Biomekanik Trauma
Biomekanik Trauma
Oleh : Sudiharto *)
I.
Pendahuluan
Biomekanik trauma adalah proses / mekanisme kejadian kecelakaan pada saat sebelum,
saat dan sesudah kejadian. Keuntungan mempelajari biomekanik trauma adalah dapat
mengetahui bagaimana proses kejadian dan memprediksi kemungkinan bagian tubuh atau
organ yang terkena cedera. Pengetahuan akan biomekanik trauma penting
karena akan
membantu dalam mengerti akibat yang ditimbulkan trauma dan waspada terhadap jenis
perlukaan tertentu. Oleh karena itu penting sekali bagi setiap petugas penanganan gawat
darurat untuk bertanya :
1. Apa yang terjadi ?
2. Apa cedera yang mungkin diderita korban ?
Tanpa mengetahui mekanisme kejadiannya kita tidak dapat meramalkan cedera apa yang
terjadi dan hal ini akan menimbulkan bahaya bagi penderita. Biomekanik juga merupakan
sarana penting untuk melakukan triage dan harus disampaikan ke dokter gawat darurat atau
ahli bedah. Sebagai contoh beratnya kerusakan kendaraan pada kejadian kecelakaan
merupakan sarana pemeriksaan triage non fisiologis.
Informasi yang rinci mengenai biomekanik dari suatu kecelakaan dapat membantu
identifikasi sampai dengan 90 % dari trauma yang diderita penderita. Informasi yang rinci
dari biomekanik trauma ini dimulai dengan keterangan dari keadaan / kejadian pada fase
sebelum terjadinya kecelakaan seperti minum alkohol, pemakaian obat, kejang, sakit dada,
Mekanisme trauma dapat diklasifikasikan sebagai berikut : tumpul, tembus, termal dan
ledakanm (Blast Injury). Pada semua kasus diatas terjadi pemindahan energi (Transfer
energy) kejaringan, atau dalam kasus trauma thermal terjadi perpindahan energi (panas
/dingin) kejaringan.
Pemindahan energi (transfer energy) digambarkan sebagai suatu gelombang kejut
yang bergerak dengan kecepatan yang bervariasi melalui media yang berbeda-beda. Teori ini
berlaku untuk semua jenis gelombang seperti gelombang suara, gelombang tekanan arterial,
seperti contoh shock wave yang dihasilkan pada hati atau korteks tulang pada saat terjadi
benturan dengan suatu objek yang menghasilkan pemindahan energi. Apabila energi yang
dihasilkan melebihi batas toleransi jaringan, maka akan terjadi disrupsi jaringan dan terjadi
suatu trauma.
II.
Riwayat Trauma
Informasi yang didapatkan dari tempat kejadian mengenai kerusakan interior maupun
eksterior dari kendaraan, seringkali dapat memberikan petunjuk tentang jenis trauma yang
terjadi pada penumpang atau pejalan kaki. Petugas pra rumah sakit perlu untuk menguasai hal
ini untuk mencari petunjuk yang mencurigakan dan mencari bukti adanya trauma yang
tersembunyi. Sebagai contoh, setir yang bengkok menunjukan adanya trauma thorak.
Keterangan ini harus merangsang untuk memeriksa penderita untuk mencurigai adanya patah
tulang dada, organ-organ mediastinal, dan trauma pada parenkhim paru. Informasi adanya
kaca depan mobil yang pecah dengan tanda Bulls Eye menunjukan bahwa telah terjadi
benturan kepala dengan kaca dan harus dicurigai adanya fraktur servikal. Lekukan pada
bagian bawah dash board menunjukan bahwa terjadinya benturan antara lutut dan dash board
dan memungkinkan terjadinya dislokasi sendi lutut, panggul atau fraktur lutut dan femur.
Kerusakan bagian samping kendaraan menunjukan adanya trauma bagian lateral dari dada,
abdomen, panggul dan leher penderita. Selain itu keterangan mengenai kejadian yang
menyebabkan trauma dapat memperkuat indikasi tindakan bedah. Luka tembus pada tubuh
dan tekanan darah yang menurun menunjukan adanya trauma pembuluh darah besar yang
harus dilakukan tindakan bedah segera. Penderita dengan trauma kepala yang bukan karena
kecelakaan lalu lintas dan pada pemeriksaaan neurologis didapatkan abnormalitas,
kemungkinan besar harus dilakukan tindakan bedah eksplorasi. Sedangkan luka bakar karena
kebakaran besar didalam ruangan tertutup biasanya disertai oleh cedera inhalasi dan
keracunan karbon monoksida. Contoh-contoh ini menunjukan pentingnya informasi mengenai
kejadian yang menyebabkan trauma.
2. Secondary Collision
Setelah terjadi tabrakan penderita menabrak bagian dalam mobil (atau sabuk
pengaman). Perlukaan yang mungkin timbul akibat benturan akan sangat tergantung
dari arah tabrakan.
3. Tertiary Collision
Setelah penderita menabrak bagian dalam mobil, organ yang berada dalam rongga
tubuh akan melaju kearah depan dan mungkin akan mengalami perlukaan langsung
ataupun terlepas (robek) dari alat pengikatnya dalam rongga tubuh tersebut.
4. Subsidary Collision
Kejadian berikutnya adalah kemungkinan penumpang mobil yang mengalami tabrakan
terpental kedepan atau keluar dari mobil. Selain itu barang- barang yang berada dalam
mobil turut terpentan dan menambah cedera pada penderita.
A. Tabrakan Kendaraan
1. Tabrakan depan / Frontal
Benturan frontal adalah tabrakan / benturan dengan benda didepan kendaraan,
yang
secara
tiba-tiba
mengurangi
kecepatannya,
sehingga
secara
tiba-tiba
kecepatannya berkurang.
Pada suatu tabrakan frontal dengan penderita tanpa sabuk pengaman, penderita
akan mengalami beberapa fase sebagai berikut :
Fase 1
Bagian bawah penderita tergeser kedepan, biasanya lutut akan menghantam dash
board dengan keras yang menimbulkan bekas benturan pada dashboard tersebut.
Fase 2
Bagian atas penderita turut tergeser kedepan sehingga dada dan atau perut akan
menghantam setir.
Fase 3
Tubuh penderita akan naik, lalu kepala membentur kaca mobil bagian depan atau
bagian samping.
Fase 4
Setelah muka membentur kaca, penderita kembali terpental ketempat duduk. Perlu
mendapat perhatian khusus apabila kursi mobil tidak tersedia head rest karena kepala
akan melenting dibagian atas sandaran kursi. Kondisi akan semakin parah apabila
penderita terpental keluar dari kendaraan
kendaraan tidak memiliki head rest sehingga struktur penunjang leher mengalami
peregangan yang berlebihan dan menyebabkan terjadinya whiplash injury (gaya pecut).
1. Benturan langsung
Trauma organ dalam terjadi ketika terjadi
benturan
langsung
terhadap
pelindung
organ
decceleration
injury
ketika
terjadi
3. Trauma kompresi
Trauma kompresi terjadi bila bagian depan dari badan berhenti bergerak,
sedangkan bagian dalam tetap bergerak kedepan. Organorgan terjepit dari belakang oleh bagian belakang dinding
torakoabdominal dan kulumna vetrebralis, dan didepan
oleh struktur yang terjepit.
Pada organ yang berongga dapat terjadi apa yang
disebut dengan efek kantong kertas (paper bag effect) yaitu seperti mainan anak-anak
dimana kantong kertas ditiup dan ditutup lalu dipukul untuk mendapat efek ledakan.
Organ berongga tersebut usus dan lambung.
safety
belt
pada
perut
bisa
tabrakan
tersebut.
2
3
Trauma yang dialami pejalan kaki pada umumnya meliputi kepala, thorak, dan
ekstremitas bawah. Terdapat 3 fase benturan yang dialami pada saat pejalan kaki
tertambrak :
a. Benturan dengan bemper
Tinggi bemper versus ketinggian penderita merupakan faktor kritis dalam trauma
yang terjadi. Pada orang dewasa dengan posisi berdiri, benturan awal dengan bemper
biasanya mengenai tungkai, lutut dan pelvis. Anak anak lebih mungkin terkena pada
bagian abdomen dan dada.
b. Benturan dengan kaca depan dan tutup mesin
Pada fase ini pejalan kaki melayang diatas mobil dan kemudian membentur tutup
mesin dan kaca depan kendaraan. Kejadian ini mengakibatkan trauma dada dan kepala
dengan tingkat keparahan sesuai dengan kerasnya benturan.
c. Benturan dengan tanah / ground
Benturan dengan tanah mengakibatkan beberapa truma yaitu fraktur servikal dan
tulang belakang, trauma kepala dan kompresi organ.
trauma. Mekanisme trauma yang terjadi pada pengendara sepeda motor dan sepeda
meliputi :
a. Benturan frontal
Bila roda depan menabrak suatu objek dan berhenti mendadak maka kendaraan akan
berputar kedepan,dengan momentum mengarah kesumbu depan. Momentum kedepan
akan tetap, sampai pengendara dan
kendaraannya dihentikan oleh tanah
atau benda lain. Pada saat gerakan
kedepan ini kepala, dada atau perut
pengendara mungkin membentur stang
kemudi.
Bila pengendara terlempar keatas melewati stang kemudi, maka tungkainya mungkin
yang akan membentur stang kemudi, dan dapat terjadi fraktur femur bilateral.
b. Benturan lateral
Pada benturan samping, mungkin akan terjadi fraktur terbuka atau tertutup tungkai
bawah. Kalau sepeda / motor tertabrak oleh
kendaraan yang bergerak maka akan rawan
untuk menglami tipe trauma yang sama dengan
pemakai
mobil
yang
mengalami
tabrakan
d. Helm (helmets)
Walaupun penggunaan helm untuk melindungi kepala agak terbatas namun
penggunaannya jangan diremehkan. Helm didesain untuk mengurangi kekuatan yang
mengenai kepala dengan cara mengubah energi kinetik benturan melalui kerja deformasi
dari bantalannya dan diikuti dengan mendistribusikan kekuatan yang menimpa tersebut
seluas-luasnya. Secara umum petugas gawat darurat harus berhati-hati dalam melepas
helm korban kecelakaan roda dua, terutama pada kecurigaan adanya fraktur servical harus
tetap menjaga kestabilan kepala dan tulang belakang dengan cara teknik fiksasi yang
benar.
Secara umum keadaan yang harus dicurigai sebagai perlukaan berat (walaupun
penderita mungkin dalam keadaan baik) adalah sebagai berikut :
-
Ruptur alveoli dan vena pulmonaris dapat menyebabkan emboli udara dan kemudian
kematian mendadak. Pendarahan intraokuler dan ablasio retina merupakan manifestasi
okuler yang biasa terjadi, demikian juga ruptur intestinal.
LEDAKAN
LEDAKAN
LEDAKAN
2. Senjata dengan energi menengah dan tinggi (medium and high energy)
Senjata dengan energi menengah contohnya adalah pistol, sedangkan senjata dengan
energi tinggi seperti senjata militer dan senjata untuk berburu. Semakin banyak jumlah mesiu,
maka akan semakin meningkat kecepatan peluru dan energi kinetiknya. Kerusakan jaringan
tidak hanya daerah yang dilalui peluru tetapi juga pada daerah disekitar alurnya akibat
tekanan dan regangan jaringan yang dilalui peluru. Peluru akibat senjata energi tinggi dan
menengah juga menyebabkan kavitasi / rongga yang lebih besar dari lubang masuknya. Untuk
senjata dengan energi menengah biasanya menyebabkan kavitasi 3-6 kali dari ukuran frontal
peluru, sedangkan untuk energi tinggi akan lebih besar lagi, demikian juga kerusakan jaringan
yang ditimbulkannya akan lebih besar lagi.
Hal-hal lain yang mempengaruhi keparahan cidera adalah hambatan udara dan jarak.
Tahanan udara akan memperlambat kecepatan peluru. Semakin jauh jarak tembak, akan
semakin mengurangi kecepatan peluru, sehingga kerusakan yang ditimbulkannya akan
berkurang. Sebagian kasus penembakan dilakukan dari jarak dekat dengan pistol, sehingga
memungkinkan cedera serius cukup besar.