Anda di halaman 1dari 34

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

PENGANTAR
Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur dalam
mencapai Visi Daerah sebagai pusat perdagangan dan jasa yang terkemuka di Indonesia Timur dan Asia
Pasifik adalah pembangunan pertanian dalam arti luas. Kalimantan Timur dengan kekayaan sumberdaya dan
agroekologinya menyimpan potensi pengembangan komoditi pertanian seperti kelapa sawit dan rumput
laut. Rumput laut merupakan komoditas ekspor, yang saat ini di ekspor ke beberapa Negara tujuan seperti
Hongkong, Cina, Denmark, Spanyol, USA dan Filipina. Di sisi lain, perkembangan pesat pembangunan
perkebunan kelapa sawit harus diiringi dengan upaya serius pengembangan industri hilir yaitu pembangunan
pabrik minyak goreng berbahan baku kelapa sawit.
Dalam upaya untuk mendorong pihak dunia usaha menanamkan investasinya, perlu diberikan informasi
yang jelas tentang prospektif pembangunan industri minyak goreng kelapa sawit dan budidaya rumput laut
tersebut. Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang bagaimana profil investasi komoditi
minyak goreng kelapa sawit dan budidaya rumput laut, Badan Promosi dan Invetasi Daerah (BPID)
Kalimantan Timur bekerjasama dengan Center For Community Empowerment and Economic (FORCE)
melakukan studi penyusunan profil proyek komoditi minyak goreng kelapa sawit dan budidaya rumput laut.
Saya menyambut gembira atas tersusunnya Laporan Akhir Studi Penyusunan Profil Proyek Komoditi
Minyak Goreng Kelapa Sawit ini, sebagai hasil studi dari kerjasama tersebut.
Kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia usaha dan pemerintah sebagai dasar
dalam mengambil kebijakan pengembangan industri hilir kelapa sawit dan rumput laut tersebut di
Kalimantan Timur.
Akhirnya, kepada Direktur Center For Community Empowerment and Economic (FORCE) dan Tim Studinya
kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas usaha dan sumbangan pemikiran yang diberikan.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada walikota/bupati beserta jajarannya di daerah studi dan semua
pihak yang telah memberikan kontribusinya sejak awal hingga tersusunnya laporan ini.
Terima Kasih.
Samarinda, Juni 2009
Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah
Provinsi Kalimantan Timur,
KEPALA

H. Nusyirwan Ismail

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

1. Pendahuluan
Sesuai data dugaan produksi minyak goreng dalam negeri pada tahun 2005 sebesar 5.385,8
ribu ton diperkirakan tidak dapat mengimbangi tingginya kenaikan kebutuhan minyak goreng
dimasa-masa mendatang karena kondisi pabrik yang belum optimum. Data dugaan kebutuhan
minyak goreng dalam negeri mencapai 5.062,8 ribu ton dimana 83,3 % berasal dari minyak sawit
(Jakarta Futures Exchanges, 2006). Hal ini menunjukkan adanya prospek investasi pabrik minyak
goreng di Indonesia. Saat ini produksi nasional minyak goreng dari bahan sawit didominasi oleh
pabrik di pulau Jawa sebesar 51,4 %, disusul Sumatera sebesar 47,5 %, dan Kalimantan Barat 1.1 %.
Tingginya pertumbuhan luas areal tanaman kelapa sawit dalam 5 tahun terakhir ini di
Kalimantan Timur sebesar 15.312 ha/th (BPS Kaltim, 2006) menggambarkan adanya peluang untuk
mendirikan pabrik minyak goreng di Kalimantan Timur karena adanya ketersediaan bahan baku
yang cukup. Kebijakan ini sagat beralasan untuk ditempuh karena kegiatan industri pertanian dari
hulu ke hilir akan menjadi lebih efisien sebagai akibat dekatnya industri hilir dengan bahan bakunya.
Hal ini akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah, karena keberadaan industri hilir kelapa sawit
otomatis akan meningkatkan lapangan kerja, daya beli masyarakat, dan pendapatan asli daerah
(PAD).
Salah satu kendala pembanguan industri hilir kelapa sawit di Kalimantan Timur adalah
rendahnya minat investor untuk bermain di sektor ini. Profil investasi industri minyak goreng
kelapa sawit ini merupakan salah satu jawaban untuk menarik investor menanamkan modalnya di
sektor ini dengan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang peluang pengembangan
industri minyak goreng berbahan baku minyak sawit di Kalimantan Timur, termasuk didalamnya
ketersediaan bahan baku (CPO), informasi plant construction, cost production untuk kapasitas 1.000
ton per hari, dan peluang pemasaran di pasar Indonesia dan ekspor.

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

2. Situasi Pemasaran
Minyak goreng adalah salah satu produk jadi primer yang dihasilkan dari buah kelapa sawit.
Dari kelapa sawit dapat diperoleh dua jenis minyak kasar, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Crude
Kernel Palm Oil (PKO). Proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng juga menghasilkan
beberapa hasil samping yang bernilai ekonomis antara lain stearin (merupakan bahan baku
margarin), dan Palm Fatty Acid Destillation (PDFA). Diperolehnya hasil samping ini merupakan salah
satu daya tarik investasi industri minyak goreng dari CPO, disamping minyak goreng yang dihasilkan
(olein) merupakan minyak tak jenuh yang sampai sejauh ini diketahui sangat baik untuk kesehatan.

2.1. Pasar Dunia dan Pasar Domestik


Produksi minyak goreng dunia pada lima tahun terakhir menunjukkan kenaikan sekitar 6 %
per tahun dan produksinya pada tahun 2005 mencapai 139.199 ribu ton (Oil World Annual, 2005).
Pada tahun yang sama, kondisi pasar dalam negeri menunjukkan permintaan yang juga
tinggi, yaitu sebesar 5.062,8 ton, dengan peningkatan permintaan sebesar 11,8 % per tahun selama
5 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan adanya peluang usaha di sektor ini. Walaupun jumlah
produksi minyak goreng Indonesia (5.385,8 ton) lebih besar dari permintaan pasar dalam negeri,
tetapi jumlah ekspor minyak goreng yang sangat besar menyebabkan pemerintah mengimpor
minyak goreng. Melihat kenyataan pasar tersebut, maka industri minyak goreng berpeluang besar
untuk dikembangkan di Indonesia. Data tentang pasar dunia dan nasional disajikan pada Tabel 1.

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Tabel 1.

Kondisi pasar dunia dan pasar dalam negeri untuk minyak goreng tahun 1999-2005
Pasar Internasional
(ribu ton)

Tahun

Pasar dalam Negeri

1)

(ribu ton)2)

Konsumsi

Produksi

Konsumsi

Produksi

1999

19.837

20.625

2.494,1

2.598,4

2000

21.771

21.867

2.606,1

2.923,2

2001

23.869

23.984

3.137,9

3.303,2

2002

25.595

25.392

3.508,1

3.732,7

2003

28.201

28.111

3.964,9

4.217,9

2004

30.050

30.909

4.527,7

4.766,2

2005
33.156
33.326
5.062,8
5.385,8
Sumber: 1) Oil World Annual (1999-2005) & Oil Worl Weekly 16 Desember 2005, 2) Angka
dugaan (BIRO, 1999).

2.2. Struktur Industri


Minyak goreng nabati dapat dibuat dari berbagai sumber seperti kelapa, sawit, inti sawit,
jagung, kedelai, kacang tanah, biji bunga matahari, kapas, wijen, kapuk, rami, dan rape. Dari sekitar 6
juta ton produksi minyak goreng nasional pada tahun 2005, minyak sawit mendominasi dengan
kontribusi sebesar 83,3 %. Kondisi pasar dunia untuk untuk industri ini juga menunjukkan hal yang
sama seperti disajikan pada Gambar 1.

D IS T R IB U S I P R O D U K S I M IN YA K G O R EN G D U N IA (%)

M INYAK DENG AN P ERT UM BUHAN P AL ING T ING G I

Lainny a; 5,4
Miny ak Hew ani;

10
8 ,3

8 ,6

In ti s a w it

S a w it

Kedelai; 23,9

% P ertu m b u h an

15,8

Inti Saw it; 2,8


Kelapa; 2,3
Kac ang Tanah;
3,1

8
6

4 ,6
3 ,4

4
2 ,2
2
0

Bji Kapas ; 3,4

Saw it; 24,1

B iji Ma ta h a ri

Biji Bunga
Matahar i; 7,2

B iji R a p e

K e d e la i

Je n is M in ya k
Biji Rape; 12,1

Keterangan:
Lainnya termasuk minyak zaitun, jagung, wijen, biji lin, kemiri, minyak ikan.

Gambar 1. Produksi minyak goreng dunia dan jenis minyak dengan pertumbuhan tertinggi

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Saat ini ada lima produsen minyak goreng dunia teratas adalah RRC, Uni Eropa, Malaysia,
USA, dan Indonesia dengan produksi antara 15,8-18,6 juta ton.
Industri minyak goreng merupakan salah satu aktivitas hilir dari industri pertanian berbasis
sawit. Minyak goreng dari sawit yang dalam bahasa industri disebut RBD Olein (Refined Bleached
Deodorized Palm Olein) dibuat dari CPO sebagai bahan bakunya. Proses pengolahan minyak goreng
ini menghasilkan hasil samping RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Stearin), dan PFAD (Palm
Fatty Acids Destillation). RBD Stearin merupakan bahan baku untuk pembuatan margarin dan
shortening, sedangkan PFAD dapat diolah lebih lanjut menjadi sabun, shortening, dan emulsifier.
Margarin, shorteing dan emulsifier mempunyai pasar yang cukup baik dalam industri pengolahan
pangan, sehingga RBD Stearin dan PFAD dapat diperhitungkan dalam cash flow perusahaan. Rantai
aktivitas dari kebun sawit (TBS) sampai dengan minyak goreng dan produk lain yang dihasilkan
disajikan pada Gambar 2.

Tandan Buah Segar

Penghancuran dan Ekstraksi


(Pabrik CPO)
Tandan Buah Kosong

Palm Kernel
CPO

Pemurnian dan Fraksinasi


(Pabrik Minyak Goreng)
PFAD

Gambar 2.

RBD Olein

RBD Stearin

Aplikasi:
Minyak goreng
Shortening
Margarin

Aplikasi:
Shortening
Margarin

Aplikasi:
Shortening
Emulsifier
Sabun

Rantai aktivitas industri minyak goreng berbahan baku CPO

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Industri minyak goreng ternyata mempunyai segmen pasar yang beragam tergantung
kualitas minyak dan bahan pengkaya yang ditambahkannya seperti vitamin. Ada 5 segmen pasar
yang dapat diidentifikasi dari strategi pemasaran pemain di industri minyak goreng ini, yaitu
segmen pasar tradisional (kelas C), kelas B, kelas B+, kelas A, dan A+. Produk minyak goreng yang
bermain di pasar tradisional biasanya adalah industri lokal yang bahkan tidak menggunakan strategi
periklanan yang gencar, contoh dari produk ini adalah minyak goreng cap tawon dari PT Tunas Baru
Lampung, di Lampung. Pemain lain seperti Indofood, memproduksi minyak goreng dengan segmen
pasar menengah ke atas. Contoh produk minyak goreng kelas B dari Indofood adalah Bimoli. Bimoli
spesial termasuk kelas B+, sedangkan contoh untuk kelas A dan A+ adalah minyak goreng dengan
merk Happy Salad dan Sunrise. Beberapa pabrik minyak goreng dan merk minyak goreng yang
diproduksinya, serta segmen pasarnya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.

Berbagai merk dagang minyak goreng dan segmen pasarnya


No.

Jenis minyak

Segmen
pasar

Merk dagang

Produsen

Delima;
Borneo; Bimoli

PT Inti Boga Sejahtera, Jakarta

Minyak sawit

Bimoli Spesial

PT Inti Boga Sejahtera, Jakarta

Minyak sawit

Sunrise

PT Inti Boga Sejahtera, Jakarta

Campuran
minyak
sawit
dengan minyak
kedelai
atau
minyak
wijen
atau
minyak
jagung

Happy Salad

PT Inti Boga Sejahtera

Minyak kedelai

Cornola

PT Inti Boga Sejahtera

Minyak jagung

Sania

Filma;
Kunci PT
Smart
Mas, Obor
Surabaya

Tawon

Ikan
Dorang; PT Ikan Dorang
Payung

Minyak sawit

10

Barokah

Minyak sawit

Corporation, Minyak sawit

PT Tunas Baru Lampung

PT. Berkah Sawit Sumatera

B+

A, B

Minyak Sawit

A, B

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Tabel 2.(Lanjutan)
No.

Merk dagang

Produsen

Jenis minyak

11

Padi

UD
Cahaya
Terbit, Minyak kelapa
Sungguminasa, Kab.Gowa

12

Welcolin;
Bentoel

PT
Sari
Mas
Permai, Minyak kelapa
Karangpilang-Surabaya

13

Damai; Damai PT Damai Santosa Cooking Minyak kelapa,


Spesial; Dunia
Oil, Jakarta
Mnyak sawit

14

Vecto
Mas; PT Hasil Kesatuan, Jakarta
Ratu
Masak;
999;Gurame
Mas,
Golden
Fry, Appel Mas;
E.T.C

15

SA

PT
Sumber
Mataram

16

Sunco; Tani

PT Musim Semi Mas, Medan

17

Delisis; Berkah; PTPT


Tjengkareng
Unggul
Jakarta

18

Arrow, Surya

19 Jamco
Sumber: ICBS (1998)

Segmen
pasar

Minyak kelapa

Ampenan, Minyak kelapa


Minyak sawit

Djaja, Minyak kelapa,


Minyak sawit

PT Lembah Karya, Padang

Minyak kelapa

PT Slimigo Wangi, Jambi

Minyak kelapa

Sampai dengan tahun 1998 terdapat sekitar 244 pabrik minyak goreng di Indonesia, yang
memproduksi lebih dari 37 merk minyak goreng. Pabrik yang menggunakan bahan baku CPO
adalah 67 buah (ICBS, 1998), tetapi baru 31 % yang beroperasi secara maksimal (ICBS, 1998; Jakarta
Future Exchange, 2006).

3. Potensi Daerah Dan Teknis Produksi


3.1. Bahan Baku
Perkembangan luas areal dan produksi TBS nasional sejak tahun 2000 sampai dengan 2004
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti dengan pertumbuhan 10,3 % per tahun untuk luas
arealnya dan 10,2 % untuk produksi CPO-nya seperti disajikan pada tabel 3 (BPS, 2004). Hal yang
sama terjadi di Kalimantan Timur, perkembangan luas areal dan produksi TBS-nya masing-masing

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

adalah 13,1 dan 20,28.% (Tabel 4) (BPS Kaltim, 2006). Adapun kontribusi luas areal dan produksi TBS
masing-masing Kabupaten/Kota terhadap luas areal sawit dan produksi TBS Kalimantan Timur
disajikan pada Gambar 3 dan gambar 4. Kini telah terdapat 11 pabrik CPO di Kalimantan Timur yang
tersebar di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten
Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Pasir (Tabel 5).
Tabel 3.

Perkembangan industri kelapa sawit Indonesia tahun 2000-2004


Tahun

Luas areal (ha)

Produksi CPO
(ribu ton)

Ekspor CPO
(ribu ton)

Nilai FOB ekspor


(juta US$)

2000

2.440,5

4.574,5

4.100,0

1.087,3

2001

2.691,9

5.016,4

4.903,2

1.080,9

2002

3.258,6

6.272,7

6.333,7

2.092,4

2003

3.411,3

6.310,2

6.386,4

2.454,6

2004

3.445,4

6.448,6

8.661,6

3.441,8

Sumber : BPS 2004

Tabel 4.

Perkembangan luas areal dan produksi kelapa sawit Kalimantan Timur tahun 20002005
Pertumbuhan
areal (%)

Produksi TBS
(ton)

Pertumbuhan
produksi (%)

Tahun

Luas areal (ha)

2000

116.887,50

2001

117.055,00

0,14

466.729,00

7,64

2002

132.173,50

12,92

760.293,00

62,90

2003

159.079,00

20,36

791.064,00

4,05

2004

171.580,50

7,86

957.058,00

20,98

2005

201.087,00

17,20

1.012.788,50

5,82

Rata-rata

13,10

Rata-rata

20,28

433.645,00

Sumber : BPS Kaltim 2004, BPS Kaltim 2006

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

PASIR
K U TA I B A R A T
K U TA I K A R TA N E G A R A
8 ; 3 , 70%
2; ;00, 0, 9%%

30; 13,9%

K U TA I TI MU R

43; 19,9%
15; 6,9%
0; 0,0%
16; 7,4%

BER AU
MA L I N A U
BU LU N G AN
N U N U KAN

0; 0,0%
33; 15,3%

P E N A J A M P A S E R U TA R A
5; 2,3%

BALIKPAPAN

64; 29,6%

S A MA R I N D A
TA R A K A N
B O N TA N G

Gambar 3.

Distribusi luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 2005 di Provinsi


Kalimantan Timur (ribu ha)
PASIR
K U TA I B A R A T
K U TA I K A R TA N E G A R A
204; 20,2%

0; 0,0%

K U TA I TI MU R
BER AU

106;; 01,,06%
%

462; 45,7%

MA L I N A U
BU LU N G AN

73; 7,2%

N U N U KAN
P E N A J A M P A S E R U TA R A
252; 24,9%

5; 0,5%

BALIKPAPAN
S A MA R I N D A
TA R A K A N
B O N TA N G

Gambar 4.

Distribusi produksi TBS kelapa sawit tahun 2005 di Provinsi Kalimantan


Timur (ribu ton).

Bila setiap pabrik dapat beroperasi 80 % dari kapasitas terpasang dengan efisiensi CPO
extraction rate sebesar 23 %, maka dari 11 pabrik ini diproduksi sekitar 1.564 ton CPO per hari
(dengan asumsi pabrik bekerja 20 jam per hari). Selama ini produksi CPO dari pabrik-pabrik di
Kalimantan Timur diperdagangkan antar pulau atau diekspor. Bila pabrik CPO di Kalimantan Timur
hanya melempar 50 % dari produksinya ke pasar bebas, sedangkan 50 % lagi khusus untuk industri
hilir sawit (minyak goreng) yang ada di Kalimantan Timur, maka akan tersedia bahan baku sekitar
782 ton CPO per hari. Angka ini pada tahun-tahun mendatang akan semakin besar dengan

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

meningkatnya luas areal produksi sawit. Dari data di atas maka kebutuhan akan bahan baku tidak
menjadi kendala bila dibangun pabrik minyak sawit di Kalimantan Timur.
Tabel 5.

Nama perusahaan dan kapasitas produksi CPO yang ada di Kalimantan Timur
No.
1

Nama Perusahaan
PT REA Kaltim Plantation

PT
Swakarsa
Sinar
Sentosa
3
PT Matra Sawit Sejahtera
4
PTPN XII
5
PTPN XII
6
PTPN XII
7
PT Waru Kaltim Plantation
8
PT Nunukan Jaya Lestari
9
PT Etam Bersama Mandiri
10
PT AB Dharma Nusantara
11
PT Comismar Wanamaja
Sumber: Adhynugraha (2006)

Kapasitas
(ton TBS/jam)
80

Lokasi Pabrik

45

Kec.Kembang Janggut, Kab.Kutai


Kartanegara
Kec.Muara Wahau, Kab.Kutai Timur

30
30
60
60
30
30
15
30
15

Kec.Muara Wahau, Kab.Kutai Timur


Desa Semuntai, Kab.Pasir
Desa Long Pinang, Kab.Pasir
Desa Long Kali, Kab.Pasir
Kec.Waru, Kab.Penajam Paser Utara
Kec.Nunukan, Kab.Nunukan
Kec.Kongbeng,kab.Kutai Timur
Kec.Kuaro, Kab.Pasir
Kec.Lumbis

3.2. Lokasi
Pabrik minyak goreng dengan kapasitas 700-1.000 ton CPO per hari dapat dibangun pada
lokasi dengan luas sekitar 4-6 ha. Selain lahan untuk pengolahan limbah, yang juga penting untuk
dipertimbangkan adalah ketersediaan air dan energi/listrik. Untuk pabrik dengan kapasitas 1.000 ton
CPO per hari memerlukan energi sekitar 19.100 kWH setara dengan 16.758 liter solar dan air
sebanyak 11.159 ton per hari.
Beberapa lokasi potensial yang dapat dipertimbangkan sebagai lokasi pabrik minyak goreng
bila menggunakan efisiensi transportasi bahan baku ke lokasi pabrik disamping pertimbangan
kesediaan tenaga kerja dan infrastruktur adalah Balikpapan, Kabupaten Pasir, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, atau Nunukan. Dari 5 lokasi potensial tersebut bila dilakukan
pertimbangan tata ruang wilayah di masing-masing wilayah maka Kabupaten Kutai Timur adalah
lokasi paling tepat. Alasan untuk hal ini karena Kabupaten Kutai Timur telah mempunyai tata ruang
Kawasan Industri Maloy (KIM) di Kecamatan Maloy. KIM ini akan dilengkapi dengan kawasan

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

pendukung seperti pelabuhan Maloy yang direncanakan mempunyai terminal cargo dan CPO.
Pemilihan lokasi pabrik minyak goreng di KIM ini akan memberikan beberapa kemudahan seperti
meminimalisasi kesulitan pembebasan lahan, tersedianya infrastruktur yang diperlukan oleh suatu
industri pengolahan, dan dapat mengakses pelabuhan laut secara langsung yang sangat penting
untuk transpor bahan baku dan produk dari produsen ke konsumen atau sebaliknya.
Kabupaten Kutai Timur beribukota di Sangatta, kota ukuran sedang dengan luas administrasi
35.747,50 Km2 (17 %) dari wilayah Kalimantan Timur. Jumlah penduduk 168.529 jiwa dengan
kepadatan 4,71 penduduk/km2 dan pertumbuhan 1,85 % tahun 2004. Kabupaten yang mempunyai
18 Kecamatan dengan 135 desa, memiliki suatu kawasan yaitu Maloy yang akan dikembangkan
menjadi

kawasan

industri

terpadu.

Kabupaten

ini

mempunyai

program

pembangunan

Gerdabangagri, yaitu program pembangunan daerah berbasis agroindustri. Gerdabangagri yang


dicetuskan oleh Kabupaten Kutai Timur dalam Renstra Kabupaten Kutai Timur 2000-2005 tersebut,
direncanakan dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (Spesific Economic Zone, SEZ) yang didalamnya
terdapat KIM mulai tahun 2008, hal ini juga merupakan alasan bahwa KIM yang akan dikembangkan
di kawasan Maloy merupakan pilihan lokasi pabrik minyak goreng yang tepat.
Secara umum, letak Kabupaten Kutai Timur dan KIM dapat dilihat pada Gambar 5. Tata letak
peruntukan lahan pada KIM disajikan pada Gambar 6, sedangkan rencana pembangunan Pelabuhan
Maloy dengan terminal CPO-nya ditampilkan pada Gambar 7.
KIM akan dibangun diatas areal 10.000 ha (yang telah dibebaskan 4.260 ha) yang dapat
menampung tenaga kerja sebanyak 250.000 ditambah dengan 5.000 eks patriat. Kaveling industri
yang disediakan pada 8 kluster kawasan industri yang direncanakan adalah 4.500 unit, yang
didukung oleh 1.000 unit layanan terdiri dari perkantoran, perbankan dan instansi pelayanan lainnya.
Sedangkan untuk kawasan residensial adalah sebanyak 250.000 unit pada kawasan satelit (kota
baru).
Untuk menampung produksi CPO dari pabrik CPO di Kabupaten Kutai Timur dan sekitarnya
sebesar keperluan industri hilir kelapa sawit, dibangun tangki penimbunan CPO untuk melayani luas
lahan sawit seluas 100.000 ha, dengan asumsi produksi tandan buah segar sebesar 27 ton/ha/tahun
(kebun klas III), dan rendemen 24 %. Dengan kata lain jumlah CPO yang dapat dilayani adalah

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

sebesar 648.000 ton per tahun. Untuk keperluan tersebut jumlah tangki yang dibangun adalah 34
buah tangki masing-masing dengan kapasitas sekitar 12.500 ton (volume 625 m3). Sedangkan
tingkat pemakaian diasumsikan sebesar 75 %. Lahan untuk zona CPO ini disediakan sebesar 10.676
m2 dengan zona bersih area tangki seluas 2.669 m2.

Gambar 5.

Letak Kabupaten Kutai Timur di peta Indonesia dan letak KIM di


peta Kabupaten Kutai Timur

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Gambar 6

Tata letak peruntukan lahan pada KIM dan tata letak Pelabuhan Maloy

Gambar 7.

Rencana Pelabuhan Maloy sebagai pintu gerbang Indonesia bagian


utara dengan terminal CPO-nya

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

3.3. Teknis Produksi


Produksi minyak goreng dari CPO dilakukan melalui tahapan, pemurnian, fraksinasi,
pengemasan, dan pengepakan. Tahap pemurnian terdiri dari proses degumming, pemucatan
(bleaching), deodorisasi (deodorisation), dan fraksinasi (fractionation). Tahapan prosesnya disajikan
pada Gambar 8., peralatan dan jenis produk yang dihasilkan ditampilkan pada Gambar 9, sedangkan
Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12 masing-masing menampilkan aliran massa plus
penggunaan energi selama proses degumming, bleaching, dan deodorisasi. Adapun layout pabrik
minyak goreng disajikan pada Gambar 13.
CPO
(FFA 4,5 %
H3PO4
0,07-0.1 %

Air panas
10 %

Pengendapan (Wet degumming)


2,5-3,0 bar, 80-110 oC, 5-7 menit
Air + kotoran
+ getah (gum)

Bleaching earth /
arang aktif 2-3 %
cestillationid

Pemucatan (Bleaching)
Vakum, 85-90 oC, 20 menit

Deodorisasi (Deodorization)
3-6 mmHg, 240-260 oC, 1,5 jam

Blotong

Palm Fatty Acid


Destillation
(PFAD) (4,5 %)

Kristalisasi (Cristallization)
70 oC dan 37 oC secara bergantian

Fraksinasi (Fractionation)
4,5 bar

RBD Olein (minyak goreng)


(72,4 %)

Gambar 8.

RBD Stearin
(23,1 %)

Diagram alir proses pengolahan minyak goreng dengan bahan baku CPO (kehilangan
pada proses ini adalah sekitar 1 %)

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Deodorisasi

Bleaching

Degumming

Stearin

PFAD

Kristalisasi dan fraksinasi

Gambar 9.

CPO

Pabrik CPO

TBS

Olein
(minyak
goreng)

Diagram alir dan peralatan yang dipergunakan dalam pengolahan minyak


goreng dengan bahan baku CPO serta produknya

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Gambar 10. Aliran massa dan energi pada proses degumming

Gambar 11.

Aliran massa dan energi pada proses bleaching

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Gambar 12. Aliran massa dan energi pada proses deodorisasi.

Gambar 13. Layout pabrik minyak goreng dan margarine berbahan baku CPO

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

4. Kebijakan

Dan Infrastruktur Pendukung

4.1. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang mendukung investasi industri minyak goreng di Kalimantan Timur
telah mencukupi dengan tersedianya jaringan jalan, airport, pelabuhan laut, fasilitas air bersih dan
listrik serta hotel dan restoran. Airport internasional (Bandara Sepinggan) dan pelabuhan laut
nasional (Pelabuhan Semayang) terdapat di Balikpapan yang berjarak sekitar 290 km dari Kabupaten
Kutai Timur yang merupakan lokasi paling potensial untuk penanaman investasi industri minyak
goreng berbasis sawit saat ini. Disamping itu masih terdapat pelabuhan laut dan bandara nasional di
Kota Tarakan dan Samarinda (170 km dari KIM). Disamping itu sesuai dengan program
Gerdabangagri, secara mandiri Kabupaten Kutai Timur mulai tahun 2008 akan mulai membangun
Specific Economic Zone (SEZ) yang meliputi areal seluas 40.000 ha dengan hinterland seluas 80.000
ha. Kawasan Industri Maloy (KIM) yang merupakan kawasan pinggir pantai yang berada dalam SEZ
tersebut dengan luas areal sebesar 10.000 ha.

4.1.1. Pelabuhan dan spesifikasinya


Saat ini di Kabupaten Kutai Timur terdapat 3 pelabuhan, yaitu 2 di Sangatta (milik KPC, 1.800
m2; dan Pertamina, 725 m2), dan pelabuhan umum di Sangkulirang seluas 189 m2. Dalam rangka
pembangunan kawasan agroindustri, maka pelabuhan laut nasional direncanakan mulai tahun 2008
dibangun di Maloy, dengan nama Pelabuhan Maloy. Pelabuhan Maloy ini merupakan pelabuhan
penumpang, dengan fasilitas pelabuhan peti kemas sekaligus terminal CPO.

4.1.2.

Airport beserta fasilitasnya


Kalimantan Timur telah memiliki 11 bandara, dengan kualifikasi bandara yaitu Sepinggan

Balikpapan, Temindung Samarinda, Juata Tarakan, Kalimarau Berau, Nunukan, dan Tanjung Harapan
Bulungan. Ketersediaan bandara ini mampu untuk memberikan dukungan bagi pengembangan
investasi dan kegiatan ekonomi daerah. Sepinggan merupakan bandara internsional, memiliki 27
operator maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia, Merpati Airlines, Silk Air, Lion, Mandala,
dan lain-lai.

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Kabupaten Kutai Timur sendiri memiliki 9 bandara yaitu KPC di Tanjung Bara dan Bandara
Pertamina di Sangkimah serta 7 bandara perintis yaitu di LongLees, Sautara, Batu Ampar, Jabdan,
Miau Baru, Long Segar, Pengadan.

4.1.3.

Listrik Beserta Kapasitas


Listrik merupakan prasarana yang amat penting untuk memasok kebutuhan industri. Sumber

listrik hingga saat ini dipasok oleh Perusahaan Umum Listrik Negara. Pada tahun 2005, produksi
tenaga listrik di daerah ini mencapai 47.519,32 MWH dengan daya terpasang 10,40 MW. Sedangkan
daerah sekitar Kabupaten Kutai Timur yang terdekat adalah kota Bontang. Jaringan listrik di kota ini
telah menjangkau seluruh wilayah kota. Pada tahun 2005, tenaga listrik yang diproduksi sebesar
63.390,02 MWH dengan kapasitas terpasang 13,65 MW.

4.1.4. Air bersih dan kapasitasnya


Seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur memiliki jaringan air yang dikelola PDAM dengan
kapasitas potensial 4.124 liter/detik dan

kapasitas

efektif 3.088 liter/detik.

Produksi air bersih Kota Bontang yang terpakai 25 liter/detik diluar KIE (PT. PKT) dan PT. Badak
LNG. Tahun 2004, kapasitas potensial air sebesar 780 liter/detik dengan produksi 1.813.817 m 3 (BPS,
2004).

4.1.5. Hotel dan Restoran


Kalimantan Timur sebagai daerah sentra perdagangan dan jasa, serta tujuan wisata terdapat
sarana pendukung berupa hotel dan restoran. Jumlah hotel berbintang maupun non bintang pada
tahun 2004 sebanyak 404 buah. Hotel berbintang 17 buah yang memiliki 1.775 kamar dan 2.777
tempat tidur, sedangkan hotel melati 297 buah dengan 3.063 kamar dan 4.987 tempat tidur.
Di Kota Bontang yang merupakan daerah terdekat dengan kabupaten Kutai Timur memiliki 1
buah hotel bintang III, yaitu Hotel Bintang Sintuk dan beberapa hotel non bintang 23 buah.
Sementara, Kabupaten Kutai Timur memiliki hotel non bintang 52 buah.
Selain hotel, di Kalimantan Timur terdapat pula restoran sebanyak 912 buah. Keberadaan
hotel dan restoran ini mendukung fasilitas bagi investor.

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

4.1.6. Sekolah /PT/lembaga pendidikan


Kalimantan Timur memiliki fasilitas pendidikan yang memadai dari pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi. Di Samarinda, terdapat satu-satunya universitas negeri di provinsi ini, yaitu
Universitas Mulawarman yang memiliki Fakultas Pertanian. Fakultas Pertanian ini menyelenggarakan
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian yang dapat mendukung ketersediaan tenaga kerja di
bidang teknologi pengolahan hasil pertanian. Program studi yang sama juga diselenggarakan oleh
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) yang terdapat di Sangatta. Selain pendidikan formal,
pelatihan-pelatihan pun dilaksanakan oleh lembaga-lambaga pelatihan swasta maupun oleh dinas
tenaga kerja dan dinas teknis terkait.

4.1.7.

Jalan/ transportasi
Untuk memperlancar arus lintas bahan input maupun produk setengah jadi atau produk jadi

telah dibangun jalan lintas Kalimantan yang terdiri 3 poros, yaitu poros Selatan, Tengah dan Utara.
Infrastruktur perhubungan darat yang tersedia telah memadai untuk angkutan antar kota dalam
provinsi maupun antar kota antar provinsi.
Pembangunan jembatan seperti jembatan Dondang dan Mahakam II yang memperpendek
jarak jarak tempuh Samarinda-Balikpapan merupakan bagian dari pembangunan highway Sangatta
(Bontang) Samarinda Balikpapan. Pembangunan jalan pintas utara Kalimantan Timur Sangatta,
Kutai Timur dan Tanjung Redeb, Berau akan mempercepat arus angkutan barang/jasa.

4.1.8.

Perbankan / asuransi
Lembaga perbankan di Kalimantan Timur pada tahun 2004 berjumlah 223 unit yang tersebar

di kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Posisi kredit yang telah tersalurkan kepada sektor usaha
berjumlah Rp 8 trilyun, dan khusus untuk sektor perikanan mencapai Rp 3,27 milyar. Posisi kredit
untuk wilayah Bontang berjumlah 815,044 milyar, Berau sebesar Rp 477,61 milyar dan Kutai Timur
sebesar Rp 350,514 milyar.
Di Kota Bontang terdapat 23 unit bank, terdiri dari 7 bank pemerintah, 5 bank swasta, 2 bank
perkreditan dan lembaga keuangan non perbankan 74 koperasi dengan 3 koperasi perikanan ikut
membantu struktur permodalan.

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Di Kabupaten Berau terdapat 9 unit bank. Di Kabupaten Kutai Timur terdapat 4 unit bank
dengan 3 unit bank pemerintah dan 1 unit bank swasta serta lembaga non perbankan 188 koperasi
dengan 1 koperasi khusus perikanan. Dan ada 3 lembaga asuransi yaitu Asuransi Bumi Putera,
Asuransi Jiwasraya dan Asuransi Jiwa Mubarakah.

4.1.9. Pos dan telekomunikasi


Kalimantan Timur melalui PT. Telkom pada tahun 2004/2005 telah mempunyai 197.573 SST.
Penggunaan jasa telekomunikasi telepon saat ini meningkat pesat, dengan diindikasikan tercatatnya
9 operator telepon selular. Distribusi SST tersebut adalah 5.475 SST untuk kota Sangatta dan 13.088
SST untuk kota Bontang. Dikedua kota tersebut juga telah tercatat lebih dari 3 operator telepon
selular, 3 yang besar diantaranya adalah Telkomsel, Indosat, dan Pro XL.

4.2.

Aspek sosial dan lingkungan


Adanya kepastian peruntukan lokasi untuk industri pengolahan di KIM akan membuat

suasana investasi aman karena jauh dari persoalan-persoalan yang sering timbul bila suatu kawasan
industri baru dibangun, seperti tumpang tindih lahan usaha ataupun masalah sosial yang timbul
karena bersinggungan dengan masyarakat. Begitu pula dengan masalah limbah yang mungkin
timbul dari aktivitas industri tersebut akan dapat ditangani dengan baik, karena perencanaan
pengolahan limbah untuk kawasan industri tersebut dapat dikelola secara terpadu.
Sebaliknya, banyaknya investasi yang masuk ke kawasan KIM akan mempercepat
pembangungan dan sekaligus dapat meningkatkan kesempatan kerja, dan pendapatan bagi
masyarakat, serta meningkatkan PAD dari Kabupaten Kutai Timur khususnya dan Provinsi
Kalimantan Timur pada umumnya.

4.3

Legalitas
Dalam rangka pengembangan industri minyak goreng, pemerintah telah melakukan berbagai

kebijakan di tingkat nasional hingga daerah. Secara nasional, pemerintah Indonesia telah
memberikan pembebasan bea masuk atas impor mesin yang terkait langsung dengan kegiatan
industri/jasa, kemudahan dalam perijinan dan sejumlah insentif lainnya.

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Adapun prosedur penanaman modal asing maupun dalam negeri diatur sesuai dengan
keputusan Kepala Badan Koordinasi Penawaran Modal (BKPM) No.57/SK/2004, dengan tahapan
sebagai berikut :
Mengajukan permohonan kepala BKPM untuk PMA dan PMDN. Kepala BKPM mengeluarkan dan
menandatangani Surat Persetujuan (SP) penanaman modal dalam rangka PMDA dan PMA. Surat
persetujuan tersebut diterbitkan selambat-lambatnya 10 hari pada hari kerja.

5. Analisis Finansial
Analisis finansial kelayakan industri minyak goreng kelapa sawit dibuat dengan beberapa
asumsi seperti disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Asumsi analisis finansial industri minyak goreng kelapa sawit
Luas lahan pabrik
Kapasitas produksi
Jam kerja pabrik
Hari kerja
Interest rate (Discount factor)
- Modal sendiri
- Modal pinjaman
Nilai tukar Rupiah
Angka pertumbuhan komponen biaya

2.500.000 m2
1.000.000 ton / hari
20 jam/hari
300 hari/tahun
14 % pa
12 % pa
15 % pa
1 US$ = Rp 9.300,7,5%/tahun

5.1. Biaya Investasi


Seperti halnya industri manufaktur lainnya pendirian industri minyak goreng kelapa sawit
membutuhkan investasi yang besar. Industri minyak goreng kelapa sawit ini diperhitungkan akan
membutuhkan investasi sebesar US$. 31.397.972,27, (Rp.156.989.861.350,00) dimana sebesar US$
119.942,53 (Rp.599.712.650,00) yang akan dialokasikan untuk menutupi biaya pra-oprasional, biaya
pengadaan investasi tetap seperti tanah, bangunan fisik utama dan penunjang, mesin dan peralatan
utama, dan pembantu, peralatan kantor (office supplies) peralatan transportasi dan investasi tetap
lainnya, serta untuk menutupi biaya-biaya contingencies (2,5% dari total investasi tetap di luar

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

modal kerja). Disamping itu total biaya investasi ini juga akan dialokasikan untuk membiayai modal
kerja sampai tahap turn-over yang besarnya mencapai US$ 12.912.076 (Rp.64.560.379.167,00).
Tabel 7. Proyeksi biaya investasi industri minyak goreng sawit (Dalam US $)
No

Uraian

A Biaya Pra Operasional


B Lahan
1. Pembelian Tanah
2. Pematangan Tanah yg sdh direklamasi
C
Bangunan Utama
1. Bangunan Produksi (18 unit)
2. Bangunan Timbangan
3. Rumah Tangga
4. Rumah Pompa
5. Kantor
6. Laboratorium
7. Workshop/Store
C
Bangunan Penunjang
1. Pos Jaga
2. Tempat Parkir
3. Rumah Pegawai
4. Pagar Keliling
5. Tempat Olahraga
6. Jalan dan Parkir

Luas
(m2)
1

Harga Satuan
(US$)
119.942,53

Biaya
(US$)
119.942.53

250.000
50.000

1,5
7,5

375.000
375.000

2.200
500
600
1.200
280
120
1.200

427,58
204,00
255,11
127,55
255,11
255,11
255,11

940.676,00
102.000,00
153.066,00
153.060,00
71.430,80
30.613,20
306.132,00

24
1.000
2.500
6.700
1.000
20.000

169,99
10,20
187,58
9,84
10,20
10,20

4.079,76
10.200,00
468.950,00
65.928,00
10.200,00
204.000,00

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Tabel 8. Biaya pengadaan mesin peralatan utama dan pembantu


No Items
A

Mesin dan Peralatan Utama


1. Unit Refinery Plant 1.000 TPG
2. Unit Fractionation Plant 1.000 TPD
3. Unit Pendinginan Air ( Water Cooling Plant)
4. Unit Pengolahan Limbah Cair (Waste
Treatment Plant)
5. Unit Tangki Pengimpanan (Tank Farm)
I6. nstalasi
Mesin dan Peralatan Pembantu
1. Broiler
2. Compressor
3. Genset
4. Pompa
5. Water Treatment
6. Peralatan Laboratorium
Peralatan Kantor dan Instalasi
Kendaraan
1. Kendaraan (Mobil)
2. Sepeda Motor
3. Mobil Karyawan

Satuan
(Unit)

Harga Satuan
(US$)

Biaya
(US$)

1
1
1
1

3.162.000
2.142.000
255.000
76.500

3.162.000
2.142.000
255.000
76.500

1
1

2.652.000
280.500

2.652.000
280.500

1
1
3
1
1
1
1

354.960
132.600
237.966
163.200
153.000
102.000
35.000

354.960
132.600
713.898
163.200
153.000
102.000
35.000

5
8
1

40.000,00
1.500,00
12.980,00

200.000,00
12.000,00
12.980,00

5.2. Biaya Operasional


Biaya operasional yang dibutuhkan untuk kapasitas pabrik 1.000 ton /hari atau 300.000 ton/tahun
sebesar US$ 515.964,84 / hari (Rp 4.798.469.664/ hari) ekuivalen US$ 154.789.345,2/tahun (Rp
143.954.091.036/ tahun) yang terdiri dari :
1. Biaya Bahan baku dan bahan penolong
Biaya bahan baku CPO selama 1 tahun pertama adalah sebesar US$ 151.704.000.
(Rp.1.410.847.200.000) Biaya ini diasumsikan besarnya tetap karena harga CPO diasumsikan tetap
serta produktivitas mesin dan peralatan relatif stabil atau hanya dengan biaya penyusutan yang
kurang dari 5%. Sedangkan biaya bahan penolong pada tahun pertama produksi dianggarkan
sebesar US$ 3.085.344, (Rp.28.693.699.200) kemudian pada 9 tahun berikutnya seluruh komponen
biaya bahan penolong diasumsikan akan meningkat sebesar 7,5%/tahun (Tabel 9).

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Tabel 9. Kebutuhan biaya operasional untuk 1.000 ton CPO /hari 300.000 ton/Th
No Jenis Bahan

1
2

3
4
5

Bahan Baku CPO


Bahan Penolong
a. H3PO4
2. Diatomic
3. Bahan Bakar Genset
4. Bahan Bakar Broiler
Maintenance
Tenaga Kerja
Overhead

Jumlah Satuan

Biaya
Biaya/hr
Biaya/Th
Satuan
(Ton)
(US
(US $)
(US $)
$/Unit)
1.000
Ton
505,680 505.680,00 151.704.000,00

2
15
16.758
5.446

ton
ton
liter

134

Orang

92,653
173,730
0,207
0,207

Total Biaya Bahan per 1.000 ton CPO

185,31
2.605,95
3.468,91
1.127,32
1.287,00
1.150,00
460,00
515.964,48

55.591,80
781.785,00
1.040.671,80
338.196,60
386.100,00
345.000,00
138.000,00
154.789.345,2

2. Biaya energi
Kebutuhan energi pada setiap pengolahan 1000 ton bahan baku CPO di perkirakan akan
menghabiskan energi sebanyak 19.100 Kwh dan ini akan dipenuhi dengan genset dengan kapakitas
500 KVA 3 unit pararel. Jumlah bahan bakar solar yang dibutuhkan sebanyak 16.758 liter solar/hari
yang terdiri dari 5.880 liter untuk proses rafinasi dan 10.878 liter untuk proses fraksinasi dan bahan
bakar solar yang digunakan steam boiler adalah sebanyak 5.446 liter/hari yang terdiri dari 1.911 liter
untuk proses rafinasi dan 3.535 liter untuk proses fraksionasi. Jika harga solar US$ 0,207/ liter,
maka besarnya biaya yang dibutuhkan sebesar US$ 4.596,23 per hari atau US$ 1.378.869 per tahun.
Sementara kebutuhan air dalam proses produksi sebesar 11.159 ton/hari
3. Biaya tenaga kerja langsung
Jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dengan proses produksi atau yang disebut
dengan tenaga kerja langsung adalah 134 orang yang terdiri dari 128 orang tenaga operasional dan
6 orang tenaga manajerial. Dari 128 orang tenaga operasional, 18 orang diantaranya melakukan
pekerjaan managerial dan 110 orang lainnya bekerja sebagai tenaga operasional sampai tenaga
kebersihan.
Pada tahap produksi tahun pertama, total biaya tenaga kerja akan mancapai sebesar US$
345.000. Pada tahun-tahun selanjutnya selama 10 tahun berikutnya biaya tenaga kerja akan

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

meningkat 10% pertahun. Setiap tahun diperkirakan perusahaan akan membutuhkan tenaga kerja
harian lepas untuk membantu proses rafinasi dan fraksionasi dengan biaya tambahan sebesar US$
130.410. Biaya tambahan ini setiap tahun dianggarkan akan meningkat 10%.

5.3. Hasil analisis finansial


Berdasarkan analisis kelayakan proyek diperoleh nilai NPV, IRR, Net B/C danPayback Period
seperti disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil analisis finansial proyek
Kriteria Kelayakan Proyek

Nilai

ROI
NPV
IRR
Net B/C
Payback Period

228,79%
26.717.950
98,17%
4,48
7 tahun 10 bulan

Seperti disajikan pada Tabel 4.10, nilai Return on Investment (ROI) diperoleh 228,79%. Nilai ROI
tersebut menunjukkan bahwa dari setiap US $1,- modal yang ditanamkan pada industri minyak
goreng kelapa sawit akan diperoleh keuntungan sebesar US $ 228,79.
Berdasarkan analisis cash flow (cash inflow dan cash outflow) investasi industri minyak goreng
kelapa sawit dengan tingkat discount factor 14%, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) US $
26.717.950,-. Nilai NPV ini lebih besar dari nol, sehingga industri minyak goreng kelapa sawit layak
untuk dilaksanakan.
Sementara nilai internal rate of return (IRR) sebesar 98,17%, jauh lebih tinggi dari suku bunga
bank sebesar 14%, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan.

Berdasarkan analisis Net B/C ratio

pun, industri minyak goreng kelapa sawit ini layak dilaksanakan karena nilai Net B/C nya 4,48 masih
di atas dari nilai 1.
Dilihat dari sudut kemampuan proyek ini mengembalikan modal (payback period), proyek ini
mencapai titik impas setelah 6 tahun 10 bulan. Dari beberapa kriteria kelayakan usaha di atas, maka
industri minyak goreng kelapa sawit secara finansial layak diusahakan. Proyeksi aruskas (Cash flow)
industri minyk goreng kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 1.

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Untuk melihat kelayakan proyek ini, apabila terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan
harga jual dilakukan analisis sensitivitas dengan hasil seperti disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil analisis sensitivitas kelayakan proyek
Kriteria Kelayakan Proyek
ROI
NPV
IRR
Net B/C
Pay back Period

Kenaikan Biaya Produksi Penurunan Harga Jual (2


(2 %)
%)
76,23
181,1
8.243.431,45
24.628.936,1
34,22%
91,38%
1,96
4,1
8 tahun 3 bulan
7 tahun 10 bulan

Walaupun terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual, dari hasil analisis sensitivitas
seperti disajikan pada Tabel 4.10 ternyata industri minyak goreng kelapa sawit masih layak untuk
diusahakan.

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi profil proyek komoditas unggulan tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Rumput laut merupakan komoditi ekspor yang memiliki peran sebagai penghasil devisa negara
dengan nilai ekspor pada tahun 2004 sebesar US $ 25,296 juta.
2. Negara tujuan ekspor utama rumput laut Indonesia adalah Negara Cina, Hongkong, Denmark,
Spanyol, USA dan Filipina.
3. Daerah penghasil rumput laut utama di propinsi Kalimantan Timur adalah Kota Bontang,
Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau.
4. Investasi pada usaha pengembangan budidaya rumput laut di Propinsi Kalimantan Timur ditinjau
dari aspek pasar, teknis, finansial serta dukungan pemerintah daerah adalah feasible.
5. Berdasarkan aspek pasar, teknis dan finansial, industri minyak goreng kelapa sawit feasible untuk
dibangun di Kalimantan Timur.
6. Analisis kapasitas industri minyak goreng kelapa sawit di Kalimantan Timur membutuhkan bahan
baku CPO 1.000 ton per hari, dan Kawasan Industri Maloy di Kabupaten Kutai Timur merupakan
lokasi yang tepat untuk pembangunan lokasi pabrik minyak goreng.

Rekomendasi
Berdasarkan hasil studi profil dan persoalan yang dihadapi dalam pengembangan komoditas
unggulan tersebut, maka dapat direkomendasikan sebagai berikut:
1. Pengembangan investasi budidaya rumput laut diarahkan bagi perusahaan besar dan menengah
melalui pola kemitraan dengan usaha kecil/ koperasi.
2. Pemerintah daerah kabupaten/kota diharapkan dapat memfasilitasi dan mampu memberikan
kemudahan perizinan bagi produsen rumput laut untuk melakukan perdagangan antar pulau
maupun ekspor.
Pengembangan investasi industri minyak goreng diarahkan bagi perusahaan besar swasta baik
dalam negeri maupun luar negeri, dan terbuka juga bagi perusahaan daerah.

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

3. Kawasan Industri Maloy

berpeluang untuk dibangun industri minyak goreng kelapa sawit,

dengan demikian perlu ada komitmen Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dengan dukungan
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya untuk percepatan pembangunan
Maloy Port dengan fasilitas dan faktor pendukung nya.

Jika diperlukan informasi lebih lanjut tentang investasi minyak goreng kelapa sawit dapat
melakukan kontak ke alamat:
1. Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur
Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda KALTIM 75112 Telp. (62-541) 743235 & 743446 Fax :
(62-541) 736446
E-mail : Humas@bppmd.kaltimprov.go.id
Website : http://www.bppmd.kaltimprov.go.id
2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur
Jl. Basuki Rahmat Samarinda Kalimantan Timur 75117 .
Telp. (62-541) 732079

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H,. dan Istini, S. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya.
Jakarta. 148 hlm.
Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta. 114 hlm
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Perikanan.
Kanisius. Yogyakarta. 120 hlm.
BAPPEDA KALTIM dan BPS KALTIM (2006) Kaltim Dalam Angka Publikasi Elektronik 2006. BPS
KALTIM, Samarinda.
BPS (2004) Statistik Indonesia 2004. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Danie, A.T.E. 2000. Rumput Laut Tumpas Kemiskinan di Bentenan. Trubus No.363 Edisi Februari.
Jakarta
Departemen Teknologi Hasil Perairan. 2006. Kosmetika Laut. IPB dan KPP-Bioteknologi ITB.
Bandung
Dinas Kelautan dan Perikanan Samarinda. 2005. Buku Tahunan Statistik Perikanan Tangkap Propinsi
Kalimantan Timur tahun 2004. DKP Samarinda.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Timur. 2006. Buku Tahunan Statistik Perikanan
2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Timur.
Dinas Perikanan dan Kelautan Berau. 2005. Statistik Perikanan 2004. DPK Berau
Dinas Perikanan dan Kelautan Berau kerjasama dengan PPPW UNMUL. 2003. Identifikasi Potensi
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Berau. DPK Berau
Dinas Perikanan dan Kelautan Bontang. 2004. Gerakan Pengembangan Budidaya Ikan (GERBANGBUDI). DPK Bontang
Dinas Perikanan dan Kelautan Bontang. 2006. Buku Saku Statistik Perikanan Tahun 2003 2005.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang. Pemerintah Kota Bontang.
Effendi, I., dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. 164
hlm.

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Gatra. 2006. Revitalisasi Perikanan Jalan Menuju Kesejahteraan Bersama. Gatra Edisi Khusus Januari.
Jakarta
ICBSa (1998) Studi tentang Analisis Supplai, Permintaan, Pengolahan dan Prospek Investasi Industri
Minyak Goreng Indonesia 1998. Buku I. ICBS, Jakarta.
b
ICBS (1998) Studi tentang Analisis Supplai, Permintaan, Pengolahan dan Prospek Investasi Industri
Minyak Goreng Indonesia 1998. Buku II. ICBS, Jakarta.
Jakarta Future Exchange (2006) Olein. http://www.bbj-jfx.com/product.
Hidayat, N. dan Pitakasari,A.R. 2006. Menanam Rumput Laut Gaji Manajer. Gatra Edisi Khusus
Januari. Jakarta
Ngangi, E.L.A. 2001. Kajian Intensifikasi dan Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii di Desa Bentenan- Tambak Kecamatan Belang Prop. Sulawesi Utara.
ProgramPasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Raharjo, A,. 2000. Semarak Rumput Laut di Pulau Tidung. Trubus No.364 Edisi Maret . Jakarta
Riduan, M. 2006. Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut (Eucheuma sp) di Perkampungan
Nelayan Kowetang Melahing Kelurahan Tanjung Laut Indah Kecamatan Bontang Selatan Kota
Bontang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman, Samarinda.
Sediadi, A, dan Budihardjo, U. 2000. Rumput Laut Komoditas Unggulan. PT.Grasindo. Jakarta. 31
hlm.
Sekretariat Kota Bontang. 2005. Peluang Investasi Bontang 2005. Sekretariat Kota Bontang
Tim Penulis PS. 2004. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. PT Penebar Swadaya.
Jakarta. 99 hlm

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

LAMPIRAN

Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur

Lampiran: Diagram Alir Proses Perijinan


1.
P
E
R
M
O
H
O
N
A
N

Model 1 / PMDN
Kelengkapan
- Akte perusahaan atau KTP
bagi perorangan
- Copy NPWP
- Proses dan flowchart
- Uraian produksi / kegiatan
usaha
- Surat kuasa apabila bukan
ditandatangani Direksi

2. PERSETUJUAN
PENANAMAN

Surat
Persetujuan
untuk PMDN

Model 1 / Foreigen Capital


Investment (PMA)
Peserta Indonesia
-Akta perusahaan
-Copy KTP apabila perorangan
-Copy NPWP untuk PMA
peserta asing
-Akte perusahaan
-Copy paspor apabila
perorangan
-Copy NPWP untuk PT PMA
-Proses dan flowchart
-Uraian produksi kegiatan

Surat Persetujuan
untuk PMA

RENCANA PERUBAHAN
- Perubahan bidang usaha atau produksi
- Perubahan investasi
- Perubahan/pertambahan TKA
- Perubahan kepemilikan saham
- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN
- Perpanjangan WPP
- Perubahan status
- Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN
oleh asing atau sebaliknya

3.
PERIZINAN
PELAKSANAAN

-APIT, untukmengimpor barang modal dan bahan baku yang dibutuhkan


-RPTK untuk mendatangkan/ menggunakan TKA
-Rekomendasi TA.01 kepada Dirjen Imigrasi agar dapat diterbitkan VISA
bagi TKA
-IKTA, untuk memperkerjakan TKA
-SP Pabean BB/P, pemberian fasilitas atas penginfor bahan baku/penolong

===========================================
Di Kabupaten/ Kota : Izin lokasi, IMB, Izin UUG/HO,
Sertifikat Atas Tanah
Copy akta pendirian
Dan pengesahan

4. REALISASI
IZIN
USAHA

Kelengkapan
- Copy akte perusahaan
- Copy IMB
- Copy izin UUG/HO
- Copy sertifikat hak atas tanah
- LKPM
- RKL/RPL atau UKL/UPL atau SPPL
BAP
- Copy SP PMDN atau SP PMA dan

perubahannya

Sebagai dasar untuk


-Melakukan produksi komersil
-Pengajuan rencana peluasan
investasi
-Pengajuan restrukturisasi
-Pengajuan atau tambahan
bahan baku /penolong

Anda mungkin juga menyukai