Anda di halaman 1dari 11

A.

1.

Konsep Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam


tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian
vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah
lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1,
2004).
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah sot modul yang menjelaskan secara rinci cara
menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita sakit yang datang ke
fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif.
Sekitar 70% kematian anak dibawah 5 tanhun disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria,
campak, dan malnutrisi. Di Indonesia, angka kematian bayi (AKB) 50/1000 kelahiran hidup,
dan angka kematian anak balita (AKABA) 64/1000 kelahiran hidup (Surkesnas, 2001)
Dapatkah kawan simpulkan, jadi MTBS itu apa maksudnya?
2.

Sejarah Terbentuknya MTBS

Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun 1996. Pada tahun
1997 Depkes RI bekerjasama dengan WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
melakukan adaptasi modul MTBS WHO. Modul tersebut digunakan dalam pelatihan pada
bulan November 1997 dengan pelatih dari SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia
berkembang secara bertahap dan up-date modul MTBS dilakukan secara berkala sesuai
perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI.
Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi, namun belum
seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab: belum adanya tenaga
kesehatan di Puskesmasnya yang sudah terlatih MTBS, sudah ada tenaga kesehatan
terlatih tetapi sarana dan prasarana belum siap, belum adanya komitmen dari Pimpinan
Puskesmas, dll. Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan provinsi
seluruh Indonesia melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah
Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas
dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan (melakukan
pendekatan memakai MTBS) pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di
Puskesmas tersebut.
3.

Strategi dan Proses MTBS

Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:

1. Komponen I: Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus


balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan
menangani pasien asalkan sudah dilatih).
2. Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat kabupaten/kota).
3. Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang dikenal sebagai MTBS berbasis
Masyarakat.
Proses manajemen kasus disusun dalam beberapa langkah sebagai berikut :
1. Menilai anak usia 2-5 bulan atau bayi muda usia 1 minggu sampai 2 bulan dan
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Membuat klasifikasi kategori untuk melaksanakan tindakan.
3. Mengobati dengan memberikan resep, cara memberi obat dan tindakan lain yang
perlu dilakuakn.
4. Memberi konseling bagi ibu.
5. Memberi pelayanan tidak lanjut.
Memilih bagan manajemen kasus harus tepat, yaitu setiap fasilitas kesehatan mempunyai
prosedur penerimaan rawat jalan, gawat darurat/tindakan, KB/KIA atau imunisasi yang setiap
fasilitas kesehatan mempunyai prosedur pendaftaran pasien. Jika belum ada tentukan dulu
kelompok usia anak.
4.

Konseling Dalam MTBS

Konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien,
bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh
ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf&Juntika,2005:9).
Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena keduanya merupakan
sebuah keterkaitan. Muhamad Surya (1988:25) mengungkapkan bahwa konseling merupakan
bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah
individu secara Pribadi.Konseling dalam Alur MTBS. Pemberian konseling menjadi
unggulan dan sekaligus pembeda dari alur pelayanan sebelum MTBS. Materi meliputi
kepatuhan minum obat, cara minum obat, menasehati cara pemberian makanan sesuai umur,
memberi nasehat kapan melakukan kunjungan ulang atau kapan harus kembali
segera.Dengan pemberian konseling diharapkan pengantar atau ibu pasien mengerti penyakit
yang diderita, cara penanganan anak di rumah, Magister Kebijakan dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan memperhatikan perkembangan penyakit anaknya sehingga mampu
mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke petugas kesehatan serta diharapkan
memperhatikan tumbuh kembang anak dengan cara memberikan makanan sesuai umurnya.
Semua pesan tersebut tercermin dalam Kartu Nasihat Ibu (KNI) yang biasanya diberikan

setelah ibu atau pengantar balita sakit mendapatkan konseling. Ini untuk menjadi pengingat
pesan-pesan yang disampaikan serta menjadi pengingat cara perawatan di rumah.
B. Klasifikasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
1.

Umur 1 hari- 2 bulan

a.

Penilaian Tanda dan Gejala

Pada penilaian tanda dan gejala yang pertama kali dilakukan pada balita umur 1 hari sampai 2
bulan adalah:
1)

Pertama menilai adanya kejang

2)
Kedua, adanya tanda atau gejala gangguan nafas seperti adanya henti nafas lebih dari
20 detik
3)

Ketiga, adanya tanda dan gejala hipotermia seperti penurunan suhu tubuh

4)
Keempat, adanya tanda atau gejala kemungkinan infeksi bakteri seperti mengantuk atau
letargi atau tidak sadar
5)

Kelima, adanya tanda atau gejala ikterus

6)
Keenam, adanya tanda atau gejala gangguan saluran cerna seperti muntah segera
setelah minum
7)

Ketujuh, adanya tanda atau gejala diare

8)
Kedelapan, adanya tanda atau gejala kemungkinan berat badan rendah dan masalah
pemberian ASI
b.

Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan

Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini digunakan untuk menentukan sejauh mana
tingkat kegawatan dari keadaan bayi yang didapat dari masing-masing tanda dan gejala,
adalah sebagai berikut:
1)
Klasifikasi kejang. Apabila ditemukan tanda tremor yang disertai adanya penurunan
kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata atau anggota gerak lain,
mulut mencucu dan sebagainya.
2)
Klasifikasi gangguan nafas. Apabila ditemukan adanya henti nafas (apnea) lebih dari 20
detik, nafas cepat 60 kali per menit, nafas lambat 30 kali per menit, tampak sianosis,
adanya tarikan dada sangat kuat.
3)
Klasifikasi hipotermia. Sedang: Apabila ditemukan suhu tubuh pada bayi sekitar 3636,4 C serta kaki atau tangan teraba dingin yang dapat disertai adanya gerakan pada bayi
yang kurang normal. Hipotermia berat: apabila suhu tubuh kurang dari 36 derajat celcius.

4)
Klasifikasi kemungkinan infeksi bakteri. Pertama infeksi bakteri sistemik apabila
ditemukan anak selalu mengantuk/letargis atau tidak sadar, kejang, terdapat gangguan nafas.
Kedua infeksi lokal berat bila ditemukan nanah pada daerah mata keluar dari telinga, tali
pusar atau umbilicus terjadi kemerahan. Ketiga infeksi bakteri lokal bila ditemukan adanya
nanah yang keluar dari mata akan tetapi jumlahnya masih sedikit, bau busuk, terjadi
kerusakan kulit yang sedikit, tali pusat atau umbilicus tampak kemerahan.
5)
Klasifikasi ikterus. Pada ikterus patologi bila ditemukan adanya kuning pada hari
kedua setelah lahir. Pada ikterus fisiologis dapat terjadi bila terjadi kuning pada umur 3 hari
sampai 14 hari.
6)
Klasifikasi gangguan cerna. Dijumpai bila tanda sebagai berikut; muntah segera setelah
minum, atau berulang, berwarna hijau, gelisah, rewel dan perut bayi kembung.
7)
Klasifikasi diare. Diare dehidrasi berat, jika terdapat tanda seperti letargis atau
mengantuk atau tidak sadar, mata cekung serta turgor jelek. Diare dehidrasi sedang jika
ditemukan tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekuung serta turgor kulit jelek. Diare tanpa
dehidrasi bila hanya ada salah satu tanda dehidrasi berat atau ringan.
8)
Klasifikasi BB rendah atau masalah pemberian ASI. Jika ditemukan tanda seperti bayi
sangat kecil, BB kurang dari 200 gram umur kurang 28 hari, tidak bisa minum ASI, tidak
melekat sama sekali, tidak mampu menghisap ASI.
2.

Umur 2 bulan-5 Tahun

a.

Penilaian Tanda dan Gejala

Pada pe=enilaian tanda dan gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang
dinilai adalaha da tidaknya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau menetek, muntah,
kejang, letargis atau tidak sadar) dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya
diare, demam, masalah telinga, malnutrisi, anemia dan lain-lain.
1)
Penilaian pertama, kleuhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan
dinding dada ke dalam, stridor, nafas cepat.
2)
Penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis, mata cekung, tidak
bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minu.
3)
Penilaian ketiga, tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umum, kaku
kuduk dan adanya infeksi lokal.
4)
Penilaian keempat, tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya
pembengkakkan.
5)
Penilaian kelima, tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus, bengkak
pada kedua kaki, telapak tangan pucat dan sebagainya.
1. b.

Penentuan klasifikasi dan Tingkat Kegawatan

1)
Klasifikasi pneumonia. Berat, jika adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding dada ke
dalam, adanya stridor. Pneumonia jika ditemukan tanda frekuensi nafas yang sangat cepat.
Batuk bukan pneumonia, bila tidak ada pneumonia dan hanya keluhan batuk.
2)
Klasifikasi dehidrasi. Berat, bila ada tanda dan gejala seperti letargis, mata cekung,
turgor jelek seklai. Ringan atau sedang dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus,
turgor jelek. Diare tanpa dehidrasi, bila tidak cukup tanda adanya dehidrasi.
3)
Klasifikasi diare persisten. Jika ditemukan diare sudah lebih dari 14 hari dengan
dikelompokkan menjadi dua kategori persisten berat, jika adanya tanda dehidrasi dan diare
persisten bila tidak ditemukan tanda dehidrasi.
4)
Klasifikasi disentri. Bila diare disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya
bercampur dengan darah.
5)
Klasifikasi resiko malaria. Bila ditemukan bahaya umum dan disertai dengan kaku
kuduk.
6)
Klasifikasi campak. Campak dengan komplikasi berat, jika ditemukan adanya tanda
bahaya umum, terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka di daerah mulut. Campak
dengan komplikasi pada mata atau mulut bila ditemukan tanda mata bernanah serta luka
dimulut dan ketiga klasifikasi campak bila hanya tanda khas campak.
7)

Klasifikasi demam berdarah dengue. Bila terjaid demam yang kurang dari 7 hari.

8)
Klasifikasi status gizi. Gizi buruk dan atau anemia berat, bila BB sangat kurus, adanya
bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan kepucatan. Klasifikasi
dibawah garis merah dan atau anemia bila ditemukan tanda telapak tangan agak pucat, BB
menurut umur di bawah garis merah dan ketiga, tidak bawah garis merah dan tidak anemia
bila tidak ada tanda di atas.

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS )

A.MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

1.PENGERTIAN MTBS
Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehata,dilaksanakan secara terpadu
mengenai klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan konseling yang diberikan.
MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan
menurunkan angka kesakitan.
2.TUJUAN MTBS
Meningkatkan keterampilan petugas
Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
Memperbaiki sistem kesehatan
Menurunkansecara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering
pada balita.
- Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.
Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 7 hari terbanyak adalah
gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0 %).Kematian
neonatal 7 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan
pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %),
penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS adalah
penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria,
campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah
pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan
oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993
melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah
kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak
malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.

Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya
termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan perbaikan tatalaksana
kasus
pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan
preventif)
Agar penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan
langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan sistem pelatihan,
pelatihan berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS,
ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan lain-lain.
Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal mendominasi penyebab
kematian bayi dan balita.
Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS apabila memenuhi kriteria
melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan balita
sakit di puskesmas tersebut.
Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan banyak pihak yang telah
berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak tenaga kesehatan yang telah dilatih
MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di dalamnya. Sudah banyak fasilitator dilatih MTBS
dan para fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga kesehatan, baik di tingkat desa dan
puskesmas.
Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya monitoring pasca pelatihan,
bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan MTB termasuk kecukupan obat-obatan. Namun, hal tersebut seringkali
dihadapkan pada keterbatasan alokasi dana, sehingga diperlukan suatu metode lain untuk
meningkatkan ketrampilan bidan dan perawat serta dokter akan MTBS melalui komputerisasi
atau yang lebih dikenal dengan ICATT (IMCI Computerize Adaptation Training Tools), yaitu
suatu aplikasi inovatifsoftware berbasis komputer untuk MTBS yang mempunyai 2 tujuan:
a). Untuk adaptasi pedomanMTBS
b). Untuk pelatihan MTBS melalui komputer

3.RUANG LINGKUP MTBS


Penilaian,klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan
Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
Konseling bagi ibu
Tindakan dan pengobatan
Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut

4.PROTAP PELAYANAN MTBS


Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama,lamanya
sakit,pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
Pemeriksaan :
o Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang,gangguan nafas,suhu tubuh,adanya infeksi,ikterus,gangguan
pencernaan,BB,status imun.
o Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum,respirasi,derajat dehidrasi,suhu,periksa telinga,status gizi,imun,penialaian
pemberian makanan.
Menentukan klasifikasi,tindakan,penyuluhan dan konsultasi dokter.

5. LANGKAH2 KEGIATAN
a.
b.
c.
d.
e.

Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS


Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
Petugas melaksanakan anamnesa
Petugas melakukan pemeriksaan
Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan dan memberikan
penyuluhan
f. Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu dirujuk ke ruang
pengobatan untuk konsultasi ke dokter.

6.PENERAPAN MTBS
A.
B.
C.
D.
E.

Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannya meliputi :


Informasi mengenai MTBS kpd seluruh petugas
Persiapan penilaian,obat2 dan alat yang digunakan untuk pelayanan
Persiapan pengadaan formulir
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap

7.IDENTIFIKASI TINDAKAN MTBS


Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani diare.tindakan MTBS
mencangkup 3 rencana terapi :
a) Terapi A
Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi,cairan yang biasa diberikan berupa oralgulagaram,sayuran dan sup yang mengandung garam.
b) Terapi B
Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO.
c) Terapi C
Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL

8.KONSELING MTBS
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien sebagai upaya
membantu orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
KONSELING BAGI IBU
Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara dini.

penilaian berupa :
I. Menilai cara pemberian makan anak:
Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan,tanyakan kepada ibu cara pemberian makanan
anak sehari-hari dan selama sakit.bandingkan jawaban ibu dengan anjuran pemberian makan
yang sesuai umur anak.
Hal yang ditanyakan :
Apakah ibu meneteki anak?
o berapa kali?
o apa ibu juga meneteki pada malam hari?
Apakah anak mendapat makanan/minuman lain?
o makanan/minuman apa?
o berapa kali sehari?
o alat apa yang digunakan untuk memberi makanan?
o jika BB menurut umur sangat rendah,maka ditanya barapa banyak makan/minum yang
diberikan?
o Apakah anak dapat porsi tersendiri?
o Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?

Selama anak sakit,apakah pemberian makan anak di ubah?bila ya,bagaimana caranya?

Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak sehat


0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak,min 8x sehari.
6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI ex:pisang,pepaya,air jeruk
dan air tomat,makan pendamping diberikan 2x/hari,ssi pertambahan umur diberikan bubur
tim ditambah kuning telur,tempe,tahu,ayam,ikan,daging,wortel,bayam,kacang
hijau,santan/minyak.frek 7-8 sendok/hari
9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara bertahap dimulai dari
bubur nasi-nasi tim dan makanan keluarga.berikan 3x/hari frek 9-11 sendok,dan beri
makanan selingan 2x/hari ex: bubur kacang hijau,pisang,biskuit dll diantara waktu makan.
12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak,beri nasi lunak yang ditambah
telur,ayam,ikan,tempe,tahu,daging,wortel,bayam,kacang,santan minyak.beri 3x/hari dan
makanan selingan 2x/hari.
> 2 tahun
: makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi,lauk pauk,sayur dan
buah,makanan selingan 2x/hari.
Jika anak diare,beri ASI lebih sering dan lebih lama.jangan diberi susu kental.
II.Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama anak sakit
Untuk setiap anak sakit:
Beri ASI lebih sering dan lebih lama
Tingkatkan pemberian cairan ex:beri kuah sayur dan air putih
Untuk anak diare :
Diberi cairan tambahan terapi A dan B sesuai pengobatan
Untuk anak mungkin DBD :

Cairan tambahan sangat penting ex: oralit

III.Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan


Nasehati ibu untuk kunjungan ulang sesuai waktu paling awal untuk permasalahan anaknya.
Anak dengan :
Pnemonemia

Kunjungan ulang:

Disentri
Malaria
Demam

2 hari

Campak
Dbd
Diare
Infeksi telinga
Masalah pemberian makan

5 hari

Penyakit lain jika tidak ada perubahan


Anemia
BB menurut umur sangat rendah

4 minggu
4 minggu

kunjungan berikutnya :
nasehati ibu bila ditemukan tanda-tanda pada anak seperti :
Setiap anak sakit

Tidak mau minum/menetek,bertambah parah dan

Anak batuk,bukan pnemonia


Anak diare
mungkin dbd/demam

timbul demam.
Nafas cepat dan sukar bernafas
Bab campur darah,malas minum
Ada tanda2 perdarahan,ujung extermitas
dgn,nyeri ulu hati/gelisah dan sering muntah.

IV.Menasehati ibu ttg kes dirinya


Nasehati ibu untuk makan dengan baik untuk menjaga kekuatan dan kesehatan dirinya
Periksa status imunisasi ibu,k/p beri imunisasi TT
Pastikan bahwa ibu memperoleh imunisasi dan pelayanan terhadap: program KB,konseling
PMS dan pencegahan
Anjurka ibu untuk deteksi dini

E.MASALAH DAN PEMECAHAN


Bayi rewel

Ini terkait dgn pemberian ASI,periksa popok,gendong

Bayi tdk tidur

bayi,mungkin perlu perhatian.


Tidurkan bayi disamping ibu dan sering diberi ASI,jangan beri

sepanjang malam

makanan lain

Bayi menolak

Mgkn bayi bingung puting,beri ASI,beri perhatian dan kasih

menetek
Bayi BBLR
Bayi ikterik
ASI tdk cukup
ibu mengatakan ASI

sayang.
Beri ASI sesering mungkin
Meneteki segera setelah lahir,ASI sesering mungkin
Semakin sering meneteki semakin banyak produksi ASI
Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI,teteki bayi

tdk keluar
ibu mengeluh puting

sesering mungkin.
Beri paracetamol 1 tablet tiap 4-6jam,tetap beri ASI pada

terasa sakit
Ibu mengeluh

bayi.perbaiki posisi dan perlekatan saat memberi ASI


Usaha meneteki bayi sampai payudara kosong,kompres payudara

payudara penuh
Mastitis dan abses

dgn air hangat dan teteki bayi segera mungkin


Beri antibiotik,beri obat penghilang rasa sakit,kompres

Ibu sakit dan tdk

hangat,tetap beri ASI.jika abses hentikan ASI dulu


Teteki bayi dulu baru ibu minum obat

mau meneteki
Ibu bekerja

Teteki bayi pada pagi hari,pada waktu pulang kerumah dan lebih
sering pada malam hari.

Anda mungkin juga menyukai