Anda di halaman 1dari 16

GOVERNANCE

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap transparansi, mendorong setiap orang
dalam organisasi untuk selalu `aware` dan waspada terhadap risiko dalam aktivitas yang
dijalankan oleh organisasi pemerintahan/sektor publik. Budaya peduli terhadap risiko pada
sektor publik merupakan sesuatu yang penting, dan hal yang sulit dihindari oleh pejabat
publik, karena apabila manajemen salah dalam menetapkan langkah dan keliru dalam
mengambil keputusan akan berdampak fatal bagi organisasi yang dipimpinnya. Oleh karena
itu, risk management culture mendorong para pembuat kebijakan di sektor public untuk
menerapkan manajemen risiko yang proaktif. Risiko selalu menjadi fokus yang penting,
dievaluasi secara periodik, serta diukur dampaknya terhadap tujuan entitas. Mulai dari
karyawan, eksekutif, pemangku kepentingan, hingga regulator harus memahami bahwa risiko
adalah suatu faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam tiap tindakan dan
pengambilan keputusan.
Manajemen risiko yang efektif adalah salah satu elemen penting dari tata kelola
pemerintahan yang baik (Good Governance). Pemerintah harus secara proaktif memastikan
dapat dicapainya kesinambungan, pelayanan masyarakat, dan pengembangan tujuan
organisasi yang sejalan dengan visi dan misi pemerintah dalam perspektif memenuhi
ekspektasi para stakeholder-nya. Untuk mewujudkan hal tersebut, manajemen pemerintah
perlu secara terus menerus mengenali risiko-risiko tata kelola yang dapat mempengaruhi
kemampuan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

AUDIT INTERNAL| 1

GOVERNANCE
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) adalah proses dan
struktur yang digunakan oleh Organ Perusahaan untuk menentukan kebijakan dalam rangka
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas Perseroan sehingga dapat meningkatkan
nilai tambah bagi Pemegang Saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan
kepentingan para Stakeholders berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
1.2 TUJUAN
1. Memahami tata kelola perusahaan yang baik
2.

AUDIT INTERNAL| 2

GOVERNANCE
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 COVERNANCE CONCEPTS
2.1.1 DEFINISI GOVERNANCE
Menurut para pakar OECD governance sebagai sistem dengan seperangkat
hubungan antar manajemen, dewan komisaris / direksi dan pemilik saham yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan korporasi. Mereka berpendapat bahwa
struktur corporate governance menetapkan pendistribusian hak dan tanggung jawab
diantara berbagai pihak yang terkait dalam perusahaan, seperti dewan komisaris /
direksi, manajer pelaksana atau eksekutif, para pemilik saham dan pihak lain yang
punya kepentingan dengan perusahaan (stakeholders), dan menguraikan peraturan dan
prosedur dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan perusahaan. Corporate
governance akan menyediakan struktur melalui tujuan perusahaan yang telah lebih
dahulu disusun, dan menyediakan sarana untuk, serta memantau kinerja dalam
mencapai tujuan tersebut.
Unsur-Unsur Corporate Governance yang baik
Sesuai dengan definisi dan konsep management control, corporate governance yang
baik sekurangnya akan mencakup:
1. Standards.
Dewan komisaris dan direksi wajib menetapkan nilai-nilai budaya perusahaan
(corporate values) code of conduct dan standar perilaku yang baik lainnya, serta
system yang dapat digunakan untuk memastikan adanya kepatuhan kepada semua
standar ini dari semua pegawai.
2. Strategic planning.
AUDIT INTERNAL| 3

GOVERNANCE
Dewan komisaris dan direksi wajib menyusun rencana strategic yang
diartikulasikan dengan baik. Rencana yang ukuran-ukuran untuk memenuhi
sasaran dan tujuan perusahaan ini dipakai sebagai pengukur sukses perusahaan
secara keseluruhan maupun kontribusi yang diberikan oleh masing-masing
individu pegawai.
3. Organization design.
Dewan komisaris dan direksi wajib menetapkan struktur dan jalur-jalur
komunikasi dalam organisasi bagi dewan, manajemen dan auditor untuk saling
berinteraksi dan bekerja sama.
4. Leadership.
Dewan komisaris dan direksi wajib mengkomunikasikan sasaran dan tujuantujuan perusahaan melalui visi perusahaan
5. Stewardship.
Dewan komisaris dan direksi wajib menetapkan akuntabilitas yang jelas disertai
kewenangan untuk mengambil kepurusan untuk melindungi dan memelihara
sasaran dan tujuan-tujuan perusahaan agar dapat dipenuhi.

Penetapan ini

dilengkapi dengan jenjang hierarchy bagi seorang individu untuk mendapatkan


approval yang diperlukan dari atasannya, mulai dari bawahan ke atas, secara
berjenjang terus sampai ke dewan komisaris.
6. Risk management.
Dewan komisaris dan direksi wajib menempatkan asset perusahaan pada kegiatan
yang mengandung risiko yang berpeluang besar untuk menghasilkan return yang
memadai.
7. Assurance.
Dewan komisaris dan direksi harus sedemikian rupa memungkinkan adanya
umpan balik (feedback) mengenai proses governance yang baik dalam arti efisien
dan efektif.
8. Others.

AUDIT INTERNAL| 4

GOVERNANCE
Dewan komisaris dan direksi membangun proses pemantauan khusus eksposur
karena benturan kepentingan antar fungsi, jalur informasi yang memadai untuk
kepentingan intern maupun untuk public, dan intensif yang ditawarkan kepada
seluruh jajaran manajemen dan pegawai yang mematuhi standar, kebijakan dan
prosedur yang ada, baik dalam bentuk kompensasi, promosi dan bentuk
penghargaan lainnya.

Dalam kaitan dengan corporate governance, ada empat bentuk supervisi atau
pengawasan aktif (oversight) yang perlu dimasukkan dalam struktur organisasi dalam
rangka memastikan adanya checks and balances yang memadai, yaitu:
a. Pengawasan aktif yang dilakukan oleh dewan komisaris dan direksi (oversight by the
board of directors or supervisory board)
b. Supervise aktif yang dilakukan oleh individu yang tidak terlibat dalam menjalankan
kegiatan operasional sehari-hari di berbagai area usaha (oversight by individuals not
involved in the day-to-day running of the various business areas)
c. Supervisi langsung di berbagai area usaha (direct line supervision of different business
areas)
d. Sistem pengendalian yang kuat, termasuk fungsi manajemen risiko dan audit internal
maupun eksternal yang independen serta fungsi checks and balances (independent risk
management and audit functions)
Keempat bentuk supervisi aktif di atas harus diisi oleh orang-orang yang tepat dan
layak (fit and proper).
Cakupan corporate governance di atas akan mempengaruhi peruasahaan dalam hal :
o Penetapan tujuan perusahaan (termasuk menghasilkan imbal hasil bagi pemilik saham)
o Pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari (day-to-day operation)
o Pertimbangan kepentingan dari para stakeholders
AUDIT INTERNAL| 5

GOVERNANCE
o Penyelaras aktivitas dan perilaku dengan harapan perusahaan akan beroperasi dengan
cara yang baik dan sehat, dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan
regulasi yang berlaku
o Proteksi kepentingan investors (misalnya pemilik deposito atau tabungan di bank)
Peran Audit Intern dalam menilai danmeningkatkan corporate governance
Beberapa rekomendasi untuk memperkuat corporate governance,

yaitu dengan

membentuk komite audit, pertimbangan antara lain sebagai berikut :


Dewan komisaris dan direksi sebaiknya terdiri dari kombinasi antara direktur eksekutif
dan direktur non-eksekutif yang independen
Komite audit harus independen, sekurangnya terdiri dari tiga anggota, dimana salah
seorang dari mereka harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang keuangan
dan akuntansi
Komite audit harus mengadakan rapat sekurangnya empat kali dalam setahun, dengan
korum apabila dihadiri lebih dari setengah jumlah anggota
Komite audit harus diberi wewenang untuk melakukan investigasi ke semua kegiatan
yang masuk dalam ruang lingkup pekerjaannya, untuk mencari atau mendapatkan
informasi dari pegawai yang mana pun, dan untuk meminta nasihat dari profesi di luar
perusahaan seperti penasihat hukum
Dengan kewenangan yang dimilikinya, komite audit harus membangun proses audit
intern yang professional, obyektif dan independent
Untuk mendukung tujuan di atas :
1) Audit intern wajib mempelajari keterampilan atau teknik audit yang baru, mengelola staf
audit yang lebih besar dan semakin tersebar (misalnya auditor ditempatkan pada regional
office atau pada satuan kerja)

AUDIT INTERNAL| 6

GOVERNANCE
2) Secara berkala mengkaji ulang program audit yang ada difokuskan ke area-area yang
bersiko tinggi, khususnya dengan adanya perkembangan usaha dan perubahan proses.
3) Auditor tetap melakukan pengujian secukupnya atas area beresiko rendah, khususnya
yang memiliki kemungkinan terjadi (likelihood) tinggi tetapi dampak (impact) rendah,
atau yang oleh beberapa pakar diusulkan untuk dikatergorikan sebagai near-misses. Hal
ini untuk memperoleh keyakinan yang cukup dalam menetapkan rating atas risiko.
4) Turut dalam memberikan assurance bahwa sebelum perusahaan masuk kea area usaha
baru berisiko tinggi, semua alat dan metrics, misalnya kebijakan,prosedur dan sistem
pengendalian dan lain-lain, telah tersedia, dan bahwa tata kelola yang baik (governance)
telah dipenuhi
5) Turut memastikan bahwa proses risk management

dan kontrol yang ada, termasuk

firewalls dan program mitigasi risiko, telah memadai dan dinamis dand trsedia sebelum
perusahaan memulai aktifitas atau meluncurkan produk baru.
6) Audit intern harus sangat peka dalam hal mengidentifikasi risiko karena adanya
perubahan produk baru yang diluncurkan ke pasar.
7) Dengan kemampuannnya untukk melihat adanya disintergrasi dalam perusahaan
(management silos within the corporation) audit intern wajib mewaspadai dan secara
berkala menggevaluasi adanya gap atau benturan kepentingan dalam kerangka kerja
pengendalian

(the

control

framework)

dengan

adanya

inisiatif

strategic,reorganisasi,perubahan proses, aktivitas atau produk baru.


8) Audit intern wajib memiliki proses quality assurance yang efektif, secara internal
maupun eksternal untuk mengevaluasi pelaksanaan audit apakah telah sesuai standar
pelaksanaan fungsi audit yang berlaku secara local maupun internasional. Proses quality
assurance ini menjadi semakin penting pada perusahaan yang skala usaha terus
bertumbuh dan semakin kompleks, sebagai akibat masuknya perusahaan ke lini-lini usaha
baru atau mengakuisisi perusahaan lain yang memiliki budaya yang berbeda.

AUDIT INTERNAL| 7

GOVERNANCE
2.1.2 ATURAN DAN TANGGUNG JAWAB GOVERNANCE
2.1.2.1 FINANCIAL INSTITUTIONS
Pengertian :
Adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan
(financial asset) atau tagihan (claims) dibandingkan aset non-finansial atau aset riil
(non financial assets). Dalam hal ini mempengaruhi struktur modal suatu organisasi.
struktur modal yang khas terdiri dari hutang dan atau ekuitas.
Lembaga keuangan yang bersedia memberikan pembiayaan dalam pertukaran
untuk kembali, paling sering dalam bentuk suku bunga atas saldo hutang. Namun
lembaga tersebut sering mengalami ketentuan lain, atau perjanjian, dengan mana
organisasi harus mematuhi. Hal ini menciptakan baik minat dalam keberhasilan suatu
organisasi dan pengaruh pada bagaimana organisasi akan beroperasi mematuhi
perjanjian.
Sebagian besar sekuritas sekundernya merupakan sumber dana dari masyarakat,
rumah tangga, perusahaan, pemerintah atau badan, berupa Giro, Tabungan atau
Deposito Berjangka.
Dewan mungkin perlu mempertimbangkan jenis berikut hasil:
1. Keuangan (Financial)
2. Kepatuhan (Compliance)
3. Operasi (Operations)
4. Strategis (Strategic)
penerapan prinsip-prinsip dan praktik terbaik merupakan suatu keharusan agar
diperolehnya manfaat sebagai berikut :
AUDIT INTERNAL| 8

GOVERNANCE
1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi
serta kewajaran dan kesetaraan.
2. Mendorong

pemberdayaan

fungsi

dan

kemandirian

masing-masing

organ

perusahaan.
3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar
dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai

moral

yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.


4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
5. Mengoptimalkan

nilai

perusahaan

bagi

pemegang

saham

dengan

tetap

memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.


6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional.
Implementasi Tata Kelola perusahaan dilakukan melalui tiga tahap sebagai berikut:
1. Comprehension (Pemahaman secara mendalam). Dalam tahap ini dilakukan
serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk diperolehnya pemahaman secara
mendalam tentang prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan oleh Key
Persons

(Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi, Manajemen, Sekretaris

Perusahaan, Satuan Pengawasan Internal dan Komite Etika & GCG ). Kegiatan
tersebut meliputi:
AUDIT INTERNAL| 9

GOVERNANCE
o

Internalisasi GCG kepada manajemen

Dibentuknya Komite Etika & GCG

Training GCG kepada Komite Etika & GCG

Penyusunan kerangka dasar Etika Kerja & Bisnis

Dilakukannya pre- assessment GCG

2. Consolidation (Konsolidasi manusia dan sistem) Dalam tahap ini terdapat dua
unsur utama yaitu System dan Commitment. Sasarannya adalah Pembangunan
sarana dan prasarana Tata Kelola Perusahaan serta komitmen manajemen.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:
o

Penyusunan Etika Kerja & Bisnis

Penyusunan Board Manual

Pelaksanaan penilaian GCG oleh assessor independen

Pelaksanaan sosialisasi dan internalisasi GCG kepada manajemen

3. Continuous Improvement (Perbaikan terus menerus) Unsur utama dalam tahap


ini adalah belajar dan berbagi, dengan sasaran menjadi perusahaan yang memiliki
kompetensi dalam praktek bisnis berdasarkan prinsip-prinsip GCG (GCG based
competencies). Tahap ini berlangsung berkelanjutan dengan kegiatan meliputi:

AUDIT INTERNAL| 10

GOVERNANCE
o

Perbaikan praktek bisnis terus menerus berdasarkan prinsip GCG

Learning & sharing GCG

Internalisasi & sosialisasi GCG kepada seluruh manajemen dan pekerja

Assesment GCG secara rutin setiap tahun oleh lembaga penilai independen.

2.1.2.2 SENIOR MANAGEMENT


Penerapan praktik terbaik Corporate Governance secara konsisten dan
berkesinambungan merupakan komitmen penuh dari Perusahaan dalam pengelolaan
Perusahaan dengan menjaga keseimbangan antara kepentingan pemegang saham
maupun kepentingan stakeholders lainnya. Dalam menerapkan Good Corporate
Governance (GCG), Perusahaan tidak hanya sekedar memenuhi kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan saja, tetapi bersungguh-sungguh menerapkannya
dalam segala kegiatan operasional Perusahaan yang dijalankan dengan senantiasa
memperhatikan

prinsip-prinsip

GCG

yaitu

Transparency,

Accountability,

Responsibility, Independency dan Fairness.


Dewan Komisaris, Komite-komite di tingkat Dewan Komisaris, Direksi, dan
manajemen senior terus meningkatkan kapabilitas di dalam proses pengawasan dan
pengelolaan perusahaan, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Semua pihak juga berupaya untuk memperkuat hubungan kerja satu sama lain.
Singkatnya, Perusahaan menyadari pentingnya hubungan kerja yang harmonis serta
kerjasama

diantara

organ-organ

tata

kelola,

manajemen

dan

staf

untuk

AUDIT INTERNAL| 11

GOVERNANCE
mempertahankan dan meningkatkan praktik GCG di Perusahaan secara berkelanjutan.
Untuk mendukung fungsi pengawasan, Dewan Komisaris telah membentuk empat
Komite di tingkat Dewan Komisaris yakni Komite Audit, Komite Nominasi,
Remunerasi dan Pengembangan SDM (NRPSDM), Komite Manajemen Risiko, dan
Komite GCG.
Sesuai dengan visi, misi, tujuan dan strategi, serta ruang lingkup kegiatan
operasional Perusahaan yang terus berkembang dan kebijakan ekspansi usaha di
bidang eksplorasi dan pemrosesan hasil tambang serta produk derivatifnya,
Perusahaan selalu berusaha untuk menerapkan GCG secara konsisten agar tujuan
komitmen penerapan GCG yang dibangun dapat tercapai. Adapun tujuan penerapan
GCG di Perusahaan adalah sebagai berikut:

Meningkatkan kinerja Perusahaan dengan proses pengambilan keputusan yang


lebih baik dan berhati-hati (prudent) dengan selalu memperhatikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengendalikan risiko

yang timbul, serta menghindari benturan kepentingan.


Meningkatkan profesionalisme dan pengembangan sumber daya manusia
Perusahaan dengan melakukan penilaian kinerja yang lebih obyektif, transparan
dan wajar, serta membangun struktur organisasi yang efisien dengan fungsi, sistem

dan pertanggungjawaban yang jelas.


Mengoptimalkan potensi dan nilai tambah sumber daya alam secara ekonomis

dengan pengelolaan risiko yang lebih efektif.


Memastikan bahwa pengelolaan keuangan dilakukan secara prudent dan terkendali,
dan

menyusun

laporan

keuangan

Perusahaan

secara

akurat

dan

dapat

AUDIT INTERNAL| 12

GOVERNANCE
dipertanggungjawabkan dengan suatu sistem pengendalian internal yang handal dan

manajemen risiko yang sehat.


Meningkatkan kepercayaan investor, kreditur dan pemegang saham dengan selalu
melakukan pengkinian data/informasi yang materiil dan relevan secara transparan,

akurat, berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.


Memperhatikan kepentingan stakeholders Perusahaan dengan memperjelas hak dan
kewajiban masing-masing pihak, serta melaksanakan hubungan usaha yang sehat

dan bertanggung jawab.


Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan ikut berperan aktif melestarikan
lingkungan, khususnya di sekitar kegiatan operasi Perusahaan.

2.1.2.3 RISK OWNERS


Risk owner (pemilik risiko) berperan dalam mengidentifikasi, mengkaji, dan
mengelola risiko. Internal audit di sisi lain mempunyai peran untuk memberikan
keyakinan (assurance) kepada Pimpinan, Komite Manajemen Risiko, dan unit- unit
terkait atas efektivitas sistem manajemen risiko, guna meyakinkan bahwa risiko bisnis
utama telah dikelola secara baik dan sistem pengendalian internal telah berjalan
dengan efektif.
2.1.2.4

ASSURANCE ACTIVITIES

AUDIT INTERNAL| 13

GOVERNANCE
Komponen pertama dari governance adalah kegiatan assurance yang independen,
yang membantu menyediakan manajemen senior dengan penilaian obyektif mengenai
efektivitas pemerintahan dan aktivitas risiko manajemen. Kegiatan ini merupakan
jaminan yang independen dan dapat dilakukan oleh berbagai pihak, baik internal
maupun eksternal organisasi. Kelompok internal yang paling umum untuk menyediakan
jaminan tersebut adalah fungsi audit internal.
IIA standar 2110: pemerintahan menyatakan sebagai berikut mengenai peran
fungsi audit internal dalam kegiatan governance :

"Kegiatan audit internal harus menilai dan membuat rekomendasi yang sesuai untuk
meningkatkan proses governance dalam pemenuhan atas tujuan-tujuan berikut:

Mempromosikan etika dan nilai-nilai yang sesuai dalam organisasi


Memastikan manajemen kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas
Berkomunikasi risiko dan pengendalian informasi ke daerah-daerah sesuai

organisasi dan
Mengkoordinasikan

kegiatan

dan

mengkomunikasikan

informasi

antara

pemimpin, auditor eksternal dan internal, dan manajemen.


Fungsi auditinternal dapat menjadi bagian yang efektif dari proses governance
berdasarkan:
Memastikan sepenuhnya memahami arah governance dewan dan harapan
Fungsi audit internal harus memahami arah yang diberikan kepada manajemen senior ,
termasuk tingkat toleransi dan pelaporan harapan

AUDIT INTERNAL| 14

GOVERNANCE

Fungsi audit internal harus memahami arah yang diberikan kepada manajemen

senior , termasuk tingkat toleransi dan pelaporan harapan


Selain itu, adalah penting untuk memahami harapan dewan tentang peran fungsi
audit internal harus bermain berkaitan dengan jaminan pemerintahan .

Mendukung program manajemen risiko manajemen :


1. Fungsi audit internal dapat membantu membawa struktur dan disiplin untuk program
manajemen risiko yang dapat dikelola dengan cara yang sama untuk mengelola kegiatan
2.

audit internal .
Fungsi audit internal dapat membantu mendidik manajemen dan karyawan lain pada

risiko dan pengendalian topik


3. penilaian risiko Organisasi dan divisi dapat difasilitasi atau dipantau oleh fungsi audit
internal
4. pengawasan berkelanjutan dan masukan dapat diberikan secara formal ( misalnya , duduk
di komite pengarah resiko ) atau informal ( misalnya, diskusi berkala dengan
manajemen).

governance

Risk management

AUDIT INTERNAL| 15

Internalcontrol

Internal

GOVERNANCE

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Organisasi harus berhati-hati untuk menerapkan struktur pemerintahan yang efektif dan
pendekatan manajemen risiko . Struktur tata kelola memberikan arahan kepada mereka
melaksanakan kegiatan sehari- hari mengelola risiko yang melekat pada model bisnis
organisasi. Kegiatan ini harus dipantau untuk memastikan operasi yang konsisten.

AUDIT INTERNAL| 16

Anda mungkin juga menyukai