Amanat Pasal 31 ayat 5)
RPP tentang Pedoman dan Tata Cara KKS dan Wilayah Kerja (Amanat Pasal 18)
RPP tentang Pembinaan dan Pengawasan Kegiatan Usaha Migas
RPP tentang Keteknikan, Keselamatan dan Perlindungan Lingkungan

12

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

PRINSIP PRINSIP REGULASI KESELAMATAN MIGAS


Dekomisioning/Demolition
Instalasi Migas
Perusahaan Jasa
De-Konstruksi Migas
yang kompeten

Perencanaan
Instalasi Migas

Pembangunan
Instalasi Migas

Komisioning
Instalasi Migas

Pengoperasian
Instalasi Migas

Instalasi yang
Andal
Aman
Akrab Lingkungan

ASPEK YANG DIATUR / DI-REGULASI


Perusahaan Jasa
Perusahaan Jasa
Perusahaan Jasa
Perencanaan/EPC
Konstruksi Migas
Inspeksi Migas
yang kompeten
yang kompeten
yang kompeten
Peralatan (Individual) Instalasi (sistem)
yang Laik.
yang Laik
Pekerja Konstruksi
Operator yang
yang kompeten
kompeten

13

Pemilik/Perusahaan
OEM yang kompeten
Instalasi (sistem)
yang Laik
Lingkungan kerja
yang sehat & aman
- Thdp Pekerja (K3)
- Thdp masyarakat
(KU)
Tidak mengganggu
Lingkungan (KL)

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

UU Migas vs UU Keselamatan Kerja


Depnakertrans
UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Ialah aturan keselamatan kerja secara umum dalam
segala tempat kerja yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum RI termasuk di dalamnya usaha
pertambangan minyak dan gas bumi

Domain

UU
PP

Dep.
ESDM

UU No. 22 Tahun 2001

PP No. 17 Tahun 1974

tentang Minyak dan Gas


Bumi

tentang Pengawasan
Pelaksanaan Eksplorasi
dan Eksploitasi Migas di
Daerah Lepas Pantai

BU/BUT menjamin
standar, mutu, kaidah
keteknikan yang baik,
keselamatan dan
kesehatan kerja serta
pengelolaan lingkungan
hidup {Ps. 40 (1, 2, 3)}

PP No. 11 Tahun 1979


tentang Keselamatan
Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak
dan Gas Bumi

PP No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan


dan Pengawasan Keselamatan Kerja di
Bidang Pertambangan
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas
keselamatan kerja dalam bidang pertambangan dan
berpedoman kepada UU No. 1 Tahun 1970 (Ps. 2).

Peraturan Menteri Pertambangan


No. 05/P/M/Pertamb/1977 tentang Kewajiban
Memiliki Sertifikat Kelayakan Konstruksi untuk
Platform Migas di Daerah Lepas Pantai

Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi


No. 06P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Pertambangan
Migas dan Pengusahaan Sumberdaya Panas
Bumi

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

UU Migas vs UU Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup
UU No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Domain
PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan
PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun

UU

PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran


Udara

PP

PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan


Pengendalian Pencemaran Air
PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut

Dep.
ESDM

UU No. 22 Tahun 2001


tentang Minyak dan
Gas Bumi

Mijn Politie Reglement (MPR)


tahun 1930

Peraturan Menteri Pertambangan No. 04/P/M/Pertamb/1973


tentang Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran
Perairan Dalam Kegiatan EP Migas

BU/BUT menjamin
standar, mutu, kaidah
keteknikan yang baik,
keselamatan dan
kesehatan kerja serta
pengelolaan
lingkungan hidup {Ps.
40 (1, 2, 3)}

PP No. 17 Tahun 1974 tentang


Pengawasan Pelaksanaan
Eksplorasi dan Eksploitasi Migas
di Daerah Lepas Pantai

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral


No. 1457 K/28/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan
Energi

PP No. 11 Tahun 1979 tentang


Keselamatan Kerja pada
Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi

15

Keputusan Menteri ESDM No. 045 Tahun 2006 tentang


Pengelolaan Lumpur dan Serbuk Bor Pada Kegiatan Usaha
Migas

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

UU Migas vs UU LLAJR
Dep. Perhubungan

UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan

Domain
PP No. 41/1993 tentang Angkutan Jalan
PP No. 42/1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor di Jalan

UU
PP

PP No. 43/1993 tentang Prasarana dalam Lalu


Lintas Jalan
PP No. 44/1993 tentang Kendaran dan
Pengemudi

Dep.
ESDM

UU No. 22 Tahun 2001


tentang Minyak dan Gas
Bumi

PP No. 36 Tahun 2004


tentang Kegiatan
Usaha Hilir Migas

BU/BUT menjamin
standar, mutu, kaidah
keteknikan yang baik,
keselamatan dan
kesehatan kerja serta
pengelolaan lingkungan
hidup {Ps. 40 (1, 2, 3)}

PP No. 71/2005
tentang Penyediaan
dan Perindustrian
Jenis BBM Tertentu
RPP Keteknikan dan
Keselamatan Migas
RPP Pembinaan dan
Pengawasan
DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

UU MIGAS vs UU PERHUBUNGAN LAUT


DEPHUB

Domain

UU NO. 21 TAHUN 1992


TENTANG PELAYARAN

UU
PP
DEP.
ESDM

UU No. 22 Tahun 2001


tentang Minyak dan Gas
Bumi
BU/BUT menjamin
standar, mutu, kaidah
keteknikan yang baik,
keselamatan dan
kesehatan kerja serta
pengelolaan lingkungan
hidup {Ps. 40 (1, 2, 3)}

PP No. 17 Tahun 1974


Tentang Pengawasan
Pelaksanaan Eksplorasi
dan Eksploitasi Migas di
Daerah Lepas Pantai

PP NO. 81 TAHUN 2000


TENTANG KENAVIGASIAN

Peraturan Menteri Pertambangan


No. 05/P/M/Pertamb/1977 tentang Kewajiban
Memiliki Sertifikat Kelayakan Konstruksi untuk
Platform Migas di Daerah Lepas Pantai
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 06P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Pertambangan
Migas dan Pengusahaan Sumberdaya Panas
Bumi
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 300K/38/M.PE/1997 tentang Keselamatan
Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi
DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

KONSEP ATURAN POKOK


RPP KETEKNIKAN MIGAS

www.migas.esdm.go.id

Jakarta, 7 Juni 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

VII. REGULASI KETEKNIKAN MIGAS

7.1 PENGELOLAAN RESERVOIR MIGAS


7.2 PENGELOLAAN PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN MIGAS
7.3 KESELAMATAN MIGAS
7.3.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7.3.2 Keselamatan Umum
7.3.3 Keselamatan Lingkungan Hidup
7.3.4 Keselamatan Instalasi
7.4 INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI MIGAS
7.4.1 Persyaratan Umum Instalasi Migas
7.4.2 Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan Migas

19

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.1. PENGELOLAAN RESERVOIR MIGAS

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.1. PENGELOLAAN RESERVOIR MIGAS

ATURAN POKOK PENGELOLAAN RESERVOIR MIGAS


a. Pengambilan cadangan migas wajib dilakukan secara optimal.
b. Dalam memproduksikan cadangan migas, BU/BUT wajib menerapkan
kaidah keteknikan pengelolaan reservoir migas yang baik
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai kaidah keteknikan pengelolaan reservoir
migas diatur dalam Peraturan Menteri.

21

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.2. PENGELOLAAN PEMURNIAN DAN


PENGOLAHAN MIGAS

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.2. PENGELOLAAN PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN MIGAS

ATURAN POKOK PENGELOLAAN PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN MIGAS


a. Proses pemurnian dan pengolahan migas wajib dilakukan secara efektif dan
efisien untuk menghasilkan produk dan hasil olahan yang optimal dan memenuhi
standar dan mutu yang ditetapkan
b. Untuk mewujudkan proses pemurnian dan pengolahan migas secara efektif dan
efisien, BU wajib menerapkan kaidah pengelolaan pemurnian dan pengolahan
migas yang baik
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai kaidah keteknikan pengelolaan pemurnian dan
pengolahan migas diatur dalam Peraturan Menteri.

23

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.3. KESELAMATAN MIGAS


Ketentuan Umum yang penting dalam RPP Keteknikan Migas

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.3. KESELAMATAN MIGAS


7.3.1 ATURAN POKOK KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEKERJA
(untuk selanjutnya disebut Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Kewajiban BU/BUT untuk :
a. Mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja .
b. Memeriksa kesehatan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja secara periodik
c. Menggunakan pekerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan jenis pekerjaan,
sehat jasmani (tidak cacat) dan rohani.
d. Menyediakan sarana dan prasarana keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
alat pelindung diri (helm, sepatu, kacamata, sarung tangan, masker, pelindung
telinga, breathing apparatus, chamber unit), alat pencegah dan penanggulangan
kebakaran, peralatan penyelamat, klinik kesehatan, ambulance, helikopter, obatobatan, dan menyediakan tempat kerja dan lingkungan kerja yang memenuhi
persyaratan kesehatan kerja
e. Menyediakan alat komunikasi sesuai kebutuhan
f. Memasang tanda-tanda bahaya dan peringatan.
g. Memeriksa secara berkala kondisi sarana dan prasarana keselamatan dan kesehatan
kerja.
h. Menyiapkan dan melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja
i. Mensosialisasikan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja secara periodik
25

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.3. KESELAMATAN MIGAS


(lanjutan)
7.3.1 ATURAN POKOK KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEKERJA (lanjutan)
j. Melaporkan kecelakaan kerja kepada Kepala Inspeksi
k. Melaporkan hasil pelaksanaan pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja
kepada Kepala Inspeksi
Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja secara rutin dilakukan oleh Kepala
Teknik atau Wakil Kepala Teknik
b. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara periodik atau sewaktu-waktu
bila diperlukan dilakukan oleh Inspektur Migas

26

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.3 KESELAMATAN MIGAS


(lanjutan)
7.3.2 ATURAN POKOK KESELAMATAN UMUM

Kewajiban BU/BUT untuk :


a. Menerapkan aturan jarak aman dari pemukiman penduduk, fasilitas umum dan fasilitas
sosial
b. Menerapkan aturan daerah terbatas dan terlarang untuk memasuki area instalasi,
peralatan dan instrumentasi migas
c. Memasang rambu-rambu tanda bahaya dan peringatan
d. Memasang pagar pengaman di sekitar lokasi kegiatan operasi migas
e. Menempatkan alat-alat deteksi kebocoran migas, kebisingan, arah angin, gas beracun
dan gas mudah terbakar, dll di lokasi kegiatan operasi dan sekitar lokasi kegiatan
operasi
f. Menyediakan peralatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
g. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi kegiatan operasi sebelum
kegiatan operasi dimulai, termasuk Rencana Tanggap Darurat (Emergency Response
Plan)
h. Melakukan pengelolaan keselamatan bahan peledak dan bahan radioaktif
i. Bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan kegiatan operasi migas
terhadap keselamatan umum
j. Melaporkan kecelakaan umum kepada Kepala Inspeksi
k. Melaporkan hasil pelaksanaan pengelolaan keselamatan umum kepada Kepala Inspeksi
27

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.3 KESELAMATAN MIGAS


(lanjutan)
7.3.2 ATURAN POKOK KESELAMATAN UMUM (lanjutan)
Inspeksi Keselamatan Umum
a. Inspeksi keselamatan umum secara rutin dilakukan oleh Kepala Teknik atau Wakil
Kepala Teknik
b. Inspeksi keselamatan umum secara periodik atau sewaktu-waktu bila diperlukan
dilakukan oleh Inspektur Migas

28

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.3 KESELAMATAN MIGAS


(lanjutan)

7.3.3 ATURAN POKOK KESELAMATAN LINGKUNGAN HIDUP


Kewajiban BU/BUT untuk :
a. Menyusun studi lingkungan (AMDAL/ UKL-UPL) sebelum memulai kegiatan operasi
migas
b. Menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan hidup (antara lain : oil boom, oil dispersant, skimmer, Continuous
Emmision Monitoring (CEM),
c. Menempatkan alat-alat deteksi kebocoran migas, kebisingan, arah angin, dll di
lokasi kegiatan operasi
d. Menyediakan sumur pantau bagi kilang, depot dan SPBU
e. Menempatkan alat-alat deteksi gas beracun dan gas mudah terbakar serta radiasi
panas di sekitar lokasi kegiatan operasi
f. Menggunakan bahan-bahan kimia (corrosion inhibitor, oil dispersant, odorant) yang
akrab lingkungan
g. Mengelola limbah (padat, cair, gas) sebelum dibuang ke lingkungan
h. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan melakukan pemulihan
lingkungan pada masa dan pasca operasi
i. Menyusun SOP penanggulangan pencemaran termasuk Rencana Tanggap Darurat
j. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi kegiatan operasi sebelum
kegiatan operasi dimulai
29

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.3 KESELAMATAN MIGAS


(lanjutan)
7.3.3 ATURAN POKOK KESELAMATAN LINGKUNGAN HIDUP
(lanjutan)
k. Melaporkan kecelakaan lingkungan kepada Kepala Inspeksi
l. Melaporkan hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan kepada
Kepala Inspeksi
Inspeksi Keselamatan Lingkungan Hidup :
a. Inspeksi keselamatan lingkungan secara rutin dilakukan oleh Kepala Teknik
atau Wakil Kepala Teknik
b. Inspeksi keselamatan lingkungan secara periodik atau sewaktu-waktu bila
diperlukan dilakukan oleh Inspektur Migas

30

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.3 KESELAMATAN MIGAS


(lanjutan)
7.3.4 ATURAN POKOK KESELAMATAN INSTALASI
Kewajiban BU/BUT untuk :
a. Menggunakan instalasi, peralatan dan teknik yang dipergunakan sesuai dengan
standar dan spesifikasi teknis yang berlaku
b. Melakukan pemeriksaan teknis dan pemeliharaan instalasi dan peralatan secara
berkala
c. Mengamankan instalasi dan peralatan dari gangguan eksternal (banjir, petir,
sabotase, dll)
d. Melengkapi instalasi dan peralatan dengan piranti pengaman (safety device)
e. Menerapkan aturan daerah terbatas dan terlarang untuk memasuki area instalasi
dan peralatan migas
f. Menempatkan rambu-rambu tanda bahaya dan peringatan pada dan sekitar
instalasi dan peralatan
g. Menerapkan aturan jarak aman instalasi dan peralatan dari fasilitas umum dan
fasilitas sosial (buffer zone)
h. Mengoperasikan instalasi dan peralatan sesuai dengan Standard Operating
Procedure (SOP)
i. Menggunakan pekerja yang berkompeten untuk mengoperasikan, memelihara
dan memperbaiki instalasi dan peralatan
31

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.3 KESELAMATAN MIGAS


(lanjutan)
7.3.4 ATURAN POKOK KESELAMATAN INSTALASI
(lanjutan)
j. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi kegiatan operasi
sebelum membangun instalasi dan peralatan
k. Memberitahukan keberadaan instalasi lepas pantai kepada instansi terkait
Inspeksi Keselamatan Instalasi, Peralatan dan Instrumentasi :
a. Inspeksi keselamatan instalasi, peralatan dan instrumentasi secara rutin
dilakukan oleh Kepala Teknik atau Wakil Kepala Teknik
b. Inspeksi keselamatan instalasi, peralatan dan instrumentasi secara periodik
atau sewaktu-waktu bila diperlukan dilakukan oleh Kepala Inspeksi

32

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4. INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI MIGAS

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4. INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI MIGAS


7.4.1. Persyaratan Umum Instalasi Migas
a. Pembangunan dan konstruksi instalasi migas wajib mengacu pada rancangan instalasi
b. Instalasi migas yang telah selesai dibangun harus dilengkapi gambar terpasang (asbuilt drawing)
c. Instalasi migas yang dibangun dan dipasang harus sesuai dengan peruntukannya
d. Instalasi migas yang dibangun dan dipasang, direkondisi, dilakukan perubahan
kapasitas atau relokasi wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap
kesesuaian terhadap standar dan spesifikasi yang berlaku
e. Semua instalasi yang didirikan di dalam daerah yang mempunyai kemungkinan besar
bagi timbulnya bahaya kebakaran harus dibuat dari bahan-bahan yang tidak mudah
terbakar
f. Semua instalasi harus dilengkapi dengan sistem telekomunikasi yang baik
g. Instalasi unit proses harus ditempatkan pada lokasi yang tidak mudah menimbulkan
berbagai bahaya dan kerusakan terhadap sekitarnya
h. Instalasi unit proses yang berlainan fungsinya harus diatur penempatannya sesuai
dengan sifat bahan-bahan yang diproses dengan maksud untuk mengurangi atau
membatasi menjalarnya kerusakan apabila terjadi kecelakaan dan atau kebakaran
34

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4. INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI MIGAS


(lanjutan)
7.4.1. Persyaratan Umum Instalasi Migas (lanjutan)
i. Semua peralatan dan atau instalasi yang dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya
arus listrik yang diakibatkan oleh petir, arus liar, muatan statis dan sebagainya harus
dilengkapi suatu sistem untuk meniadakannya
j. Dalam hal mengadakan perbaikan dan pemeliharaan instalasi migas harus digunakan
cara, peralatan dan tenaga yang berkualifikasi
k. Pembangunan dan konstruksi instalasi migas wajib dilakukan oleh perusahaan/
pabrikan yang berkompeten
l. Pembangunan dan konstruksi instalasi migas wajib menggunakan standar dan
spesifikasi teknis yang berlaku
m. Setiap instalasi migas harus terpelihara dengan baik
n. Pemeliharaan sebagaimana pada butir m meliputi bagian-bagian yang mudah terlihat,
yang tidak mudah terkena gangguan, tanda-tanda alat pengaman, alat pelindung dan
perlengkapan lainnya
o. Pelaksanaan pemeliharaan instalasi migas wajib memperhatikan petunjuk teknis atau
manual sesuai fungsi instalasi yang bersangkutan

35

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4. INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI MIGAS


(lanjutan)
7.4.1. Persyaratan Umum Instalasi Migas (lanjutan)
p. Pelaksanaan pemeliharaan dapat dilakukan dalam keadaan beroperasi
q. Instalasi migas di lepas pantai tidak boleh dibangun di daerah pangkalan pertahanan,
alur keluar masuknya pesawat terbang, alur pelayaran, instalasi pelayaran, pelabuhan,
menara suar, rambu suar dan instalasi lain yang bersifat permanen di atas atau di
bawah permukaan air
r. Instalasi migas tidak boleh dibangun pada tempat umum, tempat keagamaan atau
tempat suci, kuburan, peninggalan jaman kuno yang penting, cagar alam, cagar
budaya atau daerah yang secara resmi dinyatakan sebagai daerah pariwisata,
lapangan dan bangunan pertahanan negara serta tanah disekitarnya, bangunan
bersejarah dan simbol-simbol negara, bangunan rumah tinggal dan pabrik beserta
tanah pekarangan, kecuali dengan ijin instansi pemerintah, persetujuan masyarakat
dan perseorangan yang berkaitan dengan hal tersebut
s. Instalasi migas tidak boleh dibangun di tempat yang jaraknya kurang dari 250m dari
batas wilayah kuasa pertambangan dan atau wilayah kerja atau apabila berbatasan
dengan negara lain dengan jarak yang ditentukan dalam perjanjian antara negara
Indonesia dan negara lain yang bersangkutan

36

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4. INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI MIGAS


(lanjutan)
7.4.1. Persyaratan Umum Instalasi Migas (lanjutan)
t. Instalasi migas tidak boleh dibangun di daerah sensitif (tempat peneluran ikan,
batu karang, mutiara dan koral)
u. Instalasi migas tidak boleh dibangun pada tempat penyelidikan ilmiah
v. Instalasi migas lepas pantai harus didirikan sedemikian rupa sehingga aman
terhadap kekuatan angin, gelombang dan arus laut
w.Suatu instalasi migas yang tidak dipakai lagi harus dibongkar seluruhnya dalam
jangka waktu yang ditetapkan Menteri, dengan melakukan tindakan-tindakan
yang layak untuk menjamin keamanan pekerjaan dan alur pelayaran
x. Di sekitar instalasi migas wajib ditetapkan daerah aman (buffer zone)
y. Instalasi migas wajib dilengkapi dengan rambu-rambu peringatan antara lain
lampu navigasi dan papan peringatan

37

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4 INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI MIGAS


(Lanjutan)
7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan
Pemeriksaan teknis dan pengujian instalasi dan peralatan dilakukan pada saat :
1. Akan dipasang atau didirikan
2. Sedang dipasang atau didirikan
3. Telah dipasang atau didirikan
4. Reparasi dan modifikasi
5. Sewaktu waktu jika diperlukan
a. Terhadap instalasi dan peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan usaha
migas wajib dilaksanakan pemeriksaan teknis dan pengujian terhadap
kesesuaian dengan standar dan spesifikasi teknis yang berlaku.
b.

Pemeriksaan teknis dan pengujian sebagaimana dimaksud pada butir a


dilaksanakan dalam rangka menjamin kehandalan instalasi dan peralatan

38

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan


(lanjutan)

c. Instalasi sebagaimana dimaksud dalam butir a terdiri dari :


1. Instalasi eksplorasi dan eksploitasi
a. Instalasi pemboran ;
b. Instalasi produksi ;
c. Instalasi pengumpul ;
d. Instalasi lainnya yang terkait dengan
kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi.
2. Instalasi pengolahan (mis. kilang)
a. Instalasi Pemurnian dan Pengolahan ;
b. Pembongkaran dan Pemuatan ;
c. Instalasi lainnya yang terkait dengan kegiatan Pemurnian dan Pengolahan
baik langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan kegiatan
termaksud.
3. Instalasi pengangkutan
(mis. Tanker, Barge, Truk, Kereta Api, Pipa Penyalur)

39

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan


(lanjutan)

4. Instalasi penyimpanan (mis. FPSO,barge)


a. Instalasi Seafed Depot ;
b. Instalasi Inland Depot ;
c. Instalasi Transit Terminal ;
5. Instalasi niaga (mis. SPBU)
a. Instalasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ;
b. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) ;
c. Instalasi Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) .
6. Instalasi penunjang terkait dengan 1 s.d 5 (mis. Power plant, water plant, waste
water treatment, fire water system)

40

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan


(lanjutan)

d.

Peralatan sebagaimana dimaksud dalam butir (a) antara lain terdiri dari :
1. Katup pengaman yaitu peralatan yang berguna untuk melindungi peralatan dan
fasilitas yang terkait meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Safety Valve ;
Relief Valve ;
Safety Relief Valve ;
Thermal Relief Valve ;
Pilot Operated Safety Valve ;
Vacuum Relief Valve.

2. Bejana tekan dan sejenisnya yaitu peralatan yang bekerja dengan tekanan
kerja didalam peralatan melebihi 1/2 Atm tekanan lebih (gauge), atau bejana
vakum dengan tekanan kerja di dalam peralatan kurang dari 1 Atm absolut.

41

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan


(lanjutan)
d. Peralatan sebagaimana dimaksud dalam butir (a) antara lain terdiri dari :
(lanjutan)
3. Pesawat Angkat yaitu peralatan untuk memindahkan, mengangkat barang secara vertikal
dan atau horizontal dalam jarak ditentukan, antara lain meliputi :
a. Pesawat Angkat Bergerak ;
b. Pesawat Angkat Tetap ;
c. Pesawat Angkat di atas kepala ;
4. Peralatan Listrik yaitu peralatan yang membangkit, mendistribusi dan mengendalikan
sistem tenaga listrik meliputi :
a. Unit Power Generator ;
b. Unit Power Transformer ;
c. Unit Switchgear ;
d. Unit Motor Control Center;
e. Unit Busbar.
5. Peralatan Putar yaitu peralatan yang berfungsi memindahkan atau memampatkan minyak,
gas serta panas bumi meliputi :
a. Unit Kompresor ;
b. Unit Pompa;
c. Unit Turbin.

42

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan


(lanjutan)

d. Peralatan sebagaimana dimaksud dalam butir (a) antara lain terdiri dari :
(lanjutan)
6. Pipa Penyalur yaitu bentang pipa berikut fasilitas-fasilitas terkait yang
digunakan untuk mengalirkan dan menyalurkan minyak dan gas bumi serta
panas bumi
a. Pipa Penyalur, adalah pipa minyak dan atau gas bumi yang meliputi Pipa Alir
Sumur, Pipa Transmisi Minyak, Pipa Transmisi Gas, Pipa Induk, dan Pipa
Servis;
b. Pipa Alir Sumur, adalah pipa untuk menyalurkan minyak atau gas bumi dari
kepala sumur ke stasiun pengumpul;
c. Pipa Transmisi Minyak, adalah pipa untuk menyalurkan minyak dari stasiun
pengumpul ke tempat pengolahan, dan dari tempat pengolahan ke depot, dan
dari depot ke depot atau dari depot ke pelabuhan dan atau sebaliknya;
d. Pipa Transmisi Gas, adalah pipa untuk menyalurkan gas bumi dari stasiun
pengumpul ke sistem meter pengukur dan pengatur tekanan, dan atau ke
pelanggan besar;
e. Pipa Induk, adalah pipa untuk menyalurkan gas bumi dari sistem meter
pengukur dan pengatur tekanan sampai Pipa Servis;
f. Pipa Servis, adalah pipa yang dipasang dalam persil pelanggan yang
menghubungkan Pipa Induk sampai dengan inlet pengatur tekanan atau meter
pelanggan;
43

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

d. Peralatan sebagaimana dimaksud dalam butir (a) antara lain terdiri dari :
(lanjutan)

7. Peralatan bongkar muat (loading and unloading arm)


a. Membongkar dan memuat minyak dan gas bumi beserta hasil pemurnian dan
pengolahannya , termasuk gas bumi yang dicairkan, harus memenuhi syaratsyarat sebagaimana tercantum dalam standar yang diakui oleh Meteri, kecuali
apabila ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah ini atau oleh Kepala
Inspeksi.
b. Peralatan untuk membongkar dan memuat termasuk pada ayat (1) harus
dilengkapi dengan alat-alat pengaman dan dibuat atau dibangun sedemikian
rupa sehingga tidak akan menimbulkan bahaya kebakaran atau ledakan atau
bahaya lainnya, serta apabila terjadi kebakaran atau ledakan atauk kecelakaan
lainnya harus dapat dibatasi atau dilokalisir setempat.
c. Kepala Teknik wajib mencegah terjadinya pencemaran oleh minyak dan gas
bumi beserta hasil pemurnian dan pengolahannya di tempat membongkar dan
memuat.
d. Dalam hal terjadi kebocoran pada waktu membongkar atau memuat minyak dan
gas bumi serta hasil pemurnian dan pengolahannya, maka aliran bahan-bahan
tersebut harus dapat dihentikan dengan segera dari tempat yang aman, disusul
dengan tindakan-tindakan pengamanan yang diperlukan.
e. Untuk bahan cair dan gas lainnya yang berbahaya diperlakukan ketentuanketentuan termaksud pada ayat-ayat (1), (2), (3) dan (4).
f. Pelaksanaan membongkar dan memuat minyak dan gas bumi serta hasil
pemurnian dan pengolahan nya harus diawasi oleh ahli dalam bidang tersebut.
Ahli termaksud harus dicatat oleh Kepala teknik dalam Buku Pemurnian dan
Pengolahan.
44

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan


(lanjutan)
d. Peralatan sebagaimana dimaksud dalam butir (a) antara lain terdiri dari :
(lanjutan)
8. Tangki penimbun adalah tangki penimbun yang digunakan dalam usaha minyak dan gas
bumi yang berupa tangki vertikal, tangki silinder, tangki regrigerasi, dan/atau tangki baja
yang dilas, dan berada di atas tanah serta dioperasikan mendekati tekanan atmosfir untuk
menimbun minyak dan gas bumi dalam bentuk cair.
9. Peralatan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan
a. Untuk pencegahan tumpahan minyak:
- Block valve pada pipa masuk yang akan masuk ke sungai
b. Pencegahan pencemaran gas
- Flare
- Vent
c. Limbah padat
- Incinerator
d. Pengolah air buangan
- Oil catcher
- Water Treatment
e. Penanggulangan
- Oil Boom dan Skimmer
- Vacum Truck
- Oil Dispesar Sprayer
- Absorber
45

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan


(lanjutan)

d. Peralatan sebagaimana dimaksud dalam butir (a) antara lain terdiri dari :
(lanjutan)
10. Peralatan ukur, Alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya, selanjutnya
disebut UTTP, adalah UTTP yang dipergunakan dalam operasi pertambangan
minyak dan gas bumi :
- Untuk meter gas (orifice, turbin dan yang sejenis) adalah 1 (satu) tahun;
- Untuk bejana ukur yang dipergunakan dalam pengujian pipa uji adalah 2
(dua) tahun;
- Untuk kompensator suhu dan berat jenis (ATG/ATC Unit) adalah 6
(enam) bulan.
11. Blow Out Preventer (BOP); peralatan untuk mencegah terjadinya semburan liar,
macam-macam BOP :
12. Kontrol Sistem BOP (Accumulator); Penggerak
13. Tempat penyimpanan bahan peledak

46

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan


(lanjutan)

e. Instrumentasi sebagaimana dimaksud dalam butir (a) antara lain terdiri dari :
1. Instrumentasi pengendalian proses (mis. pengendalian PVT)
2. Instrumentasi pengendalian bahaya (mis. ESD)
3. Instrumentasi pengukuran (mis. Sistem tangki ukur, sistem meter liquid,
sistem meter gas)
f. Pemeriksaan teknis dan pengujian dilaksanakan :
1. pada saat instalasi, peralatan dan instrumentasi akan dipasang
2. saat unjuk kerja teknik yang akan dipergunakan
3. secara berkala sesuai dengan sifat dan jenis instalasi, peralatan, instrumentasi
dan teknik yang dipergunakan
4. setiap saat apabila dianggap perlu oleh Menteri
g. Pemeriksaan teknis dan pengujian instalasi dan peralatan, dilakukan oleh Lembaga
Inspeksi Teknik yang independen dan terakreditasi

47

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan


(lanjutan)
h. Dalam hal Lembaga Inspeksi Teknik yang independen dan terakreditasi belum tersedia atau
jumlah Lembaga Inspeksi Teknik yang independen dan terakreditasi belum memadai sesuai
dengan jumlah pekerjaan, Menteri dapat menunjuk Lembaga Inspeksi Teknik yang belum
terakreditasi yang secara teknis dianggap mampu untuk melaksanakan pemeriksaan teknis dan
pengujian atas instalasi dan peralatan
i.

Dalam hal Lembaga Inspeksi Teknik belum tersedia, Menteri dapat menunjuk petugas
pelaksana atau perusahaan jasa inspeksi teknis untuk melakukan pemeriksaan teknis dan
pengujian atas instalasi dan peralatan

j.

Pelaksanaan pengujian instalasi dan peralatan disaksikan oleh petugas pelaksana yang
ditunjuk oleh Menteri

k. Terhadap instalasi dan peralatan, yang hasil pemeriksaan dan pengujiannya memenuhi
kesesuaian dengan standar dan spesifikasi teknis yang berlaku Lembaga Inspeksi
Teknik menerbitkan Sertifikat Laik Operasi dan memberikan rekomendasi ijin penggunaan
instalasi dan peralatan kepada Menteri
l.

Menteri memberikan ijin penggunaan instalasi dan peralatan berdasarkan rekomendasi


Lembaga Inspeksi Teknik atau Pelaksana yang ditunjuk oleh Menteri atau Perusahaan
Jasa Inspeksi Teknik

48

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

7.4.2. Pemeriksaan Teknis dan Pengujian Instalasi dan Peralatan


(lanjutan)

m. Dalam hal pemeriksaan teknis dan pengujian dilakukan oleh petugas pelaksana atau
Perusahaan Jasa Inspeksi Teknik yang ditunjuk oleh Menteri, maka Sertifikat Kelaikan
Operasi atas instalasi dan peralatan diterbitkan oleh Menteri
n. Berdasarkan Sertifikat Laik Operasi yang diterbitkan oleh Lembaga Inspeksi Teknik,
Menteri menerbitkan Izin Penggunaan instalasi dan peralatan
o. Biaya pemeriksaan teknis dan pengujian terhadap instalasi dan peralatan ditanggung oleh
BU/BUT

49

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

RPP KETEKNIKAN MIGAS

www.migas.esdm.go.id

Jakarta, 24 Mei 2007


DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

FORUM KETEKNIKAN MIGAS

51

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

TUJUAN
1.

Sebagai wadah komunikasi antara Ditjen Migas dan Stakeholders maupun


diantara Stakeholders keteknikan Migas

2.

Sebagai media sosialisasi kebijakan/peraturan perundang-undangan di


bidang keteknikan Migas

3.

Sebagai sarana penyampaian masukan bagi Pemerintah dalam penyusunan


kebijakan dan peraturan perundang-undangan di bidang keteknikan serta
pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul
dalam pengimplementasiannya

4.

Mewujudkan kebersamaan langkah (kemitraan) antara Pemerintah dengan


Stakeholders dalam mewujudkan operasi Migas yang efisien, efektif, andal,
aman dan akrab lingkungan.

52

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

KEANGGOTAN FORUM KETEKNIKAN


DITJEN MIGAS
BPMIGAS
APITINDO
APMI
PARA HSE MANAGER DARI BU/BUT
DLL YANG TERKAIT

53

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

PEMBERLAKUAN SNI
MENJADI SNI WAJIB

54

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

SERTIFIKASI KESELAMATAN PRODUK


(PERALATAN MIGAS DAN PEMANFAATAN MIGAS)

Keterangan:
+) Produk peralatan Migas tanpa tanda SNI dan pemanfaat Migas tanpa tanda keselamatan, dilarang beredar

++) Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku

*) Sebelum ada LS-Pro yang diakreditasi, maka Otoritas Migas dapat menunjuk LS-Pro untuk melakukan Sertifikasi bagi keselamatan peralatan Migas, tetapi sertifikat
dikeluarkan atas nama Otoritas Migas
**) Laboratorium Uji dan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu dapat terpisah, tapi masing-masing harus telah diakreditasi oleh KAN.
***) Pemberian sanksi kepada Lembaga Sertifikasi Produk berupa pencabutan akreditasi dilakukan oleh KAN dan pencabutan penugasan oleh Otoritas Migas.

55

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

TATA ALIR PROSES SNI WAJIB


TUJUAN PEMBERLAKUAN
SNI WAJIB
ANALISIS MANFAAT
DAN RESIKO
PENILAIAN KESESUAIAN

ANALISIS KESIAPAN
PRODUSEN
KESIAPAN LEMBAGA
PENILAIAN KESESUAIAN

PENGAWASAN PASAR
PERJANJIAN INTERNASIONAL
DAN REGIONAL

DRAFTING KEPMEN
NOTIFIKASI WTO
PENETAPAN KEPMEN
REGULASI TEKNIS
DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

SNI DI BIDANG MIGAS YANG TELAH DITETAPKAN OLEH BSN


(1989 2006)

Jumlah SNI di bidang Migas yang telah ditetapkan oleh BSN (Periode 1989 s/d 2006 )
sebanyak 128 Judul, dengan rincian sebagai berikut :
SNI Mengenai Produk Migas (Pelumas dan BBM), sebanyak 11 SNI
SNI Mengenai Material Peralatan Migas(casing, tubing dll), sebanyak 15 SNI
SNI Mengenai Konstruksi, Operasi dan Inspeksi pada Kegiatan Migas (platform,
desain instalasi, perbaikan dan operasi pada sistem subsurface safety valve dll),
sebanyak 59 SNI
SNI Mengenai Kualifikasi Personil dan Kurikulum Pelatihan (Kompetensi kerja
tenaga teknis khusus migas bidang pemboran dll), sebanyak 43 SNI

57

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

DAFTAR SNI YANG SUDAH DIWAJIBKAN


(10 SNI)
SNI 13-6550-2001

Kompetensi kerja tenaga teknik khusus migas bidang penyelidikan seismik

SNI 13-6552-2001

Kompetensi kerja tenaga teknik khusus migas bidang pemboran

SNI 136554-2001

Kompetensi kerja tenaga teknik khusus migas bidang perawatan sumur

SNI 13-6556-2001

Kompetensi kerja tenaga teknik khusus migas bidang operasi produksi lepas pantai
dan darat yang menggunakan teknologi setara lepas pantai

SNI 19-6558-2001

Kompetensi kerja tenaga teknik khusus operator pesawat angkat pesawat angkut dan
juru ikat beban

SNI 13-6560-2001

Kompetensi kerja tenaga teknik khusus migas bidang penanganan dan pengawasan
mutu bahan bakar minyak dan pelumas penerbangan

SNI 13-6561-2001

Kompetensi kerja tenaga teknik khusus migas bidang laboratorium pengujian migas

SNI 13-6562-2001

Kompetensi kerja tenaga teknik khusus migas bidang keselamatan dan kesehatan
kerja

SNI 13-6564-2001

Kompetensi kerja tenaga teknik khusus migas bidang system manajemen lingkungan

SNI 13-6566-2001

Kompetensi kerja tenaga teknik khusus ketel uap (Boiler)

Catatan : 10 SNI Wajib tersebut sedang dikonversi oleh BNSP menjadi SKKNI

58

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

RSNI YANG TELAH DIRUMUSKAN


DAN DIKONSENSUSKAN (2003 2006)
1. Tahun 2003 telah dikonsensuskan sebanyak 41 RSNI
2. Tahun 2004 telah dikonsensuskan sebanyak 28 RSNI
3. Tahun 2005 telah dikonsensuskan sebanyak 28 RSNI
4. Tahun 2006 telah dikonsensuskan sebanyak 10 RSNI

59

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

RSNI YANG SEDANG DIRUMUSKAN TAHUN 2007 (15 RSNI)


PANITIA TEKNIS
PANTEK 75-01/SC-2

JUDUL STANDAR
Pengelasan saluran pipa dan fasilitas terkait (API Std. 1104) Revisi SNI
Sistem perpipaan transmisi dan distribusi gas (ASME B31.8) Revisi SNI

PANTEK 75-01/SC-3

Petroleum and natural gas industries Equipment for well cementing Part 2 : Centralizer placement and stop collar testing (ISO 10427-2).
Petroleum and natural gas industries Processing systems evaluation (ISO 13501). (Revisi SNI 13-6903-2002).

PANTEK 75-01/SC-4

Petroleum and natural gas industries Downhole equipment packers and


bridge plug - (ISO 14300).

Petroleum and natural gas industries Corrosion resistant alloy seamless


tube for use as casing, tubing and coupling stock Technical delivery
conditions Corrigendum - (ISO 13680).

PANTEK 75-01/SC-5

PANTEK 75-01/SC-6

Centrifugal pumps (ISO 13709).

PANTEK 75-01/SC-7

Petroleum and natural gas industries Part 7 : Station keeping systems for
floating offshore structures and mobile offshore units - (ISO 19901-7).

60

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

RSNI YANG SEDANG DIRUMUSKAN TAHUN 2007


(Lanjutan)
PANITIA TEKNIS

JUDUL STANDAR

PANTEK 75-02/SC-2

Tank measurements.

Metering system for custody.

PANTEK 75-02/SC-3

Metoda uji - flash point COC (ASTM D92)

PANTEK 75-02/SC-4

Metoda uji Pour point (ASTM D97)

Metoda uji Copper corrosion (ASTM D130)

PANTEK 75-01/SC-5

Refrigerated hydrocarbon fluids Static measurement


calculation procedure (ISO 6578)

PANTEK 03-01

Standar petroleum, petrochemical and natural gas industries


Sector specific quality management systems Requirements
for product and service supply organizations.
61

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

SNI YANG DIUSULKAN MENJADI SNI WAJIB TAHUN 2007 (10 SNI)

1. SNI 06-7069.1-2005

Klasifikasi dan spesifikasi Pelumas-Bagian 1 : Minyak lumas motor bensin 4 (empat)


langkah kendaraaN bermotor

2. SNI 06-7069.2-2005

Klasifikasi dan spesifikasi Pelumas-Bagian 2 : Minyak lumas motor bensin 4 (empat)


langkah sepeda motor

3. SNI 06-7069.3-2005

Klasifikasi dan spesifikasi Pelumas-Bagian 3 : Minyak lumas motor bensin 2 (dua)


langkah dengan pendingin udara

4. SNI 06-7069.4-2005

Klasifikasi dan spesifikasi Pelumas-Bagian 4 : Minyak lumas motor bensin 2 (dua)


langkah dengan pendingin air

5. SNI 06-7069.5-2005

Klasifikasi dan spesifikasi Pelumas-Bagian 5 : Minyak lumas motor diesel putaran


tinggi

6. SNI 06-7069.6-2005

Klasifikasi dan spesifikasi Pelumas-Bagian 6 : Minyak lumas roda gigi transmisi


manual dan gardan

7. SNI 06-7069.7-2005

Klasifikasi dan spesifikasi Pelumas-Bagian 7 : Minyak lumas transmisi otomatis

8. SNI 06-7069.8-2005

Klasifikasi dan spesifikasi Pelumas-Bagian 8 : Gemuk lumas kendaraan bermotor

9. SNI 06-7069.9-2005

Klasifikasi dan spesifikasi Pelumas-Bagian 9 : Minyak lumas hidrolik industri jenis


anti aus

10. SNI 06-7069.10-2005

Klasifikasi dan spesifikasi Pelumas-Bagian 10 : Minyak lumas roda gigi industri


tertutup

62

DJ MIGAS 2007

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

63

DJ MIGAS 2007

Anda mungkin juga menyukai