Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Kornea merupakan salah satu bagian anterior bola mata yangberperan


penting pada refraksi bola mata. Kornea memiliki kekuatan dioptri lebih
kurang +43 dioptri. kornea terdiri atas lima lapisan, yaitu lapisan epitel,
lapisan membrana bowman, lapisan stroma, lapisan membran descement, dan
lapisan endotel. Karena fungsinya yang sangat penting untuk refaksi maka
setiap kerusakan pada kornea dapat menyebabkan gangguan penglihatan.1
Kerusakan pada kornea dapat terjadi karena berbagai macam hal,
misalnya, trauma, infeksi, dan lain-lain yang dapat menyebabkan gangguan
penglihatan bila proses penyembuhan yang terjadi tidak sempurna.2
Proses penyembuhan pada kornea beragam hasilnya bergantung pada
lapisan

yang

terkena.

Lapisan-lapisan

kornea

memiliki

kemampuan

penyembuhan yang berbeda-beda. Kornea dapat mengalami sembuh


sempurna, atau dapat meninggalkan sikatrik.1
Proses penyembuhan secara umum untuk mengembalikan anatomi dan
fisiologi dari organ atau jaringan yang terluka, melalui beberapa tahapan,
secara umum yaitu proses inflamasi, regenerasi dan pada akhirnya reparasi.1
Proses penyembuhan di kornea sangat cepat terjadi, terutama pada
lapisan epitel. Proses penyembuhan dapat terjadi dalam waktu 4-6 jam.
Namun, pada lapisan tertentu, proses penyembuhan dapat meninggalkan
gejala sisa berupa sikatrik. Proses penyembuhan pada kornea sangat penting
untuk diketahui karena berperan penting pada proses penglihatan.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

KORNEA
Kornea dalam bahasa latin cornum artinya seperti tanduk, merupakan

selaput bening mata, bagian dari mata yang bersifat tembus cahaya, merupakan
lapis dari jaringan yang menutup bola mata sebelah depan, kornea memiliki
kemampuan dioptri lebih kurang +43 dioptri dan merupakan bagian utama
refraksi mata. Sepertiga tengah kornea berbentuk sedikit bulat dan berdiameter
sekitar 4mm. Karena bagian posterior kornea lebih melengkung daripada bagian
depan, maka bagian tengah kornea lebih tipis (0,5mm) daripada bagian perifer
(1,0 mm).1 Kornea terdiri atas lima lapisan, yaitu epitelium, membran bowman,
stroma, membran descement, dan endotelium.3

Gambar lapisan kornea 1

2.1.1 Epitel
Tebalnya 65 m dan mengisi sekitar 5%-10% ketebalan kornea. Epitel
terdiri atas 5-6 lapis, yang terdiri atas 1-2 lapisan superficial squamous sel, 2-3
lapisan wing sel dan lapisan paling dalam berupa lapisan kolumner basal sel.
pada lapisan terluar terdapat filamen pembungkus yang disebut glycocalyx.
Protein mucus, yang terdiri atas glycocalyx diduga berpean untuk menjaga
kestabilan lapisan air mata dan kelembapan permukaan kornea. Residu gula
dari glikoprotein membran dan glikolipid epitel kornea juga berperan dalam
proses penyembuhan luka, dengan mediasi lapisan kornea setelah terjadinya
luka di permukaan kornea akibat trauma, dan pada infeksi kornea dapat
menjadi tempat menempel mikroba.1
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel
basal berkaitan erat dengan sel basal disampingnya dan sel poligonal
didepannya melalui desmosom dan makula okluden;3 ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barier. Sel basal
menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm
permukaan.1
2.1.2

Membran Bowman

Lapisan ini 8-12um, terdiri atas jaringan kolagen tipe I dan tipe V yang
diameternya 30nm. Membran bowman merupakan aselular dan tidak dapat
beregenerasi bila rusak. Sehingga mencegah lapisan keratosit stroma kornea
tereksposure growth faktor yang dikeluarkan oleh sel epitel, seperti TGFs,
yang nantinya sangat berperan pada proses terapi LASEK maupun LASIK.1
2.1.3

Stroma

Stroma menyusun lebih kurang 90% ketebalan kornea. Sel stroma dikenal
sebagai keratosit. Tergantung pada usia, keratosit mengisi 10-40% volume

kornea. Keratosit merupakan fibroblast yang terletak antara serat kolagen dan
lamela. Stroma terdiri atas 200 lapisan lamela dengan ketebalan 1,5 2,5 um
yang merupakan susunan kolagen sejajar satu dengan lainnya, pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat
kolagen bercabang, terbentuknya kembali serat kolagen ini memakan waktu
yang kadang-kadang mencapai 15 bulan. Jaringan stroma dan lamela
berdekatan dan seragam dalam diameter dengan rata-rata diameter 30nm. Pada
stroma juga terdapat proteinase inhibitor kornea yang berperan penting
melindungi kornea dengan mencegah kerusakan kornea saat inflamasi, ulcus,
dan penyembuhan luka.1
2.1.4

Membran Descement

Membran descement tebalnya lebih kurang 10um, yang merupakan


membran khusus yang terdapat antara endotelium dan stroma posterior.
Membran descement paling banyak terdiri atas kolagen tipe IV.1 Merupakan
membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma kornea yang
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat
elastis dan berkembang terus menerus seumur hidup.4
2.1.5

Endotel

Endotelium adalah lapisan selapis di posterior dari membran descemen


yang tgerdiri atas sel poligonal dengan diameter 20um. Pada orang dewasa,
jumlah sel endotel normal lebih kurang 3000/mm2 dan jumlah ini menurun
sesuai usia. Endotel berfungsi sebagai barier permeabilitas antara humor aquos
dengan stroma korne dan sebagai pompa untuk mempertahankan kornea
dalam keadaan dehidrasi dengan adanya tekanan negatif hidrostatik yang juga
berfungsi mempertahankan free korneal flap (LASIK flap) pada tempatnya.
Secara in vivo, endotelium mendapatkan oksigen dari aquos humor untuk
mepertahankan fungsi pompanya.1
Jika endotelium rusak, penyembuhan terjadi melalui migrasi sel,
penyusunan ulang dan pembesaran sel yang tersisa. Sel subtansial yang hilang

atau rusak menyebabkan edema yang ireversibel karena sel endotel memiliki
kemampuan yang terbatas untuk berkembang saat kita lahir. Infiltrasi
polimorponuclear leukosit sebagai respon cedera kornea menyebabkan
endotelial sel menjadi fibroblastik dan mensintesis retrokorneal fibrous
membran (RCFM). RCFM terbentuk antara membran descement dan endotel
kornea, menyebabkan kehilangan visus yang berarti. Tidak seperti endotel
kornea yang normal yang memiliki sedikit protein kolagen tipe I, fibroblastik
sel yang diambil dari RCFM lebih banyak mengandung kolagen tipe I.1

Gambar penampang mata potongan sagital1


Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf silier
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V. Saraf siliar longus masuk ke kornea dengan
tiga jalan, sklera, episklera, dan konjungtival. Di perifer, setidaknya terdapat 7080 cabang saraf silier longus yang masuk ke retina dan kehilangan serabut
mielinnya 1-2mm dari limbus. Seluruh lapisan epitel dipersarafi sampai lapisan
kedua terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin

ditemukan didaerah limbus. Daya regenarasi saraf sesudah dipotong didaerah


limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.2,5

2.2

Cornea Wound Healing


Penyembuhan luka merupakan proses fisiologis yang terdiri atas rentetan

kejadian yang rumit pada jaringan ikat. Tujuan penyembuhan luka adalah untuk
mengembalikan anatomi dan fungsi organ atau jaringan secepat dan sesempurna
mungkin.

Penyembuhan

dapat memerlukan

waktu tahunan, dan dapat

menyebabkan scar dengan tingkatan yang beragam. Beberapa tahapan reaksi


mengikuti luka, fase inflamasi akut, regenerasi/penyembuhan, dan kontraksi:1
-

Fase inflamasi akut, dapat terjadi pada beberapa menit sampai jam.
Bekuan darah terbentuk sebagai respon pada jaringan aktivator. Neutrofil
dan cairan masuk ke ekstraselusar space. Makrofag memakan debris
jairngan yang rusak, pembuluh darah baru mulai terbentuk, dan fibroblast
mulai memproduksi kolagen.

Regenerasi adalah proses penggantian jaringan yang hilang, proses ini


terjadi hanya pada jaringan yang terdiri atas sel-sel yang berkembang (e.g
epitelium) yang selalu membelah seumur hidup. Penyembuhan adalah
proses restrukturisasi jaringan oleh jaringan granulasi yang matur menjadi
jaringan sikatrik.

Akhirnya,

kontraksi

menyebabkan

jairngan

yang

mengalami

penyembuhan menyusut sehingga sikatrik semakin kecil daripada jaringan


yang sehat disekitarnya.
Abrasi kornea sangat menyakitkan tapi sangat cepat terjadi proses
penyembuhan, terutama terbatas pada permukaan epitel kornea, meskipun lapisan
bowman, dan superficial stroma dapat termasuk. Dalam beberapa jam setelah
luka, parabasilar sel epitel mulai bersilangan dan melewati area luka hingga saling
bertemu dengan sel migrasi yang lain, kemudian, kontak antar sel akan

menghentikan migrasi. Secara simultan, basal sel disekelilingnya akan terus


membelah untuk menyediakan sel tambahan menutupi defek yang terjadi.
Meskipun abrasi kornea yang luas biasanya tertutupi oleh migrasi sel epitel dalam
24-48 jam, penyembuhan sempurna, termasuk restorasi ketebalan epitel (4-6
lapis) dan pembentukan ulang sel-ssel fibrin, memakan waktu sekitar 4-6 minggu.
Sel epitel sangat labil, yang terus membelah secara aktif dan akhirnya dapat
menggantikan jaringan sel yang hilang. Jika jaringan tipis di anterior kornea
hilang karena abrasi, maka bagian tersebut akan digantikan oleh epitel,
membentuk facet.1

Gambar proses penyembuhan luka 1

Penyembuhan stroma kornea adalah terjadi secara avaskular. Tidak seperti


jaringan yang lain, penyembuhan pada kornea terjadi karena jairngan fibrous
dibandingkan pembelahan jaringan fibrovaskular. Aspek avaskular pada
penyembuhan luka kornea sangat penting pada keratoplasti sebagaimana pada
fotorefraktif keratectomy, LASIK, LASEK, dan operasi refraktif kornea yang
lain.1
Setelah terjadinya luka pada sentral kornea, neutrofil dibawa ke daerah
luka oleh airmata, dan tepi luka mulai membengkak. Faktor penyembuhan yang
berasal dari pembuluh darah tidak ditemukan. Matrik glicosaminoglikan, yaitu
keratan sulfate dan konroitin sulfat, merusak pinggiran luka. Fibroblas dari stroma
mulai diaktivasi, akhirnya migrasi melewati luka, menimbun kolagen dan
fibronektin. Bila pinggiran luka terpisah, jarak tersebut tidak sepenuhnya terisi
dengan proliferasi fibroblas, dan menyebabkan sebagian cekungan.1
Kedua epitel dan endotelium sangat baik pada penyembuhan luka di
sentral. Jika epitel tidak menutupi luka dalam beberapa hari, proses penyembuhan
stroma sangat terbatas dan lemah. Growth faktor dari epitelium menstimulasi dan
melanjutkan penyembuhan. Sel endotel akan menyilang melewati kornea
posterior. Sebagian sel digantikan selama proses mitosis. Endotelium membentuk
lapisan baru di bawah membran descement. Bila jarak luka tidak ditutupi
membran descement, fibroblas struma akan terus memberlah hingga bilik mata
depan, atau luka di posterior dapat tetap terbuka secara permanen. Jaringan fibrin
kolagen akan digantikan kolagen yang lebih kuat pada beberapa bulan kemudian.
Membran btidak beregenerasi saat dilakukan incisi atau mengalami kerusakan.
Pada ulcus, permukaannya ditutupi oleh epitelium, tapi sedikit yang hilang
digantikan jaringan ikat. 1

Gambaran proses penyembuhan luka 1

BAB III
KESIMPULAN

Kornea terdiri atas lima lapisan yang berbeda fungsi satu dan yang
lainnnya. Lapisan terluar kornea yaitu epitel, dan lapisan yang paling dalam yaitu
lapisan endotel.
Kornea memiliki kemampuan penyembuhan yang beragam dalam setiap
lapisannya. Mengetahui proses penyembuhan pada kornea sangat penting dalam
prognosis penglihatan pasien.
Proses penyembuhan kornea beragam sesuai dengan lapisan yang
mengalami injurinya. Lapisan yang paling cepat mengalami penyembuhan pada
kornea yaitu lapisan epitel yang memakan waktu 4-6 jam.
Penyembuhan kornea merupakan proses avascular, dimana sel-sel dan
bahan-bahan penyusun untuk proses penyembuhan dihantarkan oleh airmata, dan
aquos humor di belakang.
Penyembuhan kornea sangat penting untuk diketahui, terutama untuk
operasi-operasi kornea, seperti LASIK, LASEK, dll. Karena pada lapisan dan
letak tertentu, kornea tidak lagi memiliki kemampuan beregenerasi, dan dapat
meninggalkan gejala sisa.

10

DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea.
Section 11. San Fransisco: MD Association, 2005-2006
2. Ilyas, S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI; 2002.
3. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FK
UI, Jakarta;2005.
4. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika, 2000.
1. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;
1983.

11

Anda mungkin juga menyukai