Anda di halaman 1dari 2

Etiology pterigium tidak diketahui dengan jelas.

Namun karena lebih sering


pada orang yang tinggal di daerah ikim panas. Maka gambaran yang paling diterima
tentang hal tersebut adalah respon terhadap faktor faktor lingkungan seperti paparan
terhadap matahari (ultra violet), daerah kering, inflamasi, daerah angin kencang dan
debu atau faktor iritan lainnya. Pengeringan lokal dari kornea dan kojungtiva pada
fissure interpalpebralis disebabkan oleh karena kelainan tear film bisa menimbulkan
pertumbuhan fibroblastic baru merupakan salah satu teori. Tingginya insiden
pterigium pada daerah dingin, iklim kering medukung teori ini (Laszuarni, 2010)
Ultraviolet adalah mutagen untuk p53 tumor suppressor gene pada limbal
basal stem cell. Tanpa apoptosis, transforming growth faktor beta overproduksi dan
menimbulkan proses collagenase meningkat, sel sel bermigrasi dan angiogenesis.
Akibatnya terjadi perubahan degenerasi colagen dan terlihat jaringan subepithelial
fibrovascular. Jaringan sub konjungtiva terjadi degenerasi elastoic dan proliferasi
jaringan granulasi vascular dibawah epithelium yang akhirnya menembus cornea.
Kerusakan pada cornea terdapat pada lapisan membran bowman oleh pertumbuhan
jaringan fibrovaskullar, sering dengan inflamasi ringan. Epithel dapat normal, tebal
atau tipis dan kadang terjadi dysplasia (Laszuarni, 2010, skuata, G.L, et all., 2007-
2008)
Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epithel cornea. Pada keadaan
defiensi limbal stem sel, terjadi conjungtivalization pada permukaan cornea. Gejala
dari defisiensi limbal adalah pertumbuhan conjungtiva ke cornea, vaskularisasi,
inflamasi kronis, kerusakan membran basement dan pertumbuhan jaringan fibrotic
Tanda ini juga ditemukan pada pterigium dan karena itu banyak penelitian
menunjukan bahwa pterigium merupakan manifestasi dari defisiensi atau disfungsi
localized interpalpebral limbal stemsel. Kemungkinan akibat sinar ultraviolet terjadi
kerusakan stem sel di daerah interpalpebra (Donald Tan, et all., 2005)
Pemisahan fibroblast dari jaringan pterigium menunjukkan perubahan
phenotype, pertumbuhan banyak lebih baik pada media mengandung serum dengan
konsentrasi rendah dibanding dengan fibroblas konjungtiva normal. Lapisan fibroblast
pada bagian pterigium menunjukkan proliferasi sel yang berlebihan. Pada fibroblast
pterigium menunjukkan matrix metalloproteinase, dimana matrix metalloproteinase
adalah extraselular matrix yang berfungsi untuk jaringan yang rusak, penyembuhan
luka, mengubah bentuk dan fibroblast pterigium bereaksi terhadap TGF
(transforming growth factor ) berbeda dengan jaringan conjungtiva normal, bFGF
(basic fibrobloast growth factor) yang berlebihan, TNF (tumor necrosis factor )
dan IGF II. Hal ini menjelaskan bahwa pterigium cenderung terus tumbuh, invasi ke
stroma cornea dan terjadi reaksi fibrovaskular dan inflamasi (Donald Tan, et all.,
2005).
Dengan menggunakan anterior segmen fluorescein angiografi ditemukan
peningkatan area nonperfusi dan penambahan pembuluh darah di nasal limbus selama
fase awal pterigium. Sirkulasi CD 34 + MNCs dan c kit + MNCs meningkat pada
pterigium dibanding dgn konjungtiva normal. Cytokin lokal dan sistemik , SP
(SubstanceP), VEGF (Vascular endothelial Growth Factor) dan SCF (Stem Cell
Factor) pada pterigium meningkat, berhubungan dengan CD 34 + dan C kit + MNC.
Hal ini menunjukan pada pterigium terlibat pertumbuhan Endothelial Progenitor Cells
(EPCs) dan hypoksia ocular yang merupakan faktor pencetus neovascularisasi dengan
mengambil EPCs yang berasal dari sumsum tulang melalui produksi cytokine lokal
dan sistemik . 12
Secara histopatologi dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukan
proliferasi fibrotik yang menyimpang dibawah epitel pterigium, dengan epithel yang
meluas ke stroma. Pemisahan sel sel epitel pterigium menunjukan epithel dikelilingi
sel sel fibroblast yang aktif. Karakteristik dari E cadherin , penumpukan catenin
di intranuklear dan lymphoid factor -1 meningkat pada epitel pterigium. Sel epitel
meluas ke stroma pada SMA / vimentin dan cytokeratin 14. Kesimpulannya
bahwa epithel mesenchymal transition terlibat dalam pathogenesis pterigium.
Catenin meningkat pada pterigium dan PFC (Pterygial fibroblast) dibandingkan pada
conjungtiva normal. Catenin berperan penting dalam pathogenesis pterigium 13 , 14

Anda mungkin juga menyukai