A. LATAR BELAKANG
Ketika reformasi tahun 1998 digulirkan di Indonesia, pers nasional bangkit
dari keterpurukannya dan kran kebebasan pers dibuka lagi yang ditandai
dengan berlakunya UU No.40 Tahun 1999. Berbagai kendala yang membuat
pers nasional "terpasung", dilepaskan. SIUUP (Surat Izin Usaha Penerbitan
Pers) yang berlaku di era Orde Baru tidak diperlukan lagi, siapa pun dan
kapan pun dapat menerbitkan penerbitan pers tanpa persyaratan yang rumit.
Euforia reformasi pun hampir masuk, baik birokrasi pemerintahan maupun
masyarakat mengedepankan nuansa demokratisasi. Namun, dengan maksud
menjungjung asa demokrasi, sering terjadi "ide-ide" yang permunculannya
acap kali melahirkan dampak yang merusak norma-norma dan etika. Bahkan
cenderung mengabaikan kaidah profesionalisme, termasuk bidang profesi
kewartawanan dan pers pada umumnya.
B. PENGERTIAN PERS
Secara etimologis, pers berasal dari bahasa Belanda, sedangkan dalam
bahasa Inggrisnya adalah press atau bahasa Perancisnya presse yang
artinya tekan atau cetak. Istilah pers menurut UU Pers jelas berbeda dengan
jurnalistik, hubungan kemasyarakatan (humas), atau reporter.
Pers dilihat dari kegiatannya, sifatnya lebih luas dari jurnalistik, humas atau
reporter. Namun, masyarakat umum mengenal pers cukup dengan salah satu
media massa, yaitu usaha percetakan atau penerbitan atau usaha
pengumpulan dan penyiaran berita.
Menurut UU pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers, pengertian pers
adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,
gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektroika, dan segala
jenis yang tersedia.
C. FUNGSI DAN PERANAN PERS
Pada dasarnya, fungsi pers dapat dirumuskan menjadi beberapa bagian
yaitu:
1. Pers sebagai Informasi (to inform)
Fungsi pertama dari lima fungsi utama pers ialah menyampaikan informasi
secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya. Setiap
informasi yang disampaikan harus memenuhi kriteria dasar: aktual, akurat,
faktual, menarik atau penting, benar, lengkap, utuh, jelas-jernih, jujur adil,
berimbang, relevan, bermanfaat dan etis.
2. Pers sebagai Edukasi (to educate).
Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), pers memuat
tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat
bertambah pengetahuan dan wawasannya.
3. Pers sebagai koreksi ( to influence).
c.
d.
secara
Pemerintah
politis,
melalui
pemerintah
Depatemen
sering
Penerangan
tak
menggubrisnya.
bisa
kapan
saja
strategis
Pers itu ibarat sebuah bangunan, pers hanya akan bisa berdiri kokoh
apabila bertumpu pada tiga pilar penyangga utama yang satu sama lian
berfungsi saling menopang, tritunggal/ ketiga pilar itu ialah:
1. Idealisme
2.
Peranan persnasional pada pasal 6 UU Pokok pers No.40/1999
3.
Profesionalisme
Profesionalime berarti isme atau paham yang menilai tinggi
keahlian profesional khususnya, atau kemampuan pribadi pada
umumnya, sebagai alat utama untuk mencapai keberhasilan.
Seseorang bisa disebut profesional apabila dia memenuhi enam
ciri berikut:
a. Memiliki keahlian
tertentu
yang
diperoleh
melalui
masyarakat
Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat dan pemerintah
Memfasilitasi organisasi-organisasi dalam menyusun aturan pers dan
g.
dan
atau
identitas
sumber
berita
yang
harus
tugas
Semangatnya
pokok
ditafsirkan
penjaga
pengontrol
pemerintah.
curiga dan
atau
membawa
permasalahan
baru.
Peningkatan
kuantitas
melalui
pembuatan
judul
(headlines)
yang
bombasis,
menyebut
pers
kebablasan
adalah
karena
kurang
12
13
pekerja di media massa itu sendiri. Dan itu hanya mungkin bisa dilakukan jika
memang
perangkat
hukum
yang
ada
di
negeri
ini
mamapu
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Chotib, Drs. H.M. Djazuli, Drs. H. Tri Suharno, Drs. H. Suardi Abubakar, Drs. H.
Muchlis Catio, M.Ed. 2007. Kewarganegaraan 3 Menuju Masyarakat Madani.
Jakarta: Yudhistira
http://www.scribd.com/doc/2654690/MAKALAH-PERS
16