Laporan Terbaik Termokimia1
Laporan Terbaik Termokimia1
PERCOBAAN I
TERMOKIMIA
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kalor reaksi atau kalor pelarutan dengan kalorimeter.
Kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut
termokimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena tabung reaksi
dan isinya membentuk sistem. Jadi kita dapat mengukur (secara langsung dengan cara
mengukur kerja atau kenaikan temperatur) energi yang dihasilkan oleh reaksi sebagai
kalor dan dikenal sebagai Joule. Berganti dengan kondisinya, apakah dengan
perubahan energi dalam atau perubahan entalpi. Sebaliknya jika tahu C atau H
suatu reaksi kita dapat meramalkan jumlah energi yang dihasilkannya sebagai kalor.
(Atkins, 1994)
Kimia termo mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan
perubahan-perubahan fisika (pelarutan, peleburan dan sebagainya). Satuan tenaga
panas biasanya dinyatakan dengan kalori, joule atau kilo kalori.
1 Joule
= 10-7 erg = 0,24 kal
1 kal
= 4,184 joule
Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada reaksi kimia, dipakai
kalorimeter. Besarnya panas reaksi kimia dapat dinyatakan pada :
Tekanan tetap
Volume tetap
(Sukardjo, 1989)
Sebagian besar reaksi kimia yang terjadi,disertai dengan penyerapan atau
perubahan energi. Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja. Ketika
sistem bekerja / melepaskan kalor, kemampuan untuk melakukan kerja berkurang
dengan kata lain energinya berkurang.
(Chang, 1995)
2.2
volume konstan (E) atau pada tekanan konstan (H), sebagai contoh adalah reaksi :
Reaktan (T) Produk (T)
E = Eproduk Ereaktan
Pada temperatur konstan dan volume konstan.
H = Hproduk Hreaktan
Pada temperatur konstan dan tekanan konstan.
Satuan SI untuk E dan H adalah joule, yaitu satuan energi tetapi satuan umum
yang lain adalah kalori. Umumnya harga E atau H untuk tiap reaktan dan produk
dinyatakan sebagai Joule mol -1 atau kJ mol-1 pada temperatur konstan tertentu, biasanya
298 K.
Jika E atau H positif, reaksi dinyatakan endotermis dan jika E atau H
negatif, reaksi disebut eksotermis.
(Atkins, 1994)
(Dogra, 1990)
Pengukuran Panas Reaksi
Proses reaksi diukur dengan bantuan kalorimetri. Harga E diperoleh apabila
reaksi dilakukan dalam kalorimeter bom, yaitu pada volume konstan dan H adalah
proses reaksi yang diukur dengan tekanan konstan dalam gelas piala atau labu yang
diisolasi, botol termos, labu dewar, dan lain-lain. Karena diperinci dengan baik, maka
panas yang dikeluarkan atau diabsorpsi hanyalan fungsi-fungsi keadaan, yaitu Qp =
H atau Qv = E adalah fungsi keadaan. Besaran-besaran ini dapat diukur oleh
persamaan :
Q = E atau H =
(produk, kalorimeter) dT
KNO3(aq)
NaBr (aq)
KBr(aq)
NaNO3(aq)
H = 0
H = 0
Disini ternyata bahwa pereaksi dan hasil reaksi sama, sehingga H = 0. Bila pada
pencampuran tersebut terjadi reaksi kimia, hukum di atas tidak berlaku lagi.
(Sukardjo, 1989)
2.4.4 Hukum Ketetapan Panas Netralisasi
Panas yang timbul pada penetralan asam kuat dan basa kuat, tetap untuk tiap-tiap
mol H2O yang terbentuk. Bila asam atau basanya lemah, panas netralisasi tidak lagi
tetap, sebab ada panas yang diperlukan untuk ionisasi.
(Sukardjo, 1989)
Panas reaksi yang mengakibatkan dan melibatkan netralisasi asam oleh basa
dikenal sebagai panas netralisasi. Panas netralisasi asam kuat dan basa kuat adalah
konstan, yaitu -55,90 kJmol-1. Tetapi panas netralisasi asam lemah dan basa lemah
kurang dari -55,90 kJmol-1, karena asam atau basa menjadi ion-ion kation dan anion,
sedangkan asam kuat dan basa kuat terdisosiasi sempurna dan reaksinya hanyalah :
H+ (dalam air) + OH- (dalam air) = H2O
Sehingga :
H = H ionisasi + H netralisasi
(Dogra, 1990)
2.4.5
Panas Pelarutan
2.4.5.1 Panas Pelarutan Integral
Sebagai perubahan entalpi jika 1 mol zat dilarutkan dalam n mol pelarut, panas
integral ini besarnya panas pelarutan tergantung jumlah mol zat pelarut dan zat
terlarut.
(Dogra, 1990)
2.4.5.2 Panas Pelarutan Diferensial
Sebagai perubahan entalpi jika 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam jumlah larutan
yang tidak terhingga, sehingga konsentrasinya tidak berubah dengan penambahan 1
diplot sebagai jumlah mol zat terlarut dan panas pelarutan dideferensial dapat
diperoleh dengan mendapatkan kemiringan kurva pada setiap konsentrasi. Jadi panas
pelarutan deferensial tergantung pada konsentrasi larutan.
(Dogra, 1990)
2.4.6
2.4.7
Panas Hidrasi
Merupakan panas yang timbul atau diperlukan pada pembentukan hidrat-hidrat,
seperti :
CaCl2(s)
2H 2O(l)
Hfus (T)
Huap (T)
A(g)
2.5.1.3
Merupakan entalpi reaksi standar untuk oksidasi zat organik menjadi CO 2 dan
H2O bagi semua yang mengandung C, H, O dan D menjadi N 2 bagi senyawa yang
mengandung N.
(Atkins, 1994)
2.5.2.2
Entalpi Hidrogenasi Standar
Entalpi reaksi standar untuk hidrogenasi senyawa organik tak penuh. Dua hal
yang sangat penting adalah hidrogenasi etana dan benzena.
(Atkins, 1994)
2.5.3
Entalpi Pembentukan
Entalpi pembentukan standar (Hf) adalah suatu zat dimana entalpi reaksi
standar untuk pembentukan zat itu dari unsur-unsurnya dalam keadaan referensinya.
Keadaan referensinya suatu unsur adalah keadaan yang paling stabil pada temperatur
tertentu atau tekanan 1 bar.
Entalpi pembentukan standar unsur-unsur dalam keadaan referensinya adalah nol
pada semua temperatur, karena entalpi tersebut adalah entalpi dari reaksi nol.
H 298 =
Hf (produk) -
Hf (reaktan)
(Atkins, 1994)
dengan
volume tetap. Jika suatu variabel atau lebih dijaga agar tetap selama perubahan
variabel yang lain maka turunan disebut turunan parsial terhadap variabel yang
berubah. Notasi d digantikan dengan dalam variabel yang dibuat tetap ditambahkan
subskrip.
Cv =
(Atkins, 1994)
2.7.2 Kapasitas kalor pada tekanan tetap
Kalor yang diperlukan agar menghasilkan perubahan temperatur yang sama
adalah dq D = Cp dT dengan Cp menyatakan kapasitas kalor pada tekanan tetap.
Dalam hal ini, sistem mengubah volumenya sebagai energi yang diberikan sebagai
kalor dapat ditambahkan ke lingkungan sebagai kerja dan tidak khusus digunakan
untuk menaikkan temperatur sistem. Oleh karena itu, secara umum Cv berbeda
dengan Cp karena dqp = dH, maka :
Cp =
(Atkins, 1994)
2.8 Ketergantungan reaksi terhadap temperatur
Jika perubahan temperatur (T) sangat kecil, maka perubahan entalpi zat tersebut
adalah Cp dT, oleh karena itu untuk perubahan temperatur dari T 1 ke T2 , entalpi zat
berubah H(T1) menjadi :
H(T2) = H(T1) +
dengan
Cp =
(2.10.2)
2.10
Kalorimetri
Kalorimetri didasarkan kenaikan suhu yang teramat dalam beberapa medium.
Kalor spesifik dari zat adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu dari 1 gram zat pada 1C. Besaran lain yang berhubungan adalah kapasitas kalor
yang merupakan banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat
bermassa pada 1C. Banyaknya kalor yang keluar maupun masuk dari zat adalah :
q = C . t
t adalah perubahan suhu yang diperoleh dari tf ti dimana tf merupakan
temperatur final dan ti adalah temperatur initial.
q = C (tf ti)
Sehingga persamaan kalor spesifik :
q = m . . t
Dimana m merupakan massa dalam gram dari zat yang menyerap kalor dan c = m.
(Chang, 1995)
Alat paling penting untuk mengukur kalor adalah kalorimeter bom adiabatik.
Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi kimia berawal dalam wadah bervolume
tetap yang disebut bom.
Perubahan temperatur T dari kalorimeter yang dihasilkan dari reaksi sebanding
dengan energi yang dibebaskan / diserap sebagai kalor. Oleh karena itu dengan
mengukur T kita dapat menentukan qv. Sehingga kita dapat mengetahui V
konvensi dari T menjadi qv tidak bisa lepas dari kapasitas kalor C dari kalorimeter.
C adalah koefisien perbandingan antara energi yang diberikan sehingga kalor dan
kenaikan temperaturnya disebabkan :
q = C . T
Untuk mengukur C, kita alirkan arus listrik melalui pemanas dalam kalorimeter dan
kita tentukan kerja listrik yang kita lakukan padanya.
(Atkins, 1994)
2.11
Hukum Hess
Penerapan hukum pertama disebut hukum Hess : Entalpi reaksi secara
keseluruhan adalah jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individual yang
merupakan bagian dari suatu reaksi.
(Atkins, 1994)
Suatu reaksi kimia yang diinginkan dapat ditulis sebagai rangkaian dari banyak
reaksi kimia. Jika seseorang mengetahui panas reaksi dari masing-masing tahap di
atas, maka panas reaksi yang diinginkan dapat dihitung dengan menambahkan atau
mengurangi panas reaksi dari masing-masing tahap. Prinsip ini dimana panas reaksi
ditambahkan atau dikurangi secara aljabar, disebut hukum Hess mengenai
penjumlahan panas konstan.
Dasar dari hukum ini adalah entalpi atau energi internal merupakan suatu besaran
yang tidak tergantung pada jalannya reaksi, yaitu :
H = H1 + H2 + H3
atau
qp = qp + qp + qp ...
(Dogra, 1990)
2.12
Asas Black
Asas Black menyatakan jumlah kalor yang masuk sama dengan jumlah kalor
yang dilepaskan pada suatu sistem.
(Mulyono, 2001)
2.13
Reaksi Endoterm dan Eksoterm
Reaksi endoterm merupakan reaksi kimia yang berlangsung dengan penyerapan
kalor. Sedangkan reaksi eksoterm merupakan reaksi kimia yang berlangsung dengan
pelepasan kalor.
(Petrucci, 1987)
2.14
Entropi
Bila suatu sistem mengalami perubahan isotermal dan reversible, maka besarnya
perubahan entropi S ditunjukkan oleh :
Sistem
S = S2 S1
T
qs
Sistem
S =
atau
dS =
Suatu entropi = kalori per derajat, per jumlah zat yang bersangkutan, misalnya : kal
per derajat per mole. Kalori per derajat dianggap sebagai e . u (entropy unit).
Bila panas dilakukan untuk sistem terisolasi, maka untuk proses intermal reversible.
S gas =
Sekeliling :
r = reversible
S keliling =
Total S =
S total = S gas + S keliling
S total = 0
Untuk proses isotermal dan reversible, perubahan entropi total dan sekelilingnya = 0.
Demikian pula perubahan entropi untuk proses siklus / cycle = 0.
Untuk proses isotermal tetapi reversible,
Sistem I
S1
qT
Sistem II
S2
Karena S = S2 S1, maka perubahan entropi tetap sama dengan proses isotermal
dan reversible.
S =
2.15
Analisa Bahan
2.15.1 NaOH
Sifat Fisik :
bersifat higroskopis
mudah menguap
bersifat korosif
3.1.1
Alat
a. Kalorimeter
b. Erlenmeyer
c. Termometer
3.1.2
d. Gelas ukur
e. Pipet tetes
Bahan
a. NaOH 0,05 N
b. CH3COOH 0,05 N
c. Aquades
3.2
3.2.1
Skema Kerja
Pengamatan Temperatur
50 ml aquades
50 ml aquades
Erlenmeyer
Erlenmeyer
Pemanasan hingga suhu 75C
Pendinginan hingga suhu 10C
Pengukuran suhu awal kalorimeter Pengukuran suhu awal kalorimeter
Pencelupan Termometer
Pencelupan Termometer
Pembacaan skala pada menit 1
Pembacaan skala pada menit 2
Pembacaan skala pada menit 3
Pembacaan skala pada menit 4
Pembacaan skala pada menit 5
Pembacaan skala pada menit 6
Pembacaan skala pada menit 7
Pembacaan skala pada menit 8
Pembacaan skala pada menit 9
Pembacaan skala pada menit10
Erlenmeyer
Erlenmeyer
Pencatatan suhu awal
Pencatatan suhu awal
Pengukuran suhu awal kalorimeter
Pencampuran
Pengadukkan
CH3COOHPembacaan
+ NaOH temperatur tiap menit sampai 10 menit
Kalorimeter
Pengukuran suhu akhir kalorimeter
Hasil
Hasil Pengamatan
57C
56C
55C
52C
51C
1.
2.
3.
4.
5.
4.1.3
Perlakuan
Pengamatan temperatur pada :
menit ke-1
menit ke-3
menit ke-5
menit ke-7
menit ke-9
Perlakuan
Pengamatan temperatur pada :
menit ke-2
menit ke-4
menit ke-6
menit ke-8
menit ke-10
Hasil Pengamatan
18C
19C
20C
22C
22C
Perlakuan
Pengamatan temperatur pada :
menit ke-11
menit ke-12
menit ke-13
menit ke-14
menit ke-15
Hasil Pengamatan
34C
34C
36C
36C
36C
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Pengamatan temperatur
campuran CH3COOH + NaOH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
VI.
pada :
menit ke-1
menit ke-2
menit ke-3
menit ke-4
menit ke-5
menit ke-6
menit ke-7
menit ke-8
menit ke-9
menit ke-10
35C
35C
35C
34C
34C
34C
34C
34C
34C
PEMBAHASAN
= Qterima). Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode kalorimetri,
yaitu metode yang digunakan untuk menentukan nilai kalor berdasarkan
pengamatan perubahan suhu dalam sistem adiabatik, dengan menggunakan alat
yang dinamakan kalorimeter.
Tahap-tahap percobaan meliputi penentuan kapasitas kalor kalorimeter dan
penentuan kalor netralisasi. Percobaan ini diawali dengan mengukur suhu awal
masing-masing larutan dan kalorimeter, lalu larutan diletakkan di dalam
kalorimeter serta diukur kembali suhunya tiap menit setelah dilakukan
pencampuran.
6.1
menaikkan suhu suatu zat bermassa sebesar 1oC, sedangkan kalorimeter adalah
alat untuk menentukan nilai kalor.
(Atkins, 1994)
Pada percobaan ini digunakan H2O untuk menentukan kapasitas kalor
kalorimeter. 50 mL H2O di masukkan ke dalam erlemeyer I lalu suhunya
dipanaskan sampai 75oC, sedangkan pada erlenmeyer II juga diisi 50 mL H2O
tetapi didinginkan hingga 10oC. Digunakan H2O mempunyai tujuan dengan
perbedaan suhu yaitu untuk memenuhi prinsip Asas Black. H 2O suhu 75oC akan
melepaskan kalor, dan nilai kapasitas kalor dapat dihitung.
Ketika kedua larutan H2O dilakukan pemanasan dan pendinginan, dilakukan
pula pengukuran suhu awal kalorimeter kosong (To kalorimeter). Setelah
pemanasan dan pendinginan, kedua larutan tersebut di masukkan secara bersamasama ke dalam kalorimeter kosong. Masing-masing erlenmeyer di masukkan
termometer, kemudian diukur suhunya secara bergantian selang 1 menit sampai
menit ke-10.
Untuk air suhu 75oC dilakukan pengukuran pada menit ganjil dan untuk suhu
10oC dilakukan pengukuran pada menit genap. Tujuan pengukuran suhu secara
bergantian dengan selang waktu 1 menit adalah untuk mengetahui kebenaran Asas
Black, yaitu dalam suatu sistem (kalorimeter), air panas akan melepas kalor dan
suhu turun karena kalor yang dilepas disebut kalor serap oleh air dingin pada
kalorimeter sehingga suhu air dingin akan naik. Suhu akhir masing-masing air
sebelum dicampurkan pada menit ke-11 merupakan T akhir air panas dan T akhir
air dingin.
Pada menit ke-11, kedua air yang berbeda suhu di campurkan dan dilakukan
pengukuran suhu tiap 10 menit. Pencampuran dan pengukuran ini bertujuan untuk
membuktikan fungsi kalorimeter selain sebagai penyerap kalor, juga berfungsi
untuk menjaga atau mempertahankan temperatur (suhu). Setelah pengukuran suhu
air tersebut selesai, lalu dikeluarkan dari kalorimeter. Kemudian suhu dari
kalorimeter diukur kembali sebagai suhu akhir kalorimeter kosong.
Tidak dilakukan pengadukan karena jika dilakukan pengadukan pada
campuran air panas dan air dingin tersebut, maka saat diukur penurunan suhunya
akan diperoleh penurunan suhu yang drastis, tanpa di aduk pun air panas dan air
dingin akan homogen.
Dari percobaan, ternyata suhu awal dan suhu akhir kalorimeter tidak sama,
yaitu 31oC menjadi 32oC. Ini membuktikan bahwa fungsi kalorimeter adalah
untuk menyerap panas yang mengakibatkan terjadinya kenaikkan suhu pada
kalorimeter itu sendiri. Pengukuran suhu air panas dalam kalorimeter mengalami
penurunan, yaitu 55oC, 56oC, 55oC, 52oC, 51oC dan pada suhu air dingin
mengalami kenaikkan, yaitu 17oC, 19oC, 20oC, 22oC, 22oC.
Reaksi :
H2O(td) +H2O(tp)
2H2O(tc)
(Atkins, 1994)
Hal ini membuktikan bahwa kalor lepas dari air panas yang ditandai dengan
penurunan suhu sedangkan air dingin menyerap kalor yang ditandai dengan
kenaikkan suhu. Hasil dari percobaan pencampuran air panas dan air dingin juga
membuktikan bahwa kalorimeter berfungsi untuk menjaga atau mempertahankan
temperatur. Hal ini dapat dilihat dari penurunan suhu yang signifikan dan
berlangsung dalam suhu yang agak lama. Nilai kapasitas kalor kalorimeter dapat
dihitung dengan persamaan Qlepas = Qterima. Dan hasil perhitungan didapatkan nilai
kapasitas kalor kalorimeter adalah 208,2968 J/K
Kapasitas kalor juga dapat ditentukan secara teoritis dengan menggunakan
termodinamika.
Kapasitas kalor adalah koefisien perbandingan antara energi yang diberikan
sebagai kalor dan kenaikan temperature yang disebabkannya.
q = C.T
6.2
yang dilepas sama dengan kalor yang diterima. Sedangkan metode yang
digunakan adalah kalorimetri yang berdasarkan pada hal penyeimbangan suhu dua
larutan dalam suatu sistem adiabatik. Kalor netralisasi adalah panas yang timbul
pada penetralan asam atau basa kuat, tetap untuk tiap-tiap mol H 2O yang
terbentuk. Bila asam lemah, kalor netralisasi tidak tetap, karena ada kalor untuk
ionisasi.
(Sukardjo, 1989)
Pada penentuan kalor netralisasi ini digunakan asam lemah dan basa kuat,
karena adanya hokum ketetapan kalor netralisasi, yaitu kalor netralisasi untuk
asam atau basa kuat bernilai tetap. Pada percobaan ini digunakan CH 3COOH
sebagai asam lemah dan NaOH sebagai basa kuat. 50 mL CH 3COOH 0.5 N di
masukkan ke dalam erlenmeyer I, dan 50 mL NaOH 0,5 N di masukkan ke dalam
dan H+, sedangkan NaOH terdisosiasi sempurna dalam air membentuk Na + dan OH-. Dari
suhu awal sistem ke suhu akhir sistem mengalami penurunan sebesar 1 K, berarti reaksi
bersifat endoterm. Maka campuran CH 3COOH dan NaOH merupakan sistem yang
menerima kalor dan kalorimeter berfungsi sebagai pelepas kalor.
Mekanisme reaksi :
a. Disosiasi asam asetat
CH3COOH
CH3COO- + H+
b. Disosiasi natrium hidroksida
NaOH
Na+ + OHc. Reaksi netralisasi
CH3COOH + NaOH
CH3COO- Na+ + H2O
(Chang,1991)
Garam CH3COO- Na+ yang terbentuk bersifat basa. Ini dikarenakan reaksi antara
basa kuat dengan asam lemah, dimana basa kuat terdisosiasi sempurna dalam air,
sedangkan asam lemah terdisosiasi sebagian dalam air sehingga pH menjadi lebih basa.
Dari perhitungan, didapatkan kalor jenis netralisasi (c n) sebesar 208,2968 J/gK dan
kalor netralisasi (Q) sebesar 832,2426 J.
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1 Kesimpulan
1. Penentuan kapasitas kalorimeter dan kalor netralisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan kalorimeter adiabatik.
2. Nilai kapasitas kalorimeter sebesar 208,2968 J/K.
3. Nilai kalor netralisasi sebesar 832,2426 J.
VII.2 Saran
1. Teliti dalam pembacaan skala termometer.
2. Jaga kebersihan alat dan laboratorium.
LEMBAR PENGESAHAN
TERMOKIMIA
Tujuan : Menentukan kalor reaksi atau kalor pekarutan dengan kalorimeter
Semarang, 16 Desember 2009
Mengetahui,
Menyetujui,
ASISTEN
CIPTO HARJONO
NIM. J2C606004
PRAKTIKAN
TYAS AYU E.
NIM. J2C008073
ULYA SOFIKHAH
NIM. J2C008074
WILDA KHUMAIROH
NIM. J2C008099
WULAN YULIARTI
NIM. J2C008075
YUSTITIA FAJAR A.
YAZID MURTADLO
NIM. J2C008100
YENI SETYANINGSIH
NIM. J2C008076
YOGA PRADANA
NIM. J2C008077
YUSTINA SUPENI
NIM. J2C008078
NIM. J2C008079
V.
HIPOTESIS
IX.
LAMPIRAN
9.1
Perhitungan
a. Penentuan Kapasitas Kalor pada Kalorimeter
Suhu awal kalorimeter (TO) = 31C + 273 = 304 K
Suhu akhir kalorimeter (T1) = 33C + 273 = 306 K
Volume air panas = 50 mL
Volume air dingin = 50 mL
air
air
Td = 4 K
Tp = 6 K
Ca = 4,2 J/g K
Ditanya : Ck = ?
Jawab :
=
m = .V
mp = 0,99099 g/mL . 50 mL
= 49,5495 gram
Tk = T1 T0
= 306 K 304 K
=2K
md = 0,99054 g/m . 50 mL
= 49,5270 gram
Qlepas = Qterima
mp.ca.Tp = ck.Tk + md.ca.Td
49,5459 gram.4,2 J/gK.6 K = ck . 2K + 49,527 gram . 4,2 J/gK . 4K
1248,6474 J = 2K. ck + 832,0536 J
2K.ck = 1248,6474 J - 832,0536 J
2K.ck = 416,5936 J
ck =
ck = 208,2968 J/K
b.
= 0.5 N
N CH3COOH
= 0,5 N
BM NaOH
g
/mol
= 40 g/mol
BM CH3COOH
60
V NaOH
mL
= 50 mL
V CH3COOH
50
T NaOH
= 30oC + 273 = 303 K
+ 273 =302 K
T CH3COOH
= 29oC
To
Tcamp(p+d)
=2K
T1
Tcamp(as+bs)
=1K
Ditanya
: Qn = ?
Jawab
m NaOH =
=
= 1 gram
m CH3COOH =
= 1,5 gram