Laporan Kasus Ppok
Laporan Kasus Ppok
I. ANAMNESIS
I.
II.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. T
Umur
: 52 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Buruh Bangunan
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal Masuk
: 29 September 2011
Tanggal Periksa
: 6 Oktober 2011
No RM
: 01.08.82.88
Keluhan Utama
Sesak nafas
III.
IV.
V.
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Jantung
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat merokok
: disangkal
B. Tanda Vital
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 96 x/menit
Pernapasan
: 30 x/menit
2
Suhu
: 36,7 C
C. Kepala
: mesochepal, simetris.
D. Mata
E. Hidung
F. Telinga
G. Mulut
H. Leher
I. Thorax
: retraksi (-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/sonor
Auskultasi
J. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Tympani
Palpasi
K. Trunk
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
L. Ekstremitas
Oedem
Akral dingin
M. Status Psikiatri
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan : Pria, tampak sesuai umur, perawatan diri cukup
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Perilaku dan Aktivitas Motorik
: Normoaktif
d. Pembicaraan : Normal
e. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata cukup
2. Afek dan Mood
Afek
: Appropiate
Mood
: Eutimik
3. Gangguan Persepsi
Halusinasi
: (-)
Ilusi
: (-)
4. Proses Pikir
Bentuk
: realistik
Isi
: waham (-)
Arus
: koheren
Daya Ingat
: Orang
: baik
Waktu
: baik
Tempat
: baik
: Jangka panjang
4
: baik
Jangka pendek
: baik
Daya Nilai
Insight
:6
N. Status Neurologis
Kesadaran
: GCS E4V5M6
Fungsi Luhur
Fungsi Vegetatif
Nervus Cranialis
Fungsi Sensorik
1. Rasa Eksteroseptik
2. Rasa Propioseptik
3. Rasa Kortikal
Tonus
R.Fisiologis
R.patologis
+2
+2
+2
+2
ROM Pasif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
Fleksi
Ekstensi
Lateral bending kanan
Lateral bending kiri
Rotasi kanan
Rotasi kiri
ROM Aktif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
ROM Pasif
Ektremitas Superior
Shoulder
Elbow
Wrist
Finger
Trunk
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksternal Rotasi
Internal Rotasi
Fleksi
Ekstensi
Pronasi
Supinasi
Fleksi
Ekstensi
Ulnar Deviasi
Radius deviasi
MCP I Fleksi
MCP II-IV fleksi
DIP II-V fleksi
PIP II-V fleksi
MCP I Ekstensi
Fleksi
Ekstensi
Right Lateral Bending
Left Lateral Bending
Hip
Knee
Ankle
Sinistra
Dekstra
Sinistra
0-90
0-50
0-180
0-75
0-90
0-90
0-150
0
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-100
0-30
0-90
0-30
0-35
0-35
0-90
0-50
0-180
0-75
0-90
0-90
0-150
0
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-100
0-30
0-90
0-30
0-35
0-35
0-90
0-50
0-180
0-75
0-90
0-90
0-150
0
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-100
0-30
0-90
0-30
0-35
0-35
0-90
0-50
0-180
0-75
0-90
0-90
0-150
0
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-100
0-30
0-90
0-30
0-35
0-35
ROM Pasif
Ektremitas Inferior
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksorotasi
Endorotasi
Fleksi
Ekstensi
Dorsofleksi
Plantarfleksi
Eversi
Inversi
ROM Aktif
Dekstra
ROM Aktif
Dekstra
Sinistra
Dekstra
Sinistra
0-120
0-30
0-45
0-45
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
0-120
0-30
0-45
0-45
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
0-120
0-30
0-45
0-45
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
0-120
0-30
0-45
0-45
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
Fleksor
Ektensor
Rotator
Pelvic Elevation
TRUNK
M. Rectus Abdominis
Thoracic group
Lumbal group
M. Obliquus Eksternus Abdominis
M. Quadratus Lumbaris
Ektremitas Superior
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Shoulder
Adduktor
Internal Rotasi
Eksternal
Rotasi
Fleksor
Elbow
Wrist
Finger
Eksternsor
Supinator
Pronator
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Fleksor
Ekstensor
5
5
M. Deltoideus anterior
M. Bisepss anterior
M. Deltoideu
M. Teres Mayor
M. Deltoideus
M. Biseps
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Teres mayor
M. Infra supinatus
M. Biseps
M. Brachilais
M. Triseps
M. Supinatus
M. Pronator teres
M. Fleksor carpi radialis
M. Ekstensor digitorum
M. Ekstensor carpi radialis
M. Ekstensor carpi ulnaris
M. Fleksor digitorum
M. Ekstensor digitorum
5
5
5
5
5
Dekstra
Sinistra
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Ektremitas Inferior
Hip
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Knee
Fleksor
Ekstensor
Ankle
Fleksor
Ekstensor
M. Psoas mayor
M. Gluteus maksimus
M. Gluteus medius
M. Adduktor longus
Hamstring muscle
Quadriceps femoris
M. Tibialis
M. Soleus
Aktivitas
Makan
Mandi
Berhias diri
Berpakaian
Kontrol BAB
Kontrol BAK
Pergi ke WC
Transfer
Berjalan
Naik turun tangga
Total
Status Ambulansi
Skor
10
5
5
5
10
10
10
5
5
5
70
: Moderate dependent
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium darah (5 Oktober 2011)
Hb
: 13 g/dL
Hct
: 37 %
RBC
: 3,92. 106 / ul
WBC
PLT
GDS
: 155 mg/Dl
: 3,1 g/dl
Kreatinin
: 0,7 mg/dl
8
Dekstra
Sinistra
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Ureum
: 49 mg/dl
Natrium
: 136 mmol/L
Kalium
: 3,5 mmol/L
: 7,47
pCO2
: 36 mmHg
pO2
: 75 mmHg
Hct
: 29,8 %
cHCO3
: 25,8 mmol/L
BE
: 1,9 mmol/L
: sputum
Hasil Pemeriksaan
IV. ASSESSMENT
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) eksaserbasi akut
V. DAFTAR MASALAH
A. Problem Medis
: Sesak nafas
B. Okupasi Terapi
C. Sosiomedik
D. Ortesa-protesa : (-)
E. Psikologi
F. Fisioterapi
VI. PENATALAKSANAAN
A. Terapi Paru
1. O2 2L/mnt
2. Nebu B:A = 0,8:0,2/8 jam
3. Inj. RL 1 amp aminophilin 16 tpm
4. inj Ceftriaxon 2gr/24 jam
5. inj dexametason 1 ampul/8jam
6. OBH syr 3 X C1
-
: (-)
3. Okupasi Terapi
4. Sosiomedik
5. Ortesa-protesa
: (-)
10
6. Psikologi
Psikoterapi
suportif
mengurangi
kecemasan
pasien
VII. Impairment, Disabilitas, dan Handicap
A. Impairment
B. Disabilitas
C. Handicap
VIII. Planning
A. Planning Diagnostik
B. Planning Terapi
: tidak ada
C. Planning Edukasi
D. Planning Monitoring
IX. Goal
A. Perbaikan keadaan umum, sehingga mempersingkat lama perawatan
B. Minimalisasi impairment, disabilitas, dan handicap pada pasien
C. Mencegah komplikasi yang lebih buruk yang dapat memperburuk keadaan
penderita (seperti gagal nafas, infeksi berulang, CPC)
D. Mengatasi masalah psikologis yang timbul akibat penyakit yang diderita
pasien
X. PROGNOSIS
Ad vitam
: baik
Ad sanam
: dubia et malam
11
Ad fungsionam
: dubia et bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I.
A. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru
kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang
bersifat progresif yang bersifat non reversibel atau reversibel parsial
(Alsaggaf dkk, 2004).
B. Epidemiologi
Insidensi pada pria > wanita. Namun akhir-akhir ini insiden pada
wanita meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah perokok wanita
(Aditama, 2005).
C. Faktor Risiko
Meliputi faktor-faktor host dan paparan lingkungan dan penyakit
biasanya muncul dari interaksi antara kedua faktor tersebut.
Faktor host:
1. Genetik : defisiensi alfa 1 antitripsin. Suatu kelainan herediter yang
jarang ditemukan.
2. Hiperaktivitas bronkus : Asma dan hiperaktivitas bronkus saluran
napas merupakan faktor resiko yang memberi andil timbulnya PPOK.
Faktor lingkungan:
1. Asap tembakau
2. occupational dust anf chemical
3. Polusi udara
4. Infeksi (Alsaggaf dkk, 2004).
D. Patofisiologi
Karakteristik PPOK adalah keradangan kronis mulai dari saluran
napas, parenkim paru sampai struktur vaskukler pulmonal. Diberbagai
13
Penyempitan ini terjadi karena metaplasi sel goblet. Saluran napas besar
juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mukus. Pada
emfisema paru, penyempitan saluran napas disebabkan oleh berkurangnya
elastisitas paru-paru (Sat Sharma, 2006).
E. Gejala klinis PPOK
Pasien biasanya mengeluhkan 2 keluhan utama yaitu sesak napas
dan batuk. Adapun gejala yang terlihat seperti :
1. Sesak Napas
Timbul progresif secara gradual dalam beberapa tahun. Mula-mula
ringan lebih lanjut akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Sesak napas
bertambah berat mendadak menandakan adanya eksaserbasi.
2. Batuk Kronis
Batuk kronis biasanya berdahak kadang episodik dan memberat waktu
pagi hari. Dahak biasanya mukoid tetapi bertambah purulen bila
eksaserbasi.
3. Sesak napas (wheezing)
Riwayat wheezing tidak jarang ditemukan pada PPOK dan ini
menunjukan komponen reversibel penyakitnya.Bronkospasme bukan
satun-satunya penyebab wheezing. Wheezing pada PPOK terjadi saat
pengerahan tenaga (exertion) mungkin karena udara lewat saluran
napas yang sempit oleh radang atau sikatrik.
4. Batuk Darah
Bisa dijumpai terutama waktu eksaserbasi. Asal darah diduga dari
saluran napas yang radang dan khasnya blood streaked purulen
sputum.
5. Anoreksia dan berat badan menurun
Penurunan berat badan merupakan tanda progresif jelek (Alsaggaf dkk,
2004) .
15
F. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan :
1. Gambaran klinis
a. Anamnesis
gejala
diatas.
b. Faktor-faktor resiko
1) Pemeriksaan Fisik :
2) Pemeriksaan penunjang :
a) Pemeriksaan radiologi
Normal
Hyperinflation
d) Pemeriksaan EKG
e) Pemeriksaan Laboratorium darah (gambaran leukositosis)
PPOK harus dipertimbangkan pada penderita dengan keluhan
batuk dengan dahak atau sesak napas dan atau riwayat terpapar faktor
resiko. Diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan obyektif adanya
hambatan aliran udara (dengan spirometri) (Alsaggaf dkk, 2004).
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan penderita PPOK adalah untuk mengurangi
gejala, mencegah eksaserbasi, memperbaiki dan mencegah penurunan faal
paru, dan meningkatkan kualitas hidup. Adapun modalitas terapi yang
digunakan terdiri dari unsur edukasi, obat-obatan, oksigen, ventilasi
mekanik, nutrisi dan rehabilitasi.
1. Pencegahan: mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara.
2. Terapi eksaserbasi akut dengan:
a. antibiotik
b. terapi oksigen
c. chest fisioterapi
d. bronkodilator
3. Terapi jangka panjang dengan:
a. antibiotik
b. bronkodilator
c. latihan fisik untuk meningkatkan toleransi fisik
d. mukolitik dan ekspektoran
e. terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe II dengan PaO2 < 7,3 kPa (55 mmHg) (Alsaggaf dkk,
2004)
f. Rehabilitasi:
1) chest fisioterapi
a) Pernapasan Diafragma, tenik ini melibatkan pelatihan
pasien tersebut untuk menggunakan diafragmanya saat
17
Lip
Breathing
(pernapasan
bibir
yang
perlengkapan
adaptif
untuk
meningkatkan
18
sekresi
saluran
napas
bila
dibiarkan
akan
Peningkatan TIK
Segera setelah makan
Refleks batuk (-)
Penyakit jantung akut
Gangguan sistem pembekuan
19
20
21
22
23
Fraktur iga
24
C.
25
DAFTAR PUSTAKA
Aditama Tjandra Yoga. 2005. Patofisiologi Batuk. Bagian Pulmonologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RS Persahabatan. Jakarta.
Alsaggaf Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit
Paru FK Unair. Surabaya.
Garisson Susan J. 2001. Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Departement
of Physical Medicine and Rehabilitation. Texas
Sat Sharma. 2006. Obstructive Lung Disease. Division of Pulmonary Medicine,
Department of Internal Medicine, University of Manitoba.
www.emedicine.com
26
27