Anda di halaman 1dari 24

BAB II

GENERATOR
II.1. Umum
Salah satu bagian besar dari sistem tenaga listrik adalah stasiun pembangkit
tenaga listrik. Stasiun pembangkit tenaga listrik tersebut dapat berupa generator yang
digerakkan dengan tenaga gas, tenaga air, tenaga diesel dan lain sebagainya. Pokok
utama dalam pengadaan sistem tenaga listrik adalah bagian dari pembangkitnya atau
dalam hal ini generatornya. Apabila suatu sistem pembangkit terganggu, maka seluruh
sistem tenaga listrik akan terhenti pengoperasiannya.
Penyebab gangguan pada sistem pembangkit terdiri atas dua bagian yaitu:
1. Gangguan dari luar generator, yaitu gangguan dalam sistem yang dihubungkan
generator.
2. Gangguan di dalam generator.
3. Gangguan pada mesin penggerak generator.
Dari ketiga jenis gangguan di atas, bila salah satu generator yang bekerja secara
paralel mengalami gangguan, kemungkinan besar generator yang sedang beroperasi tidak
sanggup lagi untuk memikul beban keseluruhannya. Oleh sebab itu diperlukan
perhitungan besarnya beban yang harus diputuskan secara tiba-tiba agar dapat diperoleh
kestabilan sistem. Dalam hal ini, pemutusan beban diusahakan berlangsung secara
otomatis dan dengan waktu yang relatif singkat.

II.2.

Prinsip Kerja Generator


Generator serempak (sinkron) adalah suatu penghasil tenaga listrik dengan

landasan hukum Faraday. Jika pada sekeliling penghantar terjadi perubahan medan
magnet, maka pada penghantar tersebut akan dibangkitkan suatu gaya gerak listrik (GGL)
yang sifatnya menentang perubahan medan tersebut. Untuk dapat terjadinya gaya gerak
listrik (GGL) tersebut diperlukan dua kategori masukan, yaitu:
1. Masukan tenaga mekanis yang akan dihasilkan oleh penggerak mula (prime
mover).
2. Arus masukan (If) yang berupa arus searah yang akan menghasilkan medan
magnet yang dapat diatur dengan mudah.
Di bawah ini akan dijelaskan secara sederhana cara pembangkitan listrik dari
sebuah generator.
If

Sumbu Putar

Gambar 2.1. Sistem Pembangkitan Generator Sinkron


dimana:
If

: Arus medan

US

: Kutub generator

Sumbu Putar : Poros Generator

: Fluks medan

If

Apabila rotor generator diputar pada kecepatan nominalnya, dimana putaran


tersebut diperoleh dari putaran penggerak mulanya (prime mover), kemudian pada
kumparan medan rotor diberikan arus medan sebesar If, maka garis-garis fluksi yang
dihasilkan melalui kutub-kutub inti akan menghasilkan tegangan induksi pada kumparan
jangkar stator sebesar:
Ea = C. n.
dimana:
Ea

: Tegangan induksi yang dibangkitkan pada jangkar generator

: Konstanta

: Kecepatan putar

: Fluksi yang dihasilkan oleh arus penguat (arus medan)

Apabila generator digunakan untuk melayani beban, pada kumparan jangkar


generator akan mengalir arus. Untuk generator 3 fasa, setiap belitan jangkar akan
memilki beda fasa sebesar 120.

FASA 3

FASA 1

120

120

120

FASA 2

Gambar 2.2. Kumparan 3 Fasa

II.3.

Konstruksi Generator
Generator terdiri dari dua bagian yang paling utama, yaitu:

1. Bagian yang diam (stator).


2. Bagian yang bergerak (rotor).

Gambar 2.3. Konstruksi Generator Sinkron

II.3.1. Bagian yang diam (Stator)


Bagian yang diam (stator) terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Inti stator.
Bentuk dari inti stator ini berupa cincin laminasi-laminasi yang diikat serapat
mungkin untuk menghindari rugi-rugi arus eddy (eddy current losses). Pada inti
ini terdapat slot-slot untuk menempatkan konduktor dan untuk mengatur arah
medan magnetnya.
2. Belitan stator.
Bagian stator yang terdiri dari beberapa batang konduktor yang terdapat di dalam
slot-slot dan ujung-ujung kumparan. Masing-masing slot dihubungkan untuk
mendapatkan tegangan induksi.
3. Alur stator.
Merupakan bagian stator yang berperan sebagai tempat belitan stator ditempatkan.

4. Rumah stator.
Bagian dari stator yang umumnya terbuat dari besi tuang yang berbentuk silinder.
Bagian belakang dari rumah stator ini biasanya memiliki sirip-sirip sebagai alat
bantu dalam proses pendinginan.

II.3.2. Bagian yang bergerak (Rotor)


Rotor adalah bagian generator yang bergerak atau berputar. Antara rotor dan
stator dipisahkan oleh celah udara (air gap). Rotor terdiri dari dua bagian umum, yaitu:
1. Inti kutub
2. Kumparan medan
Pada bagian inti kutub terdapat poros dan inti rotor yang memiliki fungsi sebagai
jalan atau jalur fluks magnet yang dibangkitkan oleh kumparan medan. Pada kumparan
medan ini juga terdapat dua bagian, yaitu bagian penghantar sebagai jalur untuk arus
pemacuan dan bagian yang diisolasi. Isolasi pada bagian ini harus benar-benar baik
dalam hal kekuatan mekanisnya, ketahanannya akan suhu yang tinggi dan ketahanannya
terhadap gaya sentrifugal yang besar.
Konstruksi rotor untuk generator yang memiliki nilai putaran relatif tinggi
biasanya menggunakan konstruksi rotor dengan kutub silindris atau cylinderica poles
dan jumlah kutubnya relatif sedikit (2, 4, 6). Konstruksi ini dirancang tahan terhadap
gaya-gaya yang lebih besar akibat putaran yang tinggi.

Gambar 2.4. Konstruksi Rotor Kutub Silindris


Untuk putaran generator yang relatif rendah atau sedang (kurang dari 1000 rpm),
dipakai konstruksi rotor dengan kutub menonjol atau salient pole dengan jumlah kutubkutub yang relatif banyak.

Gambar 2.5. Konstruksi Generator Kutub Menonjol


Pada prinsipnya, salah satu dari penghantar atau kutub-kutub ini dibuat sebagai
bagian yang tetap sedangkan bagian-bagian yang lainnya dibuat sebagai bagian yang
berputar.

II.4.

Pengaturan Putaran

Putaran adalah salah satu faktor yang penting yang memberi pengaruh besar terhadap
tegangan yang timbul oleh arus bolak-balik (alternating current). Frekuensi listrik yang

dihasilkan oleh generator sinkron harus sebanding dengan kecepatan putar generator
tersebut. Dalam hal ini, rotor sebagai bagian yang bergerak terdiri atas rangkaianrangkaian elektromagnet dengan arus searah (DC) sebagai sumber arusnya. Medan
magnet rotor akan bergerak sesuai dengan arah putaran rotor. Untuk menjaga putaran
tetap konstan, maka pada penggerak mula (prime mover) dilengkapi governor. Governor
itu sendiri adalah suatu alat yang berfungsi mengatur putaran tetap konstan pada keadaan
yang bervariasi.
Besar kecepatan putaran generator dapat dihitung melalui persamaan berikut:
n=

120. f
p

dimana:
n = kecepatan putaran (rpm)
f = frekuensi (Hz)
p = jumlah kutub
Tegangan dan arus bolak-balik (AC) yang dihasilkan oleh generator umumnya
mempunyai frekuensi diantara 50 Hz 60 Hz. Untuk menentukan jumlah pasang kutub
(p) atau kecepatan putar rpm (n), besarnya frekuensi harus sebanding dengan jumlah
kutub dan kecepatan putarannya.

II.5.

Pengaturan Tegangan
Tegangan generator sinkron dalam keadaan berbeban akan lebih rendah nilainya

daripada tegangan generator sinkron dalam keadaan tanpa beban. Nilai relatif, yaitu nilai
selisih antara tegangan dalam keadaan berbeban penuh dengan keadaan tanpa beban
biasanya disebut dengan regulasi tegangan atau voltage regulation (VR).

VR =

V NL VFL
x100%
VFL

dimana:
VR = regulasi tegangan (voltage regulation)
VNL = tegangan tanpa beban (no load voltage)
VFL = tegangan beban penuh (full load voltage)
Generator-generator sekarang dirancang dan dibuat untuk tegangan yang
bervariasi akibat dari adanya variasi arus jangkar atau variasi beban yang menimbulkan
turunnya tegangan (voltage drop) pada kumparan jangkar yang bervariasi pula. Jatuhnya
tegangan impedansi tersebut tergantung kepada besar arus dan faktor daya beban. Dengan
pengaturan arus eksitasi, tegangan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk
menaikkan tegangan, arus eksitasi dapat ditambah dan berlaku juga sebaliknya.
Yang dimaksud dengan eksitasi atau biasa disebut sistem penguatan adalah suatu
perangkat yang memberikan arus penguat (If) kepada kumparan medan generator arus
bolak-balik (alternating current) yang dijalankan dengan cara membangkitkan medan
magnetnya dengan bantuan arus searah.
Sistem penguatan dapat digolongkan berdasarakan cara penyediaan tenaganya,
yaitu:
1. Sistem penguatan sendiri.
2. Sistem penguatan terpisah.
Untuk generator berkapasitas besar umumnya digunakan sistem penguatan
sendiri. Sistem penguatan ini digunakan pada generator tanpa sikat (brushless alternator).
Generator tanpa sikat ini mempunyai exiter yang kumparan jangkarnya pada rotor dan
kumparan medannya pada stator. Arus penguatan didapat dari induksi magnet sisa

(remanensi) pada stator generator utama yang diberikan oleh stator generator penguat.
Arus tersebut diatur terlebih dahulu oleh AVR (automatic voltage regulator) yang
merupakan alat pengatur tegangan yang bekerja secara otomatis. AVR dalam hal ini
melakukan pengaturan tegangan. Arus yang dihasilkan oleh rotor generator penguat akan
disearahkan dengan menggunakan dioda putar (rotating diode) yang ikut berputar dengan
kedua rotor generator yang berputar. Sistem penguatan sendiri dipasang pada ujung poros
generator utamanya.
AUTOMATIC VOLTAGE
REGULATOR

OUTPUT

MAIN
STATOR

EXCITER
STATOR

ROTATING
DIODES

SHAFT

EXCITER
ROTOR

MAIN
ROTOR

Gambar 2.6. Self Excited AVR Controlled Generator


Sebagai salah satu contoh sistem eksitasi penguatan sendiri yang dipakai adalah
sistem eksitasi penguatan sendiri dengan menggunakan magnet permanen (permanent
magnet generator excited-AVR controlled generators). Dalam hal ini, generator magnet
permanen (PMG) berperan memberikan suplai untuk sistem eksitasi melalui AVR
dimana AVR berperan sebagai alat untuk mengontrol tingkat eksitasi yang disediakan
untuk medan exiternya. AVR akan memberikan respon terhadap sinyal tegangan yang

dirasakannya melalui transformator berisolasi (isolating transformer) dari kumparan


stator utama. Dengan mengendalikan suplai yang rendah dari medan eksitasinya, kontrol
untuk suplai yang tinggi yang diperlukan pada medan exiter dapat terpenuhi melalui
keluaran penyearah dari stator eksitasi. Sistem ini menghasilkan sumber eksitasi yang
konstan dan mampu menyediakan start motor yang tinggi dan juga memiliki kekebalan
terhadap gangguan berbentuk gelombang (waveform distortion) pada keluaran stator
utama yang dapat terjadi karena adannya beban yang non linear. AVR akan merasakan
tegangan dua fasa rata-rata mendekati regulasi tegangan yang diinginkan. AVR ini juga
mampu mendeteksi perubahan kecepatan mesin dan dapat mengatasi tegangan turun
sebagai akibat turunnya kecepatan putaran mesin dibawah frekuensi yang telah
ditentukan sehingga dapat menghindari eksitasi berlebih pada saat kecepatan mesin
rendah dan memperhalus dampak dari perubahan beban (load switching) untuk
menghindari kerusakan mesin. Sistem ini juga menyediakan proteksi untuk eksitasi
berlebih yang bekerja dengan waktu tunda tertentu ketika terjadi lonjakan tegangan
medan eksitasi.

AUTOMATIC VOLTAGE
REGULATOR

ISOLATING
TRANSFORMER
(If fitted)

MGS
STANDARD

OUTPUT

EXCITER
STATOR

PMG
STATOR

MAIN
STATOR

ROTATING
DIODES

SHAFT

PMG
ROTOR

EXCITER
ROTOR

MAIN
ROTOR

Gambar 2.7. Permanent Magnet Generator (PMG) Exciter

II.6.

GPC (Generator Paralelling Controller)


GPC adalah suatu unit (alat) yang berfungsi sebagai pengontrol dan pengaman

generator. GPC akan mengeluarkan semua kebutuhan serta tugas-tugas untuk mengontrol
dan memproteksi operasi sebuah generator tanpa harus memperhatikan penggunaan
generator tersebut.
Hal ini berarti GPC dapat digunakan untuk berbagai tipe aplikasi seperti:
1. Satu generator (generator tunggal).
2. Kontrol beragam beban generator.
3. Beban utama yang tetap (dasar beban).

Gambar 2.8. Generator Paralelling Controller (GPC)


Sistem pengukuran GPC adalah melalui tegangan 3 fasa yang diukur pada
tegangan generator, arus generator dan tegangan bus utama.

II.6.1. Kontrol Fungsi


Kontrol fungsi dari GPC ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dinamik sinkronisasi.
a. Perubahan frekuensi.
b. Check tegangan.
c. Kompensasi waktu tunda pemutus.
d. Pemeriksaan urutan fasa.
2. Beban tetap (dasar beban) jalannya generator.
3. Berjalannya frekuensi yang tetap pada generator yang berdiri sendiri.
4. Pembagian beban antar generator dengan beban beragam serta pengontrol
frekuensi.

5. Output rele untuk speed governor.


6. Output rele untuk menutup dan membukanya pemutus generator.
7. Mengatur ramp up dan ramp down dari beban generator.
8. Output rele untuk start stop generator berikutnya (berdasarakan tinggi
rendahnya beban).

II.6.2. Fungsi Proteksi Generator


Proteksi terhadap generator yang terdapat pada operasi sistem GPC dapat dibagi
atas dua kelompok, yaitu proteksi untuk:
1. Daya balik (reverse power).
2. Over current (dengan 2 level).
Fungsi proteksi terhadap generator dapat dipilih untuk mengaktifkan salah satu
dari empat rele yang dapat disusun. Opsi A dan Opsi B tidak dapat dipilih pada waktu
yang bersamaan diantara fungsi keduanya.
a. Opsi A
1. Vector jump.
2.

df
(rocof).
dt

3. Over voltage (2 level).


4. Low voltage (2 level).
5. Over frekuensi (2 level).
6. Low frekuensi (2 level).
b. Opsi B Bus Proteksi
1. Over voltage (2 level).

2. Low voltage (2 level).


3. Over frekuensi (2 level).
4. Low frekeunsi (2 level).
c. Opsi D Tegangan, VAR/Power Factor Control
Pemilihan yang dipilih pada opsi D dapat diaktifkan dengan cara pemilihan mode
dari GPC itu sendiri (mode input 4, 5 dan 6).
d. Opsi E Analog Governor dan Output AVR Control
Pemilihan opsi E memerlukan papan tambahan yang akan diletakkan pada slot #4
yaitu pada terminal 65 72 dimana ada dua output analog hadir berkisar 20 mA. Output
ini diberi penguatan terpisah. Bagian GPC yang terakhir adalah output aktif (tidak
memerlukan tambahan tegangan dari luar).
e. Opsi F1, 2x Transducer Output
Pemilihan opsi F1, berarti ada sebuah papan tambahan yang akan ditambahkan
pada slot #6 (terminal 90 97) dimana terdapat dua output analog (0 20 mA). Output
diberi penguatan terpisah dan di GPC terakhir outputnya adalah output aktif (tidak
memerlukan tambahan tegangan dari luar).
Unit GPC dikemas dalam papan-papan slot. Beberapa ada yang telah standar
(tidak dapat diubah-ubah) dan ada juga beberapa yang dapat diubah-ubah untuk tiap opsiopsinya.
Slot

#1 standard

terminal

1 -28

Slot

#2

terminal 29 34

Slot

#3

terminal 37 64

Slot

#4

terminal 65 72

Slot

#5 standard

terminal 73 89

Slot

#6

terminal 90 97

Slot

#7 tidak digunakan

terminal 98 125

Slot

#8

terminal 126 133

Di samping slot-slot ini, terdapat sebuah papan komunikasi tambahan (Rs 232 PC
servis) tempat berlangsungya pemrogaman dari set point, waktu, display dan sebagainya.

II.7.

PLC
Programmable Logic Controller (PLC) meupakan suatu bentuk pengontrol

berbasis mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram untuk


menyimpan instruksi-instruksi dan mengimplementasikan fungsi-fungsi seperti logic,
sequencing, timing, counting dan aritmatika untuk mengontrol mesin-mesin dan prosesproses yang terjadi.
PROGRAM

INPUT

PLC

OUTPUT

Gambar 2.9. Blok Pengontrol PLC


PLC sama halnya dengan komputer namun bedanya komputer dioptimalkan untuk
tugas-tugas perhitungan dan penyajian data, sedangkan PLC dioptimalkan untuk tugastugas pengontrolan dan pengoperasian di dalam lingkungan industri.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan PLC memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Kokoh dan dirancang tahan terhadap getaran, suhu, kelembaban dan kebisingan.
2. Antar muka untuk input dan output telah tersedia di dalamnya.
3. Mudah diprogram dan menggunakan bahasa pemrogaman yang mudah dipahami
yang sebagian besar berkaitan dengan operasi-operasi logika dan penyambungan.

PERANGKAT

MEMORI

INPUT
ANTAR MUKA

PROSESOR

OUTPUT
ANTAR MUKA

CATU DAYA

Gambar 2.10. Diagram Blok PLC


Umumnya sebuah sistem PLC memiliki komponen-komponen dasar. Komponenkomponen ini adalah unit prosesor, memori, unit catu daya, bagian antar muka input
output dan perangkat pemrogaman.
1. Unit Prosesor Utama atau Central Processing Unit (CPU) adalah unit yang berisi
mikroprosesor yang mengintrepentasikan sinyal-sinyal input dan melaksanakan
tindakan pengontrolan sesuai dengan program yang tersimpan di dalam memori
lalu mengkomunikasikan keputusan-keputusan yang diambilnya sebagai sinyalsinyal kontrol ke output antar muka.

2. Unit catu daya diperlukan untuk mengkonversikan tegangan AC sumber menjadi


tegangan DC 5V yang dibutuhkan oleh prosesor dan rangkaian-rangkaian dalam
modul-modul input/output antar muka.
3. Perangkat pemrogaman digunakan untuk memasukkan program yang dibutuhkan
ke dalam memori. Program tersebut dibuat dengan menggunakan perangkat ini
yang kemudian dipindahkan ke dalam unit memori PLC.
4. Unit memori adalah tempat dimana program yang digunakan untuk melaksanakan
tindakan-tindakan pengontrolan oleh mikroprosesor disimpan.
5. Bagian input dan output adalah antar muka dimana prosesor menerima informasi
ke perangkat-perangkat eksternal.

II.8.

Operasi Paralel Generator


Operasi paralel pusat-pusat tenaga listrik pada dasarnya merupakan perluasan

kerja paralel satu generator dengan generator lain dengan tambahan resistansi dan
reaktansi saluran-saluran interkoneksi yang biasa disebut sinkronisasi.
Dalam melakukan sinkronisasi generator harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1. Tegangan apitan dari generator yang akan diparalelkan harus sama dengan
tegangan jaringan.
2. Frekuensi generator harus sama dengan frekuensi jaringan.
3. Sudut fasa dari dari fasa-fasa yang dihubungkan satu sama lain harus sama besar.
4. Urutan fasa kelima generator harus sama dan urutan fasa generator yang akan
diparalelkan harus sama dengan jaringan.

Dimisalkan lima generator G1, G2, G3, G4 dan G5 yang bekerja paralel seperti pada
gambar berikut.
G1

AC

G2

AC

E2

AC

E3

AC

E4

AC

E5

G3

G4

G5

E1

X1

R1

X2

R2

X3

R3

X4

R4

X5

R5

Gambar 2.11. Operasi Paralel Lima Generator


Terlihat masing-masing generator memiliki impedansi Z1, Z2, Z3, Z4 dan Z5 yang
tediri dari resistansi R1, R2, R3, R4, R5 dan X1, X2, X3, X4 dan X5. Gaya gerak
listrik yang diinduksikan dalam masing-masing mesin adalah E1, E2, E3, E4 dan
E5. Untuk mempermudah, diambil contoh operasi paralel untuk dua generator.
Is

Er

E1

E2

Gambar 2.12. Paralel Dua Generator Reaktansi Diabaikan

Er
E2

E1
Is

Gambar2.13. Paralel Dua Generator Resistensi Diabaikan


Misalkan untuk keadaan khusus dimana reaktansi kedua mesin diabaikan. Dalam keadaan
demikian, kedua GGL E1 dan E2 memiliki selisih fasa 180 (gambar 2.12) dan resultan Er
hampir tegak lurus terhadap E1 dan E2.
Besar arus sinkronisasi dapat dinyatakan dengan persamaan:
Is =

Er
(Z1 + Z 2 )

Misalkan kini kedua mesin hanya memiliki reaktansi mendekati nol. Arus sinkronisasi Is
akan tegak lurus terhadap GGL Er atau sefasa dengan GGL salah satu mesin, misalkan E2
(gambar 2.13). dalam hal ini mesin 2 akan memberi daya nyata kepada mesin 1 agar
mesin dapat berjalan. Dengan demikian, dapat disimpulkan reaktansi mutlak diperlukan
untuk paralel generator.
Bila dua generator berada dalam keadaan sinkronisasi penuh. Maka kedua GGL
yang diinduksikan adalah sama dan berbeda fasa 180, sebagaimana terlihat pada gambar
2.14, dan tidak terdapat arus mengalir dalam rangkaian setempat. Bilamana kedua GGL
sama besarnya tetapi berbeda fasa tidak tepat 180
maka resultan GGL Er bergerak di
dalam rangkaian setempat dan mengakibatkan mengalirnya arus sinkronisasi.
E1

E2

Gambar 2.14. Arus Sinkronisasi Penuh

E2

E2

Er

E1

Gambar 2.15. Arus Sinkronisasi Tidak Penuh


Misalkan beda fasa antara kedua GGL sebesar dan E1=E2=E, maka resultan GGL Er
adalah:
180
E r = 2 E cos

= 2 E cos 90
2


= 2 E sin
2

= 2E
2
= E
Pendekatan di atas berlaku jika sudut memiliki nilai yang kecil sekali. Besar arus
sinkronisasi Is adalah:
Is =

Er
Z

E
Z

Dengan catatan bahwa Is tertinggal fasa sebesar , dimana:


Xs

= tg 1

Dimana Z merupakan impedansi gabungan per fasa dari kedua generator atau generator
dengan jaringan yang memiliki kekuatan yang tak terhingga. Bila reaktansi generator
diketahui, maka arus sinkronisasinya:

Is =

E
Xs

dan tertinggal fasa 90 dengan GGL resultan Er.


AC

400 V/20KV

AC

400 V/20 KV
AC

200 KVA
380 V

LOAD
AC

400 V/20 KV

AC

Gambar 2.16. Paralel Lima Generator Melayani Beban


Adapun prosedur sinkronisasi generator-generator yang bekerja paralel dapat
disusun sebagai berikut:
1. Menjalankan mesin penggerak mula (prime mover), kemudian tahanan R
diperkecil sampai diperoleh tegangan V dan frekuensi Hz yang dikehendaki.
2. Bila tegangan V generator dan frekuensi Hz generator sama dengan tegangan jalajala dan frekuensi jala-jala maka yang harus diperhitungkan lagi adalah membuat
agar tegangan generator sefasa dengan tegangan jala-jala.
3. Untuk membuat tegangan generator sefasa dengan tegangan jala-jala maka
putaran generator harus diubah sampai mendapatkan beda fasa yang sama.
4. Bila lampu indikator PLN mati, generator telah berhasil paralel dengan jaringan
(jala-jala).

II.9.

Pembagian Beban Pada Generator yang Bekerja secara Paralel


Umumnya beban listrik terdiri atas beban resistif, induktif dan kapasitif.

Pembagian beban yang dimaksudkan disini dapat dikelompokan ke dalam dua jenis yaitu

pembagian beban reaktif (VAR) dan pembagian beban aktif (Watt). Jumlah vektor kedua
beban tersebut adalah beban kompleks (beban semu) yang dilambangkan dengan S,
dengan kata lain:
S = P + jQ
dimana:
S = daya semu (VA atau KVA)
P = daya aktif (Watt atau KW)
Q = daya reaktif (VAR atau KVAR)
Besar daya dari lima generator yang bekerja paralel adalah sebagi berikut:
KVA
S5

S4
P5

KVAR

P4
S3
P3
S2
P2
S1

P1

Q1

Q2

Q3

Q4

Q5

PT O T A L = P1 + P2 + P3 + P4 + P5

KW

Gambar 2. 17. Pembagian Beban antar Lima Generator Paralel


dimana:
P = daya aktif yang dipikul generator 1, 2, 3, 4 dan 5
Q = daya reaktif generator 1, 2, 3, 4 dan 5
S = daya kompleks generator 1, 2, 3, 4 dan 5

= sudut daya generator 1, 2, 3, 4 dan 5

Dalam hal ini:

P1 = P2 = P3 = P4 = P5.

Q1 = Q2 = Q3 = Q4 = Q5, sehingga,

S1 = S2 = S3 = S4 = S5, yang artinya daya generator sama.

Misalkan diambil dua generator yang bekerja paralel dengan karakteristik kecepatan
dan beban yang tepat sama dengan suatu tegangan apitan bersama sebesar V dan
dengan beban impedansi sebesar Z. Dimisalkan GGL dari generator 1 dan 2 sebesar
E1 dan E2 dan impedansi fasa masing-masing Z1 dan Z2.
Tegangan apitan generator 1 adalah:

V = E1 I 1 Z 1
Tegangan apitan generator 2 adalah:

V = E2 I 2 Z 2
Juga berlaku:
V = I .Z = (I 1 + I 2 )Z
Sehingga diperoleh:

I1 =

E1 V
Z1

I2 =

E2 V
Z2

Kemudian diperoleh:
I1 + I 2 =
atau:

E1 V E 2 V
+
Z2
Z1

1
E
1
1 E
V +
+ = 1 + 2
Z1 Z 2 Z Z1 Z 2
atau:
E1 E 2
+
Z1 Z 2
V =
1
1
1
+
+
Z1 Z 2 Z

AC

Z1

I1

AC

Z2

I2

Gambar 2.18. Pembagian Beban Antar Dua Generator

Anda mungkin juga menyukai