MODUL PLPG Bahasa Indonesia
MODUL PLPG Bahasa Indonesia
BAHASA INDONESIA
MODUL PLPG
BAHASA INDONESIA
Penulis
Tim Instruktur Bahasa Indonesia
Penyunting
Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., dkk.
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
GLOSARIUM
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
BAB III: MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
3.1 Model Pembelajaran
3.2 Media Pembelajaran
3.3 Asesmen
3.4 Pengembangan Silabus dan RPP
3.5 Contoh Pengembangan Silabus dan RPP Bahasa Indonesia
3.5.1 Mendengarkan/Menyimak
3.5.2 Berbicara
3.5.3 Membaca
3.5.4 Menulis
BAB IV: PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB V: MATERI BAHASA INDONESIA
5.1 Berbicara
5.2 Membaca
5.3 Menulis
5.4 Berbicara Sastra
5.5 Membaca Sastra
5.6 Menulis Sastra
ASESMEN
GLOSARIUM
Media Pembelajaran
Multimedia
merupakan
suatu
sistem
penyampaian
dengan
menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu
unit atau paket. Contoh Modul belajar yang terdiri dari bahan cetak,
bahan audio, dan bahan audio visual.
Multi
Berbicara
Diskusi: kegiatan bertukar pikiran mengenai suatu masalah.
Ekstemporan: metode pidato yang pepidato berpedoman pada garis besar
atau kerangka pidato yang telah disiapkan.
Frasa tanya: kombinasi kata nonpredikatif yang berfungsi menanyakan
sesuatu.
Impromptu (serta-merta): metode pidato secara dadakan atau tanpa
persiapan karena kebutuhan sesaat (insidental).
Informan: orang yang memberikan informasi.
Kalimat: satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan yang utuh
Kata tanya: kata yang berfungsi menanyakan sesuatu.
Kinesik: gerak tubuh
Moderator: pemandu diskusi.
Narasumber: orang yang menjadi sumber informasi.
Notulis: penulis diskusi.
pebicara: orang yang berbicara.
pepidato: orang yang berpidato.
Pidato: kegiatan pengungkapan pikiran secara lisan yang ditujukan kepada
banyak orang dengan pepidato (orator atau orang yang berpidato)
sebagai figur sentral.
pertanyaan-pertanyaan
suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari satu
dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan
artikel : n 1. karya tulis lengkap, misal laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar,dan sebagainya; 2. Huk bagian undang-undang
atau peraturan yang berupa ketentuan; pasal; 3. Ling unsur yang
dipakai untuk membatasi atau memodifikasi nomina, misal the dalam
bahasa Inggris.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa
kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut
abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri
sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang)
atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
kata ulang: bentuk kata yang dihasilkan dari proses perulangan dan dituliskan
kerancuan:
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama
seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
dibentangkan; uraian
9
Menulis:
artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar, dan sebagainya
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
bahasa jurnalistik: Bahasa yang khas yang digunakan dalam menulis berita
(media cetak). Bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa
lainnya. Bahasa jurnalistik memiliki ciri khusus, di antaranya lugas,
sederhana, singkat dan padat, sistematis, tidak memihak, serta
menarik.
berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa
aktual yang menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang
melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang
terjadinya pun aktual dalam arti baru saja atau hangat dibicarakan
banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain tentang berita
adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik
perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara melaporkan atau
memberitakan sesuatu agar menarik orang lain adalah dengan gaya to
the point atau diplomatis. Dalam hal membuat dan menyajikan berita,
dikenal jenis berita yang langsung mengemukakan fakta yang terlibat
di dalamnya (straight news), serta yang tidak langsung yang dibumbui
dengan kata-kata berbunga sehingga fakta lebih menarik untuk
diminati dan dinikmati pembaca (feature news).
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
11
jurnal ilmu hukum, jurnal ilmu politik, dan lain-lain. Artikel yang dimuat
pada jurnal bersifat keilmuan (ilmiah), sehingga sebagian orang
menyebutnya sebagai artikel ilmiah. Ketentuan baku bagi penulisan
karya ilmiah merupakan hal yang harus diketahui dan dikuasai oleh
penyunting artikel ilmiah.
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa
kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun
menurut abjad
beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri
sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang)
atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi:
tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada
makna denotasi)
media cetak: berarti sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan
secara berkala seperti surat kabar, majalah.
media noncetak: (media elektronik) berarti sarana media massa yang
mempergunakan alat alat elektronik modern, misalnya radio, televisi,
dan film. Dalam subbagian ini disampaikan media noncetak, yakni
radio dan televisi.
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit: perkerjaan
menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah yang siap untuk
dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2) merencanakan dan
mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau
merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan
memasang kembali.
paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide
pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea
13
dimasukkan surat pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika
ada). Fiksi disediakan tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung,
cerita pendek, atau komik (cerita bergambar lainnya). Foto atau bagan
memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat untuk mendukung berita
masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang digunakan surat
kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.
teras berita (lead): bagian berita yang terletak pada paragraf pertama
(pertama dan kedua untuk beberapa surat kabar). Teras berita
merupakan bagian dari komposisi berita, yang ditulis setelah judul
berita dan sebelum tubuh berita. Jika judul berita adalah intisari, teras
berita adalah sari berita itu. Teras berita merupakan laporan singkat
yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkan. Teras berita
disusun dengan rumus 5W + 1H (what, who, when, where, why, dan
how) dengan maksud memenuhi rasa ingin tahu pembaca yang
biasanya berupa sederetan pertanyaan.
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan
drama
tubuh berita (body): merupakan keterangan secara rinci dan dapat
melengkapi serta memperjelas fakta atau data yang disuguhkan dalam
lead tersebut. Rincian tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan
hal-hal yang belum terungkapkan melalui lead.
Berbicara Sastra:
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu atas
suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari satu
dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan
angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan
kesusastraan yang dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan
Takdir Alisjahbana, Armin Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan
atau diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam masyarakat
15
Membaca sastra:
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu atas
suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari satu
dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan
angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan
kesusastraan yang dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan
Takdir Alisjahbana, Armin Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan
atau diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam masyarakat
tradisional yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita tulis (sastra
tulis) dalam masyarakat modern
cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang
dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada
suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau
sekelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada
sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu
dan bersifat objektif
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya
tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau
lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang
dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa
dan tidak terikat pada latar sejarah dan warna lokal
drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting)
atau dialog yang dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang
melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan
teater; 3. cak kejadian yang menyedihkan
18
gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh
orang banyak
prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata)
pendahuluan; peristiwa pendahuluan
rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir
sajak yang berdekatan.
syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris)
yang berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan
drama
Menulis Sastra:
artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar, dan sebagainya
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang
dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada
suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok
kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar
bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat
objektif
deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa
adanya, atau melukiskan apa adanya
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa
dan tidak terikat pada latar sejarah dan warna lokal
20
menyunting:
(1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit: perkerjaan
menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah yang siap untuk
dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2) merencanakan dan
mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau
merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan
memasang kembali.
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,
mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi
penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul ini berisi lima bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II
memuat tentang kebijakan pengembangan profesi guru, bab III yang berupa
model dan perangkat pembelajaran, bab IV tentang penelitian tindakan
kelas, bab V memuat tentang materi bidang studi bahasa Indonesia, serta
asesmen dan lampiran.
B. Prasyarat
Membaca dan mencermati isi modul ini, prasyarat bagi Anda yang
akan mempelajarinya adalah berfokus pada keempat kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki
guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai
aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal
tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta didik
memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan
kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing- masing dan disesuaikan
dengan kebutuhan lokal.
23
D.Tujuan Akhir
BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru
bermakna strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi
25
masyarakat madani.
Beranjak dari pemikiran teoritis di atas, diperlukan upaya untuk
merumuskan kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya,
akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem
pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen,
pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan
kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan
dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan
keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan
guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan
masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
selalu berusaha untuk menyempurnakan kebijakan di bidang pembinaan
dan pengembangan profesi guru.
2. Standar Kompetensi
Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan
ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar
kompetensi
lulusan.
Berkaitan
dengan
mata
ajar
Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru, kompetensi lulusan PLPG yang diharapkan
disajikan berikut ini.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
27
a. Pengantar
ringkas.
Mengulas
serba
sekilas
mengenai
kebijakan
umum pembinaan
dan pengembangan profesi guru di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama berkaitan
dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru
secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.
c. Penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan
makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi
nilai penilaian kinerja guru.
d. Pengembangan karir guru. Materi sajian terutama berkaitan
dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru,
khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.
e.
Perlindungan dan penghargaan guru. Materi sajian terutama
berka-itan dengan konsep, prinsip atau
asas,
dan
jenis-jenis
penghargaan
dan
perlindungan
kepada
guru,
termasuk
kesejahteraannya.
f. Etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi
etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan
pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di
masyarakat.
4. Langkah-langkah Pembelajaran
dipelajari oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses
pembelajaran bagi pihak-pihak yang tergamit di dalamnya. Selama proses
pembelajaran akan sangat dominan aktivitas pelatih dan peserta PLPG.
Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas individual dan kelompok. Aktivitas
individual peserta mengawali akivitas kelompok. Masing-masing aktivitas
dimaksud disajikan dalam gambar.
Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid.
Namun demikian, melalui aktivitas itu diharapkan peserta PLPG mampu
memahami secara relatif luas dan mendalam tentang Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru, khususnya di lingkungan Kementerian
Pendidikan Nasional.
B. Kebijakan Umum Pembinaan Dan Pengembangan Guru
1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami
kecepatan dan percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku
manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di
bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran baru untuk
merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka
menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu
merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia
Indonesia masa depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi
penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi model- model dan prosesproses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan
transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan,
kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil
mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter
bangsanya akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal
mewujudkannya akan menjadi pecundang.
Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang
berjalan paling konsisten. Manusia
modern
menantang,
mencipta,
sekaligus
berpotensi
diterpa
oleh
arus
perubahan. Perubahan
peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar
siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan
eksistensi diri dalam alur peradaban.
Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena
penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan,
pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter
bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam
realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki kekuatan
formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang
29
30
perguruan
tinggi
yang
diberi
tugas
oleh
pemerintah
untuk
menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan
menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu
kependidikan dan nonkependidikan.
Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurangkurangnya S1/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah
memiliki
keduanya,
statusnya
diakui
oleh
negara sebagai guru
profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun PP No.
74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya
yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan
yang memenuhi syarat sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh
dan dinyatakan lulus pendidikan profesi. Dua produk hukum ini
menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi ditetapkan oleh menteri,
yang sangat mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi.
Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting yang
dapat disadap dari dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta
pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV. Kedua, sertifikat pendidik bagi guru
diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik
bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap
tahun ditetapkan oleh Menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri
dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan
melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi.
Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang
mencakup penguasaan: (1) wawasan
atau
landasan
kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau
silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata
pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya;
dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara
konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran,
dan/atau program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan
secara holistik dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang
mencerminkan
penguasaan
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.
Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008
mengisyaratkan bahwa ke depan hanya seseorang yang berkualifikasi
32
34
Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak
ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada
pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan
jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak
berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan yang profesional pula.
Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi menghadirkan
guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan, kesejahteraan,
perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka
terjamin.
Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut melakukan profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan
profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan
pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan
atas
prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang,
studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara
umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu,
akses, dan sebagainya.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara
pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang
sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan
kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau DIV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada
perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga
35
kependidikan
terakreditasi.
dan/atau
program
pendidikan
nonkependidikan
yang
Dalam Negeri.
2) Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Menteri Pendidikan
Nasional.
3)
4) Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah
kabupaten/kota.
Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, atau
antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dibebankan pada APBN, dan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan
antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dibebankan pada APBD provinsi.
Sedangkan pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota,
atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah kabupaten/kota dibebankan pada APBD kabupaten/kota.
Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan
berikut ini.
1) Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada
Gubernur paling lambat bulan Februari tahun berjalan. Kemudian
Gubernur mengusulkan perencanaan seperti tersebut di atas, dan
perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya
kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan
kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Maret tahun
berjalan.
2) Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
42
14)
Dengan kepribadian yang prima dan penguasaan IPTEK yang kuat, guru
diharapkan terampil dalam menumbuhkembangkan minat dan bakat
peserta didik sesuai dengan bidangnya.
Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan
kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah yang berimbas pada
peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut
ini.
a.
Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi
yang ditetapkan.
b. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru
dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dalam memenuhi
tuntutan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di masa
mendatang.
c. Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
d. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi
guru.
e. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.
Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian
mendapatkan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk
meningkatkan potensi diri secara optimal, sehingga mereka memiliki
kepribadian kuat dan berbudi pekerti luhur untuk berperan aktif dalam
pengembangan iImu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki kepribadian yang kuat
sesuai
dengan profesinya;
sehingga
selama
karirnya
mampu
menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan
belajar peserta didik menghadapi kehidupan di masa datang.
Dengan PKB untuk guru, bagi sekolah/madrasah diharapkan
mampu menjadi sebuah organisasi pembelajaran yang efektif; sehingga
sekolah/madrasah dapat menjadi wadah untuk peningkatan kompetensi,
dedikasi, dan komitmen guru dalam memberikan layanan pendidikan yang
berkualitas kepada peserta didik. Bagi orang tua/masyarakat, PKB untuk
guru bermakna memiliki jaminan bahwa anak mereka di sekolah akan
memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan
kemampuan
masing-masing.
Bagi
pemerintah,PKB
untuk
guru
dimungkinkan dapat memetakan kualitas layanan pendidikan sebagai dasar
untuk menyusun dan menetapkan kebijakan
pembinaan dan
pengembangan profesi guru dalam menunjang pembangunan pendidikan;
sehingga pemerintah dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang
cerdas, kompetitif dan berkepribadian luhur.
PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan
51
meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidangbidang yang berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara
profesional
dapat
memelihara,
meningkatkan,
dan
memperluas
pengetahuan
dan
keterampilannya
untuk
melaksanakan
proses
pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu diharapkan
mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
peserta didik.
PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB
membentuk suatu siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan refleksi. Gambar 2.2 menunjukkan siklus kegiatan PKB bagi
guru. Melalui siklus kegiatan pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu mempercepat pengembangan
pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan karirnya.
55
pemrasaran/nara sumber.
b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan
kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap
peningkatan
kualitas
proses
pembelajaran
di
sekolah
dan
pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah
mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1) Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak
sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar,
lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang
diselenggarakan pada tingkat sekolah, KKG/MGMP, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, maupun internasional.
2) Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu
bidang pendidikan formal.
Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan
ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan
ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan.
Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu
atau minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di sekolah
masing-masing. Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala
sekolah dan disimpan di perpustakaan sekolah. Bagi guru yang
mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, karya
ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat.
3) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau
pedoman
guru.
Buku
yang dimaksud dapat berupa buku
pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku pelengkap,
modul/diktat
pembelajaran
per
semester,
buku
dalam
bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru.
Buku termaksud harus tersedia di perpustakaan sekolah tempat
guru bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan
pernyataan keaslian dari kepala sekolah atau dinas pendidikan
setempat bagi guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai
kepala sekolah.
c. Karya Inovatif
Karya
inovatif
adalah
karya
yang
bersifat
pengembangan,
modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru
terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan
pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya
inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna,
penemuan/peciptaan
atau
pengembangan
karya
seni,
pembuatan/modifikasi
alat
pelajaran/peraga/praktikum,
atau
penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat
nasional maupun provinsi.
57
atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Pelaksanaan uji
kompetensi dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut
ini.
1. Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan buktibukti yang dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli.
2. Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat menghasilkan
kesimpulan yang relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat
dan asesor yang berbeda.
3.
Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang
disesuikan dengan kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji
kompetensi.
4. Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru,
dimana mereka harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang
ada dengan tidak melihat dari kelompok mana dia berasal.
5. Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber
daya dan waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi
sesuai dengan unjuk kerja yang ditetapkan. Uji kompetensi sebisa
mungkin dilaksanakan di tempat kerja atau dengan mengorbankan
waktu dan biaya yang sedikit.
Uji kompetensi dilakukan dengan
kompetensi dilakukan seperti berikut ini.
strategi
tertentu.
Strategi
uji
8.
C. Penilaian Kinerja
1. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu
berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan
Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam IPTEK,
memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian.
Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar
ditentukan oleh guru. Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan secara
terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Agar
fungsi dan tugas yang melekat
pada jabatan fungsional guru
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan
penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya proses
pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang
profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh
kualitas layanan profesi guru. Untuk memberi pengakuan bahwa setiap guru
adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas
prestasi kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan terhadap guru di semua
satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas
pada guru yang bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga mencakup guru
yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama.
Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja
guru sebagai m a s u k a n dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru
juga merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam
rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan dalam
Permenneg PAN
dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat dilaksanakan
dengan baik dan obyektif, maka citacita pemerintah untuk menghasilkan
insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing tinggi lebih cepat
direalisasikan.
2. Pengertian
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah
penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka
pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas
utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya dalam penguasaan
pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai
63
64
format
laporan
dan evaluasi per kompetensi sebagai bukti
penilaian kinerja. Untuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah dapat dicatat dalam lembaran lain
karena tidak ada format khusus yang disediakan untuk proses
pencatatan ini.
2) Selama pengamatan. Selama pengamatan di kelas dan/atau di
luar kelas, penilai wajib mencatat semua kegiatan yang dilakukan
oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran atau
pembimbingan, dan/atau dalam pelaksanaan tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Dalam konteks ini,
penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan instrumen yang
sesuai untuk masingmasing penilaian kinerja. Untuk menilai guru
yang melaksanakan proses pembelajaran atau pembimbingan,
penilai menggunakan instrumen PK Guru pembelajaran atau
pembimbingan.
Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas
selama
proses
tatap muka tanpa harus mengganggu proses
pembelajaran. Pengamatan kegiatan pembimbingan dapat dilakukan
selama proses pembimbingan baik yang dilakukan dalam kelas
maupun di luar kelas, baik pada saat pembimbingan individu
maupun kelompok. Penilai wajib mencatat semua hasil pengamatan
pada format laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau
lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Jika diperlukan, proses
pengamatan dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh
informasi yang akurat, valid dan konsisten tentang kinerja seorang
guru
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
atau
pembimbingan.
Dalam proses penilaian untuk tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah, data dan informasi dapat
diperoleh melalui pencatatan terhadap semua bukti yang
teridentifikasi di tempat yang disediakan pada masingmasing
kriteria penilaian. Buktibukti ini dapat diperoleh melalui
pengamatan, wawancara dengan pemangku kepentingan pendidikan
(guru, komite sekolah, peserta didik, dunia usaha dan dunia industri
mitra).
3) Setelah pengamatan. Pada pertemuan setelah pengamatan
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
pembimbingan,
atau
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, penilai dapat mengklarifikasi beberapa aspek
tertentu yang masih diragukan. Penilai wajib mencatat semua hasil
pertemuan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi
tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Pertemuan
dilakukan di ruang khusus dan hanya dihadiri oleh penilai dan
69
Sebutan
Amat baik
B
a
Persentase
Angka kredit
125%
100%
70
61 75
Cukup
75%
51 60
Sedang
50%
50
Kurang
25%
d) Setelah
melaksanakan
penilaian,
penilai
wajib
memberitahukan kepada guru yang dinilai
tentang
nilai
hasil PK Guru berdasarkan bukti catatan untuk setiap
kompetensi. Penilai dan guru yang dinilai melakukan refleksi
terhadap hasil PK Guru, sebagai upaya untuk perbaikan
kualitas kinerja guru pada periode berikutnya.
e) Jika guru yang dinilai dan penilai telah sepakat dengan hasil
penilaian kinerja, maka keduanya menandatangani format
laporan hasil penilaian kinerja guru tersebut. Format ini juga
ditandatangani oleh kepala sekolah.
f) Khusus bagi guru yang mengajar di dua sekolah
atau
lebih (guru multi sekolah/madrasah), maka penilaian
dilakukan di sekolah/madrasah induk. Meskipun demikian,
penilai dapat melakukan pengamatan serta mengumpulkan
data dan informasi dari sekolah/madrasah lain tempat guru
mengajar atau membimbing.
2). Pernyataan Keberatan terhadap Hasil Penilaian
Keputusan penilai terbuka untuk diverifikasi. Guru yang dinilai
dapat mengajukan keberatan terhadap hasil penilaian tersebut.
Keberatan disampaikan kepada Kepala Sekolah dan/atau Dinas
Pendidikan, yang selanjutnya akan menunjuk seseorang yang
tepat
untuk
bertindak
sebagai moderator. Dalam hal ini
moderator dapat mengulang pelaksanaan PK Guru untuk
kompetensi tertentu yang tidak disepakati atau mengulang
penilaian kinerja secara menyeluruh. Pengajuan usul penilaian
ulang harus dicatat dalam laporan akhir. Dalam kasus ini, nilai
PK Guru dari moderator digunakan sebagai hasil akhir PK Guru.
Penilaian ulang hanya dapat dilakukan satu kali dan moderator
hanya bekerja untuk kasus penilaian tersebut.
d. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib
melaporkan hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk
menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut.
Hasil
PK Guru formatif
dilaporkan kepada
kepala sekolah/koordinator PKB sebagai masukan
untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif
71
Jabatan Guru
Guru Pertama
Guru Muda
Guru Madya
Guru Utama
Pangkat dan
Golongan Ruang
Penata Muda, III/a
Penata Muda Tingkat I, III/b
Penata, III/c
Penata Tingkat I, III/d
Pembina, IV/a
Pembina Tingkat I, IV/b
Pembinaan Utama Muda, IV/c
Pembina Utama Madya, IV/d
Pembina Utama, IV/e
jenjang
50
50
100
100
150
150
150
200
-
nilai
PK
Guru
dengan
tugas
tambahan
lain
yang
74
relevan
dengan
fungsi sekolah/madrasah tetapi tidak mengurangi
jam mengajar tatap muka guru
Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan lain
yang tidak mengurangi jam mengajar
tatap
muka,
langsung
diperhitungkan sebagai perolehan angka kredit guru pada periode
tahun tertentu. Banyaknya tugas tambahan untuk seorang guru
maksimum dua tugas per tahun. Angka kredit kumulatif yang diperoleh
diperhitungkan sebagai berikut.
1) Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi wali
kelas, tim kurikulum, pembimbing guru pemula, dan sejenisnya).
Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK
Guru selama setahun + 5% Angka Kredit Hasil PK Guru selama
setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama
setahun.
2) Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau tugas
tugas sementara (misalnya menjadi pengawas penilaian dan
evaluasi, membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler,
menjadi pembimbing penyusunan publikasi ilmiah dan karya inovatif,
dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka
Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK
Guru selama setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan
selama setahun.
8. Penilai PK Guru
a. Kriteria Penilai
Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala
Sekolah tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah
guru yang dinilai terlalu banyak), maka Kepala Sekolah dapat
menunjuk Guru Pembina atau Koordinator PKB sebagai penilai.
Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan oleh Pengawas Sekolah.
Penilai harus memiliki kriteria sebagai berikut.
1) Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan
jabatan/pangkat guru/kepala sekolah yang dinilai.
2) Memiliki Sertifikat Pendidik.
3) Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai
bidang tugas Guru/Kepala Sekolah yang akan dinilai.
4) Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
5) Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka.
6) Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta
mampu untuk menilai kinerja Guru/Kepala Sekolah.
Dalam hal Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Guru Pembina,
75
kegiatan PK Guru.
2) Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru.
3) Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK Guru.
4) Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK
Guru tingkat pusat.
5) Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru.
6) Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru secara
nasional.
7) Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru
kepada Dinas Pendidikan dan sekolah sebagai umpan balik untuk
ditindak lanjuti.
8) Mengkoordinasi dan mensosialisasikan kebijakankebijakan terkait
PK Guru.
b. Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP
1) Menghimpun data profil guru dan sekolah yang ada di daerahnya
berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.
2) Mensosialisasikan, menyeleksi, dan melaksanakan TOT untuk
melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota.
3) Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru yang berada
di bawah kewenangan provinsi dalam bentuk Keputusan Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi.
4) Melaksanakan pendampingan kegiatan PK Guru di sekolah
sekolah yang ada di bawah kewenangannya.
5) Menyediakan pelayanan konsultasi pelaksanaan kegiatan PK
Guru yang ada di bawah kewenangannya.
6) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru di
sekolahsekolah yang ada di bawah kewenangannya.
7) Dinas Pendidikan Provinsi bersamasama dengan LPMP membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru dan
mengirimkannya kepada sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
dan/atau Kemdiknas, cq. unit yang menangani Pendidik.
c.
b. Pengembangan Profesi
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan
pengembangan
keprofesian
berkelanjutan
adalah pengembangan
kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap,
berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama
dengan pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai dengan Guru
Utama dengan pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan, yaitu
pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau pengembangan karya
inovatif.
Jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan
meliputi pengembangan diri (diklat fungsional dan kegiatan kolektif
guru), publikasi ilmiah (hasil penelitian atau gagasan inovatif pada
bidang pendidikan formal, dan buku teks pelajaran, buku pengayaan dan
pedoman guru), karya inovatif (menemukan teknologi tepat guna;
menemukan atau menciptakan karya seni; membuat atau memodifikasi
alat pelajaran; dan mengikuti pengembangan penyusunan standar,
pedoman, soal, dan sejenisnya).
Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik
jabatan/pangkat dari subunsur pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk masing-masing pangkat/golongan adalah sebagai berikut:
1) Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 3 (tiga) angka kredit.
87
Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi
Guru Utama, golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana pada
poin g diatas juga wajib melaksanakan presentasi ilmiah.
c. Unsur Penunjang
Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh seorang guru untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
utamanya sebagai pendidik. Unsur penunjang tugas guru meliputi
88
3.
Perjanjian
kerja
adalah
perjanjian
yang
dibuat
dan
disepakati
bersama
antara penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan dengan guru.
j.
Mediasi
adalah
proses
penyelesaian
sengketa
guru
berdasarkan
perundingan
yang melibatkan guru LKBH mitra,
asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain sebagai
mediator dan diterima oleh para pihak yang bersengketa untuk
membantu mencari penyelesaian yang dapat diterima oleh pihakpihak yang bersengketa. Mediator tidak mempunyai kewenangan
membuat keputusan selama perundingan.
100
kepada guru yang berprestasi, berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa,
dan/atau bertugas di daerah khusus.
Penghargaan kepada guru dapat diberikan pada tingkat satuan
pendidikan, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional,
dan/atau internasional. Penghargaan itu beragam jenisnya,
seperti
satyalancana, tanda jasa, bintang jasa, kenaikan pangkat istimewa,
finansial, piagam,
jabatan
fungsional,
jabatan
struktural,
bintang
jasa
pendidikan,
dan/atau
bentuk penghargaan lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pada sisi lain, peraturan perundang-undangan mengamanatkan bahwa
pemerintah kabupaten wajib menyediakan biaya pemakaman dan/atau
biaya perjalanan untuk pemakaman guru yang gugur di daerah khusus.
Guru yang gugur dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran di
daerah khusus, putera dan/atau puterinya berhak mendapatkan beasiswa
sampai ke perguruan tinggi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Kesejahteraan guru menjadi perhatian khusus pemeritah, baik
berupa gaji maupun penghasilan lainnya. Guru memiliki hak atas gaji
dan penghasilan lainya. Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atas
pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam
bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundangundangan. Di luar gaji pokok, guru pun berhak atas tunjangan yang
melekat pada gaji.
Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang
diangkat oleh pemerintah dan pemerintah daerah diberikan oleh pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan penggajian yang berlaku.
Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat
oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
diberikan
berdasarkan
perjanjian kerja dan/atau kesepakatan kerja
bersama. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru dalam bentuk
finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan
dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan
martabat guru sebagai pendidik profesional.
Ringkasnya, guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana
diamanatkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008,
serta peraturan lain yang menjadi ikutannya, memiliki hak atas aneka
tunjangan dan kesejahteraan lainnya. Tunjangan dan kesejahteraan
dimaksud mencakup tunjangan profesi, tunjangan khusus, tunjangan
fungsional, subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan. Khusus
berkaitan dengan jenis-jenis penghargaan dan kesejahteraan guru disajikan
berikut ini.
a.
sipil (Guru PNS) maupun guru bukan PNS. Untuk dapat menerima
penghargaan, guru SD berdedikasi yang bertugas di Daerah
Khusus/Terpencil harus memenuhi kriteria umum dan khusus.
Kriteria umum dimaksud antara lain beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa; setia dan
taat
kepada
Pancasila
dan
Undang-Undang Dasar 1945; memiliki moralitas,kepribadian dan
kelakuan yang terpuji; dapat dijadikan panutan oleh siswa, teman
sejawat dan masyarakat sekitarnya; dan mencintai tugas dan
tanggungjawabnya.
Kriteria khusus
bagi guru SD
Daerah Khusus untuk
memperoleh penghargaan antara
lain,
pertama,
dalam
melaksanakan
tugasnya
senantiasa menunjukkan dedikasi luar
biasa,
pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta
mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan fungsi- fungsi
profesionalnya dengan segala keterbatasan yang ada di daerah
terpencil. Kedua, tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat
sedang
atau
tingkat berat berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Ketiga, melaksanakan tugas sebagai guru
di daerah khusus/terpencil sekurang-kurangnya selama lima tahun
secara terus menerus atau selama delapan tahun secara terputusputus.
Keempat, berusia minimal 40 tahun dan belum pernah
menerima penghargaan yang sejenis di tingkat nasional. Kelima,
responsif
terhadap
persoalan-persoalan
yang
aktual
dalam
masyarakat. Keenam, dengan keahlian yang dimilikinya membantu
dalam memecahkan masalah sosial sehingga usahanya berupa
sumbangan langsung bagi penanggulangan masalah-masalah tersebut.
Ketujuh, menunjukkan kepemimpinan dalam kepeloporan serta
integritas kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya dalam
masyarakat. Kedelapan, menyebarkan dan meneruskan ilmu dan keahlian
yang dimilikinya kepada masyarakat dan menunjukkan hasil nyata berupa
kemajuan dalam masyarakat.
c. Penghargaan bagi Guru PLB/PK Berdedikasi
Penghargaan
bagi
guru
Pendidikan
Luar
Biasa/Pendidikan
Khusus
(PLB/PK) berdedikasi dilakukan
sejak
tahun
2004.
Penghargaan ini diberikan kepada guru dengan maksud untuk
mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru
PLB/PK, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan
prestasi kerjanya. Guru PLB/PK berdedikasi adalah guru yang memiliki
dedikasi dan kinerja melampaui target yang ditetapkan satuan
Pendidikan Khusus
mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional; dan/atau menghasilkan karya kreatif atau
105
Dimensi
memiliki
sifat
terpuji
antara
lain
mencakup
kemampuan menyampaikan pendapat, secara lisan atau tertulis;
kesediaan
untuk
mendengar/menghargai pendapat orang lain;
sopan santun dan susila; disiplin kerja; tanggung jawab dan
komitmen terhadap tugas; kerjasama; dan stabilitas emosi. Dimensi
memiliki
jiwa
pendidik
mencakup
beberapa hal.
Pertama,
menyayangi dan mengayomi peserta didik berkebutuhan khusus.
Kedua, memberikan bimbingan secara optimal kepada peserta didik
berkebutuhan khusus. Ketiga, mampu mendeteksi kelemahan belajar
peserta didik berkebutuhan khusus.
Pemilihan guru berprestasi serta pemberian penghargaan
kepada guru SD di Daerah Khusus dan guru PLB/PK berdedikasi
seperti disebutkan di atas merupakan agenda
tahunan. Namun
demikian, meski sifatnya kegiatan tahunan, program ini bukanlah
sebuah kegiatan yang bersifat seremonial belaka. Pelembagaan
program ini
merupakan
salah
satu
bukti
kuatnya perhatian
pemerintah dan masyarakat terhadap profesi guru. Tentu saja, di
masa datang, kualitas dan kuantitas pemberian penghargaan kepada
guru berprestasi dan berdedikasi senantiasa perlu ditingkatkan.
d. Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan
Sejalan dengan disahkannya UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, guru berprestasi dan berdedikasi memiliki hak
atas penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasinya. Penghargaan
tersebut diberikan kepada guru pada satuan pendidikan atas dasar
pengabdian, kesetiaan pada lembaga, berjasa pada negara, maupun
menciptakan karya yang luar biasa.
Kriteria
guru
yang
berhak
menerima
penghargaan
Satyalancana
Pendidikan, meliputi persyaratan umum dan persyaratan
khusus. Persyaratan umum antara lain warga negara
Indonesia;
berakhlak dan berbudi pekerti baik; serta mempunyai nilai dalam DP3
amat baik untuk unsur kesetiaan dan sekurang-kurangnya bernilai baik
untuk unsur lainnya. Persyaratan khusus meliputi, pertama, diutamakan
yang bertugas/pernah bertugas di tempat terpencil atau tertinggal
sekurang-kurangnya selama lima tahun terus menerus atau selama
delapan tahun terputus-putus. Kedua, diutamakan yang bertugas/pernah
bertugas di daerah perbatasan, konflik, dan bencana sekurang- kurangnya
selama 3 tahun terus menerus atau selama 6 tahun terputus-putus.
Ketiga, diutamakan yang bertugas selain di daerah khusus sekurangkurangnya selama
8
tahun
terus
menerus
dan
bagi
kepala
sekolah sekurang- kurangnya bertugas 2
tahun. Keempat, berprestasi
dan/atau berdedikasi luar biasa dalam melaksanakan tugas sekurangkurangnya mendapat penghargaan tingkat nasional. Kelima, berperan aktif
107
pemberdayaannya
agar pengetahuan dan
berkembang sesuai dengan kemajuan ipteks.
wawasan
mereka
selalu
lebih dari satu sertifikat profesi pendidik, mereka hanya berhak atas satu
tunjangan profesi.
Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang telah memiliki
sertifikat pendidik dan syarat lainnya, dengan cara pembayaran tertentu.
Hal ini bermakna, bahwa guru bukan PNS pun akan mendapat tunjangan
yang setara dengan guru PNS dengan kualifikasi akademik, masa kerja,
serta kompetensi yang setara atau ekuivalen. Bagi guru bukan PNS,
tunjangan profesi akan dibayarkan setelah yang bersangkutan disesuaikan
jenjang jabatan dan kepangkatannya melalui impassing.Tunjangan profesi
tersebut dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
b. Tunjangan Fungsional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal
17 ayat (1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
memberikan tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh
satuan
pendidikan
yang
diselenggarakan
oleh
Pemerintah dan
pemerintah daerah. Pasal 17 ayat (2) mengamanatkan bahwa subsidi
tunjangan fungsional diberikan kepada guru yang bertugas di sekolah
yang
diselenggarakan
oleh masyarakat. Sehingga
dalam
pelaksanaannya, tunjangan fungsional dan subsidi tunjangan fungsional
ini dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (Pasal 17 ayat (3).
Besarnya tunjangan fungsional yang diberikan untuk guru PNS
seharusnya sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang dimiliki.
Namun saat ini baru diberikan tunjangan tenaga
kependidikan
berdasarkan
pada
golongan/ruang
kepangkatan/jabatannya. Khusus
mengenai besarnya subsidi tunjangan fungsional bagi guru bukan PNS,
agaknya memerlukan aturan tersendiri, berikut persyaratannya.
c. Tunjangan Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan
Dosen,
serta Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan komitmen
Pemerintah untuk terus mengupayakan
peningkatan
kesejahteraan
guru dan dosen,
di
samping
peningkatan profesionalismenya.
Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen Pasal 18, disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan ditugaskan di di daerah khusus
berhak memperoleh tunjangan khusus yang diberikan setara dengan satu
kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
112
Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah
atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan
kualifikasi yang sama.
Penetapan Daerah Khusus ini rumit dan tentatif adanya.
Sebagai
katup pengaman sejak
tahun
2007,
pemerintah
memberikan bantuan kesejateraan untuk guru yang bertugas di Daerah
Khusus atau Daerah Terpencil di 199 kabupaten di Indonesia. Sampai tahun
2010 tunjangan tersebut mencapai Rp 1.350.000 per bulan.
Harapan yang ingin dicapai dari pemberian tunjangan khusus ini
adalah selain meningkatkan kesejahteraan guru sebagai kompensasi
daerah yang ditempati sangat sulit, juga memotivasi guru untuk tetap
mengajar di sekolah tersebut. Pada sisi lain, pemberian tunjangan ini bisa
sebagai insentif bagi guru baru untuk bersedia mengajar di Daerah
Khusus ini. Belum terpenuhinya jumlah guru di daerah terpencil
diharapkan juga semakin mudah dilakukan dengan insentif tunjangan
khusus ini.
d. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam
rangka implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen adalah pemberian maslahat tambahan
yang
terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan
merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan
bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra
dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang
diperoleh guru dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 19 ayat (2), dimana pemerintah dan/atau
pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan bagi guru.
Tujuan pemberian maslahat tambahan ini adalah untuk:
(1)
memberikan penghargaan terhadap prestasi, dedikasi, dan keteladanan
guru dalam melaksanakan tugas; (2)memberikan penghargaan kepada
guru sebelum purna tugas terhadap pengabdiannya
dalam dunia
pendidikan;
dan
(3)
memberikan
kesempatan memperoleh
pendidikan yang lebih baik dan bermutu kepada putra/putri guru yang
memiliki
prestasi
tinggi. Dengan
demikian, pemberian maslahat
tambahan akan bermanfaat untuk: (i) mengangkat citra, harkat, dan
114
Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi guru, dan berikan
contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan profesi bagi guru, dan berikan
contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan K3 bagi guru, dan berikan
contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan HaKI bagi guru, dan berikan
contohnya?
Sebutkan beberapa jenis penghargaan yang diberikan kepada guru!
Sebutkan beberara jenis tunjangan yang diterima oleh guru!
Apa yang dimaksud dengan pemberian kesejahteraan dan penghargaan
kepada guru atas dasar prestasi kerja?
Sebutkan beberapa alasan, mengapa guru yang bertugas di Daerah
Khusus/Terpencil perlu diberi tunjangan khusus?
G. Etika Profesi
1. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa
Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia dipersepsi
oleh masyarakat sebagai profesi kelas dua. Idealnya, pilihan seseorang
untuk menjadi guru adalah panggilan jiwa untuk memberikan pengabdian
pada sesama manusia dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan
melatih, yang diwujudkan melalui proses belajar-mengajar serta pemberian
bimbingan dan pengarahan kepada siswa agar mencapai kedewasaan
masing-masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak cukup sekadar
untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat
keterampilan dan kemampuan khusus.
Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan
Donald L. Mills (1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan
yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui
kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai
keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada
orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.
Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat,
tujuan, dan nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan
115
116
d. Memiliki
teknik
kerja
yang
dapat
dikomunikasikan
atau
communicable. Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai
guru, dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh
peserta didik.
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau
self-organization.
Istilah mandiri di sini berarti kewenangan
akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat
dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti
menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas.
f.
g.
j.
Budaya profesional.
Budaya profesi, bisa berupa penggunaan
simbol-simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.
2. Definisi
Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala
dimensinya tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi
guru dan kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan Kehormatan
Guru, pembinaan etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu,
beberapa frasa yang terkait dengan ini perlu didefinisikan.
a. Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang
berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru atau penyandang
profesi sejenis untuk mengembangkan profesionalitas anggotanya.
b. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan
legal yang dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode etik
guru, melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan
memajukan pendidikan nasional.
c. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku
dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota
masyarakat, dan warga negara.
d. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan organisasi
atau asosiasi profesi guru yang dibentuk untuk menjalankan tugas
dalam memberikan saran, pendapat, pertimbangan, penilaian,
penegakkan, dan pelanggaran disiplin organisasi dan etika profesi guru.
e. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan
perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh
dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di
luar sekolah.
118
f.
secara
profesional
dengan tugas
119
Refleksi akhir
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan
memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka
menjalankan
fungsi
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional
sebagaimana disebutkan di atas. Peserta didik sekarang merupakan
manusia masa depan yang diharapkan mampu menguasai ilmu pengetahuan
127
j.
3.
BAB III
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
A. Teori Belajar
1. Pengantar
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami keterbelakangan. Keterbelakangan tersebut disebabkan oleh (1) pendidikan diselenggarakan untuk
kepentingan penyelenggara bukan untuk peserta didik; (2) pembelajaran
yang diselenggarakan bersifat pemindahan isi (content transmission). Tugas
pengajar hanya sebagai penyampai pokok bahasan. Mutu pengajaran
menjadi rendah karena yang diukur hanya daya serap sesaat yang dungkap
lewat proses penilaian hasil belajar yang artifisial. Pengajaran tidak
diarahkan kepada partisipasi total peserta didik yang pada akhirnya dapat
melekat sepenuhnya dalam diri peserta didik; (3) aspek afektif cenderung
terabaikan; (4) diskriminasi penguasaan wawasan yang terjadi akibat
anggapan bahwa yang di pusat mengetahui segalanya dibandingkan dengan
yang di daerah, yang di daerah merasa mengetahui semuanya dibandingkan
dengan yang di cabang, yang di cabang merasa lebih tahu di bandingkan
dengan yang di ranting, begitu seterusnya. Jadi, diskriminasi sistematis
terjadi akibat pola pembelajaran yang subjekobjek; dan (5) pengajar selalu
mereduksi teks yang ada dengan harapan tidak salah melangkah. Teks atau
buku acuan dianggap segalanya jika telah menyampaikan isi buku acuan
berhasillah dia.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem pendidikan yang ada selama ini
ibarat sebuah bank. Peserta didik diberikan pengetahuan agar kelak
mendatangkan hasil yang berlipat-lipat. Peserta didik lantas diperlakukan
sebagai bejana kosong yang akan diisi, sebagai sarana tabungan. Guru atau
pelatih adalah subjek aktif. Peserta didik adalah subjek pasif yang penurut
dan diperlakukan tidak berbeda. Pendidikan akhirnya bersifat negatif dengan
guru memberikan informasi yang harus ditelan oleh peserta didik yang wajib
diingat dan dihapalkan. Berikut daftar antagonis pendidikan gaya bank yang
sangat magis dan naif.
a) guru mengajar murid belajar
b) guru tahu segalanya murid tidak tahu apa-apa
132
c)
d)
e)
f)
g)
133
134
Peta Kompetensi
Model Pembelajaran berbasis PAIKEM
TUJUAN MATA DIKLAT
Peserta diklat mampu menerapkan berbagai model
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang
sesuai dengan karaktersitik siswa dan materi ajar serta taat
asas pada teori belajar yang relevan dan mutakhir.
Mahasiswa mampu
mendeskripsikan konsep
belajar
Mahasiswa mampu
menerapkan konsep belajar
behavioristik dalam
pembelajaran
A.
SENSORIMOTORI
K
PRAOPERASIONA
L
OPERASI
KONKRET
OPERASI
FORMAL
0-2 Tahun
2 7 Tahun
8 11
Tahun
11 Tahun
ke atas
Berdasarkan tindakan
langkah demi langkah
Penggunaan symbol/bahasa
tanda
konsep intuitif
Pakai aturan jelas/logis
reversibel dan kekelan
Hipotesis
abstrak
deduktif dan induktif
logis dan probabilitas
ORIENTATION
ELICITATION OF IDEAS
140
RESTRUCTURING OF IDEAS
APPLICATION OF IDEAS
REVIEW CHANGE IN
IDEAS
1)
141
5)
D. TEORI
E.
RANGKUMAN
tersebut merupakan hubungan antara stimuli (S) dan respon (R). Muara
belajar adalah terbentuknya kebiasaan.
2. Teori
Kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa
behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata
hampir dalam setiap peristiwa belajar. Belajar adalah proses mental yang
aktif untuk mencapai, mengingat, danmenggunakan pengetahuan. Belajar
menurut teori kognitif adalah perceptual.
3. Pandangan belajar menurut teori Konstruktivistik memandang bahwa ilmu
pengetahuan harus dibangun oleh siswa di dalam benaknya sendiri
melalui pengembangan proses mentalnya, dan siswalah yang membangun
dan menciptakan makna pengetahuannya.
4. Belajar menurut pandangan teori sosial (Humanistik) merupakan suatu
proses di mana siswa mengembangkan kemampuan pribadi yang khas
dalam bereaksi terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat dikatakan
bahwa siswa tersebut mengembangkan kemampuan terbaik dalam diri
pribadinya.
5. Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam
menerapkan teori belajar humanistik yaitu: (1) menyatakan perilaku, (2)
kemampuan membuat atau memahami simbol/tanda/lambang, (3)
kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan untuk seolah-olah
mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan mengatur
diri sendiri, dan (6) kemampuan untuk berefleksi.
1.
2.
3.
4.
5.
F. PELATIHAN
Jelaskan perbedaan antara teori behavioristik dan konstrukstif dalam hal
a. Belajar
b. Mengajar
c. Kedudukan peserta didik
d. Pengetahuan
e. Fungsi Mind
Jelaskan secara runtut perkembangan teori belajar behavioristik
berdasarkan prespektif sekurang-kurangnya dua tokoh yang Anda
ketahui!
Jelaskan secara runtut tahapan perkembangan kognitif anak menurut
Piaget!
Jelaskan perbedaan penerapan kegiatan pembelajaran yang menganut
pandangan teori belajar behavioristik dan konstruktivistik secara aplikatif
yang selama ini telah Anda lakukan!
Jelaskan 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar
humanistik yang dikemukan oleh Bandura!
144
ciri:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
145
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
3)
1.
2.
3.
4.
5.
Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung keluar kelas
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
- media yang tersedia atau yang dibuat sendiri
- gambar
- studi kasus
149
6. Guru mengaitkan
pembelajaran dengan
pengalaman peserta didik
sehari-hari.
7. Menilai proses pembelajaran
dan kemajuan belajar peserta
didik secara terus menerus.
nara sumber
lingkungan
Peserta didik:
Melalui:
diskusi
pertanyaan terbuka
hasil karya yang merupakan pemikiran peserta didik sendiri
Peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk
kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok
tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Peserta didik menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya
sendiri.
Peserta didik menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan seharihari
Guru memantau kerja peserta didik
Guru memberikan umpan balik
model
2. MODEL-MODEL PAIKEM
Selama bertahun-tahun telah banyak diteliti dan diciptakan bermacammacam pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang diuraikan
di dalam modul ini didasarkan pada konsep model pembelajaran yang pada
awalnya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil, dan Showers,
1992) dan diberi nama model pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau
prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis
yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai), (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar
yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Berikut ini
disajikan model-model pembelajaran.
a. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey dan
Herbert Thelan. Menurut Dewey seharusnya kelas merupakan cerminan
150
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial,
kuis, atau melakuan diskusi. Setiap periode waktu tertentu, misalnya dua
minggu siswa diberi kuis. Kuis tersebut menghasilkan skor, dan tiap individu
dapat diukur skor perkembangannya.
2) Jigsaw
Tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok
dengan 5 atau 6 orang anggota kelompok belajar heterogen. Materi
pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang
diberikan tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah
hirarki kehidupan dalam ekosistem, seorang siswa mempelajari tentang
populasi, siswa lain mempelajari tentang komunitas, siswa lain lagi belajar
tentang ekosistem, dan yang terakhir belajar tentang biosfer. Anggota dari
kelompok lain yang mendapat tugas topic yang sama berkumpul dan
berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli.
Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli selama selang waktu tertentu, setiap
anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan apa
yang telah didiskusikan di dalam kelompok ahli kepada teman-temannya
dalam kelompok asal. Evaluasi dilakukan pada kelompok asal (lihat gambar
112)
1
2
3
1
1
Kelompok
asal
Kelompo
k ahli
Gambar 1.2
Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal
3) Investigasi Kelompok
Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Untuk
beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan
keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu.
Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan diteruskan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Akhirnya kelompokkelompok tersebut akan menyiapkan dan mempresentasikan laporannya
kepada seluruh kelas.
152
Tahap 2
Merumuskan masalah
Tahap 3
Mengajukan hipotesis
Tahap 4
Merencanakan pemecahan masalah
(melalui eksperimen atau cara lain)
Tahap 5
Melaksanakan eksperimen (atau cara
pemecahan masalah yang lain)
Tahap 6
Melakukan pengamatan dan
pengumpulan data
Tahap 7
Analisis data
Tahap 8
Penarikan kesimpulan atau penemuan
154
Tahap
d. Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang
juga sering disebut belajar melalui observasi. Dalam bukunya Arends
menyebutnya sebagai teori pemodelan tingkah laku. Tokoh lain yang
menyumbang dasar pengembangan model pengajaran langsung John Dolard
dan Neal Miller serta Albert Bandura yang mempercayai bahwa sebagian
besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat
tingkah laku orang lain.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa
siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan
tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus
diingat dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari
menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 2.6
berikut ini akan diberikan sintaks model pengajaran langsung dan peran
yang dijalankan oleh guru pada tiap-tiap sintaks.
Tabel 2.6
Fase
156
e. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi.
Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi
diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan
menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi
kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan,
antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang
studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan
bidang studi lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi
lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara
langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan
membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan,
guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat
menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Pengintegrasian diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang
perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru
merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.
f. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang
perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah
dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan
lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan religiusitas
mereka menjadi perhatian. Begitu pula, isi tema disajikan secara
kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di
lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Kemudian,
tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara kongkret. Semua
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang
dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari
konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan
dalam mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena
itu, guru bahasa Indonesia diharapkan sebagai berikut.
Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir.
Keterampilan berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan berpikir
siswa.
157
g. Metode Kuantum
1)
2)
3)
4)
160
(5)mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama,
dan
(6)menerapkan penilaian autentik.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry,
questioning, constructivism, metodeling, learning, community, authentic
assesment, dan reflection. Diharapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan
dalam keseluruhan proses pembelajaran.
1)
Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan
hanya dari mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi berasal dari
pengalaman menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
pembelajaran yang bersumber dari penemuan. Tentunya, pembelajaran
dirancang dengan menarik dan menantang. Siswa dapat menemukan sendiri
tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a)
observasi
b)
c)
d)
e)
bertanya
mengajukan dugaan
pengumpulan data
penyimpulan
2)
Pertanyaan
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang
berawal dari sebuah pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar, biasanya
muncul pertanyaan Siapa Chairil Anwar itu? Barulah, seseorang membuka
buku, bertanya, dan mendiskusikan Chairil Anwar. Pertanyaan berguna untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa,
pertanyaan berguna untuk menggali informasi, mengecek informasi yang
didapatnya, mengarahkan perhatian, dan memastikan penemuan yang
dilakukannya.
3)
Konstruktivistik
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan begitu,
siswa dapat mengkonstruksikan gejala-gejala dengan pemikirannya sendiri.
Konstruktivistik merupakan landasan berpikir (filosofis) metode kontekstual,
yaitu bahwa pengetahauan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak seketika. Manusia harus
mengkonstruksikan pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman
tidak melalui ingtana dan hafalan saja.
4) Pemodelan
162
163
Contoh
refleksi
sebagai
berikut.
Setelah siswa
melakukan
pembelajaran menulis. Siswa menuliskan di kertas yang di tempel di tembok
dengan spidol besar. Tulisan yang muncul adalah aha saya bisa, gampang,
logis, ide, gabungan kalimat, dan seterusnya. Bisa juga siswa menulis puisi
yang isinya tenatang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Misalnya puisi
menulis itu gampang/ seperti makan pisang/ kita tidak perlu bimbang/
karena hati senang.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
J. RANGKUMAN
164
8)
Belajar
melalui
penemuan
(inkuiri)
memberikan
pengalaman kepada siswa sebagaimana ilmuwan membangun pengetahuan.
Secara garis besar tahapannya meliputi: menemukan masalah, merumuskan
masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen untuk
menguji hipotesis, menganalisis data hasil eksperimen, dan menarik
kesimpulan.
9)
Secara umum pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu, pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan
deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
10)
Pembelajaran langsung sangat cocok diberikan
pada
penguasaan keterampilan prosedural terutama yang mengandung resiko
(berbahaya) tetapi model ini kurang merangsang penalaran tingkat tinggi,
keterampilan sosial dan kreativitas.
K. PELATIHAN
1) Jelaskan hubungan antara teori belajar, model pembelajaran PAIKEM dan
CTL!
2) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan tipe Jigsaw!
3) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran berdasarkan
masalah dan model pembelajaran melalui penemuan!
4) Jelaskan karakteristik tipe materi ajar yang sesuai dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
5) Pilihlah contoh materi (sesuai dengan latar belakang keilmuan Anda),
kemudian deskripsikan tahapan implementasi pembelajaran model
Jigsaw!
6) Siswa ingin memcahkan masalah Bagaimanakah hubungan jumlah
baterai terhadap nyala lampu? Untuk memecahkan masalah tersebut
model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok atau model
pembelajaran problem based instruction yang tepat untuk dipilih, berikan
argumentasi Anda!
7) Jelaskan alasan bahwa hanya siswa yang nomornya disebut yang boleh
menjawab dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered-head together,
padahal sebelum menjawab semua anggota kelompok telah berdiskusi
dulu!
8) Buatlah contoh langkah pembelajaran yang menerapkan model
kooperatif tipe think-pair-share!
9) Buatlah contoh permasalahan autentik yang tepat untuk dipecahkan
melalui model pembelajaran problem based instruction?
10) Jelaskan kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran
langsung.
11) Berikan contoh materi pembelajaran yang bisa diberikan melalui
model pembelajaran langsung.
12) Jelaskan kebijakan Kementerian
meningkatkan proses pembelajaran!
Pendidikan
dan
Kebudayaan
dalam
165
13) Aspek apa saja yang diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
terkait dengan persiapan proses pembelajaran?
14) Jelaskan yang bdimaksud eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam proses
pelaksanaan pembelajaran!
15) Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan
pembelajaran CTL!
16) Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan
pembelajaran PAIKEM!
C. Media Pembelajaran
1.
Pengantar
Agar hasil belajar yang Anda peroleh dengan media modul ini optimal,
Anda disarankan membaca referensi lain yang relevan, membaca berbagai
artikel baik dari jurnal cetak maupun dari internet, melakukan diskusi dengan
teman sejawat atau instruktur, dan mengerjakan tugas-tugas atau latihanlatihan yang disediakan dalam naskah modul ini. Jangan segan-segan
bertanya kepada teman atau kolega Anda yang telah berpengalaman dalam
merancang,
mengembangkan,
dan
mengim-plementasikan
media
pembelajaran. Biasanya belajar dari pengalaman orang lain akan jauh lebih
bermakna.
Modul ini menghendaki Anda untuk memraktekkan pengetahuan yang
telah Anda pelajari melalui workshop pengembangan perangkat
pembelajaran ke dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan Pelaksanaan Pembelajaran (peer teaching).
materials which present a complete body of information and are largely selfsupporting rather than supplementary in the teaching-learning process.
Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk
informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar.
Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat
lunak (software) dan atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi
sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Sementara itu, Brown, dkk.
(1977) membuat klasifikasi media pembelajaran yang sangat lengkap yang
mencakup sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan untuk
belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar (facilities for
learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video player,
televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana
pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi,
majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio, gambar dan
lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel, papan tulis, dan
lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang diskusi,
laboratorium, studio, perpustakaan, tempat bermain, dan lain-lain.
Meskipun dari pengertian dan klasifikasi di atas tampak bahwa
pengertian materi, media, dan sumber bahan sulit dipisahkan, tetapi ramburambu pertanyaan berikut kiranya dapat digunakan untuk memperjelas
perbedaan konsep ketiganya. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawaban
terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori materi
pembelajaran. Kedua, dari mana materi pembelajaran itu Anda dapatkan?
Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori
sumber bahan atau sumber materi. Ketiga, dengan alat bantu apa Anda
mengajarkan materi itu? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda
masukkan dalam kategori media pembelajaran.
Untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya dapat Anda ikuti
contoh uraian berikut ini. Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi
dasar membaca cepat 250 kata per menit, gunakan ketiga pertanyaan
tersebut. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawabannya adalah teks bacaan.
Dengan demikian, teks bacaan dalam pembelajaran Anda ini adalah materi
pembelajaran. Kedua, dari mana teks bacaan tersebut Anda peroleh?
Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari surat kabar Kompas, dari
buku paket, dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan demikian, surat kabar
Kompas, buku paket, majalah Intisari, dan lain-lain merupakan sumber bahan
atau sumber materi. Dengan alat apa Anda mengajarkan materi tersebut
agar siswa memiliki kompetensi dasar itu? Mungkin jawabannya adalah arloji
atau stop watch, handphone, dan tabel isian yang berisi nama siswa, jumlah
kata, dan lama waktu membaca. Dalam hal ini, arloji, stopwatch, handphone,
dan tabel isian tersebut dapat Anda kategorikan sebagai media
pembelajaran.
b. Rasional Penggunaan Media
1)
Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Komunikasi
168
169
171
Lambang
verbal
Lambang
Visual
Rekaman radio/
audio
Gambar mati
Gambar bergerak
Pameran
Pengalaman lapangan
Demonstrasi
Dramatisasi
Tiruan pengalaman (simulasi)
Pengalaman langsung
173
174
3) Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa tidak
harus yang mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan
siswa, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda dapat Anda gunakan
untuk media pembelajaran. Misalnya, pada saat tertentu Anda membeli
surat kabar. Dalam surat kabar itu ada berita, ada iklan, ada surat pembaca,
dan lain-lain. Koran yang Anda beli itu dapat Anda gunakan sebagai media
pembelajaran. Di sekolah Anda terdapat taman atau pohon besar dengan
berbagai jenisnya. Taman dan berbagai pohon besar di sekolah Anda itu
dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Bahkan, Anda dapat
meminjam alat peraga mata pelajaran yang lain, misalnya IPA, untuk Anda
gunakan sebagai media pembelajaran bahasa. Hal ini dapat dipahami karena
membicarakan tentang apa pun melibatkan kemahiran berbahasa dalam
proses komunikasi. Oleh karena itu, Anda tidak perlu memikirkan media
pembelajaran yang mahal yang memang tidak dapat Anda dapatkan di
sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti, bungkus makanan, slogan di
sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan sebagai media
pembelajaran.
4) Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dan
penentuan media pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya, media
pembelajaran yang Anda gunakan dalam pembelajaran Anda adalah media
yang menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam
proses pembelajaran Anda secara lebih inten. Untuk dapat memilih dan
menentukan media pembelajaran yang menarik, setidaknya Anda perlu
mempertimbangkan (1) kesesuaian media itu dengan kebutuhan siswa, (2)
kesesuaian media pembelajaran itu dengan dunia siswa, (3) baru, (4)
menantang, dan (5) variatif.
5) Guru Terampil Menggunakannya
Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus
mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Peralatan di
laboratorium, peralatan multimedia tidak akan berarti apa-apa jika guru
belum mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media
antara lain: a) Karakteristik materi pembelajaran; b) Media yang paling
praktis untuk dipilih; c) Ketersediaan perlengkapan yang diperlukan; dan d)
Harus sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik ditinjau dari budaya,
usia, kebiasaan, pengalaman dasar, minat dan perhatian siswa; e) Seberapa
jauh media tersebut mampu membawa peserta didik mencapai sasaran
belajarnya; dan f) Apakah media yang dipilih guru cukup memadai dengan
hasil yang akan dicapai, termasuk dana yang diperlukan, waktu yang
dipergunakan dan kegiatan yang harus dilakukan.
176
Dalam hal ini akan berhadapan dengan masalah sejauh mana proses
encoding dan decoding dapat terjadi secara tepat sehingga mampu
mengefektifkan dan mengefisienkan proses pencapaian tujuan. Peranan
perangkat akal (brain ware) sangat menentukan dalam menganalisis
hubungan fungsional antara karakteristik materi pelajaran dengan
karakteristik metode transmisi, perangkat media, dan karakteristik penerima
pesan (peserta didik).
Ketidakberhasilan melakukan analisis ini akan terjadi barier atau
noices yang sering disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan
dapat berbentuk hambatan psikologis (minat, sikap, pendapat, kepercayaan,
intelegensia, pengetahuan), hambatan fisik (kelelahan, sakit, keterbatasan
daya indera), serta hambatan kultural seperti perbedaan adat, nilai,
kebiasaan, dan kepercayaan. Juga dapat terjadi hambatan pada lingkungan.
Pada hakikatnya media pembelajaran harus mampu mengatasi hambatan
tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi dalam memilih media pembelajaran
antara lain: a) Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk pembuatan
media dan perlengkapan yang diperlukan; b) Perangkat media yang mudah
out of date akibat kemajuan teknologi yang cepat; c) Tidak
memungkinkannya memilih media yang sesuai dengan tuntutan karakteristik
materi dan kebutuhan belajar; d) Terbatasnya kemampuan, pengetahuan,
keterampilan dalam memilih, mengembangkan, mengopersionalkan media
dalam pembelajaran; dan e) Orientasi berfikir terhadap konsep media
pembelajaran yang selalu berorientasi pada media perangkat keras daripada
media perangkat lunak.
Asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media antara lain: a)
Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pengembangan pembelajaran; b) Dalam proses pemilihan media
pembelajaran yang efektif dan efisien, makna isi dan tujuan haruslah sesuai
dengan karakteristik media tertentu khususnya media perangkat lunak; c)
Dalam proses pemilihan sering diperlukan kompromi dan dilakukan sesuai
dengan kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana yang ada; d) Dalam
membicarakan media pembelajaran, kita harus mengacu pada konsep
pengertian media pada media perangkat keras dan media perangkat lunak;
e) Pengembangan media perangkat lunak akan memiliki peranan yang
lenih fungsional dibandingkan pengembangan media perangkat keras; dan f)
Pengembangan media perangkat keras harus dilakukan secara kondisional
sesuai dengan tersedianya fasilitas, sarana dan dana yang ada.
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang
studi tertentu, maka harus memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam
GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka
dapat memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan
penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang tertulis
dari suatu kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang
memahami. Hal lain yang diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang
akan menjadi sasaran atau pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio
berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan ,
bahan yang disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun
program, dan fasilitas yang tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
h) Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam, setiap
jenis mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya sama, yaitu
sebagai penuntun dalam mengambil gambar dan merekam suara. Naskah berisi
urutan gambar dan grafis yang harus diambil oleh kamera serta bunyi dan suara
yang harus direkam.
179
2) Pemberian Suara.
Pemberian suara dapat berasal dari suara manusia, musik , atau suara
efek
(sound-effect ). Pemberian suara manusia dapat dilakukan oleh
penyiar (announcer), yang di dalam penulisan naskah dengan istilah ANN
yaitu penyiar yang tugasnya memberitahukan bahwa suatu acara atau
program akan disampaikan. Selain itu dapat dilakukan oleh narator, yang di
dalam penulisan naskah dengan istilah NAR yaitu hampir sama dengan
penyiar , bedanya apa yang dibaca narator sudah memasuki program. Yang
akan disampaikan mungkin tentang pokok bahasan, tujuan, dan sebagainya.
Untuk membedakan pembaca narasi laki-laki atau perempuan , pada
penulisan naskah ditulis NAR 1 dan NAR 2.
Pemberian suara berbentuk musik dalam program audio berfungsi
untuk:
a) Menggambarkan suasana, yaitu membantu melukiskan suasana atau
situasi yang dikehendaki dalam naskah.
b) Melatar belakangi suatu adegan agar dapat merangsang emosi
pendengar.
c) Jembatan, untuk menyambung bagian yang satu dengan yang lain,
sehingga mempercepat kelangsungan cerita dan memperjelan kesan
yang sedang dirangsang.
d) Pemersatu, sehingga cerita atau pesan yang disampaikan merupakan
suatu kesatuan yang utuh.
Pemberian suara berupa efek suara (sound-effect). Efek suara adalah
bunyi benda, gerakan, dan suara yang digunakan untuk menggambarkan
sesuatu, yang dalam penulisan naskah ditulis dengan FX. Ada dua jenis efek
suara, yaitu: pertama adalah bunyi dan suara tiruan, yang kedua adalah
bunyi barang, gerakan atau suara yang sesungguhnya. Efek suara ada yang
sudah tersedia dalam bentuk rekaman, tetapi ada juga efek suara yang
dibuat di luar studio dan dibuat di dalam studio secara hidup dengan alatalat yang tersedia, misalnya membuka dan menutup pintu, orang berjalan
mendekat dan menjauh, orang berteriak dan sebagainya.
3) Format Program Audio
Format program berkaitan
dengan bentuk pengajaran yang
pemilihannya berdasarkan pada: tujuan, sasaran, kemampuan menyusun
naskah, dan fasilitas yang tersedia.
Beberapa macam format yang sering digunakan dalam media audio,
antara lain:
a) Format Uraian: sering disebut talk atau single voicing. Program
audio tanpa adanya uraian maka tidak dapat ditayangkan, karena uraian
di perlukan untuk memberi penjelasan agar masalah mudah dimengerti.
Agar format uraian menghasilkan naskah yang baik, perlu diperhatikan
beberapa penjelasan hal, yaitu: uraian yang bentuknya sederhana,
singkat, bersikap akrab, dan hendaknya menggunakan narasi yang
bervariasi. Sebagai cara untuk mengutarakan informasi secara langsung,
180
maka uraian tidak memerlukan persiapan yang terlalu rumit, dan tidak
menuntut hiasan musik atau efek suara.
b) Format Dialog: merupakan format program yang berupa percakapan
dua pihak mengenai satu masalah yang ditinjau dari sudut pandang yang
berbeda. Jika penyajian program disampaikan dengan naskah yang
lengkap, biasa disebut percakapan, dan apabila disampaikan dengan
naskah yang tidak lengkap atau garis besarnya, biasa disebut obrolan.
Agar dialog menjadi hidup, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: harus
dibawakan oleh pelaku yang baik, lincah, hidup, sehingga seolah-olah
peristiwa itu benar-benar terjadi. Selain itu hendaknya pelaku mempunyai
dua tipe suara yang berbeda, dan naskah menunjukkan kesinambungan
argumentasi.
c) Format Wawancara: merupakan format percakapan antara dua pihak
yang berbeda kedudukannya. Yang satu berperan sebagai pewawancara
yang bertugas untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, dan yang
satu sebagai yang diwawancarai. Jika wawancara dlakukan di luar studio,
maka diperlukan peralatan untuk merekam.
d) Format Diskusi: merupakan bentuk pembicaraan yang khusus dimana
masing-masing pembicara mempertahankan pernyataannya tentang
suatu masalah rasional dalam suatu tempat, waktu, dan bentuk tertentu.
Agar dapat dibedakan antara format wawancara dan format diskusi.
Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio adalah
tape recorder. Pada saat ini proses merekam audio banyak dilakukan dengan
bantuan komputer. Dengan bantuan komputer proses editing dapat
dilakukan lebih mudah.
c. Pembuatan Media Audio-Visual
Pembuatan media audio-visual pada umumnya sama dalam
perencanaannya, yang berbeda adalah teknik-teknik yang dilakukan selama
produksi. Misalnya saja untuk pembuatan slide suara, seperti pada
pembuatan media audio sebelum memproduksi diperlukan penyusunan
naskah.
Langkah-langkah dalam pembuatan slide suara adalah sebagai
berikut :
1. Penyusunan ide. Ide yang akan dituangkan ke dalam slide harus diolah
sehingga mudah dicerna secara visual. Cara penyajiannya dapat dengan
urutan kronologis, flash back, membandingkan, menguraikan dari
keseluruhan menjadi bagian-bagiannya atau sebaliknya.
2. Visualisasi ide. Merupakan terjemahan ide dalam bentuk gambar.
Dalam hal ini dapat disajikan bentuk aslinya (non dramatis), atau
dramatis di mana objek tersebut mampu menyajikan ilusi arti tersendiri.
3. Penyusunan naskah kasar. Dapat secara kronologis (disusun secara
berutan mulai dari awal akhir program). Atau babak demi babak dimana
setiap babak (sequence) terdiri dari beberapa adegan (scene), dan setiap
adegan memerlukan satu atau lebih satu pemotretan (shoot). Dengan
demikian dapat diketahui jumlah pemotretan dalam satu progam.
181
programer dengan materi-materi bidang studi dan teori belajar tentu sangat
tidak mungkin. Alternatif yang lebih mungkin adalah membekali seorang
guru bidang studi tertentu dengan pengetahuan pembuatan skrip media dan
bahasa pemrograman sederhana atau guru didampingi seorang programer
yang sekaligus dapat memasok gambar, sehingga tim yang diperlukan
menjadi lebih sedikit.
Program aplikasi yang memungkinkan digunakan para guru
(khususnya untuk pemula) untuk mengembangkan media pembelajaran
berbasis komputer adalah Microsoft PowerPoint. Namun untuk menghasilkan
media yang lebih baik, diperlukan software lain sesuai keperluan, antara lain
yakni (1) Macromedia Flash, Gif Animator untuk membuat animasi benda, (2)
Macromedia FreeHand, Photoshop, UnleadPhotoImpac, untuk
mengolah
gambar 2D, (3) Maya, 3Dmax, untuk mengambar dan animasi 3D, (4) Adobe
premier, VCD Cutter, sebagai program mengolah movie, dan (5) Program
Sound Forge, untuk mengolah suara. Untuk keperluan praktis, gambar,
animasi, efek suara dapat diperoleh di toko-toko penjual software komputer.
5. Penggunaan Media Pembelajaran
Ada 3 format pembelajaran, yakni (1) belajar secara individual, (2)
belajar secara klasikal, dan (3) belajar secara kelompok. Ketiga format
pembelajaran itu berpenggaruh terhadap penggunaan media pembelajaran.
Berikut diuraikan penggunaan media berdasarkan format pembelajarannya.
a. Penggunanan Media dengan Format Belajar Individual.
Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh
peranan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Penekanan
proses pembelajaran adalah pada siswa, sedang guru berperan sebagai
fasilitator. Dengan demikian maka peranan media sangat penting karena
dapat membantu menentukan keberhasilan belajar siswa. Penggunaan
media dalam belajar secara individual disajikan pada Gambar 1 sebagai
berikut :
Media
Siswa
Guru
184
Tugas guru
Keterangan :
: komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
: Fasilitator pembelajaran
Gambar 1:
Penggunaan Media dalam Belajar Individual
Guru
Siswa
Media Lain
Keterangan :
:
komunikasi utama
:
S
S
G
S
S
S
188
Kegiatan Evaluasi
1. Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan
media
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas
Gambar 4:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran
B. LEMBAR LATIHAN
189
1.
2.
3.
4.
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang studi
tertentu, maka harus memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam GBPP
yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka
dapat memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan
penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang tertulis
dari suatu kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang
memahami. Hal lain yang diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang
akan menjadi sasaran atau pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio
berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.
190
4. Asesmen
a. Hakikat dan Metode Asesmen
Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu
dengan dua istilah lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi
(evaluation). Padahal ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda,
walaupun memang saling berkaitan.
Menurut Oosterhof (2003), pengukuran dan asesmen memiliki makna
yang hampir serupa walaupun tidak mutlak sama. Griffin & Nix (1991)
memberikan gambaran yang lebih konkret tentang kaitan antara
pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga kegiatan
tersebut merupakan suatu hierarki. Pengukuran adalah kegiatan
membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran;
asesmen adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran,
menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil
pengukuran, sedangkan evaluasi adalah proses mengambil keputusan
(judgment) berdasarkan hasil-hasil asesmen. Johnson & Johnson (2002)
menegaskan tidak seharusnya melakukan evaluasi tanpa melakukan
pengukuran dan penilaian terlebih dulu.
Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -baik
formal maupun nonformal- digunakan dalam asesmen untuk mengumpulkan
informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang
terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Johnson & Johnson, 2002;
Gronlund, 2003; Oosterhof, 2003). Asesmen yang dilakukan selama
pembelajaran berlangsung disebut sebagai asesmen proses, sedangkan
asesmen yang dilakukan setelah pembelajaran usai dilaksanakan dikenal
dengan istilah asesmen hasil/produk. Asesmen proses dibedakan menjadi
asesmen proses informal dan asesmen proses formal.
Asesmen informal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta
191
didik menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa
peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau
saat seorang peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru
atau peserta didik lain, guru telah melakukan asesmen informal terhadap
performansi peserta didik-peserta didik tersebut.
Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik
pengumpulan informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan
merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda dengan
asesmen proses informal, asesmen proses formal merupakan kegiatan yang
disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat
suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.
Asesmen dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode
tes dipilih bila respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau
salah (Djemari, 2008). Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat
dikategorikan benar atau salah digunakan metode nontes.
Menurut Gronlund (2008), metode tes dapat berupa tes tulis (paper
and pencil) atau tes kinerja (performance test). Tes tulis dapat dilakukan
dengan cara memilih jawaban yang tersedia (selected-response), misalnya
soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang
meminta peserta menuliskan sendiri responsnya (supply-response), misalnya
soal berbentuk esai, baik esai isian singkat maupun esai bebas.
Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance,
yang meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas
tertentu yang terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis
paragraf dengan topik yang sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu
alat tertentu; dan extended performance, yang menghendaki peserta untuk
menunjukkan kinerja lebih komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya peserta
diminta merumuskan suatu hipotesis, kemudian diminta membuat
rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut.
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response
memiliki cakupan aspek yang lebih sederhana dibandingkan supply response
dan performance assessment. Hal ini antara lain dikarenakan pada selected
response: (a) alternatif pilihan jawaban sudah disediakan, (b) pada umumnya
hanya berkaitan dengan tugas-tugas yang dapat diselesaikan dengan bekal
pengetahuan dan pemahaman; dan (c) tugas-tugas direspons secara tidak
langsung. Hal yang sebaliknya terjadi pada penilaian kinerja, tugas-tugas
yang dinilai dengan penilaian kinerja menuntut respons yang murni dan
aktual dari peserta, juga membutuhkan berbagai keterampilan di samping
bekal pengetahuan dan pemahaman. Penilaian kinerja juga direspons
peserta dengan cara mendemonstrasikan kemampuannya secara langsung.
Oleh karena itu, penilaian kinerja lebih rumit dibandingkan dengan selected
192
response baik dari segi cakupan tugasnya maupun cara atau struktur
mengasesnya.
Meskipun selected response memiliki berbagai keterbatasan, tetapi
memiliki keunggulan dalam hal penskoran jika dibandingkan supplyresponse, apalagi jika dibandingkan dengan penilaian kinerja. Karena
respons peserta pada selected response hanyalah berdasar pilihan-pilihan
yang telah disediakan, maka skor yang diberikan menjadi lebih pasti, lebih
objektif, lebih mudah dilakukan, dan relatif bebas dari bias atau subjektivitas
penilai. Sebaliknya, pada supply response dan penilaian kinerja meskipun
telah disediakan rubrik yang harus diacu saat melakukan penskoran, tetapi
masalah krusial yang selalu muncul adalah rendahnya kekonsistenan antar
penilai (interater reliability) ketika kemampuan yang sama dinilai oleh lebih
dari satu penilai. Metode selected response juga memiliki kelebihan dalam
hal waktu. Karena tugas yang dinilai tidak begitu kompleks, maka waktu
yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes menjadi relatif lebih singkat.
Karena penskorannya relatif mudah dilakukan, maka waktu penskoran dan
pengolahannya juga menjadi relatif lebih cepat. Kelebihan dalam hal
penskoran dan waktu itulah yang menyebabkan metode selected response
utamanya bentuk pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan penilaianpenilaian dalam skala besar, misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas,
ujian sekolah, seleksi masuk perguruan tinggi, dan ujian akhir nasional
(Dittendik, 2003; Oosterhof, 2005; Rodriguez, 2005).
Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat, atau
motivasi. Metode nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif
dan lazimnya menggunakan instrumen angket atau kuisioner. Respons yang
dikumpulkan melalui angket atau kuisioner tidak dapat diinterpretasi ke
dalam kategori benar atau salah.
Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki keunggulan
dan keterbatasan, sehingga tidak ada satu pun metode yang selalu cocok
untuk semua keperluan, kondisi, situasi, cakupan, dan karakteristik kemampuan yang hendak diukur. Karena itu, untuk melakukan asesmen yang
lengkap, utuh, dan akurat sebaiknya dipergunakan berbagai metode sesuai
dengan karakteristik dan tujuannya.
Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang menunjukkan
kegiatan pengukuran, asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan
kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai metode?
b. Karakteristik dan Teknik Asesmen
193
a)
b)
c)
d)
e)
2. TEKNIK ASESMEN
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat
dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil
belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah
cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi. Asesmen dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian
hasil relajar, baik pada domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada
tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu :
a. Penilaian Unjuk Kerja
1) Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium,
194
Ya
Kelas: _____
Tidak
Nilai
b) Skala Penilaian (Rating Scale)
Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit atau
merasa tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya
atau tidak, memenuhi atau tidak memenuhi. Karena itu dapat dipilih
skala penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Tetapi
setiap kategori harus dirumuskan deskriptornya sehingga penilai
mengetahui kriteria secara akurat kapan mendapat skor 1, 2, atau 3.
Daftar kategori beserta deskriptor kriterianya itu disebut rubrik. Di
lapangan sering dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 = kurang, 2 =
cukup, 3 = baik. Deskriptor semacam ini belum akurat, karena kriteria
kurang bagi seorang penilai belum tentu sama dengan penilai lain,
195
karena itu deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur. Berikut
contoh penilaian unjuk kerja dengan rating scale beserta rubriknya.
Penilaian Kinerja Melakukan Praktikum
No
Merangkai alat
Pengamatan
Kesimpulan
Penilaian
2
Rubriknya
Aspek yang dinilai
Merangkai alat
Pengamatan
Kesimpulan
Penilaian
2
Rangkaian alat
tidak benar
Rangkaian alat
benar, tetapi tidak
rapi atau tidak
memperhatikan
keselamatan kerja
Rangkaian alat
benar, rapi, dan
memperhatikan
keselamatan kerja
Pengamatan
tidak cermat
Pengamatan cermat,
tetapi mengandung
interpretasi
Pengamatan
cermat dan bebas
interpretasi
Data tidak
lengkap
Data lengkap,
terorganisir, dan
ditulis dengan
benar
Tidak benar
atau tidak
sesuai tujuan
sesuai tujuan
2. Penilaian Sikap
a. Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap
juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki
oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif,
dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif
adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun
komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat
dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran adalah:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap
positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri
peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih
mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi
pelajaran yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap
guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan
oleh guru tersebut.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki
sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses
pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi,
dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang
menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi
Biologi atau Geografi). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat,
yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan
tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup).
Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program
perlindungan satwa liar.
b. Teknik Penilaian Sikap
197
NAMA
Tanggung jawab
Kepedulian
Menepati janji
Kejujuran
Kerjasama
Kedisiplinan
Tenggang rasa
temanRamah dengan
1
2
3
Kerajinan
N
o
Ketekunan belajar
SIKAP
Keterbukaan
198
4
5
6
7
8
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.
3. Tes Tertulis
a.
Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta
didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat
juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar, dan lain sebagainya.
b. Teknik Tes Tertulis
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1) Soal dengan memilih jawaban (selected response), mencakup:
pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan.
2) Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian
atau melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut.
1) materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;
2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan
tegas.
3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat
yang menimbulkan penafsiran ganda.
4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal
yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.
4. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas
tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek
dapat
digunakan
untuk
mengetahui
pemahaman,
kemampuan
mengaplikasikan,
kemampuan
penyelidikan
dan
kemampuan
199
:
:
:
Nama
:
NIS
:
Kelas
:
No
ASPEK
.
1 PERENCANAAN :
a.
Persiapan
b.
Rumusan Judul
2 PELAKSANAAN :
a.
Sistematika Penulisan
b.
Keakuratan Sumber Data
/ Informasi
c.
Kuantitas Sumber Data
d.
Analisis Data
e.
Penarikan Kesimpulan
SKOR (1 - 5)
200
LAPORAN PROYEK :
a.
Performans
b.
Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR
:
:
:
:
:
Tahapan
Tahap Perencanaan Bahan
Tahap Proses Pembuatan :
Skor ( 1 5 )*
201
a.
b.
c.
3
Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan
ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses
pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
6. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut
dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik
secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir
suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan
peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan
peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta
didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui
karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
1) Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang
dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan
hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri.
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa
saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga
terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik
perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak
yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses
pendidikan
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
202
5)
6)
7)
8)
No.
SK / KD / PI
Introduction
Writing
Memorize
Vocab
Sekolah
:
Mata Pelajaran :
Durasi Waktu
Nama Peserta didik
Kelas / SMT
:
:
:
Waktu
KRITERIA
Grammar Vocab
Speaking
Pronounciation
Ket
16/07/07
24/07/07
17/08/07
Dst....
12/09/07
22/09/07
15/10/07
15/11/07
12/12/07
Ya
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tida
k
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
Identitas silabus
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber BelajarKomponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat
disajikan dalam contoh format silabus secara horisontal atau vertikal
sebagai berikut.
b. kesahihannya;
c. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang
benar-benar diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
d. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
e. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek
tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi
setempat;
f. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan
memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut.
5. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan
pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai
berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan
kompetensi dasar secara utuh.
c.
Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi
dasar.
d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru
harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa
memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.
e. Materi
kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap
(termasuk karakter yang sesuai), dan keterampilan yang sesuai dengan
KD.
f.
Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang
harus dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
g. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep mata pelajaran.
h. Pembelajaran
bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan
pembelajaran materi tertentu).
i.
Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
kegiatan pembeljaran siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.
215
a.
b.
c.
d.
e.
6. Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup ranah atau dimensi
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).
Ranah kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan keterampilan
intelektual, dengan tingkatan: ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi,
analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator kognitif dapat dipilah menjadi
indikator produk dan proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan
gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa
keterampilan yang memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot.
Ranah afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal emosional
seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Ranah
afektif terentang mulai dari penerimaan terhadap fenomena, tanggapan
terhadaap fenomena, penilaian, organisasi, dan internalisasi atau
karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka karakter merupakan bagian
dari indikator pada ranah afektif.
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu
diperhatikan indikator.
Oleh karena itu, di dalam penentuan indikator
diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a.
b.
216
7. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam
pengambilan keputusan
untuk menentukan tingkat
keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Penilaian
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan mencakup tiga ranah (kognitif, psikomotor dan
afektif). Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada saat
melakukan penilaian ranah afektif.. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat
tiga komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk
instrumen, dan (c) contoh instrumen.
a. Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh
informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik.
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan
dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan
sebagai teknik tes dan teknik nontes. Penggunaan tes dan non tes dalam
bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil
karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Dalam
melaksanakan
penilaian,
penyusun
silabus
perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.
1) Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang
akan dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran,
dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
4) Sistem
yang
direncanakan
adalah
sistem
penilaian
yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan
siswa.
217
Tes lisan
Bentuk Instrumen
Tes isian
Tes uraian
Tes pilihan ganda
Tes menjodohkan
Dll.
Daftar pertanyaan
218
Observasi
Wawancara
Portofolio
Penilaian diri
Penugasan
Tes identifikasi
Tes simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Uji petik kerja prosedur dan produ
Tugas proyek
Tugas rumah
Lembar observasi
Pedoman wawancara
Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi
siswa
Lembar penilaian diri
c. Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat
contohnya. Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks
silabus yang tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena
kolom yang tersedia tidak mencukupi, selanjutnya contoh instrumen
penilaian diletakkan di dalam lampiran.
8. Menentukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
ketercapaian suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan:
a. minggu efektif per semester,
b. alokasi waktu mata pelajaran per minggu, dan
c. jumlah kompetensi per semester.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh
peserta didik yang beragam.
9. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media
elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.
G. CONTOH FORMAT SILABUS.
Dengan memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus dan
komponen-komponen yang terdapat dalam silabus, berikut ini diberikan
beberapa contoh format silabus.
219
Format 1: Horizontal
SILABUS
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi
pokok/
Pembelajaran
: ........
: .........
: .........
: 1. ........
Kegiatan
PembelaJaran
Indikator
Penilaian
Teknik
Bentuk
Contoh
Instrumen Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Format 2: Vertikal
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / semester
1. Standar Kompetensi
2. Kompetensi Dasar
3. Materi Pokok/Pembelajaran
4. Kegiatan Pembelajaran
5. Indikator
6. Penilaian
7. Alokasi Waktu
8. Sumber Belajar
SILABUS
: ...............
: ...............
: ...............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
Catatan:
Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang
dilakukan siswa untuk mencapai SK dan KD
Alokasi waktu, termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan
pembelajaran
Sumber belajar dapat berupa buku teks, alat, bahan, nara sumber,
atau lainnya.
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
A LATAR BELAKANG
220
1. Pengertian RPP
Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
adalah
rencana
yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu)
kali pertemuan atau lebih.
Khusus untuk RPP Tematik, pengertian satu KD adalah satu KD untuk setiap
mata pelajaran. Maksudnya, dalam menyusun RPP Tematik, guru harus
mengembangkan tema berdasarkan satu KD yang terdapat dalam setiap mata
pelajaran yang dianggap relevan.
2. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
221
C PENGEMBANG RPP
Sekolah
:
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Alokasi Waktu :
Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar :
Indikator
:
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termask perilaku berkarakter)
A. Tujuan Pembelajaran
222
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan / mengeksplisitkan
bentuk-bentuk perilaku berkarakter dalam setiap langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (menit)
E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1.
Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif, psikomotor,
dan afektif)
2.
Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau ramburambu jawaban
3.
Pedoman penskoran (untuk penilaian ranah afektif digunakan lembar
observasi/lembar pengamatan)
2. Langkah-langkah Pengembangan/Penyusunan RPP
a. Mencantumkan identitas
Identitas meliputi: Sekolah, Kelas/Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, Indikator, Alokasi Waktu.
b. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang bersifat
operasional yang ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang terdapat dalam indikator,
dalam bentuk pernyataan yang operasional. Dengan demikian, jumlah
rumusan tujuan pembelajaran dapat sama atau lebih banyak dari pada
indikator.
Mengapa guru harus merumuskan Tujuan Pembelajaran? dalam hal ini
terdapat beberapa alasan, yaitu: (a) agar mereka dapat melakukan pemilihan
materi, metode, media, dan urutan kegiatan; (b) agar mereka memiliki
komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar sehingga tujuan tercapai;
dan (c) membantu mereka dalam menjamin evaluasi yang benar. Guru tidak
akan tahu apakah siswanya telah mencapai sebuah tujuan kecuali guru itu
mutlak yakin apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A), behavior (B),
condition (C), dan degre (D). Audience (A) adalah peserta didik yang menjadi
subyek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja
223
224
g. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrument yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan
tujuan pembelajaran. dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk
matriks horisontal
maupun
vertikal. Dalam penilaian
hendaknya
dicantumkan: teknik/jenis, bentuk instrumen dan insrumen, kunci
jawaban/rambu-rambu jawaban dan pedoman penskorannya (lihat contoh
komponen/sistematika RPP).
225
226
227
Silabus
11)
a. Rombongan belajar
2) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata
pelajaran;
3) selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku
pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya;
4) guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber
belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.
d. Pengelolaan kelas
1) guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran yang akan
dilakukan;
2) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik;
3) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
4) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik;
5) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, kesela-matan,
dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran;
6) guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan
hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;
7) guru menghargai pendapat peserta didik;
8) guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
9) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran
229
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
231
BAB IV
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
1. TUJUAN
Setelah selesai mempelajari Bab I ini, peserta dapat
a. menjelaskan dasar hukum pelaksanaan PTK oleh guru
b. menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas
c. mengidentifikasi karakteristik penelitian tindakan kelas
d. membedakan penelitian tindakan kelas dengan penelitian kelas
e. menjelaskan manfaat penelitian tindakan kelas
f. menjelaskan keterbatasan dan persyaratan penelitian tindakan kelas.
a.
b.
c.
d.
e.
2. STRATEGI KEGIATAN
Mendiskusikan tentang guru sebagai tenaga profesional menurut UU
Nomor 14 Tahun 2005, sehingga peserta dapat menyimpulkan bahwa
salah satu cirri profesionalisme adalah selalu mengembangkan diri
secara berkelanjutan.
Mendiskusikan pentingnya PTK sebagai wujud profesionalisme guru
Menayangkan power point untuk mendiskusikan materi konsep dasar
penelitian tindakan kelas yang meliputi: pengertian, prinsip,
karakteristik, perbedaan penelitian kelas dengan PTK, dan manfaat
PTK.
Mendiskusikan masalah yang terdapat pada latihan secara
berkelompok.
Membahas hasil diskusi kelompok, secara strategi untuk memperkuat
retensi peserta tentang PTK.
3. MATERI
Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru yang
demikian selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari
kinerjanya menjadi semakin baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan
refleksi, guru harus memiliki kemandirian dan kemampuan menafsirkan serta
memanfaatkan hasil-hasil pengalaman membelajarkan, kemajuan belajar
mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara berkesinambungan.. Di sinilah
letak arti penting penelitian tindakan kelas bagi guru. Kemajuan dan
232
233
Karakteristik PTK
Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.
a)
Self-reflective
inquiry,
PTK
merupakan penelitian reflektif, karena dimulai dari refleksi diri yang
dilakukan oleh guru. Untuk melakukan refleksi, guru berusaha
bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan
pertanyaan berikut.
1)Apakah penjelasan saya terlampau cepat?
2)Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
3)Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa?
4)Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
5)Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan?
6)Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?
Dari
pertanyaan-pertanyaan
tersebut,
guru
akan
dapat
memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan
mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki atau meningkatkan
hasil belajar siswa.
b)
Penelitian tindakan kelas bertujuan
untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran secara beretahap
dan bersiklus. Pola siklusnya adalah: perencanaan-pelaksanaanobservasi-refleksi-revisi, yang dilanjutkan dengan perencanaanpelaksanaan-observasi-refleksi (yang sudah direvisi) dan seterusnya
secara berulang.
3.
dan penelitian kelas ditunjukkan pada Tabel 1. Pada Tabel 2 ditunjukkan pula
perbedaan PTK dengan penelitian formal atau penelitian pada umumnya
yang biasa dilakukan oleh peneliti.
Tabel 1. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas
No.
Aspek
Penelitian
Penelitian Kelas
Tindakan Kelas
1
Peneliti
Guru
Orang luar
2
Rencana
penelitian
Munculnya
masalah
Ciri utama
Peran guru
Tempat
penelitian
Proses
pengumpulan
data
Hasil
penelitian
7
8
Peneliti
yang
terlibat
Oleh peneliti
Dirasakan oleh
orang luar/peneliti
Belum tentu ada
tindakan
perbaikan
Sebagai guru
(subyek
penelitian)
Kelas
Oleh peneliti
Menjadi milik
peneliti, belum
tentu
dimanfaatkan oleh
guru
PTK dan Penelitian Formal
Penelitian Formal
Kebenaran
Induktif-deduktif
Mengembangkan,
menguji teori,
menghasilkan
pengetahuan
Orang luar yang
berminat,
memerlukan
pelatihan yang
intensif untuk dapat
melakukan
236
Sampel
Kasus khusus
Metode
Longgar tetapi
berusaha obyektifjujur-tidak memihak
(impartiality)
Penafsiran
hasil
Penelitian
Untuk memahami
praktek melalui
refleksi oleh praktisi
Hasil Akhir
9.
Generalisa
si
Sampel yang
representatif
Baku dengan
obyektivitas dan
ketidakberpihakan
yang terintegrasi
(build in objectivity
and impartiality))
pendeskripsian,
mengabstraksi,
penyimpulan dan
pembentukan teori
oleh ilmuwan.
Pengetahuan,
prosedur atau materi
yang teruji
Dilakukan secara
luas pada populasi
5.
PELATIHAN
Setelah mempelajari uraian dan contoh di atas, cobalah Anda kerjakan
latihan berikut bersama teman-teman Anda!
a) Rumuskan pengertian penelitian tindakan kelas dengan kata-kata
Anda sendiri!
b) Coba identifikasi masalah yang sering Anda hadapi dalam mengelola
pembelajaran. Diskusikan dengan teman-teman Anda, bagaimana cara
terbaik untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian lakukan
analisis apakah cara yang Anda temukan tersebut dapat disebut
sebagai penelitian tindakan kelas? Berikan argumentasi, mengapa
kelompok Anda berpendapat seperti itu?
c) Melakukan refleksi berarti memantulkan kembali pengalaman yang
sudah Anda jalani, sehingga Anda dapat melihat kembali apa yang
sudah terjadi. Menurut Anda, apa gunanya seorang guru melakukan
refleksi?
d) Di antara karakteristik PTK yang telah diuraikan dalam kegiatan
belajar ini, yang mana menurut Anda yang paling penting, yang benarbenar membedakannya dengan penelitian formal? Berikan alasan atas
Jawaban Anda.
B.
1. TUJUAN
Peserta dapat menjelaskan cara-cara mengidentifikasi masalah
Peserta dapat merinci langkah-langkah untuk merencanakan
perbaikan
Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah melaksanakan PTK
Peserta mendeskripsikan teknik untuk merekam dan menganalisis
data
Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah merencanakan tindak
lanjut
Peserta dapat membuat proposal penelitian tindakan kelas
2. STRATEGI KEGIATAN
a. Mendiskusikan langkah-langkah PTK dengan bantuan tayangan power
point.
b. Peserta diminta mengidentifikasi masalah pembelajaran yang
dirasakan di sekolah.
c. Berdasarkan diskusi hasil latihan nomor 2, peserta diminta membuat
perencanaan dan pelaksanaan PTK
d. Mendiskusikan hasil diskusi kelompok tentang membuat perencanan
PTK
e. Workshop penyusunan proposal PTK.
f. Tugas mandiri
3.
MATERI
238
Perencanaan
Pelaksan
Pengamatan
239
240
242
b)
c)
d)
e)
f)
3)
243
Analisis Data
Agar data yang telah dikumpulkan bermakna sebagai dasar untuk
mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi
makna. Analisis data pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi
yang dilakukan pada tahap observasi. Analisis data dilakukan setelah
satu paket perbaikan selesai diimplementasikan secara keseluruhan.
Jika perbaikan ini direncanakan untuk enam kali pembelajaran, maka
analisis data dilakukan setelah pembelajaran tuntas dilaksanakan.
Dengan demikian, pada setiap pembelajaran akan diadakan
interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan
244
Refleksi
Saat refleksi, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian
berlangsung dan mengapa hal seperti itu terjadi. Ia juga mencoba
merenungkan mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa
yang lain gagal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa
yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu
diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.
6)
Perencanaan
Gagal
Pelaksanaan
Refleksi
Simpulan
Berhasil
Pengamatan
245
f)
g)
h)
i)
dari PTK ini, yaitu nilai tambah atau dampak langsung atau
pengiring terhadap kemampuan siswa Anda.
Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Dalam bagian ini, Anda diminta untuk memperdalam atau
memperluas pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan masalah
penelitian yang akan diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempelajari buku-buku dan hasil penelitian yang berkaitan dengan
masalah tersebut. Kajian teoritis ini sangat berguna untuk
memperkaya Anda dengan variabel yang berkaitan dengan
masalah tersebut. Selain itu, Anda juga akan memperoleh
masukan yang dapat membantu Anda dalam melaksanakan PTK,
terutama dalam merumuskan hipotesis.
Rencana Penelitian
Mencakup penataan penelitian, faktor-faktor yang diselidiki,
rencana kegiatan (persiapan, implementasi, observasi dan
interpretasi, analisis, dan refleksi), data dan cara pengumpulan
data, dan teknik analisis data penelitian.
Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi bentuk aktivitas terkait dengan penelitian
dan rancangan waktu kapan dilaksanakan dan dalam jangka
berapa lama. Untuk membuat jadwal penelitian Anda harus
menginventarisasi jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan dimulai
dari awal perencanaan, penyusunan proposal sampai dengan
selesainya penulisan laporan. Jadwal PTK umumnya ndisusun
dalam bentuk bar chart.
Rencana Anggaran
Cantumkan anggaran yang akan digunakan dalam PTK Anda,
terutama jika PTK ini dibiayai oleh sumber dana tertentu. Rencana
biaya meliputi kegiatan sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan,
dan penyusunan laporan. Pada tiap-tiap tahapan diuraikan jenisjenis pengeluaran yang dilakukan serta berapa banyak alokasi
dana yang disediakan untuk tiap-tiap kegiatan.
4. Pelatihan
Setelah mengkaji dengan cermat semua uraian untuk memantapkan
pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut.
a. Langkah-langkah PTK merupakan satu siklus yang berulang sampai
tujuan perbaikan yang dirancang dapat terwujud. Coba gambarkan siklus
tersebut dengan cara Anda sendiri dan jelaskan kapan siklus tersebut
dapat berakhir.
b. Tahap observasi dan interpretasi merupakan satu tahap yang
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Coba diskusikan
dengan teman Anda mengapa kedua tahap tersebut harus dilakukan
bersamaan dan mengapa observasi harus disertai dengan interpretasi.
248
1. TUJUAN
a. Peserta dapat menjelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
b. Peserta dapat membedakan karya ilmiah penelitian dan nonpenelitian.
c. Diberikan informasi tentang hasil penelitian/kasus pembelajaran,
peserta dapat merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah artikel.
2. STRATEGI KEGIATAN
a. Ceramah singkat tentang penulisan karya ilmiah disertai penyajian
contoh-contoh karya tulis ilmiah.
b. Diskusi untuk menemukan perbedaan contoh antara artikel penelitian
dan nonpenelitian
c. Tugas mandiri
3. MATERI
Di dalam modul ini, karya tulis ilmiah yang akan dibahas terdiri dari
dua macam, yaitu laporan hasil penelitian khususnya laporan penelitian
tindakan kelas dan artikel ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian
dan nonpenelitian.
a. Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian,
atau hal apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh
seseorang atau badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan
hal itu. Ada beberapa jenis laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil
praktikum, dan hasil tes laboratorium. Sedangkan laporan PTK termasuk
jenis laporan lebih tinggi penyajiannya. Tujuan menulis laporan secara
sederhana
adalah
untuk
mencatat,
memberitahukan,
dan
merekomendasikan hasil penelitian. Dalam penelitian, laporan merupakan
laporan hasil penelitian yang berupa temuan baru dalam bentuk teori,
konsep, metode, dan prosedur, atau permasalahan yang perlu dicarikan cara
pemecahannya. Namun untuk mengimplementasikannya memerlukan waktu
249
Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman. Komponen ini
merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan, tujuan,
prosedur pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan pembahasan,
serta simpulan dan saran.
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalah diselesaikan, identifikasi masalah,
analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
definisi istilah bila dianggap perlu. Urutan penyajian bisa disusun
sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi
masalah, analisis masalah, dan pentingnya masalah untuk
diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)
Bab II Kajian Pustaka
Kajian Pustaka menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang
relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti
membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu
dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri
dengan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis. Urutan penyajian
yang bisa digunakan adalah sebagai berikut
A. Kajian Teoritis
B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan,
peneliti)
D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
E. Perumusan Hipotesis Tindakan
Bab III Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Bab ini berisi unsur-unsur seperti deskripsi lokasi, waktu, mata
pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subjek penelitian.
Selain itu, bab ini juga menyajikan gambaran tiap siklus: rancangan,
pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha
validasi hipotesis dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat
rasional dan feasible serta collaborative. Urutan penyajian bisa
disusun sebagai berikut:
A. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan
karakteristik siswa)
251
B. Deskripsi
per
Siklus
(rencana,
pelaksanaan,
pengamatan/pengumpulan data/instrument, refleksi)
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV menyajikan uraian tiap-tiap siklus dengan data lengkap, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi.
Perlu ditambahkan hal yang mendasar yaitu hasil perubahan
(kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi dan
aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar. Kemukakan grafik dan
tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan
yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.
A. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi),
keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data)
B. Pembahasan dari tiap siklus
Bab V Simpulan dan Saran
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
b. Artikel Ilmiah
Kegiatan menyusun karya ilmiah, baik berupa laporan hasil penelitian
maupun makalah nonpenelitian, merupakan kegiatan yang erat kaitannya
dengan aktivitas ilmiah.
Beberapa kualifikasi yang diperlukan untuk dapat menulis karya ilmiah
dengan baik antara lain adalah:
1) Pengetahuan dasar tentang penulisan karya ilmiah, baik yang berkenaan
dengan teknik penulisan maupun yang berkenaan dengan notasi ilmiah.
Di samping itu, keterampilan menggunakan bahasa tulis dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
2) Memiliki wawasan yang luas mengenai bidang kajian keilmuan
3) Pengetahuan dasar mengenai metode penelitian.
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam
jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah
dengan mengikuti pedoman atau konvensi yang telah disepakati atau
ditetapkan. Artikel ilmiah bisa diangkat dari hasil penelitian lapang, hasil
pemikiran dan kajian pustaka, atau hasil pengembangan proyek. Dari segi
sistematika penulisan dan isi suatu artikel dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu artikel hasil penelitian dan artikel nonpenelitian. Secara umum,
isi artikel hasil penelitian meliputi: judul artikel, nama penulis, abstrak dan
kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan
saran, serta daftar rujukan. Sedangkan artikel nonpenelitian berisi judul,
nama penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, bagian inti, penutup,
dan daftar rujukan.
252
253
254
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti,
keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi
temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
Untuk artikel nonpenelitian, bagian inti ini dapat sangat bervariasi
bergantung pada topik yang dibahas. Yang perlu diperhatikan dalam
bagian ini adalah pengorganisasian isi yang dapat berupa fakta, konsep,
prosedur, atau prinsip. Isi yang berbeda memerlukan penataan dengan
urutan yang berbeda pula.
6) Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah artikel
nonpenelitian jika isinya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya.
Namun apabila bagian akhir berisi kesimpulan hasil pembahasan
sebelumnya, maka istilah yang dipakai adalah kesimpulan. Pada bagian
akhir ini dapat juga ditambahkan saran atau rekomendasi.
Untuk artikel hasil penelitian, bagian penutup berisi kesimpulan dan saran
yang memaparkan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil
dan pembahasan. Kesimpulan diberikan dalam bentuk uraian verbal,
bukan numerikal. Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah
dibuat. Saran dapat mengacu pada tindakan praktis, atau pengembangan
teoretis, atau penelitian lanjutan.
7) Daftar Rujukan/Pustaka
Daftar rujukan berisi daftar dokumen yang dirujuk dalam penyusunan
artikel. Semua bahan pustaka yang dirujuk yang disebutkan dalam batang
tubuh artikel harus disajikan dalam daftar rujukan dengan urutan alfabetis.
Gaya selingkung dalam menyusun daftar pustaka bisa bervariasi,
bergantung pada disiplin ilmu yang menjadi payung artikel ilmiah anda
atau jurnal yang akan memuat artikel anda. Bidang Pendidikan atau
Psikologi sering menggunakan format APA
(American Psychological
Association), sedangkan disiplin ilmu Sejarah menggunakan Turabian Style
atau Chicago Manual, dan bidang Bahasa dan Sastra menggunakan MLA
(Modern Language Association). Apapun gaya yang anda gunakan,
pastikan bahwa gaya penulisan anda konsisten dan sesuai dengan format
yang ditetapkan oleh jurnal/media yang akan menampung tulisan anda.
Untuk itu, anda perlu mencermati lebih dahulu format seperti apa yang
harus anda ikuti sebelum mulai menulis/menyunting artikel ilmiah anda.
Secara umum, yang dicantumkan dalam rujukan (berupa buku) adalah:
nama pengarang, tahun penerbitan, judul, kota tempat penerbitan, dan
nama penerbitnya.
4. LATIHAN
a. Bedakan artikel hasil penelitian dengan artikel nonpenelitian dari
dimensi isi artikel.
b. Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan.
Apa saja yang seharusnya disajikan dalam pembahasan?
255
5. SUPLEMEN
Contoh-contoh laporan PTK dan contoh artikel tiap program
studi/jurusan (jika ada dan diperlukan).
BAB V
MATERI BAHASA INDONESIA
A. Berbicara
1. Pengantar
Kompetensi inti atau standar kompetensi yang Anda pelajari pada
modul ini adalah mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra.
Kompetensi inti tersebut terdiri atas tiga kompetensi dasar (KD), yakni
menggunakan wacana lisan untuk wawancara, menggunakan wacana lisan
untuk presentasi laporan dan pidato, dan menggunakan wacana lisan
untuk diskusi. KD menggunakan wacana lisan untuk wawancara terdiri
atas dua indikator esensial, yakni menentukan jenis pertanyaan yang
cocok dengan kutipan dan menentukan jawaban yang harus disampaikan
narasumber dengan benar. KD menggunakan wacana lisan untuk
presentasi laporan dan pidato terdiri atas tiga indikator esensial, yakni
memilih kalimat yang tidak sesuai dengan konteks penggalan pidato,
menentukan jenis komponen pidato yang sesuai dengan penggalan pidato,
dan menentukan kalimat pembuka/penutup pidato. KD menggunakan
wacana lisan untuk diskusi terdiri atas dua indikator esensial, yakni
menentukan pernyataan persetujuan atau bukan persetujuan yang tepat
dan memilih komponen diskusi.
Kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator esensial tersebut
disajikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan belajar. Per kegiatan belajar
terdiri atas tiga komponen, yakni kegiatan orientasi yang berisi tujuan dan
cara belajar, kegiatan inti yang berisi uraian materi, dan perlatihan yang
berisi penajaman kompetensi. Untuk mengetahui tingkat penguasaan
materi, setelah kegiatan belajar disediakan soal-soal evaluasi.
2. Materi Pembelajaran
A. MENGUNGKAPKAN SECARA LISAN WACANA NONSASTRA
256
Wacana, seperti yang Anda pelajari selama ini, ialah satuan bahasa
terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau tuturan utuh.
Sebagai karangan atau tuturan utuh, wacana terdiri atas rangkaian
kalimat berkaitan yang menghubungkan antarproposisi sehingga
terbentuk kesatuan (Alwi dkk., 2003:419). Dari segi isi, wacana
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni wacana sastra dan wacana
nonsastra. Kedua jenis wacana tersebut dapat disampaikan secara lisan
atau nonlisan. Terkait dengan hal tersebut, pada bagian ini dibahas
kompetensi inti mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra. Bagianbagian kompetensi inti yang dibahas adalah menggunakan wacana lisan
untuk wawancara, menggunakan wacana lisan untuk presentasi laporan
dan pidato, dan menggunakan wacana lisan untuk diskusi. Tiap bagian
diperinci menjadi beberapa indikator esensial.
1) MENGGUNAKAN WACANA LISAN UNTUK WAWANCARA
Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu menentukan jenis
pertanyaan yang cocok dengan kutipan dan menentukan jawaban yang
harus disampaikan narasumber dengan benar. Tujuan itu dapat Anda
capai dengan cara memahami materi yang disajikan, melaksanakan
perintah-perintah yang diintegrasikan dalam materi, dan mengerjakan
perlatihan yang disediakan.
Dalam kehidupan sehari-hari Anda sering melihat wawancara.
Sebagian di antara Anda bahkan pernah melakukannya. Secara umum,
wawancara
dapat
diartikan
kegiatan
tanya
jawab
dengan
narasumber/informan untuk meminta kepastian informasi tentang hal
tertentu (Surya, 2012:110). Konsep kepastian penting untuk
membedakan wawancara dengan diskusi, dialog, dan percakapan biasa.
Dalam wawancara, kepastian informasi merupakan hal penting yang
dicari oleh pewawancara. Karena itu, narasumber/informan sebagai
pemberi kepastian informasi berstatus figur penting. Ia dipilih oleh
pewawancara
karena
status,
keahlian,
pengetahuan,
atau
kerelevanannya dengan materi wawancara.
Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman Anda tentang
wawancara, berikut disajikan beberapa pernyataan. Tulislah S dalam
tanda kurung kalau Anda sependapat dan tulislah TS kalau tidak
sependapat!
(1)Dalam wawancara terdapat narasumber/informan yang ahli dalam
bidang tertentu. ()
(2)Wawancara melibatkan minimal dua narasumber/informan dan
masing-masing
orang
dapat
mengemukakan
pendapatnya
sehingga terdapat minimal dua arah komunikasi. ()
(3)Narasumber/informan harus dapat menjawab dengan benar semua
yang ditanyakan kepadanya. ()
257
258
259
Narasumber 2
: Saya kira akan ada jalan keluar, misalnya sanggar
belajar tersebut dicarikan lokasi lain.
Penyiar radio
: Soal dananya bagaimana?
Narasumber 2
: Saya kira kami tidak tinggal diam. Tetapi, kalau
mereka bisa mandiri, saya kira itu jauh lebih baik.
..
a) Menentukan Jenis Pertanyaan yang Cocok dengan Kutipan
Anda memahami bahwa pertanyaan merupakan variabel utama dalam
wawancara. Pertanyaan berguna bukan hanya bagi pewawancara dan
narasumber/informan, melainkan juga pihak lain. Bagi pewawancara,
pertanyaan merupakan sarana atau bahkan senjata untuk menggali
informasi yang diingininya. Bagi narasumber/informan, pertanyaan
merupakan sarana untuk mengidentifikasi informasi yang diingini
pewawancara. Bagi pihak lain, pertanyaan merupakan sarana untuk
mengetahui informasi yang diingini pewawancara dan sarana pengecek
kesesuaian dan kedalaman jawaban narasumber/informan.
Pihak lain juga dapat menggunakan pertanyaan sebagai sarana untuk
mengidentifikasi jenis wawancara. Dalam hal ini, jenis wawancara dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Berdasarkan kesistematisan
pertanyaan-pertanyaan wawancara, terdapat wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur. Kalau pertanyaan-pertanyaan pewawancara ditata secara
sistematis, wawancaranya berjenis terstruktur. Kebalikannya,
kalau
pertanyaan-pertanyaan pewawancara tidak sistematis, wawancaranya
berjenis tidak terstruktur. Berdasarkan peluang narasumber/informan untuk
menguraikan jawabannya, terdapat wawancara terbuka dan tertutup. Kalau
melalui pertanyaan-pertanyaannya pewawancara memberikan peluang
260
Kata/Frasa tanya
di mana
seberapa lama
Fungsi
Tempat
Durasi
Calon guru
: .
Tentukan jawaban calon guru yang tepat untuk mengisi bagian yang
rumpang pada teks wawancara tersebut!
B. MENGGUNAKAN WACANA LISAN UNTUK PRESENTASI LAPORAN
DAN PIDATO
Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu memilih kalimat yang
tidak sesuai dengan konteks penggalan pidato, menentukan jenis komponen
pidato yang sesuai dengan penggalan pidato, dan menentukan kalimat
pembuka/penutup pidato. Tujuan itu dapat Anda capai dengan cara
memahami materi yang disajikan, melaksanakan perintah-perintah yang
diintegrasikan dalam materi, dan mengerjakan perlatihan yang disediakan.
Pidato, seperti yang sering Anda amati atau bahkan Anda lakukan,
ialah kegiatan pengungkapan pikiran secara lisan yang ditujukan kepada
banyak orang dengan pepidato (orator atau orang yang berpidato) sebagai
figur sentral. Pepidato berperan penting karena menjadi narasumber
(pemberi informasi) tunggal sekaligus tokoh utama. Ia seolah-olah menjadi
orang yang paling pandai karena berhak menguliahi,
mengelola,
menertawakan, memancing reaksi, serta memengaruhi emosi pendengar.
Komunikasi yang pada umumnya satu arah, yakni dari pepidato kepada
pendengar, menyebabkan pepidato aman karena tidak disanggah, didebat,
atau ditanyai pendengar. Untuk meningkatkan daya tarik
pidatonya,
pepidato biasanya menunjukkan keterampilan verbal dan nonverbal.
Keterampilan verbal merupakan kemampuan mengemas dan menyampaikan
pikiran melalui bahasa, sedangkan keterampilan nonverbal merupakan
kemampuan mengemas dan menyampaikan pikiran melalui gerak tubuh
(kinesik), misalnya gerak tangan dan ekspresi wajah.
Pidato dapat disampaikan dengan empat metode, yakni impromptu
(serta-merta), penghafalan, naskah, ekstemporan (tanpa persiapan naskah),
(Keraf, 2004:360). Pada metode impromptu (serta-merta), pidato
disampaikan secara dadakan atau tanpa persiapan karena kebutuhan sesaat
(insidental). Pepidato menyampaikan pikiran sesaatnya berdasarkan
pengetahuan dan kemahirannya. Pidato jenis ini biasanya tidak bagus
kecuali pepidatonya berpengetahuan luas dan mahir. Pada metode
penghafalan, pidato disampaikan dengan cara menghafal materi pidato yang
telah disiapkannya. Penyampaian pidato dengan metode menghafal berisiko
karena pepidato dapat lupa materi yang diingatnya. Pada metode naskah,
pidato disampaikan dengan cara membaca kata demi kata pada naskah
yang disiapkannya. Pidato jenis ini biasanya tidak menarik. Pendengar
biasanya bahkan mengatakan, Gitu aja aku juga bisa. Pada metode
ekstemporan, pidato disampaikan dengan berpedoman pada garis besar
atau kerangka pidato yang telah disiapkan. Pidato jenis terakhir ini
263
1.3 dst.
2. Isi
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3 dst.
2.2
2.3 dst.
3. Penutup
3.1
3.2 dst.
3.3.1 salam ()
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
Pengembangan
kerangka
pada
dasarnya
merupakan
pengorganisasian pesan. ()
Pengorganisasian pesan dapat dilakukan dengan enam cara, yaitu
deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. ()
Dalam cara deduktif, pesan pidato disampaikan dengan
menyatakan gagasan utama lebih dulu, setelah itu keterangan
penunjang. ()
Cara induktif merupakan kebalikan cara deuktif. ()
Dalam cara kronologis, pesan pidato disampaikan dengan
berdasar urutan waktu peristiwa. ()
Dalam cara logis, pesan pidato disusun berdasarkan sebab ke
akibat atau akibat ke sebab. ()
Dalam cara spasial, pesan pidato disampaikan berdasarkan
tempat. ()
Dalam cara topikal, pesan pidato disusun berdasarkan topik
pembicaraan: dari yang penting ke yang kurang penting, dari yang
dikenal ke yang asing, dan sebagainya. ()
Setelah pembuatan kerangka selesai, kegiatan berikutnya adalah
pengembangan kerangka. ()
Dalam tahap pengembangan, kata-kata kunci dalam kerangka
dikembangkan menjadi kalimat-kalimat utama dan kalimat-kalimat
penjelas. ()
Pengembangan kerangka harus memerhatikan prinsip-prinsip
komposisi pidato, yaitu kesatuan, pertautan, dan titik berat. ()
Dalam hal kesatuan, naskah pidato dapat diibaratkan suatu tubuh.
Antarbagian tidak bercerai berai. ()
Dalam hal pertautan atau koherensi, antarbagian harus berurutan
dan berkaitan. ()
Dalam hal titik berat, harus ada bagian tertentu yang menjadi
bagian terpenting. ()
Di samping harus menggunakan intonasi yang tepat, pepidato
juga harus menggunakan artikulasi dan volume yang jelas. ()
265
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat Anda pada
ruang berikut!
..
1) Memilih Kalimat yang tidak Sesuai dengan Konteks Pidato
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan yang
utuh (Alwi, 2003:280). Pengertian itu mengisyaratkan bahwa satuan bahasa
yang lebih kecil daripada kalimat, misalnya kata dan frasa, belum memiliki
gagasan yang utuh.
266
267
.
Saudara-saudara yang saya hormati,
Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Guru memegang peran penting dalam
menentukan masa depan pendidikan. Di tangan guru yang baik, pendidikan akan baik.
Kebalikannya, pendidikan akan hancur kalau guru tidak peduli.
Guru dan pendidikan memang tidak dapat dipisahkan. Makin banyak guru, makin banyak
orang yang membutuhkan pendidikan.
..
Penggalan pidato tersebut terdiri atas enam kalimat. Kalimat pertama
sampai dengan kelima sesuai dengan konteks pidato, yakni peran guru
dalam pendidikan. Kalimat keenam tidak sesuai dengan konteks pidato
karena tidak sejalan (tidak menunjukkan peran guru dalam pendidikan). Dari
segi logika, kalimat keenam di samping tidak sesuai dengan konteks juga
tidak logis karena jumlah peminat pendidikan tidak disebabkan oleh jumlah
guru.
2) Menentukan Jenis Komponen Pidato yang Sesuai dengan
Penggalan Pidato
Pidato merupakan kegiatan prosedural yang terdiri atas tiga
komponen, yakni pembuka, isi dan penutup. Sebagai kegiatan prosedural,
ketiga komponen tersebut bersifat urut dan harus ada.
Sifat urut mengisyaratkan bahwa komponen pembuka merupakan
komponen pertama, komponen isi merupakan komponen kedua, dan
komponen penutup merupakan komponen ketiga. Ketiga komponen itu
bersifat sinergis dan sistemis sehingga tidak dapat diacak. Aneh suatu pidato
kalau ketiga komponen tersebut disajikan secara acak, misalnya komponen
penutup disampaikan sebelum komponen pembuka dan isi.
Sifat harus ada mengisyaratkan bahwa ketiga komponen itu harus
disajikan secara lengkap. Pidato akan janggal kalau bagian komponen atau
penutupnya ditanggalkan. Lebih aneh suatu pidato kalau komponen isinya
ditiadakan.
Komponen pembuka atau pendahuluan, sesuai dengan namanya,
disajikan pada bagian awal. Komponen pembuka berisi salam awal, ucapan
syukur kepada Tuhan, pernyataan penghormatan kepada hadirin, dan
pengantar pidato. Komponen ini berfungsi membangkitkan perhatian,
memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan baik
tentang pebicara.
268
Komponen isi disajikan pada bagian tengah. Komponen isi berisi butirbutir inti materi pidato. Karena berisi butir-butir inti, sajian komponen isi
lebih banyak daripada komponen pembuka dan penutup.
Komponen penutup disajikan pada bagian akhir pidato. Komponen
penutup berisi simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat penutupan,
ucapan terima kasih, dan salam akhir.
Berikut disajikan
komponennya!
contoh
teks
pidato.
Cermatilah
komponen-
Assalammualaikum,
Bapak kepala sekolah dan Ibu/Bpk guru yang saya hormati,
Anak-anak yang saya sayangi,
Pertama, marilah kita bersyukur kepada Allah. Atas rahmat dan karunia-Nya, pagi ini kita
dapat berkumpul di aula sekolah ini untuk memeringati Hari Pendidikan Nasional.
Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian. Pendidikan merupakan satu program penting yang
harus diperhatikan sebaik-baiknya oleh semua pihak. Kerja sama antara lembaga pendidikan,
pemerintah, dan orang tua membantu peningkatan kualitas dan pembentukan karakter anak-anak
pada masa mendatang.
Berikut saya sampaikan kutipan menarik yang ditulis Dorothy Law Nolte.
Kalau anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Kalau anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Kalau anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Kalau anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
Kalau anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar dengki
Kalau anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
Kalau anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Kalau anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Kalau anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Kalau anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
Kalau anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Kalau anak dibesarkan dengan pengakuan,ia belajar mengenali tujuan.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
Kalau anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Kalau anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Kalau anak dibesarkan dengan ketenteraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.
Harus kita yakini bahwa kualitas akademik, mental, dan spiritual anak di masa depan
bergantung pada didikan yang diberikan di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, kerja
sama semua pihak diperlukan. Sekolah tidak akan mampu mendidik anak-anak menjadi pribadi
yang sempurna tanpa dukungan orang tua, pemerintah, dan warga masyarakat.
.
Marilah kita cukupi kebutuhan pengetahuan dan keterampilan anak-anak dengan ilmu
yang memadai. Kita didik mereka dengan kasih sayang. Kita ajari mereka dengan teori dan contoh
nyata. Mari kita selamatkan generasi muda dengan mendidiknya sebaik-baiknya. Semoga Allah
memberikan kemudahan kepada kita untuk melakukan semua itu. Amin.
.
Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian,
Saya sampaikan sekali lagi bahwa peningkatan kualitas dan pembentukan karakter
anak-anak pada masa mendatang sangat penting. Marilah kita menunjukkan peran kita
masing-masing untuk mewujudkan hal tersebut. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih
atas perhatian Ibu, bapak, dan siswa-siswi sekalian. Saya mohon maaf atas kekurangan dan
kesalahan. Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (Diadaptasi dari teks
Sambutan Hari Pendidikan Nasional dalam Lancar Berpidato dan MC [Novia, 2011:150152)
Dari contoh di depan Anda dapat menentukan bahwa bagian yang
bercetak miring merupakan komponen pembuka karena berisi salam, ucapan
syukur kepada Tuhan, pernyataan penghormatan kepada hadirin, dan
pengantar pidato. Bagian yang terletak di antara yang bercetak miring dan
yang bercetak tebal merupakan komponen isi karena berisi butir-butir inti
materi pidato. Bagian yang bercetak tebal merupakan bagian penutup
karena berisi simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat penutupan, ucapan
terima kasih, dan salam akhir.
3) Menentukan Kalimat Pembuka/Penutup Pidato
Pada butir 2.2 telah Anda pelajari bahwa komponen pembuka berisi
salam awal, ucapan syukur kepada Tuhan, pernyataan penghormatan kepada
hadirin, dan pengantar pidato; sedangkan komponen penutup berisi
simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat penutupan, ucapan terima kasih,
dan salam akhir. Karena isinya berbeda, kalimat-kalimat yang menjadi
tempat komponen pembuka berbeda dengan kalimat-kalimat dalam
komponen penutup. Kalimat-kalimat dalam komponen pembuka bersifat
mengawali uraian materi dengan fungsi membangkitkan perhatian,
memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan baik
tentang pebicara; sedangkan kalimat-kalimat komponen penutup bersifat
mengakhiri uraian materi dengan fungsi menegaskan atau menggarisbawahi
materi yang telah disampaikan, memberikan saran, dan menjalin hubungan
baik dengan hadirin setelah pidato.
270
menyetujuinya atau Saya rasa jelas bahwa pernyataan Saudara Agus tidak
hanya jelas, tetapi juga berbahaya. Pernyataan demikian menurunkan
martabat orang yang ditanggapi sehingga harus dihindari agar
keharmonisan tetap terjaga.
2) Memilih Komponen Diskusi
Pernyataan persetujuan dan bukan persetujuan yang diuraikan pada
butir 2.1 di depan dapat disampaikan oleh peserta kepada pebicara, peserta
kepada peserta, dan pebicara kepada peserta. Pebicara dan peserta tersebut
merupakan dua di antara empat komponen diskusi. Dua komponen yang lain
adalah moderator dan notulis.
Diskusi yang bersifat formal (resmi) dengan banyak peserta biasanya
dilakukan oleh minimal empat komponen, yaitu pebicara, pemimpin atau
pemandu diskusi (moderator), sekretaris atau penulis diskusi, dan peserta
diskusi. Tiap komponen memunyai tugas khusus. Pebicara, misalnya,
memunyai tugas menyajikan pokok-pokok permasalahan yang akan
didiskusikan.
Pebicara melaksanakan tugas tersebut setelah ia diberi kesempatan
oleh pemandu diskusi untuk berbicara. Biasanya, pokok-pokok permasalahan
disampaikan setelah pebicara mengucapkan salam dan berbasa-basi
sebentar, sebelum berbicara panjang lebar untuk mengembangkan pokokpokok permasalahan.
Pokok-pokok permasalahan merupakan garis besar diskusi yang
dikembangkan berdasarkan topik. Secara sederhana, dalam menyajikan
pokok-pokok permasalahan pebicara dapat mengatakan, misalnya, Pada
kesempatan ini saya akan menyampaikan beberapa hal. Pertama, ..;
kedua..; dan seterusnya.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya pebicara
lupa terhadap pokok permasalahan tertentu atau ketidakruntutan pokokpokok permasalahan, pebicara dapat membuat catatan lebih dahulu tentang
pokok-pokok permasalahan yang akan disajikan. Catatan tersebut harus
dikuasai lebih dahulu dan sebaiknya memang tidak dibaca pada saat
penyajian karena hal tersebut dapat menurunkan kredibilitas pebicara.
Sekarang cermatilah pernyataan-pernyataan berikut! Tulislah S dalam
tanda kurung kalau Anda setuju dan TS kalau tidak setuju!
a) Pebicara
sebelum
b) Dengan
keadaan
276
Perlatihan
6) Perhatikan penggalan diskusi antarguru berikut!
Guru 1: Kalau menurut saya, semua kompetensi dasar harus diajarkan meskipun yang di-UNkan hanya kompetensi dasar pada keterampilan membaca dan menulis.
Guru 2:
Tentukan pernyataan persetujuan yang tepat untuk disampaikan oleh
guru 2 sesuai dengan penggalan diskusi tersebut!
7) Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengundang seorang pakar bahasa
Indonesia untuk menjelaskan isu-isu mutakhir kebahasaindonesiaan.
Seratus guru bahasa Indonesia juga diundang dalam forum itu.
Tentukan komponen diskusi yang seharusnya ada!
B. Membaca
Standar kompetensi modul membaca ini adalah memahami wacana
nonsastra. Modul ini membahas (1) memahami berbagai teks, yang meliputi
kalimat topik, kalimat penjelas, ide pokok, dan makna tersirat dalam
penggalan teks; (2) menyimpulkan dan merangkum isi suatu teks; (3)
membedakan fakta dengan opini dalam teks; (4) mengubah sajian grafik,
tabel, atau bagan menjadi uraian.
1. Materi Pembelajaran
a. Memahami Berbagai Teks
Tahukah Anda, apa yang dimaksud dengan teks? Teks merupakan salah satu
bentuk wacana. Sebuah teks, utamanya teks karya ilmiah, terdiri atas
paragraf-paragraf yang kohesif dan koherensif. Paragraf yang kohesif adalah
paragraf yang hanya mengandung sebuah ide pokok atau kalimat topik.
Selanjutnya, paragraf yang koherensif adalah paragraf yang dibangun atas
kalimat-kalimat yang padu.
Sebagaimana Anda pahami, sebuah paragraf terdiri atas beberapa
kalimat. Kalimat-kalimat tersebut dapat dibedakan menjadi kalimat pokok
dan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat pokok adalah kalimat yang
dikembangkan dalam paragraf. Adapun kalimat penjelas adalah kalimatkalimat yang menjelaskan kalimat pokok. Untuk itu, pada uraian berikut ini,
Anda akan mempelajari bagaimana cara menemukan kalimat pokok atau ide
pokok dalam paragraf, menemukan kalimat penjelas yang tidak mendukung
isi paragraf, dan menemukan makna kalimat yang selaras dengan teks
(secara tersirat)
Menemukan kalimat pokok atau ide pokok dalam paragraf
Berdasarkan letak kalimat pokoknya, terdapat empat macam paragraf,
yakni (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf kombinatif,
dan (4) paragraf tanpa kalimat pokok (Akhadiah, S. dkk., 1997). Berdasarkan
277
Contoh Paragraf
1.
2.
3.
4.
Macam
paragraf
Kalimat/ide
pokok
278
Pilihan A
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf deduktif
Kalimat pokok pada akhir paragraf=
paragraf induktif
Kalimat pokok pada awal dan akhir
paragraf=paragraf kombinatif atau
campuran
Tidak berkalimat pokok
Pilihan B
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf deduktif
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf induktif
Kalimat pokok pada awal dan akhir
paragraf=paragraf kombinatif atau
campuran
Tidak berkalimat pokok, tetapi beride
pokok.
garam, dan gula secukupnya, keju parut, dan minyak goreng. Kedua, kupas
pisang dan belah dua secara memanjang. Ketiga, masukkan tepung terigu,
sedikit garam dan gula, kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit dan aduk
hingga menjadi adonan. Keempat, panaskan minyak di wajan. Kelima, masukkan
potongan pisang ke adonan. Keenam, goreng pisang yang terbalur adonan, balikbalik sampai berwarna kekuningan. Ketujuh, angkat pisang goreng tersebut dan
letakkan di piring serta taburkan keju parut di atasnya.
Untuk mempraktikkan langkah-langkah tersebut, jawab pertanyaanpertanyaan berikut ini!
No.
1.
2.
3.
Jawaban
Paragraf tersebut terdiri atas tujuh
kalimat
Tidak ada yang berupa kalimat topik.
280
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kalimat pokok
Kalimat penjelas
Kalimat pokok
Kesadaran masyarakat akan
pentingnya alat tukar nonfisik tumbuh
sejak 2005.
Pada 2007, mulai bermunculan
produk uang elektronik.
sebuah tulisan, terdapat pula opini atau pendapat penulis atau pihak lain
yang pendapatnya dikutip penulis. Dari penjelasan tersebut, apakah yang
dimaksud dengan fakta dan pakah yang dimaksud dengan opini?
Sebuah fakta didukung oleh bukti. Fakta bersifat objektif, tidak
mengandung penilaian pribadi. Objektivitas fakta bisa berupa data historis,
data penelitian ilmiah, atau data statistik (Kirn dan Hartmann, 2007:22).
Guna memperjelas pengertian fakta, perhatikan contoh berikut ini!
Paragraf 9
Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2012 menjadi
120.000 kursi. Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi. Penambahan kuota karena ada perguruan
tinggi negeri baru dan beberapa program studi baru PTN.
Fakta: (1) Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2012
menjadi 120.000 kursi. (2) Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi.
Selanjutnya, apakah yang dimaksud dengan opini? Menurut Kirn dan
Hartmann (2007:22), opini didasarkan atas pendapat, keyakinan, atau
perasaan individul. Opini adalah kesimpulan atau keputusan personal dan
subjektif. Agar jelas pemahaman Anda tentang opini, perhatikan contoh
berikut ini!
Paragraf 10
Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya mendapatkan air tawar.
Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi penduduk di pulau-pulau terpencil di
Kabupaten Maluku Barat Daya. Tak jarang, rebutan air tawar lalu memicu pertengkaran.
(Sumber: Kompas, 2012:1)
Opini: (1) Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya mendapatkan air
tawar. (2) Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi penduduk di pulau-pulau
terpencil di Kabupaten Maluku Barat Daya. (3) Tak jarang, rebutan air tawar lalu memicu
pertengkaran.
Dari kedua contoh tersebut, apakah yang dapat Anda simpulkan
tentang fakta dan opini dalam sebuah paragraf? Ya, dalam sebuah paragraf
bisa terdapat fakta saja atau opini saja. Namun, dalam sebuah paragraf bisa
terdapat fakta dan opini.
Perlatihan
1. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta saja!
2. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung opini saja!
3. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta dan opini!
d. Mengubah Sajian Grafik, Tabel, atau Bagan Menjadi Uraian
Pada materi sebelumnya dalam modul ini telah disampaikan bahwa
dalam tulisan eksposisi dan argumentasi, penulis bisa menyajikan grafik,
tabel, atau bagan. Ketiga bentuk penyajian visual tersebut dimaksudkan
285
tulisan
eksposisi
dan
sebagai
6
5
4
Siswa PAUDNI
Siswa SD/SMP/SMA
Mahasiswa
2
1
0
McDogel
KECE FC
AW Lah
MrDoel
Media pembicaraan
Ragam Bahasa
1.
Ragam bahasa undang-undang
2.
Ragam bahasa jurnalistik
3.
Ragam bahasa ilmiah
4.
Ragam bahasa sastra
1.
Ragam lisan:
o
Ragam bahasa cakapan
286
o
o
o
2.
o
o
o
o
Hubungan antarpembicara bahasa 1.
2.
3.
4.
287
Bahan pokok
Gula
Telur
Beras C4
Kacang tanah
288
C. Menulis
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun ini.
Kali ini Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis. Di bawah ini
disajikan deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengungkapkan wacana
tulis nonsastra. Berdasar SK tersebut diturunkan kompetensi dasar (KD)
sejumlah enam. Keenam KD yang dimaksudkan adalah di bawah ini.
a) Menulis pesan singkat dan surat,
b) Menulis teks berita,
c) Menulis slogan, poster, dan iklan baris,
d) Menulis karya ilmiah,
e) Menulis paragraf,
f) Menulis kalimat dan penggunaan ejaan.
2. Materi Pembelajaran
a. Menulis Pesan Singkat (Memo)
Memo merupakan pesan singkat tentang pokok persoalan yang
disampaikan seseorang kepada orang lain. Pesan singkat tersebut biasanya
disampaikan atasan kepada bawahan, antarteman sejawat. Pesan singkat
juga dapat disampaikan antarteman dalam satu sekolah. Dalam institusi
tertentu, misalnya kantor, biasanya disiapkan papan tulis untuk menuliskan
pesan singkat (memo) ini. Namun juga dapat ditulis pada selembar kertas.
Memo disampaikan kepada orang lain biasanya karena alasan waktu yang
mendesak dan tidak mungkin dapat bertemu.
Memo ditulis seseorang kepada orang lain dengan harapan pesan yang
ingin disampaikan segera tersampaikan kepada sasaran. Karena alasan
cepat itulah, maka memo harus ditulis dengan bahasa yang singkat dan
mudah dipahami oleh orang lain, terutama penerima pesan tersebut.
Bentuk penulisan memo juga sederhana. Perhatikan contoh format
bentuk memo di bawah ini. Jika diperhatikan, unsur yang harus ada dalam
memo adalah judul, tanggal penulisan, dari (pembuat memo), kepada (orang
yang dituju), isi memo, nama terang pembuat memo. Perhatikan format
memo di bawah ini.
Kepala Memo
MEMO
7 Oktober 2012
Dari
: Kepala
Kepada :
Kepala,
Nama Terang
289
Perhatikan dua pesan singkat (memo) di bawah ini. Memo seperti ini
sering dijumpai di ruang redaksi majalah sekolah, tertulis di selembar kertas
yang ditempelkan di papan pengumuman.
MEMO
To: Wulan
1 Februari 2007
Wulan, cepat diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci mejaku.
Sore hari, pukul 16.00 Wib kita ketemu.
Ttd.
Novi
MEMO
Dari: Pimred
Kepada: Wulan
1 Februari 2007
Wulan, tolong diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci meja
saya. Sore hari, pukul 16.00 Wib kita bertemu di ruang redaksi.Terima kasih.
Ttd.
Novi
Dari kedua pesan singkat (memo) di atas, dapat diketahui dengan mudah
mana memo yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang sopan (santun)
dan mana yang kurang sopan.
290
b. Menulis Surat
1). Menulis Surat Pribadi
Komunikasi antarmanusia dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Telepon adalah salah satu cara yang dipilih untuk berkomunikasi. Namun,
jauh sebelum telepon ditemukan, orang berkomunikasi dengan orang lain
yang jaraknya jauh menggunakan surat.
Setiap orang pasti pernah menulis surat pribadi kepada siapa pun,
misalnya kepada orang tua, paman-bibi, atau sahabat. Surat pribadi dapat
berisi apa saja. Panjang-pendeknya juga tidak ditentukan. Dalam hal ini,
yang harus diperhatikan adalah terbangunnya komunikasi.
Di bawah ini disajikan bagian-bagian kosong (format) dalam surat
pribadi.
(1)
(2)
(3) ..
(4)
(5)
(6)
(7)
(8) .
Keterangan:
1. Tulislah tempat dan tanggal penulisan
Misalnya: Surabaya, 17 September 2012
2. Alamat surat yang dituju.
Misalnya: Yang tersayang Rina
di Banjarmasin
Yang tercinta Ayah dan Ibu
di Manado
291
3. Salam pembuka
Anda dapat menulis salam apa saja, misalnya salam hormat, selamat
pagi, salam rindu selalu, assalamu alaikum, atau salam manis
4. Biasanya berupa kabar dan kondisi. Penulis surat akan menyampaikan
kabar dirinya dan sekaligus dapat menanyakan kabar penerima surat.
5. Berita
Pada bagian ini ditulis dan disampaikan berita penting atau isi surat ini.
Misalnya, jika Anda menulis surat kepada Ibu atau Bapak yang
kebetulan tidak sekota, pada bagian ini tertulis maksud pengirim
surat, apakah mau minta uang untuk beli buku, atau permintaan izin
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
6. Berita lain atau cerita lain
Jika ingin menyampaikan hal-hal lain, sampaikan sesudah maksud
utama sudah disampaikan pada bagian ini, misalnya bercerita tentang
sahabat yang lucu, atau cerita-cerita lain.
7. Penutup surat
8. Salam penutup, tanda tangan, dan nama terang pengirim
2). Menulis Surat Resmi
Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai anggota masyarakat Anda tentu
pernah menerima surat dari sekolah, tempat kerja, pengurus RT, atau
instansi lain. Surat-surat tersebut tergolong surat resmi karena dikirim oleh
instansi, lembaga, atau organisasi. Jadi, tidak dikirim oleh individu atau
perseorangan. Coba Anda perhatikan contoh berikut ini!
SMP NEGERI .......
Jalan ...............................................................
Nomor
Lampiran
Hal
: 100/SMP/II/2012
: Tidak ada
: Ucapan terima kasih
26 Maret 2012
Kepala Surat
Nomor
Lampiran
Hal
:
:
:
.......Tanggal
Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
..............................
. ................................
..
..............................
..............................
..
...........................
...............................
Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup
Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)
Tembusan:
293
Sekarang coba Anda perhatikan dua contoh di bawah ini yang samasama menggunakan format baru, tetapi yang satu menggunakan format
setengah lurus dan satunya lagi menggunakan format lurus.
Jalan ..................................Surabaya
: 60/052/SLTP/2012
: Tidak ada
: Undangan
18 April 2012
Kepala,
Contoh surat resmi di atas jika dilihat dari segi formatnya akan terlihat
seperti di bawah ini, yang biasa disebut format baru (setengah lurus).
294
Kepala Surat
Nomor
Lampiran
Hal
:
:
:
Tanggal
Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
... .................................
. ......................................
..
... .................................
....................................
..
.................................
.....................................
Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup
Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)
295
: 031/OSIS/SMP 2/2012
: Tidak ada
: Permohonan izin
1 Desember 2012
Ketua OSIS,
Verry Laude
Tembusan:
1. Kepala SMP Negeri 2 Labakkang
2. Kepala Kepolisian Sektor Kecamatan Labakkang
296
Kepala Surat
Nomor
Lampiran
Hal
:
:
:
Tanggal
Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
.................................
................................... .
..
.................................
.................................
..
..............................
.................................
Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup
Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)
Tembusan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
298
299
300
UNSUR
CONTOH (1)
CONTOH (2)
UNSUR
Tulisan
Gambar
Tujuan
Kelengkapan
Isi
POSTER PENGUMUMAN
POSTER IKLAN
303
(3)
(4)
(3)
Jelas
Dalam poster pengumuman, kejelasan dapat ditempuh dengan cara
menyajikan informasi selengkap-lengkapnya. Apa saja yang dibutuhkan
pembaca sedapat mungkin disediakan oleh pembuat poster. Hal ini tentu
saja bergantung kepada jenis kegiatan yang diumumkan. Masing-masing
jenis kegiatan memiliki tingkat kejelasan dan kelengkapan yang berbedabeda. Syarat jelas di sini dapat juga disebut dengan syarat lengkap, dalam
pengertian informasi yang disampaikan harus mencakupi seluruh komponen
yang dibutuhkan pembaca. Dalam poster iklan, kejelasan dapat ditempuh
dengan pemilihan kata-kata, ungkapan-ungkapan, atau slogan-slogan,
kaitannya dengan produk yang diiklankan.
(3)Menarik
Untuk menambah daya tarik poster, ada dua hal yan sangat
menentukan, yaitu pilihan kata-kata, pilihan gambar, dan penataan tulisan
dan
gambar
tersebut.
Masing-masing
poster
sebenarnya
sudah
mencerminkan unsur penonjolannya, apakah berupa tulisan atau gambar.
Ada poster yang lebih menarik jika menggunakan banyak tulisan, ada pula
yang lebih menarik jika lebih banyak unsur gambarnya. Oleh karena itu,
sebelum membuat poster, Anda terlebih dahulu harus mengenali karakter
poster yang akan Anda buat tersebut.
3) Menulis Iklan Baris
Hampir seluruh surat kabar yang ada di negeri ini menyediakan ruang
untuk iklan baris. Surat kabar tertentu bahkan sampai berlebihan iklan baris
tersebut. Namun begitu setiap hari ada saja orang yang memasang iklan
305
(2)
harus bersedia mengikuti tes dan training terlebih dahulu. Yang berminat
dapat menghubungi Adi di Jln. Gatot Subroto 56 Jakarta, telepon 0215864874.
Dari contoh-contoh yang sudah Anda bedakan di atas, tentu Anda
sudah memahami benar unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam iklan
baris. Nah, sekarang cobalah Anda membuat contoh iklan.
Imam memiliki kendaraan roda dua yang bermerk Honda, yang dilihat
dari bentuknya tampak sudah cukup tua usianya. Umurnya memang baru
setengah umur Amir, yang tahun 2002 lalu merayakan ulang tahun ke 16.
Kendaraan itu catnya sudah mengelupas, namun mesinnya masih bagus.
Paling tidak, selama Imam memakainya, kendaraan tersebut ternyata belum
pernah masuk bengkel secara serius. Kata orang, suara mesinnya juga tidak
pernah mengganggu tetangganya seperti yang terjadi pada motor tua yang
lain. Kendaraan itu semula memang milik kakaknya yang berada di Jakarta.
Namun sekarang sudah diubah nomornya menjadi nomor Semarang. Kata
orang, kendaraan semacam itu hanya laku enam juta rupiah. Namun Imam
yakin tidak ada orang berani menawar di atas lima juta kecuali orang yang
memiliki maksud khusus. Meskipun demikian ia bertekad untuk tetap
menjualnya agar kendaraan tersebut tidak terpasang lagi di rumahnya, Jln.
Mahoni 40 Semarang. Dengan demikian, rumahnya yang asri itu akan
semakin tambah asri dan cantik.
Untuk memudahkan pembuatan iklan, informasi di atas harus Anda
masukkan ke dalam lembar pengamatan yang pada prinsipnya akan
mencatat hal-hal pokok yang akan masuk surat kabar. Jawaban-jawaban
yang tertera pada lembar pengamatan inilah yang nantinya akan Anda
gunakan sebagai data penulisan iklan baris.
NO
1
2
3
4
5
PERTANYAAN
Jenis apakah kendaraan yang
dimaksud?
Tahun berapa kendaraan tersebut?
Berapa harganya?
Bagaimana kondisi kendaraan
tersebut?
Di mana peminat dapat melihat
kendaraannya?
JAWABAN
Honda
1995
4,5 juta
Mesin baik, body tua
Jln. Mahoni 40 Semarang
Semarang
Dari data tersebut kurang lebih dapat disusun iklan baris seperti
berikut ini.
Dijual: Honda 95, mesin bagus, Hp 4,5 Jt. Hub. Jln. Mahoni 40 Semarang
Rumusan iklan tersebut tentu saja tidak sama persis dengan data yang
sudah terkumpul. Dalam deskripsi ada data kondisi tuanya kendaraan
tersebut, namun demikian tidak masuk karena akan mengurangi minat calon
pembeli. Ini bukan sebuah kebohongan tetapi sebuah strategi. Jika Anda
mengatakan hal yang sebaliknya, misalnya body mulus, itu baru
kebohongan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa dalam pembuatan iklan
Anda dapat menghadirkan kata-kata tertentu yang berfungsi untuk lebih
memudahkan calon pembeli dalam membaca iklan.
(1)
(2)
(3)
(4)
bersifat umum dari bahasan yang seharusnya panjang lebar tentang menulis
karya ilmiah. Untuk memperkaya pemahaman Anda tentang menulis karya
ilmiah, Anda disarankan untuk melacak buku rujukan tentang menulis karya
ilmiah yang terdapat dalam daftar pustaaka. Atau Anda mencari rujukan lain
(buku, artikel, atau contoh laporan penelitian) tentang menulis karya ilmiah.
Kemudahan mencari rujukan tentang menulis karya ilmiah membuktikan
bahwa subtopik ini (atau topik, sebutan yang digunakan selain pada modul
ini) dikenal luas oleh banyak orang dari berbagai profesi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam karya ilmiah adalah
pemilihan topik, penggunaan bahasa, dan sistematika penulisan. Ketentuanketentuan yang lebih detil dapat dibaca pada buku yang ditulis Panuti
Sudjiman dan Dendy Sugono yang berjudul Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah,
tahun 1996.
Jika penyusunan karya ilmiah ini berkaitan dengan tugas, harus
diperhatikan ruang lingkup topik yang ditentukan oleh pemberi tugas serta
dipertimbangkan waktu yang tersedia. Banyak orang menganggap topik
sama dengan judul. Sesungguhnya tidak demikian; topik adalah pokok yang
akan diperikan atau masalah yang hendak dikemukakan di dalam karya
ilmiah, sedang judul adalah nama karya ilmiah. Topik ditentukan sebelum
seseorang mulai menulis, judul dapat dilakukan dan dipikirkan sesudah
tulisan itu selesai. Topik sebaiknya sesuai dengan masalah yang dikuasai,
karena gagasan yang cemerlang tidak menjamin menjadi tulisan yang baik.
Bahasa yang dipakai dalam karya ilmiah adalah ragam tulis, bukan
ragam lisan. Ragam tulis di dalam karya ilmiah, menurut Sudjiman dan
Dendy Sugono, hendaknya jelas, lugas, dan komunikatif. Jelas artinya
memperhatikan secara jelas unsur-unsur kalimat (subjek, predikat, objek,
dan keterangan). Lugas artinya bahasa yang digunakan tidak menimbulkan
tafsir ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan kalimat hanya
memungkinkan satu pilihan tafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai dengan
maksud penulisnya. Hindari penggunaan sinonim, paralelisme, pleonasme,
dan metafora.
Komunikatif berarti apa yang ditangkap pembaca dari wacana yang
disajikan sama dengan yang dimaksud penulisnya.Wacana dapat menjadi
komunikatif jika disajikan secara logis dan bersistem. Kelogisan itu terlihat
pada hubungan antarbagian di dalam kalimat, antarkalimat di dalam
paragraf, dan antarparagraf di dalam wacana, yaitu memperhatikan
hubungan yang masuk akal; misalnya hubungan sebab-akibat, urutan
peristiwa, dan pertentangan. Bersistem berarti uraian yang disajikan
menunjukkan urutan yang mencerminkan hubungan yang teratur.
Sistematika penulisan karya ilmiah adalah judul, kata pengantar,
pendahuluan, isi, penutup, dan daftar rujukan. Karya yang agak panjang
310
(lebih dari sepuluh halaman) dilengkapi dengan daftar isi yang ditempatkan
di antara kata pengantar dan pendahuluan. Hal lain yang dianggap perlu
disertakan (dilampirkan) adalah korpus data, alat pengumpul data
(kuesioner, tes), dan peta.
Judul hendaknya memberikan gambaran yang jelas tentang materi dan
ancangan atau ruang lingkup masalah yang akan dibahas. Judul harus
menarik perhatian dan menggelitik rasa ingin tahu pembaca. Kata pengantar
sekurang-kurangnya
berisi
(1)
penjelasan
mengenai
tugas
pembuatan/penyusunan karya ilmiah, (2) penjelasan mengenai pelaksanaan
pembuatan karya ilmiah, (3) informasi tentang bimbingan atau arahan dan
bantuan yang diperoleh selama mengerjakan karya imiah, (4) ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan memungkinkan terwujudnya
karya ilmiah, (5) serta penyebutan tempat (kota), tanggal, bulan, tahun
pembuatan karya ilmiah, dan nama penulis.
Daftar isi memberikan gambaran menyeluruh tentang isi dan urutan
bagian-bagian karya ilmiah. Untuk tulisan yang lebih panjang, bab dan anak
bab lebih banyak sehingga derajat penomoran anak-anak bab lebih banyak
pula. Derajat penomoran itu dibatasi sampai empat angka.
Pendahuluan hendaklah dapat merangsang dan memudahkan
pembaca memahami seluruh karya ilmiah itu. Bagian ini terdiri atas (1) latar
belakang masalah, (2) tujuan penulisan/pembahasan, (3) ruang lingkup atau
pembatasan masalah, (4) teori yang dipergunakan, (5) sumber data, (6)
metode dan teknik yang digunakan, serta (6) sistematika penulisan. Di
dalam makalah, bagian pendahuluan cukup berisi tiga butir yang pertama.
Latar belakang masalah mengemukakan penalaran pentingnya
pembahasan masalah atau alasan yang mendorong pemilihan topik, telaah
pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas, manfaat praktis hasil pembahasan, serta
perumusan masalah pokok yang akan dibahas secara jelas dan eksplisit.
Tujuan pembahasan mengungkapkan rumusan upaya pokok yang akan
dikerjakan dan garis besar hasil yang hendak dicapai. Ruang lingkup atau
pembatasan masalah menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas,
perincian masalah yang dibahas, dan perumusan istilah secara tepat
(selanjutnya penggunaan istilah harus taat asas).
Teori mengungkapkan prinsip-prinsip teori yang dapat menggambarkan
langkah dan arah analisis serta alasan pemilihan teori yang dipakai. Sumber
data menjelaskan kriteria penentuan jumlah data, kriteria penentuan mutu
data, serta kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.
311
312
Deskripsi
adalah
penggambaran,
pelukisan,
pemerian,
atau
pendeskripsian dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana, atau
keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui
tulisannya, dapat melihat apa yang dilihatnya, dapat mendengar apa yang
didengarnya, dapat mencium apa yang diciumnya, dapat mencicipi apa
yang dimakannya, dapat merasakan apa yang dirasakannya, sehingga
sampai pada simpulan yang sama dengannya. Dengan demikian, deskripsi
merupakan hasil observasi melalui pancaindra yang disampaikan melalui
bahasa (kata, frasa, dan kalimat).
Secara garis besar, deskripsi dibagi menjadi dua bentuk, yakni
deskripsi ekspositori dan impresionistis. Deskripsi ekspositori pada umumnya
penyajiannya sangat logis, yang berupa daftar rincian secara lengkap, atau
yang menurut penulisnya dianggap sebagai hal-hal yang penting, yang
disusun menurut sistem dan urut-urutan logis objek yang diamati. Setiap
benda, setiap tempat, setiap suasana mempunyai logika urut-urutan sendiri.
Misalnya, jika Anda akan mendeskripsikan rangkaian kereta api, maka uruturutan logisnya, umumnya, pastilah dari depan, yakni lokomotifnya, lalu
bergeser ke gerbong-gerbong yang mengekor lokomotif tersebut.
Deskripsi impresionistis yang juga disebut deskripsi stimulatif adalah
deskripsi yang menggambarkan impresi penulis dengan tujuan menstimulasi
pembacanya. Deskripsi ini lebih menekankan pada impresi atau kesan
penulis ketika melakukan observasi terhadap suatu objek atau benda atau
suasana tertentu. Urut-urutannya adalah subjektif. Misalnya, penulis dapat
mendeskripsikan hal-hal yang kurang jorok, berangsur-angsur ke hal-hal
yang jorok, dan diakhiri dengan bau. Dapat pula seorang penulis memulai
tulisannya dari kesan yang paling kuat hingga yang tidak memiliki kesan
sama sekali.
Perhatikan ilustrasi di bawah ini.
Realita
Contoh 1:
Bus kota di Jakarta banyak yang sudah reyot, kebersihannya pun tidak terpelihara. Di
lantai bus banyak berserakan segala macam sampah dan debu. Para penumpang selalu berjubel,
dan mereka biasanya meludah seenaknya di lantai bus. Ada pula banyak tukang copet di dalam
bus, dan mereka tidak pilih bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yang lengah pasti dicopet.
Biasanya ada pula penjaja majalah, yang menawarkan majalah aneka warna, dengan harga
murah, tetapi ternyata majalah yang mereka jual adalah tiga tahun yang lalu.
Fakta
Contoh 2:
Ketika saya sedang menaiki bus kota kemarin, di pintu saya dihadang dua orang tukang
copet. Mereka berpakaian perlente, salah-salah lihat seperti mahasiswa, karena membawa buku
dan map-map. Ketika saya melewati mereka, mereka mencoba meraba saku saya, tapi saya
cukup waspada. Seorang wanita yang naik di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangan dompet.
Kedua mahasiswa itu segera turun dan menghilang di antara kerumunan orang-orang di terminal.
313
Di lantai bus banyak berserakan sampah. Udara di dalam bus sangat panas karena
penumpangnya penuh sesak. Untung saya mendapat tempat duduk di dekat jendela, tapi orang
tua yang duduk di samping saya batuk-batuk, dan meludahkan dahak seenaknya ke lantai bus.
Bus masih belum berangkat walaupun sudah penuh sesak. Melalui jendela bus ada orang
yang menawarkan majalah aneka warna. Murah, cuma lima ratus rupiah. Orang tua yang batukbatuk itu membeli sebuah. Ketika bus mulai bergerak, tiba-tiba orang tua itu memaki, Sialan!
Terbitan tiga tahun yang lalu!
Penulis pertama mendeskripsikan hal-hal yang benar, yang dapat
dengan mudah dibuktikan kebenarannya. Tanpa dibuktikan pun ada banyak
orang yang percaya bahwa memang demikianlah keadaan bus-bus kota di
Jakarta pada umumnya. Data-data dalam tulisan ini adalah realita, bukan
fakta.
Penulis kedua, hanya mendeskripsikan apa-apa yang benar-benar
dilihatnya, atau yang diakuinya dilihatnya, pada suatu tempat atau waktu
tertentu. Pembaca harus percaya saja, tidak berhak membantah, selama
yang dideskripsikan itu masih masuk akal, masih sesuai dengan realita.
Dalam penulisan deskripsi, yang dideskripsikan adalah fakta, bukan
realita, dan bukan pula yang aneh tapi nyata. Perhatikan contoh di bawah ini.
Deskripsi Ruangan
Pola Observasi Menurut Pengembangan Spasi
Kantor Lab Bahasa FSUI
oleh Endah Widyawati
Begitu kantor Lab Bahasa kubuka, udara sejuk yang berasal dari alat pendingin ruangan,
suara menderu bising dari alat yang sama, serta bau asap tembakau yang menyesakkan dada
menyambutku. Ruangan ini sebenarnya cukup luas, kira-kira enam kali sebelas meter persegi,
tetapi sudut sebelah kanan dinding di seberang pintu sudah dijadikan studio rekaman dengan
ukuran empat kali empat meter persegi, dengan dinding kedap suara setinggi dua setengah meter.
Ruangan yang tinggal untuk kantor jadi terasa sempit. Dan ruangan yang sempit ini tidak pula
diatur menurut citarasa yang baik. Berbagai macam barang ditaruh sekenanya saja di sana-sini,
dan ini mengingatkanku pada gudang di rumahku.
Di atas ruangan bergantungan beberapa lampu neon model kuno yang membuat ruangan
ini cukup terang. Di langit-langit yang setinggi sekitar empat meter, diapit dua pasang lampu neon,
ada sebuah exhaust fan, kipas pengisap, yang maksudnya tentu mengisap dan membuang bau
yang kurang sedap di dalam ruangan ini.
Ketika kuarahkan pandanganku ke depan, di balik sebuah meja kerja terlihat sesosok
tubuh, satu-satunya makhluk hidup di ruangan yang penuh sesak dengan barang-barang
elektronik ini. Hampir tenggelam di antara tumpukan buku dan map yang ada di depannya, lelaki
berkaca mata itu tampak terpukau dengan bacaannya. Begitu mataku menangkap sebuah pipa
coklat tua di mulutnya, segera aku tahu asal bau yang menyesakkan dada itu. Rupanya exhaust
fan di langit-langit itu tidak mampu menyedot bau asap tembakau dari pipa.
314
Tepat di tengah ruangan terdapat seperangkat sofa yang modelnya sudah sangat
ketinggalan zaman. Yang panjang di sebelah kanan dan kedua kursi yang pendek di kiri, di
seberang meja oval yang ditutupi alas meja yang dulunya tentulah berwarna coklat indah. Jok
kursi-kursi itu pun dulunya tentu coklat yang indah, sekarang sudah seharusnya dibawa ke tukang
perabot untuk diganti kainnya serta diisi busanya yang sudah mengempis itu. Di atas meja
berserakan majalah luar negeri dan sebuah asbak porselen berwarna krem yang bagian dalamnya
sudah kehitam-hitaman.
Dua lemari besi abu-abu menempel di dinding di sebelah kiriku. Di sebelahnya sebuah
kulkas kecil, tua, model satu pintu. Dulu warna kulkas itu tentulah putih, sekarang sudah lebih
banyak coklatnya. Pada pegangan pintunya tergantung sehelai kertas merah bertuliskan Teh
Botol Rp 200 saja. Rak kayu yang tinggi merapat ke dinding di samping kulkas, hanya menambah
penuh ruangan saja karena tidak ada isinya kecuali setumpuk map merah jambu dan kuning serta
sebuah bulu ayam. Di sisi rak, sudah di sudut ruangan, sebuah meja beroda dengan sebuah
monitor televisi di atasnya dan sebuah pesawat video pada rak di bawahnya.
Jendela-jendela besar di dinding yang berseberangan dengan pintu masuk ini ditutup tirai
hijau tua. Di bawah salah satu jendela inilah lelaki berpipa itu duduk. Di atas meja depannya
tergeletak sebuah tas kulit kemerahan, dalam keadaan terbuka, di samping tas ada asbak, gelas
berisi air putih dan setumpuk map serta kertas. Di samping kanan mejanya, di sebelah kiri dari
tempat aku memandang, ada meja rendah tempat mesin tik dan rak surat. Menempel ke dinding di
samping kanan orang itu ada dua buah filing cabinet, pada sebuah sisinya yang menghadap ke
arahku tergantung sebuah penanggalan. Sebuah layar yang besar dari besi dengan kaki kokoh
beroda, tegak di samping kiri orang itu. Tulisan SONY jelas terpampang pada kain hitam penutup
layar itu. Seingatku layar proyeksi video ini dulu sering dipinjam senat mahasiswa untuk memutar
film video, hampir setiap Sabtu.
Layar itu tegak rapat dengan bupet kayu yang panjang, ujungnya yang di sebelah sana
hampir menyentuh dinding yang berseberangan dengan pintu, sedangkan ujung sebelah sini
menyisakan tempat untuk lewat saja, sekitar satu meter. Di atas bupet kayu yang merupakan
pembatas sebelah kanan ruangan ini terlihat beberapa cangkir tertelungkup di atas sebuah baki,
segulungan kertas tisu, sebuah stoples tempat gula dan sebuah termos.
Di belakang bupet panjang itu, menempel pada dinding studio yang kedap suara, berdiri
beberapa rak besi, dan di situ berserakan beberapa speaker, tape recorder, serta berbagai-bagai
barang elektronik lainnya. Beberapa buah benda aneh seperti cerobong bergantungan di atas,
berasal dari sebuah alat pendingin ruangan, langsung ke atas studio: mengalirkan udara dingin ke
studio agar orang-orang yang sedang merekam tidak kepanasan.
Sisa ruangan di sebelah kanan membentuk sebuah gang, dinding kiri gang itu adalah
dinding depan studio, dan di situ tertempel kertas karton warna-warni: jadwal penggunaan ruangruang laboratorium bahasa. Di bawah jadwal ada beberapa meja dan kursi, dan di sana tertumpuk
mesin tik dan beberapa alat elektronik lagi. Di dinding kanan gang, yaitu dinding ruangan besar ini,
berbaris sebuah whiteboard, dua lemari kaca, dan tiga buah lemari besi. Dan di ujung gang itulah,
di sebelah kiri, pintu masuk ke studio.
Bau asap tembakau terasa makin menyesakkan. Kulayangkan pandanganku ke penghuni
ruangan, kami bertemu pandang. Baru kali ini kuperhatikan orang yang dikatakan sebagai kepala
laboratorium yang baru: rambutnya acak-acakan, kacamata tebal menempel di depan matanya,
bibirnya sinis mengepulkan asap tembakau, dan di bawahnya dagu ditumbuhi jenggot yang tidak
dirawat. Aku merasa serba salah. Sejak kapan dia berhenti membaca dan mulai
315
memperhatikanku? Cepat-cepat aku mundur, menutup pintu dan segera berangkat dari situ. Lega
rasanya terlepas dari ruangan dengan bau yang menyesakkan, serta pandangan yang sinis itu.
No.
1
2
3
4
5
6
316
recorder kecil, sebuah mesin ketik, jam weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan dan
buku-buku dalam keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis mengerjakan paper, pikirku.
Di balik pintu bergelantungan sebuah celana panjang, tas berbentuk ransel kecil, dan ikat
pinggang.
Di dinding sebelah kanan tergantung sebuah rak buku yang seluruhnya juga dilapisi
dengan kertas yang sama dengan alas meja. Rak itu penuh buku, teratur rapi, dan di atas rak ada
beberapa map. Di bawah rak terpampang sebuah lukisan wayang yang besar di atas kain warna
merah, dilukis dengan tinta warna emas. Di bawahnya sebuah dipan, sama panjangnya dengan
lukisan itu, ditutup bad cover merah dengan motif primitif tenunan Bali.
Di ujung dipan, sebuah lemari built-in berpintu dua dibuat agak menonjol ke luar dinding.
Di atasnya ada setumpuk koran tua, gulungan karton, dan beberapa botol kosong bekas kosmetik.
Daun pintu dilapisi kertas yang sama dengan alas meja, dan di sebeleh built-in ini, di dinding
seberang, sebuah rak buku dari rotan warna hitam, penuh dengan buku. Di atas rak terlihat vas
pinang kuning dengan jambangan botol bekas brem Bali, cat air, crayon, dan beberapa kaset. Di
sebelah rak ini tegak sebuah rak sepatu, di atasnya yang dialasi kertas merah jambu juga, ada
termos air, teko plastik, dua gelas kosong, kaleng kopi, susu, gula, teh, dan sekaleng kecil permen
merek Fox.
Bagian belakang ruangan berpintu lipat model kuno, terdiri atas empat daun pintu dengan
pegangan di tengah-tengah. Ketika kubuka pintu ini, dua daun pintu terkuak ke kiri dan dua ke
kanan. Di balik pintu kutemukan sebuah teras kecil dan beberapa pot bunga berjajar rapi.
Kepalaku menyentuh sebuah lonceng kayu berbentuk kepala manusia dengan mulut sumbing.
Lonceng itu tergantung di sana, persis di tempat orang akan lewat.
Lama aku termangu di tembok teras menikmati hembusan angin melalui cemara di taman.
Aku tersentak ketika tiba-tiba kudengar sapaan dari belakang, Hei, Non, jangan bengong di situ,
jatoh aja, tau rasa, lo.
Rupanya tanpa kusadari, Mira sudah datang, dan kami pun segera terlibat percakapan
yang mengundang gelak tawa.
2. Menulis Paragraf Narasi (Cerita)
Narasi adalah cerita. Cerita yang dimaksud didasarkan pada uruturutan (atau serangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian atau
peristiwa tersebut ada tokoh, dan tokoh tersebut mengalami atau
menghadapi serangkaian konflik. Kejadian atau peristiwa, tokoh, dan konflik
merupakan unsur-unsur pokok yang ada dalam narasi. Kesatuan dari
ketiganya disebut plot atau alur. Dengan demikian, narasi adalah cerita
berdasarkan alur.
Beberapa hal yang berkaitan dengan narasi adalah:
a) unsur paling penting dalam narasi adalah perbuatan dan tindakan
b) narasi tidak hanya menyampaikan kejadian atau peristiwa (karena
deskripsi juga demikian)
c) unsur lain yg harus diperhatikan adalah waktu
d) Narasi adalah suatu bentuk wacana yg sasaran utamanya adalah
tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa
yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.
317
319
ingin menyampaikan tiga pembuktian, maka eksposisi itu akan terdiri atas
tiga kelas.
Cobalah simak contoh ragangan atau outline di bawah ini sekaligus
pengembangannya sehingga menjadi wacana eksposisi yang baik. Wacana
eksposisi ini berjudul Pasta Gigi Ketinggalan Zaman.
Ragangan atau Kerangka (outline)
A. Tesis
B. 1. Kelas l (pembuktian pertama)
2. Kelas ll (pembuktian kedua)
3. Kelas lll (pembuktian ketiga)
C. Simpulan
Ragangan di atas dikembangkan dalam tulisan di bawah ini. Simaklah
wacana eksposisi di bawah ini.
Eksposisi l
Pasta Gigi Ketinggalan Zaman
Diterjemahkan dan disadur dari tulisan
Jo Stralen
Ada orang yang baru betul-betul merasa bangun sesudah dia menyikat gigi. Tetapi
agaknya ada lebih banyak lagi orang yang merasa bahwa tugas menyikat gigi pagi hari begitu
bangun tidur itu sangat menyengsarakan. Semua kita menyadari bahwa kita perlu menyikat gigi
pagi-pagi guna menghalangi kerusakan gigi. Namun rasanya ada yang tidak maju-maju pada alat
pencegah kerusakan gigi yang kita kenal selama ini. Hal ini terutama sekali kelihatan pada
kemasan apa yang kita sebut pasta gigi itu, kemudian juga pada cara promosinya, dan yang tak
kalah pentingnya adalah pada rasa dan tekstur pasta itu sendiri.
Kemasan pasta gigi yang kita kenal selama ini, yang sudah juga dikenal oleh kakek
bahkan kakek buyut kita dahulu, adalah tube. Dan tube ini cara kerjanya berlawanan dengan
tujuannya: tidak pernah ada satu orang pun di dunia ini yang berhasil menggunakan seluruh pasta
yang dikemas di dalam tube itu. Ketika Anda menganggapnya pastanya sudah habis, dan tube itu
Anda buang, di dalamnya masih tinggal pasta cukup untuk sekali dua kali sikat gigi lagi. Kalikanlah
ini dengan jutaan tube yang dibuang orang setiap harinya di dunia ini, angka yang Anda peroleh
akan sangat menakjubkan. Tutup tube itu mudah pula hilang sesudah dua tiga kali pakai, sehingga
pasta di dekat lubang tube itu mengeras. Ketika Anda ingin memakainya besok pagi, Anda harus
memijit tube lebih keras dari biasa, dan tidak jarang akibatnya pasta itu akan meloncat mengotori
lantai dan tempat-tempat lain. Dan kalau memang Anda memijitnya terlalu keras, tube itu masih
akan terus mengeluarkan pasta, walaupun kebutuhan Anda sudah terpenuhi.
Iklan-iklan yang menyesatkan turut pula menambah rasa tidak senang kita menggunakan
pasta gigi. Kenyataan menunjukkan, walaupun kita menyikat gigi dua puluh empat jam sehari
semalam, kalau gigi kita pada dasarnya memang tidak putih, gigi itu tidak akan menjadi putih.
Kemudian perhatikan senyum model yang dipakai di dalam iklan. Senyum dengan memperlihatkan
semua gigi bukanlah senyum yang terbaik, lagi pula tersenyum seperti itu tidak mungkin dilakukan
sambil menyikat gigi. Perhatikan pula cara model itu menyikat giginya: bagimana pun tampak
320
indah dan berseninya, tidak bisa kita menyikat gigi dengan benar jika kita memegang sikat gigi itu
hanya dengan ibu jari dan telunjuk saja.
Pasta gigi itu, baik rasa maupun teksturnya adalah pasta. Hijau, putih bergaris merah atau
hijau, atau putih saja (yang menyebabkan gigi kita justru kelihatan lebih kuning karena kontras),
tetap saja pasta itu benda asing di mulut kita, dan tidak untuk ditelan. Wangi-wangian dan rasa
yang ditambahkan kepada pasta itu, yang konon maksudnya untuk menambah enak menyikat
gigi, bukanlah jawaban yang tepat. Jika tidak dapat ditelan, apa gunanya dibuat wangi dan terasa
enak? Membuat pasta gigi yang wangi dan terasa enak itu berbahaya, kita, terutama anak-anak
kita, akan terbiasa menelannya sedikit-sedikit. Di samping rasanya yang tajam itu, tekstur pasta
gigi sering menimbulkan campuran kental yang hangat di mulut, yang jika disikat dengan keras
akan menghasilkan busa, yang menyebabkan mulut (te)rasa tersumbat, dan menimbulkan rasa
mau muntah.
Agaknya jelas bagi kita semua bahwa pasta gigi itu dalam bentuknya yang sekarang ini
sudah sangat ketinggalan zaman. Ada banyak sekali perubahan yang sebenarnya sudah sejak
dahulu kala harus dilakukan oleh para produser pasta gigi. Tube itu jelas sudah ketinggalan
zaman, dia sudah ada sejak permulaan abad ini! Mana ada barang lain yang sudah dipakai orang
sejak permulaan abad ini, yang sampai sekarang tidak mengalami perubahan mendasar.
Promosinya juga rasanya lebih banyak tidak benarnya dari benarnya. Dan mengenai tekstur dan
rasa pasta gigi, kalau memang mau dibikin enak, mengapa tidak dipikirkan dan dicari alat
pencegah kerusakan gigi yang, selain enak dan wangi, juga dapat ditelan seperti permen coklat?
Dengan sendirnya alat seperti ini dapat pula dibubuhi segala macam vitamin untuk membuat gigi
kita sehat dan kuat. Kalau ini bisa diciptakan, begitu bangun tidur, setiap orang akan dengan
senang hati memasukkan sepotong alat ini ke mulutnya, mengunyahnya sebentar, lalu
menelannya. Mulutnya akan bersih dan wangi, giginya sehat dan kuat, dan orang itu akan benarbenar merasa bangun: siap untuk melakukan tugas-tugasnya hari itu.
Contoh di atas adalah sebuah eksposisi. Bentuknya telah dirancang
oleh Aristoteles. Bentuk inilah yang sering dipakai orang dalam menulis
skripsi maupun disertasi.
Bentuk ini pula yang sering dipakai dalam
mengembangkan tulisan yang berbentuk (berupa) makalah untuk seminar.
Dan sekarang, bentuk (atau pola) di atas akan dicoba dipolemikkan. Contoh
tulisan di bawah ini menunjukkan penulisnya berlawanan dengan apa yang
dikatakan Jo Stralen. Tesisnya berlawanan, semua kelasnya pun berlawanan.
Simaklah dengan cermat!
Eksposisi ll: Polemik
Pasta Gigi Segala Zaman
Muridan Satrio W.
Setiap orang menggosok gigi. Ada yang pagi sore setiap mandai, ada yang setiap selesai
makan. Ini bergantung pada keyakinan masing-masing mengenai bagaimana merawat gigi dengan
baik. Warna pasta yang digunakan pun bermacam-macam, ada yang putih polos, putih bergaris
merah atau hijau atau lainnya. Tetapi bila diperhatikan, ada yang tidak berubah pada alat
perawatan gigi tersebut. Ternyata alat perawatan gigi seperti yang kinal selama ini memang sudah
diyakini sebagai yang terbaik sampai saat ini, dan tidak perlu diubah. Ini terlihat dari kenyataan
321
bahwa kemasan yang berbentuk tube itu adalah yang paling tepat untuk pasta gigi, lalu rasa dan
tekstur pasta di dalam tube itu pun cukup membuat orang senang menyikat gigi, dan semua ini
didukung pula oleh cara promosi yang memang meyakinkan.
Sejak puluhan, bahkan mungkin lebih seratus tahun yang lalu, kemasan pasta gigi yang
selalu hadir di kamar mandi kita adalah tube. Kemasan itu berbentuk lonjong, pangkalnya gepeng,
badannya berbentuk silinder, dan ada tutup di ujungnya. Kita tinggal membuka tutupnya, memijit
tube, dan keluarlah pasta gigi yang siap untuk dipakai. Dalam kemasan seperti ini pasta gigi tidak
mudah kering, asal kita tidak lupa menutupnya kembali. Kebersihannya pun terjamin, dan
gampang pula menyimpannya, atau membawanya untuk bepergian.
Coba bandingkan ini dengan kemasan lain yang pernah dicoba untuk dipasarkan: sachet
plastik seperti untuk shampoo, dan kaleng seperti tempat semir sepatu. Bila kita ingin
menggunakan pasta yang dikemas dalam sachet plastik, kita harus merobek sudut kemasan itu,
lalu memijitnya agar pastanya keluar secukupnya. Setelah dipakai kemasan harus diletakkan
berdiri agar isinya tidak tumpah, dan jangan sampai jatuh ke lantai agar tidak kemasukan air yang
barangkali kotor. Pastanya juga cepat kering dan rasa serta aromanya cepat hilang. Menghadapi
kemasan seperti kaleng semir sepatu, kita memang tinggal membuka tutupnya, basahi sikat gigi
kita dan goreskan pada pasta sesuai keperluan. Masalahnya, berapa banyak sikat gigi milik orang
lain yang masuk ke kaleng itu?
Rasa dan tekstur pasta gigi bermacam-macam, bergantung pada merek dan kegunaanya.
Warna yang indah, rasa yang manis dan aroma yang enak semuanya dibuat agar kita merasa
nyaman dan senang menggosok gigi. Dan kita semua tahu betul, bahkan anak-anak kecil pun tahu
betul, bahwa pasta gigi itu bukan untuk ditelan. Bisa dibayangkan bila warna pasta gigi hitam atau
ungu, aromanya seperti comberan, dan rasanya seperti obat malaria, pasti lebih banyak orang
yang rela giginya cepat rusak daripada harus menggosok gigi dengan pasta seperti itu.
Promosi pasta gigi secara tidak langsung merangsang orang agar mau merawat gigi serta
menggosok gigi secara teratur. Di dalam iklan terdapat senyum yang menawan dengan sebaris
gigi yang putih dan rapi. Setidaknya ini memotivasi orang agar merawat gigi dengan baik, agar
gigi bisa bersih dan putih seperti di dalam iklan. Namun kalau pada dasarnya seseorang memiliki
gigi yang tidak putih, dia tidak akan berhenti menggosok gigi, hanya karena giginya tidak kunjung
menjadi putih. Pengetahuan umum sekadarnya, ditambah bacaan dari media massa,
memungkinkan kita mengerti mengenai persoalan gigi yang memang tidak bisa menjadi putih itu.
Mengapa para produser pasta gigi tidak melakukan perubahan mendasar terhadap alat
perawatan gigi yang sudah berumur lanjut itu? Pertanyaan ini membawa kita kepada kenyataan
bahwa alat ini memang masih sangat pantas dipertahankan. Sesuatu alat yang sudah digunakan
sejak lama tidak selalu berarti keinggalan zaman dan harus diubah. Tidak ada salahnya
mempertahankannya bila memang masih mampu memenuhi kebutuhan pemakainya. Pikiran untuk
mencoba menghasilkan pasta gigi yang berasa enak dan bisa ditelan, kok, rasanya berlebihan.
Bukankah menggosok gigi bertujuan membersihkan kotoran yang menempel pada gigi? Maukah
kita menelan kotoran yang seharusnya dibuang?
Perlatihan
a) Setelah Anda membaca deskripsi yang berjudul Kamar Sebuah
Asrama, cobalah buat ragangan atau kerangkanya. Setelah Anda
menemukan ragangan atau kerangkanya, cobalah Anda membuat
deskripsi sebuah ruangan dengan pengembangan observasi menurut
spasi (ruang) dengan ragangan tersebut!
322
323
324
(5) Secara umum dan orang telah mengenal makna kecerdasan itu.
Sehingga, pebicaraan tentang kecerdasan bukan lagi mmenjadi
hak kaum ahli, tetapi sudah menjadi bahasan awam.
(6) Kecerdasan holistik mencakup aspek intelegensi, emosi, dan
bahkan spiritual. Sedangkan ukuran kecerdasan intelligence
quotient (IQ) merupakan perbandingan antara umur mental dan
umur kronologis.
Suku sehingga, pembicaraan tentang kecerdasan bukan lagi menjadi
hak kaum ahli, tetapi sudah menjadi bahasan awam pada (5) dan suku
sedangkan ukuran kecerdasan intelligence quotient (IQ) merupakan
perbandingan antara umur mental dan umur kronologis pada (6) merupakan
bagian kalimat sebelumnya, sehingga tidak perlu berdiri sendiri sebagai
kalimat baru. Kalimat tersebut menjadi lebih gramatikal jika disunting
menjadi (5a) dan (6a) berikut.
(5a)
(6a)
b). Logis
Kalimat logis jika mengandung makna yang masuk akal. Kalimat (7)
s.d. (8) berikut kurang masuk akal karena pikiran atau gagasan ilmiah yang
dinyatakan dalam kalimat tidak dapat diterima kebenarannya oleh akal sehat
pembaca.
(7) Para penumpang diharapkan segera turun setelah bus berhenti.
(8) Masalah perencanaan karangan mau dijelaskan oleh ketua tim
lomba karya tulis ilmiah pada pertemuan yang akan datang.
Ketidaklogisan kalimat (7) adalah dalam hal tidak masuk akal
penumpang diharap turun setelah bus berhenti. Demikian pula, pada kalimat
(8) terdapat ketidaklogisan dalam hal masalah perencanaan karangan mau
dijelaskan, seolah-olah masalah perencanaan karangan makhluk bernyawa.
Kedua kalimat dapat disusun lebih logis menjadi (7a), (7b), (8a), dan (8b)
berikut.
(7a) Para penumpang diharapkan segera turun ketika bus berhenti.
(7b) Ketika bus berhenti, para penumpang diharapkan segera turun.
325
326
327
Kekuranghematan kalimat juga bisa terjadi adanya kehadiran bagianbagian kalimat yang kehadirannya
tidak memperjelas gagasan.
Sebagaimana kalimat (15), (16), dan (17) berikut, kata-kata yang bercetak
miring, yakni untuk, bagi, saja, tentang, para, pembelajaran, daripada
merupakan bagian kalimat yang lebih baik dihilangkan agar kalimat lebih
hemat.
(15) Wawasan Nusantara tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi bangsa Indonesia saja, tetapi juga ikut serta
dalam mewujudkan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.
(16) Pembelajaran tentang sains
saat ini perlu mendapatkan
penanganan
khusus karena banyak para siswa yang
mengeluhkan kesulitan materi pembelajaran tersebut.
(17) Maksud daripada dicantumkannya subtopik latihan pada setiap
modul adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap materi.
Meski demikian, pencantuman bahwa pada kalimat (17a) berikut merupakan
sesuatu keharusan. Jika dihilangkan kalimat majemuk yang disusun menjadi
tidak gramatikal.
(17a) Bahwa dicantumkannya subtopik latihan pada setiap modul
adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap materi.
Penghematan juga dapat dilakukan dengan mengganti frase yang
panjang dengan padanannya yang lebih pendek. Kalimat (18) dan (19)
berikut menggunakan frase diberi tafsiran, diberi makna, memberikan
penjelasan yang memiliki bentuk lebih panjang, dan kalimat (18a) dan
(19a) menggunakan padanan yang lebih pendek, yaitu ditafsirkan, dimaknai,
dan menjelaskan.
(18) Guru sering diberi predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa,
suatu predikat yang harus diberi tafsiran dan diberi makna
sedalam-dalamnya.
(18a) Guru sering diberi predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa,
suatu predikat yang harus ditafsirkan dan dimaknai sedalamdalamnya.
(19) Presiden memberikan penjelasan tentang isi kesepakatan damai
antara pemerintah dengan GAM yang ditandatangani pada 15
Agustus 2005 di Helsinky.
(19a) Presiden menjelaskan isi kesepakatan damai antara pemerintah
dengan GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di
Helsinky.
328
329
Siang tadi, dia divonis leukimia oleh tim dokter RSUD Dokter
Soetomo setelah sebelumnya diduga paru-paru dan bahkan enam
bulan yang lalu dikira batuk biasa.
332
334
335
3). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangistana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Wetanschauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan
dunia.
Perlatihan
Suntinglah ejaan kalimat-kalimat di bawah ini sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan!
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
337
tol. Sekarang nggak ada pilihan lain. Harus rela antre dan berdesak-desakan di nadi kota Barong.
Berjam-jam. Bersabar-sabar. Kuyu dan muram.
Dari atas bus, jika Anda kebetulan naik bus dari arah utara ke selatan, sebelum sampai ke
pasar Barong, tengoklah ke kiri. Di sana akan terlihat berderet bekas kios-kios pedagang buah.
Di belakangnya berdiri dengan gagah dan angkuh tanggul-tanggul penangkal luberan lumpur.
Tingginya bukan main. Setinggi pohon kelapa. Kios-kios itu kosong ditinggalkan pemiliknya
begitu saja, menyisakan dinding-dinding yang berlubang, atap-atap robek sana-sini, lantainya
becek tergenang air. Sisa-sisa tulisan mangga gadung masak pohon, 3000 rp, rambutan asli
Binjai, dan sebagainya masih tergantung di bagian dinding-dinding kios itu. Muram dan pucat.
Di ujung selatan deretan kios itu Anda pasti akan melihat sesosok lelaki kurus duduk
dengan kaki ditekuk di atas bangku panjang. Rambutnya tergerai tak terurus. Tampak sudah
cukup lama tidak bersentuhan dengan sisir. Wajahnya cokelat berkilat, namun matanya kosong
menatap tumpukan kendaraan yang melata di depannya.
Sumi, tabunganku kurasa cukup untuk membeli tanah Wak Kamdi. Memang agak jauh
dari pasar. Tapi, nggak apa, yang penting setelah nikah kita sudah punya tabungan berupa
tanah, kata Wagimun kepada kekasihnya. Sumi tersenyum. Dadanya dipenuhi oleh rasa bangga
akan calon suaminya itu. Sebagai lelaki Wagimun memang tidak cukup tampan. Tapi bagi Sumi
apa arti ketampanan bila lelaki itu justru tidak mampu membuatnya nyaman, tenang, dan damai?
Ya, Kang aku setuju. Tanah itu kan dilewati angkutan kota. Untuk ke pasar kurasa nggak
bakal ada hambatan, Sumi berusaha membuat Wagimun bangga. Kebanggaan itu tentu akan
membuat calon suaminya percaya diri. Dengan kepercayaan dirinya, Wagimun pasti akan lebih
mencintainya dan makin lebih semangat bekerja. Ini penting karena hidup tanpa semangat kerja,
apa jadinya.
Dia kenal Wagimun serba nggak terduga. Ketika itu Sumi disuruh majikan putrinya
membeli mangga muda. Sang majikan memang lagi hamil muda saat itu. Hamil anak
pertamanya. Tentu bukan tugas mudah mencari mangga muda di kala bukan musim mangga.
Dengan semangat untung-untungan Sumi menuju ke kios buah di kotanya itu. Anda pasti bisa
membayangkan bagaimana sulitnya Sumi mencari mangga. Puluhan kios dikunjunginya, tak satu
pun yang menjual mangga muda.
Waduh, sulit, Mbak. Bukan musimnya, sih, kata salah seorang pedagang buah. Wah,
ngidamnya mbok yang lain. Salak kan anggap apa-apa, komentar yang lain. Gimana jika
ngidam sama bakulnya ini saja? komentar yang lainnya lagi. Sumi sewot menghadapi
pedagang-pedagang itu. Tidak memberi jalan keluar, malah komentar nggak karuan.
Tanpa menoleh Sumi beranjak meninggalkan kios-kios itu. Dengan putus asa yang tak
terukur ia berniat pulang. Bilang saja sama Nyonya jika mangga mudanya nggak ada, begitu
niatnya. Ia pun yakin sang majikan pasti akan marah-marah tanpa ujung-pangkal kepadanya.
Tapi mau apa lagi?
Lho, mbak cari apa? tiba-tiba seorang pria menegurnya ketika Sumi hampir mendekati
ujung selatan deretan kios itu. Ini lagi, pasti akan mempermainkan aku, gumam Sumi dalam hati.
Maka nggak dijawabnya sapaan itu. Cari mangga, Mun! seru pedagang yang tadi berkomentar
nggak karuan. Lelaki yang dipanggil Mun itu tiba-tiba berdiri di depannya, dengan posisi
menghadang. Sumi pun mau tak mau harus berhenti. Wah, Mbak, kalau mangga muda aku ada.
Kebetulan kakakku sedang hamil. Ia juga ngidam mangga muda. Kemarin aku berburu mangga
di desa. Kalau Mbak percaya padaku, tunggu di sini sebentar. Aku akan ambilkan dulu.
Belum sempat Sumi mengatakan ya atau tidak, lelaki itu sudah melesat membelah jalan di
depannya. Menyusup di antara kendaraan yang lalu lalang. Sumi terhenyak nggak bisa berkata.
338
Ia pun bersandar di dinding kios yang ditinggal pemiliknya melesat membelah lalu-lalang itu.
Laki-laki yang aneh, bisiknya.
Dalam tempo singkat lelaki itu sudah kembali berada di depannya, dengan dua mangga
muda di tangannya. Mbak, ambil aja mangga ini. Gratis. Hitung-hitung sebagai tanda
perkenalan. Berikan kepada majikan Mbak segera, agar Mbak tidak dimarahi. Siapa tahu malah
dipuji dan dinaikkan gaji, kata lelaki yang dipanggil Mun itu tertawa. Sumi pun ikut tertawa. Sejak
saat itu Sumi sering pergi ke kios buah itu. Sejak saat itu Sumi tahu bahwa lelaki itu bernama
Wagimun. Sejak saat itu Sumi tahu bahwa Wagimun itu lelaki yang penuh perhatian, ceria,
humoris, juga sangat bertanggung jawab. Maka, ia yakin bahwa keputusannya tidak akan salah
ketika ia mengangguk saat Wagimun meminang ia untuk menjadi istrinya.
Maka dipintalnya impian masa depan berdua bersama Wagimun. Walaupun ia hanyalah
seorang pembantu rumah tangga dan Wagimun hanyalah seorang penjual buah, cita-cita tetap
harus ada. Cita-cita itulah yang membedakan Sumi-Wagimun dengan kucing atau kambing, juga
menunjukkan bahwa Sumi-Wagimun adalah pribadi yang hidup, bukan pribadi yang mati. Kapan
kalian nikah?, tanya majikan putrinya suatu ketika. Sumi hanya senyam-senyum tidak
menjawab, Kamu nanti akan aku kado sebuah ranjang lengkap beserta almari pakaiannya.
Kamu mau nggak? Sekali lagi Sumi hanya senyam-senyum. Siapa yang menolak, jawabnya
dalam hati.
Mun, jangan lama-lama pacaran. Bisa-bisa Sumi digondol tukang bakso yang sering lewat
di depan rumah majikannya itu, seloroh kawan-kawan Wagimun sesama pedagang buah. Sumi
hanya senyam-senyum juga mendengar gurauan mereka. Gila! Kalian pikir menikah itu cukup
bermodalkan celana kolor! teriak Wagimun. Teman-temannya hanya tertawa melihat gaya
Wagimun dalam menjawab seloroh mereka. Sumi pura-pura tidak mendengar. Dia sendiri agak
curiga melihat perilaku tukang bakso itu. Masak lewat di depan rumah majikan Sumi sehari bisa
sepuluh kali. Pasti ada maunya. Yang jelas sejak saat itu Wagimun semakin rajin bekerja.
Tabungannya di koperasi semakin banyak.
Sampai pada suatu waktu sebuah berita buruk melanda wilayahnya. Titik pengeboran
minyak di sebuah usaha kilang minyak yang berada di wilayah itu menyemburkan lumpur.
Semula semburan lumpur itu dianggap hal yang tidak terlalu mencemaskan. Paling-paling akan
mampet dengan sendirinya. Tetapi, dugaan masyarakat di sana ternyata salah. Semburan lumpur
itu tidak pernah berhenti. Sehari beribu-ribu kubik material bumi dimuntahkan. Lumpur, air, dan
gas mengganas tidak terkendali. Dalam tempo tidak sampai tiga bulan, 4 kecamatan, 12 desa, 10
sekolah, 9 pabrik, ratusan hektar sawah, jalan tol, jalur kereta api tenggelam. Peradaban pun
luluh lantak oleh amuk lumpur.
Di atas tanggul penahan lumpur Sumi dan Wagimun menatap kosong tanahnya yang tak
lagi ketahuan petanya. Hanya atap rumah, menara mesjid, atau pucuk pohon kelapa yang
cokelat mengering yang masih tersisa bagai perahu mengapung di lautan lumpur. Di utara
menara mesjid itu, Sum, tanah kita... kata Wagimun perlahan. Nyaris tidak terdengar, seperti
ditujukan pada dirinya sendiri. Sumi tidak menyahut. Ditariknya tangan kekasihnya menjauh dari
tanggul itu. Ingin rasanya ia menangis, tetapi dia tahu air mata hanya akan membuat Wagimun
tambah menjadi sedih.
Sum, kita sudah nggak punya apa-apa lagi, keluh Wagimun yang sudah hampir tiga
bulan tidak berjualan buah lagi. Kios-kios buah yang terletak di sisi barat tanggul
penanggulangan lumpur itu sudah sepi ditinggalkan pemiliknya. Sumi hanya diam. Tak berani
mengangguk atau menggeleng. Wagimun sudah seminggu ini tak mau pulang ke pondokannya.
339
Katanya ia ingin menunggui tanahnya. Maka, tiap hari ia duduk selonjor di bangku panjang bekas
kiosnya. Menatap kosong ke arah jalan raya.
Tiba-tiba sebuah angkot berhenti di dekat mereka. Sumi kaget bukan kepalang. Bapak,
emak, dan kedua pamannya bergegas menemuinya. Sum, Bapak mencari-cari kamu, ternyata
kamu di sini, tegur Bapaknya. Emaknya membeku di samping bapaknya. Matanya berkacakaca. Emakmu amat was-was akan kamu, Sum. Beberapa hari ini nggak mau makan
mendengar kamu seminggu nggak pulang ke rumah majikanmu, kata Bapaknya kemudian. Mata
Sumi mulai mengembang air mata. Ditatapnya Wagimun yang tetap selonjor dengan pandangan
teramat kosong. Ia tak habis pikir kenapa lelaki yang ceria dan humoris itu bisa berubah 180
derajat: diam dan mati. Mungkinkah musibah semburan lumpur ini membuat akar pohon raksasa
itu bisa membusuk dan kering? Segalanya berubah begitu cepat.
Begini, Sum, kata Lik Jatmiko, adik emaknya, Kita semua tahu bahwa kamu mencintai
Dik Wagimun. Tapi hidup kan bukan hanya demi cinta. Kamu punya hidupmu sendiri. Kamu juga
harus menata masa depanmu. Dengan keadaan Dik Wagimun seperti sekarang ini, apa kamu
yakin akan masa depanmu? Lik Jatmiko pandai menyusun kata. Tak ada paksaan dari keluarga
agar Sumi meninggalkan Wagimun. Sumi dibenturkan pada sebuah dilema: antara cinta dan
realita; antara Wagimun dan masa depan hidupnya sendiri.
Mencintai memang tidak harus memiliki, Sum, kata-kata klise muncul dari bibir Lik Sugik,
adik Lik Jatmiko. Tapi kata-kata klise itu berusaha direnungkan kebenarannya oleh Sumi, Kamu
bisa mencintai Dik Wagimun dengan cara lain. Tidak harus dengan menjadi istrinya. Dengan
selalu mengenang kebaikan-kebaikannya, dengan selalu mendoakan, bahkan mungkin dengan
selalu merindukannya, kamu sudah mencintai Dik Wagimun, Sum. Sumi seperti dibangunkan
dari pingsan panjangnya. Seminggu dia mendampingi Wagimun di tanggul itu. Nyaris tidak tidur
hanya karena cintanya yang begitu kental kepada Wagimun. Benarkah cinta itu tidak mengenal
logika? Atau justru cinta itu memiliki logikanya sendiri.
Kang, kita nggak bisa terus-terusan begini. Kang Gimun harus sadar, tanah kita memang
sudah hilang. Tak mungkin kembali. Kakang harus ikhlas. Kita mulai lagi dari nol, Kang. Jika dulu
Kakang bisa, sekarang pasti akan jauh lebih mudah, Sumi berusaha menyadarkan Wagimun.
Wagimun hanya diam. Tanpa ekspresi. Bahkan, terlihat dia tidak mengenali lagi Sumi. Air mata
menyungai di pipi Sumi. Wagimun sudah tidak mampu membaca lagi makna air mata itu.
Matanya terbuka, tetapi dia tidak mampu melihat sekitarnya. Mata hatinya tertutup bayangan
gelap masa depannya.
Ketika Emaknya menggandeng tangannya menuju ke angkot, Sumi pasrah. Dia sadar
bertahan di tanggul mendampingi Wagimun, bukanlah pilihan yang masuk akal. Dia tahu bahwa
dia sangat mencintai Wagimun, tetapi menjalani hidup secara benar dan mengisinya secara baik
jauh lebih masuk akal. Dipandangnya sekali lagi lelaki itu, sebelum angkot membawanya pergi
menelusup di keriuhan lalu lintas di Jalan Raya Barong. Wagimun tetap tak berkedip. Kosong
menatap lurus arah di depannya.
Lima tahun telah berlalu. Tanggul penangkis lumpur itu semakin lama semakin tinggi.
Usaha manusia untuk menghentikan semburan lumpur itu tidak kunjung menunjukkan hasilnya.
Jika Anda naik bus dari arah kota Provinsi menuju ke selatan, dan menengok ke kiri sebelum
memasuki Pasar Barong, Anda masih akan mendapati lelaki kurus dengan kaki ditekuk duduk di
atas bangku panjang. Tatapannya masih kosong. Anda jangan terlalu heran jika suatu ketika
Anda mendapati sepasang suami istri dan dua anaknya tampak menunggui lelaki kurus itu. Si
suami terlihat berupaya mengganti pakaian lelaki kurus itu dengan baju yang bersih, sedangkan
sang istri menyiapkan sepiring nasi yang diambil dari rantang yang dibawanya. Perempuan itu
340
adalah Sumi, yang masih terus mencintai Wagimun dengan caranya yang terkesan amat
sederhana.
Akhir Tahun 2007
Terbayangkankah jika cerpen ini dibacakan secara ekspresif di depan
orang lain? Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita pelajari
bersama. Sama halnya dengan jika Anda membaca teks nonsastra, dalam
membaca teks sastra pun tujuan utamanya adalah memahami atau
menangkap maksud penulis dalam karyanya dan mengutarakannya kembali
dalam bentuk tuturan lisan. Dalam konteks ini Anda harap berhati-hati dan
harus dapat membedakan antara membaca sastra dan membacakan sastra.
Membaca sastra bersifat impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat
ekspresif.
1) Memahami Prosa Fiksi
Bagaimana memahami prosa fiksi? Ada beberapa hal yang mesti
dicermati saat Anda hendak menafsirkan maksud prosa fiksi. Berikut ini
adalah
hal-hal
yang
harus
dipahami
terlebih
dahulu
sebelum
membacakannya.
a) Memahami Tema Prosa Fiksi
Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting, karena
semua elemen dalam prosa fiksi dalam sistem operasionalnya akan mengacu
dan menunjang tema. Tema disebut juga sebagai ide sentral atau makna
sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi. Pendapat
ini selaras dengan pendapat Aminuddin yang menyatakan bahwa tema
adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai
pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya
(1987:66).
Dalam karya fiksi tema juga menjadi panduan pengarang dalam
memilih bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak
bergerak, berpikir dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan antara
satu dengan yang lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan, semuanya
menentukan rupa tema yang disampaikan oleh pengarangnya.
b) Memahami Tokoh dan Watak Prosa Fiksi
Suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah tokoh
atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga
mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang
menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan
merupakan unsur cerita yang tdak dapat ditiadakan, dengan adanya
penokohan cerita, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan hidup. Melalui
penokohan pula, seorang pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud
341
Amanat terbagi menjadi dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan.
Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau
anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran kemanusiaannya.
Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat bergantung pada
persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.
2) Membacakan Prosa Fiksi
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun
bersifat individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca
sesungguhnya harus memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Teknik baca
sastra secara umum memang dapat dipelajari tetapi dalam penampilannya
hendaknya warna pribadi si pembaca tetap dominan.
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu
masalah kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal. Ketiga
hal tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi hadir secara integral pada saat
pembacaan sastra itu berlangsung.
Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca sastra
naik ke atas panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan, gugup,
takut-takut dan malu? Pendek kata seorang pembaca sastra haruslah siap
mental. Untuk masuk ke dalam suasana panggung pembacaan sastra
seorang pembaca sastra mesti melakukan konsentrasi lebih dahulu.
Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran, tetapi justru
memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam jiwanya.
Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan
volume suara. Kejelasan artikulasi harus jelas terdengar, demikian pula
bunyi-bunyi konsonan. Untuk itulah seorang pembaca prosa
harus
mengenali betul alat-alat ucap dan bunyi yang dihasilkannya.
Intonasi menyangkut
persoalan tekanan dinamik yaitu keras
lembutnya suara, tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan
nada yang menyangkut
tinggi-rendahnya suara; serta modulasi yang
meliputi perubahan bunyi suara; karena marah, bunyi menjerit karena sakit,
dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini bergantung kepada
ketepatan penafsiran atas karya yang dibaca.
Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan
komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik
merupakan gerak anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan
faktor mimik dan pantomimik yang dimunculkan haruslah proporsional
sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan teks sastra secara tepat.
Ada beberapa alternatif pembacaan prosa fiksi: pembacaan secara
individual, secara kelompok, dan dramatisasi pu. Pembacaan individual
344
bukanlah hal yang asing karena memang sudah sering dilakukan orang.
Bahkan sangat sering. Dalam pembacaan jenis ini seorang pembaca secara
individual akan membacakan prosa fiksi. Pembacaan secara kelompok
berarti pembacaan yang dilakukan bersama-sama oleh beberapa orang.
Prosa fiksi yang dipilih pun haruslah memiliki peluang untuk dibaca bersamasama. Peluang itu misalnya terdapat paralelisme, repetisi, tautologi, bunyibunyi, dan sebagainya.
Perlatihan
Perhatikan kutipan cerpen berikut ini!
Kutipan cerpen 1:
Pada sebuah telepon umum, seorang wanita berbicara dengan wajah gelisah.
Katakanlah sekali lagi, kamu cinta padaku.
Mendengar kalimat itu, orang yang mengantre di belakangnya memberengut, sambil
melihat arlojinya. Pengalaman menunjukkan, orang tidak bisa berbicara tentang cinta kurang dari
15 menit. Namun, sungguh terlalu kalau wanita itu masih juga bertanya tentang cinta setelah 30
menit. Apalagi sudah ada beberapa orang berdatangan ke telepon umum itu, sambil sengaja
mengecrek-ngecrekkan koin di tangannya.
Kamu benar-benar cinta padaku? Sampai kapan?
( Sebuah Pertanyaan untuk Cinta karya Seno Gumira Ajidarma)
Kutipan cerpen 2:
Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang: itulah aku; yang sarat beban
wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layanglayang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara
itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang kedatanganku senantiasa ditandai dengan
gemerisiknya angin di antara pepohonan atau padang pasir.
(Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat karya Danarto)
Kutipan cerpen manakah yang dapat dibacakan secara individual?
Tentunya jawabannya adalah kutipan cerpen 2. Sekarang ayo dicoba
membacakan kutipan cerpen 2 secara individual. Pastikan unsur-unsur yang
terpahami sudah berada dalam diri Anda. Langkah berikutnya ialah
meletakkan notasi ujaran dalam teks cerpen. Notasi atau tanda ujaran
tersebut dapat berupa jedah (/), Intonasi naik, dan yang lain.
Akulah Jibril,(/) malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan,(/) jika angin mendesir (/ naik): itulah aku; jika pohon bergoyang (/ mendatar): itulah
aku (/ turun); yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu
aku naikkan seperti layang-layang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang
345
347
b) Memahami latar
Latar ialah piranti wacana yang menjelaskan perihal tempat, waktu,
keadaan sosial, keadaan kultural, peristiwa, sejarah dan sebagainya yang
menempatkan puisi ke dalam matra tertentu. Puisi sebagai perwujudan
kepekaan penyair dalam membaca lingkungan sekitarnya tak dapat
dilepaskan dari matra ruang, waktu, zaman, sejarah, dan sebagainya.
Kerjakan Kegiatan Mengidentifikasi Latar dalam Puisi. Laporkan pula
hasil identifikasi dalam bentuk paparan, utamanya menyangkut tafsiran
terhadap makna latar dan hubungan latar dengan makna keseluruhan puisi.
Kegiatan : Mengidentifikasi Latar dalam Puisi
Lakukanlah kegiatan berikut ini.
a) Bekerjalah berdua dalam kelompok.
b) Identifikasikan jenis latar terhadap data puisi yang tersedia.
c)
Diskusikan makna latar tersebut dalam hubungannya dengan
makna puisi.
N
o.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Data
Latar:
Tempat/Waktu/Sosial
/Lain-lain
Tafsiran
pabrik jerami
meterai dan kertas
berhuruf kanji
bunga bakung di tepi
kali
pohon kedondong
dan mahoni
pohon-pohon hijau
trembesi
pohon-pohon pakisaji
beton bersigi
Berdasarkan identifikasi dan tafsiran terhadap latar puisi Apa Kau telah
Dapat Ganti Rugi dapat disimpulkan makna latar puisi itu.
c) Memahami kata ganti
Kata ganti atau pronomina ialah kata yang menggantikan nomina atau
frase nominal. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal pronomina
demonstratif yaitu kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai secara
khusus orang, benda atau peristiwa, misalnya ini atau itu. Di samping itu
dikenal pula pronomina persona yaitu kata yang menggantikan kategori
deiksis yang berhubungan dengan partisipan dalam sebuah situasi bahasa,
misalnya saya, ia, mereka, dan sebagainya.
348
Kata Ganti
kau
kau
-mu
kau
dst.
Baris ke ...
judul
baris 1
baris 2
baris 3
Rujukan
d) Memahami Majas
Majas dapat diartikan sebagai kekayaan bahasa seseorang (awam
maupun sastrawan) yang dimanfaatkan dalam berkomunikasi (lisan maupun
tulisan) untuk mencapai efek-efek tertentu, baik efek semantik maupun efek
estetik.
Menganalisis majas dalam puisi berarti Anda akan menanyakan: (1)
jenis majas apa saja yang terdapat dalam puisi; (2) alasan penyair memilih
majas tersebut; dan (3) efek semantik dan estetik yang disebabkan
pemilihan majas itu.
Dalam Kegiatan berikut ini Anda akan mengidentifikasi majas yang
terdapat dalam puisi Apa Kau telah Dapat Ganti Rugi dan mengkaji dampak
makna pemilihan majas itu.
Kegiatan : Mengidentifikasi Majas dalam Puisi
Lakukan kegiatan berikut ini.
1) Bekerjalah dalam kelompok yang beranggotakan 3 orang.
2) Identifikasikan majas yang terdapat dalam puisi itu.
3) Diskusikan dampak pemilihan majas itu terhadap makna puisi.
No
.
Data
Bari
s
ke...
.
Jenis
Majas
Tafsir
an
Makn
a
349
1.
2.
3.
1
9-12
Retoris
Paralelis
me
anafora
yang
Intonasi menyangkut
persoalan tekanan dinamik yaitu keras
lembutnya suara, tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan
nada yang menyangkut
tinggi-rendahnya suara; serta modulasi yang
meliputi perubahan bunyi suara; karena marah, bunyi menjerit karena sakit,
dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini bergantung kepada
ketepatan penafsiran atas puisi yang dibaca.
Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan
komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik
merupakan gerak anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan
faktor mimik dan pantomimik yang dimunculkan haruslah proporsional
sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan teks sastra secara tepat.
Perlatihan
Ada beberapa alternatif pembacaan puisi: pembacaan secara
individual, secara kelompok, dan dramatisasi puisi. Pembacaan individual
bukanlah hal yang asing karena memang sudah sering dilakukan orang.
Bahkan sangat sering. Dalam pembacaan jenis ini seorang pembaca puisi
secara individual akan membacakan sebuah puisi. Pembacaan puisi secara
kelompok berarti pembacaan puisi yang dilakukan bersama-sama oleh
beberapa orang. Puisi yang dipilih pun haruslah puisi yang memiliki peluang
untuk dibaca bersama-sama. Peluang itu misalnya terdapat pada puisi yang
memiliki paralelisme, repetisi, tautologi, bunyi-bunyi, dan sebagainya.
Dengan kata lain tidak setiap puisi dibacakan secara kelompok. Perhatikan
puisi berikut ini :
Hom Pim Pa
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
siang orang sufi malam berkostum pencuri
topeng-topeng tergantung pada setiap biliknya
maka berubahlah setiap saat
biar perut terganjal, panjang usia dipersempit limitnya
mencuri, mereka bilang terpaksa
nodong, mereka bilang terpaksa
nipu, mereka bilang terpaksa
sajak inipun mereka bilang terpaksa:
hom-pi-pa
hom-pi-pa
kalah menang teka-teki
yang pasti
sumbang
352
L1
N
L2
N
L3
N
L1
L2
L3
L4
L1
L2
L3
L4
L1
N
L1
N
L2
N
356
12. Jati:
13. Inu:
14. Jati:
Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di mana
perasaanmu, Inu?
15. Inu:
16. Jati:
17. Inu:
18. Jati:
Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!
19. Inu:
20. Jati:
(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami
sedang latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai!
Hentikan latihan gila-gilaan ini!
21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.
Selesai.
Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur
dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian besar) hanya terdiri atas
dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam teks drama itulah unsur
instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks drama dapat
ditemukan.
Terbayangkankah jika teks drama tersebut dibawakan secara ekspresif
di depan orang lain? Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita
357
pelajari bersama. Sama halnya dengan jika Anda membaca teks nonsastra,
dalam membaca teks sastra pun tujuan utamanya adalah memahami atau
menangkap maksud penulis dalam karyanya dan mengutarakannya kembali
dalam bentuk tuturan lisan. Berhati-hatilah! Anda harus dapat membedakan
antara membaca sastra dan membacakan sastra. Membaca sastra bersifat
impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat ekspresif.
1) Memahami Drama
Ada perbedaan esensial yang membedakan antara karya drama dengan
karya fiksi adalah tujuan utama penulisan naskah drama adalah untuk
dipentaskan. Semi (1988) menyatakan bahwa drama adalah cerita atau
tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipahami sebelum
mengekspresikan drama.
a) Memahami Tokoh dan Watak Tokoh Drama
Suatu peristiwa dalam drama selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau
pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu
menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang
menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan
merupakan unsur yang tidak dapat ditiadakan, dengan adanya penokohan,
sebuah drama menjadi lebih nyata dan hidup.
Tokoh dalam drama memiliki peran yang berbeda-beda. Tokoh yang
memiliki peran penting disebut tokoh sentral, tokoh inti, atau tokoh utama.
Sedangkan tokoh yang hanya berfungsi melengkapi, melayani, atau
mendukung tokoh sentral disebut sebagai tokoh peripheral (tokoh tambahan,
tokoh pembantu, atau tokoh bawahan). Penentuan kedua tokoh tersebut
didasarkan atas beberapa hal berikut.
(1)Frekuensi muncul, tokoh utama umumnya sering atau bahkan selalu
muncul dalam setiap episode, sedangkan tokoh bawahan kecil sekali
tingkat kemunculannya
(2)Judul cerita, tokoh utama biasanya dijadikan sebagai judul.
Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh
protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang
berwatak baik, sehingga disenangi oleh pembaca. Sedangkan tokoh
antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek, tidak sesuai dengan apa yang
diidamkan oleh pembaca (Aminuddin, 1987).
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh
bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan utama,
frekuensi kemunculannya sangat tinggi, biasanya sebagai pusat pencitraan.
Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang
membuat cerita lebih hidup (Sudjiman, 1988).
358
Tentang
Karakter
Mengenali
Karakter
mengenali
karakter,
ada
359
haruslah alur yang dapat dilakonkan oleh para pemain drama di muka public
penonton.
Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton. Secara
garis besar alur drama adalah sebagai berikut
1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan kepada
penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta peran yang
dibawakan mereka, serta member pengenalan terhadap permulaan
problem atau konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem pokok. DI
sini mulai terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau disebut juga
rising action. Beberapa watak mulai memperlihatkan pertentangan
saling mempengaruhi, dan berkeinginan membawa kebenaran ke
pihak masing-masing sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap
krisis berkecenderungan melampaui yang lain, namun satu krisis lahir
disebabkan atau diakibatkan oleh yang lain. Itulah sebabnya
dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument ). Setiap segi pertentangan diadakan
penyelesaian dan dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih bisa
juga menggembirakan ( Semi, 1988 ).
c) Memahami Pesan Drama
Pengarang memiliki tujuan tertentu melalui karya dramanya. Inilah yang
disebut dengan amanat atau pesan. Pesan dalam drama terbagi dua, yaitu
pesan utama dan pesan bawahan. Umumnya pesan berisi ajaran-ajaran
moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk
meningkatkan kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikit dan luas
sempitnya pesan bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang
pada karyanya.
d) Memahami Tema Drama
Dalam drama tema memiliki kedudukan yang sangat penting. Semua
elemen dalam drama mengacu dan menunjang tema. Tema disebut sebagai
ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita
dalam karya fiksi.
Dalam drama tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih
bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir
dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang
lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa
tema yang disampaikan oleh pengarangnya.
e) Memahami Latar Drama
360
361
Intonasi menyangkut
persoalan tekanan dinamik yaitu keras
lembutnya suara, tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan
nada yang menyangkut
tinggi-rendahnya suara; serta modulasi yang
meliputi perubahan bunyi suara; bunyi mengeras karena marah, bunyi
menjerit karena sakit, dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini
bergantung kepada ketepatan pemahaman atas drama yang dibaca.
Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan
komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik
merupakan gerak anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan
faktor mimik dan pantomimik yang dimunculkan haruslah proporsional
sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan teks sastra secara tepat.
Dalam membawakan drama semua ini terdapat pada seni dasar akting.
Ada beberapa tahapan sebelum naskah drama dibawakan. Beberapa
hal tersebut ialah tahap pemahaman naskah, tahap baca, tahap baca
dengan ekspresi, tahap ekspresi adegan, dan tahap sinkronisasi properti,
musik, kostum, serta tata wajah (meke up). Tahap yang terakhir dapat tidak
dilakukan bila pemenuhannya hanya untuk belajar.
1. Perlatihan
Perhatikan cuplikan naskah drama berikut. Pilih teman yang akan
membawakan tokoh-tokoh yang ada. Pelajari dan pahami dengan saksama
hal-hal yang berkait erat dengan pementasan. Jangan lupa pikirkan pula
kemungkinan kostum dan musik latar yang dapat mendukung.
Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa. Terdengar suara
kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III
: Itu suara apa?
Copet II
: Suara orang adzan.
Copet I
: Apa? Suara orang edan?
Copet II
: Adzan, goblok!
Copet I
: Apa? (memiling-milingkan kepala)
Copet II
: Adzan, tuli?
Copet I
: Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III
: Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II
: Ho oh!
Copet I
: Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV
: Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I
: Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
362
..
(Kecuk Ismadi CR)
Setelah mencermati penggalan teks drama di atas, jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Apa maksud naskah drama tersebut?
2. Bagaimana suasana naskah drama tersebut?
Rancanglah bentuk pemeranan atas naskah drama tersebut dengan
mengisi tabel berikut ini.
Pertanyaan
Tokoh 1
Tokoh 2
Tokoh 3
Tokoh 4
Bagaimana kostum
yang sesuai
Bagaimana karakter
tokoh-tokohnya
Bagaimana bentuk
lakuan tokoh yang
sesuai
Dengan memerhatikan contoh di atas, jelas bahwa membawakan
drama memerlukan persiapan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
menciptakan bentuk tontonan yang menarik dengan mengembangkan
peluang yang terdapat dalam teks drama itu. Peluang yang terdapat dalam
drama pada umumnya hanya akan terlihat oleh pembaca yang peka dan
kreatif penuh imajinatif. Mereka pada hakikatnya juga seorang kreator,
bahkan juga sutradara.
E. Membaca Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru (PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia pemahaman teks
sastra. Ini adalah bahan bagi Anda untuk memiliki penguasaan tentang hal
tersebut. Dalam modul ini Anda akan memelajari materi kesastraan tentang
Memahami Ragam Teks Sastra. Bagian ini berisi tiga kompetensi utama,
yaitu: Memahami unsur-unsur puisi (lama dan baru), memahami unsur-unsur
prosa fiksi (cerpen dan novel), dan memahami unsur-unsur drama. Melalui
pelatihan ini Anda diharapkan terampil dalam memahami ketiga hal tersebut
dan pada gilirannya Anda juga diharapkan trampil mengajarkan kompetensi
bersastra kepada siswa, terutama pemahaman atas unsur-unsur karya
sastra.. Modul ini ditulis berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) Guru Mata Pelajaran.
363
Setiap puisi ditulis dengan maksud tertentu. Hal tersebut dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan, pandangan penyair tentang benda, dan
dorongan terhadap moral atau ajaran akan kebenaran yang bersifat spiritual
dan rohaniah. Sebuah puisi pastilah dibangun atas dasar emosi. Pengarang
tidak langsung membeberkan pandangannya terhadap pembaca, tetapi
pembaca diberi kesempatan menarik simpulan sendiri. Jka seseorang telah
menemukan sesuatu yang pasti, teguh dan bulat serta dapat mentransfer
pengalaman tersebut pada diri sendiri dan pada peristiwa lain maka penyair
telah bekerja dengan baik dan pembaca telah berhasil menikmati,
menghayati puisi yang dibacanya tersebut (Situmorang, 1983).
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Tema puisi tentulah merupakan kombinasi atau sintesis dari beragam
pengalaman, cita-cita, ide dan beragam hal yang ada dalam pikiran penulis.
Perhatikan beberapa puisi di bawah ini dan terkalah tema yang terdapat
pada puisi tersebut.
Lukisan Emas
Gubug-gubug karton ialah perdu sepanjang kali itu
dikirimkannya iga ke dalam kanvas lukisanmu
amis dan lembab
Nyanyian yang lahir dari cakrawala coreng-moreng
justru melahirkan senyap dalam jiwa
dan pedih yang sempurna
: jutaan ulat meraja
keruh air, kersik sampah dan rumputan
potretmu mengalir di sana
Puisi ini bertema kenyataan kehidupan masyarakat kumuh dengan
beragam kondisi dan kepahitan kehidupannya.
Berikut ini akan kita telusuri bagaimana tema cinta terlihat jelas pada
puisi salah seorang penyair. Pengalaman Rendra bersama kekasihnya di
halaman rumah kekasihnya itu melahirkan puisi yang romantis. Bacalah puisi
berikut ini.
Episode
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami memandangnya.
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya:
367
Di Bosnia
di Bosnia
Natal berwarna merah
tubuh-tubuh hancur
jadi monumen suci
di tengah puising
di atas truk pengungsian
ratap kanak-kanak
seperti silent night
yang tertikam
sementara lelaki
basah dadanya diterjang peluru
terkapar dalam
irama yang terhenti
Natal, pelan-pelan berlalu
(Medy Lukito, 1993)
Puisi Di Bosnia ditulis Medy Lukito berdasarkan peristiwa perang
saudara di Bosnia. Latar tentang situasi perang itu digambarkan secara
sepintas oleh penyair: tubuh-tubuh hancur, ratap kanak-kanak, lelaki basah
dadanya diterjang peluru. Latar itu dipakai penyair untuk mendukung
gagasannya mengenai dampak peperangan terhadap kehidupan manusia.
Baca puisi berikut ini.
Tikar
Mungkin kita ini tikar
Di sana orang duduk,
di situ orang jongkok,
di sini orang sujut,
di sana orang tidur,
di situ orang tengkurab,
Mungkin kita ini tikar,
369
372
373
374
g) Pencitraan Puisi
Citraann atau pengimajian dalam penulisan puisi dimaksudkan untuk
menimbulkan kesan atau suasana dari puisi. Pencitraan terbagi menjadi
beberapa kelompok, yakni:
1) Citraan pengelihatan (visual imagery)
Citraan pengelihatan merupakan citraan yang timbul karena daya
pengelihatan. Citraan ini cenderung membawa imaji pembaca seakan-akan
melihat objek. Citraan pengelihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh
indera pengelihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair.
Citraan penglihatan mampu member rangsangan kepada indera penglihatan
sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau petik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)
2) Citraan pendengaran (auditory imagery)
Penggunaan citraan pendengaran dalam puisi biasanya digunakan oleh
untuk merangsang indera pendengaran pembaca. Citraan pendengaran
adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan
bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang,
dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan
dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
Contoh:
Sapi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Sajak Putih)
3) Citraan penciuman (smell imagery)
Citraan penciuman biasanya digunakan untuk menciptakan daya imaji
melalui indra penciuman. Seorang penulis dapat memanfaatkan indera
penciuman dalam melahirkan puisi. Citraan penciuman adalah citraan yang
berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indra
penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar katakata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)
375
Perlatihan
Perhatikan Puisi berikut ini.
Kekaguman
Ibu
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya
Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Yusri Halim Ujung Pandang
Temukan beragam unsur puisi yang bisa ditemukan pada puisi tersebut!
b. Memahami Unsur-Unsur Prosa Fiksi
Untuk memahami pengertian dan karakteristik prosa fiksi, bacalah
cerpen berikut ini terlebih dahulu !
SEPENUHNYA KARENA IA ANAKKU
Darmanto Jatman
Saya memang sudah tidak bisa percaya pada laki-laki yang tampan, naik skuter dan bertitel
sarjana. Sebagian besar diantara mereka tidak punya hati yang tulus. Dan saya pasti benar akan hal
ini. Buktinya si Nana, anak Tuan Misbach yang kaya raya itu, telah dihamili oleh pacarnya. Juga
anak Pak Arja, anak dusun yang baik hati itu akhirnya tidak dikawin secara resmi, sekalipun masih
selalu dijenguk suaminya. Bukti lain itu, si Ida yang cantik, akhirnya toh hanya menjadi istri kedua.
Malahan anak tetangga kamu di kampung dulu telah menjadi pelacur setelah dipermainkan
pacarnya.
Semua karena satu sebab saja. Mereka terlalu percaya pada laki-laki yang tampan, naik
skuter dan lebih-lebih bertitel sarjana.
Hal ini sama sekali lain dari kami, orang-orang tua yang sederhana. Sekalipun mungkin kami
kaya, mungkin kami naik mobil, mungkin kami juga bahkan professor namun setidak-tidaknya
karena ketuaan kamu maka semuanya jadi berubah. Saya bisa melihat gadis-gadis yang sintal
memelukkan tanggannya ke pinggang pacarnya tatkala naik skuter, tanpa perasaan ini. Saya bisa
377
melihat perbuatan Tuan Mirsa pada babunya yang cantik itu tanpa keinginan untuk berbuat serupa.
Karena saya lebih percaya pada seorang tua yang sederhana.
Itulah sebabnya kenapa saya merasa sangat marah dan ngeri melihat anak perempuan saya
berpacaran dengan Ernest. Ernest, apa Zitijes, saya kurang terang. Namanya saja sudah kebaratbaratan, belum lagi mobilnya, belum lagi title sarjananya. Orang bilang ia insinyur bangunan air.
Setiap kali laki-laki itu datang dan mengajak Nini naik mobilnya, setiap kali terbayang pada
saya perbuatan semena-mena yang telah berlaku pada anak-anak perempuan tetangga itu. Saya
bayangkan bagaimana mobil itu nanti akan berhenti di tepi jalan yang sunyi, dan Nini diremas-remas
dalam pelukan yang kotor dan mesum. Dan saya tidak pernah membayangkan bisa tentram setiap
kali mereka pergi.
Saya sungguh-sungguh tidak bisa mengerti kalau ada saja tetangga yang memuji-muji saya,
karena saya pintar cari menantu. Malahan Pak Imran bilang, insinyur itu sesungguhnya mau
dijadikan menantunya. Tapi saya sama sekali tidak bisa bangga dengan itu. Hati saya semakin waswas dan gelisah saja setiap kali mereka bepergian. Apalagi sesudah kedatangan Pak Imran.
Sedangkan Ririk, anak Pak Imran yang cantik itu, tak lagi dia gubris apalagilah anak saya besok.
Saya sungguh-sungguh prihatin akan nasib anak kami. Anak istriku, Millia, yang tercinta.
Sampai kemudian, ketika saya pulang dari dinas luar pagi hari, saya mendapati mobil insinyur
itu di luar. Marah saya meluap-luap. Rasanya ingin sekali saya menendang keluar maling itu, Tapi
kemudian rasa ingin tahu saya menang. Sebab itu saya mengendap-endap masuk lewat samping
rumah.
Pintu-pintu muka memang terbuka, tapi pintu samping dan jendela-jendela ditutupi.
Kecurigaan saya menyala-nyala hebat. Rasanya ingin saya mendobrak pintu itu keras-keras. Tapi
saya toh tetap seorang tua yang sabar dan bisa memperhitungkan untung rugi. Sebab itu pelanpelan saya mendekati pintu. Saya dengar si insinyur mengobrol panjang lebar. Saya coba untuk
mendengarkan obrolan itu. Dan saya sungguh-sungguh terkejut dan merasa sangat terhina,
mendengar obrolan yang tak karuan, yang cabul, dan menjijikkan itu. Ia mengobrol bagaimana ia
dulu berdansa dengan Nyonya Rani di sebuah teras.
Perempuan itu memang tidak tahu malu, obrol si insinyur. Ia mendekapku erat-erat.
Saya bayangkan bagaimana anakku. Saya pingin ia marah dan menampar laki-laki itu. Tapi
saya tidak mendengar apa-apa. Hanya suara ular laki-laki itu membujuk. Tapi tidak terdengar apaapa. Bajingan! Bukan kau yang didekap. Tapi kau yang mendekap! batin saya
Nini. Kau ingat gadis yang memanggil-manggil aku waktu kita duduk-duduk di teras rumahku
itu ?
Saya makin terkejut. Nini sudah diajaknya pula kerumah si ular itu.
Kami pernah jalan-jalan, nonton bioskop, dan sebagainya, Tapi saya tidak pernah mau
diajaknya ke Kaiiurang, coba kau piker. Sepi, apalagi kedinginan. Saya tidak mau dikalahkan hanya
karena kesempatan.
Saya kepingin menampar mulut laki-laki yang menghina derajat wanita itu. Yang menghina
derajat istri saya, anak perempuan saya. Tapi saya diam saja. Beberapa saat sunyi . Saya gemetar.
Saya mengintip lewat lubang pintu. Dan saya lihat Nini memijat laki-laki itu.
Kaki saya yang kiri, Nini. Lelah sekali.
Saya lihat Nini menurut, memijat kaki-kaki yag kotor itu. Saya muak melihat kelemahan anak
saya. Tapi saya tidak bisa apa=apa. Di zaman dulu Millia juga selalu memijiti kaki saya, kalau saya
lelah.
Sudah! Kata laki-laki itu. Dan saya lihat Nini tersenyum sambil berkata Upahnya?
378
Laki-laki itu berdiri lalu memeluk dan mencium Nini. Dan anakku Nini membiarkan tangan lakilaki yang panas itu merabai tubuhnya.
Amarah saya tidak bisa ditahan lagi. Saya dobrak pintu itu kuat-kuat. Sebelum saya sempat
memukul laku-laki itu dua telah lari dengan celana yang tidak karuan. Saya coba mengejarnya, tapi
Nini menangis dan memegangi tangan saya. Laki-laki itu kabur sudah.
Peristiwa inilah, yang telah mengusik tidurku setiap malam. Saya tidak rela lagi membiarkan
anak saya tinggal sendiri di rumah kalau saya pergi ke kantor.
Saya tidak rela lagi membiarkan diri saya tertidur pulas malam-malam. Saya tidak rela lagi
membiarkan anak saya . Takut kalau-kalau ular itu datang.
Akhirnya, pada suatu sore, setelah kegelisahan itu tak tertahankkan saya pun memanggil
anak saya itu.
Nini. Selama ini kita saling mengerti dan saling percaya-mempercayai.
Kami saling berpandangan. Sementara saya lihat ia mulai siap untuk menangis.
Dulu, ibumu selalu berpesan, supaya Bapak bisa menjagamu baik-baik. Sebab itu baiklah kita
berterus terang dengan tindakan-tindakan kita. Bagaimana sebenarnya yang kau kehendaki Nini ?
Tentang apa Pak ?
Saya terkejut. Mestinya ia telah tau semua ini berkisar tentang apa, tapi agaknya bisa ular itu
telah meracuni dia.
Tentang ular itu ?
Kami bertatapan pandang dan sama-sama terkejut. Dan sayapun tiba-tiba menyesal.
Kau tahu kan, maksud saya, Nak ?
Nini mengangguk
Nah. Semua terserah pada kebijaksanaanmu. Saya memang pingin kau segera kawin. Saya
pinging, segera setelah saya begitu tua, saya bsa menimang cucu-cucu saya. Dan kau mengeri,
Nak, siapa yang saya pingin menjadi bapak dari cucu-cucu saya?
Dan.. ya ! Semua berjalan biasa saja. Hari-hari makin menjadi jernih. Ular itu sudah tidak
datang lagi dan Nini sudah banyak mencurahkan perhatiannya pada sahabat-sahabat saya, yang
tua-tua dan bijak-bijak. Dan saya bahagia dengan kehidupan ini.
Namun demikian laporan demi laporan masuk tentang insinyur itu.
Pak Karpo cerita bahwa insinyur itu makin ngawur kalau bekerja. Ia sering menjadi
kebingungan justru pada saat-saat yang paling kritis. Dan saya merasa ada suatu penyesalan dalam
batin saya.
Kemudian laporan lain masuk dari Pak Dipo. Katanya si insinyur suka ngebut di jalan-jalan
kompleks pembangunan waduk itu. Bahkan sekali mobilnya terperosok ke jurang kecil. Saya merasa
makin menyesal. Namun toh saya sampai berkata.
Untung tidak sekalian mampus.
Kemudian laporan dari Pak Pardjo mengatakan bahwa Tuan insinyur sekarang suka mabukmaukan. Dan berteriak sepanjang jalanan, kalau malam. Dan saya biang pada Nini
Kau dengar, Untung, belum lagi terlanjur kau .
Sekalipun dalam batin saya muncul kecemasan-kecemasan yang asung. Dan kemudian
datang laporan dari Bu Sriti bahwa Tuan insinyur sekarang suka main-main sama wanita-wanita
pelacur. Kadang kadang bahkan semalam saja dengan dua perempuan. Kejijikan saya muncul.
Sebab itu saya panggil Nini.
Dengar. Kelihatan ularnya kan sekarang !
Tapi terasa ada suatu kegetiran yang sangat pahit dalam batin saya.
379
Serta kemudian Nini mengatakan bahwa ia akan kawin dengan Padri, sahabat saya yang tua
dan baik hati itu, sebuah laporan mengejutkan datang dari Pak Dirjo
Ernest telah bunuh diri !
Saya merasa sangat pusing. Dan pusing. Dan tiba-tiba saya jatuh tak sadarkan diri.
Ketika saya membuka mata saya, saya melihat Nini menangis di muka saya. Dan tiba-tiba
saya melihat betapa kurusnya, dia ! Millia, Millia kecilku! Yang sudah terlalu banyak, menderita oleh
karena tingkah laku saya.
Tak ada lagi yang bisa saya katakana kecuali ini. Bahwa saya merasa tidak bijak sama sekali.
Maafkan kiranya saya ini
Yogyakarta. 1967
Kita tahu bahwa teks yang baru saja kita baca adalah salah satu
bentuk prosa fiksi. Prosa fiksi atau fiksi berasal dari bahasa inggris fiction,
yang berarti cerita khayal. Dalam American Heritage Dictionary of the
English Langguage dinyatakan bahwa fiction adalah a literary work whose
content by imagination and is not necessarily based on fact (karya seni
yang isinya dihasilkan dari imajinasi pengarang dan tidak selalu didasarkan
atas fakta yang nyata. )
Aminuddin (1987) menyatakan bahwa prosa fiksi adalah cerita atau
kisahan yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar,
tahapan, serta rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarang, sehingga menjalin suatu cerita.
Cerpen yang berjudul Sepenuhnya Karena Ia Anakku adalah
sebuah realitas yang bisa dialami dan mungkin telah dialami oleh siapa saja
dalam kehidupan ini. Kekhawatira seorang ayah terhadap anak gadisnya
khususnya berkaitan dengan jodohnya, adalah sebuah realitas dalam cerita
tersebut. Realitas yang mungkin saja dialami oleh pengarang, pembaca, atau
hanya imajinasi dari pengarang. Realitas ini diolah oleh pengarang dengan
segenap kreativitasnya, kekuatan imajinasinya, kepekaannya, ketajaman
pikiran dan perasaannya, sehingga menjadi sajian cerita yang menarik,
mengesankan, enak dibaca, dan banyak hikmah yang dapat dipetik dari
cerita tersebut
1) Karakteristik Prosa Fiksi
Fiksi, seperti halnya esai, drama, sajak, khotbah, atau uraian yang
bersifat filosofis, adalah penyajian cara seorang pengarang memandang
hidup ini. Penulis memiliki pandangan-pandangan tertentu tentang hidup.
Penulis fiksi akan mengutarakan pendapat-pendapat dan perasaanya
tentang hidup ini dalam bentuk penyajian aksion (berasal dari: action),
bukan dalam pernyataan yang bersifat umum. Tujuan penulis fiksi ialah
membuat pembaca melihat dan ikut serta merasakan cuplikan-cuplikan
tertentu pengalaman manusia yang terpilih dan terarah, sehingga ia dapat
ikut merasakan pendapat serta perasaan yang ada pada penulis tentang
380
hidup ini pada umumnya, yaitu ikut merasakan apa yang dinamakan vision
dari penulis itu.
Kita telah mengatakan bahwa fiksi, seperti halnya genre sastra yang
lain, timbul dari keinginan penulis untuk memberikan bentuk kepada pikiranpikiran dan perasaannya sendiri tentang hidup ini sebagaimana ia
memandang atau mengalaminya. Dapat ditambahkan bahwa dorongan yang
mendororng orang untuk membaca fiksi itu pada hakikatnya sama dengan
dorongan yang mendorong diciptakaannya bentuk sastra ini. Dengan kata
lain, pembaca ingin memahami pikiran-pikiran ini dan ikut merasakan
perasaannya yang di sampaikan oleh pengarang. Para penulis fiksi itu tidak
selalu harus mengutarakan pendapat-pendapatnya secara langsung dan
selalu menyajikannya dalam bentuk action .
Dalam khasanah sastra Indonesia, prosa fiksi memiliki beragam
bentuk, antara lain: novel, roman, novelet, dan cerpen. Pembagian ini
berdasarkan atas, lamanya waktu cerita berlangsung. Di dalam cerpen,
cerita berlangsung tidak lama, hanya sebentar. Di dalam novel, waktu cerita
agak panjang. Sedangkan di dalam roman waktunya lama sekali. Bahkan di
dalam roman, sang tokoh diceritakan semenjak ia kecil sampai dengan
remaja, dewasa, bahkan tua dan meninggal. Meskipun terdapat perbedaan
yang nyata tentang waktu cerita berlangsung, terdapat pula persamaannya,
semuanya
mengungkap
kehidupan
manusia
dengan
segala
permasalahannya dalam bentuk cerita.
Dewasa ini perbedaan antara novel dan roman sudah tidak lagi
dipersoalkan, karena keduanya memiliki hakikat yang sama, yaitu lukisan
kehidupan manusia. Kedua istilah itu disatukan saja dengan istilah novel.
Kedua istilah itu novel dan roman, sebenarnya satu pengertian hanya
berbeda pemakaiannya. Novel dipergunakan dalam kesusastraan Inggris dan
Amerika yang berarti cerita. Sedangkan roman berasal dari kesusastraan
Perancis dan Belanda yang juga berarti cerita.
Cerita Pendek (Cerpen)
Cerita pendek adalah salah satu bentk karya fiksi. Cerita pendek,
sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik
perisitwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata yang
digunakan. Perbandingan ini jika dikaitkan dengan bentuk prosa yang lain,
misalnya novel.
Untuk menentukan panjang pendeknya cerpen, khususnya berkaitan
dengan jumlah kata yang digunakan, berikut ini dikemukakan beberapa
pendapat. Menurut Staton (1965:37), cerpen biasanya menggunakan 15.000
kata atau 50 halaman. Sedangkan Nugroho Notosusanto menyatakan bahwa
jumlah kata yang digunakan dalam cerpen sekitar 5000 kata atau kira-kira
17 halaman kuarto spasi rangkap (Zufahnur, 1985).
381
Tentang
tema
383
Suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah tokoh
atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga
mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang
menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan
merupakan unsur cerita yang tidak dapat ditiadakan, dengan adanya
penokohan cerita, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan hidup. Melalui
penokohan pula, seorang pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud
manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya sedang diceritakan
pengarangnya.
Tokoh dalam prosa fiksi memiliki peran yang berbeda-beda. Tokoh yang
memiliki peran penting dalam suatu cerita disebut tokoh sentral, tokoh inti,
atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang hanya berfungsi melengkapi,
melayani, atau mendukung tokoh sentral disebut sebagai tokoh peripheral
(tokoh tambahan, tokoh pembantu, atau tokoh bawahan). Penentuan kedua
tokoh tersebut didasarkan atas beberapa hal berikut.
(a) Frekuensi muncul, tokoh utama umumnya sering atau bahkan
selalu muncul dalam setiap episode, sedangkan tokoh bawahan
kecil sekali tingkat kemunculannya dalam cerita
(b)Komentar pengarang, tokoh utamanya umumnya adalah tokoh
yang sering dikomentari dan dibacakan sekadarnya saja
(c) Judul cerita, tokoh utama biasanya dijadikan sebagai judul cerita.
Tokoh bedasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
tokoh fisik dan tokoh imajiner. Tokoh fisik adalah tokoh yang ditampilkan
pengarang sebagai manusia yang hidup dalam alam nyata. Dalam karya
fiksi, tokoh fisik ini dapat anda temukan pada karya-karya konvensional
(Suyitno, 1986). Sedangkan tokoh imajiner adalah tokoh yang ditampilkan
pengarang sebagai manusia yang hidup dalam fantasi. Dari tokoh imajiner
ini Anda tidak akan menemukan gambaran sifat-sifat manusia secara wajar.
Biasanya tokohnya adalah manusia yang serba super, tokoh tidak memiliki
watak, sifat, dan perangai layaknya manusia biasa.
Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh
protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang
berwatak baik, sehingga disenangi oleh pembaca. Sedangkan tokoh
antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek, tidak sesuai dengan apa yang
diidamkan oleh pembaca (Aminuddin, 1987).
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh
bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan utama,
frekuensi kemunculannya sangat tinggi, biasanya sebagai pusat pencitraan.
Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang
membuat cerita lebih hidup (Sudjiman, 1988).
384
dijumpai pelukisan tokoh secara langsung saja atau secara tidak langsung
saja.
Perwatakan adalah cara pengarang menampilkan watak para tokoh.
Lebih lanjut Soedjijono (1984:67) menyatakan bahwa perwatakan bertugas
menyiapkan atau menyediakan alasan bagi tindakan-tindakan tertentu.
Uraian lebih lengkap terhadap pelukisan watak tokoh dikemukakan
oleh Sukada, yang menyatakan bahwa pelukisan watak tokoh dapat dicapai
dengan cara sebagai berikut: melukiskan bentuk lahir dari pelaku,
melukiskan alam pikiran pelaku, reaksi pelaku terhadap suatu peristiwa,
analisis watak pelaku secara langsung oleh pengarang, melukiskan keadaan
sekitar pelaku, reaksi pelaku lain terhadap pelaku utama, dan komentar
pelaku lain terhadap pelaku utama (Retnaningsih, 1987:64).
Prosa fiksi modern memiliki kecenderungan, dalam penggarapannya,
menekankan pada unsur perwatakan tokohnya. Beberapa ciri utama tentang
karakter tersaji di bawah ini.
a.
Tentang
Karakter
Mengenali
Karakter
386
merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar sosial
berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita.
Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana
sebuah cerita terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai
yang diungkapkan pengarang melalui ceritanya. Dengan kata lain, dapat
disebutkan bahwa latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral)
dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-benda
konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain. Apabila
latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca, maka latar
tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri
yang terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang
tidak menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang
psikologis ialah latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa
yaitu mampu menuansakan makna dan mampu mengajak emosi
pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat
ditangkap dengan panca indera, sedangkan latar psikologis dapat
berupa suasana, sikap serta jalan pikiran manusia atau tokoh
cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa yang
tersurat, sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis
membutuhkan penghayatan dan penafsiran.
4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh
Berdasar atas fungsinya, latar cerita terbagi menjadi tiga hal, yaitu
sebagai metafora, sebagai penciptaan atmosfer, dan sebagai pengedepan.
Latar yang berfungsi sebagai metafora ialah latar yang berfungsi sebagai
proyeksi atau objektivikasi dan kondisi internal tokohnya atau nilai-nilai
tertentu. Dalam hal demikian, latar befungsi sebagai ungkapan metaforik.
Latar yang berfungsi sebagai penciptaan atmosfer ialah latar yang dapat
membangun suasana atau melukiskan keadaan tertentu, misalnya rumah
terpencil, udara dingin menusuk tulang, dan yang lain. Latar demikian dapat
membangkitkan getaran emosi tertentu dalam diri pembaca. Latar yang
berfungsi sebagai pengedepan (foregrounding) ialah latar yang menonjolkan
atau mengedepankan latar waktu dan latar tempat saja. Dalam beberapa
prosa fiksi, waktu terjadinya peristiwa menduduki posisi penting. Dalam
kaitan ini ada tiga kemungkinan penunjukan, yaitu difus, fragmentaris, dan
kalenderis. Difus adalah penunjukan waktu kata-kata: dulu, selama
perjalanan. ,menjelang pagi, dan yang lain. Fragmentaris merupakan
penyajian bagian-bagian waktu, seperti 12 tahun yang lalu, pada masa
mudanya, dan yang lain. Sedangkan kalenderis adalah penunjukan waktu
secara tepat, misalnya 30 september 1965, januari yang lalu, dan yang lain.
387
Berikut ini contoh wacana deskripsi yang terdapat dalam novel Ketika
Lampu Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti. Rangkuti berusaha
melukiskan suasana hiruk-pikuk lalu lintas di sebuah perempatan jalan yang
ber-traffict lihgt.
Ketika lampu berwarna merah, mobil-mobil di ujung jalan itu berhenti
membiarkan mobil-mobil dari jurusan yang berlainan melintas di tengahtengah perempatan itu. Debu tidak nampak beterbangan di udara yang
panas di atas jalan aspal yang licin itu. Deru mobil-mobil yang melintas itu
membisingkan. Asap hitam disemburkan lubang-lubang knalpot, sehingga
dari balik kaca para sopir udara tampak menjadi hitam. Mobil-mobil itu
melintas cepat menepiskan angin dan menggoyang pohon hias di sepanjang
tepi jalan..
Cermati beberapa hal yang terkait dengan latar di bawah ini.
1) bukan hanya sekedar background,
2) bukan hanya tempat kejadian/kapan terjadinya,
3) Cerpen modern: menjadi sangat penting, erat dengan karakter,
tema, suasana cerita,
4) latar harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita,
5) latar terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi (kaitan)
filosofis,
6) latar dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu.
Untuk menilai apakah suatu latar integral dalam prosa fiksi, dapat
diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) dapatkah latar diganti dengan tempat lain tanpa mengubah
karakter dan isi?
2) sampai sejauh mana latar menentukan tema dan jalan cerita?
3) sampai sejauh mana latar membentuk watak dan mengapa daerah
lain tidak menghasilkan watak-watak demikian?
4) apakah latar akan tetap efektif pada keseluruhan cerpen kalau
dihilangkan atau diabaikan?
5) Sudut Pandang Prosa Fiksi
Seorang pengarang dalam memaparkan ceritanya dapat memilih sudut
pandang tertentu. Pengarang dapat memilih salah satu atau leih
narrator/pencerita yang bertugas memaparkan ide, peristiwa-peristiwa
dalam prosa fiksi. Secara garis besar pengarang dapat memilih pencerita
AKUAN atau pencerita DIAAN.
Seorang pencerita dapat dikatakan sebagai pencerita akuan apabila
pencerita tersebut dalam bercerita menggunakan kata ganti orang pertama:
aku atau saya. Pencerita akuan dapan menjadi salah sorang pelaku atau
disebut narator acting. Sebagai narator acting yag demikian ini biasanya
bertindak sebagai pelaku utama yang serba tahu.
388
DIAAN
ganti orang ke III
Observer serba tahu
Observer terbatas ( objektif )
389
pada sebuah realitas, namun sebuah cerita tidak mungkin kongruen atau
sama dan sebangun dengan kenyataan. Jadi, yang dimaksud dengan aspek
masuk akal dalam bahasan ini ialah kebenaran yang dimiliki oleh cerita itu
sendiri.
Sebuah cerita harus menarik. Agar sebuah cerita menarik perhatian
pembacanya, ia harus menampilkan kejutan atau surprise. Kejutan, dalam
sebuah cerita, cenderung berfungsi untuk memperlambat tercapainya
klimaks, mempercepat tercapainya klimaks, atau untuk menimbulkan
tegangan-tegangan psikologis pada pembaca.
Alur cerita yang baik harus mengandung tegangan, suspense yaitu
ketidak-menentuan harapan terhadap hasil akhir pembacaan cerita.
Suspense melibatkan kesadaran pembaca terhadap berbagai kemungkinan
yang ditawaran dalam cerita. Sarana untuk menciptakan suspense adalah
padahan (for shadowing) yaitu detil pemaparan yang mengisyaratkan suatu
kejadian atau peristiwa yang akan datang.
Sebuah prosa fiksi selain harus mengikuti berbagai kaidah tersebut,
juga harus tetap menganut kaidah kesatuan. Seketat apapun sebuah cerita
dalam mengikuti kaidah masuk akal, kejutan, dan suspense aspek kesatuan
tidaklah dapat ditinggalkan. Kesatuan atau kepaduan sebuah prosa fiksi
dapat dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan dan kegagalan prosa fiksi
tersebut.
Hal lain yang juga patut untuk dipertimbangkan dalam bahasan ini
ialah kaidah kebetulan. Aspek kebetulan dalam prosa fiksi dapat berwujud
orang atau barang yang muncul tiba-tiba dan memberikan jalan keluar atas
kesulitan yang muncul.
Berdasar atas proses penyusunan bagian-bagian alur, alur cerita dapat
dibedakan menjadi alur lurus dan alur sorot balik (flashback). Sebuah cerita
disebut beralur lurus apabila cerita tersebut disusun dari awal kejadian dan
diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya secara linier. Apabila
peristiwa dalam cerita tidak bergerak linear, cerita demikian disebut belaur
sorot balik. Selain kedua hal tersebut juga terdapat cerita yang memadukan
konsep alur seperti ini. Bahkan juga terdapat cerita berbungkai. Cerita
berbingkai ini ditunjukkan dengan adanya bingkai cerita yang berlapis-lapis.
Meskipun memiliki banyak lapis cerita, sebuah prosa fiksi harus
menunjukkan keutuhan cerita.
Berdasar atas tingkat kepaduan alur sebuah cerita, muncul alur rapat
dan alur renggang. Suatu prosa fiksi disebut rapat jika dalam suatu cerita
hanya terdapat pekembangan cerita yang berpusat pada tokoh tertentu saja.
Apabila dalam cerita tersebut terdapat perkembangan cerita yang berpusat
392
pada tokoh utama dan tokoh-tokoh lain, maka alur cerita seperti ini
dikategorikan sebagai alur renggang.
7) Pesan Prosa Fiksi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin
dicapai melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat.
Amanat terbagi menjadi dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan.
Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau
anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran kemanusiaannya.
Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat bergantung pada
persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.
Perlatihan:
Bacalah cuplikan cerpen berikut ini!
Jakarta
Oleh Totilawati Tjitrawasita
Ketika penjaga menyodorkan buku tamu, hatinya tersentil. Alangkah anehnya, mngunjungi adik
sendiri harus mendaftar, padahal singatnya dia bukan dokter. Sambil memegangi buku itu dipandangnya
penjaga itu dengan hati-hati, kemudian pelan dia bertanya,Semua harus mengisi buku ini ?Sekali saudara
atau ayah, umpamanya ?
Yang ditanya hanya mengangguk, menyodorkan bolpin, Silahkan tulis: nama, alamat dan
keperluan, katanya.
Tiba-tiba timbul keinginannya untuk berolok-olok. Sambil menahan ketawa ditulisnya disitu: nama
Soeharto ( bukan presiden ). Keperluan:Untuk urusan keluarga
Cukup? katanya sambil menunjukkan apa yang ditulisnya kepada penjaga. Lelucon, lelucon,
katanya berulang-ulang sambil menepuk-nepuk punggung penjaga yang terlongok-longok heran. Dia tahu,
siapa saya. Ujarnya menjelaskan.
Tanda tangannya belum, tuan. Dan alamatnya ?.
Betul juga, ada gunanya juga menjelaskan identitasnya agar tuan rumah tahu dan member
sambutan yang hangat atas kedatangannya. Maka ditulisnya di bawah tanda tangannya, lengkap : Waluyo
ANOTOBOTO. Nama keluarganya sengaja dibikin capital semua, diber garis teba di bawahnya. Sekali lagi
dia tersenyum, ras bangga terukir I wajahnya.
Begini ? tanyanya seperti meminta pertimbangan penjaga.
Terbayang adik misannya tergopoh-gopoh membuka pintu, lalu menyerbunya dengan segala rasa
rindu, sambil melemparkan macam-macam pertanyaan kepadanya., Bagaimana Embok, Bapak, Tinah,
anaknya sudah berapa ?
Temukan beragam unsur prosa fiksi yang terdapat pada cuplikan
cerpen tersebut! Lengkapilah temuan Anda dengan kutipan-kutipan cerpen
yang sesuai!
3. Memahami Unsur-Unsur Drama
393
Kali ini Anda akan belajar tentang teks percakapan (atau teks drama).
Beberapa hal atau bagian yang membedakan teks drama dengan teks
(karya) fiksi lainnya (cerpen, novelet, atau novel) adalah dialog,
pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog dan epilog. Dialog menjadi
bagian awal yang langsung terlihat berbeda dengan teks fiksi lainnya. Dialog
inilah yang secara spesifik membedakannya dari jenis fiksi lainnya tersebut.
Artinya, teks drama lebih dominan unsur dialognya dibanding teks fiksi
lainnya. Pembabakan yang terdapat dalam teks drama bukan diadakan oleh
pengarang drama tanpa pertimbangan apa-apa. Meskipun tidak selalu ada,
teks drama sering terbagi atas beberapa babak. Pembabakan ini biasanya
didasari pertimbangan kebutuhan nyata dalam pementasan. Pembabakan
sangat membantu perubahan setting atau tempat terjadinya peristiwa ketika
teks drama tersebut dipentaskan.
Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau berbeda)
dengan teks dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini dapat dibagi
menjadi dua, yakni untuk sutradara dan untuk aktor (tokoh/pemain). Prolog
dan epilog memang tidak selalu hadir dalam setiap teks drama. Prolog
merupakan bagian awal naskah. Biasanya memberikan penjelasan awal
tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan yang ditampilkan, pesan
pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya) atau dapat pula sebagai
pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai pembantu pembaca atau
penonton untuk memahami cerita tersebut. Sedangkan epilog merupakan
bagian akhir naskah. Epilog dapat berupa simpulan cerita, pesan atau
amanat yang disampaikan pengarang, dan atau renungan.
Simak teks drama di bawah ini.
TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku:
Fani, Inu, Gina, Jati, Hana
Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.
1. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap
dipandang.
2. Hana: (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa
menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa
yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu?
3. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
4. Hana: Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini?
Dan apa yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam
ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang
meragukan, dan oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis.
394
Namun apa pun persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan
semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya.
Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang
tak termaafkan, dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!
5. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling
bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.
6. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian
ikut menangis pula.
7. Inu:
(Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila!
Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk
senjata) Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai
menangis), miskin, bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat
mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali mereka
melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin
kini mereka akan gentar pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus
diberi pelajaran, agar tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis)
Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)
8. Hana: (Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)
9. Inu:
(Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng
kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil
tersenyum-senyum)
10. Jati:
(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan
mereka?
11. Inu:
12. Jati:
13. Inu:
14. Jati:
Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di mana
perasaanmu, Inu?
15. Inu:
16. Jati:
17. Inu:
18. Jati:
Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!
395
19. Inu:
20. Jati:
(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami
sedang latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai!
Hentikan latihan gila-gilaan ini!
21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.
---selesai--Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur
dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian besar) hanya terdiri atas
dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam teks drama itulah unsur
instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks drama dapat
ditemukan.
Drama sebenarnya tidak jauh berbeda dengan karya fiksi yang lain.
Kesamaan itu berkaitan dengan aspek kesastraan yang terkandung di
dalamnya. Namun ada perbedaan esensial yang membedakan antara karya
drama dengan karya fiksi adalah tujuan utama penulisan naskah drama
adalah untuk dipentaskan. Semi (1988) menyatakan bahwa drama adalah
cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Jika Anda cermati secara seksama, drama mempunyai dua aspek
esensial, yaitu aspek cerita dan aspek pementasan yang berhubungan
dengan seni lakon atau teater. Apabila dirinci lebih dalam lagi, sebenarnya
drama memiliki tiga dimensi, yaitu sastra, gerakan, dan ujaran. Oleh karena
itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca seperti novel atau
cerpen, tetapi lebih dari itu dalam penciptaan naskah drama sudah
dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya.
Mengingat penciptaan drama disusun dengan maksud untuk
dipentaskan maka dalam setiap naskah selalu ditemukakn narasi, dalog dan
arahan tentang petunjuk lakuan.
Dalam sebuah naskah drama terdapat hal-hal penting yang harus
diketahui bila kita ingin memehaminya. Hal ini bisa disebut sebagai unsurunsur drama. Secara lebih rinci bagian berikut akan membahasnya.
a. Alur Drama
Alur dalam sebuah pertunjukanatau drama sama dengan alur novel
atau cerpen, yaitu rentetan peristiwa yang terjadi dari awal sampai akhir.
Namun alur drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan alur fiksi.
Kekhususan itu disebabkan oleh karakteristik drama itu yang memang unik.
Kekhususan alur drama adalah sebagai berikut (Semi, 1988). Alur drama
396
haruslah alur yang dapat dilakonkan oleh para pemain drama di muka public
penonton.
Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton. Secara
garis besar alur drama adalah sebagai berikut
1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan kepada
penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta peran yang
dibawakan mereka, serta member pengenalan terhadap permulaan
problem atau konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem pokok. DI
sini mulai terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau disebut
juga rising action. Beberapa watak mulai memperlihatkan
pertentangan saling mempengaruhi, dan berkeinginan membawa
kebenaran ke pihak masing-masing sehingga terjadilah krisis demi
krisis. Setiap krisis berkecenderungan melampaui yang lain, namun
satu krisis lahir disebabkan atau diakibatkan oleh yang lain. Itulah
sebabnya dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument). Setiap segi pertentangan diadakan
penyelesaian dan dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih
bisa juga menggembirakan ( Semi, 1988 ).
b. Pesan Drama
Pengarang memiliki tujuan tertentu melalui karya dramanya. Inilah
yang disebut dengan amanat atau pesan. Pesan dalam drama terbagi dua,
yaitu pesan utama dan pesan bawahan. Umumnya pesan berisi ajaran-ajaran
moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk
meningkatkan kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikit dan luas
sempitnya pesan bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang
pada karyanya.
c. Tema Drama
Dalam drama tema memiliki kedudukan yang sangat penting. Semua
elemen dalam drama mengacu dan menunjang tema. Tema disebut sebagai
ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita
dalam karya fiksi.
Dalam drama tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih
bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir
dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang
lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa
tema yang disampaikan oleh pengarangnya.
d. Latar Drama
Drama pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian yang
menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu
397
waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut dapat
dikatakan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya
dalam drama amat penting.
Latar dalam drama terdiri atas tiga jenis, yaitu latar waktu, latar
tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu
cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah geografis,
merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar sosial
berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita.
Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana
sebuah cerita terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai
yang diungkapkan pengarang melalui karyanya. Dengan kata lain, dapat
disebutkan bahwa latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral)
dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-benda
konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain. Apabila
latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca, maka latar
tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri
yang terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang
tidak menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang
psikologis ialah latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa
yaitu mampu menuansakan makna dan mampu mengajak emosi
pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat
ditangkap dengan panca indera, sedangkan latar psikologis dapat
berupa suasana, sikap serta jalan pikiran manusia atau tokoh
cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa yang
tersurat, sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis
membutuhkan penghayatan dan penafsira.
4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh
Perlatihan
Simak teks drama di bawah ini.
Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa. Terdengar
suara kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III : Itu suara apa?
Copet II : Suara orang adzan.
Copet I
: Apa? Suara orang edan?
Copet II : Adzan, goblok!
398
Copet I
Copet II
Copet I
Copet III
399
Dalam sajiannya, kegiatan belajar ini terbagi atas dua subtopik, yakni
syarat pantun dan menulis pantun sesuai syarat tersebut. Sesuai syarat,
melalui contoh-contoh pantun serta variasi bentuk perlatihan penulisan
pantun yang disajikan, Anda diharapkan dapat dengan mudah memulai
mencoba menulis pantun dengan lebih mudah.
1) Syarat-syarat Pantun
Pantun merupakan salah satu puisi lama yang terkenal, di samping
mantra, syair, talibun, gurindam, pepatah, dan teka-teki. Pantun,
sebagaimana puisi lama lainnya memiliki aturan. Aturan penulisan pantun,
antara lain:
a) jumlah suku kata dalam setiap baris
b) jumlah baris setiap bait
c) jumlah bait
d) aturan rima dan ritma.
Secara umum, pantun terdiri atas empat baris, bersajak (rima) abab atau
disebut rima silang, dua baris pertama berupa sampiran dan dua baris
akhir berupa isi.
Jenis-jenis pantun adalah (1) pantun sukacita atau pantun jenaka/riang,
(2) pantun muda, (3) pantun dagang, (4) pantun nasihat atau pantun tua, (5)
pantun agama, dan (6) pantun adat.
Di bawah ini adalah contoh pantun.
(1)
Pantun sukacita
Elok rupanya kumbang janti
dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
melihat ibu sudah datang
Dibawa itik pulang petang
dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
hati cemas menjadi hilang
(2)
Pantun muda
Anak padang ke Kurai Taji
batang manggis bercabang lima
adik sayang usahlah pergi
pahit manis tanggung bersama
Tanam melati dirama-rama
ubur-ubur sampingan dua
sehidup semati kita bersama
satu kubur kelak berdua
400
(3)
(4)
Pantun nasihat
Anak ayam turun sepuluh
mati satu tinggal sembilan
Tuntut ilmu bersungguh-sungguh
suatu jangan ketinggalan
Anak ayam turunlah enam
mati satu tinggallah lima
Supaya kita jangan jahanam
baik tuntut pada ulama
(5)
Pantun agama
Kemumu di dalam semak
jatuh melayang selaranya
Meski ilmu setinggi tegak
tidak sembahyang apa gunanya
Asam kandis asam gelugur
ketiga asam riang-riang
Menangis di pintu kubur
teringat badan tidak sembahyang
(6)
Pantun adat
Berek-berek turun ke semak
dari semak turun ke padi
Dari nenek turun ke mamak
dari mamak turun ke kami
Dahulu rebab yang bertangkai
kini kopi yang berbunga
Dahulu adat yang berpakai
kini rodi yang berguna.
Jenis Pantun
Pantun Sukacita
Isi
Pantun Muda
Pantun Dagang
Pantun Nasihat
Pantun Agama
Pantun Adat
402
kehidupan para peri, melainkan isi cerita atau plotnya mengenai sesuatu
yang wajar. Dongeng dapat berupa cerita peri, cerita kanak-kanak, atau
cerita ajaib.
Antti Aarne dan Stith Thompson membagi jenis dongeng ke dalam
empat golongan besar, yakni:
a.
dongeng binatang (animal tales)
b.
dongeng biasa (ordinary folktales)
c.
lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes)
d.
dongeng berumus (formula tales)
Dongeng binatang merupakan dongeng yang ditokohi binatang
peliharaan dan binatang liar. Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini
dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Binatang-binatang itu
biasanya terbatas pada jenis tertentu. Di Eropa binatang itu adalah rubah
(fox), di Amerika kelinci, di Indian Amerika sejenis anjing hutan (coyote),
rubah, burung gagak, dan laba-laba, serta di Filipina adalah kera. Di
Indonesia binatang itu adalah pelanduk (kancil) dengan nama Sang Kancil.
Binatang-binatang itu semuanya mempunyai sifat yang cerdik, licik, dan
jenaka. Lawan binatang cerdik adalah pandir, yang selalu menjadi bulanbulanan tipu muslihat binatang cerdik itu. Di Amerika ada beruang, di Filipina
buaya, dan di Indonesia adalah harimau.
Di dalam dongeng binatang di Indonesia, tokoh yang paling populer
adalah sang kancil. Tokoh binatang cerdik licik ini di dalam ilmu folklor dan
antropologi disebut dengan istilah the trickster atau tokoh penipu.
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan
biasanya adalah kisah suka-duka seseorang. Di Indonesia, dongeng biasa
yang populer bertipe Cinderella. Dongeng bertipe ini ada banyak. Di Jawa
Tengah dan Jawa Timur terdapat dongeng Ande-ande Lumut dan Si Melati
dan Si Kecubung, di Jakarta terdapat dongeng Bawang Putih dan Bawang
Merah, dan di Bali ada I Kesuna lan I Bawang.
Lelucon dan Anekdot merupakan dongeng-dongeng yang dapat
menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa bagi yang
mendengar maupun yang menceritakan. Anekdot menyangkut kisah fiktif
lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh, yang benar-benar ada,
sedangkan lelucon menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif,
seperti suku bangsa, golongan, bangsa, dan ras. Misalnya, kisah pendek lucu
Albert Einstein disebut anekdot, sementara kisah pendek lucu orang Batak
disebut lelucon.
Dongeng-dongeng berumus merupakan dongeng yang oleh Antti Aarne
dan Stith Thompson disebut formula tales, dan strukturnya terdiri atas
pengulangan-pengulangan. Subbentuk dari dongeng berumus adalah:
404
ekor kucing. Seekor kucing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor anjing. Seekor anjing lari terbirit-biri
bulan, ia baru berhasil membawa sebutir pasir itu ke Tangerang. Untuk kembali ke Jakarta Kota, diperlukan wak
405
segera dibukukan, cerita-cerita yang lisan tadi suatu saat akan hilang dan
dilupakan.
Pertanyaannya kini, berapa dongeng yang telah kita baca? Di antara
yang sudah kita baca, berapa yang dapat kita sampaikan (menulis ulang)
kepada orang lain. Nah, kali ini, Anda akan belajar menulis ulang dongeng,
baik yang disampaiakn secara lisan maupun tertulis.
Di seluruh dunia, hingga saat ini, dongeng masih bertahan hidup. Di
Indonesia, dongeng juga masih banyak dijumpai dan digemari. Anak-anak
hingga orang tua gemar mendengarkan dongeng. Di bawah ini dikutip salah
satu dongeng yang sangat terkenal.
Si Tanduk Panjang
Dahulu kala, di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga miskin. Keluarga itu terdiri atas seorang
ayah, ibu, dan anak perempuannya.
Ayah dan ibu tersebut sangat sayang kepada anak perempuan satu-satunya. Namun,
kebahagiaan mereka terasa belum lengkap manakala belum dikaruniai seorang anak laki-laki.
Setiap hari mereka tak berhenti berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang anak laki-laki
sebagai penyambung keturunan. Bulan berganti bulan, tahun pun berlalu, mereka tetap berdoa. Akhirnya,
sang istri pun hamil. Keluarga itu pun semakin berbahagia. Terlebih setelah sang istri melahirkan bayi lakilaki. Namun, kegembiraan itu hanya berlangsung sesaat ketika diketahui bahwa di kepala bayi itu tumbuh
tanduk. Perasaan gembira itu mendadak berubah malu dan takut kalau-kalau mereka nanti akan diejek
para tetangga.
Untuk menutupi rasa malu dan takut itu, pada malam hari, bayi laki-laki itu dimasukkan ke dalam
sebuah peti dengan dibekali sebutir telur dan secangkir beras. Peti itu lalu dihanyutkan ke sungai.
Kakak perempuan bayi laki-laki itu mengetahui perbuatan kedua orang tuanya. Ia sangat sedih.
Dengan diam-diam ia meninggalkan rumah dan mengikuti peti yang membawa adiknya hanyut di sungai.
Ia terus melangkah mengikuti adiknya yang hanyut. Beberapa lama kemudian terdengar adiknya
menangis karena lapar. Sang kakak pun menghiburnya dengan berkata, Adikku sayang, si tanduk
panjang, janganlah engkau menangis. Jika engkau lapar, makanlah sebutir beras agar kau kenyang! Tak
berapa lama kemudian tangis adiknya berhenti. Begitulah seterusnya, setiap kali terdengar suara tangis,
sang kakak segera meneriakkan kata-kata yang sama.
Beberapa hari kemudian si kakak perempuan mendengar ciap anak ayam dari peti tempat
adiknya. Ia tak dapat mendekati peti itu, tetapi ia dapat menduga bahwa telur yang dibekalkan kepada
adiknya telah menetas.
Begitulah, hari berganti, bulan berlalu. Setiap adiknya menangis, ia selalu menghiburnya dengan
kata-kata yang penuh kasih sayang. Sang kakak tak mengenal lelah demi kecintaannya kepada adiknya.
Hingga suatu hari peti itu terbawa arus sampai ke tepian sungai. Si kakak dengan wajah gembira mencoba
meraihnya.
Berkali-kali ia mencoba meraih. Akhirnya perti itu dapat diraihnya. Dan, betapa terkejutnya ketika
peti itu dibuka, melompatlah seorang anak laki-laki gagah dan tampan. Tak lagi terlihat ada tanduk di
kepalanya. Di belakangnya, seekor ayam jantam menyertai. Betapa gembira si kakak melihat kenyataan
itu. Ia bersyukur pada Tuhan yang telah menyelamatkan adiknya yang sangat disayanginya.
406
Selanjutnya kakak-beradik itu segera menuju ke desa terdekat. Di depan pintu gerbang desa
mereka ditegur oleh penduduk setempat. Mereka memberitahu bahwa untuk masuk ke desa mereka harus
mengadu ayamnya dengan ayam penduduk desa. Jika menang, akan mendapat harta, dan jika kalah akan
dijadikan budak. Namun jika tidak berani menerima tantangan itu, mereka dipersilakan pergi dari desa itu.
Kakak-beradik itu menyanggupi tantangan tersebut. Dan, pada hari yang telah ditentukan ayam
mereka diadu dengan disaksikan seluruh masyarakat setempat. Ternyata ayam si tanduk panjang menang.
Akhirnya kedua kakak-beradik itu dipersilakan masuk desa dan dijamu dengan makanan yang lezat-lezat
serta dihadiahi harta kekayaan. Tak lama kemudian kedua kakak-beradik itu minta diri untuk meninggalkan
desa itu.
Untuk memasuki desa yang lain ternyata mereka dikenai syarat serupa, yakni harus menyabung
ayam. Lagi-lagi bertarunglah ayam mereka. Untung ayam kakak-beradik itu selalu menang sehingga
mereka tidak mendapat kesulitan dan sekaligus menambah harta kekayaannya. Bahkan untuk membawa
harta kekayaannya, mereka membawa beberapa pengikut.
Akhirnya kedua kakak-beradik itu tiba di desa kelahirannya. Para penduduk menanyai asal-usul
mereka. Mendengar pengakuan kedua kakak-beradik itu, penduduk mengetahui siapa sebenarnya mereka.
Kabar tentang kedatangan dua kakak-beradik pun tersebar. Si tanduk panjang dan kakak
perempuannya telah datang, begitulah kabar yang tersebar. Kedua orang tua mereka pun mendengar, lalu
datanglah mereka untuk menyongsong kedua anaknya yang telah lama hilang. Namun, kakak-beradik itu
menolaknya.
Kami tidak punya orang tua lagi, karena justru ketika kami memerlukan kasih sayang dan
perlindungan, mereka tidak melakukannya. Tak ada yang peduli pada kami.
Betapa kecewa kedua orang tua mereka yang sudah miskin itu. Kini, mereka baru menyadari akan
kesalahannya. Hancurlah hatinya. Mereka menyesal, lalu jatuh sakit, dan akhirnya meninggal dunia.
Perlatihan
a) Bentuklah kelompok diskusi yang masing-masing kelompok berjumlah
empat orang. Diskusikan tentang keempat jenis dongeng di atas. Apakah
keempat jenis dongeng di atas ada dan berkembang di Indonesia?
b) Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
(1)Baca dan pelajarilah dengan cermat dongeng di atas!
(2)Tulislah isi dan amanat dongeng tersebut!
(3)Tulisah kerangka (alur) dongeng di atas!
(4)Kembangkan kerangka dongeng tersebut dengan bahasa Anda sendiri
sehingga menjadi sebuah dongeng yang utuh!
(5)Berdasarkan pembagian Antti Aarne dan Stith Thompson terhadap
dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni (1) dongeng binatang
(animal tales), (2) dongeng biasa (ordinary folktales), (3) lelucon dan
anekdot (jokes and anecdotes), serta (4) dongeng berumus (formula
tales), lakukan tahapan di bawah ini
a) Identifikasikan dongeng yang masih ada di sekitar Anda berdasar
keempat golongan besar di atas.
b) Tentukan salah satu dongeng di antara yang telah Anda
identifikasikan tersebut.
c) Buat kerangka dongeng yang akan membantu memudahkan Anda
dalam mengembangkan alur dongeng.
407
409
UNTUKMU
Ukirlah sendumu di sudut rindu,
kalau jiwamu tak ragu.
Gapailah anganmu,
bila kau sebut namaku.
Robi H. Mojokerto
ASA
Ada asa di hari lalu
kau tabur rapi di danau hati
ada kisah manis di hari lalu
yang ternyata tak seabadi matahari
410
Emy Jayapura
a). Setiap orang pasti mempunyai ide/topik atau gagasan. Kali ini, ide/topik
atau gagasan tersebut cobalah Anda tulis dalam bentuk puisi! Pada saat
menulis jangan berpikir apakah puisi tersebut akan menjadi baik atau
tidak. Karena jika berpikir demikian, maka puisi tidak sempat ditulis! Ingat,
penulis hanya menulis puisi! Yang mengatakan baik atau tidak baik adalah
orang lain. Mari, cobalah Anda menulis!
b). Tentukan topik yang akan Anda kembangkan menjadi puisi. Topik itu
tentang tentang orang-orang di sekitar Anda. Misalnya, bapak-ibu, nenek,
sahabat, guru, mertua, anak, tetangga, penjual sayur, penjual mi atau
bakso, atau kakak-adik. Mulai pilih kata-kata yang tepat untuk
mengungkapkan tokoh tersebut. Tulis baris-baris kalimatnya. Setelah
kalimat tersususn atas baris-baris, suntinglah dengan mempertimbangkan
411
pilihan kata dan rima. Sekadar perbandingan, di bawah ini disajikan puisi
tentang ayah-ibu dan sahabat!
Kekaguman
Ibu
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya
Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Yusri Halim Ujung Pandang
Wahyu
Apakah yang nampak di luar pintu. Debu ataukah
Gemerincing batu
Isyarat yang terpatah ataukah kedua matamu yang
Mengukir sendu?
Era Milyarni Tegal (Kalilangit, Horison)
d. Menulis Drama
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat
menulis drama. Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1)
membaca teks drama, dan (2) menulis teks drama.
Kegiatan membaca eks drama diharapkan memberikan pemahaman
yang sama tentang teks drama, utamanya unsur apa saja yang terdapat
dalam (penulisan) teks drama. Pemahaman itu diperlukan untuk membuka
wawasan awal tentang unsur pembentuk teks drama. Meskipun, contoh teks
412
12. Jati:
13. Inu:
14. Jati:
Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di mana
perasaanmu, Inu?
15. Inu:
16. Jati:
17. Inu:
18. Jati:
Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!
19. Inu:
20. Jati:
(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami
sedang latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai!
Hentikan latihan gila-gilaan ini!
21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.
---selesai--Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Salah satunya, secara fisik, teks drama didominasi
oleh unsur dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian besar) hanya
terdiri atas dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam teks drama
itulah unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks drama
dapat ditemukan.
2) Menulis Naskah Drama
Selain dialog, pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog dan
epilog yang menjadi ciri drama di atas, Bachmid (1990:1-16) mengutip
pendapat Patrice Pavis mengatakan bahwa drama memiliki konvensi dan
kaidah umum, yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar.
Yang pertama berkaitan dengan kaidah bentuk, seperti alur dan pengaluran,
latar ruang dan waktu, dan perlengkapan. Yang kedua berkaitan dengan
konvensi stilistika atau bahasa dramatik. Di bawah ini akan dijelaskan secara
singkat kedua hal tersebut, sebelum kita berlatih menulis drama.
a. Alur dan Pengaluran
415
Yang menyangkut kaidah alur adalah pola dasar cerita, konflik, gerak
alur, dan penyajiannya. Sejak zaman Aristoteles dinyatakan bahwa alur
drama mesti tunduk pada pola dasar cerita yang menuntut adanya
konflik yang berawal, berkembang, dan kemudian terselesaikan. Yang
disebut konflik adalah terjadinya tarik-menarik antara kepentingankepentingan yang berbeda, yang memungkinkan lakon berkembang
dalam suatu gerak alur yang dinamis. Dengan demikian, gerak alur
terbentuk dari tiga bagian utama, yaitu situasi awal (pemaparan),
konflik, dan penyelesaiannya.
Lalu, penyajian pola dasar tersebut dilakukan dengan membaginya ke
dalam bagian-bagian yang disebut adegan dan babak. Kekhasan
sebuah drama akan tampak melalui penyajian cerita dalam susunan
babak dan adegan. Dalam menyusun babak dan adegan, penulis
drama akan selalu menjaga kepaduan serta keterjalinan bagianbagian alur maupun keterjalinan semua unsur bentuk. Inilah yang
disebut kohenrensi cerita.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam drama memiliki ciri-ciri, seperti nama diri, watak, serta
lingkungan sosial yang jelas. Tokoh atau karakter yang baik harus
memiliki ciri atau sifat yang tiga dimensional, yaitu memiliki dimensi
fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Harymawan (1988: 25-26)
menyebutkan bahwa rincian dimensi fisiologis terdiri atas usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh, dan ciri-ciri muka; dimensi sosiologis terdiri
atas status sosial, pekerjaan (jabatan dan peranan di dalam
masyarakat), pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup
(kepercayaan, agama, dan ideologi), aktivitas sosial/organisasi, hobi
dan kegemaran, bangsa (suku dan keturunan); dimensi psikologis
meliputi
mentalitas dan moralitas, temperamen, dan intelegensi
(tingkat kecerdasan, kecakapan, dan keahlian khusus dalam bidangbidang tertentu).
Umumnya, tokoh-tokoh utama muncul di awal cerita, yaitu pada tahap
pemaparan. Hal itu dimaksudkan agar pembaca dan penonton dapat
mengenali
mereka.
Sepanjang
cerita,
tokoh-tokoh
akan
mempertahankan ciri-ciri mereka. Kemudian, konflik tercipta akibat
perbedaan yang terdapat di antara tokoh-tokoh, yang berupaya
mewujudkan keinginan mereka. Perbedaan itulah yang semakin lama
semakin meningkatkan konflik dan berpuncak sebagai klimaks.
c. Latar: Ruang dan Waktu
Seperti alur dan tokoh, unsur ruang dan waktu juga mengikuti konvensi
umum yang didasari pada peniruan realitas kehidupan. Ruang dapat
disisipi
penulis
dengan
petunjuk
pementasan
(kramagung,
waramimbar, atau teks samping) dan dialog, cakapan, atau
wawancang. Ruang yang merupakan pijakan tempat peristiwa terjadi
umumnya jelas, menunjang lakuan drama, dan sesuai lingkup cerita.
416
cerita yang sudah Anda baca itu dalam bentuk dialog-dialog (drama)!
Berilah beberapa keterangan pementasan. Selamat mencoba!
b) Anda pernah membaca cerita rakyat atau dongeng, bukan? Pilih salah
satu cerita rakyat atau dongeng yang paling Anda sukai dan
memungkinkan dipentaskan. Buatlah naskah dramanya berdasarkan
cerita rakyat atau dongeng tersebut. Selamat mencoba!
e. Menulis Cerpen (Cerita Pendek)
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis cerita
pendek. Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1) tentang
cerita pendek, dan (2) menulis cerita pendek.
Subtopik tentang cerita pendek diharapkan memberikan pemahaman
yang utuh tentang unsur-unsur pembentuk cerita pendek. Unsur-unsur
pembentuk cerita pendek (utama) diharapkan akan mampu menjadi dasar
bagi penulisan cerita pendek.
Contoh teks cerpen yang disajikan dimaksudkan sebagai pembuka
tafsir bagi pengembangan topik tertentu menjadi sebuah cerita pendek.
1) Tentang Cerita Pendek
Cerpen adalah karya sastra yang popular di masyarakat di samping
puisi. Dibandingkan dengan novel, cerpen yang lebih pendek,
memungkinkan dibaca orang dalam sekali duduk, di antara kesibukan
keseharian. Bukti bahwa pernyataan ini benar adalah kehadiran cerpen yang
terbit pada hampir setiap harian atau surat kabar (umumnya dimuat pada
hari Minggu). Tabloid, majalah, newsletter, atau jurnal (bahkan jurnal online)
juga menyajikan cerpen dalam edisi tertentu. Dan, dibanding puisi, secara
umum, masyarakat lebih mudah memahami pesan yang disampaikan
penulisnya.
Sebelum mengenal seluk-beluk cerpen secara umum, simak dua kutipan
teks cerpen di bawah ini.
Kutipan cerpen 1:
Langit jadi merah. Seekor naga menukik, menyapu bintang-bintang dan matahari. Pucukpucuk sayapnya memercik bara. Api bertebaran. Angin berputing. Ketakutan disemprotkan ke
udara seperti tinta gurita. Para satria berbaju zirah itu bergelimpangan. Jerit putus asa menyesaki
ruang. Makhluk itu marah luar biasa. Rumah-rumah, pohon-pohon, pucuk gunung di kejauhan, jadi
remuk tak jelas bentuk. Rata tanah. Semua. Kecuali satu anak yang berdiri tegak tak bergerak.
Tangannya menggenggam busur yang selesai teregang. Waiahnya segelap batu, namun matanya
seterang kilat. Dari busurnyalah panah besar yang menghunjam di dada sang naga.
(Pada Suatu Hari, Ada Ibu dan Radian karya Avianti Armand)
Kutipan cerpen 2:
419
Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang: itulah aku; yang sarat beban
wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layanglayang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara
itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang kedatanganku senantiasa
ditandai dengan gemerisiknya angin di antara pepohonan atau padang pasir.
(Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat karya Danarto)
Secara umum cerpen adalah cerita atau narasi, bukan analisis
argumentatif, yang fiktif, tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi
di mana saja dan kapan saja, serta relatif pendek. Ciri utama cerpen adalah
(1) cerita yang disampaikan relatif pendek, (2) fiction sifatnya rekaan, dan
(3) bersifat naratif/penceritaan.
Penceritaan (narasi) --- hemat dan ekonomis --- hanya ada dua/tiga
tokoh, satu peristiwa, satu efek bagi pembaca. Tapi satu kesatuan yang utuh
dan lengkap --- dapat dilihat dari segi-segi unsur yang membentuknya.
peristiwa cerita (alur/plot)
tokoh cerita (karakter)
tema cerita
Unsur-unsur Yang Membentuk
suasana cerita (mood dan atmosfir)
sudut pandang pencerita (point of view)
gaya (style) pengarang
Dalam praktiknya, hanya satu saja yang dipentingkan cerpenis dalam
karyanya, misal alur atau plot cerita. Sebagai bahan pengayaan, silakan
Anda baca cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam.
1). Plot
Plot dengan jalan cerita tidak bisa dipisahkan. Misal, Raja mati = jalan
cerita. Raja mati karena sakit hati = plot. Plot bersembunyi di balik jalan
cerita.
Jalan cerita memuat kejadian. Suatu kejadian ada karena ada
sebabnya, ada alasannya. Yang menggerakkan kejadian cerita tersebut
adalah plot, yaitu segi rohaniah dari kejadian. Kejadian akan berkembang =
konflik.
Plot
pengenalan
timbulnya konflik
konflik memuncak
klimaks
pemecahan soal
420
tentang tema
Cerpen yang berhasil adalah yang menyajikan tema tersamar dalam seluruh
elemen-elemen. Mencari arti sebuah cerpen, pada dasarnya adalah mencari
tema yang terkandung dalam cerpen tersebut. Tema disampaikan secara
tersembunyi. Tema cerpen besar, umumnya, universal dan berlaku segala
zaman. Sebagai bahan pengayaan Anda, simak cerpen Nasihat Untuk
Anakku karya Motinggo Busye.
3). Karakter
Cerpen modern memiliki kecenderungan, dalam penggarapannya,
menekankan pada unsur perwatakan tokohnya. Hal itu dapat dilihat pada
cerpen-cerpen Budi Darma yang dimuat pada Horison. Beberapa ciri utama
tentang karakter tersaji di bawah ini.
g)
Tentang karakter
Mengenali karakter
423
Terdengar suara adzan dari masjid terdekat. Somad mengemasi pakaiannya, dimasukkan
ke dalam kardus, lalu diusungnya. Tohir memperhatikan saja. Sudah tidak ada yang tertinggal?
tanya Tohir dengan suara tenang.
Tidak.
Gergaji dan palunya sudah selesai?
Sudah.
Saya kembalikan, ya.
Somad masuk ke rumah petak melalui pintu kiri. Tangannya cekatan menata barangbarangnya. Tohir masih memperhatikan dengan duduk di atas kardus. Tohir beranjak berdiri, di
tangannya memegang gergaji dan palu.
Hari-hari berikutnya, kehidupan kembali seperti sediakala. Tal banyak yang berubah pada
mereka, hanya rumah mereka, terdapat dua pintu. Kalau ada perubahan, itu justru lebih baik. Tohir
melihat ada sedikit perubahan pada diri lelaki tanggung yang sudah dianggap adiknya itu. Somad
makin giat bekerja. Beberapa pekerjaan tambahan yang biasanya ditolaknya, ia lakukan. Somad
juga makin sering berada di luar rumah kalau malam hari.
Suatu malam, Tohir sengaja ingin tahu apa yang sedang dilakukan lelaki yang telah
dianggap adiknya. Somad meninggalkan rumah terlebih dulu. Tohir membuntuti. Somad berjalan
agak cepat. Ia segera menuju jalan di tepian kali, agak remang-remang. Beberapa wanita kelihatan
berdiri di pinggir jalan. Warung-warung kecil berjejer menyediakan makanan kecil. Beberapa becak
mangkal. Di atas becak, satu dua tampak perempuan dengan pakaian dan dandanan mencolok.
Somad berjalan menuju ke salah satu rumah, tak jauh dari jalan remang-remang pinggir
kali itu. Di dalam rumah sepi, tentu perempuan-perempuan yang menghuni sudah dan masih di
jalanan. Somad masuk, lalu mengetuk salah satu pintu kamar. Tak ada jawaban. Somad
membukanya, ternyata pintu kamar tidak dikunci. Tak lama kemudian beberapa laki-laki masuk ke
dalam rumah. Terjadilah semuanya.
Somad, kenapa kamu tidak pernah bicara kepada kakakmu ini, kata Tohir ketika
mengunjunginya di sel polsek setempat, pagi harinya. Somad berkaca-kaca sambil sesekali
mengatakan sesuatu yang tidak jelas. Kalau kamu ngomong sebelumnya bahwa kamu
berhubungan dengan Surti, mungkin tidak terjadi ini.
Saya tidak melakukannya. Mereka bohong!
Semua lelaki yang pernah ke jalan di pinggir kali itu mengenal Surti. Keinginan untuk
memiliki Surti bagi lelaki yang pernah tidur dengannya adalah kewajaran. Perempuan-perempuan
lain, pada mulanya iri pada Surti. Kadang di antara mereka ada yang mencoba melakukan hal-hal
yang buruk untuk mencelakai Surti. Tetapi jika diketahui oleh lelaki yang suka pada Surti, maka
perempuan yang usil itu justru akan celaka. Lelaki yang berlaku seperti itu banyak jumlahnya. Tohir
hanya salah satu di antaranya. Itulah alasannya mengapa lelaki harus berpikir seribu kali jika ingin
menikahi Surti.
Aku bawakan makanan dan pakaian.
Somad memandang laki-laki yang berada di depannya.
Rumah itu juga karena Surti? tanya Tohir.
Surti tidak mau baju kita gantian.
Hanya karena itu?
Surti mau saya mulai mandiri.
Somad, mandiri tidak berarti kamu harus begitu. Rumah itu milik kita. Kita saudara. Kamu
tidak bergantung saya, itu mandiri. Kamu makan dengan uang sendiri, itu mandiri.
Mereka membohongi saya.
426
b.
c.
d.
e.
Yang yang ada dalam memulai cerita adalah topik cerita. Topik cerita
dapat berasal dari mana saja, di antaranya (1) dari diri sendiri
(pengalaman), (2) dari pengalaman orang lain, (3) membaca bahan
bacaan yang bukan cerita pendek (bahan bacaan yang beragam), (4)
membaca cerita pendek yang ditulis orang lain, dan lain-lain. Andalah
yang memiliki kekayaan ini. Galilah dari mana saja. Yang penting, topik
cerita itu Anda kuasai.
Memulai menulis
Pada saat memulai menulis, yang diperlukan adalah memulai dengan
satu kata, atau memulai dengan satu frasa, atau satu klausa, atau satu
kalimat. Ada penulis yang memulai menulis cerita pendek dengan
cara:
1) Memulai dengan suspense (kejutan)
2) Memulai dengan konflik
3) Memulai dengan awal cerita/peristiwa
4) Memulai dengan deskripsi latar
5) Memulai dengan deskripsi tokoh
6) Memulai dengan simbol-simbol
7) Memulai dengan akhir cerita
Merangkai peristiwa
Cerita dibangun atas peristiwa-peristiwa yang terjadi. Peristiwa yang
satu dijalin dengan peristiwa yang lain untuk menjadi kesatuan yang
utuh, logis, dan koheren. Ada banyak cara merangkai peristiwa agar
cerita yang dibangun menjadi menarik.
Membangun konflik
Ketika peristiwa hadir bersambungan, kait-mengait, maka peristiwa itu
secara otomatis dibangun dengan prinsip kausalitas, yakni hubungan
sebab-akibat. Dengan demikian, konflik merupakan konsekuensi dari
hubungan sebab-akibat tersebut. Meski demikian, tetap diperlukan ada
upaya bahwa konflik itu harus dibuat logis dan menarik untuk diikuti
oleh pembaca.
Mengakhiri cerita
Akhiri cerita dengan mengesankan! Itu barangkali pesan yang ingin
dituangkan oleh setiap penulis cerpen. Ada penulis cerpen yang akan
menyusun kalimat paling akhir dalam cerpennya. Kalimat itu dapat
berupa simpulan atau semacam kalimat mutiara yang disarikan dari
cerpen yang dibangunnya. Ada pula penulis yang membiarkan
cerpennya dengan dialog yang menggantung. Ada pula penulis yang
mengakhiri cerpennya dengan gaya penceritaan yang memberikan
ruang renungan.
f. Menyunting
Ketika cerpen selesai ditulis, maka penulisnya akan menjadi orang lain,
yakni pembaca pertama cerpen tersebut. Maka menyunting adalah
pekerjaan pertama yang dilakukan penulis sesaat setelah tulisannya
428
430
Kali pertama membaca judul sajak ini, mungkin pikiran pembaca akan tertuju pada seorang gadis
manis. Bisa jadi jika tidak berhati-hati, maka pembaca akan/telah terjebak. Hartati sesungguhnya
merupakan kata yang dipakai untuk sasmita manis dalam tembang dhandhanggula. Dhandhanggula
berwatak manis, luwes, dan memukau. Jenis tembang ini sesuai untuk menggambarkan berbagai hal atau
suasana. Dhandhanggula berasal dari kata dhandhang dan gula. Dhandhang berarti: 1) burung gagak, 2)
alat untuk menyungkal, 3) jelas sekali, dan 4) mengharap supaya... Dari keempat arti di atas yang paling
tepat adalah mengharap supaya...(ngajab). Gula berarti gula, mengisyaratkan makna manis,
menyenangkan (ngresepake) atau baik. Dengan demikian dhandhanggula berarti mengharap supaya baik
dan menyenangkan. Dhandhanggula sangat tepat untuk melahirkan perasaan yang menyenangkan, untuk
melahirkan ajaran-ajaran yang baik, serta melahirkan rasa kasih.
Kumpulan sajak ini dimulai dengan sajak Hartati. Makna siratan dari sajak pertama, yang secara
langsung maupun tidak, adalah pengharapan akan sesuatu yang baik. Pengharapan seorang Suripan Sadi
Hutomo yang dibesarkan dari dan oleh kampung (Jawa) tentang banyak hal, terutama kebaikan bagi
kampung halaman. Maka sajak yang mengambil judul sasmita tembang macapat itu menjadi ruh dari
keseluruhan sajak-sajak yang terkumpul di dalamnya.
Magnes-Soeseno mengatakan bahwa tolok-ukur pandangan dunia bagi orang Jawa adalah nilai
pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan psikis tertentu, yaitu ketenangan, ketentraman, dan
keseimbangan batin. Maka pandangan dunia akan kelakuan dalam dunia tidak dapat dipisahkan
seluruhnya. Keyakinan-keyakinan deskriptif orang Jawa terasa benar sejauh membantu untuk mencapai
keadaan batin di atas. Bagi orang Jawa, suatu pandangan dunia dapat diterima jika semua unsur-unsurnya
mewujudkan suatu kesatuan pengalaman yang harmonis, jika unsur-unsur itu cocok satu sama lain (sreg)
dan kecocokan itu merupakan suatu kategori psikologis yang menyatakan diri tidak adanya ketegangan
dan gangguan batin.
Terasa sekali bahwa kebutuhan batin lebih dominan dibanding yang lain. Sedang kebutuhan batin
adalah ketentraman dan tanpa gangguan, maka jika hanya itu yang dibutuhkan, tak ada yang lain. Tak juga
ada materi yang berlebihan. Kesederhanaan menjadi pilihan hidup. Demikianlah yang terjadi pada penyair
ini.
Sebagai seorang seniman, kata Tengsoe Tjahjono, Suripan Sadi Hutomo sangat sederhana
sosoknya. Bahkan sebagai seorang doktor, ia juga masih sangat sederhana. Tak ada perabot berlebihan di
rumahnya. Berkunjung ke rumahnya, seseorang akan langsung dihadapkan pada kekayaan luar biasa
yang dimiliki penyair berupa Pusat Dokumentasi Sastra Suripan Sadi Hutomo. Kesederhanaan adalah
pilihan hidupnya, itu pula yang mewarnai kumpulan sajak ini.Tema yang diambil sederhana, dipadu dengan
bunyi yang akrab dan sederhana. Diksinya pun sederhana, menjadi begitu dekat dan akrab dengan orang
desa (kampung).
Secara keseluruhan, kumpulan sajak ini memuat sajak antara lain Hartati, Si Kikir, Ke Blora,
Sebuah Sungai, Ki Ajisaka, Bukit, Tri, Curut, Hari Ini, Rempuyang, Kita, Uwi, Terong Glatik,
Gergaji, Kilang Minyak, Kesetiaan, Sebentar, Kolang Kaling, Lalijiwa, Legundi, dan Kecipir.
Dari keseluruhan sajak tersebut kemudian ditambah dengan lima sajak lainnya. Sebuah sajak yang
berjudul Barangkali muncul dalam tulisan D. Zawawi Imron Suripan Sadi Hutomo Penyair Beras Kencur
yang disertakan dalam kumpulan ini. Empat sajak yakni Sepanjang Kanal, Kuingat Jalan Batu, Stanza
Blora, Bulan Tertikam Kali Lusi muncul dalam tulisan Setya Yuwono Sudikan Kampungan, Sajak-Sajak
Suripan Sadi Hutomo yang juga disertakan dalam kumpulan sajak ini.
Membaca sebagian besar judul sajak Suripan Sadi Hutomo, mengingatkan seseorang akan
kampung yang jauh dari kebisingan metropolis. Idiom serta simbol yang dipakai penyair memberi nuansa
kampung. Diksi daun kemangi, daun turi, adas pulasari, brambang, lumbu, rambut jagung, sungai,
dandang, blumbung, nagasari, air cebokan, rempuyang, daun sente, duri bandotan, uwi, gembili,
431
kecubung, grabah, kolang-kaling, dawet, lalijiwa, legundi, dan kecipir adalah diksi yang akrab dengan
kehidupan sehari-hari di kampung. Kecenderungan Suripan Sadi Hutomo memilih diksi yang ndesani tidak
terlepas dari keberadaan penyair yang akrab dengan kehidupan kampung (desa). Keakrabannya dengan
tanah kelahirannya membuat diksi yang dipilih tidak terkesan dipaksakan untuk ada. Diksi tersebut hadir
bersama ruhnya.
Rempuyang
Rempuyang cabe dalam bungkus daun sente
Pohon ganyong di kebun rumah kita
Dalam pagar tumbuhan pohon rawe
Kita mufakat untuk seia sekata
Demikian jika pohon kelor itu
Buat obat mata yang rebun tuju
Akan juga baik
Pohon meniran dan babakan pule
Batu padas gunung gamping
Akar ilalang dan daun remujung
Sembilan bulan dalam kandungan ibu
Dunia adalah sarang burung
Lekuk liku lekuk gerit pintuMu
Semua mengristal dalam daun jambu
1975
Diksi yang dipilih lebih banyak dipengaruhi oleh karena penyair adalah orang Jawa. Pemanfaatan
diksi ini lebih lanjut adalah untuk memetaforkan sesuatu, kembali ke alam dalam mengakrabi kehidupan
yang bersumber dari air dan tanah. Salah satu ciri manusia Jawa, menurut Tukiman Taruna dalam bukunya
Ciri Budaya Manusia Jawa (1987) adalah mudah memahami, dan dengan cepat memahami orang lain
yang berbicara dengan menggunakan metafor. Metafor yang pilih adalah yang berada di sekitar kehidupan
orang-orang kampung. Diksi itu memetaforkan tentang kehidupan itu sendiri.
Kembali ke Blora
Kumpulan sajak ini adalah persembahan penyair kepada tanah kelahirannya: Blora. Blora menjadi
pijakan awal dan sekaligus menjadi pemberhentian paling akhir, juga bagi kehidupan penyairnya. Blora,
dalam kumpulan ini diungkap dengan dua cara, secara tak langsung dan secara langsung.
Ungkapan pertama, ungkapan secara tak langsung, tampak dalam setiap diksi yang dipilih. Blora
yang sudah menjadi darah-daging bagi penyair mengristalkan dan memunculkan diksi khas kampung yang
mula-mula dikenal penyair melalui Blora. Meskipun diksi itu juga banyak dikenal di masyarakat di luar
Blora, tetapi jelas kemunculannya bermula dari Blora oleh seorang penyair yang bernama Suripan Sadi
Hutomo. Diksi itu memang milik semua orang kampung, tetapi diksi itu dimunculkan oleh orang Blora.
Sehingga diksi-diksi yang dimunculkan oleh penyair telah menyiratkan tentang tanah Blora.
432
Ungkapan kedua, ungkapan secara langsung, terdapat dalam tiga sajak, yakni Stanza Blora,
Kuingat Jalan Batu, dan Ke Blora. Perhatikan kutipan di bawah ini!
Stanza Blora
Begitu napas tertumpuk di batu
Gelora jiwa memapah anganmu
Yang tegak di rel kereta tua
Sia-sia mencari, sia-sia menyapa
Manila, 1982
Sajak ini menjadi menarik karena ditulis di luar negeri. Penyair seolah ingin selalu melihat dan
mengingat tentang tanah kelahirannya, di mana pun berada. Suatu bentuk kecintaan yang tak terperikan.
Masa lalu dan masa kini hadir dalam satu cakrawala lewat satu kata: Blora.
Sajak kedua juga ditulis di luar negeri, tepatnya di Tokio tahun 1982. Tahun penulisannya sama.
Napas sajak kedua ini masih sama dengan sajak Stanza Blora, hanya saja pada sajak kedua ini
diungkapkan lebih optimis.
Kuingat jalan batu
Antara Blora dan kota Cepu
Gadis-gadis pun senyum malu
Ketika kelelawar pulang berburu
433
434
18)
Apakah pemakaian
sebagainya) efektif?
gaya
bahasa
(metafora,
simile,
dan
Panduan di atas hanya sebuah cara untuk memulai. Panduan itu juga
bukan kata kunci yang harus diikuti. Namun demikian, sekurang-kurangnya
Anda dapat memulai menulis dengan panduan tersebut. Selamat mencoba.
Perlatihan
Setelah mencermati contoh tulisan di atas, Anda memasukkan tulisan di atas
ke dalam bentuk kritik atau esai? Beri argumentasi atas pilihan Anda
tersebut!
DAFTAR PUSTAKA
437
Bahasa
Kritis
(terj.
Hartoyo).
and
Classroom
440
Guide
to
Classroom
Research.
Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1992). The Action Research Planner.
Victoria: Deakin University Press.
Mettetal, Gwyn.The What, Why, and How of Classroom Action Research,
JoSoTL Volume 2 Number 1, 2001. pp
Nur, Mochamad, (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori
Pembelajaran MIPA. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya.
Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti.
Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (Secondary School
Teacher Development Project) IBRD Loan No. 3979-Ind.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
442
443
Basuki, Orin. 2012. Menuju Dunia Tanpa Uang Tunai dalam Kompas, Jumat,
11 Mei , hlm. 33.
Finoza, Lamuddin. 1998. Komposisi. Jakarta: Insan Cendekia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 1984. Narasi dan Argumentasi. Ende: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1985. Deskripsi dan Eksposisi. Ende: Nusa Indah.
Kanekes, Desa Tanpa Kriminalitas dalam Kompas, Jumat, 11 Mei 2012, hlm.
26.
Saptowalyono, C. Anto. 2012. Menikmati Keelokan Pesisir Selatan Banten
dalam Kompas, Sabtu, 12 Mei, hlm. 26
B. Membaca 3
Kirk, Elaine dan Pamela Hartmann. 2007. Interaction I: Reading. Silver
Edition. New York: McGraw-Hill.
Kreativitas dalam Sehelai Oblong dalam Kompas, Minggu, 13 Mei 2012,
hlm.27.
Napitupulu, Ester Lince. 2012. Kini Tak Berebut Air Tawar Lagi ... dalam
Kompas, Kamis, 10 Mei, hlm. 1.
Tahun Ini, 120.000 Kursi SNMPTN dalam Kompas, Kamis, 10 Mei 2012, hlm.
12.
Wisanggeni, Aryo dan Samuel Oktora. 2012. Beginilah Tangan Petenun ...
dalam Kompas, Minggu, 13 Mei 2012, hlm. 26.
B. Membaca 4
Ragam Bahasa. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa. Diunduh
pada Senin, 14 Mei 2012, pukul 13.45.
Kompas. 13 Mei 2012. Klasika. Hlm. 28
Kompas. 13 Mei 2012. halaman 9.
C. Menulis
444
445
_____ . 2003. Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Proposal. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.
Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para
Calon Penulis Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta: Penerbit
Ar-Ruzz Media.
Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat
untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit MLC.
_____ . 2004. Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung:
Mizan Learning Center (MLC).
Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Ilmiah:
Prinsip-prinsip
Dasar,
Langkah-langkah,
dan
Implementasinya.
Surabaya: Lembaga Penerbitan FBS Unesa.
Iswara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. EndeFlores: Penerbit Nusa Indah.
Kurnia, Septiawan Santana. 2002. Jurnalisme Sastra. Jakarta: Gramedia.
_____ . 2005. Menulis Feature. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006. Jurnalistik: Teori
dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: Penerbitan UMM Malang.
Parmin, Jack2005. Bahan Perlatihan Guru SD/MI: Membaca 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Decentralized Basic Eduaction Project.
_____ . 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII.
Surabaya: Penerbit Edumedia.
_____ . 2007. Modul PLPG untuk Guru SMP/MTs: Menulis. Surabaya: Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
_____ . 2007. Modul PLPG untuk Guru SMA/MA: Menulis. Surabaya: Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
446
Romli, A.S.M. 2003. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Edisi revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sampurna, Adi. 2003. Menulis: Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis
Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.
Santoso, Anang. 2004. Pengembangan Keterampilan Menulis: Bahan
Pelatihan Terintegrasi Guru SLTP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama Depdiknas.
Siregar, Ashadi, dkk. 2002. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk
Media Massa. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerbitan Yogya (LP3Y) dan Kanisius.
Soedjito dan Solchan TW. 2001. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soehoet, A.M.H. 2003. Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: Penerbit Yayasan
Kampus Tercinta-IISIP.
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk,
dan Kode Etik. Bandung: penerbit Nuansa.
Sudjiman, Panuti dan Dendy Sugono. 1996. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia.
Suyatno, dkk. 2004. Belajar Jurnalistik dari Nol. Surabaya: UNESA University
Press.
Yulianto, Bambang. 2007. Mengembangkan Menulis Teknis. Surabaya:
Penerbit Unesa University Press.
D. Berbicara Sastra
Aminudin. 1984. Pengantar Apreasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar
Baru dan YA3 Malang.
Dee. 2001. Supernova. Jakarta.
Jacob dan saini K.M. 1983. Apersiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang
Sastra. Jakarta: Intermasa.
447
449
Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lainlain. Jakarta: Grafiti.
Darma, Budi, 1983. Solilokui: Kumpulan Esai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depatemen
Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depatemen
Pendidikan Nasional.
Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para
Calon Penulis Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta: Penerbit
Ar-Ruzz Media.
Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosdakarya.
Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat
untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit MLC.
_____ . 2004. Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung:
Mizan Learning Center (MLC).
Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis: Panduan Praktis Menulis Kreatif
Lengkap. Yogyakarta: Sabda Media.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Parmin, Jack. 2005a. Bahan Perlatihan Guru SD/MI: Membaca 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Decentralized Basic Eduaction Project.
_____. 2005b. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII.
Surabaya: Penerbit Edumedia.
_____. 2007a. Modul PLPG untuk Guru SMP/MTs: Menulis. Surabaya: Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
_____. 2007b. Modul PLPG untuk Guru SMA/MA: Menulis. Surabaya: Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
450
LEMBAR ASESMEN
A. Kisi-Kisi Ujian Kompetensi Awal Mapel Bahasa Indonesia
Kompetensi
Inti Guru
Kompetensi Guru
Mata Pelajaran
No.
Soal
Indikator Esensial
451
(Standar
Kompetensi)
1. Mengungkapkan
secara
lisan
wacana
nonsastra
(Kompetensi Dasar)
1.1 Menggunakan
1
wacana lisan
untuk wawancara
2
1.2 Menggunakan
wacana lisan
untuk presentasi
laporan dan
pidato
3
4
5
1.3 Menggunakan
wacana lisan
untuk diskusi
7
2. Mengungkapkan
wacana
tulis
nonsastra
8
9
10
11
12
13
14
14
15
17
18
19
20
21
22
452
23
24
25
3. Memahami
wacana
nonsastra
3.1 Memahami
berbagai teks
26
27
28
29
3.2 Menyimpulkan
dan merangkum
isi suatu teks
30
31
3.3 Membedakan
antara fakta dan
opini dalam teks
32
33
4. Membacakan dan
membawa
-kan karya
sastra
3.4 Mengubah
sajian grafik,
tabel, atau bagan
menjadi uraian
4.1 Membacakan
cerita pendek
atau novel
4.2 Membacakan
puisi
34
5. Memahami
ragam
teks
sastra
4.3 Membawakan
38
atau
memerankan
drama
5.1 Memahami
39
unsur-unsur puisi
lama dan baru
40
35
36
37
41
42
43
44
453
45
5.2 Memahami
unsur-unsur
cerita pendek
atau novel
46
47
48
49
50
51
56
57
58
60
61
6.3 Menulis puisi
bebas
62
63
64
65
66
67
454
68
6.6 Menulis kritik
dan esai
69
70
7.
Memiliki
kompeten
si
pedagogis
,
pembelaja
ran
Bahasa
Indonesia
71
72
73
74
75
76
79
77
78
80
81
82
83
84
85
86
8. Memiliki
kompeten
si
pedagogis
pembelaja
ran Sastra
Indonesia
87
88
89
yang dirumpangkan
6.5.3 Guru dapat menentukan tokoh cerpen
dengan tepat berdasarkan cerpen yang
dirumpangkan
6.6.1 Berdasarkan ilustrasi yang diberikan, guru
dapat menulis isi kritik
6.6.2 Guru bisa memilih tulisan kritik yang
bahasanya santun
7.1.1 Setelah disajikan sebuah KD menyimak
guru dapat memilih indikator yang tepat
7.1.2 Disajikan KD menyimak guru dapat
memilih rancangan materi pembelajaran
yang tepat
7.1.3 Disajikan rancangan pembelajaran dengan
KD menyimak guru dapat memilih media
yang tepat
7.1.4 Guru dapat memilih jenis evaluasi
pembelajaran menyimak dengan KD
menyimak
7.1.5 Disajikan situasi penilaian pembelajaran
menyimak dengan KD menyimak guru
dapat memilih jenis pertanyaan yang sesuai
dengan prinsip pembelajaran BI yang
mendidik
7.2.1 Guru dapat memilih materi yang sesuai
dengan KD berbicara
7.2.2 Disajikan sebuah metode pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan KD
berbicara guru dapat memperbaiki
langkah pembelajaran yang kuat tepat
7.2.3 Setelah disajikan KD berbicara guru dapat
memilih jenis tes yang tepat
7.3.1 Disajikan sebuah KD membaca guru
dapat memilih indicator yang sesuai dengan
KD tersebut
7.3.2 Disajikan KD membaca guru dapat
memilih metode yang tepat
7.3.3 Disajikan konteks pelaksanaan
pembelajaran membaca dengan KD
tertentu guru dapat memilih media yang
tepat
7.4.1 Setelah disajikan KD menulis guru dapat
memilih indikator yang tepat
7.4.2 Disajikan KD menulis guru dapat memilih
materi pembelajaran yang tepat
7.4.3 Disajikan sebuah konteks metode
pembelajaran menulis guru dapat
menentukan KD yang sesuai dengan
rancangan media tersebut
7.4.4 Disajikan gambar-gambar media
pembelajaran menulis guru dapat
menentukan KD yang sesuai dengan
rancangan media tersebut
7.4.5 Disajikan konteks pembelajaran menulis
dengan KD tertentu guru dapat memilih
metode dan merancang pelaksanaan
pembelajaran yang benar
8.1.1 Disajikan KD menyimak sastra guru dapat
memilih materi yang tepat
8.1.2 Disajikan KD menyimak sastra guru dapat
menentukan teknik evaluasi yang tepat
8.1.3 Disajikan KD menyimak sastra guru dapat
menentukan jenis penilaian yang tepat
455
(puisi,
prosa fiksi,
dan
drama)
90
91
92
93
Tingkat Pendidikan
Mata Pelajaran
457
Kepala sekolah menyampaikan pidato tentang keberhasilan siswasiswinya dalam UN pada forum pertemuan dengan orang tua siswa. Hadir
dalam acara tersebut para siswa dan para guru. Kalimat pembuka pidato
tersebut yang tepat adalah
A. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta
anak-anak yang saya sayangi. Pertama, mari kita bersyukur kepada
Tuhan. Atas pertolongan-Nya kita dapat bertemu pada forum terhormat
ini. Kedua, sebagai kepala sekolah, saya mengucapkan terima kasih atas
kerja sama kita selama ini. Anak-anak belajar dengan baik, guru
mengajar dengan penuh semangat, dan para orang tua memberikan
dukungan sepenuhnya. Walhasil, anak-anak kita sukses dalam UN tahun
ini.
B. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta
anak-anak yang saya sayangi. Sebagai kepala sekolah, saya
mengucapkan terima kasih atas kerja sama kita selama ini. Demikianlah
yang dapat saya sampaikan.
C. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta anak-anak yang
saya sayangi. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan. Atas pertolonganNya kita dapat bertemu pada forum terhormat ini. Suatu kebanggaan
anak-anak kita sukses dalam UN tahun ini.
458
D. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati.
Pertama, mari kita bersyukur kepada Tuhan. Atas pertolongan-Nya kita
dapat bertemu pada forum terhormat ini. Kedua, sebagai kepala
sekolah, saya mengucapkan terima kasih atas kerja sama kita selama
ini. Anak-anak belajar dengan baik, guru mengajar dengan penuh
semangat, dan para orang tua memberikan dukungan sepenuhnya.
Walhasil, anak-anak kita sukses dalam UN tahun ini.
E. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta anak-anak yang
saya sayangi. Pertama, mari kita bersyukur kepada Tuhan. Atas
pertolongan-Nya kita dapat bertemu pada forum terhormat ini. Kedua,
sebagai kepala sekolah, saya mengucapkan terima kasih atas kerja
sama kita selama ini. Anak-anak belajar dengan baik, guru mengajar
dengan penuh semangat, dan para orang tua memberikan dukungan
sepenuhnya. Walhasil, anak-anak kita sukses dalam UN tahun ini.
Selamat siang.
6. Dalam forum diskusi formal, pebicara menyatakan bahwa kegiatan
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi harus tampak dalam kegiatan
pembelajaran. Kalimat persetujuan tanpa syarat yang tepat adalah
A. Saya seratus persen sependapat dengan pendapat Saudara karena
idealnya guru memang harus melakukan tiga kegiatan itu dalam
kegiatan pembelajaran.
B. Saya sependapat dengan pernyataan Saudara asalkan urutannya tidak
selalu eksplorasi, elaborasi, kemudian konfirmasi.
C. Saya menyetujui pernyataan Saudara karena di samping sesuai dengan
aturan pemerintah, ketiga kegiatan itu penting dalam kegiatan
pembelajaran.
D. Meskipun saya dapat menyetujui pernyataan Saudara, saya merasa
bahwa dalam keadaan tertentu elaborasi tidak harus dilakukan oleh
guru.
E. Pendapat Saudara dapat saya setujui dan saya berharap semuanya juga
sepakat.
7. Guru-guru bahasa Indonesia se-MGMP Kota Surabaya mengadakan diskusi
formal tentang strategi peningkatan kualitas pembelajaran. Komponen
diskusi yang seharusnya ada adalah.
A. pebicara dan peserta
B. pebicara, pemandu, dan peserta
C. pebicara, notulis, dan peserta
D. pebicara, pemandu, notulis, dan peserta
E. para guru bahasa Indonesia se-MGMP Kota Surabaya
459
8. Perhatikan teks iklan lowongan pekerjaan yang dikutip dari harian Jawa
Pos, 13 Maret 2009 di bawah ini.
LOWONGAN KERJA
Dibutuhkan segera seorang tenaga teknisi Komputer
Minimal tamat SMA sederajat jurusan IPA
Lamaran dialamatkan ke PO BOX 008 Surabaya
Paling lambat 2 minggu setelah iklan ini diterbitkan
Kalimat pembuka yang tepat untuk surat lamaran pekerjaan berdasarkan
iklan di atas adalah ...
A. Memenuhi iklan yang Bapak muat pada harian Jawa Pos, saya
bermaksud mengisi lowongan kerja tersebut.
B. Sehubungan dengan iklan Bapak yang dimuat pada harian Jawa Pos,
13 Maret 2009 dengan ini saya .....
C. Melalui surat ini saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk
memenuhi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan.....
D. Berdasarkan iklan Bapak yang dimuat pada tanggal 13 Maret 2009
saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk .....
E. Saya telah membaca iklan yang Bapak pasang. Saya tertarik
dengan iklan tersebut, sehingga
9. Cermati kalimat penutup surat lamaran pekerjaan yang tidak tepat
berikut.
Atas perhatiannya diucapkan banyak terima kasih.
Perbaikan kalimat penutup surat lamaran pekerjaan tersebut adalah .
A.
B.
C.
D.
E.
10. Pada tubuh surat pribadi terdapat pembuka, isi, dan penutup surat. Isi
surat pribadi yang santun adalah .
A. Akhir bulan ini aku tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Untuk itu, aku minta Ibu dan Bapak mengirimkan uang
bulanannya.
B. Akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan Bapak mengirimkan uang
bulanan ananda.
460
C. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang
harus diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan Bapak mengirimkan
uang bulanan ananda.
D. Pada akhir bulan ini aku gak dapat pulang, banyak tugas dan kerjaan yang
harus segera diselesaikan. Untuk itu, uang yang biasanya dikirim saja ya.
E. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang
harus diselesaikan. Untuk itu, ananda mohon Ibu dan Bapak berkenan
mengirimkan uang bulanan ananda.
11. Di bawah ini disajikan penulisan kepala surat tanpa logo institusi.
Penulisan kepala surat yang tepat adalah .
A. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jl. Ketintang Surabaya 60231 Telepon 0318280009, 0318287725
B. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jl. Ketintang Surabaya 60231 Telp. 0318280009, 0318287725
C. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jalan Ketintang Surabaya 60231 Telepon 0318280009, 0318287725
D. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jalan Ketintang Sby 60231 Telepon 0318280009, 0318287725
E. Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang Surabaya
A. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya ada
undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
B. Pak Andi tolong memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya
menghadiri undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
C. Pak Andi tolong pimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya ada undangan
rapat dinas di dinas pendidikan kota.
D. Pak Andi besuk wakili saya untuk rapat di sekolah ya. Masalahnya saya harus
datang di rapat lain, yakni rapat di dinas.
461
E. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah, besuk karena saya
menghadiri undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
A.
B.
C.
D.
E.
462
16. Didik Kumaidi dalam bukunya yang berjudul Aku Bisa Menulis yang terbit
tahun 2008 halaman 44 mengutip pendapat Lukman Haqani seperti di
bawah ini.
Mengutip adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang
pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam
buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi
bukti atau memperkuat pendapat penulisnya (Haqani, 2004: 50).
Jika Anda mengutip pendapat Haqani dari teks di atas (buku Didik
Kumaidi) tanpa membaca buku aslinya, penulisan kutipan yang benar
adalah
A. Kumaidi (dalam Haqani, 2004: 50) mengatakan bahwa mengutip adalah
meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang atau
pendapat seseorang yang terkenal , baik terdapat dalam buku, surat kabar,
majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi bukti atau
memperkuat pendapat penulisnya.
B. Kumaidi (2008: 44) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam kalimat
atau pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang
terkenal , baik terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media
elektronik yang fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat
penulisnya.
C. Haqani (2004: 50) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam kalimat
atau pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang
terkenal , baik terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media
elektronik yang fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat
penulisnya.
463
18. Anda akan menulis judul penelitian tindakan kelas (PTK). Masalah Anda
adalah siswa kesulitan dalam menulis puisi. Dalam PTK tersebut Anda
menemukan pemecahan masalah yakni melalui Teknik Respon Alam.
Penelitian ini Anda lakukan di kelas VIII-B.
Judul penelitian yang benar adalah .
A. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Tahun
Pelajaran 2011-2012 dengan Menggunakan Teknik Respon Alam.
B. Upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII SMP tahun
pelajaran 2011-2012 dengan menggunakan teknik respon alam.
C. UPAYA PENINGKATAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP TAHUN
PELAJARAN 2011-2012 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
D. UPAYA MENINGKATKAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP TAHUN
PELAJARAN 2011-2012 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
464
A. Salah satu peran yang diemban oleh bahasa Indonesia adalah sebagai
bahasa nasional.
B. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan kesatuan yang
menghindarkan perpecahan antarsuku.
C. Bahasa Indonesia merupakan wujud nyata semangat persatuan dan kesatuan
bangsa.
D. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang tumbuh dari masyarakat
Minangkabau.
E. Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara.
465
A. Namanya Arni. Gadis berwajah tirus ini memiliki rambut lurus. Ia adalah anak
seorang janda dari kampung Pandanaran. Sehari-hari ia bekerja membantu
ibunya berjualan sayuran di pasar. Jarak antara pasar dengan rumahnya 4
kilometer. Sayur yang dijual adalah hasil kebun di sebelah rumahnya. Dini
hari, bersama ibunya, ia sudah berada di kebunnya memilih dan memilah
sayur apa saja yang dapat dipanen dan dijual di pasar hari itu.
B. Jarno dikenal sebagai seorang pengusaha sukses yang menyukai barangbarang antik. Di salah satu sudut rumahnya yang luas tersimpan lampu, guci,
piring, sendok, garpu,gelas, serta teko kuno. Ada juga beberapa sepeda, jam
dinding, pigura yang semuanya berbau kuno. Di samping itu, ia juga
mengumpulkan uang logam kuno, bahkan beberapa uang logam tersebut
dari luar negeri. Koleksi-koleksi itu ditata sedemikian rupa sehingga
menyerupai sebuah museum kecil.
466
C. Kendati memiliki gambar air sebagai penanda keaslian uang kertas, bahan
uang kertas bernominal Rp1.000,00 ini terbuat dari kertas buram. Uang ini
juga hanya dicetak dalam satu warna serta tidak bertekstur sebagaimana
uang kertas pada umumnya. Lebih meragukan lagi, dalam catatan resmi
pemerintah, tidak terdapat daftar bahwa Negara Republik Indonesia pernah
menerbitkan uang bergambar Presiden Soekarno dengan latar penari Srimpi.
D. Novel pop diciptakan berdasarkan prinsip-prinsip objektivitas terhadap
pembaca massal. Penulis berusaha mencari kecenderungan terbesar selera
pembaca. Bahkan, penulis berusaha menciptakan dan mempengaruhi selera
pembaca itu dari tema, gaya, dan latarnya. Sebagaimana yang dilakukan
para pengarang wanita yang dijuluki sebagai sastrawan sastrawangi,
tema, gaya, dan latar yang dikembangkan sudah amat berbeda dengan
novel pop tahun 1980-an. Penekanan yang paling penting dalam novel pop
pada plot ceritanya yang memikat dan memukau. Plot ini berusaha
menenggelamkan kesadaran individu pembaca dan menyeretnya ke dalam
konflik yang diciptakan.
E. Diperlukan kemampuan berbahasa yang lengkap untuk dapat menjadi
seorang penyunting yang handal. Penyunting adalah profesi yang penuh
tantangan karena ia berhadapan dengan teks, dan teks itu harus dapat
menjelaskan sesuatu (yang sama dengan penulis) kepada pembaca dengan
jelas dan tidak ambigu. Pembaca harus mendapat mengambil simpulan yang
sama dengan apa yang diinginkan oleh penulis buku itu, dan penyunting
berada di antaranya.
M.Sc.
MSc.
M.Sc.
MSC.
M.Sc.
25. Salah satu ciri kalimat efektif adalah kegramatikalan. Kalimat di bawah
ini kurang ciri tersebut. Cermati kalimat di bawah ini.
Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat
dan dapat memahaminya.
Perbaikan kalimat di atas adalah di bawah ini.
A. Keterampilan ini diperlukan agar supaya dapat membaca buku secara cepat
dan dapat memahaminya.
B. Keterampilan ini diperlukan agar senantiasa dapat membaca buku secara
cepat dan dapat memahaminya.
C. Keterampilan ini diperlukan agar siswa dapat membaca buku secara cepat
dan dapat memahaminya.
D. Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat dan
dapat memahaminya dengan baik.
E. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam membaca buku secara cepat dan
dapat memahaminya dengan baik.
26. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir sejak lama menjadi sumber utama
kerusakan kawasan pantai Merauke di Provinsi Papua. Belakangan, ancaman
dari keganasan laut serta penambangan pasir itu secara per;ahan bisa diredam.
Ini semua berkat uapaya Pemda Merauke yang mulai menyulap titik-titik
penambangan menjadi kolam ikan.
Kalimat pokok paragraf tersebut adalah ...
A. Gerusan abrasi sejak lama menjadi sumber utama kerusakan kawasan pantai
Merauke di Provinsi Papua.
B. Penambangan pasir sejak lama menjadi sumber utama kerusakan kawasan
pantai Merauke di Provinsi Papua.
C. Ancaman dari keganasan laut serta penambangan pasir itu secara per;ahan
bisa diredam.
D. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir menjadi sumber utama
kerusakan kawasan pantai Merauke.
E. Ini semua berkat uapaya Pemda Merauke yang mulai menyulap titik-titik
penambangan menjadi kolam ikan.
468
27.Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai Rambutan,
Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir mempertanyakan janji penyelesaian
masalah lahan yang hingga kini belum terealisasi. Lahan garapan itu belum
diterima padahal mereka telah bertransmigrasi selama 47 tahun. Warga
berencana memasang patok sendiri di lahan bermasalah tersebut. Ketiga desa
itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa Transmigrasi
Swakarsa Mandiri
Kalimat penjelas yang tidak mendukung isi paragraf adalah ...
A. Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai Rambutan
mempertanyakan janji penyelesaian masalah lahan.
B. Penyelesaian masalah lahan hingga kini belum terealisasi padahal sudah 47
tahun.
C. Lahan garapan itu belum diterima padahal mereka telah bertransmigrasi
selama 47 tahun.
D. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa
Transmigrasi Swakarsa Mandiri.
E. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa
Transmigrasi Swakarsa Mandiri.
28.Desa Cikurai terletak di seberang Sungai Kurai. Desa ini berbatasan dengan
Desa Sindangpacul. Tiap pagi, simponi alam mengiringi derap langkah anak ke
sekolah dan para petani ke sawah. Seakan tidak mengenal lelah, kicauan
burung dan tiupan angin sawah senantiasa memermaikan desa yang dihuni
sebanyak 33 kepala keluarga.
Ide
A.
B.
C.
D.
E.
29.Kutu loncat acap disematkan pada orang yang suka berpindah-pindah tempat
bekerja. Namun, tak selamanya cap itu berkonotasi negatif. Selama si karyawan
belum menemukan atmosfer yang tepat untuk berkarier, sah-sah saja ia
melakonkan diri sebagai kutu loncat. Namun, jangan samakan kutu loncat
itu dengan sikap yang tak loyal pada pekerjaan.
Kalimat yang memiliki makna sesuai dengan isi paragraf tersebut adalah ...
A. Kutu loncat adalah kutu yang suka meloncat-loncat.
B. Kutu loncat identik dengan orang yang suka berpindah tempat bekerja.
C. Kutu loncat tidak selamanya bermakna konotasi.
D. Kutu loncat adalah karyawan yang belum menemukan tempat bekerja.
E. Kutu loncat diidentikkan dengan sikap tidak loyal terhadap pekerjaan.
469
Kuku-kuku jari Kristina menghitam karena ia baru saja merendam benang dalam
larutan daun tarum dicampur kapur. Di Pasar Geliting, Desa Sikka, Kabupaten
Sikka, Kristina sebenarnya berjualan pisang dan labu. Namun, seperti
perempuan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya, ia sehari-harinya
menenun sarung untuk kebutuhan sendiri. Dari tangan para penenun seperti
itulah dilahirkan kain tenun nan indah.
470
471
P
e
rn
s
ia
p
n
:tilh
c
tsy
g
b
a
ik
;p
m
s
c
e
u
jk
lh
p
n
o
tm
b
ria
k
s
;g
u
n
tb
a
e
k
s
p
riw
jh
y
n
g
m
d
u
k
A
?
,rftb
i;a
c
.e
B
y
lh
-d
;b
ta
rnG
G
u
a
k
p
rd
o
e
u
m
y
a
n
g
d
k
u
n
a
k
p
ro
e
tis
u
m
y
a
n
g
d
k
c
e
rit
.
c
e
rita
P
e
rs
ia
p
n
d
:lh
c
ty
g
b
a
ik
;p
m
s
c
e
rtb
u
;a
jk
lh
p
n
o
tb
e
ria
k
s
;g
u
n
h
tP
b
a
e
k
s
riw
jh
y
g
m
u
k
c
e
rita
.o
A
p
y
c
?
ld
:p
,fn
b
ld
s
m
B
c
e
rita
y
n
g
d
p
lh
b
u
-a
s
m
p
ih
;b
u
ta
g
n
m
ru
c
e
ita
.
Manfaat
Jambu
biji
36.
37.
KARANGAN BUNGA
(Taufiq I small)
Tiga anak kecil.
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
"Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak siang tadi."
Ragam pembacaan bait yang bercetak miring pada puisi di atas yang
tepat ialah ...
A. lafal jelas, intonasi pelan, dan ekspresi berduka
B. lafal kabur, intonasi pelan, dan ekspresi gembira
C. lafal menggumam, intonasi keras, dan ekspresi berduka
D. lafal jelas, intonasi keras, dan ekspresi senang
E. lafal mendesis, intonasi keras, dan ekspresi berduka
38. Simak penggalan teks drama di bawah ini.
Koswarah: Sejak aku pulang tadi malam tak sedikit pun engkau gembira
tampaknya.
Rini:
Engkau dan aku tentu saja berbeda.
Di sini dalam serba kekurangan, di sana dalam sorga
kesenangan berjalan-jalan di bawah rembulan.
Koswarah: Sejak Nona Zahra di sini tak habis-habisnya engkau
menyindir aku.
Rini:
Katakan saja pucuk di cinta ulam tiba (tertawa sejenak).
Tidakkah engkau gembira bertemu lagi dengan Nona yang
manis itu? Dan sekali ini tidak disertai pula. Tentu banyak yang
kau curahkan kepadanya.
Koswarah: Kepalanku perempuan ada berapa orang dulu. Tidak pernah
engkau cemburu seberat itu.
Rini:
Sikapmu pada yang lain itu berbeda.
Ekspresi dan lakuan Rini yang dapat dilakukan dalam adegan penggalan
drama tersebut adalah....
A.
B.
C.
D.
E.
39.
Gadis Peminta-minta
Toto Sudarto Bachtiar
(4) ......................
Larik yang tepat untuk melengkapi pantun tersebut adalah...
Tanah Kelahiran 1
Ramadhan K.H.
Seruling di pasir tipis, merdu
antara gundukan pohon pina,
tembang menggema di dua kaki,
Burangrang Tangkubanprahu.
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di air tipis menurun.
Membelit tangga di tanah merah,
dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyian kentang sudah digali,
kenakan kebaya ke pewayangan.
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di hati gadis menurun.
Makna kata lambang jamrut dalam puisi tersebut adalah ....
A. buah-buahan
B. embun pagi
C. keindahan
D. permata
E. perhiasan
43.
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asma-Mu
Bertahan di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
476
44.
Chairil Anwar
Hujan menebal jendela
Semarang, Solo ... makin dekat saja
Menangkap senja
Menguak purnama
....
Menjengking kereta. Menjengking jiwa
Sayatan terus ke data
Larik bermajas personifikasi yang tepat untuk melengkapi puisi tersebut
adalah ...
A. Cahaya menyayat mulut dan mata
B. Engkau menahan rasa sakit
C. Tak kuasa diri menahan tangis
D. Sesak napas karena debu
E. Menatap wajahmu yang cantik
45.
47.
478
A.
B.
C.
D.
E.
49.
.
Latar tempat cerpen di atas adalah . . .
Daerah patroli
Puncak bukit
Kampung
Semak-semak belukar
Perbukitan
Bacalah kutipan novel berikut ini dengan cermat!
Di tengah alunan orkes Madun yang terpancar dari radio, kami
memulai percakapan penting itu. Kami tahu saatnya telah tiba. Kami
tidak bisa berbohong lagi, kalau tidak mau gila. Sudah terlalu lama
kejadiannya kami biarkan berlangsung. Menggila dan memperbudak
kami. Dengan kata-kata yang sederhana semuanya harus diselesaikan.
Sudah kaupikirkan bahwa perkawinan ini berarti perubahan,
perubahan pada diri kita? tanyanya padaku.
Aku mengerti dan aku sudah siap.
Seandainya kelak ada yang engkau sesalkan, apa yang akan
kau lakukan?
Aku tak akan menyesal, sayang. Walaupun yang kau lepaskan
ini bernama kebebasan, kemerdekaan yang dipuja oleh para seniman,
kaum cendikiawan, kaum muda dan
(Telegram, Putu Wijaya).
Euh! bidan mengeluarkan bunyi sesalan. Ya, dia sih enak saja!
Ibu yang cape!
Ditanya umur, rumah, nama anak-anaknya. Tiba-tiba bidan itu
memandangi wajah pasiennya lagi, seakan-akan mencari satu
pengenalan. Ya, benar! Pasien itu sudah pernah diperiksanya. Entah
berapa kali. Barangkali setiap beranak!
Alur dalam penggalan cerita di atas adalah . . .
A. maju
B. mandur
C. flashback
D. maju-mundur
E. melompat
51.
481
Alur yang diungkapkan dalam kutipan naskah drama tersebut adalah ....
A. flashback.
B. melompat.
C. mundur
D.maju.
E. Maju-mundur.
53.Simak penggalan dialog di bawah ini.
Heru
Kosim
482
A.
B.
C.
D.
E.
54.
Kardi
Anton
Kardi
Anton
Kardi
Anton
Rini
Anton
Kardi
Rini
55.
Citra
: Bukankah dia sudah meminta maaf?
Harsono : Orang seperti itu musti dihajar, supaya menggunakan matanya.
Lihat bajuku kotor karena tali tadi.
Citra
: (duduk kembali) Ah baju mas bisa dicuci lagi kapan saja! (Citra:
Usmar Ismail)
Latar penggalan drama di atas adalah....
A. di beranda rumah.
B. di sebuah rumah makan.
483
57.
6,
6,
6,
6,
6,
2,
5,
3,
3,
1,
3,
4,
2,
2,
5,
4,
3,
1,
4,
2,
5,
2,
4,
1,
3,
1
1
5
5
4
485
Joko
Joko
Joko
Joko
Joko
Tole
Waras
Bodo
Seger
Budug
486
62. Simak larik-larik puisi yang disusun secara acak di bawah ini.
(1) kunyanyikan lagu gembira sebagaimana padi itu
(2) ladang bumimu, kupanjatkan syukur dan
(3) atas padi yang engkau tumbuhkan dari sawah
(4) sendiri berterima kasih kepadamu dan bersukaria
1,
4,
3,
1,
3,
2,
3,
2,
4,
1,
3,
2,
1,
3,
4,
4
1
4
2
2
63. Perhatikan rima yang terdapat pada kutipan puisi di bawah ini.
dedikasi, oh, dedikasi
di rumah diminumnya air kendi
ketujuh anaknya minta roti
diberinya kaspe beragi
Inu:
Jati:
Inu:
Jati:
Inu:
Jati:
Dialog yang tepat untuk melnegkapi bagian yang dirumpangkan adalah ... .
A. Inu
Jati
B. Inu
Jati
C. Inu
Jati
D. Inu
Jati
E. Inu
Jati
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa.
Terdengar suara kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara
adzan.
Copet III
: Itu suara apa?
Copet II
: Suara orang adzan.
Copet I
: Apa? Suara orang edan?
Copet I
: Adzan, goblok!
Copet I
: Apa? ()
Copet II
: Adzan, tuli?
Copet I
: Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III
: Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang. Iya,
kan? Benar, kan?
Copet II
: Ho oh!
Copet I
: Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah itu. Kog
hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV
: Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I
: Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
488
Mendongakkan kepala
Mengeleng-gelengkan kepala
Memiling-milingkan kepala
Mengangguk-anggukkan kepala
Menundukkan kepala
66. Simak kalimat-kalimat sebuah cerpen yang susunan diacak di bawah ini.
(1) Tohir tampaknya tahu itu.
(2) Somad menoleh, lalu menerima gergaji.
(3) Wajahnya kusut, sedang memendam perasaan tertentu.
(4)Tohir memperhatikan Somad yang menggergaji kayu melintang di
salah satu dinding depan rumah petaknya.
(5) Tak ada keceriaan sama sekali.
(6) Wajah Somad lebih banyak ditekuk.
Susunan yang logis adalah .
A.
B.
C.
D.
E.
1,
2,
2,
1,
6,
2,
4,
1,
2,
5,
3,
6,
4,
5,
4,
4,
5,
3,
6,
3,
5,
3,
6,
3,
2,
6
1
5
4
1
kampung miskin
desa kecil
pinggir trotoar
dekat danau
tepi kali
489
wanita
wanita
wanita
wanita
wanita
490
491
75. KD: 2.3 Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan
ekspresi yang tepat.
Situasi penilaian : Penilaian dilakukan dengan uji petik kinerja. Beberasa
siswa bergantian bercerita pengalamannya yang
berkesan; siswa lain mengamati, mencermati pilihan
kata dan ekspresi bercerita temannya yang sedang
bercerita untuk mengambil inspirasi dari cara bercerita
kawan tersebut. Siswa yang tidak bercerita tidak
memberikan penilaian atas cara bercerita temannya.
Penilaian diberikan oleh guru dengan memperhatikan
pilihan kata dan ekspresi cara berceritanya.
Rumusan instruksi yang TIDAK sesuai dengan prinsip pembelajaran BI
yang mendidik untuk KD dan situasi penilaian tersebut adalah .
A. Identifikasikan pengalaman berolahraga kalian yang mengesankan
yang pernah kalian alami sendiri maupun bersama teman menjadi
sub-subtopik.
B. Pilih salah satu subtopik dengan cara menulis ulang subtopik
tersebut. Beri alasan mengapa kalian memilih subtopik tersebut!
C. Selanjutnya kembangkan sub-subtopik tersebut menjadi kerangka
cerita.
D. Selanjutnya, ceritakan secara lisan pengalaman tersebut dengan
menggunakan pilihan kata dan ekspresi yang tepat.
E. Sebutkan dan jelaskan aspek apa saja yang perlu dinilai dalam
mengomentari seseorang yang sedang bercerita tentang
pengalaman berolahraga.
Untuk mengerjakan soal no 7678, bacalah KD 10.1!
KD
: 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan
pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan
Materi yang sesuai dengan KD tersebut adalah .
A. penyampaian pendapat dalam diskusi
B. penyampaian persetujuan
C. etika sanggahan
D. cara santun menolak pendapat.
E. persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat.
493
494
A.
B.
C.
D.
E.
83. Berikut ini, materi yang tidak relevan dengan kompetensi dasar menulis,
adalah:
A. jenis-jenis karangan
B. Teknik memahami isi cerpen
C. Langkah-langkah menyusun paragraf
D. Menentukan kalimat topik
E. Rancangan skenario drama
84. Menulis pokok-pokok pengalaman pribadi yang terjadi sehari sebelumnya secara
sistematis dan runtut, merupakan aktivitas siswa yang cocok untuk menerapkan
salah stu metode pembeljaran menulis.
Kompetensi dasar yang sesuai dengan metode pembelajaran di atas adalah
A. Menulis surat lamaran pekerjaan
495
B.
C.
D.
E.
85. Jenis media visual yang cocok untuk pembelajaran menulis dengan KD
menulis surat lamaran adalah:
A.
B.
C.
D.
E.
grafik,
diagram
chart
bagan
format (model)
86. Guru merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat.
Pada awal pembelajaran, guru merupakan pemberi informasi dan
pendemonstrasi yang aktif dan mengharapkan siswa menjadi pendengar aktif
dan baik.
Model
Model
Model
Model
Model
pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran
langsung
Kuantum
Jigsaw
Kontekstual
Inkuiri
88.
C. projek
D. produk
E. portofolio
89. Bentuk instrumen yang tepat untuk mengukur keberhasilan KD
tersebut adalah .
A. pilihan ganda
B. menjodohkan
C. uraian singkat
D. daftar cek
E. inventori
Untuk mengerjakan soal nomor 47 bacalah KD 6.2!
KD: 6.2 Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi
90.
91.
497
B. powerpoint yang berisi unsur latar waktu dan tempat serta unsur
ekstrinsik instrinsik cerpen
C. powerpoint yang berisi proses kreatif dan nilai yang dianut
pengarang serta nilai yang berkembang di masyarakat
D. powerpoint yang berisi unsur ekstrinsik dan nilai-nilai yang
berkembang di masyarakat
E. powerpoint yang berisi kutipan teks dalam cerpen yang
mengandung nilai yang berkembang di masyarakat
93. Berikut disajikan kriteria penilaian untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam mengidentifikasi nilai budaya, moral, agama, dan politik.
No
Aspek
nilai budaya
nilai moral
nilai agama
nailai politik
3
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Kriteria
2
Siswa menemukan
dua nilai benar
Siswa menemukan
dua nilai benar
Siswa menemukan
dua nilai benar
Siswa menemukan
dua nilai benar
1
Siswa menemukan
satu nilai benar
Siswa menemukan
satu nilai benar
Siswa menemukan
satu nilai benar
Siswa menemukan
satu nilai benar
498
95.
Indikator:
Mampu menentukan pokok-pokok dongeng.
Mampu menulis dongeng berdasarkan urutan pokok-pokok dongeng.
Indikator tersebut merupakan rincian dari KD berikut.
A. Menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah
dibaca atau didengar.
B. Menulis kembali dengan bahasa sendiri cerita yang pernah didengar
C. Menulis dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau
didengar.
D. Menulis dengan bahasa sendiri cerita lama yang pernah dibaca
atau didengar.
E. Menulis kreatif cerita rakyat yang didengar dengan mengutamakan
keaslian ide.
F. Menulis kreatif dengan bahasa sendiri kisah yang pernah dibaca.
499
100.
Disajikan tabel penilaian dengan KD menulis sastra
Alat penilaian yang kurang tepat untuk KD tersebut adalah .
A. Uraian
B. Isian singkat
C. Daftar cek
D. Skala penilaian
E. Pilihan ganda
===TIM===
Kunci
No.
Kunci
No.
Kunci
No.
1
2
D
B
26
27
D
E
51
52
D
D
76
77
Kunc
i
A
A
500
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
B
C
A
C
D
B
C
E
C
E
D
B
A
D
C
A
D
E
B
B
A
C
C
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
C
B
C
E
E
C
E
C
A
A
B
B
C
B
C
B
A
C
D
A
B
E
A
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
A
A
C
C
A
D
C
B
E
C
A
A
C
B
E
A
E
A
B
E
D
A
E
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
C
D
C
D
B
B
C
E
A
D
B
D
A
E
E
D
A
E
C
A
B
C
E
LAMPIRAN:
Klasifikasi Kata Kerja Operasional Sesuai dengan Tingkat Berpikir
Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval)
1. Menjelaskan (describe)
2. Memanggil kembali (recall)
3. Menyelesaikan/
menyempurnakan (complete)
4. Mendaftarkan (list)
5.
6.
7.
8.
9.
Mendefinisikan (define)
Menghitung (count)
Mengidentifikasi (identify)
Menceritakan (recite)
Menamakan (name)
10.
11.
Memproses (processing):
501
1.
2.
3.
4.
5.
Mengsintesisikan (synthesize)
Mengelompokkan (group)
Menjelaskan (explain)
Mengorganisasikan (organize)
Meneliti/melakukan eksperimen
(experiment)
6. Membuat
analog
(make
analogies)
7. Mengurutkan (sequence)
15.
16. Menerapkan dan Mengevaluasi
1. Menerapkan suatu prinsip
(applying a principle)
2. Membuat model (model
building)
3. Mengevaluasi (evaluating)
4. Merencanakan (planning)
5. Memperhitungkan /
meramalkan kemungkinan
(extrapolating)
6. Meramalkan (predicting)
7. Menduga / Mengemukan
pendapat / mengambil
kesimpulan (inferring)
8. Mengkategorisasikan
(categorize)
9. Menganalisis (analyze)
10. Membandingkan (compare)
11. Mengklasifikasi (classify)
12. Menghubungkan (relate)
13. Membedakan (distinguish)
14. Menyatakan
sebab-sebab
(state causality)
8. Meramalkan kejadian alam
/sesuatu (forecasting)
9. Menggeneralisasikan
(generalizing)
10. Mempertimbangkan
/memikirkan kemungkinankemungkinan(speculating)
11. Membayangkan
/mengkhayalkan (Imagining)
12. Merancang (designing)
13. Menciptakan (creating)
14. Menduga /membuat
dugaan/kesimpulan awal
(hypothezing)
15.
502
16.
w.
x.
y.
3. Perilaku-perilaku yang Membedakan-bedakan secara umum
(General Discrimination behaviors)
a. Memilih (choose)
i. Mengidentifikasi (identify)
b. Mengumpulkan (collect)
j. Mengindikasi (indicate)
c. Mendefinisikan (define)
k. Mengisolasi (isolate)
d. Menjelaskan sesuatu
l. Mendaftarkan (list)
m. Memadukan (match)
(describe)
n. Meniadakan (omit)
e. Mendeteksi (detect)
o. Mengurutkan (order)
f. Membedakan antara 2
p. Mengambil (pick)
macam (differentiate)
q. Menempatkan (place)
g. Membedakan/Memilih-milih
r. Menunjuk (point)
(discriminate)
s. Memilih (select)
h. Membedakan sesuatu
t. Memisahkan (separate)
(distinguish)
u.
4. Perilaku-perilaku Sosial
a. Menerima (accept)
o. Memaafkan (excuse)
b. Mengakui/menerima sesuatu
p. Memaafkan (forgive)
q. Menyambut/ menyalami
(admit)
c. Menyetujui (agree)
(greet)
d. Membantu (aid)
r. Menolong/membantu (help)
e. Membolehkan/menyediakan/
s. Berinteraksi/melakukan
memberikan (allow)
interaksi (interact)
f. Menjawab (answer)
t. Mengundang (invite)
g. Menjawab/mengemukakan
u. Menggabung (joint)
v. Menertawakan (laugh)
pendapat dengan alasanw. Menemukan (meet)
alasan (argue)
x. Berperanserta (participate)
h. Mengkomunikasikan
y. Mengizinkan/membolehkan
(communicate)
(permit)
i. Memberi pujian/
z. Memuji-muji (praise)
mengucapkan selamat
aa.
Bereaksi (react)
(compliment)
ab.
Menjawab/menyahut
j. Menyumbang (contribute)
(reply)
k. Bekerjasama (cooperate)
ac.Tersenyum (smile)
l. Berdansa (dance)
ad.
Berbicara (talk)
m. Menolak /menidaksetujui
ae.
Berterimakasih (thank)
(disagree)
af. Berkunjung (visit)
n. Mendiskusikan (discuss)
ag.
Bersukarela (volunteer)
aa.
ab.
5. Perilaku-perilaku berbahasa
504
ac.a.
an.
l.
Menyingkat/memendekkan
(abbreviate)
ad.
b.
Memberi tekanan
pada sesuatu /menekankan
(accent)
ae.
c.
Mengabjad/menyusun
menurut abjad (alphabetize)
af. d.
Mengartikulasikan/
mengucapkan kata-kata
dengan jelas (articulate)
ag.
e.
Memanggil (call)
ah.
f.
Menulis dengan
huruf besar (capitalize)
ai. g.
Menyunting (edit)
aj. h.
Menghubungkan
dengan garis penghubung
(hyphenate)
ak.
i.
Memasukkan
(beberapa spasi)
/melekukkan (indent)
al. j.
Menguraikan /
memperlihatkan garis
bentuk/ menggambar denah
atau peta (outline)
am.
k.
Mencetak (print)
Mengucapkan/melafalkan/
menyatakan (pronounce)
ao.
m.
Memberi atau
membubuhkan tanda baca
(punctuate)
ap.
n.
Membaca (read)
aq.
o.
Mendeklamasikan/
membawakan/menceritakan
(recite)
ar. p.
Mengatakan (say)
as.q.
Menandakan (sign)
at. r.
Berbicara (speak)
au.
s.
Mengeja (spell)
av.t.
Menyatakan (state)
aw.
u.
Menyimpulkan
(summarize)
ax.
v.
Membagi atas
suku-suku kata (syllabicate)
ay. w.
Menceritakan (tell)
az.x.
Menerjemahkan
(translate)
ba.
y.
Mengungkapkan
dengan kata-kata (verbalize)
bb.
z.
Membisikkan
(whisper)
bc.
aa. Menulis (write)
bd.
be.
6. Perilaku-perilaku Musik
bf. a.
Meniup (blow)
bg.
b.
Menundukkan
kepala (bow)
bh.
c.
Bertepuk (clap)
bi. d.
Menggubah /menyusun
(compose)
bj. e.
Menyentuh (finger)
bk.
f.
Memadankan/berpadanan
(harmonize)
bl. g.
Menyanyi
kecil/bersenandung (hum)
bm.
h.
Membisu (mute)
bn.
i.
Memainkan (play)
bo.
j.
Memetik (misal
gitar) (pluck)
505
bp.
k.
(practice)
bq.
l.
Mempraktikkan
Menyanyi (sing)
bu.
bv.
bw.
bx.
7. Perilaku-perilaku Fisik
by.a.
Melengkungkan (arch)
bz.b.
Memukul (bat)
ca.c.
Menekuk/melipat/
membengkokkan (bend)
cb.
d.
Mengangkat/membawa
(carry)
cc.e.
Menangkap (catch)
cd.
f.
Mengejar/memburu
(chase)
ce.g.
Memanjat (climb)
cf. h.
Menghadap (face)
cg.
i.
Mengapung
(float)
ch.
j.
Merebut/menangkap/
mengambil (grab)
ci. k.
Merenggut/memegang/
menyambar/merebut (grasp)
cj. l.
Memegang erat-erat
(grip)
ck.m.
Memukul/menabrak
(hit)
cl. n.
Melompat/meloncat
(hop)
cm.
o.
Melompat (jump)
cn.
p.
Menendang (kick)
dg.
8. Perilaku-perilaku Seni
dh. a. Memasang (assemble)
br. m.
Memetik/mengetukngetuk (strum)
bs.n.
Mengetuk (tap)
bt. o.
Bersiul (whistle)
co.q.
cp.
Mengetuk (knock)
r.
Mengangkat/mencabut
(lift)
cq.
cr. t.
s.
Berbaris (march)
Melempar/memasangkan/
memancangkan/menggantun
gkan (pitch)
cs. u.
Menarik (pull)
ct. v.
Mendorong (push)
cu.
w.
Berlari (run)
cv. x.
Mengocok (shake)
cw.
y.
Bermain ski (ski)
cx.z.
Meloncat (skip)
cy. aa. Berjungkirbalik
(somersault)
cz. ab. Berdiri (stand)
da.
ac. Melangkah (step)
db.
ad.Melonggarkan/mere
ntangkan (stretch)
dc.
ae. Berenang (swim)
dd.
af.
Melempar (throw)
de.
ag.
Melambungkan/melontarkan
(toss)
df. ah.Berjalan (walk)
g. Memasukkan (enter)
h. Mengeluarkan (exit)
i. Mengekspresikan (express)
j. Meniru (imitate)
k. Meninggalkan (leave)
l. Menggerakkan (move)
m. Berpantomim/Meniru gerak
tanpa suara (pantomime)
507
n. Menyampaikan/menyuguhka
n/
mengulurkan/melewati(pass)
o. Memainkan/melakukan
(perform)
p. Meneruskan/memulai/beralih
(proceed)
u.
10.
v.
w.
x.
Perilaku-perilaku Matematika
a.
Menambah (add)
b.
Membagi dua (bisect)
c.
Menghitung/mengkalkulasi
(calculate)
y. d.
Mencek/meneliti
(check)
z. e.
Membatasi
(circumscribe)
aa.
f.
Menghitung/mengkomputasi
(compute)
ab.
g.
Menghitung
(count)
ac.h.
Memperbanyak
(cumulate)
ad.
i.
Mengambil dari
(derive)
ae.
j.
Membagi (divide)
af. k.
Memperkirakan
(estimate)
ag.
l.
Menyarikan/menyimpulkan
(extract)
ah.
m.
Memperhitungkan
(extrapolate)
ai. n.
Membuat grafik (graph)
q. Menanggapi/menjawab/
menyahut (respond)
r. Memperlihatkan/Menunjukka
n (show)
s. Mendudukkan (sit)
t. Membalik/memutar/
mengarahkan/mengubah/
membelokkan (turn)
aj. o.
Mengelompokkan
(group)
ak.
p.Memadukan/mengint
egrasikan (integrate)
al. q.
Menyisipkan/menambah
(interpolate)
am.
r.
Mengukur
(measure)
an.
s.
Mengalikan/memperbanyak
(multiply)
ao.
t.
Menomorkan
(number)
ap.
u.
Membuat peta
(plot)
aq.
v.
Membuktikan
(prove)
ar. w.
Mengurangi (reduce)
as.x.
Memecahkan (solve)
at. y.
Mengkuadratkan(square)
au.
z.
Mengurangi
(substract)
av.aa. Menjumlahkan (sum)
aw.
ab. Mentabulasi
(tabulate)
ax.
ac. Mentally (tally)
508
ay.
ad
.
Me
m
ve
az.
11. Perilaku-perilaku Sains
ba.
a.
Menjajarkan
(align)
bb.
b.
Menerapkan
(apply)
bc.
c.
Melampirkan
(attach)
bd.
d.
Menyeimbangkan
(balance)
be.
e.
Mengkalibrasi
(calibrate)
bf. f.
Melaksanakan
(conduct)
bg.
g.
Menghubungkan
(connect)
bh.
h.
Mengganti
(convert)
bi. i.
Mengurangi (decrease)
bj. j.
Mempertunjukkan/
memperlihatkan
(demonstrate)
bk.
k.
Membedah
(dissect)
bl. l.
Memberi makan (feed)
bm.
m.
Menumbuhkan
(grow)
bn.
n.
Menambahkan/meningkatkan
(increase)
bo.
o.
rifi
ka
si
(v
eri
fy)
Memasukkan/menyelipkan
(insert)
bp.
p.
Menyimpan
(keep)
bq.
q.
Memanjangkan
(lenghthen)
br. r.
Membatasi (limit)
bs.s.
Memanipulasi
(manipulate)
bt. t.
Mengoperasikan
(operate)
bu.
u.
Menanamkan
(plant)
bv.v.
Menyiapkan (prepare)
bw.
w.
Menghilangkan
(remove)
bx.
x.
Menempatkan
(replace)
by. y.
Melaporkan (report)
bz.z.
Mengatur ulang (reset)
ca.aa. Mengatur (set)
cb.
ab.
Menentukan/menetapkan
(specify)
cc.ac. Meluruskan (straighten)
cd.
ad. Mengukur waktu
(time)
ce.ae. Mentransfer (transfer)
cf. af.
Membebani/memberati
(weight)
cg.
ch.
509
ci.
cj.
ck.
cl.
12. Perilaku-perilaku Penampilan Umum, Kesehatan, dan
Keamanan
cm.
a.
Mengancingi
dd.
r.
Merasakan
(button)
(taste)
cn.
b.
Membersihkan
de.
s.
(clean)
Mengikat/membebat
co.c.
Menjelaskan (clear)
(tie)
cp.
d.
Menutup (close)
df. t.
Tidak mengancingi
cq.
e.
(unbutton)
dg.
u.
Menyikat/menyisir(comb)
cr. f.
Mencakup (cover)
Membuka/menanggalkan
cs. g.
(uncover)
dh.
v.
Menyatukan
Mengenakan/menyarungi
(unite)
(dress)
di. w.
Membuka(unzip)
ct. h.
Minum (drink)
dj. x.
Menunggu (wait)
cu.
i.
Makan (eat)
dk.
y.
Mencuci (wash)
cv. j.
Menghapus (eliminate)
dl. z.
Memakai (wear)
cw.
k.
Mengosongkan
dm.
(empty)
cx.l.
aa
.
Mengetatkan/melekatkan
(fasten)
Me
cy. m.
nu
tu
Mengisi/memenuhi/melayani
p
/membuat (fill)
(zi
cz. n.
Melintas/berjalan (go)
p)
da.
o.
Mengikat
tali/menyusuri (lace)
db.
p.
Menumpuk/menimbun
(stack)
dc.
q.
Berhenti (stop)
510
dn.
13. Perilaku-perilaku Lainnya
do.
a.
Bertujuan (aim)
dp.
b.
Mencoba
(attempt)
dq.
c.
Memulai (begin )
dr. d.
Membawakan (bring )
ds.e.
Mendatangi (come )
dt. f.
Menyelesaikanmemenuhi
(complete)
du.
g.
Mengkoreksi/membenarkan
(correct)
dv.h.
Melipat (crease)
dw.
i.
Memeras buah/
menghancurkan (crush)
dx.
j.
Mengembangkan
(develop)
dy.k.
Mendistribusikan
(distribute)
dz.l.
Melakukan (do)
ea.
m.
Menjatuhkan
(drop)
eb.
n.
Mengakhiri (end)
ec.o.
Menghapus (erase)
ed.
p.
Memperluas
(expand)
ee.
q.
Memperpanjang
(extend)
ef. r.
Merasakan (feel)
eg.
s.
Menyelesaikan
(finish)
eh.
t.
Menyesuaikan/
memadankan(fit)
ei. u.
Memperbaiki (fix)
ej. v.
Mengibas/melambungkan/
menjentik (flip)
ek.
w.
Mendapatkan
(get)
el. x.
Memberikan (give)
em.
y.
Menggiling/
memipis/ mengasah (grind)
en.
z.
Membimbing
/memandu (guide)
eo.
aa. Memberikan
menyampaikan (hand)
ep.
ab. Menggantung
(hang)
eq.
ac.
Menggenggam/
memegang(hold)
er. ad.
Mengail/memancing/menjera
t /mengait (hook)
es.ae. Memburu (hunt)
et. af.
Memasukkan/melibatkan
(include)
eu.
ag. Memberitahu
(inform)
ev.ai.
Meletakkan/memasang
(lay)
ew.
aj. Memimpin (lead)
ex.
ak. Meminjam (lend)
ey. al.
Membiarkan/memperkirakan
(let)
ez.am.Menyalakan/menerangi
(light)
fa. an. Membuat (make)
fb. ao. Memperbaiki/menambal
(mend)
fc. ap. Tidak mengena/ tidak
paham (miss)
fd. aq. Menawarkan (offer)
fe. ar.
Membuka (open)
ff. as. Membungkus/mengepak
(pack)
fg. at. Membayar (pay)
fh. au. Mengupas/menguliti
(peel)
fi. av. Menyematkan/menjepit/
menggantungkan (pin)
511
fj. aw.Menempatkan/mengatur
posisi (position)
fk. ax.
Menyajikan/memperkenalkan
(present)
fl. ay. Menghasilkan (produce)
fm.
az. Mengusulkan
(propose)
fn. ba. Menyediakan (provide)
fo. bb. Meletakkan (put)
fp. bc.
Mengangkat/membangkitkan
(raise )
fq. bd. Menghubungkan (relate)
fr. be. Memperbaiki (repair)
fs. bf. Mengulang (repeat)
ft. bg. Mengembalikan (return)
fu. bh. Mengendarai (ride)
fv. bi. Menyobek/mengoyakkan
(rip)
fw. bj. Menyelamatkan (save)
fx. bk. Menggaruk/menggores
(scratch)
fy. bl. Mengirim (send)
fz. bm.Melayani/memberikan
(serve)
ga.
bn. Menjahit (sew)
gb.
bo. Membagi (share)
gc.
bp. Menajamkan
(sharpen)
gd.
bq. Menembak (shoot)
ge.
br.
Memperpendek
(shorten)
gf. bs.
Menyekop/menyodok
(shovel)
gg.
bt.
Menutup/membuang (shut)
gh.
bu.Menandakan/menga
rtikan / memberitahu
(signify)
gi. bv.Meluncur (slide)
gj. bw.Menyelipkan (kertas) (slip)
gk.
bx.Membentangkan /
menyebarkan (spread)
gl. by.
Memancangkan/
mempertaruhkan (stake)
gm.
bz.
Memulai (start)
gn.
ca.Menyimpan (store)
go.
cb.Memukul/menabrak/
menyerang (strike)
gp.
cc.Memasok (supply)
gq.
cd.
Mendukung
(support)
gr. ce.
Mengganti (switch)
gs.cf.
Mengambil (take)
gt. cg.
Merobek/mengoyak
(tear)
gu.
ch.
Menyentuh
(touch)
gv.ci.
Mencoba (try)
gw.
cj.
Memintal/memilin/menjalin
(twist)
gx.
ck.
Mengetik (type)
gy. cl.
Menggunakan (use)
gz.cm.Memilihmemberi suara
(vote)
ha.
cn.Memperhatikan/men
onton (watch)
hb.
co.
Menenun/menganyam/
merangkai/menyelip (weave)
hc.
cp
.
Me
ng
erj
ak
an
(w
or
k)
512
hd.
he.