Anda di halaman 1dari 29

An Eccedentesiast

Mungkin banyak orang yang ga asing sama kata-kata ini ya?


Alright I want tell yall bout this, bukan mau soktau yaaa. Gue cuma
mau bahas masalah ini aja karna gue rasa kata-kata ini bisa
describe who I am.

ECCEDENTESIAST

Okay sebelumnya gue akan kasih tau what an eccedentesiast


is. Yea, as long as Im noticed about, eccedentesiast is a typical of a
person who love to hides their pain behind a smile.
Itu sih istilah kasarnya bisa dibilang begitu, dari beberapa
macam artikel yang gue baca pun secara garis besar ya
pengertiannya seperti itu. Seems lyk this:
They smile outside, they cry inside
They are happy outside, they are sad inside
They laugh in their tears

Menurut gue eccedentesiast itu bukan faktor keturunan,


penyakit atau apalah itu. Tapi eccedentessiast itu lebih kepada sifat
atau watak seorang manusia yang cenderung introvert sebenernya.
An eccedentesiast just shared what they wanted to share. If an
eccedentesiast told you everything what they have done, you should
be glad cause Im sure that youre one of the best buddy in their life.
Hidupnya an eccedentesiast itu penuh teka-teki deh. Kalo lo berhasil
nyeselesain puzzle yang dibuat sama orang-orang eccedentesiast,
yes youre totally the winner.
If an eccedentessiast lagi sedih atau lagi terpuruk mereka lebih
suka nyembunyiin hal itu dari orang-orang. They hide their tears
behind their smile. Mereka cuma mau nangis, memaki diri sendiri,
then realized they was so stupid. An eccedentesiast itu gak suka
cerita mengenai masalahnya ke orang lain. Bukan maksud belagu
atau gimana-gimana, but an eccedentesiast pikir kalau mereka
cerita ke teman-teman atau orang-orang terdekatnya pun pasti
mereka ga akan bisa ngebantu banyak. Paling-paling mereka cuma
bisa bilangsabar ya. HAHAHA bayangin aja lo udah cerita capekcapek cuma dapet kata-kata sabar ya gitu doang, nyapeknyapekin mulut lo doang kan? Mendingan gausah. Gitu istilah
kasarnya.
Ya tapi emang harus gue akuin sih kalau eccedentesiast emang
agak sombong. Sombong dalam arti baik tapi loh. Contohnya gue
deh, gue cenderung berpikir kalau gue bisa menyelesaikan masalah
gue sendiri, gue ga butuh bantuan orang lain, ini masalah gue, dan
orang lain ga perlu tau. Buat apa gue cerita-cerita masalah gue ke
orang toh kalau mereka gabisa bantu? Bikin capek mulut doang.
Lagian tiap orang punya their own problem kan? Buat apa gue
nambahin masalah orang dengan masalah yang gue

punya? Nambah-nambahin pikiran orang lain aja. Nyusahin orang itu


namanya. . Yea, thats what I am thinking about. Sorry not sorry.
An eccedentesiast lebih suka berpikir, merenung, menangis,
dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Serba sendiri. Cause an
eccedentesiast pun males banget kalau harus cerita-cerita ke
sahabat-sahabatnya, karna bagi mereka itu privacy. Bukan maksud
gak menghargai sahabat-sahabatnya, but as I said before, an
eccedentesiast only shared what they wanted to share. Dan apa
yang mereka bagikan ke sahabat-sahabatnya? Their happy stories.
Their smiles. Only that. Eccedentesiast ga akan pernah buka mulut
mengenai masalah-masalahnya. Mereka lebih suka sendiri. Masuk
rumah, masuk kamar, tutup pintu, kunci pintu,. Then? Cried. Itulah
yang an eccedentesiast lakukan dirumah.
Out of home? They changed 180. Mereka pasti beda banget.
Yang mereka lakukan diluar rumah adalah pretended to be happy.
Thats their job. Selalu ketawa-tawa dan ceria, padahal itu semua
mereka lakukan hanya untuk nutupin semuanya. Untuk nutupin
betapa capeknya mereka, betapa sedihnya mereka, dan betapa
hancurnya mereka. So, jangan kamu pikir orang yang hidupnya
selalu happy dan ketawa-tawa terus itu gak punya masalah ya. Just
because someone smiles all the time it doesnt mean their life is
perfect. You do not know what they have been hiding and you will
never ever know. Because maybe the one who loves to smile all day
long was the one who has more problem than you all.

"They smile, they laugh, they do that only to hide their pain"
"They smile, they laugh, they do that only to hide their tears"

"They smile, they laugh, they do that only to cheer up


themselves"
Btw ya, an eccedentesiast jago bgt kalau disuruh acting. Cause
their life is their scenario. Hidup an eccedentesiast pun udah
sandiwara banget. Semuanya bohong. Kalau lo lihat ada orang yang
selama hidupnya selalu bahagia, happy, ketawa-ketawa terus, trust
me, theyre deeply sad inside. Because everytime they think that
they're already dead inside. Even if everyone sees they breathe,
everytime they die. And.....yet all see them smiling. Yap, thats what an
eccedentesiast is.

And yes, Im that kind of person. Jujur aja ya, sahabat-sahabat


gue pun pernah marah ke gue karna gue gapernah cerita apapun ke
mereka. Sedangkan they told me everythings. Mereka ngerasa ga
dianggap sahabat sama gue. Kemudian gue bilang Justru gue yang
paling sayang sama kalian. Gue gamau ngebebanin kalian dengan
semua masalah yang gue punya. Kalian cukup tersenyum denger
semua cerita happy tentang hidup gue. Tapi gue gamau kalian
nangis karena ngeliat betapa sedihnya jadi gue. Gue sayang kalian.
Dan ya, sehabis itu mereka paham.
Ketika gue udah diam dan dont talk much, they understand
that I thought 'bout my problem and I do not want anyone to disturb
me. Jadi ya hal yang paling sering mereka lakukan kalau gue terlihat
sedang ada masalah adalah they said Jangan pernah ngerasa
sendiri, karna ada kita disini. Thats what bestfriends for. Dengan
kata-kata itulah gue percaya kalau masih ada orang yang peduli
sama gue walaupun mereka gatau apa-apa tentang hal yang sedang
gue alamin.
In my life, gue belum pernah nemu seseorang yang udah tau
gue banget. Maksudnya adalah gue as eccedentesiast- belum
pernah ketemu seseorang yang bener-bener bisa gue ceritain
tentang hidup gue yang sebener-benernya. Hidup gue yang murni,
without my fake smiles. No one. Only God that I have shared my life,
my stories, my days, and my tears:'D

Am i an Eccedentesiast ?? I think right

Dia tersenyum, tetapi sebenarnya tidak. Ia tertawa tetapi sebenarnya Ia


menangis. Ia ceria tetapi sebenarnya Ia bersedih.

Apa kamu tahu mengapa Ia dapat seperti itu? Ada apa dengannya? Tidak. Tidak.
Jika kamu berfikir dia gila, aku tegaskan sekali lagi. Dia tidak gila. Tidak gila. Lalu
kenapa? Ia hanya berusaha mencoba tersenyum di saat semua orang menjauh.
Ia pernah berputus asa dalam menghadapi dunianya. Bagaimana Ia tidak
berputus asa jika segala sesuatu yang Ia harapkan dalam dunianya tidak dapat
Ia dapatkan? Bagaimana Ia tidak berputus asa jika semua hal di dunia ini harus
Ia hadapi dengan tangisan? Bagaimana tidak Ia berputus asa jika segala yang Ia
lakukan tidak berarti apa-apa untuk orang lain?

Dia Eccedentesiast. Apa Ia salah menjadi Eccedentesiast? Apa Ia salah jika Ia


tetap menjalani harinya di balik tangisannya? Apa dia berdosa jika Ia mencoba
tersenyum walaupun sambil bersedih? Tidak. Walalupun Ia pernah berfikir tidak
ada gunanya lagi jika Ia hidup, tetapi untung sajalah Tuhan menyelamatkannya.
Tuhan memberikan senyumnya yang indah itu untuk tetap menjalani hari.

Lalu, bukankah menjadi Eccedentesiast lebih baik dibanding seseorang yang


selalu terpuruk dalam kehidupannya tetapi tidak pernah bangkit untuk mejalai
hidup? Lebih baik mana? Menjadi Eccedentesiast bukan? Ia berhasil! Ia berhasi l
tersenyum! Tersenyum dalam tangisannya.

Tetapi sekali lagi. Eccedentesiast? Apa itu? Eccedentesiast merupakan sebuah


kata asing yang merupakan sebutan untuk seseorang yang selalu
menyembunyikam perasaan sakitnya dibalik senyumnya.

Ah? Berarti dia munafik? Tidak. Jika kamu berfikir Ia munafik. Itu tidak benar.
Bahkan jauh dari kata kemunafikan. Ia hanya tetap tersenyum saat dunia
menjauhinya. Kau tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya seorang
Eccedentesiast lakukan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Awal nya aku menemukan tulisan ini di fb teman ku, Aku penasaran dengan apa
itu Eccedentesiast. Aku lalu mencari arti kata tersebut, di google translate pun
tidak ada. Aku semakin penasaran. Setelah search beberapa artikel ternyata
banyak pengertian tentang apa itu Eccedentesiast. Eccedentesiast adalah kata
asing yang dalam kamus istilah >>> Eccedentesiast : (n) A person who fakes a
smile.

Kalimat tersebut jika diartikan menjadi Eccedentesiast adalah seseorang dengan


senyum palsu. But, menurut definisiku Eccedentesiast adalah kata yang merujuk
pada sikap seseorang yang cenderung menutupi rasa sakit di balik
senyumnya. :)

Hah? Berarti dia munafik dong? Big NOOOOO. Jika kalian berpikir Ia munafik itu
salah besar Itu gak benar. Apa yang gagal kalian pahami? Eccedentesiast
bahkan jauh dari kata kemunafikan. Seorang Eccedentesiast hanya berusaha
tetap tegar dengan senyumnya meski Ia merasa disakiti, dibohongi, dikhianati,
dikecewakan, dijatuhkan dan masih banyak lagi. Intinya moto seorang
Eccedentesiast adalah whatever happens, keep smiling :D
Menurut pendapat pribadiku sendiri seorang Eccedentesiast itu adalah manusia
pilihan Allah yang diberiNya lakon hidup dengan karakter emosional yang kuat
juga penuh ikhlas. Mampu merasakan apa yang dirasakan sekitarnya. Serta
sangat mencintai kedamaian dan membenci konflik.

Oke finally gak ada yang salah menjadi seorang Eccedentesiast. Kalian gak perlu
nunjukin ke seluruh dunia kalo kalian lagi terpuruk (bahasa kerennya si galau).
Stay strong. Because Allah always knows what you feel. Just keep it inside and
smiling on the world :)

Jadi Eccedentesiast itu merupakan sebuah istilah yang artinya seseorang yang
menyembunyikan rasa sakit mereka dibalik senyumnya. Sebenernya
Eccedentesiast itu bukan menjurus ke seseorang yang munafik. Namun,
maksudnya sosok Eccedentesiast itu cenderung lebih memendam rasa sedih dan
berlagak seperti orang yang bahagia di depan semua orang dengan senyum
ceria nya. Sosok Eccedentesiast sebenarnya mempunyai tekanan batin yang
sangat dalam, mereka cenderung lebih memilih memendam perasaan sedih
mereka agar orang disekitarnya gak tau bahwa ia sebenarnya memendam rasa
sedih yang teramat dalam. Bukan lebay, memang sosok Eccedentesiast seperti
itu. Dan aku baru tau itu. Makin kesini aku makin sadar kok istilah ini seolah-olah
kok 'aku' banget sih. Jujur, aku orangnya emang suka mendem perasaan sedih
daripada lebay menunjukkan perasaan sedih aku ke orang-orang yang belum
tentu orang-orang bener-bener tulus peduli sama aku. Aku lebih baik ketawa

ngakak abis-abisan sampe sakit perut daripada nunjukkin kelemahan aku sama
semua orang. Aku emang kadang sering Drama Queen di malam hari, tapi aku
gak mau orang-orang ngeliat aku kaya gitu. Aku harus bisa tegar, aku kuat, dan
aku gak boleh lemah meskipun lagi down down dan down J semangatttss JJ

Eccedentesiast??apa itu??
REP | 26 June 2014 | 12:09 Dibaca: 29

Komentar: 6

Dia tersenyum, tetapi sebenarnya tidak. Ia tertawa tetapi

sebenarnya Ia menangis. Ia ceria tetapi sebenarnya Ia bersedih.

pernah melihat orang seperti ini???? atau pernah merasa seperti ini??

Apa kamu tahu mengapa Ia dapat seperti itu? Ada apa dengannya? Tidak. Tidak.
Jika kamu berfikir dia gila, aku tegaskan sekali lagi. Dia tidak gila. Tidak gila. Lalu
kenapa? Ia hanya berusaha mencoba tersenyum di saat semua orang menjauh.

Ia pernah berputus asa dalam menghadapi dunianya. Bagaimana Ia tidak


berputus asa jika segala sesuatu yang Ia harapkan dalam dunianya tidak dapat
Ia dapatkan? Bagaimana Ia tidak berputus asa jika semua hal di dunia ini harus
Ia hadapi dengan tangisan? Bagaimana tidak Ia berputus asa jika segala yang Ia
lakukan tidak berarti apa-apa untuk orang lain?

Dia Eccedentesiast. Apa Ia salah menjadi Eccedentesiast? Apa Ia salah jika Ia


tetap menjalani harinya di balik tangisannya? Apa dia berdosa jika Ia mencoba
tersenyum walaupun sambil bersedih? Tidak. Walalupun Ia pernah berfikir tidak
ada gunanya lagi jika Ia hidup, tetapi untung sajalah Tuhan menyelamatkannya.
Tuhan memberikan senyumnya yang indah itu untuk tetap menjalani hari.

Lalu, bukankah menjadi Eccedentesiast lebih baik dibanding seseorang yang


selalu terpuruk dalam kehidupannya tetapi tidak pernah bangkit untuk mejalai
hidup? Lebih baik mana? Menjadi Eccedentesiast bukan? Ia berhasil! Ia berhasi l
tersenyum! Tersenyum dalam tangisannya.

Tetapi sekali lagi. Eccedentesiast? Apa itu? Eccedentesiast merupakan sebuah


kata asing yang merupakan sebutan untuk seseorang yang selalu
menyembunyikam perasaan sakitnya dibalik senyumnya.

Ah? Berarti dia munafik? Tidak. Jika kamu berfikir Ia munafik. Itu tidak benar.
Bahkan jauh dari kata kemunafikan. Ia hanya tetap tersenyum saat dunia

menjauhinya. Kau tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya seorang
Eccedentesiast lakukan.

Menurut pendapat pribadiku sendiri seorang Eccedentesiast itu adalah manusia


pilihan Allah yang diberiNya lakon hidup dengan karakter emosional yang kuat
juga penuh ikhlas. Mampu merasakan apa yang dirasakan sekitarnya. Serta
sangat mencintai kedamaian dan membenci konflik. (ceileh :p)
Oke finally gak ada yang salah menjadi seorang Eccedentesiast. Kalian gak perlu
nunjukin ke seluruh dunia kalo kalian lagi terpuruk (bahasa kerennya si galau).
Stay strong. Because Allah always knows what you feel. Just keep it inside and
smiling on the world :)

Eccedentesiast

Sebelumnya gue berniat untuk nulis tentang seseorang yang


menyembunyikan setiap masalahnya dibalik senyuman.Sebelum gue nulis, gue
iseng-iseng buat searching di google tentang seseorang yang menyembunyikan
setiap masalahnya dibalik senyuman, kayak judul yang bakalan gue tulis.
Niatnya sih nyari inspirasi buat tulisan gue ini, tapi yang keluar malah kata-kata
Eccedentesiast. Gue penasaran dengan apa yang dimaksud Eccedentesiast tadi.
Awalnya gue mencoba untuk mengartikan kata Eccedentesiast di google
translate untuk mencari apa arti dari kata tersebut. Jreng-Jreng.. Ternyata google
translate gak tau apa arti dari kata Eccedentesiast. (Tambah penasaran dah gue,
hadeeeh). Setelah gue masukkan kata kunci Eccedentesiast ke google, yang
keluar ternyata kumpulan artikel-artikel yang membahas tentang Eccedentesiast.
Ternyata eh ternyata, Eccedentesiast mempunyai arti yang sangat luar biasa.

Dia tersenyum, tetapi sebenarnya tidak. Dia tertawa, tetapi sebenarnya ia


menangis. Dia ceria, tetapi sebenarnya ia bersedih.

Apa lo tau kenapa dia bisa seperti itu? Ada apa dengan dia? Apa yang
sebenarnya terjadi? Apa yang sedang ia rahasiakan?. Dia gila? Tidak, sama sekali
tidak! Jika lo berfikir dia gila, gue tegaskan sekali lagi. Dia tidak gila sama sekali.
Lalu dia kenapa? Ia hanya mencoba untuk tersenyum di saat semua orang
menjauh dan gak peduli lagi dengannya.
Ia pernah berputus asa dalam menghadapi dunianya. Bagaimana ia tidak
berputus asa jika segala sesuatu yang ia harapkan dalam dunianya tidak bisa ia
dapatkan?Bagaimana dia tidak berputus asa jika semua hal di dunia ini harus dia
hadapi dengan tangisan? Bagaimana dia tidak berputus asa jika segala yang
dialakukan tidak berarti apa-apa untuk orang lain? Bagaimana dia tidak berputus
asa ketika mimpinya tak kunjung jadi nyata? Bagaimana dia tidak berputus asa

ketika yang dia perjuangkan ternyata sia sia? Bagaimana tidak dia berputus asa
jika segala yang dialakukan tidak berarti apa-apa untuk orang lain?
Dia Eccedentesiast. Apa dia salah menjadi Eccedentesiast? Apa dia
salah kalok dia tetap menjalani harinya di balik tangisannya? Apa dia berdosa
jika dia mencoba tersenyum walaupun sebenarnya bersedih? Tidak, walalupun
dia pernah berfikir tidak ada gunanya lagi jika dia hidup, tetapi untung sajalah
Tuhan menyelamatkannya. Tuhan memberikan senyumnya yang indah itu untuk
tetap menjalani hari. Lalu, bukankah menjadi Eccedentesiast lebih baik
dibandingkan dengan seseorang yang selalu terpuruk dalam kehidupannya dan
tidak pernah bangkit untuk menjalani hidup? Lebih baik mana? Menjadi
Eccedentesiast bukan? dia berhasil! dia berhasi tersenyum! Tersenyum dalam
tangisannya.
Tetapi sekali lagi. Eccedentesiast? Apa itu? Eccedentesiast merupakan
sebuah kata asing yang merupakan sebutan untuk seseorang yang selalu
menyembunyikan perasaan sakitnya dibalik senyumnya. Ah? Berarti dia
munafik? Tidak. Jika lo berfikir dia munafik. Itu tidak benar. Bahkan jauh dari kata
kemunafikan. Dia hanya tetap tersenyum saat dunia menjauhinya. Lo tidak akan
pernah tahu apa yang sebenarnya seorang Eccedentesiast lakukan...

Gimana rangkaian kata barusan? Keren? Pastilah! Hahaha (sebenarnya


bukan kata kata gue sepenuhnya. But, who cares?). Rangkaian kata diatas cukup
menggambarkan bagaimana dan apa itu Eccedentesiast. Sekarang giliran gue
untuk sedikit menjelaskan apa itu Eccedentesiast dan apa yang sebenarnya
terjadi dengan seorang Eccedentesiast. Boleh nih kan? Serius boleh? Asikkkk
(Permintaan macam apa ini-_- lupakan!)
Eccedentesiast yaitu tipe orang yang menyembunyikan rasa sakit,
masalah, perasaan dibalik senyumannya.Mungkin terlintas di benak lo semua.
Kenapa ada orang seperti itu?, Kenapa dia semunafik itu? Atau malah,
kenapa dia sekuat itu? Biarkan gue sedikit berargumentasi.
Menurut gue, Eccedentesiast adalah tipe orang yang mencoba dan
terus mencoba untuk kuat dalam menghadapi dunianya, terlebih ketika dia
memiliki rasa sakit, masalah, ataupun perasaan yang harus
disembunyikannya.Seorang Eccedentesiast selalu berpikir gimana caranya untuk
tetap tersenyum dihadapan orang-orang, seakan akan semuanya baik-baik saja.
Mereka (Eccedentesiast) mengerti bagaimana harus bersikap dihadapan orang

banyak. Mereka akan menunjukkan perilaku yang seakan akan mereka tidak
memiliki beban dalam menjalani hidupnya. Kenapa mereka bisa seperti itu?
gue gak tahu pasti, kekuatan apa yang sebenarnya membuat mereka menjadi
seperti itu. Yang terlintas di benak gue adalah, mereka (Eccedentesiast) mungkin
udah terbiasa hidup sendiri (melakukan sebagian besar kegiatannya tanpa
bantuan orang lain atau dalam kata lain mandiri), menyelesaikan masalah
sendiri, ataupun sering berbicara sendiri.
Namun kemungkinan yang lebih tepat, kekuatan itu hadir dari Tuhan
melalui diri sendiri. Seorang Eccedentesiast mungkin adalah orang yang
mempunyai self-control yang berbeda dengan kebanyakan orang. Seorang
Eccedentesiast selalu berusaha untuk menyelesaikan setiap persoalan dalam
hidupnya tanpa bantuan orang lain. Dan yang terpenting adalah, seorang
Eccedentesiast gak pernah mengeluh tentang persoalan yang sedang
dihadapinya. Percayalah, semua tidak selalu terlihat sebagaimana adanya. Bener
kan? Gak semua yang lo liat sesuai dengan kenyataan. Dalam contoh kecil
adalah seorang Eccedentesiast tadi. Jika lo hanya menilai dia hanya sebatas
perilaku yang ditunjukkannya ke orang banyak, maka lo ibarat melihat cover
sebuah buku, seakan-akan lo udah tau isi buku tersebut (ntah kata-kata siapa
ini).
Tuhan menciptakan manusia dengan porsi masalah yang berbedabeda. Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam menghadapi setiap persoalan
dalam hidupnya. Menurut gue, seorang Eccedentesiast spesial di mata Tuhan.
Kenapa? lo bayangin aja gimana kuatnya seorang Eccedentesiast dalam
menghadapi setiap masalahnya. Dia selalu berusaha untuk mencari jalan keluar
dari setiap masalahnya, tanpa mengeluh kepada orang lain, dan yang terpenting
yaitu Eccedentesiast selalu tersenyum dibalik rasa sakitnya. Gak semua orang
bisa gitu kan? Makanya, seorang Eccedentesiast selalu menghadapi masalah
yang lebih berat dibandingkan dengan kebanyakan orang. Bahkan seorang
Eccedentesiast masih mampu untuk membantu menyelesaikan masalah orang
lain disaat masalahnya sendiri belum selesai. Kenapa seorang Eccedentesiast
mampu melakukan itu? Logikanya gampang, seorang Eccedentesiast mampu
untuk membantu masalah orang lain, karena dia udah pernah mengalami
masalah tersebut atau paham dalam menyelesaikan masalah tersebut. Tapi,
ketika si Eccedentesiast mendapatkan masalah baru, dia akan berusaha
menyelesaikan masalahnya sendiri dengan caranya sendiri. Dengan menutupi
masalah dibalik senyuman, seorang Eccedentesiast mendoktrin otaknya agar
lebih tegar dan kuat dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapinya.

Well, terlepas dari itu semua, ada sisi baikdan sisi buruk dari seorang
Eccedentesiast. Menurut gue, sisi baiknya adalah seorang Eccedentesiast
mampu untuk mandiri dan tidak gampang mengeluh. Namun, sisi buruknya
adalah seorang Eccedentesiast cepat atau lambat akan merasa bahwa semakin
dia menyembunyikan sesuatu maka dia akan merasa dunia semakin
menjauhinya, dalam artian lain bahwa seorang Eccedentesiast akan merasa
sendiri seolah-olah tak ada satu orangpun yang dapat mengerti dia.

Are you an Eccedentesiast?

Eccedentesiast - Dia yang Hidup dibalik Topeng

Diam adalah teriakan yang paling keras

Dalam perbincangan dengan seorang teman lama melalui bbm, perbincangan


tahun baru berubah menjadi perbincangan yang lebih serius. "Ron, kamu kenal
temanku si X? Dia tiba-tiba bunuh diri, padahal tidak ada masalah apa-apa lho,
dan dia selalu tersenyum." Kami kemudian membahas angka bunuh diri yang
semakin meningkat bahkan masih segar dalam ingatan sebagian orang tentang
berita meninggalnya aktor legendaris Robin Williams, padahal dia adalah aktor
yang selalu nampak ceria dalam setiap kesempatan. Aku sebagai salah satu
pengemar beratnya juga terpukul dengan kepergiannya.

Memang alasan utamanya adalah depresi berkepanjangan, namun sebelumnya


dia juga sempat menghadapi kecanduan terhadap alkohol dan kokain. Manusia
seringkali tidak mencari masalah hingga ke akarnya, banyak manusia di dunia ini
yang sekarang mengalami pola hidup Eccedentesiast.

Eccedentesiast adalah orang yang menyembunyikan banyak hal dengan


senyumannya, seringkali hal yang sedih, traumatis dan depresi. Mengapa ada
pola seperti ini?

Ada yang mengatakan Eccedentesiast adalah munafik, sebenarnya tidak tepat


mengatakan hal tersebut demikian. Para eccedentesiast dan sebagian besar
orang seringkali mengatakan mereka adalah orang yang kuat, dapat tersenyum
dalam kesedihan atau masalah mereka. Yang kita tidak pikirkan adalah apa
senyum tersebut sehat?

Orang yang tabah dan kuat dalam menghadapi masalah atau kehilangan dibagi
menjadi dua tipe, mereka yang bisa melepaskan semua kesedihan mereka dan
memutuskan untuk bahagia sementara yang lainnya adalah berpura-pura untuk
bahagia.

Ibarat mereka yang membuang garam keluar dan mereka yang memakan
garam. Mereka yang membuang garam tidak akan merasakan asinnya garam
tapi mereka yang memakan garam akan merasakan rasa asin tersebut.

Begitu juga dengan masalah, berpura-pura bahagia adalah seperti menelan


garam. Ketika orang bertanya apa kamu mengenggam garam, kamu bisa bilang
tidak karena kamu memakan garam tersebut.Tetapi lama kelamaan terus
memakan garam untuk menghindari orang melihatmu mengenggam garam akan
menganggu kesehatanmu.

Mengapa banyak orang yang lebih memilih tersenyum walaupun sebenarnya dia
tidak ingin tersenyum? Itu akibat dari lingkungan sosial kita yang melihat bahwa
kesedihan adalah hal yang tabu. Ketika masyarakat melihat orang yang sedih,
mereka akan menuntut orang itu untuk terlihat bahagia. Bukan karena mereka
peduli terhadap orang itu, tapi demi kepuasan hati sendiri karena melihat orang
sedih itu tidak menyenangkan. Perkataan paling mainstream adalah, "Kok kamu
sedih? Senyum dong, Nah gitu kan Cantik."

Setiap orang memiliki masa dimana dia merasa sakit, sedih, kehilangan, kecewa
dan marah. Itu bukan hal yang buruk, itu adalah perjalanan hidup agar mereka
semakin kuat. Memendamnya tapi tidak menghadapinya hanya akan
menimbulkan tekanan atau depresi dalam waktu lama.

Hebatnya, seorang eccedentesiast adalah penghibur yang sangat baik. Semakin


orang terluka, semakin pandai dia menyenangkan orang lain. Walau dia tidak
bisa menyelesaikan masalah-masalah yang besar miliknya, dia dapat dengan
mudah menyelesaikan masalah kecil orang lain.

Ada sebuah kisah tentang Eccendentesiast yang sangat terkenal, dan sangat
inspiratif menurutku. Begini kisahnya.

Di tengah kota yang sangat sibuk terkenal seorang badut yang hebat dalam
menghibur orang lain. Banyaknya pekerjaan, masalah ekonomi yang berat, dan
masalah-masalah kota metropolitan membuat banyak orang yang datang ke
badut itu hanya untuk menikmati canda dan tawa yang dibuat oleh badut yang
tidak diketahui siapa orang di balik topeng lucunya.

Pada suatu hari ada seseorang yang datang ke psikiater terkenal, dia cerita
beberapa masalah yang dia hadapi hingga akhirnya dia berkata "Mengapa
masalah di dunia ini sangat sulit? Banyak yang harus saya selesaikan dengan diri
saya sendiri, Saya bingung, Saya frustasi dalam menghadapi masalah di dunia
ini, seperti tidak ada habisnya masalah itu datang ke saya..."

Psikiater itu berkata padanya "Kau baru ya di kota ini? Apa kau tau, di tengah
kota ada seorang badut yang sangat terkenal, dia pandai membuat orang lain
tersenyum ketika mereka merasa frustasi seperti anda, kenapa kau tidak
mencoba datang ke dia, kau akan merasa terhibur"

Ruangan sang psikiater pun tiba-tiba hening, sang pasien pun terdiam, dia
menunduk, dan seketika air mata keluar dari matanya. "Bagaimana saya bisa
terhibur oleh badut tersebut?" tanyanya..

"Memangnya ada apa? Mengapa kamu tidak bisa terhibur olehnya?" sang
psikiater pun mulai bingung, karena biasanya pasien-pasiennya langsung pergi
ke badut tersebut dan mencari hiburan, namun tidak pasiennya yang satu ini.
"Karena..." sang pasien mulai menangis, dia mencoba kuat untuk
mengakatakannya, dia mencoba untuk menahan air mata dan sesak di dadanya
sambil berkata "Karena... saya lah badut tersebut..."

Setiap orang pantas bahagia, setiap orang memiliki kebebasan dalam hidupnya.
Tidak ada salahnya sedih dan menangis, jika kesedihan sesaat itu membuatmu
menjadi lebih kuat dan lebih bijaksana. Membuat dirimu lebih menghargai
kebahagiaan.

Akui bahwa dirimu butuh perhatian dari dirimu sendiri, sebelum mengatakan
dirimu akan baik-baik saja biarkan dirimu dihibur karena dirimu pantas bahagia.
Dia pantas mendapatkan kasih darimu.

Marilah mulai kehidupan dimana setiap senyuman kita berasal dari hati kita
dengan tulus :)

Hidup...
Tadi pagi gue duduk di bandara Yogyakarta. Ditemani segelas Pepsi dan Roti
Croissant yang masih dibungkus dengan pelastik. Gue duduk di ruang tunggu
bagian arrival, buat nungguin nyokap dateng dari Jakarta. Seperti biasa, gue
lebih suka diem dan merhatiin keadaan di sekitar gue. Melihat orang dengan
kesibukannya masing-masing, dan mencoba memikirkan bagaimana jika gue
menjadi mereka.

Ada beberapa bapak-bapak dengan baju biru lusuhnya yang berdiri sambil
menikmati rokoknya. Tertawa bersama dan membicarakan hal-hal yang terjadi
belakangan ini. Ketika orang-orang keluar dari tempat dimana mereka
mengambil tas, bapak-bapak ini teriak dan menyaut satu-satu orang yang
melaluinya.
"Taksi Pak! Taksi Buk! Mari Taksi murah!"
Namun semuanya menolak tawarannya. Dengan senyuman mereka berbincangbincang lagi dan tertawa bersama menunggu penumpang selanjutnya yang
mendarat karena tidak ada yang menerima tawaran mereka. Mereka kalah
dengan Travel Agency yang lebih terpercaya, kalah dengan Driver yang sudah
menjadi langganan, dan kalah dengan orang-orang suruhan hotel yang
menjemput tamu-tamunya. Mereka menikmati kekalahan mereka dengan canda
nasib yang sama dengan sesama sopir taksi yang lain, tetap tertawa jika di tolak,
tersenyum jika diacuhkan. Kenapa mereka mau bertahan? Keluarga.. Tidak lebih
dari itu. Demi keluarga lah mereka bertahan melalui itu semua setiap harinya.

"Pa liat itu pesawatnya terbang!!"


Terlihat anak kecil di belakang gue yang menunjukan jarinya ke udara, dan
memandang pesawat yang terbang di udara. Dahinya yang mengkerut menahan
sinar matahari di atasnya tidak membuat anak ini menundukan kepalanya.
"Aku mau jadi pilot pa, bisa terbang tinggi!!"
Gue cuman tersenyum melihat tingkahnya, dan inget gue kecil justru pengen
jadi Power Ranger dari pada pilot. Lalu gue coba melihat ke udara dan
memperhatikan pesawat yang di maksut anak tersebut. Senyuman gue pun
hilang. Gue terpikirkan bagaimana perasaan pilot yang ada di pesawat itu.
Apakah dia bahagia karena dapat terbang tinggi seperti yang anak tadi
bayangkan? Bagaimana jika si pilot menghadap ke daratan, dan berkata
"Aku ingin berhenti terbang dan pulang, aku rindu keluarga ku."

Itu lah hidup, terkadang memiliki segalanya membuat kita berpikir, segalanya
tidak dapat kita miliki. So, enjoy it! Jika kekayaan adalah kunci kebahagiaan,
tentu orang-orang kayak akan menari bahagia di jalanan. Tapi hanya anak-anak
lampu merah yang sering melakukannya. Lari ke sana kemari mengetuk setiap
kaca mobil yang berharap mendapatkan receh untuk jajan mereka, lalu bercanda
memamerkan uang koin yang mereka dapatkan ke satu sama lain.

Kekuatan dapat menjamin keamanan? Lalu kenapa orang-orang penting berjalan


dengan banyak pengawalan? Bukan kah mereka yang hidup sederhana yang
justru dapat tidur nyenyak tanpa teror-teror dari saingan karirnya?

Kecantikan dan kepopuleran pun belum tentu membawa kita pada hubungan
yang ideal. Artis-artis pun tidak memiliki hubungan perkawinan yang baik,
perceraian, perselingkuhan, mereka tidak bisa hidup seromantis itu jika kamu
merasakannya sendiri.

Hidup lah sederhana.


Berjalan lah dengan rendah hati.
Dan mencintai lah dengan tulus.
Syukuri yang kamu punya, dan jangan sekali-kali iri dengan orang lain.

"Kita tidak punya waktu untuk memikirkan sesuatu yang tidak kita miliki. Kita
hanya dapat memanfaatkan apa yang terbaik dari diri kita, untuk tetap berjuang
dalam hidup".
-Hiruma (Eyeshield 21)

Eccedentesiast ):
" Nobody Know How's I Feel Inside"

Yap, kalimat itulah yang tepat untuk menggambarkan pribadiku yang pintar
berperan dalam drama kehidupan ini.sangat sukar memang berperan seperti ini,
apalagi belum ada tempat untuk berbagi.

Aku diberi-Nya lakon manusia dengan karakter emosional yang kuat. merasakan
apa yang dirasakan sekitar, merasakan keganjalan yang terjadi. sangat
mencintai kdamaian dan membenci konflik.
Eccedentesiast adalah istilah psikologi untuk seseorang yang menyembunyikan
rasa sakit dibalik senyumnya. Tegar Bukan? Iya, inilah karakterku yang paling
aku suka yang dia anugerahi-Nya, walau tak mudah menjalaninya.

Aku yang kecil, menangis dalam diam melihat kedua orangtua ku bertengkar,
terus berusaha tertawa menonton acara tv kartun minggu pagi. Tegar bukan?
Iya, itu aku umur 4 tahun. semua masih terekam nyata dalam ingatan.
Terlepas dari itu, aku menanggung semua kesalahan yang adikku perbuat dan
memaklumi segala tingkah lakunya yang begitu menyebalkan,menahan segala
cacian dari ibuku atas kesalahan. Dewasa ya? Tentu, akulah kakak dewasa itu,
padahal aku baru kelas 2 sd.

Semakin besar, relasi dan pertemanan ku semakin luas. Begitu juga peranku
terhadap mereka, tak sedikit dari mereka yang percaya menceritakan keluh
kesahnya padaku.Yap, aku pendengar yang sangat baik., terkadang pun aku ikut
menyumbang saran untuk mereka. Aku menyukai peranku untuk satu ini, entah
apa yang apa yang kurasa saat mereka terlihat legaa.
Seringkali akupun membantu apa yang sudah menjadi kewajiban mereka, aku
tak tega melihat wajah menyedihkan mereka yang membuatku ingin membantu.
Namun, dibalik semua waktu luangku untuk mendengarkan cerita, memberi
saran-saran, dan bantuanku. Sesungguhnya akupun ingin didengar juga, akupun
tak setegar apa yang terlihat, dan dibalik semua bantuanku masih banyak
tugasku yang belum tentu aku bisa selesaikan sendiri. Entah, rasa peduliku yang
terlalu berlebih atau apa.

Benci konflik; Iya aku sangat membenci konflik. Aku akan melakukan apapun
untuk menghindarinya, ataupun menguranginya. Aku ikhlas bila aku harus

kembali tersakiti dan terus terlihat tersenyum. Sesungguhnya aku akan merasa
sangat bahagia bila mereka semua bahagia.......
Eccedentesiast!

DIA ECCEDENTESIAST?
DESEMBER 18, 2012 BY FAUZIA S KENCANA
Dia tersenyum, tetapi sebenarnya tidak. Ia tertawa tetapi

sebenarnya Ia menangis. Ia ceria tetapi sebenarnya Ia bersedih.

Apa kamu tahu mengapa Ia dapat seperti itu? Ada apa dengannya? Tidak. Tidak.
Jika kamu berfikir dia gila, aku tegaskan sekali lagi. Dia tidak gila. Tidak gila. Lalu
kenapa? Ia hanya berusaha mencoba tersenyum di saat semua orang menjauh.

Ia pernah berputus asa dalam menghadapi dunianya. Bagaimana Ia tidak


berputus asa jika segala sesuatu yang Ia harapkan dalam dunianya tidak dapat
Ia dapatkan? Bagaimana Ia tidak berputus asa jika semua hal di dunia ini harus
Ia hadapi dengan tangisan? Bagaimana tidak Ia berputus asa jika segala yang Ia
lakukan tidak berarti apa-apa untuk orang lain?

Dia Eccedentesiast. Apa Ia salah menjadi Eccedentesiast? Apa Ia salah jika Ia


tetap menjalani hari di balik tangisannya? Apa berdosa jika Ia mencoba
tersenyum walaupun sambil bersedih? Tidak. Walalupun Ia pernah berfikir tidak
ada gunanya lagi jika Ia hidup, tetapi untung sajalah Tuhan menyelamatkannya.
Tuhan memberikan senyumnya yang indah itu untuk tetap menjalani hari.

Lalu, bukankah menjadi Eccedentesiast lebih baik dibanding seseorang yang


selalu terpuruk dalam kehidupannya tetapi tidak pernah bangkit untuk mejalai
hidup? Lebih baik mana? Menjadi Eccedentesiast bukan? Ia berhasil! Ia berhasil
tersenyum! Tersenyum dalam tangisannya.

Tetapi sekali lagi. Eccedentesiast? Apa itu? Eccedentesiast merupakan sebuah


kata asing yang merupakan sebutan untuk seseorang yang selalu
menyembunyikam perasaan sakitnya dibalik senyumnya.

Ah? Berarti dia munafik? Tidak. Jika kamu berfikir Ia munafik. Itu tidak benar.
Bahkan jauh dari kata kemunafikan. Ia hanya tetap tersenyum saat dunia

menjauhinya. Kau tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya seorang
Eccedentesiast lakukan.

Am I an Eccedentesiast?
Sebelumnya gue penasaran apa itu Eccedentesiast. Gue tau kalimat itu dari bio
Twitter kakak kelas gue, awalnya gue nanya ke kakak kelas gue.

"Kak, Eccedentesiast itu apa artinya?"

dia cuma jawab,

"cari aja sendiri apa arti nya hehe."

Nyebelin abis! Padahal kan gue cuma penasaran doang apa artinya. Gue coba
translate pake translator malah gak ketemu artinya. Dan setelah gue searching
di Google, ternyata Eccedentesiast itu merupakan sebuah istilah yang artinya
seseorang yang menyembunyikan rasa sakit mereka dibalik senyumnya.
Sebenernya Eccedentesiast itu bukan menjurus ke seseorang yang munafik.
Namun, maksudnya sosok Eccedentesiast itu cenderung lebih memendam rasa
sedih dan berlagak seperti orang yang bahagia di depan semua orang dengan
senyum ceria nya. Sosok Eccedentesiast sebenarnya mempunyai tekanan batin
yang sangat dalam, mereka cenderung lebih memilih memendam perasaan
sedih mereka agar orang disekitarnya gak tau bahwa ia sebenarnya memendam
rasa sedih yang teramat dalam. Bukan lebay, memang sosok Eccedentesiast
seperti itu. Dan gue baru tau itu. Makin kesini gue makin sadar kok istilah ini
seolah-olah kok 'gue' banget sih. Jujur, gue orangnya emang suka mendem
perasaan sedih gue daripada lebay menunjukkan perasaan sedih gue ke orangorang yang belum tentu orang-orang bener-bener tulus peduli sama gue. Gue
lebih baik ketawa ngakak abis-abisan sampe kentut daripada nunjukkin
kelemahan gue sama semua orang. Gue emang kadang sering Drama Queen di
malam hari, tapi gue gak mau orang-orang ngeliat gue kaya gitu. Gue bisa tegar,
gue kuat, dan gue gak boleh lemah meskipun dunia dan seluruh isinya udah gak
peduli lagi sama gue.

An eccedentesiast is a person who hides their pain behind a smile.

Yap, it's me. I'm an Eccedentesiast who hide my pain behind a smile. I always
show to them that I'm fine and feel happy with my fake smile. Although it's hurt
enough. I don't wanna to let them know about what I'm actually feeling. I just
wanna see people around me happy without knowing what I feel inside. Yeah, it's
me. I'm an Eccedentesiast :-)

"Sekedar Tentang Eccedentesiast"


Udah lama ga cerita disini btw, jadi lupa gimana cara mengawali topik bahasan.
Postingan sebelum sebelumnya juga begoo gitu kalo tak baca, gatau ternyata
dulu aku sebego gitu wahaha. Lanjut aja ya, jadi masih seperti biasa, minggu
minggu sebelumnya masih diisi dengan kegiatan kegiatan yang menguras
apapun itu, tenaga, pikiran, harta, tahta, wanita apalah itu. Nah tapi ya enjoy
enjoy aja gitu ya mau dilempar sendal gunung seorang pendekar samurai apa
mau diapa apain juga gak papa toh kewajiban itu. Nah masalahnya, ada
perubahan yang disadari temen-temen sekitar tapi aku ga sadar. Katanya sih
muka ku jadi keliatan murung gitu, padahal ya emang gini.

Udah banyak orang bilang kamu eccedentesiast po? -___- udah satu pleton kali
yang nanya. Pertama denger tuh istilah udah dari kelas 9 smp, pertamanya ga
dong apaan tuh, dan setelah nanya nanya oooo ternyata artinya itu to, kurang
lebihnya seseorang yang menyembunyikan rasa sakitnya dibalik senyuman.
WTF, kenapa aku dilabeli kek gituan, gak paham jugaa, tapi ya lama kelamaan
kok gimana gitu, wahaha sudahlah. Emang arti istilahnya kalo diterima mentah
itu horror banget, berasa kasian banget gitu tapi yaa gak seburuk itu kok, santai
ajaa:))

So, apa yang dirasain sama orang eccedentesiast? Ya biasa aja, gak setiap
senyum itu artinya gitu, Cuma tertentu aja dan senyumnya pun bakal beda. Bisa
bahagia? Bisa bangetlah, malahan orang eccedentesiast itu lebih menghargai
kebahagiaan jadi ada peluang buat seneng-seneng pasti diambil cuma
sayangnyaaaa ga banyak yang bisa bener bener dinikmari bahagianya soalnya
entah kenapa bakal ada pikiran yang gatau tiba tiba ganggu gitu dan orang
eccedentesiast mungkin takut bahagia berlebihan ya karna ntar sekalinya
momen bahagianya berakhir bakal berasa sepi banget, bakal kayak berasa
sendiri gitu. La terus gimana hari harinya orang eccedentesiast? Ya biasa juga,
orang eccedentesiast lebih suka kesibukan, soalnya ya Cuma waktu itu orang
eccedentesiast gak mikir kesedihannya, karna ada sesuatu yang dikerjakan jadi
kayak lupa gitu, terus orang eccedentesiast juga menghindari konflik, gatau
kenapa tapi benci aja. Orang eccedentesiast juga pendengar yang baik, seakan
bisa paham banget sama yang dikeluhkesahkan pencerita, padahal ya aslinya,
ini tak kasih tau, orang eccedentesiast itu mendengarkan keluh kesah si
pencerita lalu menggabungkan sama rasa sedinya terus dibayangin gitu, sedih
banget? Ya emang gitu sih nyatanya. Orang eccedentesiast juga sebenernya
pengen didengar juga ceritanya cumaa gatau harus mulai dari mana dan
sungkan abiss buat cerita ini itu dan pada akhirnya kita ceritain yang lain yang
gak ada sangkut pautnya sama yang dirasain didalem. LOL.

Oiya, sempet juga baca baca postingan tentang orang orang eccedentesiast, dan
ya rata rata sama, mereka bersikap sangat dewasa sekali, dan aku ngebaca
kalimat ini dia tersenyum, tetapi sebenarnya tidak. Ia tertawa tetapi sebenarnya
ia menangis. Ia ceria tetapi sebenarnya ia bersedih. FAK SEKALI WAHAHAHA. Ya
kira kira kek gitulah yang dirasain orang eccedentesiast dari pengamatanku
gatau orang lain yaa wahaha tapi mungkin sama kok. Oiya. Belum jawab
pertanyaan ya, kok akhir akhir ini murung? Oke aku jawab, sebenernya ya biasa
aja, gak ada yang beda, Cuma mungkin aku lebih emosian aja, gatau kenapa,
keknya da banyak hal yang aku takutin terus numpuk numpuk dan jadilah emosi.
Hilanginnya gimana? Sering sering teriak aja atau lompat lompat ga jelas atau
cerita bereng temen temen wkwk:)) makanya aku sering teriak + lompat lompat
gaje, lucu bangbang kan. Dan pada akhirnya aku mendapati pribadiku lebih
seneng sendiri, apalagi kalo sepi gitu suasananya, gatau aja tapi nyaman
banget:)). So, kamu eccedentesiast? Gatau:)) aku terjebak mungkin diantara
eccedentesiast, emosian, dan penyendiri. Bye!~

DIA ECCEDENTESIAST?
DESEMBER 18, 2012 BY FAUZIA S KENCANA

Dia tersenyum, tetapi sebenarnya tidak. Ia tertawa tetapi


sebenarnya Ia menangis. Ia ceria tetapi sebenarnya Ia bersedih.

Apa kamu tahu mengapa Ia dapat seperti itu? Ada apa dengannya? Tidak.
Tidak. Jika kamu berfikir dia gila, aku tegaskan sekali lagi. Dia tidak gila.
Tidak gila. Lalu kenapa? Ia hanya berusaha mencoba tersenyum di saat
semua orang menjauh.
Ia pernah berputus asa dalam menghadapi dunianya. Bagaimana Ia tidak
berputus asa jika segala sesuatu yang Ia harapkan dalam dunianya tidak
dapat Ia dapatkan? Bagaimana Ia tidak berputus asa jika semua hal di
dunia ini harus Ia hadapi dengan tangisan? Bagaimana tidak Ia berputus
asa jika segala yang Ia lakukan tidak berarti apa-apa untuk orang lain?
Dia Eccedentesiast. Apa Ia salah menjadi Eccedentesiast? Apa Ia salah jika
Ia tetap menjalani hari di balik tangisannya? Apa berdosa jika Ia mencoba
tersenyum walaupun sambil bersedih? Tidak. Walalupun Ia pernah berfikir
tidak ada gunanya lagi jika Ia hidup, tetapi untung sajalah Tuhan

menyelamatkannya. Tuhan memberikan senyumnya yang indah itu untuk


tetap menjalani hari.
Lalu, bukankah menjadi Eccedentesiast lebih baik dibanding seseorang
yang selalu terpuruk dalam kehidupannya tetapi tidak pernah bangkit
untuk mejalai hidup? Lebih baik mana? Menjadi Eccedentesiast bukan? Ia
berhasil! Ia berhasil tersenyum! Tersenyum dalam tangisannya.
Tetapi sekali lagi. Eccedentesiast? Apa itu? Eccedentesiast merupakan
sebuah kata asing yang merupakan sebutan untuk seseorang yang selalu
menyembunyikam perasaan sakitnya dibalik senyumnya.
Ah? Berarti dia munafik? Tidak. Jika kamu berfikir Ia munafik. Itu tidak
benar. Bahkan jauh dari kata kemunafikan. Ia hanya tetap tersenyum saat
dunia menjauhinya. Kau tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya
seorangEccedentesiast lakukan.

They called it 'eccedentesiast'. Hahaha yep, someone who fakes a smile. Or we can say that means
someone who hides behind a smile.
When you got a big problem and you just smile, pretending that's everything is alright. Did you do
something like that? Cause, I did :')
"Sometimes it's more easier to smile even if you're hurting inside than to explain to the whole world
why you're sad."
"We put on a fake smile to hide the pain. Yet we wish someone would just look closely enough and see
how broken we really are inside."
"A fake smile can hide a million tears."
"Behind my smile is a hurting heart. Behind my laugh, I'm falling apart. Look closely at me and you
will see, the girl I am...isn't me."
"Behind my smile is everything you'll never understand."
"I act like such a happy person. But deep down, I'm not. I know people have it worse than me. But I
still have troubles of my own."
"The prettiest smiles hide the deepest secrets. The prettiest eyes have cried the most tears. The kindest
hearts have felt the most pain."
Have you ever felt so alone and nothing makes sense? Well that's how I feel right now. I feel like I'm
facing everything myself, with nothing but tears and a fake smile :)
When I cry at night, the only thing I can think to myself is, "How can I seem so perfectly fine in the
morning. Why do I smile like nothing is wrong? And how does not one single person notice that I'm
not okay?"

You know you can fool everyone with your fake smile and pretend to laugh |
Well guys, I'm so professional at this one. What about you? ;)

Anda mungkin juga menyukai