Anda di halaman 1dari 2

PEMAKAIAN ZAT WARNA MAKANAN

Akhir-akhir ini banyak pedagang yang menggunakan zat pewarna dalam makanan
sehingga membuat masyarakat resah. Winarno (dalam Irma, 2012) menjelaskan bahwa zat
pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang
berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan
yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa zat
pewarna makanan adalah zat tambahan yang dapat memberi warna pada makanan. Bermacammacam zat pewarna alami dan buatan digunakan oleh pedagang untuk menarik tampilan
makanan. Zat pewarna alami adalah zat pewarna yang sudah tersedia di alam, contohnya tomat,
daun suji dan secang. Zat pewarna buatan adalah zat pewarna hasil pengolahan dari manusia
yang berbahan dasar dari beberapa zat kimia, contohnya rhodamin.
Zat pewarna seperti tomat, daun suji, rodamin digunakan untuk pewarna kue, mie,
manisan, dan saus. Syah et al (dalam Irma) menjelaskan ditambahkannya zat pewarna pada
makanan yaitu untuk memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan,
dan membuat identitas produk makanan. Kutipan tersebut menjelaskan tentang alasan positif
penggunaan zat pewarna pada makanan. Namun banyak juga pedagang yang menyalahgunakan
zat pewarna makanan tersebut. Penyalahgunaan ini dilakukan oleh pedagang untuk mendapatkan
keuntungan yang besar. Beberapa contoh penyalahgunaan tersebut adalah pengolahan tomat
busuk yang dapat memberikan warna merah pada saus, dan penambahan rhodamin pada saus.
Mereka memberikan zat pewarna makanan tersebut dalam konsentrasi besar yang dapat
membahayakan kesehatan konsumen.
Pemberian zat pewarna akan memberikan berbagai dampak bagi kesehatan tubuh
konsumen. Ridwan (2012) menjelaskan bahwa zat pewarna makanan yang berbahaya jika
dikonsumsi adalah zat warna sintetik. Jika digunakan secara berlebihan dan terus-menerus, maka
zat warna sintetik akan tertimbun dalam tubuh dan dapat merusak fungsi organ-organ tertentu,
terutama hati dan ginjal. Hati akan dipaksa bekerja keras untuk merombak zat tersebut agar dapat
dikeluarkan dari hati, padahal kemampuan hati dalam hal ini sangat terbatas. Dari organ hati,
bahan additive masuk ke dalam system pererdaran darah dan selanjutnya ke ginjal. Ginjal juga
harus bekerja keras agar bahan pewarna tersebut dapat dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat

pewarna sintetik juga dapat bersifat karsinogen atau bisa menyebabkan kanker. Oleh karena itu,
konsumen diharapkan berhati-hati dalam memilih dan membeli makanan.

DAFTAR PUSTAKA
Ridwan. 2012. Bahaya Bahan Pewarna dan Pengawet Pada
Makanan,(online),(http://ridhwanz.bahaya.com), diakses tanggal 2 Pebruari 2015.
Virtayanti, Irma Ayu. 2012. Zat Pewarna,(online),(http://irmachemistry.blogspot.com), diakses
tanggal 2 Pebruari 2015.

Anda mungkin juga menyukai