Materi Refleks Dan Cerebellum
Materi Refleks Dan Cerebellum
dijalarkan, namun pada saat lain menyeleksi dan memperkuat sinyal lemah tertentu, atau juga
meneruskan sinyal-sinyal ini ke segala arah dan tidak hanya ke satu arah.
5.Neuron eferen
6.Efektor
7.Kornu posterior
8.Kornu anterior
eferen yang mempersarafi otot rangka yang sama untuk menyebabkan kontraksi dan meniadakan
peregangan.
Refleks menarik dan semua refleks lainnya bersifat polisinaps (banyak sinaps), karena
banyak antarneuron ditempatkan pada jalur refleks, sehingga lebih banyak sinaps yang terlibat.
Misalnya seseorang menginjak sebuah paku dan bukan menyentuh benda panas dengan
tangannya. Timbul lengkung refleks untuk menarik kaki yang tertusuk dari rangsangan nyeri,
sementara tungkai yang berlawanan secara bersamaan mempersiapkan diri untuk secara
mendadak menerima seluruh beban tubuh, sehingga orang yang bersangkutan tidak kehilangan
keseimbangan atau jatuh. Menekuknya lutut tungkai yang tertusuk tanpa hambatan dilaksanakan
melalui stimulasi refleks otot-otot yang menyebabkan fleksi lutut dan inhibisi otot-otot yang
menyebabkan ekstensi lutut. Pada saat yang sama, ekstensi lutut tungkai yang berlawanan terjadi
karena pengaktifan jalur-jalur yang menyilang ke sisi korda spinalis yang berlawanan untuk
secara refleks merangsang ekstensi lutut dan menghambat fleksinya. Refleks ekstensor
menyilang (crossed extensor reflex) ini memastikan bahwa tungkai yang berlawanan akan berada
dalam posisi untuk menerima beban tubuh sewaktu tungkai yang tertusuk ditarik dari
rangsangan.
Sesungguhnya refleks adalah suatu aksi yang tidak disadari tetapi akhirnya akan disadari
juga sebab stimuli tersebut ada sebagian yang menuju ke pusat kesadaran. Rangsangan/stimuli
(organ/zat yang peka terhadap rangsangan) akan menimbulkan impuls dan impuls ini diteruskan
melalui neuron aferen menuju ke atas (ascenderen) melalui traktus spinothalamus, ganti neuron
di nucleus lateralis thalami, melalui kapsula interna sampailah pada gyrus centralis posterior
(pusat kesadaran). Tetapi ada sebagian impuls dari kornu posterior tersebut menuju ke kornu
anterior terus ke otot melalui neuron eferen dan akan menimbulkan gerakan pada otot yang
bersangkutan. Gerakan ini disebut sebagai refleks spinal.
Otot skeletal dan neuron menyusun susunan neuromuskular voluntar yang secara
anatomik terdiri dari:
1. Upper Motor Neuron (UMN)
2. Lower Motor Neuron (LMN)
3. Alat penghubung antara unsur saraf dan otot
4. Otot skeletal
Refleks terjadi bila:
a. Rangsangan tersebut sesuai dengan reseptornya
Misalnya refleks tendon di sini rangsangannya harus berupa ketokan. Refleks tendon ini
tidak akan terjadi bila rangsangan berupa geseran.
b. Besarnya rangsangan harus melebihi atau sama dengan nilai ambang reseptor tersebut.
Sifat umum refleks:
1. Rangsangan yang ada harus adekuat
Refleks Patella berpusat di segmen lumbal II-IV yang disalurkan melalui n. Femoralis.
Ketukan pada tendo Patella menyebabkan kontraksi m. Quadriceps femoris. Reaksinya
berupa ekstensi tungkai bawah.
Refleks Achilles berpusat di segmen lumbal V dan sacral I-II yang disalurkan melalui n.
Tibialis. Ketukan pada tendo Achilles menyebabkan kontraksi m. Gastrocnemius.
Reaksinya berupa fleksi telapak kaki.
Refleks Biceps berpusat di segmen servikal V-VI yang disalurkan melalui n.
Musculocutaneus. Ketukan pada tendo m. Biceps brachii menyebabkan kontraksi m.
Biceps brachii. Reaksinya berupa fleksi lengan bawah.
Refleks Triceps berpusat di segmen servikal VI-VII yang disalurkan melalui n. Radialis.
Ketukan pada tendo Triceps brachii menyebabkan kontraksi m. Triceps brachii.
Reaksinya berupa ekstensi lengan bawah.
Refleks Radialis berpusat di segmen servikal V-VI yang disalurkan melalui n. Radialis.
Ketukan pada periosteum ujung distal os radii menyebabkan kontraksi m.
Brachioradialis. Reaksinya berupa fleksi lengan bawah di siku dan supinasi tangan.
Refleks Ulnaris berpusat di segmen servikal VIII dan torakal I yang disalurkan melalui n.
Ulnaris. Ketukan pada periosteum processus styloideus ulna menyebabkan kontraksi m.
Pronator quadratus. Reaksinya berupa pronasi tangan.
Probandus duduk atau berdiri. Dalam posisi duduk lengan bawah dibuat dalam sikap
fleksi kemudian palu refleks dipukulkan pada tendo otot triceps yang terletak 5 cm di atas
siku.
3. Refleks Patella
Kita ketuk tendo patella dari orang yang duduk dengan menggantungkan kakinya.
Sedangkan pada posisi berbaring telentang, buat tungkai setengah fleksi pada bagian
sendi lutut dengan disangga oleh tangan pemeriksa.
4. Refleks Achilles
Tungkai difleksikan pada bagian sendi lutut dan kaki didorsofleksikan ringan dengan
tangan kiri pemeriksa. Kemudian lakukan ketukan pada tendo Achilles.
5. Refleks Radialis
Lengan bawah setengah fleksi di sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan. Ketuk pada
periosteum ujung distal os radii.
6. Refleks Ulnaris
Lakukan ketukan pada periosteum processus styloideus ulna dengan posisi lengan bawah
setengah fleksi antara pronasi dan supinasi.
B. CEREBELLUM
Kerusakan organik maupun fungsional dari cerebellum biasanya akan menampakkan
suatu gejala-gejala yang bisa diamati sebelum atau sesudah dilakukan suatu tes tertentu. Gejalagejala yang ditimbulkan sesuai dengan fungsi maupun letak anatomis dari kerusakan yang
terjadi.
Secara fungsional, cerebellum dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: vestibulocerebellum untuk
keseimbangan, spinocerebelum, dan neocerebellum. Korteks cerebellum hanya mengandung 5
jenis neuron: sel purkinje, granular, basket, stelata, dan golgi. Cerebellum berperan dalam
penyesuaian yang dipelajari yang menyebabkan koordinasi menjadi lebih mudah apabila suatu
gerakan dilakukan berulang-ulang.
Secara sederhana, fungsi dari cerebellum adalah:
1. Fungsi koordinasi
Untuk membentuk suatu gerakan yang bertujuan secara fungsional, maka
beberapa otot atau beberapa persendian harus terkoordinasi dengan baik.
Misalnya, untuk membentuk kata-kata yang baik diperlukan koordinasi berbagai
macam otot/persendian seperti otot-otot laring, otot mulut, ataupun respirasi.
Tidak adanya koordinasi dari beberapa persendian kita kenal dengan istilah
disartri.
Dapat juga hilangnya koordinasi gerakan ini akan menimbulkan apa yang disebut
ataxia, yaitu suatu kelainan yang disebabkan tidak adanya koordinasi karena
adanya gangguan kecepatan, luas, kekuatan, serta arah dari gerakan.
suara yang tetap, kadang-kadang keras, kadang-kadang lemah, kadang-kadang cepat, dan
kadang-kadang lambat.
d. Tes Adiadokokinesis
Secara normal orang dapat melakukan kegiatan pronasi dan supinasi secara berulang
ulang dan cepat. Bila ada kerusakan dari cerebellum maka kemampuan untuk mengetahui
posisi dari bagian tubuhnya yang bergerak tidak ada, akibatnya gerakannya tidak teratur.
e. Tes Intense Tremor
Pada kerusakan cerebellum pada saat melakukan gerakan terutama pada saat hampir ke
tempat tujuan terjadi tremor (gerakan yang cepat dan halus oleh karena fungsi damping
cerebellum hilang). Tremor terjadi terutama bila nuclei dentatus atau brachium
konjungtivum rusak. Ini khas kerusakan pada cerebellum.
f. Tes Rebound
Pada orang dengan kerusakan cerebellum disuruh mengkontraksikan lengannya kuat-kuat
sementara itu orang lain menahannya tetapi kemudian melepaskan, maka lengan itu akan
melayang dengan kuat sampai memukul mukanya sendiri. Ini oleh karena kontraksi otototot antagonisnya tidak terjadi oleh karena kerusakan cerebellum tersebut.