Bab 1. Pendahuluan
Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau
Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan
negara Papua Nugini atau East New Guinea. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah
Papua bagian barat, namun sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi di mana bagian
timur tetap memakai nama Papua, sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua
Barat.
Papua memiliki luas 808.105 KM persegi dan termasuk pulau terbesar kedua di dunia
dan pulau terbesar pertama di Indonesia.
:Samudera Pasifik
Selatan
Barat
Timur
:Papua Nugini
1.3. Demografi
Suku bangsa
Papua (52%), Non Papua/Pendatang (48%) (2002)
Papua: Suku Aitinyo, Suku Aefak, Suku Asmat, Suku Agast, Suku Dani, Suku Ayamaru,
Suku Mandacan, Suku Biak, Suku Serui, Suku Mee, Suku Amungme, Suku
Kamoro
Prinsip pengobatan inimenurut Oosterwal adalah bahwa penmyakit ini terjadi karena
tubuh
kemasukan roh maka dengan menginjak-injak tubuh si sakit dimulai pada kedua tungkai
dilanjut ke tubuh sampai akhirnya kepala maka injakan tersebut akan mengeluarkan roh
jahat dari dalam tubuh.
5. Pola pengobatan pengurutan
Pola ini dikenal oleh suku bangsa yang tinggal didaerah selatan merauke yaitu bangsa
asmat serta selatan kabupaten jayapura yaitu suku bagnsa towe.Prinsip pengobatn ini
menurut van Amelsvoort adalah bahwa penyalit ini terjadi karena tubuh kemasukan roh
maka dengan mengurut seluruh tubuh si sakit akamn keluar roh jahat dari tubuhnya.
6. Pola pengobatan ukup
Dikenal oleh suku bangsa yang tinggal di selatan kabupaten Jayapura berbatasan dengan
kabupaten jayawijaya yaitu suku bangsa towe, ubrub. Prinsip pengobatan ini adalah
bahwa
penyakit terjadi karena tubuh kemasukan roh, hilanh keseimbangn tubuh dan juwa, maka
dengan uap hasil dari ramuan daun-daun yang dipanaskan dapat mengeluarkan roh
jahat
dan penyebab empiris penyakit.
Dari konsep sehat dan sakit menurut perspektif kebudayaan orang papua ada dua
kategori yang dikemukakan Anderson dan Foster berdasarkan lingkup hidupnya yaitu
kategori pertama, memandang konsep sehat-sakit bersifaat supranatural artinya melihat
sehat-sakit karena adanya gangguan dari suatu kekuatan yang bersifat gaib atau mahluk
halus atau kekuatan gaib yang berasal dari manusaia.
Sedangkan kategori yang kedua adalah rasionalistik yaitu melihat sehat-sakit karena
adanya intervensi dari alam, iklim, air, tanah,Dan lainya serta perilaku masyarakat itu
sendiri
seperti hubungan sosial itu sendiri yang kurang baik, kondisi kejiwaan dan lainnya yang
berhubungan dengan perilaku manusia.
Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal di antara
sekian banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia.
Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu
tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif yang seringkali digunakan
dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung adalah mengambil tema
nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. seringkali juga ditemui
ornamen / motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai
sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam
kematian. Seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka
dalam
Cordyline terminalia
yang
berguna sebagai pestisida nabati.
penggunannya diketahui secara turun temurun dari generasi ke generasi dan tercatat
sebagai salah satu pengetahuan tradisional. Pemanfaatan jenis tumbuhan sebagai
pestisida nabati, dimanfaatkan di untuk membasmi hama-penyakit tanaman
pertanian
mereka. Bau yang dihasilkan dari ramuan yang dibuat sangat menyengat, sehingga
tikus/hama tidak berani untuk mendekati tanaman pertanian mereka. Penggunaan
jenis tumbuhan untuk keperluan magis digunakan sebagai obat swanggi. Berkaitan
dengan hal ini beberapa jenis tumbuhan dapat digunakan untuk menyembuahkan
penyakit, membangkitkan orang yang sudah mati, maupun untuk mempertahankan
diri
dari serangan musuh, penggunaan untuk keprluan jahat seperti, membunuh orang
dari
jarak jauh.
Khasiat dari tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Arfak sangat
beragam dan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, baik penyakit dalam
maupun penyakit luar, dan ada pula jenis yang dapat mengobati kedua macam
penyakit tersebut. Secara kuantitatif, terdapat 36 jenis tumbuhan yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit dalam seperti, Paspalum conjugatum
digunakan
untuk mengobati TBC, Amylotheca digunakan untuk mengobati kanker. Terdapat 13
jenis tumbuhan yang dapat mengobati penyakit luar, Dichroa cyanitis (Mayanji)
untuk
mengobati kadas. Terdapat 3 jenis tumbuhan sebagai obat penyakit dalam dan luar,
seperti Medinila pachyhylla (hauera) digunakan untuk mengobati muntaber dan
borok.
Di daerah ini Rumput Kebar atau Biophitum petersianum klotzschsebagai obat
penyubur wanita dan kayu Akway atau Drymis anthon sebagai pemulih stamina
tumbuh subur.
Terdapat juga tumbuhan Sesbou yang memiliki bermacam-macam khasiat yang
baik untuk kesehatan kita. Sesuai dengan penjelasannya, Akar atau umbi dari
tanaman ini bisa membunuh cacing yang mendiami perut manusia terutama pada
anak-anak. Sebelum digunakan, tanaman sesbou tersebut perlu dibersihkan terlebih
dahulu dengan air bersih. Setelah itu umbi atau akarnya diambil lalu ditumbuk atau
diparut hingga halus. Jus yang dihasilkan kemudian dicampur dengan air hangat.
direkomendasikan hanyalah satu sendok teh. Jumlah itu sudah cukup untuk
membunuh cacing yang mendiami perut mereka. Daun tanaman Sesbou tersebut
digunakan pula oleh masyarakat Suku Arfak untuk mempercepat keluarnya nanah
dari
bisul. Cara penggunaannya dengan menutup daerah yang terserang bisul dengan
daun Sesbou. Dalam beberapa hari saja, nanah akan keluar dan luka yang
ditimbulkannya akan cepat mengering.
oleh masyarakat Kampung Nansfori yaitu dengan cara direbus secara langsung atau
tanpa diolah dan dengan cara dirauh. Tumbuhan obat yang akan digunakan adalah
tanaman yang diyakini dan telah terbukti berkhasiat untuk mengobati suatu penyakit
Buah Merah adalah sejenis buah tradisional dari Papua. Oleh masyarakat Wamena, Papua,
buah ini disebut kuansu. Buah ini banyak terdapat di Jayapura, Manokwari, Nabire,
dan Wamena. Bagi masyarakat di Wamena, Buah Merah disajikan untuk makanan pada
pesta adat bakar batu. Namun, banyak pula yang memanfaatkannya sebagai obat. Secara
tradisional, Buah Merah dari zaman dahulu secara turun temurun sudah dikonsumsi karena
berkhasiat banyak dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti mencegah
penyakit mata, cacingan, kulit, dan meningkatkan stamina.
a. Deskripsi Tanaman
Buah merah termasuk tanaman keluarga pandan-pandanan
pohon
dengan
menyerupai pandan, namun tinggi tanaman dapat mencapai 16 meter dengan tinggi
batang bebas cabang sendiri setinggi 5-8 m yang diperkokoh akar-akar tunjang pada
batang sebelah bawah. Buah berbentuk lonjong dengan kuncup tertutup daun buah.
Buah
Merah sendiri panjang buahnya mencapai 55 cm, diameter 10-15 cm, dan bobot 2-3 kg.
Warnanya saat matang berwarna merah marun terang, walau sebenarnya ada jenis
Merah. Pengamatan atas masyarakat lokal berbadan lebih kekar dan berstamina
tinggi, padahal hidup sehari-hari secara asli tradisional yang serba terbatas dan
terbuka dalam berbusana dalam kondisi alam yang keras serta kadang-kadang
bercuaca cukup dingin di ketinggian pegunungan. Keistimewaan fisik penduduk
lain
yakni jarang yang terkena penyakit degeneratif seperti: hipertensi, diabetes,
penyakit jantung dan kanker,dll.
d. Aktifitas Farmakologi
1. Ekstrak air P. Conoideues pada dosis 0,21 ml/ 200 gram dapat menghambat
pertumbuhan kanker paru tikus galur Sprague-Dawley yang diinduksi dengan
7,12dimetilbenzen(a)antrasen(DMBA) (Munim et al, 2006).
2. Ekstrak dan fraksi etil asetat buah merah memiliki aktifitas sebagai antioksidan
(Rahman etal, 2010).
3. Minyak buah merah meningkatkan skor klinis dan menghambat ekspresi COX-2
pada model mencit ca. Kolorektal (Khiong, 2012).
4. Fraksi buah merah (5 dan 1 ul/ml) menghambat pertumbuhan kanker cervix secara
in-vitro (kultur sel HeLa) (Ratnawati et al, 2008).
5. Fraksi etil asetat buah merah menginduksi apoptosis sel kanker serviks manusia
(kultur sel CaSki) (Achadiani, 2013).
e. Toksisitas
1. Toksisitas akut
-
Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah merah: LD50 7,687 g/ kg BB (Ramdhini,
2012).
Uji toksisitas akut minyak buah merah: LD50 5 ml/ 200 gram tikus Wistar
(Widowati, 2009).
Uji toksisitas khusus: efek teratogenik: ekstrak buah P. Conoideues var. Yellow
fruit menyebabkan terjadinya lordosis pada embrio tikus Rattus norvegicus pada
dosis 0,16 ml (Muna, 2010).
f.
Daun gatal yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional dan dipasarkan di pasar
tradisional Manokwari adalah daun dari tanaman perdu famili Urticaceae yang terdiri atas
beberapa spesies. Daun gatal yang umumnya dijual di pasar tradisional Kota Manokwari
berasal dari spesies Laportea decumana (roxb.) chew.
a. Deskripsi tanaman
Terdapat tiga jenis daun gatal berdasarkan tempat tumbuh, di dataran tinggi dan
dataran rendah. Daun gatal yang tumbuh di dataran tinggi daunnya relatif sangat lebar
dan biasanya sensasi rasa gatalnya pun lebih menggigit dibandingkan dengan daun
gatal yang tumbuh di dataran rendah. Daun gatal yang tumbuh di dataran rendah lebih
pendek dan daunnya agak kecil dan memanjang bentuk daunnya.
d. Penggunaan tradisional
Daun gatal sebagai pereda nyeri dan penghilang pegal digunakan oleh Suku
Meyah di distrik Masni, Manokwari (Johanis Paulus Kilmaskossu) dan suku Maybrat di
distrik Mare, Sorong (Frengki Hara). Setelah daun gatal ditempelkan ke badan yang
nyeri, pegal dan lelah, timbul rasa gatal sekitar 3 4 menit. Tak lama kemudian hilang,
hanya ada bentolbentol merah seperti terkena ulat bulu dan rasa hangat yang
menjalar
di bagian tubuh yang digosok.
Bahkan pada suku Meyah, Daun gatal yang disebut meciwi ini dapat digunakan
dalam proses persalinan sebagai obat penghilang nyeri pada ibu yang akan melahirkan.
Daun gatal ditumbuk halus dan membalurkan pada beberapa bagian tubuh.
Daun gatal sebagai obat sakit kepala digunakan dengan cara membungkuskannya
di kening dan kepala. Daun akan dilepas jika sakit kepala terasa lebih ringan.
Daun gatal spesies Dendronicde Sp dimanfaatkan oleh suku Hatam di Manokwari
sebagai tumbuhan untuk melatih peningkatan penciuman anjing berburu. Batang
tengah
daun gatal dipotong menjadi potongan kecil dan memasukannya ke hidung anjing yang
hendak dijadikan anjing berburu, diusahakan hingga anjing tersebut bersin ataupun
hidungnya berdarah. Setelah itu, anjing diciumkan dengan bau daging ataupun buruan
tertentu. Hidung anjing berburu menjadi sangat peka dengan bau mangsa buruan (M.J.
Sadsoeitoeboen)
Daun gatal juga digunakan sebagai medium baca alias ritual magis terkait
kepercayaan lokal.
e. Efek tidak diinginkan
Penggunaan daun gatal yang salah, dapat menimbulkan demam dan merasakan
gatal yang panas dan menyiksa. Penanganannya segera ambil tanah dan gosok ke
bagian
tubuh yang terkena daun gatal. Tanah yang diambil jangan terlalu kering ataupun terlalu
basah.
f. Aktifitas farmakologi.
Belum ditemukan jurnal penelitian yang menjelaskan tentang aktifitas farmakologi daun
gatal.
a. Deskripsi tanaman
Kayu akway (Drymis sp) tumbuh di hutan Pegunungan Arfak - Papua, Australia,
Philippina, Afrika dan Amerika Latin, herbal ini sering digunakan oleh masyarakat Papua,
terutama mereka masyarakat Moile yang berdomisili di kampung Anggra dan Smerbei di
pedalaman distrik Miyambouw sebelah Selatan Manokwari (Papua). Tanaman Drymis juga
digunakan oleh suku Arfak, sebagai obat dan afrodisiak.
Drymis tumbuh pada ketinggian 1200 m, 1600 m, 2000 m, 2400 m di atas
permukaan
laut. Terfapat 3 jenis Drymis yaitu Drymis winterii. Forst, Drymis piperita. Hook, dan Drymis
beccariana. Gibbs.
Bagian akar dan batangnya juga mengandung flavonoid, saponin, dan tanin.
bisa juga dengan mengikis kulit batang kemudian dicampur air segelas kemudian
rebus.dosisnya 2 sendok makan diminum seminggu 2 kali.
Biasanya masyarakat lokal (papua) merebus batangnya dan diminum selagi masih
hangat. Untuk stamina baik diminum sekali dalam 2 hari, tetapi jika untuk
penyembuhan 3 kali 1 hari.
Selain itu, masyarakat papua dalam kehidupan sehari-hari biasa menggunakan kayu
akway ini untuk mengobati sakit pada persendian (reumatik), sebagai obat kulit alami
(baik
untuk kudis), KB alami (digunakan untuk mengatur jarak kelahiran) bisa juga untuk
mengurangi nyeri haid, asma, TBC, Bronchitis, Penumonia serta ampuh mengobati
demam yang disebabkan malaria.
d. Aktifitas farmakologi
Dimanfaatkan sbg afrodisiak (sebagai obat kuat laki-laki) dan kontrasepsi untuk
wanita.
Bagian daunnya memiliki aktivitas antibakteri sedang sampai kuat (Parubak 2007).
Bagian kulit kayu dari tanaman akway juga banyak mengandung flavonoid, saponin,
dan tanin (Santoso et al, 2004).
Nama
Kandungan
Bagian
Penggunaan
Tanaman
Senyawa Kimia
tanaman
Tradisional
diteliti
yang
digunakan
1
Buah Merah
Komposisi gizi:
(Pandanus
Karoten (12.000
coroideus Lam)
ppm)
Betakaroten (700
ppm)
Tokoferol (11.000
ppm)
Buah
Meningkatkan
daya
tubuh
tahan
menghambat
Senyawa aktif:
Dalam sari buah
merah: asam
sebagai
oleat, asam
linoleat, asam
3. Minyak
antioksidan
buah
merah
linolenat, dekano
Omega 9 yang
semuanya
merupakan
senyawa aktif
menghambat
penangkal
terbentuknya
radikal bebas
dalam tubuh.
2008).
Dalam minyak
2.
Daun Gatal
buah
merah:
Asam
oleat,
asam palmitat,
minyak atsiri
2013).
monoridin,
Daun
tryptophan,
- Pereda nyeri
dan pegal
histidine, alkaloid,
- Mengatasi
flavonoid, asam
nyeri
formiat
persalinan
dan
antrakinon.
- Mengatasi
sakit kepala
- Medium baca
mantra
3.
Kayu akway
Bagian
daun
Daun
- Afrodisiak
memiliki
Batang
- Meningkatkan
kandungan
Kulit batang
flavonoid
sebanyak
0.3680%, saponin
sebanyak 0.1220
%, dan tanin
stamina
- Menjarangkan
kayu
kelahiran
mengatasi
- Mengatassi
persendian
nyeri haid
untuk
sakit
di
serta
- Sakit pada
sebanyak 10.33 %
persendian
(Parubak 2007).
(reumatik)
- obat
kulit
alami (baik
kandungan
untuk kudis)
serupa, namun
lebih kecil
- asma, TBC,
Bronchitis,
Penumonia
- demam yang
flavonoid,
disebabkan
malaria.
et al, 2004).
Daftar Pustaka
1. Argyo Demartoto. 2007. Sosiologi Kesehatan. http://argyo.staff.uns.ac.idfiles/2010/08/
sosiologi-kesehatan1.pdf
2. Ellyn K. Damayanti. 2011. Etnofitomedika. http://ellynk.damayanti.staff.ipb.ac.id/files/
2011/10/ETNOFITOMEDIKA_Nov2011.pdf
3. Fauzi Attamimi. 1997. Pengetahuan masyarakat suku Mooi tentang pemanfaatan
sumber daya nabati di
http://www.papuaweb.org/unipa/dlib-s123/attamimi-fauzi/s1.PDF
4. A.E. Dumatubun. 2002. Kebudayaan dan kesehatan orang papua dalam perspektif
antropologi kesehatan. Antropologi Papua (Volume 1. No. 1, Agustus 2002).
http://www.papuaweb.org/uncen/dlib/jr/antropologi/01-01/jurnal.pdf
5. Jullen P.S Cotesea, Mappeaty Nyorong, Indra Fajarwati Ibnu. __. PERILAKU
PENCARIAN PENGOBATAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT MALARIA DI
KELURAHAN REMU UTARA, DISTRIK SORONG, KOTA SORONG PAPUA BARAT.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9010/Jurnal
%20K11109114.
pdf?sequence=1
6. Dalimarta, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2. Jakarta : Trubus Agriwidya.
7. Haperi, Robert. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Desa Marau
Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak Numfor. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih Jayapura.
8. Kawengian, L. dan B.T. Rumahorbo. 2009. Potensi Vegetasi Non Kayu yang
Dimanfaatkan oleh Masyarakat di Distrik Unurum. Jurnal Biologi Papua. 1(1): 20 28.
9. Guay, Kabupaten Jayapura
10. Muller, Kal. 2005. Keragaman Hayati Tanah Papua. Universitas Negeri Papua.
Manokwari.
11. Rafra, T. Y. 2007. Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Kampung Maribu Tua Distrik
Sentani Barat Kabupaten Jayapura. Skripsi. Universitas Cenderawasih. Jayapura.
12. Simbala, H. 1997. Inventarisasi Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Heibebulu
dan Suku Moi Kabupaten Jayapura Irian Jaya. Direktorat Pembinaan Penelitan dan
Pengabdian Pada Masyarakat.
JURNAL