Minyak Goreng Kelapa Sawit
Minyak Goreng Kelapa Sawit
PENGANTAR
Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur dalam
mencapai Visi Daerah sebagai pusat perdagangan dan jasa yang terkemuka di Indonesia Timur dan Asia
Pasifik adalah pembangunan pertanian dalam arti luas. Kalimantan Timur dengan kekayaan sumberdaya dan
agroekologinya menyimpan potensi pengembangan komoditi pertanian seperti kelapa sawit dan rumput
laut. Rumput laut merupakan komoditas ekspor, yang saat ini di ekspor ke beberapa Negara tujuan seperti
Hongkong, Cina, Denmark, Spanyol, USA dan Filipina. Di sisi lain, perkembangan pesat pembangunan
perkebunan kelapa sawit harus diiringi dengan upaya serius pengembangan industri hilir yaitu pembangunan
pabrik minyak goreng berbahan baku kelapa sawit.
Dalam upaya untuk mendorong pihak dunia usaha menanamkan investasinya, perlu diberikan informasi
yang jelas tentang prospektif pembangunan industri minyak goreng kelapa sawit dan budidaya rumput laut
tersebut. Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang bagaimana profil investasi komoditi
minyak goreng kelapa sawit dan budidaya rumput laut, Badan Promosi dan Invetasi Daerah (BPID)
Kalimantan Timur bekerjasama dengan Center For Community Empowerment and Economic (FORCE)
melakukan studi penyusunan profil proyek komoditi minyak goreng kelapa sawit dan budidaya rumput laut.
Saya menyambut gembira atas tersusunnya Laporan Akhir Studi Penyusunan Profil Proyek Komoditi
Minyak Goreng Kelapa Sawit ini, sebagai hasil studi dari kerjasama tersebut.
Kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia usaha dan pemerintah sebagai dasar
dalam mengambil kebijakan pengembangan industri hilir kelapa sawit dan rumput laut tersebut di
Kalimantan Timur.
Akhirnya, kepada Direktur Center For Community Empowerment and Economic (FORCE) dan Tim Studinya
kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas usaha dan sumbangan pemikiran yang diberikan.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada walikota/bupati beserta jajarannya di daerah studi dan semua
pihak yang telah memberikan kontribusinya sejak awal hingga tersusunnya laporan ini.
Terima Kasih.
Samarinda, Juni 2009
Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah
Provinsi Kalimantan Timur,
KEPALA
H. Nusyirwan Ismail
1. Pendahuluan
Sesuai data dugaan produksi minyak goreng dalam negeri pada tahun 2005 sebesar 5.385,8
ribu ton diperkirakan tidak dapat mengimbangi tingginya kenaikan kebutuhan minyak goreng
dimasa-masa mendatang karena kondisi pabrik yang belum optimum. Data dugaan kebutuhan
minyak goreng dalam negeri mencapai 5.062,8 ribu ton dimana 83,3 % berasal dari minyak sawit
(Jakarta Futures Exchanges, 2006). Hal ini menunjukkan adanya prospek investasi pabrik minyak
goreng di Indonesia. Saat ini produksi nasional minyak goreng dari bahan sawit didominasi oleh
pabrik di pulau Jawa sebesar 51,4 %, disusul Sumatera sebesar 47,5 %, dan Kalimantan Barat 1.1 %.
Tingginya pertumbuhan luas areal tanaman kelapa sawit dalam 5 tahun terakhir ini di
Kalimantan Timur sebesar 15.312 ha/th (BPS Kaltim, 2006) menggambarkan adanya peluang untuk
mendirikan pabrik minyak goreng di Kalimantan Timur karena adanya ketersediaan bahan baku
yang cukup. Kebijakan ini sagat beralasan untuk ditempuh karena kegiatan industri pertanian dari
hulu ke hilir akan menjadi lebih efisien sebagai akibat dekatnya industri hilir dengan bahan bakunya.
Hal ini akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah, karena keberadaan industri hilir kelapa sawit
otomatis akan meningkatkan lapangan kerja, daya beli masyarakat, dan pendapatan asli daerah
(PAD).
Salah satu kendala pembanguan industri hilir kelapa sawit di Kalimantan Timur adalah
rendahnya minat investor untuk bermain di sektor ini. Profil investasi industri minyak goreng
kelapa sawit ini merupakan salah satu jawaban untuk menarik investor menanamkan modalnya di
sektor ini dengan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang peluang pengembangan
industri minyak goreng berbahan baku minyak sawit di Kalimantan Timur, termasuk didalamnya
ketersediaan bahan baku (CPO), informasi plant construction, cost production untuk kapasitas 1.000
ton per hari, dan peluang pemasaran di pasar Indonesia dan ekspor.
2. Situasi Pemasaran
Minyak goreng adalah salah satu produk jadi primer yang dihasilkan dari buah kelapa sawit.
Dari kelapa sawit dapat diperoleh dua jenis minyak kasar, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Crude
Kernel Palm Oil (PKO). Proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng juga menghasilkan
beberapa hasil samping yang bernilai ekonomis antara lain stearin (merupakan bahan baku
margarin), dan Palm Fatty Acid Destillation (PDFA). Diperolehnya hasil samping ini merupakan salah
satu daya tarik investasi industri minyak goreng dari CPO, disamping minyak goreng yang dihasilkan
(olein) merupakan minyak tak jenuh yang sampai sejauh ini diketahui sangat baik untuk kesehatan.
Tabel 1.
Kondisi pasar dunia dan pasar dalam negeri untuk minyak goreng tahun 1999-2005
Pasar Internasional
(ribu ton)
Tahun
1)
(ribu ton)2)
Konsumsi
Produksi
Konsumsi
Produksi
1999
19.837
20.625
2.494,1
2.598,4
2000
21.771
21.867
2.606,1
2.923,2
2001
23.869
23.984
3.137,9
3.303,2
2002
25.595
25.392
3.508,1
3.732,7
2003
28.201
28.111
3.964,9
4.217,9
2004
30.050
30.909
4.527,7
4.766,2
2005
33.156
33.326
5.062,8
5.385,8
Sumber: 1) Oil World Annual (1999-2005) & Oil Worl Weekly 16 Desember 2005, 2) Angka
dugaan (BIRO, 1999).
D IS T R IB U S I P R O D U K S I M IN YA K G O R EN G D U N IA (%)
Lainny a; 5,4
Miny ak Hew ani;
10
8 ,3
8 ,6
In ti s a w it
S a w it
Kedelai; 23,9
% P ertu m b u h an
15,8
8
6
4 ,6
3 ,4
4
2 ,2
2
0
B iji Ma ta h a ri
Biji Bunga
Matahar i; 7,2
B iji R a p e
K e d e la i
Je n is M in ya k
Biji Rape; 12,1
Keterangan:
Lainnya termasuk minyak zaitun, jagung, wijen, biji lin, kemiri, minyak ikan.
Gambar 1. Produksi minyak goreng dunia dan jenis minyak dengan pertumbuhan tertinggi
Saat ini ada lima produsen minyak goreng dunia teratas adalah RRC, Uni Eropa, Malaysia,
USA, dan Indonesia dengan produksi antara 15,8-18,6 juta ton.
Industri minyak goreng merupakan salah satu aktivitas hilir dari industri pertanian berbasis
sawit. Minyak goreng dari sawit yang dalam bahasa industri disebut RBD Olein (Refined Bleached
Deodorized Palm Olein) dibuat dari CPO sebagai bahan bakunya. Proses pengolahan minyak goreng
ini menghasilkan hasil samping RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Stearin), dan PFAD (Palm
Fatty Acids Destillation). RBD Stearin merupakan bahan baku untuk pembuatan margarin dan
shortening, sedangkan PFAD dapat diolah lebih lanjut menjadi sabun, shortening, dan emulsifier.
Margarin, shorteing dan emulsifier mempunyai pasar yang cukup baik dalam industri pengolahan
pangan, sehingga RBD Stearin dan PFAD dapat diperhitungkan dalam cash flow perusahaan. Rantai
aktivitas dari kebun sawit (TBS) sampai dengan minyak goreng dan produk lain yang dihasilkan
disajikan pada Gambar 2.
Palm Kernel
CPO
Gambar 2.
RBD Olein
RBD Stearin
Aplikasi:
Minyak goreng
Shortening
Margarin
Aplikasi:
Shortening
Margarin
Aplikasi:
Shortening
Emulsifier
Sabun
Industri minyak goreng ternyata mempunyai segmen pasar yang beragam tergantung
kualitas minyak dan bahan pengkaya yang ditambahkannya seperti vitamin. Ada 5 segmen pasar
yang dapat diidentifikasi dari strategi pemasaran pemain di industri minyak goreng ini, yaitu
segmen pasar tradisional (kelas C), kelas B, kelas B+, kelas A, dan A+. Produk minyak goreng yang
bermain di pasar tradisional biasanya adalah industri lokal yang bahkan tidak menggunakan strategi
periklanan yang gencar, contoh dari produk ini adalah minyak goreng cap tawon dari PT Tunas Baru
Lampung, di Lampung. Pemain lain seperti Indofood, memproduksi minyak goreng dengan segmen
pasar menengah ke atas. Contoh produk minyak goreng kelas B dari Indofood adalah Bimoli. Bimoli
spesial termasuk kelas B+, sedangkan contoh untuk kelas A dan A+ adalah minyak goreng dengan
merk Happy Salad dan Sunrise. Beberapa pabrik minyak goreng dan merk minyak goreng yang
diproduksinya, serta segmen pasarnya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.
Jenis minyak
Segmen
pasar
Merk dagang
Produsen
Delima;
Borneo; Bimoli
Minyak sawit
Bimoli Spesial
Minyak sawit
Sunrise
Campuran
minyak
sawit
dengan minyak
kedelai
atau
minyak
wijen
atau
minyak
jagung
Happy Salad
Minyak kedelai
Cornola
Minyak jagung
Sania
Filma;
Kunci PT
Smart
Mas, Obor
Surabaya
Tawon
Ikan
Dorang; PT Ikan Dorang
Payung
Minyak sawit
10
Barokah
Minyak sawit
B+
A, B
Minyak Sawit
A, B
Tabel 2.(Lanjutan)
No.
Merk dagang
Produsen
Jenis minyak
11
Padi
UD
Cahaya
Terbit, Minyak kelapa
Sungguminasa, Kab.Gowa
12
Welcolin;
Bentoel
PT
Sari
Mas
Permai, Minyak kelapa
Karangpilang-Surabaya
13
14
Vecto
Mas; PT Hasil Kesatuan, Jakarta
Ratu
Masak;
999;Gurame
Mas,
Golden
Fry, Appel Mas;
E.T.C
15
SA
PT
Sumber
Mataram
16
Sunco; Tani
17
18
Arrow, Surya
19 Jamco
Sumber: ICBS (1998)
Segmen
pasar
Minyak kelapa
Minyak kelapa
Minyak kelapa
Sampai dengan tahun 1998 terdapat sekitar 244 pabrik minyak goreng di Indonesia, yang
memproduksi lebih dari 37 merk minyak goreng. Pabrik yang menggunakan bahan baku CPO
adalah 67 buah (ICBS, 1998), tetapi baru 31 % yang beroperasi secara maksimal (ICBS, 1998; Jakarta
Future Exchange, 2006).
adalah 13,1 dan 20,28.% (Tabel 4) (BPS Kaltim, 2006). Adapun kontribusi luas areal dan produksi TBS
masing-masing Kabupaten/Kota terhadap luas areal sawit dan produksi TBS Kalimantan Timur
disajikan pada Gambar 3 dan gambar 4. Kini telah terdapat 11 pabrik CPO di Kalimantan Timur yang
tersebar di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten
Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Pasir (Tabel 5).
Tabel 3.
Produksi CPO
(ribu ton)
Ekspor CPO
(ribu ton)
2000
2.440,5
4.574,5
4.100,0
1.087,3
2001
2.691,9
5.016,4
4.903,2
1.080,9
2002
3.258,6
6.272,7
6.333,7
2.092,4
2003
3.411,3
6.310,2
6.386,4
2.454,6
2004
3.445,4
6.448,6
8.661,6
3.441,8
Tabel 4.
Perkembangan luas areal dan produksi kelapa sawit Kalimantan Timur tahun 20002005
Pertumbuhan
areal (%)
Produksi TBS
(ton)
Pertumbuhan
produksi (%)
Tahun
2000
116.887,50
2001
117.055,00
0,14
466.729,00
7,64
2002
132.173,50
12,92
760.293,00
62,90
2003
159.079,00
20,36
791.064,00
4,05
2004
171.580,50
7,86
957.058,00
20,98
2005
201.087,00
17,20
1.012.788,50
5,82
Rata-rata
13,10
Rata-rata
20,28
433.645,00
PASIR
K U TA I B A R A T
K U TA I K A R TA N E G A R A
8 ; 3 , 70%
2; ;00, 0, 9%%
30; 13,9%
K U TA I TI MU R
43; 19,9%
15; 6,9%
0; 0,0%
16; 7,4%
BER AU
MA L I N A U
BU LU N G AN
N U N U KAN
0; 0,0%
33; 15,3%
P E N A J A M P A S E R U TA R A
5; 2,3%
BALIKPAPAN
64; 29,6%
S A MA R I N D A
TA R A K A N
B O N TA N G
Gambar 3.
0; 0,0%
K U TA I TI MU R
BER AU
106;; 01,,06%
%
462; 45,7%
MA L I N A U
BU LU N G AN
73; 7,2%
N U N U KAN
P E N A J A M P A S E R U TA R A
252; 24,9%
5; 0,5%
BALIKPAPAN
S A MA R I N D A
TA R A K A N
B O N TA N G
Gambar 4.
Bila setiap pabrik dapat beroperasi 80 % dari kapasitas terpasang dengan efisiensi CPO
extraction rate sebesar 23 %, maka dari 11 pabrik ini diproduksi sekitar 1.564 ton CPO per hari
(dengan asumsi pabrik bekerja 20 jam per hari). Selama ini produksi CPO dari pabrik-pabrik di
Kalimantan Timur diperdagangkan antar pulau atau diekspor. Bila pabrik CPO di Kalimantan Timur
hanya melempar 50 % dari produksinya ke pasar bebas, sedangkan 50 % lagi khusus untuk industri
hilir sawit (minyak goreng) yang ada di Kalimantan Timur, maka akan tersedia bahan baku sekitar
782 ton CPO per hari. Angka ini pada tahun-tahun mendatang akan semakin besar dengan
meningkatnya luas areal produksi sawit. Dari data di atas maka kebutuhan akan bahan baku tidak
menjadi kendala bila dibangun pabrik minyak sawit di Kalimantan Timur.
Tabel 5.
Nama perusahaan dan kapasitas produksi CPO yang ada di Kalimantan Timur
No.
1
Nama Perusahaan
PT REA Kaltim Plantation
PT
Swakarsa
Sinar
Sentosa
3
PT Matra Sawit Sejahtera
4
PTPN XII
5
PTPN XII
6
PTPN XII
7
PT Waru Kaltim Plantation
8
PT Nunukan Jaya Lestari
9
PT Etam Bersama Mandiri
10
PT AB Dharma Nusantara
11
PT Comismar Wanamaja
Sumber: Adhynugraha (2006)
Kapasitas
(ton TBS/jam)
80
Lokasi Pabrik
45
30
30
60
60
30
30
15
30
15
3.2. Lokasi
Pabrik minyak goreng dengan kapasitas 700-1.000 ton CPO per hari dapat dibangun pada
lokasi dengan luas sekitar 4-6 ha. Selain lahan untuk pengolahan limbah, yang juga penting untuk
dipertimbangkan adalah ketersediaan air dan energi/listrik. Untuk pabrik dengan kapasitas 1.000 ton
CPO per hari memerlukan energi sekitar 19.100 kWH setara dengan 16.758 liter solar dan air
sebanyak 11.159 ton per hari.
Beberapa lokasi potensial yang dapat dipertimbangkan sebagai lokasi pabrik minyak goreng
bila menggunakan efisiensi transportasi bahan baku ke lokasi pabrik disamping pertimbangan
kesediaan tenaga kerja dan infrastruktur adalah Balikpapan, Kabupaten Pasir, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, atau Nunukan. Dari 5 lokasi potensial tersebut bila dilakukan
pertimbangan tata ruang wilayah di masing-masing wilayah maka Kabupaten Kutai Timur adalah
lokasi paling tepat. Alasan untuk hal ini karena Kabupaten Kutai Timur telah mempunyai tata ruang
Kawasan Industri Maloy (KIM) di Kecamatan Maloy. KIM ini akan dilengkapi dengan kawasan
pendukung seperti pelabuhan Maloy yang direncanakan mempunyai terminal cargo dan CPO.
Pemilihan lokasi pabrik minyak goreng di KIM ini akan memberikan beberapa kemudahan seperti
meminimalisasi kesulitan pembebasan lahan, tersedianya infrastruktur yang diperlukan oleh suatu
industri pengolahan, dan dapat mengakses pelabuhan laut secara langsung yang sangat penting
untuk transpor bahan baku dan produk dari produsen ke konsumen atau sebaliknya.
Kabupaten Kutai Timur beribukota di Sangatta, kota ukuran sedang dengan luas administrasi
35.747,50 Km2 (17 %) dari wilayah Kalimantan Timur. Jumlah penduduk 168.529 jiwa dengan
kepadatan 4,71 penduduk/km2 dan pertumbuhan 1,85 % tahun 2004. Kabupaten yang mempunyai
18 Kecamatan dengan 135 desa, memiliki suatu kawasan yaitu Maloy yang akan dikembangkan
menjadi
kawasan
industri
terpadu.
Kabupaten
ini
mempunyai
program
pembangunan
sebesar 648.000 ton per tahun. Untuk keperluan tersebut jumlah tangki yang dibangun adalah 34
buah tangki masing-masing dengan kapasitas sekitar 12.500 ton (volume 625 m3). Sedangkan
tingkat pemakaian diasumsikan sebesar 75 %. Lahan untuk zona CPO ini disediakan sebesar 10.676
m2 dengan zona bersih area tangki seluas 2.669 m2.
Gambar 5.
Gambar 6
Tata letak peruntukan lahan pada KIM dan tata letak Pelabuhan Maloy
Gambar 7.
Air panas
10 %
Bleaching earth /
arang aktif 2-3 %
cestillationid
Pemucatan (Bleaching)
Vakum, 85-90 oC, 20 menit
Deodorisasi (Deodorization)
3-6 mmHg, 240-260 oC, 1,5 jam
Blotong
Kristalisasi (Cristallization)
70 oC dan 37 oC secara bergantian
Fraksinasi (Fractionation)
4,5 bar
Gambar 8.
RBD Stearin
(23,1 %)
Diagram alir proses pengolahan minyak goreng dengan bahan baku CPO (kehilangan
pada proses ini adalah sekitar 1 %)
Deodorisasi
Bleaching
Degumming
Stearin
PFAD
Gambar 9.
CPO
Pabrik CPO
TBS
Olein
(minyak
goreng)
Gambar 11.
Gambar 13. Layout pabrik minyak goreng dan margarine berbahan baku CPO
4. Kebijakan
4.1.2.
Balikpapan, Temindung Samarinda, Juata Tarakan, Kalimarau Berau, Nunukan, dan Tanjung Harapan
Bulungan. Ketersediaan bandara ini mampu untuk memberikan dukungan bagi pengembangan
investasi dan kegiatan ekonomi daerah. Sepinggan merupakan bandara internsional, memiliki 27
operator maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia, Merpati Airlines, Silk Air, Lion, Mandala,
dan lain-lai.
Kabupaten Kutai Timur sendiri memiliki 9 bandara yaitu KPC di Tanjung Bara dan Bandara
Pertamina di Sangkimah serta 7 bandara perintis yaitu di LongLees, Sautara, Batu Ampar, Jabdan,
Miau Baru, Long Segar, Pengadan.
4.1.3.
listrik hingga saat ini dipasok oleh Perusahaan Umum Listrik Negara. Pada tahun 2005, produksi
tenaga listrik di daerah ini mencapai 47.519,32 MWH dengan daya terpasang 10,40 MW. Sedangkan
daerah sekitar Kabupaten Kutai Timur yang terdekat adalah kota Bontang. Jaringan listrik di kota ini
telah menjangkau seluruh wilayah kota. Pada tahun 2005, tenaga listrik yang diproduksi sebesar
63.390,02 MWH dengan kapasitas terpasang 13,65 MW.
kapasitas
Produksi air bersih Kota Bontang yang terpakai 25 liter/detik diluar KIE (PT. PKT) dan PT. Badak
LNG. Tahun 2004, kapasitas potensial air sebesar 780 liter/detik dengan produksi 1.813.817 m 3 (BPS,
2004).
4.1.7.
Jalan/ transportasi
Untuk memperlancar arus lintas bahan input maupun produk setengah jadi atau produk jadi
telah dibangun jalan lintas Kalimantan yang terdiri 3 poros, yaitu poros Selatan, Tengah dan Utara.
Infrastruktur perhubungan darat yang tersedia telah memadai untuk angkutan antar kota dalam
provinsi maupun antar kota antar provinsi.
Pembangunan jembatan seperti jembatan Dondang dan Mahakam II yang memperpendek
jarak jarak tempuh Samarinda-Balikpapan merupakan bagian dari pembangunan highway Sangatta
(Bontang) Samarinda Balikpapan. Pembangunan jalan pintas utara Kalimantan Timur Sangatta,
Kutai Timur dan Tanjung Redeb, Berau akan mempercepat arus angkutan barang/jasa.
4.1.8.
Perbankan / asuransi
Lembaga perbankan di Kalimantan Timur pada tahun 2004 berjumlah 223 unit yang tersebar
di kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Posisi kredit yang telah tersalurkan kepada sektor usaha
berjumlah Rp 8 trilyun, dan khusus untuk sektor perikanan mencapai Rp 3,27 milyar. Posisi kredit
untuk wilayah Bontang berjumlah 815,044 milyar, Berau sebesar Rp 477,61 milyar dan Kutai Timur
sebesar Rp 350,514 milyar.
Di Kota Bontang terdapat 23 unit bank, terdiri dari 7 bank pemerintah, 5 bank swasta, 2 bank
perkreditan dan lembaga keuangan non perbankan 74 koperasi dengan 3 koperasi perikanan ikut
membantu struktur permodalan.
Di Kabupaten Berau terdapat 9 unit bank. Di Kabupaten Kutai Timur terdapat 4 unit bank
dengan 3 unit bank pemerintah dan 1 unit bank swasta serta lembaga non perbankan 188 koperasi
dengan 1 koperasi khusus perikanan. Dan ada 3 lembaga asuransi yaitu Asuransi Bumi Putera,
Asuransi Jiwasraya dan Asuransi Jiwa Mubarakah.
4.2.
suasana investasi aman karena jauh dari persoalan-persoalan yang sering timbul bila suatu kawasan
industri baru dibangun, seperti tumpang tindih lahan usaha ataupun masalah sosial yang timbul
karena bersinggungan dengan masyarakat. Begitu pula dengan masalah limbah yang mungkin
timbul dari aktivitas industri tersebut akan dapat ditangani dengan baik, karena perencanaan
pengolahan limbah untuk kawasan industri tersebut dapat dikelola secara terpadu.
Sebaliknya, banyaknya investasi yang masuk ke kawasan KIM akan mempercepat
pembangungan dan sekaligus dapat meningkatkan kesempatan kerja, dan pendapatan bagi
masyarakat, serta meningkatkan PAD dari Kabupaten Kutai Timur khususnya dan Provinsi
Kalimantan Timur pada umumnya.
4.3
Legalitas
Dalam rangka pengembangan industri minyak goreng, pemerintah telah melakukan berbagai
kebijakan di tingkat nasional hingga daerah. Secara nasional, pemerintah Indonesia telah
memberikan pembebasan bea masuk atas impor mesin yang terkait langsung dengan kegiatan
industri/jasa, kemudahan dalam perijinan dan sejumlah insentif lainnya.
Adapun prosedur penanaman modal asing maupun dalam negeri diatur sesuai dengan
keputusan Kepala Badan Koordinasi Penawaran Modal (BKPM) No.57/SK/2004, dengan tahapan
sebagai berikut :
Mengajukan permohonan kepala BKPM untuk PMA dan PMDN. Kepala BKPM mengeluarkan dan
menandatangani Surat Persetujuan (SP) penanaman modal dalam rangka PMDA dan PMA. Surat
persetujuan tersebut diterbitkan selambat-lambatnya 10 hari pada hari kerja.
5. Analisis Finansial
Analisis finansial kelayakan industri minyak goreng kelapa sawit dibuat dengan beberapa
asumsi seperti disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Asumsi analisis finansial industri minyak goreng kelapa sawit
Luas lahan pabrik
Kapasitas produksi
Jam kerja pabrik
Hari kerja
Interest rate (Discount factor)
- Modal sendiri
- Modal pinjaman
Nilai tukar Rupiah
Angka pertumbuhan komponen biaya
2.500.000 m2
1.000.000 ton / hari
20 jam/hari
300 hari/tahun
14 % pa
12 % pa
15 % pa
1 US$ = Rp 9.300,7,5%/tahun
modal kerja). Disamping itu total biaya investasi ini juga akan dialokasikan untuk membiayai modal
kerja sampai tahap turn-over yang besarnya mencapai US$ 12.912.076 (Rp.64.560.379.167,00).
Tabel 7. Proyeksi biaya investasi industri minyak goreng sawit (Dalam US $)
No
Uraian
Luas
(m2)
1
Harga Satuan
(US$)
119.942,53
Biaya
(US$)
119.942.53
250.000
50.000
1,5
7,5
375.000
375.000
2.200
500
600
1.200
280
120
1.200
427,58
204,00
255,11
127,55
255,11
255,11
255,11
940.676,00
102.000,00
153.066,00
153.060,00
71.430,80
30.613,20
306.132,00
24
1.000
2.500
6.700
1.000
20.000
169,99
10,20
187,58
9,84
10,20
10,20
4.079,76
10.200,00
468.950,00
65.928,00
10.200,00
204.000,00
Satuan
(Unit)
Harga Satuan
(US$)
Biaya
(US$)
1
1
1
1
3.162.000
2.142.000
255.000
76.500
3.162.000
2.142.000
255.000
76.500
1
1
2.652.000
280.500
2.652.000
280.500
1
1
3
1
1
1
1
354.960
132.600
237.966
163.200
153.000
102.000
35.000
354.960
132.600
713.898
163.200
153.000
102.000
35.000
5
8
1
40.000,00
1.500,00
12.980,00
200.000,00
12.000,00
12.980,00
Tabel 9. Kebutuhan biaya operasional untuk 1.000 ton CPO /hari 300.000 ton/Th
No Jenis Bahan
1
2
3
4
5
Jumlah Satuan
Biaya
Biaya/hr
Biaya/Th
Satuan
(Ton)
(US
(US $)
(US $)
$/Unit)
1.000
Ton
505,680 505.680,00 151.704.000,00
2
15
16.758
5.446
ton
ton
liter
134
Orang
92,653
173,730
0,207
0,207
185,31
2.605,95
3.468,91
1.127,32
1.287,00
1.150,00
460,00
515.964,48
55.591,80
781.785,00
1.040.671,80
338.196,60
386.100,00
345.000,00
138.000,00
154.789.345,2
2. Biaya energi
Kebutuhan energi pada setiap pengolahan 1000 ton bahan baku CPO di perkirakan akan
menghabiskan energi sebanyak 19.100 Kwh dan ini akan dipenuhi dengan genset dengan kapakitas
500 KVA 3 unit pararel. Jumlah bahan bakar solar yang dibutuhkan sebanyak 16.758 liter solar/hari
yang terdiri dari 5.880 liter untuk proses rafinasi dan 10.878 liter untuk proses fraksinasi dan bahan
bakar solar yang digunakan steam boiler adalah sebanyak 5.446 liter/hari yang terdiri dari 1.911 liter
untuk proses rafinasi dan 3.535 liter untuk proses fraksionasi. Jika harga solar US$ 0,207/ liter,
maka besarnya biaya yang dibutuhkan sebesar US$ 4.596,23 per hari atau US$ 1.378.869 per tahun.
Sementara kebutuhan air dalam proses produksi sebesar 11.159 ton/hari
3. Biaya tenaga kerja langsung
Jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dengan proses produksi atau yang disebut
dengan tenaga kerja langsung adalah 134 orang yang terdiri dari 128 orang tenaga operasional dan
6 orang tenaga manajerial. Dari 128 orang tenaga operasional, 18 orang diantaranya melakukan
pekerjaan managerial dan 110 orang lainnya bekerja sebagai tenaga operasional sampai tenaga
kebersihan.
Pada tahap produksi tahun pertama, total biaya tenaga kerja akan mancapai sebesar US$
345.000. Pada tahun-tahun selanjutnya selama 10 tahun berikutnya biaya tenaga kerja akan
meningkat 10% pertahun. Setiap tahun diperkirakan perusahaan akan membutuhkan tenaga kerja
harian lepas untuk membantu proses rafinasi dan fraksionasi dengan biaya tambahan sebesar US$
130.410. Biaya tambahan ini setiap tahun dianggarkan akan meningkat 10%.
Nilai
ROI
NPV
IRR
Net B/C
Payback Period
228,79%
26.717.950
98,17%
4,48
7 tahun 10 bulan
Seperti disajikan pada Tabel 4.10, nilai Return on Investment (ROI) diperoleh 228,79%. Nilai ROI
tersebut menunjukkan bahwa dari setiap US $1,- modal yang ditanamkan pada industri minyak
goreng kelapa sawit akan diperoleh keuntungan sebesar US $ 228,79.
Berdasarkan analisis cash flow (cash inflow dan cash outflow) investasi industri minyak goreng
kelapa sawit dengan tingkat discount factor 14%, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) US $
26.717.950,-. Nilai NPV ini lebih besar dari nol, sehingga industri minyak goreng kelapa sawit layak
untuk dilaksanakan.
Sementara nilai internal rate of return (IRR) sebesar 98,17%, jauh lebih tinggi dari suku bunga
bank sebesar 14%, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan.
pun, industri minyak goreng kelapa sawit ini layak dilaksanakan karena nilai Net B/C nya 4,48 masih
di atas dari nilai 1.
Dilihat dari sudut kemampuan proyek ini mengembalikan modal (payback period), proyek ini
mencapai titik impas setelah 6 tahun 10 bulan. Dari beberapa kriteria kelayakan usaha di atas, maka
industri minyak goreng kelapa sawit secara finansial layak diusahakan. Proyeksi aruskas (Cash flow)
industri minyk goreng kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 1.
Untuk melihat kelayakan proyek ini, apabila terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan
harga jual dilakukan analisis sensitivitas dengan hasil seperti disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil analisis sensitivitas kelayakan proyek
Kriteria Kelayakan Proyek
ROI
NPV
IRR
Net B/C
Pay back Period
Walaupun terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual, dari hasil analisis sensitivitas
seperti disajikan pada Tabel 4.10 ternyata industri minyak goreng kelapa sawit masih layak untuk
diusahakan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi profil proyek komoditas unggulan tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Rumput laut merupakan komoditi ekspor yang memiliki peran sebagai penghasil devisa negara
dengan nilai ekspor pada tahun 2004 sebesar US $ 25,296 juta.
2. Negara tujuan ekspor utama rumput laut Indonesia adalah Negara Cina, Hongkong, Denmark,
Spanyol, USA dan Filipina.
3. Daerah penghasil rumput laut utama di propinsi Kalimantan Timur adalah Kota Bontang,
Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau.
4. Investasi pada usaha pengembangan budidaya rumput laut di Propinsi Kalimantan Timur ditinjau
dari aspek pasar, teknis, finansial serta dukungan pemerintah daerah adalah feasible.
5. Berdasarkan aspek pasar, teknis dan finansial, industri minyak goreng kelapa sawit feasible untuk
dibangun di Kalimantan Timur.
6. Analisis kapasitas industri minyak goreng kelapa sawit di Kalimantan Timur membutuhkan bahan
baku CPO 1.000 ton per hari, dan Kawasan Industri Maloy di Kabupaten Kutai Timur merupakan
lokasi yang tepat untuk pembangunan lokasi pabrik minyak goreng.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil studi profil dan persoalan yang dihadapi dalam pengembangan komoditas
unggulan tersebut, maka dapat direkomendasikan sebagai berikut:
1. Pengembangan investasi budidaya rumput laut diarahkan bagi perusahaan besar dan menengah
melalui pola kemitraan dengan usaha kecil/ koperasi.
2. Pemerintah daerah kabupaten/kota diharapkan dapat memfasilitasi dan mampu memberikan
kemudahan perizinan bagi produsen rumput laut untuk melakukan perdagangan antar pulau
maupun ekspor.
Pengembangan investasi industri minyak goreng diarahkan bagi perusahaan besar swasta baik
dalam negeri maupun luar negeri, dan terbuka juga bagi perusahaan daerah.
dengan demikian perlu ada komitmen Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dengan dukungan
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya untuk percepatan pembangunan
Maloy Port dengan fasilitas dan faktor pendukung nya.
Jika diperlukan informasi lebih lanjut tentang investasi minyak goreng kelapa sawit dapat
melakukan kontak ke alamat:
1. Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur
Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda KALTIM 75112 Telp. (62-541) 743235 & 743446 Fax :
(62-541) 736446
E-mail : Humas@bppmd.kaltimprov.go.id
Website : http://www.bppmd.kaltimprov.go.id
2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur
Jl. Basuki Rahmat Samarinda Kalimantan Timur 75117 .
Telp. (62-541) 732079
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H,. dan Istini, S. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya.
Jakarta. 148 hlm.
Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta. 114 hlm
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Perikanan.
Kanisius. Yogyakarta. 120 hlm.
BAPPEDA KALTIM dan BPS KALTIM (2006) Kaltim Dalam Angka Publikasi Elektronik 2006. BPS
KALTIM, Samarinda.
BPS (2004) Statistik Indonesia 2004. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Danie, A.T.E. 2000. Rumput Laut Tumpas Kemiskinan di Bentenan. Trubus No.363 Edisi Februari.
Jakarta
Departemen Teknologi Hasil Perairan. 2006. Kosmetika Laut. IPB dan KPP-Bioteknologi ITB.
Bandung
Dinas Kelautan dan Perikanan Samarinda. 2005. Buku Tahunan Statistik Perikanan Tangkap Propinsi
Kalimantan Timur tahun 2004. DKP Samarinda.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Timur. 2006. Buku Tahunan Statistik Perikanan
2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Timur.
Dinas Perikanan dan Kelautan Berau. 2005. Statistik Perikanan 2004. DPK Berau
Dinas Perikanan dan Kelautan Berau kerjasama dengan PPPW UNMUL. 2003. Identifikasi Potensi
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Berau. DPK Berau
Dinas Perikanan dan Kelautan Bontang. 2004. Gerakan Pengembangan Budidaya Ikan (GERBANGBUDI). DPK Bontang
Dinas Perikanan dan Kelautan Bontang. 2006. Buku Saku Statistik Perikanan Tahun 2003 2005.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang. Pemerintah Kota Bontang.
Effendi, I., dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. 164
hlm.
Gatra. 2006. Revitalisasi Perikanan Jalan Menuju Kesejahteraan Bersama. Gatra Edisi Khusus Januari.
Jakarta
ICBSa (1998) Studi tentang Analisis Supplai, Permintaan, Pengolahan dan Prospek Investasi Industri
Minyak Goreng Indonesia 1998. Buku I. ICBS, Jakarta.
b
ICBS (1998) Studi tentang Analisis Supplai, Permintaan, Pengolahan dan Prospek Investasi Industri
Minyak Goreng Indonesia 1998. Buku II. ICBS, Jakarta.
Jakarta Future Exchange (2006) Olein. http://www.bbj-jfx.com/product.
Hidayat, N. dan Pitakasari,A.R. 2006. Menanam Rumput Laut Gaji Manajer. Gatra Edisi Khusus
Januari. Jakarta
Ngangi, E.L.A. 2001. Kajian Intensifikasi dan Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii di Desa Bentenan- Tambak Kecamatan Belang Prop. Sulawesi Utara.
ProgramPasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Raharjo, A,. 2000. Semarak Rumput Laut di Pulau Tidung. Trubus No.364 Edisi Maret . Jakarta
Riduan, M. 2006. Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut (Eucheuma sp) di Perkampungan
Nelayan Kowetang Melahing Kelurahan Tanjung Laut Indah Kecamatan Bontang Selatan Kota
Bontang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman, Samarinda.
Sediadi, A, dan Budihardjo, U. 2000. Rumput Laut Komoditas Unggulan. PT.Grasindo. Jakarta. 31
hlm.
Sekretariat Kota Bontang. 2005. Peluang Investasi Bontang 2005. Sekretariat Kota Bontang
Tim Penulis PS. 2004. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. PT Penebar Swadaya.
Jakarta. 99 hlm
LAMPIRAN
Model 1 / PMDN
Kelengkapan
- Akte perusahaan atau KTP
bagi perorangan
- Copy NPWP
- Proses dan flowchart
- Uraian produksi / kegiatan
usaha
- Surat kuasa apabila bukan
ditandatangani Direksi
2. PERSETUJUAN
PENANAMAN
Surat
Persetujuan
untuk PMDN
Surat Persetujuan
untuk PMA
RENCANA PERUBAHAN
- Perubahan bidang usaha atau produksi
- Perubahan investasi
- Perubahan/pertambahan TKA
- Perubahan kepemilikan saham
- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN
- Perpanjangan WPP
- Perubahan status
- Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN
oleh asing atau sebaliknya
3.
PERIZINAN
PELAKSANAAN
===========================================
Di Kabupaten/ Kota : Izin lokasi, IMB, Izin UUG/HO,
Sertifikat Atas Tanah
Copy akta pendirian
Dan pengesahan
4. REALISASI
IZIN
USAHA
Kelengkapan
- Copy akte perusahaan
- Copy IMB
- Copy izin UUG/HO
- Copy sertifikat hak atas tanah
- LKPM
- RKL/RPL atau UKL/UPL atau SPPL
BAP
- Copy SP PMDN atau SP PMA dan
perubahannya