Anda di halaman 1dari 2

Setiap orang pasti pernah merasakan kehilangan, baik disengaja maupun yang

tidak disengaja. Kehilangan sesuatu memang sangat menyedihkan, apalagi sesuatu


yang menurut kita berharga dan selalu kita jaga dan kita bawa kemana mana. Ada
rasa sesal dan kecewa yang menyesak dalam dada. Rasanya kita rela melakukan
apa saja demi sesuatu yang hilang dari genggaman kita supaya bisa kembali lagi .
Belum lama ini saya ditemani dua orang teman ( tetangga ) melihat konser musik
yang rata-rata guest yang memenuhi vamplet adalah band indie, namun ada satu
bintang tamu yang sedang naik daun, penyanyi itu berbadan gempal seperti gajah,
bersuara merdu liriknya mudah diingat, beraliran jazz, namun masa kecilnya suram
karena sering di bully oleh teman sebayanya. Ya benar dia adalah Tulus. Kami
berangkat pukul 11.00 WIB dan sampai di tempat pukul 13.30 WIB, acara pun sudah
dimulai sejak keberangkatan kami dari rumah. Break maghrib pun tiba dan semua
orang bubar untuk sekedar makan, istirahat, pacaran, belanja merchandise dari
brand ternama dan Shalat. Ya, Shalat. Entah kami lupa atau disengaja solat dzuhur
dan ashar pun kami tinggalkan dengan enjoy seperti tanpa ada beban. Di sela break
maghrib saya pergi ke toilet untuk membuang air yang sudah memenuhi kandung
kemih sejak dua jam tadi. Kalo kehilangan yang satu ini saya rela walopun harus
menukarkan uang dua ribu rupiah saya ketika sekembalinya dari dalam toilet untuk
dimasukan kedalam kotak, yang mirip sama kotak amal yang ada di mesjid mesjid,
namun bedanya disini dijaga sama abang abang yang senantiasa ikhlas dan rela
buat ngasih uang kembalian. Musholla memang sudah terpampang nyata namun
sialnya tidak ada air untuk berwudhu, satu satu nya akses air ya di toilet tadi
namun saya tidak mengikuti hati kecil saya untuk hanya sekedar mengambil air
wudhu dan kembali mengeluarkan uang dua ribu rupiah. Saya berfikiran zuhur
ashar aja tadi ga dilaksanain, nanggung sekalian aja dosanya sama ga solat
maghrib.
Kami kembali melanjutkan tontonan, masih banyak penampil yang akan menghibur
salah satunya si Tulus. Tapi yang saya tunggu tunggu bukanlah si penyanyi
berbadan gemuk itu tapi band poppunk asal Jakarta pee gee wee gee, eh
maksudnya pee wee gaskins. Sebelum penampilan si Tulus, band death core asal
Bandung Revenge The Fate terlebih dahulu mengguncang stage. Disitulah awal
kejadian dari cerita ini. Handphone salah satu teman saya tiba tiba tidak ada dalam
tas yang saya gendong didepan, seperti orang yang mau naik krl. Dengan
keamanan yang sangat rapi, saya yakin tidak akan ada orang yang bisa
menerobosnya. Tapi penampilan RTF membuat penonton jadi hilang kendali, dorong
doronganpun tak terelakan. Situasi seperti ini yang ditunggu tunggu si tangan
panjang, si otak sweeper. Dalam hitungan detik Dia bisa merangsak Hp dalam tas
yang saya gendong didepan. Setelah RTF turun dari panggung saya hanya bisa
meminta maaf pada si pemilik Hp. Suasana menjadi hening, kami bertiga bungkam
dan hanya bisa memandangi sepasang kekasih yang tidak canggung bermesraan di
muka umum sambil merekam aksi panggung si Tulus.

Dari break magrib memang serasa ada yang mengganjal baik pikiran maupun
perasaan. Seperti ada keraguan dalam setiap langkah kaki dan setiap hembusan
nafas. Ya kehilangan. Disebut kehilangan karena memang peristiwa ini tidak
disengaja, tapi bagaimana dengan hilang yang disengaja. Ya kami melupakan atau
pantas disebut sengaja menghilangkan ibadah solat, yang mana wajib kami
laksanakan bagi kami yang ber-KTP islam. Saya bertanggung jawab atas kehilangan
Handphone teman saya karena saya yang diamanatkan untuk menjaganya. Tapi
saya juga bertanggungjawab atas diri saya sendiri sepenuhnya untuk tetap bisa
melaksanakan kewajiban. Handphone atau benda apapun yang bersifat
keduniawian yang hilang bisa kita ganti dengan membeli yang baru atau KW,
meminjam, atau menyewa. Tapi bagaimana dengan solat. Mungkin kehilangan ini
sebuah peringatan supaya saya jangan sekali kali meninggalkan suatu kewajiban
atau mungkin harus banyak membagikan sebagian harta kepada yang berhak, dan
harus lebih mengingat Tuhan, tapi bukan Tuhan asal banyuwangi.

Anda mungkin juga menyukai