Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar 3 kali
atau lebih dalam satu hari dan tinja atau feses yang keluar berupa cairan encer
atau sedikit berampas, kadang juga disertai darah atau lendir. Penyebab diare
ternyata bermacam-macam. Yaitu ada diare psikogenik dan diare emosional yaitu
diare akibat ketegangan saraf atau bahasa lainnya diare karena grogi atau stress.
Ada juga diare yang disebabkan oleh virus atau bakteri, Biasanya diare jenis ini
yang sering menyerang pada kita-kita dan anak kecil. Infeksi ini menyerang
saluran
pencernaan
pada
ujung distal
illium dan
usus
besar.
Akibatnya mukosa teriritasi dan kecepatan untuk mencerna makanan menjadi
meningkat.
Ada juga diare yang khusus yaitu diare yang disebabkan oleh kuman tertentu:
1. Diare pada amoebiasis oleh disentri amoeba.
Diare ini disebabkan oleh infeksi entamuba histolitika di dalam usus besar.
Infeksi dapat menyebabkan ulserasi atau perlukaan pada dinding kolon.
Ciri-ciri terkena diare ini adalah diare 20 kali atau bahkan lebih dalam sehari,
tinja berbau disertai darah dan lendir, mengeluh nyeri perut dan lemah ,
menyebabkan berat badan menurun.
Bila diare tidak ditangani dengan cepat dapat menyebakan panas yang tinggi dan
disertai nyeri perut yang menyeluruh dan kejang.
2. Diare pada shigellosis oleh disentri basiler.
Diare ini di sebabkan oleh bakteri shigella dysentriae yang menembus dan
berkembang di dalam usus.
Ciri-cirinya bila nyeri pada perut bagian bawah, panas tinggi, menggigil, hilang
nafsu makan, malas, sakit kepala dan lemah. Tinja bercampur dengan darah dan
lendir

3. Diare pada kolera.


Diare ini disebabkan oleh toksin kolera yang menyerang sekresi elektrolit dan
air.
Ciri-cirinya ada watery diarrhea yaitu tinja yang mengeluarkan lebih banyak
air dari pada ampas. Tidak ada nyeri namun muntah tanpa mual, dapat
menyebabkan dehidrasi dalam waktu singkat dan syok hipovolemik.

1.2

RUMUSAN MASALAH
Memecahkan serta menjelaskan penyakit yang terdapat pada kasus II

1.3

TUJUAN
Mengetahui penjelesan tentang penyakit yang ada pada kasus II

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KASUS
Anak D (9th) sudah dirawat di RS selama 2 hari karena mengalami diare, anak
D terlihat lemah, berat badannya turun 1 kg setelah diare, mata terlihat cekung,
hiperventilasi, tekanan darah menurun, turgor kulitnya menurun dan terjadi
oliguri. Dokter mengatakan bahwa oliguri terjadi karena anak D mengalami
penurunan volume cairan ekstraseluler sehingga anti direutic hormon (ADH)

didalam tubuhnya meningkat. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa


anak D mengalami hiperkalemia dan hiponatremia. Hasil interpretasi analisa gas
darahnya (AGD) dinyatakan bahwa anak D mengalami asidosis metabolic.
2.2 ISTILAH
1. Diare : adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar 3 kali atau
lebih dalam satu hari dan tinja atau feses yang keluar berupa cairan
encer atau sedikit berampas, kadang juga disertai darah atau lendir.
2. Hiperventilasi : adalah pernafasan cepat dan dalam.
3. Turgor : adalah kelenturan kulit.
4. Oligouri : produksi urine sedikit.
5. Cairan ekstrasel : cairan yang ada di dalam pembuluh darah (intravaskular).
6. ADH : hormon yang menyebabkan urin yangg diproduksi lebih pekat, dan
volumenya lebih sedikit.
7. Hiperkalemia : peningkatan kadar kalium dalam darah.
8. Hiponatremi : penurunan kadar natrium dalam darah.
9. Asidosis metabolic : adalah keasaman darah yang berlebihan.

2.3 ANALISIS MASALAH


1. Lemas : penyebabnya terlalu banyak kekurangan cairan pada saat
diare.
2. Berat badan turun : karena kurangnya asupan gizi yang dapat
dicerna oleh tubuh karena ikut terbuang saat diare.
3. Diare : karena peningkatan sekresi air dan elektrolit ke lumen usus.
4. Mata terlihat cekung : karena kehilangan cairan dan elektrolit yang
berlebihan.
5. Turgor : karena dehidrasi.
2.4 DEFINISI
Diare yaitu buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair,
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau
200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 kali per/hari. Buang air besar encer atau cair dapat atau tanpa
disertai lender dan darah (Donowitz, 1995).
2.5 KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT

DAN

ASAM-BASA

Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan,


elektrolit dan asam-basa di dalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh
3

asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta pengaturan komponenkomponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan, salah satunya karena penyakit. Oleh karena itu
asuhan keperawatan untuk beragam klien meliputi pngkajian dan perbaikan
ketidakseimbangan atau upaya mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit,
dan
2.6

asam-basa.
KESEIMBANGAN

CAIRAN

DAN

ELEKTROLIT

Distribusi cairan tubuh yaitu cairan tubuh yang didistribusikan dalam dua
kompartemen yang berbeda, yakni: cairan ekstrasel (CES) dan cairan intrasel
(CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstisial dan cairan intravaskular.
Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh
dan menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tuhuh. Sekitar 15% berat tubuh
merupakan cairan interstisial. Cairan intravaskular terdiri dari plasma, bagian
cairan limfe yang mengandung air dan tidak berwarna, dan darah yang
mengandung suspensi leukosit, eritrosit dan trombosit. Plasma menyusun 5%
berat tubuh. Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi
substansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan
elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh.
Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solut (zat terlarut) yang sama
dengan cairan yang berada di ruangan ekstrasel. Namun, proporsi substansisubstansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium llebih besar di dalam cairan
intrasel daripada dalam cairan ekstrasel.
Komposisi cairan yang bersirkulasi di seluruh tubuh didalam ruanagn cairan
intrasel dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit
merupakan sebuah unsur atau senyawa yang jika melebur atau larut didalam air
atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan
listrik.konsentrasi setiap elektrolit didalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda.
Namun, jumlah total anion dan kation didalam setiap kompartemen cairan harus
sama. Elektrolit umumnya diukur dalam millieukuivalen perliter (mEq/L), yang
digunakan untuk mengukur aktivitas kimiawi yang mencerminkan jumlah kation
atau anion yang akan bereaksi terhadap kation atau anion lain yang diberikan,
menurut (Weldy, 1992). Mineral yang dicerna sebagai senyawa, biasanya dikenal
dengan nama logam, non-logam, radikal atau fosfat, bukan dengan nama senyawa,
4

yang mana mineral tersebut menjadi bagian didalamnya. Mineral merupakan


unsur semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam mempertahankan
proses fisiologis. Mineral juga mengatur krseimbangan elektrolit dan produksi
hormon serta menguatkan struktur tulang. Contoh mineral adalah zat besi dan
zink. Sel merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh sel
yang berada didalam cairan tubuh adalah sel darah merah dan sel darah putih.
Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya
untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi didalam tubuh, seperti oksigenasi
jaringan, respons terhadap penyakit, keseimbangan asam-basa dan respons
terhadap terapi obat.
2.7 ELIMINASI URINE
Pembuangan urin merupakan suatu fungsi dasar yang sering dianggap
enteng oleh kebanyakan orang. Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi
dengan baik, sebenarnya semua sistem organ pada akhirnya akan terpengaruh.
Fisiologi Eliminasi Urine tergantung kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk urine.
Ureter mentranspor urine dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih
menyimpan urine sampai timbul keinginan untuk berkemih. Urine keluar dari
tubuh melalui uretra. Semua organ sistem perkemihan harus utuh dan berfungsi
supaya urine berhasil dikeluarkan dengan baik.
1. Ginjal merupakan sepasang organ yang berbentuk seperti kacang buncis,
berwarna coklat aga kemerahan, yang terdapat dikedua sisi kolumna vertebrai
posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam.
Ginjal terbentang dari vertebra torakalis kedua belas sampai vertebra lumbalis
ketiga. Dalam kondisi normal ginjal kiri lebih tinggi 1,5 sampai 2 cm dari ginjal
kanan karena posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara khas berukuran 12 cm x 7
cm dan memiliki berat 120 sampai 150 gram. Sebuah kelenjar adrenal terletak
dikutub superior setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan secara langsung dengan
proses eliminasi urine.setiap ginjal dilapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan
dikelilingi oleh lapisan lemak.
2. Ureter meninggalkan tubulus dan memasuki duktus pengumpul yang akan
5

mentranspor urine ke pelvis renalis. Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis
renalis sebagai rute keluar pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur
tubular yang memiliki panjang 25 sampai 30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada
orang dewasa. Ureter membentang pada posisi retropereitoneum untuk memasuki
kandung

kemih

didalam

rongga

panggul

(pelvis)

pada

sambungan

ureterovesikalis. Urine yang keluar dari ureter kekandung kemih umumnya steril.
Dinding ureter dibentuk dari tiga lapisan jaringan. Lapisan bagian dalam
merupakan membran mukosa yang berlanjut sampai lapisan pelvis renalis dan
kandung kemih. Lapisan tengah terdiri dari serabut otot polos yang mentranspor
urine melalui ureter dengan gerakan peristaltis yang distimulasi oleh distensi urine
dikandung kemih. Lapisan luar ureter adalah jaringan penyambung fibrosa yang
menyokong ureter.
3. Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan
tersusun atas jaringan otot serta merupakan wadah tempat urine dan merupakan
organ ekskresi. Apabila kosong, kandung kemih berada didalam rongga panggul
dibelakang simfisis pubis. Kandung kemih berubah saat ia terisi dengan urine.
Dinding kandung kemih dapat mengenbang dan kandung kemih dapat
menampung sekitar 600 ml urine, walaupun pengeluaran urine normal sekitar 300
ml. Dalam keadaan penuh, kandung kemih membesar dan membentang sampai
keatas simfisis pubis. Kandung kemih yang mengalami distensi maksimal dapat
mencapai umbilikus. Trigonum merupakan dasar kandung kemih. Sebuah lubang
terdapat pada setiap sudut segitiga. Dua lubang untuk ureter serta satu lubang
untuk uretra. Dinding kandung kemih memiliki empat lapisan yaitu lapisan
mukosa didalam, sebuah lapisan submukosa pada jaringan penyambung, sebuah
lapisan otot dan sebuah lapisan serosa dibagian luar. Lapisan otot memiliki
berkas-berkas serabut otot yang membentuk otot detrusor. Serabut saraf
parasimpatis menstimulasi otot detrusor selama proses perkemihan. Sfingter
uretra interna yang tersusun atas kumpulan otot yang berbentuk seperti cincin,
berada pada dasar kandung kemih tempat sfingter tersebut bergabung dengan
uretra. Sfingter mencegah urine keluar dari kandung kemih dan berada dibawah
kontrol volunter (kontrol otot yang disadari).

4. Uretra keluar dari kandung kemih melalui ureter dan keluar dari tubuh melalui
meatus uretra. Dalam kondisi normal, airan urine yang mengalami turbulansi
membuat urine bebas dari bakteri. Membran mukosa melapisi uretra, dan kelenjar
uretra mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir dianggap bersifat
bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya bakteri.
Lapisan

otot

polos

yang

tebal

mengelilingi

uretra.

Hiperventilasi adalah keadaan nafas yang berlebihan akibat kecemasan yang


mungkin disertai dengan histeria atau serangna panik. Atau terlalu banyaknya
udara yang masuk kedalam tubuh dan mengakibatkan sesak nafas. Penyebab dan
mekanisme biasanya disebabkan oleh tekanan psikis atau stres psikis misalnya
histeria, takut yang berlebihan, sedih yang berlebihan atau marah. Nafas yang
berlebihan menyebabkan perubahan kimiawi darah yaitu meningkatkan level pH
menjadi alkalis. Jika cemas berkurang dan nafas kembali normal, maka
hiperventilasi akan mereda.
Cara Mengenalinya yaitu tanda pasti, terlihat bernafas cepat dengan tarikan nafas
yang dalam, mungkin ada kecemasaan, sakit kepala, perilaku mencari perhatian
(misalnya berteriak-teriak), kram pada tangan dan kaki, tangan terasa kaku,
kesemutan, bergetar, jari-jari tangan menguncup dan lentik, biasanya tidak bisa
digerakan. Dan penanganannya yaitu tujuan penanganan mengurangi tekanan
psikis yang dialami penderita, mengembalikan pH darah menjadi normal.
Langkah penanganan bernafas dengan kantong kertas, tenangkan korban dengan
berbicara dengan lembut, dengarkan jika penderita menceritakan misalnya ajak
penderita ketempat sepi, temani maksimal 2 orang saja. Jika timbul kram atau jarijari yang menguncup, maka usahakan penderita bernafas dengan kantong kertas
(untuk meningkatkan kadar CO2 sehingga pH darah menjadi normal), sarankan
untuk menemui dokter.
Hiperkalemia yaitu kadar kalsium darah yang tinggi. Atau suatu keadaan dimana
konsentrasi kalsium darah < 5 mEq/L darah. Penyebab hiperkalemia biasanya
terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalsium dengan baik. Mungkin penyebab
paling sering sering dari hiperkalemia adalah penggunaan obat yang menghalangi
pembuangan kalsium oleh ginjal, seperti triamterene, spironolactone dan ACE
inhibitor. Hiperkalemia juga dapat disebabkan oleh penyakit addison, dimana

kelenjar adrenal tidak dapat menghailkan hormon yang merangsang pembuangan


kalsium oleh ginjal dalam jumlah cukup. Pengobatannya yaitu harus segera
dilakukan jika kalsium meningkat diatas 5 mEq/L pada seorang pasien dengan
fungsi ginjal yang buruk atau diatas 6 mEq/L pada seeorang dengan fungsi yang
normal. Jika diperlukan pengobatan segera, diberikan larutan intravena yang
terdiri dari kalsium, glukosa atau insulin. Hiponatremia yaitu kadar natrium darah
yang rendah atau konsentrasi natrium yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah.
Penyebabnya konsentraai natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan
oleh terlalu banyaknya air dalam tubuh. Pengenceran natrium bisa terjadi pada
orang yang minum air dalam jumlah yang sangat banyak dan pada penderita yang
dirawat di rumah sakit, yang menerima sejumlah besar cairan intravena.
Hiponatremia juga sering tejadi pada penderitaan gagal jantung dan sirosis hati,
dimana volume darah meningkat. Pengobatannya hiponatremia berat merupakan
keadaan darurat yang memerlukan pengobatan segera. Cairan intravena diberikan
untuk meningkatkan konsentrasi natrium darah secara perlahan. Kenaikan
konsentrasi yang terlalu cepat bisa mengakibatkan kerusakan otak yang menetap.
Asupan cairan diawasi dibatasi dan penyebab hiponatremia diatas.
Oliguri yaitu kencing dalam jumlah sedikit. Asidosis metabolic yaitu keasaaman
darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam
darah. Penyebabnya yaitu asidosis metabolic dapat dikelompokan dalam 3
bagian : jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengonsumsi suatu asam
atau suatu bahan yang diubah menjadi asam, overdosis aspirin dapat
menyebabkan asidosis metabolic, asam yang berlebihan juga daat ditemukan pada
shock stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
Penyebab utama dari asidosis metabolic adalah Gagal ginjal.
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Asidosis laktat (bertambahnya asam latat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat)
melalui

saluran

pencernaan

karena

diare,

ileostomi

atau

kolostomi.

Pengobatannya yaitu tergantung kepada penyebabnya. Asidosis betabolic juga


bisa diberikan obat secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan
hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi

asidosis berat diberikan bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi bikarbonat


hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

2.5 ELIMINASI FEKAL


Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa
bowel (feses). Pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar dan
karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden
kanker kolorektal (Robinson & Weigley, 1989). Defekasi adalah pengeluaran
feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi
defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2
atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf
sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan
untuk defekasi. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk
fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah
pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung
pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing
orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara
kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai
dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik
untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal ; lingkungan rumah bisa
menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan
kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien,
perawata harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur
merupakan aspek penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat
menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan system tubuh lainnya.
Pada diare pengeluaran feses yang cair dan meningkatnya frekuensi dari proses
defekasi. Ini adalah lawan dari konstipasi dan dampak dari cepatnya perjalanan
feses melalui usus besar. Cepatnya perjalanan chyme mengurangi waktu untuk
usus besar mereabsorbsi air dan elektrolit. Sebagian orang mengeluarkan kotoran
dengan frekuensi yang meningkat, tetapi bukan diare, dikatakan diare jika kotoran
tidak berbentuk dan cair sekali. Pada orang dengan diare dijumpai kesulitan dan
ketidakmungkinan untuk mengontrol keinginan defekasi dalam waktu yang lama.
Diare dengan ancaman tidak terkontrolnya buang air besar merupakan sumber
dari perhatian dan rasa malu. Sering, spasmodik dan kram abdomen yang sangat
sakit berhubungan dengan diare. Kadang-kadang klien mengeluarkan darah dan
9

lendir yang banyak ; mual dan muntah juga bisa terjadi. Pada diare
persisten,secara umum bisa terjadi perluasan iritasi pada daerah anus ke daerah
perineum dan bokong. Fatique, kelemahan, malaise dan berat badan yang
berkuran gmerupakan dampak dari diare yang berkepanjangan.
Ketika penyebab diare adalah iritasi pada saluran intestinal, diare diperkirakan
sebagai mekanisme pembilasan sebagai perlindungan. Itu bisa menyebabkan
hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh, bagaimanapun, itu bisa berkembang
menjadi sesuatu yang menakutkan dalam waktu yang singkat, terutama pada bayi
dan anak kecil.
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
fesesdan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Refleks dalam
Proses Defekasi , Refleks Defekasi Intrinsik Berawal dari feses yang masuk
rektum sehingga terjadi distensi rektum, yang kemudianmenyebabkan rangsangan
pada fleksus mesenterika dan terjadilah gerakan perilstaltik. Feses toba di anus,
secara sistematis spingter interna relaksasi maka terjadilah defekasiRefleks
Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian
diteruskanke spinal cord.Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon
desenden, sigmoid dan rektum yangmenyebabkan intensifnya peristaltik, relaksasi
spinter internal, maka terjadilah defekasi.Dorongan feses juga

dipengaruhi oleh :

10

Kontraksi otot abdomenTekanan diafragmaKontraksi otot elevator Defekasi


dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok.Gas yang dihasilkan
dalam proses pencernaan normalnya 7 10 liter/24jam. Jenis gas yang
terbanyak adalah CO2, Metana, H2S, O2 dan Nitrogen. Terdiri atas 75% air
dan 25% materi padat.Feses normal berwarna coklat karena pengaruh
sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri.

BAB III
KESIMPULAN

Bahwa pada anak D terjadi diare yang disebabkan karena kekurangan cairan,
asupan gizi serta larutan elektrolit yang ada dalam tubuhnya. Sehingga anak
tersebut mengalami kondisi badan yang lemah, berat badannya turun 1 kg setelah
diare, mata terlihat cekung, hiperventilasi, tekanan darah menurun, turgor kulitnya
menurun dan terjadi oliguri.

11

DAFTAR PUSTAKA
http://id.istanto.net/2010/08/16/penyebab-diare-dan-penanganan-diare/

Potter Patricia A. , Perry Anne Griffin, 1997, Fundamental Keperawatan, EGC,


Jakarta
http://id.answers.yahoo.com/question/index?
qid=20101104071337AA6UYn3
http://akhlisnurse.blogspot.com/2011/02/askep-diare.html

12

Anda mungkin juga menyukai