Anda di halaman 1dari 20

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan
akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu,
sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta
mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada
daerah tersebut mempunyai umur yang lama.
Berbicara mengenai penyaliran atau drainage akan identik dengan pengontrolan air
tanah dan air permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktifitas tambang, baik tambang
terbuka, bawahtanah maupun batubara. Ketika pengontrolan air tanah menjadi bagian yang
tidak terpisahkandengan aktifitas penggalian bijih atau batubara, maka faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkanantara lain sistem pengontrolan (sump, sumur dalam atau sumur
pompa), curah hujan rata-rata,debit air minimum-maksimum, kualitas air dan biaya.Sasaran
penyaliran adalah membuat lokasi kerja di areal penambangan selalu kering karenabila tidak
terkontrol akan menimbulkan masalah, antara lain:
1. Lokasi kerja
2. Jalan tambangbecek dan licin,
3. Stabilitas lereng tambang rawan longsor
4. Peralatan tambang cepat rusak
5. kesulitan mengambil contoh (sampling)
6. Efisiensi kerja menurun
7. Mengancam keselamatan dan kesehatan kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dampak/efek dari air asam tambang, baik secara langsung maupun tidak
langsung bagi aktivitas penambangan dan di sekitar aktivitas penambangan?
2. bagaiamana cara merancang dan apa saja hal-hal yang memengaruhi sistem penyaliran
tambang?
3. Apa sajakah metode pengendalian air pada tambang?
C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui dampak/efek dari air asam tambang baik secara langsung maupun
tidak langsung bagi aktivitas penambangan dan di sekitar aktivitas penambangan.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan system
penyaliran tambang serta mengetahui hal-hal yang mempengaruhi dalam pembuatan
penyalran tambang.
3. Mengetahui metode-metode pengendalian air pada tambang.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis, menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam pengendalian air
pada tambang terbuka
2. Bagi Pembaca, Menginformasikan beberapa metode yang dapat dipakai untuk
mengendalikan air pada area penambangan

BAB II
Dasar teori
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan
akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu,
sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta
mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada
daerah tersebut mempunyai umur yang lama. Penyaliran atau drainage atau identik dengan

pengontrolan air tanah dan air permukaan yang biasanya mengganggu aktifitas tambang. Baik
tambang terbuka, tambang bawah tanah maupun batubara.
Pengaruh atau efek tidak langsung dari air tambang (air tanah maupun air limpasan)
terhadap aktifitas penambangan sebenarnya dengan mudah dapat dilihat. Kebanyakan
efeknya adalah menyangkut; biaya dan keselamatan kerja.
1. Efek langsung dari air terhadap penambangan

Biaya Penyaliran, mungkin menjadi biaya yg prinsip, misalnya air digunakan untuk

proses pengolahan bahan galian atau keperluan lainnya.


Longsoran lereng akibat resapan air dapat menghentikan aktifitas produksi dan
merusak front penambangan, perolehan biji rendah, atau mungkin terjadi kecelakaan
tambang.

2. Efek air tak langsung terhadap penambangan

Mengurangi efesiensi kerja karyawan, peralatan dan menghambat penanganan

material.
Menambah waktu dan biaya perawatan (maintenance) alat, ban, atau kecelakaan

akibat penggunaan listrik.


Membersihkan pengotoran yang diakibatkan oleh longsoran tanah diareal

penambangan.
Kemungkinan runtuhan membawa serta gas beracun.
Membersihkan debu-debu yang halus dari alat angkut dan jalan masuk tambang,

sehingga menambah jam kerja.


Mengganggu aktifitas peledakan
Lumpur membuat produk menjadi tidak dapat diterima oleh proses berikutnya.
Terjadi penyumbatan pada pipa-pipa akibat pompa senantiasa menghisap air lumpur.
Kemungkinan perusahaan perlu membeli material yang tahan air (waterproof) untuk
melindungi produk.

3. Efek air tak langsung ke Sekitar aktifitas penambangan

Kandungan air pada produk akhir bertambah, akibatnya akan menambah biaya

transpor, pengolahan dan penangan.


Dapat terjadi polusi air disekitar luar lokasi tambang.
Lokasi penurunan air tanah jadi menyimpan dari sebelumnya atau bisa juga terjadi
penurunan permukaan bumi.

B. Pengendalian air tambang


Terapat dua cara pengendalian air yang masuk ke dalam front penambangan, yaitu:

1. Sistem kolam terbuka (sump) atau membuat paritan dan membuat adit. Sistem
membuat kolam terbuka dan paritan biasanya ideal pada tambang open cast atau
kuari, karena dapat memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan airnya dari bagian
puncak atau lokasi yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pompa yang
digunakan pada posisi ini lebih efisien, efektif dan hemat energi.
2. Pada Tambang open pit, penggunaan pompa menjadi sangat vital untuk menaikkan air
dari dasar tambang ke permukaan dan kerja pompa pun cukup berat. Kadang-kadang
tidak cukup hanya satu unit pompa, tetapi harus beberapa pompa yang dihubungkan
seri untuk membantu daya dorong dari dasar sampai ke permukaan.
1. Membuat Sump di dalam front tambang (pit)
Beberapa hal yg menguntungkan pada sistem ini dapat dijadikan pertimbangan, yaitu:

Lebih fleksibel, hanya sedikit perencanan, tidak memerlukan biaya tinggi dan waktu

pengerjaan singkat.
Efek terhadap penurunan permukaan air tanah regional dapat dikurangi, biasanya laju

dan kapasitas air yang dipompakan ke atas dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Pompa ditempat dekat dengan sump
Bila air di dalam tambang kurang, biaya berkurang
Bila aliran air menuju ke tambang cukup deras diperlukan beberapa sump dan pompa.
Cara ini paling mudah untuk menangani air limpasan.

2. Membuat sumur dalam (sumur bor) di dalam front tambang


Beberapa hal yg menguntungkan pada sistem ini dapat dijadikan pertimbangan, yaitu:

Pemompaan air dapat berlangsung terus tanpa terganggu oleh aktifitas peledakan dan

pemuatan.
Sumur dapat dibuat atau di bor tanpa terganggu aktifitas didasar front tambang,

termasuk peledakan.
Sumur tidak terpengaruh oleh getaran peledakan dan aktifitas pengangkut biji.
Areal tambang terbebas dari konstruksi pompa, pipa-pipa dan genset.
Walaupun sumur dan pompa tersebar di luar areal pit, akan memudahkan
perawatannya.
Beberapa kelebihan lain dari sistem sumur dalam (bor) baik yang ditempatkan di

dalam maupun di luar front tambang, yaitu :

a. Dasar tambang bebas dari sump


b. Permukaan air tanah dapat diturunkan segera setelah pompa dijalankan.
c. Penggalian baru langsung terbebas dari air.
d. Dinding pit dijamin lebih terawat
e. Laju pemompaan lebih konstan.
f. Air hasil pemompaan lebih bersih.
3. Membuat Paritan
Sistem ini cukup ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari. Parit
duat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju suatu kolam penampung atau
langsung ke sungaiatau selokan/parit tambang. Jumlah parit disesuaikan dengan kebutuhan.
Apabila paritan terpaksa melalui aktifitas tambang maka terpaksa dibuat gorong-gorong
(culvert) yang terbuat dari beton atau galvanis.
Dimensi parit diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim hujan deras
dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk standar penampang melintang parit
umumnya trapesiun dengan kemiringan dinding 450.
Paritan kadang-kadang juga dapat diterapkan pada tambang terbuka open pit apabila
situasinya memungkinkan. Sasaran akhir parit adalah kolam Atau sump yang akan
menampung air sebelum dipompakan ke permukaan atau dialirkan.
Membuat sumur gali biasanya digunakan untuk keperluan penambangan seperti
penyiraman jalan tambang, penyemprotan debu, perumahan dan workshop. Oleh sebab itu
kapasitas sumur gali diperhitungkan berdasarkan debit air yang mengalir, dan biasanya
dilengkapi dengan konstruksi penjernihan.

4. SISTEM ADIT
Penyaliran dengan sistem adit cocok diterapkan pada tambang open pit yg cukup
dalam, tetapi terdapat suatu lembah yang memungkinkan dibuatnya sumuran (half). Sumuran
ini berfungsi sebagai jalan keluarnya aliran-aliran air melalui beberapa adit dari dalam
tambang, aliran air akhirnya keluar melalui lembah.

Sedangkan sistem adit lebih ideal diterapkan pada tambang terbuka open pit dengan
syarat lokasi penambangan harus mempunyai lembah tempat membuat sumuran dan adit agar
air dapat keluar.
A. Rancangan Sistem Penyaliran Tambang
Perancangan 9tatis penyaliran pada umumnya menganalisis tentang perancangan
dimensi 9tatist, dimensi sump, instalasi pemipaan serta pemompaan.
Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
1. Permeabilitas
Disamping parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah satu yang perlu
diperhitungkan. Secara umum permeabilitas dapat diartikan sebagai kemapuan suatu fluida
bergerak melalui rongga pori massa batuan.
2. Rencana Kemajuan Tambang
Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran yang akan
dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat 9tatis kerja yang
ada.
3. Curah Hujan
Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan, sehingga
besar kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penambangan akan mempengaruhi
banyak sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data curah hujan biasanya disajikan
dalam data curah hujan harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau 9tati.
Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang dilakukan
dengan mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil curah hujan
maksimum setiap bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya
sebanyak data.
Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk periode ulang
tertentu dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu kurun waktu dimana curah hujan
rencana tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Penentuan curah hujan rencana untuk
periode ulang tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel. Untuk itu data curah hujan harus
diolah terlebih dahulu menggunakan kaidah 9tatistic mengingat kumpulan data adalah
kumpulan yang tidak tergantung satu sama lain, maka untuk proses pengolahannya digunakan
analisis regresi metode 9tatistic.

C. Metode penyaliran tambang

Penanganan mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada tambang
terbuka dapat dibedakan menjadi beberapa metode, yaitu:
Mengeluarkan Air Tambang (Mine Dewatering)
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke lokasi penambangan.
Beberapa metode penyaliran tambang (mine dewatering) adalah sebagai berikut :
1. Membuat sump di dalam front tambang (Pit)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air tambang dari lokasi kerja. Air tambang
dikumpulkan pada sumuran (sump), kemudian dipompa keluar. Pemasangan jumlah pompa
tergantung pada kedalaman penggalian, dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang
masuk ke dalam lokasi penambangan.
2.Membuat paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari.
Parit dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju kolam penampungan,
langsung ke sungai atau diarahkan ke selokan (riool). Jumlah parit ini disesuaikan dengan
kebutuhan, sehingga bisa lebih dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas
tambang maka dapat dipasang gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi
parit diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan deras dengan
memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk standar melintang dari parit umumnya
trapesium.
Saluran air (paritan) pada suatu daerah penambangan berfungsi sebagai penampung
air limpasan permukaan. Saluran ini akan mengalirkan air limpasan permukaan ke tempat
penampungan di dalam tambang ataupun tempat lain yang berada di luar tambang.
Sistem ini cukup ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari. Parit
dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju suatu kolam penampung atau
langsung ke sungai alam yang sudah ada atau diarahkan ke selokan jalan tambang utama.
Jumlah parit itu disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga mungkin bisa lebih dari satu.
Apabila parit terpaksa harus dibuat melalui lalulintas tambang, maka dapat dipasang goronggorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume
maksimum pada saat musim penghujan deras dengan memperhitungkan kemiringan lereng.
Dalam sistem penyaliran itu sendiri terdapat beberapa bentuk penampang penyaliran yang
dapat digunakan. Bentuk penampang penyaliran diantaranya bentuk segiempat, bentuk
segitiga dan bentuk trapesium. Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan
umum dipakai adalah bentuk trapesium sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien

dan mudah dalam perawatannya serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan
menurut keadaan daerah. Penampang saluran bentuk trapesium dapat dilihat pada Gambar
3.2.
Pada perencanaan bentuk dan ukuran saluran, perlu dilakukan berbagai pertimbangan
diantaranya yaitu :
1.

Dapat mengalirkan debit air yang direncanakan,

2.

Kecepatan aliran air tidak mengakibatkan terjadinya sedimentasi dan terjadinya erosi
yang dapat merusak saluran air tersebut, dan

3.

Mudah dalam pembuatan dan perawatannya.

3B
Ket :
- lebar dasar parit (B)
- tinggi parit (H)
- Slope 45 0
- lebar permukaan air (3B)

H
450

Gambar 3.2 penampang melintang parit


Paritan kadang-kadang juga dapat diterapkan pada tambang terbuka open pit apabila
situasinya memungkinkan. Sasaran akhir parit adalah kolam atau sump yang akan
menampung air sementara sebelum dipompakan ke permukaan. Pada dasamya pembuatan
parit ini cukup mudah dan pula murah.
Pada prinsipnya, pembuatan paritan ini diaplikasikan untuk dua tujuan utama yang sering
diterapkan dilapangan, yaitu sebagai pengatur pola aliran air limpasan di dalam pit dan kedua
sebagai sarana untuk menampung air limpasan dari luar tambang agar tidak masuk ke dalam
pit. Kedua metode penerapan paritan tersebut memiliki metode atau cara perhitungan yang
sama untuk menganalisis kebutuhan dimensi yang harus dibuatnya.

BAB III
Metodologi Penulisan
A. Desain Penulisan Makalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis terlebih dahulu melakukan rancangan penulisan
makalah yang dimulai dari pemilihan judul, analisis judul makalah, dan pembuatan kerangka
karya tulis sehingga dapat mempermudah penulis dalam mengembangkan penulisan
makalah. Jenis penulisan makalah ini berupa uraian ilmiah antara dua variabel yaitu air pada
tamang terbuka dan pengendalian air pada tambang terbuka.
B. Instrumentasi dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen dan teknik pengumpulan data pada penulisan makalah ini dengan
menggunakan studi kepustakaan/literature berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan
penelitian lain yang diperoleh penulis sebagai bahan acuan untuk dijadikan landasan
kegiatan penulisan makalah.

C. Sistematika Penulisan
1. Pendahuluan
Berisi tentang gambaran permasalahan yang yang menyebabkan pentingnya
penyaliran tambang pada tambang terbuka. Kemudian diakhiri dengan tujuan
penulisan makalah ini, yaitu untuk mengatasi permasalahan air pada tambang terbuka.
2. Dasar teori
Berisi tentang teori-teori yang telah ada sebagai dasar untuk menganalisis
permasalahan, tinjauan pustaka diperoleh dari bebrapa referensi.
3. metodologi penulisan
Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini
4.

dan penjelasan sistematika penulisan.


pembahasan
merupakan inti dari penulisan ini, dimana dasar teori yang diperoleh dianalisa dan

dikaitkan satu dengan yang lainnya.


5. penutup
merupakan bab yang memuat simpulan dan saran dari keseluruhan isi penulisan.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Metode Penyaliran Pada Tambang Terbuka
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
a. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan. Hal ini
umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air
permukaan. Beberapa metode penyaliran Mine drainage :

Metode Siemens.
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor kemudian ke dalam

lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian
ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan
selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah penambangan.

Gambar 4. Metode Siemens

Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump)


Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah dan

jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian dimasukkan pompa ke dalam
lubang bor dan pompa akan bekerja secara otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor
50 meter sampai 60 meter.

Gambar 5. Metode Deep well pump

Metode Elektro Osmosis.


Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana elemen-elemen

dialiri arus listrik

maka air akan terurai, H+ pada katoda (disumur besar) dinetralisir

menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.

Gambar 6. Metode electro osmosis


Small Pipe With Vacuum Pump.
Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang inpermiabel (jumlah air sedikit) dengan
membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang ujung bawahnya diberi lubanglubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi
sebagai penyaring kotoran) dengan diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di
bagian atas antara pipa dan lubang bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga
antara pipa

lubang bor kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.

Gambar 7. Metode Small Pipe With Vacuum Pump


b. Mine Dewatering
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan.
Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air hujan.Beberapa metode
penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut :

Sistem Kolam Terbuka.


Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah penambangan.

Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian dipompa keluar dan pemasangan jumlah
pompa tergantung kedalaman penggalian.
Cara Paritan.
Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu dengan
pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan parit ini bertujuan untuk
menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan. Air limpasan akan masuk ke
saluran-saluran yang kemudian di alirkan ke suatu kolam penampung atau dibuang langsung
ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Sistem Adit.
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka yang
mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari tempat kerja menembus ke
shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam tempat kerja.
Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran
horisontal tersebut dan shaft.

Gambar 8. Sistem Adit

B. Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam penyaliran tambang


1. Air permukaan
Dengan rumus :
Q = 0,278ClA
Di mana :
Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = koofisien limpasan
l = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan hujan (km2)

2. Curah Hujan
Hujan merupakan air yang jatuh ke permukaan bumi dan merupakan uap air di
atmosfir yang terkondensasi dan jatuh dalam bentuk tetesan air. Sistem penyaliran tambang
dewasa ini lebih ditujukan pada penanganan air permukaan, ini karena air yang masuk ke
dalam lokasi tambang sebagian besar adalah air hujan.
Air tambang akan ditampung dalam lopak (sump), selanjutnya dikeluarkan dengan
pompa melalui jalur pemipaan ke kolam pengendapan (Settling Pond). Air limpasannya
(overflow) akan dibuang atau dialirkan ke luar lokasi tambang atau ke sungai terdekat dan
Lumpur endapannya (underflow) dibersihkan secara berkala.
Curah Hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu satuan luas,
dinyatakan dalam satuan mm. 1 mm berarti pada luasan 1 m 2 jumlah air hujan yang jatuh
sebanyak 1 Liter. Sumber utama air permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air hujan.
Curah hujan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu sistem penyaliran,
karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus
diatasi. Besar curah hujan dapat dinyatakan sebagai volume air hujan yang jatuh pada suatu
areal tertentu, oleh karena itu besarnya curah hujan dapat dinyatakan dalam meter kubik per
satuan luas, secara umum dinyatakan dalam tinggi air (mm). Pengamatan curah hujan
dilakukan oleh alat penakar curah hujan.
Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan data curah hujan yang
siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penyaliran. Pengolahan data ini dapat dilakukan
dengan beberapa metode, salah satunya adalah metode Gumbel, yaitu suatu metode yang
didasarkan atas distribusi normal (distribusi harga ekstrim). Gumbel beranggapan bahwa
distribusi variabel-variabel hidrologis tidak terbatas, sehingga harus digunakan distribusi dari
harga-harga yang terbesar (harga maksimal).
Dengan rumus :
Xr =

x
+ n

(Yr-Yn)

Di mana :
Xr = hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)

= curah hujan rata-rata (mm)


x = standar deviasi nilai curah hujan dari data
n = standar deviasi dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data (n)
Yr = nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data
Dari perumusan distribusi Gumbel di atas, hanya harga curah hujan rata-rata dan
Standar deviasi nilai curah hujan yang diperoleh dari hasil pengolahan data. Sedangkan
harga-harga selain itu diperoleh dari tabel tetapan, dalam hubunganya dengan jumlah data
dan periode ulang hujan.
3. Periode Ulang Hujan
Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah hujan biasanya akan
berulang pada suatu periode tertentu, yang dikenal dengan Periode Ulang Hujan. Periode
ulang hujan adalah periode (tahun) dimana suatu hujan dengan tinggi intensitas yang sama
kemungkinan bisa terjadi lagi. Kemungkinan terjadinya adalah satu kali dalam batas periode
(tahun) ulang yang ditetapkan.
Penentuan periode ulang hujan dilakukan dengan menyesuaikan data dan keperluan
pemakaian saluran yang berkaitan dengan umur tambang serta tetap memperhitungkan resiko
hidrologi (Hidrology Risk). Dapat pula dilakukan perhitungan dengan metode distribusi
normal menggunakan konsep peluang.
Penetapan periode ulang hujan sebenarnya lebih ditekankan pada masalah kebijakan
dan resiko yang perlu diambil sesuai dengan perencanaan. Menurut Kite , G.W. ( 1977 ),
Acuan untuk menentukan PUH dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.
Periode Ulang Hujan Recana
Keterangan

Periode ulang hujan

Daerah terbuka

0,5

Sarana tambang

25

Lerenglereng tambang dan


penimbunan

5 10

Sumuran utama

10 25

Penyaliran keliling tambang

25

Pemindahan aliran sungai

100

Sumber : Kite G.W (1997)


4. Intensitas Curah Hujan
Perhitungan intensitas curah hujan dilakukan dengan menggunakan rumus MONOBE
sebagai berikut :

I=

R 24
24

24

( TC )2/3

Di mana :
R 24 = Curah hujan rencana perhari (24 jam)
Tc = Waktu konsentrasi (jam)

Tabel intensitas curah hujan


5. Daerah Tangkapan Hujan
Daerah tangkapan hujan adalah luas permukaan yang apabila terjadi hujan, maka
air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju ke titik pengaliran.
Luas daerah tangkapan hujan ditentukan dengan menggunakan software AutoCad 2008
pada komputer.
6. Koefisien limpasan (C)

Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan besarnya


limpasan permukaan, dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada tiap-tiap daerah
tangkapan hujan.Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda. Dalam penentuan koefisien
limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah :
a. Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil, karena air
hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan akan tertahan oleh
tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan memberi nilai C yang besar.
b. Tata guna lahan
Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil daripada
daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan misalnya padi, air hujan yang
jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah, sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.

c. Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan nilai C yang kecil,
daripada daerah dengan kemiringan tanah yang sedang sampai curam untuk keadaan yang
sama.
7. Koefisien limpasan (C)
Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan besarnya
limpasan permukaan, dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada tiap-tiap daerah
tangkapan hujan.Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda. Dalam penentuan koefisien
limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah :
a. Kerapatan vegetasi

Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil, karena air
hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan akan tertahan oleh
tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan memberi nilai C yang besar.
b. Tata guna lahan
Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil daripada
daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan misalnya padi, air hujan yang
jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah, sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.
c. Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan nilai C yang kecil,
daripada daerah dengan kemiringan tanah yang sedang sampai curam untuk keadaan yang
sama.
Tabel 3. Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Kemiringan
Kegunaan Lahan
Koefisien Limpasan
Persawahan rawa-rawa

0,2

Hutan, perkebunan

0,3

Permukiman

0,4

Datar
Kemiringan < 3%

Hutan, perkebunan

0,4

Agak miring

Pemukiman

0,5

(3-15%)

Vegetasi ringan

0,6

Tanah gundul

0,7

Hutan

0,6

Curam

Pemukiman

0,7

Kemiringan > 15%

Vegetasi ringan

0,8

Tanah gundul, penambangan

0,9

Air Tanah

Analisis peta geologi dan observasi langsung ke pit yang masih aktif dilakukan
untuk mengetahui pengaruh air tanah terhadap proses penambangan
Dari data debit yang diketahui, kita dapat menentukan dimensi saluran air, kapasitas sump
dan kebutuhan pompa Berikut contoh bagan alur pembuatan rancaangan penyaliran pada
tambang terbuka:
8. Air Tanah
Analisis peta geologi dan observasi langsung ke pit yang masih aktif dilakukan untuk
mengetahui pengaruh air tanah terhadap proses penambangan
Dari data debit yang diketahui, kita dapat menentukan dimensi saluran air, kapasitas
sump dan kebutuhan pompa.

BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
1.

Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah

penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah
penambangan.
2.Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang diantaranya adalah permeabilitas,
curah hujan, rencana kemajuan tambang
3. Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Mine Drainage dan Mine Dewatering
4. Beberapa hal yang harus diperhitungkan untuk membuat rancangan penyaliran tambang :
a. Air Permukaan
b. Curah Hujan

c. Periode Ulang Hujan


d. Intensitas Curah Hujan
e. Daerah Tangkapan Hujan
f. Koefisien Limpasan
g. Air Tanah
Secara garis besar, penanganan air pada tambang terbuka dibagi menjadi dua yaitu Mine
Drainagedan Mine Dewatering. Mine Drainage merupakan upaya untuk mencegah
masuknya air ke daerah penambangan. Sedangkan Mine Dewatering Merupakan upaya untuk
mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan
SARAN
Dalam melakukan aktivitas penambangan, sebaiknya terlebih dahulu memperhatikan
system penyaliran tambang dan juga faktor yang mempengaruhi penyaliran tambang seperi
morfologi, curah hujan dll. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi proses dalam kegiatan
penambangan.

DAFTAR PUSTAKA
1.

http://tambangunhas.wordpress.com/tag/sistem-penyaliran-tambang/ (Di akses tanggal

16 Desember 2012 : 16.00 WIB)


2.

http://www.scribd.com/doc/45561436/18/Sistem-Penyaliran-Tambang-Bawah-Tanah (Di

akses tanggal 16 Desember 2012 : 17.30WIB)


3.

http://findpdf.net/documents/journal-sistem-penyaliran-tambang-terbuka.html (Di akses

pada tanggal 17 desember 2012 : 09.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai