Paper Hipertensi
Paper Hipertensi
JURUSAN GIZI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL
2008
http://www.scribd.com/doc/11554397/Paper-Hipertensi?
secret_password=&autodown=doc
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi
dikenal
secara
luas
sebagai
penyakit
kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju.1 Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal
ginjal maupun penyakit serebrovaskular.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik
karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer.
Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti
jantung, otak ataupun ginjal.
Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka,
dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang
diinginkan dibawah 140/90 mmHg.3 Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan
kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya
menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih
besar.
2. Epidemiologi
Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya ( 50 juta jiwa) menderita
tekanan darah tinggi ( 140/90 mmHg); dengan persentase biaya kesehatan
cukup besar setiap tahunnya.3 Menurut National Health and Nutrition Examination
Survey (NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 19992000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang
menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun
1988-1991.
Lebih dari 60 juta rakyat Amerika mengalami tekanan darah tinggi,
termasuk lebih dari separuh (54,3%) dari seluruh masyarakat Amerika yang
berusia 64 hingga 74 tahun dan hampir tiga per empat (72,8%) dari seluruh orang
Amerika Afrika dalam kelompok usia yang sama.
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif.
Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya
umur. Risiko untuk menderita hipertensi pada populasi 55 tahun yang tadinya
tekanan darahnya normal adalah 90%.2 Kebanyakan pasien mempunyai tekanan
darah prehipertensi sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan
kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi pada umur diantara dekade ketiga dan
dekade kelima.
Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi
dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan
dibanding laki-laki yang menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur 60
tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65.4 %.
BAB II
PENGENALAN PENYAKIT
1. DEFINISI
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya Tekanan/Tegangan; Jadi,
Hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.)
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JIVC) sebagai tekanan yang
lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis
sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg,
dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi
hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari
140-159 mmHg
90-99 mmHg
160-179 mmHg
100-109 mmHg
180-209 mmHg
110-119 mmHg
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak
diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang
terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara:
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal
dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola)
untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah.
Sensitivitas Garam
Genetik (keturunan)
Homeostasis Renin
Umur
Resistansi Insulin
Obesitas
Tidur Apneu
2. Hipertensi Sekunder
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu.
Penyakit Ginjal:
Stenosis arteri renalis
Pielonefritis
Glomerulonefritis
Tumor-tumor ginjal
Penyakit
ginjal
polikista
(biasanya diturunkan)
Trauma pada ginjal (luka
yang mengenai ginjal)
Terapi
penyinaran
yang
mengenai ginjal
Kelainan Hormonal:
Hiperaldosteronisme
Sindroma Cushing (sekresi kortisol yang berlebihan)
Feokromositoma
Kokain
Kortikosteroid
Penyalahgunaan alkohol
Siklosporin
Eritropoietin
sangat besar)
Penyebab Lainnya:
Koartasio aorta
3. PATOFISIOLOGI
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara
potensial dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah:
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap
stress psikososial dll
Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
Asupan natrium (garam) berlebihan
Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
angiotensin II dan aldosteron
Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide
natriuretik
Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus
vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh
darah kecil di ginjal
Diabetes mellitus
Resistensi insulin
Obesitas
Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
Berubahnya transpor ion dalam sel
- sakit kepala
- gelisah
- kelelahan
- mual
- muntah
- sesak nafas
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan
ini
disebut
ensefalopati
hipertensif,
yang
memerlukan
penanganan segera.
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh
tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau
telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah
>180/120 mmHg.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan
darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit jam) untuk mencegah
kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema
paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau
hipertensi berat selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan
organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi
oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam s/d
beberapa hari.
5. KOMPLIKASI
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah
besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular
(stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina),
gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktorfaktor resiko kardiovaskular lain (tabel 3), maka akan meningkatkan mortalitas dan
morbiditas
akibat
gangguan
kardiovaskularnya
tersebut.
Menurut
Studi
Ginjal
Insufisiensi ginjal
OTAK
Jantung :
HIPERTENSI
Stroke
TIA
MATA
Retinopati
Pembuluh Darah :
Arteriosklerosis
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit jantung koroner
10
Hipertensi
Dislipidemia
Merokok
Diabetes , dll
11
PVD
Disfungsi diastolik
mati mendadak
Disfungsi sistolik
ventrikel kiri
Hipertrofi
ventrikel kiri
remodelling
STROKE
aterosklerosis
Disfungsi endotel
Gagal jantung
kongestif
Disfungsi endotel
Gagal jantung
tahap akhir
Hipertensi
Gagal ginjal
tahap akhir
Faktor risiko
KEMATIAN
Tekanan
glomerulus
Disfungsi mesangial
sitokin
Proteinuria
sklerosis & fibrosis
6. DIAGNOSIS
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5
menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi
diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran.
Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka
tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari
berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya
menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetepi juga digunakan untuk
menggolongkan beratnya hipertensi.
Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ
utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal.
RETINA
12
stadium
awal,
perubahan
tersebut
bisa
ditemukan
melalui
GINJAL
Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal bisa diketahui terutama melalui
pemeriksaan air kemih. Adanya sel darah dan albumin (sejenis protein) dalam air
kemih bisa merupakan petunjuk terjadinya kerusakan ginjal.
Pemeriksaan pada penderita usia muda bisa berupa rontgen dan
radioisotop ginjal, rontgen dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk
hormon tertentu. Untuk menemukan adanya kelainan ginjal, ditanyakan mengenai
riwayat kelainan ginjal sebelumnya.
Sebuah stetoskop ditempelkan diatas perut untuk mendengarkan adanya
bruit (suara yang terjadi karena darah mengalir melalui arteri yang menuju ke
ginjal, yang mengalami penyempitan). Dilakukan analisa air kemih dan rontgen
atau USG ginjal.
13
Pemeriksaan Lain
Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka di dalam air kemih bisa
ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan
norepinefrin. Biasanya hormon tersebut juga menyebabkan gejala sakit kepala,
kecemasan, palpitasi (jantung berdebar-debar), keringat yang berlebihan, tremor
(gemetar) dan pucat.
Mengukur kadar kalium dalam darah bisa membantu menemukan adanya
hiperaldosteronisme dan
Mengukur tekanan darah pada kedua lengan dan tungkai bisa membantu
menemukan adanya koartasio aorta.
BAB III
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan
gaya hidup.
Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan
hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan
darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.
14
Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah
adalah:
dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat
membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima
adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada
pasien yang gemuk dan obesitas disertai pembatasan pemasukan natrium dan
alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.
Aktifitas fisik juga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik
secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk
kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging,
berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan
darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat
badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga
mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target.
Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit
kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan
dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.
Modifikasi
Rekomendasi
Penurunan berat
badan
(BB)
Kira-kira penurunan
tekanan darah, range
5-20 mmHg/10-kg
penurunan BB
8-14 mm Hg1
2-8 mm Hg
15
4-9 mm Hg18
hari/minggu
Limit minum alkohol tidak lebih dari
Minum alkohol sedikit
saja
2-4 mm Hg
untuk perempuan
Singkatan: BMI, body mass index, BB, berat badan, DASH, Dietary Approach to
Stop Hypertension
* Berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan
Tabel Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi*
2. Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah
melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi
dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi
ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,
dan lansia.
Diuretik
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang
akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga
kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Diuretik sangat efektif pada:
16
17
Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang benar-benar berbeda.
Sangat efektif diberikan kepada:
- orang kulit hitam
- lanjut usia
- penderita angina pektoris (nyeri dada)
- denyut jantung yang cepat
- sakit kepala migren.
Vasodilator
Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari
golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat antihipertensi lainnya.
Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera.
Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar
diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah):
- diazoxide
- nitroglycerin
- nitroprusside
- labetalol.
ARB
Monitoring
monitor
Tambahan
18
Alpha-blocker
(Penyekat alfa)
Beta-blocker
(Penyekat beta)
Antagonis
kalsium
Kontraindikasi
Kehamilan, bilateral artery
stenosis, hiperkalemia
ARB
Efek samping
Batuk, angioedema,
hiperkalemia, hilang rasa, rash,
disfungsi renal
Angioedema (jarang),
19
stenosis, hiperkalemia
Hipotensi ortostatik, gagal
jantung, diabetes
Penyekat alfa
Penyekat beta
Antagonis kalsium
Agonis sentral
(metildopa,
klonidine)
Diuretik
Berinteraksi
dengan
Mekanisme
Digoksin
Hipokalemia
Obat-obat yang
menurunkan
kadar
kalium
ACEI, ARB,
siklosporin, garam
kalium
Hipokalemia
Tiazid
Hiperkalemia
Hiponatremia
Carbamazepin,
chlorpropamid
Efek
Digoksin menjadi
lebih toksik
Lemah otot,
aritmia jantung
Hiperkalemia yg
serius dapat
menyebabkan
cardiac arrest
Mual, muntah,
letargi, bingung,
dan kejang
20
Penyekat
beta
Diltiazem,
verapamil
Antidiabetik oral
Dobutamin
Adrenalin
Verapamil,
diltiazem
ACEI/ARB
Penyekat beta
Digoksin
Diuretik penahan
Kalium
NSAID
Klonidin
Efek negatif
inotropik
yang aditif
Blokade reseptor
beta-2
Antagonis
reseptor -1
-vasokonstriksi
oleh
adrenalin
Efek negatif
inotropik
yang aditif
Menghambat
ekskresi renal
digoksin
Ekskresi kalium
melalui ginjal
berkurang
Retensi Na dan
H 2O
Penyekat beta
Tidak diketahui
Antidepresan
trisiklik
Antagonisme
adrenoreseptor
-2 sentral
Bradikardia,
depresi
miokardial
Gejala
hipoglisemia
tertutupi
Efek inotropik dr
dobutamin
dihambat
Hipertensi dan
bradikardi
Bradikardia,
depresi
miokardial
Akumulasi
digoksin, efek
aritmogenik
Hiperkalemia
Efek
antihipertensi
berkurang
Fenomena
rebound bila
klonidin
dihentikan
Efek
antihipertensi
berkurang dan
fenomena
rebound bila
klonidin
dihentikan
PENATALAKSANAAN DIET
Tujuan Akhir
Menurunkan resiko
Meminimalkan kebutuhan akan obat untuk mengontrol tekanan darah
Mencapai dan menjaga status gizi baik
21
Tujuan Diet
Menurunkan tekanan darah (diastole) 90 mmHg
Menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
Mencapai dan menjaga BB dengan IMT 18.5 25
Syarat Diet
Menerapkan Diet Garam Rendah, yaitu sebagai berikut:
Cukup energi, protein, mineral dan vitamin
Komsumsi karbohidrat kompleks
Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
Jumlah konsumsi natrium disesuaikan dengan berat tidaknya hipetensi
Hindari bahan makanan yang tinggi natrium
Konsumsi bahan makanan yang mengandung tinggi kalium, tinggi serat
Jenis Diet
Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi berat.
Tidak ditambahkan garam dapur dalam pengolahan makanannya. Hindari juga
bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak
terlalu berat. Boleh menggunakan sdt (2 gr) garam dapur dalam pengolahan
makanannya. Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi ringan.
Boleh menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.
22
Dianjurkan: bahan makanan yang tidak menggunakan garam dapur, soda, atau
baking powder dalam pengolahannya. Bahan makanan segar tanpa diawetkan,
daging dan ikan maksimal 100 gr sehari, dan untuk telur 1 butir sehari.
Dihindari: bahan makanan yang diolah dengan garam dapur, soda, baking
powder, asinan, dan bahan makanan yang diawetkan dengan natrium benzoat,
soft drinks, margarin dan mentega biasa, bumbu yang mengandung garam
dapur (kecap, terasi, tomato ketchup, tauco, dan lain sebagainya)
Contoh Menu
Pagi
Siang
Malam
Nasi
Nasi
Nasi
Ayam
manis
Goreng
Mentega
Cah Kailan
Tempe Orek
Tahu Pepes
Pisang
Pepaya
BAB V
23
PENCEGAHAN
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
25
Nama obat
Klortalidon
Hidroklorotiaz
id
Indapamide
Metolazone
Dosis lazim
(mg/hari)
6.25-25
12.5-50
1.25-2.5
0.5
Freq / hari
1
1
1
1
Loop
Bumetanide
Furosemide
Torsemide
0.5-4
20-80
5
2
2
1
Penahan
kalium
Triamteren
Triamteren/
HCT
50-100
37.5-75/
25-50
1 atau
2
1
Komentar
Pemberian pagi hari untuk
menghindari diuresis malam
hari,
sebagai antihipertensi
gol.tiazid
lebih efektif dari diuretik
loop
kecuali pada pasien dengan
GFR
rendah ( ClCr<30 ml/min);
gunakan dosis lazim untuk
mencegah efek samping
metabolik,; hiroklorotiazid
(HCT)
dan klortalidon lebih disukai,
dengan dosis efektif
maksimum 25 mg/hari;
klortalidon hampir 2 kali
lebih kuat dibanding HCT;
keuntungan tambahan
untuk
pasien osteoporosis;
monitoring
tambahan untuk pasien
dengan
sejarah pirai atau
hiponatremia
Pemberian pagi dan sore
untuk
mencegah diuresis malam
hari;
dosis lebih tinggi mungkin
diperlukan untuk pasien
dengan
GFR sangat rendah atau
gagal
Jantung
Pemberian pagi dan sore
untuk
mencegah diuresis malam
hari;
diuretik lemah, biasanya
dikombinasi dengan diuretik
tiazid
untuk meminimalkan
26
Antagoni
s
Aldostero
n
Eplerenone
Spironolakton
Spironolakton
/ HCT
50-100
25-50
25-50 /
25-50
1 atau 2
1
hipokalemia;
karena hipokalemia dengan
dosis
rendah tiazid tidak lazim,
obatobat
ini diberikan pada pasien
yang mengalami
hipokalemia
akibat diuretik; hindari pada
pasien dengan penyakit
ginjal
kronis ( ClCr<30 ml/min);
dapat
meyebabkan hiperkalemia,
terutama kombinasi dengan
ACEI,
ARB, atau supplemen
kalium
Pemberian pagi dan sore
untuk
mencegah diuresis malam
hari; diuretic ringan
biasanya
di kombinasi dengan tiazid
untuk meminimalkan
hipokalemia; karena
hipokalemia dengan diuretic
tiazid dosis rendah tidak
lazim, obat-obat ini
biasanya
dipakai untuk pasien-pasien
yang mengalami
diureticinduced
hipokalemia; hindari
pada pasien dengan
penyakit
ginjal kronis ( ClCr < 30ml/
min); dapat menyebabkan
hiperkalemia, terutama
kombi
nasi dengan ACEI, ARB, atau
suplemen kalium)
27
ACE
inhibitor
Penyekat
reseptor
angioten
sin
Benazepril
Captopril
Enalapril
Fosinopril
Lisinoril
Moexipril
Perindopril
Quinapril
Ramipril
Trandolaapril
Tanapres
10-40
12.5-150
5-40
10-40
10-40
7.5-30
4-16
10-80
2.5-10
1-4
1
2
1
1
1
1
1
1
1
atau 2
atau 3
atau 2
Kandesartan
Eprosartan
Irbesartan
Losartan
Olmesartan
Telmisartan
Valsartan
8-32
600-800
150-300
50-100
20-40
20-80
80-320
1 atau 2
1 atau 2
1
1 atau 2
1
1
1
atau 2
atau 2
atau 2
28
Penyekat
beta
Kardioselektif
Atenolol
Betaxolol
Bisoprolol
Metoprolo
Nonselektif
Nadolol
Propranolol
Propranolol
LA
Timolol
Sotalol
Aktifitas
simpatomime
tik
intrinsik
Acebutolol
Carteolol
Pentobutolol
Pindolol
25-100
5-20
2.5-10
50-200
50-200
1
1
1
1
1
Pemberhentian tiba-tiba
dapat
menyebabkan rebound
hypertension; dosis rendah
s/d
sedang menghambat
reseptor
1, pada dosis tinggi
menstimulasi reseptor 2;
dapat menyebabkan
eksaserbasi asma bila
selektifitas hilang;
keuntungan
tambahan pada pasien
dengan
atrial tachyarrythmia atau
preoperatif hipertensi
40-120
160-480
80-320
1
2
1
200-800
2.5-10
10-40
10-60
2
1
1
2
Pemberhentian tiba-tiba
dapat
menyebabkan rebound
hypertension, menghambat
reseptor 1 dan 2 pada
semua
dosis; dapat memperparah
asma; ada keuntungan
tambahan pada pasien
dengan
essensial tremor, migraine,
tirotoksikosis
Pemberhentian tiba-tiba
dapat
menyebabkan rebound
hypertension; secara parsial
merangsang reseptor
sementara menyekat
terhadap
rangsangan tambahan;
tidak
ada keuntungan tambahan
untuk obat-obat ini kecuali
pada pasien-pasien dengan
bradikardi, yang harus
mendapat penyekat beta;
kontraindikasi pada pasien
pasca infark miokard, efek
samping dan efek metabolik
lebih sedikit, tetapi tidak
kardioprotektif seperti
penyekat beta yang lain.
29
Campuran
penyekat
dan
Karvedilol
Labetolol
Antagoni
s
kalsium
Dihidropiridin
Amlodipin
Felodipin
Isradipin
Isradipin SR
Lekarnidipin
Nicardipin SR
Nifedipin LA
Nisoldipin
Nondihidropiridin
Diltiazem SR
Verapamil SR
12.5-50
200-800
2
2
2.5-10
5-20
5-10
5-20
60-120
30-90
10-40
1
1
2
1
2
1
1
180-360
1
1
Pemberhentian tiba-tiba
dapat
menyebabkan rebound
hypertension; penambahan
penyekat meng akibatkan
hipotensi ortostatik
Dihidropiridin yang bekerja
cepat (long-acting) harus
dihindari, terutama nifedipin
dan nicardipin; dihidropiridin
adalah vasodilator perifer
yang kuat dari pada
nondihidropiridin dan dapat
menyebabkan pelepasan
simpatetik refleks
(takhikardia), pusing, sakit
kepala, flushing, dan edema
perifer; keuntungan
tambahan
pada sindroma Raynaud
Produk lepas lambat lebih
disukai untuk hipertensi;
obatobat
ini menyekat slow
channels di jantung dan
menurunkan denyut
jantung;
dapat menyebabkan heart
block; keuntungan
tambahan
untuk pasien dengan atrial
takhiaritmia
Nama obat
Penyekat
alfa-1
Doxazosin
Prazosin
Terazosin
Dosis lazim
(mg/hari)
1-8
2-20
1-20
Freq / hari
Komentar
1
2 atau 3
1 atau 2
30
Agonis
sentral
-2
Klonidin
Metildopa
01-0.8
250-1000
Antagonis
Adrenergik
Perifer
Vasodilator
arteri
langsung
Reserpin
0.05-0.25
Minoxidil
Hidralazin
10-40
20-100
2
2
1 atau 2
2 atau 4
31