Anda di halaman 1dari 17

t*o'

z.

ls
(^o

(Jt

uNtv.'/4-,

Er
(n=

#s
;\

J a-\
n

O +
N' U
ro

(D

f=.

(O

(U

s
o
(,

g
o

o
o
N)

(U

o-E
5oJ

-'o,O(-

SEUEHTF^\

OJ

x
C

rD

OJ

f,
)

o,'

=.

orf
u)o,
Eoz.

fo, (n
(o

=6'

Sol

:-3
pi
=q

;E
Ed'
gd

I=

I-

=
a

TI

oro
=J.
))

!')

r-<

xP

3d

PH
P+
S (n 'r ,,
S+
AE
EA
sg
sc

$fi
-.5
=iroS'

fls
EK

o'

(U.

Ew

(o

E
rl
z.
lo
r\c)

(,

Ol

t$

t'

il

3
N (U
NJ f
rJt
E

rJ)

or 1J

o
(,
o
o
(,

v,
(U
(u

il
!
=

?rc

|E

ft
I
tn

!-. c

Fl

E
r.E,

o-

_(U

(rx

(D(D
=C

3il

a=

,dE
zs Q-

o,
(/). -4
6'
o

G(O

o)

)
E

[D o'

='oJ

Es
>=

Fo
rD

C>

Ed

oJg
iv(D

41> 7,

'usE'
O)ah
!10i!

EQal'
a)T
tu-.r

='sF
H q
=1
*t's
Ui

'E=-E
ar i!

TD

at

aQ
ro9
(D(D
=<
* r^o

OSDJ
oo;iS

Jq
o

5
t! cia
op>drD i{-

(D=.
N)

-Or1

='q h1' d
sJ

i=-a
e.7(Fil
oOPJ

--q

a'ilc

r5:
oadll

ts
=-

c-oa
qJ OJ

Kerjasama

Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu


dengan
PERHEPI (Perhimpunan i, krrnomr Fertanian Indonesia) Itomda Bengkulu
PFI (Perhimpunan Fitopatologi intionesial l(ornCa Bengkulu

PROSIDING SEMINAR NASIONAL FAKULTAS PERTANIAN


TINIVERSITAS BENGKULU. Menuju Pertanian y ang BerdauLat

Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB, 20 1 2

xii,

355 ha1.21,5X27,6 cm

ISBN. 978-602-9071-08-5

Tim Penyunting:
Abimanyu Dipo Nusantara
Ketut Sukiyono
Supanjani

Widiono
Desain Sampul: Nyalira Creatla
Tata Letak Isi:Abimanyu Dipo Nusantara dan Septri Widiono
Septri

Mekanisme Kerja Kitosan Cangkang Kepiting dalam Penghambatan


Pertumbuhan Fungi Patogenik
Tunjung Pamekas, Christanti Sumardiyono, Nursamsi Pusposendjoj o, Didik
..................487
Indradewa
Produktivitas Usahatani Perkebunan dengan Diversifikasi Lahan Kakao
dan Kopi di Desa Surobali Kabupaten Kepahiang

Dampak Pertanian terhadap Ekonomi Petani dan Perekonomian


Masyarakat Di Daerah TangkapanAir Hulu Waduk Koto Panjang

Irnad........

....,.......,.....511

Efisiensi Penggunaan Sumberdaya dan Kinerja Usahatani Padi pada


Tipologi Lahan Sawah kigasi dan Tadah Hujan di Provinsi Bengkulu
Ketut Sukiyono & Sriyoto

.............527

Kajian Pembuatan Red Palm Olein (P&O) dengan Bahan Baku Minyak
Sawit Kasar yang Diambil Dari Beberapa Stasiun Pengolahan Crude \,
Palm Oil (CPO)
..................539
Budiyanto, Devi Silsia dan Fahmi.
Studi Pemanfaatat dan Pengolahan Aren (Arenga pinnata) di Desa Air
Meles, Curup-Bengkulu
Zulman Efendi.......

553

Potensi dan Pemanfaatan Lirnbah Pasar dalam Menunjang


Pengembangan Usaha Peternakan Rakyat di Kabupaten Manokwari
Diana Sawen & Jackson Metubun

Utilisasi Ekstrak

Satrropus ortdrogyntrs terhadap

.......-.....563

Kualitas Telur Ayam

Burgo Bengkulu
Heri Dwi Putranto, Warnoto, Johan Setianto, Hardi Prakoso, Nurmeliasari,
Yossie

Yumiati

.............573

Penggunaan Ekstrak Daun Katnk (EDK) sebagai sumber vitamin C


untuk Menekan Stres pada Ayam Burgo
Nurmeiliasari, Heri Drvi Putranto,Yossie Jumiati, dan Bobby Damsir..

Pengaruh EnkapsLrlasi Minl,ak Ikan Lcmuru dan Vitamin E dalam


Ransum Berbasis Lumpur Sau,it Fermentasi tcrhadap Profil Asam Lerrak
dan Uji Organoleptik Telur
Yosi Fenrta dan Efriza Fitri Eliantika ......

viri

........583

.. 593

KAJIAN PEI'AUATAI{ RED PALM DLEIN(RPO) DENGAN BAIIAN


BAKU MII{-YAK SA'WTT I(ASAR YANG DIAMBIL DARI NNTNNAPE
srAsruN rENGoLATTAN cRwE IALM ott tcpof

---'

Stady of Red Palm Oil (RPo) Preparation Using OiI firactions


ot yarioas Stages
Crude Palm Oil Processing

of

Iurusanr.*.,"?l$H,llB"ffi nt#r'3#Xffi.,,i,u,Bengkulu
ABSTRAK

(wo) menrpakan produk olahan yangkayakarotenoid (a, p, y-karoten


serta tokoferol dan tokotrienol), khususnya
!.-!aroten yung pro vitamin A sehingga
memiliki nilai ekonomi relatif tinggi. *nelitian
ini tenirj^uan untuk menentukan
rendemen dan konsentrasi B-karoteo RpO yang
kasar dari beberapa tahapan proses pembuatan
Sterilizer, Stripper, presser dan Tangki Timbun. S
mengekstraksi daging buah da.,j stasiun
RPO. Selain itu minyak kasar dari sta
menjadi RPO. Dari ke lima perlakuan te
diperoleh 15 unit percobaan, kemudian dia
RPO yang dihasilkan' Hasil penelitian menunjulkan Rendemen
RpO tertinggi diperoleh
dari stasiun Sterilizer
%). Selain iiu, kandungan p-karot.r, npb tertrnggi
-(52562
diperoleh dari stasiun presser
(786.301ppm).
Red Palm olein

Kata kunci: Pembuatan Rpo , p-karoten, qualitas, rendemen, pengolahan


kelapa sawit

ABSTRACT
R9{ na-lm oil (RPO) has high economic value product due to carotenoid presence
in the
oil (o, B, y-carotene and tocoferol and tocotrien^o1), especially p-carotene
as a pro vitamin
A' The objective of the study is to determine the-yielc orniro and B-carotene produced
from intermediate products resulted from various stations in palm'oil
process'(ioading
Sterilizer,
Stripper,
Presser
and
Storage
Tank).
The
oil
material
!'*p,
resulted from
Loading ram, Sterilizer, and Stripper stationi were extracted from mesoca{p
for Rpo
^Tank
prepatation In addition, the crude oil from Presser station
and Storage
were
processed into RPO' The yield of RPO and
B-carotene content from RpO derived. from
each intermediate product were determined in triplicate. The result
shows that the
highest RPo yield resulted from sterilizer sration (5i.562%).In
addition, the highest pcarotene concentration was found from RPO derived from presserstation (leA.SOi
ppm1.
Key words: RPo preparation, B-caroten, quality,yierd,palm oil processing

Sctntnttr Nttsiondl Meysju Pcrfcttitrtt Ytrng Da.clattlot

539

PENDAHTJLUAN
Produksi kelapa sawit di Indonesia selalu mengalami penngkatan dart tahun ke
tahun. Pada tahun 2010 Indonesia telah menempati urutan pertama produksi minyak

kelapa sawit dunia dengan jqmlah produksi mencapai 20.3 jata ton (BPS 20ll\).r

Menurut Hasanuddin (200b'peningkata, prSAut i akan memberikan dampak yang


sangat berarti terhadap pendapatan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat
petani kelapa sawit jika peningkatan produksi tersebut diikuti dengan peningkatan nilai
tambah yang mempunyai nilai ekonomi relatif lbbih tinggi.

Melihat potensi minyak sawit yang demikian besar, khususnya di Indonesia,


maka untuk meningkatkan nilai tambah minyak sawit perlu dilakukan tpaya-tpaya
diversi-fikasi produk olahan minyak sawit. Menurut NorAini et al.

G99{sahh

satu

produk minyak sawit mentah yang mempertahankan)<andungan senyawa karoten


khususnya p-karoten, adalah Red Palm Olein (FGO) atau yang biasa dikenal deragatlminyak sawit merah. Di Malaysia RPO sudah cukup dikenal, djmanatelah digunakan
sebagai minyak goreng ataupun bahan tambahan untuk membuat kue dan biskuit.

Karcna kandungan gizinya cukup tinggi, maka jenis minyak tni dapat digolongkan
sebagai minyak spesial dengan harga

jual yangrelatrf mahal dari minyak goreng yang

lain (Syafnil 2002).,. ^'

Kandungan minyak pada mesokarpa buah kelapa sawit yang telah masak
merupa-kan salah satu sumber karotenoid atau karoten yang terkaya pada tanaman
dengan kandungan 500-2000 ppm (Sahid

sawit memiliki aktivitas pro-vitamin

10

in et al. ZOO{senyawa karotenoid minyak


kali lebih besar dibandingkan dengan wortel

dan 300 kali lebih besar dibandingkan detgan tomat (Jatmika

&

Siahaan

LggT).

Karotenoid kelompok s. dan B-karoten berperan sebagai pencegah defisiensi vitamin A,


penyakit gondok, pencegah penyakit jantung koroner dan kanker (Goh

er

al. 1986,|serta

ber-peranan menghambat penuaan dini sehingga memiliki sifat-sifat nutrisional yang


sangat mengunrungkanbagi kesehatan manusia (Jatmika & Siahaan,

l99lb.

Proses pembuatan Crude Palm Oil (CPO) melalui berbagat tahapan proses yang

dimulai dari stasiun penerimaan brah (Loading Ramp) sampai ke stasiun (Tangki
Timbun) yang b-erlangsung lama dan memerlukan temperatur serta tekanan yang cukup
tinggi (Fauzi

et

at.2005). Hasil antara pada proses pembuatan CPO mempunyai potensi

sebagai bahan baku untuk pembuatan RPO, hal

540 | Fafurltas PertatiLtn Lhle

rsirtt-,

Bengkulu

ini

disebabkan karena kandungan p-

12 Seprember

20l2

karoten pada hasil antara tersebut belum banyak mengalami kerusakan


akibat
pemanasan yanglama seperti pada waktu penyimpanan
di rangki rimbun.

Selama ini proses pembuatan

Rpo menggunakan bahan baku dari Cpo

yang

diambil dari stasiun Tangki Timbun. Kandungan


B-karoten minyak sawit merah yang
dihasilkan sekitar 456.02 ppm (Budiyanto et al.2}lofpada proses pembuatan
Cpo,
minyak sawit dipanaskan pada suhu + 90'C selama 5 s.d.7jam, serta pemanasan
terus
menerus selama penyimpanan (1 minggu) padaTangh Timbun,
dikhawatirkan dengan
kondisi ini kandungan B-karoten akan berkurang.

Berdasarkan penjabaran

di

atas, bila fJ-karoten yang terdapat pada CpO akan

digunakan sebagai sumber provitamin

A,

maka perlu tpaya untuk mengetahui


kemungkinan pengambilan minyak sawit yang tepat dan mudah
dilakukan pada
rangkaian tahap proses pembuatan CPO sebelum kandungan fi-karote
minyak berkurang akibat pemanasan selama proses dan penyimpanan

n yang

ada pada

Cpo.

Berdasarkan peniabaran

di atas maka tujuan dair penelitian ini

adalah

menentukan: (1) rendemen Red Palm Olein (RPO) yang dihasilkan dengan
bahan baku
minyak kasar dari tahapan proses pembuatan Crude Palm Oit (CpO) pada
stasiun
Loading Ramp, Sterilizer, Stripper, Presser dan Tangki Timbun; (2)
konsentrasi p-karoten
Red Palm olein

(Wo)

yang dihasilkan denganbahan baku minyak kasar da1- tahapan

proses pembuatan Crude Palm

oit (CPO) dan; (3) rendemen dan konsentrasi B-karoten

Red Palm Olein (RPO) tertinggi yang dihasilkan dengan bahanbaku


minyak kasar dari
ta-hapanproses pembuat-an Crude palm Oil (CpO).

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan

di

laboratorium PTPN

VII unit usaha Talo pino,

Laborato-rium Teknologi Pertanian dan laboratorium Agronomi Fakultas pertanian


Universitas Bengkulu. Bahan yangdigwakan dalam penelitian ini
adalah: NaOH 0.1N,

KOH 0'1 N, alkohol

960/o, n-heksana, fenolptalein, asam

fosfat, p-karoten standar

pabrik, petrolium eter, aseton, tandan buah segar (TBS) pada


stasiu n Loading Ramp,
buah rebus pada stasiun Sterilizer, buah pipil pada stasiun Stripper,
minyak sawit kasar
dari stasiun Press dan CPO dari Tangki Timbun yang diperoleh dari pTpN
VII unit
usaha Talo Pino.

Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan yang menggunakan bahan baku
dari
tahapan proses pembuatan cPo yaitu : pada stasiun Loading Ramp (A)
steritizer (B),

Setninar J{asionrl Mn,tLrl, pci.tturiit, yortg Rcrdo,tot

541

Stripper (C), Presser

(D) dan CPO dari Tangki Timbun (E). Dari perlakuan

tersebut

dilalarkan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15 unit percobaatr.


Pada penlitian

ini dilakukan ekstralsi minyak dari buah kelapa sawit pada lima

stasiun pengolahan keapa sawit dan pembuatan RPO dari fraksi minyak tersebut.

Adapun, tahap pembuatan minyak sawit merah terdiri atas (1) fraksinasi CPO, (2)
degumming, (3) netralisasi, (4) netralisasi dan (5) deodorisasi.

Peubah

yatg diamati pada penelitian ini adalah (1) rendemen RPO yang diukur

denganmetode Naibaho (lggSYdan(2) konsentrasi p-karote n padaRPO yang diukur


dengan metode Gardjito dan Agung (2003). Hasil pengukuran kemudian dianalisis
secara deskriptif dan dilakukan

uji F serta uji lanjut Duncan Multiple Range Tesr (DMRT)

padataraf signifikan 95% (Gome z & Gomez 1995)V,/

IIASIL DAN PEMBAHA^SAI{


RendemenRPO
Rendemen minyak sawit merah yang menggunakan bahan baku minyak kasar dari
beberapa stasiun proses pembuatan CPO menghasilkan rendemen yang berkisar 29

53%. Rendemen RPO terendah diperoleh dari bahan baku yang berasal dari stasiun
Loading Ramp (Tabel 1). Rendahnya rendemen yang didapatkan pada stasiun ini
disebab-kan oleh beberapahal, diantaranya adalah proses pengambilan sampel tandan

buah segar (TBS) di stasiun Loading Ramp dimana kondisi blualn yang ada pada stasiun
ini beragam dan sulit ditentukan secara kriteria visual (warna buah).
Tabel 1. Rendemen RPO yang dihasilkan daribeberapa stasiun pada proses pengolahan
CPO
Standar Deviasi (6)
DMRTb
Rendemen (%)"
Stasiun
(%)

Sterilizer
Stripper

52.562

2.933

45.332

3.094

Presser

7.907

ab
ab

Tangki Timbun

43.996
34.981

2.t65

bc

Loadinx Ramp

29.848

8.642

Sumber : Hasrl pengolahan data primer


Keterangan : 'Rata-tata dari tiga ulangan

bSetiap dua rataan vang mempunyai


nyata pada taraf 5ok

huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda

Kondisi buah .vang beraneka ragam ini dapat menyebabkan vanasi rendcmen yang
akan dihasilkan. Buah 1,ang sehzrrus-nya dipanen adalah buah yang telah tepat lnatang.
Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang kondisr.nya memberikan kr"ratrtitas dan

542 | Faktltos PcrttiniLrir Lhtrrci':iros Burgkultr

- l2 Seprcmber 2012

kualitas minyak yang maksimal. Tetapi dalam kenyataannya masih banyak


ditemukan

kondisi buah yang tidak tepat matarry pada stasiun Loading Ramp. Kondisi ini akan
memberikan kontribusi terhadaprendahnya rendemen minyak sawit merah yang
dihasilkan.
Karoten merupakan zat wartra alamiah dalam minyak kelapa sawit yang ikut
terekstralGi bersama minyak pada saatproses ekstraksi. Zatwamatersebut terdiri
atas qkaroten, B-karoten, y-karoten, xanthofil, klorofil dan antosiantn. Zat-zat wama tersebut
menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan
dan
kemerah-merahan- Pigmen berwarna kuning disebabkan oleh karoten yanglarut
di dalam

minyak' Karoten merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh, dan jtka minyak
dipanaskan maka sebagian karotenoid akan mengalami kerusakan (Naibaho

Menurut Mangoensoekarjo dan Haryono

(2005ffidisi

lggS).t/

buah seminggu sebelum

titik tepat matang kandungan minyak dalammesoca{p bart meicapai sekitar


potensinya. Artinya sisa27 % daiproses konversi teqadihanya dalamwaktu
sebelum tepat matang. Kondisi

ini

73
1

% dai

minggu

merupakan kondisi kritis karena menyangkut

kuantitas dan kualitas minyak yang dihasilkan. Peristiwa ini akan lebih berpengaruh
lagi apablla tetdapatbuah yang telah dipanen melewati titik tepat matang, maka kualitas
minyak sawit yang dihasil-kan akan menurun. Artinya dalamwaktu yang singkat buah
akan menjadi lewat matang, kondisi buah

ini akan menyebabkan meningkatnya aktivitas


enzim lipase dan oksidase. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam

pembentutrkan trigliserida dankemudian memecahkannya kembali menjadi


asam lemak
bebas (Naibaho 199$.

Rendahnya rendemen minyak sawit merah yang menggunakan minyak kasar


dari
stasiun Loading Ramp did:uga disebabkan karena penggunaan alat yang digunakan

(penggiling daglng) sebagai alat eksraksi minyak. Alat ekstraksi yang


digunakan pada
penelitian ini berbahan logam besi. Reaksi pembentukan ALB ini dapat
berlangsung
secara autokatalitik, dengan adanya aktivaior berupa logam besi. Menurut
Mangoendan Haryono

(2}of,engan

penambahan rogam besi sebanyak

0.3 ppm dapatmengoksidasi ikatan rangkap asam lemak tak jenuh sehingga minyak terhidrolisis dan
merusak minyak kelapa sawit dalam waktu singkat. Proses oksidasi ini dapat
menyebabkan perusakatr karoten dan tokofer olypng merupakan anti oksidan alami pada
minyak kelapa sarvit (Naibaho 1998)--

Proses netralisasi atau penyabunan didug a berperanmenurunkan rendemem

yang dihasilkan.

Rpo

IIal

ini terjadi karena banyaknya asam lemak bebas


.vang hilang
(tersabunkan) pada proses netrahsasi dalam pembuatan minyak sar,,,it merah
lv,Ienurut

Semincrr I''lasiondl l,fent,lu Prtoljitur yart{ Rct,dtrt.rlot

I S4j

Danroko

u at.

QO&)) neffalitsasi adalahsuatu proses

untuk memisahkan asam lemak

bebas dari minyak atau lemak, dengan cara merealsikan asam lemak
bebas dengan basa

atau pereaki lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Kandungan


asam lemak

bebas yang tinggi akan menyebabkan bau tengik dan rasa yang tidak
enak ser[a
menyebabkan warna gelap pada minyak (pahan 2OO7)L
Bahan baku yang diambil dari stasiun Steritizerrnenghasilkan rendemen tertinggi
Red Palm olein (RPo) yaitu sebesar 52.562 % (Tabel l). Tingginya
rendemen Rpo
tersebut dapat teqadi karena penggunaan tekanan uap tinggi sebesar
2.g-3.0 kg cm2
selama 80-90 menit dalam proses sterilisasi. Dengan tekanan uap tinggi
ini akan
menyebabkan asam lemak jenuh (olein) mudah terel$tral<si. Asam
lemak jenuh adalah
asam lemak yang memiliki runtaipendek C,- C, yang memiliki

yang lebih rendah dan mudah larut

di dalamair (pahan

titik leleh (melting poing

2007):

Pada proses pengambilan sampel pada stasiun Sterilizer minyak yang


keluar
terlebih dahulu dalam pemerasan menggunakan kain saring adalah
minyak fraksi cair
(olein) yang memiliki titik leleh lebih rendah. Proses ekstraksi
minyak kasar dalam
penelitian ini dilakukan pada suhu kamar sehingga minyak
fraksi padat (stearin) sulit
untuk diekstraksi. Kita ketahui bahwa minyak fraksi stearin akan membeku
pada suhu
kamar sehingga akan ikut menggump

al

pada serabut buah rebus ketika dilakukan

pemerasan. Pada pembuatan minyak sawit merah dilakukan


proses fraksinasi, yang
bertujuan untuk mendapatkan olein dan stearin dengan karakteristik
tertentu (Susilawati
et

al' 1997)- Pada proses fraksinasi kandungan olein yang diperoleh letih banyak
dari

pada stearin sehingga rendemen RpO lebih tinggi.


Pada stasiun Stripper, rendemen minyak sawit merah yang dihasilkan
sebesar 45.322
%leblh rendah dari stasiun Sterilizer. Tetapi angkaini lebih tinggi dari minyak
kasar yang

diambil dari stasiun

Presser dan

Tangki Timbun bernrrut-turut adalah 43.996

%o

dan34.ggl

%' Rendahnya rendemen disebabkan adanya penyerupal minyak oleh tangkai tandan
kosong akibat pengumpanan yang tidak teratur pada proses penebahan
sehingga buah
bersinggungan dengan tangkai tandan kosong. Faktor lain yang

dapat menyebabkan

rendahnya rendemen adalahakibat penumpukan tandan yanpterlaltbanyak


di atas talang

pengumpan, sehingga tandan yang tertindih paling bawah


terperas minyaknya dan
terserap oleh tangkai tandan kosong (Mangoensoekarjo &
Haryono 20gS)/proses ini
akan

menyebabkan berkurangnya kandungan mrnyak yang terdapat di


dalam mesocarp buah
pipil' Selain itu juga buah pipil yang dgadikan minyak kasar dalam penelitian ini sudah
dalamkondisi memar atau 1uka, sehingga kahd.ungan minyak di dalam
d.agingbuah
sudah

544 lFakultas Pertanian [Jniversitas Bengkulu

12 september 2012

berkurang' Minyak yang hilang dai


daging buah ini akan mene mper pada dinding_
dhqrgalat penebah yang menyebabkan rosses padapengorahan
Cpo iru sendiri.
Rendemen minyak sawit merah yang
menggunakan minyak kasar dari stasiun
Presser lebih rendah dari stasiun
sterilizer dan stripper, karena komponen minyak
yang

keluar dai alatpengempa (screw Press) mengandung


padatanyang terdiri atas serat halus,
pasir, dan lumpur sehingga minyak yang
keluar ke oit Gutterlebih kental . padaproses
ini
air panas ditambahkan yang bertujuan
untuk pengence/an (dilution)sehingga komponen
minyak bqrubah menjadi 66 % mnyak'24 o/o
at dan l0 yo non oil sotid(Nos) (Naibaho
iPgil)dada saar air dipisahkan, kandugan Nos pada
minyak menjadi rebih tinggi.
Karena Nos yang terdapatpada sampelyangdiambil
pada stasiun ini cukup banyak yaitu
sekitar 20 %o' maka akan mengurangi
rend-emen minyak sawit merah yang dihasilkan.
sampel yang diambll pada stasiun Tangki
Timbun sudah berbentuk produk
setengah jadi (cPo) dan bersifat
semi padat pada suhu kamar. Minyak sawit
merah
yang dibuat dengan bahan baku
CPo lebih dominan mengandung asam lemak palmitat
40-46 % dan 30-35 Yo asam lemak oleat.
Komponen asam oleat inilah yang dijadikan
minyak sawit merah yang berbentuk cair pada
suhu kamar atauyang biasa disebut
dengan olein' Fraksi cair ini diperoleh
melalui proses fraksinasi (Susilawati et al. 1997).
Dalam penelitian ini hanya fraksi cair yang
dijadikan minyak sawit merah. Hasil analisis
keragaman (uji F) menunjukkan perbedaan
yang nyata. Analisis DMRT menunjukkan
bahwa rendemen Rpo terbes ar adalah perrakuan
B (bahan baku yang diperoleh pada
stasiun sterilizer) yaifi 52.562 oh, sedangkan
rendemen terkecil padaperlaknan A (bahan
bak:.l yang diperoleh pada stasiun Loading
Ramp) yain
29.g4g

%.

Konsentrasi B-karoten Red palm Olein (RIrO)


Minyak sawit merah yang dihasilkan pada penelitian
ini diproses melalui beberapa
tahapan proses yaitu fralsinasi, degumming,
netralisasi dan deodorisasi. Kandungan
flkaroten dalam penelitian ini diukur dengan
metode spektrofotometri. Kandungan pkaroten minyak sawit merah yang
menggunakan bahan baku minyak kasar dari
beberupa stasiun proses pembuatan
CPo menghasilkan kandungan rata-rata
B-karoten
sekitar 5 54 - 7 86 ppm (T abel 2).

Seminar

ltras1p1t,1l 1",[111t,"-:

iertttittrrt

],trn.t,

Bl1lotLlaf

S4S

Tabel 2. Kaniltngan p-karoten (ppm) RPO yang dihasilkan daibeberapa stasiun pada
proses pengolahan CPO

Stasiun

Kandungan F-karoten (ppm)u Standar Deviasi (6)


68.793
786.30t
26.482
684.703

Presser

(ppm)

DMRTb
a

Tangki Timbun

646.205

66.352
23.256

b
bc
bc

Sterilizer

553.881

30.448

Stripper
Loading Ramp

676.027

Sumber : Hasil pengolahan datapimer


Keterangan : aRata-rata dari tiga ulangan
bSetiap d:ua rataat yang mempunyai huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda

nyatapadataruf 5 o/o

Berdasarkan hasil pengukuran kosenffasi B-karoten pada setiap sample RPO


menggunakan metode spektrofotometer (Gardjito

& Agung ZOO\f, d*etahui

bahwa

kandungan B-karoten minyak sawit merah yangberasal dari bahan baku dari stasiun
Loading Ramp lebih tinggi dari kandungan p-karoten minyak sawit merah dari stasiun
Sterilizer dan Tangki timbun.

Minyak kasar yang berasal dari stasiun Loading Ramp sama

sekali tidak mengalami pemanasan sebelum dijadikan minyak sawit merah. Kondisi

bahan baku

ini

menyebabkan kandungan p-karoten cukup tinggi. Tetapi dengarr

perlakuan tanpa pemanasan ini akan menyebabkan beberapa enzim menjadi

a1Krrf

dan

akan menghidrolisa minyak menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas di dalam

minyak dapat mempengaruhi kandungan p-karoten minyak sawit merah yang


dihasilkan. Asam lemak bebas (ALB) yang tinggr akan mereduksi senyawa B-karoten di
dalam minyak dan senyawa p-karoten

ini akan ikut berkurangpada

proses netralisasi

dalam pembuatan RPO.

Minyak sawit merah yang dihasilkan dengan bahan baku CPO yang berasal dari
tangki timbun mengandung kandungan p-karoten rata4ata 646205 ppm. Angka ini

lebih rendah dengan minyak sawit merah yang berbahan baku dari stasiun Loading
Ramp, Stripper dan Presser. Dalam pembuatan CPO pada proses pemrmian/clarifikasi
minyak dipanaskan selama 4 5 jam dengan suhu 90-100 oC, selama proses pemurnian

ini

p-karoten akan berkurang dan terdegradasi oleh panas. Menurut Alyas et al (2OO6V

pemanasan pada suhu 100 oC selama 2 jampemanasan kandungan B-karoten pada RPO

akan berkurang sebanyak

oh. Karena proses pemurnian berlangsung lebih lama

otomatis jumlah B-karoten yang hilang lebih banyak lagi.

546 lf'ohrlras Perrorrion Uttittersitos BatghLlu

- l2 Selttentber 2012

pengenceran(dilution) sehingga komposisibpburbuah adalah66%rmnyak,24o/o air dan


lOo/o non oil

sotid(NOS) (Naibaho

lggq{

Dengan penambahan air pengencer tersebut suhu bubur btahyangkeluar dari alat
pengempa dikehendaki maksimal 90 oC, dengan alasan bahwa pada suhu

ini minyak

sudah mencair dan mudah keluar dari kantong-kantong minyak. Kantong minyak
berbentuk kotak dan kadang-kadang tidak mempunyai bentuk dan inti berbatasan
dengan sel cytoplasma yang bergabung dengan minyak dalam sel (Naibaho 1998).
Sedangkan partikel yang masih berbentuk emulsi akan pecah menjadi minyak dan cairan

lainya. Kerusakan minyak seperti oksidasi dan hidrolisa relatif belum terjadi, sehingga
kandungan B-karoten yargterdapat

di

dalam minyak belum terdegradasi dan karoten

tersebut relatif belum mengalami kerusakan seperti teroksidasi dan terhidrolisa oleh
panas.

Selain itu, tingginya kandungan B-karoten RPO yang dihasilkan dapat terjadi
karena komponen minyak yang keluar dar alat pengempa (Screw Press) mengandung

padatanyangterdtn atas serat halus, pasir, dan lumpur sehingga minyak yang keluar ke

Oil Gutter lebih pekat. Kondisi ini akan membutuhkan


bersuhu tidak lebih dari 90 oC.

Pengenceran

dengan harapan zat yang mempunyai BJ

>

ai

sebagai pengencer yang

ini dapat menurunkan viskositas caitat

1.0 akan mengendap sedangkan zat yang

memiliki BJ < 1.0 akan mengapung. Molekul p-karoten yang ada di dalam minyak
akan terlindungi dan tidak terhidrolisa oleh air panas. Selain itu, p-karoten bersifat non

polar, sehingga mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak

dari fraksi polar yang ada pada cauran yang keluar dari alat pengempa berdasarkan
polaritas (Naibaho lggS).

"

Kandungan p-karoten minyak sawit merah yang dihasilkan dengan menggunakan


bahan baku dari stasiun Srripper lebih tinggi dari pada stasiun Sterilizer yaitu sebesar
684.703 ppm (Tabel 2). H.al

ini disebabkan

karena pada proses penebahan sebagian

minyak telah berkurang karena ikut terserap pada tangkai danbagran lain tandan kosong
kelapa sawit (Ooi et al. 1996). Selain itu, kondisi dagrng buah pipil (mesokarpa) telah
rusak dan memar karena perlakuan mekanis pada alat penebah memberikan kontribusi

hilangnya minyak didalam buah pipil tersebut.


Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rendemen minyak sawit merah yang

dihasilkan dengan bahan baku dari stasiun Sterilizer lebih rendah dari stasiun Stripper

(Tabel 1). Rendahnya rendernen pada stasiun


548'lFakultas Pertanian Uniyersitas Bengkulu

ini berhubungan langsung dengan

12 September 2012

kandung-an p-karoten minyak sawit merah yang dihasilkankarenaminyak pada stasiun

ini telah berkurang, otomatis kandungan p-karoten akan tinggi. Karena karotenoid larut
dalam minyak, sedangkan minyak yang hilang dalam proses penebahan ini adalah
minyak jenuh yang berfralsi cair maka karotenoid masih banyak terikat di dalam
minyak fraksi padat yang ada pada dagng buah pipil (mesokarpa). Buah pipil adalah
buah yang terpipil dari tandan rebus mengandung spiklet dan sampah lainya, dengan
kondisi kantong minyak belum banyak rusak dan pecah sehingga karotenoid masih
terlindungi sebelum diproses lebih lanjut dbngan alat pencac ah(digester).

Hasil analisis keragaman (uji F) pada taruf 95

o/o

mengenai kandungan p-karoten

RPO dihasilkan dengan bahan baku minyak kasar yang diperoleh dari beberapa stasiun
proses pembuatan, CPO, menunjukkan perbedaan yang nyata.

Uji lanjut menunjukkan

bahwa kandungan B-karoten tertingi diperoleh pada perlakuan

(bahan baku dari

stasiun Presser) yaitv 786.301 ppm dan kandungan p-karoten terendah pada perlakuan B
(bahan baku dari stasiun Sterilizrr) yaitu sebesar 553.881 ppm.

Hasil penelitian ini menunjutrftan adanya pengaruh suhu dan wakru pemanasan
yang digunakan dalam proses pembuatan CPO terhadap kandungan
B-karoten di dalam
minyak sawit merah yang dihasilkan. Pemberian uap panas dan teknik alat elatraksi
yang bertujuan untuk memecah kantong minyak dalam proses pengolahan CpO
merupakan faktor utama yang sangat mempengaruhi rendemen dan kandungan pkaroten minyak sawit merah. Faktor lain yang memerlukan pengawasan khusus adalah
menjaga agar persinggungan minyak sarvit dengan air seminimalnya. Pada prinsipnya

waktu pengolahan harus seefektif dan sesingkat mungkin.

SIMPULAN
Rendemen Red Palm Olein (RPO) tertinggi diperoleh padabahan baku minyak
kasar yang berasal dari stasiun Sterilizer (B)

yaitu

52.562 %. Sedangkan rendemen RpO

terrendah dihasilkan dengan baku minyak kasar pada stasiun Loading Ramp (A) sebesar
29.848%.

Kandungan B-karoten Red Palm Otein (RPO) tertinggi diperoleh dari minyak kasar

pada stasiun Presser (D) 786.301 ppm. Sedangkan kandungan B-karoten terendah
didapatkan dari minyak kasar pada stasiun sterilizer (B) yaitu 553.gg1 ppm.

DAFTAR PUSTAKA
5'emirtor Nasionnl AletttLiu Pcrt'ttniort Yon!

Berdtttlot | 549

i. Alyas

SA, Aminah A, Nor Aini I. 1006. Change of p-carotene content during heating
red palm olein. J Oil Palm Res (Special Issue):99-102.

of

Arisandy D.2006. Kajian jenis dan konsentrasi emulsifler untuk menghasilkan emulsi
minyak sawit merah yang stabil. Skripsi Falultas Pertanian. Universitas
Bengkulu. Bengkulu (Tidak dipublikasikan).

Biro Pusat Statistik. 2011. Statistik Perkebunan 2010. Biro Pusat Statistik, Jakafia.

Budiyanto, Silsia D, Efendi Z, Jantka R. 2010. Perubaan kandungan karoten, asam


lemak bebas dan bilangan peroksida minyak sawit merah selama pemanasan.
Agritech 30(2):75-79
J, ErningptajaL, Tobing PL, Naibaho
-.,6arnoko D, Siahaan D, Nuryanto E, Elisabeth
Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya,

PM, Haryati T.2002.

Teknologi

Pusat Penelitian Kelapa sawit. Medan.

Fauzi Y, Yustina EW, Iman S, Rudi H.2006. Kelapa Sawit Budi Daya Pemanfoatan Hasil
,, dan Limbah, Anlisiss Waha dan Pemasaraz. Edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

I
\

Gardjito M, Agung S.W. 2003. Hortikultura Teknik Analisis Pasca Panen Transmedia
Global'Wacana, Yogyakarta.
Goh SH, Choo YM, Ong ASH. 1985. Minor Constituents of palm oil. J Am Oil Chem Soc
62:237-240.
Gomez KA, Gome z AA. 1995. Prosedur Statistik (Intuk Penelitian Pertanian. Universitas
Indonesia. Jakarta.

flasanuddin A. 2OOl . Kajian teknologi pengolahan minyak sawit mentah untuk produksi
emulsifier mono-diasilgliserol dan konsenffat karotenoid. Makalah Falsafah Sains
(PPs 702) Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor- Bogor.

\.iatmika A, Siahaan D. lgg7. Sifat nutrisional karotenoid minyak sawit merah. Warta
PPKS lvfedan 5(l):21

27

Mangoensoekarjo S, Haryono S. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.

Naibaho PM. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pwat Penelitian Kelapa Sawit
Medan. Medan.
fror Aini I, Hanirah H, Siew WL, Yusoff IVISA. 1998. Cold stability of red palm oil.
tAoCST5(Q:7a9 -757.

- Ooi CK, Choo YM, Yap SC, Ma AN.

1996. Refining of red palm oil. ElaeisS(l):20-28.

I.

20A7. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari


Swadaya. Jakarta.

Pahan

Hulu Hingga Hilir.

Penebar

.,iPing BTY, Choo YM, Gwendoline EECL, Goh SH. 2002. Geometrical isomers of the
major provitamrn a palm carotene, q and B-caroten in the mesocat? oil of fresh
and sterilized palm fruits, crud palm oil and palm carotene based products : red
palm olein and carotene concentrates. I Oil Palm Res 13(2):23-32.

Sahidin, Matsjeh S, Nuryanto E. 2000. Degradasi p-karoten dari minyak sawit mentah
oleh panas. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 8(l):39'50.

550 lFaktrltas Pcrcanitrtt Urrrv'crsias Ben,qktltr

- l2 September

2012

- _1,
adyafnil. 2002. Kandungan
B-karoten dar ttngkat penerimaan masyarakat terhadap
warna minyak sawit merah (Rpo). Laporui peneritian. Fakultas Pertanian.
Universitas Bengkulu.

Susilawati E, Purboyo G, Eka N. 1997. pembuatan minyak sawit merah


dengan
fraksinasi ganda. Iurnal penelitian Kelapa Sawir 5(l):55_66.
Pertanyaan:

1'
2'

Apakah kosentrasi karoten pada mrnyak sawit merah yang dibuat dari stasiun
press berbeda iauh dengan minyak'sawit merah yang
dlblat dari CpO, mengingat
proses pembuatan dari CpO lebih sederhana?
Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan kemanfaatan minyak sawit
merah,
mengingat bahwa produk ini mengandung p-karoten alami danbeberapa
senyawa
lain seperti tokoferol yang sangat baik untuk kesehatan?

Jawab:

1'

Perbedaan kandungan B-karoten pada minyak sawit

merah dari drra sumber

bahan baku yang berbeda tersebut, cukup signifikan. Diduga proses ektraksi
optimal p-karoten dari buah kelapa sawit terjadi pada stasiun press,
sedangkan

pada tahap berikutnya (pemurnian) sebagaian


B-karoten yang ada pada fraksi

minyak mulai mengalami kerusakan karena pemanasan,dengan demikian


kandungan B-karoten minyak sawit merah yang dibuat dari CpO menjadi
lebih
rendah. Pembuatan minyak sawit merah dari CPO memang lebih sederhana,
tetapibahan baku (cPo) tersebut telah mempunyai kandungan
B-karoten yang
lebih rendah dari pada fraksi minyak yang keluar dari stasiun press.

2'

Minyak sawit merah akan lebih bermanfaat bila dapat disajlkaildlkonsumsi


sebagai produk yang menatik siap dikonsumsi dengan memperhatikan
batas dosis
aman terekom endasi (RDA), sebagai makanan tamb ahan/suplemen dalambentuk

emulsi, kapsul, atau produk lain yang menarik.

Seminar Nasional Menujtt Peftaninn yorqq BcrLltititat

I SSI

Anda mungkin juga menyukai