Materi KKD
Materi KKD
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar 3 kali
atau lebih dalam satu hari dan tinja atau feses yang keluar berupa cairan encer
atau sedikit berampas, kadang juga disertai darah atau lendir. Penyebab diare
ternyata bermacam-macam. Yaitu ada diare psikogenik dan diare emosional yaitu
diare akibat ketegangan saraf atau bahasa lainnya diare karena grogi atau stress.
Ada juga diare yang disebabkan oleh virus atau bakteri, Biasanya diare jenis ini
yang sering menyerang pada kita-kita dan anak kecil. Infeksi ini menyerang
saluran
pencernaan
pada
ujung distal
illium dan
usus
besar.
Akibatnya mukosa teriritasi dan kecepatan untuk mencerna makanan menjadi
meningkat.
Ada juga diare yang khusus yaitu diare yang disebabkan oleh kuman tertentu:
1. Diare pada amoebiasis oleh disentri amoeba.
Diare ini disebabkan oleh infeksi entamuba histolitika di dalam usus besar.
Infeksi dapat menyebabkan ulserasi atau perlukaan pada dinding kolon.
Ciri-ciri terkena diare ini adalah diare 20 kali atau bahkan lebih dalam sehari,
tinja berbau disertai darah dan lendir, mengeluh nyeri perut dan lemah ,
menyebabkan berat badan menurun.
Bila diare tidak ditangani dengan cepat dapat menyebakan panas yang tinggi dan
disertai nyeri perut yang menyeluruh dan kejang.
2. Diare pada shigellosis oleh disentri basiler.
Diare ini di sebabkan oleh bakteri shigella dysentriae yang menembus dan
berkembang di dalam usus.
Ciri-cirinya bila nyeri pada perut bagian bawah, panas tinggi, menggigil, hilang
nafsu makan, malas, sakit kepala dan lemah. Tinja bercampur dengan darah dan
lendir
1.2
RUMUSAN MASALAH
Memecahkan serta menjelaskan penyakit yang terdapat pada kasus II
1.3
TUJUAN
Mengetahui penjelesan tentang penyakit yang ada pada kasus II
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KASUS
Anak D (9th) sudah dirawat di RS selama 2 hari karena mengalami diare, anak
D terlihat lemah, berat badannya turun 1 kg setelah diare, mata terlihat cekung,
hiperventilasi, tekanan darah menurun, turgor kulitnya menurun dan terjadi
oliguri. Dokter mengatakan bahwa oliguri terjadi karena anak D mengalami
penurunan volume cairan ekstraseluler sehingga anti direutic hormon (ADH)
DAN
ASAM-BASA
asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta pengaturan komponenkomponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan, salah satunya karena penyakit. Oleh karena itu
asuhan keperawatan untuk beragam klien meliputi pngkajian dan perbaikan
ketidakseimbangan atau upaya mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit,
dan
2.6
asam-basa.
KESEIMBANGAN
CAIRAN
DAN
ELEKTROLIT
Distribusi cairan tubuh yaitu cairan tubuh yang didistribusikan dalam dua
kompartemen yang berbeda, yakni: cairan ekstrasel (CES) dan cairan intrasel
(CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstisial dan cairan intravaskular.
Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh
dan menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tuhuh. Sekitar 15% berat tubuh
merupakan cairan interstisial. Cairan intravaskular terdiri dari plasma, bagian
cairan limfe yang mengandung air dan tidak berwarna, dan darah yang
mengandung suspensi leukosit, eritrosit dan trombosit. Plasma menyusun 5%
berat tubuh. Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi
substansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan
elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh.
Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solut (zat terlarut) yang sama
dengan cairan yang berada di ruangan ekstrasel. Namun, proporsi substansisubstansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium llebih besar di dalam cairan
intrasel daripada dalam cairan ekstrasel.
Komposisi cairan yang bersirkulasi di seluruh tubuh didalam ruanagn cairan
intrasel dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit
merupakan sebuah unsur atau senyawa yang jika melebur atau larut didalam air
atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan
listrik.konsentrasi setiap elektrolit didalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda.
Namun, jumlah total anion dan kation didalam setiap kompartemen cairan harus
sama. Elektrolit umumnya diukur dalam millieukuivalen perliter (mEq/L), yang
digunakan untuk mengukur aktivitas kimiawi yang mencerminkan jumlah kation
atau anion yang akan bereaksi terhadap kation atau anion lain yang diberikan,
menurut (Weldy, 1992). Mineral yang dicerna sebagai senyawa, biasanya dikenal
dengan nama logam, non-logam, radikal atau fosfat, bukan dengan nama senyawa,
4
mentranspor urine ke pelvis renalis. Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis
renalis sebagai rute keluar pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur
tubular yang memiliki panjang 25 sampai 30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada
orang dewasa. Ureter membentang pada posisi retropereitoneum untuk memasuki
kandung
kemih
didalam
rongga
panggul
(pelvis)
pada
sambungan
ureterovesikalis. Urine yang keluar dari ureter kekandung kemih umumnya steril.
Dinding ureter dibentuk dari tiga lapisan jaringan. Lapisan bagian dalam
merupakan membran mukosa yang berlanjut sampai lapisan pelvis renalis dan
kandung kemih. Lapisan tengah terdiri dari serabut otot polos yang mentranspor
urine melalui ureter dengan gerakan peristaltis yang distimulasi oleh distensi urine
dikandung kemih. Lapisan luar ureter adalah jaringan penyambung fibrosa yang
menyokong ureter.
3. Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan
tersusun atas jaringan otot serta merupakan wadah tempat urine dan merupakan
organ ekskresi. Apabila kosong, kandung kemih berada didalam rongga panggul
dibelakang simfisis pubis. Kandung kemih berubah saat ia terisi dengan urine.
Dinding kandung kemih dapat mengenbang dan kandung kemih dapat
menampung sekitar 600 ml urine, walaupun pengeluaran urine normal sekitar 300
ml. Dalam keadaan penuh, kandung kemih membesar dan membentang sampai
keatas simfisis pubis. Kandung kemih yang mengalami distensi maksimal dapat
mencapai umbilikus. Trigonum merupakan dasar kandung kemih. Sebuah lubang
terdapat pada setiap sudut segitiga. Dua lubang untuk ureter serta satu lubang
untuk uretra. Dinding kandung kemih memiliki empat lapisan yaitu lapisan
mukosa didalam, sebuah lapisan submukosa pada jaringan penyambung, sebuah
lapisan otot dan sebuah lapisan serosa dibagian luar. Lapisan otot memiliki
berkas-berkas serabut otot yang membentuk otot detrusor. Serabut saraf
parasimpatis menstimulasi otot detrusor selama proses perkemihan. Sfingter
uretra interna yang tersusun atas kumpulan otot yang berbentuk seperti cincin,
berada pada dasar kandung kemih tempat sfingter tersebut bergabung dengan
uretra. Sfingter mencegah urine keluar dari kandung kemih dan berada dibawah
kontrol volunter (kontrol otot yang disadari).
4. Uretra keluar dari kandung kemih melalui ureter dan keluar dari tubuh melalui
meatus uretra. Dalam kondisi normal, airan urine yang mengalami turbulansi
membuat urine bebas dari bakteri. Membran mukosa melapisi uretra, dan kelenjar
uretra mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir dianggap bersifat
bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya bakteri.
Lapisan
otot
polos
yang
tebal
mengelilingi
uretra.
saluran
pencernaan
karena
diare,
ileostomi
atau
kolostomi.
lendir yang banyak ; mual dan muntah juga bisa terjadi. Pada diare
persisten,secara umum bisa terjadi perluasan iritasi pada daerah anus ke daerah
perineum dan bokong. Fatique, kelemahan, malaise dan berat badan yang
berkuran gmerupakan dampak dari diare yang berkepanjangan.
Ketika penyebab diare adalah iritasi pada saluran intestinal, diare diperkirakan
sebagai mekanisme pembilasan sebagai perlindungan. Itu bisa menyebabkan
hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh, bagaimanapun, itu bisa berkembang
menjadi sesuatu yang menakutkan dalam waktu yang singkat, terutama pada bayi
dan anak kecil.
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
fesesdan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Refleks dalam
Proses Defekasi , Refleks Defekasi Intrinsik Berawal dari feses yang masuk
rektum sehingga terjadi distensi rektum, yang kemudianmenyebabkan rangsangan
pada fleksus mesenterika dan terjadilah gerakan perilstaltik. Feses toba di anus,
secara sistematis spingter interna relaksasi maka terjadilah defekasiRefleks
Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian
diteruskanke spinal cord.Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon
desenden, sigmoid dan rektum yangmenyebabkan intensifnya peristaltik, relaksasi
spinter internal, maka terjadilah defekasi.Dorongan feses juga
dipengaruhi oleh :
10
BAB III
KESIMPULAN
Bahwa pada anak D terjadi diare yang disebabkan karena kekurangan cairan,
asupan gizi serta larutan elektrolit yang ada dalam tubuhnya. Sehingga anak
tersebut mengalami kondisi badan yang lemah, berat badannya turun 1 kg setelah
diare, mata terlihat cekung, hiperventilasi, tekanan darah menurun, turgor kulitnya
menurun dan terjadi oliguri.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://id.istanto.net/2010/08/16/penyebab-diare-dan-penanganan-diare/
12