Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Geologi

Interpretasi lingkungan pengendapan sedimen karbonat mengacu pada


klasifikasi sabuk karbonat Wilson didasarkan dari fasies batuan yang diketahui. Setiap
lingkungan pengendapan digambarkan dengan ilustrasi dan skema yang baik. Dalam
klasifikikasi Wilson setiap fasies terbentuk pada lingkungan yang khas yang dimana
proses selama pembentukan akan meninggalkan atribut(tekstur dan struktur) yang
berbeda setiap masing-masing lingkungan. Dalam perkembangannya, ahli kebumian
yang bernama Wilson membagi lingkungan pengendapan batuan karbonat menjadi 9
lingkungan yakni basin, open sea shelf, deep shelf margin, foreslope, organic build
up, winnowwed edge sands, shelf lagoon open circulation, restricted circulation shelf
and tidal flats dan evaporite on sabkhas.

http://brcgranier.pagesperso-orange.fr/gmeop/Edgell/Rf02B.gif
Gambar 1. Scheme sabuk Willson untuk menentukan lingkungan pengendapan
batuan karbonat

Gambar 2. Perkembangan sedimen karbonat pada Gunung Kampak yang


menunjukkan variasi karakteristik endapan baik progradasi, agradasi ataupun
retrogradasi berdasarkan klasifikasi sabuk Wilson.

Di bawah ini merupakan uraian sejarah pengendapan untuk setiap fasies.


Fasies grainstone merupakan fasies yang pertama kali terbentuk. Berdasarkan
klasifikasi sabuk karbonat Wilson, fasies ini diendapkan pada daerah slope termasuk
dalam sabuk yang sempit, pengaruh dari grafitasi juga sangat berperan dalam
mekanisme pengendapannya. Setelah fasies ini terbentuk, kemudian terbentuk fasies
floatstone yang terbentuk pada lingkungan open marine, lingkungan pengendapan
fasies ini masih berdekatan dengan lokasi pengendapan grainstone. Pembentukan

floatstone ini terjadi karena adanya proses progradasi dimana pertumbuhan reef dapat
mengejar kenaikan muka air laut. Kemudian terbentuk fasies framestone di daerah
platform margin reef. Pada saat itu terjadi kenaikan air laut yang tidak bisa dikejar
oleh pertumbuhan reef sehingga reef akan tumbuh secara retrogradasi

Gambar 3. Autoctonous Framestone(embry and Klovan)


Jenis batugamping autoctonous , framestone, yajni batugamping yang
membentuk kenampakan kerangka. Framestone dulunya diperkirakan berfungsi
sebagai carbonate factory pada areal tersebut. Berdasarkan Reef rock types(Embry
dan Kovan 1971) menggambarkan bahwa framestone terbentuk pada area yang relatif
stabil. Hal ini menandakan pengaruh arus dan gelombang yang tidak begitu
signifikan. Kemudian terbentuk fasies framestone di daerah platform margin reef.

Pada saat itu terjadi kenaikan air laut yang tidak bisa dikejar oleh pertumbuhan reef
sehingga reef akan tumbuh secara retrogradasi. Berikut merupakan ilustrasi dari
perkembangan coral kondisi give up (no I)

Gambar 4. perkembangan pembentukan koral

Fasies framestone ini bertindak sebagai carbonate factory dimana pusat dari
pertumbuhan reef berada. Terdapat banyak fosil koral dan fosil moluska (utuh
maupun pecahan) dengan kelimpahan yang melimpah. Pada daerah Gunung Kampak
ini, jenis Boundstone (Dunham hanya terdapat setempat pada fasies ke 3 ini karena
pada prinsipnya sumber penghasil karbonat memiliki penyebaran yang sempit, hanya
pada lokasi-lokasi yang memungkinkan reef berkembang dengan baik yaitu daerah
yang hangat, dangkal dan jernih (biasanya terdapat pada rim). Kemudian reef
mengalami proses eksogenik sehingga terdistribusi dan melampar luas.
Pada periode waktu selanjutnya progradasi kembali dimana pertumbuhan reef
mengikuti kenaikan muka air laut dan terbentuk fasies grainstone to rudstone. Pada
fasies ke 4 ini tersusun oleh material yaitu pecahan cangkang namun didominasi oleh
koral soliter dan melimpahnya oncoid. Menurut sabuk karbonat Wilson, fasies ini
diendapkan pada daerah platform margin reef sampai dengan open marine. Hal
tersebut dapat terjadi karena bagian tersebut berada pada bagian fore reef yang mana
oncoid dapat terdistribusi dan mendominasi karena pada bagian ini terdapat dekat
dengan daerah carbonate factory.
Proses selanjutnya ialah proses agradasi dengan membentuk fasies rudstone
(fasies ke 5) Rudstone yang memiliki komposisi material berupa koral soliter dan
oncoid yang melimpah secara gradual terbentuk dekat lokasi pengendapan dari fasies
grainstone to rudstone. Komposisi penyusun batuan hampir sama karena terbentuk
oleh aktivitas pencucian dari gelombang. Rudstone dapat terbentuk pada bagian back
reef. Bagian back reefyang jarang terkena gelombang menyebabkan tidak adanya
suplai sedimen pada daerah ini sehingga reefdapat berkembang dengan baik dan
menghasilkan kenampakan cangkang-cangkang yang saling bersentuhan. Kemudian
terdapat fasies rudstone yang memiliki struktur masif dan ketebalan yang besar.
Rudstone terbentuk pada kondisi yang stabil Lingkungan pengendapan dari Rudstone
ini terletak di bagian slope. Dan didapatkan endapan yang progradasi. Lapisan dari
fasies Rudstone ini cukup tebal. Ketebalan dari lapisan rudstone yang besar ini

menandakan bahwa rudstone mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga dapat tumbuh
dengan cepat.

Pertumbuhan reef sebanding dengan kenaikan muka air laut sehingga terjadi
agradasi antara Fasies Grainstone to Rudstone (fasies 4), Fasies Rudstone(fasies 5),
Fasies Grainstone (fasies 6) dan Fasies Rudstone (fasies 7).
Pada fasies no 8 diendapkan fasies floatstone. Menurut endapan yang dihasilkan
oleh model dari sabuk karbonat Wilson terletak pada daerah restricted. Pada fasies
terdapat pula fosil berupa oncoid. Pada fasies ini terjadi progradasi karena reef
berkembang dengan baik dan mampu mengikuti kenaikan muka air laut.
Setelah pengendapan floatstone berlangsung, terjadi transgresi yang cukup
significant sehingga reef tidak mampu lagi mengikuti kenaikan muka air laut dan
terbentuk sedimen karbonat retrogradasi. Berdasarkan sabuk Wilson daerah ini
merupakan daerah slope. Hal ini diindasikan pula dari keterdapatan struktur slump
yang terbentuk karena adanya longsoran/penekukan lapisan sedimen saat sedimen
tersebut belum terlitifikasi akibat dari kelerengan dan gaya berat sedimen. Slump
yang ada pada daerah ini memiliki arah utara-selatan, diindikasikan dari arah kepala
slump yang menunjukkan arah datangnya pasokan sedimen. Jika dikorelasikan
dengan orientasi perlapisan pada STA 2 yang memiliki arah Timur Laut-Barat Daya
(arah dip) maka dapat disimpulkan bahwa daerah cekungan sedimen pada zona
Gunung Kampak ini memiliki 2 atau lebih arah datangnya pasokan karbonat untuk
diendapkan.
Pada fasies 10 terdapat sedikit sisipan lempung yang bersifat karbonatan.
Dilihat dari komposisi penyusunnya, dapat kita ketahui bahwa litologi tersebut adalah
berupa mudstone. Wilson dengan sabuk karbonatnya mengatakan bahwa mudstone
tersebut terendapkan pada pada toe of slope. Dari hal tersebut dapat diinterpretasikan
terjadi kenaikan muka air relatif sehingga laut nampak akan lebih dalam dan endapan
yang terakumulasi akan membentuk mudstone tersebut.

Proses pengendapan selanjutnya diikuti proses penurunan muka air laut (regresi)
yang menyebabkan reef akan berpindah lokasi untuk mendapatkan kondisi terbaiknya
untuk berkembang. Pada fasies 11 yang berupa grainstone ini akan diendapkan pada
daerah platform margin reef. Dari sini terlihat bahwa kandungannya terlapisi oleh
materi bioklastik yang menyusun grainstone tersebut. Jika dihubungkan dengan model
perkembangan reef James and Bourque akan terbentuk pada zona reef flat. Pada
daerah reef flat pengaruh gelombang intensif. Pengaruh gelombang terekam pada
lintasan lain di Gunung kampak berupa struktur sedimen wavy.
Pada deposisi akhir dari Gunung Kampak ini diendapkan floatstone yang
terbentuk pada lingkungan open marine. Open marine termasuk pada daerah backreef
yang memiliki energy rendah sehingga matriks secara dominan berupa lumpur
karbonat. Pada akhir pengendapan gunung kampak reef tidak dapat mengikuti
kenaikan muka air laut sehingga terbentuk proses retrogradasi.

Anda mungkin juga menyukai