Anda di halaman 1dari 12

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PROSES BELAJAR MENGAJAR

STATIKA DAN ANALISIS STRUKTUR METODE MATRIK


PADA SEKOLAH KEJURUAN DAN PERGURUAN TINGGI TEKNIK
DENGAN TINJAUAN STRUKTUR ELEMEN FRAME
(PORTAL BIDANG)
Sudarmono

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang


Jln. Prof. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang 50275
Email : darmono_polines@yahoo.com

Abstract
This report presented the manufacture and tsting of the model aids the learning process matrix
method of structural analysis to review the structure of frame elements (portals). The process of
measuring stresses in the structures of degrees of freedom (DOF) which consists of a horizontal
translation, vertical and rotation (rotation angle), the measurement is done by calculating the
rotational movement of the vertical to the horizontal, so that the measurement of displacement is
happening quite done it horizontally and vertically with the help of a dial gauge. Pattern load acting
on the structure of this new experiment carried out with the assumption of horizontal loads such as
earthquake load behavior of a node placed on the first floor. The amount of load on a node is 1 to
30 kgf. From the experimental result show that the displacement difference between testing with the
theoretical results and software SAP90 still within reasonable limits. Therefore based on these
results can be used for tools and practice aids analysis of the structure matrix method. But to
complement these tools in order to obtain a high precision strain gauge required (strain gauge) and
longer data recorder.
Keywords : models, tools, fame structure (portal), DOF, translation, rotation, ASMM
PENDAHULUAN
Struktur adalah suatu kerangka utama sistem
bangunan yang akan menyangga beban dari
elemen yang lain baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengertian struktur pada
bangunan dapat dipersamakan dengan struktur
jabatan pada suatu institusi baik swasta maupun
negeri, misalnya struktur jabatan institusi pada
politeknik dapat dianalogikan dengan struktur
pada bangunan gedung, balok induk identik
dengan ketua jurusan, kolom dengan asisten
direktur, dan pondasi sebagai direktur sehingga
di pundak direkturlah semua tanggung jawab
institusi politeknik.

Mata kuliah analisis struktur metode matrik


merupakan salah satu mata kuliah yang sangat
memerlukan
alat
bantu
peraga
guna
mempermudah pemahaman materi. Karena
dasar utama teori analisis struktur metode
matrik adalah masalah perpindahan yang
ditunjukkan dengan DOF (degree of freedom).
DOF ini dapat berupa perpindahan translasi
maupun rotasi. Pada struktur truss perpindahan
yang terjadi hanya berupa translasi, sedangkan
rotasi tidak ada karena truss adalah tipe struktur
yang dalam merespon gaya hanya akan diterima
sebagai gaya aksial. Pada struktur portal (frame)
perpindahan yang terjadi dapat berupa translasi
maupun rotasi.

Dalam penyerapan suatu materi kuliah


terkadang mudah diterima tanpa dengan alat
bantu dan atau sangat diperlukan alat bantu.
17

Tujuan utama analisis struktur adalah untuk


menentukan gaya luar dan gaya dalam dari
sistem struktur yang akan dipergunakan untuk
memperkirakan dimensi penampang elemen
struktur tersebut. Gaya-gaya dalam yang
merupakan respons struktur terhadap gaya luar
dapat dibedakan menjadi gaya aksial, lentur ,
dan gaya puntir.
Gaya aksial akan bekerja pada elemen struktur
searah dengan sumbu batang berupa gaya tarik
atau tekan, sedangkan gaya lentur akan bekerja
memutar sumbu selain aksial, My dan atau Mz,
gaya puntir bekerja memutar sumbu aksial
batang (Mx). Selanjutnya dengan melihat
perilaku elemen dalam merespons gaya luar
yang bekerja padanya, maka dibedakan elemen
berikut, yaitu elemen aksial, elemen lentur, dan
elemen torsi. Elemen-elemen tersebut akan
membentuk sistem struktur rangka, portal
bidang, balok grid, dan portal ruang bergantung
jumlah elemen yang digunakan.
Dalam menganalisis struktur terdapat beberapa
pemodelan yang bertujuan untuk menyederhanakan masalah, antara lain pada elemen frame
suatu batang elemen dianggap sebagai suatu
garis yang tidak mempunyai dimensi tebal dan
lebar. Hal ini menyebabkan analisis tidak sesuai
dengan kondisi sebenarnya dari struktur
tersebut. Namun, analisis lebih lanjut dari model
struktur yang meninjau tebal dan lebar elemen
akan lebih tepat disebut elemen kontinum baik
menggunakan elemen shell maupun solid.
Elemen aksial adalah suatu elemen struktur
yang di dalam merespons gaya luar akan
diterima sebagai gaya tarik atau tekan yang
bekerja searah dengan sumbu elemen. Secara
singkat model elemen aksial digambarkan
sebagai berikut.
atau

sumbu elemen

Gambar 1 Model Elemen Aksial

18

Elemen lentur adalah elemen apabila ditinjau dari


sifatnya dalam merespons gaya berupa momen
lentur dan atau gaya lintang atau dengan kata lain
repons perpindahan yang terjadi berupa displacemen
dan putaran sudut ujung batang. Model elemen
tersebut ditunjukkan konfigurasi gambar berikut.

x
My

Dz

My
Dz

Gambar 2 Model Elemen Lentur


Contoh model dari sistem struktur yang
menggunakan model elemen ini adalah balok di atas
dua tumpuan (simple beam), sistem portal dua
dimensi, portal tiga dimensi dan balok grid.
Elemen torsi adalah elemen dimana dalam
merespons gaya selalu memutar sumbu elemen
(batang) sehingga perpindahan yang terjadi berupa
putaran sudut. Gaya torsi ini pada struktur banyak
dijumpai pada sistem portal balok tepi, balok tengah
dengan bentang yang saling berseberangan tidak
sama panjang dan as pemutar pada mesin.
Dalam kenyataannya akan dijumpai sistem struktur
(portal) yang merupakan gabungan dari beberapa
elemen, yaitu portal 3D, 2D, dan balok grid.
a. Portal 3D merupakan portal yang menggunakan
elemen paling komplit dalam memodelkannya.
Struktur portal ini terdiri dari elemen aksial,
lentur My dan Mz serta momen torsi Mx.
b. Portal 2Dl ini merupakan penyederhanaan dalam
mengalisis struktur portal 3D apabila dipenuhi
kondisi, yaitu susunan portal bersifat simetris
sehingga model 2D dapat mewakili portal yang
lain. Portal 2D ini terdiri dari elemen aksial dan
elemen lentur My atau Mz.
c. Balok Grid merupakan perpindahan yang terjadi
pada sistem ini berupa displacement dan lentur.
Struktur ini merupakan portal bidang pada bidang
dua sumbu koordinat mendatar.
Berdasarkan jenis elemen yang digunakan sering
dibedakan sistem struktur antara lain sistem struktur
rangka batang bidang (plane truss), rangka batang
ruang (space truss), portal bidang, portal ruang, dan
balok grid serta struktur pelat dan cangkang (

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 1 April 2007: 17-28

biasanya dianggap non struktural ). Dalam analisis


sistem struktur dapat juga dilakukan analisis antara
elemen frame dengan elemen kontinum secara
bersamaan artinya, antara elemen frame dengan
elemen kontinum disuperposisikan, dengan
Tabel 1. Sistem Struktur
Sistem
Portal Ruang

menjumlahkan gaya dan perpindahan yang sesuai.


Analisis ini biasanya menggunakan cara diskret
(cara ini sering dipakai pada analisis struktur metode
elemen hingga). Penggunaan elemen pada sistem
struktur tersebut dapat disajikan dalan Tabel 1.

Model Elemen
d3,f3

Kek. Elemen
d2,f2

d9,f9

d8,f8

d1,f1
d7,f7

d4,f4
d6,f6

d5,f5

d11,f11

Portal bidang

d10,f10

d12,f12

d5,f5

d2,f2
d1,f1

d4,f4

[k]6x6{d}6x1={f}6x1

d6,f6

d3,f3

Grid

d3,f3

d6,f6
d4,f4

d1,f1

Rangka ruang

d2,f2

[k]12x12{d}12x1={f}12x1

[k]6x6{d}6x1={f}6x1

d5,f5
d2,f2

[k]2x2{d}2x1={f}2x1
bila diurai jadi orde 6

d1,f1

Rangka bidang
d1,f1

Banyak metode yang dapat digunakan didalam


mengalisis struktur dari yang paling sederhana
sampai yang rumit dan detail. Namun, secara garis
besar dapat dibedakan dengan dua cara, yaitu cara
pendekatan dan cara eksak. Yang termasuk dalam
kelompok cara pendekatan adalah cara cross,
Takabeya, Claperron, kani, dan lain-lain.
Cara-cara tersebut dalam mendapatkan gaya elemen
dilakukan dengan cara iterasi berupa momen ujung
batang, selanjutnya dari momen ujung batang
tersebut diperoleh gaya-gaya yang lain berupa gaya
aksial dan lintang. Cara ini biasanya hanya terbatas
untuk menganalisis struktur dua dimensi, artinya di
dalam analisis akan dilakukan penyederhanaan,
misalnya struktur dianggap terwakili oleh portal dua
dimensi.

d2,f2

[k]2x2{d}2x1={f}2x1
bila diurai jadi orde 4

Pada cara eksak antara lain metode matrik, metode


elemen hingga, dan metode beda hingga disebut cara
eksak dikarenakan di dalam mendapatkan gaya-gaya
dalam pada elemen akan diperoleh secara langsung
dari sistem persamaan yang melibatkan propertis
penampang elemen. Cara ini sekarang berkembang
pesat setelah ditemukan komputer sehingga derajat
kebebasan struktur tidak menjadi kendala dalam
mencari invers matrik kekakuan struktur. Bahkan,
dalam metode diskret elemen hingga suatu struktur
dapat dibuat DOF dari yang terkecil sampai terbesar
dengan menambah joint-joint tambahan. Joint-joint
tambahan tersebut bersifat nonmandatory, artinya
hanya diperlukan bila ingin mendapatkan free body
yang lebih rinci pada tiap jarak tertentu, misalnya
tiap 50 cm atau tiap 1 meter. Jika kita mempunyai
panjang elemen 5 meter, maka dengan 5 joint

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PROSES BELAJAR MENGAJAR..(Sudarmono )

19

tambahan akan diperoleh detail free body tiap 1


meter dan seterusnya.
Analisis struktur metode matrik merupakan cara
langsung mendapatkan gaya-gaya dalam elemen
struktur. Hal terpenting dalam metode ini adalah
menentukan kekakuan elemen lokal, kekakuan
elemen struktur (global), dan menjumlahkannya
menjadi kekakuan struktur serta mencari
perpindahan nodal struktur akibat bekerjanya gaya.
Banyak metode yang digunakan untuk mendapatkan
kekakuan elemen, antara lain metode slope
deflection, dan metode energi.
Berdasarkan uraian di atas ternyata cukup sulit bagi
mahasiswa untuk dapat menyerap secara cepat
materi kuliah analisis struktur metode matrik. Oleh
karena itu, pada penelitian ini telah dibuat model
alat bantu guna mempermudah penyerapan dalam
proses belajar mengajar. Prinsip model alat ini
adalah dengan cara mengukur perpindahan (DOF)
baik secara mendatar, vertikal, maupun rotasi. Alat
akan dibuat untuk model elemen frame portal
berupa portal 2 dimensi sampai 2 tingkat. Iahap
berikutnya akan diteruskan dengan model portal 3
dimensi yang dilengkapai dengan pengukuran
dengan strain gage dan perekam digital.
Hingga saat ini belum ada peralatan model peraga
yang dapat menunjukkan besarnya perpindahan
(dof) pada analisis struktur metode matrik. Dengan
dibuatnya alat ini, maka kita dapat membandingkan
pola perilaku deformasi struktur dari teori dan
eksperimen secara langsung. Oleh karena itu, perlu
dilakukan rancang bangun model alat pengukur
deformasi untuk mendapatkan nilai perpindahan
sesuai arah DOF yang diasumsikan. Dengan adanya
alat ini proses belajar mengajar dapat memberikan
gambaran secara jelas kepada mahasiswa mengenai
perilaku DOF (Derajat Kebebasan Struktur) pada
analisis struktur metode matrik. Rancang Bangun
model alat untuk mengukur deformasi pada analisis
struktur metode matrik didasarkan asumsi berikut,
yaitu:
a. teori elastisistas masih berlaku;
b. selama pembebanan material masih berperilaku
elastis;
c. penampang rata tetap rata sebelum dan sesudah
penegangan (azas Bernoulli dan Navier);
d. adapun bentuk model yang akan digunakan
dalam pembuatan model ini adalah :
20

1. bahan pelat strip tebal 5 mm lebar 24 mm dari


baja mutu standar;
2. pengukuran dilakukan secara manual untuk
menentukan perpindahan mendatar dan
vertikal yang ditunjukkan dengan kertas
milimeter, sedangkan untuk kontrol rotasi
dihitung berdasarkan perpindahan vertikal dan
perpindahan horizontal dengan alat ukur dial;
3. nilai perpindahan yang didapat digunakan
untuk membandingkan hasil perhitungan
secara teoritis (metode matrik);
4. gambar secara singkat model adalah sebagai
berikut.

H
39,5 cm

39,5 cm

Gambar 3a. Model Struktur Portal Satu Tingkat


2x39,5 cm

H1
39,5 cm

H2
34,5 cm

Gambar 3b. Model Portal 2 Dimensi 2 Lantai

Secara ringkas tujuan penelitian ini adalah


membuat alat bantu kuliah bagi mahasiswa
dalam pembelajaran mata kuliah Analisis
Struktur Metode Matrik dengan membuat model
alat peraga dan menunjukkan gambaran perilaku
perpindahan joint pada struktur dengan elemen
frame khususnya portal 2Dimensi. Dengan
adanyamodel alat tersebut dapat meningkatkan
kompetensi kelulusan mahasiswa Politeknik
Negeri Semarang dalam bidang analisis struktur
dalam
perencanaan
bangunan,
melatih
kemandirian staf pengajar untuk menciptakan
sendiri peralatan penunjang yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar, dan dapat

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 1 April 2007: 17-28

meningkatkan kompetensi diri pengajar dalam


proses tranfer ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni kepada mahasiswa.
Analaisis struktur metode matrik secara umum
dibedakan dalam dua metode, yaitu metode
gaya (fleksibilitas) dan metode perpindahan
(kekakuan). Metode gaya dalam penyusunan
persamaan matrik strukturnya didasarkan
perpindahan satu satuan yang selaras. kemudian
nilai perpindahan yang selaras tersebut
digunakan untuk mendapatkan matrik gaya
nodal, sedangkan metode perpindahan didalam
persamaan matrik struktur didasarkan pada gaya
nodal ekivalen yang besarnya bergantung pada
beban yang bekerja. Dengan beban nodal yang
diketahui atau dari beban bentang yang
dikonversi ke beban nodal tersebut selanjutnya
digunakan untuk mendapatkan perpindahan titik
nodal dan pada akhirnya untuk mencari gaya
elemen baik dalam sumbu global maupun dalam
sumbu lokal.
Persamaan umum metode gaya adalah
[f]{P} = {X}, di mana [f]= matrik
fleksibilitas (invers dari matrik kekakuan), {P}=
matrik gaya, dan{X}= matrik perpindahan,
sesuai dengan dof struktur yang biasanya
diasumsikan satu satuan.
Metode kedua adalah metode perpindahan
(kekakuan). Metode ini merupakan metode yang
paling
disukai
banyak
orang
karena
kemudahannya untuk ditetapkan dalam program
komputer, yaitu [K]{D} = {P}, dimana [K] =
matrik kekakuan struktur,{D}= matrik perpindahan titik nodal, dan {P} = matrik gaya
nodal. Penurunan matrik kekakuan elemen
dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
metode energi, metode deformasi. Selajutnya
penurunan matrik kekakuan elemen yang
digunakan dalam struktur terutama elemen
frame (terdiri dari elemen aksial, elemen lentur,
dan elemen torsi). Matrik kekakuan elemen
frame dalam penurunan persamaan dibedakan
dalam tiga elemen dasar, yaitu elemen aksial,
lentur, dan torsi. Penurunan akan menggunakan

metode deformasi yang didasarkan pada hukum


Hooke untuk elemen aksial serta teori slope
deflection untuk elemen lentur serta teori geser
torsi. Penurunan persamaan elemen kekakuan
dengan metode energi perlu pemahaman
diferensial dan intergral matrik, terutama untuk
mencari integrasi fungi bentuk yang dihasilkan
dari teori elemen hingga.
Suatu konstruksi bangunan yang menerima
pembebanan baik beban bentang maupun beban
pada titik nodal, maka konstruksi tesebut akan
mengalami deformasi. Besarnya deformasi ini
sangat dipengaruhi oleh propertis elemen
struktur tersebut. Propertis penampang ini
menjadi bagian pembentuk kekakuan elemen
yang sesuai. Untuk menurunkan matrik
kekakuan elemen aksial, kita tinjau gambar
model struktur yang menerima gaya aksial
berikut :
A

A,E

NA

NB
x1

Gambar 4 Model Deformasi Elemen Axial


Untuk mendapatkan hubungan gaya, kekakuan,
dan perpindahan ditinjau masing-masing gaya
yang menyebabkan deformasi yang didasarkan
pada hukum Hooke F = k. x
, di mana
F
= gaya,
k=
konstanta
sesuai
elemen (kekakuan elemen), dan x = perpindahan
yang sesuai. Kukum Hooke hanya akan berlaku
apabila material bersifat elastis linier.
Pengertian material elastis linier, elastis
nonlinier, dan plastis dapat dijelaskan dari
grafik hubungan tegangan regangan berikut.

Elastis Linier

Plastis

Elastis non Linier

Gambar 5 Grafik Tegangan Regangan

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PROSES BELAJAR MENGAJAR..(Sudarmono )

21

Selanjutnya
untuk
mendapatkan
matrik
kekakuan
elemen
diturunkan
dengan
memisahkan akibat gaya NA dan reaksinya
yang sepadan di titik B serta gaya NB dan
reaksinya di titik A sebagai berikut :
a. Akibat
gaya
NA,
perpendekan sebesar x1
A

mengakibatkan

A,E

NB

NA
x1

AE
NA
L

NB AE
L
atau secara umum

NA K11
=

NB K 21

k=

AE
x 1 .....
L
AE
NB =
x 1 ...
L

NA =

b. Akibat
gaya
perpanjangan x2
A

NB,

A,E

(1)
(2)

mengakibatkan
B

NA

NB
l

x2

Gambar 7 Matrik Elemen Aksial Gaya NB


AE
x 2 ..
L
AE
x 2
NB =
L
NA =

22

(8)

Persamaan (7) disebut sebagai persamaan


matrik kekakuan elemen aksial.
Jika batangnya lebih dari satu yang dirangkai
dalam
satu
konstruksi,
maka
cara
penyelesaiannya juga sama dengan berpegang
prinsip setiap gaya aksi akan menimbulkan
reaksi yang berlawanan arah dengan aksi
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kekakuan
elemen menjadi bagian kekakuan dari struktur
gabungan atau dengan kata lain bila struktur itu
terdiri dari beberapa elemen, maka kekakuan
struktur merupakan penjumlahan dari kekakuan
elemen yang didasarkan acuan sumbu yang
sama (sumbu struktur). Penjumlahan terjadi
pada elemen-elemen yang saling koneksi dalam
suatu nodal.
L3

(4)

AE
AE
x1
x2
L
L
(5)
AE
AE
x2
NB =
x1 +
L
L

Atau dalam bentuk matrik :

AE 1 1


L 1 1

(3)

Dengan mensuperposisikan kempat kondisi


tersebut didapat persamaan :
NA =

K12 x1
. (7)
K 22 x 2

di mana {N}= Matrik gaya nodal ujung, [K]=


matrik kekakuan (selalu simetris), kecuali
dimensi penampang berubah, dan {x}= matrik
perpindahan
atau

Gambar 6 Matrik Elemen Aksial Gaya NA


Dari keseimbangan gaya diperoleh hubungan
gaya sebagai berikut :

AE
L x 1 .. (6)
AE x 2

A3

F1

A1

1
x1

L1

F2

F3

A2

L2

Gambar 8 Matrik Gabungan Elemen


Dengan cara yang sama seperti pada persamaan
(5 dan 6), yaitu dengan mengekang tumpuan
lain bila tumpuan 1 diberi F1 kemudian F2

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 1 April 2007: 17-28

tumpuan 1 dan 3 dikekang dan terakhir diberi


gaya F3 dengan mengekang tumpuan 1 dan 2
diperoleh persamaan :
F1 =

A E
A E
A E
A1E1
x1 1 1 x 2 + 3 3 x1 1 1 x 3
L1
L3
L1
L1

F2 =
F3 =

A E
A E
A E
A1E1
x1 + 1 1 x 2 + 2 2 x 2 2 2 x 3
L2
L2
L1
L1

Sedangkan untuk elemen lentur dapat


dinyatakan dengan meninjau suatu elemen balok
AB yang menerima beban luar adalah
a. beban tengah bentang q(x)
b. beban ujung MA, VA, NA, dan MB , VB , NB
y

(9)

A E
A E
A E
A3E3
x1 2 2 x 2 + 2 2 x 3 + 3 3 x 3
L3
L2
L2
L3

Jika
k1 =

A E
A1E 1
, k2 = 2 2
L2
L1

dan k 2 =

q(x)

yA M

E,A,I,L

A 3E 3
L3

atau dalam bentuk matrik menjadi :


F1 k 1 + k 3

F2 = k 1
F k
3
3

k2
k1 + k 2
k2

k 3 x1

k 2 x 2 (10)
k 2 + k 3 x 3

Matrik kekakuan pada persamaan 10 di atas


masih merupakan matrik kekakuan elemen
dalam sumbu lokal, untuk menyusun matrik
struktur diperlukan matrik kekakuan elemen
dalam sumbu global yaitu dengan bantuan
matrik transformasi yang meng-hasilkan matrik
kekakuan elemen dalam sumbu global untuk
elemen aksial sebegai berikut.
c2

[K ] = EA cs2
L c

cs

cs
s2
cs
s2

c
cs
c2
cs

cs

s2
.. (11)
cs

s 2

Selanjutnya dengan menyelesaikan persamaan


(2) kita dapat menghitung gaya batang baik
berdasarkan sumbu local maupun sumbu global.

E,A,I,L
x

yB

B
Gambar 9 Model Elemen Lentur

maka persamaan (9) menjadi :


F1 = (k1+k3)x1 k2x2 k3x3
F2 = -k1x1 + (k1+k2)x2 k2 x3
F3 = -k3 x1 k2x2 + (k2+k3) x3

maka persamaan deferensial penentu dari


elemen adalah :
EI

d4y
= q ( x ) .. (12)
dx 4

Apabila yang bekerja hanya beban-beban ujung,


maka persamaan menjadi :
EI

d4y
=0
dx 4

maka selanjutnya dengan melakukan integrasi


empat kali akan diperoleh persamaan gaya
lintang, momen, sudat putar, dan lendutan
dengan urutan integrasi berikut.

EI

d4y
= 0 (beban merata)
dx 4

(12)

EI

d3y
= C1 (gaya lintang) .
dx 3

(13)

EI

d2y
= C1 x + C 2 (momen lentur)
dx 2

(14)

EI

dy
x2
= C1
+ C 2 x + C 3 (rotasi) ..
dx
2

(15)

EI = C1

x3
x2
+ C2
+ C 3 x + C 4 (lendutan) (16)
6
2

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PROSES BELAJAR MENGAJAR..(Sudarmono )

23

C1, C2, C3, dan C4 adalah nilai konstanta yang


dicari berdasarkan kondisi batas alam elemen
(boundary condition), yaitu berupa perpindahan
(displacement) dan rotasi ujung batang pada x =
0 dan x = L berikut.
Pada x= 0 Nilai batas alamnya adalah yA dan A.
Dengan memasukkan ke persamaan (16)
didapat :
y = C4 = yA

(17)

dy
= C 3 = putaran sudut = A (18)
EI dx
x =0

Pada x= L Nilai batas alamnya adalah yB dan B


y=

1
1
C1 L3 + C 2 L2 + C 3 L + C 4 = y B . (19)
6
2

1
dy
= C1 L2 + C 2 L + C 3 = B (20)
EI dx
x =L 2

Jadi, dengan

1 1
2

2
y B B * L = C2 L + A * L + yA
3
6
3

2
1
6

C 2 = 2 ( y A + y B ) A * L B * L
3
3
L

6
4
6
2
C2 = 2 y A 2 A + 2 y B B
L
L
L
L

Mengingat hubungan gaya dengan deformasi


persamaan (14 dan 15) serta free body elemen,
yaitu nilai MA menurut free body dari kiri
adalah negatif serta MB posistif, sedangkan gaya
lintang ditinjau dari kiri VA positif dan VB
negatif sehingga didapat persamaan berikut.
MA d2y
VA d 3 y
= 2 dan
=
EI dx
EI dx 3

Pada x = 0

Selanjutnya dengan mesubstitusikan nilai C4


dan C3 kedalam persamaan (9c dan 9d) didapat
persamaan dengan variabel C1 dan C2 yang
merupakan dua persamaan dengan dua varibel,
sehingga nilai C1 dan C2 dapat diperoleh dengan
eliminisi kedua variabel secara bergantian
berikut.

1
1
C1 L3 + C 2 L2 + A L + y A
2
6
1
1
x L
B = C1 L2 + C 2 L + A
2
2
____________________________________

1
1
C1 L3 + C 2 L2 + A L + y A
6
2
1
1
2
x L
B = C1 L + C 2 L + A
3
2
____________________________________
yB =

C4 = yA dan C3 = A

a. Eliminasi C2 didapat C1

Dengan cara yang sama, mengalikan dengan


L/3 :

VA d 3 y
= C1
=

EI dx 3 x =0
6
6
12
12

VA = C1 EI = EI 3 y A + 2 A 3 y B + 2 B
L
L
L
L

MA d2y
= C2

EI dx 2 x =0
6
2
4
6
yB + B
M A = C 2 EI = EI 2 y A + A
2
L
L
L
L

Pada

x=L

yB =

d3y
V
B = 3
= C1 atau syarat VA + VB = 0, karena q = 0
EI dx x = L
6
6
12

12
VB = EI 3 y A 2 A + 3 y B 2 B
L
L
L

1
1
1

3
y B B * L = C1 L + A * L + y A
2
12
2

12
1

C1 = 3 (y A y B ) + ( A + B )L
2
L

12
6
12
6
C1 = 3 y A + 2 A 3 y B + 2 B
L
L
L
L

MB d2y
=
= C1 L + C 2

EI dx 2 x = L
4
2
6
6
M B = EI 2 y A + A 2 y B + B
L
L
L

Apabila keempat persamaan tersebut disusun


dalam bentuk matrik menghasilkan

b. Eliminasi C1 didapat C2
24

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 1 April 2007: 17-28

12 EI Z

L3
V A 6 EI
Z
M
A L2
V = 12 EI
Z
B
M B
L3

6 EI Z
L 2

6 EI Z

L2
4 EI Z
L
6 EI Z

L2
2 EI Z
L

12 EI Z

L3
6 EI Z

L3
6 EI Z

L2
12 EI Z

L2

6 EI Z

L2
y
2 EI Z A

L A
6 EI Z y B

L2 B

4 EI Z
L

bila k adalah
12 EI Z

L3
6 EI
Z

L
k=
12 EI Z

L3

6
EI
Z

L2

6 EI Z

L
4 EI Z
L
6 EI Z

L2
2 EI Z
L

6 EI Z

L2
2 EI Z
L
6 EI Z

L2
4 EI Z
L

12 EI Z
3

L
6 EI Z

L2
12 EI Z

L3
6 EI Z
L2

(21)

dan k disebut sebagai matrik kekakuan elemen


lentur. Gabungan (superposisi) antara elemen
axial dan elemen lentur menghasilkan matrik
kekakuan elemen portal dua dimensi dalam
sumbu lokal, dengan persamaan sebagai berikut.
x
d5, fi5
d4 ,
f4
d6, fi6
y
d2 ,
i
d3 ,
d1, fi1
Gambar 10 Elemen Portal Dua Dimensi dalam
Sumbu Lokal
EA

f 1 L
i 0
f 2
i
f 3 0
i
4 = EA
f i
5 L
f i
6 0
f i
0

d1
d
2
d
3
d
4
d
5
d 6

12EI Z

6EI Z

L3
6EI Z

L2
4EI Z
L

L2
0

12EI Z
L3
6EI Z
L2

6EI Z

L2
2EI Z
L

EA
L

0
12EI Z

EA
L
0
0

L3
6EI Z
L2
0

12EI Z

L3
6EI Z
L2

6EI Z

L2
2EI Z
L
0

6EI
2Z
L
4EI Z
L
0

.............................................. (22)

Persamaan (21) tersebut merupakan persamaan


matrik elemen struktur dalam sumbu lokal
dimana tanda superscrip 1 s.d. 6 menyatakan
nomor unsur perpindahan dan rotasi dan i
menyatakan kode nomor elemen. Selanjutnya
dengan menyusun matrik kekakuan elemen dari
persamaan (22) dan menyelesaikan persamaan
matrik struktur (2) didapat hasil teoritis untuk
dikomparasi dengan percobaan.
METODE PENELITIAN
Pengembangan teori analisis struktur metode
matrik dan mekanika bahan (mechanics of
materials) akan menjadi acuan utama untuk
pembuatan model alat pengukur deformasi pada
joint dalam penelitian ini, yaitu masalah
pengukuran perpindahan secara manual. Di
samping itu, teori deformasi dan slop deplection
juga menjadi dasar dalam penentuan matrik
kekakuan elemen aksial dan elemen lentur
untuk penelitian selanjutnya [1,2,3,4,7].
Penentuan dimensi model dimulai dari studi
pustaka dan teori-teori pendukung agar tidak
terjadi perbedaan yang mencolok antara
perilaku model yang dihasilkan dengan kondisi
sebenarnya, oleh karena itu diperlukan konversi
dan verifikasi dari hasil pengujian model.
Setelah studi pustaka dan pendimensian model
perlu adanya pengujian bahan untuk mengetahui
properties elemen terutama modulus Elastisitas.
Untuk menganalisis alat pengukur deformasi
joint pada sistem rangka batang sesuai dengan
dof, dibawah ini merupakan ringkasan langkahlangkah penelitian :
a. penentuan sifat material dan dimensi
struktur;
b. menentukan bentuk dan susunan frame
model;
c. menganalisis perpindahan yang terjadi pada
masing-masing dof kemudian diverifikasi
dengan hasil pengukuran secara elektrik dari
rangkaian strain gage yang terpasang pada
model;
d. menentukan sistem sambungan frame
apakah dengan las atau dengan sistem sok

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PROSES BELAJAR MENGAJAR..(Sudarmono )

25

sperti pada sambungan pipa guna mencari


kondisi sambungan yang paling elastis;
e. membuat frame model dan skala pengukur
perpindahan dof serta memasang strain gage
yang dirangkai dengan alat perekam;
f. melakukan pengujian model secara manual;
g. menganalisis hasil pengujian dan membuat
laporan.
HASIL
Berdasarkan hasil eksperimen dilaboratorium
untuk portal satu lantai dengan ukuran seperti
pada gambar 4a diatas dihasilkan perpindahan
yang ditunjukkan dalam tabel 2 dibawah ini.
Agar
diperoleh
gambar
grafik
yang
menunjukkan pola perilaku truktur yang masih
bersifat elastis dilakukan pembebanan secara
bertahap.

d2,F2

d5,F5
d3,F3

d6,F6

d1,F1

39,5 cm

39,5 cm

Gambar 11 Konfigurasi Pengujian Model


Beban yang bekerja berupa beban terpusat yang
diletakkan pada joint 4, sedangkan dial
pengukur perpindahan vertikal dan horizontal
diletakan pada joint 3 dan 4. Gambar 9 diatas
menyatakan hubungan perpindahan sesuai dof
yang dipasangkan dengan gaya yang sesuai.

Tabel 2 Perpindahan DOF pada Joint 3


Beban (kg)
1
2
3
4
5
10
15
20
25
30

X (mm)
Eksperimen
Teori
0,6995
0,97821
1,3990
1,95643
2,0985
2,93464
2,7979
3,91285
3,4974
4,89106
6,9948
9,78213
10,4923
14,67319
13,9897
19,56426
17,4871
24,45532
20,9845
29,34638

Perpindahan
Z (mm)
Eksperimen
Teori
-0,0001
-0,0000000038
-0,0001
-0,0000000075
-0,0002
-0,0000000113
-0,0003
-0,0000000151
-0,0003
-0,0000000188
-0,0007
-0,0000000377
-0,0010
-0,0000000565
-0,0013
-0,0000000753
-0,0017
-0,0000000942
-0,0020
-0,0000001130

Rotasi (rad)
Eksperimen
Teori
0,001063
0,00248
0,002125
0,00495
0,003188
0,00743
0,00425
0,00991
0,005313
0,01238
0,010626
0,02477
0,015938
0,03715
0,021251
0,04953
0,026564
0,06191
0,031877
0,07430

Tabel 3 Perpindahan DOF pada Joint 4


Beban (kg)
1
2
3
4
5
10
15
20
25
30

26

X (mm)
Eksp
0,6996
1,3991
2,0987
2,7983
3,4978
6,9956
10,4934
13,9913
17,4891
20,9869

Teori
0,97829
1,95658
2,93487
3,91316
4,89146
9,78291
14,67437
19,56582
24,45728
29,34874

d4,F4

Perpindahan
Z (mm)
Eksp
Teori
-0,000067
-0,0000000038
-0,000134
-0,0000000075
-0,000201
-0,0000000113
-0,000269
-0,0000000151
-0,000336
-0,0000000188
-0,000672
-0,0000000377
-0,001007
-0,0000000565
-0,001343
-0,0000000753
-0,001679
-0,0000000942
-0,002015
-0,0000001130

Rotasi (rad)
Eksp
Teori
0,001063
0,0024765
0,002126
0,0049531
0,003188
0,0074296
0,004251
0,0099061
0,005314
0,0123826
0,010628
0,0247653
0,015941
0,0371479
0,021255
0,0495306
0,026569
0,0619132
0,031883
0,0742958

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 1 April 2007: 17-28

Berikut grafik yang menggambarkan pola


perpindahan hasil eksperimen portal satu
tingkat dikomparasi dengan hasil analisis
struktur metode matrik (teoritis).

Grafik Perpindahan X Joint 3


)
m
40
m
(
n30
a
h
a20
d
in10
rp 0
e
P

Eksp erimen
Teoritis

Ekspe rimen
Teoritis

4
5 10 15 20 25
Gaya Hori zontal (Kgf)

30

Gambar 12 Hubungan Gaya dengan


Perpindahan Translasi X joint 3
Grafik Perpindahan Z Joint 3
)
m
m
(
n
a
h
a
d
n
ip
r
e
P

Grafik Perpindahan x Joint 4


)
m 40
m
(
n 30
a
h 20
a 10
d
n
i 0
p
r
e
P

0.00000
-0.00050

5 10 15 20 25 30

10 15 20 25 30

Gaya Horizontal (Kgf)

Gambar 15 Hubungan Gaya dengan Perpindahan


Translasi X Joint 4

Grafik Perpindahan z Joint 4


)
m
m
(
n
a
h
a
d
n
i
rp
e
P

0. 00000
-0. 00050

5 10 15 20 25 30

-0. 00150
-0. 00200
-0. 00250
Eksperimen

-0.00100
-0.00150

-0. 00100

Gaya Horizontal (Kgf)

Teoritis

-0.00200
-0.00250
Eksperimen

Gaya Horizontal (Kgf)

Gambar 16 Hubungan Gaya dengan


Perpindahan Translasi Z Joint 4

T eoritis

Gambar 13 Hubungan Gaya dengan


Perpindahan Translasi Z joint 3

Grafik Perpindahan Rotasi Y


Joint 3
)
d
a
r(
i
s
ta
o
R

0.0800
0.0600

Grafik Perpindahan Rotasi y


Joint 4
)
d
a
R
(i
s
a
t
o
R

0.08000
0.06000
0.04000
0.02000
0.00000
1
Eksper ime n
Teoritis

0.0400
0.0200

5 10 15 20 25 30

Gaya Horizontal (Kgf)

0.0000
1
Ekspe rimen

5 10 15 20 25 30

Gaya Horiz ontal (Kgf)

Gambar 17 Hubungan Gaya dengan


Perpindahan Rotasi Y joint 4

Teoritis

Gambar 14 Hubungan Gaya dengan


Perpindahan Rotasi Y joint 3

Berikut grafik hubungan perpindahan dengan


beban bekerja pada joint 6 dan 9 untuk portal 2
lantai :

Kondisi yang sama atau hampir sama dengan


keadaan pada titik 3 juga terjadi da titik 4, baik
secara teoritis maupun eksperimental.

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PROSES BELAJAR MENGAJAR..(Sudarmono )

27

untuk kondisi pembebanan yang dalam batas-batas


elastis. namun untuk batas-batas beban yang sudah
mendekati leleh menunjukkan perbedaan yang
cukup signifikan. Berdasarkan hasil tersebut alat
dapat digunakan untuk peraga/ praktik mata kuliah
analisis struktur metode matrik, namun perlu
dikembangkan lagi sistem pengukuran yang lebih
akurat.

Grafik Perpindahan X Joint 4


)
m
0.210
m
(
n0.160
a
h0.110
a
d0.060
n
i
p
r0.010
e
P
-0.040

4 5 10 15 20 25 30
Gaya Horizontal (Kgf)

Eksperime n
Teoritis

Gambar 18 Hubungan Gaya dengan


Perpindahan Translasi X Joint 4

Grafik Perpindahan Z Joint 4


)
m
m
(
n
a
h
a
d
n
i
p
r
e
P

0.00000
-0.00100

5 10 15 20 25 30

-0.00200
-0.00300
-0.00400
-0.00500
Eksperimen
Teoritis

Gaya Horizontal (Kgf)

Gambar 19 Hubungan Gaya dengan


Perpindahan Translasi Z Joint 4

)
d
a
r(
i
s
a
t
o
R

Grafik Perpindahan Rotasi Y


Joint 4
0.0060
0.0040
0.0020
0.0000
1
Eksperim en
Teo ritis

10 15 20 25 30

Gaya Hor izontal (Kgf)

Gambar 20 Hubungan Gaya dengan


Perpindahan Rotasi Y joint 4
PEMBAHASAN
Dari gambar grafik diatas menunjukkan bahwa
pada beban yang relatif kecil hasil antara
eksperimen dibanding dengan hasil teoritis hampir
sama, hal ini dikarenakan sifat material.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian diperlukan ketekunan, keseriusan untuk
mencapai suatu hasil yang diharapkan maksimal,
di samping dana yang tidak sedikit kadang-kadang
juga menjadi kendala dalam keberhasilan dan
kelanjutan penelitian tersebut. Selanjutnya
diterapkan dalam masyarakat industri. Dalam
penelitian ini atas nama tim peneliti mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai
pihak
yang
telah
mendukung
pelaksanaan penelitian ini kepada pihak Politeknik
Negeri
Semarang yang telah mendanai
pelaksanaan penelitian ini, UP2M Polines yang
telah membantu terselenggaranya penelitian, para
anggota tim penliti terutama para mahasiswa yang
telah bekerja keras untuk membantu proses
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ajit, K.M and Singh, 1991. Deformation of
Elastic Solid. New Jersey: Prentice Hall,
Englewood Cliffs.
2. Armenakas, A.E, 1991. Modern Structural
Analysis The Matrix Method Approach. New
York: Mc Graw-Hill, Inc.
3. Cook, R.D, 1985. Advanced Mechanics of
Materials. New York: Macmillan Publishing
Company.
4. Cook, R.D., 1990. Konsep dan Aplikasi
Metode Elemen Hingga. Edisi Pertama.
Bandung: PT Eresco.
5. Dally, J.M and Riley, W.F, 1991, 3rd edition.
Experimental Stress Analysis. New York: Mc
Graw-Hill International.
6. Reddy, J.N., 1993. An Introduction to the
Finite Element Method. Second Edition: New
York: McGraw-Hill International.
7. Wilson E.L and Habibullah A, 2002. SAP2000
A Series Of Computer Program for the Static
and Dynamic Finite Element Analysis of
Structures. California: CSI, Inc, Berkeley.

SIMPULAN
Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa
perbedaan yang terjadi antara eksperimen dengan
teoritis menunjukkan kesalahan yang relatif kecil
28

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 1 April 2007: 17-28

Anda mungkin juga menyukai