'Dokumen - Tips Pembiayaan Musyarakah Di Bank Syariah
'Dokumen - Tips Pembiayaan Musyarakah Di Bank Syariah
Oka_muhammad@yahoo.co.id
STAIN SURAKARTA
2010
Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah adalah agama Islam, bahwa
agama Islam adalah cara hidup yang koheren, dirancang untuk kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat, dengan cara menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral dan
material manusia dan aktualisasi keadilan sosial ekonomi serta persaudaraan dalam
masyarakat manusia. Hal ini menunjukan bahwa Islam merupakan ajaran agama yang
memiki ajaran yang bersifat rahmatan lil alamin.
Dalam aplikasinya, ajaran Islam sangat kompleks membahas tentang kehidupan
manusia yang mampu diatasi dengan baik. Baik dari segi ekonomi, politik, sosial,
kesehatan, dan banyak hal lagi yang dibahas dalam Islam baik keduniaan (Duniawi)
maupun keakhiratan (Ukhrowi).
Dalam pandangan sosialis, kkeadaan suatu Negara tau tumbuh kembang suatu
negara ditentukan dari tumbuh kembang tingkat perekonmian Negara tersebut. Akan
tidak begitu dengan Islam, dalam makroekonomi Islam, dijelaskan bahwa tolak ukur
suatu Negara di ukur melalui kesejahteraan masyarakatnya dalam skala mikro ataupun
makro.
Dalam mendukung perkembangan kesejahteraan masyarakat suartu negara,
lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank sangat beperan penting . Hal
ini dapat dilihat dari kejadian yang menimpa Indonesia pada tahun 1998 dimana unit
usaha
yang
mampu
bertahan
adalah
usaha
yang
mampu
mempertahankan
kredibilitasnya dalam perekonomian makro dan salah satunya adalah BMT yang
membantu menyelamatkan Negara dari inflasi yang sangat tinggi pada saat itu.
Peran bank syariah disini adalah sebagai penyalur dana masyarakat dan
didalamnya banyak akad yang dianut untuk memperjelas aliran dana atau cashflow dana
Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha
yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus
diketahui bersama.
Muhammad Syafii Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani.
http//www. shariahlife.com/?article?/syirkah_musyarakah2
2. Jenis-jenis Syirkah/Musyarokah
Pada prinsipnya syirkah itu ada dua macam yaitu Syirkah amlak
(kepemilikan) dan syirkah Uqud (terjadi karena kontrak). Syirkah kepemilikan
ini ada dua macam yaitu ikhtiari dan jabari. Ikhtiyari terjadi karena karena
kehendak dua orang atau lebih untuk berkongsi sedangkan jabari terjadi karena
kedua orang atau lebih tidak dapat mengelak untuk berkongsi misalnya dalam
pewarisan.
Sedangkan syirkah uqud adalah perkongsian yang terjadi karena kesepakatan
dua orang atau lebih untuk berkongsi modal, kerja atau keahlian dan jika
perkongsiannya itu menghasilkan untung, maka hal itu akan dibagi bersama
menurut saham dan kesepakatan masing-masing. Syirkah uqud ini memiliki
banyak variasi yaitu syirkah Inan, Mufawadhoh, Abdan, dan Wujuh.
a. Syirkah Inan
Syirkah Inan merupakan suatu akad di mana dua orang atau lebih berkongsi
dalam modal dan sama-sama memperdagangkannya dan bersekutu dalam
keuntungan.
b. Syirkah Mufawadhoh
Syirkah ini dinamakan syirkah mufawadhoh karena modal yang disetor para
patner dan usaha fisik yang dilakukan mereka sama atau proporsional.
c. Syirkah Wujuh
Syirkah ini dibentuk tanpa modal dari para patner. Mereka hanya
bermodalkan nama baik yang diraihnya karena kepribadiannya dan
kejujurannya dalam berniaga.
d. Syirkah Abdan (Amal)
Syirkah ini dibentuk oleh beberapa orang dengan modal profesi dan keahlian
masing-masing. Profesi dan keahlian ini bisa sama dan bisa juga berbeda.
Syarat-syarat khusus
a. Modal yang disetor harus berupa barang yang dihadirkan. Tidak
diperbolehkan modal masih berupah utang atau uang yang tidak dapat
dihadirkan ketika akad atau beli. Tidak disyaratkan modal yang disetor oleh
para patner itu dicampur satu sama lain. Karena syirkah ini dapat
diwujudkan dengan akad dan bukan dengan modal.
b. Modal harus berupa uang kontan. Tidak diperbolehkan modal dalam bentuk
harta yang tidak bergerak atau barang. Karena barang-barang ini tidak dapat
dijadikan ukuran sehingga akan menimbulkan persengketaan di kemudian
hari karena keuntungan yang dihasilkannya juga menjadi tidak jelas
proporsinya dengan modal yang disetor akibat sulitnya dinilai.
B. Syarat dan Ketentuan Pokok Musyarakah 3
1. Syarat akad. Karena musyarakah merupakan hubungan yang dibentuk oleh
para mitra melalui kontrak/akad yang disepakati bersama, maka otomatis empat
syarat akad yaitu 1) syarat berlakunya akad; 2) syarat sahnya akad; 3) syarat
terealisasinya akad; 4) syarat lazim juga harus dipenuhi.
2. Pembagian proporsi keuntungan. Dalam pembagian proporsi keuntungan
harus dipernuhi hal-hal berikut:
a. Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada para mitra usaha harus
disepakati di awal kontrak/ akad. Jika proporsi belum ditetapkan, akad tidak
sah menurut syariah.
C. Bentuk-Bentuk Musyarakah
1. Musyarakah tetap
Bentuk akad musyarakah yang paling sederhana adalah musyarakah tetap
ketika jumlah dan porsi modal yang disertakan oleh masing-masing mitra tetap
selama periode kontrak.
2. Musyarakah menurun
Bentuk akad lain yang merupakan pengembangan dari musyarakah adalah
musyarakah menurun. Pada kerjasama ini, dua pihak bermitra untuk
kepemilikan bersama suatu asset dalam bentuk property, peralatan, perusahaan,
atau lainnya. Bagian asset pihak pertama, sebagai pemodal, kemudian dibagi ke
dalam beberapa unit dan disepakati bahwa pihak kedua, sebagai klien, akan
dalam
kenyataannya,
perbankan
syariah
di
Indonesia
Praktik klasik
Investasi bersama
Praktik di Indonesia
Pembiayaan atau penyediaan fasilitas
Pengelolaan usaha
Para pihak
berkontribusi dana.
musyarakah)
Pembagian hasil
Revenue sharing
Pembayaran bagi
profit rate
periode perjanjian.
Kolateral
Tanpa jaminan
Dengan jaminan
usaha
yang
dapat
dibiayai
antara
lain
perdagangan,
industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak, dan lain-lain berupa modal kerja
dan investasi.
Flowchat Musyarakah 6
MUSYARAKAH
NASABAH
ACCOUNT OFFICER
KOMITE
ANALISA YURIDIS
nasabah proyek
SPM
Data perusahaan
UNIT SUPPORT
ANALISA
nasabah proyek
Spesifikasi proyek
Persetujuan
jumlah
nisbah/waktu
Setuju lengkapi
dokumen
Surat persetujuan
musy. (SPRM)
5
yes
7
Akad musy. Pengikat
Jaminan
Surat Permohonan
Realisasi
Musy(SPRM)
Tanda terima
uang oleh nasabah
10
Setuju realisasi
pembayaran
Dokumentasi
Nomor
1.
5.
10.
Jenis Dokumen
Surat Permohonan Musyarakah (SPM)
Data Perusahaan/Pengelola
Spesifikasi Proyek
Surat Persetujuan Musyarakah (SPM)
Akad Musyarakah
Tanda Terima Uang Oleh Nasabah (TTUON)
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia. 2003. Konsep,Produk, dan
Implementase Operasional Bank Syariah.hal 185-188
10
Hasil
pemeriksaan
(checking)
bagian
administrasi
pembiayaan
Bila perlu bank juga dapat meminta bantuan pihak ketiga atau menempatkan
pegawai bank dalam proyek untuk mengawasi perkembangan proyek.
11
12
7
8
13
1 12
Cicilan
(A)
5.000.000
Perkiraan
Bagi hasil
(B)
500.000
Setoran
(C=A+B)
5.500.000
Catatan:
1. Jumlah pembiayaan shohibul maal 1 = Rp 60.000.000,2. Jangka waktu 12 bulan
3. Perkiraan/poyeksi bagi hasil 12% p.a. flat
14
Besarnya nisbah tidak harus sama setiap bulannya selama masa pembiayaan.
Dapat dilakukan akad dengan multi-nisbah, selama hal ini ditetapkan dengan jelas di
awal, misalnya dalam akad disepakati:
perhitungan nisbah bagi hasil, seperti: efektif, progresif, sliding, grace-period, stepup, disesuaikan dengan karakteristik usaha debitur.
Menentukan berakhirnya pembiayaan
Pembiayaan berakhir pada saat jumlah cicilan dalam table distribusi bagi hasil
sama dengan besarnya pembiayaan yang diberikan bank. Implikasinya adalah
sebagai berikut :
1. Jika pedapatan aktual lebih besar daripada proyeksi pendapatan, pelunasan
kurang dari 12 bulan.
2. Jika pendapatan aktual lebih kecil dari pada proyeksi pendapatan, pelunasan
lebih dari 12 bulan.
3. Jika pendapatan aktual sama dengan proyeksi pendapatan, maka pelunasan sama
dengan 12 bulan.
Jika terjadi kerugian, dalam konsep musyarakah yang dibagihasilkan adalah
pendapatan, dan pendapatan yang terkecil adalah nol. Oleh karena itu, maka yang
dimaksud kerugian adalah ketidakmampuan debitur membayar cicilan senilai
pembiayaan yang diterimanya. Jika ini terjadi, maka kerugian harus ditanggung oleh
shahibul maal (bank) secara proporsional dengan porsi musyarakah, kecuali
kerugian tersebut timbul akibat :
15
16
17