Penjajahan Jepang
Penjajahan Jepang
Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa penjajahan
Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang Cina pada
tahun 1911. Oleh sebab itu Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai organisasi
sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun 1911, ia mendirikan Sarekat Dagang Islam
untuk mewujudkan cita-citanya.
Ia dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo. Sesudah itu, Serikat Islam dipimpin oleh Haji Oemar
Said Cokroaminito.
HOS Tjokroaminoto
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 6 Agustus 1882 meninggal
di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun) adalah seorang pemimpin organisasi Sarekat
Islam (SI) di Indonesia.
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah
seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga
menjabat sebagai bupati Ponorogo.
Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai tiga murid yang yang selanjutnya
memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Semaun yang sosialis/komunis,
Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis.
Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Islam. Ia dimakamkan di
TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit setelah Kongres SI di Banjarmasin.
Salah satu kata mutiara darinya yang masyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid,
sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang
memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan.
Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI) dan menjadi
pemimpin kedua di SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto. Peran Agus Salim pada masa
perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
.
.
.
.
.
.
Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo adalah seorang Dokter Pendiri Indische Partij. Cipto
Mangunkusumo adalah seorang dokter profesional yang lebih dikenal sebagai
tokoh pejuang kemerdekaan nasional. Dia merupakan salah seorang pendiri
Indische Partij, organisasi partai partai pertama yang berjuang untuk mencapai
Indonesia merdeka dan turut aktif di Komite Bumiputera.
Abdul Muis
Lahir di Bukittinggi, 3 7 1883
Wafat di Bandung, 17 6 1959
Makam di TMP Cikutra, Bandung
KH Ahmad Dahlan
Lahir di Yogyakarta, 1 8 1868
Pendiri Muhammadiyah, 1912
Wafat di Yogyakarta, 23 2 1923
Makam di Karang Kuncen, Yogyakarta
R. Dewi Sartika
Lahir di Bandung, 4 12 1884
Pengikut dan penerus cita cita Kartini
Wafat di Bandung, 11 9 1947
Haji Fakhruddin
Lahir di Yogyakarta, 1890
Wafat di Yogyakarta, 28 2 1929
Makam di TMP Kuncen, Yogyakarta
Ki Hajar Dewantara
Lahir di Yogyakarta, 2 5 1899
Tokoh Pendidikan Nasional
Pendiri Taman Siswa di Yogyakarta, 1922
Wafat di Yogyakarta, 28 4 1959
Makam di Wijayabrata, Yogyakarta
Haji Samanhudi
Lahir di Srandakan, 1868
Pendiri dan penggerak Sarekat Dagang Islam, 1911
Wafat di Klaten, 28 12 1956
Makam di Srandakan, Solo
Sukarjo Wiryopranoto
Lahir di Cilacap, 5 6 1903
Wafat di New York, 23 10 1962
Makam di TMP Kalibata
Supeno
Lahir di Nganjuk, 24 2 1949
Wafat di Semaki, Yogyakarta
Suryopranoto
Lahir di Yogyakarta, 1871
Wafat di Cimahi, 15 10 1959
Makam di Kotagede, Yogyakarta
Dr. Sutomo
Lahir di Nganjuk, 30 7 1888
Pendiri Budi Utomo
Wafat di Surabaya, 30 5 1938
Makam di Surabaya
Sutan Syahrir
Lahir di Padangpanjang, 5 3 1909
Wafat di Zurich Swiss, 9 4 1966
Makam di TMP Kalibata, Jakarta
3. H. Agus Salim
Lahir di Sumatera, 8 Oktober 1884 dengan nama Mashudul Haq yang berarti
pembela kebenaran. Ayahnya, Angku Sutan Mohammad Salim, adalah seorang
kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau. Sepak terjang politiknya cukup
meresahkan Belanda sejak ia bergabung di koran Harian Neratja pada 1915, dan
masuk organisasi Sarekat Islam. Namanya meroket diera 1946-1950, dan
mendapat julukan Orang Tua Besar (The Grand Old Man).
4. Abdul Muis
Sang Pahlawan Pena. Lahir di Bukit Tinggi, 3 Juli 1883, Abdul Muis adalah
pejuang rakyat dengan senjata pena yang tajam menusuk tirani Belanda.
Dengan pena pula ia mengobarkan semangat perlawanan dan memperjuangkan
kemerdekaan. Menempuh pendidikan dokter di STOVIA, Batavia, ia memutuskan
berhenti dan aktif menulis di koran De Express.Ia bergabung dengan Sarekat
Islam, sebelum mendirikan Komite Bumiputera bersama tokoh pergerakan
nasional lainnya untuk melawan Belanda. Ia juga menulis buku sastra berjudul
Salah Asuhan.
5. RM. Suwardi Suryaningrat
Pendiri Taman Siswa Lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889, lebih dikenal dengan nama
Ki Hajar Dewantoro. Ia seorang aktivis pergerakan nasional dan pelopor
pendidikan bagi kaum pribumi, salah satunya dengan mendirikan Perguruan
Taman Siswa. Hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Semboyannya yang terkenal adalah: Ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani.
6. Dr Cipto Mangunkusumo
Pendiri Indische Partij, Lahir di Ambarawa, 1886, adalah tokoh pendiri Indische
Partij, dan dikenal sebagai Tiga Serangkai bersama Ernest Douwes Dekker dan Ki
Hajar Dewantara. Cipto aktif menulis di koran De Locomotief sejak 1907.
Tulisannya banyak mengkritik Belanda maupun budaya feodal para priyayi.
Sebelum mendirikan Indische Partij bersama Tiga Serangkai, Cipto aktif dalam
pergerakan Budi Utomo. Namun, karena perbedaan visi dan Cipto merasa Budi
Utomo kurang mewakili aspirasi politiknya, maka ia mengundurkan diri dari
kepengurusan dan bahkan keluar. Cipto terlibat dalam aksi Komite Bumi Putera
melawan Belanda, berbuntut penangkapan terhadap Tiga Serangkai oleh
pemerintah Belanda. Selama masa pembuangan, mereka tetap mengobarkan
perlawanan lewat tulisan.
Tokoh-tokoh pergerakan nasional
Raden Ajeng Kartini
Raden ajeng kartini memperjuangkan nasib kaum wanita melalui pendidikan. Kartini
mendirikan sekolah untuk wanita pribumi pada tahun 1903. Beliau juga mendirikan
sekolah dirumahnya, di Rembang. Pada tahun 1904 Kartini meninggal dunia. Kumpulankumpulan surat-suratnya disusun dalam sebuah buku yang berjudul Habis gelap
terbitlah terang
Ki hajar Dewantara
Ki hajar Dewantara memiliki nama asli Raden mas Suwardi Suryaningrat . Bersama
dengan Danudirja Setia Budi ( Douwes Dekker) dan Cipto Mangun Kusumo, beliau
mendirikan Indische Partij. Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa. Perguruan
Taman ini mengajarkan kepada siswanya sifat kebangsaan. Karena perananya yang besar
dalam dunia pendidikan, Ki hajar Dewantara diberi julukan sebagai bapak Pendidikan
Nasional.
Dr. Sutomo
Sutomo adalah salah satu pendiri Budi Utomo. Budi Utomo adalh Organisasi pergerakan
kebangsaan modern pertama kali di Indonesia yang dibentuk tanggal 20 Mei 1908.
Tujuanya adalah mempertinggi derajat bangsa Indonesia dan mempertinggi keluhuran
budi orang Jawa.Sutomo bercita-cita memakmurkan rakyat Indonesia. Beliau bertekad
memperkceil perbedaan antar orang kaya dan miskin, serta kaum terpelajar dan rakyat
biasa. Beliau merasa yakin bahwa dengan persamaan dan persaudaraan maka
perjuangan akan berhasil.
K.H Ahmad Dahlan Ahmad Dahlan adalah tokoh pergerakan nasional yang lama belajar
pengetahuan agama di Mekkah. Beliau mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18
November 1912 di Yogyakarta. Tujuan Muhammadiyah adalah mengajarkan agama islam
sesuai agam islam dan Hadist.
Wahid Hasyim
Wahid Hasyim adalah putra Hasyim Ashari, pelopor dan pendiri NU ( nahdatul ulama).
Tujuan NU adalah memecahkan berbagai persoalan umat islam baik dalam hal agama
maupun kehidupan di masyarakat. Tahun 1983, Wahid Hasyim bergabung dengan NU.
Empat tahun kemudian beliau diangkat sebagai ketua NU. Perkembangan NU sebagai
organisasi politik dan keagaman, tidak lepas dari perananya.
Samanhudi
Samanhudi belajar agama islam si Surabaya. Untuk memperjuangkan perdagangan
Indonesia, beliau mendirikan Serikat Dagang Islam ( SDI) di Solo 1911. SDI betujuan
menghidupkan perekonomian para pedagang Indonesia dan membantu anggotanya yang
mengalami kesulitan.