Anda di halaman 1dari 172

AGENDA

Pendahuluan : The Issues


Peran Migas Bagi Indonesia
Penguasaan & Pengusahaan Migas

Pola Kerja Sama Pengelolaan Migas


Tahapan Bisnis Migas
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S)
Cost & Cost Recovery
POD, WP&B, AFE
Business Key Indicator

PENDAHULUAN

Eksplorasi dan Produksi Minyak & Gas Bumi


merupakan kegiatan industri yang melibatkan
banyak bidang keahlian berteknologi tinggi dan
memiliki resiko tinggi.
Bisnis dalam industri migas menjadi satu peluang
dan tantangan yang sangat menarik dan karenanya
memerlukan investasi dan pendanaan yang cukup
besar.
Meliputi kegiatan di sektor Hulu dan Hilir serta
sektor Industri dan Jasa Penunjang.
Merupakan industri strategis yang hasilnya sangat
dibutuhkan bagi kehidupan manusia

Arti Penting Minyak Bumi


Bagi Kehidupan Manusia

Sumber energi

Listrik
Industri, Rumah tangga
Kendaraan bermotor
Pesawat, Kapal laut, dll

Kebutuhan hidup sehari-hari


(produk petrokimia dari
minyak bumi)

Plastik

Bahan pakaian

Cat

Pupuk

dll

Sumber:
www.priweb.org/ed/pgws/uses/uses_home.html

Cadangan
Migas Dunia

Natural Gas Reserve by Region

Harga Minyak Dunia


(@ Oct 2014)

90an

70-80an
60an

http://www.oil-price.net

http://www.wtrg.com

Rata-rata Permintaan 88,69 MM BOPD

Kelangkaan Minyak Bumi .


di masa datang

Supply

Demand

Oil is un-renewable energy


Dibutuhkan jutaan tahun untuk pembentukan minyak
bumi, migrasi, dan akhirnya terjebak di srtuktur batuan.
.. dan hanya diperlukan beberapa abad saja untuk
menghabiskannya.

Diperlukan
Kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi minyak bumi
Penggunaan energi alternatif

Ranking Cadangan
* Central Intelegence Agency Jan 2012

AGENDA
Pendahuluan : The Issues
Peran Migas Bagi Indonesia
Penguasaan & Pengusahaan Migas

Pola Kerja Sama Pengelolaan Migas


Tahapan Bisnis Migas
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S)
Cost & Cost Recovery
POD, WP&B, AFE
Business Key Indicator

Konsep Pembangunan Ekonomi

Pendidikan & Kesehatan

Pekerjaan Bagi Masyarakat

Pembangunan Infrastruktur

Pengembangan Sumber Pendapatan

Dukungan Umum Kemasyarakatan

TUJUAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MIGAS


(Pasal 3 UU No. 22 Tahun 2001)
Menjamin efektivitas Eksplorasi dan Eksploitasi;
Menjamin efektivitas Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan, dan Niaga;
Menjamin efektivitas tersedianya Minyak Bumi dan Gas Bumi;

Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional;


Meningkatkan pendapatan negara;

PENYAMPAIAN
LAPORAN

PENGELOLAAN
ASET NEGARA

PENGAWASAN

PELAKSANAAN URUSAN
PEMERINTAHAN

PERUMUSAN
KEBIJAKAN

Menciptakan lapangan kerja.

(Pengertian MK atas Psl 33 UUD 1945)

PERAN PEMERINTAH

PERANAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI


BAGI PEMBANGUNAN NASIONAL
Pembangunan Nasional
yang Berkelanjutan

MEMENUHI
SUMBER

KEBUTUHAN

PENDAPATAN

BAHAN

NEGARA

BAKAR

SUMBER
BAHAN
BAKU
INDUSTRI

MENCIPTAKAN

EFEK
BERANTAI

DOMESTIK

INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI

PADAT

PADAT

PADAT
PADAT

SDM

TEKNOLOGI

MODAL

MODAL
RESIKO

YANG
HANDAL

CADANGAN MINYAK BUMI INDONESIA

PETA (STATUS
CADANGAN
MIGAS
: 1 JANUARI 2007)

CADANGAN GAS (TSCF)


TERBUKTI

NAD141.28

3.71

NATUNA

128.68

326.15

= 106.01 TSCF

POTENSIAL

TOTAL

= 164.99 TSCF

SUMATERA UTARA1.32

53,06

KALIMANTAN

4,155.67
SUMATERA TENGAH

6,31
97.75

21,49 768.86

7.96

7,79
917.36
95.36

SUMATERA SELATAN

26,68
JAWA BARAT
JAWA TIMUR

696.79

954.26
6,18
6,39

CADANGAN MINYAK BUMI (MMSTB)


TERBUKTI

= 3,988.74 MMSTB

POTENSIAL

= 4,414.57 MMSTB

TOTAL

= 8,403.31 MMSTB

SULAWESI

MALUKU

PAPUA

24,14

121.15

58.98 TSCF

AGENDA
Pendahuluan : The Issues
Peran Migas Bagi Indonesia
Penguasaan & Pengusahaan Migas

Pola Kerja Sama Pengelolaan Migas


Tahapan Bisnis Migas
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S)
Cost & Cost Recovery
POD, WP&B, AFE
Business Key Indicator

INDUSTRI HULU MIGAS


Sejarah Hukum Migas :

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 2 dan 3

Undang-undang Nomor 44 Prp. Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Negara (Pertamina).

Undang-undang Nomor 15 Tahun 1962 tentang Kewajiban Perusahaan Memenui


Kebutuhan Dalam Negeri.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1963 tentang Pengesahan Perjanjian Karya antara PN


Pertamina dengan PT Stanvac Indonesia; PN PERMIGAN dengan PT Shell Indonesia.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi Negara (Pertamina).

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2002.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004

Permen ESDM Nomor 6 Tahun2010

Peraturan Presiden nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggara Pengelolaan Ind. Migas

DASAR HUKUM PENGELOLAAN MIGAS


Hak Menguasai negara atas sumber daya alam (Pengertian MK atas Psl 33 UUD 1945):
Merumuskan kebijakan (beleid)
Pengaturan (regelendaad)
Pengurusan (berstuurdaad)
Pengelolaan (beheerdaad)
Pengawasan (toezichthoudeddaad)

HULU
(BAB IV Pasal 11 s/d
Pasal 21)
PP 35/1994
PP 35/2004 jo
PP 34/2005
Permen ESDM
Bidang Hulu

UU MIGAS No. 22/2001


Putusan MK 21 Desember 2004

Pasal 49
PP 42/2002
Ttg BPMIGAS

Pasal 49
PP 67/2002
ttg BPHMigas

Pembubaran BPMIGAS oleh MK

PP 09/2013
Penyelenggara
Kelola Ind. Migas

Pasal 60 huruf a
PP 31/2003
Ttg Pertamina

HILIR
(BAB V Pasal 23 s/d
Pasal 30)

PP 36/2004
Perpres
71/2005

Perpres
55/2005

Permen ESDM
Bidang Hilir 18

TUGAS DAN FUNGSI KELEMBAGAAN MIGAS


BERDASARKAN UU No. 22/2001
PEMERINTAH *)

SKK MIGAS (d/h BPMIGAS)

BPHMIGAS

(Pasal 4, 39 dan 41)

(Pasal 6 dan 44)

(Pasal 46)

Pemerintah sebagai
pemegang Kuasa
Pertambangan (Pasal 4)

Pengawasan kegiatan
usaha hulu migas
berdasarkan Kontrak Kerja
Sama (Pasal 44)

Pembinaan (Pasal 39)


-

Penyelenggaraan
Pemerintah **) di bidang
migas

Penetapan Kebijakan
kegiatan usaha migas

Pengendalian manajemen
operasi kegiatan usaha
hulu migas (Pasal 6)

Pengaturan dan
Pengawasan terhadap
pelaksanaan penyediaan
dan pendistribusian BBM
dan pengangkutan gas
bumi melalui pipa.

Pengawasan ***) terhadap


ditaatinya ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku
(Pasal 41)

Catatan :
*) Pemerintah adalah Perangkat NKRI yang terdiri dari Presiden beserta para Menteri
**) Penyelenggaraan Pemerintah meliputi pembinaan dan pengawasan
***) Tanggung jawab DESDM dan departemen lain yang terkait

20

TAHAPAN DAN PELAKU

KEGIATAN USAHA MIGAS


KESDM/DIRJEN MIGAS: Menyelenggarakan Urusan Kepemerintahanan, Menetapkan
Kebijakan, dan Mengawasi Kepatuhan Terhadap Peraturan Yang Berlaku.
SKK MIGAS (d/h BPMIGAS):
Melakukan Pengawasan dan
Pengendalian Terhadap
Pelaksanaan Kontrak Kerja Sama.

DITJEN MIGAS

BPHMIGAS: Melakukan
Pengawasan Pelaksanaan
Penyediaan dan Pendistribusian
BBM dan Pengangkutan Gas
Bumi Melalui Pipa.

BU/BUT: Melakukan Kegiatan


Eksplorasi dan Eksploitasi
PERTAMINA: Melakukan
Penyediaan dan Distribusi BBM
Subsidi.
BU: Melakukan Kegiatan Usaha
Hilir.
SURVEY
UMUM
+
PENYIAPAN
WILAYAH
KERJA

PENAWARAN
WK DAN
PENUNJUKAN
KONTRAKTOR

PENANDA
TANGANAN
KONTRAK
KERJA SAMA

REGULATOR

EKSPLORASI

EKSPLOITASI

LIFTING

KEGIATAN USAHA HULU

PENJUALAN
MIGAS

PENYEDIAAN
BBM

KEGIATAN
HILIR LAIN

21
KEGIATAN USAHA HILIR

Wewenang BPMIGAS
Sesuai PP 09/2013 : Wewenang, Tugas dan Fungsi sebagai Penyelenggara
dan Pengelola Industri Migas dilakukan oleh SKK Migas

Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk


BPMIGAS untuk melakukan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu.

Untuk melakukan Kegiatan Usaha Hulu, Badan Usaha atau Badan


Usaha Tetap (sebagaimana didefiniskan dalam UU 22/2001)
wajib mengadakan KKS dengan BPMIGAS.
Pengendalian Kegiatan Usaha Hulu oleh BPMIGAS dilakukan
lewat manajemen operasi KKS yang dipegang oleh BPMIGAS.
Kegiatan yang yang dikendalikan oleh BPMIGAS adalah kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi sebagaimana didefinisikan dalam UU
22/2001 dan aktivitas-aktivitas (pengolahan lapangan,
pengangkutan, penyimpanan dan penjualan hasil produksi) yang
merupakan kelanjutan kegiatan-kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi tersebut seperti diatur dalam Pasal 26 UU 22/2001.
22

TUGAS DAN FUNGSI


BPMIGAS
Sesuai PP 09/2013 : Wewenang, Tugas dan Fungsi sebagai Penyelenggara
dan Pengelola Industri Migas dilakukan oleh SKK Migas

TUGAS : melakukan
pengawasan dan
pengendalian terhadap
pelaksanaan Kontrak
Kerja Sama (KKS).

FUNGSI : melakukan
pengawasan agar
pengambilan sumber
daya alam dapat
memberikan manfaat
dan penerimaan yang
maksimal bagi negara.

1) Memberikan pertimbangan kepada


Menteri dalam hal penyiapan dan
penawaran Wilayah Kerja serta KKS;

2) Menandatangani KKS
3) Mengkaji dan menyampaikan rencana
pengembangan lapangan yang pertama
kali akan diproduksikan
4) Menyetujui rencana pengembangan
lapangan selain rencana yang pertama;
5) Memberikan persetujuan rencana kerja
dan anggaran;

KEGIATAN
USAHA HULU
MEMBERIKAN
KEUNTUNGAN
MAKSIMAL
BAGI NEGARA

6) Memonitori pelaksanaan Kontrak


Kerja Sama;

7) Menunjuk penjual Minyak Bumi


dan/atau Gas Bumi bagian Negara

Untuk melaksanakan Tugasnya BPMIGAS, Menetapkan kebijakan dan pengambilan


keputusan / tindakan dalam rangka menjalankan wewenangnya sendiri (PTK dll)

RESUME TUGAS DAN FUNGSI KELEMBAGAAN MIGAS


BERDASARKAN UU No. 22/2001

Ditjen
MIGAS

SKK
MIGAS

KKKS

PRE-CONTRACT

CONTRACT

Penyiapan dan
Tender Wilayah
Kerja

POD 1
Kebijakan Makro
Untuk Operasi
Perminyakan

Merekomendasi
& Pertimbangan
Kepada Menteri ESDM

Menandatangani Kontrak
Kerjasama,
Mengontrol, dan mengawasi
operator dalam Operasi
Perminyakan

Melaksanakan
Operasi Perminyakan

POST-CONTRACT
Perpanjangan,
Terminasi dan
Evaluasi Wilayah
Kerja

Rekomendasi
& Pertimbangan
Kepada Menteri
ESDM

AGENDA
Pendahuluan : The Issues
Peran Migas Bagi Indonesia
Penguasaan & Pengusahaan Migas

Pola Kerja Sama Pengelolaan Migas


Tahapan Bisnis Migas
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S)
Cost & Cost Recovery
POD, WP&B, AFE & FQR
Business Key Indicator

Petroleum Fiscal System


Campbells, 1987
Petroleum Fiscal
Arrangement

Concessionary

Service Contract

Production Sharing Contract

Johnston, 1994

Concessionary

Petroleum Fiscal
Arrangement

Pure Service
Contract

Service Contract

Contractual

Risk Service
Contract

Production Sharing Contract

JENIS KONTRAK MIGAS


Kontrak Konsesi/Royalty

Gross Rev.

Royalty
Exps.

Taxable Income
Tax

Gov. Take

Cont. Take

Hak pengelolaan migas ada di


tangan pemegang konsesi.
Pemegang konsesi
mempunyai kewajiban
membayar royalty, pajak
pendapatan dan pajak
lainnya.
Pemerintah tidak campur
tangan dalam pengelolaan
bahan tambang.
Audit pemerintah dilakukan
sesudah pekerjaan
dilaksanakan (post audit)

Concessionary System : Production Allocation

D&A = Depreciation & Amortization, IDC = Intangible Drilling Cost,

JENIS KONTRAK MIGAS (Lanjutan)


Kontrak Production Sharing (PSC)

Hak pengelolaan migas ada di tangan pemerintah,


walaupun pengusahaannya ada di tangan kontraktor.
Dalam mengelola lapangannya kontraktor harus
membuat dan mengajukan POD (Plan of
Development) agar diperoleh AFE (Authorization for
Expenditure) berupa persetujuan mengeluarkan
dana kepada pemerintah.
Audit pemerintah dilakukan sebelum, pada saat dan
sesudah pekerjaan dilaksanakan (pre, current and
post audit)

KONSEP SEDERHANA BAGI HASIL PSC


Bagi hasil Lifting antara Pemerintah dan Kontraktor
sebesar 85 : 15 diperoleh sbb :
Gross income (hasil produksi) . GI
Cost recovery . <CR>
To be shared ... .. TBS
Total taxes to be paid by Contractor:
PPs (corporate tax= PPh)
= 30%
PBDR = 20% x (100% - 30%)
= 14%
44% x TBS
Net share after tax ..
56% x TBS
This amount should be equal to the take home contractor share of 15%
Contractor portion
= 100 / 56 x 15% = 26,78 %
Tax to be paid
= 44% x 26,78% = 11,78% Take home contractor share ..
= 15,00 %
Government portion = 100 % - 26,78%
Add : tax received from Contractor
Total government share .

= 73,22%
= 11,78% +
= 85,00 %

JENIS KONTRAK MIGAS (Lanjutan)


Kontrak Jasa
Pada kontrak jasa, operator mendapatkan balas
jasa atas besarnya investasi, berupa persentase
dari investasi yang telah dikeluarkannya.
Kontrak Jasa Murni (Pure Service Contract)

Kontraktor/Operator, mengelola sumber daya agar


dapat dikomersialisasi untuk mendapatkan revenue dan
atas jasa pengelolaan sumber daya, operator
mendapatkan fee sesuai kontrak kerja ($/Bbl)
Kontrak Jasa Beresiko (Risk Service Contract)

Kontrak jasa yang diikuti dengan kewajiban untuk ikut


menanggung seluruh/sebagian resiko bisnis termasuk
resiko sumber daya.

KONTRAK MIGAS DI INDONESIA


Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract)

Pelaksanaan Kontrak Production Sharing antara


Pertamina dengan Kontraktor adalah sebagai
tindak lanjut dari Pasal 12 UU No. 8 Tahun 1971.
Kontraktor Kontrak Production Sharing (K3S)
mengadakan negosiasi mengenai suatu Wilayah
Kuasa Pertambangan yang ditawarkan Pertamina,
kemudian ditandatangani oleh Menteri ESDM
selaku Wakil Pemerintah.
Sistem diatas telah di perbaruhi dalam UU Migas
No. 22 Tahun 2001, dimana pengelolaan Industri
Migas dilaksanakan oleh Badan Pengatur, Jo. PP No.
09 Tahun 2013

SEJARAH KONTRAK MIGAS


INDONESIA

Colonial

1885 : Telaga Said,


Sultan Langkat
Concession for A.J.Ziljker
1890 : Royal Shell
1925 : STANVAC
1936 : CALTEX

Early
Independence

Permina,Pertamin,Permigan
Perundingan alot dg : Royal
Shell, STANVAC, CALTEX
1962 : Perjanjian Karya
Pan- American Oil

Modern

1966: Ibnu Sutowo (ex


Dir.Permina), Menteri Migas
Perusahaan besar
keberatan PSC : Royal
Shell, STANVAC, CALTEX
1966 : PSC IIAPCO, Japex,
REFICAN, KODECO,
ASAMERA

KONTRAK MIGAS DI INDONESIA (Lanjutan)


Kontrak Bagi Produksi dengan FTP (First Tranche Petroleum)

Bentuk kontrak Bagi Hasil (Production Sharing


Contract) dimana penyisihan minyak pertama sebesar
20% dari produksi disisihkan sebelum dikurangi biaya
operasi dibagi antara Pertamina dan Kontraktor (sesuai
term dalam kontrak).

KONTRAK MIGAS DI INDONESIA (Lanjutan)


Kontrak JOB (Joint Operating Body)
Bentuk kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) yang
diberlakukan pada daerah yang telah dieksplorasi dimana
Pertamina memegang maksimum 50% participating interest.
Pada participating interest dari kontraktor diberlakukan PSC.
Kontraktor menanggung biaya dan dikembalikan dengan 50%
uplift oleh Pertamina.
Kontrak TAC (Technical Assistance Contract)

Kontrak TAC adalah sistem perhitungan bagi hasil yang


dilakukan antara Pertamina dengan Kontraktor di lapangan
yang sebelumnya dikelola oleh Pertamina.
Disini dilakukan pemisahan antara non shareable oil yaitu
produksi (kesepakatan) apabila tidak terdapat investasi dan
shareable oil (yang dibagi) yaitu produksi akibat investasi
kontraktor.

AGENDA
Pendahuluan : The Issues
Peran Migas Bagi Indonesia
Penguasaan & Pengusahaan Migas

Pola Kerja Sama Pengelolaan Migas


Tahapan Bisnis Migas
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S)
Cost & Cost Recovery
POD, WP&B, AFE
Business Key Indicator

Production Sharing Contract


UUD 45 Pasal 33
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Sumber Daya Alam No


Ketrampilan & Teknologi Yes
Keuangan Yes
Risiko Yes

Sumber Daya Alam Yes


Ketrampilan & Teknologi Yes&No
Keuangan No
Resiko No

Kontrak Kerja Sama


(Production Sharing Contract/PSC)

Oil and Gas Field Life Cycle & The Risk


Resiko Eksplorasi :
Tidak ditemukan cadangan Migas
Statistik menunjukkan rasio gagal
mencapai 70% - 80%
Drilling Problems : Loss & Blow Out

Prospect Definition
Abandonment
Discovery

Depletion

Menemukan cadangan Migas, tapi


tidak ekonomis
Resiko atas komitment investasi :

Appraisal

High Investment
High Technology
High Risk
Development
Planning
Ongoing
Development
Production

Development

2D Seismic Cost : US$ 5-10 Juta


3D Seismic Cost : US$ 10-20 Juta
Drilling Cost : US$ 3-10 Juta
Appraisal Cost : US$ 2-10 Juta

Resiko Development & Eksploitasi :


Rasio gagal masih memungkinkan
Drilling Problems masih memungkinkan
Technology Risk
Return to Investment Ratio rendah
Fluktuasi hasil produksi & harga Migas

Dry Hole

1998 2007
57 KKS Terminasi
EXPENDITURE KKKS
(ASET DATA PEMERINTAH) : US$ 1,38 MILYAR

Alur Hukum Kewenangan


Badan Pelaksana MIGAS
Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk
SKKMIGAS untuk melakukan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu.
Untuk melakukan Kegiatan Usaha Hulu, Badan Usaha / Badan Usaha
Tetap (sebagaimana didefiniskan dalam UU 22/2001) wajib mengadakan
Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan SKKMIGAS.
Pengendalian Kegiatan Usaha Hulu oleh SKKMIGAS dilakukan lewat
manajemen operasi KKS yang dipegang oleh SKKMIGAS.
Kegiatan yang yang dikendalikan oleh SKKMIGAS adalah kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi sebagaimana didefinisikan dalam UU 22/2001
dan aktivitas- aktivitas (pengolahan lapangan, pengangkutan,
penyimpanan dan penjualan hasil produksi) yang merupakan kelanjutan
kegiatan-kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tersebut seperti diatur dalam
Pasal 26 UU 22/2001.

ADMINISTRASI WILAYAH KERJA & TAHAP


KEGIATAN PENGUSAHAAN MIGAS
(Tugas sebagai Pemegang Kuasa Pertambangan)

Wilayah Kerja

Penelitian
Penetapan WK
Pengakhiran WK

EKSPLORASI

Kontraktor

Tugas
SKK (BP) MIGAS - KKKS)

Penawaran WK Penandatanganan WK

PENGEMBANGAN

0 10 tahun
Tanggal
Kontrak Efektif (6 + 4 tahun)

Pengembalian WK

PRODUKSI & PENGEMBANGAN LANJUT

0 5 tahun

Sisa Periode Kontrak

Total Masa Kontrak 30 tahun

Geological & Geophysical


Seismic & Survey
Exploratory Drilling
Other Facilities
Apprisal

Development Drilling
Reservoir Studies
Completion
Drilling Operation
Well Equipment

Production Facilities
Production Operations
Technical Services
General & Administration
Transportations

Konsep Kontrak Kerja Sama (PSC)


Persyaratan :
Penguasaan sumber daya alam Migas tetap berada pada Pemerintah.
Pemerintah tidak akan menanggung resiko atas tidak ditemukannya
cadangan migas

Pemerintah tidak menghadapi kesulitan dana, dana selalu tersedia karena


operasi perminyakan menghadapi banyak ketidakpastian

Investor :
Investor harus memiliki keahlian, ketrampilan dan teknologi untuk
melakukan pencarian cadangan Migas

Investor harus memiliki dana untuk kebutuhan operasional


Investor harus biasa menghadapi resiko tinggi
Sumber : A to Z Bisnis Hulu Migas, A Rinto pudyantoro

Konsep Kontrak Kerja Sama (PSC)


Prinsip Dasar :
Kontraktor menyediakan segala dana investasi dan menanggung semua
resiko yang mungkin terjadi.
Manajemen operasi di tangan SKK Migas
Kepemilikan bahan tambang Migaas ada pada Pemerintah hingga titik
penyerahan

Kemitraan Unik:
Kontraktor bertindak sebagai operator kegiatan eksplorasi dan
ekploitasi sumber daya alam Migas, sedangkan SKK Migas
berperan sebagai Manajemen.
Kontraktor bersedia menyiapkan dana investasi untuk operasi
Dana investasi hanya akan dikembalikan apabila bisnis Migas
berhasil
Sumber : A to Z Bisnis Hulu Migas, A Rinto pudyantoro

Konsep Kontrak Kerja Sama (PSC)

Firm Commitment:
Komitmen pasti dari kontraktor untuk melakukan
pekerjaan dan membelanjakan investasinya sesuai
kesepakatan dalam kontrak.
Apabila kontraktor tidak dapat memenuhi komitmennya,
maka kontraktor akan terkena pinalti dengan menyetorkan
dana ke kas negara sebesar dana yang tidak atau belum
dibelanjakan sesuai komitmen dalam kontrak.

Sumber : A to Z Bisnis Hulu Migas, A Rinto pudyantoro

PARAMETER KONTRAK
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.

12.
13.
14.

Cost Recovery
Harga Minyak dan Energi
First Tranche Petroleum (FTP)
Equity to be Split (ES)
Domestic Market Obligation (DMO)
Contractor Share (CS)
Net Contractor Share (NCS)
Taxable Income
Recoverable Cost
Government Tax
Government Share
Total Contractor Share (TCS)
Investment Credit
Minimum Attractive Rate of Return (MARR)

1. Cost Recovery

Cost recovery adalah jumlah dari non-capital (NC),


depresiasi capital (D), operating cost (OC) dan
unrecovery cost (UC) tahun sebelumnya. Cost
recovery dapat diperoleh kembali dengan
mengambil bagian dari gross revenue, maka
kekurangan tersebut dapat diambil dari gross
revenue tahun berikutnya. Kekurangan ini disebut
unrecover cost.

CR = NC + D + OC + UC

Cost recovery adalah pengeluaran kontraktor yang


dikembalikan kepada kontraktor apabila wilayah
kerja telah dinyatakan komersial. Apabila tidak
komersial, cost recovery ini menjadi tanggungan dan
resiko kontraktor

2. Harga Minyak dan Energi


Harga minyak adalah fungsi pemasokan dan permintaan
minyak dunia. Apabila produksi negara-negara penghasil
tidak disiplin menjaga kuota produksinya maka akibatnya
harga akan turun.
Untuk dapat mencapai harga yang diinginkan, perhitungan
dimulai degan penentuan harga ekonomi. Harga ekonomi
memberikan suatu IRR tertentu pada pajak sama dengan
nol. Sehingga, harga ekonomi memberikan harga energi
minimum karena tidak mengikutsertakan bagian
pemerintah dari proyek tersebut. Harga ekonomi
sepanjang umur proyek dihitung berdasarkan persamaan
berikut:
T

Pe

( I OC ) j
(1 r ) j
0
T
j

Qj
r) j
0 (1

Dimana :
Pe
Qj
Ij
OCj
r
T

= harga ekonomi
= produksi energi pada tahun ke j
= investasi pada tahun ke j
= biaya operasi pada tahun ke j
= internal rate of return
= lamanya proyek, tahun

2. Harga Minyak dan Energi (Lanjutan)


Dengan pemasukan pajak, harga finansial dihitung dengan
spread sheet kontrak keekonomian energi.
Harga finansial adalah harga yang memberikan IRR
tertentu pada pajak tertentu, sehingga harganya
ditentukan dengan trial and error.
Langkah terakhir dalam menentukan harga energi adalah
perhitungan Net Back Value dari energi lain, sebagai
contoh panas bumi terhadap batubara, minyak atau gas.
Sehingga Net Back Value memberikan harga maksimum
yang dapat diterima dan dihitung berdasarkan:

NBEEAE = TCAE GEE


TCAE

= GAE + FAE

Dimana :
NB
TC
F
G
AE
EE
EEAE

= net back value


= biaya listrik total
= biaya bahan bakar
= biaya pembangkitan
= energi alternatif
= energi yang diamati
= energi yang diamati thd energi
alternatif

3. First Tranche Petroleum (FTP)

First Tranche Petroleum adalah bagian yang harus


disisihkan dari produksi sebelum dikurangi biaya
(cost recovery maupun investment credit) yang
selanjutnya akan dibagi antara pemerintah dan
kontraktor sesuai dengan bagi hasil yang berlaku.

Konsep FTP ini diambil dari konsep Model Penyisihan


Pertama Produksi yaitu sejumlah persen (%) tertentu
dari produksi minyak yang tidak dibebani terlebih
dahulu dengan pengembalian biaya sehingga
merupakan bagian produksi minyak tetap bagi
Indonesia dan kontraktor pada industri perminyakan
di Indonesia.

Karena prinsip FTP ini bukan merupakan royalti,


maka dari jumlah FTP, tetap dibagi antara
pemerintah dan kontraktor sesuai dengan persentase
bagiannya. Besarnya FTP adalah 20 % dari
pendapatan kotor. Selanjutnya besarnya FTP dibagi
antara pemerintah Indonesia dengan kontraktor.

First Tranche Petroleum (FTP) Lanjutan


Pembagian FTP antara Kontraktor dengan Pemerintah :
Gross Annual
Average Production Rate

Contractor Share
Before Tax

Contractor Share
After Tax

< 50000 BOPD

48,0769 %

25 %

50000 150000 BOPD

38,4615 %

20 %

> 150000 BOPD

28,8462 %

15 %

All Gas production

57,6923 %

30 %

Perhitungan besarnya pembagian sebelum pajak (share before


tax) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Share before Tax

Share after Tax


(1 Tax)

4. Equity to be Split (ETS)

Equity to be Split (ETS) merupakan sisa keuntungan


setelah dipotong biaya dan FTP (First Tranche
Petroleum) yang akan dibagi untuk kontraktor dan
pemerintah sesuai dengan split yang telah
ditentukan dalam kontrak.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
ETS = (Gross Production FTP) Cost Recovery

Jumlah yang akan dibagi tergantung dari jumlah


produksi dan cost recovery-nya.

5. Domestic Market Obligation (DMO)

Domestic Market Obligation merupakan bagian


(dari profit oil to company) yang harus
diserahkan oleh perusahaan minyak kepada
pemerintah dengan harga 10 % lebih rendah dari
harga pasar untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakar dalam negeri.

DMO akan dikenakan setelah lapangan tersebut


berproduksi selama 5 tahun. Besarnya DMO
(Domestic Market Obligation) ini dapat
ditentukan dengan persamaan :
DMO = 0,25 x [CS+FTPcontr] x 0,9
Dimana :
DMO
CS
FTPcontr.

= Domestic Market Obligation, Bbls


= Contractor Share, Bbls
= Besarnya FTP untuk kontraktor, Bbls

6. Contractor Share (CS)


Contractor Share merupakan bagian dari equity to
be split yang menjadi milik kontraktor.
Besarnya Contractor Share dapat ditentukan dari
persamaan berikut :
CS = [SH/(1-T)] x ETS
Dimana :
SH
T
ETS

= Share dari Kontraktor, %


= Pajak, %
= Equity to be Split, Bbls

7. Net Contractor Share (NCS)

Net Contractor Share merupakan bagian yang


dimiliki kontraktor setelah dipotong pajak untuk
pemerintah.
Besarnya netto contractor share ini mengikuti
persamaan :
NCS = (1-T) x TI
Dimana :
NCS = Net Contractor Share, Bbls
TI
= Taxable Income, Bbls

8.Taxable Income
Taxable Income merupakan seluruh pendapatan
kontraktor yang dapat dikenai pajak setelah
dipotong biaya-biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan kontraktor yang dapat dikenakan pajak
terdiri dari komponen Contractor Share, FTP
Contractor, Investment Credit, DMO fee, dan
besarnya interest recovery jika ada.
Semakin besar keempat komponen tersebut, maka
semakin besar pula penerimaan pemerintah.

TI = CS DMO + IC

9. Recoverable Cost

Recoverable cost merupakan jumlah dari cost


recovery (CR) dengan investment credit (IC)
atau jumlah cost recovery yang harus dilunasi
pada tahun yang bersangkutan.

Besarnya recoverable ini langsung diambil dari


gross revenue sebelum displit.
RC = CR + IC
Dimana :
RC = Recoverable Cost, Bbls
CR = Cost Recovery, Bbls

10. Government Tax


Government Tax merupakan bagian dari taxable
income yang dikenai pajak (T) yang harus
diserahkan oleh kontraktor kepada pemerintah.
Besarnya government tax (GT) ini mengikuti
persamaan :

GT = T x TI

11. Government Share

Government Share merupakan bagian dari equity


to be split yang menjadi milik pemerintah. Hak
bagian pemerintah adalah (1 Contractor Share),
sehingga apabila dijumlahkan dengan hak bagian
kontraktor jumlahnya harus sama dengan equity
to be split.
Besarnya Government Share ini dapat ditentukan
dengan persamaan berikut :

GS
Dimana :
GS
SH
T
ETS

=
=
=
=

= {1 [SH/(1-T)]} x ETS

Government Share, Bbls


Share dari Kontraktor, %
Pajak, %
Equity to be Split, Bbls

12.Total Contractor Share (TCS)

Total Contractor Share merupakan jumlah total


yang diterima oleh kontraktor setelah ditambah
Cost Recovery.

Besarnya total contractor share dapat ditentukan


dengan persamaan berikut :

TCS = NCS +CR IC


Dimana :
TCS = Total Contractor Share, Bbls
RC
= Recoverable Cost, Bbls
IC
= Investment Credit, Bbls

13. Investment Credit

Investment Credit (IC) adalah pemberian insentif


kepada kontraktor untuk menanamkan modal
guna pengembangan lapangan minyak dan gas
bumi.
Dimana Investment Credit (IC) adalah :

IC = PI x I
Dimana :
PI = Perbandingan Kredit terhadap Investasi, %
I = Investasi, US$

14. Contractor Cash Flow (CCF)

Contractor cash flow menyatakan keuntungan


yang diterima oleh kontraktor. Merupakan
Total Contraktor Share yang telah dipotong
oleh cost.
CCF = TCS C
Dimana :
CCF = Contractor Cash Flow, US$
C
= Cost/Expenditure, US$

15. Minimum Attractive Rate of Return (MARR)


MARR adalah tingkat pengembalian minimum yang diinginkan.
MARR tergantung pada lingkungan, jenis kegiatan, tujuan dan
kebijaksanaan organisasi, dan tingkat resiko dari masing-masing
proyek.

MARR dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:


1. Berdasarkan Biaya Total
MARR = Biaya modal + profit margin + risk premium
Profit margin untuk perusahaan yang lebih bonafide lebih besar,
sedangkan risk premium untuk proyek yang beresiko akan lebih
besar.
2. Berdasarkan Opportunity Cost
Ditentukan berdasarkan perpotongan kurva permintaan dan
pemasukan investasi.
Makin banyak jumlah investasi yang dilakukan makin banyak
uang yang dikeluarkan. Makin banyak investasi, maka keuntungan
marjinalnya makin menurun sedangkan biaya marjinal untuk
memperolehnya makin mahal.

SKEMA DAN PERHITUNGAN PSC


Pola Dasar Pembagian Migas

Hasil produksi terlebih dahulu disisihkan untuk FTP


Volume minyak bumi dialokasikan untuk
mengembalikan dana talangan yang dipergunakan
untuk membiayai pengangkatan minyak bumi
Sisanya, akan dibagikan ke masing-masing pihak
berdasarkan porsi pembagian sesuai kontrak
Menghitung DMO

Kalkulasi Sederhana Bagi Produksi


Minyak Bumi
Basecase

Misal di dalam kontrak :

Split sebelum pajak antara SKK


Migas dan Kontraktor adalah

Lifting
WAP
Ops Cost

Bbl
US%/Bbl
US$

71, 1538% : 28, 8462%

FTP sebesar 20% dibagi antar


pihak
DMO sebesar 25%

Data Operasional :

Np 1 tahun : 12.000 bbl

Lifting Cost : US$ 150.000

Avg. Oil Price by Year : US$ 50/bbl

Proceed
FTP
After FTP
Op. Cost
ETS

Ops. Cost

(6,600.0)
0.0

Hasil Cont. Take & SKK Take :


Kontraktor
4,730.8

SKK Migas
7,269.2

BBL
12,000.0
(2,400.0)
9,600.0
(3,000.0)
6,600.0

DMO
Net Share
Cost Rec.
Entitlement
% Entitlement

12,000.0
50.0
150,000.0
Split
Split Sebelum
Sebelum
Pajak
Pajak
28.8462%
Kontraktor

71.1538%
SKK Migas

692

1708

1904

4696

(865.4)
1,730.8
3,000.0
4,730.8
39.42%

865.4
7,269.2

7,269.2
60.58%

Kalkulasi Sederhana Bagi Produksi


Minyak Bumi, Harga Minyak Naik
Harga Minyak NAIK menjadi US$ 100/Bbl
Bbl
Lifting
12,000.0
US%/Bbl
WAP
100.0
US$
Ops Cost
150,000.0
Split
Split
Sebelum
Sebelum
Pajak
Pajak

Proceed
FTP
After FTP
Op. Cost
ETS

BBL
12,000.0
(2,400.0)
9,600.0
(1,500.0)
8,100.0
(8,100.0)
0.0

DMO
Net Share
Cost Rec.
Entitlement
% Entitlement

28.8462%
Kontraktor

71.1538%
SKK Migas

692

1708

2337

5763

kontrak :

Split sebelum pajak antara SKK


Migas dan Kontraktor adalah
71, 1538% : 28, 8462%

FTP sebesar 20% dibagi antar


pihak

DMO sebesar 25%

Data Operasional Kondisi Awal :

Np 1 tahun : 12.000 bbl

Lifting Cost : US$ 150.000

Avg. Oil Price by Year : US$ 50/bbl

Avg. Oil Price NAIK menjadi US$ 100/bbl


Kontraktor

(865.4)
2,163.5
1,500.0
3,663.5
30.53%

865.4
8,336.5
8,336.5
69.47%

Semula
Menjadi

SKK Migas

4,730.8

7,269.2

3,663.5

8,336.5

Kalkulasi Sederhana Bagi Produksi


Minyak Bumi, Lifting Cost Naik
Biaya Ops. NAIK menjadi US$ 200,000
Bbl
Lifting
12,000.0
US%/Bbl
WAP
50.0
US$
Ops Cost
200,000.0
Split
Split
Sebelum
Sebelum
Pajak
Pajak

Proceed
FTP
After FTP
Op. Cost
ETS

BBL
12,000.0
(2,400.0)
9,600.0
(4,000.0)
5,600.0
(5,600.0)
0.0

DMO
Net Share
Cost Rec.
Entitlement
% Entitlement

28.8462%
Kontraktor

71.1538%
SKK Migas

692

1708

1615
(865.4)
1,442.3
4,000.0
5,442.3
45.35%

3985
865.4
6,557.7
6,557.7
54.65%

kontrak :

Split sebelum pajak antara SKK


Migas dan Kontraktor adalah
71, 1538% : 28, 8462%

FTP sebesar 20% dibagi antar


pihak

DMO sebesar 25%

Data Operasional Kondisi Awal :

Np 1 tahun : 12.000 bbl

Lifting Cost : US$ 150.000

Avg. Oil Price by Year : US$ 50/bbl

Biaya Ops NAIK menjadi US$ 200,000


Kontraktor
Semula
Menjadi

SKK Migas

4,730.8

7,269.2

5,442.3

6,557.7

Kalkulasi Sederhana Bagi Produksi


Minyak Bumi, Produksi Naik
Lifting NAIK menjadi 15,000 bbl
Bbl
Lifting
15,000.0
US%/Bbl
WAP
50.0
US$
Ops Cost
150,000.0
Split
Split
Sebelum
Sebelum
Pajak
Pajak

Proceed
FTP
After FTP
Op. Cost
ETS

BBL
15,000.0
(3,000.0)
12,000.0
(3,000.0)
9,000.0
(9,000.0)
0.0

DMO
Net Share
Cost Rec.
Entitlement
% Entitlement

28.8462%
Kontraktor

71.1538%
SKK Migas

865

2135

2596
(1,081.7)
2,379.8
3,000.0
5,379.8
35.87%

6404
1,081.7
9,620.2
9,620.2
64.13%

kontrak :

Split sebelum pajak antara SKK


Migas dan Kontraktor adalah
71, 1538% : 28, 8462%

FTP sebesar 20% dibagi antar


pihak

DMO sebesar 25%

Data Operasional Kondisi Awal :

Np 1 tahun : 10.000 bbl

Lifting Cost : US$ 150.000

Avg. Oil Price by Year : US$ 50/bbl

Lifting NAIK menjadi 12,000 Bbl


Kontraktor
Semula
Menjadi

SKK Migas

4,730.8

7,269.2

5,379.8

9,620.2

.. dari contoh kalkulasi sederhana produksi


minyak bumi diatas, buat resume pengaruh
perubahan :
Harga Minyak
Lifting Cost
Produksi Minyak

buat juga analisis dan manjemen agar penerimaan


Pemerentah meningkat tanpa mempengaruhi
ketentuan dalam kontrak bagi hasil

STANDART PRODUCTION SHARING CONTRAC


O/G Production

O/G Price

Gross Revenue
FTP

Cost Recovery:
Investment Credit
Incentive
Sunk Cost
Capital Cost
Operating Cost

Equity to be Split
ETS

Contractor Share
(Split/(1-Tax))ETS

Indonesia Share
(1-Contractor Share)ETS
DMO
DMO FEE
Indonesia Take

Share utk
perhitungan
DMO

Taxable Income
+

Tax

Contractor Take

PERUBAHAN TARIF PAJAK

Tarif Pajak
Corporate Tax
Deviden Tax, PBDR (20%)
Total Income Tax

pre-1984
45%
11%
56%

1984
35%
13%
48%

1994
30%
14%
44%

Production Sharing (85 % - 15 %)


Government Share
Contractor Share
Investment Credit
Net Investment Credit

65.91%
34.09%
20.00%
8.80%
PAJAK
SPLIT
Split

71.15%
28.85%
17.00%
8.80%

73.22%
26.78%
15.79%
8.84%

= 44%
= 15%, after Tax
= 0,15 / (1- 0,44)
= 26,7857%
(before Tax)

AGENDA
Pendahuluan : The Issues
Peran Migas Bagi Indonesia
Penguasaan & Pengusahaan Migas

Pola Kerja Sama Pengelolaan Migas


Tahapan Bisnis Migas
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S)
Cost & Cost Recovery
POD, WP&B, AFE
Business Key Indicator

PRINSIP COST STRUCTURE PADA PSC

Sumber : Bambang Yuwono, PSC Financial Aspects

PRINSIP COST STRUCTURE PADA PSC

Sumber : Bambang Yuwono, PSC Financial Aspects

Cost Recovery
1.
2.
3.

Apakah Cost Recovery?


Apakah Pemerintah Harus Membayar Cost Recovery ?
Dengan Meningkatnya Cost Recovery Apakah Pendapatan
Negara Turun ?
4. Cost Recovery Membengkak, Siapa yang Rugi Pemerintah
atau Kontraktor?
5. Apakah Tepat Pendapat Bahwa Cost Recovery Harus Ditekan
Serendah Mungkin ?
6. Faktor-faktor Non-teknis Apa yang Dapat Meningkatkan Cost
Recovery ?
7. Kenapa Masyarakat Alergi Terhadap Meningkatnya Cost
Recovery?
8. Cost Recovery Meningkat, Kenapa Produksi Tidak Langsung
Meningkat ?
9. Apakah Benar Cost Recovery Indonesia Termahal Di Dunia ?
10. Kenapa Perlu Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Cost
Recovery ?

Cost Recovery
Pengembalian Biaya Operasi (Operating Cost) yang
dikeluarkan oleh kontraktor dari hasil penjualan migas
Terdiri dari :

Non Capital :
Exploration & Development Expenses

Production Expenses
Administration Expenses

Capital :

Depresiasi atas Investasi Asset KKKS

Unrecovered Cost :
Pengembalian atas biaya operasi tahun- tahun
sebelumnya yang belum dapat diperoleh kembali.

Cost Recovery
Peruntukan Cost Pengusahaan Migas :
Finding & Development Costs
Eksplorasi
Pengembangan
Operating Costs
Eksploitasi / Produksi
Transportasi
Marketing
Termasuk didalamnya, untuk :
Pembayaran pengadaan Barang & Jasa
Pembayaran Salary & Benefit Pekerja

Cost Recovery
Peningkatan Cost Recovery akan wajar, bila digunakan
untuk:
Maintenance & optimasi produksi
Pengembangan lapangan
Pencarian cadangan baru
Pengembalian biaya operasi tahun sebelumnya
Inflasi
Supply & Demand di Industri Migas
Peningkatan Cost Recovery dianggap tidak wajar, bila:
Pengeluaran tidak terkait operasi migas
Markup/Penggelembungan biaya
Penyimpangan atas ketentuan perundangan
Oleh karenanya perlu dilaksanakan pengawasan,
pengedalian & audit (pre, current dan post)

Cost Recovery
Pengawasan CR
Pre-managerial control adalah berupa persetujuan oleh SKK
Migas terhadap usulan POD, WP&B maupun AFE melalui
kajian yang memenuhi kaidah tekno-ekonomi, dengan
memperhatikan aspek lingkungan.
Current-managerial control adalah berupa persetujuan
terhadap eksekusi program kerja dan anggaran, ketaatan
terhadap proses dan peraturan pengadaan barang dan jasa
sesuai PTK 007, pemberdayaan sumber daya nasional dan
monitoring atas aktivitas operasi Kontraktor.

Post-managerial control bertujuan untuk memastikan bahwa


Kontraktor telah melaksanakan aturan, kebijakan yang
digariskan serta melakukan perhitungan dan penyelesaian
finansial atas hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Post Audit dapat dilakukan oleh :
- Internal K3S - Partner
- BPKP
- BPK

- SKK Migas
- External Audit

AGENDA
Pendahuluan : The Issues
Peran Migas Bagi Indonesia
Penguasaan & Pengusahaan Migas

Pola Kerja Sama Pengelolaan Migas


Tahapan Bisnis Migas
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S)
Cost & Cost Recovery
POD, WP&B, AFE
Business Key Indicator

ALUR KEGIATAN EKSPLORASI & EKSPLOITASI


Tahap Eksplorasi
Survei
Eksplorasi

Penemuan
Cadangan
Migas

Pemboran
Eksplorasi

Pemboran
Deliniasi

Perhitungan
Cadangan

Survei Seismik
Tambahan

Dry Hole

Tahap Eksploitasi (Pengembangan & Produksi

Plan of
Development

Pemboran
Pengembangan

Pembangunan
Fasilitas Produksi

Review Perhitungan
Cadangan

Produksi

Kilang
Pengapalan

POD

PLAN OF DEVELOPMENT
(POD)

DEFINISI POD
Plan of Development :
Rencana Pengembangan satu atau lebih lapangan migas secara terpadu
(integrated) untuk mengembangkan / memproduksikan cadangan
hidrokarbon secara optimal dengan
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis, dan Health Safety &
Environment (HSE) sehingga memberikan penerimaan yang sebesarbesarnya bagi negara dan keekonomian yang wajar bagi
KKKS.
POD memegang peranan yang sangat penting dalam
pengembangan lapangan minyak dan gas bumi.

TUJUAN POD
Mengembangkan lapangan / proyek baru secara ekonomi
Menjaga Kesinambungan produksi
Menaikkan keekonomian Wilayah Kerja / Blok

Klasifikasi POD
1. Plan of Development-I
Plan of Development -I (Pertama) adalah rencana
pengembangan pertama kali dalam suatu Wilayah Kerja
untuk mendapatkan persetujuan menteri ESDM atas
rekomendasi SKK Migas setelah berkonsultasi dengan
Pemerintah Setempat.
UU 22/2001 Pasal 21:
1. Rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan
diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja wajib mendapatkan
persetujuan Menteri berdasarkan pertimbangan dari Badan
Pelaksana dan setelah berkonsultasi dengan Pemerintah Daerah
Provinsi yang bersangkutan.
2. Dalam mengembangkan dan memproduksi lapangan Minyak dan
GasBumi, Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib melakukan
optimasi dan melaksanakannya sesuai dengan kaidah keteknikan
yang baik
3. Ketentuan mengenai pengembangan lapangan,
pemroduksiancadanganMinyak dan Gas Bumi, dan ketentuan
mengenai kaidah keteknikansebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjutdengan Peraturan Pemerintah

PP No. 35 Tahun Tahun 2004


Pasal 34
Sejak disetujuinya rencana pengembangan lapangan yang pertama
akan diproduksikan dari suatu Wilayah Kerja, Kontraktor wajib
menawarkan participating interest 10% (sepuluh per seratus) kepada
Badan Usaha Daerah.
Pasal 35
(1) Pernyataan minat dan kesanggupan untuk mengambil
participating interest sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
disampaikan oleh Usaha Milik Daerah dalam jangka waktu paling
lama 60 (enam puluhsejak tanggal penawaran dari Kontraktor.
(2) Dalam hal Badan Usaha Milik Daerah tidak memberikan
pernyataan kesanggupan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam (1), Kontraktor wajib menawarkan kepada
perusahaan nasional.

PP No. 35 Tahun 2004


Pasal 95
(1) Rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan
diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja sebagaimana dimak dalam
pasal 90 huruf c termasuk perubahannya wajib mendapatkan
persetujuan Menteri berdasarkan pertimbangan dari Badan
Pelaksana
(2) Dalam memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), Menteri melakukan konsultasi dengan Gubernur yang wilayah
administrasinya meliputi lapangan yang akan dikembangkan
(3) Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dimaksudkan untuk
memberikan penjelasan dan memperoleh informasi terutama yang
terkait dengan rencana tata ruang dan rencana penerimaan daerah
dari Minyak dan Gas Bumi

Klasifikasi POD
2. Plan of Development-II dst.
Plan of Development -II (Kedua dst) merupakan POD yang
bertujuan mengembangkan satu atau lebih lapangan migas (yang
salah satu lapangannya telah berproduksi) secara terpadu
(integrated) untuk memproduksikan cadangan hidrokarbon secara
optimal dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis dan
HSE.

3. POD Secondary Recovery/ EOR


Merupakan pengembangan suatu lapangan untuk memproduksikan
minyak dengan metode Sec.Rec/EOR POD yang diusulkan dikaitkan
dengan hasil produksi dari upaya Sec.Rec/EOR yang besarnya =
produksi lapangan dikurangi produksi primary (berdasarkan
produksi baseline yang disepakati
SKK MIGAS dan KKKS)

Klasifikasi POD
4. POP (Put On Production)
Merupakan usulan memproduksi minyak dari sumur eksplorasi
dengan menggunakan fasilitas produksi di sekitar (existing facilities)
Jika dikemudian hari dianggap perlu dibangun fasilitas produksi
tersendiri maka POP harus diajukan kembali menjadi POD.

5. POD Marginal Field


POD untuk mengembangkan lapangan minyak marginal dalam rangka
meningkatkan produksi nasional dengan memberi insentif khusus
bagi lapangan minyak suatu wilayah kerja yang telah produksi tetapi
belum ekonomis dengan term PSC yang berlaku.

Klasifikasi POD
6. Revisi POD
Merupakan pengembangan lapangan yang mengalami perubahan
skenario dan atau jumlah cadangan POD diajukan ke SKK MIGAS
segera setelah diketahui hal berikut:
1) Perubahan skenario pengembangan
2) Perubahan jumlah cadangan migas yang signifikan terhadap
POD awal.

7. Plan of Further Development (POFD)


Merupakan usulan pengembangan lanjut lapangan yang sudah
berproduksi pada reservoir yang sama dan semua fasilitas dalam
POD sebelumnya telah dilaksanakan.

WORK PROJECT & BUDGETING


(WP&B)

PENJELASAN & PEDOMAN WP&B


1. Definisi WP&B :
Merupakan usulan rincian rencana kegiatan dan anggaran tahunan dengan
mempertimbangkan kondisi, komitmen, efektivitas dan efisiensi pengoperasian
K3S di suatu wilayah kontrak kerja.

MELIPUTI :

Kegiatan Eksplorasi (Survei Seismik & Geologi, Pemboran dan Studi G&G),
Lead & Prospect, Exploration Commitment.

Kegiatan produksi dan usaha menjaga kesinambungannya.


POD
Pemboran Sisipan
Operasi Produksi dan Kerja Ulang
Mempertahankan Produksi
Proyek EOR (Sec. Recovery & Tertiary Recovery)

Biaya untuk program-program

Kegiatan Eksplorasi
Pemboran Development & Fasilitas Produksi
Produksi & Operasi
Administrasi Umum, Administrasi Eksplorasi & Biaya Overhead

MELIPUTI (Lanjutan) :
ENTITLEMENT SHARE
Gross Revenue, Harga Minyak & Gas, Cost Recovery, Indonesia Share,
Contractor Share

UNIT COST (US$/Bbl)


Direct Production Cost
Total Production Cost
Cost Recovery
STATUS UNRECOVERED COSTSTATUS

Sumber : Anditya Ibrahim

PENJELASAN & PEDOMAN WP&B


2. Sesuai dengan ketentuan PRODUCTION SHARING CONTRACT
SECTION I (SCOPE AND DEFINITIONS) :
SKK MIGAS memiliki wewenang dan kendali atas manajemen kegiatan
operasi K3S dan Kontraktor harus bertanggung-jawab ke SKK MIGAS.
SECTION IV (WORK PROGRAM AND EXPENDITURES) :

Tiga (3) bulan sebelum permulaan tahun kalender, Kontraktor sudah harus
menyiapkan dan menyerahkan Original WP & B untuk mendapat persetujuan
dari SKK MIGAS dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana yang
diusulkan pada rencana kerja.
Fungsi Perencanaan & Pengawasan SKK MIGAS adalah upaya
precontrol dengan penekanan pada kelayakan teknis operasional.
Penelitian dan Analisis terhadap usulan WP&B serta rencana
penggunaan Tenaga Kerja (asing) sesuai dengan PSC, yaitu :
Kelayakan Skala Waktu
Tingkat Kegiatan Operasional
Kelayakan Satuan / Jumlah Biaya
Indonesianisasi / Alih Teknologi
Perlindungan Tenaga Kerja Nasional
Menjamin Pendapatan Pemerintah Secara Optimal

PENJELASAN & PEDOMAN WP&B


3. REVISI WP & B
Penyusunan WP&B tahunan dan revisi WP&B perlu dijelaskan sebagai berikut :
a. Sesuai dengan Production Sharing Contract
Mengenai Work Program & Expenditures, pengajuan usulan WP&B
tahunan adalah 3 (tiga) bulan sebelum dimulainya tahun kalender untuk
mendapatkan persetujuan SKK MIGAS.
SKK MIGAS dapat menghendaki revisi usulan WP&B apabila terdapat halhal yang spesifik setelah diterimanya usulan WP&B tahunan tersebut.
b. Pada tahun berjalan WP&B yang telah disetujui SKK MIGAS beralasan
untuk diperbaiki (Ref. PSC Financial Budget & Reporting Procedures
Manual), usulan perbaikan terlebih dulu harus diajukan kepada SKK MIGAS.
Alasan yang dapat dikemukakan dalam usulan perbaikan original WP&B
tahun berjalan, yaitu : rencana kerja tahunan menjadi tidak realistis lagi, atau
perkiraan biayanya menjadi terlalu menyimpang. Usulan perbaikan WP&B
disertai penjelasan singkat mengenai sebab sebab terjadinya penyimpangan.

PENJELASAN & PEDOMAN WP&B

3. REVISI WP & B (Lanjutan)


c. Berdasarkan butir a dan b, apabila SKK MIGAS berpendapat bahwa WP&B
tahunan tersebut harus direvisi, SKKMIGAS akan memberitahukan
kepada kontraktor.
d. Mengingat butir-butir tersebut, diharapkan para K3S berusaha
meningkatkan keakurasian penyusunan WP&B tahunan (well planned) dan
mengurangi kemungkinan terjadi revisi WP&B
Dalam hal yang terpaksa dan kondisi tidak realistis lagi untuk
mempertahankan original WP&B tahunan, maka usulan revisi dapat diajukan
ke SKK MIGAS sebelum pertengahan tahun kalender berjalan (bulan Juni).

PENJELASAN & PEDOMAN WP&B

4. MATERI WP & B
1. WILAYAH KERJA EKSPLORASI

a. Materi WP&B harus memenuhi komitmen eksplorasi sesuai


ketentuan PSC dan didiskusikan secara detil prospekprospek yang akan dibor (lokasi, cadangan, keekonomian),
survey seismik & geologi (prospek & lead yang dicover,
sumberdaya, keekonomian) dan studi G&G (harus dijelaskan
tujuan, implementasi & nilai tambah) untuk strategi survei /
pemboran selanjutnya serta penemuan play-play baru.
b. Untuk kps tahap produksi (ada kegiatan eksplorasi), diskusi
detil teknis dilaksanakan pada saat Pre-WP&B.

PENJELASAN & PEDOMAN WP&B


4. MATERI WP & B (Lanjutan)
2. WILAYAH KERJA PRODUKSI
Materi WP&B yang diserahkan kepada BPMIGAS untuk
memenuhi ketentuan production sharing section IV terdiri dari
butir-butir usulan WP&B serta lembar operational statistics, esensi
dan materi yang akan dibahas/dipresentasikan harus memenuhi
pokok-pokok ketentuan sebagai berikut :
a. Rapat WP&B adalah suatu rapat operasional dan rapat
manajemen sehingga harus bersifat menyeluruh, singkat, jelas
dan informatif.
b. Memberikan gambaran perihal keekonomian dan pendapatan
pemerintah dari setiap kegiatan di wilayah kerja KPS/JOB/KKS.
c. Memberikan gambaran menyeluruh perihal kegiatan yang akan
dilaksanakan dalamusulan rencana kerja dan anggaran pada
tahun yang akan datang.
d. Memberikan gambaran perihal organisasi dan pengembangan
sumber daya manusia.
Untuk dapat mencapai sasaran tersebut di atas, perlu dievaluasi
keterangan/data yang tercantum pada buku usulan WP&B dan
operational statistics.

AUTHORIZATION FOR
EXPENDITURE
(AFE)

PENGERTIAN

SKK MIGAS selaku penanggung jawab management K3S bertugas


untuk mengamankan serta meningkatkan pendapatan negara dari
kegiatan K3S, melalui mekanisme :
Pre Audit
Current Audit
Post Audit

K3S selaku operator bertanggung jawab kepada SKK MIGAS, K3S

wajib membuat AFE untuk semua kegiatannya, sebagai alat kontrol


mulai dari persiapan proyek pemantauan pelaksanaan operasional,
serta penelitian pasca operasi

DASAR HUKUM

Production Sharing Contract


Financial Budget and Reporting Procedures Manual
Sumber : Anditya Ibrahim

AFE :
1. Dirancang agar SKK MIGAS (selaku penanggung jawab
management) memp eroleh informasi lengkap mengenai
kegiatan yang diusulkan K3S (selaku penanggung jawab
operasional), untuk keperluan :
Analisa
Evaluasi
Persetujuan
Monitoring
2. Mengetahui rincian biaya proyek
3. Pengendalian biaya
4. Pertahapan proyek
5. Pemeriksaan keuangan sebagai dasar untuk Cost Recovery

AFE adalah alat manajemen dalam fungsi Perencanaan dan


Pengawasan Keuangan.
Yang perlu diperhatikan dalam proses AFE adalah :
Lingkup Kerja
Adanya dana tersedia dalam anggaran (WP&B) yg disetujui.
Verifikasi pembebanan biaya
Laporan Penyelesaian dan Pertanggungjawaban Anggaran
Data Tambahan

JENIS JENIS AFE

Sumber : Anditya Ibrahim

USULAN AFE :
Prosedur pengusulan AFE disampaikan dalam 2 (dua) konsep :
A. Untuk yang menggunakan Pre-AFE
B. Untuk yang tidak menggunakan Pre-AFE (Langsung AFE)

A. TATA CARA PENYIAPAN PRE AFE :


1. Proposal / usulan konsep AFE dari KPS dengan justifikasi lengkap dibawa ke
Staf teknis Divisi Eksplorasi atau Divisi Eksploitasi, yang akan dicek sesuai list
peruntukannya, jika diperiksa terdapat materi yang belum lengkap, akan
dikembalikan untuk dilengkapi.

2. Dinas Eksplorasi atau Eksploitasi akan mengevaluasi dan mengkoordinir tim


AFE untuk mengadakan diskusi yang diikuti oleh Dinas dinas / fungsi terkait.
Hasil diskusi untuk menentukan kelaikan suatu usulan AFE.
3. Jika suatu usulan AFE dinyatakan layak maka KPS diminta untuk me ngajukan
AFE asli dalam 2 Amplop :
- Surat Asli dan AFE copy diserahkan ke Deputi Perencanaan.
- Copy surat dan AFE asli diserahkan ke Subdin terkait di Divisi EKS/EPT.

USULAN AFE :
B. TATA CARA PENYIAPAN AFE :
1. Surat pengantar AFE dialamatkan ke : DEPUTI PERENCANAAN
SKK MIGAS.
2. AFE dibuat 4 (empat) rangkap asli, ukuran Folio 8,5 x 13 (sesuai
dengan formulir AFE yang ditentukan), dengan kelengkapan
datanya.
3. Ditandatangani oleh pihak operator pengusul (setingkat manager)
dan atasannya (pimpinan tertinggi) sebagai penanggung jawab,
lengkap dengan : tanggal, bulan dan tahun.
4. AFE dapat disetujui oleh Kepala Divisi Eksplorasi, Kepala Divisi
Eksploitasi, Deputi Perencanaan atau Kepala SKK MIGAS.
5. AFE yang sudah disetujui, 2 (dua) rangkap dikembalikan ke KPS
dan 2 (dua) rangkap disimpan masing-masing 1 (satu) di Divisi
Eksplorasi/Eksploitasi dan 1 (satu) pada Divisi Pengendalian
Finansial Bidang FE&P SKK MIGAS.

USULAN AFE :
B. TATA CARA PENYIAPAN AFE (Lanjutan) :

6. Penomoran AFE, terdiri dari 6 angka (digits) sebagai berikut :

XX XXXX
4 digits terakhir : Nomor urut kegiatan pada proyek PSC
2 digits pertama : Tahun anggaran/Pelaksanaan Proyek

7. Mata uang (Currency) dalam US$ (dollar amerika)


8. Close Out AFE diisi dengan angka realisasi dan dilaporkan ke Badan
Pelaksana MIGAS lengkap dengan justifikasi paling lambat 4 (empat)
bulan setelah proyek selesai.

REVISI (REVISED) AFE DILAKUKAN :


I.

Perubahan Lingkup kerja Scope of Work


Jumlah total anggaran lebih besar/kecil dari 10% setiap nomor AF E
Setiap katagori biaya lebih besar dari 30 %

II.

Project fisik belum selesai (kurang dari 70 %), apabila lebih maka ada
resiko tidak di cost recovery.

III. Revisi dapat dilakukan sebelum KPS memberikan perintah kerja atau
sebelum tender award.
IV. Kesempatan untuk revisi AFE diberikan 2 (dua) kali.
Pengusulan revisi AFE dilakukan seperti tatacara pengajuan AFE original
pada formulir AFE yang baru dengan mengisi kolom original budget yang
sudah disetujui dan revised budget yang diusulkan.

TATA CARA PENYIAPAN CLOSE OUT AFE :


1.

Usulan close out AFE dilengkapi dengan copy persetujuan AFE dibawa ke
Subdin EOA Div.DALFIN dengan kelengkapan datanya (Completion Report),
sedangkan khusus untuk Studi ke Subdin pada Divisi Kajian & Pengembangan.

2.

Dilakukan evaluasi / diskusi untuk menentukan kelaikannya.

3.

Jika suatu usulan Close Out AFE dinyatakan layak maka KPS diminta untuk
mengajukan Surat asli dan AFE asli persetujuan yang telah diisi nilai close out
di tujukan ke Ka.Div. DALFIN dan copynya ke Ka.Div. Operasi terkait/
Ka.Div.Jian.

4.

Surat konfirmasi Close out akan dikeluarkan oleh Divisi Pengenda lian
Finansial Bidang FE&P SKK MIGAS.

ALUR WP&B DAN AFE


EKSPLORASI :
Komitmen K3S

WP&B Eksplorasi

AFE Eksplorasi

PENEMUAN
EKSPLORASI
MIGAS

EKSPLOITASI :
POD + (Komitmen Eksplorasi

WP&B Eksploitasi

AFE Eksploitasi

Sumber : Anditya Ibrahim

Sumber : Anditya Ibrahim

Sumber : Anditya Ibrahim

AGENDA
Pendahuluan : The Issues
Peran Migas Bagi Indonesia
Penguasaan & Pengusahaan Migas

Pola Kerja Sama Pengelolaan Migas


Tahapan Bisnis Migas
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S)
Cost & Cost Recovery
POD, WP&B, AFE
Business Key Indicator

INDIKATOR KEEKONOMIAN
Penanaman modal (investasi) didasarkan pada
keuntungan yang diperoleh.
Indikator ekonomi diperlukan untuk pengambilan
keputusan.
Jenis indikator ekonomi yang umum digunakan dalam
usaha migas adalah :

1. Pay Out Time (POT)


2. Profit to Investment Ratio (PIR)
3. Rate of Return (ROR)

4. Net Present Value (NPV)


5. Discounted Profit to Investment Ratio (DPIR)

1. Pay Out Time (POT)

Pay out time atau payback period adalah suatu periode yang
diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi
dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (netto
cash flows). Dengan demikian payback period dari suatu investasi
menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana
yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali
seluruhnya.

POT merupakan suatu ukuran pendekatan mengenai kecepatan


penerimaan cash flow. POT adalah suatu parameter yang berguna
untuk membandingkan kecepatan relatif penerimaan dari
penghasilan sejak awal produksi.

2. Net Present Value (NPV)


Net present value (NPV) menunjukkan jumlah pendapatan
dikurangi total biaya selama proyek.
NPV merupakan nilai keuntungan bersih dari suatu proyek
yang diukur pada waktu sekarang.
Suatu proyek dikatakan menguntungkan jika nilai NPV yang
diperoleh adalah positif, jika nilai NPV suatu proyek adalah
negatif maka dapat dikatakan proyek tersebut mengalami
kerugian. Sedangkan jika NPV besarnya sama dengan nol,
maka besarnya pengeluaran untuk menyelenggarakan
proyek sama dengan besarnya penerimaan.

NPV

C0
t 1

Dimana :
C0
Cn
r
n

Cn
(1 r )n

= Arus kas keluar pada awal investasi


= Arus kas masuk pada tahun ke-n
= Tingkat biaya modal yang disyaratkan
= Periode investasi

3. Rate Of Return (ROR)

Rate of Return (ROR) dapat disebut juga sebagai


Internal Rate of Return (IRR). ROR menunjukkan nilai
relatif earning power dari modal yang diinvestasikan
di proyek yaitu discount rate yang menyebabkan
NPV sama dengan nol.
Suatu proyek dianggap layak apabila ROR lebih besar
daripada cost of capital (bunga bank) + resiko.

4. Profit to Investment Ratio (PIR)

Profit to investment ratio (PIR) disebut juga Return of


Investment (ROI) merupakan perbandingan dari keuntungan
bersih yang tidak dipotong terhadap besarnya investasi yang
ditanam atau suatu ukuran yang merefleksikan kesanggupan
memberikan keuntungan total.

PIR merupakan bilangan yang tidak berdimensi yang


menghubungkan jumlah yang dihasilkan dari proyek investasi
tiap dollar yang ditanam. Profit to Investment Ratio
dirumuskan sebagai berikut :

Total Undiscounted Net Cashflow


PIR
Investasi

Kelemahan dari parameter ini yaitu tidak dapat


mencerminkan waktu dan pola pengembalian pendapatan
yang dihasilkan dari suatu proyek dan tidak dapat mengetahui
gambaran dari total keuntungan yang dapat diperoleh.

5. Discounted Profit to Investment Ratio (DPIR)

Salah satu kelemahan dari Profit to Investment Ratio (PIR)


adalah tidak mempertimbangkan waktu dalam perhitungannya.
Untuk mengatasi hal tersebut digunakan perhitungan Discounted
Profit to Investment Ratio (DPIR).

Discounted Profit to Investment Ratio merupakan perbandingan


antara Net Present Value (NPV) terhadap besarnya investasi
yang ditanam. Discounted Profit to Investment Ratio
dirumuskan sebagai berikut :

Total Discounted Net Cashflow


DPIR
Investasi

Besarnya DPIR menunjukkan berapa kali keuntungan yang akan


diperoleh dari setiap 1 $ yang diinvestasikan. Sebagai contoh,
harga DPIR sebesar 0,5 berarti setiap 1 $ yang diinvestasikan
akan memperoleh keuntungan setengah dari investasi. Dalam
analisanya maka dipilih usulan investasi yang memberikan harga
DPIR yang besar.

Contoh Hasil Perhitungan


Indikator Keekonomian
SKENARIO Investasi

NPV

ROR

PIR

DPIR

POT

Project Live

A-1

1.124.116

316.826

31,39%

0,60

0,28

1,31

11 Year

A-2

1.161.796

327.142

30,96%

0,61

0,28

1,41

11 Year

A-3

1.110.974

318.378

31,91%

0,60

0,29

1,26

11 Year

A-4
A-5

1.161.796
1.300.079

267.761
422.545

27,93%
39,44%

0,53
0,56

0,23
0,33

1,65
0,93

11 Year
11 Year

B-1

1.004.036

373.483

37,72%

0,71

0,37

0,97

11 Year

B-2

1.016.414

396.066

38,40%

0,75

0,39

0,97

11 Year

B-3

1.013.756

365.183

37,16%

0,69

0,36

0,98

11 Year

B-4
B-5

1.017.102
1.202.861

336.383
469.046

35,01%
45,07%

0,66
0,64

0,33
0,39

0,99
0,88

11 Year
11 Year

Note : Secara keekonomian maka skenario B-5 merupakan


skenario yang paling baik.

ANALISA SENSITIVITAS
Analisa sensitivitas adalah cara untuk melihat
pengaruh perubahan indikator ekonomi bila
parameter-parameter ekonomi lain dirubah
besarannya.
Besaran-besaran yang sering digunakan untuk analisa
sensitivitas adalah Annual production, Oil price,
Investment, Lifting Cost dan Tax (apabila dibutuhkan
insentif).
Dengan analisa sensitivitas ini akan bisa diprediksi
kerugian atau keuntungan dari satu proyek bila salah
satu atau lebih parameter ekonominya berubah.

Contoh Analisa Sensitivitas


Menggunakan Spider Diagram
Sensitivitas (NPV Vs Sensitivity)
Skenario B-5

OIL PRICE

650

NPV @ DR=12%, US$


Thousands

OIL PRODUCTION

550

INVESTMENT

LIFTING COST

450
LIFTING COST

INVESTMENT

350
OIL PRODUCTION

OIL PRICE

250
80%

85%

90%

95%

100%

Sensitivity

OIL PRODUCTION

OIL PRICE

INVESTMENT

LIFTING COST

105%

110%

115%

120%

Contoh Analisa Sensitivitas


Menggunakan Spider Diagram
Sensitivitas ( ROR vs Sensitivity )
Skenario B-5

60,00%

OIL PRICE

INVESTMENT

OIL PRODUCTION

55,00%

50,00%

ROR@ DR=12%

LIFTING COST

45,00%
LIFTING COST

40,00%

INVESTMENT

35,00%

OIL PRODUCTION
OIL PRICE

30,00%

25,00%
80%

85%

90%

95%

100%

Sensitivity

105%

OIL PRODUCTION

OIL PRICE

INVESTMENT

LIFTING COST

110%

115%

120%

Anda mungkin juga menyukai