Anda di halaman 1dari 31

Disusun oleh:

Ega Septy Ayu


2005 - 32 - 010

JURUSAN GIZI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL
2008

http://www.scribd.com/doc/11554397/Paper-Hipertensi?
secret_password=&autodown=doc
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi

dikenal

secara

luas

sebagai

penyakit

kardiovaskular.

Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju.1 Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal
ginjal maupun penyakit serebrovaskular.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik
karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer.
Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti
jantung, otak ataupun ginjal.
Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka,
dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang
diinginkan dibawah 140/90 mmHg.3 Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan
kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya
menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih
besar.
2. Epidemiologi
Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya ( 50 juta jiwa) menderita
tekanan darah tinggi ( 140/90 mmHg); dengan persentase biaya kesehatan
cukup besar setiap tahunnya.3 Menurut National Health and Nutrition Examination
Survey (NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 19992000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang

menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun
1988-1991.
Lebih dari 60 juta rakyat Amerika mengalami tekanan darah tinggi,
termasuk lebih dari separuh (54,3%) dari seluruh masyarakat Amerika yang
berusia 64 hingga 74 tahun dan hampir tiga per empat (72,8%) dari seluruh orang
Amerika Afrika dalam kelompok usia yang sama.
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif.
Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya
umur. Risiko untuk menderita hipertensi pada populasi 55 tahun yang tadinya
tekanan darahnya normal adalah 90%.2 Kebanyakan pasien mempunyai tekanan
darah prehipertensi sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan
kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi pada umur diantara dekade ketiga dan
dekade kelima.
Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi
dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan
dibanding laki-laki yang menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur 60
tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65.4 %.

BAB II
PENGENALAN PENYAKIT

1. DEFINISI
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya Tekanan/Tegangan; Jadi,
Hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.)
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JIVC) sebagai tekanan yang
lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis
sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg,
dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.

Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi
hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa


Kategori
Normal
Normal tinggi
Stadium 1
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
(Hipertensi berat)
Stadium 4
(Hipertensi maligna)

Tekanan Darah Sistolik


Dibawah 130 mmHg
130-139 mmHg

Tekanan Darah Diastolik


Dibawah 85 mmHg
85-89 mmHg

140-159 mmHg

90-99 mmHg

160-179 mmHg

100-109 mmHg

180-209 mmHg

110-119 mmHg

210 mmHg atau lebih

120 mmHg atau lebih

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak
diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang
terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara:
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal
dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola)
untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya


tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak
mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya,
jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan
banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.
2. ETIOLOGI PENYAKIT
1. Hipertensi Esensial (Hipertensi Primer)
Adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Terjadi pada sekitar
90% penderita hipertensi.

Sensitivitas Garam

Genetik (keturunan)

Homeostasis Renin

Umur

Resistansi Insulin

Obesitas

Tidur Apneu

2. Hipertensi Sekunder
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu.
Penyakit Ginjal:
Stenosis arteri renalis
Pielonefritis
Glomerulonefritis
Tumor-tumor ginjal

Penyakit

ginjal

polikista

(biasanya diturunkan)
Trauma pada ginjal (luka
yang mengenai ginjal)
Terapi

penyinaran

yang

mengenai ginjal
Kelainan Hormonal:
Hiperaldosteronisme
Sindroma Cushing (sekresi kortisol yang berlebihan)
Feokromositoma

Tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin


(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Obat-obatan:
Pil KB

Kokain

Kortikosteroid

Penyalahgunaan alkohol

Siklosporin

Kayu manis (dalam jumlah

Eritropoietin

sangat besar)

Penyebab Lainnya:
Koartasio aorta

Porfiria intermiten akut

Preeklamsi pada kehamilan

Keracunan timbal akut.

3. PATOFISIOLOGI
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara
potensial dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah:
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap
stress psikososial dll
Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
Asupan natrium (garam) berlebihan
Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
angiotensin II dan aldosteron
Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide
natriuretik
Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus
vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh
darah kecil di ginjal

Diabetes mellitus
Resistensi insulin
Obesitas
Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
Berubahnya transpor ion dalam sel

Gambar 1: Mekanisme patofisiologi dari hipertensi.


4. GEJALA
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:

- sakit kepala

- gelisah

- kelelahan

- pandangan menjadi kabur (yang

- mual

terjadi karena adanya kerusakan

- muntah

pada otak, mata, jantung dan ginjal)

- sesak nafas
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan

ini

disebut

ensefalopati

hipertensif,

yang

memerlukan

penanganan segera.
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh
tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau
telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah
>180/120 mmHg.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan
darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit jam) untuk mencegah
kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema
paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau
hipertensi berat selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan
organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi
oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam s/d
beberapa hari.
5. KOMPLIKASI
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah
besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular
(stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina),

gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktorfaktor resiko kardiovaskular lain (tabel 3), maka akan meningkatkan mortalitas dan
morbiditas

akibat

gangguan

kardiovaskularnya

tersebut.

Menurut

Studi

Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang


bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal
jantung.

Ginjal
Insufisiensi ginjal

OTAK
Jantung :

HIPERTENSI

Hipertrofi ventrikel kiri


Gagal jantung kronik
Infark miokard
Penyakit jantung kongestif
Aritmia

Stroke
TIA

MATA
Retinopati

Pembuluh Darah :
Arteriosklerosis
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit jantung koroner

10

Hipertensi
Dislipidemia
Merokok
Diabetes , dll

11

Paradigma Perjalanan Penyakit Kardiovaskular


Disritmia
Infark miokard akut

PVD

plak tidak stabil

Disfungsi diastolik

mati mendadak
Disfungsi sistolik
ventrikel kiri

Penyakit jantung koroner

Hipertrofi
ventrikel kiri

remodelling

STROKE
aterosklerosis

Disfungsi endotel
Gagal jantung
kongestif

Disfungsi endotel
Gagal jantung
tahap akhir

Hipertensi
Gagal ginjal
tahap akhir

Faktor risiko
KEMATIAN

Tekanan
glomerulus
Disfungsi mesangial
sitokin
Proteinuria
sklerosis & fibrosis

6. DIAGNOSIS
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5
menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi
diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran.
Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka
tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari
berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya
menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetepi juga digunakan untuk
menggolongkan beratnya hipertensi.
Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ
utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal.
RETINA

12

Retina merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa


menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah
kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip
dengan perubahan yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh,
seperti ginjal. Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan
menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya
hipertensi.
JANTUNG
Perubahan di dalam jantung, terutama pembesaran jantung, bisa
ditemukan pada elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada.
Pada

stadium

awal,

perubahan

tersebut

bisa

ditemukan

melalui

pemeriksaan ekokardiografi (pemeriksaan dengan gelombang ultrasonik untuk


menggambarkan keadaan jantung).
Bunyi jantung yang abnormal (disebut bunyi jantung keempat), bisa
didengar melalui stetoskop dan merupakan perubahan jantung paling awal yang
terjadi akibat tekanan darah tinggi.

GINJAL
Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal bisa diketahui terutama melalui
pemeriksaan air kemih. Adanya sel darah dan albumin (sejenis protein) dalam air
kemih bisa merupakan petunjuk terjadinya kerusakan ginjal.
Pemeriksaan pada penderita usia muda bisa berupa rontgen dan
radioisotop ginjal, rontgen dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk
hormon tertentu. Untuk menemukan adanya kelainan ginjal, ditanyakan mengenai
riwayat kelainan ginjal sebelumnya.
Sebuah stetoskop ditempelkan diatas perut untuk mendengarkan adanya
bruit (suara yang terjadi karena darah mengalir melalui arteri yang menuju ke
ginjal, yang mengalami penyempitan). Dilakukan analisa air kemih dan rontgen
atau USG ginjal.

13

Pemeriksaan Lain
Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka di dalam air kemih bisa
ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan
norepinefrin. Biasanya hormon tersebut juga menyebabkan gejala sakit kepala,
kecemasan, palpitasi (jantung berdebar-debar), keringat yang berlebihan, tremor
(gemetar) dan pucat.
Mengukur kadar kalium dalam darah bisa membantu menemukan adanya
hiperaldosteronisme dan
Mengukur tekanan darah pada kedua lengan dan tungkai bisa membantu
menemukan adanya koartasio aorta.

BAB III
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan
gaya hidup.
Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan
hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan
darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.

14

Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah
adalah:

mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;

mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)


yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan

mengkonsumsi alkohol sedikit saja.


Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik

dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat
membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima
adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada
pasien yang gemuk dan obesitas disertai pembatasan pemasukan natrium dan
alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.
Aktifitas fisik juga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik
secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk
kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging,
berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan
darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat
badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga
mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target.
Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit
kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan
dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.
Modifikasi

Rekomendasi

Penurunan berat
badan
(BB)

Pelihara berat badan normal

Adopsi pola makan


DASH

Diet kaya dengan buah, sayur, dan

Diet rendah sodium

(BMI 18.5 24.9)

Kira-kira penurunan
tekanan darah, range
5-20 mmHg/10-kg
penurunan BB
8-14 mm Hg1

produk susu rendah lemak


Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari
100meq/L (2,4 g sodium atau 6 g
sodium klorida)

2-8 mm Hg

15

Regular aktifitas fisik aerobik seperti


Aktifitas fisik

jalan kaki 30 menit/hari, beberapa

4-9 mm Hg18

hari/minggu
Limit minum alkohol tidak lebih dari
Minum alkohol sedikit
saja

2/hari (30 ml etanol [mis.720 ml beer],

2-4 mm Hg

300ml wine) untuk laki-laki dan 1/hari

untuk perempuan
Singkatan: BMI, body mass index, BB, berat badan, DASH, Dietary Approach to

Stop Hypertension
* Berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan
Tabel Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi*

2. Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah
melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi
dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi
ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,
dan lansia.
Diuretik
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang
akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga
kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Diuretik sangat efektif pada:

16

- orang kulit hitam


- lanjut usia
- kegemukan
- penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun
Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfablocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek
sistem saraf simpatis.
Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan
memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker, yang efektif diberikan
kepada: - penderita usia muda
- penderita yang pernah mengalami serangan jantung
- penderita dengan denyut jantung yang cepat
- angina pektoris (nyeri dada)
- sakit kepala migren.
Angiotensin converting enzyme inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
Obat ini efektif diberikan kepada:
- orang kulit putih
- usia muda
- penderita gagal jantung
- penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh
penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik
- pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu
mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

17

Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang benar-benar berbeda.
Sangat efektif diberikan kepada:
- orang kulit hitam
- lanjut usia
- penderita angina pektoris (nyeri dada)
- denyut jantung yang cepat
- sakit kepala migren.
Vasodilator
Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari
golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat antihipertensi lainnya.
Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera.
Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar
diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah):
- diazoxide

- nitroglycerin

- nitroprusside

- labetalol.

Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat


dan bisa diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi,
sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat.
Monitoring kerusakan target organ
Kelas Obat
ACE Inhibitor

ARB

Parameter pasien yang di

Monitoring

monitor

Tambahan

Hipotensi pada pemberian


dosis pertama, pusing, batuk,
tekanan darah, adherence
(kepatuhan)
Hipotensi pada pemberian
dosis pertama, pusing, tekanan
darah, adherence

Fungsi ginjal (BUN, serum


kreatinin), serum elektrolit
(kalium)
Fungsi ginjal (BUN, serum
kreatinin), serum elektrolit
(kalium)

18

Alpha-blocker
(Penyekat alfa)
Beta-blocker
(Penyekat beta)
Antagonis
kalsium

Obat yang bekerja sentral


(metildopa, klonidin)
Diuretik

Hipotensi ortostatik (terutama


dengan dosis pertama), Pusing,
tekanan darah, adherence
Denyut nadi, tekanan darah,
toleransi thd olah raga, pusing,
disfungsi seksual, gejala gagal
jantung, adherence
Denyut nadi (verapamil,
diltiazem), edema perifer, sakit
kepala (terutama dengan
dihidropiridin), gejala gagal
jantung, tekanan darah,
adherence
Sedasi, mulut kering, denyut
nadi, gejala retensi cairan,
tekanan darah, adherence
Pusing, status cairan, urine
output, berat badan, tekanan
darah, adherence

Gejala gagal jantung,


gula darah
Gejala gagal jantung

Enzim liver (metildopa)


Fungsi ginjal (BUN, serum
kreatinin), serum elektrolit
(kalium, magnesium, natrium),
kadar gula, asam urat (utk
tiazid)

ACE: angiotensin converting enzyme; ARB:angiotensin receptor blocker;


BUN:blood urea nitrogen

Monitoring interaksi obat dan efek samping obat


Untuk melihat toksisitas dari terapi, efek samping dan interaksi obat harus
di nilai secara teratur. Efek samping bisanya muncul 2 sampai 4 minggu setelah
memulai obat baru atau setelah menaikkan dosis (tabel 7). Kejadian efek samping
mungkin memerlukan penurunan dosis atau substitusi dengan obat antihipertensi
yang lain. Monitoring yang intensif diperlukan bila terlihat ada interaksi obat.
Efek samping dan kontraindikasi obat-obat antihipertensi
Kelas Obat
ACE inhibitors

Kontraindikasi
Kehamilan, bilateral artery
stenosis, hiperkalemia

ARB

Kehamilan, bilateral artery

Efek samping
Batuk, angioedema,
hiperkalemia, hilang rasa, rash,
disfungsi renal
Angioedema (jarang),

19

stenosis, hiperkalemia
Hipotensi ortostatik, gagal
jantung, diabetes

Penyekat alfa

Penyekat beta

Antagonis kalsium

Agonis sentral
(metildopa,
klonidine)
Diuretik

hiperkalemia, dusfungsi renal


Sakit kepala, pusing, letih,
hipotensi postural, hipotensi
dosis pertama, hidung
tersumbat, disfungsi ereksi
Asma, heart block, sindroma Bronkospasm, gagal jantung,
Raynauds yg parah
gangguan sirkulasi perifer,
insomnia, letih, bradikardi,
trigliserida meningkat,
impoten, hiperglikemi, exercise
intolerance
Heart block, disfungsi sistolik Sakit kepala, flushing, edema
gagal jantung (verapamil, perifer, gingival hyperplasia,
diltiazem)
constipasi (verapamil),
disfungsi ereksi
Depresi, penyakit liver
Rebound hipertensi bila
(metildopa), diabetes
dihentikan, sedasi, mulut
kering, bradikardi, disfungsi
ereksi, retensi natrium dan
cairan, hepatitis (jarang)
Pirai
Hipokalemia, hiperurisemia,
glucose intolerance (kecuali
indapamide), hiperkalsemia
(tiazid), hiperlipidemia,
hiponatremia, impoten (tiazid)

Interaksi antara obat antihipertensive dengan obat lain


Kelas Obat
Diuretik
Tiazide
Loop
PotasiumSparing

Berinteraksi
dengan

Mekanisme

Digoksin

Hipokalemia

Obat-obat yang
menurunkan
kadar
kalium
ACEI, ARB,
siklosporin, garam
kalium

Hipokalemia

Tiazid

Hiperkalemia

Hiponatremia
Carbamazepin,
chlorpropamid

Efek
Digoksin menjadi
lebih toksik
Lemah otot,
aritmia jantung
Hiperkalemia yg
serius dapat
menyebabkan
cardiac arrest
Mual, muntah,
letargi, bingung,
dan kejang

20

Penyekat
beta

Diltiazem,
verapamil
Antidiabetik oral
Dobutamin
Adrenalin

Verapamil,
diltiazem

ACEI/ARB

Penyekat beta
Digoksin

Diuretik penahan
Kalium
NSAID

Klonidin

Efek negatif
inotropik
yang aditif
Blokade reseptor
beta-2
Antagonis
reseptor -1
-vasokonstriksi
oleh
adrenalin
Efek negatif
inotropik
yang aditif
Menghambat
ekskresi renal
digoksin
Ekskresi kalium
melalui ginjal
berkurang
Retensi Na dan
H 2O

Penyekat beta

Tidak diketahui

Antidepresan
trisiklik

Antagonisme
adrenoreseptor
-2 sentral

Bradikardia,
depresi
miokardial
Gejala
hipoglisemia
tertutupi
Efek inotropik dr
dobutamin
dihambat
Hipertensi dan
bradikardi
Bradikardia,
depresi
miokardial
Akumulasi
digoksin, efek
aritmogenik
Hiperkalemia
Efek
antihipertensi
berkurang
Fenomena
rebound bila
klonidin
dihentikan
Efek
antihipertensi
berkurang dan
fenomena
rebound bila
klonidin
dihentikan

PENATALAKSANAAN DIET

Tujuan Akhir
Menurunkan resiko
Meminimalkan kebutuhan akan obat untuk mengontrol tekanan darah
Mencapai dan menjaga status gizi baik

21

Tujuan Diet
Menurunkan tekanan darah (diastole) 90 mmHg
Menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
Mencapai dan menjaga BB dengan IMT 18.5 25

Syarat Diet
Menerapkan Diet Garam Rendah, yaitu sebagai berikut:
Cukup energi, protein, mineral dan vitamin
Komsumsi karbohidrat kompleks
Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
Jumlah konsumsi natrium disesuaikan dengan berat tidaknya hipetensi
Hindari bahan makanan yang tinggi natrium
Konsumsi bahan makanan yang mengandung tinggi kalium, tinggi serat

Jenis Diet
Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi berat.
Tidak ditambahkan garam dapur dalam pengolahan makanannya. Hindari juga
bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak
terlalu berat. Boleh menggunakan sdt (2 gr) garam dapur dalam pengolahan
makanannya. Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi ringan.
Boleh menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.

Bahan Makanan yang dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

22

Dianjurkan: bahan makanan yang tidak menggunakan garam dapur, soda, atau
baking powder dalam pengolahannya. Bahan makanan segar tanpa diawetkan,
daging dan ikan maksimal 100 gr sehari, dan untuk telur 1 butir sehari.
Dihindari: bahan makanan yang diolah dengan garam dapur, soda, baking
powder, asinan, dan bahan makanan yang diawetkan dengan natrium benzoat,
soft drinks, margarin dan mentega biasa, bumbu yang mengandung garam
dapur (kecap, terasi, tomato ketchup, tauco, dan lain sebagainya)

Contoh Menu
Pagi

Siang

Malam

Nasi

Nasi

Nasi

Telor Mata Sapi

Tim kembung jahe

Ayam

Tumis Garlic Caisim

Sayur bayam jagung

Soup Tahu Seledri


Pukul 10.00

manis

Goreng

Mentega
Cah Kailan

Tempe Orek

Tahu Pepes

Pisang

Pepaya

Bubur Kacang Hijau


Snack 16.00
Jus jeruk

BAB V

23

PENCEGAHAN

Setelah umur 30 tahun, periksa tekanan darah setiap tahun.

Jangan merokok / minum alkohol

Kurangi berat badan bila berlebihan

Lakukan latihan aerobik

Pelajari cara-cara mengendalikan stres.

DAFTAR PUSTAKA

24

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta : Gramedia


Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT
HIPERTENSI. 2006
Goodman, Cathrine Cavallaro .1998. Pathology Implication for The Physical
Therapist. US : W. B. Saunders company
Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem KARDIOVASKULER. Malang : UMM Press
Stump, Kathleen Mahan, Sylvia Escoot. 1996. Krauses Food, Nutrition, & Diet
Therapy. 9th edition. W. B. Saunders Company
www.kalbe.co.id
www.medicastore.com
www.wikipedia.com

LAMPIRAN

25

OBAT-OBAT ANTIHIPERTENSI YANG UTAMA


Kelas
Diuretik
Tiazid

Nama obat
Klortalidon
Hidroklorotiaz
id
Indapamide
Metolazone

Dosis lazim
(mg/hari)
6.25-25
12.5-50
1.25-2.5
0.5

Freq / hari
1
1
1
1

Loop

Bumetanide
Furosemide
Torsemide

0.5-4
20-80
5

2
2
1

Penahan
kalium

Triamteren
Triamteren/
HCT

50-100
37.5-75/
25-50

1 atau
2
1

Komentar
Pemberian pagi hari untuk
menghindari diuresis malam
hari,
sebagai antihipertensi
gol.tiazid
lebih efektif dari diuretik
loop
kecuali pada pasien dengan
GFR
rendah ( ClCr<30 ml/min);
gunakan dosis lazim untuk
mencegah efek samping
metabolik,; hiroklorotiazid
(HCT)
dan klortalidon lebih disukai,
dengan dosis efektif
maksimum 25 mg/hari;
klortalidon hampir 2 kali
lebih kuat dibanding HCT;
keuntungan tambahan
untuk
pasien osteoporosis;
monitoring
tambahan untuk pasien
dengan
sejarah pirai atau
hiponatremia
Pemberian pagi dan sore
untuk
mencegah diuresis malam
hari;
dosis lebih tinggi mungkin
diperlukan untuk pasien
dengan
GFR sangat rendah atau
gagal
Jantung
Pemberian pagi dan sore
untuk
mencegah diuresis malam
hari;
diuretik lemah, biasanya
dikombinasi dengan diuretik
tiazid
untuk meminimalkan

26

Antagoni
s
Aldostero
n

Eplerenone
Spironolakton
Spironolakton
/ HCT

50-100
25-50
25-50 /
25-50

1 atau 2
1

hipokalemia;
karena hipokalemia dengan
dosis
rendah tiazid tidak lazim,
obatobat
ini diberikan pada pasien
yang mengalami
hipokalemia
akibat diuretik; hindari pada
pasien dengan penyakit
ginjal
kronis ( ClCr<30 ml/min);
dapat
meyebabkan hiperkalemia,
terutama kombinasi dengan
ACEI,
ARB, atau supplemen
kalium
Pemberian pagi dan sore
untuk
mencegah diuresis malam
hari; diuretic ringan
biasanya
di kombinasi dengan tiazid
untuk meminimalkan
hipokalemia; karena
hipokalemia dengan diuretic
tiazid dosis rendah tidak
lazim, obat-obat ini
biasanya
dipakai untuk pasien-pasien
yang mengalami
diureticinduced
hipokalemia; hindari
pada pasien dengan
penyakit
ginjal kronis ( ClCr < 30ml/
min); dapat menyebabkan
hiperkalemia, terutama
kombi
nasi dengan ACEI, ARB, atau
suplemen kalium)

27

ACE
inhibitor

Penyekat
reseptor
angioten
sin

Benazepril
Captopril
Enalapril
Fosinopril
Lisinoril
Moexipril
Perindopril
Quinapril
Ramipril
Trandolaapril
Tanapres

10-40
12.5-150
5-40
10-40
10-40
7.5-30
4-16
10-80
2.5-10
1-4

1
2
1
1
1
1
1
1
1

atau 2
atau 3
atau 2

Kandesartan
Eprosartan
Irbesartan
Losartan
Olmesartan
Telmisartan
Valsartan

8-32
600-800
150-300
50-100
20-40
20-80
80-320

1 atau 2
1 atau 2
1
1 atau 2
1
1
1

atau 2
atau 2
atau 2

Dosis awal harus dikurangi


50% pada pasien yang
sudah
dapat diuretik, yang
kekurangan cairan, atau
sudah
tua sekali karena resiko
hipotensi; dapat
menyebabkan
hiperkalemia pada pasien
dengan penyakit ginjal
kronis
atau pasien yang juga
mendapat diuretik penahan
kalium, antagonis
aldosteron,
atau ARB; dapat
menyebabkan
gagal ginjal pada pasien
dengan renal arteri stenosis;
jangan digunakan pada
perempuan hamil atau pada
pasien dengan sejarah
angioedema
Dosis awal harus dikurangi
50% pada pasien yang
sudah
dapat diuretik, yang
kekurangan cairan, atau
sudah
tua sekali karena resiko
hipotensi; dapat
menyebabkan
hiperkalemia pada pasien
dengan penyakit ginjal
kronis
atau pasien yang juga
mendapat diuretik penahan
kalium, antagonis
aldosteron,
atau ACEI; dapat
menyebabkan gagal ginjal
pada pasien dengan renal
arteri
stenosis; tidak
menyebabkan
batuk kering seperti ACEI,;
jangan digunakan pada
perempuan hamil

28

Penyekat
beta

Kardioselektif
Atenolol
Betaxolol
Bisoprolol
Metoprolo

Nonselektif
Nadolol
Propranolol
Propranolol
LA
Timolol
Sotalol

Aktifitas
simpatomime
tik
intrinsik
Acebutolol
Carteolol
Pentobutolol
Pindolol

25-100
5-20
2.5-10
50-200
50-200

1
1
1
1
1

Pemberhentian tiba-tiba
dapat
menyebabkan rebound
hypertension; dosis rendah
s/d
sedang menghambat
reseptor
1, pada dosis tinggi
menstimulasi reseptor 2;
dapat menyebabkan
eksaserbasi asma bila
selektifitas hilang;
keuntungan
tambahan pada pasien
dengan
atrial tachyarrythmia atau
preoperatif hipertensi

40-120
160-480
80-320

1
2
1

200-800
2.5-10
10-40
10-60

2
1
1
2

Pemberhentian tiba-tiba
dapat
menyebabkan rebound
hypertension, menghambat
reseptor 1 dan 2 pada
semua
dosis; dapat memperparah
asma; ada keuntungan
tambahan pada pasien
dengan
essensial tremor, migraine,
tirotoksikosis
Pemberhentian tiba-tiba
dapat
menyebabkan rebound
hypertension; secara parsial
merangsang reseptor
sementara menyekat
terhadap
rangsangan tambahan;
tidak
ada keuntungan tambahan
untuk obat-obat ini kecuali
pada pasien-pasien dengan
bradikardi, yang harus
mendapat penyekat beta;
kontraindikasi pada pasien
pasca infark miokard, efek
samping dan efek metabolik
lebih sedikit, tetapi tidak
kardioprotektif seperti
penyekat beta yang lain.

29

Campuran
penyekat
dan
Karvedilol
Labetolol
Antagoni
s
kalsium

Dihidropiridin
Amlodipin
Felodipin
Isradipin
Isradipin SR
Lekarnidipin
Nicardipin SR
Nifedipin LA
Nisoldipin

Nondihidropiridin
Diltiazem SR
Verapamil SR

12.5-50
200-800

2
2

2.5-10
5-20
5-10
5-20
60-120
30-90
10-40

1
1
2
1
2
1
1

180-360

1
1

Pemberhentian tiba-tiba
dapat
menyebabkan rebound
hypertension; penambahan
penyekat meng akibatkan
hipotensi ortostatik
Dihidropiridin yang bekerja
cepat (long-acting) harus
dihindari, terutama nifedipin
dan nicardipin; dihidropiridin
adalah vasodilator perifer
yang kuat dari pada
nondihidropiridin dan dapat
menyebabkan pelepasan
simpatetik refleks
(takhikardia), pusing, sakit
kepala, flushing, dan edema
perifer; keuntungan
tambahan
pada sindroma Raynaud
Produk lepas lambat lebih
disukai untuk hipertensi;
obatobat
ini menyekat slow
channels di jantung dan
menurunkan denyut
jantung;
dapat menyebabkan heart
block; keuntungan
tambahan
untuk pasien dengan atrial
takhiaritmia

OBAT-OBAT ANTIHIPERTENSI ALTERNATIF


Kelas

Nama obat

Penyekat
alfa-1

Doxazosin
Prazosin
Terazosin

Dosis lazim
(mg/hari)
1-8
2-20
1-20

Freq / hari

Komentar

1
2 atau 3
1 atau 2

Dosis pertama harus diberikan


malam sebelum tidur;
beritahu pasien untuk berdiri
perlahan-lahan dari posisi
duduk atau berbaring untuk
meminimalkan resiko
hipotensi ortostatik;
keuntungan tambahan untuk
laki-laki dengan BPH
(benign prostatic
hyperplasia)

30

Agonis
sentral
-2

Klonidin
Metildopa

01-0.8
250-1000

Antagonis
Adrenergik
Perifer
Vasodilator
arteri
langsung

Reserpin

0.05-0.25

Minoxidil
Hidralazin

10-40
20-100

2
2

Pemberhentian tiba-tiba dapat


menyebabkan rebound
hypertension; paling efektif
bila diberikan bersama
diuretik untuk mengurangi
retensi cairan
Gunakan dengan diuretik untuk
mengurangi retensi cairan

1 atau 2
2 atau 4

Gunakan dengan diuretic dan


penyekat beta untuk
mengurangi retensi cairan
dan refleks takhikardi

31

Anda mungkin juga menyukai