Anda di halaman 1dari 43

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

II.1 Teori Tegangan Lentur


Sumbu sebuah balok akan terdefleksi dari kedudukannya semula bila
dibawah pengaruh gaya, dalam hal ini adalah gaya yang tegak lurus terhadap
sumbu atau poros batang. Harga-harga defleksi balok yang akurat diselidiki
dalam bebagai kasus. Unsur dari mesin haruslah cukup untuk mencegah
ketidaksebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional terhadap
pengaruh beban. Dalam kasus kehidupan sehari-hari sering kita temukan
bangunan atau konstruksi yang gagal akibat menahan suatu beban. Hal itu
bisa terjadi akibat defleksi yang terjadi melebihi batas yang diijinkan
akibatnya batang ataupun balok bagian dari bangunan tersebut terjadi defleksi
plastis bahkan patah. Meninjau dari kejadian tersebut perli dikaji ulang
mengenai beban maksimum yang mampu ditahan oleh balok atau batang
serta tegangan dan defleksi yang terjadi akibat beban tersebut.

Gambar II.1 Ilustrasi Defleksi

Untuk mengetahui tegangan dan defleksi maksimum yang terjadi akibat


pembebanan adalah pada kondisi seperti pada gambar di atas adalah sebagai
berikut :
3

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

M C
I

Tegangan Lentur

Hukum Hooke

Defleksi Maksimum

F a
4 a 2 3 L2
24 E I

II.2 Jenis-Jenis Tegangan


Apabila sebuah balok terletak di atas lantai, pada bagian atasnya bekerja
gaya sepusat (F) seperti gambar atas, maka pada lantai terjadi gaya reaksi
yang arahnya ke atas sebesar (Fr) pula.Gaya sepusat (F) dan gaya reaksi
(Fr) dari bawah akan bekerja pada setiap penampang balok tersebut. Jika
kita ambil penampang a-a dari balok, maka di atas penampang bekerja gaya
sepusat (F) yang arahnya ke bawah, dan di bawah penampang bekerja gaya
reaksinya (Fr) yang arahnya ke atas.
Akibatnya, pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan
di bawah saling tekan menekan. Karena beban F sepusat, maka F akan di
terima sama rata oleh setiap molekul pada bidang penampang tersebut.
Kalau luas penampang tersebut adalah A, maka setiap satuan luas
penampang menerima beban sebesar F/A.Beban yang diterima oleh
molekul-molekul benda setiap satuan luas penampang disebut tegangan.
Tegangan biasanya dinyatakan dengan huruf Yunani (thau).
=

F
A

Gambar II.2 Tegangan

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

II.2.1 Tegangan Normal


Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada
benda. Jika gaya dalam diukur dalam N (Newton), sedangkan luas
penampang dalam m2, maka satuan tegangan adalah N/m2 atau
dyne/cm2.

II.2.1.1 Akibat Beban Aksial


Merupakan tegangan yang di akibatkan oleh beban akibat
beban dengan arah aksial, beberapa contoh tegangan normal
akibat beban aksial.

Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali,
paku keling, dan lain-lain. Rantai yang diberi beban W
akan mengalami tegangan tarik yang besarnya tergantung
pada beratnya.

Gambar II.3 Tegangan Tarik

Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang
saling berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya.
Misalnya, terjadi pada tiang bangunan yang belum
mengalami tekukan, porok sepeda, dan batang torak.

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Gambar II.4 Tegangan Tekan

II.2.1.2 Akibat Momen Lentur


Merupakan tegangan yang diakibatkan oleh momen yang
ditimbulkan oleh gaya luar.

Tegangan Lentur
Menurut teori lentur sederhana, distribusi tegangan di
dalam penampang yang mendukung momen lentur
dinyatakan dengan persamaan:

fy

M .y
I

Keterangan :
fy

: Tegangan Lentur

: Momen pada penampang yang ditinjau

: jarak serat ke pusat berat penampang

: momen inersia (kelebaman)


Persamaan diatas berlaku untuk penampang yang
masih elastis dan batas berlakunya sampai dengan serat
terluar mencapai tegangan leleh. Persamaan diatas tidak
berlaku bila sebagaian atau seluruh telah menjadi plastis.

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

II.5.2 Tegangan Geser

Gambar II.5 Tegangan Lentur

Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya
yang berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya
namun pada penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak
terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling, gunting, dan
sambungan baut.

Gambar II.6 Tegangan Geser

Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada
penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan
benda diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah Apabila pada
konstruksi mempunyai sebuah buah paku keling, maka sesuai dengan
persamaan dibawah ini tegangan gesernya adalah

7
Gambar II.7 Persamaan Tegangan Geser

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

II.5.2.1 Akibat Gaya Lintang


Adalah tegangan geser yang timbul akibat reaksi gaya
dalam terhadap gaya luar yang diberikan.contohnya

Gambar II.8 Tegangan Lentur

II.5.2.2 Akibat Momen Puntir


Terkadang suatu komponen struktu rmenerima puntiran,
kopel

punter atau

momen puntiran.Puntiran tersebut

menimbulkan tegangan geseran

yang

disebut

sebagai

tegangan geser puntir.


Tegangan punter sering terjadi pada poros roda gigi dan
batang-batang

torsi pada mobil, juga saat melakukan

pengeboran. Jadi, merupakan

tegangan tangensial.

II.3 Jenis-Jenis Tumpuan Gambar II.9 Tegangan Torsi (Puntir)


Pengertian Tumpuan, yang dimaksud dengan tumpuan adalah titik
pertemuan yang berfungsi sebagai landasan seperti yang ada pada
pertemuan pada bentang balok dengan kolom atau sebaliknya. Titik
pertemuan ini yang dianggap sebagai tumpuan.

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Penggunaan jenis tumpuan ini tergantung pada sistem struktur yang


diingini dan biasanya berupa kombinasi tumpuan yang digunakan.
II.3.1 Tumpuan Rol
Tumpuan rol merupakan tumpuan yang hanya dapat
menerima gaya reaksi vertikal. Tumpuan ini mampu melawan
gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik. Penghubung
yang terlihat pada gambar dibawah hanya dapat melawan beban
vertikal. Sedangkan pada tumpuannya hanya dapat melawan
suatu beban yang tegak lurus pada bidang AB.

Gambar II.10 Ilustrasi Tumpuan Rol beserta DBB-nya

II.3.2 Tumpuan Jepit


Tumpuan jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima
gaya reaksi vertikal, gaya reaksi horizontal dan momen akibat
jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya
dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel atau
momen. Secara fisik, tumpuan ini diperoleh dengan membangun
sebuah balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke
dalam beton atau mengelas ke dalam bangunan utama.

9
Gambar II.11 Ilustrasi Tumpuan Rol Beserta DBBnya

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Apabila panjang batang A sebesar L, maka rumus-rumus yang


digunakan pada tumpuan jepit yaitu :
maks
Tegangan Maksimum (
)

maks

maks

Lendutan Maksimum (

maks

F I
W

I2
F I3
3,17 maks
3 E I
h

Dimana :
F

= Beban Terpusat

(N)

= Panjang Batang

(mm)

= Momen Tahanan

(mm3)

= Momen Inersia

(mm4)

= Tinggi Penampang

(mm)

II..3.3 Tumpuan Engsel


Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertikal dan gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak
mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari
bidang. Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini
mempunyai dua komponen yang satu dalam arah horizontal dan
yang lainnya dalam arah vertikal.

10

Gambar II.12 Ilustrasi Tumpuan Engsel Beserta DBBnya

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Apabila panjang batang AB bernilai L, dan pembebanan F


berada tepat di tengah-tengah batang AB, maka rumus-rumus
yang digunakan pada tumpuan engsel yaitu :
maks
Tegangan Maksimum (
)
maks

Lendutan Maksimum (

maks

F L
4 W

maks
)

I2
F I3
0,794 maks
48 E I
h

Dimana :
F

= Beban Terpusat

(N)

= Panjang Batang

(mm)

= Momen Tahanan

(mm3)

= Momen Inersia

(mm4)

= Tinggi Penampang

(mm)

II.4 Jenis-Jenis Beam


II.4.1 T-Beam
T-beam adalah adalah struktur beban dari beton bertulang, kayu
atau logam, dengan penampang berbentuk T. Bagian atas T
berbentuk penampang berfungsi sebagai flange atau anggota
kompresi dalam menolak tegangan tekan . Jaring balok di bawah
sayap tekan berfungsi untuk menahan tegangan geser dan
memberikan pemisahan yang lebih besar bagi gaya lentur kopel.

11

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Gambar II.13. T-Beam

Jembatan merupakan suatu stuktur yang melintaskan


alur jalan melewati rintangan yang ada tanpa menutupnya.
Salah satu jembatan beton bertulang adalah jembatan Deck
Girder dengan balok T atau biasa disebut jembatan beton
balok T (T Beam) digunakan secara luas dalam konstruksi
jalan raya, tersusun dari slab beton yang didukung secara
integral dengan gelagar.
Hal-hal yang perlu ditinjau dalam pembuatan jembatan
adalah:

Menentukan parameter-parameter desain awal struktur

jembatan
Menentukan material yang akan digunakan
Menentukan jenis pembebanan yang akan digunakan

dalam desain
Merencanakan profil yang akan digunakan
Menganalisa perhitungan kekuatan profil terhadap gaya

dalamnya,
Mengontrol mengontrol momen desain dengan momen
model menggunakan bantuan program STAAD PRO

12

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Menuangkan hasil bentuk desain dan analisa ke dalam


bentuk gambar teknik.

II.4.2 Hollow beam


Balok pracetak berongga atau hollow core beam (HCB)
merupakan pengembangan dari Hollow-Core Slab (HCS). Balok
pracetak berongga bukanlah produk baru dalam dunia konstruksi,
karena sudah digunakan untuk girder pada jembatan dan balok
pada bangunan-bangunan tinggi.
Rongga pada balok ditujukan untuk mengurangi berat balok
untuk kemudahan mobilisasi pelaksanaan konstruksi di lapangan,
namun pada akhirnya rongga tersebut dicor setelah ditempatkan
hanya karena pertimbangan kemudahan pelaksanaan. Perlu
dilakukan penelitian untuk mencari metode pelaksanaan yang
mudah agar rongga tersebut tetap dipertahankan sehingga
menghemat volume beton yang digunakan di proyek konstruksi.
Penggunaan botol air mineral sebagai pembentuk rongga
diharapkan dapat mempermudah pembuatan balok. Disamping
mengurangi volume beton, inovasi ini juga bisa dijadikan
alternative sebagai tempat pembuangan limbah botol plastik.
Penelitian terdahulu pada Hollow Core Slab (HCS) menemukan
kendala dalam proses pengecoran karena adanya gaya apung dari
rangkaian botol yang menyulitkan proses pelaksanaan. Studi
eksperimental untuk mencari metode pelaksanaan yang mudah
serta mempelajari kekuatan lentur balok hollow dengan botol PET
telah dilakukan dengan benda uji berukuran 200 x 400 x 3850
mm. Total enam (6) balok hollow dengan mutu beton yang
berbeda, yaitu K-300 dan K- 400 dan tiga (3) spesimen balok
beton bertulang K-400 solid dengan ukuran yang sama juga dites

13

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

sebagai balok pembanding. Four point loading test dipilih untuk


melihat perilaku lentur balok.
Hasil pengujian dianalisa berdasarkan grafik hubungan antara
beban lendutan dan grafik hubungan antara momen dengan
putaran sudut di tengah bentang, pola retak yang terjadi pada
masing-masing spesimen dan jenis keruntuhan (failure mode)
yang terjadi. Juga dilakukan perbandingan kapasitas ultimit secara
teoritis dan eksperimental. Hasil loading test menkonfirmasikan
teori yang menyatakan bahwa rongga yang dibentuk oleh botol
PET tidak mengurangi kekuatan lentur dari balok. Hasil test
menunjukkan bahwa balok PET K400 memiliki momen ultimate
0,98 kali dibandingkan balok solid dengan mutu beton yang sama.
Penelitian juga menunjukkan bahwa balok PET 300 memiliki
kekuatan 1,017 kali dibandingkan balok PET 400. Metode
pelaksanaan dengan melakukan dua tahap pengecoran beton
mampu mengatasi gaya apung dari rangkaian botol PET sehingga
memberikan solusi metode pembuatan balok berongga PET yang
mudah diaplikasikan di lapangan.

Gambar II.14 Hollow Beam

II.4.3 Universal Beam


Universal-beam digunakan untuk mendukung lantai pertama
rumah.

14

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

I-beam, juga dikenal sebagai H-beam, W-beam (untuk


"flange lebar"), Universal Beam (UB), Rolled Steel balok silang
(RSJ), atau double-T (terutama di Polandia, Bulgaria, Spanyol,
Italia dan Jerman), adalah balok dengan I- atau H-berbentuk
penampang. Unsur-unsur horizontal dari "I" yang dikenal sebagai
flensa, sedangkan elemen vertikal disebut sebagai "web". I-balok
biasanya terbuat dari baja struktural dan digunakan dalam
konstruksi dan teknik sipil.
Web menolak gaya geser, sedangkan flensa menahan
sebagian besar momen lentur yang dialami oleh balok. Teori
Beam menunjukkan bahwa bagian I berbentuk adalah bentuk
yang sangat efisien untuk membawa kedua lentur dan beban geser
pada bidang web. Di sisi lain, penampang memiliki kapasitas
berkurang dalam arah melintang, dan juga tidak efisien dalam
menahan torsi.
Ada dua bentuk balok-I standar:
Rolled I-beam, yang dibentuk oleh rolling panas, cold rolling
atau ekstrusi (tergantung pada bahan). Plat girder, dibentuk oleh
pengelasan piring. I-balok biasanya terbuat dari baja struktural,
tetapi juga dapat dibentuk dari aluminium atau bahan lainnya.
Jenis umum dari balok-I adalah palang baja gulungan (RSJ).
Standar Inggris dan Eropa juga menentukan Universal Balok
(UB) dan Universal Kolom (UC). Bagian tersebut memiliki flensa
paralel, yang bertentangan dengan ketebalan yang bervariasi
flensa RSJ. Flensa paralel lebih mudah untuk terhubung ke dan
menghapus kebutuhan untuk meruncing mesin cuci. UCs
memiliki lebar dan kedalaman yang sama atau dekat-sama dan
lebih cocok untuk yang berorientasi vertikal untuk membawa
beban aksial seperti kolom dalam konstruksi bertingkat,
sementara UB secara signifikan lebih dalam daripada mereka

15

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

lebar lebih cocok untuk membawa beban lentur seperti balok


elemen di lantai.
I-balok - I-balok direkayasa dari kayu dengan papan serat dan
/ atau laminated veneer lumber - juga menjadi semakin populer
dalam konstruksi, terutama perumahan, karena keduanya lebih
ringan dan lebih rentan terhadap warping dari balok kayu solid.
Namun ada beberapa kekhawatiran untuk cepat hilangnya
kekuatan balok tersebut untuk kebakaran jika tidak dilindungi.
I-balok yang banyak digunakan dalam industri konstruksi dan
tersedia dalam berbagai ukuran standar. Tabel tersedia untuk
memungkinkan mudah pemilihan baja yang sesuai ukuran balok-I
untuk beban yang diterapkan atau diberikan.

Gambar II.15. universal beam

II.4.3 Coloum beam


Suatu komponen struktur harus mampu memikul beban aksial
(tarik/tekan) serta momen lentur. Apabila besarnya gaya aksial
yang bekerja cukup kecil dibandingkan momen lentur yang
bekerja, maka efek dari gaya aksial tersebut dapat diabaikan dan
komponen struktur tersebut dapat didesain sebagai komponen
balok lentur. Namun apabila komponen struktur memikul gaya
aksial dan momen lentur yang tidak dapat diabaikan salah
satunya, maka komponen struktur tersebut dinamakan balokkolom (beam-column).

16

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Elemen balok-kolom umumnya dijumpai pada strukturstruktur statis tak tertentu. Misalkan pada struktur portal statis tak
tertentu pada gambar dibawah

Akibat kondisi pembebanan yang bekerja, maka batang AB


tidak hanya memikul beban merata saja namun juga memikul
Gambar II.16. Struktur Portal Statis Tak Tentu.

beban lateral P1. Dalam hal ini efek lentur dan gaya tekan P1
yang bekerja pada batang AB harus dipertimbangkan dalam
proses desain penampang batang AB, maka batang AB harus
didesain sebagai suatu elemen balok-kolom. Selain, batang AB
yang didesain sebagai elemen balok-kolom, batang AC, BD, CE,
DF, juga didesain sebagai elemen balok kolom. Karena selain
memikul gaya aksial akibat reaksi dari balok-balok AB dan CD,
efek lentur dan efek gaya aksial yang bekerja tidak bisa diabaikan
salah satunya. Berbeda dengan batang CD yang hanya didominasi
oleh efek lentur, gaya lateral P2 telah dipikul oleh pengakupengaku (bracing) bentuk X. Sehingga batang CD dapat didesain
sebagai suatu elemen balok tanpa pengaruh gaya aksial

2.4.5 Channel Beam


Saluran struktural, juga dikenal sebagai C-beam, adalah jenis
(baja biasanya struktural) balok, digunakan terutama dalam
konstruksi dan teknik sipil bangunan. Penampang yang terdiri dari
"web" lebar, biasanya tetapi tidak selalu berorientasi vertikal, dan
dua "flensa" di bagian atas dan bawah web, hanya mencuat pada
17

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

satu sisi web. Hal ini dibedakan dari balok-I atau H-beam atau Wbalok jenis baja penampang dalam bahwa mereka memiliki flensa
di kedua sisi web.
Saluran

struktural

tidak

digunakan

sebanyak

dalam

konstruksi balok simetris, sebagian karena porosnya lentur tidak


berpusat pada lebar flens. Jika beban diterapkan sama di atasnya,
balok akan cenderung memutar jauh dari web. Ini mungkin tidak
menjadi titik lemah atau masalah bagi desain tertentu, namun
merupakan faktor yang harus dipertimbangkan.
Saluran atau C-balok sering digunakan di mana datar, sisi
belakang web dapat dipasang ke permukaan lain yang datar untuk
bidang kontak maksimal. Mereka juga kadang-kadang dilas
bersama-sama back-to-back untuk membentuk non-standar Ibeam.

Gambar II.17. Channel Beam

II.5 Definisi

18

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

II.5.1 Tegangan
Tegangan adalah perbandingan antara gaya tarik yang bekerja
terhadap luas penampang benda. Tegangan dinotasikan dengan
N
(), satunnya m2 .
II.5.2 Gaya Luar
Gaya luar: yaitu gaya yang ada di luar suatu konstruksi
biasanya disebut gaya aksi-reaksi. Gaya aksi dapat diartikan gaya
yang menghampiri konstruksi tersebut yang direspon oleh gaya
reaksi.
Perhatikan gambar berikut ini:

Gambar II.18 Gaya Luar

Keterangan :
Beban P merupakan gaya aksi, kedua tumpuan menimbulkan gaya
reaksi yang biasa disebut reaksi tumpuan A vertikal (RAV) dan
reaksi tumpuan B vertikal (RBV).
II.5.3 Gaya Dalam
Gaya dalam yaitu gaya yang bekerja di dalam suatu konstruksi.

Gambar II.19 Gaya dalam

19

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Panah warna Biru

= Gaya momen (M)

Panah warna Hijau

= Gaya lintang (D)

Panah warna Merah

= Gaya normal (N)

II.5.4 Tekanan
Tekanan (p) adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per
satuan luas (A).

P : Tekanan dengan satuan pascal ( Pressure )


F : Gaya dengan satuan newton ( Force )
A : Luas permukaan dengan satuan m2 ( Area )
Satuan tekanan sering digunakan untuk mengukur kekuatan dari
suatu cairan atau gas.
Satuan tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume (isi)
dan suhu. Semakin tinggi tekanan di dalam suatu tempat dengan isi
yang sama, maka suhu akan semakin tinggi. Hal ini dapat digunakan
untuk menjelaskan mengapa suhu di pegunungan lebih rendah dari
pada di dataran rendah, karena di dataran rendah tekanan lebih tinggi.
Akan tetapi pernyataan ini tidak selamanya benar atau terkecuali
untuk uap air, uap air jika tekanan ditingkatkan maka akan terjadi
perubahan dari gas kembali menjadi cair. (dikutip dari wikipedia :
kondensasi). Rumus dari tekanan dapat juga digunakan untuk
menerangkan mengapa pisau yang diasah dan permukaannya menipis
menjadi tajam. Semakin kecil luas permukaan, dengan gaya yang sama

20

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

akan dapatkan tekanan yang lebih tinggi. Tekanan udara dapat diukur
dengan menggunakan barometer.
II.5.5 Gaya Aksial
Intensitas gaya yang bekerja normal (tegak lurus) terhadap irisan
yang mengalami tegangan, dan dilambangkan dengan (). Bila gayagaya luar yang bekerja pada suatu batang sejajar terhadap sumbu
utamanya dan potongan penampang batang tersebut konstan, tegangan
internal yang dihasilkan adalah sejajar terhadap sumbu tersebut. Gayagaya seperti itu disebut gaya aksial, dan tegangan yang timbul dikenal
sebagai tegangan aksial.
II.5.6 Momen
Momen adalah kecenderungan sebuah gaya untuk memutar sebuah
benda di sekitar sumbu tertentu dari benda tersebut. Didefinisikan
sebagai perkalian besar gaya F dengan jarak tegak lurus d.
M=Fxd

Arah momen gaya tergantung dari perjanjian, misalnya searah


jarum jam (CW/clockwise) atau berlawanan arah jarum jam
(CCW/contraclockwise). Begitu pula dengan perjanjian tanda positif
dan negatif dari CCW atau CW.
Teorema Varignon
Momen sebuah gaya terhadap sebuah sumbu sama dengan jumlah
momen komponen gaya itu terhadap sumbu yang bersangkutan.
Berarti kecenderungan suatu benda berputar dipengaruhi oleh garis
kerja serta besarnya gaya yang bekerja terhadap benda tersebut.
Sehingga salah satu syarat kesetimbangan benda selain jumlah gayagaya yang bekerja pada benda tersebut adalah 0 yaitu sigma dari
momen gaya-gaya yang bereaksi pada benda, dihiutng terhadap suatu
sumbu, haruslah nol.

21

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Bila gaya-gaya

dinyatakan

dalam komponen-komponennya,

momen gaya tersebut terhadap suatu sumbu dapat diperoleh dengan


menghitung momen dari komponen-komponen secara terpisah,
masing-masing dengan lengan momen yang bersangkutan dan
menjumlahkan hasilnya.
II.5.7 Momen Inersia
Momen inersia (Satuan SI : kg m2) adalah ukuran kelembaman
suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah
analog rotasi daripada massa. Momen inersia berperan dalam dinamika
rotasi seperti massa dalam dinamika dasar, dan menentukan hubungan
antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen gaya dan
percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Meskipun pembahasan
skalar terhadap momen inersia, pembahasan menggunakan pendekatan
tensor memungkinkan analisis sistem yang lebih rumit seperti gerakan
giroskopik.
II.5.8 Torsi
Konsep torsi dalam fisika juga disebut momen diawali dari kerja
Archimedes dalam lever. Informalnya, torsi dapat dipikir sebagai gaya
rotasional. Analog rotational dari gaya, masa, dan percepatan adalah
torsi, momen inersia dan percepatan angular. Gaya yang bekerja pada
lever, dikalikan dengan jarak dari titik tengah lever, adalah torsi.
Contohnya, gaya dari tiga newton bekerja sepanjang dua meter dari
titik tengah mengeluarkan torsi yang sama dengan satu newton bekerja

Sepanjang enam meter dari titik tengah. Ini menandakan bahwa


gaya dalam sebuah sudut pada sudut yang tepat kepada lever lurus.

22

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Lebih umumnya, seseorang dapat mendefinisikan torsi sebagai


perkalian silang:
Dimana :
r adalah vektor dari axis putaran ke titik di mana gaya bekerja
F adalah vektor gaya.
II.6 Hukum Newton
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya
yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya.
II.6.1 Hukum Newton 1
Hukum ini menyatakan bahwa jika resultan gaya (jumlah
vektor dari semua gaya yang bekerja pada benda) bernilai nol,
maka kecepatanbenda tersebut konstan. Dirumuskan secara
matematis menjadi:

Artinya :
Sebuah benda yang sedang diam akan tetap diam kecuali ada
resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.
Sebuah benda yang sedang bergerak, tidak akan berubah
kecepatannya kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja
padanya.
Hukum pertama newton adalah penjelasan kembali dari
hukum inersia yang sudah pernah dideskripsikan oleh Galileo.
Dalam bukunya Newton memberikan penghargaan pada Galileo
untuk hukum ini. Aristoteles berpendapat bahwa setiap benda

23

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

memilik tempat asal di alam semesta: benda berat seperti batu


akan berada di atas tanah dan benda ringan seperti asap berada di
langit. Bintang-bintang akan tetap berada di surga. Ia mengira
bahwa sebuah benda sedang berada pada kondisi alamiahnya jika
tidak bergerak, dan untuk satu benda bergerak pada garis lurus
dengan kecepatan konstan diperlukan sesuatu dari luar benda
tersebut yang terus mendorongnya, kalau tidak benda tersebut
akan berhenti bergerak. Tetapi Galileo menyadari bahwa gaya
diperlukan

untuk

mengubah

kecepatan

benda

tersebut

(percepatan), tapi untuk mempertahankan kecepatan tidak


diperlukan gaya. Sama dengan hukum pertama Newton : Tanpa
gaya berarti tidak ada percepatan, maka benda berada pada
kecepatan konstan.

II.6.2 Hukum Newton 2


Hukum kedua menyatakan bahwa total gaya pada sebuah
partikel

sama

dengan

banyaknya

perubahan momentum

linier terhadap waktu :

Karena hukumnya hanya berlaku untuk sistem dengan massa


konstan, variabel massa (sebuah konstan) dapat dikeluarkan dari
operator diferensial dengan

menggunakan aturan

diferensiasi.

Maka,

Dengan F adalah total gaya yang bekerja, m adalah massa


benda, dan a adalah percepatan benda. Maka total gaya yang
bekerja pada suatu benda menghasilkan percepatan yang
berbanding lurus.
24

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Massa yang bertambah atau berkurang dari suatu sistem akan


mengakibatkan

perubahan

dalam

momentum.

Perubahan

momentum ini bukanlah akibat dari gaya. Untuk menghitung


sistem dengan massa yang bisa berubah-ubah, diperlukan
persamaan yang berbeda.
Sesuai dengan hukum pertama, turunan momentum terhadap
waktu tidak nol ketika terjadi perubahan arah, walaupun tidak
terjadi perubahan besaran. Contohnya adalah gerak melingkar
beraturan.

Hubungan

ini

juga

secara

tidak

langsung

menyatakan kekekalan momentum: Ketika resultan gaya yang


bekerja pada benda nol, momentum benda tersebut konstan.
Setiap perubahan gaya berbanding lurus dengan perubahan
momentum tiap satuan waktu.
Hukum

kedua

ini

perlu

perubahan

jika relativitas

khusus diperhitungkan, karena dalam kecepatan sangat tinggi


hasil kali massa dengan kecepatan tidak mendekati momentum
sebenarnya.
Impuls
Impuls J muncul ketika sebuah gaya F bekerja pada suatu
interval waktu t, dan dirumuskan sebagai:

Impuls

adalah

suatu

konsep

yang

digunakan

untuk

menganalisis tumbukan.
Sistem dengan massa berubah
Sistem dengan massa berubah, seperti roket yang bahan
bakarnya digunakan dan mengeluarkan gas sisa, tidak termasduk
dalam sistem tertutup dan tidak dapat dihitung dengan hanya

25

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

mengubah massa menjadi sebuah fungsi dari waktu di hukum


kedua. Alasannya,

seperti

yang

tertulis

dalam An

Introduction to Mechanics karya Kleppner dan Kolenkow,


adalah bahwa hukum kedua Newton berlaku terhadap
partikel-partikel secara mendasar. Pada mekanika klasik,
partikel memiliki massa yang konstant. Dalam kasus
partikel-partikel dalam suatu sistem yang terdefinisikan
dengan jelas, hukum Newton dapat digunakan dengan
menjumlahkan semua partikel dalam sistem:

dengan Ftotal adalah


sistem, M adalah total

total

gaya

massa

yang

bekerja

dari sistem,

pada

dan apm adalah

percepatan dari pusat massa sistem.


Sistem dengan massa yang berubah-ubah seperti roket atau
ember yang berlubang biasanya tidak dapat dihitung seperti
sistem partikel, maka hukum kedua Newton tidak dapat
digunakan

langsung.

Persamaan

baru

digunakan

untuk

menyelesaikan soal seperti itu dengan cara menata ulang hukum


kedua dan menghitung momentum yang dibawa oleh massa yang
masuk atau keluar dari sistem:

dengan u adalah kecepatan dari massa yang masuk atau keluar


relatif terhadap pusat massa dari obyek utama. Dalam beberapa
konvensi, besar (u dm/dt) di sebelah kiri persamaan, yang juga
disebut dorongan,

didefinisikan

sebagai

gaya

(gaya

yang

dikeluarkan oleh suatu benda sesuai dengan berubahnya massa,

26

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

seperti dorongan roket) dan dimasukan dalam besarnya F. Maka


dengan mengubah definisi percepatan, persamaan tadi menjadi

II.6.3 Hukum Newton 3


Benda apapun yang menekan atau menarik benda lain
mengalami tekanan atau tarikan yang sama dari benda yang
ditekan atau ditarik. Kalau anda menekan sebuah batu
dengan jari anda, jari anda juga ditekan oleh batu. Jika
seekor kuda menarik sebuah batu dengan menggunakan
tali, maka kuda tersebut juga "tertarik" ke arah batu: untuk
tali yang digunakan, juga akan menarik sang kuda ke arah
batu sebesar ia menarik sang batu ke arah kuda.
Hukum ketiga ini menjelaskan bahwa semua gaya
adalah interaksi antara benda-benda yang berbeda, maka
tidak ada gaya yang bekerja hanya pada satu benda. Jika
benda A mengerjakan gaya pada benda B, benda B secara
bersamaan akan mengerjakan gaya dengan besar yang
sama pada benda A dan kedua gaya segaris. Seperti yang
ditunjukan di diagram, para peluncur es (Ice skater)
memberikan gaya satu sama lain dengan besar yang sama,
tapi arah yang berlawanan. Walaupun gaya yang diberikan
sama, percepatan yang terjadi tidak sama. Peluncur yang
massanya lebih kecil akan mendapat percepatan yang lebih
besar karena hukum kedua Newton. Dua gaya yang bekerja
pada hukum ketiga ini adalah gaya yang bertipe sama.
Misalnya antara roda dengan jalan sama-sama memberikan
gaya gesek.
Secara sederhananya, sebuah gaya selalu bekerja pada
sepasang benda, dan tidak pernah hanya pada sebuah

27

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

benda. Jadi untuk setiap gaya selalu memiliki dua ujung.


Setiap ujung gaya ini sama kecuali arahnya yang
berlawanan. Atau sebuah ujung gaya adalah cerminan dari
ujung lainnya.
Secara matematis, hukum ketiga ini berupa persamaan
vektor satu dimensi, yang bisa dituliskan sebagai berikut.
Asumsikan benda A dan benda B memberikan gaya
terhadap satu sama lain.

Dengan
Fa,b adalah gaya-gaya yang bekerja pada A oleh B, dan
Fb,a adalah gaya-gaya yang bekerja pada B oleh A.
Newton

menggunakan

hukum

ketiga

untuk

menurunkan hukum kekekalan momentum, namun dengan


pengamatan yang lebih dalam, kekekalan momentum
adalah ide yang lebih mendasar (diturunkan melalui
teorema Noether dari relativitas Galileo dibandingkan
hukum ketiga, dan tetap berlaku pada kasus yang membuat
hukum ketiga newton seakan-akan tidak berlaku. Misalnya
ketika medan

gaya memiliki

momentum,

dalam mekanika kuantum.


II.8 Tabel Defleksi Untuk Berbagai Keadaan

28
Gambar II.20 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

dan

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

29

Gambar II.21 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

30
Gambar II.22 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Gambar II.23 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

31

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Gambar II.24 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

32

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Gambar II.25 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

33

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Gambar II.26 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

34

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Gambar II.27 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

35

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Gambar II.28 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

36

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Gambar II.29 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

37

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Gambar II.30 Tabel 1 Defleksi dan kemiringan kantilever

38

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

39

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

II.7 Penurunan Rumus Momen Inersia


Jika

merupakan jarak tegak lurus dari luas elemen kecil (dA)

suatu penampang yang memiliki luas A ke sumbu inersia, maka momen


inersia didefinisikan sebagai :
I 2 dA

Dari definisi ini maka menunjukkan bahwa luas dibagi menjadi


elemen kecil (dA) dan masing-masing luas dikalikan dengan kuadrat
lengan momennya () terhadap sumbu acuan.

Gambar II.32 Ilustrasi Momen Inersia

Maka dari gambar diatas dapat disimpulkan :

Momen inersia terhadap sumbu-x


I x y 2 dA

Momen inersia terhadap sumbu-y


I y x 2 dA

40

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Teorema Sumbu Sejajar

Gambar II.33 Ilustrasi Momen Inersia Teorema Sumbu

Sejajar
Tinjau momen inersia suatu bidang
yang luasnya A terhadap sumbu

A-A, jika jarak antara sumbu referensi A-A ke dA adalah y, maka :

I 2 dA
Tarik sumbu ke II yaitu BB yang melewati titik berat C pada
bidang sejajar dengan A-A, sumbu BB yang melewati C disebut
dengan : Sumbu Titik Berat. Jika jarak BB ke dA adalah y, maka
jarak elemen dA ke BB dapat ditulis :
y y ' d

Dengan subsitusi (y = y+d) ke


I y ' d dA
2

I 2 dA

, maka dapat diperoleh :

y' dA 2d y' dA d y' dA


2

Hasil pengintegralan diatas menghasilkan 3 suku yang dapat


disimpulkan sebagai berikut :
a)

Integral I
2
y' dA
= menyatakan Ix yaitu momen inersia terhadap sumbu titik
berat B-B.
b) Integral II
2d y ' dA 0

, karena

y' dA A y

, dimana y menyatakan jarak

dari sumbu acuan B-B ke titik berat C, karena titik berat C berada
c)

pada sumbu acuan maka y = 0


Integral III

41

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

d 2 y ' dA A d 2
I y ' d dA
2

Maka integral

, dapat ditulis sebagai

I I x Ad 2

Yang merupakan teorema sumbu sejajar dengan A merupakan luas dan


d merupakan jarak dari sumbu referensi A-A ke sumbu titik berat BB, yang artinya untuk setiap luas momen inersia terhadap setiap
sumbu pada bidang luas, sama dengan momen inersia terhadap sumbu
sejajar titik berat, ditambah terminologi perpindahan yang terdapat
perkalian luas dengan kuadrat jarak antara kedua sumbu.

II.9 Instalasi Percobaan

Gambar II.34 Alat uji lentur dan defleksi

Sebuah balok alluminium, balok dengan dipasang alat ukur regangan


(strain gage).
1. Pengujian structural beam dengan load cell.

42

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

2. Strain gage dan peralatannya.


3. Elektronik portable digital indicator strain.
4. Dial gage dan stand
5. Alat ukur sesuai kebutuhan

43

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

II.10 Prosedur percobaan


1. Set-up untuk percobaan ini seperti ditunjukan pada gambar. Periksa
kabel untuk koneksi, sumber arus, dll. Hambatan dari alat ukur harus
berkisar 120.
2. Periksa dan cek indikator regangan dan kondisi operasi. Atur factor
pengukuran nilai yang tepat.
3. Ambil pembebanan tanpa beban dari regangan untuk semua strain
gages dan pengukur dial.
4. Berikan beban dengan pembebanan antara 0N-100N
5. Catat posisi beban, strain dan mid point defleksi untuk setiap
kenaikan beban dan tabulsi pengamatan anda.
6. Lepaskan beban dari balok. Ulangi dengan pembebanan sebesar 10N
dan catat strain gage dan dial pembacaan pengukuran untuk kenaikan
masing-masing. Ketika beban sepenuhnya dicatat, dilakukan tanpa
beban catat untuk semua strain gage dan pengukur dial.
7. Matikan semua peralatan dan merapihkan.

II..11 Peristiwa-peristiwa yang menyebabkan defleksi


Sistem struktur yang di letakkan horizontal dan yang terutama di
peruntukkan memikul beban lateral,yaitu beban yang bekerja tegak
lurus sumbu aksial batang (Binsar Hariandja 1996).Beban semacam ini
khususnya muncul sebagai beban gravitasi,seperti misalnya bobot
sendiri,beban hidup vertical,beban keran(crane) dan lain-lain.contoh
system

balok

gedung,gelagar

dapat

dikemukakan

jembatan,balok

antara

lain,balok

penyangga

lantai

keran,dan

sebagainya.Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya


semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain

44

FDM-01 UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik itu beban


terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi

45

Anda mungkin juga menyukai