Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Makalah Tentang CVP(Central Venous Pressure


Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
kardiovaskuler

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
:

1. Deddy Yuliansyah (1411012003)


2. Afton Yazid Abrory (1411012005)
3. Zulfahmi Hakim (1411012010)
4. Niko Arifin (1411012011)
5. Risky Kharimah Arisandi (1411012013)
6. Rico Gita Pratama (1411012016)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JEMBER
2014

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena


hanya dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Makalah Tentang CVP(Central Venous
Pressure) dapat kami selesaikan dengan baik sebagai persyaratan Akademik
untuk memenuhi nilai pada mata kuliah Sistem Kardiovaskular pada Program
Studi S1 Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jember.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ns. Cipto Susilo, S.Kep., M.Kep., selaku dosen pengajar dimata
kuliah Sistem Kardiovaskular dan pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dengan tekun dan sabar dalam penyusunan
makalah ini.
2. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan
dan doa untuk keberhasilan ini.
3. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jember yang telah bekerja keras dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat kami harapkan.
Dan semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca
serta perkembangan ilmu keperawatan pada umumnya.
Jember, 5 desember 2014
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Cover ............................................................................................. i

Kata Pengantar .............................................................................................. ii


Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Central Venous Pressure ...................................................................
1. Definisi .......................................................................................
2. Tujuan tindakan.........................................................................
3. Kompetensi dasar lain yang harus dimiliki.............................
4. Indikasi, kontraindikasi dan komplikasi.................................
5. Alat dan bahan..........................................................................
6. Prosedur tindakan......................................................................
7. Hal penting yang harus dierhatikan perawat.........................
8. Hal penting yang harus didokumentasikan.............................
B. Pembacaan Foto Thoraks...................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Saran .................................................................................................

1
3
3
3
3
3
3
4
5
6
8
8
9
10
10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Central Venous Pressure yang juga dikenal dengan singkatan CVP atau
kita sebut sebagai Tekanan Vena Sentral, pada beberapa penanganan kasus
sangat diperlukan untuk mendukung diagnosa, mengetahui kondisi pasien,
serta monitoring resusitasi. CVP adalah suatu hasil dari pengukuran tekanan
vena sentral dengan jalan memasang suatu alat Central Venous Catheter atau
yang dikenal dengan singkatan CVC. CVC tersebut dapat di pasang pada
beberapa lokasi seperti pada vena jugularis interna, vena subklavia, vena
basilika, vena femoralis. Dimana masingmasing lokasi tersebut memiliki
keuntungan dan kerugian dalam hal tingkat kesulitan pemasangan, resiko
pemasangan, kenyamanan pasien, perawatan CVC, juga ketersediaan jenis
CVC yang sesuai dengan lokasi pemasangan CVC tersebut.
Central Venous Catheter ini merupakan salah satu teknik yang bersifat
invasif. Sehingga resikoresiko tindakan invasif secara umum, juga menjadi
pertimbangan kita dalam melakukan pemasangan ataupun insersi CVC ini.
Seperti pada kasus luka bakar, dimana area insersi terkena oleh luka bakar.
Dimana insersi yang kita lakukan dapat menambah resiko terjadinya
bakterimia. Sehingga kita harus lebih cermat dalam pemilihan lokasi insersi.
Atau juga pada kasus dimana pasien sudah mengalami suatu gangguan
koagulasi. Tindakan insersi CVC ini dapat mencetuskan suatu edema dilokasi
insersi, serta perdarahan yang sulit diatasi.
Walaupun pada CVP yang kita nilai adalah suatu tekanan, dimana
tekanan ini masih banyak faktorfaktor lain yang menentukan selain volume,
namun Central venous pressure ini masih digunakan dalam hal mengestimasi
kecukupan volume intravaskular. Meskipun saat ini sudah ada beberapa
metode lain yang lebih tepat dalam hal pengukuran volume intravaskular
seperti Stroke Volume Variation atau SVV, dengan menggunakan suatu alat
khusus, tetap saja hal tersebut bersifat invasif dan biaya yang cukup besar.

Apalagi bila kita melakukannya secara serial. Sehingga CVP masih diandalkan
untuk mengestimasi kecukupan volume di intravascular
Banyak sekali kasus yang di kait kan dengan CVP yang masih dan dalam
perkembangan nya CVP adalah metode yang efektif untuk pemberian therapy dan
monitoring jantung dan butuh tim medis yang ahli dalam bidang ini.Dengan
adanya hal ini kelompok tertarik untuk membahas sedikit tentang tatalaksana CVP

B.Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan CVP?
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan CVP?
3. Bagaimana indikasi dan kontr indikasi CVP
C. Tujuan masalah
1. Mampu memahami definisi CVP.
2. Mengidentifikasi prosedur pelaksanaan CVP.

BAB II
KONSEP TEORI
A. CVP
1. DEFINISI
Tekanan vena sentral ( CVP) adlah tekanan di dalam atrium kanan atau
vena-vena besar dalam rongga toraks. Pemantauan tekanan vena sentral
merupakan pedoman untuk pengkajian fungsi jantung kanan dan dapat
mencerminkan fungsi jantung kiri apabila tidak terdapat penyakit
kardiopulmonal.
1

2. Tujuan tindakan
-

Sebagai pedoman untuk penggantian airan pada klien dengan kondisi


penyakit yang serius.

Memperkirakan kekurangan volume darah

Menentukan tekanan dalam atrium kanan dan vena sentral

Mengevaluasi kegagalan sirkulasi.

3. Kompetensi dasar lain yang harus dimiliki

Lokasi vena untuk CVP :


-

Vena subklavia

Vena jugularis eksternal atau internal

Vena basilica media

Manajemen Keperawatan pada pasien yang terpasang CVP :


-

CVP digunakan untuk mengukur tekanan pengisian jantung bagian


kanan

Pada saat diastolic, dimana katub tricuspid membuka, darah mengalir


dari atrium kanan ke ventrikel kanan, pada saat ini CVP merefleksikan
sebagai Right Ventricular End Diastolic Pressure (RVEDP).

CVP normal berkisar antara 2-5 mmHg atau 3-8 cmH20

Bila hasil pengukuran CVP dibawah normal, biasanya terjadi pada


kasus hipovolemi, menandakan tidak adekuatnya volume darah di
ventrikel pada saat akhir diastolic untuk menghasilkan stroke volume
yang adekuat. Untuk mengkompensasinya guna meningkatkan cardiac
output, maka jantung nmeningkatkan heart ratenya, meyebabkan

tavhycardi, dan akhirnya juga akan meningkatkan konsumsi 02


miokard.
-

Bila hasil pengukuran CVP diatas normal, biasanya terjadi pada kasus
overload, untuk mengkompensasinya jantung harus lebih kuat
berkontraksi yang juga akan meningkatkan konsumsi O2 miokard.

Standar pengukuran CVP bisa menggunakan ukuran mmHg atau


cmH2O, dimana I mmHg = 1,36 cmH2O.

Lokasi Pemantauan
-

Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)

Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan

Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi


phlebitis

Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat


di atas vena kava superior

Gelombang CVP
Gelombang CVP terdiri dari, gelombang:
a= kontraksi atrium kanan
c= dari kontraksi ventrikel kanan
x= enggambarkan relaksasi atrium triskuspid
v= penutupan katup trikuspid
y= pembukaan katup trikuspid

4. Indikasi, kontraindikasi dan komplikasi

Indikasi
-

Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan

Digunakan sebagai pedoman penggantian cairan pada kasusu


hipovolemi

Mengkaji efek pemberian obat diuretic pada kasus overload cairan


3

Sebagai pilihan yang baik pada kasus penggantian cairan dalam


volume yang banyak ( Thelan, 1994)

Pasien dengan kelainan ginjal ( ARF, oliguria)

Pasien dengan gagal jantung

Pasien terpasang nutrisi parenteral ( dextrose 20% aminofusin)

Kontraindikasi
-

Nyeri dan inflamasi pada area penusukan

Bekuan darah karena tertekuknya kateter

Tromboplebitis

Microshok

Disritmia jantung

Pembedahan leher

Insersi kawat pacemaker

Komplikasi
-

Pneumotoraks

Hemotoraks

Hematoma

Tamponade jantung

Emboli udara

Koloni organic

5. Alat dan bahan

Persiapan untuk pemasangan :


Persiapan alat:
-

Kateter CVP

Set CVP

Spuit 2,5 cc

Antiseptik

Obat anaestesi local

Sarung tangan steril

Bengkok

Cairan NaCl 0,9% (25 ml)

Plester

Persiapan untuk pengukuran :


a. Persiapan Alat
-

Skala pegnukur

Selang penghubung (manometer line)

Standar infuse

Three way stopcock

Pipa U

Set infuse

6. Prosedur tindakan
Pengukuran CVP
b. Cara Merangkai
-

Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%


5

Mengeluarkan udara dari selang infuse

Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock

Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse

Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock

Mengeluarkan udara dari manometer line

Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O

Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang

c. Cara Pengukuran
- Memberikan penjelasan kepada pasien
- Megatur posisi pasien
o Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan)
dengan skala pengukur atau tansduser
o Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis
pertemuan antara sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis
pertengahan aksila
o Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada
-

manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi


Membereskan alat-alat
Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai
Pemantauan dengan Transduser
Dilakukan pada CVP, arteri pulmonal, kapiler arteri pulmonal, dan
tekanan darah arteri sistemik.
a. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan ttg: tujuan pemasangan, daerah pemasangan,
dan prosedur yang akan dikerjakan
Mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasangan
b. Persiapan untuk penusukan
Kateter sesuai kebutuhan
Set instrumen steril untuk tindakan invasive
Sarung tangan steril
Antiseptik
Obat anestesi lokal
Spuit 2,5 cc
Spuit 5 cc/10 cc

Bengkok
Plester
c. Persiapan untuk pemantauan
Monitor
Tranduser
Alat flush
Kantong tekanan
Cairan NaCl 0,9% (1 kolf)
Heparin
Manometer line
Spuit 1 cc
Three way stopcock
Penyanggah tranduser/standar infus
Pipa U
Infus set

d. Cara Merangkai
Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya ke

dalam cairan infuse


Menghubungkan cairan tsb dg infuse
Mengeluarkan udara dari selang infuse
Memasang cairan infus pada kantong tekanan
Menghubungkan tranduser dg alat infuse
Memasang threeway stopcock dg alat flush
Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush
Menghubungkan manometer dg threeway stopcock
Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk

memudahkan beri sedikit tekanan pada kantong tekanan)


- Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg
- Menghubungkan kabel transduser dengan monitor
- Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang
- Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran
d. Cara Kalibrasi
- Lavelling
- Menutup threeaway ke arah pasien dan membuka threeway ke arah
-

udara
Mengeluarkan cairan ke udara
Menekan tombol kalibrasi sampai pada monitor terlihat angka nol
Membuka threeway kearah klien dan menutup ke arah udara
Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik

7. Hal penting yang harus dierhatikan perawat

1. Sebelum Pemasangan
Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan
Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan,

dan mengatur posisi sesuai dg daerah pemasangan


2. Saat Pemasangan
Memelihara alat-alat selalu steril
Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat

pemasangan spt gg irama jantung, perdarahan


Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedurdilakukan
3. Setelah Pemasangan
Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara: 1) melakukan Zero
Balance: menentukan titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara
garis ICS IV dengan midaksila, 2) Zero balance: dilakukan pd setiap
pergantian dinas , atau gelombang tidak sesuai dg kondisi klien, 3)
melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor/transduser,

setiap shift, ragu terhadap gelombang.


Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis

klien.
Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi
(spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom,

infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).


Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara
memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan
pemeriksaan foto toraks (CVP, Swan gans).

8. Hal penting yang harus didokumentasikan


-

Tingkat kesadaran klien

Pernapasan klien

Suhu klien

Penampakan fisik klien, dilihat keabnormalan yang tejadi missal


edema

Hasil pengukuran, tekanan bilateral yang diperoleh

Jam dan tanggal

B.Pembacaan Foto Thorak

Pembacaan foto thorax:


1.
2.
3.
4.

Sinus costofrenicus :tumpul/lancip.


Diafragma : normal/ letak rendah atau tinggi.
Jantung:normal/cardiomegali.
Lapangan paru kiri/kanan: normal/kelainan(+).

Hal yang di interpretasikan dalam rongga thorax:


1. Dinding thorax: costa, clavicula, scapula, vertebrae, soft tissue,
pleura, trakea, RIC.
2. Sinus costofrenicus: (normal lancip) dibentukoleh costa dan pleura
3.
4.

parietal.
Diafragma: normal kanan lebih tinggi dari kiri.
Hilus: A. Pulmonalis, V. Pulmonalis, AliranLimfe.
9

5.

Cor.
Perhitungan CTR (Cardio Thoracis Ratio)
CTR= {(A+B)/C}x 100%
A= Titik terjauh jantung kanan.
B= Titik terjauh jantung kiri.
C= Garis yang melalui kedua sudut costo frenicus yang melewati

cardiofrenicus.
Normal: 48-50 % dan CTR>50% = Cardiomegali
6. Mediastinum.
Organ2 mediastinum:
Mediastinum superior: trakea, esofagus, truncus gastric cephalica.
Mediastinum inferior: esofagus, aorta, vena cava inferior.
Hal yang perlu di perhatikan dalam interpretasi:
1.
2.
3.
4.
5.

Kedudukan: simetris/asimetris.
Densitas.
Homogen/inhomogen.
Batas: tegas/tidak.
Ada perselubungan (bayangan padat).

Ada cavitas, kalsifikasi, garis fibrotik, bercak-bercak


PEMBACAAN FOTO THORAX KARDIOVASKULER
1. THORAX NORMAL
Gambaran radiologi (imaging) untuk foto polos pemeriksaan thorax tidak jauh
berbeda dengan gambaran anatomi thorax manusia normal. Manusia harus sudah
mempelajari secara seksama anatomi rongga thorax berikut organ-organ dalam
rongga thorax serta vaskularisasinya. Sebelum mahasiswa mengenal berbagai
penyakit paru jantung dan organ yang terlibat dalam rongga thorax, sudah
seharusnya mahasiswa mempelajari gambaran radiologi thorax yang normal
sehingga nantinya bila menjumpai kelainan yang berhubungan dengan thorax
mahasiswa dapat mengidentifikasi dengan baik.

10

Gb. Normal Thorax

Pada foto thorax normal, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


1) Posisi
2) Simetrisasi
3) Inspirasi
4) Kondisi
2) Author : Didit, Nisa, Lita, Kintan, Radius, Destha
1) Posisi
Foto thorax sedapat mungkin dalam posisi berdiri (erect), kecuali pada pasien
anak dan pada pasien dengan keadaan umum yang buruk maka foto dapat dibuat
dengan posisi supine. Arah sinar proyeksi dari posisi PA (Posteroanterior) yang
merupakan standar untuk foto thorax atau AP untuk melihat kondisi tulang.
Untuk membedakan posisi erect dan supine :

Erect : dibawah hemidiafragma sinistra terdapat gambaran udara dalam


fundus gaster, yang disebut megenbalase;
Supine : udara dalam gaster bergerak ke bawah, sehingga karena superposisi
dengan organ intra abdomen, udara ini tidak terlihat;
Erect : proyeksi PA;
Supine : proyeksi AP;
Erect : skapula tidak menutupi lapangan paru;
Supine : skapula berada dalam lapangan paru;
Supine : gambaran vertebra tampak jelas sampai thorakal ke 12.
2) Simetrisasi
Foto thorax dibuat dalam kondisi simetri, yaitu melalui bidang yang melewati
garis median, yang ditarik melalui titik-titik prosesus spinosus. Disebut simetris
bila bidang tersebut berjarak sama antara sendi aternoclavicula kanan-kiri.

11

3) Inspirasi
Foto thorax harus dibuat dalam keadaan inspirasi maksimal, karena bila tidak
maka akan tampak pada foto :
Ukuran jantung dan mediastinum meningkat;
Corakan bronkovaskular meningkat.
Bila inspirasi cukup, maka akan tampak diafragma setinggi rawan costa VI
didepan atau setinggi VTh X dibagian belakang.
4) Kondisi
Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar X pada saat exposure. Pada kondisi
kurang, foto thorax akan terlihat putih/samar, pada kondisi cukup vertebra akan
tampak seluruhnya mulai dari V CI s/d VTh IV dan kondisi keras akan terlihat
sampai vertebra Thorakal XII.
Setelah hal-hal tersebut dievaluasi, kemudian dilakukan pembacaan foto, supaya
tidak ada yang terlewatkan bisa dilakukan dari lateral ke medial atau sebaliknya
dari superior ke inferior, dsb. Yang dinilai :
a) Corakan bronkovaskular : normalnya semakin ke lateral semakin
menghilang. Bila corakan makin tampak pada daerah lateral paru, berarti corakan
bronkovaskular meningkat;
b) Parenkin paru : normalnya tidak tampak gambaran kalsifikasi atau infiltrat
dilapangan paru;
c) Keadaan hilus;
d) Sinus costofrenikus : normalnya sinus costrofrenikus kanan kiri lancip dan
tidak tertutup apapun;
e) Diafragma : normalnya diafragma kanan-kiri licin, berbentuk konkav kearah
paru;
f) Cor : dinilai ukuran dan bentuknya. Pada dewasa normalnya berbentuk
seperti sepatu dan CTR (Cardio Thorasis Ratio) kurang dari 0,5.
Faktor-faktor penting yang lain dalam membaca sebuah foto : identitas,
yaitu : nama pasien, umur, tanggal dan waktu baca, marker.
Contoh pembacaan Foto Thorax normal posisi :
Foto thorax PA, errect, simetris, inspirasi dan kondisi cukup
Tampak kedua apex paru tenang;
Tampak corakan bronkovaskuler dikedua lapangan paru normal;
Sinus costophrenicus kanan-kiri lancip;
Diafragma kanan-kiri licin;
Cor : CTR kurang dari 0,56.
Kesan : Paru dan cor dalam batas normal.
Author : Didit, Nisa, Lita, Kintan, Radius, Destha

BAB III
12

PENUTUP
A. Kesimpulan
Tekanan vena sentral ( CVP) adlah tekanan di dalam atrium kanan atau venavena besar dalam rongga toraks. Pemantauan tekanan vena sentral merupakan
pedoman untuk pengkajian fungsi jantung kanan dan dapat mencerminkan
fungsi jantung kiri apabila tidak terdapat penyakit kardiopulmonal.
Hal hal yang perlu di perhatikan dalam pembacaan foto thorax diantaranya
dinding thorax: (costa, clavicula, scapula, vertebrae, soft tissue, pleura,
trakea, RIC), sinus costofrenicus: (normal lancip) dibentuk oleh costa dan
pleura parietal, diafragma (normal kanan lebih tinggi dari kiri), hilus: A.
Pulmonalis, V. Pulmonalis, AliranLimfe, Cor (perhitungan CTR /Cardio
Thoracis Ratio) dan mediastinum
B. Saran
. Saran bagi institusi diharapkan dapat menyediakan referensi pada
perpustakaan kampus yang lebih memadai tentang kardiovaskuler terutama
pada cara pengukuran CVP dan pembacaan foto thorax

13

DAFTAR ISI
1. Bellera CA, (2010) Normal Approximations to the Distributions of the
Wilcoxon Statistic. Journal of Statistic education. 2010 [cited 2013
july 13]. Avaliable from:
2. Guidelines International Liaison Committee on Resusitation (ILCOR) &
American Hearth Association (AHA) 2010.
3. LeMone & Burke. (2000). Medical surgical nursing critical thinking in client care.
(2nd ed.). New Jersey: Prentice Hall Health

4. Sudiharto, Sartono.(2011). Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta:


CV.Sagung Seto
5. Thygerson, Alton.(2009). First Aid: Pertolongan Pertama Edisi Kelima.
Jakarta:Penerbit Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai