Anda di halaman 1dari 17

KUMPULAN TUGAS KULIAH

JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM


STAIN SURAKARTA
IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
DI BANK SYARIAH INDONESIA
Muhammad Syihab Habib Kamaludin

Oka_muhammad@yahoo.co.id
STAIN SURAKARTA
2010

Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah adalah agama Islam, bahwa
agama Islam adalah cara hidup yang koheren, dirancang untuk kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat, dengan cara menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral dan
material manusia dan aktualisasi keadilan sosial ekonomi serta persaudaraan dalam
masyarakat manusia. Hal ini menunjukan bahwa Islam merupakan ajaran agama yang
memiki ajaran yang bersifat rahmatan lil alamin.
Dalam aplikasinya, ajaran Islam sangat kompleks membahas tentang kehidupan
manusia yang mampu diatasi dengan baik. Baik dari segi ekonomi, politik, sosial,
kesehatan, dan banyak hal lagi yang dibahas dalam Islam baik keduniaan (Duniawi)
maupun keakhiratan (Ukhrowi).
Dalam pandangan sosialis, kkeadaan suatu Negara tau tumbuh kembang suatu
negara ditentukan dari tumbuh kembang tingkat perekonmian Negara tersebut. Akan
tidak begitu dengan Islam, dalam makroekonomi Islam, dijelaskan bahwa tolak ukur
suatu Negara di ukur melalui kesejahteraan masyarakatnya dalam skala mikro ataupun
makro.
Dalam mendukung perkembangan kesejahteraan masyarakat suartu negara,
lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank sangat beperan penting . Hal
ini dapat dilihat dari kejadian yang menimpa Indonesia pada tahun 1998 dimana unit
usaha

yang

mampu

bertahan

adalah

usaha

yang

mampu

mempertahankan

kredibilitasnya dalam perekonomian makro dan salah satunya adalah BMT yang
membantu menyelamatkan Negara dari inflasi yang sangat tinggi pada saat itu.
Peran bank syariah disini adalah sebagai penyalur dana masyarakat dan
didalamnya banyak akad yang dianut untuk memperjelas aliran dana atau cashflow dana

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
masyarakat. Dalam kasusu kali ini akad musyarakah adalah sebagai objek pembahasan
dan bagaimana aplikasinya dalam realitas
A. Pengertian Syirkah/Musyarakah 1
Secara bahasa, syirkah atau musyarakah berarti mencampur. Dalam hal ini
mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Dalam istilah fikih syirkah adalah suatu akad antara dua orang atau
lebih untuk berkongsi modal dan bersekutu dalam keuntungan.
Musyarakah, adalah kerjasama dalam suatu usaha oleh dua pihak Ketentuan
Umum dalam akad musyarakah adalah sebagai berikut:

Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan


dikelola bersama-sama.

Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha
yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh


melakukan tindakan, seperti:
- Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
- Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik modal
lainnya.
- Memberi pinjaman kepada pihak lain.
- Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh
pihak lain.

Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila: 1) Menarik diri


dari perserikatan; 2) Meninggal dunia; 3) Menjadi tidak cakap hukum.

Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus
diketahui bersama.

Muhammad Syafii Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani.

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
1. Landasan Syariah 2
Akad syirkah ini mendapatkan landasan syariahnya dari al-Quran, hadist dan
ijma.
a. Dari Al-Quran
Maka mereka berserikat dalam sepertiga Q.S. An-Nisa : 12. Ayat ini
sebenarnya tidak memberikan landasan syariah bagi semua jenis syirkah, ia
hanya memberikan landasan kepada syirkah jabariyyah (yaitu perkongsian
beberapa orang yang terjadi di luar kehendak mereka karena mereka sama-sama
mewarisi harta pusaka).
b. Dari Sunnah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :


Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : Aku adalah mitra ketiga dari dua
orang yang bermitra selama salah satu dari kedunya tidak mengkhianati yang
lainnya. Jika salah satu dari keduanya telah mengkhianatinya, maka Aku keluar
dari perkongsian itu. H. R. Abu Dawud dan al-Hakim. Arti hadist ini adalah
bahwa Allah SWT akan selalu bersama kedua orang yang berkongsi dalam
kepengawasanNya, penjagaanNya dan bantuanNya. Allah akan memberikan
bantuan dalam kemitraan ini dan menurunkan berkah dalam perniagaan mereka.
Jika keduanya atau salah satu dari keduanya telah berkhianat, maka Allah
meninggalkan mereka dengan tidak memberikan berkah dan pertolongan
sehingga perniagaan itu merugi. Di samping itu masih banyak hadis yang lain
yang menceritakan bahwa para sahabat telah mempraktekkan syirkah ini
sementara Rasulullah SAW tidak pernah melarang mereka. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Rasulullah telah memebrikan ketetapan kepada mereka.
c. Ijma
Kaum Muslimin telah sepakat dari dulu bahwa syirkah diperbolehkan, hanya
saja mereka berbeda pandangan dalam hukum jenis-jenis syirkah yang banyak
variasinya itu.
2

http//www. shariahlife.com/?article?/syirkah_musyarakah2

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA

2. Jenis-jenis Syirkah/Musyarokah
Pada prinsipnya syirkah itu ada dua macam yaitu Syirkah amlak
(kepemilikan) dan syirkah Uqud (terjadi karena kontrak). Syirkah kepemilikan
ini ada dua macam yaitu ikhtiari dan jabari. Ikhtiyari terjadi karena karena
kehendak dua orang atau lebih untuk berkongsi sedangkan jabari terjadi karena
kedua orang atau lebih tidak dapat mengelak untuk berkongsi misalnya dalam
pewarisan.
Sedangkan syirkah uqud adalah perkongsian yang terjadi karena kesepakatan
dua orang atau lebih untuk berkongsi modal, kerja atau keahlian dan jika
perkongsiannya itu menghasilkan untung, maka hal itu akan dibagi bersama
menurut saham dan kesepakatan masing-masing. Syirkah uqud ini memiliki
banyak variasi yaitu syirkah Inan, Mufawadhoh, Abdan, dan Wujuh.
a. Syirkah Inan
Syirkah Inan merupakan suatu akad di mana dua orang atau lebih berkongsi
dalam modal dan sama-sama memperdagangkannya dan bersekutu dalam
keuntungan.
b. Syirkah Mufawadhoh
Syirkah ini dinamakan syirkah mufawadhoh karena modal yang disetor para
patner dan usaha fisik yang dilakukan mereka sama atau proporsional.
c. Syirkah Wujuh
Syirkah ini dibentuk tanpa modal dari para patner. Mereka hanya
bermodalkan nama baik yang diraihnya karena kepribadiannya dan
kejujurannya dalam berniaga.
d. Syirkah Abdan (Amal)
Syirkah ini dibentuk oleh beberapa orang dengan modal profesi dan keahlian
masing-masing. Profesi dan keahlian ini bisa sama dan bisa juga berbeda.

3. Syarat-syarat umum syirkah/musyarakah


a. Jenis usaha fisik yang dilakukan dalam syirkah ini harus dapat diwakilkan
kepada orang lain. Hal ini penting karena dalam kenyataan, sering kali satu

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
patner mewakili perusahaan untuk melakukan dealing dengan perusahaan
lain. Jika syarat ini tidak ada dalam jenis usaha, maka akan sulit
menjalankan perusahaan dengan gesit.
b. Keuntungan yang didapat nanti dari hasil usaha harus diketahui dengan jelas.
Masing-masing partner harus mengetahui saham keuntungannya seperti 10%
atau 20 % misalnya.
c. Keuntungan harus disebar kepada semua patner.

Syarat-syarat khusus
a. Modal yang disetor harus berupa barang yang dihadirkan. Tidak
diperbolehkan modal masih berupah utang atau uang yang tidak dapat
dihadirkan ketika akad atau beli. Tidak disyaratkan modal yang disetor oleh
para patner itu dicampur satu sama lain. Karena syirkah ini dapat
diwujudkan dengan akad dan bukan dengan modal.
b. Modal harus berupa uang kontan. Tidak diperbolehkan modal dalam bentuk
harta yang tidak bergerak atau barang. Karena barang-barang ini tidak dapat
dijadikan ukuran sehingga akan menimbulkan persengketaan di kemudian
hari karena keuntungan yang dihasilkannya juga menjadi tidak jelas
proporsinya dengan modal yang disetor akibat sulitnya dinilai.
B. Syarat dan Ketentuan Pokok Musyarakah 3
1. Syarat akad. Karena musyarakah merupakan hubungan yang dibentuk oleh
para mitra melalui kontrak/akad yang disepakati bersama, maka otomatis empat
syarat akad yaitu 1) syarat berlakunya akad; 2) syarat sahnya akad; 3) syarat
terealisasinya akad; 4) syarat lazim juga harus dipenuhi.
2. Pembagian proporsi keuntungan. Dalam pembagian proporsi keuntungan
harus dipernuhi hal-hal berikut:
a. Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada para mitra usaha harus
disepakati di awal kontrak/ akad. Jika proporsi belum ditetapkan, akad tidak
sah menurut syariah.

Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. hal 53-58

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
b. Rasio/ nisbah keuntungan untuk maing-masing mitra usaha harus ditetapkan
sesuai dengan keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha, dan tidak
ditetapkan berdasarkan modal yang disertakan.
3. Penentuan proporsi keuntungan. Dalam menentukan proporsi keuntungan
terdapat beberapa pendapat dari para ahli hukum Islam sebagai berikut.
a. Imam Malik dan Imam Syafii berpendapat bahwa proporsi keuntungan
dibagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya
dalam akad sesuai dengan proporsi modal yang disertakan.
b. Imam Ahmad berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat pula berbeda
dari proporsi modal yang mereka sertakan.
c. Imam Abu Hanifah, yang dapat dikatakan sebagai pendapat tengah-tengah,
berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat berbeda dari proporsi modal
pada kondisi normal. Namun demikian, mitra yang memutuskan menjadi
sleeping partner, proporsi keuntungannya tidak bleh melebihi proporsi
modalnya.
4. Pembagian kerugian. Para ahli hukum Islam sepakat bahwa setiap mitra
menanggung kerugian sesuai dengan porsi investasinya. Oleh karena itu, jika
seorang mitra menyertakan 40% modal, maka dia harus menanggung 40%
kerugian, tidak lebih, tidak kurang. Apabila tidak demikian, akad musyarakah
tidak sah. Jadi, menurut Imam Syafii, porsi keuntungan dan kerugian dari
masing-masing mitra harus sesuai dengan porsi penyertaan modalnya.
5. Sifat modal. Sebagian besar ahli hukum Islam berpendapat bahwa modal yang
diinvestasikan oleh setiap mitra harus dalam bentuk modal likuid. Hal ini berarti
bahwa akad musyarakah hanya dapat dengan uang dan tidak dapat dengan
komoditas. Tidak ada bagian modal yang berbentuk natura.
6. Manajemen musyarakah. Prinsip normal dari musyarakah bahwa setiap mitra
mempunyai hak untuk ikut serta dalam manajemen dan bekerja utuk usaha
patungan ini. Namun demikian, para mitra dapat pula sepakat bahwa manajemen
perusahaan akan dilakukan oleh salah satu dari mereka, dan mitra lain tidak akan
menjadi bagian manajemen dari musyarakah. Dalam kasus seperti ini sleepimh

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
partners akan memperoleh bagian keuntungan sebatas investasinya, dan proporsi
keuntungannya hanya sebatas proporsi penyertaan modal.
7. Penghentian musyarakah. Musyarakah akan berakhir jika salah sati dari
peristiwa berikut terjadi.
a. Setiap mitra memiliki hak untuk mengakhiri musyarakah kapan saja setelah
menyampaikan pemberitahuan kepada mitra lain.
b. Jika salah seorang mitra meninggal pada saat musyarakah masih
berjalan,kontrak dengan almarhum tetap berakhir/ dihentikan. Ahli warisnya
memiliki pilihan untuk menarik bagian modalnya atau meneruskan kontrak
musyarakah.
c. Jika salah seorang mitra menjadi hilang ingatan atau menjadi tidak mampu
melakukan transaksi komersial, maka kontrak musyarakah berakhir.
8. Penghentian musyarakah tanpa menutup usaha. Jika salah seorang mitra
ingin mengakhiri musyarakah sedangkan mitra lain ingin tetap meneruskan
usaha, maka hal ini dapat dilakukan dengan kesepakatan bersama. Mitra yang
ingin tetap menjalankan usaha dapat membeli saham/ bagian dari mitra yang
ingin berhenti karena berhentinya seorang mitra dari musyarakah tidak berarti
bahwa mitra lain juga berhenti.

C. Bentuk-Bentuk Musyarakah
1. Musyarakah tetap
Bentuk akad musyarakah yang paling sederhana adalah musyarakah tetap
ketika jumlah dan porsi modal yang disertakan oleh masing-masing mitra tetap
selama periode kontrak.

2. Musyarakah menurun
Bentuk akad lain yang merupakan pengembangan dari musyarakah adalah
musyarakah menurun. Pada kerjasama ini, dua pihak bermitra untuk
kepemilikan bersama suatu asset dalam bentuk property, peralatan, perusahaan,
atau lainnya. Bagian asset pihak pertama, sebagai pemodal, kemudian dibagi ke
dalam beberapa unit dan disepakati bahwa pihak kedua, sebagai klien, akan

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
membeli bagian asset pihak pertama unit demi unit secara periodic sehingga
akan meningkatkan bagian asset pihak kedua sampai semua unit milik pihak
pertama terbeli semua dan asset sepenuhnya milik ihak kedua. Keuntungan yang
dihasilkan pada tiap-tiap periode dibagi sesuai porsi kepemilikan asset masingmasing pihak saat itu.
3. Musyarakah mutanaqishah
Salah satu bentuk musyarakah yang berkembang belakangan ini adalah
musyarakah mutanaqishah , yaitu suatu penyertaan modal secara terbatas dari
mitra usaha kepada perusahaan lain untuk jangka waktu tertentu, yang dalam
dunia modern biasa disebut modal ventura, tana unsure-unsur yang dilarang
dalam syariah.
Implementasi dalam operasional perbankan syariah adalah merupakan
kerjasama antara bank syariah dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian
suatu barang (benda). Dimana asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun
besaran kepemilikan dapat ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana
yang disertakan dalam kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya nasabah akan
membayar (mengangsur) sejumlah modal/dana yang dimiliki oleh bank syariah.
Perpindahan kepemilikan dari porsi bank syariah kepada nasabah seiring dengan
bertambahnya jumlah modal nasabah dari pertambahan angsuran yang dilakukan
nasabah. Hingga angsuran berakhir berarti kepemilikan suatu barang atau benda
tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah. Penurunan porsi kepemilikan bank
syariah terhadap barang atau benda berkurang secara proporsional sesuai dengan
besarnya angsuran.
Selain sejumlah angsuran yang harus dilakukan nasabah untuk mengambil
alih kepemilikan, nasabah harus membayar sejumlah sewa kepada bank syariah
hingga berakhirnya batas kepemilikan bank syariah. Pembayaran sewa
dilakukan bersamaan dengan pembayaran angsuran. Pembayaran angsuran
merupakan bentuk pengambilalihan porsi kepemilikan bank syariah. Sedangkan
pembayaran sewa adalah bentuk keuntungan (fee) bagi bank syariah atas
kepemilikannya terhadap aset tersebut. Pembayaran sewa merupakan bentuk
kompensasi kepemilikan dan kompensasi jasa bank syariah. 4

Dr. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, Ms., M.Sc, Ph.D.


http://scrib.com/Makalah%20Musyarakah%20Mutanaqishah_Nadratuzzaman
5
Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. hal 217-218

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA

D. Praktik Pembiayaan Musyarakah di Perbankan Syariah Indonesia


Musyarakah

dalam

kenyataannya,

perbankan

syariah

di

Indonesia

mempraktikkan pembiayaan musyarakah yang tidak sama persis dengan konsep


klasik musyarakah. Perbedaan karakteristik pokok pembiayaan musyarakah dalam
literature klasik dan praktik di Indonesia adalah sebagai berikut: 5
Karakteristik pokok
Tujuan transaksi

Praktik klasik
Investasi bersama

Praktik di Indonesia
Pembiayaan atau penyediaan fasilitas

(kontribusi dana) serta


pengelolaan bersama

Pengelolaan usaha

Para pihak

Sebagian besar kasus hanya bank yang

berkontribusi dana.

memberikan kontribusi dana.

Seluruh pihak (partner

Hanya nasabah bank (mushaib)

musyarakah)
Pembagian hasil

Profit and loss sharing

Revenue sharing

Pembayaran bagi

Dilakukan satu kali

Untuk satu kali angsuran pokok: bagi hasil

hasil dan perhitungan

diakhir periode. Profit

dibayar secara periodik sesuai perjanjian dan

profit rate

rate dihitung satu kali

profit rate dihitung atas dasar jumlah nominal

diakhir atas dasar 100%

bagi hasil per dana awal yang masih 100%

nilai penempatan dana

digunakan oleh nasabah.

investor sejak awal

Untuk pokok yang diangsur; (i) bagi hasil

periode perjanjian.

dibayar periodik sesuai denga periode


angsuran pokok dan profit rate dihitung dari
jumlah nominal bagi hasil per dana awal
100% atau (ii) bagi hasil dibayar periodik
sesuai dengan periode angsuran pokok dan
profit rate dihitung dari jumlah nominal dari
bagi hasil yang di-discount karena
menurunnya share dana bank dalam usaha
nasabah.

Kolateral

Tanpa jaminan

Dengan jaminan

Sumber: buchori, et.al. (2004)

Dalam aplikasi perbankan, musyarakah adalah kerjasama antara pemilik modal


atau bank dengan pedagang/pengelola, dimana masing-masing pihak memberikan

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
kontribusi modal dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan di muka dan
apabila rugi ditanggung oleh kedua belah pihak yang bersepakat.
Jenis

usaha

yang

dapat

dibiayai

antara

lain

perdagangan,

industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak, dan lain-lain berupa modal kerja
dan investasi.

Flowchat Musyarakah 6
MUSYARAKAH
NASABAH

ACCOUNT OFFICER

KOMITE

ANALISA YURIDIS
nasabah proyek

SPM
Data perusahaan

UNIT SUPPORT

ANALISA
nasabah proyek

Spesifikasi proyek
Persetujuan
jumlah
nisbah/waktu

Setuju lengkapi
dokumen

Surat persetujuan
musy. (SPRM)

5
yes
7
Akad musy. Pengikat
Jaminan

Surat Permohonan
Realisasi
Musy(SPRM)

Tanda terima
uang oleh nasabah

10

Setuju realisasi
pembayaran

Dokumentasi
Nomor
1.

5.
10.

Jenis Dokumen
Surat Permohonan Musyarakah (SPM)
Data Perusahaan/Pengelola
Spesifikasi Proyek
Surat Persetujuan Musyarakah (SPM)
Akad Musyarakah
Tanda Terima Uang Oleh Nasabah (TTUON)

Keterangan dokumentasi dan flowchart

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia. 2003. Konsep,Produk, dan
Implementase Operasional Bank Syariah.hal 185-188
10

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
Nasabah datang ke bank dengan membawa (1) Surat Permohonan Musyarakah
(SPM) dalam surat ini nasabah menjelaskan kebutuhan dana sebagai modal kerja
untuk suatu proyek tertentu. Nasabah menjelaskan tentang proyek yang akan
dikerjakan, pihak-pihak yang terlibat, dan tujuan proyek. Pengalaman nasabah
dalam proyek sejenis dan sumber dana untuk mengembalikan modal tersebut kepada
bank. Selain SPM, nasabah juga menyertakan data-data perusahaan dan spesifikasi
proyek.
(2) account officer/marketing akan menganalisa kelayakan bisnis nasabah,
historis usaha nasabah baik dari segi kualitatif dan kuantitatif serta kelayakan
proyek/usaha yang akan dikerjakan oleh nasabah.
Selanjutnya (3) bagian administrasi pembiayaan akan menganalisa nasabah
dari segi yuridis maupun kelengkapan/perizinan dan keabsahan proyek, juga
kelengkapan dokumentasi perusahaan dalam bidang hukum, dan bank checking atas
nasabah.

Hasil

pemeriksaan

(checking)

bagian

administrasi

pembiayaan

disampaikan kepada account officer/marketing bersamaan dengan analisa kualitatif


dan kuantitatif. Kemudian account officer akan melakukan presentasi proyek
tersebut kepada (4) komite pembiayaan untuk memperoleh persetujuan. Bila
proyek nasabah dianggap tidak layak, dan tidak memenuhi criteria untuk dibiayai,
maka seluruh dokumen harus dikembalikan pada nasabah, dan account officer
menyampaikan penolakan proyek tersebut kepada nasabah.
Bila permintaan nasabah dianggap layak dan memenuhi kriteria, komite akan
memberikan persetujuan yang khususnya menyangkut aspek :

Jumlah modal nasabah,

Jumlah modal bank

Jangka waktu kerjasama musyarakah

Nisbah bagi hasil dari keuntungan atau pendapatan proyek

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi nasabah.

Bila perlu bank juga dapat meminta bantuan pihak ketiga atau menempatkan
pegawai bank dalam proyek untuk mengawasi perkembangan proyek.

11

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
Dalam pembiayaan musyarakah, masalah jaminan tidak menjadi prioritas
utama, namun feasibility dan pengelolaan proyek yang menjadi tolok ukur
keberhasilan proyek.
Berdasarkan persetujuan komite, account officer akan mengirimkan (5) Surat
Persetujuan Musyarakah (SPM) kepada nasabah. Selain itu bank meminta
kelengkapan dokumen lainnya bila masih dibutuhkan. Isi Surat persetujuan
musyarakah adalah menyetujui pemberian fasilitas musyarakah pada nasabah
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh komite.
Setelah menerima surat persetujuan musyarakah dari bank, nasabah dapat
menyetujui atau tidak menyetujui persyaratan-persyaratan ataupun nisbah bagi hasil
yang diajukan noleh bank. Bila (6) nasabah setuju maka nasabah akan
mempersiapkan kelengkapan dokumen untuk akad musyarakah.
Bagian administrasi pembiayaan khususnya sbunit hokum mempersiapkan (7)
akad musyarakah yaitu perjanjian bagi hasil antara nasabah dengan bank dengan
memperhatikan kelengkapan dokumen dan rincian/ spesifikasi proyek yang akan
dibuat, serta segala ketentuan terms and conditions yang telah disepakati antara
nasabah dan bank.
Setalah akad musyarakah ditandatangni nasabah diminta untuk mengeluarkan
(8) Surat Permohonan Reaslisasi Musyarakah (SPRM). Isi SPRM adalah
meminta pencarian dana untuk dimulainya pelaksanaan proyek.
(9) bagian administrasi pembiayaan memberikan informasi bahwa akad
musyarakah telah terlaksana, dan account officer dapat menyetujui dilaksanakannya
pencairan dana kepada nasabah.
Setelah meneruma dana dari bank, nasabah akan menyerahkan (10) Tanda
Terima Uang Oleh Nasabah (TTUON) kepada bank.
Selama proyek berjalan (11) account officer diwajibkan untuk turut terlibat,
monitoring perkembangan proyek dan pendapatan serta biaya yang dikeluarkan.
Setelah (12) proyek berjalan nasabah akan melakukan (13) pembayaran bagi
hasil kepada bank sesuai nisbah yang telah disepakati bersama.
(14) pembayaran pokok/pengembalian pokok dilakukan dia khir periode
selesainya jangka waktu musyarakah.

12

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
Secara prinsip syariah selama jangka waktu musyarakah yang dibagikan
kepada pemilik modal adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan atau dari
laba, dan pengembalian pokok dilakukan pada akhir periode jangka waktu
musyarakah.
Namun dalam aplikasinya, untuk menjaga terjadinya side streaming dan
melihat cash flow nasabah cuku/mampu untuk mengembalikan modal, maka
pembayaran pokok dapat diangsur dan disimpan dalam escrow account (tidak
diambil oleh bank sampai jangka waktu musyarakah selesai).
Beberapa deviasi pembiayaan musyarakah yang perlu digarisbawahi adalah
sebagai berikut : 7
1. Kurangnya informasi dari pihak bank untuk menjelaskan secara penuh esensi
dari pembiayaan musyarakah dan keterangan lain yang berkaitan dengan
keberadaan produk tersebut.
2. Dalam proses permohonan pembiayaan musyarakah, titik berat analisis masih
terfokus pada analisis kemampuan bayar dan keberadaan jaminan. Analisis yang
merupakan esensi dari suatu kegiatan esensi,juga telah dilakukan walaupun
dalam kapasitas terbatas. Dengan demikian, kesan utang piutang masih lebih
kuat terasa dibandingkan kesan investasi.
3. Tingkat efektif pengenaan denda dalam pembiayaan musyarakah yang dikaitkan
dan/atau disamakan dengan tingkat efektif nibah bagi hasil (NBH)
dikhawatirkan akan tergolong pada riba fadhal.

Hal-hal diatas menjadi perhatian utama dalam standardisasi akad musyarakah


yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam rangka pemurnian ketentuan syariah
dengan memerhatikan syarat minimum menurut ketentuan fikih.
E. Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dalam Musyarakah 8
Sebagaimana diketahui, musyarakah adalah suatu teknik pembiayaan di bank
syariah diantara dua atau lebih pemilik dana, secara bersama-sama membiayai suatu
usaha yang akan dijalankan oleh pelaksana. Pelaksana dapat berasal dari salah satu
pemilik dana, dapat juga orang lain yang bukan pemilik dana.

7
8

Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. hal 219


Muhammad.2004.Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah.hal 80-84

13

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA

Pelaksana usaha berasal dari salah satu pemilik modal


Biasanya, nasabah yang melaksanakan usaha patungan tersebut dengan
sebagian modal dari calon nasabah dan sebagian dari bank syariah. Dari sini,
biasanya diawali dengan akad. Dalam akad, disamping diatur tentang hak dan
kewajiban masing-masing, juga harus disepakati tentang hasil yang akan
dibagihasilkan. Sebaiknya hasil yang akan dibagihasilkan diambil dari pendapatan,
tetapi tidak tertutup kemungkinan dari keuntungan. Jika diambil dari keuntungan
maka biaya-biaya yang meragukan tidak usah diperhitungkan. Bagi hasil tentunya
tidak proporsional atas modalnya, karena salah satu sebagai pengelola, sementara
yang lainnya idak. Hal yang paling penting adalah pada saat akad dilakukan telah
disepakati tentang nisbah bagi hasilnya.
Seperti halnya di dalam pembiayaan mudharabah, di dalam pembiayaan
musyarakah pun hasil usaha yang didapat adalah belum pasti. Oleh karena itu harus
pula disepakati tentang proyeksi sebagai dasar perhitungan aktualisasi yang
sebenarnya terjadi.

Palaksana usaha bukan merupakan salah satu dari pemilik modal


Pembiayaan yang melibatkan dana dari bank, biasanya bank tidak akan terlibat
dalam pengelolaan usaha secara maksimal. Sehingga bisa jadi pelaksana usaha
bukan merupakan salah satu pemilik dana.
Berdasarkan pola ini dapat diilustrasikan kasus-kasus sebagai berikut :
Tabel Perkiraan bagi hasil Shohibul maal : 1
Bulan ke

1 12

Cicilan
(A)
5.000.000

Perkiraan
Bagi hasil
(B)
500.000

Setoran
(C=A+B)
5.500.000

Catatan:
1. Jumlah pembiayaan shohibul maal 1 = Rp 60.000.000,2. Jangka waktu 12 bulan
3. Perkiraan/poyeksi bagi hasil 12% p.a. flat

14

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA

Besarnya nisbah tidak harus sama setiap bulannya selama masa pembiayaan.
Dapat dilakukan akad dengan multi-nisbah, selama hal ini ditetapkan dengan jelas di
awal, misalnya dalam akad disepakati:

Nisbah bulan 1 3 : 60-40 (shohibul maal mudharib)

Nisbah bulan 3 6 : 65-35 (shohibul maal mudharib)

Nisbah bulan 6 12 : 70-30 (shohibul maal mudharib)


Dengan demikian, semua variasi teknik perhitungan dapat diakomodir dalam

perhitungan nisbah bagi hasil, seperti: efektif, progresif, sliding, grace-period, stepup, disesuaikan dengan karakteristik usaha debitur.
Menentukan berakhirnya pembiayaan
Pembiayaan berakhir pada saat jumlah cicilan dalam table distribusi bagi hasil
sama dengan besarnya pembiayaan yang diberikan bank. Implikasinya adalah
sebagai berikut :
1. Jika pedapatan aktual lebih besar daripada proyeksi pendapatan, pelunasan
kurang dari 12 bulan.
2. Jika pendapatan aktual lebih kecil dari pada proyeksi pendapatan, pelunasan
lebih dari 12 bulan.
3. Jika pendapatan aktual sama dengan proyeksi pendapatan, maka pelunasan sama
dengan 12 bulan.
Jika terjadi kerugian, dalam konsep musyarakah yang dibagihasilkan adalah
pendapatan, dan pendapatan yang terkecil adalah nol. Oleh karena itu, maka yang
dimaksud kerugian adalah ketidakmampuan debitur membayar cicilan senilai
pembiayaan yang diterimanya. Jika ini terjadi, maka kerugian harus ditanggung oleh
shahibul maal (bank) secara proporsional dengan porsi musyarakah, kecuali
kerugian tersebut timbul akibat :

Debitur melanggar syarat yang disepakati

Debitur lalai dalam menjalankan usahanya


Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlakuan jaminan

diperbolehkan dalam hal ini, kendatipun tidak wajib hukumnya.

15

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
Kesimpulan
Secara bahasa, syirkah atau musyarakah berarti mencampur. Dalam hal ini
mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. empat syarat akad musyarakah yaitu 1) syarat berlakunya akad; 2) syarat
sahnya akad; 3) syarat terealisasinya akad; 4) syarat lazim juga harus dipenuhi. Pada
prinsipnya syirkah itu ada dua macam yaitu Syirkah amlak (kepemilikan) dan syirkah
Uqud (terjadi karena kontrak).
Musyarakah dalam kenyataannya, perbankan syariah di Indonesia mempraktikkan
pembiayaan musyarakah yang tidak sama persis dengan konsep klasik musyarakah.
Besarnya nisbah bagi hasil tidak harus sama setiap bulannya selama masa
pembiayaan. Dapat dilakukan akad dengan multi-nisbah, selama hal ini ditetapkan
dengan jelas di awal, misalnya dalam akad disepakati:

Nisbah bulan 1 3 : 60-40 (shohibul maal mudharib)

Nisbah bulan 3 6 : 65-35 (shohibul maal mudharib)

Nisbah bulan 6 12 : 70-30 (shohibul maal mudharib)

Dengan demikian, semua variasi teknik perhitungan dapat diakomodir dalam


perhitungan nisbah bagi hasil, seperti: efektif, progresif, sliding, grace-period, step-up,
disesuaikan dengan karakteristik usaha debitur.
Beberapa deviasi pembiayaan musyarakah yang perlu digarisbawahi adalah
sebagai berikut :
1. Kurangnya informasi dari pihak bank
2. Dalam proses permohonan pembiayaan musyarakah, titik berat analisis
masih terfokus pada analisis kemampuan bayar dan keberadaan jaminan.
3. Tingkat efektif pengenaan denda dalam pembiayaan musyarakah yang
dikaitkan dan/atau disamakan dengan tingkat efektif nibah bagi hasil (NBH)
dikhawatirkan akan tergolong pada riba fadhal.

16

KUMPULAN TUGAS KULIAH


JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
STAIN SURAKARTA
DAFTAR PUSTAKA

Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: RajaGrafindo.


Dr. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, Ms., M.Sc, Ph.D.
http://scrib.com/Makalah%20Musyarakah%20Mutanaqishah_Nadratuzzaman
http://www. shariahlife.com/?article?/syirkah_musyarakah2
Muhammad. 2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank
Syariah. Yogyakarta: UII Press.
M.Nadratuzzaman Hosen, AM Hasan Ali, A. Bahrul. 2008. Materi Dakwah Ekonomi
Syariah. Jakarta: PKES.
Muhammad Syafii Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia. 2003. Konsep,
Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta: Djambatan.

17

Anda mungkin juga menyukai