ECCEDENTESIAST
"They smile, they laugh, they do that only to hide their pain"
"They smile, they laugh, they do that only to hide their tears"
Apa kamu tahu mengapa Ia dapat seperti itu? Ada apa dengannya? Tidak. Tidak.
Jika kamu berfikir dia gila, aku tegaskan sekali lagi. Dia tidak gila. Tidak gila. Lalu
kenapa? Ia hanya berusaha mencoba tersenyum di saat semua orang menjauh.
Ia pernah berputus asa dalam menghadapi dunianya. Bagaimana Ia tidak
berputus asa jika segala sesuatu yang Ia harapkan dalam dunianya tidak dapat
Ia dapatkan? Bagaimana Ia tidak berputus asa jika semua hal di dunia ini harus
Ia hadapi dengan tangisan? Bagaimana tidak Ia berputus asa jika segala yang Ia
lakukan tidak berarti apa-apa untuk orang lain?
Ah? Berarti dia munafik? Tidak. Jika kamu berfikir Ia munafik. Itu tidak benar.
Bahkan jauh dari kata kemunafikan. Ia hanya tetap tersenyum saat dunia
menjauhinya. Kau tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya seorang
Eccedentesiast lakukan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Awal nya aku menemukan tulisan ini di fb teman ku, Aku penasaran dengan apa
itu Eccedentesiast. Aku lalu mencari arti kata tersebut, di google translate pun
tidak ada. Aku semakin penasaran. Setelah search beberapa artikel ternyata
banyak pengertian tentang apa itu Eccedentesiast. Eccedentesiast adalah kata
asing yang dalam kamus istilah >>> Eccedentesiast : (n) A person who fakes a
smile.
Hah? Berarti dia munafik dong? Big NOOOOO. Jika kalian berpikir Ia munafik itu
salah besar Itu gak benar. Apa yang gagal kalian pahami? Eccedentesiast
bahkan jauh dari kata kemunafikan. Seorang Eccedentesiast hanya berusaha
tetap tegar dengan senyumnya meski Ia merasa disakiti, dibohongi, dikhianati,
dikecewakan, dijatuhkan dan masih banyak lagi. Intinya moto seorang
Eccedentesiast adalah whatever happens, keep smiling :D
Menurut pendapat pribadiku sendiri seorang Eccedentesiast itu adalah manusia
pilihan Allah yang diberiNya lakon hidup dengan karakter emosional yang kuat
juga penuh ikhlas. Mampu merasakan apa yang dirasakan sekitarnya. Serta
sangat mencintai kedamaian dan membenci konflik.
Oke finally gak ada yang salah menjadi seorang Eccedentesiast. Kalian gak perlu
nunjukin ke seluruh dunia kalo kalian lagi terpuruk (bahasa kerennya si galau).
Stay strong. Because Allah always knows what you feel. Just keep it inside and
smiling on the world :)
Jadi Eccedentesiast itu merupakan sebuah istilah yang artinya seseorang yang
menyembunyikan rasa sakit mereka dibalik senyumnya. Sebenernya
Eccedentesiast itu bukan menjurus ke seseorang yang munafik. Namun,
maksudnya sosok Eccedentesiast itu cenderung lebih memendam rasa sedih dan
berlagak seperti orang yang bahagia di depan semua orang dengan senyum
ceria nya. Sosok Eccedentesiast sebenarnya mempunyai tekanan batin yang
sangat dalam, mereka cenderung lebih memilih memendam perasaan sedih
mereka agar orang disekitarnya gak tau bahwa ia sebenarnya memendam rasa
sedih yang teramat dalam. Bukan lebay, memang sosok Eccedentesiast seperti
itu. Dan aku baru tau itu. Makin kesini aku makin sadar kok istilah ini seolah-olah
kok 'aku' banget sih. Jujur, aku orangnya emang suka mendem perasaan sedih
daripada lebay menunjukkan perasaan sedih aku ke orang-orang yang belum
tentu orang-orang bener-bener tulus peduli sama aku. Aku lebih baik ketawa
ngakak abis-abisan sampe sakit perut daripada nunjukkin kelemahan aku sama
semua orang. Aku emang kadang sering Drama Queen di malam hari, tapi aku
gak mau orang-orang ngeliat aku kaya gitu. Aku harus bisa tegar, aku kuat, dan
aku gak boleh lemah meskipun lagi down down dan down J semangatttss JJ
Eccedentesiast??apa itu??
REP | 26 June 2014 | 12:09 Dibaca: 29
Komentar: 6
pernah melihat orang seperti ini???? atau pernah merasa seperti ini??
Apa kamu tahu mengapa Ia dapat seperti itu? Ada apa dengannya? Tidak. Tidak.
Jika kamu berfikir dia gila, aku tegaskan sekali lagi. Dia tidak gila. Tidak gila. Lalu
kenapa? Ia hanya berusaha mencoba tersenyum di saat semua orang menjauh.
Ah? Berarti dia munafik? Tidak. Jika kamu berfikir Ia munafik. Itu tidak benar.
Bahkan jauh dari kata kemunafikan. Ia hanya tetap tersenyum saat dunia
menjauhinya. Kau tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya seorang
Eccedentesiast lakukan.
Eccedentesiast
Apa lo tau kenapa dia bisa seperti itu? Ada apa dengan dia? Apa yang
sebenarnya terjadi? Apa yang sedang ia rahasiakan?. Dia gila? Tidak, sama sekali
tidak! Jika lo berfikir dia gila, gue tegaskan sekali lagi. Dia tidak gila sama sekali.
Lalu dia kenapa? Ia hanya mencoba untuk tersenyum di saat semua orang
menjauh dan gak peduli lagi dengannya.
Ia pernah berputus asa dalam menghadapi dunianya. Bagaimana ia tidak
berputus asa jika segala sesuatu yang ia harapkan dalam dunianya tidak bisa ia
dapatkan?Bagaimana dia tidak berputus asa jika semua hal di dunia ini harus dia
hadapi dengan tangisan? Bagaimana dia tidak berputus asa jika segala yang
dialakukan tidak berarti apa-apa untuk orang lain? Bagaimana dia tidak berputus
asa ketika mimpinya tak kunjung jadi nyata? Bagaimana dia tidak berputus asa
ketika yang dia perjuangkan ternyata sia sia? Bagaimana tidak dia berputus asa
jika segala yang dialakukan tidak berarti apa-apa untuk orang lain?
Dia Eccedentesiast. Apa dia salah menjadi Eccedentesiast? Apa dia
salah kalok dia tetap menjalani harinya di balik tangisannya? Apa dia berdosa
jika dia mencoba tersenyum walaupun sebenarnya bersedih? Tidak, walalupun
dia pernah berfikir tidak ada gunanya lagi jika dia hidup, tetapi untung sajalah
Tuhan menyelamatkannya. Tuhan memberikan senyumnya yang indah itu untuk
tetap menjalani hari. Lalu, bukankah menjadi Eccedentesiast lebih baik
dibandingkan dengan seseorang yang selalu terpuruk dalam kehidupannya dan
tidak pernah bangkit untuk menjalani hidup? Lebih baik mana? Menjadi
Eccedentesiast bukan? dia berhasil! dia berhasi tersenyum! Tersenyum dalam
tangisannya.
Tetapi sekali lagi. Eccedentesiast? Apa itu? Eccedentesiast merupakan
sebuah kata asing yang merupakan sebutan untuk seseorang yang selalu
menyembunyikan perasaan sakitnya dibalik senyumnya. Ah? Berarti dia
munafik? Tidak. Jika lo berfikir dia munafik. Itu tidak benar. Bahkan jauh dari kata
kemunafikan. Dia hanya tetap tersenyum saat dunia menjauhinya. Lo tidak akan
pernah tahu apa yang sebenarnya seorang Eccedentesiast lakukan...
banyak. Mereka akan menunjukkan perilaku yang seakan akan mereka tidak
memiliki beban dalam menjalani hidupnya. Kenapa mereka bisa seperti itu?
gue gak tahu pasti, kekuatan apa yang sebenarnya membuat mereka menjadi
seperti itu. Yang terlintas di benak gue adalah, mereka (Eccedentesiast) mungkin
udah terbiasa hidup sendiri (melakukan sebagian besar kegiatannya tanpa
bantuan orang lain atau dalam kata lain mandiri), menyelesaikan masalah
sendiri, ataupun sering berbicara sendiri.
Namun kemungkinan yang lebih tepat, kekuatan itu hadir dari Tuhan
melalui diri sendiri. Seorang Eccedentesiast mungkin adalah orang yang
mempunyai self-control yang berbeda dengan kebanyakan orang. Seorang
Eccedentesiast selalu berusaha untuk menyelesaikan setiap persoalan dalam
hidupnya tanpa bantuan orang lain. Dan yang terpenting adalah, seorang
Eccedentesiast gak pernah mengeluh tentang persoalan yang sedang
dihadapinya. Percayalah, semua tidak selalu terlihat sebagaimana adanya. Bener
kan? Gak semua yang lo liat sesuai dengan kenyataan. Dalam contoh kecil
adalah seorang Eccedentesiast tadi. Jika lo hanya menilai dia hanya sebatas
perilaku yang ditunjukkannya ke orang banyak, maka lo ibarat melihat cover
sebuah buku, seakan-akan lo udah tau isi buku tersebut (ntah kata-kata siapa
ini).
Tuhan menciptakan manusia dengan porsi masalah yang berbedabeda. Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam menghadapi setiap persoalan
dalam hidupnya. Menurut gue, seorang Eccedentesiast spesial di mata Tuhan.
Kenapa? lo bayangin aja gimana kuatnya seorang Eccedentesiast dalam
menghadapi setiap masalahnya. Dia selalu berusaha untuk mencari jalan keluar
dari setiap masalahnya, tanpa mengeluh kepada orang lain, dan yang terpenting
yaitu Eccedentesiast selalu tersenyum dibalik rasa sakitnya. Gak semua orang
bisa gitu kan? Makanya, seorang Eccedentesiast selalu menghadapi masalah
yang lebih berat dibandingkan dengan kebanyakan orang. Bahkan seorang
Eccedentesiast masih mampu untuk membantu menyelesaikan masalah orang
lain disaat masalahnya sendiri belum selesai. Kenapa seorang Eccedentesiast
mampu melakukan itu? Logikanya gampang, seorang Eccedentesiast mampu
untuk membantu masalah orang lain, karena dia udah pernah mengalami
masalah tersebut atau paham dalam menyelesaikan masalah tersebut. Tapi,
ketika si Eccedentesiast mendapatkan masalah baru, dia akan berusaha
menyelesaikan masalahnya sendiri dengan caranya sendiri. Dengan menutupi
masalah dibalik senyuman, seorang Eccedentesiast mendoktrin otaknya agar
lebih tegar dan kuat dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapinya.
Well, terlepas dari itu semua, ada sisi baikdan sisi buruk dari seorang
Eccedentesiast. Menurut gue, sisi baiknya adalah seorang Eccedentesiast
mampu untuk mandiri dan tidak gampang mengeluh. Namun, sisi buruknya
adalah seorang Eccedentesiast cepat atau lambat akan merasa bahwa semakin
dia menyembunyikan sesuatu maka dia akan merasa dunia semakin
menjauhinya, dalam artian lain bahwa seorang Eccedentesiast akan merasa
sendiri seolah-olah tak ada satu orangpun yang dapat mengerti dia.
Orang yang tabah dan kuat dalam menghadapi masalah atau kehilangan dibagi
menjadi dua tipe, mereka yang bisa melepaskan semua kesedihan mereka dan
memutuskan untuk bahagia sementara yang lainnya adalah berpura-pura untuk
bahagia.
Ibarat mereka yang membuang garam keluar dan mereka yang memakan
garam. Mereka yang membuang garam tidak akan merasakan asinnya garam
tapi mereka yang memakan garam akan merasakan rasa asin tersebut.
Mengapa banyak orang yang lebih memilih tersenyum walaupun sebenarnya dia
tidak ingin tersenyum? Itu akibat dari lingkungan sosial kita yang melihat bahwa
kesedihan adalah hal yang tabu. Ketika masyarakat melihat orang yang sedih,
mereka akan menuntut orang itu untuk terlihat bahagia. Bukan karena mereka
peduli terhadap orang itu, tapi demi kepuasan hati sendiri karena melihat orang
sedih itu tidak menyenangkan. Perkataan paling mainstream adalah, "Kok kamu
sedih? Senyum dong, Nah gitu kan Cantik."
Setiap orang memiliki masa dimana dia merasa sakit, sedih, kehilangan, kecewa
dan marah. Itu bukan hal yang buruk, itu adalah perjalanan hidup agar mereka
semakin kuat. Memendamnya tapi tidak menghadapinya hanya akan
menimbulkan tekanan atau depresi dalam waktu lama.
Ada sebuah kisah tentang Eccendentesiast yang sangat terkenal, dan sangat
inspiratif menurutku. Begini kisahnya.
Di tengah kota yang sangat sibuk terkenal seorang badut yang hebat dalam
menghibur orang lain. Banyaknya pekerjaan, masalah ekonomi yang berat, dan
masalah-masalah kota metropolitan membuat banyak orang yang datang ke
badut itu hanya untuk menikmati canda dan tawa yang dibuat oleh badut yang
tidak diketahui siapa orang di balik topeng lucunya.
Pada suatu hari ada seseorang yang datang ke psikiater terkenal, dia cerita
beberapa masalah yang dia hadapi hingga akhirnya dia berkata "Mengapa
masalah di dunia ini sangat sulit? Banyak yang harus saya selesaikan dengan diri
saya sendiri, Saya bingung, Saya frustasi dalam menghadapi masalah di dunia
ini, seperti tidak ada habisnya masalah itu datang ke saya..."
Psikiater itu berkata padanya "Kau baru ya di kota ini? Apa kau tau, di tengah
kota ada seorang badut yang sangat terkenal, dia pandai membuat orang lain
tersenyum ketika mereka merasa frustasi seperti anda, kenapa kau tidak
mencoba datang ke dia, kau akan merasa terhibur"
Ruangan sang psikiater pun tiba-tiba hening, sang pasien pun terdiam, dia
menunduk, dan seketika air mata keluar dari matanya. "Bagaimana saya bisa
terhibur oleh badut tersebut?" tanyanya..
"Memangnya ada apa? Mengapa kamu tidak bisa terhibur olehnya?" sang
psikiater pun mulai bingung, karena biasanya pasien-pasiennya langsung pergi
ke badut tersebut dan mencari hiburan, namun tidak pasiennya yang satu ini.
"Karena..." sang pasien mulai menangis, dia mencoba kuat untuk
mengakatakannya, dia mencoba untuk menahan air mata dan sesak di dadanya
sambil berkata "Karena... saya lah badut tersebut..."
Setiap orang pantas bahagia, setiap orang memiliki kebebasan dalam hidupnya.
Tidak ada salahnya sedih dan menangis, jika kesedihan sesaat itu membuatmu
menjadi lebih kuat dan lebih bijaksana. Membuat dirimu lebih menghargai
kebahagiaan.
Akui bahwa dirimu butuh perhatian dari dirimu sendiri, sebelum mengatakan
dirimu akan baik-baik saja biarkan dirimu dihibur karena dirimu pantas bahagia.
Dia pantas mendapatkan kasih darimu.
Marilah mulai kehidupan dimana setiap senyuman kita berasal dari hati kita
dengan tulus :)
Hidup...
Tadi pagi gue duduk di bandara Yogyakarta. Ditemani segelas Pepsi dan Roti
Croissant yang masih dibungkus dengan pelastik. Gue duduk di ruang tunggu
bagian arrival, buat nungguin nyokap dateng dari Jakarta. Seperti biasa, gue
lebih suka diem dan merhatiin keadaan di sekitar gue. Melihat orang dengan
kesibukannya masing-masing, dan mencoba memikirkan bagaimana jika gue
menjadi mereka.
Ada beberapa bapak-bapak dengan baju biru lusuhnya yang berdiri sambil
menikmati rokoknya. Tertawa bersama dan membicarakan hal-hal yang terjadi
belakangan ini. Ketika orang-orang keluar dari tempat dimana mereka
mengambil tas, bapak-bapak ini teriak dan menyaut satu-satu orang yang
melaluinya.
"Taksi Pak! Taksi Buk! Mari Taksi murah!"
Namun semuanya menolak tawarannya. Dengan senyuman mereka berbincangbincang lagi dan tertawa bersama menunggu penumpang selanjutnya yang
mendarat karena tidak ada yang menerima tawaran mereka. Mereka kalah
dengan Travel Agency yang lebih terpercaya, kalah dengan Driver yang sudah
menjadi langganan, dan kalah dengan orang-orang suruhan hotel yang
menjemput tamu-tamunya. Mereka menikmati kekalahan mereka dengan canda
nasib yang sama dengan sesama sopir taksi yang lain, tetap tertawa jika di tolak,
tersenyum jika diacuhkan. Kenapa mereka mau bertahan? Keluarga.. Tidak lebih
dari itu. Demi keluarga lah mereka bertahan melalui itu semua setiap harinya.
Itu lah hidup, terkadang memiliki segalanya membuat kita berpikir, segalanya
tidak dapat kita miliki. So, enjoy it! Jika kekayaan adalah kunci kebahagiaan,
tentu orang-orang kayak akan menari bahagia di jalanan. Tapi hanya anak-anak
lampu merah yang sering melakukannya. Lari ke sana kemari mengetuk setiap
kaca mobil yang berharap mendapatkan receh untuk jajan mereka, lalu bercanda
memamerkan uang koin yang mereka dapatkan ke satu sama lain.
Kecantikan dan kepopuleran pun belum tentu membawa kita pada hubungan
yang ideal. Artis-artis pun tidak memiliki hubungan perkawinan yang baik,
perceraian, perselingkuhan, mereka tidak bisa hidup seromantis itu jika kamu
merasakannya sendiri.
"Kita tidak punya waktu untuk memikirkan sesuatu yang tidak kita miliki. Kita
hanya dapat memanfaatkan apa yang terbaik dari diri kita, untuk tetap berjuang
dalam hidup".
-Hiruma (Eyeshield 21)
Eccedentesiast ):
" Nobody Know How's I Feel Inside"
Yap, kalimat itulah yang tepat untuk menggambarkan pribadiku yang pintar
berperan dalam drama kehidupan ini.sangat sukar memang berperan seperti ini,
apalagi belum ada tempat untuk berbagi.
Aku diberi-Nya lakon manusia dengan karakter emosional yang kuat. merasakan
apa yang dirasakan sekitar, merasakan keganjalan yang terjadi. sangat
mencintai kdamaian dan membenci konflik.
Eccedentesiast adalah istilah psikologi untuk seseorang yang menyembunyikan
rasa sakit dibalik senyumnya. Tegar Bukan? Iya, inilah karakterku yang paling
aku suka yang dia anugerahi-Nya, walau tak mudah menjalaninya.
Aku yang kecil, menangis dalam diam melihat kedua orangtua ku bertengkar,
terus berusaha tertawa menonton acara tv kartun minggu pagi. Tegar bukan?
Iya, itu aku umur 4 tahun. semua masih terekam nyata dalam ingatan.
Terlepas dari itu, aku menanggung semua kesalahan yang adikku perbuat dan
memaklumi segala tingkah lakunya yang begitu menyebalkan,menahan segala
cacian dari ibuku atas kesalahan. Dewasa ya? Tentu, akulah kakak dewasa itu,
padahal aku baru kelas 2 sd.
Semakin besar, relasi dan pertemanan ku semakin luas. Begitu juga peranku
terhadap mereka, tak sedikit dari mereka yang percaya menceritakan keluh
kesahnya padaku.Yap, aku pendengar yang sangat baik., terkadang pun aku ikut
menyumbang saran untuk mereka. Aku menyukai peranku untuk satu ini, entah
apa yang apa yang kurasa saat mereka terlihat legaa.
Seringkali akupun membantu apa yang sudah menjadi kewajiban mereka, aku
tak tega melihat wajah menyedihkan mereka yang membuatku ingin membantu.
Namun, dibalik semua waktu luangku untuk mendengarkan cerita, memberi
saran-saran, dan bantuanku. Sesungguhnya akupun ingin didengar juga, akupun
tak setegar apa yang terlihat, dan dibalik semua bantuanku masih banyak
tugasku yang belum tentu aku bisa selesaikan sendiri. Entah, rasa peduliku yang
terlalu berlebih atau apa.
Benci konflik; Iya aku sangat membenci konflik. Aku akan melakukan apapun
untuk menghindarinya, ataupun menguranginya. Aku ikhlas bila aku harus
kembali tersakiti dan terus terlihat tersenyum. Sesungguhnya aku akan merasa
sangat bahagia bila mereka semua bahagia.......
Eccedentesiast!
DIA ECCEDENTESIAST?
DESEMBER 18, 2012 BY FAUZIA S KENCANA
Dia tersenyum, tetapi sebenarnya tidak. Ia tertawa tetapi
Apa kamu tahu mengapa Ia dapat seperti itu? Ada apa dengannya? Tidak. Tidak.
Jika kamu berfikir dia gila, aku tegaskan sekali lagi. Dia tidak gila. Tidak gila. Lalu
kenapa? Ia hanya berusaha mencoba tersenyum di saat semua orang menjauh.
Ah? Berarti dia munafik? Tidak. Jika kamu berfikir Ia munafik. Itu tidak benar.
Bahkan jauh dari kata kemunafikan. Ia hanya tetap tersenyum saat dunia
menjauhinya. Kau tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya seorang
Eccedentesiast lakukan.
Am I an Eccedentesiast?
Sebelumnya gue penasaran apa itu Eccedentesiast. Gue tau kalimat itu dari bio
Twitter kakak kelas gue, awalnya gue nanya ke kakak kelas gue.
Nyebelin abis! Padahal kan gue cuma penasaran doang apa artinya. Gue coba
translate pake translator malah gak ketemu artinya. Dan setelah gue searching
di Google, ternyata Eccedentesiast itu merupakan sebuah istilah yang artinya
seseorang yang menyembunyikan rasa sakit mereka dibalik senyumnya.
Sebenernya Eccedentesiast itu bukan menjurus ke seseorang yang munafik.
Namun, maksudnya sosok Eccedentesiast itu cenderung lebih memendam rasa
sedih dan berlagak seperti orang yang bahagia di depan semua orang dengan
senyum ceria nya. Sosok Eccedentesiast sebenarnya mempunyai tekanan batin
yang sangat dalam, mereka cenderung lebih memilih memendam perasaan
sedih mereka agar orang disekitarnya gak tau bahwa ia sebenarnya memendam
rasa sedih yang teramat dalam. Bukan lebay, memang sosok Eccedentesiast
seperti itu. Dan gue baru tau itu. Makin kesini gue makin sadar kok istilah ini
seolah-olah kok 'gue' banget sih. Jujur, gue orangnya emang suka mendem
perasaan sedih gue daripada lebay menunjukkan perasaan sedih gue ke orangorang yang belum tentu orang-orang bener-bener tulus peduli sama gue. Gue
lebih baik ketawa ngakak abis-abisan sampe kentut daripada nunjukkin
kelemahan gue sama semua orang. Gue emang kadang sering Drama Queen di
malam hari, tapi gue gak mau orang-orang ngeliat gue kaya gitu. Gue bisa tegar,
gue kuat, dan gue gak boleh lemah meskipun dunia dan seluruh isinya udah gak
peduli lagi sama gue.
Yap, it's me. I'm an Eccedentesiast who hide my pain behind a smile. I always
show to them that I'm fine and feel happy with my fake smile. Although it's hurt
enough. I don't wanna to let them know about what I'm actually feeling. I just
wanna see people around me happy without knowing what I feel inside. Yeah, it's
me. I'm an Eccedentesiast :-)
Udah banyak orang bilang kamu eccedentesiast po? -___- udah satu pleton kali
yang nanya. Pertama denger tuh istilah udah dari kelas 9 smp, pertamanya ga
dong apaan tuh, dan setelah nanya nanya oooo ternyata artinya itu to, kurang
lebihnya seseorang yang menyembunyikan rasa sakitnya dibalik senyuman.
WTF, kenapa aku dilabeli kek gituan, gak paham jugaa, tapi ya lama kelamaan
kok gimana gitu, wahaha sudahlah. Emang arti istilahnya kalo diterima mentah
itu horror banget, berasa kasian banget gitu tapi yaa gak seburuk itu kok, santai
ajaa:))
So, apa yang dirasain sama orang eccedentesiast? Ya biasa aja, gak setiap
senyum itu artinya gitu, Cuma tertentu aja dan senyumnya pun bakal beda. Bisa
bahagia? Bisa bangetlah, malahan orang eccedentesiast itu lebih menghargai
kebahagiaan jadi ada peluang buat seneng-seneng pasti diambil cuma
sayangnyaaaa ga banyak yang bisa bener bener dinikmari bahagianya soalnya
entah kenapa bakal ada pikiran yang gatau tiba tiba ganggu gitu dan orang
eccedentesiast mungkin takut bahagia berlebihan ya karna ntar sekalinya
momen bahagianya berakhir bakal berasa sepi banget, bakal kayak berasa
sendiri gitu. La terus gimana hari harinya orang eccedentesiast? Ya biasa juga,
orang eccedentesiast lebih suka kesibukan, soalnya ya Cuma waktu itu orang
eccedentesiast gak mikir kesedihannya, karna ada sesuatu yang dikerjakan jadi
kayak lupa gitu, terus orang eccedentesiast juga menghindari konflik, gatau
kenapa tapi benci aja. Orang eccedentesiast juga pendengar yang baik, seakan
bisa paham banget sama yang dikeluhkesahkan pencerita, padahal ya aslinya,
ini tak kasih tau, orang eccedentesiast itu mendengarkan keluh kesah si
pencerita lalu menggabungkan sama rasa sedinya terus dibayangin gitu, sedih
banget? Ya emang gitu sih nyatanya. Orang eccedentesiast juga sebenernya
pengen didengar juga ceritanya cumaa gatau harus mulai dari mana dan
sungkan abiss buat cerita ini itu dan pada akhirnya kita ceritain yang lain yang
gak ada sangkut pautnya sama yang dirasain didalem. LOL.
Oiya, sempet juga baca baca postingan tentang orang orang eccedentesiast, dan
ya rata rata sama, mereka bersikap sangat dewasa sekali, dan aku ngebaca
kalimat ini dia tersenyum, tetapi sebenarnya tidak. Ia tertawa tetapi sebenarnya
ia menangis. Ia ceria tetapi sebenarnya ia bersedih. FAK SEKALI WAHAHAHA. Ya
kira kira kek gitulah yang dirasain orang eccedentesiast dari pengamatanku
gatau orang lain yaa wahaha tapi mungkin sama kok. Oiya. Belum jawab
pertanyaan ya, kok akhir akhir ini murung? Oke aku jawab, sebenernya ya biasa
aja, gak ada yang beda, Cuma mungkin aku lebih emosian aja, gatau kenapa,
keknya da banyak hal yang aku takutin terus numpuk numpuk dan jadilah emosi.
Hilanginnya gimana? Sering sering teriak aja atau lompat lompat ga jelas atau
cerita bereng temen temen wkwk:)) makanya aku sering teriak + lompat lompat
gaje, lucu bangbang kan. Dan pada akhirnya aku mendapati pribadiku lebih
seneng sendiri, apalagi kalo sepi gitu suasananya, gatau aja tapi nyaman
banget:)). So, kamu eccedentesiast? Gatau:)) aku terjebak mungkin diantara
eccedentesiast, emosian, dan penyendiri. Bye!~
DIA ECCEDENTESIAST?
DESEMBER 18, 2012 BY FAUZIA S KENCANA
Apa kamu tahu mengapa Ia dapat seperti itu? Ada apa dengannya? Tidak.
Tidak. Jika kamu berfikir dia gila, aku tegaskan sekali lagi. Dia tidak gila.
Tidak gila. Lalu kenapa? Ia hanya berusaha mencoba tersenyum di saat
semua orang menjauh.
Ia pernah berputus asa dalam menghadapi dunianya. Bagaimana Ia tidak
berputus asa jika segala sesuatu yang Ia harapkan dalam dunianya tidak
dapat Ia dapatkan? Bagaimana Ia tidak berputus asa jika semua hal di
dunia ini harus Ia hadapi dengan tangisan? Bagaimana tidak Ia berputus
asa jika segala yang Ia lakukan tidak berarti apa-apa untuk orang lain?
Dia Eccedentesiast. Apa Ia salah menjadi Eccedentesiast? Apa Ia salah jika
Ia tetap menjalani hari di balik tangisannya? Apa berdosa jika Ia mencoba
tersenyum walaupun sambil bersedih? Tidak. Walalupun Ia pernah berfikir
tidak ada gunanya lagi jika Ia hidup, tetapi untung sajalah Tuhan
They called it 'eccedentesiast'. Hahaha yep, someone who fakes a smile. Or we can say that means
someone who hides behind a smile.
When you got a big problem and you just smile, pretending that's everything is alright. Did you do
something like that? Cause, I did :')
"Sometimes it's more easier to smile even if you're hurting inside than to explain to the whole world
why you're sad."
"We put on a fake smile to hide the pain. Yet we wish someone would just look closely enough and see
how broken we really are inside."
"A fake smile can hide a million tears."
"Behind my smile is a hurting heart. Behind my laugh, I'm falling apart. Look closely at me and you
will see, the girl I am...isn't me."
"Behind my smile is everything you'll never understand."
"I act like such a happy person. But deep down, I'm not. I know people have it worse than me. But I
still have troubles of my own."
"The prettiest smiles hide the deepest secrets. The prettiest eyes have cried the most tears. The kindest
hearts have felt the most pain."
Have you ever felt so alone and nothing makes sense? Well that's how I feel right now. I feel like I'm
facing everything myself, with nothing but tears and a fake smile :)
When I cry at night, the only thing I can think to myself is, "How can I seem so perfectly fine in the
morning. Why do I smile like nothing is wrong? And how does not one single person notice that I'm
not okay?"
You know you can fool everyone with your fake smile and pretend to laugh |
Well guys, I'm so professional at this one. What about you? ;)