Anda di halaman 1dari 4

PRINSIP DASAR DAN KAIDAH ETIKA PENELITIAN

Menurut Prof. Achir Yani S. Hamid, MN, DNSc ada tiga prinsip utama eika
riset/penelitian yang perlu dipahami dan diterapkan oleh peneliti adalah beneficence,
menghargai martabat manusia, dan mendapatkan keadilan.
1. Beneficence
Satu prinsip etik yang sangat mendasar dalam riset adalah beneficence, yang
pada dasarnya adalah : diatas segalanya, tidak boleh membahayakan. Sebagian
besar peneliti menganggap prinsip ini mengandung banyak dimensi, yaitu :
a. Bebas dari bahaya
b. Bebas dari eksploitasi
c. Manfaat dari penelitian
d. Rasio antara resiko dan manfaat
2. Menghargai martabat manusia
Menghormatimartabat subjek merupakan prinsip etik kedua yag meliputi hak
untuk :
a. Menetapkan snediri (self determination) dan hak untuk
b. Mendapatkan penjelasan secara lengkap (full disclosure)
3. Prinsip mendapatkan keadilan
Prinsip etika penelitian yang tidak kalah pentingnya adalah tentang kepedulian
terhadapkeadilan. Prinsip ini mengandung hak subjek untuk mendapatkan
perlakuan yang adil dan hak mereka untuk memdapatkan keleluasan pribadi.

A. etika dan metode penelitian


dilihat dari ,etodenya peelitian dikelompokkkan menjadi dua, yakni metode
penelitian survei noneksperimen), dan metode penelitian eksperimen.
1. Pada penelitian survei hanya satu kali kontak antara peneliti dan responden,
yakni pada waktu pengambilan data saja. Intensitas hubungan antara peneliti
dengan yang diteliti responden) dengan snedirinya tergantung pada data yang
akan diperoleh atau dicari.
a. Apabila peneliti ingin memperoleh informasi tentang identitas responden
(umur, pendidikan, agama, dsb), pengetahuan dan sikap responden, perilaku
berdasarkan recall maka cukup dengan wawancara.
b. Apabila peneliti ingin memeproleh ingin memperoleh informasi tentang
perilaku responden dengan metode observasi (pengamatan), maka ini berarti
intensitas gangguan privacy responden lebih tinggi. Hal ini berarti peneliti
dituntut memberikan imbalan yang memadai.
c. Apabila peneliti dalam pengambilan informasi kepada responden dengan
melakukan tindakan invasi, misalnya pengambilan sampel darah maka
peneliti harus memberikan jaminan, bahwa hal tersebut tidak menimbulkan
rasa sakit. Disamping itu peneliti harus bertanggung jawab atas efek samping
atau akibat buruk dari tindakan pengambilan sampel darah tersebut.
2. Penelitian eksperimen kontak atau hubungan antara peneliti dengan responden
lebih intensif, yakni :

a. Pengambilan data awal (pretest) dan pengambilan setelah eksperimen


intervensi (posttest). Kadang-kadang pengambilan data setelah intervensi
tidak hanya sekali saja, melainkan berkali-kali.
b. Tahap intervensi atau eksperimen, hubgungan antara peneliti dengan
responden lebih intensif dan dalam waktu yang relatif lama. Karena dalam
penelitian ini peneliti melakukan intervensi dalam berbagai bentuk, misalnya
melakukan penyuluhan, pelatihan, mengajak atau menyuruh mereka untuk
melakukan kegiatan, dan sebgainya.
c. Dalam penelitian eksperimen, memang kelompok eksperimen atau kelompok
yang memperoleh perlakuan tertentu akan memperoleh keuntungan (benefit),
sekurang-kurangnya terpapar informasi yang baik tentang suatu hal yang
berguna bagi masyarakat. Tetapi masayarakat pada kelompok kontrol tidak
mendapatkan keuntungan apa-apa. Oleh sebab itu, peneliti harus memberikan
penghargaan bagi mereka. Imbalan yang paling baik adalah, setelah
dilakukan evaluasi atau pengumpulan data pasca eksperimen pada kelompok
eksperimen, secara etika eksperimen yang sama dilakukan juga pada
kelompok kontrol. Apabila hal ini tidak memungkinkan karena biaya, waktu
dan sebgainya cukupmemberikan sesutau untuk penghargaan atau kenangkenangan kepada masyarakat pada kelompok kontrol ini.
3. Pada penelitian, dimana peneliti hanya melakukan analisis terhadap data yang
telah tersedia atau sekunder, peniliti tidak secara langsung berhubungan dengan
responden.

B. Etika dan kualitas data penelitian


Dalam penelititan terutama dengan menggunakan metode wawancara atau angket
tergantung dengan sumber informasinya yakni responden atau informan. Sedangkan
informasi yang diberikan oleh sumbernya atau informannya sangat dipengaruhi
suasana hati dari orang sebagai informan. Namun, suasana hati informan sangat
dipengaruhi oleh hubungannya dengan peneliti. Misalnya, meskipun responden
sedang bermasalah dengan keluarganya, tetapi peneliti mampu mengambil hati dan
menenmpatkan diri secara baik, maka responden akan menjadi pemberi informasi
yang baik dan akurat.
Dalam pengambilan data atau informasi kepada responden akan menimbulkan
ketidaknyamanan responden yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Terganggunya Privacy
2. Terganggunya kegiatan atau pekerjaan
3. Berfikir atau berusaha sebaik mungkin untuk menjawab pertanyaan atau
memberikan informasi
4. Kemungkinan munculnya rasa emosional yang pernah dialami pada waktu yang
lalu
5. Penelitian dengan melakukan tindakan invasif
Dari indetifikasi ketidaknyamanan responden diatas jelas bahwa kondisi responden
atau informan pada waktu diambil informasinya dalm posisi yang tidak

mengenakkan. Oleh sebab itu dari segi etika, seorang peneliti harus bertanggung
jawab atas ketidaknyamanan responden sewaktu wawancara. Salah satu bentuk
tanggung jawab seorang peneliti terhadap ketidaknyamanan responden tersebut
adalah memberikan kompensasi atau imbalan kepada responden ini, seperti :
a. Ucapan terima kasih
b. Apabila wawancara tersebut menyebabkan hilangnya waktu dan pekerjaan yang
banyak bagi responden, maka peneliti perlu memberikan konpensasi dalam
bentuk uang sesuai dengan waktu kerja yang hilang.
c. Apabila dalam wawancara tersebut responden harus atau informan harus datang
ke suatu tempat yang ditentukan, maka perlu diberikan uang transportasi sesuai
dengan jauh dekatnya tempat tinggal responden dengan tempat wawancara.
d. Apabila dalam wawancara memerlukan waktu lama, peneliti berkewajiban
memberikan snack atau makanan pada para responden.
e. Apabila akibat pengambilan data tersebut menimbulkan sakit atau penyakit,
maka responden memerlukan perawatan di rumah sakit.
C. Perilaku peneliti dan ruang lingkup penelitian
Agar para peneliti memenuhi prinsip dasar dan kaidah-kaidah penelitian tersebut di
atas, serta memperlakukan subjek penelititan sesuai dengan etika penelitian, maka
diperlukan stamdar perilaku peneliti, sebagai acuan bagi peneliti, yakni :
a. Memahami kode etik penelitian dan mentaati semua ketentuannya.
b. Menunjukkan integritas dan profesionalisme, taat kaidah keilmuan, serta
menjunjung tinggi nama baik universitas atau institusi.
c. Mengutamakan kejujuran dan keadilan, tidak deskriminatif, serta bersikap
profesiona sebgai peneliti dalam memberikan bantuan bila diperlukan.
d. Memahami dan dapat menjelaskan manfaat serta resiko bagi masyarakat tentang
penelitian yang dilaksanakan.
e. Menghargai martabat manusia sebagai subjek penelitian untuk mendapatkan hak
privasi dankerahasiaan, hak otonomi, hak memperoleh penjelasan dan hak
bertanya sebelum memberikan persetujuan (inform concent) dalam pelaksanaan
riset.
f. Menjamin keselamtan semua pihak yang terlibat dalam riset. (SK Majelis Wali
Amanah, Universitas Indonesia No. 003/SK/MWA-UI/2008, tentang Kebijakan
Riset Universitas Indonesia)

Oleh sebab itu dalam rangka mempertahankan, menjaga, dan menjamin kualitas serta
etika penelitian diperlukan suatu panduan etika penelitian. Panduan etika penelitian
tersebut mencakup :
1.
2.
3.
4.

Tahap proposal
Tahap pelaksanaan
Tahap pengolahan data
Tahap laporan hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai