Laporan Pendahuluan Mtbs
Laporan Pendahuluan Mtbs
1.
Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun 1996. Pada tahun
1997 Depkes RI bekerjasama dengan WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
melakukan adaptasi modul MTBS WHO. Modul tersebut digunakan dalam pelatihan pada
bulan November 1997 dengan pelatih dari SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia
berkembang secara bertahap dan up-date modul MTBS dilakukan secara berkala sesuai
perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI.
Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi, namun belum
seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab: belum adanya tenaga
kesehatan di Puskesmasnya yang sudah terlatih MTBS, sudah ada tenaga kesehatan
terlatih tetapi sarana dan prasarana belum siap, belum adanya komitmen dari Pimpinan
Puskesmas, dll. Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan provinsi
seluruh Indonesia melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah
Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas
dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan (melakukan
pendekatan memakai MTBS) pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di
Puskesmas tersebut.
3.
Konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien,
bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh
ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf&Juntika,2005:9).
Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena keduanya merupakan
sebuah keterkaitan. Muhamad Surya (1988:25) mengungkapkan bahwa konseling merupakan
bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah
individu secara Pribadi.Konseling dalam Alur MTBS. Pemberian konseling menjadi
unggulan dan sekaligus pembeda dari alur pelayanan sebelum MTBS. Materi meliputi
kepatuhan minum obat, cara minum obat, menasehati cara pemberian makanan sesuai umur,
memberi nasehat kapan melakukan kunjungan ulang atau kapan harus kembali
segera.Dengan pemberian konseling diharapkan pengantar atau ibu pasien mengerti penyakit
yang diderita, cara penanganan anak di rumah, Magister Kebijakan dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan memperhatikan perkembangan penyakit anaknya sehingga mampu
mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke petugas kesehatan serta diharapkan
memperhatikan tumbuh kembang anak dengan cara memberikan makanan sesuai umurnya.
Semua pesan tersebut tercermin dalam Kartu Nasihat Ibu (KNI) yang biasanya diberikan
setelah ibu atau pengantar balita sakit mendapatkan konseling. Ini untuk menjadi pengingat
pesan-pesan yang disampaikan serta menjadi pengingat cara perawatan di rumah.
B. Klasifikasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
1.
a.
Pada penilaian tanda dan gejala yang pertama kali dilakukan pada balita umur 1 hari sampai 2
bulan adalah:
1)
2)
Kedua, adanya tanda atau gejala gangguan nafas seperti adanya henti nafas lebih dari
20 detik
3)
Ketiga, adanya tanda dan gejala hipotermia seperti penurunan suhu tubuh
4)
Keempat, adanya tanda atau gejala kemungkinan infeksi bakteri seperti mengantuk atau
letargi atau tidak sadar
5)
6)
Keenam, adanya tanda atau gejala gangguan saluran cerna seperti muntah segera
setelah minum
7)
8)
Kedelapan, adanya tanda atau gejala kemungkinan berat badan rendah dan masalah
pemberian ASI
b.
Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini digunakan untuk menentukan sejauh mana
tingkat kegawatan dari keadaan bayi yang didapat dari masing-masing tanda dan gejala,
adalah sebagai berikut:
1)
Klasifikasi kejang. Apabila ditemukan tanda tremor yang disertai adanya penurunan
kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata atau anggota gerak lain,
mulut mencucu dan sebagainya.
2)
Klasifikasi gangguan nafas. Apabila ditemukan adanya henti nafas (apnea) lebih dari 20
detik, nafas cepat 60 kali per menit, nafas lambat 30 kali per menit, tampak sianosis,
adanya tarikan dada sangat kuat.
3)
Klasifikasi hipotermia. Sedang: Apabila ditemukan suhu tubuh pada bayi sekitar 3636,4 C serta kaki atau tangan teraba dingin yang dapat disertai adanya gerakan pada bayi
yang kurang normal. Hipotermia berat: apabila suhu tubuh kurang dari 36 derajat celcius.
4)
Klasifikasi kemungkinan infeksi bakteri. Pertama infeksi bakteri sistemik apabila
ditemukan anak selalu mengantuk/letargis atau tidak sadar, kejang, terdapat gangguan nafas.
Kedua infeksi lokal berat bila ditemukan nanah pada daerah mata keluar dari telinga, tali
pusar atau umbilicus terjadi kemerahan. Ketiga infeksi bakteri lokal bila ditemukan adanya
nanah yang keluar dari mata akan tetapi jumlahnya masih sedikit, bau busuk, terjadi
kerusakan kulit yang sedikit, tali pusat atau umbilicus tampak kemerahan.
5)
Klasifikasi ikterus. Pada ikterus patologi bila ditemukan adanya kuning pada hari
kedua setelah lahir. Pada ikterus fisiologis dapat terjadi bila terjadi kuning pada umur 3 hari
sampai 14 hari.
6)
Klasifikasi gangguan cerna. Dijumpai bila tanda sebagai berikut; muntah segera setelah
minum, atau berulang, berwarna hijau, gelisah, rewel dan perut bayi kembung.
7)
Klasifikasi diare. Diare dehidrasi berat, jika terdapat tanda seperti letargis atau
mengantuk atau tidak sadar, mata cekung serta turgor jelek. Diare dehidrasi sedang jika
ditemukan tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekuung serta turgor kulit jelek. Diare tanpa
dehidrasi bila hanya ada salah satu tanda dehidrasi berat atau ringan.
8)
Klasifikasi BB rendah atau masalah pemberian ASI. Jika ditemukan tanda seperti bayi
sangat kecil, BB kurang dari 200 gram umur kurang 28 hari, tidak bisa minum ASI, tidak
melekat sama sekali, tidak mampu menghisap ASI.
2.
a.
Pada pe=enilaian tanda dan gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang
dinilai adalaha da tidaknya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau menetek, muntah,
kejang, letargis atau tidak sadar) dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya
diare, demam, masalah telinga, malnutrisi, anemia dan lain-lain.
1)
Penilaian pertama, kleuhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan
dinding dada ke dalam, stridor, nafas cepat.
2)
Penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis, mata cekung, tidak
bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minu.
3)
Penilaian ketiga, tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umum, kaku
kuduk dan adanya infeksi lokal.
4)
Penilaian keempat, tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya
pembengkakkan.
5)
Penilaian kelima, tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus, bengkak
pada kedua kaki, telapak tangan pucat dan sebagainya.
1. b.
1)
Klasifikasi pneumonia. Berat, jika adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding dada ke
dalam, adanya stridor. Pneumonia jika ditemukan tanda frekuensi nafas yang sangat cepat.
Batuk bukan pneumonia, bila tidak ada pneumonia dan hanya keluhan batuk.
2)
Klasifikasi dehidrasi. Berat, bila ada tanda dan gejala seperti letargis, mata cekung,
turgor jelek seklai. Ringan atau sedang dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus,
turgor jelek. Diare tanpa dehidrasi, bila tidak cukup tanda adanya dehidrasi.
3)
Klasifikasi diare persisten. Jika ditemukan diare sudah lebih dari 14 hari dengan
dikelompokkan menjadi dua kategori persisten berat, jika adanya tanda dehidrasi dan diare
persisten bila tidak ditemukan tanda dehidrasi.
4)
Klasifikasi disentri. Bila diare disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya
bercampur dengan darah.
5)
Klasifikasi resiko malaria. Bila ditemukan bahaya umum dan disertai dengan kaku
kuduk.
6)
Klasifikasi campak. Campak dengan komplikasi berat, jika ditemukan adanya tanda
bahaya umum, terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka di daerah mulut. Campak
dengan komplikasi pada mata atau mulut bila ditemukan tanda mata bernanah serta luka
dimulut dan ketiga klasifikasi campak bila hanya tanda khas campak.
7)
Klasifikasi demam berdarah dengue. Bila terjaid demam yang kurang dari 7 hari.
8)
Klasifikasi status gizi. Gizi buruk dan atau anemia berat, bila BB sangat kurus, adanya
bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan kepucatan. Klasifikasi
dibawah garis merah dan atau anemia bila ditemukan tanda telapak tangan agak pucat, BB
menurut umur di bawah garis merah dan ketiga, tidak bawah garis merah dan tidak anemia
bila tidak ada tanda di atas.
1.PENGERTIAN MTBS
Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehata,dilaksanakan secara terpadu
mengenai klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan konseling yang diberikan.
MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan
menurunkan angka kesakitan.
2.TUJUAN MTBS
Meningkatkan keterampilan petugas
Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
Memperbaiki sistem kesehatan
Menurunkansecara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering
pada balita.
- Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.
Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 7 hari terbanyak adalah
gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0 %).Kematian
neonatal 7 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan
pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %),
penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS adalah
penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria,
campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah
pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan
oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993
melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah
kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak
malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
5. LANGKAH2 KEGIATAN
a.
b.
c.
d.
e.
6.PENERAPAN MTBS
A.
B.
C.
D.
E.
8.KONSELING MTBS
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien sebagai upaya
membantu orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
KONSELING BAGI IBU
Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara dini.
penilaian berupa :
I. Menilai cara pemberian makan anak:
Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan,tanyakan kepada ibu cara pemberian makanan
anak sehari-hari dan selama sakit.bandingkan jawaban ibu dengan anjuran pemberian makan
yang sesuai umur anak.
Hal yang ditanyakan :
Apakah ibu meneteki anak?
o berapa kali?
o apa ibu juga meneteki pada malam hari?
Apakah anak mendapat makanan/minuman lain?
o makanan/minuman apa?
o berapa kali sehari?
o alat apa yang digunakan untuk memberi makanan?
o jika BB menurut umur sangat rendah,maka ditanya barapa banyak makan/minum yang
diberikan?
o Apakah anak dapat porsi tersendiri?
o Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
Kunjungan ulang:
Disentri
Malaria
Demam
2 hari
Campak
Dbd
Diare
Infeksi telinga
Masalah pemberian makan
5 hari
4 minggu
4 minggu
kunjungan berikutnya :
nasehati ibu bila ditemukan tanda-tanda pada anak seperti :
Setiap anak sakit
timbul demam.
Nafas cepat dan sukar bernafas
Bab campur darah,malas minum
Ada tanda2 perdarahan,ujung extermitas
dgn,nyeri ulu hati/gelisah dan sering muntah.
sepanjang malam
makanan lain
Bayi menolak
menetek
Bayi BBLR
Bayi ikterik
ASI tdk cukup
ibu mengatakan ASI
sayang.
Beri ASI sesering mungkin
Meneteki segera setelah lahir,ASI sesering mungkin
Semakin sering meneteki semakin banyak produksi ASI
Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI,teteki bayi
tdk keluar
ibu mengeluh puting
sesering mungkin.
Beri paracetamol 1 tablet tiap 4-6jam,tetap beri ASI pada
terasa sakit
Ibu mengeluh
payudara penuh
Mastitis dan abses
mau meneteki
Ibu bekerja
Teteki bayi pada pagi hari,pada waktu pulang kerumah dan lebih
sering pada malam hari.