Anda di halaman 1dari 513

MODUL PLPG

BAHASA INDONESIA

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU


2013
1

MODUL PLPG

BAHASA INDONESIA

Penulis
Tim Instruktur Bahasa Indonesia
Penyunting
Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., dkk.

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU


2013
TIM PENULIS
2

1. Pendahuluan (Syamsul Sodiq)


2. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru (Dian Mahsunah, dkk.)
3. Model dan Perangkat Pembelajaran
a. Model Pembelajaran (Suyatno)
b. Media Pembelajaran (Lutfiyah Nurlela)
c. Asesmen
d. Pengembangan Silabus dan RPP
e. Contoh Pengembangan Silabus dan RPP Bahasa Indonesia
1) Mendengarkan (Suhartono)
2) Berbicara (Jack Parmin)
3) Membaca (Syamsul Sodiq)
4) Menulis (Yuniseffendri)
4. Penelitian Tindakan Kelas
5. Materi Bahasa Indonesia
a. Berbicara (Suhartono)
b. Membaca (Maria Mintowati)
c. Menulis (Jack Parmin)
d. Berbicara Sastra (Moh. Najid)
e. Membaca Sastra (Moh. Najid)
f. Menulis Sastra (Jack Parmin)
6. Asesmen (Maria Mintowati)

KATA PENGANTAR

Guru adalah sebuah profesi. Seseorang dikatakan profesional jika yang


bersangkutan dapat membuktikan profesionalitasnya. Profesionalitas
seorang guru dapat berupa profesional dalam pedagogi dan profesional
dalam menghasilkan karya yang relevan dengan profesinya. Salah satu jalur
untuk mewujudkan profesionalitas adalah melalui Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG).
Melalui PLPG, para peserta ditingkatkan kemampuannya, baik dari segi
pedagogik, penyegaran dan pendalaman materi, maupun dalam bidangbidang lainnya. Modul ini ditulis sebagai salah satu sumber materi guru-guru
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, baik di tingkat SMP/MTs maupun
SMA/SMK/MA yang mengikuti PLPG.
Modul ini berjudul Modul Materi PLPG Bahasa Indonesia. Modul Ini
berisi lima bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II memuat
tentang kebijakan pengembangan profesi guru, bab III yang berupa model
dan perangkat pembelajaran, bab IV tentang penelitian tindakan kelas, bab V
memuat tentang materi bidang studi bahasa Indonesia, serta asesmen dan
lampiran.
Dengan memahami materi yang terdapat di dalam modul ini, para
peserta dapat menjawab soal-soal ujian akhir PLPG. Ini adalah tujuan jangka
pendek. Adapun tujuan jangka panjangnya adalah para peserta dapat
memanfaatkannya sebagai salah satu bahan ajar dalam menjalankan tugas
sebagai guru.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih belum sempurna. Karena
itu, penulis mengharapkan masukan dan kritikan guna menyempurnakan
modul ini. Selamat mengikuti PLPG, semoga berhasil.

Surabaya, Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR


HALAMAN JUDUL DALAM
TIM PENULIS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
4

GLOSARIUM
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
BAB III: MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
3.1 Model Pembelajaran
3.2 Media Pembelajaran
3.3 Asesmen
3.4 Pengembangan Silabus dan RPP
3.5 Contoh Pengembangan Silabus dan RPP Bahasa Indonesia
3.5.1 Mendengarkan/Menyimak
3.5.2 Berbicara
3.5.3 Membaca
3.5.4 Menulis
BAB IV: PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB V: MATERI BAHASA INDONESIA
5.1 Berbicara
5.2 Membaca
5.3 Menulis
5.4 Berbicara Sastra
5.5 Membaca Sastra
5.6 Menulis Sastra
ASESMEN

GLOSARIUM
Media Pembelajaran
Multimedia
merupakan
suatu
sistem
penyampaian
dengan
menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu
unit atau paket. Contoh Modul belajar yang terdiri dari bahan cetak,
bahan audio, dan bahan audio visual.

Multi

image merupakan gabungan dari jenis proyeksi visual yang


digabungkan dengan komponen audio yang kuat/lebih besar sehingga
dapat diselenggarakan pertujukkan yang besar dan cocok untuk
penyajian di suatu auditorium yang luas.

Buku elektronik merupakan bentuk teks yang dituangkan dalam medium


elektronik (komputer)

Berbicara
Diskusi: kegiatan bertukar pikiran mengenai suatu masalah.
Ekstemporan: metode pidato yang pepidato berpedoman pada garis besar
atau kerangka pidato yang telah disiapkan.
Frasa tanya: kombinasi kata nonpredikatif yang berfungsi menanyakan
sesuatu.
Impromptu (serta-merta): metode pidato secara dadakan atau tanpa
persiapan karena kebutuhan sesaat (insidental).
Informan: orang yang memberikan informasi.
Kalimat: satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan yang utuh
Kata tanya: kata yang berfungsi menanyakan sesuatu.
Kinesik: gerak tubuh
Moderator: pemandu diskusi.
Narasumber: orang yang menjadi sumber informasi.
Notulis: penulis diskusi.
pebicara: orang yang berbicara.
pepidato: orang yang berpidato.
Pidato: kegiatan pengungkapan pikiran secara lisan yang ditujukan kepada
banyak orang dengan pepidato (orator atau orang yang berpidato)
sebagai figur sentral.

Prinsip kerja sama: prinsip percakapan yang berisi rambu-rambu bahwa


sumbangan informasi yang diberikan penutur idealnya sebatas yang
diperlukan petutur.
Prinsip kesantunan: prinsip percakapan yang berisi rambu-rambu bahwa
tuturan penutur idealnya dapat menjaga keharmonisan sosial (tidak
menyebabkan konflik dengan petutur atau orang lain yang disebut
dalam tuturan).
Proposisi: pernyataan lengkap yang dapat dinilai benar atau salah.
Retorika interpersonal: komunikasi antarindividu.
Wacana: satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk
karangan atau tuturan utuh
Wawancara: kegiatan tanya jawab dengan narasumber/informan untuk
meminta kepastian informasi tentang hal tertentu.
Wawancara dangkal (ordinary interview): wawancara yang pertanyaanpertanyaan pewawancara tidak eksploratif.
Wawancara mendalam (indepth interview): wawancara yang pertanyaanpertanyaan pewawancara eksploratif sehingga tampak bersifat
mengejar narasumber/informan.
Wawancara
terbuka:
wawancara
yang
pertanyaan-pertanyaannya
pewawancara memberikan peluang kepada narasumber/informan
untuk menguraikan jawabannya secara panjang lebar.
Wawancara
terstruktur:
wawancara
yang
pewawancara ditata secara sistematis.

pertanyaan-pertanyaan

Wawancara tidak terstruktur: wawancara yang pertanyaan-pertanyaan


pewawancara tidak ditata secara sistematis.
Wawancara
tertutup:
wawancara
yang
pertanyaan-pertanyaannya
pewawancara tidak memberikan peluang kepada narasumber/informan
untuk menguraikan jawabannya secara panjang lebar.
Membaca
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang

mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)


kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu atas
7

suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari satu
dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan
artikel : n 1. karya tulis lengkap, misal laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar,dan sebagainya; 2. Huk bagian undang-undang
atau peraturan yang berupa ketentuan; pasal; 3. Ling unsur yang
dipakai untuk membatasi atau memodifikasi nomina, misal the dalam
bahasa Inggris.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa

aktual yang menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang


melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang
terjadinya pun aktual dalam arti baru saja atau hangat dibicarakan
banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain tentang berita
adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik
perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara melaporkan atau
memberitakan sesuatu agar menarik orang lain adalah dengan gaya to
the point atau diplomatis. Dalam hal membuat dan menyajikan berita,
dikenal jenis berita yang langsung mengemukakan fakta yang terlibat
di dalamnya (straight news), serta yang tidak langsung yang dibumbui
dengan kata-kata berbunga sehingga fakta lebih menarik untuk
diminati dan dinikmati pembaca (feature news).
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa
adanya, atau melukiskan apa adanya
diagram : gambaran (buram, sketsa) untuk memperlihatkan atau
menerangkan sesuatu
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual
(subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya
fakta:hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang
benar-benar ada atau terjadi
Glosarium: (biasanya pada bagian akhir buku) tersusun menurut abjad yang
memberikan informasi mengenai halaman tempat kata atau istilah itu
ditemukan; 2. daftar harga sekarang dibandingkan dengan harga
sebelum-nya menurut persentase untuk mengetahui turun naiknya
harga barang; 3. Kom (artikel) daftar berita penting hari itu (dalam
majalah, surat kabar) yang dimuat di halaman depan; 4. Ling rasio

antara dua unsur kebahasaan tertentu yang mungkin menjadi ukuran


suatu ciri tertentu; penunjuk
interferensi: bebas dari pengaruh bahasa daerah atau asing

kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut
abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri
sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang)
atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
kata ulang: bentuk kata yang dihasilkan dari proses perulangan dan dituliskan

secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Menurut


bentuknya, ada empatjenis kata ulang, yaitu perulangan kata dasar
atau perulangan murni, perulangan berubah bunyi, perulangan
berimbuhan, dan perulangan sebagian.
atau kontaminasi ialah hal rancu; kekacauan, kerincuan;
pengacauan atau hasil penggabungan dua bentuk yang secara tidak
sengaja atau lazim dihubung-hubungkan

kerancuan:

konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan


pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan
dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)

latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama
seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan

memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa


(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit: perkerjaan
menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah yang siap untuk
dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2) merencanakan dan
mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau
merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan
memasang kembali.
paparan: hasil memapar; yang dipaparkan; keterangan atau penjelasan yang

dibentangkan; uraian
9

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,


mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi
paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide
pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea
penyuntingan bahasa: bertujuan untuk memantapkan tata cara penyajian,

penulisan, penyuguhan pendukung, dan ketaatasasan pada gaya


selingkung (Ditbinlitabmas, 2001). Yang perlu dicermati dalam
penyuntingan bahasa antara lain: (1) penggunaan tatabahasa,
pemilihan kata, terjemahan kata atau istilah asing, ejaan, dan
penggunaan simbol atau lambang; (2) penyiangan kontaminasi
penerapan kaidah tatabahasa asing ke dalam kalimat bahasa
Indonesia; (3) sistematika artikel, keberadaan abstrak dan kata kunci;
(4) penulisan rujukan dalam pengutipan, penulisan daftar rujukan,
penyajian tabel dan gambar, serta (5) pencantuman nama penulis
artikel dan alamat lembaga penulis.
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam
tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan
gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal
register : buku catatan atau daftar yang disusun secara bersistem dan
menurut abjad
ronde : babak pada pertandingan tinju
riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan)
seseorang; biografi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan
drama
stimulan : n sesuatu yang menjadi cambuk bagi peningkatan prestasi atau
semangat bekerja (belajar dan sebagainya); pendorong; penggiat;
perangsang
surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb,

terbagi dalam kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik.


Secara umum komposisi yang disampaikan surat kabar terdiri atas
10

berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan. Seperti dapat dibaca, dari


komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat kabar) akan memuat
sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature, laporan
mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan
faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang
penting bagi pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat
dimasukkan surat pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika
ada). Fiksi disediakan tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung,
cerita pendek, atau komik (cerita bergambar lainnya). Foto atau bagan
memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat untuk mendukung berita
masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang digunakan surat
kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.

Menulis:
artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar, dan sebagainya
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
bahasa jurnalistik: Bahasa yang khas yang digunakan dalam menulis berita
(media cetak). Bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa
lainnya. Bahasa jurnalistik memiliki ciri khusus, di antaranya lugas,
sederhana, singkat dan padat, sistematis, tidak memihak, serta
menarik.
berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa
aktual yang menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang
melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang
terjadinya pun aktual dalam arti baru saja atau hangat dibicarakan
banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain tentang berita
adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik
perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara melaporkan atau
memberitakan sesuatu agar menarik orang lain adalah dengan gaya to
the point atau diplomatis. Dalam hal membuat dan menyajikan berita,
dikenal jenis berita yang langsung mengemukakan fakta yang terlibat
di dalamnya (straight news), serta yang tidak langsung yang dibumbui
dengan kata-kata berbunga sehingga fakta lebih menarik untuk
diminati dan dinikmati pembaca (feature news).
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

11

cerita : karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau


penderitaan orang; kejadian dan sebagainya baik yang sungguhsungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata
yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa
atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif

deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa


adanya, atau melukiskan apa adanya
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya
tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau
lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang
dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual
(subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya
ficer (feature) : berita kisah; berita dalam bentuk cerita; artikel yang sifatnya
lebih deskriptif
fiktif : a bersifat fiksi; hanya terdapat di khayalan grafik : n lukisan pasang
surut suatu keadaan dengan garis atau gambar (tentang turun naiknya
hasil, statistik, dan sebagainya)
gaya selingkung: gaya yang ditetapkan dan diberlakukan oleh penerbit atau
penerbitan tertentu yang menjadi ciri pembeda dengan penerbit atau
penerbitan lain
impresionisme : aliran kesenian yang menekankan bahwa maksud utama
karya seni adalah menjelaskan kesan yang terdapat dalam penalaran,
perasaan, dan kesadaran pada saat tertentu
judul berita (headline): hakikatnya adalah intisari berita. Judul berita
biasanya terdiri atas satu atau dua kalimat pendek, tetapi telah cukup
memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakan. Judul
berita dibuat semenarik mungkin karena merupakan daya pikat awal
berita.
jurnal: merupakan majalah yang secara khusus memuat artikel dalam satu
bidang tertentu, misalnya jurnal seni, jurnal pertanian, jurnal
kedokteran, jurnal hukum, jurnal politik, dan lain-lain. Karena jurnal
pada umumnya hanya memuat artikel satu bidang ilmu, sebagian
jurnal menambahkan kata ilmu untuk menyebut namanya, sehingga
menjadi jurnal ilmu seni, jurnal ilmu pertanian, jurnal ilmu kedokteran,
12

jurnal ilmu hukum, jurnal ilmu politik, dan lain-lain. Artikel yang dimuat
pada jurnal bersifat keilmuan (ilmiah), sehingga sebagian orang
menyebutnya sebagai artikel ilmiah. Ketentuan baku bagi penulisan
karya ilmiah merupakan hal yang harus diketahui dan dikuasai oleh
penyunting artikel ilmiah.
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa
kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun
menurut abjad
beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri
sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang)
atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi:
tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada
makna denotasi)
media cetak: berarti sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan
secara berkala seperti surat kabar, majalah.
media noncetak: (media elektronik) berarti sarana media massa yang
mempergunakan alat alat elektronik modern, misalnya radio, televisi,
dan film. Dalam subbagian ini disampaikan media noncetak, yakni
radio dan televisi.
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit: perkerjaan
menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah yang siap untuk
dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2) merencanakan dan
mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau
merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan
memasang kembali.
paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide
pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea

13

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,


mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi
penerbit: (1) orang dan sebagainya yang menerbitkan; (2) perusahaan dan
sebagainya yang menerbitkan (buku, majalah, dan sebagainya)
penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2)
orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan
media (massa) cetak; (3) orang yang bertugas menyusun dan merakit
film atau pita rekaman. Beberapa contoh penggunaan kata penyunting
adalah di bawah ini.
penyuntingan:
berarti proses, cara, perbuatan menyunting atau sunting
menyunting. (Sunting-menyunting berarti perbuatan atau pekerjaan
menyunting). Penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati,
memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah
sehingga naskah tersebut siap untuk dimuat atau diterbitkan oleh
sebuah penerbitan. Pada media noncetak, penyuntingan merupakan
proses membaca, mencermati, memperbaiki naskah yang telah dikirim
seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap untuk disiarkan
dan ditayangkan oleh media audio dan visual.
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam
tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan
gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh
orang banyak
riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan)
seseorang; biografi
surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb,
terbagi dalam kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik.
Secara umum komposisi yang disampaikan surat kabar terdiri atas
berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan. Seperti dapat dibaca, dari
komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat kabar) akan memuat
sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature, laporan
mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan
faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang
penting bagi pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat
14

dimasukkan surat pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika
ada). Fiksi disediakan tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung,
cerita pendek, atau komik (cerita bergambar lainnya). Foto atau bagan
memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat untuk mendukung berita
masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang digunakan surat
kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.
teras berita (lead): bagian berita yang terletak pada paragraf pertama
(pertama dan kedua untuk beberapa surat kabar). Teras berita
merupakan bagian dari komposisi berita, yang ditulis setelah judul
berita dan sebelum tubuh berita. Jika judul berita adalah intisari, teras
berita adalah sari berita itu. Teras berita merupakan laporan singkat
yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkan. Teras berita
disusun dengan rumus 5W + 1H (what, who, when, where, why, dan
how) dengan maksud memenuhi rasa ingin tahu pembaca yang
biasanya berupa sederetan pertanyaan.
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan
drama
tubuh berita (body): merupakan keterangan secara rinci dan dapat
melengkapi serta memperjelas fakta atau data yang disuguhkan dalam
lead tersebut. Rincian tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan
hal-hal yang belum terungkapkan melalui lead.

Berbicara Sastra:
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu atas
suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari satu
dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan
angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan
kesusastraan yang dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan
Takdir Alisjahbana, Armin Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan
atau diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam masyarakat
15

tradisional yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita tulis (sastra


tulis) dalam masyarakat modern
cerita pendek:
kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang
dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada
suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau
sekelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada
sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu
dan bersifat objektif
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya
tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau
lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang
dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa
dan tidak terikat pada latar sejarah dan warna lokal
drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting)
atau dialog yang dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang
melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan
teater; 3. cak kejadian yang menyedihkan
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual
(subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya
epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya
menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh
seorang aktor pada akhir cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama
yang memuat komentar tentang apa yang dilakonkan; 3. peristiwa
terakhir yang menyelesaikan peristiwa induk
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak
berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan
khayalan atau pikiran
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri
sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang)
atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi:
tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
16

berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada


makna denotasi)
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama
seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai
dengan maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semenamena. Kewenangan ini tetap memiliki batas-batas yang dapat
dipahami oleh pembaca, secara khusus. Setiap aturan atau kaidah EYD
yang tidak sepenuhnya digunakan oleh seorang penulis fiksi tentu
memiliki tujuan tertentu.
musikalisasi : n hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik novel : n Sas
karangan prosa rekaan yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,
mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam
tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan
gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh
orang banyak
prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata)
pendahuluan; peristiwa pendahuluan
rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir
sajak yang berdekatan.
syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris)
yang berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan
drama
17

Membaca sastra:
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu atas
suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari satu
dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan
angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan
kesusastraan yang dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan
Takdir Alisjahbana, Armin Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan
atau diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam masyarakat
tradisional yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita tulis (sastra
tulis) dalam masyarakat modern
cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang
dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada
suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau
sekelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada
sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu
dan bersifat objektif
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya
tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau
lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang
dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa
dan tidak terikat pada latar sejarah dan warna lokal
drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting)
atau dialog yang dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang
melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan
teater; 3. cak kejadian yang menyedihkan

18

ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual


(subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya
epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya
menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh
seorang aktor pada akhir cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama
yang memuat komentar tentang apa yang dilakonkan; 3. peristiwa
terakhir yang menyelesaikan peristiwa induk
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak
berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan
khayalan atau pikiran
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri
sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang)
atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi:
tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada
makna denotasi)
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama
seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai
dengan maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semenamena. Kewenangan ini tetap memiliki batas-batas yang dapat
dipahami oleh pembaca, secara khusus. Setiap aturan atau kaidah EYD
yang tidak sepenuhnya digunakan oleh seorang penulis fiksi tentu
memiliki tujuan tertentu.
musikalisasi : n hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik novel : n Sas
karangan prosa rekaan yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,
mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam
tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan
19

gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh
orang banyak
prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata)
pendahuluan; peristiwa pendahuluan
rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir
sajak yang berdekatan.
syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris)
yang berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan
drama
Menulis Sastra:
artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar, dan sebagainya
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang
dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada
suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok

kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar
bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat
objektif
deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa
adanya, atau melukiskan apa adanya
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa
dan tidak terikat pada latar sejarah dan warna lokal

20

dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya


tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau
lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang
dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon
drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting)
atau dialog yang dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang
melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan
teater; 3. cak kejadian yang menyedihkan
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual
(subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya
epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya
menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh
seorang aktor pada akhir cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama
yang memuat komentar tentang apa yang dilakonkan
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak

berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan


khayalan atau pikiran
Horison: majalah sastra yang terbit tiap bulan (dari Jakarta) yang memuat
karya sastra para pengarang se Indonesia (sesekali penulis Asia dan
dunia), di dalamnya ada sisipan majalah untuk anak sekolah Kakilangit,
impresionisme : aliran kesenian yang menekankan bahwa maksud utama
karya seni adalah menjelaskan kesan yang terdapat dalam penalaran,
perasaan, dan kesadaran pada saat tertentu
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri
sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang)
atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan

pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika


berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada
makna denotasi)
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama
seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
21

menyunting:
(1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit: perkerjaan
menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah yang siap untuk
dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2) merencanakan dan
mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau
merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan
memasang kembali.
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,
mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi
penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2)

orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan


media (massa) cetak; (3) orang yang bertugas menyusun dan merakit
film atau pita rekaman. Beberapa contoh penggunaan kata penyunting
adalah di bawah ini.
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam
tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan
gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh
orang banyak
prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata)
pendahuluan; peristiwa pendahuluan
rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir
sajak yang berdekatan.
riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan)
seseorang; biografi
surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb,
terbagi dalam kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik.
Secara umum komposisi yang disampaikan surat kabar terdiri atas
berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan. Seperti dapat dibaca, dari
komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat kabar) akan memuat
sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature, laporan
22

mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan


faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang
penting bagi pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat
dimasukkan surat pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika
ada). Fiksi disediakan tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung,
cerita pendek, atau komik (cerita bergambar lainnya). Foto atau bagan
memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat untuk mendukung berita
masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang digunakan surat
kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.
syair : bentuk puisi Melayu Lama yang tiap baitnya terdiri atas empat larik
dengan rima yang sama.
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan
drama

BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi

Modul ini berisi lima bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II
memuat tentang kebijakan pengembangan profesi guru, bab III yang berupa
model dan perangkat pembelajaran, bab IV tentang penelitian tindakan
kelas, bab V memuat tentang materi bidang studi bahasa Indonesia, serta
asesmen dan lampiran.

B. Prasyarat
Membaca dan mencermati isi modul ini, prasyarat bagi Anda yang
akan mempelajarinya adalah berfokus pada keempat kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki
guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai
aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal
tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta didik
memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan
kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing- masing dan disesuaikan
dengan kebutuhan lokal.

23

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,


mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai
anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan
akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang
kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang
disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu,
belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar
bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga
disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus
mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan
integritas kepribadian seorang guru.
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang
perlu dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari.
Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka
pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan kemampuan
tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan
dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik,
para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Kemampuan
sosial
meliputi
kemampuan
guru
dalam
berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa
yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan
kompetensi sosial disajikan berikut ini.
Kompetensi
profesional
yaitu
kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan
proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru
dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu mengupdate, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri
tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai
sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet,
selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang
disajikan.
Keempat kompetensi guru adalah prasyarat bagi guru yang akan
mengikuti PLPG sekaligus memelajari modulnya.

C. Petunjuk Penggunaan Modul


Para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG, untuk memudahkan
memahami modul ini bagi Anda akan disampaikan petunjuk belajar. Anggap
saja petunjuk belajar ini sebagai saran bagi Anda. Agar lebih teknis, petunjuk
belajar ini disajikan secara rinci seperti di bawah ini.
1) Anda diharapkan mencermati judul modul ini, selanjutnya baca kata
pengantar modul. Daftar isi akan menuntun kepada Anda, materi apa
saja yang akan tersajikan dalam modul ini. Daftar isi memberikan
petunjuk awal tentang keseluruhan materi yang disajikan dalam modul
ini, dengan demikian daftar isi tidak boleh dilewatkan untuk tidak
dibaca dan dicermati.
24

2) Anda diharapkan membaca secara cermat daftar isi modul tersebut


untuk mengetahui topik-topik yang disajikan pada lembar lembar
berikutnya modul ini.
3) Pada setiap kegiatan belajar disajikan tiga bagian, yakni pengatar atau
pendahuluan, inti yang berupa pemaparan materi, dan perlatihan.
Pengantar atau pendahuluan memuat hal-hal yang berkaitan dengan
cara untuk mencapai tujuan setiap kegiatan belajar. Inti yang memuat
pemaparan materi, merupakan penjabaran materi utama. Perlatihan,
mencoba memberikan gambaran bagaimana sebaiknya memberikan
perlatihan yang tepat sesuai dengan topik yang dimaksud. Berkaitan
dengan perlatihan, jika ada waktu, cobalah Anda diskusikan dengan
sesama guru. Tentu masih banyak hal yang perlu dieksplorasi dalam
setiap perlatihan. Artinya, perlatihan yang tersedia dalam modul ini
bukan satu-satunya model perlatihan yang ideal. Andalah yang akan
memutuskan model perlatihan mana yang tepat.
4) Selanjutnya, Anda diminta mencermati (dan membedah) kisi-kisi ujian
kompetensi awal (UKA). Melalui pencermatan kisi-kisi UKA, dalam
pikiran Anda sudah mulai menampakkan gambaran tentang butir soal
yang akan muncul. Ini adalah prediksi tentang butir soal.
5) Berkaitan dengan nomor 4, pengembangan butir soal pada bagian
Evaluasi modul ini merupakan tawaran (pilihan). Anda dimungkinkan
mengembangkan butir soal yang berbeda, yang lebih variatif dan lebih
baik. Kerjakan bagian ini, kemudian cocokkan jawaban terhadap soalsoal evaluasi Anda dengan kunci jawaban penilaian yang disediakan
pada bagian akhir modul ini.
6) Bagian akhir modul ini adalah daftar pustaka. Bagian ini menyiratkan
perbendaharaan bacaan yang dijadikan rujukan pengembangan modul
ini. Anda dipersilakan untuk mengritisi sajian daftar pustaka tersebut.

D.Tujuan Akhir

Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini (dan sekaligus mengikuti


PLPG dengan sungguh-sungguh) adalah meningkatnya keempat kompetensi
guru. Artinya, jika sebelumnya pemahaman dan penguasaan terhadap
keempat kompetensi guru kurang maksimal, maka setelah proses
mempelajari, memahami, dan mengikuti PLPG, maka kompetensi guru akan
meningkat cukup signifikan.

BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru
bermakna strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi
25

proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan


pembangun karakter bangsa. Makna strategis guru sekaligus meniscayakan
pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya Undang-undang (UU) No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan
atas profesi guru dengan segala dimensinya. Di dalam UU No. 14 Tahun
2005 ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai
implikasi dari UU No. 14 Tahun 2005, guru harus menjalani proses sertifikasi
untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru yang diangkat sejak
diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi guru dalam jabatan,
yang diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015.
Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru
secara lateral memunculkan banyak gagasan. Pertama, diperlukan
ekstrakapasitas untuk menyediakan guru yang profesional sejati dalam
jumlah yang cukup, sehingga peserta didik yang memasuki bangku
sekolah tidak terjebak pada ngarai kesia-siaan akibat layanan pendidikan
dan pembelajaran yang buruk.
Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan
dan penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan
pendidikan bagi mereka yang berada pada titik-titik terluar wilayah negara,
di tempat-tempat yang sulit dijangkau karena keterisolasian, dan di daerahdaerah yang penuh konflik.
Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara
atas pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan
negara atas sistem pendidikan.
Keempat, meningkatkan
kesejahteraan dan status
guru serta
tenaga kependidikan lainnya melalui penerapan yang efektif atas hak asasi
dan kebebasan profesional mereka.
Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan
dengan jender, ras, status perkawinan, kekurangmampuan, orientasi
seksual, usia, agama, afiliasi politik atau opini, status sosial dan ekonomi,
suku bangsa, adat istiadat, serta mendorong pemahaman, toleransi, dan
penghargaan atas keragaman budaya komunitas.
Keenam, mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan,
perdagangan yang fair, layanan sosial dasar, kesehatan dan keamanan,
melalui solidaritas dan kerjasama di antara anggota organisasi guru di
mancanegara,
gerakan
organisasi
kekaryaan
internasional,
dan
26

masyarakat madani.
Beranjak dari pemikiran teoritis di atas, diperlukan upaya untuk
merumuskan kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya,
akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem
pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen,
pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan
kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan
dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan
keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan
guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan
masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
selalu berusaha untuk menyempurnakan kebijakan di bidang pembinaan
dan pengembangan profesi guru.
2. Standar Kompetensi
Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan
ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar
kompetensi
lulusan.
Berkaitan
dengan
mata
ajar
Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru, kompetensi lulusan PLPG yang diharapkan
disajikan berikut ini.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Memahami kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi


guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Memahami esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofe-sian
guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak
ikutanya.
Memahami
makna,
persyaratan,
prinsip-prinsip,
tahap-tahap
pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.
Memahami esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru,
khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.
Memahami konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan
dan perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya.
Memahami dan mampu mengaplikasikan esensi etika profesi guru
dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara
profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.

3. Deskripsi Bahan Ajar


Seperti dijelaskan di muka, bahwa substansi material Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur
kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan
dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, deskripsi
umum bahan ajarnya disajikan berikut ini.

27

a. Pengantar
ringkas.
Mengulas
serba
sekilas
mengenai
kebijakan
umum pembinaan
dan pengembangan profesi guru di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama berkaitan
dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru
secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.
c. Penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan
makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi
nilai penilaian kinerja guru.
d. Pengembangan karir guru. Materi sajian terutama berkaitan
dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru,
khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.
e.
Perlindungan dan penghargaan guru. Materi sajian terutama
berka-itan dengan konsep, prinsip atau
asas,
dan
jenis-jenis
penghargaan
dan
perlindungan
kepada
guru,
termasuk
kesejahteraannya.
f. Etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi
etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan
pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di
masyarakat.
4. Langkah-langkah Pembelajaran

Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk


28

dipelajari oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses
pembelajaran bagi pihak-pihak yang tergamit di dalamnya. Selama proses
pembelajaran akan sangat dominan aktivitas pelatih dan peserta PLPG.
Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas individual dan kelompok. Aktivitas
individual peserta mengawali akivitas kelompok. Masing-masing aktivitas
dimaksud disajikan dalam gambar.
Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid.
Namun demikian, melalui aktivitas itu diharapkan peserta PLPG mampu
memahami secara relatif luas dan mendalam tentang Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru, khususnya di lingkungan Kementerian
Pendidikan Nasional.
B. Kebijakan Umum Pembinaan Dan Pengembangan Guru
1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami
kecepatan dan percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku
manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di
bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran baru untuk
merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka
menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu
merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia
Indonesia masa depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi
penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi model- model dan prosesproses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan
transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan,
kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil
mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter
bangsanya akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal
mewujudkannya akan menjadi pecundang.
Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang
berjalan paling konsisten. Manusia
modern
menantang,
mencipta,
sekaligus
berpotensi
diterpa
oleh
arus
perubahan. Perubahan
peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar
siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan
eksistensi diri dalam alur peradaban.
Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena
penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan,
pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter
bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam
realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki kekuatan
formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang
29

Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir


Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
sebagai
dasar
legal pengakuan atas profesi guru dengan segala
dimensinya.
Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen
telah menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi
oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator
lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
diikuti dengan beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi
kebijakan, seperti tersaji pada Gambar 1.1.

30

Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru

Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan


pengembangan profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas kedudukan
guru sebagai tenaga profesional. Pada tahun 2012 dan seterusnya
pembinaan dan pengembangan profesi guru harus dilakukan secara
simultan, yaitu mensinergikan dimensi analisis kebutuhan, penyediaan,
rekruitmen,
seleksi,
penempatan, redistribusi, evaluasi kinerja,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, dan
sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk hukum baru yang
mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan
keselarasan dimensi-dimensi dan institusi yang terkait.
2. Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional
Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang
profesional sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama
tuanya dengan sejarah peradaban pendidikan. Di Indonesia, khusus untuk
guru, dilihat dari dimensi sifat dan substansinya, alur untuk mewujudkan
guru yang benar-benar profesional, yaitu: (1) penyediaan guru berbasis
perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis sekolah, (3)
profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan (4) profesionalisasi
guru berbasis individu atau menjadi guru madani.
Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang
Guru telah menggariskan bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan
lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang dalam buku ini disebut
sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut dua produk
hukum ini, lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah
31

perguruan
tinggi
yang
diberi
tugas
oleh
pemerintah
untuk
menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan
menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu
kependidikan dan nonkependidikan.
Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurangkurangnya S1/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah
memiliki
keduanya,
statusnya
diakui
oleh
negara sebagai guru
profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun PP No.
74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya
yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan
yang memenuhi syarat sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh
dan dinyatakan lulus pendidikan profesi. Dua produk hukum ini
menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi ditetapkan oleh menteri,
yang sangat mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi.
Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting yang
dapat disadap dari dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta
pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV. Kedua, sertifikat pendidik bagi guru
diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik
bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap
tahun ditetapkan oleh Menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri
dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan
melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi.
Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang
mencakup penguasaan: (1) wawasan
atau
landasan
kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau
silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata
pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya;
dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara
konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran,
dan/atau program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan
secara holistik dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang
mencerminkan
penguasaan
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.
Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008
mengisyaratkan bahwa ke depan hanya seseorang yang berkualifikasi
32

akademik sekurang-kurangnya S1 atau D-IV dan memiliki sertifikat


pendidiklah yang legal direkruit sebagai guru. Jika regulasi ini dipatuhi
secara taat asas, harapannya tidak ada alasan calon guru yang direkruit
untuk bertugas pada sekolah-sekolah di Indonesia berkualitas di bawah
standar. Namun demikian, ternyata setelah mereka direkruit untuk menjadi
guru, yang dalam skema kepegawaian negara untuk pertama kali berstatus
sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) guru, mereka belum bisa
langsung bertugas penuh ketika menginjakkan kaki pertama kali di kampus
sekolah. Melainkan, mereka masih harus memasuki fase prakondisi yang
disebut dengan induksi.
Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan
dibimbing dan dipandu oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar
satu tahun, agar benar-benar siap menjalani tugas-tugas profesional. Ini pun
tentu tidak mudah, karena di daerah pinggiran atau pada sekolah-sekolah
yang nun jauh di sana, sangat mungkin akan menjadi tidak jelas guru
seperti apa yang tersedia dan bersedia menjadi mentor sebagai tandem
itu. Jadi, sunggupun guru yang direkruit telah memiliki kualifikasi minimum
dan sertifikat pendidik, yang dalam produk hukum dilegitimasi sebagai telah
memiliki kewenangan penuh, masih diperluan program induksi untuk
memposisikan mereka menjadi guru yang benar-benar profesional.
Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan
fase yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan
ditempatkan sebagai guru. Program induksi merupakan masa transisi bagi
guru pemula (beginning teacher) terhitung mulai dia petama kali
menginjakkan kaki di sekolah atau satuan pendidikan hingga benar-benar
layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara
mandiri.
Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis
dan empiris lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman
teoritis calon guru di kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja,
suasananya akan lain. Persoalan mengajar bukan hanya berkaitan dengan
materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya,
melainkan semua subsistem yang ada di sekolah dan di masyarakat ikut
mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh guru, baik di
dalam maupun di luar kelas. Di sinilah esensi progam induksi yang tidak
dibahas secara detail di dalam buku ini.
Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian
secara
rutin
keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak
berhenti di situ. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah esensi
33

pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat


dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan,
workshop, magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa ini
menjadi penting, karena secara umum guru pemula masih memiliki
keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.
3. Alur Pengembangan Profesi dan Karir
Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin
nyata. Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional
berfungsi mengangkat martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Aktualitas tugas dan fungsi
penyandang profesi guru berbasis pada prinsip-prinsip: (1) memiliki bakat,
minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen untuk
meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
(3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8)
memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan
mengatur
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
tugas
keprofesionalan guru.
Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan
perspektif dan pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74
Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik guru
kelas, guru bidang studi/mata pelajaran, maupun guru bimbingan dan
konseling atau konselor; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala
sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti tertuang pada
Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam
pengembangan profesi dan karir profesi guru di masa depan.

34

Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak
ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada
pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan
jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak
berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan yang profesional pula.
Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi menghadirkan
guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan, kesejahteraan,
perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka
terjamin.
Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut melakukan profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan
profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan
pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan
atas
prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang,
studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara
umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu,
akses, dan sebagainya.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara
pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang
sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan
kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau DIV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada
perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga
35

kependidikan
terakreditasi.

dan/atau

program

pendidikan

nonkependidikan

yang

Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah


memiliki sertifikat pendidik dilakukan
dalam
rangka
menjaga
agar
kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olah raga.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui
sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang
dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan
kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan,
kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan
karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional
mereka.
Pola
pembinaan
dan pengembangan profesi dan karir guru
tersebut, sebagaimana disajikan pada Gambar 1.3., diharapkan dapat
menjadi acuan bagi institusi terkait dalam melaksanakan pembinaan profesi
dan karir guru.

Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan


kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan
dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan
kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk
memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan
terhadap guru.
36

Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru


mengamanatkan bahwa terdapat
dua
alur
pembinaan
dan
pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan
profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi
guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.
Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan
pembinaan dan pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat
kompetensi di atas. Namun demikian, kebutuhan guru akan program
pembinaan dan pengembangan profesi beragam sifatnya. Kebutuhan
dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman
tengtang
konteks
pembelajaran, penguatan penguasaan materi,
pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman
tentang teori-teori terkini.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh
institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah,
penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan,
program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru
kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh
kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran,
desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program
pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau
memodifikasi/mengadopsi program sejenis.
Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari
pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam
kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk
ranah peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua jalur.
Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka kredit.
Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang luar
biasa.
4. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan
Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan
demikian, kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus
dilakukan secara kontinyu, dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan
penyiapan
calon
guru,
rekruitmen,
penempatan,
penugasan,
pengembangan profesi dan karir (lihat Gambar 1.4), hingga menjadi guru
profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus.
Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya adalah
guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat
37

otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual


tinggi.
Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian
kinerja dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru
dilakukan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Atas dasar
itu dapat
dirumuskan profil dan peta kinerja dan kompetensinya. Kondisi nyata itulah
yang menjadi salah satu dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan
demikian, hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi menjadi salah satu
basis utama desain program peningkatan kompetensi guru.
Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan
salah satu langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi
guru secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang
pada Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Penilaian kinerja
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya dalam
melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga
akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai
dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi,
maupun guru bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru dilakukan secara
periodik dan sistematis untuk mengetahui prestasi kerjanya, termasuk
potensi pengembangannya.

Di samping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun


perlu diketahui tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji
kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kondisi
38

nyata guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil


uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu,
sekaligus menentukan kelayakannya.
Dengan demikian, tujuan uji
kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten
atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan.
Dengan
demikian, kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan
pertimbangan empiris yang kuat. Penilaian kinerja dan uji kompetensi guru
esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan segala
cabang aktifitasnya perlu disertai dengan upaya memberi penghargaan,
perlindungan, kesejateraan, dan pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu
yang relevan dengan masa depan manajemen guru, memerlukan formulasi
yang sistemik dan sistematik terutama sistem penyediaan, rekruitmen,
pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan
kualifikasi,
penilaian
kinerja,
uji
kompetensi,
penghargaan
dan
perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian
berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah
khusus.
5. Kebijakan Pemerataan Guru
Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota,
dan antarprovinsi. Hal tersebut menunjukkan betapa rumitnya persoalan
yang berkaitan dengan penataan dan pemerataan guru di negeri tercinta ini.
Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk memecahkan
persoalan rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut dengan
menetapkan Peraturan Bersama Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg
PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan
Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Peraturan ini
ditandatangani
tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012. Dalam
peraturan bersama ini antara lain dinyatakan, bahwa untuk menjamin
pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan, antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi dalam upaya
mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara
nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, guru pegawai negeri
sipil dapat dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota,
dan provinsi lain.
a. Kebijakan dan Pemerataan Guru
Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri,
Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai
Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari
2012 secara eksplisit menyatakan bahwa:
1) Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
secara nasional ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.
39

Demikian juga Menteri Pendidikan Nasional mengkoordinasikan dan


memfasilitasi pemindahan untuk penataan dan pemerataan guru PNS
pada provinsi yang berbeda berdasarkan data pembanding dari
Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dalam memfasilitasi penataan
dan pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota, Menteri
Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Agama.
2) Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
3) Menteri
Dalam
Negeri
berkewajiban
untuk
mendukung
pemerintah daerah dalam hal penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
untuk memenuhi standardisasi teknis yang dikeluarkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional serta memasukkan unsur penataan dan
pemerataan guru PNS ini sebagai bagian penilaian kinerja
pemerintah daerah.
4) Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan,
antar-jenjang,
dan
antarjenis
pendidikan
sebagai bagian
dari kebijakan
penataan PNS secara nasional melalui aspek pendanaan di
bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan negara.
5) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi mendukung penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
melalui penetapan formasi guru PNS.
6) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
membuat perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
yang menjadi tanggung jawab masing-masing.
b. Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota
1) Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru,
gubernur bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau kekurangan guru PNS.
2) Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan
dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan
antarjenis
pendidikan
di
satuan
pendidikan
yang
diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan
40

dan kekurangan guru PNS.


3) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru
PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah
kerjanya sesuai dengan kewenangannya.
4) Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemin-dahan
guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antar-satuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah
kerjanya sesuai dengan kewenangannya.
5) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
sesuai dengan kebutuhan dan kewenangannya untuk penataan dan
pemerataan antarkabupaten/kota dalam satu wilayah provinsi.
6) Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan didasarkan pada analisis
kebutuhan dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan
standardisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional.
7) Analisis kebutuhan disusun dalam suatu format laporan yang
dikirimkan kepada Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama
sesuai dengan kewenangannya masing-masing dan diteruskan ke
Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan.
Dalam kerangka pemerataan guru, diperlukan pemantauan dan
evaluasi. Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian integral yang tak
terpisahkan dalam kegiatan penataan dan pemerataan guru, khususnya
guru PNS. Oleh karena itu secara bersama-sama Menteri Pendidikan
Nasional, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menneg PAN dan RB,
dan Menteri Keuangan wajib memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Sedangkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarpendidikan di kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur sesuai dengan
masing-masing wilayahnya.
Termasuk dalam kerangka ini, diperlukan juga pembinaan dan
pengawasan. Norma-norma umum pembinaan dan pengawasan disajikan
berikut ini.
1) Secara Umum, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
penataan
dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan dilaksanakan oleh Menteri
41

Dalam Negeri.
2) Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Menteri Pendidikan
Nasional.
3)

Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan


penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antar-satuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah di lingkungan
Kementerian Agama.

4) Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah
kabupaten/kota.
Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, atau
antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dibebankan pada APBN, dan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan
antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dibebankan pada APBD provinsi.
Sedangkan pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota,
atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah kabupaten/kota dibebankan pada APBD kabupaten/kota.
Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan
berikut ini.
1) Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada
Gubernur paling lambat bulan Februari tahun berjalan. Kemudian
Gubernur mengusulkan perencanaan seperti tersebut di atas, dan
perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya
kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan
kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Maret tahun
berjalan.
2) Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
42

antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada


Gubernur paling lambat bulan April tahun berjalan. Kemudian
Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru
PNS kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai
dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Mei
tahun berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
dan Menteri Keuangan.
3) Menteri Agama menyampaikan informasi tentang perencanaan dan
pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah
kerjanya dan menyampaikannya kepada Menteri Pendidikan
Nasional, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi paling lambat bulan Mei
tahun berjalan.
4) Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru
PNS dan informasi dari Kementerian Agama tersebut di atas, Menteri
Pendidikan Nasional melakukan evaluasi dan menetapkan capaian
penataan dan pemerataan guru PNS secara nasional paling
lambat bulan Juli tahun berjalan.
5) Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional
kepada Menteri Keuangan, Menteri
Negara
Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam
Negeri untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan.
Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini adalah
sebagai berikut:
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian atau
seluruh bantuan finansial fungsi pendidikan dan memberikan
rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai dengan kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada Bupati/Walikota atau
Gubernur yang tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan di daerahnya.
2) Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menunda
pemberian formasi guru PNS kepada Pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
43

3) Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan dapat


melakukan penundaan penyaluran dana perimbangan kepada
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri
memberikan
penilaian kinerja
kurang
baik
dalam
penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru PNS
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
C. Peningkatan Kompetensi
1. Esensi Peningkatan Kompetensi
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar
maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang.
Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan
kompetensinya agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi
pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan,
metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu guru
mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan
peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan
tantangan
pada
zamannya.
Sebaliknya,
ketidakmauan
dan
ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan t
u n t u t a n perkembangan lingkungan profesinya justru akan menjadi
salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan dan
pembelajaran.
Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak
kalangan yang meragukan kompetensi guru
baik dalam bidang studi
yang diajarkan maupun bidang lain yang mendukung terutama bidang
didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan karena
didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru
yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi
ini juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video
terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel melengkapi bukti
keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi tersebut
di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh
ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini
mencerminkan betapa masih banyak guru yang tidak berusaha
meningkatkan dan memutakhirkan profesionalismenya.
Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah
44

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut


reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi,
baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial.
Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi
yang dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk
menggunakan TIK membawa dampak pada siswa paling tidak dalam dua
hal. Pertama, siswa hanya terbekali dengan kompetensi yang sudah
usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan pembelajaran tidak siap terjun
ke dunia kehidupan nyata yang terus berubah.
Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang
kondusif bagi tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan karena tidak didukung oleh penggunaan teknologi
pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada kenyataan
bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik
terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya.
Sebagaimana
ditekankan
dalam
prinsip
percepatan
belajar
(accelerated learning), kecenderungan materi yang harus dipelajari anak
didik yang semakin hari semakin bertambah jumlah, jenis, dan tingkat
kesulitannya, menuntut dukungan strategi dan teknologi pembelajaran
yang secara terus-menerus disesuaikan pula agar pembelajaran dapat
dituntaskan dalam interval waktu yang sama.
Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem organisasi
pendidikan secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu
menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan
modern, perlu mengembangkan sekolah sebagai sebuah organisasi
pembelajar. Di antara karakter utama organisasi pembelajar adalah
mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya
penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya.
2. Prinsip-Prinsip Peningkatan Kompetensi dan Karir
a. Prinsip-prinsip Umum
Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1) Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa.
2) Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
3) Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat.
4) Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengem45

bangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran.


5) Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta
dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
b. Prinsip-prinsip Khusus
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan
dalam
kompetensi
dan indikator harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi
guru
sebagai tenaga pendidik profesional yakni memiliki kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
3) Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru
berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara
kompetensi dan indikator.
5) Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator
dapat mengikuti perkembangan Ipteks.
6) Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.
7) Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk
diberdayakan melalui proses pembinaan dan pengembangan
profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional.
8) Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya
dengan mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan
berdasarkan indikator-indikator terukur dari kompetensi profesinya.
9) Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan
karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang
bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka
membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan
atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa
menjalani hidup bersama orang lain.
10) Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan
untuk
mampu
meningkatkan
kompetensinya
secara
berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional
dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
11) Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
12) Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir
guru dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan
kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru.
13) Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir
guru
dilaksanakan
secara berjenjang berdasarkan jenjang
kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada
standar kompetensi.
46

14)

Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir


guru
dilaksanakan
sejalan
dengan
perkembangan
ilmu
pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan
penyegaran kompetensi guru;
15) Akuntabel, pembinaan
dan
pengembangan
profesi
dan
karir guru dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada
publik;
16) Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan
karir guru harus mampu memberikan informasi yang bisa
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat oleh
pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam
upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru.
17) Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan
karir guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan
sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
3. Jenis Program
Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi
dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara
lain seperti berikut ini.
a. Pendidikan dan Pelatihan
1) Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan
yang dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, sekolah atau
tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan.
Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran
bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan
karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat
dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang
belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat
lebih menghemat waktu dan biaya.
2)

Program magang. Program magang adalah pelatihan yang


dilaksanakan di institusi/industri yang relevan dalam rangka
meningkatkan kompetensi professional guru. Program magang ini
terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan
selama priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan
yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai alternatif
pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu khususnya
bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan pengalaman nyata.

3) Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat


dilaksanakan bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta
dalam keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah
47

atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan melalui mitra sekolah


diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan
yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti
pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.
4) Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh
dapat
dilaksanakan
tanpa menghadirkan instruktur dan peserta
pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem
pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui
belajar jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak
semua guru terutama di daerah terpencil dapat mengikuti pelatihan
di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota
kabupaten atau di propinsi.
5) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini
dilaksanakan di P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi
wewenang, di mana program pelatihan disusun secara berjenjang
mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang
pelatihan disusun berdasarkan
tingkat
kesulitan
dan
jenis
kompetensi.
Pelatihan
khusus
(spesialisasi) disediakan
berdasarkan
kebutuhan
khusus
atau
disebabkan
adanya
perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.
6) Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus
singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk
melatih meningkatkan kompetensi guru dalam beberapa kemampuan
seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah,
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan
lain-lain sebagainya.
7)

Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini


dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki
kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas
mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi
dengan rekan sejawat dan sejenisnya.

8) Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan


lanjut juga merupakan alternatif bagi pembinaan profesi guru di
masa mendatang. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini
dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar, baik di dalam
maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan
pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang
dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi.
b. Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan
48

1) Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara


berkala dengan topik sesuai dengan masalah yang di alami di
sekolah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat
memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi
dan pengembangan karirnya.
2) Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan
pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan
berkelanjutan profesi guru dalam meningkatkan kompetensi guru.
Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk
berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan
dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
3) Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun
pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam
kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus,
penulisan RPP, dan sebagainya.
4) Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk
penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis
yang lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.
5) Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat
berbentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang
pendidikan.
6) Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat
guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana,
maupun bahan ajar elektronik (animasi pembelajaran).
7) Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang
dibuat guru dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat untuk
masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang memiliki nilai
estetika yang diakui oleh masyarakat.
4. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa guru
memiliki peran strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan
mutu peserta didik. Perubahan mendasar yang terkandung dalam
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 dibandingkan dengan
regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja guru yang
sebelumnya lebih bersifat administratif menjadi lebih berorientasi
praktis, kuantitatif, dan kualitatif, sehingga diharapkan para guru akan lebih
bersemangat untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitasnya. Dalam
Permenneg PAN dan RB ini, jabatan fungsional terdiri dari empat jenjang,
yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama.
Setiap tahun, guru harus dinilai kinerjanya secara teratur melalui
49

Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) dan wajib mengikuti Pengembangan


Keprofesian Berkelanjutan (PKB). PKB tersebut harus dilaksanakan sejak
guru
memiliki
golongan
kepangkatan
III/a
dengan
melakukan
pengembangan diri, dan sejak golongan kepangkatan III/b guru wajib
melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Untuk naik dari
golongan kepangkatan IV/c ke IV/d guru wajib melakukan presentasi ilmiah.
Gambar 2.1. menunjukkan keterkaitan antara PKB, PK Guru, dan
pengembangan karir guru.

PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai


perwujudan hasil PK Guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri.
Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah standar kompetensi
yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru diwajibkan untuk
mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk
mencapai kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara itu, guru yang
hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang
disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan
kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan masa depan dalam
pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan sekolah
dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada
peserta didik.
Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui
sebagai salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk
pengembangan karir guru dan kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru,
selain kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Kegiatan PKB diharapkan dapat
menciptakan
guru yang profesional, yang bukan hanya sekadar memiliki
ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga memiliki kepribadian yang matang.
50

Dengan kepribadian yang prima dan penguasaan IPTEK yang kuat, guru
diharapkan terampil dalam menumbuhkembangkan minat dan bakat
peserta didik sesuai dengan bidangnya.
Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan
kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah yang berimbas pada
peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut
ini.
a.
Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi
yang ditetapkan.
b. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru
dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dalam memenuhi
tuntutan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di masa
mendatang.
c. Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
d. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi
guru.
e. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.
Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian
mendapatkan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk
meningkatkan potensi diri secara optimal, sehingga mereka memiliki
kepribadian kuat dan berbudi pekerti luhur untuk berperan aktif dalam
pengembangan iImu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki kepribadian yang kuat
sesuai
dengan profesinya;
sehingga
selama
karirnya
mampu
menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan
belajar peserta didik menghadapi kehidupan di masa datang.
Dengan PKB untuk guru, bagi sekolah/madrasah diharapkan
mampu menjadi sebuah organisasi pembelajaran yang efektif; sehingga
sekolah/madrasah dapat menjadi wadah untuk peningkatan kompetensi,
dedikasi, dan komitmen guru dalam memberikan layanan pendidikan yang
berkualitas kepada peserta didik. Bagi orang tua/masyarakat, PKB untuk
guru bermakna memiliki jaminan bahwa anak mereka di sekolah akan
memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan
kemampuan
masing-masing.
Bagi
pemerintah,PKB
untuk
guru
dimungkinkan dapat memetakan kualitas layanan pendidikan sebagai dasar
untuk menyusun dan menetapkan kebijakan
pembinaan dan
pengembangan profesi guru dalam menunjang pembangunan pendidikan;
sehingga pemerintah dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang
cerdas, kompetitif dan berkepribadian luhur.
PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan
51

meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidangbidang yang berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara
profesional
dapat
memelihara,
meningkatkan,
dan
memperluas
pengetahuan
dan
keterampilannya
untuk
melaksanakan
proses
pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu diharapkan
mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
peserta didik.
PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB
membentuk suatu siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan refleksi. Gambar 2.2 menunjukkan siklus kegiatan PKB bagi
guru. Melalui siklus kegiatan pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu mempercepat pengembangan
pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan karirnya.

Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di sekolah,


baik oleh guru secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan
guru lain dalam satu sekolah. Kegiatan PKB melalui jaringan sekolah dapat
dilakukan
dalam satu rayon (gugus), antarrayon dalam kabupaten/kota
tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui jaringan kerjasama
sekolah antarnegara serta kerjasama sekolah dan industri, baik secara
langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui
jaringan
antara
lain
dapat
berupa:
kegiatan
KKG/MGMP;
pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke sekolah lain, dunia usaha,
industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari sekolah lain,
komite sekolah, dinas pendidikan, pengawas, asosiasi profesi, atau dari
instansi lain yang relevan.
Jika kegiatan PKB di sekolah dan jaringan sekolah belum memenuhi
kebutuhan
pengembangan
keprofesian
guru,
atau
guru
masih
52

membutuhkan pengembangan lebih lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan


dengan menggunakan sumber kepakaran luar lainnya. Sumber kepakaran
lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK, Perguruan Tinggi atau institusi
layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau institusi layanan luar negeri
melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan jejaring
virtual atau TIK.
Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan
kompetensi dapat dilakukan oleh guru dan di sekolah mereka sendiri.
Beberapa program dimaksud disajikan berikut ini.
a. Dilakukan oleh guru sendiri:
1) menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap
pelajarannya;
2) menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa, dll);
3) mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan
pembelajaran;
4) membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan
profesi; dan
5) mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh.
b. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain:
1) mengobservasi guru lain;
2) mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang
mengajar;
3) mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching);
4) bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan investigasi
terhadap permasalahan yang dihadapi di sekolah;
5) membahas artikel atau buku dengan guru lain; dan
6) merancang persiapan mengajar bersama guru lain.
c. Dilakukan oleh sekolah :
1) training day untuk semua sumber daya manusia di sekolah (bukan
hanya guru);
2) kunjungan ke sekolah lain; dan
3) mengundang nara sumber dari sekolah lain atau dari instansi lain.
Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan
keprofesian berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti
berikut ini.
a. Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk
mengembangkan diri. Hak tersebut perlu diimplementasikan secara
teratur, sistematis, dan berkelanjutan.
b. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak merata, proses penyusunan program PKB harus
53

dimulai dari sekolah. Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada


setiap guru untuk mengikuti program PKB minimal selama tujuh hari
atau 40 jam per tahun. Alokasi tujuh hari tersebut adalah alokasi
minimal.
Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
dan/atau
sekolah
berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu, termasuk
penyediaan anggaran untuk kegiatan PKB.
c. Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksi-mal
mungkin
dan
secara berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari per
tahun sebenarnya tidak cukup, sehingga guru harus tetap berusaha
pada kesempatan lain di luar waktu tujuh hari tersebut. Keseriusan guru
untuk mengembangkan dirinya merupakan salah satu hal yang
diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses pembelajaran yang
akan dievaluasi kinerja tahunannya.
d. Proses
PKB
bagi
guru
harus
dimulai
dari
guru
sendiri.
Sebenarnya guru tidak bisa dikembangkan oleh orang lain jika
dia belum siap untuk berkembang. Pihak-pihak yang mendapat tugas
untuk membina guru perlu menggali sebanyak-banyaknya dari guru
tersebut (tentang keinginannya, kekhawatirannya, masalah yang
dihadapinya, pemahamannya tentang proses belajar-mengajar, dsb)
sebelum memberikan masukan/saran.
e.

Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus


meli-batkan guru secara aktif sehingga
betul-betul
terjadi
perubahan
pada
dirinya,
baik
dalam penguasaan
materi, pemahaman
konteks,
keterampilan,
dan
lain-lain. Jenis pelatihan
tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam jumlah
besar tetapi tidak melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari.

Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta


praktik-praktik pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan
profesionalismenya. Analisis kebutuhan dan ketentuan tersebut mencakup
antara lain:
a. Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang
guru yang berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi
yang telah ditetapkan (guru pendamping).
b. Guru pendamping tersebut berasal dari sekolah yang sama dengan
guru binaannya atau dipilih dari sekolah lain yang berdekatan, apabila
di sekolahnya tidak ada guru pendamping yang memenuhi kompetensi.
c. Setiap sekolah mempunyai seorang koordinator PKB tingkat sekolah,
yaitu seorang guru yang berpengalaman. Sekolah yang mempunyai
banyak guru boleh membentuk sebuah tim PKB untuk membantu
Koordinator PKB, sedangkan sekolah kecil dengan jumlah guru
yang
terbatas, terutama sekolah dasar, sangat dianjurkan untuk
54

bekerja sama dengan sekolah lain di sekitarnya. Dengan demikian,


seorang Koordinator PKB bisa mengkoordinasikan kegiatan PKB di
beberapa sekolah.
d. Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menunjuk dan mene-tapkan
seorang Koordinator PKB tingkat kabupaten/kota (misalnya pengawas
yang bertanggung jawab untuk gugus sekolah tertentu).
e. Sekolah, KKG/MGMP serta Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota harus
merencanakan kegiatan PKB dan mengalokasikan anggaran untuk
kegiatan tersebut. Kegiatan PKB harus sejalan dengan visi dan misi
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
f. Sekolah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas
tambahannya sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB
tingkat sekolah maupun dalam mengikuti kegiatan PKB tidak
mengurangi kualitas pembelajaran siswa.
PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai
standar kompetensi dan/atau meningkatkan kompetensinya agar guru
mampu memberikan layanan pendidikan secara profesional. Pencapaian
dan peningkatan kompetensi tersebut akan berdampak pada peningkatan
keprofesian guru dan berimplikasi pada perolehan angka kredit bagi
pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun
2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang dapat dinilai angka
kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru melalui kegiatan
pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif guru yang
dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru. Dengan
demikian, guru akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas
tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama guru adalah
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenis dan jenjang
pendidikan, sedangkan tugas tambahan adalah tugas lain guru yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, seperti tugas sebagai kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, dan kepala
perpustakaan.
Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan
yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang
sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing.
Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa diklat
fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang
bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.

55

Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti


pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan
guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan bertujuan untuk
meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Beberapa contoh
bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya atau
kegiatan
bersama
untuk
menyusun dan/atau mengembangkan
perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/atau media
pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar,
koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai
pembahas maupun peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai
dengan tugas dan kewajiban guru.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam
kegiatan pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun
kegiatan kolektif guru, antara lain: (1) penyusunan RPP, program kerja,
dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan
bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian
proses dan hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan
pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam
pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan
kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8)
penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif;
(10)
kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya; dan (11)
peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugastugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.
Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan diri ini harus
berkualitas, dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator PKB di
sekolah secara sistematik dan terarah sesuai kebutuhan. Kegiatan
pengembangan diri yang berupa diklat fungsional harus dibuktikan
dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil pelatihan
yang disahkan oleh kepala sekolah. Sementara itu, kegiatan
pengembangan diri yang berupa kegiatan kolektif guru harus
dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan per kegiatan yang
disahkan oleh kepala sekolah. Jika guru mendapat tugas tambahan
sebagai kepala sekolah, laporan dan bukti fisik pendukung tersebut
harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi.
Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu
didesiminasikan kepada guru- guru yang lain, minimal di sekolahnya
masing-masing, sebagai bentuk kepedulian dan wujud kontribusi dalam
peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan dapat
mempercepat proses peningkatan dan pengembangan sekolah
secara
utuh/menyeluruh.
Guru
bisa memperoleh penghargaan
berupa
angka
kredit
tambahan
sesuai
perannya
sebagai
56

pemrasaran/nara sumber.
b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan
kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap
peningkatan
kualitas
proses
pembelajaran
di
sekolah
dan
pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah
mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1) Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak
sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar,
lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang
diselenggarakan pada tingkat sekolah, KKG/MGMP, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, maupun internasional.
2) Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu
bidang pendidikan formal.
Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan
ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan
ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan.
Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu
atau minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di sekolah
masing-masing. Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala
sekolah dan disimpan di perpustakaan sekolah. Bagi guru yang
mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, karya
ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat.
3) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau
pedoman
guru.
Buku
yang dimaksud dapat berupa buku
pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku pelengkap,
modul/diktat
pembelajaran
per
semester,
buku
dalam
bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru.
Buku termaksud harus tersedia di perpustakaan sekolah tempat
guru bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan
pernyataan keaslian dari kepala sekolah atau dinas pendidikan
setempat bagi guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai
kepala sekolah.
c. Karya Inovatif
Karya
inovatif
adalah
karya
yang
bersifat
pengembangan,
modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru
terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan
pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya
inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna,
penemuan/peciptaan
atau
pengembangan
karya
seni,
pembuatan/modifikasi
alat
pelajaran/peraga/praktikum,
atau
penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat
nasional maupun provinsi.
57

Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus


dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga
dan
meningkatkan
profesionalismenya,
tidak
sekadar
untuk
pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit
seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan
pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib melakukan
kegiatan PKB.
5. Uji Kompetensi
Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji
kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil kompetensi guru
menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru
tersebut.
Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan
menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar
kompetensi yang diujikan.
Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan
pertimbangan empiris yang kuat, sehingga bisa dipertanggungjawabkan
baik secara akademik, moral, maupun keprofesian. Dengan demikian,
disamping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi salah satu basis
utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi
esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki
guru
berkenaan
dengan karakteristik peserta didik dilihat dari
berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus
mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes
yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang
guru harus mampu mengembangkan kurikulum di
tingkat satuan
pendidikan masing- masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan kemampuannya
di
kelas,
dan
harus
mampu
melakukan
penilaian
terhadap
kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan
dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu:
1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek
58

fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.


2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan
bidang pengembangan yang diampu.
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
8) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
9)
Melakukan tindakan
reflektif
untuk
peningkatan
kualitas
pembelajaran.
b. Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan
bangga akan tugas yang dipercayakan
kepadanya
untuk
mempersiapkan kualitas generasi masa depan bangsa. Walaupun
berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
tugas, guru harus tetap tegar dalam melaksakan tugas sebagai seorang
pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua
berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik
harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai
yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,
mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai
anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses
pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian
peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan
peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai
buku,
menghargai
waktu,
belajar
bagaimana
cara
belajar,
mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat.
Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai
kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas
kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
59

teladan bagi peserta didik dan masyarakat.


3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa.
4) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang
perlu dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya seharihari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam
rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan
kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat
akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan
orang tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Kemampuan
sosial
meliputi
kemampuan
guru
dalam
berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai
jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya
dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini.
1) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan
status sosial ekonomi.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat.
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru
mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu
menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan
menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang
materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai
sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet,
selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi
yang disajikan.
dan

Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan


tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam
60

mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut


oleh peserta didik sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran
yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang
tidak pernah putus.
Keaktifan peserta didik harus selalu diciptakan dan berjalan terus
dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru
menciptakan suasana yang dapat mendorong pesertadidik untuk
bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan
fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan
kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi
suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar
sambil bermain, sesuai kontek materinya.
Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik
sebagai ilmu keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip
apersepsi, perhatian, kerja kelompok, dan prinsip- prinsip lainnya.
Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat
melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat.
Diharapkan pula guru dapat menyusun butir soal secara benar, agar tes
yang digunakan dapat memotivasi pesertadidik belajar.
Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi
profesional atau akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut ini.
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
4) Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Seperti dijelaskan di atas, untuk mengetahui kompetensi guru
dilakukan uji kompetensi. Melalui uji kompetensi guru dapat dirumuskan
profil kompetensinya.
Kondisi nyata itulah yang menjadi dasar
peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil uji kompetensi
menjadi basis utama desain program peningkatan kompetensi guru.
Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
penguasaan materi pembelajaran setiap guru. Berdasarkan hasil uji
kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu,
sekaligus menentukan kelayakannya.
Dengan demikian, tujuan uji
kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten
61

atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Pelaksanaan uji
kompetensi dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut
ini.
1. Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan buktibukti yang dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli.
2. Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat menghasilkan
kesimpulan yang relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat
dan asesor yang berbeda.
3.
Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang
disesuikan dengan kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji
kompetensi.
4. Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru,
dimana mereka harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang
ada dengan tidak melihat dari kelompok mana dia berasal.
5. Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber
daya dan waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi
sesuai dengan unjuk kerja yang ditetapkan. Uji kompetensi sebisa
mungkin dilaksanakan di tempat kerja atau dengan mengorbankan
waktu dan biaya yang sedikit.
Uji kompetensi dilakukan dengan
kompetensi dilakukan seperti berikut ini.

strategi

tertentu.

Strategi

uji

1. Dilakukan secara kontinyu bagi semua guru, baik terkait dengan


mekanisme sertifikasi maupun bersamaan dengan penilaian kinerja.
2.
Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya.
3.
Memberi perlakauan khusus untuk jenis guru tertentu, misalnya guru
produktif, normatif, guru TK/LB, atau melalui tes kinerja atau
performance test.
4. Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas dan
reliabilitas tertentu, khusus untuk ranah pengetahuan.
5.
Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi
Latihan dan Renungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa esensi peningkatan kompetensi guru?


Sebutkan jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh guru?
Buatlah penjelasan ringkas mengenai keterkaitan masing-masing jenis
kompetensi guru!
Sebutkan beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru1
Apa yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan?
Sebutkan jenis-jenis program peningkatan kompetensi guru!
Apa esensi uji kompetensi guru?
62

8.

Apa dampak ikutan hasil uji kompetensi bagi guru?

C. Penilaian Kinerja
1. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu
berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan
Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam IPTEK,
memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian.
Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar
ditentukan oleh guru. Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan secara
terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Agar
fungsi dan tugas yang melekat
pada jabatan fungsional guru
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan
penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya proses
pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang
profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh
kualitas layanan profesi guru. Untuk memberi pengakuan bahwa setiap guru
adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas
prestasi kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan terhadap guru di semua
satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas
pada guru yang bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga mencakup guru
yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama.
Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja
guru sebagai m a s u k a n dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru
juga merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam
rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan dalam
Permenneg PAN
dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat dilaksanakan
dengan baik dan obyektif, maka citacita pemerintah untuk menghasilkan
insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing tinggi lebih cepat
direalisasikan.
2. Pengertian
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah
penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka
pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas
utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya dalam penguasaan
pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai
63

kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas Nomor 16


Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta


keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas proses
pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru
dengan tugas tambahan. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang
dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksana-kan
tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan
dalam unjuk kerjanya.
Sebelum mengikuti PK Guru, seorang guru harus mengikuti uji
kompetensi. Berdasarkan hasil uji
kompetensi
ini,
guru
akan
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (1) guru yang sudah
mencapai standar kompetensi minimal yang ditetapkan, dan (2) guru yang
belum memiliki standar kompetensi minimmal yang ditetapkan.
Guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimum yang
ditetapkan diberi kesempatan untuk mengikuti PK Guru. Sebaliknya, guru
yang belum mencapai standar minimum yang ditetapkan, diharuskan
mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) melalui multimode, untuk
kemudian mengikuti uji kompetensi.

64

Jika hasil uji kompetensi memenuhi persyaratan, guru yang


bersangkutan diberi peluang mengikuti PK Guru. Fokus utama PK Guru
adalah (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan
efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3)
keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi
belajar siswa.
Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan
berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru
sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan
insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK Guru
merupakan acuan
bagi
sekolah/madrasah
untuk
menetapkan
pengembangan karir dan promosi guru. Bagi guru, PK Guru merupakan
pedoman untuk mengetahui unsurunsur kinerja yang dinilai dan merupakan
sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka
memperbaiki kualitas kinerjanya, khususnya pada empat fokus utama,
seperti disebutkan di atas.
3. Persyaratan
Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan
praktis.
a. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar
mengukur komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakan
pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah.
b. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan
tinggi jika proses yang dilakukan memberikan hasil yang sama untuk
seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.
c. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh
siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas
yang sama dalam semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan
tambahan.
4. Prinsip Pelaksanaan
Prinsipprinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai berikut.
a. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
b. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang dilakukan guru
dalam melaksanakan tugasnya
seharihari,
yaitu
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran,
pembimbingan, dan/atau
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah meliputi:
1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja),
2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu
ke siswa),
65

3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan


4) motivasi belajar siswa.
c. Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses
harus
memahami
semua dokumen yang terkait dengan sistem
penilaian. Guru dan penilai harus memahami pernyataan kompetensi
dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga keduanya mengetahui
tentang aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan
dalam penilaian.
d. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif
di akhir tahun dengan memperhatikan halhal berikut.
1) Obyektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan
tugas seharihari.
2) Memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada
semua guru yang dinilai.
3) Dapat dipertanggungjawabkan.
4) Bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas
kinerjanya secara berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karir
profesinya.
5) Memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain
yang berkepentingan, untuk memperoleh akses informasi atas
penyelenggaraan penilaian tersebut.
6) Mudah tanpa mengabaikan prinsipprinsip lainnya.
7) Berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.
8) Tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga perlu memperhatikan
proses, yakni bagaimana guru dapat mencapai hasil tersebut.
9) Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus selama
seseorang menjadi guru.
10) Boleh diketahui oleh pihakpihak terkait yang berkepentingan.
5. Aspek yang Dinilai
Seperti telah dijelaskan di muka, guru sebagai pendidik profesional
mempunyai
tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Selain tugas utamanya tersebut, guru juga
dimungkinkan memiliki tugastugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Oleh karena itu, dalam penilaian kinerja guru beberapa
subunsur yang perlu dinilai adalah sebagai berikut.
a. Penilaian
kinerja
yang
terkait
dengan
pelaksanaan
proses
pembelajaran
bagi
guru
mata pelajaran
atau guru kelas,
khususnya berkaitan dengan, (1) disiplin guru (kehadiran, ethos
kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas
transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap
66

dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.


b. Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi
guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor
meliputi
kegiatan
merencanakan dan melaksanakan pembimbingan, mengevaluasi dan
menilai hasil bimbingan, menganalisis hasil evaluasi pembimbingan,
dan melaksanakan tindak lanjut hasil pembimbingan. Seperti halnya
guru mata pelajaran, fokus utama PK bagi guru Bimbingan Konseling
(BK)/Konselor juga mencakup (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja),
(2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu
ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku),
dan (4) motivasi belajar siswa.
yang
terkait
dengan
pelaksanaan
tugas
tambahan
c. Kinerja
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Pelaksanaan tugas
tambahan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas tambahan yang
mengurangi jam mengajar tatap muka dan yang tidak mengurangi jam
mengajar tatap muka. Tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar
tatap muka meliputi: (1) menjadi kepala sekolah/madrasah per tahun;
(2) menjadi wakil kepala sekolah/madrasah per tahun; (3) menjadi
ketua program keahlian/program studi atau yang sejenisnya; (4)
menjadi kepala perpustakaan; atau (5) menjadi kepala laboratorium,
bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya. Tugas tambahan yang
tidak mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan menjadi
dua, yaitu tugas tambahan minimal satu tahun (misalnya menjadi
wali kelas, guru pembimbing program induksi, dan sejenisnya) dan
tugas tambahan kurang dari satu tahun (misalnya menjadi pengawas
penilaian dan evaluasi pembelajaran, penyusunan kurikulum, dan
sejenisnya).
Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas tambahan yang
mengurangai jam mengajar
tatap
muka
dinilai
dengan
menggunakan
instrumen
khusus
yang
dirancang berdasarkan
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas tambahan
tersebut. Tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam mengajar
guru dihargai langsung sebagai perolehan angka kredit sesuai
ketentuan yang berlaku.
6. Prosedur Pelaksanaan
PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran
(penilaian formatif) dan akhir tahun
ajaran
(penilaian
sumatif),
khususnya untuk pertamakalinya. PK Guru formatif digunakan untuk
menyusun profil kinerja guru dan harus dilaksanakan dalam kurun waktu 6
(enam) minggu di awal tahun ajaran. Berdasarkan profil kinerja guru ini dan
hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru secara mandiri,
67

sekolah/madrasah menyusun rencana PKB. Bagi guruguru dengan PK Guru


di bawah standar, maka program PKB diarahkan untuk pencapaian standar
kompetensi tersebut.
Sementara
itu,
bagi
guruguru dengan PK Guru yang telah
mencapai atau di atas standar, program PKB diorientasikan untuk
meningkatkan atau memperbaharui pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dan perilaku keprofesiannya. PK Guru sumatif digunakan untuk menetapkan
perolahan angka kredit guru pada tahun tersebut. PK Guru sumatif
juga digunakan untuk menganalisis kemajuan yang dicapai guru dalam
pelaksanaan PKB, baik bagi guru yang nilainya masih di bawah standar,
telah mencapai standar, atau melebihi standar kompetensi yang
ditetapkan. PK Guru sumatif harus sudah dilaksanakan 6 (enam) minggu
sebelum penetapan angka kredit seorang guru.
Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK Guru
pembelajaran atau pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan PK Guru
untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
Meskipun demikian, secara umum kegiatan penilaian PK Guru di tingkat
sekolah dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan sebagaimana berikut.
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, halhal yang harus dilakukan oleh penilai
maupun guru yang akan dinilai, yaitu:
1) memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem yang
diterapkan dan posisi PK Guru dalam kerangka pembinaan dan
pengembangan profesi guru;
2) memahami pernyataan kompetensi guru yang telah dijabarkan
dalam bentuk indikator kinerja;
3) memahami penggunaan instrumen PK Guru dan tata cara
penilaian yang akan dilakukan, termasuk cara mencatat semua hasil
pengamatan dan pemantauan, serta mengumpulkan dokumen dan
bukti fisik lainnya yang memperkuat hasil penilaian; dan
4) memberitahukan rencana pelaksanaan PK Guru kepada guru yang
akan dinilai sekaligus menentukan rentang waktu jadwal
pelaksanaannya.
b. Tahap Pelaksanaan
Beberapa tahapan PK Guru yang harus dilalui oleh penilai sebelum
menetapkan nilai untuk setiap kompetensi, yaitu:
1) Sebelum pengamatan. Pertemuan awal antara penilai dengan
guru yang dinilai sebelum dilakukan pengamatan dilaksana-kan
di ruang khusus tanpa ada orang ketiga. Pada perte-muan
ini, penilai mengumpulkan dokumen pendukung dan melakukan
diskusi tentang berbagai hal yang tidak mungkin dilakukan pada
saat pengamatan. Semua hasil diskusi, wajib dicatat dalam
68

format
laporan
dan evaluasi per kompetensi sebagai bukti
penilaian kinerja. Untuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah dapat dicatat dalam lembaran lain
karena tidak ada format khusus yang disediakan untuk proses
pencatatan ini.
2) Selama pengamatan. Selama pengamatan di kelas dan/atau di
luar kelas, penilai wajib mencatat semua kegiatan yang dilakukan
oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran atau
pembimbingan, dan/atau dalam pelaksanaan tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Dalam konteks ini,
penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan instrumen yang
sesuai untuk masingmasing penilaian kinerja. Untuk menilai guru
yang melaksanakan proses pembelajaran atau pembimbingan,
penilai menggunakan instrumen PK Guru pembelajaran atau
pembimbingan.
Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas
selama
proses
tatap muka tanpa harus mengganggu proses
pembelajaran. Pengamatan kegiatan pembimbingan dapat dilakukan
selama proses pembimbingan baik yang dilakukan dalam kelas
maupun di luar kelas, baik pada saat pembimbingan individu
maupun kelompok. Penilai wajib mencatat semua hasil pengamatan
pada format laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau
lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Jika diperlukan, proses
pengamatan dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh
informasi yang akurat, valid dan konsisten tentang kinerja seorang
guru
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
atau
pembimbingan.
Dalam proses penilaian untuk tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah, data dan informasi dapat
diperoleh melalui pencatatan terhadap semua bukti yang
teridentifikasi di tempat yang disediakan pada masingmasing
kriteria penilaian. Buktibukti ini dapat diperoleh melalui
pengamatan, wawancara dengan pemangku kepentingan pendidikan
(guru, komite sekolah, peserta didik, dunia usaha dan dunia industri
mitra).
3) Setelah pengamatan. Pada pertemuan setelah pengamatan
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
pembimbingan,
atau
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, penilai dapat mengklarifikasi beberapa aspek
tertentu yang masih diragukan. Penilai wajib mencatat semua hasil
pertemuan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi
tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Pertemuan
dilakukan di ruang khusus dan hanya dihadiri oleh penilai dan
69

guru yang dinilai. Untuk penilaian kinerja tugas tambahan, hasilnya


dapat dicatat pada Format Penilaian Kinerja sebagai deskripsi
penilaian kinerja.
c. Tahap Penilaian
1) Pelaksanaan penilaian
Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi
dengan skala nilai 1, 2, 3, atau 4. Sebelum pemberian nilai
tersebut, penilai terlebih dahulu memberikan skor 0, 1, atau 2
pada
masingmasing
indikator
untuk setiap kompetensi.
Pemberian skor ini harus didasarkan kepada catatan hasil
pengamatan
dan
pemantauan
serta
buktibukti berupa
dokumen lain yang dikumpulkan selama proses PK Guru.
Pemberian nilai untuk setiap kompetensi dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut.
a)

Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masingmasing


indikator setiap kompetensi.
Pemberian skor ini dilakukan dengan cara memban-dingkan
rangkuman catatan hasil pengamatan dan pemantauan di
lembar format
laporan
dan
evaluasi
per kompetensi
dengan indikator kinerja masingmasing kompetensi
b) Nilai setiap kompetensi kemudian direkapitulasi dalam format
hasil penilaian kinerja guru untuk mendapatkan nilai total PK
Guru. Untuk penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, nilai untuk
setiap kompetensi direkapitulasi ke dalam format rekapitulasi
penilaian kinerja untuk mendapatkan nilai PK Guru. Nilai total
ini selanjutnya dikonversikan ke dalam skala nilai sesuai
Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009.
c) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam skala
nilai sesuai dengan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun
2010 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,
selanjutnya dapat ditetapkan sebutan dan persentase angka
kreditnya sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru ke
persentase Angka Kredit
Nilai Hasil PK
Guru
91 100
76 90

Sebutan
Amat baik
B
a

Persentase
Angka kredit
125%
100%

70

61 75

Cukup

75%

51 60

Sedang

50%

50

Kurang

25%

d) Setelah
melaksanakan
penilaian,
penilai
wajib
memberitahukan kepada guru yang dinilai
tentang
nilai
hasil PK Guru berdasarkan bukti catatan untuk setiap
kompetensi. Penilai dan guru yang dinilai melakukan refleksi
terhadap hasil PK Guru, sebagai upaya untuk perbaikan
kualitas kinerja guru pada periode berikutnya.
e) Jika guru yang dinilai dan penilai telah sepakat dengan hasil
penilaian kinerja, maka keduanya menandatangani format
laporan hasil penilaian kinerja guru tersebut. Format ini juga
ditandatangani oleh kepala sekolah.
f) Khusus bagi guru yang mengajar di dua sekolah
atau
lebih (guru multi sekolah/madrasah), maka penilaian
dilakukan di sekolah/madrasah induk. Meskipun demikian,
penilai dapat melakukan pengamatan serta mengumpulkan
data dan informasi dari sekolah/madrasah lain tempat guru
mengajar atau membimbing.
2). Pernyataan Keberatan terhadap Hasil Penilaian
Keputusan penilai terbuka untuk diverifikasi. Guru yang dinilai
dapat mengajukan keberatan terhadap hasil penilaian tersebut.
Keberatan disampaikan kepada Kepala Sekolah dan/atau Dinas
Pendidikan, yang selanjutnya akan menunjuk seseorang yang
tepat
untuk
bertindak
sebagai moderator. Dalam hal ini
moderator dapat mengulang pelaksanaan PK Guru untuk
kompetensi tertentu yang tidak disepakati atau mengulang
penilaian kinerja secara menyeluruh. Pengajuan usul penilaian
ulang harus dicatat dalam laporan akhir. Dalam kasus ini, nilai
PK Guru dari moderator digunakan sebagai hasil akhir PK Guru.
Penilaian ulang hanya dapat dilakukan satu kali dan moderator
hanya bekerja untuk kasus penilaian tersebut.
d. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib
melaporkan hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk
menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut.
Hasil
PK Guru formatif
dilaporkan kepada
kepala sekolah/koordinator PKB sebagai masukan
untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif
71

dilaporkan kepada tim penilai tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau


tingkat pusat sesuai dengan kewenangannya. Laporan PK Guru sumatif ini
digunakan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat
sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka kredit (PAK) tahunan
yang selanjutnya dipertimbangkan untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsional guru. Laporan mencakup: (1) laporan dan evaluasi per
kompetensi sesuai format; (ii) rekap hasil PK Guru sesuai format; dan (iii)
dokumen pendukung lainnya.
Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah dan mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai
dengan menggunakan dua instrumen, yaitu: (i) instrumen PK Guru
pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii) instrumen PK Guru pelaksanaan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Hasil PK
Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan digabungkan dengan
hasil PK Guru pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan sesuai
persentase yang ditetapkan dalam aturan yang berlaku.
7. Konversi Nilai Hasil PK Guru ke Angka Kredit
Nilai kinerja guru hasil PK Guru perlu dikonversikan ke skala nilai menurut
Permenneg PAN
dan RB Nomor
16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Hasil konversi ini selanjutnya
digunakan untuk menetapkan sebutan hasil PK Guru dan persentase
perolehan angka kredit sesuai pangkat dan jabatan fungsional guru.
Sebelum melakukan pengkonversian hasil PK Guru ke angka kredit, tim
penilai harus melakukan verifikasi terhadap hasil PK Guru. Kegiatan
verifikasi ini dilaksanakan dengan menggunakan berbagai dokumen
(Hasil PK Guru yang direkapitulasi dalam Format
Rekap
Hasil
PK
Guru, catatan hasil pengamatan, studi dokumen, wawancara, dan
sebagainya yang ditulis dalam Format Laporan dan Evaluasi per kompetensi
beserta dokumen pendukungnya) yang disampaikan oleh sekolah untuk
pengusulan penetapan angka kredit. Jika diperlukan dan dimungkinkan,
kegiatan verifikasi hasil PK Guru dapat mencakup kunjungan ke
sekolah/madrasah oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau
pusat.
Pengkonversian hasil PK Guru ke Angka Kredit adalah tugas Tim
Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan fungsional guru di tingkat
kabupaten/kota, provinsi, atau pusat. Penghitungan angka kredit dapat
dilakukan di tingkat sekolah, tetapi hanya untuk keperluan estimasi
perolehan angka kredit guru. Angka kredit estimasi berdasarkan hasil
perhitungan PK Guru yang dilaksanakan di sekolah, selanjutnya dicatat
dalam format penghitungan angka kredit yang ditandatangani oleh penilai,
guru yang dinilai dan diketahui oleh kepala sekolah. Bersamasama dengan
angka angka kredit dari unsur utama lainnya (pengembangan diri, publikasi
ilmiah dan karya inovatif) dan unsur penunjang, hasil perhitungan PK Guru
72

yang dilakukan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau


pusat akan direkap dalam daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK)
untuk proses penetapan angka kredit kenaikan jabatan fungsional guru.
a. Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
Konversi nilai PK Guru ke angka kredit dilakukan berdasarkan Tabel 3.4.
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, perolehan
angka kredit untuk pembelajaran atau pembimbingan setiap tahun
bagi guru diperhitungkan dengan menggunakan rumus tertentu.
Seorang Guru yang akan dipromosikan naik jenjang pangkat dan
jabatan fungsionalnya setingkat lebih tinggi, dipersyaratkan harus
memiliki angka kredit kumulatif minimal sebagai berikut.

Tabel 3.4. Persyaratan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat dan


Jabatan Fungsional Guru

Jabatan Guru
Guru Pertama
Guru Muda
Guru Madya

Guru Utama

Pangkat dan
Golongan Ruang
Penata Muda, III/a
Penata Muda Tingkat I, III/b
Penata, III/c
Penata Tingkat I, III/d
Pembina, IV/a
Pembina Tingkat I, IV/b
Pembinaan Utama Muda, IV/c
Pembina Utama Madya, IV/d
Pembina Utama, IV/e

Persyaratan Angka Kredit


kenaikan pangkat dan
Kumulatif jabatan
Kebutuhan Per
minimal
100
150
200
300
400
550
700
850
1.050

jenjang
50
50
100
100
150
150
150
200
-

Keterangan: (1) Angka kredit kumulatif minimal pada kolom 3


adalah jumlah angka kredit minimal yang dimiliki untuk
masingmasing jenjang jabatan/pangkat; dan (2) Angka kredit
pada kolom 4 adalah jumlah peningkatan minimal angka kredit
yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat
lebih tinggi.
73

b. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan


fungsi sekolah/madrasah yang mengurangi jam mengajar tatap muka
guru.
Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah, Kepala Laboratorium, Kepala Perpustakaan, dan sejenisnya)
yang mengurangi jam mengajar tatap muka diperhitungkan
berdasarkan prosentase nilai PK Guru pembelajaran/pembimbingan
dan prosentase nilai PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut.
1) Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK Guru
Bimbingan dan Konseling/Konselor, atau PK Guru dengan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah perlu
diubah terlebih dahulu ke skala 0 100.
2) Masingmasing hasil konversi nilai kinerja guru untuk unsur
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah, kemudian dikategorikan ke dalam
Amat Baik (125%), Baik(100%), Cukup (75%), Sedang (50%), atau
Kurang (25%) sebagaimana diatur dalam Permenneg PAN dan RB No.
16 Tahun 2009.
3) Angka kredit per tahun masingmasing unsur pembelajaran/
pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang diperoleh oleh guru dihitung menggunakan
rumus tertentu.
4)
Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka
kredit tugas tambahan yang relevan
dengan
fungsi
sekolah/madrasah
dijumlahkan
sesuai
prosentasenya
untuk
memperoleh total angka kredit dengan perhitungan sebagai berikut:
a) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah total angka
kreditnya = 25% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 75
angka kredit tugas tambahan sebagai kepala sekolah.
b) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah t
otal
angka
kreditnya
=
50%
angka
kredit
pembelajaran/pembimbingan
+
50%
Angka Kredit
Tugas
Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah.
c) Guru dengan
tugas
tambahan
sebagai
kepala
perpustakaan/laboratorium/bengkel,
atau
ketua
program
keahlian;
total
angka
kredit
=
50%
angka
kredit
pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas
Tambahan sebagai Pustakawan/Laboran.
c. Konversi

nilai

PK

Guru

dengan

tugas

tambahan

lain

yang
74

relevan
dengan
fungsi sekolah/madrasah tetapi tidak mengurangi
jam mengajar tatap muka guru
Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan lain
yang tidak mengurangi jam mengajar
tatap
muka,
langsung
diperhitungkan sebagai perolehan angka kredit guru pada periode
tahun tertentu. Banyaknya tugas tambahan untuk seorang guru
maksimum dua tugas per tahun. Angka kredit kumulatif yang diperoleh
diperhitungkan sebagai berikut.
1) Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi wali
kelas, tim kurikulum, pembimbing guru pemula, dan sejenisnya).
Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK
Guru selama setahun + 5% Angka Kredit Hasil PK Guru selama
setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama
setahun.
2) Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau tugas
tugas sementara (misalnya menjadi pengawas penilaian dan
evaluasi, membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler,
menjadi pembimbing penyusunan publikasi ilmiah dan karya inovatif,
dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka
Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK
Guru selama setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan
selama setahun.
8. Penilai PK Guru
a. Kriteria Penilai
Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala
Sekolah tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah
guru yang dinilai terlalu banyak), maka Kepala Sekolah dapat
menunjuk Guru Pembina atau Koordinator PKB sebagai penilai.
Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan oleh Pengawas Sekolah.
Penilai harus memiliki kriteria sebagai berikut.
1) Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan
jabatan/pangkat guru/kepala sekolah yang dinilai.
2) Memiliki Sertifikat Pendidik.
3) Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai
bidang tugas Guru/Kepala Sekolah yang akan dinilai.
4) Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
5) Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka.
6) Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta
mampu untuk menilai kinerja Guru/Kepala Sekolah.
Dalam hal Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Guru Pembina,
75

dan Koordinator PKB memiliki latar belakang bidang studi yang


berbeda dengan guru yang akan dinilai maka penilaian dapat
dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru Pembina/Koordinator
PKB dari Sekolah lain atau oleh Pengawas Sekolah dari
kabupaten/kota lain yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan
memahami PK Guru.
b. Masa Kerja
Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah
atau Dinas Pendidikan paling lama tiga (3) tahun. Kinerja penilai
dievaluasi secara berkala oleh Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan
dengan memperhatikan prinsipprinsip penilaian yang berlaku. Untuk
sekolah yang berada di daerah khusus, penilaian kinerja guru
dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru Pembina setempat.
Jumlah guru yang dapat dinilai oleh seorang penilai adalah 5
sampai dengan 10 guru per tahun.
9. Sanksi
Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti
melanggar prinsipprinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga menyebabkan
Penetapan Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum.
Sanksi tersebut adalah sebagai berikut.
a.

Diberhentikan sebagai guru atau kepala sekolah dan/atau pengawas


sekolah.
b. Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima
sejak yang bersangkutan melakukan proses PK Guru.
c. Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang
bersangkutan memperoleh dan mempergunakan PAK yang dihasilkan
dari PK Guru.
10. Tugas dan Tanggung Jawab
Setiap pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan PK Guru. Penetapan tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai
dengan semangat otonomi daerah serta mengutamakan prinsipprinsip
efisiensi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Keterkaitan tugas dan tanggung
jawab pihakpihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru, mulai dari
tingkat pusat sampai dengan sekolah. Konsekuensi dari adanya keterkaitan
tersebut, menuntut agar pihak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK
Guru melakukan koordinasi. Tugas dan tanggung jawab masingmasing
pihak dirinci berikut ini.
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
1) Menyusun dan mengembangkan ramburambu pengembangan
76

kegiatan PK Guru.
2) Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru.
3) Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK Guru.
4) Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK
Guru tingkat pusat.
5) Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru.
6) Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru secara
nasional.
7) Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru
kepada Dinas Pendidikan dan sekolah sebagai umpan balik untuk
ditindak lanjuti.
8) Mengkoordinasi dan mensosialisasikan kebijakankebijakan terkait
PK Guru.
b. Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP
1) Menghimpun data profil guru dan sekolah yang ada di daerahnya
berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.
2) Mensosialisasikan, menyeleksi, dan melaksanakan TOT untuk
melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota.
3) Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru yang berada
di bawah kewenangan provinsi dalam bentuk Keputusan Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi.
4) Melaksanakan pendampingan kegiatan PK Guru di sekolah
sekolah yang ada di bawah kewenangannya.
5) Menyediakan pelayanan konsultasi pelaksanaan kegiatan PK
Guru yang ada di bawah kewenangannya.
6) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru di
sekolahsekolah yang ada di bawah kewenangannya.
7) Dinas Pendidikan Provinsi bersamasama dengan LPMP membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru dan
mengirimkannya kepada sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
dan/atau Kemdiknas, cq. unit yang menangani Pendidik.
c.

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota


1) Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah yang
ada di wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.
2) Mensosialisasikan dan melalui koordinasi dengan Dinas
Pendidikan Provinsi dan LPMP melatih penilai PK Guru tingkat
Kabupaten/Kota.
3) Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di
sekolahsekolah yang ada di wilayahnya.
4) Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di
sekolahsekolah yang ada di wilayahnya.
5) Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru bagi guru yang
berada di bawah kewenangannya dalam bentuk Keputusan Kepala
Dinas.
77

6) Mengetahui dan menyetujui program kerja pelaksanaan PK Guru


yang diajukan sekolah.
7) Menyediakan pelayanan konsultasi dan penyelesaian konflik dalam
pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolahsekolah yang ada di
daerahnya.
8) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru untuk
menjamin pelaksanaan yang efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel,
dan sebagainya.
9) Membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru
di sekolah sekolah yang ada di wilayahnya dan mengirimkannya
kepada sekolah, dan/atau LPMP dengan tembusan ke Dinas
Pendidikan Provinsi masingmasing.
d. UPTD Dinas Pendidikan
1) Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah yang
ada di kecamatan wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.
2) Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di
wilayah kecamatannya.
3) Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di
wilayah kecamatannya.
4) Menetapkan dan mengesahkan penilai PK Guru dalam bentuk
Keputusan penetapan sebagai penilai.
5) Menyediakan pelayanan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan
PK Guru yang ada di daerahnya.
6) Memantau dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan
kegiatan PK Guru di tingkat kecamatan untuk disampaikan kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
e. Satuan Pendidikan
1) Memilih dan mengusulkan penilai untuk pelaksanaan PK Guru
2) Menyusun program kegiatan sesuai dengan RambuRambu Penyelenggaraan PK Guru dan prosedur operasional standar penyelenggaraan PK Guru.
3) Mengusulkan rencana program kegiatan ke UPTD atau Dinas
Kabupaten/Kota.
4) Melaksanakan kegiatan PK Guru sesuai program yang telah disusun
secara efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dsb.
5) Memberikan kemudahan akses bagi penilai untuk melaksanakan
tugas.
6) Melaporkan kepada UPTD atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota jika
terjadi permasalahan dalam pelaksanaan PK Guru.
7) Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, administrasi,
keuangan (jika ada) dan pelaksanaan program.
8) Membuat rencana tindak lanjut program pelaksanaan PK Guru untuk
tahun berikutnya.
9) Membantu tim pemantau dan evaluasi dari tingkat pusat,
78

LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, UPTD Dinas Pendidikan


Kabupaten di Kecamatan, dan Pengawas Sekolah.
10) Membuat laporan kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada
Tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional sesuai
kewenangannya sebagai dasar penetapan angka kredit (PAK)
tahunan yang diperlukan untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsional guru. Tim Penilai untuk menghitung dan menetapkan
angka
kredit,
terlebih
dahulu melakukan verifikasi terhadap
berbagai dokumen hasil PK Guru. Pada kegiatan verifikasi jika
diperlukan dan memang dibutuhkan tim penilai dapat mengunjungi
sekolah. Sekolah juga menyampaikan laporan tersebut kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau ke UPTD Pendidikan
Kecamatan.
11) Merencanakan program untuk memberikan dukungan kepada
guru yang memperoleh hasil PK Guru di bawah standar yang d i t e t
apkan.
Latihan dan Renungan
1.
Mengapa penilaian kinerja guru perlu dilakukan secara kontinyu?
2.
Apa tujuan utama penilaian kinerja guru?
3.
Sebutkan dan jelaskan secara ringkat tiga persyaratan penilaian kinerja
guru!
4.
Sebutkan dan jelaskan secara ringkas prinsip-prinsip penilaian kinerja
guru!
5.
Sebutkan tahap-tahap penilaian kinerja guru!
6.
Apa yang Anda ketahui tentang konversi nilai kredit dalam kerangka
penilaian kinerja guru?
E. Pengembangan Karir
1. Ranah Pengembangan Guru
Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru
memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi,
kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu
dan norma etik tertentu.
Secara formal, guru profesional harus memenuhi kualifikasi akademik
minimum S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Guru-guru yang memenuhi kriteria profesional inilah
yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efisien
untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggungjawab.
79

Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan antara


pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang
sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV, seperti disajikan pada Gambar 4.1.
Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum
memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi
program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau
program pendidikan nonkependidikan.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah
memiliki sertifikat pendidik dilakukan
dalam
rangka
menjaga
agar
kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olah raga (PP Nomor 74
Tahun 2008). Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud
dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru
berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan
fungsional.
Kegiatan pengembangan dan peningkatan profesional guru yang
sudah memiliki sertifikat pendidik dimaksud dapat berupa:
kegiatan
kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian,
pendidikan dan pelatihan, pemagangan,
publikasi ilmiah atas hasil
penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif, presentasi pada forum
ilmiah, publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP,
publikasi buku pengayaan, publikasi buku pedoman guru, publikasi
pengalaman lapangan pada pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan
khusus, dan/atau penghargaan atas prestasi atau dedikasi sebagai guru
yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa terdapat
dua
alur
pembinaan
dan
pengembangan
profesi
guru,
yaitu:
pembinaan
dan
pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir,
seperti disajikan pada Gambar 4.2. Pembinaan dan pengembangan
profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.
Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2)
kenaikan pangkat, dan (3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan
karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional guru. Pola
pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut
diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di dalam
melaksanakan tugasnya.
80

Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk


meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan
proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Upaya
peningkatan
kompetensi
dan
profesionalitas
ini
harus
sejalan
dengan upaya memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan, dan
perlindungan terhadap guru. Kegiatan ini menjadi bagian intergral dari
pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan.
2. Ranah Pengembangan Karir
Pembinaan dan pengembangan profesi guru merupakan tanggungjawab
pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi
profesi guru, serta guru secara pribadi. Secara umum
kegiatan itu
dimaksudkan
untuk
memotivasi,
memelihara,
dan
meningkatkan
kompetensi guru
dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan
pembelajaran, yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pembinaan dan pengembangan karir
guru terdiri dari tiga ranah, yaitu: penugasan, kenaikan pangkat, dan
promosi.
a. Penugasan
Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru
bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam rangka melaksanakan
tugasnya,
guru
melakukan
kegiatan
pokok
yang
mencakup:
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, dan
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan
pokok sesuai dengan beban kerja guru.
Kegiatan penugasan guru dalam rangka pembelajaran dapat
dilakukan di satu sekolah sebagai satuan administrasi pangkalnya dan dapat
juga bersifat lintas sekolah. Baik bertugas pada satu sekolah atau lebih,
guru dituntut melaksanakan tugas pembelajaran yang diukur dengan
beban kerja tertentu, yaitu:
1) Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam
tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang
memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
2) Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam
tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit
6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satuan
pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap.
3) Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi beban
81

mengajar yang setara, yaitu jika mengampu bimbingan dan konseling


paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada
satu atau lebih satuan pendidikan.
4) Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang
menyelenggarakan
pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu
wajib memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika paling
sedikit melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu.
5) Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi
ketentuan beban kerja dimaksud, khusus untuk guru-guru yang:
bertugas pada satuan pendidikan layanan khusus, berkeahlian
khusus, dan/atau dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan
nasional.
Agar guru dapat melaksanakan beban kerja yang telah ditetapkan
tersebut secara efektif, maka harus dilakukan pengaturan tugas guru
berdasarkan jenisnya. Pengaturan tugas guru tersebut dilakukan dengan
melibatkan individu dan/atau institusi dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Penugasan sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran
a) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru dapat
memenuhi beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka per
minggu. Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak
dapat memenuhi beban kerja tersebut, kepala sekolah/madrasah
melaporkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi/Kabu-paten/Kota
atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
b) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur
penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling
sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan
yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
c) Dinas
Pendidikan
Kabupaten/Kota/Kantor
Kementerian
Agama
Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru yang belum
memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per
minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan
kewenangannya.
d)

Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan


Nasional dan Kementerian Agama mengatur penugasan guru
yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam
tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada
dalam lingkungan kewenangannya.

e) Apabila pengaturan penugasan guru pada butir 2), 3), dan 4)


belum terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan
masing-masing berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru
82

pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta.


f) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir
5), instansi terkait sesuai kewenangan
masing-masing
memastikan
bahwa setiap guru wajib memenuhi
beban
mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka pada satuan
administrasi pangkal guru dan menugaskan guru pada
sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta untuk dapat
memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per
minggu.
g) Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib
memastikan bahwa guru yang bertugas di daerah khusus,
berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar
pertimbangan kepentingan nasional apabila beban kerjanya
kurang dari 24 jam tatap muka per minggu dapat diberi tugas
ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat tugas
guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan
Menteri Pendidikan Nasional.
2) Penugasan sebagai Guru Bimbingan dan Konseling
a) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru
bimbingan dan konseling dapat memenuhi beban membimbing
paling sedikit 150 peserta didik per tahun. Apabila pada satuan
administrasi pangkalnya guru tidak dapat memenuhi beban
membimbing tersebut, kepala sekolah/madrasah melaporkan
kepada dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/Kota atau Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
b) Dinas
Pendidikan
Provinsi/Kanwil
Kementerian
Agama
mengatur
penugasan
guru bimbingan dan konseling yang
belum memenuhi beban membimbing bimbingan dan konseling
paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan
pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
c) Dinas
Pendidikan
Kabupaten/Kota/Kantor
Kementerian
Agama Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru bimbingan dan
konseling yang belum memenuhi beban membimbing paling
sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan pendidikan yang
ada dalam lingkungan kewenangannya.
d) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan
Nasional dan Kementerian Agama mengatur penugasan guru
bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban
membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke
83

satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.


e) Apabila pengaturan penugasan guru bimbingan dan konseling
pada butir 2), 3), dan 4) belum terpenuhi, instansi terkait sesuai
dengan kewenangan masing-masing berkoordinasi untuk
mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling pada
sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta.
f) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir
5),
instansi
terkait
sesuai
kewenangan
masing-masing
memastikan bahwa setiap guru bimbingan dan konseling wajib
memenuhi beban membimbing paling sedikit 40 peserta didik
pada satuan administrasi pangkal guru dan menugaskan guru
bimbingan dan konseling pada sekolah/madrasah lain, baik negeri
maupun swasta untuk dapat memenuhi beban membimbing
paling sedikit 150 peserta didik per tahun.
Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib
memastikan bahwa guru yang bertugas di daerah khusus,
berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar
pertimbangan kepentingan nasional, apabila beban mengajarnya
kurang dari 24 jam tatap muka per minggu atau sebagai guru
bimbingan dan konseling yang membimbing kurang dari 150 peserta
didik per tahun dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai
dengan kondisi tempat tugas guru yang bersangkutan setelah
mendapat
persetujuan
kementerian pendidikan. Hal ini masih
dalam proses penelaahan yang saksama. Guru berhak dan wajib
mengembangkan dirinya secara berkelanjutan sesuai dengan
perkembangan IPTEKS. Kepala sekolah/madrasah wajib memberi
kesempatan secara adil dan merata kepada guru untuk mengikuti
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
3. Guru dengan Tugas Tambahan
a) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan
wajib mengajar paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik
bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru
bimbingan dan konseling atau konselor.
b) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan
pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam
tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 80
(delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan
pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling atau
konselor.
84

c) Guru dengan tugas tambahan sebagai ketua program keahlian


wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu.
d) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan
satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas)
jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
e) Guru
dengan
tugas
tambahan
sebagai
kerja
kepala
laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan
wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu.
f) Guru yang ditugaskan menjadi pengawas satuan pendidikan,
pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata
pelajaran wajib melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan
profesional guru dan pengawasan yang ekuivalen dengan
paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam pembelajaran tatap
muka dalam 1 (satu) minggu.
g) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan
wajib melaksanakan tugas sebagai pendidik, dengan ketentuan
berpengalaman sebagai guru sekurang-kurangnya delapan tahun
atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun,
memenuhi persyaratan akademik sebagai guru sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, memiliki Sertifikat Pendidik, dan
melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional Guru
dan tugas pengawasan.
Pada sisi lain, guru memiliki peluang untuk mendapatkan
penugasan dalam aneka jenis. Di dalam PP No. 74 Tahun 2008
disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh pemerintah atau
pemerintah daerah dapat ditempatkan pada jabatan struktural sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penempatan guru
pada jabatan struktural dimaksud dapat dilakukan setelah yang
bersangkutan bertugas sebagai guru paling singkat selama delapan
tahun. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural itu dapat
ditugaskan kembali sebagai guru dan mendapatkan hak-hak guru
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural kehilangan haknya
untuk memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan
khusus, dan maslahat tambahan. Hak-hak guru dimaksud berupa
tunjangan profesi dan tunjangan fungsional diberikan sebesar
tunjangan profesi dan tunjangan fungsional berdasarkan jenjang
jabatan sebelum guru yang bersangkutan ditempatkan pada jabatan
struktural.
b. Promosi
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi.
85

Promosi dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru


inti, instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah,
dan sebagainya. Kegiatan promosi ini harus didasari atas pertimbangan
prestasi dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh guru.
Peraturan Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahw
dalam melaksanakan tugas keprofesian, guru berhak mendapatkan
promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. Promosi dimaksud
meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.
3. Kenaikan Pangkat
Dalam rangka pengembangan karir guru, Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan
fungsional guru dari yang terrendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu
Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama. Penjelasan
tentang jenjang jabatan fungsional guru dari yang terendah sampai
dengan yang tertinggi beserta jenjang kepengkatan dan persyaratan
angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatan tersebut telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya.
Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka
pengembangan karir merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama
dan penunjang ditetapkan sesuai dengan Permenneg PAN dan BR Nomor
16 Tahun 2009. Tugas-tugas guru yang dapat dinilai dengan angka
kredit untuk keperluan kenaikan pangkat dan/atau jabatan fungsional guru
mencakup unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama kegiatan yang
dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat guru terdiri
atas: (a) pendidikan, (b) pembelajaran/pembimbingan dan tugas
tambahan
dan/atau
tugas
lain
yang
relevan
dengan
fungsi
sekolah/madrasah, dan (c) pengembangan keprofesian berkelanjutan
(PKB).
a. Pendidikan
Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit
dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas:
1)

Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah.


Angka kredit gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur utama
tugas guru dan sesuai dengan bidang tugas guru, yaitu:
a) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV;
b) 150 untuk Ijazah S-2; atau
c) 200 untuk Ijazah S-3.
Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang
86

sesuai dengan sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang


diampu, angka kredit yang diberikan adalah sebesar selisih antara
angka kredit yang pernah diberikan berdasarkan gelar/ijazah
lama dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi tersebut.
Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua
sekolah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang
bersangkutan.
2)

Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi.


Sertifikat pelatihan prajabatan dan program induksi diberi angka
kredit 3. Bukti fisik keikutsertaan pelatihan prajabatan yang dijadikan
dasar penilaian adalah fotokopi surat tanda tamat pendidikan dan
pelatihan
(STTPP)
prajabatan
yang
disahkan
oleh
kepala
sekolah/madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik keikutsertaan
program induksi
yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi
sertifikat
program
induksi
yang
disahkan
oleh
kepala
sekolah/madrasah yang bersangkutan.

b. Pengembangan Profesi
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan
pengembangan
keprofesian
berkelanjutan
adalah pengembangan
kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap,
berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama
dengan pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai dengan Guru
Utama dengan pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan, yaitu
pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau pengembangan karya
inovatif.
Jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan
meliputi pengembangan diri (diklat fungsional dan kegiatan kolektif
guru), publikasi ilmiah (hasil penelitian atau gagasan inovatif pada
bidang pendidikan formal, dan buku teks pelajaran, buku pengayaan dan
pedoman guru), karya inovatif (menemukan teknologi tepat guna;
menemukan atau menciptakan karya seni; membuat atau memodifikasi
alat pelajaran; dan mengikuti pengembangan penyusunan standar,
pedoman, soal, dan sejenisnya).
Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik
jabatan/pangkat dari subunsur pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk masing-masing pangkat/golongan adalah sebagai berikut:
1) Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 3 (tiga) angka kredit.
87

2) Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengem-bangan diri


sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau
karya inovatif sebesar 4 (empat) angka kredit.
3) Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau
karya inovatif sebesar 6 (enam) angka kredit.
4) Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan diri
sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah
dan/atau karya inovatif sebesar 8 (delapan) angka kredit. Bagi guru
golongan tersebut sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan
hasil penelitian dari subunsur publikasi ilmiah.
5) Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan diri
sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah
dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi
guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu)
laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang
ber-ISSN.
6) Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan diri
sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah
dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi
guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu)
laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang
ber-ISSN.
7) Guru golongan IV/c ke golongan IV/d, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau
karya inovatif sebesar 14 (empat belas) angka kredit. Bagi guru
golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah
mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang
dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku
pendidikan yang ber ISBN.
8) Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau
karya inovatif sebesar 20 (dua puluh) angka kredit. Bagi guru
golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi
ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel
yang dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau
buku pendidikan yang ber ISBN.
9)

Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi
Guru Utama, golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana pada
poin g diatas juga wajib melaksanakan presentasi ilmiah.

c. Unsur Penunjang
Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh seorang guru untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
utamanya sebagai pendidik. Unsur penunjang tugas guru meliputi
88

berbagai kegiatan seperti berikut ini.


1. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang
diampunya.
Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan
bidang yang diampunya diberikan angka kredit sebagai unsur
penunjang dengan angka kredit sebagai berikut.
a) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5;
b) Ijazah S-2 diberikan angka kredit 10; dan
c) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15.
Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua
sekolah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang
bersangkutan. Surat keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas
belajar dari kepala dinas yang membidangi pendidikan atau pejabat
yang menangani kepegawaian serendah-rendahnya Eselon II. Bagi
guru di lingkungan Kementerian Agama, surat keterangan
belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar tersebut berasal dari
pejabat yang berwenang serendah-rendahnya Eselon II.
2.

Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru


Kegiatan yang mendukung tugas guru yang dapat diakui angka
kreditnya harus sesuai dengan kriteria dan dilengkapi dengan bukti
fisik. Kegiatan tersebut di antaranya:
a) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik
industri/ekstrakurikuler dan yang sejenisnya
b) Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap proses
dan hasil belajar tingkat nasional.
c) Menjadi pengurus/anggota organisasi profesi
d) Menjadi anggota kegiatan pramuka dan sejenisnya
e) Menjadi tim penilai angka kredit
f) Menjadi tutor/pelatih/instruktur/pemandu atau sejenisnya.

3.

Memperoleh penghargaan/tanda jasa


Penghargaan/tanda jasa adalah tanda kehormatan yang diberikan
oleh pemerintah atau negara asing atau organisasi ilmiah atau
organisasi profesi atas prestasi yang dicapai seorang guru dalam
pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan.
Tanda jasa dalam bentuk Satya Lencana Karya Satya adalah
penghargaan yang diberikan kepada guru berdasarkan prestasi dan
masa pengabdiannya dalam waktu tertentu. Penghargaan lain yang
diperoleh guru karena prestasi seseorang dalam pengabdiannya
kepada
nusa,
bangsa,
dan
negara
di
bidang
pendidikan/kemanusiaan/kebudayaan.
Prestasi
kerja
tersebut
dicapai karena pengabdiannya secara terus menerus dan
89

berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.


Guru yang
mendapat penghargaan dalam lomba guru berprestasi tingkat
nasional, diberikan angka kredit tambahan untuk kenaikan
jabatan/pangkat.
Latihan dan Renungan
1.
2.
3.
4.
5.

Apa perbedaan utama antara pengembangan keprofesian dan


pengembangan karir guru?
Mengapa pengembangan keprofesian guru dikaitkan dengan jabatan
fungsionalnya?
Apa perbedaan utama pengembangan guru yang belum S1/D-IV
dan belum bersertifikat pendidik dengan yang sudah memilikinya?
Sebutkan jenis-jenis pengembangan karir guru!
Apa perbedaan utama pengembangan keprofesian berbasis lembaga
dengan yang berbasis individu?

F. Perlindungan Dan Penghargaan


1. Pengantar
Jumlah guru yang banyak dengan sebaran yang sangat luas merupakan
potensi bagi mereka untuk mendidik anak bangsa di seluruh Indonesia
secara nyaris tanpa batas akses geografis, sosial, ekonomi,
dan
kebudayaan.
Namun
demikian,
kondisi
ini
yang
menyebakan
sebagian guru terbelenggu dengan fenomena sosial, kultural, psikologis,
ekonomis, kepegawaian, dan lain-lain.
Fenomena
ini
bersumber
dari
apresiasi
dan
pencitraan
masyarakat terhadap guru belum begitu baik, serta perlindungan hukum,
perlindungan profesi, perlindungan kesejahteraan, dan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja bagi mereka belum optimum. Sejarah
pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa perlakuan yang cenderung
diskriminatif terhadap sebagian guru telah berlangsung sejak
zaman
pemerintah kolonial Belanda. Hal ini membangkitkan kesadaran untuk
terus mengupayakan agar guru mempunyai status atau harkat dan
martabat
yang
jelas
dan mendasar. Hasilnya antara lain adalah
terbentuknya Undang-Undang (UU) Nomomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen.
Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
merupakan langkah maju untuk mengangkat harkat dan martabat guru,
khususnya di bidang perlindungan hukum bagi mereka. Materi perlindungan
hukum terhadap guru mulai mengemuka dalam UU No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini diperbaharui dan kemudian
diganti dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru itu pernah diatur
90

dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga


Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan hukum bagi guru meliputi
perlindungan untuk rasa aman, perlindungan terhadap pemutusan
hubungan kerja, dan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja.
Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008,
dimensi perlindungan guru mendapatkan tidik tekan yang lebih kuat. Norma
perlindungan hukum bagi guru tersebut di atas kemudian diperbaharui,
dipertegas, dan diperluas spektrumnya dengan diundangkannya UU No. 14
tahun 2005. Dalam UU ini, ranah perlindungan terhadap guru meliputi
perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja. Termasuk juga di dalamnya perlindungan atas Hak
atas Kekayaan Intelektual atau HaKI.
Sepanjang berkaitan dengan hak guru atas beberapa dimensi
perlindungan sebagaimana dimaksudkan di atas, sampai sekarang belum
ada rumusan komprehensif mengenai standar operasi dan prosedurnya.
Atas dasar itu, perlu dirumuskan standar yang memungkinkan
terwujudnya perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan atas Hak atas
Kekayaan Intelektual atau HaKI bagi guru.
2. Definisi bagi Guru
a. Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian perlindungan
hukum, perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI yang diberikan kepada
guru, baik berstatus sebagai PNS maupun bukan PNS.
b. Perlindungan hukum adalah upaya melakukan perlindungan
kepada
guru
dari
tindak kekerasan, ancaman, perlakuan
diskriminatif, intimidasi atau perlindungan hukum atau perlakuan
tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
c. Perlindungan profesi adalah upaya memberi perlindungan yang
mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak
wajar,
pembatasan
dalam
penyampaian
pandangan,
pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang
dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
d. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada guru
mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja,
kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam,
91

kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.


e. Perlindungan HaKI adalah pengakuan atas kekayaan intelektual
sebagai karya atau prestasi yang dicapai oleh guru dengan cara
melegitimasinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
f.

Perjanjian
kerja
adalah
perjanjian
yang
dibuat
dan
disepakati
bersama
antara penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan dengan guru.

g. Kesepakatan kerja bersama merupakan kesepakatan yang dibuat


dan disepakati bersama secara tripartit, yaitu penyelenggara
dan/atau satuan pendidikan, guru, dan Dinas Pendidikan atau Dinas
Ketenagakerjaan pada wilayah administratif tempat guru bertugas.
h. Bantuan hukum adalah jasa hukum
yang diberikan secara
cuma-cuma dalam bentuk konsultasi hukum oleh LKHB mitra,
asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain kepada guru.
i.

Advokasi adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka


pemberian
perlindungan
hukum,
perlindungan
profesi,
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan
HaKI bagi guru. Advokasi umumnya dilakukan melalui kolaborasi
beberapa lembaga, organisasi, atau asosiasi yang memiliki
kepedulian dan semangat kebersamaan untuk mencapai suatu
tujuan.

j.

Mediasi
adalah
proses
penyelesaian
sengketa
guru
berdasarkan
perundingan
yang melibatkan guru LKBH mitra,
asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain sebagai
mediator dan diterima oleh para pihak yang bersengketa untuk
membantu mencari penyelesaian yang dapat diterima oleh pihakpihak yang bersengketa. Mediator tidak mempunyai kewenangan
membuat keputusan selama perundingan.

3. Perlindungan Atas Hak-hak Guru


Berlandaskan UUD 1945 dan UU No 9 tahun 1999 Pasal 3 ayat 2 tentang
Hak Asasi Manusia (HAM), bahwa setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat
kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Sesuai dengan
politik hukum UU tersebut, bahwa manusia sebagai mahluk ciptaan
Tuhan
Yang
Maha
Esa
yang mengemban tugas mengelola dan
memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan tanggung jawab
untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh pencipta-Nya, manusia
dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat,
kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungan.
92

Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak


dasar yang secara koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal
dan langgeng. Oleh karena itu hak-hak manusia, termasuk hak-hak guru
harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Bahwa bangsa Indonesia
sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemban tanggung
jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan
deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang ditetapkan oleh PBB
serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai HAM yang telah
diterima oleh Indonesia. Di samping hak asasi manusia juga dikenal
kewajiban dasar manusia yang meliputi: (1) kepatuhan terhadap
perundang-undangan, (2) ikut serta dalam upaya pembelaan negara, (3)
wajib menghormati hak-hak asasi manusia, moral, etika dan tata tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya, sebagai
wujud tuntutan reformasi (demokrasi, desentralisasi, dan HAM), maka hak
asasi manusia dimasukkan dalam UUD 1945.
Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39 UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang
Perlindungan, disebutkan bahwa banyak pihak wajib memberikan
perlindungan kepada guru, berikut ranah perlindungannya seperti berikut
ini.
a) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi,
dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap
guru dalam pelaksanaan tugas.
b) Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan
profesi dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
c) Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak
kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, diskriminatif, intimidasi
atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta
didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
d) Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan
yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan,
pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang
dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
e) Perlindungan
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
mencakup
perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan
kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan
lingkungan kerja dan/atau resiko lain.
dan

Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru


Dosen seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah
93

perlindungan hukum bagi guru. Frasa perlindungan hukum yang


dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang terkait dengan upaya
mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan
bagi guru dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.
a. Perlindungan hukum
Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali atau
tindakan semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi
menimpanya
dari
pihak-pihak
yang
tidak
bertanggungjawab.
Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul
akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi atau pihak lain, berupa:
1) tindak kekerasan,
2) ancaman, baik fisik maupun psikologis
3) perlakuan diskriminatif,
4) intimidasi, dan
5) perlakuan tidak adil
b. Perlindungan profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan
hukubungan kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan,
pemberian
imbalan
yang
tidak
wajar,
pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap
profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru
dalam melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah perlindungan profesi
dijelaskan berikut ini.
1) Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan
bidang keahlian, minat, dan bakatnya.
2) Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dilakukan dengan mempertimbangkan
pendapat Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
3) Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja
atau kesepakatan kerja bersama.
4) Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru
harus
mengikuti
prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
5) Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib
melindungi guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar.
6)
Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan
pan-dangan.
7) Setiap guru memiliki kebebasan untuk:
mengungkapkan ekspresi,
mengembangkan kreatifitas, dan
melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam
94

proses pendidikan dan pembelajaran.


8) Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas
profesinya dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi, atau pihak lain.
9) Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari
pelbagai ancaman, tekanan, dan rasa tidak aman.
10) Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik,
meliputi:
substansi,
prosedur,
instrumen penilaian, dan
keputusan akhir dalam penilaian.
11) Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi:
penetapan taraf penguasaan kompetensi,
standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan
menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan
khusus.
12) Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi,
meliputi:
mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar
keyakinan akademik,
memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi
profesi guru, dan
bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi.
13) Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan formal, meliputi:
akses terhadap sumber informasi kebijakan,
partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan formal, dan
memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat
yang lebih tinggi atas dasar pengalaman terpetik dari lapangan.
c. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan
kerja, dan/atau resiko lain. Beberapa hal krusial yang terkait dengan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk rasa aman
bagi guru dalam bertugas, yaitu:
1)

Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam


melaksanakan tugas harus mampu diwujudkan oleh pengelola
satuan pendidikan formal, pemerintah dan pemerintah daerah.

2) Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari


ancaman psikis dan fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta
95

didik, atasan langsung, teman sejawat, dan masyarakat luas.


3)

Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan


terhadap:
resiko gangguan keamanan kerja,
resiko kecelakaan kerja,
resiko kebakaran pada waktu kerja,
resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan.

4) Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta


didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
5) Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang
ditimbulkan akibat:
kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam,
kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
resiko lain.
6) Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan
kerja, akibat:
bahaya yang potensial,
kecelakaan akibat bahan kerja,
keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
resiko atas alat kerja yang dipakai, dan
resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.
d.

Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual


Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan
perundang-undangan, antara lain Undang-Undang Merk, UndangUndang Paten, dan Undang-Undang Hak Cipta. HaKI terdiri dari dua
kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan
Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman. Bagi guru,
perlindungan HaKI dapat mencakup:
1) hak cipta atas penulisan buku,
2) hak cipta atas makalah,
3) hak cipta atas karangan ilmiah,
4) hak cipta atas hasil penelitian,
5) hak cipta atas hasil penciptaan,
6) hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu
96

pengetahuan, teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan;


7) hak paten atas hasil karya teknologi
Seringkali karya-karya guru terabaikan, dimana karya mereka itu
seakan-akan menjadi seakan-akan makhluk tak bertuan, atau paling tidak
terdapat potensi untuk itu. Oleh karena itu, dimasa depan pemahaman guru
terhadap HaKI ini harus dipertajam.
4. Jenis-jenis Upaya Perlindungan Hukum bagi Guru
a. Konsultasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI, guru dapat
berkonsultasi kepada pihak-pihak yang kompeten. Konsultasi itu dapat
dilakukan kepada konsultan hukum, penegak hukum, atau pihak- pihak lain
yang dapat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh guru
tersebut.
Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu
pihak tertentu yang disebut dengan klien, dengan pihak lain yang
merupakan konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien untuk
memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya. Konsultan hanya bersifat
memberikan pendapat hukum, sebagaimana diminta oleh kliennya.
Keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri
oleh para pihak meskipun adakalanya pihak konsultan juga diberikan
kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang
dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut.
Misalnya, seorang guru berkonsultasi dengan pengacara pada salah
satu LKBH, penegak hukum, orang yang ahli, penasehat hukum, dan
sebagainya berkaitan dengan masalah pembayaran gaji yang tidak
layak, keterlambatan pembayaran gaji, pemutusan hubungan kerja secara
sepihak, dan lain-lain. Pihak-pihak yang dimintai pendapat oleh guru ketika
berkonsultasi tidak
memiliki
kewenangan
untuk
menetapkan
keputusan, melainkan sebatas memberi pendapat atau saran, termasuk
saran-saran atas bentuk-bentuk penyelesaian sengketa atau perselisihan.
b. Mediasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru
dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pihak-pihak lain yang
dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat membantu memediasinya.
Merujuk pada Pasal 6 ayat 3 Undang Undang Nomor 39 tahun
1999, atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau perbedaan
97

pendapat antara guru dengan penyelenggara/satuan pendidikan dapat


diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun
melalui seorang mediator. Kesepakatan penyelesaian sengketa atau
perbedaan pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat
bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan iktikad baik. Kesepakatan
tertulis antara guru dengan penyelenggara/satuan pendidikan wajib
didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak penandatanganan, dan wajib dilakasanakan dalam
waktu lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran.
Mediator dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) mediator yang ditunjuk secara bersama
oleh para pihak, dan mediator yang ditujuk oleh lembaga arbitrase atau
lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh para pihak.
c. Negosiasi dan Perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru
dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, penyelenggara/satuan
pendidikan harus membuka peluang negosiasi kepada guru atau
kelompok guru.
Menurut Pasal 6 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999, pada
dasarya para pihak, dalam hal ini penyelenggara/satuan pendidikan dan
guru, berhak untuk menyelesaikan sendiri sengket yang timbul di antara
mereka. Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya
dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui para pihak. Negosiasi mirip
dengan perdamaian yang diatur dalam Pasal 1851 sampai dengan Pasal
1864 KUH Perdata, dimana perdamaian itu adalah suatu persetujuan
dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau
menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung
atau mencegah timbulnya suatu perkara. Persetujuan harus dibuat secara
tertulis dan tidak di bawah ancaman.
Namun demikian, dalam hal ini ada beberapa hal yang membedakan
antara negosiasi dan perdamaian. Pada negosiasi diberikan tenggang waktu
penyelesaian paling lama 14 hari, dan penyelesaian sengketa tersebut
harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan di antara para
pihak yang bersengketa. Perbedaan lain adalah bahwa negosiasi
merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang
dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan
baik sebelum proses persidangan maupun setelah sidang peradilan
dilaksanakan. Pelaksanaan perdamaian bisa di dalam atau di luar
pengadilan.
d. Konsiliasi dan perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
98

profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam


hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru
dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, penyelenggara/satuan
pendidikan harus membuka peluang konsiliasi atau perdamaian.
Seperti pranata alternatif penyelesaian sengketa yang telah diuraikan
di atas, konsiliasi pun tidak dirumuskan secara jelas dalam Undang
Undang Nomor 30 tahun 1999. Konsiliasi atau perdamaian merupakan
suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau suatu
tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian di luar pengadilan. Untuk
mencegah dilaksanakan proses litigasi, dalam setiap tingkat peradilan yang
sedang berjalan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, konsiliasi atau
perdamaian tetap dapat dilakukan, dengan pengecualian untuk hal-hal
atau sengketa dimana telah diperoleh suatu putusan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
e. Advokasi Litigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara
guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pelbagai pihak yang
dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat memberikan
advokasi litigasi.
Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi merupakan
pekerjaan pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan
hanya merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan praktik beracara di
pengadilan. Pandangan ini kemudian melahirkan pengertian yang sempit
terhadap apa yang disebut sebagai advokasi. Seolah-olah, advokasi litigasi
merupakan urusan sekaligus monopoli dari organisasi yang berkaitan
dengan ilmu dan praktik hukum semata.
Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak
sepenuhnya benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit karena
pengaruh yang cukup kuat dari padanan kata advokasi itu dalam bahasa
Belanda, yakni advocaat yang tak lain berarti pengacara hukum atau
pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata advocate dalam
pengertian bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan menjadi lebih
luas. Advocate bisa berarti menganjurkan, memajukan (to promote),
menyokong atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa diartikan
melakukan perubahan secara terorganisir dan sistematis.
f. Advokasi Nonlitigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara
99

guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pelbagai pihak yang


dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat memberikan
advokasi nonlitigasi.
Dengan demikian, disamping melalui litigasi, juga dikenal alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut nonlitigasi.
Alternatif penyelesaian sengketa nonlitigasi adalah suatu pranata
penyelesaian
sengketa
di
luar
pengadilan
atau
dengan
cara
mengenyampingkan

100

penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. Dewasa ini cara


penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik yang cukup
tajam, baik dari praktisi maupun teoritisi hukum. Peran dan fungsi
peradilan, dianggap mengalami beban yang terlampau padat
(overloaded), lamban dan buang waktu (waste of time), biaya
mahal
(very
expensive)
dan
kurang
tanggap (unresponsive)
terhadap kepentingan umum, atau dianggap terlalu formalistis
(formalistic) dan terlampau teknis (technically). Dalam Pasal (1)
angka (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan bahwa
masyarakat dimungkinkan memakai alternatif lain dalam melakukan
penyelesaian sengketa. Alternatif tersebut dapat dilakukan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
5. Asas Pelaksanaan
Pelaksanaan
perlindungan
hukum,
perlindungan
profesi,
perlindungan K3, dan perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan
menggunakan asas-asas sebagai berikut:
a) Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis,
agama, latar budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi
guru.
b) Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat
berasal dari guru atau lembaga mitra, atau keduanya.
c) Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru
memiliki manfaat bagi peningkatan profesionalisme, harkat,
martabat, dan kesejahteraan mereka, serta sumbangsihnya bagi
kemajuan pendidikan formal.
d) Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi
guru dilakukan dengan menghindari kaidah-kaidah komersialisasi
dari lembaga mitra atau pihak lain yang peduli.
e) Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan
masalah yang dihadapi oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang
demokratis atau mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
f) Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru terfokus pada pokok
persoalan.
g) Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru
dapat dilakukan dengan pendekatan formal, informal, litigasi,
nonlitigasi, dan lain-lain.

6. Penghargaan dan Kesejahteraan


Sebagai tenaga profesional, guru memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan penghargaan dan kesejahteraan. Penghargaan diberikan
101

kepada guru yang berprestasi, berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa,
dan/atau bertugas di daerah khusus.
Penghargaan kepada guru dapat diberikan pada tingkat satuan
pendidikan, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional,
dan/atau internasional. Penghargaan itu beragam jenisnya,
seperti
satyalancana, tanda jasa, bintang jasa, kenaikan pangkat istimewa,
finansial, piagam,
jabatan
fungsional,
jabatan
struktural,
bintang
jasa
pendidikan,
dan/atau
bentuk penghargaan lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pada sisi lain, peraturan perundang-undangan mengamanatkan bahwa
pemerintah kabupaten wajib menyediakan biaya pemakaman dan/atau
biaya perjalanan untuk pemakaman guru yang gugur di daerah khusus.
Guru yang gugur dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran di
daerah khusus, putera dan/atau puterinya berhak mendapatkan beasiswa
sampai ke perguruan tinggi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Kesejahteraan guru menjadi perhatian khusus pemeritah, baik
berupa gaji maupun penghasilan lainnya. Guru memiliki hak atas gaji
dan penghasilan lainya. Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atas
pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam
bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundangundangan. Di luar gaji pokok, guru pun berhak atas tunjangan yang
melekat pada gaji.
Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang
diangkat oleh pemerintah dan pemerintah daerah diberikan oleh pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan penggajian yang berlaku.
Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat
oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
diberikan
berdasarkan
perjanjian kerja dan/atau kesepakatan kerja
bersama. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru dalam bentuk
finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan
dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan
martabat guru sebagai pendidik profesional.
Ringkasnya, guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana
diamanatkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008,
serta peraturan lain yang menjadi ikutannya, memiliki hak atas aneka
tunjangan dan kesejahteraan lainnya. Tunjangan dan kesejahteraan
dimaksud mencakup tunjangan profesi, tunjangan khusus, tunjangan
fungsional, subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan. Khusus
berkaitan dengan jenis-jenis penghargaan dan kesejahteraan guru disajikan
berikut ini.
a.

Penghargaan Guru Berprestasi


102

Pemberian penghargaan kepada guru berprestasi dilakukan melalui


proses pemilihan yang ketat secara berjenjang, mulai dari tingkat
satuan pendidikan, kecamatan dan/atau kabupaten/kota, provinsi,
maupun nasional. Pemilihan guru berprestasi dimaksudkan
antara
lain
untuk mendorong
motivasi,
dedikasi,
loyalitas
dan
profesionalisme guru, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada
kinerja dan prestasi kerjanya. Prestasi kerja tersebut akan terlihat
dari
kualitas
lulusan
satuan
pendidikan sebagai SDM yang
berkualitas, produktif, dan kompetitif.
Pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk
memberdayakan guru, terutama
bagi mereka yang berprestasi.
Seperti disebutkan di atas, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
mengamanatkan bahwa Guru yang berprestasi, berdedikasi luar
biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus berhak memperoleh
penghargaan.
Secara
historis
pemilihan
guru
berprestasi
adalah
pengembangan dari pemberian predikat keteladanan kepada guru
melalui pemilihan guru teladan yang berlangsung sejak tahun 1972
hingga tahun 1997. Selama kurun 1998-2001, pemilihan guru
teladan dilaksanakan hanya
sampai
tingkat
provinsi.
Setelah
dilakukan
evaluasi dan mendapatkan masukan- masukan dari
berbagai kalangan, baik guru maupun pengelola pendidikan tingkat
kabupaten/kota/provinsi, maka pemilihan guru teladan diusulkan untuk
ditingkatkan kualitasnya menjadi pemilihan guru berprestasi.
Frasa
guru
berprestasi
bermakna
prestasi
dan
keteladanan guru. Sebutan guru berprestasi mengandung makna
sebagai guru unggul/mumpuni dilihat dari kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Guru berprestasi merupakan
guru yang menghasilkan karya kreatif atau inovatif antara lain melalui:
pembaruan
(inovasi)
dalam pembelajaran
atau
bimbingan;
penemuan
teknologi tepat
guna
dalam
bidang
pendidikan;
penulisan buku fiksi/nonfiksi di bidang pendidikan atau sastra
Indonesia dan sastra daerah; penciptaan karya seni; atau karya
atau prestasi di bidang olahraga. Mereka juga merupakan guru
yang secara langsung membimbing peserta didik hingga mencapai
prestasi di bidang intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
Pemilihan guru berprestasi dilaksanakan pertama kali pada
tahun 2002. Penyelenggaraan pemilihan guru berprestasi dilakukan
secara bertingkat, dimulai dari tingkat satuan pendidikan, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat nasional.
Secara
umum
pelaksanaan pemilihan guru berprestasi berjalan dengan lancar
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Melalui pemilihan guru
103

berprestasi ini telah terpilih guru terbaik untuk jenjang Taman-Kanak,


Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah
Atas, atau yang sederajat.
Sistem penilaian untuk menentukan peringkat guru berprestasi
dilakukan secara ketat, yaitu melalui uji tertulis, tes kepribadian,
presentasi
karya
akademik, wawancara, dan penilaian portofolio.
Guru yang mampu mencapai prestasi terbaik melalui beberapa jenis
teknik penilaian inilah yang akan memperoleh predikat sebagai guru
berprestasi tingkat nasional.
b. Penghargaan bagi Guru SD Berdedikasi di Daerah
Khusus/Terpencil
Guru yang bertugas di daerah khusus, mendapat perhatian
serius dari pemerintah. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun
terakhir
ini,
pemberian penghargaan kepada mereka dilakukan
secara rutin baik pada peringatan Hari Pendidikan Nasional
maupun pada peringatan lainnya.
Tujuan penghargaan ini antara lain, pertama, mengangkat harkat
dan martabat guru atas dedikasi, prestasi, dan pengabdian
profesionalitasnya sebagai pendidik bangsa dihormati dan dihargai oleh
masyarakat, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Kedua, memberikan motivasi pada guru untuk meningkatkan
prestasi, pengabdian, loyalitas
dan dedikasi serta darma baktinya
pada bangsa dan negara melalui pelaksanaan kompetensinya secara
profesional sesuai kualifikasi masing-masing.
Ketiga, meningkatkan kesetiaan dan loyalitas guru dalam
melaksanakan pekerjaan/jabatannya
sebagai
sebuah
profesi,
meskipun bekerja di daerah yang terpencil atau terbelakang;
daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil; daerah
perbatasan dengan negara lain; daerah yang mengalami
bencana
alam; bencana sosial; atau daerah yang berada dalam keadaan
darurat lain yang mengharuskan menjalani kehidupan secara prihatin.
Pemberian penghargaan kepada guru yang bertugas di
Daerah Khusus/Terpencil bukanlah merupakan suatu kegiatan yang
bersifat seremoni belaka. Penghargaan ini secara selektif dan
kompetitif diberikan kepada d u a orang guru sekolah dasar (SD)
Daerah Khusus dari seluruh provinsi di Indonesia.
Masing-masing Dinas Pendidikan Provinsi diminta dan diharuskan
menyeleksi dan mengirimkan dua orang guru daerah khusus, terdiri
dari satu laki-laki dan satu perempuan yang berdedikasi tinggi untuk
diberi penghargaan, baik yang berstatus sebagai guru pegawai negeri
104

sipil (Guru PNS) maupun guru bukan PNS. Untuk dapat menerima
penghargaan, guru SD berdedikasi yang bertugas di Daerah
Khusus/Terpencil harus memenuhi kriteria umum dan khusus.
Kriteria umum dimaksud antara lain beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa; setia dan
taat
kepada
Pancasila
dan
Undang-Undang Dasar 1945; memiliki moralitas,kepribadian dan
kelakuan yang terpuji; dapat dijadikan panutan oleh siswa, teman
sejawat dan masyarakat sekitarnya; dan mencintai tugas dan
tanggungjawabnya.
Kriteria khusus
bagi guru SD
Daerah Khusus untuk
memperoleh penghargaan antara
lain,
pertama,
dalam
melaksanakan
tugasnya
senantiasa menunjukkan dedikasi luar
biasa,
pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta
mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan fungsi- fungsi
profesionalnya dengan segala keterbatasan yang ada di daerah
terpencil. Kedua, tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat
sedang
atau
tingkat berat berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Ketiga, melaksanakan tugas sebagai guru
di daerah khusus/terpencil sekurang-kurangnya selama lima tahun
secara terus menerus atau selama delapan tahun secara terputusputus.
Keempat, berusia minimal 40 tahun dan belum pernah
menerima penghargaan yang sejenis di tingkat nasional. Kelima,
responsif
terhadap
persoalan-persoalan
yang
aktual
dalam
masyarakat. Keenam, dengan keahlian yang dimilikinya membantu
dalam memecahkan masalah sosial sehingga usahanya berupa
sumbangan langsung bagi penanggulangan masalah-masalah tersebut.
Ketujuh, menunjukkan kepemimpinan dalam kepeloporan serta
integritas kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya dalam
masyarakat. Kedelapan, menyebarkan dan meneruskan ilmu dan keahlian
yang dimilikinya kepada masyarakat dan menunjukkan hasil nyata berupa
kemajuan dalam masyarakat.
c. Penghargaan bagi Guru PLB/PK Berdedikasi
Penghargaan
bagi
guru
Pendidikan
Luar
Biasa/Pendidikan
Khusus
(PLB/PK) berdedikasi dilakukan
sejak
tahun
2004.
Penghargaan ini diberikan kepada guru dengan maksud untuk
mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru
PLB/PK, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan
prestasi kerjanya. Guru PLB/PK berdedikasi adalah guru yang memiliki
dedikasi dan kinerja melampaui target yang ditetapkan satuan
Pendidikan Khusus
mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional; dan/atau menghasilkan karya kreatif atau
105

inovatif yang diakui baik pada tingkat daerah, nasional dan/atau


internasional; dan/atau secara langsung membimbing peserta didik
yang berkebutuhan khusus sehingga mencapai prestasi di bidang
intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
Seleksi pemilihan guru berdedikasi tingkat n a s i o n a l d i l a k
s a n a k a n di Jakarta. Mereka berasal dari seluruh provinsi di
Indonesia. Pemilihan guru PLB/PK berdedikasi ini dilaksana-kan
secara
objektif,
transparan,
dan
akuntabel.
Pemberian
penghargaan ini diharapkan dapat mendorong guru PLB/PK dalam
meningkatkan kemampuan profesional yang diperlukan untuk
membantu mempersiapkan SDM yang memiliki kelainan tertentu
untuk siap menghadapi tantangan kehidupan masa depannya.
Dalam penetapan calon guru PLB/BK yang berdedikasi dan
prestasi yang menonjol bersifat kualitatif. Kriteria tersebut dapat
dijadikan acuan atau pertimbangan dasar, sehingga guru PLB/PK
berdedikasi yang terpilih
untuk
menerima penghargaan benarbenar layak dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Kriteria
dedikasi
dan
prestasi
dimaksud
meliputi
pelaksanaan
tugas, hasil pelaksanaan tugas, dan sifat terpuji.
Dimensi pelaksanaan tugas mencakup, pertama, konsisten dalam
membuat persiapan mengajar yang standar bagi anak berkebutuhan
khusus. Kedua, kecakapan dalam melaksanakan pembelajaran bagi
anak berkebutuhan khusus. Ketiga, keterampilan mengelola kelas
sehingga tercipta suasana
tertib.
Keempat,
kemampuan
melaksanakan
komunikasi
yang
efektif
di kelas.
Kelima,
konsisten dalam melaksanakan evaluasi dan analisis hasil belajar
peserta didik berkebutuhan khusus. Keenam, objektivitas dalam
memberikan nilai kepada peserta didik berkebutuhan khusus.
Dimensi kemampuan menunjukkan hasil pelaksanaan tugas secara
baik mencakup, pertama, penemuan metode/pendekatan yang inovatif,
pengembangan/pengayaan materi dan/atau
alat
peraga
baru
khusus. Kedua, dampak sosial/budaya/ekonomi/ lingkungan
dalam
terhadap proses belajar mengajar yang dirasakan atas penemuan
metode/pendekatan yang inovatif, pengembangan/pengayaan materi
dan/atau alat peraga baru dalam pembelajaranb agi anak
berkebutuhan khusus. Ketiga, kemampuan memprakarsai suatu
kegiatan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Keempat,
memiliki sifat inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan sumber/alat
peraga yang ada di lingkungan setempat untuk kelancaran kegiatan
belajar
mengajar
bagi
anak
berkebutuhan
khusus. Kelima,
mampu menghasilkan peserta didik yang terampil sesuai dengan
tingkat kemampuan menurut jenis kebutuhan peserta didik.
106

Dimensi
memiliki
sifat
terpuji
antara
lain
mencakup
kemampuan menyampaikan pendapat, secara lisan atau tertulis;
kesediaan
untuk
mendengar/menghargai pendapat orang lain;
sopan santun dan susila; disiplin kerja; tanggung jawab dan
komitmen terhadap tugas; kerjasama; dan stabilitas emosi. Dimensi
memiliki
jiwa
pendidik
mencakup
beberapa hal.
Pertama,
menyayangi dan mengayomi peserta didik berkebutuhan khusus.
Kedua, memberikan bimbingan secara optimal kepada peserta didik
berkebutuhan khusus. Ketiga, mampu mendeteksi kelemahan belajar
peserta didik berkebutuhan khusus.
Pemilihan guru berprestasi serta pemberian penghargaan
kepada guru SD di Daerah Khusus dan guru PLB/PK berdedikasi
seperti disebutkan di atas merupakan agenda
tahunan. Namun
demikian, meski sifatnya kegiatan tahunan, program ini bukanlah
sebuah kegiatan yang bersifat seremonial belaka. Pelembagaan
program ini
merupakan
salah
satu
bukti
kuatnya perhatian
pemerintah dan masyarakat terhadap profesi guru. Tentu saja, di
masa datang, kualitas dan kuantitas pemberian penghargaan kepada
guru berprestasi dan berdedikasi senantiasa perlu ditingkatkan.
d. Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan
Sejalan dengan disahkannya UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, guru berprestasi dan berdedikasi memiliki hak
atas penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasinya. Penghargaan
tersebut diberikan kepada guru pada satuan pendidikan atas dasar
pengabdian, kesetiaan pada lembaga, berjasa pada negara, maupun
menciptakan karya yang luar biasa.
Kriteria
guru
yang
berhak
menerima
penghargaan
Satyalancana
Pendidikan, meliputi persyaratan umum dan persyaratan
khusus. Persyaratan umum antara lain warga negara
Indonesia;
berakhlak dan berbudi pekerti baik; serta mempunyai nilai dalam DP3
amat baik untuk unsur kesetiaan dan sekurang-kurangnya bernilai baik
untuk unsur lainnya. Persyaratan khusus meliputi, pertama, diutamakan
yang bertugas/pernah bertugas di tempat terpencil atau tertinggal
sekurang-kurangnya selama lima tahun terus menerus atau selama
delapan tahun terputus-putus. Kedua, diutamakan yang bertugas/pernah
bertugas di daerah perbatasan, konflik, dan bencana sekurang- kurangnya
selama 3 tahun terus menerus atau selama 6 tahun terputus-putus.
Ketiga, diutamakan yang bertugas selain di daerah khusus sekurangkurangnya selama
8
tahun
terus
menerus
dan
bagi
kepala
sekolah sekurang- kurangnya bertugas 2
tahun. Keempat, berprestasi
dan/atau berdedikasi luar biasa dalam melaksanakan tugas sekurangkurangnya mendapat penghargaan tingkat nasional. Kelima, berperan aktif
107

dalam kegiatan organisasi/asosiasi profesi guru, kegiatan kemasyarakatan


dan pembangunan di berbagai sektor. Keenam, tidak pernah memiliki
catatan pelanggaran atau menerima sanksi sedang dan berat menurut
peraturan perundang-undangan.
e. Penghargaan bagi Guru yang Berhasil dalam Pembelajaran
Tujuan lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau lomba
sejenis dapat
memotivasi guru untuk
lebih
meningkatkan
profesionalismenya,
khususnya
dalam
kemampuan perancangan,
penyajian, penilaian proses dan hasil pembelajaran atau proses
bimbingan kepada
siswa;
dan
meningkatkan
kebiasaan
guru
dalam mendokumentasikan
hasil kegiatan pengembangan profesinya
secara baik dan benar. Lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran
atau sejenisnya dilaksanakan
melalui
beberapa tahapan. Pertama,
sosialisasi melalui berbagai media, antara lain penyusunan dan penyebaran
poster dan leaflet. Kedua, penerimaan naskah.
Ketiga, melakukan
seleksi, baik seleksi administrasi maupun seleksi terhadap materi
yang ditulis.
Para finalis melaksanakan presentasi dan wawancara di hadapan
dewan juri yang memiliki keahlian di bidang masing-masing. Sejalan
dengan itu, aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut: penyusunan
pedoman lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya
tingkat nasional; penilaian naskah lomba keberhasilan guru dalam
pembelajaran
a t a u s e j e n i s n y a tingkat nasional; penilaian
penentuan
nominasi
pemenang
lomba
keberhasilan guru dalam
pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penentuan
pemenang
lomba keberhasilan
guru
dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat
nasional; dan pemberian penghargaan pemenang lomba tingkat nasional.
Hasil yang dicapai dalam lomba tersebut adalah terhimpunnya
berbagai pengalaman guru dalam merancang, menyajikan, dan menilai
pembelajaran atau bimbingan dan konseling yang secara nyata mampu
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa,
sehingga
dapat
dimanfaatkan oleh rekan guru yang memerlukan dicetak dalam bentuk
buku yang berisi model-model keberbasilan dalam pembelajaran sebagai
publikasi.
f. Penghargaan Guru Pemenang Olimpiade
Era globalisasi menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi,
baik pada tataran nasional, regional, maupun internasional. Sejalan dengan
itu, guru-guru bidang studi yang termasuk dalam skema Olimpiade Sains
Nasional (OSN) merupakan salah satu diterminan utama peningkatan mutu
proses dan hasil pembelajaran. Kegiatan OSN untuk Guru (ONS Guru)
merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran mata pelajaran yang tercakup dalam kerangka OSN.
108

Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk Guru merupakan wahana bagi


guru menumbuhkembangkan semangat kompetisi dan meningkatkan
kompetensi profesional atau akademik untuk memotivasi peningkatan
kompetensinya dalam rangka mendorong mutu proses dan luaran
pendidikan. Tujuannya adalah (1) menumbuhkan budaya kompetitif yang
sehat di kalangan guru; (2) meningkatkan wawasan pengetahuan,
motivasi,
kompetensi, profesionalisme, dan kerja keras untuk
mengembangkan IPTEK; (3) membina dan mengembangkan kesadaran
ilmiah untu mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi masa
kini dan yang akan datang; (4) mengangkat status guru sebagai
penyandang profesi yang terhormat, mulia, bermartabat, dan terlindungi;
dan (5) membangun komitmen mutu guru dan peningkatan mutu
pendidikan dan pembelajaran secara lebih merata.
Kegiatan OSN Guru dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari di
tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, sampai dengan tingkat nasional.
Hadiah dan penghargaan diberikan kepada peserta OSN Guru sebagai
motivasi untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran dan kegiatan
pendidikan lainnya. Hadiah bagi para pemenang tingkat kabupaten/kota dan
tingkat provinsi pengaturannya diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah
Daerah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kepada pemenang di
tingkat nasional diberi hadiah dan penghargaan dari kementerian
pendidikan.
g. Pembinaan dan Pemberdayaan Guru Berprestasi dan Guru
Berdedikasi
Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam
membimbing peserta didik ke arah kedewasaan,
kematangan
dan
kemandirian, sehingga guru sering dikatakan sebagai ujung tombak
pendidikan. Untuk melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya
memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian
yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi siswa,
keluarga maupun masyarakat.
Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan
pengembangan sumber daya manusia sebagai prioritas pembangunan
nasional, kedudukan dan peran guru semakin bermakna strategis dalam
mempersiapkan
sumber
daya
manusia yang berkualitas dalam
menghadapi era global. Untuk itu, kemampuan profesional guru harus terus
menerus ditingkatkan.
Prestasi yang telah dicapai oleh para guru berprestasi perlu
terus dijaga dan dikembangkan, serta diimbaskan kepada guru lainnya.
Oleh karena itu, sebagai tindak
lanjut dari
pelaksanaan
pemilihan
guru
berprestasi,
perlu
dilaksanakan pembinaan
dan
109

pemberdayaannya
agar pengetahuan dan
berkembang sesuai dengan kemajuan ipteks.

wawasan

mereka

selalu

Program kerjasama peningkatan mutu pendidik antarnegara Asia,


dalam hal ini dengan The Japan Foundation, misalnya, merupakan
kelanjutan program-program yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Program kerjasama ini dilaksanakan untuk memberikan penghargaan
kepada guru
berprestasi
dengan
memberikan
pengalaman
dan
wawasan tentang penyelenggaraan pendidikan dan budaya di negara maju
seperti Jepang untuk dijadikan bahan pembanding dan diimplementasikan
di tempat tugas mereka.Kontinuitas pelaksanaan
program kerjasama
ini sangat penting, karena sangat bermanfaat
bagi para guru untuk
meningkatkan pengetahuannya dalam melak-sanakan tugas profesionalnya.
h. Penghargaan Lainnya
Penghargaan lainnya untuk guru dilakukan melalui program kerjasama
pendidikan antarnegara, khususnya bagi mereka yang berprestasi.
Kerjasama antarnegara ini dilakukan, baik di kawasan Asia maupun di
kawasan lainnya. Kerjasama antarnegara bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan saling pengertian antaranggotanya.
Melalui kerjasama ini, guru-guru berprestasi yang terpilih diberi
kesempatan untuk mengikuti pelatihan singkat bidang keahlian atau
teknologi pembelajaran, studi kebudayaan, studi banding, dan sejenisnya.
Kerjasama ini antara lain telah dilakukan dengan negara-negara Asean,
Jepang, Australia, dan lain-lain.
Penghargaan lainnya yang diberikan kepada guru adalah Anugerah
Konstitusi tingkat nasional bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
untuk semua jenis dan jenjang. Penerima penghargaan ini adalah guru-guru
PKn terbaik yang diseleksi secara berjenjang mulai dari tingkat sekolah,
kabupaten/kota, provinsi, sampai ke tingkat nasional.
7. Tunjangan Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru
berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada
gaji,
serta
penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi.
Pemenuhan hak guru untuk memperoleh penghasilan didasari atas
pertimbangan prestasi dan pengakuan atas profesionalitasnya. Dengan
110

demikian, penghasilan dimaksud merupakan hak yang diterima oleh


guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas
keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar
prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen merupakan tonggak sejarah bagi peningkatan kesejahteraan guru
di Indonesia. Menyusul lahirnya UU ini, pemerintah telah mengatur
beberapa sumber penghasilan gur u selain gaji pokok, yaitu tunjangan
yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, dan tunjangan khusus.
a. Tunjangan Profesi
Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi
akademik tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional atau akademik. Sertifikasi guru merupakan proses
untuk memberikan sertifikat pendidik kepada mereka. Sertifikat pendidik
dimaksud merupakan pengakuan negara atas derajat keprofesionalan guru.
Seiring
dengan
proses
sertifikasi
inilah,
pemerintah
memberikan tunjangan profesi k e p a d a g u r u . Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang
menamanatkan bahwa
Pemerintah
memberikan
tunjangan profesi
kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh
penyelenggara
pendidikan
dan/atau
satuan
pendidikan
yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
Pemberian tunjangan profesi diharapkan akan mampu mendorong
dan memotivasi guru untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja
profesionalnya dalam melaksanakan tugas di sekolah sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, dan penilai peserta didiknya.
Besarnya tunjangan profesi ini setara dengan satu kali gaji pokok
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan
kualifikasi yang sama. Guru yang sudah bersertifikat akan menerima
tunjangan
profesinya
jika
guru yang bersangkutan mampu
membuktikan kinerjanya yaitu dengan mengajar 24 jam tatap muka per
minggu dan persyaratan lainnya.
Guru
akan
menerima
tunjangan
profesi
sampai yang
bersangkutan berumur 60 tahun. Usia ini adalah batas p e n s i u n
bagi P N S g u r u . Setelah berusia 60 tahun guru tetap berhak mengajar
di manapun, baik sebagai guru tidak tetap maupun guru tetap yayasan
untuk sekolah swasta, dan menyandang predikat guru bersertifikat,
namun
tidak berhak lagi atas tunjangan profesi. Meski guru memiliki
111

lebih dari satu sertifikat profesi pendidik, mereka hanya berhak atas satu
tunjangan profesi.
Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang telah memiliki
sertifikat pendidik dan syarat lainnya, dengan cara pembayaran tertentu.
Hal ini bermakna, bahwa guru bukan PNS pun akan mendapat tunjangan
yang setara dengan guru PNS dengan kualifikasi akademik, masa kerja,
serta kompetensi yang setara atau ekuivalen. Bagi guru bukan PNS,
tunjangan profesi akan dibayarkan setelah yang bersangkutan disesuaikan
jenjang jabatan dan kepangkatannya melalui impassing.Tunjangan profesi
tersebut dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
b. Tunjangan Fungsional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal
17 ayat (1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
memberikan tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh
satuan
pendidikan
yang
diselenggarakan
oleh
Pemerintah dan
pemerintah daerah. Pasal 17 ayat (2) mengamanatkan bahwa subsidi
tunjangan fungsional diberikan kepada guru yang bertugas di sekolah
yang
diselenggarakan
oleh masyarakat. Sehingga
dalam
pelaksanaannya, tunjangan fungsional dan subsidi tunjangan fungsional
ini dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (Pasal 17 ayat (3).
Besarnya tunjangan fungsional yang diberikan untuk guru PNS
seharusnya sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang dimiliki.
Namun saat ini baru diberikan tunjangan tenaga
kependidikan
berdasarkan
pada
golongan/ruang
kepangkatan/jabatannya. Khusus
mengenai besarnya subsidi tunjangan fungsional bagi guru bukan PNS,
agaknya memerlukan aturan tersendiri, berikut persyaratannya.
c. Tunjangan Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan
Dosen,
serta Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan komitmen
Pemerintah untuk terus mengupayakan
peningkatan
kesejahteraan
guru dan dosen,
di
samping
peningkatan profesionalismenya.
Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen Pasal 18, disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan ditugaskan di di daerah khusus
berhak memperoleh tunjangan khusus yang diberikan setara dengan satu
kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

112

Mengingat tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan


kepada guru di Daerah Khusus, sasaran dari program ini adalah guru
yang bertugas di daerah khusus. Berdasarkan Undang-undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksudkan dengan
Daerah Khusus adalah daerah
yang
terpencil
atau
terbelakang,
daerah
dengan
kondisi masyarakat
adat yang
terpencil,
daerah
perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana
alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat
lain.
1) Daerah terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor
geografis yang relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di
pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulaupulau terpencil; dan daerah dengan faktor geomorfologis lainnya
yang sulit dijangkau oleh jaringan
transportasi maupun media
komunikasi, dan tidak memiliki sumberdaya alam.
2) Daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil adalah
daerah yang mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan yang relatif rendah serta tidak dilibatkan dalam
kelembagaan masyarakat
adat dalam
perencanaan
dan
pembangunan yang mengakibatkan daerah belum berkembang.
3) Daerah perbatasan dengan negara lain adalahbagian dari wilayah
negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah
Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas wilayah negara di
darat maupun di laut kawasan perbatasan berada di kecamatan; dan
pulau kecil terluar dengan luas area kurang atau sama dengan
2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki titik-titik dasar
koordinat geografis yang menghu-bungkan garis pangkal laut
kepulauan sesuai dengan hukum Internasional dan Nasional.
4) Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang terletak
di wilayah yang terkena bencana alam (gempa, longsor, gunung
api, banjir, dsb) yang berdampak negatif terhadap layanan
pendidikan dalam waktu tertentu.
5) Daerah
yang
mengalami
bencana
sosial
dan
konflik
sosial dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan
sosial
dan
ekonomi
yang
membahayakan guru dalam
melaksanakan tugas dan layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
6) Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah daerah
dalam
keadaan
yang sukar/sulit yang tidak tersangka-sangka
mengalami bahaya, kelaparan dan sebagainya yang memerlukan
penanggulangan dengan segera.
113

Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah
atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan
kualifikasi yang sama.
Penetapan Daerah Khusus ini rumit dan tentatif adanya.
Sebagai
katup pengaman sejak
tahun
2007,
pemerintah
memberikan bantuan kesejateraan untuk guru yang bertugas di Daerah
Khusus atau Daerah Terpencil di 199 kabupaten di Indonesia. Sampai tahun
2010 tunjangan tersebut mencapai Rp 1.350.000 per bulan.
Harapan yang ingin dicapai dari pemberian tunjangan khusus ini
adalah selain meningkatkan kesejahteraan guru sebagai kompensasi
daerah yang ditempati sangat sulit, juga memotivasi guru untuk tetap
mengajar di sekolah tersebut. Pada sisi lain, pemberian tunjangan ini bisa
sebagai insentif bagi guru baru untuk bersedia mengajar di Daerah
Khusus ini. Belum terpenuhinya jumlah guru di daerah terpencil
diharapkan juga semakin mudah dilakukan dengan insentif tunjangan
khusus ini.
d. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam
rangka implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen adalah pemberian maslahat tambahan
yang
terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan
merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan
bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra
dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang
diperoleh guru dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 19 ayat (2), dimana pemerintah dan/atau
pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan bagi guru.
Tujuan pemberian maslahat tambahan ini adalah untuk:
(1)
memberikan penghargaan terhadap prestasi, dedikasi, dan keteladanan
guru dalam melaksanakan tugas; (2)memberikan penghargaan kepada
guru sebelum purna tugas terhadap pengabdiannya
dalam dunia
pendidikan;
dan
(3)
memberikan
kesempatan memperoleh
pendidikan yang lebih baik dan bermutu kepada putra/putri guru yang
memiliki
prestasi
tinggi. Dengan
demikian, pemberian maslahat
tambahan akan bermanfaat untuk: (i) mengangkat citra, harkat, dan
114

martabat profesi guru; (2) memberikan rasa hormat dan kebanggaan


kepada penyandang profesi guru; (3) merangsang guru untuk tetap
memiliki komitmen yang konsisten terhadap profesi guru hingga akhir
masa bhakti; dan (4) meningkatnya motivasi guru dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
Latihan dan Renungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi guru, dan berikan
contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan profesi bagi guru, dan berikan
contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan K3 bagi guru, dan berikan
contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan HaKI bagi guru, dan berikan
contohnya?
Sebutkan beberapa jenis penghargaan yang diberikan kepada guru!
Sebutkan beberara jenis tunjangan yang diterima oleh guru!
Apa yang dimaksud dengan pemberian kesejahteraan dan penghargaan
kepada guru atas dasar prestasi kerja?
Sebutkan beberapa alasan, mengapa guru yang bertugas di Daerah
Khusus/Terpencil perlu diberi tunjangan khusus?

G. Etika Profesi
1. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa
Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia dipersepsi
oleh masyarakat sebagai profesi kelas dua. Idealnya, pilihan seseorang
untuk menjadi guru adalah panggilan jiwa untuk memberikan pengabdian
pada sesama manusia dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan
melatih, yang diwujudkan melalui proses belajar-mengajar serta pemberian
bimbingan dan pengarahan kepada siswa agar mencapai kedewasaan
masing-masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak cukup sekadar
untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat
keterampilan dan kemampuan khusus.
Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan
Donald L. Mills (1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan
yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui
kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai
keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada
orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.
Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat,
tujuan, dan nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan
115

sikap dan sifat semacam itu, guru profesional memiliki kemampuan


melakukan
profesionalisasi
secara
terus-menerus,
memotivasi-diri,
mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri,
mengembangkan-diri, berempati, menjalin hubungan yang efektif. Guru
profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam
bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional bercirikan
seperti berikut ini.
a. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemampuannya itu.
b. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain
yang seprofesi dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial.
c. Melepaskan
diri
dari
belenggu
kekuasaan
birokrasi,
tanpa
menghilangkan makna etika kerja dan tata santun berhubunngan
dengan atasannya.
d. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi,
dan gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok seminat
untuk merangsang pertumbuhan diri.
e. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam
rangka perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam
penyusunan kebijakan bidang pendidikan.
f. Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan
mendisiplinkan dirinya.
g. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memoti-vasi
dan mengatur dirinya.
h. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik
demi perbaikan-diri.
i. Memiliki empati yang kuat.
j. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas
sekolah, dan masyarakat.
k. Menunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
l. Menunjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung.
m. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna
tersebut mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
n. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembagalembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif.
Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi
mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan
pekerjaan lainnya. Seseorang penyandang profesi dapat disebut profesional
manakala elemen-elemen inti itu sudah menjadi bagian integral dari
kehidupannya. Danim (2010) merangkum beberapa hasil studi para ahli
mengenai sifat-sifat atau karakteristik- karakteristik profesi seperti berikut
ini.

116

a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui


pendidikan.
Pendidikan dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk
dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan
keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi.
b. Memiliki
pengetahuan
spesialisasi.
Pengetahuan
spesialisasi
adalah sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu.
Siapa saja bisa menjadi guru, akan tetapi guru yang sesungguhnya
memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter) dan penguasaan
metodologi pembelajaran.
c.

Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung


oleh orang lain atau klien.
Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas
kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang,
makin mendalam pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat
pula layanannya kepada klien.
Dokter umum, misalnya, berbeda
pengetahuan teoritis dan pengalaman praktisnya dengan dokter
spesialis. Seorang guru besar idealnya berbeda pengetahuan teoritis
dan praktisnya dibandingkan dengan dosen atau tenaga akademik
biasa.

d. Memiliki
teknik
kerja
yang
dapat
dikomunikasikan
atau
communicable. Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai
guru, dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh
peserta didik.
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau
self-organization.
Istilah mandiri di sini berarti kewenangan
akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat
dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti
menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas.
f.

Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus


siap memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu
diperlukan, apakah di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar
sekolah. Di dunia kedokteran, seorang dokter harus siap memberikan
bantuan, baik dalam keadaan normal, emergensi, maupun kebetulan,
bahkan saat dia sedang istirahat sekalipun.

g.

Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang


mengikat guru dalam bekerja.

h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi


malpraktik, seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi
dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus
117

memiliki tanggungjawab kepada komunita, terutama anak didiknya.


Replika tanggungjawab
ini
menjelma
dalam
bentuk
disiplin
mengajar,
disiplin
dalam
melaksanakan segala sesuatu yang
berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.
i.

Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini


adalah standar gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula
diberi makna sebagai tarif yang ditetapkan dan harus dibayar oleh
orang-orang yang menerima jasa layanan darinya.

j.

Budaya profesional.
Budaya profesi, bisa berupa penggunaan
simbol-simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.

2. Definisi
Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala
dimensinya tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi
guru dan kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan Kehormatan
Guru, pembinaan etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu,
beberapa frasa yang terkait dengan ini perlu didefinisikan.
a. Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang
berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru atau penyandang
profesi sejenis untuk mengembangkan profesionalitas anggotanya.
b. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan
legal yang dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode etik
guru, melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan
memajukan pendidikan nasional.
c. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku
dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota
masyarakat, dan warga negara.
d. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan organisasi
atau asosiasi profesi guru yang dibentuk untuk menjalankan tugas
dalam memberikan saran, pendapat, pertimbangan, penilaian,
penegakkan, dan pelanggaran disiplin organisasi dan etika profesi guru.
e. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan
perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh
dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di
luar sekolah.
118

f.

Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang dilakukan


secara
sistematis
untuk menciptakan kondisi agar guru berbuat
sesuai dengan norma-norma yang dibolehkan dan menghindari normanorma yang dilarang dalam proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah, serta menjalani kehidupan di masyarakat.

3. Guru dan Keanggotaan Organisasi Profesi


Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau
asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Konsekuensi
logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa
guru wajib:
a. Menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
b. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta Kode Etik
Guru dan Ikrar atau Janji Guru yang ditetapkan oleh organisasi atau
asosiasinya masing-masing.
c. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta peraturanperaturan dan disiplin yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya
masing-masing.
d. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara aktif.
e. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau asosiasi
profesi guru dimana dia terdaftar sebagai anggota.
f. Memiliki Kartu Anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana dia
terdaftar sebagai anggota.
g. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi
dimana dia terdaftar sebagai anggota.
h. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi atau asosiasi
profesi dimana dia terdaftar sebagai anggota.
i. Guru yang belum menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi guru
harus memilih organisasi atau
asosiasi
profesi
guru
yang
pembentukannya sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
4. Esensi Kode Etik dan Etika Profesi
Guru Indonesia harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi
yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu, ketika
bekerja mereka harus menjunjung tinggi etika profesi. Mereka mengabdikan
diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia
serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.
Guru Indonesia selalu tampil

secara

profesional

dengan tugas
119

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,


dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Mereka
memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Penyandang profesu guru adalah insan yang layak ditiru dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh
peserta didik. Dalam melaksankan tugas, mereka harus berpegang teguh
pada prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri
handayani. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak
mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat
tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa
sekarang maupun masa yang akan datang.
Dalam melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari
sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI)
sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam
bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
pendidik putera-puteri bangsa. KEGI yang tercermin dalam tindakan nyata
itulah yang disebut etika profesi atau menjalankan profesi secara beretika.
Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas
pelaksanaan KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada perilaku guru.
Disamping itu, guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan
Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan,
masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh dilanggar,
baik sengaja maupun tidak.
Dengan demikian, sebagai tenaga profesional, guru bekerja dipandu
oleh Kode Etik. Kode Etik profesi guru dirumuskan dan disepakati oleh
organisasi atau asosiasi profesi guru. Kode Etik dimaksud merupakan
standar etika kerja bagi penyandang profesi guru. Di dalam UU No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa Guru membentuk
organisasi atau asosiasi profesi yang bersifat independen. Organisasi atau
asosiasi profesi guru berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan
kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi,
kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau
asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud
120

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain UU


No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa untuk
menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi guru
membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika
yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian.
5. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia
Ketika melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia harus menyadari
sepenuhnya, bahwa Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI),
atau nama lain sesuai dengan yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi
profesi guru, merupakan pedoman bersikap dan berperilaku yang
mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan guru.
Dengan demikian, guru harus menyadari
bahwa
jabatan
mereka
merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat,
dan mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu memahami,
menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru dalam
menjalankan tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di
masyarakat.
Ketaatasasan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka
berperilaku sesuai dengan norma- norma yang dibolehkan dan menghindari
norma-norma yang dilarang oleh etika profesi yang ditetapkan oleh
organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas
profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat.
Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses
pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika
akan terwujud. Dampak ikutannya adalah, proses pendidikan dan
pembelajaran yang memenuhi kriteria edukatif berjalan secara efektif dan
efisien di sekolah.
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), misalnya, telah membuat Kode
Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini
merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006
tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No.
07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat
menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi
guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi
profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan
Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan) bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia
(PB-PGRI) tahun 2008. Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari
121

pihak kementerian disebutkan bahwa semua guru di Indonesia dapat


memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku keseharian sesuai
dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini. Berikut ini disajikan
substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI sebagaimana
dimaksud. Sangat mungkin beberapa organisasi atau asosiasi profesi guru
selain PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati.
Kalau memang demikian, itu pun selayaknya menjadi acuan guru dalam
menjalankan tugas keprofesian.
a. Hubungan Guru dengan Peserta Didik
1) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan
tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, serta mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
2) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan
mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga
sekolah, dan anggota masyarakat.
3) Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik
secara individual
dan masing-masingnya berhak atas layanan
pembelajaran.
4) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan
menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
5) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terusmenerus
harus
berusaha menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai
lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.
6) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi
rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan
fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
7) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap
gangguan
yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif
bagi peserta didik.
8) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya
untuk membantu peserta didik
dalam mengem-bangkan
keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampu-annya untuk
berkarya.
9) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
10) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didik-nya
secara adil.
11) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
12)Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan
penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta
didiknya.
13) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi
peserta didiknya dari kondisi- kondisi yang menghambat proses
122

belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.


14)Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk
alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan
pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
15)Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang
melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
16)Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesional
dengan
peserta didiknya untuk memperoleh
keuntungan-keuntungan pribadi.
b. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Siswa
1) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan
efisien dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses
pendidikan.
2) Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur
dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.
3) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada
orang lain yang bukan orangtua/walinya.
4) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi
dan berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas
pendidikan.
5) Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa
mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses
kependidikan pada umumnya.
6) Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk
berkonsultasi denganya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan,
dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.
7) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional
dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungankeuntungan pribadi.
c. Hubungan Guru dengan Masyarakat
1) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis,
efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan
mengembangkan pendidikan.
2) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan
pembelajaran.
3) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat.
4) Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk
meningkatkan prestise dan martabat profesinya.
5) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama
dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan
meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.
123

6) Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi


nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam
berhubungan dengan masyarakat.
7) Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta
didiknya kepada masyarakat.
8) Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan
bermasyarakat.
d. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat
1) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
sekolah.
2) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif
dalam melaksanakan proses pendidikan.
3) Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
4) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar
sekolah. e. Guru menghormati rekan sejawat.
5) Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
6)
Guru
menjunjung
tinggi
martabat
profesionalisme
dan
hubungan kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
7) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya
untuk tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang
relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.
8) Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan
pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas
pendidikan dan pembelajaran.
9)
Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan
kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
10) Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
11) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang
dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat
profesi-onalnya.
12) Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru
berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon
sejawat.
13) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat
yang akan merendahkan marabat pribadi dan profesional
sejawatnya.
14) Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional
sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
15) Guru
tidak
boleh
membuka
rahasia
pribadi
sejawat
kecuali
untuk
pertimbangan- pertimbangan yang dapat
dilegalkan secara hukum.
16) Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang
124

langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan


sejawat.
e. Hubungan Guru dengan Profesi
1) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
2) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang studi yang diajarkan.
3) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
4) Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
5) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggung jawab,
inisiatif
individual,
dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat
yang akan merendahkan martabat profesionalnya.
7) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang
dapat
mempengaruhi
keputusan
atau
tindakan-tindakan
profesionalnya.
8) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud
menghindari tugas-tugas dan tanggung jawab yang muncul akibat
kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.
f. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi
1) Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta
secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi
kepentingan kependidikan.
2) Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.
3) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi
pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru
dan masyarakat.
4) Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab
atas konsekuensinya.
5) Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakantindakan profesional lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat
yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi
profesinya.
7) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk
memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
8) Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai
organisasi
profesi
tanpa
alasan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
125

g. Hubungan Guru dengan Pemerintah


1) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program
pembangunan
bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam
UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang
Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan
lainnya.
2) Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan yang berbudaya.
3) Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
4) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh
pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan
pembelajaran.
5) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang
berakibat pada kerugian negara.
6. Pelanggaran dan Sanksi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kode Etik Guru merupakan pedoman
sikap dan perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai profesi
terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode
Etik Guru, karenanya, berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru
dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan
rekan seprofesi, organisasi atau asosiasi profesi, dan pemerintah sesuai
dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan.
Untuk tujuan itu, Kode Eik Guru dikembangkan atas dasar nilai-nilai dasar
sebagai sumber utamanya, yaitu: (1)
agama
dan Pancasila; (2)
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan (3) nilai
jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah. emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan
martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau
asosiasi profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi
norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesian.
Setiap pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak
melaksanakana KEGI dan ketentuan perundangan yang berlaku yang
berkaitan dengan profesi guru. Guru yang melanggar KEGI dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku pada organisasi
profesi atau menurut aturan negara.
126

Tentu saja, guru tidak secara serta-merta dapai disanksi karena


tudingan melanggar Kode Etik profesinya. Pemberian sanksi itu berdasarkan
atas rekomendasi objektif. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru
yang melakukan pelanggaran terhadap KEGI merupakan wewenang Dewan
Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). Pemberian sanksi oleh DKGI
sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan
dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundangundangan.
Rekomendasi DKGI wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
Tentu saja, istilah wajib ini normatif sifatnya. Sanksi dimaksud merupakan
upaya pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk
menjaga harkat dan martabat profesi guru. Selain itu, siapapun yang
mengetahui telah terjadi pelanggaran KEGI wajib melapor kepada DKGI,
organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang. Tentu saja, setiap
pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan
organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum menurut jenis
pelanggaran yang dilakukan dihadapan DKGI.
Latihan dan Renungan
1.
2.
3.
4.

Apa esensi etika profesi guru?


Sebutkan karakteristik utama profesi guru!
Mengapa guru harus memiliki komitmen terhadap Kode Etik?
Mengapa UU No. 14 Tahun 2005 mewajibkan guru menjadi anggota
organisasi profesi?
5.
Apa implikasi kewajiban menjadi anggota organisasi profesi bagi guru?
6.
Apa peran DKGI dalam kerangka penegakan Kode Etik Guru?

Refleksi akhir
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan
memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka
menjalankan
fungsi
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional
sebagaimana disebutkan di atas. Peserta didik sekarang merupakan
manusia masa depan yang diharapkan mampu menguasai ilmu pengetahuan
127

dan teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter kebangsaan, serta


menjadi insan agamais.
Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di
dalam masyarakat yang multikultural dan multidimensional, dimana peran
teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru masih sangat minim. Kalau
pun teknologi pembelajaran tersedia mencukupi, peran guru yang
sesungguhnya tidak akan tergantikan. Sejarah pendidikan di Indonesia
telah mencatatkan bahwa profesi guru sebagai profesi yang disadari
pentingnya dan diakui peran strategisnya bagi pembangunan masa
depan bangsa.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru harus sejalan dengan
kegiatan sejenis bagi tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari sisi
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, profesi guru
sesungguhnya termasuk dalam spektrum profesi kependidikan itu sendiri.
Frasa tenaga kependidikan ini sangat dikenal baik secara akademik
maupun regulasi.
Dari persepektif ketenagaan, frasa ini mencakup dua ranah, yaitu
pendidik dan tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK)
merupakan dua jenis profesi atau pekerjaan yang saling mengisi.
Pendidik, dalam hal ini guru, dengan derajat profesionalitas tingkat tinggi
sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bekerja, tanpa dukungan tenaga
kependidikan. Sebaliknya, tenaga kependidikan yang profesional sekali pun
tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan pendidik atau guru yang
profesional sebagai aktor langsung di dalam dan di luar kelas, termasuk di
laboratoium sekolah.
Karenanya, ketika berbicara mengenai profesi kependidikan, semua
orang akan melirik pada esensi dan eksistensi PTK itu sendiri. Merujuk pada
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Tenaga kependidikan adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan, di mana di dalamnya termasuk pendidik.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, guru yang tadinya masuk ke dalam
rumpun pendidik, kini telah memiliki definisi tersendiri.
Secara lebih luas tenaga kependidikan yang dimaksudkan di sini
adalah
sebagaimana termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, yaitu: (1) tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik,
pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang
di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan
128

penguji; (2) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan


pelatih; dan (3) pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah,
direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah.
Termasuk dalam jenis tenaga kependidikan adalah pengelola sistem
pendidikan, seperti kepala kantor dinas pendidikan di tingkat provinsi atau
kabupaten/kota. Jika mau diperluas, tenaga kependidikan sesungguhnya
termasuk tenaga administratif bidang pendidikan, dimana mereka
berfungsi sebagai subjek yang menjalankan fungsi mendukung
pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian, secara umum tenaga kependidikan itu dapat
dibedakan menjadi empat kategori
yaitu: (1) tenaga pendidik, terdiri
atas pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih; (2) tenaga fungsional
kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di
bidang kependidikan, dan pustakawan; (3) tenaga teknis kependidikan,
terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar; (4) tenaga pengelola
satuan pendidikan, terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan
pimpinan satuan pendidikan luar sekolah; dan (5) tenaga lain yang
mengurusi masalah- masalah manajerial atau administratif kependidikan.
Dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru,
telah muncul beberapa harapan ke depan. Pertama, perhitungan guru
melalui Sensus Data Guru sangat diperlukan untuk merencanakan
kebutuhan
guru
dan
sebagai
bahan
pertimbangan
kebijakan
proyeksi pemenuhan guru di masa mendatang.
Hasil perhitungan dan
rencana pemenuhan guru per kabupaten/kota perlu diterbitkan secara
berkala dalam bentuk buku yang dipublikasikan minimal setiap tiga
tahun.
Kedua, memperhitungkan keseimbangan antara penyediaan dan
kebutuhan ( supply and demand) atau keseimbangan antara kebutuhan
guru dan produksi guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan
guru dan rasio guru:murid dapat di pertahankan secara efektif dan
optimal. Pada kondisi riil di sekolah sebenarnya terjadi kelebihan guru
sehingga guru-guru honor yang ada di sekolah merasa teraniaya/
termarjinalisasi/tak terurus.
Ketiga, merealisasikan pemerataan guru yang efektif dan efisien di
semua satuan pendidikan di kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.
Apalagi jika Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang
Pemindahan Guru PNS yang masih
dalam
proses
penyelesaian
telah
terbit,
maka berangsur-angsur akan terjadi pemerataan guru.
Guru yang berlebih di satu kabupaten/kota dipindahkan ke kabupaten/kota
lainnya yang kekurangan. Keempat, menghitung dengan tepat dan
cermat
kebutuhan
fiskal
negara
terkait dengan agenda
kesejahteraan guru yaitu pemberian tunjangan profesi guru, tunjangnan
129

khusus, maslahat tambahan, dan lain-lain.


Kelima, pengembangan karier guru pascasertifikasi. Berdasarkan
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, ada empat aktivitas
pengembangan karir guru pascasertifikasi guru, yaitu: penilaian kinerja
guru, peningkatan guru berkinerja rendah, pengembangan keprofesian
guru berkelanjutan, dan pengembangan karier guru.
Pada sisi lain, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan
kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan
penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi,
sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi,
penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di
daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan.
Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun
masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Beranjak dari isuisu di atas, beberapa hal berikut ini memerlukan perhatian dan priotitas
utama.
1.

Menindaklanjuti masterplan pembinaan dan pengembangan profesi


guru.
2. Melaksanakan kesepakatan implementasi sistem manajemen
guru secara komprehensif berkaitan dengan:
a. Melakukan
koordinasi
dalam
penyediaan
guru
dengan
mempertimbangkan kebutuhan satuan pendidikan.
b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan standar
kompetensi yang telah ditetapkan.
c. Mengangkat dan menempatkan guru berdasarkan kualifikasi
akademik dan bidang keahlian yang dimilikinya sesuai dengan
kebutuhan satuan pendidikan.
d.
Menata dan mendistribusikan guru antarsatuan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan
guru secara nasional melalui aspek pendanaan bidang pendidikan.
e.
Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas
obyektifitas, transparan dan akuntabel.
f. Memfasilitasi
peningkatan
kualifikasi
akademik
guru
dengan
menerapkan
asas obyektifitas, transparan dan
akuntabel
g.
Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara berkelanjutan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan prestasi
dan dedikasinya dan memberikan perlindungan hukum, profesi,
ketenagakerjaan, dan hak atas kekayaan intektual.
i.
Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan
daerah.
130

j.
3.

Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan


karir guru.

Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam


peraturan
daerah/peraturan gubernur/peraturan bupati/peraturan walikota

Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan


perumusan kebijakan yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru
sebagaimana
dimaksud
terutama
berkaitan
dengan
penyediaan,
rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi,
peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan
perlindungan, kesejahteraan, pembinaan
karir,
pengembangan
keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus
yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan.
Dalam kaitannya dengan substansi manajemen guru sebagaimana
dijelaskan di muka, beberapa hal perlu diberi catatan khusus. Perlu
ditetapkan standar mahasiswa calon guru. Standar dimaksud berupa
kemampuan intelektual, kepribadian, minat, bakat, ciri-ciri fisik, dan
sebagainya. Penentuan standar ini ditetapkan oleh institusi penyedia calon
guru dan/atau difilter melalui seleksi calon peserta Pendidikan Profesi Guru
(PPG). Dengan demikian, ke depan hanya seseorang dengan karakteristik
tertentulah yang akan direkruit sebagai calon guru.
Perencanaan kebutuhan guru harus dilakukan secara cermat dan
komprehensif, sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, bidang
keahlian, dan sebaran sekolah. Dalam kaitannya dengan rekruitmen
calon guru, sudah seharusnya menjadi kebijakan nasional yang
tersentralisasi. Demikian juga pembinaan dan pengembangan keprofesian
dan karirnya. Atas dasar itu, kiranya diperlukan regulasi baru atau
merevitalisasi manajemen guru yang mampu mensinergikan lembaga
penyedia, pengguna, dan pemberdayaannya.
Pada tataran menjalankan tugas keprofesian keseharian, guru
Indonesia bertanggungjawab mengantarkan peserta didiknya untuk
mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang
kehidupan. Dalam melaksanakan tugas profesinya itu, guru Indonesia
mestinya menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan KEGI sebagai
pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk
nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik puteraputeri bangsa.
Untuk menegakkan Kode Etik itu, organisasi profesi guru membentuk
Dewan kehormatan yang keanggotaan serta mekanisme kerjanya diatur
dalam anggaran dasar organisasi profesi guru. Dewan Kehormatan Guru
(DKG) dimaksud dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan
131

memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik


oleh guru. Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru harus objektif,
tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar
organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
===00===

BAB III
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
A. Teori Belajar

1. Pengantar
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami keterbelakangan. Keterbelakangan tersebut disebabkan oleh (1) pendidikan diselenggarakan untuk
kepentingan penyelenggara bukan untuk peserta didik; (2) pembelajaran
yang diselenggarakan bersifat pemindahan isi (content transmission). Tugas
pengajar hanya sebagai penyampai pokok bahasan. Mutu pengajaran
menjadi rendah karena yang diukur hanya daya serap sesaat yang dungkap
lewat proses penilaian hasil belajar yang artifisial. Pengajaran tidak
diarahkan kepada partisipasi total peserta didik yang pada akhirnya dapat
melekat sepenuhnya dalam diri peserta didik; (3) aspek afektif cenderung
terabaikan; (4) diskriminasi penguasaan wawasan yang terjadi akibat
anggapan bahwa yang di pusat mengetahui segalanya dibandingkan dengan
yang di daerah, yang di daerah merasa mengetahui semuanya dibandingkan
dengan yang di cabang, yang di cabang merasa lebih tahu di bandingkan
dengan yang di ranting, begitu seterusnya. Jadi, diskriminasi sistematis
terjadi akibat pola pembelajaran yang subjekobjek; dan (5) pengajar selalu
mereduksi teks yang ada dengan harapan tidak salah melangkah. Teks atau
buku acuan dianggap segalanya jika telah menyampaikan isi buku acuan
berhasillah dia.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem pendidikan yang ada selama ini
ibarat sebuah bank. Peserta didik diberikan pengetahuan agar kelak
mendatangkan hasil yang berlipat-lipat. Peserta didik lantas diperlakukan
sebagai bejana kosong yang akan diisi, sebagai sarana tabungan. Guru atau
pelatih adalah subjek aktif. Peserta didik adalah subjek pasif yang penurut
dan diperlakukan tidak berbeda. Pendidikan akhirnya bersifat negatif dengan
guru memberikan informasi yang harus ditelan oleh peserta didik yang wajib
diingat dan dihapalkan. Berikut daftar antagonis pendidikan gaya bank yang
sangat magis dan naif.
a) guru mengajar murid belajar
b) guru tahu segalanya murid tidak tahu apa-apa
132

c)
d)
e)
f)
g)

guru berpikir murid dipikirkan


guru bicara murid mendengarkan
guru mengatur murid diatur
guru memilih dan memaksakan pilihannya murid menuruti
guru bertindak murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai
dengan tindakan guru
h) guru memilih apa yang diajarkan murid menyesuaikan diri
i) guru mengacaukan wewenang wawasan yang dimilikinya dengan
wewenang profesionalismenya dan mempertentangkannya dengan
kebebasan murid
j) guru adalah subjek proses belajar murid objeknya.
Oleh karena guru atau pelatih menjadi pusat segalanya. Karenanya
menjadi hal yang wajar jika murid mengidentifikasikan diri seperti gurunya
sebagai prototipe manusia ideal yang harus ditiru dan digugu serta
diteladani dalam segala hal. Implikasinya, kelak murid-murid itu sebagai
duplikasi guru mereka dulu. Pada saat itu, akan lahir generasi baru yang
penindas. Jadi, penindasan bisa jadi diawali dari dunia pendidikan.
Berdasar beragam kesenjangan dan kelemahan praktik pendidikan,
khususnya pembelajaran tersebut, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003,
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi dan
kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi akademik, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Bahkan, untuk memenadu impelementasi
kompetensi pedagogis di kelas, diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang mengatur aktivitas guru
menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan
pengevaluasiannya. Tiap guru dituntut mengembangkan kapasitasnya
secara optimal, kreatif, dan adaptif dalam situasi yang cepat berubah.
Sistem transformasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap di sekolah
dikembangkan agar sesuai dengan karakteristik siswa. Sistem transformasi
itu dikembangkan melalui model-model pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Model PAIKEM merupakan
model pembelajaran yang dipayungi oleh teori psikologi mutakhir, antara
lain kognitif, konstruktivistik, dan humanistik yang menekankan pada belajar
untuk menjadi tahu (learning to know), belajar untuk bekerja (learning to
do), belajar untuk menjadi (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama
(learning to live together).
Tuntutan profesi mengharuskan guru mampu mengaplikasikan model
PAIKEM. Kebutuhan guru untuk dapat mengimplementasikan model-model
tersebut dalam pembelajaran sesuai karakteristik mata pelajaran merupakan
pondasi bagi penulisan modul ini.

133

Pernahkah Anda mendengar kata PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,


Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dalam dunia pendidikan? Pasti, Anda
pernah mendengarnya; bahkan, mendapatkan informasinya melalui berbagai
pelatihan. Nah, dalam modul ini, dikupas tentang PAIKEM beserta teori
belajar yang melatarinya dan model pembelajarannya. PAIKEM menjawab isu
saat ini tentang pergeseran paradigma mengajar dari guru sentris ke siswa
sentris. Isu tersebut sejalan dengan perkembangan zaman, yakni proses
transformasi pendidikan menuju pada learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together.
Pada modul ini, Anda akan mengenali konsep dasar PAIKEM, selayang
pandang teori belajar, model-model pembelajaran, dan contoh pembelajaran
PAIKEM. Setelah itu, Anda dapat menguatkan pemahaman melalui
rangkuman dan evaluasi yang terdapat pada modul ini. Selamat belajar
modul ini. Salam PAIKEM!
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat:
a) mengenali PAIKEM baik dari segi konsep dan ciri-ciri nya;
b) mengenali selayang pandang teori belajar yang melandasi model-model
PAIKEM;
c) mengidentifikasi model- model pembelajaran berbasis PAIKEM sehingga dapat
membedakan model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang
lain;
d) mengenali contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang berbasis PAIKEM.
Sebelum mempelajari modul ini, Anda diharapkan memahami teori belajar
dan karakteristik peserta didik agar lebih menguatkan pemahaman Anda tentang
PAIKEM. Agar isi modul dapat melekat dalam pengalaman belajar Anda, cara
penggunaan modul ini perlu Anda cermati dengan seksama. Berikut ini cara
menggunakan modul tersebut.
a) Lakukanlah orientasi modul terdahulu dengan membaca sekilas dari awal
sampai akhir modul.
b) Bacalah daftar isi untuk memberikan pemahaman awal tentang isi modul.
c) Cermati dengan seksama tujuan, prasyarat, dan cara menggunakan modul
untuk membekali arah yang akan dituju dalam mempelajari modul ini.
d) Bacalah secara cermat dari pengantar sampai pada rangkuman.
e) Contoh pembelajaran berbasis PAIKEM pada modul ini hanya sebatas ilustrasi
sebagian, Anda dapat mengembangkan dan menerapkan dengan contoh-contoh
lainnya di kelas masing-masing.
f) Silahkan menguji diri melalui mengerjakan evaluasi dengan cara menjawab
pertanyaan yang ada pada evaluasi.
g) Berdiskusilah dengan teman lain tentang isi modul ini untuk memperdalam
kemampuan Anda di bidang PAIKEM.

134

Peta Kompetensi
Model Pembelajaran berbasis PAIKEM
TUJUAN MATA DIKLAT
Peserta diklat mampu menerapkan berbagai model
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang
sesuai dengan karaktersitik siswa dan materi ajar serta taat
asas pada teori belajar yang relevan dan mutakhir.

Peserta diklat mampu menerapkan


konsep dan implikasi teori belajar
sosial (humanistik) dalam model
pembelajaran berbasis PAIKEM yang
relevan

Mahasiswa mampu
mendeskripsikan konsep
belajar

Peserta diklat mampu menerapkan


teori konstruktivistik dalam model
pembelajaran berbasis PAIKEM yang
relevan

Mahasiswa mampu
menerapkan konsep belajar
behavioristik dalam
pembelajaran

Peserta diklat mampu


menerapkan teori belajar
kognitif dalam model
pembelajaran PAIKEM yang
relevan

2. Konsep Belajar dari Pandangan Teori Belajar


Sebenarnya siapa siswa itu? Semua yang terlibat dalam pendidikan
harus sadar bahwa (1) setiap peserta didik adalah unik. Peserta didik
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu,
proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan
tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat
lebih berkembang; (2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan
pikir anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa
harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak. Yang terjadi
justru sebaliknya, pendidik memberikan materi pelajaran lewat ceramah
seperti yang mereka peroleh dari bangku sekolah yang pernah diikuti; (3)
dunia anak adalah dunia bermain tetapi materi pelajaran banyak yang tidak
disajikan lewat permainan. Hal itu salah satunya disebabkan oleh pemberian
135

materi pelajaran yang jarang diaplikasikan melalui permainan yang


mengandung nuansa filsafat pendidikan; (4) Usia anak merupakan usia yang
paling kreatif dalam hidup manusia. Namun, dunia pendidikan tidak
memberikan kesempatan bagi kreativitas; dan (5) dunia anak adalah dunia
belajar aktif. Banyak guru yang tidak mampu mengaktifkan belajar siswa
karena menganggap siswa sebagai objek yang tidak dapat bertindak,
berpikir, dan berlaku seperti yang diharapkan guru.
Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan berbagai teori belajar yang
lain, misalnya Gagne (1985) yang menekankan pada behavior development atau
perkembangan perilaku sebagai produk dari cumulative effects of learning atau efek
komulatif.
Menurut Gagne bahwa belajar adalah proses perubahan dalam
kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.
Learning is a change in human disposition of capability that persists over a period
of time and is not simply ascribable to processes of growth. Pendapat Gagne telah
mempengaruhi pandangan tentang bagaimana menata lingkungan belajar.

Dalam modul ini Anda diajak membahas konsep belajar dari


pandangan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar
konstruktivistik dan teori belajar humanistik. Selesai belajar modul ini,
diharapkan Anda dapat menerapkan dalam pembelajaran. Tujuan khusus
yang dapat Anda peroleh setelah belajar modul ini, Anda dapat :
a) Menjelakan hakikat teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif, teori belajar
Konstruktivistik, dan teori belajar Humanistik
b) Memilih di antara pandangan teori belajar dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

A.

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Penerapan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan


menyenangkan tidak serta merta dapat dilakukan jika siswa belum memiliki
stock of knowledge
atau prior knowledge dari
hal yang sedang
dipelajarinya. Pemberian pengalaman belajar sebagai previous experience
sangat dibutuhkan. Teori Behavioristik memiliki andil besar terhadap hal
tersebut. Proposisi-proposisi Behavioristik menjadi landasan logika
pengorganisasian pembelajaran yang beraksentuasi pada terbentuknya prior
knowledge.
Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi
tersebut merupakan hubungan antara stimuli (S) dan respon (R). Muara
belajar adalah terbentuknya kebiasaan. Watson mengemukakan ada dua
prinsip dalam pembentukan kebiasaan yaitu kekerapan dan kebaruan.
Prinsip kekerapan menyatakan bahwa makin kerap individu bertindak balas
terhadap suatu stimuli, apabila kelak muncul lagi stimuli itu maka akan lebih
136

besar kemungkinan individu memberikan respon yang sama terhadap stimuli


tersebut.
Edwin Guthrie berdasarkan konsep contiguity menyatakan bahwa
suatu kombinasi stimuli yang dipasangkan dengan suatu gerakan akan
diikuti oleh gerakan yang sama apabila stimuli tersebut muncul kembali.
Pergerakan ini diperoleh melalui latihan. Guthrie juga mengemukakan prinsip
tentang pembinaan dan perubahan kebiasaan. Pada dasarnya pembinaan
dan perubahaan kebiasaan dapat dilakukan melalui threshold method
(metode ambang), the fatigue method (metode meletihkan), dan the
incompatible response method (metode rangsangan tidak serasi).
Thorndike berpendapat bahwa belajar pada dasarnya merupakan
pembinaan hubungan antara stimuli tertentu dengan respon tertentu. Semua
proses belajar dilakukan dengan coba-salah (trial and error). Ada tiga hukum
dalam hal tersebut yaitu (1) hukum hasil (law of effect), (2) hukum latihan
(law of exercise), (3) hukum kesiapan (law of readiness). Skinner
menyatakan bahwa peneguhan (reinforcement) memegang peran penting
dalam mewujudkan tindak balas baru. Peneguhan diartikan sebagai suatu
konsekuensi perilaku yang memperkuat perilaku tertentu.
Kegiatan belajar mengajar berdasarkan prinsip-prinsip Behavioristik
merupakan kegiatan belajar figuratif. Belajar seperti ini hanya menekankan
perolehan informasi dan penambahan informasi. Belajar merupakan proses
dialog imperatif, bukan dialog interaktif. Belajar bukan proses organik dan
konstruktif melainkan proses mekanik. Aktivitas belajar didominasi oleh
kegiatan menghafal dan latihan.
B.TEORI BELAJAR KOGNITIF
Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental,
bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral
tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku siswa
bukan semata-mata respon terhadap yang ada melainkan yang lebih penting
karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah proses
mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual.
Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan
kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Peaget, discovery learning oleh
Jerome Bruner, reception learning oleh Ausubel. Perkembangan kognitif
menurut Jean Peaget dapat digambarkan dalam tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Perkembangan Kognitif Anak menurut Jean Piaget


Tahap
Umur
Ciri Pokok Pengembangan
137

SENSORIMOTORI
K
PRAOPERASIONA
L
OPERASI
KONKRET
OPERASI
FORMAL

0-2 Tahun
2 7 Tahun

8 11
Tahun
11 Tahun
ke atas

Berdasarkan tindakan
langkah demi langkah
Penggunaan symbol/bahasa
tanda
konsep intuitif
Pakai aturan jelas/logis
reversibel dan kekelan
Hipotesis
abstrak
deduktif dan induktif
logis dan probabilitas

Perkembangan kognitif yang digambarkan oleh Peaget merupakan


proses adaptasi intelektual. Proses adaptasi tampak pada asimilasi,
akomodasi, dan equilibration. Asimilasi ialah proses perubahan apa yang
dipahami sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sebelumnya.
Pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
oleh individu. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke
dalam situasi. Equilibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk
mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian
proses belajar terjadi jika mengikuti tahap-tahap tersebut.
Menurut Bruner, kognitif berkembang
melalui tiga tahap yaitu,
enaktif (melakukan aktivitas memahami lingkungan), ikonik (memahami
objek melalui gambar dan visualisasi verbal), dan simbolik (memiliki ide
abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa dan berlogika).
Jika Jean Peaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan
bahasa
seseorang,
Bruner
menyatakan
perkembangan
bahasa
besar
pengaruhnya
terhadap
perkembangan kognitif. Dalam memahami dunia sekitarnya orang belajar
melalui simbol bahasa, logika, matematika. Komunikasinya dilakukan dengan
menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam
proses berpikirnya semakin dominan sistem simbolnya.
Meskipun teori belajar sosial dari Albert Bandura menekankan pada
perubahan perilaku melalui peniruan, banyak pakar tidak memasukkan teori
ini sebagai bagian dari teori belajar behavioristik. Sebab, Albert Bandura
menekankan pada peran penting proses kognitif dalam pembelajaran
sebagai proses membuat keputusan yaitu bagaimana membuat keputusan
perilaku yang ditirunya menjadi perilaku miliknya.
C.TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Belajar menurut
perspektif
Konstruktivistik adalah pemaknaan
pengetahuan. Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan
138

bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka. Pengetahuan merupakan


konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. Pikiran berfungsi sebagai
alat menginterpretasi,
sehingga muncul makna yang unik. Teori
Konstruktivistik memandang bahwa ilmu pengetahuan harus dibangun oleh
siswa di dalam benak sendiri melalui pengembangan proses mentalnya.
Dalam hal ini
iswalah yang membangun dan menciptakan makna
pengetahuannya (Nur, 2000).
Konstruktivistik menekankan pada belajar sebagai pemaknaan
pengetahuan struktural, bukan pengetahuan deklaratif sebagaimana
pandangan behavioristik. Pengetahuan dibentuk oleh individu secara
personal dan sosial. Pemikiran Konstruktivisme Personal dikemukakan oleh
Jean Peaget dan Konstruktivisme Sosial dikemukakan oleh Vygotsky.
Belajar berdasarkan Konstruktivistik menekankan pada proses
perubahan konseptuall (conceptual-change process). Hal ini terjadi pada diri
siswa ketika peta konsep yang dimilikinya dihadapkan dengan situasi dunia
nyata. Dalam proses ini siswa melakukan analisis, sintesis, berargumentasi,
mengambil keputusan, dan menarik kesimpulan sekalipun bersifat tentatif.
Konstruksi pengetahuan yang dihasilkan bersifat viabilitas, artinya konsep
yang telah terkonstruksi bisa jadi tergeser oleh konsep lain yang lebih dapat
diterima. Degeng (2000) memaparkan hasil ananlisis komparatif pandangan
Behavioristik-konstruktivistik tentang belajar dikemukakan dalam tabel 1.2
berikut ini.
Tabel 1.2 Perbandingan Pandangan Behavioristik-Konstruktivik
tentang Belajar
Behavioristik
Konstruktivistik
Pengetahuan adalah
objektif, pasti, dan tetap,
tidak berubah.
Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi.
Belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedang
mengajar adalah
memindah pengetahuan ke
orang yang belajar.

Siswa diharapkan memiliki

Pengetahuan adalah nonobjective, tempo- rer, selalu


berubah, dan tidak menentu
Belajar adalah penyusunan
pengetahuan dari pengalaman
konkret, aktivitas kolaboratif, dan
refleksi serta interpretasi.
Mengajar adalah menata
lingkungan agar siswa
termotivasi dalam menggali
makna dan menghargai
ketidakmampuan
Siswa akan memiliki
139

pemahaman yang sama


terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya,
apa yang dipahami oleh
pengajar itulah yang
harus dipahami oleh siswa.

pemahaman yang berbeda


terhadap pengetahuan
tergantung pada pengalamannya,
dan perspektif yang dipakai dalam
menginterpretasikannya.

Fungsi mind adalah


menjiplak struktur pengetahuan melalui proses
berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah
sehingga makna yang
dihasilkan dari proses
berpikir ditentukan oleh
karakteristik struktur
pengetahuan.

Mind berfungsi sebagai alat untuk


menginterpretasi peristiwa, objek,
atau perspektif yang ada dalam
dunia nyata sehingga makna yang
dihasilkan
bersifat
unik
dan
individualistik.

Berikutnya, bagaimana implikasi proposisi-proposisi tersebut dalam


kegiatan belajar mengajar ? Silakan Anda refleksikan bagaimana Anda
mengajar selama ini! Demikian juga, refleksikan cara mengajar Anda selama
ini dengan teknik pengaorganisasian
pembelajaran Konstuktivistik?
Bandingkan hasil refleksi Anda dengan rumusan-rumusan di bawah ini.
Secara hirarki Driver dan Oldham memberikan strategi pembelajaran
konstruktivistik sebagai berikut.

ORIENTATION
ELICITATION OF IDEAS

140

RESTRUCTURING OF IDEAS

Clarification and Exchange


COMPARISON WITH PREVIOUS IDEAS
Exposure to conflict situation

Construction of new ideas


Evaluation

APPLICATION OF IDEAS
REVIEW CHANGE IN
IDEAS

1)

Orientasi merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa


memperhatian dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi
pembelajaran.
2)
Elicitasi merupakan fase untuk membantu siswa menggali ide-ide
yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide
mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh
siswa.
3)
Restrukturisasi ide dalam hal ini siswa melakukan klarifikasi ide
dengan cara mengkontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau
teman melalui diskusi. Berhadapan dengan ide-ide lain seseorang dapat
terangsang untuk merekonstruksi gagasannya,
kalau tidak cocok.
Sebaliknya menjadi lebih yakin jika gagasannya cocok. Membangun ide
baru hal ini terjadi jika dalam diskusi idenya bertentangan dengan ide
lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan teman-temannya. Mengevaluasi ide barunya dengan
eksperimen. Jika dimungkinkan, sebaiknya gagasan yang baru dibentuk
itu diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang baru.
4)
Aplikasi ide dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah
dibentuk siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang
dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih lengkap bahkan
lebih rinci.

141

5)

Review dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan


pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi
gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara
mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika hasil review kemudian
dibandingkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki maka akan
memunculkan kembali ide-ide (elicitasi) pada diri siswa.

D. TEORI

BELAJAR SOSIAL (HUMANISTIK)

Teori belajar sosial (Humanistik) diperkenalkan oleh Albert Bandura


(1977--1986) yang menjelaskan tentang pengaruh penguatan dari luar diri
atau lingkungan seorang siswa.
Aktivitas kognitif dalam diri siswa
(kemampuan) belajar iswa dilaului dengan
cara modelling atau
mencontoh perilaku orang lain. Teori ini mementingkan pilihan pribadi,
kreativitas, dan aktualisasi dari setiap individu yang belajar.
Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam
menerapkan teori belajar Humanistik, yaitu (1) menyatakan perilaku, (2)
kemampuan membuat atau memahami simbol/tanda/lambang, (3)
kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan untuk seolah-olah mrngalami
sendiri apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan mengatur diri sendiri
dan (6) kemampuan untuk berefleksi.
1) Faktor-faktor yang Saling Menentukan
Dalam hal ini ada tiga faktor yang saling menentukan, yaitu (a)
perilaku, (b) berbagai faktor yang ada pada pribadi seseorang dan (c)
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada lingkungan diri orang tersebut. Ketiga
faktor tersebut secara bersama-sama saling bertindak sebagai penentu atau
penyebab yang satu terhadap yang lain.
2) Kemampuan Membuat atau Memahami Simbol/Tanda/Lambang
Bandura berpendapat bahwa seseorang dalam memahami dunia ini
secara simbolis melalui gambar-gambar kognitif (cognitive representation).
Oleh karena itu seseorang termasuk Anda lebih cepat bereaksi terhadap
gambaran kognitif dari dunia sekitar daripada terhadap dunia itu sendiri.
Artinya Anda memiliki kemampuan berpikir dan memanfaatkan bahasa
sebagai alat untuk berpikir yang kemudian tersimpan dalam ngatan dan halhal yang akan datang dapat pula diuji coba secara simbolis dalam pikiran.
Pikiran-pikiran merupakan simbol-simbol atau gambaran kognitif dari masa
lalu maupun masa depan yang dapat memengaruhi atau menyebabkan
munculnya perilaku tertentu.
3) Kemampuan Berpikir ke Depan
Kemampuan berpikir atau mengolah simbol dapat dimanfaatkan untuk
merencanakan masa depan. Anda dapat menduga bagaimana orang lain
akan bereaksi terhadap Anda berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai,
142

merencanakan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan


tersebut. Kondisi inilah yang disebut berpikir ke depan, dan cenderung
tindaakan diawali oleh pikiran.
4) Kemampuan
untuk Seolah-olah Mengalami Sendiri apa yang
Dialami Orang Lain
Anak-anak maupun orang dewasa mampu belajar dengan cara
memperhatikan perilaku orang lain dan memperhatikan konsekuensi dari
perilaku tersebut. Keadaan inilah yang disebut belajar berdasarkan apa yang
dialami orang lain. Selain itu seseorang belajar dengan melakukan sendiri
dalam berbagai hal dan terjadi konsekuensi dari perbuatan/perilakunya. Cara
belajar dari pengalaman orang lain merupakan upaya seseorang untuk
mengembangkan sesuatu yang dipikirkan.
5) Kemampuan Mengatur Diri Sendiri
Setiap orang pada umumnya memiliki kemampuan mengendalikan
perilaku diri sendiri. Anda telah mengatur kegiatan sehari-hari, misalnya
kapan harus memeriksa kesehatan secara rutin, berapa jam harus tidur, jam
berapa harus berangkat mengajar, kapan harus menyiapkan perangkat
pembelajaran, kapan melakukan evaluasi setiap mata pelajaran, kapan Anda
mengajukan kenaikan pangkat, Anda melaksanakan tugas sebagai guru
secara optimal, kapan melaksanakan penelitian dan tentunya masih banyak
kegiatan yang Anda atur baik yang yang bersifat rutin, maupun skala
prioritas. Perilaku-perilaku ini Anda kerjakan selain untuk melaksanakan
kewajiban sebagai guru, juga berdasarkan standard an motivasi yang telah
anda tetapkan sendiri.
6) Kemampuan untuk Berefleksi
Prinsip ini menjelaskan bahwa sebagian besar orang cenderung
melakukan refleksi atau perenungan untuk memikirkan tentang kemampuan
pribadi masing-masing. Mereka umumnya mampu memantau ide-ide, dan
kepantasan menilai ide tersebut serta menilai dirinya dengan
memperhatikan konsekuensi dari perilakunya. Berdasarkan semua penilaian
dirinya itu, yang paling penting adalah penilaian terhadap tingkat
kompetensi atau kemampuan mereka dapat mengerjakan suatu tugas
dengan sukses. Penilaian terhadap diri sendiri disebut keyakinan akan
kemampuan diri (self efficacy)
yang ternyata memengaruhi pilihan
seseorang terhadap kegiatan yang akan dilakukan, besarnya usaha yang
akan ditunjukkan untuk menyelesaikan tugas tersebut, besarnya tantangan
saat menghadapi kesulitan, dan kemungkinan muncul rasa khawatir
menghadapi suatu tugas, bahkan ada rasa takut ataupun kurang percaya
diri.

E.

RANGKUMAN

1. Belajar menurut perspektif


Behavioristik adalah perubahan perilaku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi
143

tersebut merupakan hubungan antara stimuli (S) dan respon (R). Muara
belajar adalah terbentuknya kebiasaan.
2. Teori
Kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa
behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata
hampir dalam setiap peristiwa belajar. Belajar adalah proses mental yang
aktif untuk mencapai, mengingat, danmenggunakan pengetahuan. Belajar
menurut teori kognitif adalah perceptual.
3. Pandangan belajar menurut teori Konstruktivistik memandang bahwa ilmu
pengetahuan harus dibangun oleh siswa di dalam benaknya sendiri
melalui pengembangan proses mentalnya, dan siswalah yang membangun
dan menciptakan makna pengetahuannya.
4. Belajar menurut pandangan teori sosial (Humanistik) merupakan suatu
proses di mana siswa mengembangkan kemampuan pribadi yang khas
dalam bereaksi terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat dikatakan
bahwa siswa tersebut mengembangkan kemampuan terbaik dalam diri
pribadinya.
5. Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam
menerapkan teori belajar humanistik yaitu: (1) menyatakan perilaku, (2)
kemampuan membuat atau memahami simbol/tanda/lambang, (3)
kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan untuk seolah-olah
mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan mengatur
diri sendiri, dan (6) kemampuan untuk berefleksi.

1.

2.
3.
4.
5.

F. PELATIHAN
Jelaskan perbedaan antara teori behavioristik dan konstrukstif dalam hal
a. Belajar
b. Mengajar
c. Kedudukan peserta didik
d. Pengetahuan
e. Fungsi Mind
Jelaskan secara runtut perkembangan teori belajar behavioristik
berdasarkan prespektif sekurang-kurangnya dua tokoh yang Anda
ketahui!
Jelaskan secara runtut tahapan perkembangan kognitif anak menurut
Piaget!
Jelaskan perbedaan penerapan kegiatan pembelajaran yang menganut
pandangan teori belajar behavioristik dan konstruktivistik secara aplikatif
yang selama ini telah Anda lakukan!
Jelaskan 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar
humanistik yang dikemukan oleh Bandura!
144

B. Model-Model Pembelajaran Paikem


Salah satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia cenderung
berorientasi pada input dan output, kurang memperhatikan aspek proses.
Padahal, proses akan sangat menentukan hasil. Salah satu upaya
meningkatkan kualitas proses belajar itu ialah melalui PAIKEM. Apa yang
dimaksud dengan PAIKEM? Mengapa harus PAIKEM? Apa ciri-ciri PAIKEM? Apa
yang harus dipersiapkan dalam PAIKEM? Model-model pembelajaran apa saja
yang menggunakan pendekatan PAIKEM?
Anda dapat menjawab semua pertanyaan tersebut dengan memelajari
dan menelaah penjelasan yang disajikan berikut.
1. KONSEP DAN CIRI-CIRI PAIKEM
Sebenarnya, guru termasuk orang yang kreatif. Berarti, guru mempunyai
sikap kreatif. Sikap kreatif ditandai dengan (a) keterbukaan terhadap
pengalaman baru, (b) kelenturan dalam berpikir, (c) kebebasan dalam
ungkapan diri, (d) menghargai fantasi, (e) minat terhadap kegiatan kreatif,
(f) kepercayaan terhadap gagasan sendiri, dan (g) kemandirian dalam
memberikan pertimbangan sendiri.
Sebagai modal melaksanakan

PAIKEM, tentunya guru mempunyai ciri-

ciri:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

rasa ingin tahu yang luas dan mendalam,


sering mengajukan pertanyaan yang baik,
memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah,
bebas dalam menyatakan pendapat,
mempunyai rasa keindahan yang mendalam,
menonjol dalam salah satu seni,
mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang,
mempunyai rasa humor yang luas,
mempunyai daya imajinasi, dan
orisinal dalam gagasan dan pemecahan masalah.

Banyak guru yang apatis untuk terus membangun prestasi. Sikap


apatis tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia yang menjelang pensiun,
kondisi tempat mengajar yang tidak mendukung, teman-teman lain yang
juga apatis, serta kepala sekolah yang tidak menuntut apa-apa dari guru.
Hilman (sebut saja begitu) suatu saat berkata, "Mengapa bersusah payah,
kan sebentar lagi pensiun", jawabnya dengan enteng ketika ditanya tentang
mengapa tidak kreatif. Kebiasaan mengajar dijalaninya seperti biasanya.
Kebiasaan itu telah dibangunnya dari 20 tahun yang lalu. Jadi, gaya
mengajar saat ini sama dengan gaya mengajar 20 tahun yang lalu. Padahal,
rentang tahun yang begitu panjang amat baik jika diisi dengan perubahan
positif gaya mengajar.

145

Lain lagi dengan Dewi (nama disamarkan), apa yang dilakukannya


tidak sedikit pun mencerminkan perubahan karena teman guru di sekolahnya
tidak aktif dan tidak berprestasi. "Maunya sih kreatif dan kepingin
berprestasi, tapi teman lain juga biasa-biasa saja. Saya ya ngikut aja",
ujarnya tanpa beban. Ungkapan seperti tersebut tampaknya juga dilakukan
oleh guru-guru yang lainnya.Budi (lagi-lagi nama samaran) sangat jengah
karena kreativitas yang pernah dimunculkannya suatu waktu tidak
mendapatkan tanggapan dari kepala sekolahnya. Sejak kejadian itu, Budi
pasif dan apatis. Tidak ada satu pun pembaharuan dilakukannya.
Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa pengaruh lingkungan tempat
berkomunitas teramat kuat. Pengaruh diri sendiri tidak muncul. Bahkan,
pengaruh diri sendiri tenggelam jauh di lubuk hati. Untuk itu, agar dapat
kreatif, Anda harus berani menutup kran pengaruh dari luar. Guru kreatif
menggunakan kata jangan berikut.
a) Jangan membayangkan sesuatu itu sulit dan akan menemui
kegagalan sebelum Anda mencoba beberapa kali.
b) Jangan takut dengan alat dan bahan yang sulit didapat
c) Jangan berpikiran bahwa kreatif itu berkaitan dengan dana besar
d) Jangan beranggapan bahwa kreativitas itu membutuhkan waktu yang
banyak.
e) Jangan percaya dengan anggapan bahwa untuk kreatif dibutuhkan
pemikiran yang mendalam.
f) Jangan memvonis bahwa kreativitas itu milik orang-orang tertentu.
g) Jangan menuduh bahwa diri Anda tidak dapat kreatif.
h) Jangan takut bertanya kepada siapa saja.
i) Jangan terlalu asyik dengan kebiasaan selama ini
j) Jangan mudah putus asa, mudah jenuh, mudah marah, dan mudah
mengatakan gagal.
Mengajar merupakan tugas yang sangat kompleks. Menurut Arends
(dalam Kardi dan Nur, 2000:6),
menjadi seorang guru yang berhasil
memerlukan sifat-sifat sebagai berikut.
a) Guru yang berhasil memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan ia
mengembangkan hubungan kemanusiaan yang tulus dengan siswa,
orang tua, dan kolega-koleganya.
b) Guru yang berhasil mempunyai sikap yang positif terhadap ilmu
pengetahuan. Mereka menguasai dasar-dasar pengetahuan tentang
belajar
dan
mengajar;
menguasai
pengetahuan
tentang
perkembangan manusia dan cara belajar; dan menguasai pengajaran
dan pengelolaan kelas.
c) Guru yang berhasil menguasai sejumlah keterampilan mengajar yang
telah dikenal di dunia pendidikan untuk mendorong keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.
d) Guru yang berhasil memiliki sikap dan keterampilan yang mendorong
siswa untuk berpikir reflektif dan mampu memecahkan masalah.
146

Mereka memahami bahwa belajar pengelolaan pembelajaran yang


baik merupakan proses yang amat panjang sama halnya dengan
profesi lain, yang memerlukan belajar dan interaksi secara
berkelanjutan dengan kolega seprofesi.

a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Dryden dan Vos (2000:296) secara khusus menyarankan kepada guru


agar menggunakan enam kiat mengajar dengan efektif apabila
mengharapkan hasil belajar siswa secara maksimal. Keenam kiat mengajar
dengan efektif di kelas sebagai berikut.
Ciptakan kondisi yang benar
Orkestrakan lingkungan;
Ciptakan suasana positif bagi guru dan murid;
Kukuhkan, jangkarkan, dan fokuskan;
Tentukan hasil dan sasaran; AMBAKApa Manfaatnya Bagiku?
Visualisasikan tujuan Anda;
Anggaplah kesalahan sebagai umpan balik;
Pasanglah poster di sekeliling dinding.

b. Presentasikan dengan benar


1) Dapatkan gambar menyeluruh dahulu, termasuk perjalanan lapangan;
2) Gunakan semua gaya belajar dan semua ragam kecerdasan;
3) Gambarlah, buatlah pemetaan pikiran, dan visualisasikan;
4) Gunakan konser musik aktif dan pasif.
c. Pikirkan
1) Berpikirlah kreatif;
2) Berpikirlah kritiskonseptual, analitis, dan reflektif;
3) Lakukan pemecahan masalah secara kreatif;
4) Gunakan teknik memori tingkat tinggi untuk menyimpan informasi
secara permanen;
5) Berpikirlah tentang pikiran Anda.
d. Ekspresikan
1) Gunakan dan praktikkan;
2) Ciptakan permainan, lakon pendek, diskusi, sandiwarauntuk
melayani semua gaya belajar dan semua ragam kecerdasan.
e. Praktikkan
1)
Gunakan di luar sekolah;
2)
Lakukan;
3)
Ubahlah murid menjadi guru;
4)
Kombinasikan dengan pengetahuan yang sudah Anda miliki.
f.
1)
2)

Tinjau, Evaluasi, dan Rayakan


Sadarilah apa yang Anda ketahui;
Evaluasilah diri/teman/dan siswa Anda;
147

3)

Lakukan evaluasi berkelanjutan.


Salah satu bentuk yang diujicobakan dalam sekolah rintisan adalah
pendekatan PAIKEM. PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan
sebuah proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan
menyenangkan. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar
mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi dan kreativitas
sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana menyenangkan.
Pembelajaran tersebut juga dikenal dengan nama Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) yang lazim disebut pembelajaran CTL.
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran
guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik
aktif bertanya, menanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang
merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran
informasi atau pengetahuan dari guru belaka.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas
dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan
metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Paradigma
pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan
begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip: (1)
pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai fasilitator bukan bukan
intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan objek, (4) multimedia bukan
monomedia, (5) sentuhan manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran
induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa bukan sekadar
dihafal, dan (8) keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif. Dalam menangani
siswa, pembelajaran inovatif haruslah seirama dengan karakteristik siswa
sebagai pembelajar. Bobbi de Porter menyatakan, bawalah dunia mereka ke
dunia kita dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka.
Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan
peserta didik, siswa dapat menjadi kreatif dalam proses pembelajarannya.
Artinya, siswa kretaif dalam memahami masalah, menemukan ide yang
terkait, mempresentasikan dalam bentuk lain yang lebih mudah diterima,
dan menemukan kesenjangan yang harus diisi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran
yang menjadikan siswa tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah
pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan
peserta didik dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, baik fisik
maupun psikologis. Jika pembelajaran berada dalam kondisi tekanan, maka
akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan apapun wujudnya
148

akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning climate)


yang kondusif.

1.
2.

3.
4.
5.

Berdasarkan uraian di atas, sudahkan Anda memahami PAIKEM?


Dapatkah Anda menyebutkan ciri-ciri PAIKEM? Cobalah cocokkan
pemahaman Anda tentang PAIKEM dengan uraian berikut. PAIKEM
mengambarkan hal-hal sebagai berikut:
Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
Guru menggunakan berbagai media pembelajaran dan berbagai cara untuk
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan,
dan cocok bagi peserta didik.
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang
lebih menarik dan menyediakan pojok baca dan memajang hasil karya
siswa.
Guru menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Gambaran pelaksanaan pendekatan PAIKEM diperlihatkan dengan
berbagai kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat yang
sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai
guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa
contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru yang berkesesuaian.
Tabel 2.1

Tingkat Kemampuan Guru yang harus Dikuasai dalam


Pembelajaran
Kemampuan
Kegiatan Belajar Mengajar
Guru
Guru melaksanakan KBM, mendorong peserta didik berperan aktif
1. Guru merancang dan
dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
mengelola pembelajaran
Percobaan
yang mendorong peserta
Diskusi kelompok
didik untuk berperan aktif
dalam pembelajaran.
Memecahkan masalah

2. Guru menggunakan media


pembelajaran dan sumber
belajar yang beragam.

Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung keluar kelas
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
- media yang tersedia atau yang dibuat sendiri
- gambar
- studi kasus
149

3. Guru memberi kesempatan


kepada peserta didik untuk
mengembangkan
keterampilan.

4. Guru memberi kesempatan


kepada peserta didik untuk
mengungkapkan gagasannya
sendiri secara lisan atau
tulisan.
5. Guru menyesuaikan bahan
dan kegiatan belajar dengan
kemam-puan peserta didik.

6. Guru mengaitkan
pembelajaran dengan
pengalaman peserta didik
sehari-hari.
7. Menilai proses pembelajaran
dan kemajuan belajar peserta
didik secara terus menerus.

nara sumber
lingkungan

Peserta didik:

melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara


mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
menarik kesimpulan
memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri

Melalui:
diskusi
pertanyaan terbuka
hasil karya yang merupakan pemikiran peserta didik sendiri
Peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk
kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok
tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Peserta didik menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya
sendiri.
Peserta didik menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan seharihari
Guru memantau kerja peserta didik
Guru memberikan umpan balik

Berdasarkan paparan tersebut, hubungan antara teori,


pembelajaran PAIKEM , dan CTL dapat digambarkan sebagai berikut.

model

2. MODEL-MODEL PAIKEM
Selama bertahun-tahun telah banyak diteliti dan diciptakan bermacammacam pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang diuraikan
di dalam modul ini didasarkan pada konsep model pembelajaran yang pada
awalnya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil, dan Showers,
1992) dan diberi nama model pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau
prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis
yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai), (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar
yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Berikut ini
disajikan model-model pembelajaran.
a. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey dan
Herbert Thelan. Menurut Dewey seharusnya kelas merupakan cerminan
150

masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang


tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain
adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan
bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Menurut Shlomo
Sharan dalam model pembelajaran kooperatif haruslah diciptakan setting
kelas dan proses pengajaran yang mensyaratkan adanya kontak langsung,
berperan serta dalam kerja kelompok dan
adanya persetujuan antar
anggota dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang
merupakan ciri khususnya. Tabel 2.2 berikut ini adalah sintaks model
pembelajaran kooperatif dan perilaku laku guru pada setiap sintaks.
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
Perilaku Guru
Fase 1
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
Menyajikan informasi
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompokmembentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok belajar
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang


telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe


STAD (Student Teams Achievement Division), tipe Jigsaw dan investigasi
kelompok dan pendekatan struktural.
1) Student Teams-Achievement Division (STAD)
Pada Kooperatif tipe STAD siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri atas laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,
memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota kelompok
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya. Siswa dalam kelompok kemudian saling
151

membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial,
kuis, atau melakuan diskusi. Setiap periode waktu tertentu, misalnya dua
minggu siswa diberi kuis. Kuis tersebut menghasilkan skor, dan tiap individu
dapat diukur skor perkembangannya.
2) Jigsaw
Tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok
dengan 5 atau 6 orang anggota kelompok belajar heterogen. Materi
pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang
diberikan tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah
hirarki kehidupan dalam ekosistem, seorang siswa mempelajari tentang
populasi, siswa lain mempelajari tentang komunitas, siswa lain lagi belajar
tentang ekosistem, dan yang terakhir belajar tentang biosfer. Anggota dari
kelompok lain yang mendapat tugas topic yang sama berkumpul dan
berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli.
Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli selama selang waktu tertentu, setiap
anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan apa
yang telah didiskusikan di dalam kelompok ahli kepada teman-temannya
dalam kelompok asal. Evaluasi dilakukan pada kelompok asal (lihat gambar
112)
1

2
3

1
1

Kelompok
asal

Kelompo
k ahli

Gambar 1.2
Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal

3) Investigasi Kelompok
Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Untuk
beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan
keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu.
Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan diteruskan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Akhirnya kelompokkelompok tersebut akan menyiapkan dan mempresentasikan laporannya
kepada seluruh kelas.
152

Tabel 2.3 Perbandingan Empat Tipe Pembelajaran Kooperatif


Investigasi
Pendekatan
Aspek
Tipe STAD
Tipe Jigsaw
Kelompok
Struktural
Tujuan
Informasi
Informasi
Informasi
Informasi
kognitif
akademik
akademik
akademik tingkat akademik
sederhana
sederhana
tinggi & ketr.
sederhana
inkuiri
Tujuan
Kerja kelompok Kerja kelompok Kerjasama
Keterampilan
sosial
dan kerja sama dan kerja sama dalam kelompok kelompok an
kompleks
keterampilan
sosial
Struktur
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Bervariasi,
tim
heterogen
belajar
belajar dengan
berdua, bertiga,
dengan 4-5
heterogen
5-6 anggota
kelompok
orang anggota
dengan 5-6
heterogen
dengan 4-6
orang anggota
anngota.
menggunakan
pola kelompok
asal dan
kelompok ahli
Pemilihan Biasanya guru
Biasanya guru
Biasanya siswa Biasanya guru
topik
Tugas
Siswa dapat
Siswa
Siswa
Siswa
Utama
menggunakan
mempelajari
menyelesaikan
mengerjakan
lembar kegiatan materi dalam
inkuiri kompleks tugas-tugas
dan saling
kelompok ahli
yang diberikan
membantu untuk kemudian
sosial dan
menuntaskan
membantu
kognitif
materi
anggota
belajarnya
kelompok asal
mempelajari
materi itu
Penilaian Tes mingguan
Bervariasi dapat Menyelesaikan
Bervariasi
berupa tes
proyek dan
mingguan
menulis laporan,
dapat
menggunakan
tes essay
Pengaku- Lembar
Publikasi lain
Lembar
Bervariasi
an
pengetahuan
pengetahuan
dan publikasi
dan publikasi
lain
lain
153

b. Inkuiri atau Belajar Melalui Penemuan


Para siswa dapat belajar menggunakan cara berpikir dan cara bekerja
para ilmuwan dalam menemukan sesuatu. Tokoh-tokoh dalam belajar melalui
penemuan ini antara lain adalah Bruner, yang merupakan pelopor
pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan merupakan suatu
model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa
memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa
aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa
pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan pribadi.
Tokoh lain adalah Richard Suchman yang mengembangkan suatu
pendekatan yang disebut latihan inkuiri.
Sintaks belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan langkahlangkah kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan dalam menemukan
sesuatu yang dapat dicermati dalam tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4 Sintaks Model Belajar melalui Penemuan
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Observasi menemukan masalah

Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena


yang memungkinkan siswa menemukan masalah.

Tahap 2
Merumuskan masalah

Guru membimbing siswa merumuskan masalah


penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena
yang disajikannya.
Guru membimbing siswa untuk mengajukan
hipotesis terhadap masalah yang telah
dirumuskannya.
Guru membimbing siswa untuk merencanakan
pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan dan menyusun
prosedur kerja yang tepat.
Selama siswa bekerja guru membimbing dan
memfasilitasi.

Tahap 3
Mengajukan hipotesis
Tahap 4
Merencanakan pemecahan masalah
(melalui eksperimen atau cara lain)
Tahap 5
Melaksanakan eksperimen (atau cara
pemecahan masalah yang lain)
Tahap 6
Melakukan pengamatan dan
pengumpulan data
Tahap 7
Analisis data
Tahap 8
Penarikan kesimpulan atau penemuan

Guru membantu siswa melakukan pengamatan


tentang hal-hal yang penting dan membantu
mengumpulkan dan mengorganisasi data.
Guru membantu siswa menganalisis data supaya
menemukan sesuatu konsep
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan
berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep
yang ingin ditanamkan.

154

c. Pembelajaran berdasarkan Masalah


Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks dibandingkan
dua model yang telah diuraikan sebelumnya. Model pengajaran berdasarkan
masalah mempunyai ciri umum, yaitu menyajikan kepada siswa tentang
masalah yang autentik dan bermakna yang akan memberi kemudahan
kepada para siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga
mempunyai beberapa ciri khusus yaitu adanya pengajuan pertanyaan atau
masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan
autentik, menghasilkan produk/karya dan memamerkan produk tersebut
serta adanya kerja sama. Sebagai contoh masalah autentik adalah
bagaimanakah kita dapat memperbanyak bibit bunga mawar dalam waktu
yang singkat supaya dapat memenuhi permintaan pasar Apabila
pemecahan terhadap masalah ini ditemukan, maka akan memberikan
keuntungan secara ekonomis. Masalah seperti bagaimanakah kandungan
klorofil daun pada tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang
tingkat intensitas cahanyanya berbeda merupakan masalah akademis yang
apabila ditemukan jawabannya belum dapat memberi manfaat praktis
secara langsung.
Landasan teoretik dan empirik model pengajaran berdasarkan masalah
adalah gagasan dan ide-ide para ahli seperti Dewey dengan kelas
demokratisnya, Piaget yang berpendapat bahwa adanya rasa ingin tahu
pada anak akan memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan
dala otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati, Vygotsky yang
merupakan tokoh dalam pengembangan konsep konstruktivisme yang
merupakan konsep yang dianut dalam model pengajaran berdasarkan
masalah.
Model pengajaran berdasarkan masalah juga mempunyai sintaks
tertentu yang merupakan ciri khas dari model ini. Tabel 2.5 berikut ini adalah
sintaks model pengajaran berdasarkan masalah dan tingkah laku guru pada
setiap tahap sintaks.
Tabel 2.5 Sintaks Model Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Orientasi siswa kepada masalah
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Tahap 3
Membimbing penyelidikan

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang


dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
155

Tahap

Tingkah Laku Guru

individual maupun kelompok


Tahap 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.


Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang mereka gunakan.

d. Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang
juga sering disebut belajar melalui observasi. Dalam bukunya Arends
menyebutnya sebagai teori pemodelan tingkah laku. Tokoh lain yang
menyumbang dasar pengembangan model pengajaran langsung John Dolard
dan Neal Miller serta Albert Bandura yang mempercayai bahwa sebagian
besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat
tingkah laku orang lain.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa
siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan
tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus
diingat dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari
menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 2.6
berikut ini akan diberikan sintaks model pengajaran langsung dan peran
yang dijalankan oleh guru pada tiap-tiap sintaks.
Tabel 2.6
Fase

Sintaks Model Pengajaran Langsung


Peran Guru

1. Menyampaikan tujuan dan


mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan keterampilan
(pengetahuan prosedural) atau
mempresentasikan pengetahuan
(deklaratif)
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar


belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar,
atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan
Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan
kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

156

e. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi.
Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi
diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan
menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi
kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan,
antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang
studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan
bidang studi lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi
lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara
langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan
membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan,
guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat
menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Pengintegrasian diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang
perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru
merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.
f. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang
perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah
dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan
lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan religiusitas
mereka menjadi perhatian. Begitu pula, isi tema disajikan secara
kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di
lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Kemudian,
tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara kongkret. Semua
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang
dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari
konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan
dalam mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena
itu, guru bahasa Indonesia diharapkan sebagai berikut.
Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir.
Keterampilan berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan berpikir
siswa.
157

Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas


berbahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia harus menyenangkan siswa. Oleh karena
itu minat, keingintahuan, dan gairah siswa perlu mendapatkan perhatian.
Ada banyak metode dan teknik yang cocok yang dapat digunakan. Guru
tidak perlu monoton, klise, jenuh, dan kehabisan teknik pembelajaran
bahasa Indonesia.
Guru harus lebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa
sebelum memperhatikan bagaimana siswa mengungkapkan.

g. Metode Kuantum

Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di


Super Camp, sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang
ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional
yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi
(DePorter, 1992). Metode kuantum diciptakan berdasarkan teori pendidikan seperti
Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intellegences (gardner), Neuro-Linguistic
Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry,
Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective Instruction
(Hunter).

Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi,


dan konteks dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan,
pengalaman sebelum menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika
layak dipelajari berarti layak untuk dirayakan. QL menutamakan konteks dan
isi. Konteks berisi tentang (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan
yang kukuh, (3) lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang
dinamis. Kemudian isi terdiri atas (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas yang
luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan
lingkungan belajar. Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek
metode kuantum. Prinsip tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2)
segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui
setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks dan
isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran kuantum. Konteks
adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap sebagai
suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan
yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi
berkaitan dengan penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan
belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Keranngka perancangan pembelajaran kuantum lebih popular dengan
istilah TANDUR, yaitu
158

1)
2)
3)
4)

TUMBUHKAN : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK


ALAMI: berikan pengalaman belajar dan kebutuhan untuk mengetahui
NAMAI: berikan data yang tepat saat minat memuncak
DEMONSTRASIKAN: kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru
5) ULANG: rekatkan gambaran keseluruhansaya tahu
6) RAYAKAN: jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Oleh metode kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan
belajar. Saran-saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan
dengan siswa adalah:
perlakukan siswa sebagai manusia sederajat;
ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan
mereka;
bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri dan mengenai
diri sendiri;
ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang
benar-benar mereka inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa;
berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat
mereka mendengarnya dengan jelas dan halus; dan
bersenang-senanglah bersama mereka.
h. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan
siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar.
Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa
dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau
fasilitator.
Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori
beranggapan bahwa
(1)
setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan
penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus
diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang;
(2)
anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak
selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat
menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak;
(3)
dunia anak adalah dunia bermain;
(4)
Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai
subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam
memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan
sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,
159

pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks siswa menjadi


tumpuan utama.
Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan memiliki
watak sebagai berikut.
a) Kepribadian
yang
menyenangkan
dengan
kemampuannya
menunjukkan persetujuan dan apa yang dipahami partisipan.
b) Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika
kelompok secara bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan
partisipan.
c) Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan
partisipan selama proses berlangsung.
d) Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
e) Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha
memberikan jalan agar partisipan menemukan jalannya.
f) Memilki ketertarikan kepada subjek belajar.
g) Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan.
h) Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.
Berikutnya, metode partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok:
a) belajar dari realitas atau pengalaman,
b) tidak menggurui, dan
c) dialogis.
Kemudian, panduan prosesnya disusun dengan sistem daur belajar dari
pengalaman yang distrukturkan saat itu (structural experiences learning
cycle). Proses tersebut sudah teruji sebagai suatu proses yang memenuhi
tuntutan pendidikan partisipatori.
Berikut rincian proses tersebut.
a) Rangkai-Ulang
b) Ungkapan
c) Kaji-Urai
d) Kesimpulan
e) Tindakan
Hal di atas sebagai metode pertama. Kemudian, metode berikutnya
adalah siswa sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola
induktif kemudian tahapannya sebagai berikut.
a) Persepsi
b) Identifikasi diri
c) Aplikasi diri
d) Penguatan diri
e) Pengukuhan diri
f) Refleksi diri

160

Semua metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan


dicapai, bentuk pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang
akan disajikan, media atau sarana yang perlu disiapkan, dan peran
fasilitator/pemandu.
i. Pembelajaran Kontekstual
Sebenarnya, siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada di
bumi yang selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan
suasana alam dan masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat
untuk mengembangkan pembelajaran adalah metode kontekstual.
Sebenarnya, metode kontekstual (Contextual Teaching and Learning) bukan
barang baru. John Dewey sudah mengemukakan pembelajaran kontekstual
pada awal abad 20, diikuti oleh katz (1918) dan Howey & Zipher (1989).
Ketiga pakar itu menyatakan bahwa program pembelajaran bukanlah
sekadar deretan satuan pelajaran (Kasihani dan Astini, 2001).
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata
dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan
pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota
keluarga dan masyarakat (Ardiana, 2001). Pembelajaran kontekstual muncul
sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang telah mendominasi
pendidikan selama puluhan tahun. Metode kontekstual mengakui bahwa
pembelajaran merupakan proses kompleks dan banyak faset yang
berlangsung jauh melampaui drill oriented dan metode Stimulus and
Response. Menurut Nur (2001) pengajaran kontekstual memungkinkan siswa
menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan di luar
sekolah agar siswa dapat memecahakan masalah-masalah dunia nyata atau
masalah-masalah yang disimulasikan.
Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai
strategi yang dikembangkan oleh berbagai institusi. University of
Washington (2001) mengembangkan metode kontekstual dengan strategi (1)
pengajaran autentik, (2) pembelajaran berbasis inkuiri, (3) pembelajaran
berbasis masalah, dan (4) pembelajaran berbasis kerja.
Blanchard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode
kontekstual dengan:
(1)menekankan pemecahan masalah,
(2)menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam
berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
(3)mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka
sendiri sehingga menjadi siswa mandiri,
(4)mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbedabeda,
161

(5)mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama,
dan
(6)menerapkan penilaian autentik.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry,
questioning, constructivism, metodeling, learning, community, authentic
assesment, dan reflection. Diharapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan
dalam keseluruhan proses pembelajaran.
1)

Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan
hanya dari mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi berasal dari
pengalaman menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
pembelajaran yang bersumber dari penemuan. Tentunya, pembelajaran
dirancang dengan menarik dan menantang. Siswa dapat menemukan sendiri
tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a)

observasi

b)
c)
d)
e)

bertanya
mengajukan dugaan
pengumpulan data
penyimpulan

2)

Pertanyaan
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang
berawal dari sebuah pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar, biasanya
muncul pertanyaan Siapa Chairil Anwar itu? Barulah, seseorang membuka
buku, bertanya, dan mendiskusikan Chairil Anwar. Pertanyaan berguna untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa,
pertanyaan berguna untuk menggali informasi, mengecek informasi yang
didapatnya, mengarahkan perhatian, dan memastikan penemuan yang
dilakukannya.

3)

Konstruktivistik
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan begitu,
siswa dapat mengkonstruksikan gejala-gejala dengan pemikirannya sendiri.
Konstruktivistik merupakan landasan berpikir (filosofis) metode kontekstual,
yaitu bahwa pengetahauan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak seketika. Manusia harus
mengkonstruksikan pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman
tidak melalui ingtana dan hafalan saja.
4) Pemodelan

162

Pernahkah Anda menunjukkan rekaman membaca puisi kepada siswa


agar siswa tahu bahwa membaca puisi yang indah dan bagus itu seperti
suara dari rekaman? Jika pernah, berarti Anda telah melakukan pemodelan.
Pemodelan adalah pemberian model agar siswa dapat belajar dari model
tersebut. Bisa jadi, guru memberikan model karya tulis, model paragraf,
model kalimat, dan seterusnya. Dari model itu, siswa mengidentifikasi
selanjutnya membuat seperti model yang ditunjukkan. Dalam kontekstual,
guru bukanlah model satu-satunya. Model dapat diambil dari mana saja.
5) Komunitas Belajar

Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman belajar


bagi siswa. Siswa dapat mengembangkan pengalaman belajarnya setelah
berdiskusi dengan temannya. Masyarakat belajar menyarankan bahwa hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari bertukar pendapat dengan temannya, denagan orang lain,
antara yang tahu dengan yang belum tahu, di ruang kelas, di ruang lain, di
halaman, di pasar, atau di manapun. Dalam kelas yang kontekstual, Anda
disarankan selalu melaksanakan pemebelajaran dalam kelompok belajar.
Siswa belajar di kelompok yang anggota-anggotanya diharapkan heterogen.
Yang pandai mengajari yang lemah. Yang tahu berada di kelompok yang
belum tahu. Yang cepat menangkap berada satu kelompok dengan yang
lambat. Kelompok siswa upayakan dapat selalu bervariasi dari segi apapun.
6) Penilaian Autentik

Perkembangan belajar siswa tentunya perlu Anda ketahui. Dalam


kontekstual, perkembangan belajar siswa dapat diketahui melalui
pengumpulan data dari aktivitas belajar siswa secara langsung di kelas.
Penilaian tidak dilakukan di belakang meja atau di rumah saja tetapi juga di
saat siswa aktif belajar di kelas. Dengan begitu, tidak akan ada komentar
dari siswa bahwa siswa X meskipun tidak banyak omong di kelas ternyata
nilainya bagus. Sedangkan siswa Y yang banyak mendebat, berbicara, dan
bercerita mendapatkan nilai rendah karena dalam ujian tulis bernilai rendah.
7) Refleksi

Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah


dilakukan, aktivitas yang baru dijalani, dan pengetahuan yang baru saja
diterima. Dengan merefleksikan sesuatu, siswa merasa memperoleh sesuatu
yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari. Refleksi
tersebut dapat dilakukan per bagian, di akhir jam pelajaran, di akhir
bab/tema, atau dalam kesempatan apapun. Realisasi refleksi dapat berupa
pernyataan spontan siswa tentang apa yang diperolehnya hari itu, lagu,
puisi, kata kunci, cerita siswa, cerita guru, catatan di lembar kertas, diskusi,
dan yang lain-lainnya.

163

Contoh
refleksi
sebagai
berikut.
Setelah siswa
melakukan
pembelajaran menulis. Siswa menuliskan di kertas yang di tempel di tembok
dengan spidol besar. Tulisan yang muncul adalah aha saya bisa, gampang,
logis, ide, gabungan kalimat, dan seterusnya. Bisa juga siswa menulis puisi
yang isinya tenatang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Misalnya puisi
menulis itu gampang/ seperti makan pisang/ kita tidak perlu bimbang/
karena hati senang.
1)

2)

3)

4)

5)
6)

7)

J. RANGKUMAN

PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan


sebuah proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar
mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi dan kreativitas
sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana menyenangkan.
Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di
masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip: (1)
pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai fasilitator bukan bukan
intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan objek, (4)
multimedia bukan
monomedia, (5) sentuhan manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran induktif
bukan deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa bukan sekadar dihafal, dan (8)
keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif .
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang
tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1)
rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah laku mengajar
yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
(4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Model PAIKEM beragam banyak, di antaranya (a)
pembelajaran kooperatif, (b) pembelajaran berbasis masalah, (c) pembelajaran
melalui penemuan, (d) pembelajaran langsung, (e) pembelajaran komunikatif,
(f) integratife, (g) tematik, (h) kuantum, (i) partisipatori, dan (j) kontekstual.
Model pembelajaran kooperatif beragam tipenya, di
antaranya: (a) tipe STAD, (b) tipe Jigsaw, (c) tipe Investigasi kelompok, dan (d)
tipe Pendekatan Struktural.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Selain keterampilan
akademik, model pembelajaran kooperatif menekankan pada pelatihan
keterampilan sosial, misalnya bekerjasama dan menghargai pendapat orang
lain. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diberi ruang yang sangat luas untuk
berinteraksi dengan siswa lain, guru, dan sumber belajar. Guru diharapkan
selalu memberikan penghargaan kepada kelompok kooperatif yang paling
kinerjanya bagus.
Pembelajaran berdasarkan masalah menekankan pada
pemecahan masalah autentik, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan nyata, yang dirasakan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

164

8)

Belajar
melalui
penemuan
(inkuiri)
memberikan
pengalaman kepada siswa sebagaimana ilmuwan membangun pengetahuan.
Secara garis besar tahapannya meliputi: menemukan masalah, merumuskan
masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen untuk
menguji hipotesis, menganalisis data hasil eksperimen, dan menarik
kesimpulan.
9)
Secara umum pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu, pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan
deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
10)
Pembelajaran langsung sangat cocok diberikan
pada
penguasaan keterampilan prosedural terutama yang mengandung resiko
(berbahaya) tetapi model ini kurang merangsang penalaran tingkat tinggi,
keterampilan sosial dan kreativitas.

K. PELATIHAN
1) Jelaskan hubungan antara teori belajar, model pembelajaran PAIKEM dan
CTL!
2) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan tipe Jigsaw!
3) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran berdasarkan
masalah dan model pembelajaran melalui penemuan!
4) Jelaskan karakteristik tipe materi ajar yang sesuai dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
5) Pilihlah contoh materi (sesuai dengan latar belakang keilmuan Anda),
kemudian deskripsikan tahapan implementasi pembelajaran model
Jigsaw!
6) Siswa ingin memcahkan masalah Bagaimanakah hubungan jumlah
baterai terhadap nyala lampu? Untuk memecahkan masalah tersebut
model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok atau model
pembelajaran problem based instruction yang tepat untuk dipilih, berikan
argumentasi Anda!
7) Jelaskan alasan bahwa hanya siswa yang nomornya disebut yang boleh
menjawab dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered-head together,
padahal sebelum menjawab semua anggota kelompok telah berdiskusi
dulu!
8) Buatlah contoh langkah pembelajaran yang menerapkan model
kooperatif tipe think-pair-share!
9) Buatlah contoh permasalahan autentik yang tepat untuk dipecahkan
melalui model pembelajaran problem based instruction?
10) Jelaskan kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran
langsung.
11) Berikan contoh materi pembelajaran yang bisa diberikan melalui
model pembelajaran langsung.
12) Jelaskan kebijakan Kementerian
meningkatkan proses pembelajaran!

Pendidikan

dan

Kebudayaan

dalam

165

13) Aspek apa saja yang diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
terkait dengan persiapan proses pembelajaran?
14) Jelaskan yang bdimaksud eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam proses
pelaksanaan pembelajaran!
15) Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan
pembelajaran CTL!
16) Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan
pembelajaran PAIKEM!

C. Media Pembelajaran
1.

Pengantar

Modul ini mengkaji tentang pengertian media pembelajaran, landasan


pentingnya penggunan media dalam pembelajaran, fungsi media
pembelajaran, jenis dan klasifkasi media pembelajaran, pemilihan media
pembelajaran, pengembangan dan penggunaan media pembelajaran.
Isi yang terkandung dalam modul ini merupakan uraian tentang konsep
dan prinsip secara umum tentang media pembelajaran yang dapat dijadikan
referensi bagi guru peserta PLPG dari semua bidang studi. Untuk
mengimplementasikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
penggunaannya dalam kegiatan pembelajaran (real teaching) para guru
perlu membaca media pembelajaran pada modul media pembelajaran
bidang studi. Modul media pembelajaran bidang studi disajikan dalam
bentuk suplemen. Misalnya suplemen modul media pembelajaran mata
bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial, suplemen modul media pembelajaran
bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Kedua modul media
pembelajaran ini penting, mengingat setiap bidang studi memiliki
karakteristik tertentu yang berbeda dengan bidang studi lainnya.
Implikasinya setiap kompetensi yang ada pada setiap bidang studi itu
menuntut digunakannya media tertentu yang relevan untuk mencapai
kompetensi tersebut.
Agar Anda dapat mempelajari modul ini dengan optimal, disarankan
Anda sudah menguasai sejumlah pengetahuan antara lain, (1) teori belajar
dan pembelajaran, (2) model-model pembelajaran inovatif, (3) berbagai
metode pembelajaran, (4) karakteristik peserta didik, dan (5) analisis materi
pembelajaran.
Untuk mempelajari modul ini ada dua jenis kegiatan belajar, yaitu
kegiatan belajar tatap muka dengan instruktur pelatihan melalui tatap muka
dan kegiatan belajar dilakukan
tanpa kehadiran instruktur (kegiatan
166

terstruktur dan belajar mandiri). Anda dapat melakukan kegiatan terstruktur


tersebut secara mandiri (sendiri atau dalam kelompok). Walaupun instruktur
tidak hadir secara fisik bersama-sama peserta pelatihan untuk melakukan
kegiatan pelatihan.

Agar hasil belajar yang Anda peroleh dengan media modul ini optimal,
Anda disarankan membaca referensi lain yang relevan, membaca berbagai
artikel baik dari jurnal cetak maupun dari internet, melakukan diskusi dengan
teman sejawat atau instruktur, dan mengerjakan tugas-tugas atau latihanlatihan yang disediakan dalam naskah modul ini. Jangan segan-segan
bertanya kepada teman atau kolega Anda yang telah berpengalaman dalam
merancang,
mengembangkan,
dan
mengim-plementasikan
media
pembelajaran. Biasanya belajar dari pengalaman orang lain akan jauh lebih
bermakna.
Modul ini menghendaki Anda untuk memraktekkan pengetahuan yang
telah Anda pelajari melalui workshop pengembangan perangkat
pembelajaran ke dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan Pelaksanaan Pembelajaran (peer teaching).

2. Pengertian, Rasional, dan Fungsi Media Pembelajaran


a. Pengertian Media
Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin medium yang
berarti di antara, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang
membawa informasi antara sumber dan penerima (Soekamto, 1993). Martin
dan Briggs (1986) menyatakan bahwa media pembelajaran mencakup
semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa,
dapat berupa perangkat keras, seperti komputer, televisi, projektor, dan
perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat-perangkat keras tersebut.
Dengan menggunakan batasan Martin dan Briggs, guru atau pengajar juga
termasuk media pembelajaran (Degeng, Tanpa Tahun).
Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa) dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Tidak dapat dipisahkannya antara materi, media, dan sumber, dilihat
dari pengertian dan klasifikasi media pembelajaran. Dalam Dictionary of
Education dikemukakan bahwa instructional media is devices and other
167

materials which present a complete body of information and are largely selfsupporting rather than supplementary in the teaching-learning process.
Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk
informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar.
Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat
lunak (software) dan atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi
sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Sementara itu, Brown, dkk.
(1977) membuat klasifikasi media pembelajaran yang sangat lengkap yang
mencakup sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan untuk
belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar (facilities for
learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video player,
televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana
pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi,
majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio, gambar dan
lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel, papan tulis, dan
lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang diskusi,
laboratorium, studio, perpustakaan, tempat bermain, dan lain-lain.
Meskipun dari pengertian dan klasifikasi di atas tampak bahwa
pengertian materi, media, dan sumber bahan sulit dipisahkan, tetapi ramburambu pertanyaan berikut kiranya dapat digunakan untuk memperjelas
perbedaan konsep ketiganya. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawaban
terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori materi
pembelajaran. Kedua, dari mana materi pembelajaran itu Anda dapatkan?
Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori
sumber bahan atau sumber materi. Ketiga, dengan alat bantu apa Anda
mengajarkan materi itu? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda
masukkan dalam kategori media pembelajaran.
Untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya dapat Anda ikuti
contoh uraian berikut ini. Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi
dasar membaca cepat 250 kata per menit, gunakan ketiga pertanyaan
tersebut. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawabannya adalah teks bacaan.
Dengan demikian, teks bacaan dalam pembelajaran Anda ini adalah materi
pembelajaran. Kedua, dari mana teks bacaan tersebut Anda peroleh?
Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari surat kabar Kompas, dari
buku paket, dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan demikian, surat kabar
Kompas, buku paket, majalah Intisari, dan lain-lain merupakan sumber bahan
atau sumber materi. Dengan alat apa Anda mengajarkan materi tersebut
agar siswa memiliki kompetensi dasar itu? Mungkin jawabannya adalah arloji
atau stop watch, handphone, dan tabel isian yang berisi nama siswa, jumlah
kata, dan lama waktu membaca. Dalam hal ini, arloji, stopwatch, handphone,
dan tabel isian tersebut dapat Anda kategorikan sebagai media
pembelajaran.
b. Rasional Penggunaan Media
1)
Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Komunikasi

168

Mengapa dalam proses pembelajaran diperlukan media? Proses


pembelajaran pada dasarnya mirip dengan proses komunikasi, yaitu proses
beralihnya pesan dari suatu sumber, menggunakan saluran, kepada
penerima, dengan tujuan untuk menimbulkan akibat atau hasil (Gafur, 1986,
p.16). Model komunikasi terebut dikenal dengan nama model: Source
Message Channel Reciever Effect. Dalam proses pembelajaran, pesan
itu berupa materi pelajaran, sumber diperankan oleh pendidik, saluran
berupa media, penerima adalah siswa, sedangkan hasil berupa
bertambahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
2) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Informasi
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap
kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi
terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi
terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna
pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada
saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan
pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu perlu dikemukakan bahwa
informasi masuk ke dalam
kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran,
penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke
kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan
penglihatan. Berdasarkan alasan tersebut , maka media yang banyak
digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual
(gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep
multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih dari satu media dalam
proses komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia
diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media
yang menyentuh banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk
proses pembelajaran lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses
pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah
dalam proses komunikasi, misalnya: a) Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan
bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan
pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak
tertarik terhadap materi yang dipelajari, dan sebagainya; b) Ditinjau dari
pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan menyajikan materi
pelajaran, faktor kelelahan, ketidakajegan, dan sebagainya; dan c) Ditinjau
dari pesan atau materi yang disampaikan, misalnya: materi berada jauh dari
tempat siswa, materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau
disentuh, dan sebagainya.
3). Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Kerucut Pengalaman
(Cone of Experience)

169

Berdasar alasan bahwa tidak semua pengalaman dapat diberikan


secara langsung, maka diperlukan media. Dengan menggunakan media,
diharapkan masalah-masalah komunikasi dan masalah pembelajaran dapat
diatasi. Kerucut Pengalaman Edgar Dale sebagaimana pada Gambar 1
menggambarkan semakin ke atas semakin abstrak, semakin ke bawah
semakin konkret. Dalam proses pembelajaran, manakala pendidik dapat
memberikan pengalaman langsung, nyata, dan konkret kepada peserta didik
adalah ideal. Jika tidak mungkin, maka diberikan berturut-turut pengalaman
tiruan, dramatisasi, demonstrasi, pengalaman lapangan, pameran, gambar
bergerak, gambar mati, rekaman radio/audio, lambang visual, dan lambang
verbal.
Teori kerucut pengalaman tersebut dikembangkan Edgar Dale.
Berdasar kerucut pengalaman tersebut, dalam pembelajaran mula pertama
kita mengajak siswa terlibat dalam pengalaman nyata atau pengalaman
langsung. Jika tidak memungkinkan, kita mengajak siswa untuk mengamati
peristiwa yang dimediakan (peristiwa yang disajikan dengan menggunakan
media), dan akhirnya kita mengajak siswa mengamati lambang atau simbul
yang merupakan representasi kejadian.
a. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki keistimewaan,
antara lain: a) Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki kemampuan
untuk menangkap, menyimpan, kemudian menampilkan kembali suatu objek
atau kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu objek atau kejadian
dapat digambar, dipotret, difilmkan, atau direkam kemudian disimpan lama
dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan diamati seperti keadaan
aslinya; b) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan
kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan
dengan keperluan. Maksudnya, penampilan suatu objek atau kejadian dapat
diubah-ubah
ukurannya,
kecepatannya
serta
dapat
diulang-ulang
penampilannya; dan c) Kemampuan distributif, artinya dalam sekali
penampilan suatu objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang
sangat banyak, misalnya dengan media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai fungsi
yang jelas untuk menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi
penyampaian pesan pembelajaran. Secara garis besar, fungsi media
menurut (Degeng, 1998) dapat dikemukakan sebagai berikut, yakni (1)
menghindari terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan minat/motivasi, (3)
menarik perhatian siswa, (4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
ukuran, (5) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar, serta (6)
mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
3. Jenis, Klasifikasi, Dan Pemilihan Media Pembelajaran
a. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, secara umum, ada 4
klasifikasi, yakni: (a) media visual, (b) media audio (c) media audio visual,
dan (d) multi media.
170

1). Media visual


Ada beberapa jenis media visual, di antaranya adalah media grafis,
media cetak, dan media OHP.
a) Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau
gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan
simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik
dan mudah diingat orang.
Yang termasuk media grafis antara lain : (1) grafik, yaitu penyajian data
berangka melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol, (2) diagram,
yaitu gambaran yang sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan
hubungan timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol, (3)
bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan
ringkasan suatu proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting,
(4) sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draf kasar yang melukiskan
bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar, (5) poster, yaitu sajian
kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik dengan maksud untuk
menarik perhatian orang yang lewat, (6) papan flanel, yaitu papan yang
berlapis kain flanel untuk menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah
ditempel dan mudah pula dilepas, (7) bulletin board, yaitu papan biasa tanpa
dilapisi kain flanel. Gambar-gambar atau tulisan-tulisan biasanya langsung
ditempelkan dengan menggunakan lem atau alat penempel lainnya.

171

Lambang
verbal
Lambang
Visual
Rekaman radio/
audio
Gambar mati
Gambar bergerak

Pameran
Pengalaman lapangan
Demonstrasi
Dramatisasi
Tiruan pengalaman (simulasi)
Pengalaman langsung

Gambar 1: Kerucut Pengalaman Edgar Dale


b) Media Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui
proses pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan
pesan melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih
memperjelas pesan atau informasi yang disajikan.
Jenis media bahan cetak ini di antaranya: a) Buku teks, yaitu buku
tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk
memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan
172

pembelajaran. Penyusunan buku teks ini disesuaikan dengan urutan


(sequence) dan ruang lingkup (scope) GBPP tiap bidang studi tertentu; b)
Modul, yaitu suatu paket progaram yang disusun dalam bentuk satuan
tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu
paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan
siswa, lembaran kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci
lembaran tes; dan c) Bahan pengajaran terprogram, yaitu paket program
pengajaran individual, hampir sama dengan modul. Perbedaannya dengan
modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topik-topik kecil
untuk setiap bingkai/halamannya. Satu bingkai biasanya berisi informasi
yang merupakan bahan ajaran, pertanyaan, dan balikan/respons dari
pertanyaan bingkai lain.
c) Media OHP
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan
melalui alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat
dari bahan transparan yang biasanya berukuran 8,5 X 11 inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu: a) Write
on film (plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi
atau digambari secara langsung dengan menggunakan spidol; b) PPC
transparancy film (PPC= Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi yang
dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin fotokopi; dan
c) Infrared transparancy film, yaitu jenis transparansi yang dapat diberi
tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin thermofax.
OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk
memproyeksikan program-program transparansi pada sebuah layar.
Biasanya alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP, yaitu: a) OHP Classroom, yaitu OHP yang
dirancang dan dibuat secara permanen untuk disimpan di suatu kelas atau
ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan
OHP jenis portable; dan b) OHP Portable, yaitu OHP yang dirancang agar
mudah dibawa ke mana-mana, ukurannya lebih kecil dan bobot beratnya
lebih ringan.
2). Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat
diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan
disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif yang berupa
kata-kata, musik, dan sound effect.
Jenis media audio ini di antaranya adalah radio. Radio adalah media
audio yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang
elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan (penyiar) secara
langsung dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui suatu alat
(microfon) yang kemudian diolah dan dipancarkan ke segenap penjuru
melalui gelombang elektromagnetik dan penerima pesan (pendengar)
menerima pesan atau informasi tersebut dari pesawat radio di rumah-rumah
atau para siswa mendengarkannya di ruang-ruang kelas.

173

3). Media Audio Visual


Media audio-visual diam adalah media yang penyampaian pesannya
dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi
gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur
gerak. Salah satu jenis media itu adalah televisi. Televisi adalah media yang
dapat menempilkan pesan secara audio-visual dan gerak (sama dengan
film). Jenis media televisi di antaranya: televisi terbuka (open boardcast
television), televisi siaran terbatas/TVST (Cole Circuit Televirion/CCTV), dan
video-cassette recorder (VCR).
Berbeda dengan media televisi, media VCR dengan menggunakan
kaset video, dan penayangannya melalui pesawat televisi. Secara umum,
kelebihan media VCR sama dengan kelebihan yang dimiliki oleh media
televisi. Selain itu, media VCR ini memiliki kelebihan lainnya yaitu
programnya dapat diulang-ulang. Akan tetapi kelemahannya adalah
jangkauannya terbatas.
4). Multimedia
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih
media yang terdiri atas teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi
secara terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua katagori yaitu: a) Multimedia linier
yaitu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang
dapat dioperasionalkan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial
(berurutan). Contoh multimedia linier: film dan TV; dan b) Multimedia
interaktif yaitu suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol
yang dapat dioperasionalkan oleh pengguna sehingga pengguna dapat
memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia
interaktif: aplikasi game.
Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak
hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk
berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Sedikitnya ada tiga macam
interaksi. Interaksi yang pertama ialah yang menunjukkan siswa berinteraksi
dengan sebuah program, misalnya siswa diminta mengisi blangko pada
bahan belajar terprogram. Bentuk interaksi yang kedua ialah siswa
berinteraksi dengan mesin, misalnya mesin pembelajaran, simulator,
laboratorium bahasa, komputer, atau kombinasi di antaranya yang
berbentuk video interaktif. Bentuk interaksi ketiga ialah mengatur interaksi
antarsiswa secara teratur tapi tidak terprogram; sebagai contoh dapat dilihat
pada berbagai permainan pendidikan atau simulasi yang melibatkan siswa
dalam kegiatan atau masalah, yang mengharuskan mereka untuk membalas
serangan lawan atau kerjasama dengan teman seregu dalam memecahkan
masalah. Dalam hal ini siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi
yang timbul karena tidak ada batasan yang kaku mengenai jawaban yang
benar. Jadi permainan pendidikan dan simulasi yang berorientasikan pada
masalah memiliki potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang
merangsang minat dan realistis.

174

Karakteristik pembelajaran dengan multimedia, antara lain: a) Memiliki


lebih dari satu media yang konvergen, misalnya media yang
menggabungkan unsur audio dan visual; b) Bersifat interaktif, memiliki
kemampuan untuk mengakomodasikan respon pengguna; dan c) Bersifat
mandiri, member kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga
pengguna bisa menggunakan media tanpa bimbingan orang lain.
d.
Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media
pembelajaran pada dasarnya merupakan semua alat bantu yang
dimanfaatkan guru dalam rangka mempermudah pembelajaran.
Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan
beberapa prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk
memilih dan menentukan media pembelajaran.
1) Sesuai dengan Tujuan dan Fungsional
Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan
yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau
tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan
dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan/dipertunjukkan oleh siswa, seperti
menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau
pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang
melibatkan
pemahaman
konsep-konsep
atau
hubungan-hubungan
perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada
tingkatan lebih tinggi.
Di samping sesuai dengan tujuan, aspek yang perlu Anda
pertimbangkan dalam memilih dan menentukan penggunaan media
pembelajaran adalah kefungsionalan media tersebut. Media pembelajaran
yang baik adalah media pembelajaran yang benar-benar fungsional dalam
arti cocok dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar berfungsi untuk
menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang
Anda gunakan bukan sekadar sebagai pelengkap proses pembelajaran,
tetapi benar-benar merangsang siswa untuk berlatih, berlatih, dan berlatih.
2) Tersedia
Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media
pembelajaran adalah ketersediaan media itu. Artinya, pada saat Anda
perlukan dalam pembelajaran, media itu dapat Anda dapatkan. Misalnya,
ketika Anda akan melatih siswa agar siswa Anda memiliki kompetensi
tertentu dan Anda memutuskan untuk menggunakan media pembelajaran
yang berupa kaset rekaman berita dan tape recorder, kaset rekaman berita
dan tape recorder itu benar-benar tersedia. Seandainya tidak tersedia, kaset
rekaman berita dan tape recorder itu dapat Anda upayakan sehingga pada
saat Anda perlukan media itu tersedia. Ternyata, di sekolah Anda kaset
rekaman berita, tape recorder, beserta perangkat pendukungnya (misalnya
listrik) tidak tersedia. Dengan demikian, kaset rekaman dan tape recorder
bukan media pembelajaran yang tepat Anda gunakan saat itu.
175

3) Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa tidak
harus yang mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan
siswa, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda dapat Anda gunakan
untuk media pembelajaran. Misalnya, pada saat tertentu Anda membeli
surat kabar. Dalam surat kabar itu ada berita, ada iklan, ada surat pembaca,
dan lain-lain. Koran yang Anda beli itu dapat Anda gunakan sebagai media
pembelajaran. Di sekolah Anda terdapat taman atau pohon besar dengan
berbagai jenisnya. Taman dan berbagai pohon besar di sekolah Anda itu
dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Bahkan, Anda dapat
meminjam alat peraga mata pelajaran yang lain, misalnya IPA, untuk Anda
gunakan sebagai media pembelajaran bahasa. Hal ini dapat dipahami karena
membicarakan tentang apa pun melibatkan kemahiran berbahasa dalam
proses komunikasi. Oleh karena itu, Anda tidak perlu memikirkan media
pembelajaran yang mahal yang memang tidak dapat Anda dapatkan di
sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti, bungkus makanan, slogan di
sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan sebagai media
pembelajaran.
4) Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dan
penentuan media pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya, media
pembelajaran yang Anda gunakan dalam pembelajaran Anda adalah media
yang menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam
proses pembelajaran Anda secara lebih inten. Untuk dapat memilih dan
menentukan media pembelajaran yang menarik, setidaknya Anda perlu
mempertimbangkan (1) kesesuaian media itu dengan kebutuhan siswa, (2)
kesesuaian media pembelajaran itu dengan dunia siswa, (3) baru, (4)
menantang, dan (5) variatif.
5) Guru Terampil Menggunakannya
Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus
mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Peralatan di
laboratorium, peralatan multimedia tidak akan berarti apa-apa jika guru
belum mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media
antara lain: a) Karakteristik materi pembelajaran; b) Media yang paling
praktis untuk dipilih; c) Ketersediaan perlengkapan yang diperlukan; dan d)
Harus sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik ditinjau dari budaya,
usia, kebiasaan, pengalaman dasar, minat dan perhatian siswa; e) Seberapa
jauh media tersebut mampu membawa peserta didik mencapai sasaran
belajarnya; dan f) Apakah media yang dipilih guru cukup memadai dengan
hasil yang akan dicapai, termasuk dana yang diperlukan, waktu yang
dipergunakan dan kegiatan yang harus dilakukan.

176

Dalam hal ini akan berhadapan dengan masalah sejauh mana proses
encoding dan decoding dapat terjadi secara tepat sehingga mampu
mengefektifkan dan mengefisienkan proses pencapaian tujuan. Peranan
perangkat akal (brain ware) sangat menentukan dalam menganalisis
hubungan fungsional antara karakteristik materi pelajaran dengan
karakteristik metode transmisi, perangkat media, dan karakteristik penerima
pesan (peserta didik).
Ketidakberhasilan melakukan analisis ini akan terjadi barier atau
noices yang sering disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan
dapat berbentuk hambatan psikologis (minat, sikap, pendapat, kepercayaan,
intelegensia, pengetahuan), hambatan fisik (kelelahan, sakit, keterbatasan
daya indera), serta hambatan kultural seperti perbedaan adat, nilai,
kebiasaan, dan kepercayaan. Juga dapat terjadi hambatan pada lingkungan.
Pada hakikatnya media pembelajaran harus mampu mengatasi hambatan
tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi dalam memilih media pembelajaran
antara lain: a) Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk pembuatan
media dan perlengkapan yang diperlukan; b) Perangkat media yang mudah
out of date akibat kemajuan teknologi yang cepat; c) Tidak
memungkinkannya memilih media yang sesuai dengan tuntutan karakteristik
materi dan kebutuhan belajar; d) Terbatasnya kemampuan, pengetahuan,
keterampilan dalam memilih, mengembangkan, mengopersionalkan media
dalam pembelajaran; dan e) Orientasi berfikir terhadap konsep media
pembelajaran yang selalu berorientasi pada media perangkat keras daripada
media perangkat lunak.
Asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media antara lain: a)
Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pengembangan pembelajaran; b) Dalam proses pemilihan media
pembelajaran yang efektif dan efisien, makna isi dan tujuan haruslah sesuai
dengan karakteristik media tertentu khususnya media perangkat lunak; c)
Dalam proses pemilihan sering diperlukan kompromi dan dilakukan sesuai
dengan kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana yang ada; d) Dalam
membicarakan media pembelajaran, kita harus mengacu pada konsep
pengertian media pada media perangkat keras dan media perangkat lunak;
e) Pengembangan media perangkat lunak akan memiliki peranan yang
lenih fungsional dibandingkan pengembangan media perangkat keras; dan f)
Pengembangan media perangkat keras harus dilakukan secara kondisional
sesuai dengan tersedianya fasilitas, sarana dan dana yang ada.

4. Pembuatan Media Pembelajaran


a. Pembuatan Media Visual
Media visual yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain
benda aslinya, prototipe alat atau alat peraga, dan grafis. Alat-alat di
laboratorium, benda-benda yang ada di sekitar kita merupakan merupakan
177

media pembelajaran. Benda-benda tersebut dapat dibawa ke kelas untuk


memperjelas konsep yang
diajarkan. Jika media tersebut tidak
memungkinkan di bawa ke kelas, guru dapat mengajak siswa ke tempat
media tersebut berada, misalnya ke kebun, ke pasar.
Ketika benda aslinya sulit diperoleh dengan alasan tertentu misalnya
harga terlalu mahal, ketersediaan terbatas, terlalu rumit, benda tersebut
dapat digantikan dengan prototipe. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam membuat prototipe suatu alat adalah: a) Jika prototipe dari suatu alat
ukur , maka prinsip kerja harus sesuai dengan benda aslinya; b) Jika
prototipe suatu alat untuk menjelaskan komponen-komponen alat
tersebut, maka komponen penting dari alat tersebut harus terwakili dalam
prototipe tersebut; dan c) Jika prototipe berupa maket, maka perbandingan
ukuran benda asli dan prototipe harus mengacu pada skala tertentu.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dalam bentuk grafis yaitu:
kesederhanaan, kesatuan, penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi dengan
garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang.
1. Kesederhanaan. Bentuk media harus diringkas, sederhana, dan dibatasi pada
hal hal yang penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, tulisan jelas,
sederhana dan mudah dibaca.

2. Kesatuan. Adanya hubungan antara unsur-unsur visual yang ada dalam


kesatuan fungsinya secara keseluruhan. Bentuk kesatuan ini dapat
dinyatakan dengan unsur-unsur yang saling menunjang. Kesatuan dapat
ditunjukkan dengan alur-alur tertentu, misalnya dengan garis, anak
panah, bentuk, warna, dan sebagainya.
3. Penekanan. Media visual ditunjukkan sebagai suatu gagasan tunggal,
yang dikembangkan secara sederhana, merupakan suatu kesatuan, dan
diperlukan penekanan pada bagian-bagian tertentu untuk memusatkan
perhatian. Penekanan dapat ditunjukkan melalui penggunaan ukuran
tertentu, warna tertentu, dan sebagainya.
4. Keseimbangan. Ada dua macam yaitu: keseimbangan formal,
ditunjukkan dengan pembagian secara simetris, sedang keseimbangan
informal , yang ditunjukkan dengan pembagian yang asimetris.
Prinsip-prinsip pembuatan media, keberhasilannya ditunjang dengan
unsur-unsur visual seperti: garis, bentuk, tekstur, dan ruang.
1. Garis, dalam media visual dapat menghubuingkan unsur-unsur bersama
dan akan membimbing pemirsa untuk mempelajari media tersebut dalam
suatu urutan tertentu.
2. Bentuk yang aneh (tidak biasa) dapat menimbulkan suatu perhatian
khusus pada suatu yang divisualkan.
3. Ruang terbuka diiringi dengan unsur-unsur visual dan kata-kata akan
mencegah rasa berjejal dalam suatu media visual. Kalau ruang itu
digunakan dengan cermat, maka unsur-unsur yang dirancang menjadi
efektif.
4. Tekstur, adalah unsur visual yang disajikan sebagai pengganti sentuhan
rasa tertentu dan dapat juga dipakai sebagai pengganti warna,
memberikan penekanan, pemisahan atau untuk meningkatkan kesatuan.
178

5. Warna. Warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam media


visual, tetapi harus digunakan secara hati-hati untuk memperoleh
pengaruh terbaik. Digunakan pada unsur-unsur visual untuk memberikan
penekanan, pemisahan atau meningkatkan kesatuan. Dipilih warna yang
merupakan kesatuan harmonis, dan jangan terlalu banyak macam warna
akan mengganggu pandangan dan dapat menimbulkan salah persepsi
pada pesan yang dibawakan. Hal yang harus diperhatikan dalam
pemilihan warna yaitu : warna (merah, biru, dan lain-lain.), nilai warna
(gelap, terang), kekuatan warna (efeknya).
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, dapat dibuat lay-out
atau susunan suatu media grafis dengan baik. Lay-out dibuat jika akan
menyusun beberapa benda, gambar, atau tulisan menjadi satu kesatuan.
Prinsip umum dan pembuatan lay-out digunakan sebagai pedoman berbagai
media grafis yang tidak diproyeksikan, misalnya:
gambar, ilustrasi,
karikatur, poster, bagan, diagram, transparansi, dan lain-lain.
Dengan kemajuan teknologi komputer, pembuatan media grafis dapat
dilakukan dengan bantuan komputer. Beberapa software yang dapat
digunakan adalah powerpoint, adobe photoshop, frehand, dan lain-lain.
Sumber gambar dapat diperoleh dengan cara scaner gambar, kamera,
download dari internet, dan lain-lain.
b. Pembuatan Media Audio
1)
Penyusunan Naskah
Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah audio:

a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang
studi tertentu, maka harus memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam
GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka
dapat memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan
penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang tertulis
dari suatu kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang
memahami. Hal lain yang diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang
akan menjadi sasaran atau pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio
berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan ,
bahan yang disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun
program, dan fasilitas yang tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
h) Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam, setiap
jenis mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya sama, yaitu
sebagai penuntun dalam mengambil gambar dan merekam suara. Naskah berisi
urutan gambar dan grafis yang harus diambil oleh kamera serta bunyi dan suara
yang harus direkam.

179

2) Pemberian Suara.
Pemberian suara dapat berasal dari suara manusia, musik , atau suara
efek
(sound-effect ). Pemberian suara manusia dapat dilakukan oleh
penyiar (announcer), yang di dalam penulisan naskah dengan istilah ANN
yaitu penyiar yang tugasnya memberitahukan bahwa suatu acara atau
program akan disampaikan. Selain itu dapat dilakukan oleh narator, yang di
dalam penulisan naskah dengan istilah NAR yaitu hampir sama dengan
penyiar , bedanya apa yang dibaca narator sudah memasuki program. Yang
akan disampaikan mungkin tentang pokok bahasan, tujuan, dan sebagainya.
Untuk membedakan pembaca narasi laki-laki atau perempuan , pada
penulisan naskah ditulis NAR 1 dan NAR 2.
Pemberian suara berbentuk musik dalam program audio berfungsi
untuk:
a) Menggambarkan suasana, yaitu membantu melukiskan suasana atau
situasi yang dikehendaki dalam naskah.
b) Melatar belakangi suatu adegan agar dapat merangsang emosi
pendengar.
c) Jembatan, untuk menyambung bagian yang satu dengan yang lain,
sehingga mempercepat kelangsungan cerita dan memperjelan kesan
yang sedang dirangsang.
d) Pemersatu, sehingga cerita atau pesan yang disampaikan merupakan
suatu kesatuan yang utuh.
Pemberian suara berupa efek suara (sound-effect). Efek suara adalah
bunyi benda, gerakan, dan suara yang digunakan untuk menggambarkan
sesuatu, yang dalam penulisan naskah ditulis dengan FX. Ada dua jenis efek
suara, yaitu: pertama adalah bunyi dan suara tiruan, yang kedua adalah
bunyi barang, gerakan atau suara yang sesungguhnya. Efek suara ada yang
sudah tersedia dalam bentuk rekaman, tetapi ada juga efek suara yang
dibuat di luar studio dan dibuat di dalam studio secara hidup dengan alatalat yang tersedia, misalnya membuka dan menutup pintu, orang berjalan
mendekat dan menjauh, orang berteriak dan sebagainya.
3) Format Program Audio
Format program berkaitan
dengan bentuk pengajaran yang
pemilihannya berdasarkan pada: tujuan, sasaran, kemampuan menyusun
naskah, dan fasilitas yang tersedia.
Beberapa macam format yang sering digunakan dalam media audio,
antara lain:
a) Format Uraian: sering disebut talk atau single voicing. Program
audio tanpa adanya uraian maka tidak dapat ditayangkan, karena uraian
di perlukan untuk memberi penjelasan agar masalah mudah dimengerti.
Agar format uraian menghasilkan naskah yang baik, perlu diperhatikan
beberapa penjelasan hal, yaitu: uraian yang bentuknya sederhana,
singkat, bersikap akrab, dan hendaknya menggunakan narasi yang
bervariasi. Sebagai cara untuk mengutarakan informasi secara langsung,
180

maka uraian tidak memerlukan persiapan yang terlalu rumit, dan tidak
menuntut hiasan musik atau efek suara.
b) Format Dialog: merupakan format program yang berupa percakapan
dua pihak mengenai satu masalah yang ditinjau dari sudut pandang yang
berbeda. Jika penyajian program disampaikan dengan naskah yang
lengkap, biasa disebut percakapan, dan apabila disampaikan dengan
naskah yang tidak lengkap atau garis besarnya, biasa disebut obrolan.
Agar dialog menjadi hidup, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: harus
dibawakan oleh pelaku yang baik, lincah, hidup, sehingga seolah-olah
peristiwa itu benar-benar terjadi. Selain itu hendaknya pelaku mempunyai
dua tipe suara yang berbeda, dan naskah menunjukkan kesinambungan
argumentasi.
c) Format Wawancara: merupakan format percakapan antara dua pihak
yang berbeda kedudukannya. Yang satu berperan sebagai pewawancara
yang bertugas untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, dan yang
satu sebagai yang diwawancarai. Jika wawancara dlakukan di luar studio,
maka diperlukan peralatan untuk merekam.
d) Format Diskusi: merupakan bentuk pembicaraan yang khusus dimana
masing-masing pembicara mempertahankan pernyataannya tentang
suatu masalah rasional dalam suatu tempat, waktu, dan bentuk tertentu.
Agar dapat dibedakan antara format wawancara dan format diskusi.
Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio adalah
tape recorder. Pada saat ini proses merekam audio banyak dilakukan dengan
bantuan komputer. Dengan bantuan komputer proses editing dapat
dilakukan lebih mudah.
c. Pembuatan Media Audio-Visual
Pembuatan media audio-visual pada umumnya sama dalam
perencanaannya, yang berbeda adalah teknik-teknik yang dilakukan selama
produksi. Misalnya saja untuk pembuatan slide suara, seperti pada
pembuatan media audio sebelum memproduksi diperlukan penyusunan
naskah.
Langkah-langkah dalam pembuatan slide suara adalah sebagai
berikut :
1. Penyusunan ide. Ide yang akan dituangkan ke dalam slide harus diolah
sehingga mudah dicerna secara visual. Cara penyajiannya dapat dengan
urutan kronologis, flash back, membandingkan, menguraikan dari
keseluruhan menjadi bagian-bagiannya atau sebaliknya.
2. Visualisasi ide. Merupakan terjemahan ide dalam bentuk gambar.
Dalam hal ini dapat disajikan bentuk aslinya (non dramatis), atau
dramatis di mana objek tersebut mampu menyajikan ilusi arti tersendiri.
3. Penyusunan naskah kasar. Dapat secara kronologis (disusun secara
berutan mulai dari awal akhir program). Atau babak demi babak dimana
setiap babak (sequence) terdiri dari beberapa adegan (scene), dan setiap
adegan memerlukan satu atau lebih satu pemotretan (shoot). Dengan
demikian dapat diketahui jumlah pemotretan dalam satu progam.
181

4. Penyusunan narasi untuk ide visual. Narasi merupakan kalimat untuk


mendukung penampilan slide. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun narasi adalah: jangan terlalu panjang/pendek, gunakan
kat-kata yang mudah dimengerti, kata-kata/kalimatnya jangan diulangulang, kalimat ditujukan kepada pendengar. Perlu pula diingat bahwa
narasi bukan sekedar kometar slide, tetapi merupakan penjelasan slide.
5. Pengerjaan kelengkapan grafis. Perlu diperhatikan untuk memberi
pengarahan kepada juru potret tentang obyek yang diperlu diambil.
6. Pemilihan musik untuk ilustrasi. Fungsi musik dalam progam slide
suara agak berbeda dengan progam audio. Di sini musik biasanya dipakai
pada awal dan akhir progam, sedang di tengah digunakan sebagai
selingan atau untuk mengiringi gambar/grafis yang disajikan tanpa narasi.
Efek suara (FX) yang digunakan pada progam audio tidak begitu banyak
digunakan.
7. Penuangan naskah kasar (draft) ke dalam blanko naskah. Naskah
kasar yang telah selesai dibuat, disusun dalam format naskah slide. Hasil
pemotretan ditandai dengan beberapa istilah, yaitu: life (berasal dari
objek sesungguhnya), caption (berasal dari tulisan yang dibuat pada
kertas karton), grafis (berasal dari gambar yang dibuat dengan tangan
atau komputer).
d. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial,
latihan tes, simulasi, permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan
Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dengan menguraikan penjelasan setahap demi setahap. Paket program
tutorial ini mula-mula menyajikan materi pelajaran tertentu, adakalanya
komputer memberikan suruhan-suruhan yang harus dijawab oleh siswa. Bila
siswa menjawab degan benar maka komputer akan menyajikan materi
berikutnya. Bila siswa menjawab salah atau tidak menjawab dalam waktu
tertentu, maka komputer akan menuntun siswa agar mendapat jawaban
yang benar. Jawaban siswa perlu diketik melalui papan ketik agar dapat
memperoleh umpan balik lebih lanjut dalam komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah
dipelajari dan merangsang siswa untuk bekerja secara tepat dalam
menyelesaikan soal-soal dari yang seerhana sampai kompleks. Setelah siswa
selesai menjawab melalui papan ketik, komputer segera memberi umpan
balik yang berupa penguatan jika siswa menjawab benar atau dapat berupa
informasi lain yang dapat membimbing siswa untuk menjawab dengan benar
pada akhir latihan. Siswa juga mendapatkan informasi yang jelas tentang
kemampuannya dalam menerima pelajaran, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan atau langsung melanjutkan
ke materi selanjutnya.
Tes. Tes hanya berisi pertanyaan-pertanyaan. Perbedaan dengan
latihan adalah pada tes tidak tidak diberikan umpan balik pada siswa, tidak
182

peduli jawaban siswa benar atau salah, pertanyaan berikutnya segera


muncul setelah pertanyaan berikutnya selesai dijawab. Rangkaian tes yang
biasanya digunakan adalah tes objektif atau isian singkat. Sampai saat ini
pemeriksaan jawaban soal-soal esai dengan komputer masih belum berhasil
dengan memuaskan.
Simulasi. Paket program digunakan sebagai model di suatu proses
atau sistem dan siswa mencobanya. Di sini komputer dapat digunakan untuk
memperagakan untuk hal-hal yang tidak mungkin diperagakan secara
langsung seperti reaksi kimia yang menimbulkan ledakan, mengukur ledakan
laut, mengukur tinggi menara atau menentukan proses suatu tempat pada
pola bumi.
Permainan. Paket program permainan ini diarahkan agar siswa dapat
belajar sambil bermain, karena isinya dibuat sedemikian rupa sehingga
mengandung unsur-unsur tantangan, rasa ingin tahu, menyenangkan dan
fantasi tanpa mengabaikan unsur mendidik. Paket program ini dapat
mengembangkan daya pikir siswa.
Pemecahan Masalah. Paket program ini diarahkan agar siswa dapat
belajar berbuat karena siswa dituntut dapat memecahkan permasalahan
secara aktif. Paket program ini bervariasi dari yang sederhana sampai
dengan yang rumit. Tergantung pada rumitnya permasalahan dan
kecanggihan respon komputer terhadap respon siswa. Misalnya; persoalan
pemacahan terhadap pencemaran lingkungan. Bentuk penyajian materi,
digunakan bentuk tutorial, yaitu menyampaikan materi pelajaran setahap
demi setahap meliputi materi, contoh soal latihan, dan kesimpulan.
Sebuah media pembelajaran berbasis komputer tidak hanya
menuangkan teks atau buku ke dalam medium elektronik. Jika hal itu
dilakukan maka akan mengkasilkan buku elektronik yang manfaatnya tidak
jauh berbeda dengan membaca buku secara langsung.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik diperlukan
kerjasama yang baik antara guru, desainer, analis, image supplier,
programer, dan maintenance, dengan tugas masing-masing: a) Guru:
sebagai orang yang menguasai materi pelajaran dan teori belajar; b)
Desainer: sebagai penerjemah ide guru ke dalam skenario atau skrip media;
c) Analis: melakukan analisis skenario/skrip media dalam hal: kelengkapan
komponen skenario, struktur skenario, dan dapat tidaknya skenario dipahami
oleh programer; d) Image supplier: sebagai pemasok gambar ( foto, ilustrasi,
grafik) dan audio; e) Programer: merupakan pekerjaan inti dalam membuat
media berbasis komputer, yang bertugas menuangkan skenario/skrip media
ke dalam komputer dengan bahasa pemrograman tertentu; dan f)
Maintenance: bertugas menjaga keberlangsungan program yang dihasilkan
agar tetap up to date.
Idealnya, keenam pihak tersebut duduk bersama untuk menghasilkan
media yang baik. Tetapi hal tersebut sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu
diusahakan syarat minimal yang harus dipenuhi agar pemrograman dapat
dilakukan. Salah satu alternatif adalah membekali orang yang mempunyai
salah satu keahlian dengan keahlian yang lain. Membekali seorang
183

programer dengan materi-materi bidang studi dan teori belajar tentu sangat
tidak mungkin. Alternatif yang lebih mungkin adalah membekali seorang
guru bidang studi tertentu dengan pengetahuan pembuatan skrip media dan
bahasa pemrograman sederhana atau guru didampingi seorang programer
yang sekaligus dapat memasok gambar, sehingga tim yang diperlukan
menjadi lebih sedikit.
Program aplikasi yang memungkinkan digunakan para guru
(khususnya untuk pemula) untuk mengembangkan media pembelajaran
berbasis komputer adalah Microsoft PowerPoint. Namun untuk menghasilkan
media yang lebih baik, diperlukan software lain sesuai keperluan, antara lain
yakni (1) Macromedia Flash, Gif Animator untuk membuat animasi benda, (2)
Macromedia FreeHand, Photoshop, UnleadPhotoImpac, untuk
mengolah
gambar 2D, (3) Maya, 3Dmax, untuk mengambar dan animasi 3D, (4) Adobe
premier, VCD Cutter, sebagai program mengolah movie, dan (5) Program
Sound Forge, untuk mengolah suara. Untuk keperluan praktis, gambar,
animasi, efek suara dapat diperoleh di toko-toko penjual software komputer.
5. Penggunaan Media Pembelajaran
Ada 3 format pembelajaran, yakni (1) belajar secara individual, (2)
belajar secara klasikal, dan (3) belajar secara kelompok. Ketiga format
pembelajaran itu berpenggaruh terhadap penggunaan media pembelajaran.
Berikut diuraikan penggunaan media berdasarkan format pembelajarannya.
a. Penggunanan Media dengan Format Belajar Individual.
Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh
peranan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Penekanan
proses pembelajaran adalah pada siswa, sedang guru berperan sebagai
fasilitator. Dengan demikian maka peranan media sangat penting karena
dapat membantu menentukan keberhasilan belajar siswa. Penggunaan
media dalam belajar secara individual disajikan pada Gambar 1 sebagai
berikut :

Media

Siswa

Guru

184

Tugas guru

Keterangan :
: komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
: Fasilitator pembelajaran
Gambar 1:
Penggunaan Media dalam Belajar Individual

Belajar individual adalah tipe belajar yang berpusat pada siswa,


sehingga dituntut peran dan aktivitas siswa secara utuh dan mandiri agar
prestasi belajarnya tinggi. Dalam belajar individual ada tiga pendekatan atau
cra belajar individual yang banyak dikenal sekarang ini, antara lain adalah
belajar jarak jauh.
b. Penggunaan Media dengan Format Belajar Secara Klasikal
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung antara
guru dan siswa. Keberhasilan belajar amat ditentukan oleh kualitas guru,
karena guru merupakan media utama. Media lain seolah-olah tidak ada
perannya karena frekuensi belajar dengan guru hampir 90% dari waktu yang
tersedia. Bentuk komunikasinya dapat disajikan pada Gambar 2 sebagai
berikut:

Guru

Siswa

Media Lain

Keterangan :
:

komunikasi utama
:

konsultatif (kalau perlu saja)


Gambar 2:
Penggunaan Media dalam Belajar Klasikal
c. Penggunaan Media dengan Format Belajar Kelompok
Dalam kenyataannya teknik-teknik yang digunakan dalam belajar
kelompok dapat merangsang kreativitas, aktivitas dan interaksi setiap
anggota kelompok. Untuk menjamin mutu dalam belajar kelompok maka
perlu ditentukan besar kecilnya kelompok sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belajarnya.
Berikut ini disajikan penggunaan media dalam belajar kelompok seperti
pada Gambar 3 sebagai berikut.
Pada pola a) guru mengontrol kegiatan
diskusi siswa. Pola dasarnya adalah
serangkaian dialog antara guru dan
185

S
S

G
S

S
S

setiap individu, dengan cara seperti ini


maka interaksi antara siswa yang satu
dan siswa yang lain relatif lebih kecil
dibandingkan dengan pola b).
Pada pola b) dapat disebut sebagai
pola
multi
komunikasi,
karena
komunikasi dapat dilakukan dari dan ke
berbagai arah.
Pengendalian diri dan kontrol dilakukan
oleh anggota masing-masing dengan
cara menahan diri dan memberi
kesempatan kepada anggota lain.
Gambar 3:
Keterangan:
Penggunaan
G
:
Guru
Media
dalam
S
:
Siswa
Belajar Kelompok
:
Arus interaksi

d. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran


Terdapat berbagai macam strategi yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran. Pada modul ini dikemukakan tiga jenis strategi pembelajaran,
masing-masing sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu
pada pembelajaran dengan karakteristik tertentu.
1) Strategi untuk pembelajaran yang bersifat teoretik dan media
dipergunakan oleh guru untuk membantu proses mengajarnya
Jika materi yang akan disajikan bersifat teoretik dan media yang
digunakan (kebanyakan bersifat by design) terutama untuk membantu guru
dalam proses mengajarnya, strategi yang dikembangkan oleh Ivor K. Davies
ini dapat dipertimbangkan untuk digunakan, meliputi:
a) Tahap pendahuluan
Tahap ini umumnya terdiri atas 3 peristiwa pembelajaran, yakni (1)
pembukaan pelajaran, (2) pemberitahuan tujuan pembelajaran, dan (3)
menarik perhatian siswa ke arah materi baru yang akan disajikan dengan
cara memberikan bahan pengait. Media yang dapat digunakan pada tahapan
ini, misalnya media cetak, medis grafis, media audio, media audio-visual,
atau pengamatan di lingkungan dan berbagai media tiga dimensi.
b) Tahap pengembangan
Pada tahap ini materi baru disajikan. Disarankan agar materi baru tersebut
dibagi dalam beberapa unit. Pada akhir setiap unit atau bagian materi,
diadakan tanya jawab (review) untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
atas materi yang baru disajikan. Dengan demikian kesalahpahaman atau
kekurangjelasan materi dapat segera diatasi. Pada tahap pengembangan ini
186

sebaiknya digunakan berbagai media seperti halnya pada tahap


pendahuluan, yang disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran,
materi dan siswa.
c) Tahap konsolidasi
Tahap ini merupakan akhir pembelajaran. Ada 3 peristiwa pembelajaran yang
hendaknya dilaksanakan pada tahap ini, yakni (1) penyimpulan seluruh
materi yang telah disajikan, (2) pemberian tugas/latihan, (3) pemberian
umpan balik atas tugas/pelatihan yang telah dikerjakan siswa, dan (4)
pemberian pekerjaan rumah jika diperlukan. Pada tahap ini dapat digunakan
media, media cetak (bagan), OHP atau papan tulis dan beberapa media yang
lain.
2) Strategi untuk pembelajaran yang memerlukan praktik, atau
yang memerlukan banyak berlatih
Jika pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak berorientasi kepada
kegiatan belajar mandiri oleh siswa, strategi yang disarankan ialah strategi
yang dikembangkan berdasarkan teori Galperin yaitu Pendekatan Terapan,
meliputi:
a) Tahap Orientasi
Pada tahap ini seperti halnya strategi Davies (1986) dilaksanakan
beberapa peristiwa pembelajaran, pemberian bahan pengait, kemudian
disusul dengan penyajian materi baru terutama ditinjau dari aspek
teoretiknya. Atau dengan kata lain, landasan teoretik yang merupakan
rasional serta akan menjadi acuan dalam pengerjaan tugas/latihan, disajikan
pada tahap ini. Selain itu diintermasikan juga prosedur kerja serta jika
diperlukan, cara berpikir ilmiah dalam pengerjaan tugas/pelatihan.
b) Tahap berlatih/pengerjaan tugas
Pada tahap ini siswa mengerjakan tugas/pelatihan yang diberikan guru.
Pengerjaan bisa di laboratorium, bengkel, lingkungan sekolah. Di dalam
kelas, perpustakaan, ruang audio visual atau di mana saja. Semua media dan
peralatan yang diperlukan oleh siswa untuk memfasilitasi belajar mereka
hendaknya sudah disiapkan sebelumnya. Selama siswa mengerjakan
tugas/pelatihan, guru hendaknya berkeliling melihat apakah siswa telah
melakukan prosedur kerja yang benar.
c) Tahap pemberian umpan balik kepada siswa
Setelah tahap berlatih/pengerjaan tugas selesai, siswa perlu mendapat
informasi tentang hasil belajarnya atau sekurang-kurangnya, kesalahankesalahan yang telah mereka lakukan. Dengan demikian siswa mendapat
umpan balik yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar
mereka.
d) Tahap evaluasi
187

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan


siswa atas materi yang telah disajikan, juga seberapa jauh siswa telah
memilih keterampilan/kemampuan yang diajarkan. Hasil evaluasi akan dapat
memberikan gambaran tentang keberhasilan pembelajaran guru.
3) Strategi pembelajaran yang berpusat pada media tertentu
Jika penyaji materi dalam suatu pembelajaran bukan guru tetapi media
tertentu seperti TV, Film atau Slide, maka strategi yang disarankan untuk
digunakan adalah strategi pembelajaran bermedia, yang meliputi empat
tahap, yaitu:
a) Tahap persiapan
Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah:
Media yang akan digunakan yang meliputi baik bahan (software) dan
peralatan (hardware) yang akan digunakan. Perlu diteliti apakah media
dalam kondisi baik dan siap untuk dioperasikan.
1). Kelas, apakah memenuhi syarat untuk pembelajaran bermedia. Misalnya,
sarana dan prasarananya memungkinkan. Juga perlu sebelumnya
dipikirkan, di mana tempat duduk siswa akan diatur sehingga siswa akan
dapat melihat tayangan media dengan jelas.
2). Siswa, terutama jika mereka belum pernah mendapat pengalaman belajar
dengan media. Dalam hal seperti ini perlu disediakan waktu sekitar
beberapa menit untuk memperkenalkan siswa dengan media yang akan
digunakan. Dengan demikian kemungkinan bahwa siswa akan lebih
tertarik pada medianya daripada materinya dapat dihindarkan.
3). Guru juga perlu mempersiapkan dirinya untuk pembelajaran bermedia.
Persiapan meliputi, misalnya, belajar mengoperasikan media yang akan
digunakan, mempelajari bahan (materi) yang akan ditayangkan,
mengantisipasi kegiatan yang akan dilakukan siswa setelah penayangan,
dan lain-lain yang terkait.
b) Tahap pelaksanaan
Prosedur pembelajaran pada tahap pelaksanaan tak berbeda dengan
pelaksanaan pada strategi lain, ialah meliputi: pendahuluan, penyajian
isi/pengembangan, umpan balik, dan evaluasi. Yang perlu diperhatikan pada
pembelajaran bermedia ialah, agar guru tidak memberitahukan garis besar
isi tayangan kepada siswa sebelum program ditayangkan. Yang perlu
diberitahukan kepada siswa adalah bagaimana cara menonton yang benar,
kegiatan yang akan dilakukan siswa setelah menonton, dan apa yang perlu
disiapkan siswa untuk menonton.
1). Tahap tindak lanjut
Pembelajaran bermedia akan lebih bermakna jika setelah menonton, siswa
melakukan kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan materi
tontonan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain, berupa membuat laporan,
melakukan pengamatan di lapangan, dan sebagainya.

188

2). Tahap evaluasi


Pada tahap evaluasi akhir ini, semua kegiatan yang telah dilakukan siswa
yang berpusat pada pembelajaran bermedia yang telah dilaksanakan,
dievaluasi. Jadi tidak hanya meliputi penguasaan siswa akan materi tontonan
saja, tetapi juga hasil kegiatan tindak lanjut. Dengan demikian apa yang
diperoleh siswa akan benar-benar bermakna.
Prosedur penggunaan media pembelajaran (baik audio, audio visual,
maupun media grafis) secara klasikal terdiri dari 4 kegiatan, yakni (1)
persiapan, (2) pelaksanaan, (3) evaluasi, dan (4) tindak lanjut. Keempat
kegiatan itu disajikan dalam Gambar 4 sebagai berikut.
Kegiatan Persiapan
1. Guru mempersiapakan diri dalam penguasaan materi
pembelajaran
2. Guru menyiapkan media
3. Guru menyiapkan ruangan dan peralatan
4. Guru menyiapkan siswa

Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran


Guru menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan media

Kegiatan Evaluasi
1. Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan
media
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas

Kegiatan Tindak Lanjut


Guru mengadakan evaluasi kegiatan yang mengarahkan kepada
pemhaman lebih luas dan mendalam terhadap materi pembelajaran

Gambar 4:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran

B. LEMBAR LATIHAN
189

1. Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini, selanjutnya,


jelaskan pengertian media pembelajaran menurut Anda secara sederhana.
2. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media ini.
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media
pembelajaran?
3. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
memilih dan menentukan media pembelajaran. Apa saja yang menjadi
pertimbangan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran?
4. Jelaskan langkah-langkah penyusunan dalam pembuatan slide suara media
audio untuk pembelajaran.

1.
2.

3.

4.

D. LEMBAR KUNCI JAWABAN


a. Lembar Kunci Jawaban Latihan
Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin medium yang berarti
di antara, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa
informasi antara sumber dan penerima.
Untuk membuat klasifikasi media pembelajaran yang lengkap perlu
diperhatikan sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan
untuk belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar (facilities
for learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video
player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain.
Sarana pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang,
ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio,
gambar dan lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel,
papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang
diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat bermain, dan lain-lain.
Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa
prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran yaitu: sesuai tujuan dan fungsi, tersedia,
murah, menarik, dan guru terampil menggunakannya.
Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah media
audio:

a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang studi
tertentu, maka harus memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam GBPP
yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka
dapat memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan
penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang tertulis
dari suatu kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang
memahami. Hal lain yang diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang
akan menjadi sasaran atau pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio
berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.

190

e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan ,


bahan yang disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun program,
dan fasilitas yang tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar

Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam,


setiap jenis mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya
sama, yaitu sebagai penuntun dalam mengambil gambar dan merekam
suara. Naskah berisi urutan gambar dan grafis yang harus diambil oleh
kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.

4. Asesmen
a. Hakikat dan Metode Asesmen
Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu
dengan dua istilah lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi
(evaluation). Padahal ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda,
walaupun memang saling berkaitan.
Menurut Oosterhof (2003), pengukuran dan asesmen memiliki makna
yang hampir serupa walaupun tidak mutlak sama. Griffin & Nix (1991)
memberikan gambaran yang lebih konkret tentang kaitan antara
pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga kegiatan
tersebut merupakan suatu hierarki. Pengukuran adalah kegiatan
membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran;
asesmen adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran,
menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil
pengukuran, sedangkan evaluasi adalah proses mengambil keputusan
(judgment) berdasarkan hasil-hasil asesmen. Johnson & Johnson (2002)
menegaskan tidak seharusnya melakukan evaluasi tanpa melakukan
pengukuran dan penilaian terlebih dulu.
Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -baik
formal maupun nonformal- digunakan dalam asesmen untuk mengumpulkan
informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang
terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Johnson & Johnson, 2002;
Gronlund, 2003; Oosterhof, 2003). Asesmen yang dilakukan selama
pembelajaran berlangsung disebut sebagai asesmen proses, sedangkan
asesmen yang dilakukan setelah pembelajaran usai dilaksanakan dikenal
dengan istilah asesmen hasil/produk. Asesmen proses dibedakan menjadi
asesmen proses informal dan asesmen proses formal.
Asesmen informal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta
191

didik menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa
peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau
saat seorang peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru
atau peserta didik lain, guru telah melakukan asesmen informal terhadap
performansi peserta didik-peserta didik tersebut.
Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik
pengumpulan informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan
merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda dengan
asesmen proses informal, asesmen proses formal merupakan kegiatan yang
disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat
suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.
Asesmen dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode
tes dipilih bila respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau
salah (Djemari, 2008). Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat
dikategorikan benar atau salah digunakan metode nontes.
Menurut Gronlund (2008), metode tes dapat berupa tes tulis (paper
and pencil) atau tes kinerja (performance test). Tes tulis dapat dilakukan
dengan cara memilih jawaban yang tersedia (selected-response), misalnya
soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang
meminta peserta menuliskan sendiri responsnya (supply-response), misalnya
soal berbentuk esai, baik esai isian singkat maupun esai bebas.
Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance,
yang meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas
tertentu yang terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis
paragraf dengan topik yang sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu
alat tertentu; dan extended performance, yang menghendaki peserta untuk
menunjukkan kinerja lebih komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya peserta
diminta merumuskan suatu hipotesis, kemudian diminta membuat
rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut.
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response
memiliki cakupan aspek yang lebih sederhana dibandingkan supply response
dan performance assessment. Hal ini antara lain dikarenakan pada selected
response: (a) alternatif pilihan jawaban sudah disediakan, (b) pada umumnya
hanya berkaitan dengan tugas-tugas yang dapat diselesaikan dengan bekal
pengetahuan dan pemahaman; dan (c) tugas-tugas direspons secara tidak
langsung. Hal yang sebaliknya terjadi pada penilaian kinerja, tugas-tugas
yang dinilai dengan penilaian kinerja menuntut respons yang murni dan
aktual dari peserta, juga membutuhkan berbagai keterampilan di samping
bekal pengetahuan dan pemahaman. Penilaian kinerja juga direspons
peserta dengan cara mendemonstrasikan kemampuannya secara langsung.
Oleh karena itu, penilaian kinerja lebih rumit dibandingkan dengan selected
192

response baik dari segi cakupan tugasnya maupun cara atau struktur
mengasesnya.
Meskipun selected response memiliki berbagai keterbatasan, tetapi
memiliki keunggulan dalam hal penskoran jika dibandingkan supplyresponse, apalagi jika dibandingkan dengan penilaian kinerja. Karena
respons peserta pada selected response hanyalah berdasar pilihan-pilihan
yang telah disediakan, maka skor yang diberikan menjadi lebih pasti, lebih
objektif, lebih mudah dilakukan, dan relatif bebas dari bias atau subjektivitas
penilai. Sebaliknya, pada supply response dan penilaian kinerja meskipun
telah disediakan rubrik yang harus diacu saat melakukan penskoran, tetapi
masalah krusial yang selalu muncul adalah rendahnya kekonsistenan antar
penilai (interater reliability) ketika kemampuan yang sama dinilai oleh lebih
dari satu penilai. Metode selected response juga memiliki kelebihan dalam
hal waktu. Karena tugas yang dinilai tidak begitu kompleks, maka waktu
yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes menjadi relatif lebih singkat.
Karena penskorannya relatif mudah dilakukan, maka waktu penskoran dan
pengolahannya juga menjadi relatif lebih cepat. Kelebihan dalam hal
penskoran dan waktu itulah yang menyebabkan metode selected response
utamanya bentuk pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan penilaianpenilaian dalam skala besar, misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas,
ujian sekolah, seleksi masuk perguruan tinggi, dan ujian akhir nasional
(Dittendik, 2003; Oosterhof, 2005; Rodriguez, 2005).
Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat, atau
motivasi. Metode nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif
dan lazimnya menggunakan instrumen angket atau kuisioner. Respons yang
dikumpulkan melalui angket atau kuisioner tidak dapat diinterpretasi ke
dalam kategori benar atau salah.
Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki keunggulan
dan keterbatasan, sehingga tidak ada satu pun metode yang selalu cocok
untuk semua keperluan, kondisi, situasi, cakupan, dan karakteristik kemampuan yang hendak diukur. Karena itu, untuk melakukan asesmen yang
lengkap, utuh, dan akurat sebaiknya dipergunakan berbagai metode sesuai
dengan karakteristik dan tujuannya.
Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang menunjukkan
kegiatan pengukuran, asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan
kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai metode?
b. Karakteristik dan Teknik Asesmen
193

a)

b)

c)

d)

e)

1. KARAKERISTIK ASESMEN DALAM KBK/KTSP


Belajar Tuntas (mastery learning)
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya,
sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang
benar dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam mastery
learning adalah peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu yang
dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu
waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik
pada umumnya.
Otentik
Memandang asesmen dan pembelajaran secara terpadu. Asesmen
otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia
sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi
utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Asesmen
otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik,
tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh
peserta didik.
Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk Ulangan
Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, atau
Ulangan Kenaikan Kelas.
Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya,
tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya KKM
(kriteria ketuntasan minimal)
Menggunakan teknik asesmen yang bervariasi
Teknik asesmen yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk,
portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.

2. TEKNIK ASESMEN
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat
dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil
belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah
cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi. Asesmen dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian
hasil relajar, baik pada domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada
tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu :
a. Penilaian Unjuk Kerja
1) Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium,
194

praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik,


bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll. Penilaian unjuk kerja perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik
untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
c) Kemampuan-kemampuan
khusus
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan tugas.
d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati.
e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan
pengamatan.
2) Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Untuk menilai unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan daftar
cek (check-list) dan skala penilaian (rating scale).
a) Daftar Cek (Check-list)
Dafatar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana,
sehingga kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan
menjadi dua kategorikan saja, ya atau tidak. Berikut contoh penilaian
unjuk kerja dengan check-list.
Penilaian Kedisiplinan
Nama
No.
1.
2.
3.
4.

peserta didik: ________


Aspek yang dinilai
Datang tepat waktu
Pakaian sesuai aturan
Bertanggungjawab
pada tugas
Pulang tepat waktu

Ya

Kelas: _____
Tidak

Nilai
b) Skala Penilaian (Rating Scale)
Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit atau
merasa tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya
atau tidak, memenuhi atau tidak memenuhi. Karena itu dapat dipilih
skala penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Tetapi
setiap kategori harus dirumuskan deskriptornya sehingga penilai
mengetahui kriteria secara akurat kapan mendapat skor 1, 2, atau 3.
Daftar kategori beserta deskriptor kriterianya itu disebut rubrik. Di
lapangan sering dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 = kurang, 2 =
cukup, 3 = baik. Deskriptor semacam ini belum akurat, karena kriteria
kurang bagi seorang penilai belum tentu sama dengan penilai lain,

195

karena itu deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur. Berikut
contoh penilaian unjuk kerja dengan rating scale beserta rubriknya.
Penilaian Kinerja Melakukan Praktikum
No

Aspek yang dinilai

Merangkai alat

Pengamatan

Data yang diperoleh

Kesimpulan

Penilaian
2

Rubriknya
Aspek yang dinilai

Merangkai alat

Pengamatan

Data yang diperoleh

Kesimpulan

Penilaian
2

Rangkaian alat
tidak benar

Rangkaian alat
benar, tetapi tidak
rapi atau tidak
memperhatikan
keselamatan kerja

Rangkaian alat
benar, rapi, dan
memperhatikan
keselamatan kerja

Pengamatan
tidak cermat

Pengamatan cermat,
tetapi mengandung
interpretasi

Pengamatan
cermat dan bebas
interpretasi

Data tidak
lengkap

Data lengkap, tetapi


tidak terorganisir,
atau ada yang salah
tulis

Data lengkap,
terorganisir, dan
ditulis dengan
benar

Tidak benar

Sebagian kesimpulan Semua benar atau


196

atau tidak
sesuai tujuan

ada yang salah atau


tidak sesuai tujuan

sesuai tujuan

2. Penilaian Sikap
a. Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap
juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki
oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif,
dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif
adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun
komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat
dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran adalah:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap
positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri
peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih
mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi
pelajaran yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap
guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan
oleh guru tersebut.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki
sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses
pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi,
dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang
menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi
Biologi atau Geografi). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat,
yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan
tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup).
Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program
perlindungan satwa liar.
b. Teknik Penilaian Sikap
197

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.


Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan
langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas
dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi
dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi.
Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta
didik yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan
balik dalam pembinaan.
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan
buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan
peserta didik selama di sekolah.
2) Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang
berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan
peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah
mengenai Peningkatan Ketertiban.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap.
Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat
menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta
didik.
3) Laporan pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi
pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau
hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis
pandangannya tentang Kerusuhan Antaretnis yang terjadi akhir-akhir
ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca
dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.

NAMA

Tanggung jawab

Kepedulian

Menepati janji

Kejujuran

orang tuaHormat pada

Kerjasama

Kedisiplinan

Tenggang rasa

temanRamah dengan

1
2
3

Kerajinan

N
o

Ketekunan belajar

SIKAP

Keterbukaan

Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta didik

198

4
5
6
7
8
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.
3. Tes Tertulis
a.
Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta
didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat
juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar, dan lain sebagainya.
b. Teknik Tes Tertulis
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1) Soal dengan memilih jawaban (selected response), mencakup:
pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan.
2) Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian
atau melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut.
1) materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;
2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan
tegas.
3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat
yang menimbulkan penafsiran ganda.
4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal
yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.
4. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas
tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek
dapat
digunakan
untuk
mengetahui
pemahaman,
kemampuan
mengaplikasikan,
kemampuan
penyelidikan
dan
kemampuan
199

menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara


jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3
hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal
atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain,
pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk
poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen
penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
Contoh Teknik Penilaian Proyek
Mata Pelajaran
Nama Proyek
Alokasi Waktu
Guru Pembimbing:

:
:
:

Nama
:
NIS
:
Kelas
:
No
ASPEK
.
1 PERENCANAAN :
a.
Persiapan
b.
Rumusan Judul
2 PELAKSANAAN :
a.
Sistematika Penulisan
b.
Keakuratan Sumber Data
/ Informasi
c.
Kuantitas Sumber Data
d.
Analisis Data
e.
Penarikan Kesimpulan

SKOR (1 - 5)

200

LAPORAN PROYEK :
a.
Performans
b.
Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses


pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk
itu perlu
memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan
penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan cheklist
5. Penilaian Produk
a. Pengertian
1) Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan
peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti:
makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barangbarang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan
produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian yaitu:
2) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan
mendesain produk.
3) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan
peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan
teknik.
4) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap
proses pengembangan.
Contoh Penilaian Produk
Mata Ajar
Nama Proyek
Alokasi Waktu
Nama Peserta didik
Kelas / SMT
No.
1
2

:
:
:
:
:

Tahapan
Tahap Perencanaan Bahan
Tahap Proses Pembuatan :

Skor ( 1 5 )*

201

a.
b.
c.
3

Persiapan alat dan bahan


Teknik Pengolahan
K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan
kebersihan)
Tahap Akhir (Hasil Produk)
a.
Bentuk fisik
b.
Inovasi
TOTAL SKOR

Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan
ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses
pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
6. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut
dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik
secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir
suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan
peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan
peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta
didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui
karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
1) Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang
dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan
hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri.
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa
saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga
terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik
perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak
yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses
pendidikan
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru

202

5)
6)
7)

8)

Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas


portofolio sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang
dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan
kemampuannya.
Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses
belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang
kinerja dan karya peserta didik.
Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang
sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan
peserta didik.

b. Teknik Penilaian Portofolio


Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkahlangkah sebagai berikut:
1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak
hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan
guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri.
Dengan melihat portofolio peserta didik dapat mengetahui
kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
2) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja
yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang
lain bisa sama bisa berbeda.
3) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu map
atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
4) Berilah
tanggal
pembuatan
pada
setiap
bahan
informasi
perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan
kualitas dari waktu ke waktu.
5) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan
para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para
peserta didik.
6) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru
dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan
memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya
tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat
dilakukan pada saat membahas portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka
peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara
203

peserta didik dan guru perlu dibuat kontrak atau perjanjian


mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang
telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika
perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang
maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu
dan memotivasi anaknya.
Berikut Ini Contoh Penilaian Portofolio

No.

SK / KD / PI

Introduction

Writing

Memorize
Vocab

Sekolah
:
Mata Pelajaran :
Durasi Waktu
Nama Peserta didik
Kelas / SMT

:
:
:

Waktu

KRITERIA
Grammar Vocab

Speaking

Pronounciation

Ket

16/07/07
24/07/07
17/08/07
Dst....
12/09/07
22/09/07
15/10/07
15/11/07
12/12/07

Catatan : PI = Pencapaian Indikator


Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai
bukti pekerjaan sesuai dengan SK/KD/PI, yang masuk dalam portofolio. Skor
yang digunakan dalam penilaian portofolio menggunakan rentang antara 0
-10 atau 10 100. Kolom keterangan diisi oleh guru untuk menggambarkan
karakteristik yang menonjol dari hasil kerja tersebut.

7. Penilaian Diri (self assessment)


a. Pengertian
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri
dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan
204

psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik


diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan
berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu.
Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk
membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu
objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan
penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan
dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta
untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian
diri di kelas antara lain:
1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka
diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena
ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk
berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian.
b. Teknik Penilaian Diri
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran,
daftar tanda cek, atau skala penilaian.
4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong
peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara
cermat dan objektif.
6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil
kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.

Contoh Format Penilaian Konsep Diri Peserta Didik


Nama sekolah :
Mata Ajar
:
Nama
:
Kelas
:
Pernyataan
Alternatif
205

Ya

o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tida
k

Saya berusaha meningkatkan keimanan


dan ketaqwaan kepada Tuhan YME agar
mendapat ridho-Nya dalam belajar
Saya berusaha belajar dengan sungguhsungguh
Saya optimis bisa meraih prestasi
Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita
Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial
di sekolah dan masyarakat
Saya suka membahas masalah politik,
hukum dan pemerintahan
Saya berusaha mematuhi segala peraturan
yang berlaku
Saya berusaha membela kebenaran dan
keadilan
Saya rela berkorban demi kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara
Saya berusaha menjadi warga negara yang
baik dan bertanggung jawab
JUMLAH SKOR

Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan


tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik.
Rentangan nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi
skor 2, dan jika jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaianya
adalah jika rentang nilai antara 0 5 dikategorikan tidak positif; 6 10
kurang positif; 11 15 positif dan 16 20 sangat positif.
Latihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen
sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar tersebut!
Pemanfaatan Dan Pelaporan Hasil Asesmen
Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta
didik yang dapat digunakan antara lain: (1) perbaikan (remedial) bagi
peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan, (2) pengayaan bagi
peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang
disediakan, (3) perbaikan program dan proses pembelajaran, (4) pelaporan,
dan (5) penentuan kenaikan kelas.
A. PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN
1. Bagi peserta didik yang memerlukan remedial
Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh
guru lain yang memiliki kemampuan memberikan bantuan dan
mengetahui kekurangan peserta didik. Remedial diberikan kepada
206

peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar.


Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau diberi
kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian
dengan cara: menjawab pertanyaan, membuat rangkuman pelajaran,
atau mengerjakan tugas mengumpulkan data. Waktu remedial diatur
berdasarkan kesepakatan antara peserta didik dengan guru, dapat
dilaksanakan pada atau di luar jam efektif. Remedial hanya diberikan
untuk indikator yang belum tuntas.
2. Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan
Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki penguasaan
lebih cepat dibandingkan peserta didik lainnya, atau peserta didik yang
mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar peserta didik yang
lain belum. Peserta didik yang berprestasi baik perlu mendapat
pengayaan, agar dapat mengembangkan potensi secara optimal.
3. Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program
dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil
keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal
kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan
dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan
mengubah strategi pembelajaran, dan memperbaiki program
pembelajarannya.
4. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penilaian dapat digunakan Kepala sekolah untuk menilai
kinerja guru dan tingkat keberhasilan peserta didik.
B. PELAPORAN HASIL PENILAIN KELAS
1. Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai
pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orangtua/wali peserta
didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya.
Laporan tersebut merupakan sarana komunikasi dan kerja sama antara
sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik bagi
kemajuan belajar peserta didik maupun pengembangan sekolah.
Pelaporan hasil belajar hendaknya:
a. Merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi
pengembangan peserta didik
b. Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat.
c. Menjamin orangtua mendapatkan informasi secepatnya bilamana
anaknya bermasalah dalam belajar
2. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data
kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka
207

(skor), misalnya seorang peserta didik mendapat nilai 6 pada mata


pelajaran matematika. Namun, makna nilai tunggal seperti itu kurang
dipahami peserta didik maupun orangtua karena terlalu umum. Hal ini
membuat orangtua sulit menindaklanjuti apakah anaknya perlu
dibantu dalam bidang aritmatika, aljabar, geometri, statistika, atau hal
lain.
Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif dan
komprehensif agar profil atau tingkat kemajuan belajar peserta didik
mudah terbaca dan dipahami). Dengan demikian orangtua/wali lebih
mudah mengidentifikasi kompetensi yang belum dimiliki peserta didik,
sehingga dapat menentukan jenis bantuan yang diperlukan bagi
anaknya. Dipihak anak, ia dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan
dirinya serta aspek mana yang perlu ditingkatkan.
Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan
sebagai berikut;
Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara
akademik, fisik, sosial dan emosional?
Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai
dengan baik?
Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan
mengembangkan prestasi anak lebih lanjut?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan
kepada orang tua hendaknya;
Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak.
Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran
anak.
Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam
kurikulum.
Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar.
3. Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang
berisi informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik untuk
setiap KD, dalam kurun waktu 1 semester. Rekap nilai diperlukan
sebagai alat kontrol bagi guru tentang perkembangan hasil belajar
peserta didik, sehingga diketahui kapan peserta didik memerlukan
remedial.
Nilai yang ditulis merupakan rekap nilai setiap KD dari setiap aspek
penilaian. Nilai suatu KD dapat diperoleh dari tes formatif, tes sumatif,
hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, nilai
tugas perseorangan maupun kelompok. Rata-rata nilai KD dalam setiap
208

aspek akan menjadi nilai pencapaian kompetensi untuk aspek yang


bersangkutan.
4. Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam kurun
waktu satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran, berisi informasi
tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan. Untuk model rapor, masingmasing sekolah boleh menetapkan sendiri model rapor yang
dikehendaki asalkan menggambarkan pencapaian kompetensi peserta
didik pada setiap matapelajaran yang diperoleh dari ketuntasan
kompetensi dasarnya.
Nilai pada rapor merupakan gambaran kemampuan peserta didik,
karena itu kedudukan atau bobot nilai harian tidak lebih kecil dari
bobot nilai sumatif. Kompetensi yang diuji pada penilaian sumatif
berasal dari SK, KD dan indikator semester bersangkutan. Menurut
Permendiknas No 20 Tahun 2007, hasil penilaian oleh pendidik dan
satuan pendidika disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian
kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan
belajar.
F. PENENTUAN KENAIKAN KELAS
Peserta didik dinyakan tidak naik kelas apabila: 1) memperoleh nilai
kurang dari kategori baik pada kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia 2) Jika peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau lebih KD
dan SK lebih dari 3 mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran
sampai pada batas akhir tahun ajaran, dan 3) Jika karena alasan yang
kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental sehingga
tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan.
Untuk memudahkan administrasi, peserta didik yang tidak naik kelas
diharapkan mengulang semua mata pelajaran beserta SK, KD, dan
indikatornya dan sekolah mempertimbangkan mata pelajaran, SK, KD, dan
indikator yang telah tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.
Apabila setiap anak bisa dibantu secara optimal sesuai dengan
keperluannya mencapai kompetensi tertentu, maka tidak perlu ada anak
yang tidak naik kelas (automatic promotion). Automatic promotion apabila
semua indikator, kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensi (SK)
suatu mata pelajaran telah terpenuhi ketuntasannya, maka peserta didik
dianggap layak naik ke kelas berikutnya.
Latihan
Apakah pelaporan hasil belajar di sekolah Anda sudah sesuai dengan
Permendiknas No 20 Tahun 2007? Bila belum, mengapa?
E. Pengembangan Silabus dan RPP
1. Latar Belakang
209

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah
berhak
mengarahkan,
membimbing,
dan
mengawasi
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Selanjutnya, Pasal 11 Ayat (1) juga menyatakan bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wewenang
Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi
semakin besar. Lahirnya kedua undang-undang tersebut menandai sistem
baru dalam penyelenggaraan pendidikan dari sistem yang cenderung
sentralistik menjadi lebih desentralistik.
Selain itu dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3, menyebutkan bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna
mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan
karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan
santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di
Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola
diri dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa
berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada
hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta
didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Kurikulum
sebagai
salah
satu
substansi
pendidikan
perlu
didesentralisasikan
terutama
dalam
pengembangan
silabus
dan
pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa,
keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian,
sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan
menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
penilaian hasil pembelajaran.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar
kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan
dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, dan
silabus dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi
210

yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dan Standar


Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun
2006
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dijelaskan:
1.
Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di
bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab
terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan
MAK ( Pasal 17 Ayat 2)
2.
Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar (Pasal 20)
Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang
gerak yang luas untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasivariasi penyelengaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan
kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan di atas, perlu
adanya panduan pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran, agar
daerah atau sekolah tidak mengalami kesulitan.
2. PENGERTIAN, PRINSIP, PENGEMBANG, KOMPONEN, DAN
LANGKAH-LANGKAH SILABUS
a. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar.
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan
Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran,
Indikator,
Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus pada
dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang
dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar).
b. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari
peserta didik untuk mencapai Standar Isi.
c. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru
sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber
belajar.
d. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui
ketercapaian KD dan SK.
211

e. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan


Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan
dinilai.
f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi
tertentu.
g. Sumber Belajar apa
yang dapat diberdayakan untuk mencapai
Standar Isi tertentu.
b. Prinsip Pengembangan Silabus
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan
indikator,
materi
pokok/pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk
menunjang pencapain kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan
indikator,
materi
pokok/pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan
ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta
didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah
dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan
berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing.
Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercerabut
dari lingkungannya.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
c. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata pelajaran
secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau
212

beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),


dibawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Propinsi.
1) Sekolah dan Komite Sekolah
Pengembang silabus adalah sekolah bersama komite sekolah. Untuk
menghasilkan silabus yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah
dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan
lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas.
2) Kelompok Sekolah
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal
belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri,
maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk
kelompok
guru
kelas
atau
guru
mata
pelajaran
untuk
mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah
tersebut
3) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat
bergabung untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkankarena
sekolah dan komite sekolah karena sesuatu hal belum dapat
melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok sekolah ini juga dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga
terkait seperti Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.
4) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus
dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru
berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam pengembangan
silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit
utama terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional.
D. KOMPONEN SILABUS
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

1.

Identitas silabus
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber BelajarKomponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat
disajikan dalam contoh format silabus secara horisontal atau vertikal
sebagai berikut.

E. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS


Mengisi identitas Silabus
213

Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan


semester. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.
2.

Menuliskan Standar Kompetensi


Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi
diambil dari Standar Isi Mata Pelajaran. Sebelum menuliskan Standar
Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.
3. Menuliskan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang
harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran
tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi.
Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih
dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan Kompetensi Dasar;
b. keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam
mata pelajaran; dan
c. keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antarmata
pelajaran.
4. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
a. potensi peserta didik
b. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual
d. peserta didik;
e. kebermanfaatan bagi peserta didik;
f. struktur keilmuan;
g. kedalaman dan keluasan materi;
h. relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;
i. alokasi waktu.
Selain itu harus diperhatikan:
a. kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran
dan
214

b. kesahihannya;
c. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang
benar-benar diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
d. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
e. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek
tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi
setempat;
f. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan
memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut.
5. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan
pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai
berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan
kompetensi dasar secara utuh.
c.
Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi
dasar.
d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru
harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa
memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.
e. Materi
kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap
(termasuk karakter yang sesuai), dan keterampilan yang sesuai dengan
KD.
f.
Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang
harus dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
g. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep mata pelajaran.
h. Pembelajaran
bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan
pembelajaran materi tertentu).
i.
Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
kegiatan pembeljaran siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.
215

a.
b.
c.
d.
e.

Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai


berikut:
memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru;
mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata
pelajaran;
disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana
yang tersedia;
bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/perorangan,
berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan
memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa
seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosialekomomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang
bersangkutan.

6. Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup ranah atau dimensi
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).
Ranah kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan keterampilan
intelektual, dengan tingkatan: ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi,
analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator kognitif dapat dipilah menjadi
indikator produk dan proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan
gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa
keterampilan yang memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot.
Ranah afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal emosional
seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Ranah
afektif terentang mulai dari penerimaan terhadap fenomena, tanggapan
terhadaap fenomena, penilaian, organisasi, dan internalisasi atau
karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka karakter merupakan bagian
dari indikator pada ranah afektif.
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu
diperhatikan indikator.
Oleh karena itu, di dalam penentuan indikator
diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a.
b.

Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua)


Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau
diobservasi
c. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja
dalam KD maupun SK
d. Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi),
kesinambungan (Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual

216

e. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan


lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap,
berpikir, dan bertindak secara konsisten.
f. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
g. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
h. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).
i. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif,
afektif, dan psikomotor).
j. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
k. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
l. Menggunakan kata kerja operasional.

7. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam
pengambilan keputusan
untuk menentukan tingkat
keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Penilaian
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan mencakup tiga ranah (kognitif, psikomotor dan
afektif). Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada saat
melakukan penilaian ranah afektif.. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat
tiga komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk
instrumen, dan (c) contoh instrumen.
a. Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh
informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik.
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan
dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan
sebagai teknik tes dan teknik nontes. Penggunaan tes dan non tes dalam
bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil
karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Dalam
melaksanakan
penilaian,
penyusun
silabus
perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.
1) Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang
akan dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran,
dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
4) Sistem
yang
direncanakan
adalah
sistem
penilaian
yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan
siswa.
217

5) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Pada


bagian indikator yang belum tuntas perlu dilakukan kegiatan remidi.
6) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek
pembelajaran: kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan
berbagai model penilaian, baik formal maupun nonformal secara
berkesinambungan.
7) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip
berkelanjutan, bukti-bukti outentik, akurat, dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik.
8) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan
hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas
tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta
kemajuan hasil belajar siswa.
9) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar
dan Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan
gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
10)
Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan
dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai perkembangan penguasaan kompetensi
siswa, baik
sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring
(nurturant effect) dari proses pembelajaran.
11)
Sistem
penilaian
harus
disesuaikan
dengan
kegiatan
pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya,
jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi
lapangan, penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan
proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil dengan
melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang
dibutuhkan.
b. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik
penilaiannya. Berikut ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk
instrumen yang dapat digunakan.
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya
Teknik
Tes tulis

Tes lisan

Bentuk Instrumen

Tes isian
Tes uraian
Tes pilihan ganda
Tes menjodohkan
Dll.
Daftar pertanyaan

218

Tes unjuk kerja

Observasi
Wawancara
Portofolio

Penilaian diri

Penugasan

Tes identifikasi
Tes simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Uji petik kerja prosedur dan produ
Tugas proyek
Tugas rumah
Lembar observasi
Pedoman wawancara
Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi
siswa
Lembar penilaian diri

c. Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat
contohnya. Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks
silabus yang tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena
kolom yang tersedia tidak mencukupi, selanjutnya contoh instrumen
penilaian diletakkan di dalam lampiran.
8. Menentukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
ketercapaian suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan:
a. minggu efektif per semester,
b. alokasi waktu mata pelajaran per minggu, dan
c. jumlah kompetensi per semester.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh
peserta didik yang beragam.
9. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media
elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.
G. CONTOH FORMAT SILABUS.
Dengan memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus dan
komponen-komponen yang terdapat dalam silabus, berikut ini diberikan
beberapa contoh format silabus.

219

Format 1: Horizontal
SILABUS
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar

Materi
pokok/
Pembelajaran

: ........
: .........
: .........
: 1. ........
Kegiatan
PembelaJaran

Indikator

Penilaian

Teknik

Bentuk
Contoh
Instrumen Instrumen

Alokasi
Waktu

Sumber
Belajar

Format 2: Vertikal
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / semester
1. Standar Kompetensi
2. Kompetensi Dasar
3. Materi Pokok/Pembelajaran
4. Kegiatan Pembelajaran
5. Indikator
6. Penilaian
7. Alokasi Waktu
8. Sumber Belajar

SILABUS
: ...............
: ...............
: ...............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............

Catatan:
Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang
dilakukan siswa untuk mencapai SK dan KD
Alokasi waktu, termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan
pembelajaran
Sumber belajar dapat berupa buku teks, alat, bahan, nara sumber,
atau lainnya.
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
A LATAR BELAKANG
220

Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah


dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun sebuah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran baik di kelas, di laboratorium, dan/atau di lapangan untuk setiap
Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, RPP harus memuat hal-hal yang langsung
berkait erat dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya penguasaan satu
Kompetensi Dasar.
Landasan yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 19/2005 Pasal 20, yang berbunyi: Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian, dalam
menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi
Kompetensi Dasar dan indikator ketercapaian KD. Secara terinci RPP minimal harus
memuat Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Sumber
Belajar, dan Penilaian.

B PENGERTIAN DAN PRINSIP PENGEMBANGAN RPP

1. Pengertian RPP
Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
adalah
rencana
yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu)
kali pertemuan atau lebih.
Khusus untuk RPP Tematik, pengertian satu KD adalah satu KD untuk setiap
mata pelajaran. Maksudnya, dalam menyusun RPP Tematik, guru harus
mengembangkan tema berdasarkan satu KD yang terdapat dalam setiap mata
pelajaran yang dianggap relevan.
2. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

221

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran


membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
e. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK,
KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan memper-timbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi.

C PENGEMBANG RPP

Dalam silabus, yang bertanggung jawab untuk menyusunnya adalah


sejumlah guru mata pelajaran tertentu yang ada di satu sekolah. Jadi, jika terdapat
empat guru matematika dalam satu sekolah maka yang bertanggung jawab
menyusun silabus adalah keempat guru tersebut. Selanjutnya, yang bertanggung
jawab dalam menyusun RPP adalah guru mata pelajaran tertentu secara individu, di
bawah koordinasi Kepala Sekolah atau MGMP. Oleh karena itu, setiap guru secara
individu dituntut untuk memiliki kemampuan atau kompetensi dalam menyusun
atau mengembangkan RPP.

D KOMPONEN/SISTEMATIKA DAN LANGKAH-LANGKAH


PENGEMBANGAN RPP
1. Komponen/Sistematika RPP
RPP memuat komponen yang terdiri atas:

Identitas, terdiri atas:

Sekolah
:
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Alokasi Waktu :
Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar :
Indikator
:
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termask perilaku berkarakter)
A. Tujuan Pembelajaran
222

Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan / mengeksplisitkan
bentuk-bentuk perilaku berkarakter dalam setiap langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (menit)
E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1.
Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif, psikomotor,
dan afektif)
2.
Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau ramburambu jawaban
3.
Pedoman penskoran (untuk penilaian ranah afektif digunakan lembar
observasi/lembar pengamatan)
2. Langkah-langkah Pengembangan/Penyusunan RPP
a. Mencantumkan identitas
Identitas meliputi: Sekolah, Kelas/Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, Indikator, Alokasi Waktu.
b. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang bersifat
operasional yang ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang terdapat dalam indikator,
dalam bentuk pernyataan yang operasional. Dengan demikian, jumlah
rumusan tujuan pembelajaran dapat sama atau lebih banyak dari pada
indikator.
Mengapa guru harus merumuskan Tujuan Pembelajaran? dalam hal ini
terdapat beberapa alasan, yaitu: (a) agar mereka dapat melakukan pemilihan
materi, metode, media, dan urutan kegiatan; (b) agar mereka memiliki
komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar sehingga tujuan tercapai;
dan (c) membantu mereka dalam menjamin evaluasi yang benar. Guru tidak
akan tahu apakah siswanya telah mencapai sebuah tujuan kecuali guru itu
mutlak yakin apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A), behavior (B),
condition (C), dan degre (D). Audience (A) adalah peserta didik yang menjadi
subyek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja
223

yang mendeskripsikan kemampuan audience setelah pembelajaran. Kata


kerja ini merupakan jantung dari rumusan tujuan pembelajaran dan HARUS
terukur. Condition (C) merupakan situasi pada saat tujuan tersebut
diselesaikan. Degree (D) merupakan standar yang harus dicapai oleh
audience sehingga dapat dinyatakan telah mencapai tujuan. Perhatikan
contoh tujuan pembelajaran berikut ini:
Diperdengarkan sebuah cerita rakyat, siswa dapat mengidentifikasikan
paling sedikit lima unsur cerita dengan benar. Berdasarkan contoh tersebut,
maka A: siswa, B: mengidentifikasikan unsur cerita, C: diperdengarkan
sebuah cerita rakyat, D: lima unsur cerita (dari enam unsur) dengan benar.
c. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Yang harus diketahui adalah bahwa materi dalam RPP
merupakan pengembangan dari materi pokok yang terdapat dalam silabus.
Oleh karena itu, materi pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara
terinci bahkan jika perlu guru dapat mengembangkannya menjadi Buku
Siswa.
d. Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini
diambil bergantung pada karakteristik pendekatan dan atau strategi yang
dipilih. Selain itu, pemilihan metode/pendekatan bergantung pada jenis
materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Ingatlah, tidak ada satu
metode pun yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua materi.
e. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah
kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan
memuat pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup,
dan masing-masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan. Akan tetapi,
dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik
model yang dipilih, menggunakan sintaks yang sesuai dengan modelnya.
Selain itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih dari satu kali pertemuan,
hendaknya diperjelas pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 atau ke-3 nya
(lihat contoh komponen/sistematika RPP).
f.

Mencantumkan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar


Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam
silabus. Jika memungkinkan, dalam satu perencanaan disiapkan media,
alat/bahan, dan sumber belajar. Apabila ketiga aspek ini dipenuhi maka
penyusun harus mengeksplisitkan secara jelas: a) media, b) alat/bahan, dan
c) sumber belajar yang digunakan. Oleh karena itu, guru harus memahami
secara benar pengertian media, alat, bahan, dan sumber belajar (lihat contoh
komponen/sistematika RPP).

224

g. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrument yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan
tujuan pembelajaran. dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk
matriks horisontal
maupun
vertikal. Dalam penilaian
hendaknya
dicantumkan: teknik/jenis, bentuk instrumen dan insrumen, kunci
jawaban/rambu-rambu jawaban dan pedoman penskorannya (lihat contoh
komponen/sistematika RPP).

E CONTOH FORMAT RPP


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran
:
Kelas / Semester
:
Pertemuan ke: ...............
Alokasi Waktu
: ...............
Standar Kompetensi
: ...............
Kompetensi Dasar
: ...............
Indikator
: ...............
I. Tujuan Pembelajaran
: ...............
II. Materi Ajar
: ...............
III. Metode Pembelajaran
: ...............
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
: ..........
B. Kegiatan Inti
: ..........
C. Kegiatan Akhir
: ..........
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar : .............
VI. Penilaian
: .............

225

LAMPIRAN NILAI-NILAI KARAKTER

226

227

Lampiran: Standar Proses


STANDAR PROSES
Agar pembelajaran memenuhi teori belajar, karaktersitik siswa, dan
prinsip-prinsip pembelajaran, Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan
mengaturnya dalam kebijakan Standar Proses
(Permendiknas 41/2007
Tanggal 23 November 2007). Dalam standar tersebut diatur bagaimana guru
menyusun perencanaan pembelajaran. Diatur pula bagaimana guru
melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
A. Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
1)

Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata


pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta
panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh
para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/
madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan.
Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan divas
provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK,
serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama
untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
2)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta


didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Berikutnya, informasi detail tentang kebijakan penyusunan silabus dan RPP
terdapat pada modul Pengembangan Silabus Dan RPP
D. PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN
228

11)

Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

a. Rombongan belajar

Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:


SD/MI : 28 peserta didik
SMP/MTs : 32 peserta didik
SMA/MA : 32 peserta did 1k
SMK/MAK : 32 peserta didik

b. Beban kerja minimal guru


1) beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan;
2) beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se
kurang-kurang nya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu.

c. Buku teks pelajaran

1) buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih


melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari bukubuku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;

2) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata
pelajaran;

3) selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku
pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya;
4) guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber
belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.

d. Pengelolaan kelas
1) guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran yang akan
dilakukan;
2) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik;
3) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
4) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik;
5) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, kesela-matan,
dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran;
6) guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan
hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;
7) guru menghargai pendapat peserta didik;
8) guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
9) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran
229

10) yang diampunya; dan


11) guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.
C. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, ::ayiatan inti dan
kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses
pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai
silabus.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai
KD
yang
dilakukan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang,
memotivasi peserta
didik
untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:


1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2) menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
230

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;


memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can
kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual
maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
kegiatan
yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
231

c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;


d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk
tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik;
e. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

BAB IV
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
1. TUJUAN
Setelah selesai mempelajari Bab I ini, peserta dapat
a. menjelaskan dasar hukum pelaksanaan PTK oleh guru
b. menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas
c. mengidentifikasi karakteristik penelitian tindakan kelas
d. membedakan penelitian tindakan kelas dengan penelitian kelas
e. menjelaskan manfaat penelitian tindakan kelas
f. menjelaskan keterbatasan dan persyaratan penelitian tindakan kelas.
a.

b.
c.

d.
e.

2. STRATEGI KEGIATAN
Mendiskusikan tentang guru sebagai tenaga profesional menurut UU
Nomor 14 Tahun 2005, sehingga peserta dapat menyimpulkan bahwa
salah satu cirri profesionalisme adalah selalu mengembangkan diri
secara berkelanjutan.
Mendiskusikan pentingnya PTK sebagai wujud profesionalisme guru
Menayangkan power point untuk mendiskusikan materi konsep dasar
penelitian tindakan kelas yang meliputi: pengertian, prinsip,
karakteristik, perbedaan penelitian kelas dengan PTK, dan manfaat
PTK.
Mendiskusikan masalah yang terdapat pada latihan secara
berkelompok.
Membahas hasil diskusi kelompok, secara strategi untuk memperkuat
retensi peserta tentang PTK.

3. MATERI
Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru yang
demikian selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari
kinerjanya menjadi semakin baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan
refleksi, guru harus memiliki kemandirian dan kemampuan menafsirkan serta
memanfaatkan hasil-hasil pengalaman membelajarkan, kemajuan belajar
mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara berkesinambungan.. Di sinilah
letak arti penting penelitian tindakan kelas bagi guru. Kemajuan dan
232

perkembangan IPTEKS yang demikian pesat harus diantisipasi melalui


penyiapan guru-guru yang memiliki kemampuan meneliti, sekaligus mampu
memperbaiki proses pembelajarannya.
Beberapa alasan lain yang mendukung pentingnya penelitian tindakan
kelas sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu pendidikan, antara lain: (1) guru berada di garis depan dan terlibat
langsung dalam proses tindakan perbaikan mutu pendidikan; (2) guru
terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang merupakan hasil
penelitiannya, dan (3) melalui PTK guru menyelesaikan masalah,
menemukan jawab atas masalahnya, dan dapat segera diterapkan untuk
melakukan perbaikan.
a.
Pengertian PTK
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan Nur
(2001) Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR)
didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat. Dalam model
penelitian ini, si peneliti (guru)
bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan.
Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah,
melainkan juga terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah
penelitian yang dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang
dilakukan oleh praktisi terhadap kinerjanya untuk melakukan peningkatan
dan perubahan terhadap apa yang sudah mereka lakukan. PTK bukanlah
semata-mata menerapkan metode ilmiah di dalam pembelajaran atau
sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih memusatkan perhatian pada
perubahan baik pada peneliti (guru) maupun pada situasi di mana mereka
bekerja.
Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting bagi guru
karena membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang
pembelajarannya, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan,
sekaligus dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan belajar siswanya.
Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah menjalankan
misinya sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan
pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK,
sekaligus (3) melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran sebagai bagian tanggungjawabnya.
b.
Prinsip-Prinsip PTK
Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut.
1) PTK merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di dalam situasi
rutin. Oleh karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu mengubah situasi
rutin/alami yang terjadi. Jika PTK dilakukan di dalam situasi rutin hasil
yang diperoleh dapat digunakan secara langsung oleh guru tersebut.

233

2) PTK dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja


peneliti (guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena
menyadari adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin
melakukan perbaikan.
3) Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai
pengajar. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal.
Pertama, guru perlu menyadari bahwa dalam mencobakan sesuatu
tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan hasilnya
tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Kedua, siklus tindakan
dilakukan dengan selaras dengan keterlaksanaan kurikulum secara
keseluruhan, khususnya dari segi pembentukan kompetensi yang
dicantumkan di dalam Standar Isi, yang sudah dioperasionalkan ke
dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketiga,
penetapan siklus tindakan dalam PTK mengacu pada penguasaan
kompetensi yang ditargetkan pada tahap perencanaan. Jadi pedoman
siklus PTK bukan ditentukan oleh ketercukupan data yang diperoleh
peneliti, melainkan mengacu kepada seberapa jauh tindakan yang
dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja yang menjadi alasan
dilaksanakan PTK tadi.
4) PTK dapat dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang dilakukan
dengan menganalisis kekuatan (S=Strength) dan kelemahan
(W=Weaknesses) yang dimiliki, dan factor eksternal (dari luar) yaitu
peluang atau kesempatan yang dapat diraih ( O=Opprtunity), maupun
ancaman (T=Treath). Empat hal tersebut bisa dipandang dari sudut
guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan.
5) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu
yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses
pembelajaran. PTK sejauh mungkin menggunakan prosedur
pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap
aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup
sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup berarti
dan dapat dipercaya.
6) Metode
yang
digunakan
harus
cukup
reliabel,
sehingga
memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis
secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat
diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat
digunakan untuk menguji hipotesis yang dikemukakannya. Oleh
karena itu, meskipun pada dasarnya memperbolehkan kelonggaran,
namun penerapan asas-asas dasar tetap harus dipertahankan.
7) Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah
yang cukup merisaukannya.
Pendorong utama pelaksanaan PTK
adalah komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik
kepada siswa.
8) Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten,
memiliki kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan
234

dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain


melibatkan anak-anak manusia, PTK juga hadir dalam suatu konteks
organisasional, sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan
tata-krama kehidupan berorganisasi.
9) Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru,
namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan
classroom-exceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak
dilihat terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu,
melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
2.

Karakteristik PTK
Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.
a)
Self-reflective
inquiry,
PTK
merupakan penelitian reflektif, karena dimulai dari refleksi diri yang
dilakukan oleh guru. Untuk melakukan refleksi, guru berusaha
bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan
pertanyaan berikut.
1)Apakah penjelasan saya terlampau cepat?
2)Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
3)Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa?
4)Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
5)Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan?
6)Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?
Dari
pertanyaan-pertanyaan
tersebut,
guru
akan
dapat
memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan
mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki atau meningkatkan
hasil belajar siswa.
b)
Penelitian tindakan kelas bertujuan
untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran secara beretahap
dan bersiklus. Pola siklusnya adalah: perencanaan-pelaksanaanobservasi-refleksi-revisi, yang dilanjutkan dengan perencanaanpelaksanaan-observasi-refleksi (yang sudah direvisi) dan seterusnya
secara berulang.

3.

Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas


Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian kelas (classroom
research). PTK termasuk salah satu jenis penelitian kelas karena penelitian
tersebut dilakukan di dalam kelas. Penelitian kelas adalah penelitian yang
dilakukan di dalam kelas, mencakup tidak hanya PTK, tetapi juga berbagai
jenis penelitian yang dilakukan di dalam kelas, misalnya penelitian tentang
bentuk interaksi siswa atau penelitian yang meneliti proporsi berbicara
antara guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung. Jelas dalam
penelitian kelas seperti ini, kelas dijadikan sebagai
obyek penelitian.
Penelitian dilakukan oleh orang luar, yang mengumpulkan data. Sementara
itu PTK dilakukan oleh guru sendiri untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi di kelas yang menjadi tugasnya. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas
235

dan penelitian kelas ditunjukkan pada Tabel 1. Pada Tabel 2 ditunjukkan pula
perbedaan PTK dengan penelitian formal atau penelitian pada umumnya
yang biasa dilakukan oleh peneliti.
Tabel 1. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas
No.
Aspek
Penelitian
Penelitian Kelas
Tindakan Kelas
1
Peneliti
Guru
Orang luar
2

Rencana
penelitian
Munculnya
masalah
Ciri utama

Peran guru

Tempat
penelitian
Proses
pengumpulan
data
Hasil
penelitian

7
8

Oleh guru (mungkin


dibantu orang luar)
Dirasakan oleh guru
Ada tindakan untuk
perbaikan yang
berulang
Sebagai guru dan
peneliti
Kelas
Oleh guru sendiri
atau bantuan
orang lain
Langsung
dimanfaatkan oleh
guru, dan
dampaknya dapat
dirasakan oleh siswa

Tabel 2. Perbedaan Karakteristik


No.
Dimensi
Penelitian Tindakan
Kelas
1
Motivasi
Perbaikan Tindakan
2
Sumber
Diagnosis status
masalah
3
Tujuan
Memperbaiki atau
menyelesaikan
masalah lokal
4

Peneliti
yang
terlibat

Pelaku dari dalam


(guru) memerlukan
sedikit pelatihan
untuk dapat
melakukan

Oleh peneliti
Dirasakan oleh
orang luar/peneliti
Belum tentu ada
tindakan
perbaikan
Sebagai guru
(subyek
penelitian)
Kelas
Oleh peneliti
Menjadi milik
peneliti, belum
tentu
dimanfaatkan oleh
guru
PTK dan Penelitian Formal
Penelitian Formal
Kebenaran
Induktif-deduktif
Mengembangkan,
menguji teori,
menghasilkan
pengetahuan
Orang luar yang
berminat,
memerlukan
pelatihan yang
intensif untuk dapat
melakukan
236

Sampel

Kasus khusus

Metode

Longgar tetapi
berusaha obyektifjujur-tidak memihak
(impartiality)

Penafsiran
hasil
Penelitian

Untuk memahami
praktek melalui
refleksi oleh praktisi

Hasil Akhir

9.

Generalisa
si

Siswa belajar lebih


baik (proses dan
produk)
Terbatas atau tidak
dilakukan

Sampel yang
representatif
Baku dengan
obyektivitas dan
ketidakberpihakan
yang terintegrasi
(build in objectivity
and impartiality))
pendeskripsian,
mengabstraksi,
penyimpulan dan
pembentukan teori
oleh ilmuwan.
Pengetahuan,
prosedur atau materi
yang teruji
Dilakukan secara
luas pada populasi

Sumber : Fraenkel, 2011,p.595


4.
Manfaat dan Keterbatasan PTK
Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi
guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru antara
lain sebagai berikut. a) PTK dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya; b) Guru dapat berkembang secara
profesional, karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan
memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya melalui PTK; c) PTK
meningkatkan rasa percaya diri guru; d) PTK memungkinkan guru secara
aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Manfaat
bagi
pembelajaran/siswa,
PTK
bermanfaat
untuk
meningkatkan proses
dan hasil belajar siswa, di samping guru yang
melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para siswa dalam bersikap
kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk
berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan
proses pendidikan di sekolah tersebut.
Keterbatasan PTK terutama terletak pada validitasnya yang tidak
mungkin melakukan generalisasi karena sasarannya hanya kelas dari guru
yang berperan sebagai pengajar dan peneliti. PTK memerlukan berbagai
kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi
tersebut antara lain, dukungan semua personalia sekolah, iklim yang terbuka
yang memberikan kebebasan kepada para guru untuk berinovasi, berdiskusi,
berkolaborasi, dan saling mempercayai di antara personalia sekolah, dan
juga saling persaya antara guru dengan siswa. Birokrasi yang terlampau
ketat merupakan hambatan bagi PTK.
237

5.

PELATIHAN
Setelah mempelajari uraian dan contoh di atas, cobalah Anda kerjakan
latihan berikut bersama teman-teman Anda!
a) Rumuskan pengertian penelitian tindakan kelas dengan kata-kata
Anda sendiri!
b) Coba identifikasi masalah yang sering Anda hadapi dalam mengelola
pembelajaran. Diskusikan dengan teman-teman Anda, bagaimana cara
terbaik untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian lakukan
analisis apakah cara yang Anda temukan tersebut dapat disebut
sebagai penelitian tindakan kelas? Berikan argumentasi, mengapa
kelompok Anda berpendapat seperti itu?
c) Melakukan refleksi berarti memantulkan kembali pengalaman yang
sudah Anda jalani, sehingga Anda dapat melihat kembali apa yang
sudah terjadi. Menurut Anda, apa gunanya seorang guru melakukan
refleksi?
d) Di antara karakteristik PTK yang telah diuraikan dalam kegiatan
belajar ini, yang mana menurut Anda yang paling penting, yang benarbenar membedakannya dengan penelitian formal? Berikan alasan atas
Jawaban Anda.

B.

Perencanaan Dan Pelaksanaan Ptk


a.
b.
c.
d.
e.
f.

1. TUJUAN
Peserta dapat menjelaskan cara-cara mengidentifikasi masalah
Peserta dapat merinci langkah-langkah untuk merencanakan
perbaikan
Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah melaksanakan PTK
Peserta mendeskripsikan teknik untuk merekam dan menganalisis
data
Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah merencanakan tindak
lanjut
Peserta dapat membuat proposal penelitian tindakan kelas

2. STRATEGI KEGIATAN
a. Mendiskusikan langkah-langkah PTK dengan bantuan tayangan power
point.
b. Peserta diminta mengidentifikasi masalah pembelajaran yang
dirasakan di sekolah.
c. Berdasarkan diskusi hasil latihan nomor 2, peserta diminta membuat
perencanaan dan pelaksanaan PTK
d. Mendiskusikan hasil diskusi kelompok tentang membuat perencanan
PTK
e. Workshop penyusunan proposal PTK.
f. Tugas mandiri

3.

MATERI
238

a. Perencanaan dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri atas 4
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan
refleksi (Gambar 1). Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan
digunakan kembali untuk merevisi rencana, jika ternyata tindakan yang
dilakukan belum berhasil memperbaiki praktek atau belum berhasil
menyelesaikan masalah yang menjadi kerisauan guru.

Perencanaan

Refleksi dan revisi

Pelaksan

Pengamatan

Gambar 1. Tahap-tahap dalam Pelaksanaan PTK


Setelah menetapkan focus penelitian, selanjutnya dilakukan
perencanaan
mengenai tindakan apa yang akan dilakukan untuk
perbaikan. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan.
Pelaksanaan tindakan adalah merupakan realisasi dari rencana yang
telah dibuat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan
yang tidak pernah menjadi kenyataan. Selanjutnya, agar tindakan yang
dilakukan dapat diketahui kualitas dan keberhasilannya perlu dilakukan
pengamatan. Berdasarkan pengamatan ini akan dapat ditentukan halhal yang harus segera diperbaiki agar tujuan yang telah dirumuskan
dapat tercapai. Pengamatan dilakukan selama proses tindakan
berlangsung. Langkah berikutnya adalah refleksi, yang dilakukan setelah
tindakan berakhir. Pada tahap refleksi, peneliti: (1)
merenungkan
kembali apa yang telah dilakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar
siswa, (2) merenungkan alasan melakukan suatu tindakan dikaitkan

239

dengan dampaknya,dan (3) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan


dari tindakan yang dilakukan.
b. Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan
atau disadari oleh guru. Guru merasa ada sesuatu yang tidak beres di
dalam kelasnya, yang jika tidak segera diatasi akan berdampak bagi
proses dan hasil belajar siswa. Masalah yang dirasakan guru pada tahap
awal mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenungkan atau
melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin
jelas.
Setelah
permasalahan-permasalahan
diperoleh
melalui
proses
identifikasi, selanjutnya guru melakukan analisis terhadap masalahmasalah tersebut untuk menentukan urgensi penyelesaiannya. Dalam
hubungan ini, akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak
untuk diatasi, atau yang dapat ditunda penyelesaiannya tanpa
mendatangkan kerugian yang besar. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih permasalahan PTK adalah sebagai berikut: (1)
permasalahan harus betul-betul dirasakan penting oleh guru sendiri dan
siswanya, (2) masalah harus sesuai dengan kemampuan dan/atau
kekuatan guru untuk mengatasinya, (3) permasalahan memiliki skala
yang cukup kecil dan terbatas, (4) permasalahan PTK yang dipilih terkait
dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan
sekolah.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah
seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran
yang dikelolanya sebagai bagian penting dari pekerjaannya. Berbekal
kejujuran dan kesadaran guru dapat mengajukan pertanyaan berikut
pada diri sendiri.
1)
Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2)
Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
3)
Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
4)
Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera diatasi?
5) Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau
memperbaiki situasi yang ada?
Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada
kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang
tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah. Langkah
berikutnya adalah menganalisis dan merumuskan masalah.
c. Menganalisis dan Merumuskan Masalah
Setelah masalah teridentifikasi, guru perlu melakukan analisis sehingga
dapat merumuskan masalah dengan jelas. Analisis dapat dilakukan
dengan refleksi yaitu mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri,
mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir,
atau daftar nilai, atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang telah
disiapkan. Semua ini tergantung pada jenis masalah yang teridentifikasi.

240

Sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat


tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin diselesaikan atau dicari
jawabannya melalui penelitian tindakan kelas. Contoh rumusan masalah:
Apakah pendekatan konseptual dapat meminimalisasi miskonsepsi siswa
pada mata pelajaran IPA SD Klampis?
Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional
agar rencana perbaikannya dapat lebih terarah. Sebagai misal untuk
masalah:
Tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat
meningkatkan motivasi siswa?
dapat dijabarkan menjadi sejumlah
pertanyaan sebagai berikut.
1)
Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan
motivasi siswa?;
2)
Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi?;
3) Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik?;
4)
Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang
diberikan?;
Dengan terumuskannya masalah secara operasional, Anda sudah
mulai dapat membuat rencana perbaikan atau rencana PTK.
d. Merencanakan Perbaikan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu membuat
rencana tindakan atau yang sering disebut dengan rencana perbaikan.
Langkah-langkah dalam menyusun rencana perbaikan adalah sebagai
berikut.
1) Rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk hipotesis
tindakan.
Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik
untuk mengatasi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat
berdasarkan kajian dari berbagai teori, kajian hasil penelitian yang
pernah dilakukan dalam masalah yang serupa, diskusi dengan teman
sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai
guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun berbagai
alternatif tindakan. Contoh hipotesis tindakan: Penggunaan concept
mapping dan penekanan operasi dasar dapat meningkatkan
pemahaman konsep Matematika Siswa Kelas VI SDN Ketintang.
Analisis kelayakan hipotesis tindakan
Setelah menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini
masih perlu dikaji kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan
pelaksanaannya. Kelayakan hipotesis tindakan didasarkan pada hal-hal
berikut.
1)
Kemampuan dan komitmen guru sebagai
pelaksana. Guru harus bertanya pada diri sendiri apakah ia cukup
mampu melaksanakan rencana perbaikan tersebut dan apakah ia
cukup tangguh untuk menyelesaikannya?
2)
Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam
mengikuti
tindakan tersebut; Misalnya jika diputuskan untuk
241

memberi tugas setiap minggu, apakah siswa cukup mampu


menyelesaikannya.
3)
Ketersediaan prasarana atau fasilitas yang
diperlukan. Apakah sarana atau fasilitas yang diperlukan dalam
perbaikan dapat diadakan oleh siswa, sekolah, ataukah oleh guru
sendiri.
4)
Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Dalam
hal ini, guru perlu mempertimbangkan apakah alternatif yang
dipilihnya akan mendapat dukungan dari kepala sekolah dan personil
lain di sekolah.
e. Melaksanakan PTK
Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan
sudah layak, kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan
perbaikan.
1) Menyiapkan Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan sebelum merealisasikan
rencana tindakan kelas.
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk
skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup
langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam
kegiatan tindakan atau perbaikan.
Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru tentu
perlu menyiapkan berbagai bahan seperti tugas belajar yang dibuat
sesuai dengan hipotesis yang dipilih, media pembelajaran, alat
peraga, dan buku-buku yang relevan.
b) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan,
misalnya gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau
sarana lain yang terkait.
c) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan
dengan proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini guru harus
menetapkan apa yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya
dan kemudian bagaimana cara menganalisisnya. Agar dapat
melakukan hal ini, guru harus menetapkan indikator keberhasilan.
Jika indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat menentukan cara
merekam dan menganalisis data.
d) Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu
mensimulasikan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat
bekerjasama dengan teman sejawat atau berkolaborasi dengan
dosen LPTK.
2) Melaksanakan Tindakan
Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan
tindakan dalam kelas yang sebenarnya.
a) Pekerjaan utama guru adalah mengajar.

242

b)

c)
d)
e)

f)
3)

Oleh karena itu, metode penelitian yang sedang dilaksanakan tidak


boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini berarti,
guru tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang
dilaksanakannya. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus
disikapi sebagai tugas profesional yang semestinya memberi nilai
tambah bagi guru dan pembelajaran yang dikelolanya.
Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu
menyita waktu pembelajaran di kelas. Esensi pelaksanaan PTK
memang harus disertai dengan observasi, pengumpulan data, dan
interpretasi yang dilakukan oleh guru.
Metode yang diterapkan haruslah reliabel atau handal, sehingga
memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan situasi kelasnya.
Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan
dan komitmen guru.
Sebagai peneliti, guru haruslah memperhatikan berbagai aturan
dan etika yang terkait dengan tugas-tugasnya, seperti
menyampaikan kepada kepala sekolah tentang rencana tindakan
yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada orang tua
siswa jika selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan melakukan
sesuatu di luar kebiasaan rutin.
PTK harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat sekolah.

Observasi dan Interpretasi


Pelaksanaan tindakan dan
observasi/interpretasi berlangsung
simultan. Artinya, data yang diamati saat pelaksaanaan tindakan
tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Jika guru
memberi pujian kepada siswa, yang direkam bukan hanya jenis pujian
yang diberikan, tetapi juga dampaknya bagi siswa yang mendapat
pujian. Apa yang harus direkam dan bagaimana cara merekamnya
harus ditentukan secara cermat terlebih dahulu.
Salah satu cara untuk merekam atau mengumpulkan data adalah
dengan observasi atau pengamatan. Hopkins (1993) menyebutkan ada
lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi, yaitu:
a)Perencanaan Bersama
Observasi yang baik diawali
dengan
perencanaan
bersama
antara pengamat dengan yang diamati, dalam hal ini teman
sejawat yang akan membantu mengamati dengan guru yang akan
mengajar. Perencanaan bersama ini bertujuan untuk membangun
rasa saling percaya dan menyepakati beberapa hal seperti fokus
yang akan diamati, aturan yang akan diterapkan, berapa lama
pengamatan akan berlangsung, bagaimana sikap pengamat kepada
siswa, dan di mana pengamat akan duduk.
b)Fokus

243

Fokus pengamatan sebaiknya sempit/spesifik. Fokus yang sempit


atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat bermanfaat begi
perkembangan profesional guru.
c) Membangun Kriteria
Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria keberhasilan
atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya.
d)Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki minimal 3 keterampilan,
yaitu: (1)
dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat
memutuskan dalam menginterpretasikan satu peristiwa; (2) dapat
menciptakan suasana yang memberi dukungan dan menghindari
terjadinya suasana yang menakutkan guru dan siswa; dan (3)
menguasai berbagai teknik untuk menemukan peristiwa atau
interaksi yang tepat untuk direkam, serta alat/instrumen perekam
yang efektif untuk episode tertentu. Di dalam suatu observasi, hasil
pengamatan berupa fakta atau deskripsi, bukan pendapat atau
opini.
Dilihat cara melakukan kegiatannya, ada empat jenis observasi
yang dapat dipilih, yaitu: observasi terbuka, pengamat tidak
menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan
kertas kosong untuk merekam proses pembelajaran yang diamati.
Observasi terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati
aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Observasi terstruktur
menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dengan baik
dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan
tanda cek (V) pada tempat yang disediakan. Observasi sistematik
dilakukan lebih rinci dalam hal kategori data yang diamati.
e)Balikan (Feedback)
Hasil observasi yang direkam secara cermat dan sistematis dapat
dijadikan dasar untuk memberi balikan yang tepat. Syarat balikan
yang baik: (i) diberikan segera setelah pengamatan, dalam
berbagai bentuk misalnya diskusi; (ii) menunjukkan secara spesifik
bagian mana yang perlu diperbaiki, bagian mana yang sudah baik
untuk dipertahankan; (iii) balikan harus dapat memberi jalan keluar
kepada orang yang diberi balikan tersebut.
4)

Analisis Data
Agar data yang telah dikumpulkan bermakna sebagai dasar untuk
mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi
makna. Analisis data pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi
yang dilakukan pada tahap observasi. Analisis data dilakukan setelah
satu paket perbaikan selesai diimplementasikan secara keseluruhan.
Jika perbaikan ini direncanakan untuk enam kali pembelajaran, maka
analisis data dilakukan setelah pembelajaran tuntas dilaksanakan.
Dengan demikian, pada setiap pembelajaran akan diadakan
interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan
244

pada akhir paket perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan


untuk menghasilkan informasi
yang dapat menjawab hipotesis
perbaikan yang dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama,
data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu
tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Kemudian data
diorganisaskan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian
yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah
terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam bentuk
narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau
deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk
pernyataan atau formula singkat.
5)

Refleksi
Saat refleksi, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian
berlangsung dan mengapa hal seperti itu terjadi. Ia juga mencoba
merenungkan mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa
yang lain gagal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa
yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu
diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.

6)

Perencanaan Tindak Lanjut


Sebagaimana yang telah tersirat dalam tahap analisis data dan
refleksi,
hasil atau kesimpulan yang didapat pada analisis data,
setelah melakukan refleksi digunakan untuk membuat rencana tindak
lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil menjawab
masalah yang menjadi kerisauan guru, maka hasil analisis data dan
refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan,
bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Siklus PTK berakhir, jika
perbaikan sudah berhasil dilakukan. Jadi, suatu siklus dalam PTK
sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu berapa banyaknya.

Perencanaan
Gagal

Pelaksanaan

Refleksi
Simpulan

Berhasil
Pengamatan
245

(Kemmis dan Mc. Taggart dikutip Wardani dkk, 2004, p.4.9)


Gambar 2. Aspek Penelitian Tindakan Kelas
(diadaptasi dari Kemmis & Taggard, 1992 dan
Fraenkel, 2011)

e) Cara Membuat Proposal


Proposal adalah suatu perencanaan yang sistematis untuk
melaksanakan penelitian termasuk PTK. Di dalam proposal terdapat
komponen dan langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan PTK.
Selain itu, proposal juga memiliki kegunaan sebagai usulan untuk
pengajuan dana kepada instansi atau sumber yang dapat mendanai
penelitian. Proposal terdiri dari dua bagian, bagian pertama merupakan
identitas proposal, sedangkan bagian kedua merupakan perencanaan
penelitian yang berisi tentang desain penelitian, dan langkah-langkah
pelaksanaan. Pembahasan proposal akan dibagi menjadi 3 langkah, yaitu
mengenai format proposal, cara membuat proposal, dan cara menilai
proposal (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999).
1) Format Proposal
Pada umumnya format proposal penelitian, baik penelitian formal
maupun PTK sudah baku. Salah satu format proposal yang ada saat ini
adalah yang dikembangkan oleh Tim Pelatih Proyek PGSM sebagai
berikut.
Halaman Judul (kulit luar)
Berisi judul PTK, nama peneliti dan lembaga, serta tahun proposal itu
dibuat.
Halaman Pengesahan
Berisi identitas peneliti dan penelitian yang akan dilakukan, yang
ditandatangani oleh ketua peneliti dan ketua/kepala lembaga yang
mengesahkan. Di perguruan tinggi yang mengesahkan proposal
penelitian adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Dekan.
Kerangka Proposal
1. Judul Penelitian
2. Bidang Ilmu
3. Kategori Penelitian
4. Data Peneliti:
Nama lengkap dan gelar
Golongan/pangkat/NIP
Jabatan fungsional
Jurusan
Institusi
246

5. Susunan Tim Peneliti


Jumlah
Anggota
6. Lokasi Penelitian
7. Biaya Penelitian
8. Sumber Dana
2) Perencanaan PTK
Berdasarkan format proposal tersebut di atas, tugas peneliti
selanjutnya adalah mengembangkan rancangan (desain) PTK.
Rancangan tersebut adalah:
a) Judul
Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan, yaitu
mengandung maksud, kegiatan atau tindakan, dan penyelesaian
masalah.
b) Latar Belakang
Berisi informasi tentang pentingnya penelitian dilakukan, mengapa
Anda tertarik dengan masalah ini? Apakah masalah tersebut
merupakan masalah riil yang Anda hadapi sehari-hari? Apakah ada
manfaatnya apabila diteliti dengan PTK? Untuk ini perlu didukung
oleh kajian literatur atau hasil-hasil penelitian terdahulu yang
pernah dilakukan baik oleh Anda sendiri maupun orang lain.
c) Permasalahan
Masalah dalam PTK harus diangkat dari pengalaman sehari-hari.
Anda perlu mengkaji masalah tersebut, melakukan analisis, dan
jika perlu menanyakan kepada para siswa Anda tentang masalah
tersebut. Setelah Anda yakin dengan masalah tersebut, rumuskan
ke dalam bentuk kalimat yang jelas. Biasanya rumusan masalah
dibuat dalam bentuk kalimat Tanya.
d) Cara Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dilakukan setelah Anda melakukan analisis
dan pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga
ditemukan cara pemecahannya. Untuk menemukan cara
pemecahan terhadap suatu masalah, Anda dapat melakukannya
dengan mengacu pada pengalaman Anda selama ini, pengalaman
teman Anda, mencari dalam buku literatur dan hasil penelitian,
atau dengan berkonsultasi dan berdiskusi dengan teman sejawat
atau para pakar. Cara penyelesaian masalah yang Anda tentukan
atau pilih harus benar-benar applicable, yaitu benar-benar dapat
dan mungkin Anda laksanakan dalam proses pembelajaran.
e) Tujuan dan manfaat PTK
Berdasarkan masalah serta cara penyelesaiannya, Anda dapat
merumuskan tujuan PTK. Rumuskan tujuan ini secara jelas dan
terarah, sesuai dengan latar belakang masalah dan mengacu pada
masalah dan cara penyelesaian masalah. Sebutkan pula manfaat
247

f)

g)

h)

i)

dari PTK ini, yaitu nilai tambah atau dampak langsung atau
pengiring terhadap kemampuan siswa Anda.
Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Dalam bagian ini, Anda diminta untuk memperdalam atau
memperluas pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan masalah
penelitian yang akan diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempelajari buku-buku dan hasil penelitian yang berkaitan dengan
masalah tersebut. Kajian teoritis ini sangat berguna untuk
memperkaya Anda dengan variabel yang berkaitan dengan
masalah tersebut. Selain itu, Anda juga akan memperoleh
masukan yang dapat membantu Anda dalam melaksanakan PTK,
terutama dalam merumuskan hipotesis.
Rencana Penelitian
Mencakup penataan penelitian, faktor-faktor yang diselidiki,
rencana kegiatan (persiapan, implementasi, observasi dan
interpretasi, analisis, dan refleksi), data dan cara pengumpulan
data, dan teknik analisis data penelitian.
Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi bentuk aktivitas terkait dengan penelitian
dan rancangan waktu kapan dilaksanakan dan dalam jangka
berapa lama. Untuk membuat jadwal penelitian Anda harus
menginventarisasi jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan dimulai
dari awal perencanaan, penyusunan proposal sampai dengan
selesainya penulisan laporan. Jadwal PTK umumnya ndisusun
dalam bentuk bar chart.
Rencana Anggaran
Cantumkan anggaran yang akan digunakan dalam PTK Anda,
terutama jika PTK ini dibiayai oleh sumber dana tertentu. Rencana
biaya meliputi kegiatan sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan,
dan penyusunan laporan. Pada tiap-tiap tahapan diuraikan jenisjenis pengeluaran yang dilakukan serta berapa banyak alokasi
dana yang disediakan untuk tiap-tiap kegiatan.

4. Pelatihan
Setelah mengkaji dengan cermat semua uraian untuk memantapkan
pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut.
a. Langkah-langkah PTK merupakan satu siklus yang berulang sampai
tujuan perbaikan yang dirancang dapat terwujud. Coba gambarkan siklus
tersebut dengan cara Anda sendiri dan jelaskan kapan siklus tersebut
dapat berakhir.
b. Tahap observasi dan interpretasi merupakan satu tahap yang
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Coba diskusikan
dengan teman Anda mengapa kedua tahap tersebut harus dilakukan
bersamaan dan mengapa observasi harus disertai dengan interpretasi.

248

c. Agar observasi dapat dimanfaat secara efektif, berbagai prinsip dan


aturan harus diikuti. Pilih tiga aturan yang menurut Anda paling penting
dan jelaskan mengapa aturan tersebut harus diikuti.
d. Analisis data akan membantu guru melakukan refleksi. Beri alasan yang
mendukung pendapat tersebut disertai sebuah contoh.
e. Apa yang dikerjakan guru berdasarkan hasil analisis data dan refleksi?
Jelaskan jawaban Anda dengan contoh.
Tugas: Susunlah sebuah proposal PTK untuk menyelesaikan masalah yang
Anda hadapi di sekolah Anda masing-masing. Gunakan format proposal PTK
seperti yang sudah dijelaskan di dalam modul ini.

C. Penulisan Karya Ilmiah

1. TUJUAN
a. Peserta dapat menjelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
b. Peserta dapat membedakan karya ilmiah penelitian dan nonpenelitian.
c. Diberikan informasi tentang hasil penelitian/kasus pembelajaran,
peserta dapat merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah artikel.
2. STRATEGI KEGIATAN
a. Ceramah singkat tentang penulisan karya ilmiah disertai penyajian
contoh-contoh karya tulis ilmiah.
b. Diskusi untuk menemukan perbedaan contoh antara artikel penelitian
dan nonpenelitian
c. Tugas mandiri

3. MATERI
Di dalam modul ini, karya tulis ilmiah yang akan dibahas terdiri dari
dua macam, yaitu laporan hasil penelitian khususnya laporan penelitian
tindakan kelas dan artikel ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian
dan nonpenelitian.
a. Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian,
atau hal apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh
seseorang atau badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan
hal itu. Ada beberapa jenis laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil
praktikum, dan hasil tes laboratorium. Sedangkan laporan PTK termasuk
jenis laporan lebih tinggi penyajiannya. Tujuan menulis laporan secara
sederhana
adalah
untuk
mencatat,
memberitahukan,
dan
merekomendasikan hasil penelitian. Dalam penelitian, laporan merupakan
laporan hasil penelitian yang berupa temuan baru dalam bentuk teori,
konsep, metode, dan prosedur, atau permasalahan yang perlu dicarikan cara
pemecahannya. Namun untuk mengimplementasikannya memerlukan waktu
249

yang cukup panjang. Hasil penelitian formal dipublikasikan melalui seminar,


pengkajian ulang, analisis kebijakan, pendiseminasian dan sebagainya, yang
memerlukan waktu cukup lama, sehingga pada saat dilakukan implementasi,
temuan tersebut sudah kedaluwarsa dan tidak sesuai lagi.
Laporan PTK perlu dibuat oleh para peneliti untuk beberapa
kepentingan antara lain sebagai berikut.
1) Sebagai dokumen penelitian, dan dapat dimanfaatkan oleh guru atau
dosen
untuk
diajukan
sebagai
bahan
kenaikan
pangkat/pengembangan karir.
2) Sebagai sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam
memperoleh inspirasi untuk melakukan penelitian lainnya.
3) Sebagai bahan agar orang atau peneliti lain dapat memberikan kritik
dan saran terhadap penelitian yang dilakukan.
4) Sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti untuk mengambil
tindakan dalam menangani masalah yang serupa atau sama.
Sistematika laporan merupakan bagian yang sangat mendasar dalam
sebuah laporan, karena akan merupakan kerangka berpikir yang dapat
memberikan arah penulisan, sehingga memudahkan anda dalam menulis
laporan. Sistematika atau struktur ini harus sudah anda persiapkan sebelum
penelitian dilakukan, yaitu pada saat anda menulis proposal. Setelah PTK
selesai dilakukan, anda mulai melihat kembali struktur tersebut untuk
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan pengalaman anda
dalam melakukan PTK, serta data informasi yang sudah dikumpulkan dan
dianalisis.
Pada dasarnya, laporan PTK hampir sama dengan laporan jenis
penelitian lainnya. Meskipun begitu, setiap institusi bisa saja menetapkan
format tersendiri yang bisa berbeda dengan format dari institusi lain. Format
yang ditetapkan oleh Lembaga Penelitian Unesa, misalnya, bisa berbeda dari
format yang digunakan oleh Ditjendikti atau Universitas Terbuka. Apabila PTK
yang anda lakukan memperoleh pendanaan dari institusi tertentu, maka
sistematika laporan juga perlu disesuaikan dengan format yang telah
ditentukan oleh pihak pemberi dana penelitian. Namun bila dibandingkan
satu sama lain, sebenarnya setiap format menyepakati beberapa komponen
yang dianggap perlu dicantumkan dan dijelaskan. Sistematika laporan PTK
di bawah ini merupakan modifikasi dari berbagai sumber:
Halaman Judul
Judul laporan PTK yang baik mencerminkan ketaatan pada ramburambu seperti: gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan
pembelajaran, tindakan yang diambil untuk merealisasikan upaya
perbaikan pembelajaran, dan setting penelitian. Judul sebaiknya tidak
lebih dari 15 kata.
Lembar Pengesahan
Gunakan model lembar pengesahan yang ditetapkan oleh institusi
terkait.
Kata Pengantar
250

Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman. Komponen ini
merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan, tujuan,
prosedur pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan pembahasan,
serta simpulan dan saran.
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalah diselesaikan, identifikasi masalah,
analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
definisi istilah bila dianggap perlu. Urutan penyajian bisa disusun
sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi
masalah, analisis masalah, dan pentingnya masalah untuk
diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)
Bab II Kajian Pustaka
Kajian Pustaka menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang
relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti
membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu
dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri
dengan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis. Urutan penyajian
yang bisa digunakan adalah sebagai berikut
A. Kajian Teoritis
B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan,
peneliti)
D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
E. Perumusan Hipotesis Tindakan
Bab III Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Bab ini berisi unsur-unsur seperti deskripsi lokasi, waktu, mata
pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subjek penelitian.
Selain itu, bab ini juga menyajikan gambaran tiap siklus: rancangan,
pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha
validasi hipotesis dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat
rasional dan feasible serta collaborative. Urutan penyajian bisa
disusun sebagai berikut:
A. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan
karakteristik siswa)

251

B. Deskripsi
per
Siklus
(rencana,
pelaksanaan,
pengamatan/pengumpulan data/instrument, refleksi)
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV menyajikan uraian tiap-tiap siklus dengan data lengkap, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi.
Perlu ditambahkan hal yang mendasar yaitu hasil perubahan
(kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi dan
aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar. Kemukakan grafik dan
tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan
yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.
A. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi),
keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data)
B. Pembahasan dari tiap siklus
Bab V Simpulan dan Saran
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
b. Artikel Ilmiah
Kegiatan menyusun karya ilmiah, baik berupa laporan hasil penelitian
maupun makalah nonpenelitian, merupakan kegiatan yang erat kaitannya
dengan aktivitas ilmiah.
Beberapa kualifikasi yang diperlukan untuk dapat menulis karya ilmiah
dengan baik antara lain adalah:
1) Pengetahuan dasar tentang penulisan karya ilmiah, baik yang berkenaan
dengan teknik penulisan maupun yang berkenaan dengan notasi ilmiah.
Di samping itu, keterampilan menggunakan bahasa tulis dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
2) Memiliki wawasan yang luas mengenai bidang kajian keilmuan
3) Pengetahuan dasar mengenai metode penelitian.
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam
jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah
dengan mengikuti pedoman atau konvensi yang telah disepakati atau
ditetapkan. Artikel ilmiah bisa diangkat dari hasil penelitian lapang, hasil
pemikiran dan kajian pustaka, atau hasil pengembangan proyek. Dari segi
sistematika penulisan dan isi suatu artikel dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu artikel hasil penelitian dan artikel nonpenelitian. Secara umum,
isi artikel hasil penelitian meliputi: judul artikel, nama penulis, abstrak dan
kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan
saran, serta daftar rujukan. Sedangkan artikel nonpenelitian berisi judul,
nama penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, bagian inti, penutup,
dan daftar rujukan.
252

Isi artikel penelitian diuraikan sebagai berikut:


1) Judul
Judul artikel berfungsi sebagai label yang menginformasikan inti isi yang
terkandung dalam artikel secara ringkas. Pemilihan kata sebaiknya
dilakukan dengan cermat agar selain aspek ketepatan, daya tarik judul
bagi pembaca juga dipertimbangkan. Judul artikel sebaiknya tidak lebih
dari 15 kata.
2) Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar, baik gelar akademik maupun
gelar lainnya. Nama lembaga tempat penulis bekerja biasanya ditulis di
bawah nama penulis, namun boleh juga dituliskan sebagai catatan kaki di
halaman pertama. Apabila penulis lebih dari dua orang, maka nama
penulis utama saja yang dicantumkan di bawah judul, sedangkan nama
penulis lainnya dituliskan dalam catatan kaki.
3) Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak dan kata kunci (key words) berisi pernyataan yang mencerminkan
ide-ide atau isu-isu penting di dalam artikel. Untuk artikel hasil penelitian,
prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi tentang
subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian, tekanan diberikan
pada hasil penelitian. Sedangkan untuk artikel nonpenelitian, abstrak
berisi ringkasan isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan komentar
atau pengantar dari penyunting. Panjang abstrak 50-75 kata, dan ditulis
dalam satu paragraf.
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang
dibahas dalam artikel atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran
gagasan dalam karangan asli berupa kata tunggal atau gabungan kata.
Jumlah kata kunci antara 3-5 kata. Perlu diingat bahwa kata kunci tidak
diambil dari kata-kata yang sudah ada di dalam judul artikel. Kata kunci
sangat bermanfaat bagi pihak lain yang menggunakan mesin penelusuran
pustaka melalui jaringan internet untuk menemukan karya seseorang yang
sudah dipublikasikan secara online.
4) Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata
kunci. Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga
gagasan: (a) latar belakang masalah atau rasional penelitian, (b) masalah
dan wawasan rencana pemecahan masalah, (c) rumusan tujuan penelitian
(dan harapan tentang manfaat hasil penelitian).
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang dapat
dijamin otoritas keilmuan penulisnya. Kajian pustaka disajikan secara
ringkas, padat dan mengarah tepat pada masalah yang diteliti. Aspek
yang dibahas dapat mencakup landasan teoretis, segi historis, atau segi
lainnya yang dianggap penting. Latar belakang atau rasional hendaknya
dirumuskan sedemikian rupa, sehingga mengarahkan pembaca ke
rumusan penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan masalah
dan akhirnya ke rumusan tujuan.

253

Apabila anda menulis artikel nonpenelitian, maka bagian pendahuluan


berisi uraian yang mengantarkan pembaca pada topik utama yang akan
dibahas. Bagian ini menguraikan hal-hal yang mampu menarik pembaca
sehingga mereka tertarik untuk mengikuti bagian selanjutnya. Selain itu,
bagian ini juga diakhiri dengan rumusan singkat tentang hal-hal yang akan
dibahas.
5) Bagian Inti
Bagian ini berisi 3 (tiga) hal pokok, yaitu metode, hasil, dan pembahasan.
Pada bagian metode disajikan bagaimana penelitian dilaksanakan. Uraian
disajikan dalam beberapa paragraf tanpa atau dengan subbagian. Yang
disajikan pada bagian ini hanyalah hal yang pokok saja. Isi yang disajikan
berupa siapa sumber datanya (subjek atau populasi dan sampel),
bagaimana data dikumpulkan (instrumen dan rancangan penelitian), dan
bagaimana data dianalisis (teknik analisis data). Apabila di dalam
pelaksanaan penelitian ada alat dan bahan yang digunakan, maka
spesifikasinya perlu disebutkan.
Untuk penelitian kualitatif, uraian mengenai kehadiran peneliti, subjek
penelitian dan informan, beserta cara memperoleh data penelitian, lokasi
dan lama penelitian, serta uraian tentang pengecekan keabsahan hasil
penelitian (triangulasi) juga perlu dicantumkan.
Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Bagian ini menyajikan
hasil analisis data. Yang dilaporkan dalam bagian ini adalah hasil analisis
saja, sedangkan proses analisis data misalnya perhitungan statistik, tidak
perlu disajikan. Proses pengujian hipotesis, ternasuk pembandingan antara
koefisien hasil perhitungan statistik dengan koefisien tabel, tidak perlu
disajikan. Yang dilaporkan hanyalah hasil analisis dan hasil pengujian data.
Hasil analisis dapat disajikan dalam bentuk grafik atau tabel untuk
memperjelas penyajian hasil secara verbal, yang kemudian dibahas.
Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Dalam
pembahasan disajikan: (a) jawaban masalah penelitian atau bagaimana
tujuan penelitian dicapai, (b) penafsiran temuan penelitian, (c)
pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan penelitian yang
telah mapan, dan (d) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang
telah ada sebelumnya. Jawaban atas masalah penelitian hendaknya
disajikan secara eksplisit. Penafsiran terhadap hasil penelitian dilakukan
dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada. Pengintegrasian
temuan penelitian ke dalam kumpulan yang ada dilakukan dengan
membandingkan temuan itu dengan temuan penelitian yang telah ada
atau dengan teori yang ada, atau dengan kenyataan yang ada di
lapangan. Pembandingan harus disertai rujukan. Jika penelitian ini
menelaah teori (penelitian dasar), teori yang lama dapat dikonfirmasi atau
ditolak sebagian atau seluruhnya. Penolakan sebagian dari teori harus
disertai dengan modifikasi teori, dan penolakan terhadap seluruh teori
harus disertai rumusan teori yang baru.

254

Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti,
keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi
temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
Untuk artikel nonpenelitian, bagian inti ini dapat sangat bervariasi
bergantung pada topik yang dibahas. Yang perlu diperhatikan dalam
bagian ini adalah pengorganisasian isi yang dapat berupa fakta, konsep,
prosedur, atau prinsip. Isi yang berbeda memerlukan penataan dengan
urutan yang berbeda pula.
6) Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah artikel
nonpenelitian jika isinya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya.
Namun apabila bagian akhir berisi kesimpulan hasil pembahasan
sebelumnya, maka istilah yang dipakai adalah kesimpulan. Pada bagian
akhir ini dapat juga ditambahkan saran atau rekomendasi.
Untuk artikel hasil penelitian, bagian penutup berisi kesimpulan dan saran
yang memaparkan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil
dan pembahasan. Kesimpulan diberikan dalam bentuk uraian verbal,
bukan numerikal. Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah
dibuat. Saran dapat mengacu pada tindakan praktis, atau pengembangan
teoretis, atau penelitian lanjutan.
7) Daftar Rujukan/Pustaka
Daftar rujukan berisi daftar dokumen yang dirujuk dalam penyusunan
artikel. Semua bahan pustaka yang dirujuk yang disebutkan dalam batang
tubuh artikel harus disajikan dalam daftar rujukan dengan urutan alfabetis.
Gaya selingkung dalam menyusun daftar pustaka bisa bervariasi,
bergantung pada disiplin ilmu yang menjadi payung artikel ilmiah anda
atau jurnal yang akan memuat artikel anda. Bidang Pendidikan atau
Psikologi sering menggunakan format APA
(American Psychological
Association), sedangkan disiplin ilmu Sejarah menggunakan Turabian Style
atau Chicago Manual, dan bidang Bahasa dan Sastra menggunakan MLA
(Modern Language Association). Apapun gaya yang anda gunakan,
pastikan bahwa gaya penulisan anda konsisten dan sesuai dengan format
yang ditetapkan oleh jurnal/media yang akan menampung tulisan anda.
Untuk itu, anda perlu mencermati lebih dahulu format seperti apa yang
harus anda ikuti sebelum mulai menulis/menyunting artikel ilmiah anda.
Secara umum, yang dicantumkan dalam rujukan (berupa buku) adalah:
nama pengarang, tahun penerbitan, judul, kota tempat penerbitan, dan
nama penerbitnya.

4. LATIHAN
a. Bedakan artikel hasil penelitian dengan artikel nonpenelitian dari
dimensi isi artikel.
b. Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan.
Apa saja yang seharusnya disajikan dalam pembahasan?

255

c. Berdasarkan prosedur pemecahan masalah, ada dua jenis makalah


ilmiah, apa sajakah? Buatlah perbedaan antara keduanya.
d. Bagaimana aturan yang harus diikuti dalam menyusun Daftar
Pustaka?
e. Jelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
f. Diberikan informasi tentang hasil penelitian/kasus pembelajaran,
peserta dapat merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah
artikel.

5. SUPLEMEN
Contoh-contoh laporan PTK dan contoh artikel tiap program
studi/jurusan (jika ada dan diperlukan).
BAB V
MATERI BAHASA INDONESIA
A. Berbicara
1. Pengantar
Kompetensi inti atau standar kompetensi yang Anda pelajari pada
modul ini adalah mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra.
Kompetensi inti tersebut terdiri atas tiga kompetensi dasar (KD), yakni
menggunakan wacana lisan untuk wawancara, menggunakan wacana lisan
untuk presentasi laporan dan pidato, dan menggunakan wacana lisan
untuk diskusi. KD menggunakan wacana lisan untuk wawancara terdiri
atas dua indikator esensial, yakni menentukan jenis pertanyaan yang
cocok dengan kutipan dan menentukan jawaban yang harus disampaikan
narasumber dengan benar. KD menggunakan wacana lisan untuk
presentasi laporan dan pidato terdiri atas tiga indikator esensial, yakni
memilih kalimat yang tidak sesuai dengan konteks penggalan pidato,
menentukan jenis komponen pidato yang sesuai dengan penggalan pidato,
dan menentukan kalimat pembuka/penutup pidato. KD menggunakan
wacana lisan untuk diskusi terdiri atas dua indikator esensial, yakni
menentukan pernyataan persetujuan atau bukan persetujuan yang tepat
dan memilih komponen diskusi.
Kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator esensial tersebut
disajikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan belajar. Per kegiatan belajar
terdiri atas tiga komponen, yakni kegiatan orientasi yang berisi tujuan dan
cara belajar, kegiatan inti yang berisi uraian materi, dan perlatihan yang
berisi penajaman kompetensi. Untuk mengetahui tingkat penguasaan
materi, setelah kegiatan belajar disediakan soal-soal evaluasi.
2. Materi Pembelajaran
A. MENGUNGKAPKAN SECARA LISAN WACANA NONSASTRA
256

Wacana, seperti yang Anda pelajari selama ini, ialah satuan bahasa
terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau tuturan utuh.
Sebagai karangan atau tuturan utuh, wacana terdiri atas rangkaian
kalimat berkaitan yang menghubungkan antarproposisi sehingga
terbentuk kesatuan (Alwi dkk., 2003:419). Dari segi isi, wacana
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni wacana sastra dan wacana
nonsastra. Kedua jenis wacana tersebut dapat disampaikan secara lisan
atau nonlisan. Terkait dengan hal tersebut, pada bagian ini dibahas
kompetensi inti mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra. Bagianbagian kompetensi inti yang dibahas adalah menggunakan wacana lisan
untuk wawancara, menggunakan wacana lisan untuk presentasi laporan
dan pidato, dan menggunakan wacana lisan untuk diskusi. Tiap bagian
diperinci menjadi beberapa indikator esensial.
1) MENGGUNAKAN WACANA LISAN UNTUK WAWANCARA
Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu menentukan jenis
pertanyaan yang cocok dengan kutipan dan menentukan jawaban yang
harus disampaikan narasumber dengan benar. Tujuan itu dapat Anda
capai dengan cara memahami materi yang disajikan, melaksanakan
perintah-perintah yang diintegrasikan dalam materi, dan mengerjakan
perlatihan yang disediakan.
Dalam kehidupan sehari-hari Anda sering melihat wawancara.
Sebagian di antara Anda bahkan pernah melakukannya. Secara umum,
wawancara
dapat
diartikan
kegiatan
tanya
jawab
dengan
narasumber/informan untuk meminta kepastian informasi tentang hal
tertentu (Surya, 2012:110). Konsep kepastian penting untuk
membedakan wawancara dengan diskusi, dialog, dan percakapan biasa.
Dalam wawancara, kepastian informasi merupakan hal penting yang
dicari oleh pewawancara. Karena itu, narasumber/informan sebagai
pemberi kepastian informasi berstatus figur penting. Ia dipilih oleh
pewawancara
karena
status,
keahlian,
pengetahuan,
atau
kerelevanannya dengan materi wawancara.
Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman Anda tentang
wawancara, berikut disajikan beberapa pernyataan. Tulislah S dalam
tanda kurung kalau Anda sependapat dan tulislah TS kalau tidak
sependapat!
(1)Dalam wawancara terdapat narasumber/informan yang ahli dalam
bidang tertentu. ()
(2)Wawancara melibatkan minimal dua narasumber/informan dan
masing-masing
orang
dapat
mengemukakan
pendapatnya
sehingga terdapat minimal dua arah komunikasi. ()
(3)Narasumber/informan harus dapat menjawab dengan benar semua
yang ditanyakan kepadanya. ()
257

(4)Narasumber/informan tidak boleh mengajukan pertanyaan kepada


pewawancara. ()
(5)Informasi dari narasumber/informan harus disampaikan secara
tersurat (eksplisit). ()
(6)Kegiatan utama dalam wawancara adalah tanya-jawab eksploratif.
()
(7)Wawancara bersifat formal. ()
(8)Tujuan wawancara adalah memeroleh kejelasan informasi tentang
masalah tertentu. ()
(9)Materi bahasan dalam wawancara pada umumnya penting. ()
(10) Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber/informan harus
berdasar fakta. ()
(11) Pertanyaan yang satu dengan yang lain yang diajukan kepada
narasumber/informan harus berkaitan. ()
(12) Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada narasumber/informan
tidak boleh lebih dari 10 buah. ()
(13) Pertanyaan-pertanyaan
yang
diajukan
kepada
narasumber/informan harus diurutkan agar tampak kohesif dan
koheren. ()
(14) Pewawancara tidak boleh mengulang pertanyaan yang sama.
()
(15) Sebagian atau semua materi wawancara dapat berupa rahasia
pribadi atau lembaga sehingga tidak boleh dipublikasikan untuk
kepentingan umum. ()
Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat Anda
pada ruang berikut!

258

Wawancara merupakan satu di antara beberapa bentuk komunikasi


lisan. Dengan mengacu pendapat Leech (2003:80) bahwa dalam
berkomunikasi lisan penutur dan petutur beretorika interpersonal, hal itu
mengisyaratkan
bahwa
dalam
wawancara
pewawancara
dan
narasumber/informan juga beretorika interpersonal. Dalam retorika
interpersonal terdapat dua prinsip yang idealnya ditaati peserta komunikasi
agar tujuan komunikasi tercapai, yakni prinsip kerja sama dan prinsip
kesantunan. Substansi prinsip kerja sama
adalah bahwa sumbangan
informasi yang diberikan penutur idealnya sebatas yang diperlukan petutur
(Leech, 2003:80). Hal itu berarti bahwa dalam wawancara, misalnya,
informasi yang diberikan oleh narasumber/informan idealnya sebatas yang
diperlukan pewawancara. Berbeda dengan prinsip kerja sama, substansi
prinsip kesantunan adalah bahwa tuturan penutur idealnya dapat menjaga
keharmonisan sosial (tidak menyebabkan konflik dengan petutur atau orang
lain yang disebut dalam tuturan) (Leech, 2003:131).
Untuk mengetahui praktik wawancara, berikut disajikan teks hasil
wawancara. Tulislah komentar Anda pada ruang di bawah teks hasil
wawancara!
Penyiar radio : Beberapa waktu lalu, sanggar belajar yang Anda kelola
terpaksa digusur. Sebenarnya persoalannya bagaimana?
Narasumber 1
: Sanggar belajar itu sudah cukup lama. Di sanggar
itu anak-anak sekitar biasanya belajar, berkreasi, dan
sebagainya. Saya tidak tahu setelah ini mereka belajar di
mana?
Penyiar radio:
Apakah sebelumnya tidak ada perjuangan untuk
menggagalkan penggusuran itu?
Narasumber 1: Kami telah menempuh berbagai cara, misalnya dialog
dengan pihak pemkot (pemerintah kota), tetapi pada
akhirnya Anda dapat melihat sendiri.
Penyiar radio: Apakah Anda ingin mengatakan bahwa pemkot tidak lagi
peduli terhadap tempat pendidikan anak-anak?
Narasumber 1: Kami tidak ingin mengatakan itu, tetapi kami kira
keputusan itu tidak menguntungkan masa depan anakanak.
Penyiar radio
: Lalu, solusinya bagaimana?
Narasumber 1: Kami akan berusaha untuk mencari tempat lain. Tetapi,
itu tentu membutuhkan biaya. Saya tidak tahu, pemkot
mengerti atau tidak.
Penyiar radio
: Kalau menurut Anda bagaimana?
Narasumber 2
: Ini keputusan yang sulit. Kami mengerti bahwa
sanggar belajar tersebut penting, tetapi penataan kota
sesuai dengan rencana awal juga perlu diwujudkan.
Penyiar radio
: Sekalipun harus ada yang dikorbankan?

259

Narasumber 2
: Saya kira akan ada jalan keluar, misalnya sanggar
belajar tersebut dicarikan lokasi lain.
Penyiar radio
: Soal dananya bagaimana?
Narasumber 2
: Saya kira kami tidak tinggal diam. Tetapi, kalau
mereka bisa mandiri, saya kira itu jauh lebih baik.

..
a) Menentukan Jenis Pertanyaan yang Cocok dengan Kutipan
Anda memahami bahwa pertanyaan merupakan variabel utama dalam
wawancara. Pertanyaan berguna bukan hanya bagi pewawancara dan
narasumber/informan, melainkan juga pihak lain. Bagi pewawancara,
pertanyaan merupakan sarana atau bahkan senjata untuk menggali
informasi yang diingininya. Bagi narasumber/informan, pertanyaan
merupakan sarana untuk mengidentifikasi informasi yang diingini
pewawancara. Bagi pihak lain, pertanyaan merupakan sarana untuk
mengetahui informasi yang diingini pewawancara dan sarana pengecek
kesesuaian dan kedalaman jawaban narasumber/informan.
Pihak lain juga dapat menggunakan pertanyaan sebagai sarana untuk
mengidentifikasi jenis wawancara. Dalam hal ini, jenis wawancara dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Berdasarkan kesistematisan
pertanyaan-pertanyaan wawancara, terdapat wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur. Kalau pertanyaan-pertanyaan pewawancara ditata secara
sistematis, wawancaranya berjenis terstruktur. Kebalikannya,
kalau
pertanyaan-pertanyaan pewawancara tidak sistematis, wawancaranya
berjenis tidak terstruktur. Berdasarkan peluang narasumber/informan untuk
menguraikan jawabannya, terdapat wawancara terbuka dan tertutup. Kalau
melalui pertanyaan-pertanyaannya pewawancara memberikan peluang
260

kepada narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya secara


panjang lebar, wawancaranya berjenis wawancara terbuka. Kebalikannya,
kalau melalui pertanyaan-pertanyaannya pewawancara tidak memberikan
peluang kepada narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya
secara panjang lebar, wawancaranya berjenis wawancara tertutup, misalnya
pewawancara menggunakan pertanyaan ya-tidak (yes-no question).
Berdasarkan kedalaman informasi yang disampaikan narasumber/informan,
terdapat wawancara mendalam (indepth interview) dan wawancara dangkal
(ordinary
interview).
Dalam
wawancara
mendalam,
pewawancara
menggunakan pertanyaan-pertanyaan eksploratif sehingga tampak bersifat
mengejar narasumber/informan. Wawancara dangkal bersifat kebalikannya
(Sukmadinata, 2007:216218).
Pertanyaan pewawancara biasanya terdiri atas dua komponen, yakni
kata atau frasa tanya dan proposisi. Dalam pertanyaan Seberapa lama
pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) itu?, misalnya, berapa lama
merupakan frasa tanya yang berfungsi menanyakan durasi, sedangkan
pelaksanaan PTK itu merupakan proposisi. Dalam pertanyaan Di mana
pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) itu?, misalnya, di mana
merupakan kata tanya yang berfungsi menanyakan tempat, sedangkan
pelaksanaan PTK itu merupakan proposisi.
Sekarang, tulislah kata atau frasa tanya dan fungsinya yang dapat
digunakan dalam wawancara dengan menggunakan format berikut!
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kata/Frasa tanya
di mana
seberapa lama

Fungsi
Tempat
Durasi

Jawaban narasumber/informan dan jenis pertanyaan yang digunakan


pewawancara idealnya relevan. Kerelevanan itu tampak dari kesejajaran kata
atau frasa tanya dan fungsinya. Sebagai contoh, kalau pewawancara
261

menggunakan pertanyaan di mana, jawaban narasumber/informan


idealnya tempat tertentu. Hal itu mengisyaratkan bahwa dari jawaban
narasumber/informan dapat diprediksi kata tanya yang cocok dan hal yang
ditanyakan pewawancara. Kalau jawaban narasumber/informan tiga bulan,
dapat diiprediksi bahwa frasa tanya yang digunakan pewawancara adalah
seberapa lama, berapa bulan, atau frasa tanya lain yang menunjukkan
durasi.
b. Menentukan Jawaban yang harus Disampaikan Narasumber
Dari uraian sebelumnya dapat Anda pahami bahwa tiap kata atau frasa
memiliki fungsi yang spesifik. Kata tanya siapa, misalnya, menanyakan
orang atau entitas lain yang sifatnya sejenis dengan sifat manusia. Hal itu
berarti bahwa dari kata atau frasa tanya yang digunakan pewawancara
dapat diprediksi informasi yang diingini pewawancara dan jawaban yang
harus disampaikan oleh narasumber/informan.
Jawaban yang disampaikan narasumber/informan idealnya sesuai
dengan kebutuhan informasi pewawancara; benarnarasumber/informan
tidak berbohong; relevan; dan jelas, tidak taksa, singkat, dan teratur. Di
samping itu, jawaban narasumber/informan idealnya juga santun agar
hubungannya dengan pewawancara harmonis. Sebagai contoh, kalau
pewawancara menanyakan berapa lama idealnya kegiatan inti
pembelajaran, jawaban-narasumber yang tepat adalah dua belas sampai
dengan empat belas kali durasi kegiatan awal atau redaksi dengan kemasan
lain yang menunjukkan durasi.
Perlatihan
a. Perhatikan kutipan teks wawancara berikut!
Kepala sekolah
Calon guru
Kepala sekolah
Calon guru

: Apakah Saudari mengetahui teknik-teknik penilaian kelas?


: Saya pernah belajar tentang teknik-teknik tersebut ketika berkuliah.
:
: Teknik penilaian yang cocok untuk menilai kemampuan berpidato
siswa adalah penilaian kinerja.

Tentukan jenis pertanyaan yang cocok untuk mengisi bagian


yang rumpang pada teks wawancara tersebut!
b. Perhatikan kutipan teks wawancara berikut!
Kepala sekolah
Calon guru
Kepala sekolah

: Apakah Saudari sudah pernah menggunakan teknik penilaian


tertulis berjenis pilihan ganda?
: Saya beberapa kali menggunakannya.
: Apa kelemahan utamanya?
262

Calon guru

: .

Tentukan jawaban calon guru yang tepat untuk mengisi bagian yang
rumpang pada teks wawancara tersebut!
B. MENGGUNAKAN WACANA LISAN UNTUK PRESENTASI LAPORAN
DAN PIDATO
Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu memilih kalimat yang
tidak sesuai dengan konteks penggalan pidato, menentukan jenis komponen
pidato yang sesuai dengan penggalan pidato, dan menentukan kalimat
pembuka/penutup pidato. Tujuan itu dapat Anda capai dengan cara
memahami materi yang disajikan, melaksanakan perintah-perintah yang
diintegrasikan dalam materi, dan mengerjakan perlatihan yang disediakan.
Pidato, seperti yang sering Anda amati atau bahkan Anda lakukan,
ialah kegiatan pengungkapan pikiran secara lisan yang ditujukan kepada
banyak orang dengan pepidato (orator atau orang yang berpidato) sebagai
figur sentral. Pepidato berperan penting karena menjadi narasumber
(pemberi informasi) tunggal sekaligus tokoh utama. Ia seolah-olah menjadi
orang yang paling pandai karena berhak menguliahi,
mengelola,
menertawakan, memancing reaksi, serta memengaruhi emosi pendengar.
Komunikasi yang pada umumnya satu arah, yakni dari pepidato kepada
pendengar, menyebabkan pepidato aman karena tidak disanggah, didebat,
atau ditanyai pendengar. Untuk meningkatkan daya tarik
pidatonya,
pepidato biasanya menunjukkan keterampilan verbal dan nonverbal.
Keterampilan verbal merupakan kemampuan mengemas dan menyampaikan
pikiran melalui bahasa, sedangkan keterampilan nonverbal merupakan
kemampuan mengemas dan menyampaikan pikiran melalui gerak tubuh
(kinesik), misalnya gerak tangan dan ekspresi wajah.
Pidato dapat disampaikan dengan empat metode, yakni impromptu
(serta-merta), penghafalan, naskah, ekstemporan (tanpa persiapan naskah),
(Keraf, 2004:360). Pada metode impromptu (serta-merta), pidato
disampaikan secara dadakan atau tanpa persiapan karena kebutuhan sesaat
(insidental). Pepidato menyampaikan pikiran sesaatnya berdasarkan
pengetahuan dan kemahirannya. Pidato jenis ini biasanya tidak bagus
kecuali pepidatonya berpengetahuan luas dan mahir. Pada metode
penghafalan, pidato disampaikan dengan cara menghafal materi pidato yang
telah disiapkannya. Penyampaian pidato dengan metode menghafal berisiko
karena pepidato dapat lupa materi yang diingatnya. Pada metode naskah,
pidato disampaikan dengan cara membaca kata demi kata pada naskah
yang disiapkannya. Pidato jenis ini biasanya tidak menarik. Pendengar
biasanya bahkan mengatakan, Gitu aja aku juga bisa. Pada metode
ekstemporan, pidato disampaikan dengan berpedoman pada garis besar
atau kerangka pidato yang telah disiapkan. Pidato jenis terakhir ini
263

menuntut pepidato mahir mengembangkan garis besar atau kerangka pidato


yang telah disiapkan.
Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman Anda tentang pidato,
berikut disajikan beberapa pernyataan. Tulislah S dalam tanda kurung kalau
Anda sependapat dan tulislah TS kalau tidak sependapat!
(1)
Cara penyampaian tidak penting, yang terpenting adalah
materinya. (...)
(2)
Cara memengaruhi dan meyakinkan pendengar antarpepidato
sama. ()
(3)
Cara mengurutkan materi antarpepidato berbeda meskipun
mereka dapat saling memengaruhi. ()
(4)
Cara membangun kontak dengan pendengar tidak penting kalau
pepidato sudah dikenal oleh pendengar. ()
(5)
Pepidato memiliki ciri khas dalam ekspresi vokal dan ekspresi fisik.
()
(6)
Pepidato tidak perlu mengelola waktu karena pembawa acara
telah mengaturnya. ()
(7)
Kualitas pidato ditentukan oleh siapa yang berpidato. ()
(8)
Kemampuan berpidato bersifat genetis. ()
(9)
Materi atau bahan pidato dapat digali dari pengalaman pribadi,
hobi atau keterampilan, pendapat pribadi, dan peristiwa aktual
yang menjadi pembicaraan di masyarakat. ()
(10)
Tujuan pidato terdiri atas tiga jenis: memberikan informasi kepada
pendengar (pidato informatif), memengaruhi dan meyakinkan
pendengar (pidato persuasif), dan menghibur pendengar (pidato
rekreatif). ()
(11)
Sebelum berpidato, pepidato tidak perlu mengidentifikasi siapa
mayoritas pendengarnya. ()
(12)
Kerangka atau garis besar naskah pidato terdiri atas tiga bagian,
yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. ()
(13)
Bagian
pendahuluan
atau
bagian
pembuka
berfungsi
membangkitkan
perhatian,
memperjelas
latar
belakang
pembicaraan, dan menciptakan kesan baik tentang orator. Bagian
ini berisi di antaranya salam awal dan pengantar topik yang
dipidatokan. ()
(14)
Bagian isi berisi inti atau substansi gagasan dengan segala hal
yang menjadi bagiannya. ()
(15)
Bagian penutup berisi penegasan kembali, simpulan dan/atau
saran, kalimat-kalimat penutupan, dan salam akhir. ()
(16)
Bagian penutup dan juga bagian pendahuluan biasanya hanya
terdiri atas beberapa kalimat. ()
(17)
Kerangka naskah pidato dapat dibuat dengan sistematika berikut.
1. Pendahuluan
1.1 Salam
1.2
264

1.3 dst.
2. Isi
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3 dst.
2.2
2.3 dst.
3. Penutup
3.1
3.2 dst.
3.3.1 salam ()
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)

Pengembangan
kerangka
pada
dasarnya
merupakan
pengorganisasian pesan. ()
Pengorganisasian pesan dapat dilakukan dengan enam cara, yaitu
deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. ()
Dalam cara deduktif, pesan pidato disampaikan dengan
menyatakan gagasan utama lebih dulu, setelah itu keterangan
penunjang. ()
Cara induktif merupakan kebalikan cara deuktif. ()
Dalam cara kronologis, pesan pidato disampaikan dengan
berdasar urutan waktu peristiwa. ()
Dalam cara logis, pesan pidato disusun berdasarkan sebab ke
akibat atau akibat ke sebab. ()
Dalam cara spasial, pesan pidato disampaikan berdasarkan
tempat. ()
Dalam cara topikal, pesan pidato disusun berdasarkan topik
pembicaraan: dari yang penting ke yang kurang penting, dari yang
dikenal ke yang asing, dan sebagainya. ()
Setelah pembuatan kerangka selesai, kegiatan berikutnya adalah
pengembangan kerangka. ()
Dalam tahap pengembangan, kata-kata kunci dalam kerangka
dikembangkan menjadi kalimat-kalimat utama dan kalimat-kalimat
penjelas. ()
Pengembangan kerangka harus memerhatikan prinsip-prinsip
komposisi pidato, yaitu kesatuan, pertautan, dan titik berat. ()
Dalam hal kesatuan, naskah pidato dapat diibaratkan suatu tubuh.
Antarbagian tidak bercerai berai. ()
Dalam hal pertautan atau koherensi, antarbagian harus berurutan
dan berkaitan. ()
Dalam hal titik berat, harus ada bagian tertentu yang menjadi
bagian terpenting. ()
Di samping harus menggunakan intonasi yang tepat, pepidato
juga harus menggunakan artikulasi dan volume yang jelas. ()

265

(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

Artikulasi terkait dengan sistem produksi bunyi oleh alat ucap.


Sebagai contoh, bunyi /e/ dan /a/ harus jelas perbedaannya karena
kedua bunyi tersebut keluar dari sistem organ yang berbeda. ()
Volume suara juga harus keras agar pesan pidato mudah
ditangkap dan dipahami. ()
Agar artikulasi dan volume suara jelas, kecepatan bicara harus
diatur sedemikian rupa sehingga tampak adanya jeda antarbunyi.
()
Isi atau pesan pidato perlu disampaikan dengan ungkapanungkapan yang menarik, misalnya dengan menggunakan berbagai
bentuk peribahasa. ()
Penggunaan ungkapan-ungkapan yang menarik penting agar
pendengar tetap antusias dalam mendengarkan isi pidato. ()
Dengan pendengar yang tetap antusias, pepidato tidak merasa
digugupi untuk segera mengakhiri pidato. ()
Seperti halnya dalam komunikasi jenis lain, pepidato perlu
menaati prinsip kerja sama. ()
Dalam berpidato pepidato boleh sesekali mengabaikan prinsip
kesantunan. ()

Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat Anda pada
ruang berikut!

..
1) Memilih Kalimat yang tidak Sesuai dengan Konteks Pidato
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan yang
utuh (Alwi, 2003:280). Pengertian itu mengisyaratkan bahwa satuan bahasa
yang lebih kecil daripada kalimat, misalnya kata dan frasa, belum memiliki
gagasan yang utuh.
266

Kalimat biasa digunakan dalam berbagai komunikasi, misalnya pidato.


Dalam pidato, pepidato menuangkan gagasan-gasasan utuhnya ke dalam
kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat tersebut disusun sebaik-baiknya oleh
pepidato agar bermakna, informatif, dan mudah dipahami. Untuk
kepentingan itu, pepidato juga mengupayakan kalimat-kalimatnya sesuai
dengan konteks pidato.
Meskipun pepidato telah mengupayakan kalimat-kalimat pidatonya
sesuai dengan konteks pidato, dalam praktik masih banyak kalimat pidato
yang tidak sesuai dengan konteks pidato. Apa penyebabnya? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, tulislah S dalam tanda kurung kalau Anda
sependapat dan tulislah TS kalau tidak sependapat!
a) Pepidato mengalami disorientasi, misalnya karena kehilangan
konsentrasi sesaat. ()
b) Pepidato kurang persiapan. ()
c) Pepidato belum berpengalaman. ()
d) Pepidato tidak menyadari urgensi kesesuaian kalimat dengan
konteks. ()
Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat Anda pada
ruang berikut!

Ketidaksesuaian kalimat dengan konteks pidato dapat diamati dari


indikator ketidaksejalanan isi kalimat dengan topik pidato. Perhatikan contoh
penggalan pidato berikut!

267

.
Saudara-saudara yang saya hormati,
Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Guru memegang peran penting dalam
menentukan masa depan pendidikan. Di tangan guru yang baik, pendidikan akan baik.
Kebalikannya, pendidikan akan hancur kalau guru tidak peduli.
Guru dan pendidikan memang tidak dapat dipisahkan. Makin banyak guru, makin banyak
orang yang membutuhkan pendidikan.

..
Penggalan pidato tersebut terdiri atas enam kalimat. Kalimat pertama
sampai dengan kelima sesuai dengan konteks pidato, yakni peran guru
dalam pendidikan. Kalimat keenam tidak sesuai dengan konteks pidato
karena tidak sejalan (tidak menunjukkan peran guru dalam pendidikan). Dari
segi logika, kalimat keenam di samping tidak sesuai dengan konteks juga
tidak logis karena jumlah peminat pendidikan tidak disebabkan oleh jumlah
guru.
2) Menentukan Jenis Komponen Pidato yang Sesuai dengan
Penggalan Pidato
Pidato merupakan kegiatan prosedural yang terdiri atas tiga
komponen, yakni pembuka, isi dan penutup. Sebagai kegiatan prosedural,
ketiga komponen tersebut bersifat urut dan harus ada.
Sifat urut mengisyaratkan bahwa komponen pembuka merupakan
komponen pertama, komponen isi merupakan komponen kedua, dan
komponen penutup merupakan komponen ketiga. Ketiga komponen itu
bersifat sinergis dan sistemis sehingga tidak dapat diacak. Aneh suatu pidato
kalau ketiga komponen tersebut disajikan secara acak, misalnya komponen
penutup disampaikan sebelum komponen pembuka dan isi.
Sifat harus ada mengisyaratkan bahwa ketiga komponen itu harus
disajikan secara lengkap. Pidato akan janggal kalau bagian komponen atau
penutupnya ditanggalkan. Lebih aneh suatu pidato kalau komponen isinya
ditiadakan.
Komponen pembuka atau pendahuluan, sesuai dengan namanya,
disajikan pada bagian awal. Komponen pembuka berisi salam awal, ucapan
syukur kepada Tuhan, pernyataan penghormatan kepada hadirin, dan
pengantar pidato. Komponen ini berfungsi membangkitkan perhatian,
memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan baik
tentang pebicara.

268

Komponen isi disajikan pada bagian tengah. Komponen isi berisi butirbutir inti materi pidato. Karena berisi butir-butir inti, sajian komponen isi
lebih banyak daripada komponen pembuka dan penutup.
Komponen penutup disajikan pada bagian akhir pidato. Komponen
penutup berisi simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat penutupan,
ucapan terima kasih, dan salam akhir.
Berikut disajikan
komponennya!

contoh

teks

pidato.

Cermatilah

komponen-

Assalammualaikum,
Bapak kepala sekolah dan Ibu/Bpk guru yang saya hormati,
Anak-anak yang saya sayangi,
Pertama, marilah kita bersyukur kepada Allah. Atas rahmat dan karunia-Nya, pagi ini kita
dapat berkumpul di aula sekolah ini untuk memeringati Hari Pendidikan Nasional.
Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian. Pendidikan merupakan satu program penting yang
harus diperhatikan sebaik-baiknya oleh semua pihak. Kerja sama antara lembaga pendidikan,
pemerintah, dan orang tua membantu peningkatan kualitas dan pembentukan karakter anak-anak
pada masa mendatang.
Berikut saya sampaikan kutipan menarik yang ditulis Dorothy Law Nolte.
Kalau anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Kalau anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Kalau anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Kalau anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
Kalau anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar dengki
Kalau anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
Kalau anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Kalau anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Kalau anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Kalau anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
Kalau anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Kalau anak dibesarkan dengan pengakuan,ia belajar mengenali tujuan.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
Kalau anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Kalau anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Kalau anak dibesarkan dengan ketenteraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.

Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian,


269

Harus kita yakini bahwa kualitas akademik, mental, dan spiritual anak di masa depan
bergantung pada didikan yang diberikan di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, kerja
sama semua pihak diperlukan. Sekolah tidak akan mampu mendidik anak-anak menjadi pribadi
yang sempurna tanpa dukungan orang tua, pemerintah, dan warga masyarakat.
.
Marilah kita cukupi kebutuhan pengetahuan dan keterampilan anak-anak dengan ilmu
yang memadai. Kita didik mereka dengan kasih sayang. Kita ajari mereka dengan teori dan contoh
nyata. Mari kita selamatkan generasi muda dengan mendidiknya sebaik-baiknya. Semoga Allah
memberikan kemudahan kepada kita untuk melakukan semua itu. Amin.
.
Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian,
Saya sampaikan sekali lagi bahwa peningkatan kualitas dan pembentukan karakter
anak-anak pada masa mendatang sangat penting. Marilah kita menunjukkan peran kita
masing-masing untuk mewujudkan hal tersebut. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih
atas perhatian Ibu, bapak, dan siswa-siswi sekalian. Saya mohon maaf atas kekurangan dan
kesalahan. Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (Diadaptasi dari teks
Sambutan Hari Pendidikan Nasional dalam Lancar Berpidato dan MC [Novia, 2011:150152)
Dari contoh di depan Anda dapat menentukan bahwa bagian yang
bercetak miring merupakan komponen pembuka karena berisi salam, ucapan
syukur kepada Tuhan, pernyataan penghormatan kepada hadirin, dan
pengantar pidato. Bagian yang terletak di antara yang bercetak miring dan
yang bercetak tebal merupakan komponen isi karena berisi butir-butir inti
materi pidato. Bagian yang bercetak tebal merupakan bagian penutup
karena berisi simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat penutupan, ucapan
terima kasih, dan salam akhir.
3) Menentukan Kalimat Pembuka/Penutup Pidato
Pada butir 2.2 telah Anda pelajari bahwa komponen pembuka berisi
salam awal, ucapan syukur kepada Tuhan, pernyataan penghormatan kepada
hadirin, dan pengantar pidato; sedangkan komponen penutup berisi
simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat penutupan, ucapan terima kasih,
dan salam akhir. Karena isinya berbeda, kalimat-kalimat yang menjadi
tempat komponen pembuka berbeda dengan kalimat-kalimat dalam
komponen penutup. Kalimat-kalimat dalam komponen pembuka bersifat
mengawali uraian materi dengan fungsi membangkitkan perhatian,
memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan baik
tentang pebicara; sedangkan kalimat-kalimat komponen penutup bersifat
mengakhiri uraian materi dengan fungsi menegaskan atau menggarisbawahi
materi yang telah disampaikan, memberikan saran, dan menjalin hubungan
baik dengan hadirin setelah pidato.

270

Dengan berdasar isi dan fungsinya, kalimat-kalimat dalam komponen


pembuka dan penutup dapat diidentifikasi dan disusun setelah mengetahui
konteks atau topik pidato. Sebagai contoh, seorang pepidato akan
menyampaikan topik Peran Generasi Muda dalam Pembangunan Bangsa.
Kalimat-kalimat pembukanya di antaranya sebagai berikut: Saudara-saudara
yang saya hormati, selamat malam. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan.
Atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat bertemu di tempat ini guna
menyamakan pikiran dan pandangan kita tentang peran penting generasi
muda dalam pembangunan bangsa. Berbeda dengan kalimat-kalimat
pembuka, kalimat-kalimat penutupnya di antaranya sebagai berikut:
Saudara-saudara yang saya hormati. Sekali lagi saya ingin menggarisbawahi
bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa.
Karena itu, sebagai generasi muda kita harus turut berperan serta secara
nyata dalam pembangunan bangsa. Kiranya, demikianlah yang dapat saya
sampaikan. Saya menyampaikan terima kasih dan mohon maaf atas
kekurangan dan kesalahan. Selamat malam.
Perlatihan
3) Perhatikan penggalan pidato berikut!
.
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang bermanfaat dan
bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku dapat kita peroleh ilmu yang
berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi capai, mata lelah,
dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan kepala pusing juga dapat disebabkan
oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.

Tentukan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan konteks penggalan


pidato!
4) Perhatikan penggalan pidato berikut!
.
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang bermanfaat dan
bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku dapat kita peroleh ilmu yang berguna
bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi capai, mata lelah,
dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan kepala pusing juga dapat disebabkan oleh
hal lain, misalnya berenang berlebihan.
.
Tentukan komponen pidato yang sesuai dengan penggalan pidato
tersebut!
271

5) Perhatikan penggalan pidato berikut!


.
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang bermanfaat dan
bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku dapat kita peroleh ilmu yang
berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi capai, mata lelah,
dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan kepala pusing juga dapat disebabkan
oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.
.
Tentukan kalimat penutup pidato yang sesuai dengan penggalan pidato
tersebut!
C. MENGGUNAKAN WACANA LISAN UNTUK DISKUSI
Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu menentukan pernyataan
persetujuan atau bukan persetujuan yang tepat dan memilih komponen
diskusi. Tujuan itu dapat Anda capai dengan cara memahami materi yang
disajikan, melaksanakan perintah-perintah yang diintegrasikan dalam materi,
dan mengerjakan perlatihan yang disediakan.
Dalam kehidupan sehari-hari Anda sering berdiskusi. Diskusi pada
dasarnya merupakan kegiatan bertukar pikiran. Dalam konteks formal,
diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu
masalah. Dalam hal ini, yang bertukar pikiran adalah pebicara dan peserta
diskusi. Pebicara menyampaikan gagasan, pendapat, dan saran; peserta
menyimak dan meresponsnya. Agar mudah dipahami oleh peserta; gagasan,
pendapat, dan saran tersebut perlu disampaikan secara runtut atau teratur.
Hal itu berarti bahwa sebelumnya harus ada penataan ide lebih dahulu.
Diskusi, khususnya yang bersifat formal, tidak sama dengan dialog.
Perbedaannya adalah bahwa peserta diskusi formal biasanya lebih besar,
komunikasinya bersifat tatap muka langsung, berorientasi tukar pikiran,
bukan permintaan informasi, tanpa narasumber, terdapat minimal satu
orang yang berposisi sebagai pebicara, dan melibatkan pemandu diskusi
(moderator) dan penulis diskusi (notulis).
1) Menentukan Pernyataan Persetujuan atau bukan Persetujuan
Dalam diskusi, pernyataan pebicara atau peserta diskusi bermacammacam sesuai dengan kepentingan, cara pandang, dan pengetahuan
masing. Dimungkinkan sebagian di antara mereka mengemukakan
pernyataan yang benar dengan dukungan data atau bukti yang kuat,
pernyataan yang benar dengan dukungan data atau bukti yang kurang kuat,
272

atau pernyataan yang salah. Kondisi pernyataan yang bermacam-macam


tersebut menyebabkan ada pernyataan yang disetujui tanpa catatan atau
bersyarat, disetujui dengan catatan, dan ditolak.
Pernyataan persetujuan tanpa catatan diberikan kalau pernyataan
yang ditanggapi benar-benar dapat diterima tanpa syarat, misalnya karena
isi dan redaksinya baik serta dukungan data/buktinya kuat. Pernyataan
persetujuan tersebut misalnya Saya menyetujui pernyataan Saudara Agus
karena atau Saya rasa pernyataan Saudara Agus dapat diterima karena.
Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam pernyataan persetujuan tanpa
syarat idealnya dieksplisitkan kata-kata yang menunjukkan persetujuan dan
alasan persetujuan yang sejalan atau bahkan menguatkan alasan dalam
pernyataan yang ditanggapi.
Pernyataan persetujuan bersyarat diberikan kalau pernyataan yang
ditanggapi memiliki kelemahan, misalnya karena isi dan redaksi baik, tetapi
dukungan data/buktinya kurang kuat. Pernyataan persetujuan tersebut
misalnya Saya menyetujui pernyataan Saudara Agus dengan catatan bahwa
atau Secara umum pernyataan Saudara Agus dapat saya terima
asalkan.
Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam pernyataan
persetujuan bersyarat idealnya dieksplisitkan kata-kata yang menunjukkan
persetujuan dan syarat yang harus dipenuhi dalam pernyataan yang
ditanggapi.
Pernyataan penolakan (bukan persetujuan) diberikan kalau pernyataan
yang ditanggapi benar-benar tidak dapat diterima, misalnya karena isi dan
redaksinya tidak baik serta dukungan data/buktinya lemah. Pernyataan
bukan persetujuan bersifat bertentangan dengan pernyataan orang lain
sehingga harus ditata sebaik-baiknya agar tidak menimbulkan konflik. Hal itu
mengisyaratkan bahwa pernyataan bukan persetujuan harus santun agar
pemilik pernyataan yang ditanggapi tidak kehilangan muka atau
tersinggung. Terkait dengan hal itu, Leech (2003:160) menyarankan
penggunaan ketidaksetujuan sebagian, bukan ketidaksetujuan mutlak.
Pernyataan bukan persetujuan atau ketidaksetujuan sebagian tersebut
misalnya Secara umum pada pernyataan Saudara Agus terdapat beberapa
hal yang benar, tetapi rasanya kita tetap perlu memertimbangkan
kepentingan yang lebih besar karena... atau Dari sisi A, B, dan C pendapat
saya sejalan dengan pernyataan Saudara Agus, tetapi ada sedikit perbedaan
dalam halkarena. Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam pernyataan
bukan persetujuan sebagian idealnya dieksplisitkan kata-kata yang
menunjukkan persetujuan dan pada bagian akhir dieksplisitkan kata-kata
yang menunjukkan ketidaksetujuan yang disertai dengan alasan yang logis
dan kuat. Pernyataan bukan persetujuan mutlak harus dihindari karena dapat
menciptakan ketidakharmonisan, bahkan konflik personal. Contoh
pernyataan bukan persetujuan mutlak adalah Saya kira sudah jelas bahwa
pernyataan Saudara Agus salah sehingga sama sekali tidak ada alasan untuk
273

menyetujuinya atau Saya rasa jelas bahwa pernyataan Saudara Agus tidak
hanya jelas, tetapi juga berbahaya. Pernyataan demikian menurunkan
martabat orang yang ditanggapi sehingga harus dihindari agar
keharmonisan tetap terjaga.
2) Memilih Komponen Diskusi
Pernyataan persetujuan dan bukan persetujuan yang diuraikan pada
butir 2.1 di depan dapat disampaikan oleh peserta kepada pebicara, peserta
kepada peserta, dan pebicara kepada peserta. Pebicara dan peserta tersebut
merupakan dua di antara empat komponen diskusi. Dua komponen yang lain
adalah moderator dan notulis.
Diskusi yang bersifat formal (resmi) dengan banyak peserta biasanya
dilakukan oleh minimal empat komponen, yaitu pebicara, pemimpin atau
pemandu diskusi (moderator), sekretaris atau penulis diskusi, dan peserta
diskusi. Tiap komponen memunyai tugas khusus. Pebicara, misalnya,
memunyai tugas menyajikan pokok-pokok permasalahan yang akan
didiskusikan.
Pebicara melaksanakan tugas tersebut setelah ia diberi kesempatan
oleh pemandu diskusi untuk berbicara. Biasanya, pokok-pokok permasalahan
disampaikan setelah pebicara mengucapkan salam dan berbasa-basi
sebentar, sebelum berbicara panjang lebar untuk mengembangkan pokokpokok permasalahan.
Pokok-pokok permasalahan merupakan garis besar diskusi yang
dikembangkan berdasarkan topik. Secara sederhana, dalam menyajikan
pokok-pokok permasalahan pebicara dapat mengatakan, misalnya, Pada
kesempatan ini saya akan menyampaikan beberapa hal. Pertama, ..;
kedua..; dan seterusnya.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya pebicara
lupa terhadap pokok permasalahan tertentu atau ketidakruntutan pokokpokok permasalahan, pebicara dapat membuat catatan lebih dahulu tentang
pokok-pokok permasalahan yang akan disajikan. Catatan tersebut harus
dikuasai lebih dahulu dan sebaiknya memang tidak dibaca pada saat
penyajian karena hal tersebut dapat menurunkan kredibilitas pebicara.
Sekarang cermatilah pernyataan-pernyataan berikut! Tulislah S dalam
tanda kurung kalau Anda setuju dan TS kalau tidak setuju!
a) Pebicara
sebelum
b) Dengan
keadaan

yang baik adalah pembicara yang berpikir lebih dahulu


mengutarakan ide-idenya. ()
cara tersebut, ide-ide yang diutarakan sudah dalam
matang dan tertata. ()
274

c) Ide-ide juga perlu disampaikan secara jelas dalam kata-kata


terpilih yang mudah dipahami dan dalam kalimat-kalimat yang
tertata secara baik. ()
d) Dalam menyampaikan hal tersebut, pebicara sebaiknya tidak
berbicara tergesa-gesa. ()
Lalu, bagaimana cara meruntutkan gagasan, pendapat, dan saran?
Pebicara biasanya menggunakan cara berikut. Ketika akan menyampaikan
suatu hal, pebicara mengacu hal yang disampaikan sebelumnya. Pada saat
akan membuat kalimat kedua, misalnya, pebicara merujuk inti kalimat
pertama; pada saat akan membuat kalimat ketiga, pebicara merujuk inti
kalimat kedua; dan seterusnya. Dengan cara itu, kalimat-kalimat pebicara
koheren (maknanya berhubungan). Koherensi tersebut merupakan landasan
terciptanya gagasan, pendapat, dan saran yang runtut.
Di samping itu, pebicara juga dapat menggunakan cara lain, yaitu
menempatkan kata-kata kunci (kata-kata penting) atau penggantinya pada
kalimat berikutnya. Misalnya kalau kalimat pertama pebicara adalah
Perhatian terhadap anak perlu dioptimalkan, kalimat keduanya adalah
Perhatian tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk memfasilitasi
pendidikannya
sebaik-baiknya
atau
Caranya
adalah memfasilitasi
pendidikannya sebaik-baiknya. Perhatikanlah penggunaan kata perhatian
dan akhiran nya dalam kalimat kedua! Dengan cara itu, kalimat-kalimat
pebicara kohesif (unsur-unsur bahasanya, misalnya kata-kata yang
digunakan pebicara, saling berhubungan).
Agar hasilnya baik, diskusi juga harus berjalan dengan baik. Untuk itu,
keberadaan pemandu diskusi yang terampil penting. Apa tugas pemandu
diskusi? Cobalah Anda cermati pernyataan-pernyataan berikut dan tulislah S
dalam tanda kurung kalau sependapat dan TS kalau tidak sependapat!
Pemandu diskusi memunyai tugas sebagai berikut:
a) menyampaikan topik diskusi ()
b) menyampaikan tujuan diskusi ()
c) mengenalkan pebicara ()
d) menyampaikan aturan-main diskusi ()
e) mengatur proses diskusi ()
f) menyimpulkan hasil diskusi. ()
Hal yang penting untuk Anda perhatikan terkait dengan tugas
pemandu diskusi adalah bahwa aturan-main atau tata cara diskusi harus
ditaati. Sering terjadi diskusi menjadi kacau karena aturan-mainnya tidak
ditaati.
Bagaimana aturan-main diskusi? Aturan-main diskusi bersifat fleksibel,
dalam arti bahwa aturan-main dalam diskusi yang satu tidak harus sama
dengan aturan-main dalam diskusi yang lain. Yang penting adalah bahwa
275

aturan-mainnya harus jelas, misalnya diskusi akan berlangsung sekian


menit, diskusi dibagi menjadi sekian sesi, tiap pebicara akan menyajikan
materi sekian menit, penanya hanya boleh mengajukan sekian pertanyaan,
dan per sesi sekian penanya.
Hal yang juga penting untuk Anda perhatikan adalah bahwa pemandu
diskusi harus tegas. Sering terjadi diskusi menjadi kacau karena pemandu
tidak tegas. Misalnya pemandu membiarkan pebicara berbicara melebihi
durasi waktu yang ditentukan dan pemandu membiarkan penanya
menanyakan hal-hal di luar konteks diskusi.
Di samping harus tegas, dalam mengatur diskusi pemandu juga harus
dapat menghargai pendapat orang lain, objektif, adil dalam memberikan
kesempatan bicara, tidak berburuk sangka, dan sebagainya. Sifat-sifat itu
harus ditampakkan ketika diskusi berlangsung agar tidak ada pihak-pihak
tertentu yang merasa dirugikan.
Hal lain yang juga penting untuk Anda perhatikan adalah bahwa
penyimpulan hasil diskusi harus sesuai dengan yang didiskusikan dan tidak
bertele-tele. Simpulan yang baik adalah simpulan yang tepat yang dikemas
dalam kalimat-kalimat yang singkat, lugas, dan mudah dipahami.
Selain pebicara dan moderator, peserta diskusi juga perlu meruntutkan
gagasan, pendapat, dan sarannya. Hal itu penting karena keruntutan
merupakan dasar gagasan, pendapat, dan saran mudah dipahami.
Di samping dapat mengemukakan gagasan, pendapat, dan saran;
peserta diskusi juga dapat mengajukan pertanyaan kalau menurutnya ada
hal yang kurang jelas, kurang tepat, dan sebagainya. Pertanyaan yang
diajukan dalam diskusi adalah pertanyaan untuk memeroleh informasi.
Pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengetes pebicara tidak seharusnya
ditanyakan karena tidak etis.
Pertanyaan yang diajukan juga harus dipertimbangkan bobotnya.
Pertanyaan yang tidak berbobot sebaiknya tidak diajukan agar tidak
mengganggu dan memakan waktu. Di samping itu, pertanyaan yang
diajukan juga harus dilihat relevansinya. Pertanyaan yang tidak relevan
sebaiknya juga tidak diajukan. Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan
adalah bahwa pertanyaan harus dikemas dalam kalimat-kalimat yang
santun, tidak menjatuhkan, dan tidak berkesan menggurui.
Dalam mengajukan pertanyaan, peserta diskusi tidak harus
menggunakan kata-kata tanya seperti apa, kapan, di mana, siapa, mengapa
dan bagaimana. Pertanyaan dengan redaksi yang lain juga dapat diajukan,
misalnya, Mohon dijelaskan sekali lagi hal yang Anda maksudkan dengan.

276

Perlatihan
6) Perhatikan penggalan diskusi antarguru berikut!
Guru 1: Kalau menurut saya, semua kompetensi dasar harus diajarkan meskipun yang di-UNkan hanya kompetensi dasar pada keterampilan membaca dan menulis.
Guru 2:
Tentukan pernyataan persetujuan yang tepat untuk disampaikan oleh
guru 2 sesuai dengan penggalan diskusi tersebut!
7) Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengundang seorang pakar bahasa
Indonesia untuk menjelaskan isu-isu mutakhir kebahasaindonesiaan.
Seratus guru bahasa Indonesia juga diundang dalam forum itu.
Tentukan komponen diskusi yang seharusnya ada!
B. Membaca
Standar kompetensi modul membaca ini adalah memahami wacana
nonsastra. Modul ini membahas (1) memahami berbagai teks, yang meliputi
kalimat topik, kalimat penjelas, ide pokok, dan makna tersirat dalam
penggalan teks; (2) menyimpulkan dan merangkum isi suatu teks; (3)
membedakan fakta dengan opini dalam teks; (4) mengubah sajian grafik,
tabel, atau bagan menjadi uraian.
1. Materi Pembelajaran
a. Memahami Berbagai Teks
Tahukah Anda, apa yang dimaksud dengan teks? Teks merupakan salah satu
bentuk wacana. Sebuah teks, utamanya teks karya ilmiah, terdiri atas
paragraf-paragraf yang kohesif dan koherensif. Paragraf yang kohesif adalah
paragraf yang hanya mengandung sebuah ide pokok atau kalimat topik.
Selanjutnya, paragraf yang koherensif adalah paragraf yang dibangun atas
kalimat-kalimat yang padu.
Sebagaimana Anda pahami, sebuah paragraf terdiri atas beberapa
kalimat. Kalimat-kalimat tersebut dapat dibedakan menjadi kalimat pokok
dan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat pokok adalah kalimat yang
dikembangkan dalam paragraf. Adapun kalimat penjelas adalah kalimatkalimat yang menjelaskan kalimat pokok. Untuk itu, pada uraian berikut ini,
Anda akan mempelajari bagaimana cara menemukan kalimat pokok atau ide
pokok dalam paragraf, menemukan kalimat penjelas yang tidak mendukung
isi paragraf, dan menemukan makna kalimat yang selaras dengan teks
(secara tersirat)
Menemukan kalimat pokok atau ide pokok dalam paragraf
Berdasarkan letak kalimat pokoknya, terdapat empat macam paragraf,
yakni (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf kombinatif,
dan (4) paragraf tanpa kalimat pokok (Akhadiah, S. dkk., 1997). Berdasarkan
277

letak kalimat pokoknya, paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat


pokoknya terletak di awal paragraf, sedangkan paragraf induktif adalah
paragraf yang kalimat pokoknya terletak di akhir paragraf. Bila kalimat pokok
terletak di awal dan akhir paragraf, paragraf tersebut disebut paragraf
kombinatif atau campuran. Selanjutnya, paragraf yang tidak berkalimat
pokok adalah paragraf yang beride pokok. Artinya, dari kalimat-kalimat yang
membangun paragraf tersebut, ternyata tidak ada yang merupakan kalimat
pokok. Namun, dalam paragraf semacam ini terdapat sebuah ide pokok.
Perlu Anda garis bawahi bahwa kalimat pokok bersinonim dengan
kalimat utama atau kalimat topik, yaitu kalimat yang mengandung ide pokok
atau ide utama. Bila ide pokok atau ide utama tidak disusun dalam berarti
dalam paragraf tersebut tidak terdapat kalimat pokok atau kalimat utama.
Perhatikan empat paragraf yang penulis susun berikut ini, kemudian
identifikasi macam paragraf dan temukan kalimat pokok/ide pokoknya!
Diskusikan dengan teman sejawat Anda!
No.

Contoh Paragraf

1.

Untuk meraih sukses, tidak semudah


membalik telapak tangan. Diperlukan kedisiplinan,
kerajinan, dan keuletan. Seorang atlet yang
berprestasi dapat dipastikan memiliki jadwal
berlatih yang ketat. Dia juga dituntut berlatih
dengan rajin, bukan sekadar berlatih. Saat
menghadapi kegagalan, dia dituntut bersikap
sportif, ulet, dan tidak berputus asa.
Umat Islam merayakan Idul Fitri dan Idul
Adha. Umat Kristen dan Katolik merayakan Natal
dan Paskah. Selanjutnya, umat Budha merayakan
Waisak dan Kuningan, sedangkan umat Hindu
merayakan Galungan dan Nyepi. Dari pernyataanpernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap agama memiliki hari besar yang dirayakan
umatnya.
Jadilah pribadi yang ulet dan kokoh. Jangan
pernah menyerah ketika sedang menghadapi
masalah. Anda harus berjuang sekuat tenaga dan
berdoa dengan tekun pada saat-saat sulit.
Singkirkan kata putus asa dari kamus kehidupan
Anda. Tanamkan dalam sanubari Anda bahwa aku
bisa. Itulah pribadi yang ulet dan pantang
menyerah.
Alquran adalah kitab suci umat muslim. Alkitab
adalah kitab suci umat Kristen dan Katolik. Adapun

2.

3.

4.

Macam
paragraf

Kalimat/ide
pokok

278

kitab suci umat Hindu adalah Weda. Selanjutnya,


Tripitaka adalah kitab suci umat Budha.
Dari hasil diskusi terhadap keempat contoh paragraf tersebut, yang manakah
jawaban Anda dari dua pilihan berikut ini?
No.
1.
2.
3.
4.

Pilihan A
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf deduktif
Kalimat pokok pada akhir paragraf=
paragraf induktif
Kalimat pokok pada awal dan akhir
paragraf=paragraf kombinatif atau
campuran
Tidak berkalimat pokok

Pilihan B
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf deduktif
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf induktif
Kalimat pokok pada awal dan akhir
paragraf=paragraf kombinatif atau
campuran
Tidak berkalimat pokok, tetapi beride
pokok.

Dari latihan tersebut, bisakah Anda membedakan apa yang dimaksud


dengan kalimat pokok dan apakah yang dimaksud dengan ide pokok? Ya,
kalimat pokok adalah kalimat yang mengandung ide pokok, sedangkan ide
pokok adalah ide utama yang dikembangkan dalam sebuah paragraf. Untuk
memperdalam pemahaman tentang ide pokok dalam sebuah paragraf,
perhatikan contoh paragraf yang penulis susun berikut ini!
Paragraf 5:
Udara di tempat ini bersih dan segar. Angin berhembus membelai wajahku. Desiran ombak
menyentuh gendang pendengaranku dengan lembut. Kepak camar bagaikan tarian gadis-gadis
lincah. Sesekali camar-camar itu menukikkan paruhnya untuk menyambar mangsa.
Paragraf tersebut dibangun atas empat kalimat. Bila diperhatikan,
tidak ada satu pun kalimat yang merupakan kalimat pokok. Namun, kalimatkalimat yang membangun paragraf tersebut membahas sebuah ide pokok,
yakni keadaan di pantai.
Langkah-langkah mengidentifikasi kalimat pokok atau ide pokok
Berikut ini, langkah-langkah mengidentifikasi kalimat pokok atau ide
pokok. Langkah pertama, baca kalimat awal paragraf dan kalimat akhir
paragraf. Langkah ini digunakan untuk menemukan kalimat pokok paragraf
deduktif, induktif, atau kombinatif. Langkah kedua, jika dengan langkah
tersebut, Anda tidak menemukan kalimat pokok, bacalah seluruh kalimat
yang membangun paragraf tersebut! Langkah ini digunakan untuk
menemukan ide pokok dalam paragraf tanpa kalimat topik. Praktikkan kedua
langkah tersebut untuk membaca paragraf berikut ini!
Paragraf 6:
Pertama, siapkan bahan berupa 10 buah pisang kepok, tepung terigu,
279

garam, dan gula secukupnya, keju parut, dan minyak goreng. Kedua, kupas
pisang dan belah dua secara memanjang. Ketiga, masukkan tepung terigu,
sedikit garam dan gula, kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit dan aduk
hingga menjadi adonan. Keempat, panaskan minyak di wajan. Kelima, masukkan
potongan pisang ke adonan. Keenam, goreng pisang yang terbalur adonan, balikbalik sampai berwarna kekuningan. Ketujuh, angkat pisang goreng tersebut dan
letakkan di piring serta taburkan keju parut di atasnya.
Untuk mempraktikkan langkah-langkah tersebut, jawab pertanyaanpertanyaan berikut ini!
No.
1.
2.

3.

Pertanyaan atau perintah


Terdiri atas berapa kalimatkah paragraf
kedua tersebut?
Cermati kalimat pertama dan/atau
kalimat terakhir paragraf tersebut dan
adakah yang merupakan kalimat topik
dalam paragraf tersebut?
Baca kalimat-kalimat dalam seluruh
paragraf dan tuliskan ide pokoknya!

Jawaban
Paragraf tersebut terdiri atas tujuh
kalimat
Tidak ada yang berupa kalimat topik.

Ide pokok paragraf tersebut adalah


langkah-langkah membuat pisang
goreng.

Menemukan kalimat penjelas yang tidak mendukung isi paragraf


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sebuah paragraf terdiri
atas kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Dalam bagian ini, dibahas
kalimat penjelas. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berfungsi
menjabarkan kalimat pokok. Kalimat penjelas, dari segi makna, tidak bisa
berdiri sendiri. Artinya, kalimat tersebut ada keterkaitannya dengan kalimat
sebelum atau sesudahnya. Hal ini berbeda dengan kalimat pokok. Kalimat
pokok memerlukan penjelasan atau pengembangan. Dari segi makna,
kalimat pokok mampu berdiri sendiri. Perhatikan dua contoh kalimat berikut
ini! Manakah yang merupakan kalimat pokok dan manakah yang merupakan
kalimat penjelas?
Contoh kalimat:
1. Kalimat dalam bahasa Indonesia minimal terdiri atas subjek dan
predikat.
2. Sebagai contoh, jeruk dan nanas merupakan buah yang mengandung
vitamin C.
3. Hiv aids merupakan penyakit menular dan sulit disembuhkan.
4. Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos.
5. Untuk menjaga stamina tubuh, konsumsilah buah-buah yang
mengandung vitamin C.
6. Kedua kata itu berasal dari bahasa Latin.
Tulis jawaban Anda pada kolom berikut ini!

280

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kalimat pokok

Kalimat penjelas

Guna meningkatkan pemahaman Anda tentang kalimat penjelas,


perhatikan contoh berikut ini! Kalimat penjelas bernomor berapakah yang
tidak mendukung isi paragraf?
Paragraf 7:
(1) Deteksi dini penyakit epilepsi masih sulit dilakukan. (2) Alat pendeteksi epilepsi
belum dijual di pasar bebas. (3) Sebab, masih ditemukan banyak pasien baru berobat
setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun menderita epilepsi. (4) Dr. dr. Kurnia
menyatakan, Mungkin, banyak masyarakat tidak paham gejala epilepsi. Epilepsi masih
dianggap penyakit biasa.
Sumber: Jawa Pos, 6 Mei 2012, hlm. 44 (modifikasi)
Menemukan makna kalimat yang selaras dengan teks (secara
tersirat)
Untuk menemukan makna kalimat yang selaras dengan teks, Anda
hendaknya membaca penggalan teks, misalnya sebuah paragraf dengan
cermat. Hal ini dilakukan karena makna tersebut diungkapkan secara
tersirat. Agar memahami dengan baik, perhatikan contoh berikut ini!
Diskusikan jawaban Anda dengan teman!
Paragraf 8:
Tidak butuh waktu lama bagi penyakit untuk menyerang tubuh perokok. Salah satunya
adalah hipertensi. Perokok aktif bisa terserang penyakit tersebut dalam kurun waktu lima
tahun.
Sumber: Jawa Pos, Minggu, 7 Oktober 2012, hlm.29 (dengan moodifikasi)
Kalimat berikut ini yang tidak selaras dengan maksud paragraf tersebut
adalah ...
A. Tidak butuh waktu lama bagi penyakit untuk menyerang tubuh perokok
B. Salah satunya adalah hipertensi.
C. Hipertensi disebut juga darah tinggi.
D. Perokok aktif bisa terserang penyakit tersebut dalam kurun waktu lima
tahun.
Perlatihan
1. Cari contoh paragraf, kemudian tentukan kalimat pokok paragraf
tersebut!
2. Tulis sebuah paragraf yang di dalamnya terdapat sebuah kalimat
penjelas yang tidak mendukung isi paragraf tersebut!
281

3. Cari contoh paragraf yang tidak berkalimat pokok, tetapi beride


pokok!
4. Dari contoh paragraf pada soal nomor 3, susun pertanyaan pilihan
ganda untuk mengukur makna kalimat yang selaras dengan isi
paragraf (makna tersirat)!
b. Menyimpulkan dan Merangkum Isi Suatu Teks
Masih ingatkah Anda tentang macam paragraf berdasarkan letak
kalimat utamanya? Ya, ada empat macam paragraf, yakni paragraf deduktif,
induktif, kombinatif (campuran), dan paragraf tanpa kalimat utama. Berikut
ini, Anda akan mempelajari macam teks dan
paragraf berdasarkan
tujuannya.
Berdasarkan tujuannya, teks bisa berupa narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi (Keraf, 1984; Keraf, 1985; Finoza, 1998). Narasi
adalah teks yang bertujuan menceritakan suatu peristiwa secara kronologis.
Adapun deskripsi adalah teks yang melukiskan atau menggambarkan
sesuatu atau seseorang secara rinci sehingga pembaca dapat
membayangkan atau seolah-olah merasakan apa atau siapa yang
dideskripsikan. Selanjutnya, eksposisi adalah teks yang berdasarkan fakta
dan/atau data serta bertujuan menambah atau memperluas pengetahuan
pembaca sesuai dengan isi paparan. Guna memperjelas keterangan atau
data/dan atau fakta yang dikemukakannya, penulis dapat menampilkannya
dalam bentuk tabel, diagram, gambar, foto, dan sebagainya. Kemudian,
argumentasi adalah teks yang berisikan fakta dan/atau data disertai dengan
argumen-argumen yang logis disertai dengan bukti-bukti yang akurat.
Persuasi adalah teks yang bertujuan mempersuasi atau membujuk pembaca
sehingga melakukan sebagaimana yang dikehendaki penulis.
Sebuah teks terdiri atas paragraf-paragraf. Berdasarkan pernyataan
tersebut, penggalan teks narasi bisa berupa paragraf-paragraf naratif.
Berikutnya, penggalan teks deskripsi bisa berupa paragraf-paragraf
deskriptif. Demikian pula, ada paragraf ekspositoris, paragraf argumentatif,
dan paragraf persuasif.
Pada saat membaca teks atau penggalan teks, Anda sebaiknya
menentukan lebih dulu tujuan membaca yang akan dicapai. Apakah dia
bertujuan memahami isi teks, menemukan ide pokok, atau bermaksud
menyimpulkan dan merangkum isi teks. Dalam bagian ini dibahas membaca
dengan tujuan menyimpulkan dan merangkum isi teks.
Apakah yang dimaksud dengan simpulan? Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008:1310), simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan atau hasil
menyimpulkan. Menyimpulkan adalah menyarikan pendapat berdasarkan
apa-apa yang diuraikan dalam karangan. Untuk menyimpulkan isi penggalan
282

teks, pembaca hendaknya membaca penggalan teks tersebut secara


intensif. Dengan membaca intensif, pembaca diharapkan memahami isi
penggalan teks tersebut. Dengan pemahaman yang tepat, pembaca akan
dapat menyimpulkan isi penggalan teks yang dibacanya. Perhatikan contoh
berikut ini!
Penggalan teks 1
Kesadaran masyarakat akan pentingnya alat tukar yang tidak bersifat fisik,
baik kertas maupun logam, mulai tumbuh sejak 2005. Bank Indonesia pada 206
kemudian mencanangkan gerakan mengurangi uang tunai untuk menuju
masayarakat dengan alat tukar elektronik.
Pada 2007, mulai bermunculan produk uang elektronik (uang- e, emoney)
sebagai terjemahan teknis atas cita-cita itu. Sebut saja kartu Flazz dari Bank BCA
atau e-Toll dari Bank Mandiri. Kemudian, operator telepon seluler pun ikut ambil
bagian, yakni dengan munculnya Tcash dari telkomsel.
Sumber: Kompas, 2012:33
Untuk menyimpulkan isi teks tersebut, temukan kalimat pokok atau ide
pokok tiap paragraf. Selanjutnya, bila dianggap perlu, temukan kalimat
penjelas atau ide penjelas yang mayor yang menjelaskan kalimat pokok atau
ide pokok tiap paragraf. Nah, untuk menyimpulkan isi penggalan teks
tersebut, berikut ini hasilnya.
Paragraf ke1
2

Kalimat pokok
Kesadaran masyarakat akan
pentingnya alat tukar nonfisik tumbuh
sejak 2005.
Pada 2007, mulai bermunculan
produk uang elektronik.

Simpulan isi penggalan teks


Kesadaran masyarakat akan
pentingnya alat tukar nonfisik
tumbuh sejak 2005 dan pada
2007, mulai bermunculan produk
uang elektronik.

Guna meningkatkan kemampuan Anda, baca penggalan teks berikut


ini! Kemudian, rumuskan simpulan isi penggalan teks tersebut!
Penggalan teks 2
Anyer dan Carita boleh jadi akan langsung disebut manakala orang membicarakan
keindahan pantai barat Banten. Namun, selain kedua pantai tersohor di pesisir Selat
Sunda tersebut, Banten juga memiliki jajaran pantai lain yang tak kalah elok di sisi selatan
yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.
Pantai yang membentang di pesisir selatan Banten itu nyaris masih perawan.
Panorama pantai dapat dilihat hampir dari berbagai penjuru karena masih sedikitnya
bangunan yang berdiri di sekitar pantai.
Berwisata ke pesisir selatan Banten, mata pelancong akan termanjakan oleh debur
gelora ombak biru Samudra Hindia memecah karang-karang yang berdiri angkuh di
perairan. Hamparan pasir halus di pantai yang tersambung dengan areal ladang, rimbun
semak, perdu, dan pepohonan pun semakin menggenapi keasrian alam.
Sumber: Kompas, 2012:26
283

Tuliskan hasil kerja Anda pada tempat yang disediakan.


Paragraf ke1
2
3

Kalimat pokok/ide pokok

Rangkuman isi penggalan teks

Selanjutnya, tujuan membaca yang akan diuraikan berikut ini adalah


untuk merangkum isi teks. Apakah yang dimaksud dengan rangkuman?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1142), rangkuman adalah
ringkasan; ikhtisar dari sebuah uraian. Merangkum adalah meringkas teks
dalam bentuk-bentuk pokok saja. Agar dapat merangkum teks yang
dibacanya, pembaca hendaknya membaca intensif teks, memahami isi teks,
dan mampu menyarikan isi teks. Perhatikan contoh berikut ini!
Penggalan teks 3
Kemiskinan bukan untuk dihadapi dengan pasrah, melainkan memicu semangat
seseorang untuk mengubah nasibnya agar menjadi lebih baik. Dasar pemikiran yang
demikianlah yang menjadi pendorong bagi Tamrin untuk bekerja lebih keras, guna
menaklukkan kesulitan hidup.
Tamrin, warga Desa Ungga, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat, memilih menekuni kerajinan perak. Tekad itu disambut teman
sekampung Tamrin, yang lalu mengajak dia bekerja pada sentra kerajinan perak di
Singapadu, Sukowati, Gianyar, Bali pada 1995. Tamrin menjadi pekerja magang pada
sentra kerajinan perak di desa tersebut.
Rangkuman: Kemiskinan harus ditaklukkan oleh Tamrin dengan menekuni kerajinan
perak.
Perlatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Cari penggalan teks minimal dua paragraf! Kemudian, simpulkan isi
penggalan teks tersebut!
2. Cari penggala teks minimal tiga paragraf! Tulis rangkuman dari
penggalan teks tersebut!
c. Membedakan antara Fakta dan Opini dalam Teks
Di dalam materi sebelumnya dalam modul ini telah dijelaskan bahwa
berdasarkan sifatnya, ada lima bentuk tulisan, yakni (1) narasi, (2) deskripsi,
(3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi. Di dalam tulisan eksposisi
dan argumentasi, penulis menyajikan data dan fakta. Pada tulisan eksposisi,
data dan fakta untuk memperjelas isi tulisan tersebut sehingga mudah
dipahami pembaca, sedangkan dalam tulisan argumentasi, data dan fakta
dimanfaatkan penulis sebagai bukti guna memperkuat pendapatnya
sehingga pembaca dapat diyakinkan penulis. Selain fakta dan data, dalam
284

sebuah tulisan, terdapat pula opini atau pendapat penulis atau pihak lain
yang pendapatnya dikutip penulis. Dari penjelasan tersebut, apakah yang
dimaksud dengan fakta dan pakah yang dimaksud dengan opini?
Sebuah fakta didukung oleh bukti. Fakta bersifat objektif, tidak
mengandung penilaian pribadi. Objektivitas fakta bisa berupa data historis,
data penelitian ilmiah, atau data statistik (Kirn dan Hartmann, 2007:22).
Guna memperjelas pengertian fakta, perhatikan contoh berikut ini!
Paragraf 9
Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2012 menjadi
120.000 kursi. Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi. Penambahan kuota karena ada perguruan
tinggi negeri baru dan beberapa program studi baru PTN.
Fakta: (1) Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2012
menjadi 120.000 kursi. (2) Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi.
Selanjutnya, apakah yang dimaksud dengan opini? Menurut Kirn dan
Hartmann (2007:22), opini didasarkan atas pendapat, keyakinan, atau
perasaan individul. Opini adalah kesimpulan atau keputusan personal dan
subjektif. Agar jelas pemahaman Anda tentang opini, perhatikan contoh
berikut ini!
Paragraf 10
Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya mendapatkan air tawar.
Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi penduduk di pulau-pulau terpencil di
Kabupaten Maluku Barat Daya. Tak jarang, rebutan air tawar lalu memicu pertengkaran.
(Sumber: Kompas, 2012:1)
Opini: (1) Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya mendapatkan air
tawar. (2) Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi penduduk di pulau-pulau
terpencil di Kabupaten Maluku Barat Daya. (3) Tak jarang, rebutan air tawar lalu memicu
pertengkaran.
Dari kedua contoh tersebut, apakah yang dapat Anda simpulkan
tentang fakta dan opini dalam sebuah paragraf? Ya, dalam sebuah paragraf
bisa terdapat fakta saja atau opini saja. Namun, dalam sebuah paragraf bisa
terdapat fakta dan opini.
Perlatihan
1. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta saja!
2. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung opini saja!
3. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta dan opini!
d. Mengubah Sajian Grafik, Tabel, atau Bagan Menjadi Uraian
Pada materi sebelumnya dalam modul ini telah disampaikan bahwa
dalam tulisan eksposisi dan argumentasi, penulis bisa menyajikan grafik,
tabel, atau bagan. Ketiga bentuk penyajian visual tersebut dimaksudkan
285

sebagai penunjang penjelasan bagi


pembuktian dalam tulisan argumentasi.

tulisan

eksposisi

dan

sebagai

Pada materi selanjutnya dalam modul ini, dibahas bagaimana pembaca


mengubah sajian grafik, tabel, dan bagan menjadi uraian. Sebelumnya, akan
diuraikan lebih dulu apakah yang dimaksud dengan grafik, tabel, dan bagan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), grafik adalah lukisan
pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar (tentang turun
naiknya hasil, statistik, dan seterusnya). Perhatikan contoh grafik berikut ini!

6
5
4
Siswa PAUDNI

Siswa SD/SMP/SMA
Mahasiswa

2
1
0
McDogel

KECE FC

AW Lah

MrDoel

Grafik 1 Konsumen Makanan Siap Saji di Surabaya


Adapun tabel didefinisikan sebagai daftar berisi ikhtisar sejumlah
(besar) data informasi yang biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang
tersusun secara bersistem urut ke bawah di lajur dan deret tertentu dengan
garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak. Perhatikan contoh
tabel berikut ini!
Tabel 1 Ragam Bahasa
Dasar penggolongan
Pokok pembicaraan

Media pembicaraan

Ragam Bahasa
1.
Ragam bahasa undang-undang
2.
Ragam bahasa jurnalistik
3.
Ragam bahasa ilmiah
4.
Ragam bahasa sastra
1.
Ragam lisan:
o
Ragam bahasa cakapan
286

o
o
o
2.
o
o
o
o
Hubungan antarpembicara bahasa 1.
2.
3.
4.

Ragam bahasa pidato


Ragam bahasa kuliah
Ragam bahasa panggung
Ragam tulis:
Ragam bahasa teknis
Ragam bahasa undangundang
Ragam bahasa catatan
Ragam bahasa surat
Ragam bahasa resmi
Ragam bahasa akrab
Ragam bahasa agak resmi
Ragam bahasa santai

Tabel tersebut dibuat berdasarkan wacana berikut ini.


Wacana 1:
Ragam Bahasa
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam bahasa undang-undang
2. Ragam bahasa jurnalistik
3. Ragam bahasa ilmiah
4. Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
2. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibedakan menurut akrab
tidaknya pembicara:
1. Ragam bahasa resmi
2. Ragam bahasa akrab
3. Ragam bahasa agak resmi
4. Ragam bahasa santai.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
Selanjutnya, yang dimaksud dengan bagan adalah gambar rancangan,
skema, alat peraga grafik untuk menyajikan data agar mempermudah
penafsiran. Agar jelas bagi Anda, perhatikan contoh bagan berikut ini!

287

Bagan 1: Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak


Pertanyaan
yang
diajukan
sekarang
adalah
bagaimanakah
membahasakan bagan tersebut? Jika diperhatikan, bagan tersebut berjalan
searah dengan jarum jam. Karena itu, pembaca hendaknya mencermati
kotak paling atas yang berbunyi, Faktor penentu keberhasilan menyimak.
Selanjutnya, faktor-fakor apa sajakah yang berpengaruh terhadap
keberhasilan menyimak seseorang. Berdasarkan bagan tersebut, faktorfaktor yang menentukan keberhasilan menyimak searah dengan jarum jam
adalah (1 pembicara, (2) pembicaraan, (3) situasi, dan (4) penyimak.
Perlatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Baca dengan cermat tabel berikut ini!
No.
1.
2.
3.
4.

Bahan pokok
Gula
Telur
Beras C4
Kacang tanah

Tabel 2 Dampak Kenaikan Harga BBM


Harga lama per kilo
Harga baru per kilo
Rp 11.000,00
Rp 12.000,00
Rp 13.500,00
Rp 14.500,00
Rp 7.200,00
Rp 7.500,00
Rp 14.500,00
Rp 16.000,00

Tulis sebuah paragraf eksposisi tentang isi tabel tersebut!


2. Buat tabel susunan acara televisi berdasarkan data sebagai berikut.
RCTI pada pukul 04.30 menayangkan Seputar Indonesia, kemudian,
pada pukul 06.00, Go Spot. Film keluarga berjudul Barbie and The
Magic of Pegasus ditayangkan pukul 07.00. Acara berikutnya adalah
Dahsyat (09.00, live), Indonesian Idol 2012 Spektakuler Show 2.

288

C. Menulis
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun ini.
Kali ini Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis. Di bawah ini
disajikan deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengungkapkan wacana
tulis nonsastra. Berdasar SK tersebut diturunkan kompetensi dasar (KD)
sejumlah enam. Keenam KD yang dimaksudkan adalah di bawah ini.
a) Menulis pesan singkat dan surat,
b) Menulis teks berita,
c) Menulis slogan, poster, dan iklan baris,
d) Menulis karya ilmiah,
e) Menulis paragraf,
f) Menulis kalimat dan penggunaan ejaan.
2. Materi Pembelajaran
a. Menulis Pesan Singkat (Memo)
Memo merupakan pesan singkat tentang pokok persoalan yang
disampaikan seseorang kepada orang lain. Pesan singkat tersebut biasanya
disampaikan atasan kepada bawahan, antarteman sejawat. Pesan singkat
juga dapat disampaikan antarteman dalam satu sekolah. Dalam institusi
tertentu, misalnya kantor, biasanya disiapkan papan tulis untuk menuliskan
pesan singkat (memo) ini. Namun juga dapat ditulis pada selembar kertas.
Memo disampaikan kepada orang lain biasanya karena alasan waktu yang
mendesak dan tidak mungkin dapat bertemu.
Memo ditulis seseorang kepada orang lain dengan harapan pesan yang
ingin disampaikan segera tersampaikan kepada sasaran. Karena alasan
cepat itulah, maka memo harus ditulis dengan bahasa yang singkat dan
mudah dipahami oleh orang lain, terutama penerima pesan tersebut.
Bentuk penulisan memo juga sederhana. Perhatikan contoh format
bentuk memo di bawah ini. Jika diperhatikan, unsur yang harus ada dalam
memo adalah judul, tanggal penulisan, dari (pembuat memo), kepada (orang
yang dituju), isi memo, nama terang pembuat memo. Perhatikan format
memo di bawah ini.
Kepala Memo
MEMO
7 Oktober 2012
Dari
: Kepala
Kepada :

Kepala,
Nama Terang

289

Perhatikan dua pesan singkat (memo) di bawah ini. Memo seperti ini
sering dijumpai di ruang redaksi majalah sekolah, tertulis di selembar kertas
yang ditempelkan di papan pengumuman.

MEMO
To: Wulan
1 Februari 2007
Wulan, cepat diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci mejaku.
Sore hari, pukul 16.00 Wib kita ketemu.
Ttd.
Novi

MEMO
Dari: Pimred
Kepada: Wulan
1 Februari 2007
Wulan, tolong diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci meja
saya. Sore hari, pukul 16.00 Wib kita bertemu di ruang redaksi.Terima kasih.
Ttd.
Novi

Dari kedua pesan singkat (memo) di atas, dapat diketahui dengan mudah
mana memo yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang sopan (santun)
dan mana yang kurang sopan.

290

b. Menulis Surat
1). Menulis Surat Pribadi
Komunikasi antarmanusia dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Telepon adalah salah satu cara yang dipilih untuk berkomunikasi. Namun,
jauh sebelum telepon ditemukan, orang berkomunikasi dengan orang lain
yang jaraknya jauh menggunakan surat.
Setiap orang pasti pernah menulis surat pribadi kepada siapa pun,
misalnya kepada orang tua, paman-bibi, atau sahabat. Surat pribadi dapat
berisi apa saja. Panjang-pendeknya juga tidak ditentukan. Dalam hal ini,
yang harus diperhatikan adalah terbangunnya komunikasi.
Di bawah ini disajikan bagian-bagian kosong (format) dalam surat
pribadi.
(1)
(2)
(3) ..
(4)

(5)

(6)

(7)
(8) .

Keterangan:
1. Tulislah tempat dan tanggal penulisan
Misalnya: Surabaya, 17 September 2012
2. Alamat surat yang dituju.
Misalnya: Yang tersayang Rina
di Banjarmasin
Yang tercinta Ayah dan Ibu
di Manado
291

3. Salam pembuka
Anda dapat menulis salam apa saja, misalnya salam hormat, selamat
pagi, salam rindu selalu, assalamu alaikum, atau salam manis
4. Biasanya berupa kabar dan kondisi. Penulis surat akan menyampaikan
kabar dirinya dan sekaligus dapat menanyakan kabar penerima surat.
5. Berita
Pada bagian ini ditulis dan disampaikan berita penting atau isi surat ini.
Misalnya, jika Anda menulis surat kepada Ibu atau Bapak yang
kebetulan tidak sekota, pada bagian ini tertulis maksud pengirim
surat, apakah mau minta uang untuk beli buku, atau permintaan izin
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
6. Berita lain atau cerita lain
Jika ingin menyampaikan hal-hal lain, sampaikan sesudah maksud
utama sudah disampaikan pada bagian ini, misalnya bercerita tentang
sahabat yang lucu, atau cerita-cerita lain.
7. Penutup surat
8. Salam penutup, tanda tangan, dan nama terang pengirim
2). Menulis Surat Resmi
Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai anggota masyarakat Anda tentu
pernah menerima surat dari sekolah, tempat kerja, pengurus RT, atau
instansi lain. Surat-surat tersebut tergolong surat resmi karena dikirim oleh
instansi, lembaga, atau organisasi. Jadi, tidak dikirim oleh individu atau
perseorangan. Coba Anda perhatikan contoh berikut ini!
SMP NEGERI .......
Jalan ...............................................................
Nomor
Lampiran
Hal

: 100/SMP/II/2012
: Tidak ada
: Ucapan terima kasih

26 Maret 2012

Yth. Budi Darmawan


Pemimpin Redaksi Harian ....
Jalan ....
Surabaya
Dengan hormat,
Dengan ini kami mengucapkan terima kasih atas perkenan dan sambutan
Bapak dalam menerima siswa-siswi kami untuk mengetahui lebih dekat proses
penerbitan surat kabar di Harian ........ pada tanggal 22 Maret 2012. Pengalaman dan
pengetahuan itu sangat bermanfaat bagi siwa-siswi kami sebagai bekal hidup di
masyarakat kelak. Kami berharap kerjasama ini dapat lestari.
Atas perhatian dan kerjasama Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Salam takzim,
Kepala SMP Negeri ....,
292
Drs. Danur Widodo, M.Pd.
NIP 19.....

Contoh surat di atas menggunakan format lama (setengah lurus). Agar


lebih jelas pemahaman Anda terhadap format tersebut, perhatikan format
surat model lama yang dikenal dengan sebutan format lama (setengah lurus)
berikut ini.

Kepala Surat

Nomor
Lampiran
Hal

:
:
:

.......Tanggal

Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
..............................
. ................................
..
..............................
..............................
..
...........................
...............................

Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup

Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)
Tembusan:
293

Sekarang coba Anda perhatikan dua contoh di bawah ini yang samasama menggunakan format baru, tetapi yang satu menggunakan format
setengah lurus dan satunya lagi menggunakan format lurus.

SMP NEGERI .................


Nomor
Lampiran
Hal

Jalan ..................................Surabaya
: 60/052/SLTP/2012
: Tidak ada
: Undangan

18 April 2012

Yth. Bapak Sumarwoto Dirjo


di Surabaya
Dengan hormat,
Sehubungan dengan rencana pembentukan Komite Sekolah, kami mengundang Bapak
selaku tokoh masyarakat di .............. Surabaya untuk menghadiri rapat pembentukan Komite
SMP .... Surabaya. Rapat tersebut akan diselenggarakan pada:
hari, tanggal : Selasa, 20 April 2012
pukul
: 08.00 s.d. selesai
tempat
: Aula SMP .... Surabaya
Mengingat pentingnya acara tersebut, kehadiran Bapak sangat kami harapkan.
Demikian undangan ini, atas kehadiran Bapak kami ucapkan terima kasih.

Kepala,

Drs. M. Yasin Salam, M.Pd.


NIP 19

Contoh surat resmi di atas jika dilihat dari segi formatnya akan terlihat
seperti di bawah ini, yang biasa disebut format baru (setengah lurus).

294

Kepala Surat
Nomor
Lampiran
Hal

:
:
:

Tanggal

Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
... .................................
. ......................................
..
... .................................
....................................
..
.................................
.....................................

Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup

Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)

Perhatikan lagi contoh berikut.

295

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS)


SMP NEGERI 2 PANGKAJENE
Jalan Andi Mauraga No. 82 Labakkang-Pangkep-Sulawesi Selatan
Nomor
Lamp.
Hal

: 031/OSIS/SMP 2/2012
: Tidak ada
: Permohonan izin

1 Desember 2012

Yth. Gading Darma


Kepala Desa Harapan Jaya
Kecamatan Labakkang
Kabupaten Pangkep
Dengan hormat,
Sehubungan dengan akan diselenggrakannya kemah bakti siswa-siswi SMP Negeri
2 Labakkang di wilayah Bapak, kami mengajukan permohonan izin menggunakan Lapangan
Desa Harapan Jaya dan lingkungan sekitarnya.
Adapun waktu pelaksanaannya:
hari
: Sabtu s.d. Minggu
tanggal
: 15 16 Desemser 2012.
Kami berharap Bapak berkenan memberikan izin pada kami untuk menggunakan
sarana-sarana tersebut. Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami mengucapkan terima
kasih.
Mengetahui
Pembina OSIS,
Drs. Muhammad Reza
NIP 19 .

Ketua OSIS,
Verry Laude

Tembusan:
1. Kepala SMP Negeri 2 Labakkang
2. Kepala Kepolisian Sektor Kecamatan Labakkang

Jika diformatkan contoh di atas akan tampak seperti format di bawah


ini.

296

Kepala Surat

Nomor
Lampiran
Hal

:
:
:

Tanggal

Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
.................................
................................... .
..
.................................
.................................
..
..............................
.................................

Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup

Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)
Tembusan

Setelah Anda memperhatikan ketiga contoh surat resmi di atas yang


menggunakan model surat atau format surat berbeda, Anda tentu dapat
menyimpulkan bagaimana cara menuliskan atau mengisi bagian-bagian
surat resmi, sekaligus mengetahui ciri surat resmi tersebut, yang secara
terperinci terlihat berikut ini.
(1)
Dalam surat resmi kertas yang dipakai selalu kertas yang ber-kop atau
berkepala surat. Unsur-unsur yang terdapat dalam kepala surat adalah:
logo, nama, alamat, nomor kotak pos (PO BOX) dan kode pos, serta
nomor telepon dan faksimil (jika ada).
(2)
Tanggal surat yang ditulis adalah tanggal, bulan, dan tahun. Hal ini
berbeda dengan surat pribadi yang selalu mencantumkan nama kota
297

(3)
(4)
(5)
(6)

(7)

(8)
(9)

(10)
(11)

pengirim. Mengapa nama tidak dicantumkan? Tentu karena sudah ada


dalam kop surat.
Nomor surat mutlak harus ada dalam surat resmi. Jika Anda perhatikan
ketiga contoh surat resmi di atas, minimal yang ada dalam nomor surat
adalah nomor urut surat, identitas lembaga/instansi, dan tahun surat.
Lampiran bisa ada bisa juga tidak ada. Hal ini sesuai dengan keperluan
surat tersebut.
Hal atau perihal surat perlu dicantumkan, yaitu berisi isi singkat maksud
surat yang dikirimkan.
Alamat surat tidak perlu diawali dengan Kepada tetapi cukup dituliskan
Yth. atau Yang terhormat. Jika surat itu ditujukan kepada organisasi
atau perusahaan, maka penulisan Yth. atau Yang terhormat tidak
diperlukan.
Salam pembuka seperti halnya salam penutup, tidaklah wajib. Salam
pembuka merupakan sapaan hormat penulis surat sebelum ia
mengemukakan persoalannya. Ungkapan yang bisa dipergunakan untuk
salam pembuka, di antaranya adalah: Dengan hormat, Bapak ... yang
terhormat, Salam pramuka, Salam sejahtera, atau Assalamualaikum wr.
wb.
Isi surat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pembuka, inti surat, dan
penutup.
Salam penutup sifatnya tidak wajib. Banyak surat dinas pemerintah
yang tidak menggunakannya. Salam penutup berguna untuk
menunjukkan keakraban atau rasa hormat penulisnya. Kata-kata yang
biasa digunakan adalah: Wassalam, Salam takzim, Salam hormat, atau
Hormat kami.
Jabatan, Tanda Tangan, Cap, Nama Terang, dan NIP bagi Surat Resmi
Pemerintah dicantumkan dengan jelas.
Tembusan boleh ada, boleh tidak.
3. Perlatihan
a) Anda adalah anak pindahan dari sekolah lain. Setelah sebulan di
sekolah yang baru, Anda ingin menulis surat kepada sahabat Anda di
sekolah lama. Anda ingin menulis tentang banyak hal yang baru yang
Anda jumpai di sekolah baru. Buatlah sebuah surat pribadi kepada
sahabat Anda tersebut!
b) Anda adalah pengurus OSIS sekolah. Pada bulan Oktober ini sekolah
Anda akan mengadakan kegiatan bulan bahasa. Anda akan
mengundang pengurus OSIS untuk rapat persiapan pembentukan
panitia bulan bahasa tersebut. Buatlah undangan rapat tersebut.

c. Menulis Teks Berita

298

Setiap orang adalah wartawan. Setiap orang berpeluang menjadi


penyampai berita. Tetapi, tidak setiap orang memiliki media yang dapat
digunakan sebagai media untuk menyampaikan beritanya.
Di bawah ini disajikan sebuah teks berita, sebuah berita yang ditulis
oleh seorang wartawan dan dimuat pada sebuah media (baca: Jawa Pos).
Perhatikan kutipan berita di bawah ini.
Guru Protes Syarat Kenaikan Pangkat
Jakarta Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Permen PAN) Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya akan diberlakukan. Tetapi, sebagian isi permen tersebut kini
disoal oleh para guru yang tergabung dalam Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Yang menjadi
keberatan mereka, dalam permen itu disebutkan, setiap naik golongan kepangkatan, guru wajib membuat
artikel yang dimuat di media massa.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi FSGI Ujang Subiatun menjelaskan, aturan yang diwajibkan
para guru membuat artikel dan dimuat di media massa itu memberatkan guru. Apalagi selama ini di kuliah
tidak diajarkan menulis karya ilmiah popular, ujarnya di Jakarta kemarin (4/10). Ujang menjelaskan,
kompetensi guru meliputi, antara lain, pedagogis, (kepribadian, red-penulis) sosial, dan profesional.
Ujang lantas menjelaskan ketentuan kenaikan pangkat guru yang diatur dalam permen PAN itu.
Guru dengan golongan kepangkatan III-a yang ingin naik menjadi III-b wajib membuat tiga makalah yang
berkaitan dengan bidang ajarnya. Selanjutnya, untuk kenaikan dari III-b ke III-c, guru wajib menulis artikel
dan dimuat di koran atau majalah yang resmi, baik level nasional maupun lokal. Ketentuan seperti itu juga
berlaku untuk usul kenaikan golongan kepangkatan dari III-c ke III-d. Khusus untuk kenaikan dari III-d ke
IV-a, guru wajib membuat penelitian dan hasilnya diterbitkan di jurnal yang memiliki ISSN (International
Standard Serial Number) keluaran LIPI. Menurut Ujang, aturan penulisan artikel popular di koran dan
majalah harus didahului dengan pemberian bekal. (wan/c6/nw)
Dikutip dari Jawa Pos, Rabu, 5 Oktober 2011
Berita amat akrab dengan kehidupan kita semua. Tidak ada hari tanpa
berita. Tidak ada seorang pun yang vakum dari berita. Kita tidak dapat
menghindar dari berita. Dengan demikian, berita adalah bagian integral dari
kehidupan manusia.
Berita atau warta secara leksikal berarti kabar. Menulis berita berarti
menulis kabar. Pernyataan ini tentunya dilandasi oleh pemikiran bahwa
manusia adalah makhluk sosial, dan lebih spesifik lagi makhluk komunikasi.
Ia secara naluriah akan selalu ingin menginformasikan kabar tertentu kepada
orang lain.
Apa berita itu? Setiap hari kita mendengarkan berita. Setiap hari Anda
menikmati berita. Melalui televisi, radio, surat kabar, majalah, informasi
langsung, serta menyaksikan langsung kita bersentuhan dengan berita,
bahkan terkungkung dalam dunia berita.

299

Ada definisi yang bersumber pada aspek kemenarikan perhatian.


Berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian
pembaca.
Ada definisi yang bersumber pada aspek kecepatan kejadian. Berita
adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual,
penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca serta menyangkut
kepentingan mereka itu.
Dari mana kita mendapatkan berita? Secara leksikal, sumber berarti
asal. Sumber berita mengandung arti asal dari keterangan mengenai
peristiwa atau isi pernyataan manusia. Jawaban terhadap pertanyaan dari
mana Anda menda-patkan berita adalah jawaban terhadap sumber berita
ini.
Ada dua sumber berita: (1) peristiwa dan (2) manusia. Sumber yang
pertama adalah kejadian-kejadian, seperti: gempa, pertandingan olahraga,
banjir, sidang kabinet, tabrakan, pameran, seminar, dan se-bagainya.
Sumber kedua adalah pendapat manusia yang dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, pendapat manusia mengenai suatu peristiwa yang disaksikannya.
Kedua, pendapat manusia mengenai peristiwa yang tidak disaksikannya.
Terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita yang
layak muat, yakni cepat, nyata, penting, dan menarik.
Unsur kecepatan berkaitan dengan ke-aktualan dan ketepatan waktu.
Ini sesuai dengan makna harafiah news sebagai sesuatu yang baru (new).
Berita yang sudah terjadi beberapa waktu sebelumnya tidaklah memiliki nilai
layak muat bagi sebuah penerbitan tertentu.
Unsur kenyataan berkaitan dengan kefaktualan sebuah berita. Hal ini
berkaitan dengan informasi sebuah fakta (fact), bukan fiksi atau karangan.
Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri atas (i) kejadian nyata (real event), (ii)
pendapat (opinion), dan (iii) pernyataan (statement) dari sumber berita.
Unsur kepentingan berkenaan dengan sebuah berita yang
menyangkut kepentingan orang banyak. Ada berita yang amat penting
sampai yang biasa-biasa saja. Berita yang menyangkut kepentingan banyak
orang akan bernilai tinggi. Sebaliknya, berita yang tidak menyangkut
kepentingan banyak orang tidak akan bernilai tinggi.
Aspek kemenarikan dari sebuah berita akan mengundang orang untuk
membaca berita yang kita tulis. Berita yang aktual (nilai pertama), faktual
(nilai kedua), menyangkut kepentingan orang banyak (nilai ketiga) akan
menarik perhatian pembaca. Selain ketiga itu, berita dapat menarik apabila

300

mengandung keganjilan/keanehan, bersifat menghibur, atau berita human


interest (menyentuh emosi, atau menggugah perasaan).
Unsur-unsur sebuah berita, dalam banyak literatur adalah rumus
5W+1H. Sebuah berita seharusnya berisi what, who, where, when, why dan
how. Menurut Soehoet (2003) berita tidak selalu mencantumkan keenam
unsur tersebut. Jika tidak enam unsur, berita dapat juga berisi empat unsur,
yakni apa, siapa, di mana, dan kapan. Keempat unsur itulah yang paling
ingin diketahui pembaca.
Teras berita (lead) adalah bagian berita yang terletak pada alinea
pertama. Teras berita merupakan bagian dari komposisi atau susunan berita,
yakni terletak setelah judul berita (head) dan sebelum badan berita (news
body). Teras berita mempunyai kedudukan yang amat penting setelah judul
berita berkenaan dengan daya kemenarikan sebuah berita. Umumnya
pembaca mencari penjelasan dari judul berita melalui teras berita. Berita
yang baik akan mencantumkan maksud utama judul dalam teras berita.
Sebaliknya, berita yang baik tidak mencantumkan penjelasan judul pada
teras beritanya.
Berkaitan dengan teras berita, terdapat sepuluh rambu-rambu yang
dikeluarkan oleh PWI:
1) Teras berita yang menempati alinea pertama harus mencerminkan pokok
terpenting berita. Alinea pertama dapat terdiri atas lebih dari satu
kalimat, tetapi sebaiknya jangan sampai melebihi tiga kalimat.
2) Teras berita jangan mengandung lebih dari 3045 kata.
3) Teras berita harus ditulis sebaik-baiknya, sehingga mudah ditangkap dan
cepat dipahami, kalimatnya singkat, sederhana, susunan bahasanya
memenuhi prinsip ekonomi bahasa, menjauhkan kata mubazir, satu
gagasan dalam satu kalimat, dibolehkan memuat lebih dari satu unsur
5W+1H.
4) Hal yang tidak begitu mendesak, berfungsi sebagai pelengkap,
hendaknya dimuat dalam badan berita.
5) Teras berita lebih baik mengutamakan unsur apa (what).
6) Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur siapa (who), tetapi bila
unsur siapa itu kurang menonjol, sebaiknya dimuat dalam badan berita.
7) Teras berita jarang menonjolkan unsur kapan (when), kecuali bila unsur
itu punya makna khusus dalam berita itu.
8) Bila harus memilih dari dua unsur, yakni unsur tempat (where) dan waktu
(when), maka pilihlah unsur tempat dulu, baru waktu.
9) Unsur lainnya, yakni bilamana dan mengapa, diuraikan dalam badan
berita, tidak dalam teras berita.
10)
Teras berita dapat dengan kutipan pernyataan
seseorang (quotation lead) asalkan kutipan itu tidak berupa kalimat
panjang. Pada alinea berikutnya, tulis nama orang itu, tempat, serta
waktu dia membuat pernyataan itu.
301

(Dalam Romli, 2003:1516)


Selain teras, tubuh berita (body), dan penutup merupakan
kelengkapan konstruksi berita. Konstruksi berita yang paling banyak dipakai
adalah piramida terbalik. Unsur yang penting yang berupa teras berita
(lantai piramida) ditempatkan pada awal, kemudian diikuti bagian yang
kurang penting, yakni tubuh berita (dinding piramida), demikian seterusnya.
Perlatihan
Tulislah sebuah peristiwa yang terjadi di sekitar Anda menjadi sebuah berita.
Perhatikan unsur-unsur berita yang harus ada dalam tulisan Anda! Selamat
mencoba!
d. Menulis Slogan, Poster, dan Iklan Baris
1) Menulis Slogan
Kamus (elektronik) mendefinisikan slogan adalah 1) perkataan atau
kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk
memberitahukan atau mengiklankan sesuatu, seperti Solo Berseri (bersih,
sehat, indah, rapi); 2) perkalian atau kalimat pendek yg menarik, mencolok,
dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu ideologi golongan,
organisasi, partai politik, dan sebagainya.
Slogan juga didefinisikan sebagai perkataan atau kalimat pendek yang
menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu
ideologi, golongan, organisasi, partai, instansi atau lembaga, dan
sebagainya.
Media
massa
cetak
maupun
elektronik
memiliki
slogan.
Kota/kabupaten di Indonesia memiliki slogan. Partai politik memiliki slogan.
Lembaga swadaya masyarakat memiliki slogan. Beberapa sekolah memiliki
slogan. Organisasi kemasyarakatan pun memiliki slogan. Slogan seolah-olah
berada di mana-mana, dan mudah ditemukan dalam keseharian kita.
Ciri-ciri slogan ialah isinya singkat, padat , memikat, dan mudah
diingat. Ada beberapa contoh kalimat slogan:
(1)Selalu Ada yang Baru
(2)TVRI menjalin Persatuan dan Kesatuan.
(3)Jombang Kota Beriman
(4)Sekali gabung kepuasan melambung.
(5)Sekali merdeka terap merdeka.
(6)Muda menabung; tua beruntung
2) Menulis Poster
Anda tentu sering melihat poster. Di majalah-majalah, koran, atau
bahkan papan-papan reklame yang banyak berdiri di pinggir-pinggir jalan,
302

pastilah sering Anda jumpai poster-poster, mulai dari yang bentuknya


mewah sampai yang paling sederhana.
Secara umum jenis poster dibedakan menjadi poster pengumuman
dan poster iklan Untuk mengetahui perbedaan keduanya, gunakan lembar
pengamatan seperti berikut ini.
Contoh Lembar Pengamatan
NO

UNSUR

CONTOH (1)

Apakah tulisan yang digunakan sangat


ditonjolkan?

Apakah gambar yang digunakan


sangat ditonjolkan?

Apakah poster tersebut bertujuan


untuk memberitahukan sesuatu?

Apakah poster tersebut bertujuan


untuk menawarkan sesuatu?

Apakah informasi yang disampaikan


lengkap?

CONTOH (2)

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memperli-hatkan


perbedaan antara poster pengumuman dan poster iklan. Dengan demikian
akan semakin jelas perbedaan antara kedua jenis poster tersebut. Untuk
lebih memperlihatkan perbedaan tersebut, manfaatkan kolom berikut.
NO
1
2
3
4
5

UNSUR
Tulisan
Gambar
Tujuan
Kelengkapan
Isi

POSTER PENGUMUMAN

POSTER IKLAN

303

Oleh karena antara poster pengumuman dan poster iklan pada


dasarnya berbeda, langkah-langkah pembuatannya pun juga berbeda. Untuk
melihat perbedaan langkah tersebut sekaligus untuk berlatih menulis poster,
cobalah Anda buat contoh lain untuk kedua jenis poster tersebut. Untuk
memudahkan pembuatan contoh tersebut, ikutilah langkah-langkah berikut.
Langkah pertama dalam bahan pelatihan ini adalah langkah pembuatan
poster pengumuman.
(1)
Tentukan kegiatan yang akan Anda umumkan. Kegiatan tersebut dapat
berupa seminar, lomba, atau pertunjukan.
(2)
Tentukan unsur-unsur yang akan Anda umumkan. Perbedaan kegiatan
akan membedakan usnsur-unsur yang dimaksud. Perhatikan perbedaan
unsur-unsur tersebut seperti yang tertera di bawah ini.
NO
KEGIATAN
UNSUR
Seminar
1. Tema
2. Pembicara
3. Tempat dan waktu
4. Undangan
Lomba
1. Jenis Lomba
2. Syarat peserta
3. Pendaftaran
4. Tempat dan Waktu
5. Hadiah
Pementasan
1. Jenis pementasan
2. Waktu dan Tempat
3. Tiket
4. Pihak pelaksana

(3)
(4)

Tuliskan unsur-unsur tersebut dengan memperhatikan letak dan


settingan (jenis dan ukuran huruf, tata letak).
Lengkapi poster Anda dengan gambar. Gambar di sini tidak harus
buatan sendiri, tetapi dapat diambilkan dari gamabar yang sudah jadi
untuk ditempelkan. Syaratnya tentu saja gambar tersebut harus sesuai
dengan pengumuman yang disampaikan.

Untuk membuat poster pengumuman, ikuti langkah-langkah


pembuatan poster pengumuman, yaitu:
(1)
Tentukan barang atau jasa yang aka diiklankan. Barang tersebuat dapat
berupa apa saja, seperti kendaraan, obat, atau makanan; sedangkan
jasa, antara lain, dapat berupa jasakesehatan, pengobatan, atau
perbaikan.
(2)
Pilihlah kata-kata sesingkat mungkin untuk menawarkan barang atau
jasa yang dimaksud. Jika Anda menggunakan kata-kata yang cukup
304

banyakhal ini juga dimungkinkanmaka porsi gambar harus dikurangi.


Untuk mencari kata-kata yang indah dan mudah dikenal oleh
masyarakat, Anda dapat menggunakan slogan.
Carilah gambar atau buatlah gambar untuk mendukung poster Anda
tersebut.

(3)

Dari paparan di atas dapat disimpulkan syarat-syarat yang harus


dipenuhi dalam pembuatan poster, yaitu:
(1)
Bersifat persuasif
Tidak ada teknik persuasi yang berlaku di mana saja, kapan saja, dan
untuk apa saja. Waktu, situasi, dan khalayak sangat menentukan pemilihan
teknik persusai. Dengan berdasar pada pertimbangan tersebut, beberapa
saran agar tulisan Anda bersifat persuasif adalah (1) pakailah ilustrasi
faktual, kutipan yang tepat, atau dengan beberapa fakta dan angka yang
mengejutkan, (2) tunjukkan efek yang secara langsung akan timbul, (3)
gunakan ungkapan yang hidup. Yang terpenting, untuk mewujudkan sifat
persuasif ini semua unsur yang ada dalam poster harus mampu menyentuh
rasa pembaca.
(2)

Jelas
Dalam poster pengumuman, kejelasan dapat ditempuh dengan cara
menyajikan informasi selengkap-lengkapnya. Apa saja yang dibutuhkan
pembaca sedapat mungkin disediakan oleh pembuat poster. Hal ini tentu
saja bergantung kepada jenis kegiatan yang diumumkan. Masing-masing
jenis kegiatan memiliki tingkat kejelasan dan kelengkapan yang berbedabeda. Syarat jelas di sini dapat juga disebut dengan syarat lengkap, dalam
pengertian informasi yang disampaikan harus mencakupi seluruh komponen
yang dibutuhkan pembaca. Dalam poster iklan, kejelasan dapat ditempuh
dengan pemilihan kata-kata, ungkapan-ungkapan, atau slogan-slogan,
kaitannya dengan produk yang diiklankan.
(3)Menarik
Untuk menambah daya tarik poster, ada dua hal yan sangat
menentukan, yaitu pilihan kata-kata, pilihan gambar, dan penataan tulisan
dan
gambar
tersebut.
Masing-masing
poster
sebenarnya
sudah
mencerminkan unsur penonjolannya, apakah berupa tulisan atau gambar.
Ada poster yang lebih menarik jika menggunakan banyak tulisan, ada pula
yang lebih menarik jika lebih banyak unsur gambarnya. Oleh karena itu,
sebelum membuat poster, Anda terlebih dahulu harus mengenali karakter
poster yang akan Anda buat tersebut.
3) Menulis Iklan Baris
Hampir seluruh surat kabar yang ada di negeri ini menyediakan ruang
untuk iklan baris. Surat kabar tertentu bahkan sampai berlebihan iklan baris
tersebut. Namun begitu setiap hari ada saja orang yang memasang iklan
305

dengan berbagai kepentingan. Itu menandakan bahwa iklan baris di surat


kabar cukup digemari masyarakat untuk menawarkan barang atau jasanya,
atau juga untuk kepentingan-kepentingan yang lain. Dengan demikian,
hampir setiap hari juga Anda membaca iklan baris. Coba Anda perhatikan
contoh-contohnya sebagai berikut.
(1)

Cari calon guru Bhs. Inggris Llsn SMU/D3/S1


syrt:ikut
Test & training dulu; Adi-5864874 Gatot Subroto 56

(2)

Rmh 10x21 Tkt Renov 6Kt 3Km Jl.Pulo Mas Barat


No.45 Hub:4720050 / 0818.171599
(3) Blazer DOHC New LT 01 Biru Met Tgn 1 Trwt Km. 53 Rb
Komplit 127,5 Jt Nego Hub:0856-8516524
Jika dilihat dari tujuannya yang lebih spesifik ada perbedaan di antara
ketiga contoh tersebut. Perbedaan tersebut tampak seperti di bawah ini.
NO.
IKLAN
TUJUAN
KATEGORI
1
Contoh (1)
Mencari guru Bahasa
Lowongan
Inggris
2
Contoh (2)
Menjual rumah
Penjualan
3
Contoh (3)
Menjual mobil
Penjualan
Dari perbedaan tersebut Anda tentu dapat menyimpulkan bahwa jenis
iklan baris itu ada dua macam, yaitu jenis iklan lowongan dan jenis iklan jual
beli. Iklan lowongan berarti iklan yang berusaha mencari tenaga atau ahliahli untuk dipekerjakan di kantor pemasang iklan. Iklan jual beli biasanya
menawarkan barang atau jasa.
Cobalah ketiga contoh iklan di atas Anda bahasakan secara lengkap,
tanpa singkatan dan disertai tempat yang jelas. Sebagai informasi awal,
ketiga contoh tersebut diambil dari Harian Kompas tanggal 26 Februari 2004.
Contoh iklan (1) berisi pencarian calon guru bahasa Inggris, iklan (2) berisi
penawaran rumah, dan iklan (3) berisi penawaran mobil Opel Blazrer.
Apa yang harus Anda perhatikan sebelum Anda membahasakan secara
lengkap iklan-iklan tersebut? Tentu terlebih dahulu Anda harus memahami
istilah-istilah yang berhubungan dengan sesuatu yang diiklankan dan tempat
pemasangan iklan. Di bawah ini contoh membahasakan salah satu iklan
baris di atas. Contoh iklan baris lain dapat Anda bahasakan sendiri sebagai
perlatihan!
Dicari calon guru Bahasa Inggris. Syarat calon: lulusan SMU/D3/S1 dan
306

harus bersedia mengikuti tes dan training terlebih dahulu. Yang berminat
dapat menghubungi Adi di Jln. Gatot Subroto 56 Jakarta, telepon 0215864874.
Dari contoh-contoh yang sudah Anda bedakan di atas, tentu Anda
sudah memahami benar unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam iklan
baris. Nah, sekarang cobalah Anda membuat contoh iklan.
Imam memiliki kendaraan roda dua yang bermerk Honda, yang dilihat
dari bentuknya tampak sudah cukup tua usianya. Umurnya memang baru
setengah umur Amir, yang tahun 2002 lalu merayakan ulang tahun ke 16.
Kendaraan itu catnya sudah mengelupas, namun mesinnya masih bagus.
Paling tidak, selama Imam memakainya, kendaraan tersebut ternyata belum
pernah masuk bengkel secara serius. Kata orang, suara mesinnya juga tidak
pernah mengganggu tetangganya seperti yang terjadi pada motor tua yang
lain. Kendaraan itu semula memang milik kakaknya yang berada di Jakarta.
Namun sekarang sudah diubah nomornya menjadi nomor Semarang. Kata
orang, kendaraan semacam itu hanya laku enam juta rupiah. Namun Imam
yakin tidak ada orang berani menawar di atas lima juta kecuali orang yang
memiliki maksud khusus. Meskipun demikian ia bertekad untuk tetap
menjualnya agar kendaraan tersebut tidak terpasang lagi di rumahnya, Jln.
Mahoni 40 Semarang. Dengan demikian, rumahnya yang asri itu akan
semakin tambah asri dan cantik.
Untuk memudahkan pembuatan iklan, informasi di atas harus Anda
masukkan ke dalam lembar pengamatan yang pada prinsipnya akan
mencatat hal-hal pokok yang akan masuk surat kabar. Jawaban-jawaban
yang tertera pada lembar pengamatan inilah yang nantinya akan Anda
gunakan sebagai data penulisan iklan baris.
NO
1
2
3
4
5

PERTANYAAN
Jenis apakah kendaraan yang
dimaksud?
Tahun berapa kendaraan tersebut?
Berapa harganya?
Bagaimana kondisi kendaraan
tersebut?
Di mana peminat dapat melihat
kendaraannya?

JAWABAN
Honda
1995
4,5 juta
Mesin baik, body tua
Jln. Mahoni 40 Semarang

Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun secara


berurutan akan muncul data sebagai berikut.
Honda 1995 4,5 juta mesin baik, body tua Amir Jln. Mahoni 40
307

Semarang
Dari data tersebut kurang lebih dapat disusun iklan baris seperti
berikut ini.
Dijual: Honda 95, mesin bagus, Hp 4,5 Jt. Hub. Jln. Mahoni 40 Semarang
Rumusan iklan tersebut tentu saja tidak sama persis dengan data yang
sudah terkumpul. Dalam deskripsi ada data kondisi tuanya kendaraan
tersebut, namun demikian tidak masuk karena akan mengurangi minat calon
pembeli. Ini bukan sebuah kebohongan tetapi sebuah strategi. Jika Anda
mengatakan hal yang sebaliknya, misalnya body mulus, itu baru
kebohongan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa dalam pembuatan iklan
Anda dapat menghadirkan kata-kata tertentu yang berfungsi untuk lebih
memudahkan calon pembeli dalam membaca iklan.

(1)
(2)
(3)
(4)

Anda diperbolehkan menambah pertanyaan pada contoh lembar


pengamatan tersebut. Setelah jawaban terkumpul, susunlah menjadi iklan
baris dengan memperhatikan kehematan kata. Jika sudah tersusun iklan,
buatlah contoh iklan baris satu lagi dengan mengikuti langkah-langkah
berikut.
Tentukan jenis iklan yang akan Anda tulis, yaitu dapat berupa iklan
lowongan atau iklan jual beli.
Jika iklan lowongan yang dipilih, tentukan pekerjaan apa yang
dibutuhkan, jika iklan jual beli yang Anda pilih, tentukan barang atau
jasa yang akan ditawarkan.
Tuliskan unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam pembuatan iklan
tersebut. Unsur-unsur atau butir-butir tersebut akan sangat bergantung
kepada pilihan jenis iklan yang akan digunakan.
Tuliskan unsur-unsur tersebut dengan bahasa yang jelas dan singkat.
Dari contoh iklan di atas tentu Anda dapat mengambil simpulan, iklan
seperti apa yang seharusnya Anda buat. Beberapa kriteria yang akan
muncul dalam pemikiran Anda paling tidak seperti di bawah ini.
a. Bersifat komunikatif
Komunikatif berarti maksud yang terkandung dalam iklan tersebut
langsung bisa ditangkap
oleh pembaca. Pembaca tidak merasa
kebingungan atau tidak paham terhadap istilah atau kata atau
singkatan yang ada dalam iklan tersebut.
b. Singkat
Syarat singkat dalam penulisan iklan baris di surat kabar terutama
berkaitan dengan penghematan biaya. Untuk mewujudkan penulisan
iklan yang singkat dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu dengan
308

hanya menggunakan kata-kata yang memang amat penting saja dan


dengan menggunakan singkatan.
c. Lengkap
Pengertian lengkap di sini mencakupi tersedianya informasi yang
dibutuhkan oleh pembaca iklan.
Penerapan ketiga syarat tersebut harus terjadi secara terintegrasi,
dalam pengertian syarat yang satu tidak boleh bertumpang tindih dengan
syarat yang lain. Dalam kenyataannya, untuk memenuhi sebuah syarat,
Anda justru harus mempertimbangkan syarat yang lain. Sebab bisa jadi
pengutamaan salah satu syarat justru akan mengorbankan syarat lain.
Butir-butir atau unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam penulisan
iklan baris jenis lowongan pekerjaan adalah:
(1) jenis lowongan,
(2) kriteria sumber daya manusia yang dibutuhkan,
(3) alamat pemasang iklan,
(4) batas waktu pelamaran, serta
(5) hak yang akan diperoleh pelamar yang diterima.
Butir-butir atau unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam penulisan
iklan baris jenis jual beli atau penawaran barang/jasa adalah:
(1) barang atau jasa yang ditawarkan,
(2) kondisi barang,
(3) alamat, serta
(4) harga barang.
Perlatihan
(1)Tulislah slogan yang menarik dan bermanfaat untuk membangkitkan
minat belajar anak.
(2)Tulis slogan singkat, jelas, dan menarik tentang pentingnya hidup
sehat.
(3)Tentukan sebuah kegiatan yang akan Anda posterkan. Tentukan unsurunsur yang akan Anda posterkan. Buatlah poster untuk kegiatan
tersebut!
e. Menulis Karya Ilmiah
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat
menulis karya ilmiah. Dalam kegiatan belajar ini hanya terdiri atas satu
subtopik saja, yakni menulis karya ilmiah.
Cakupan tentang topik menulis karya ilmiah luas. Keluasan itu dapat
dibuktikan dengan tersedianya beragam buku (utuh, satu buku) tentang
menulis karya ilmiah (atau Penulisan Karya Ilmiah). Dalam modul ini
(subtopik menulis karya ilmiah) hanya sebatas dijelaskan hal-hal yang
309

bersifat umum dari bahasan yang seharusnya panjang lebar tentang menulis
karya ilmiah. Untuk memperkaya pemahaman Anda tentang menulis karya
ilmiah, Anda disarankan untuk melacak buku rujukan tentang menulis karya
ilmiah yang terdapat dalam daftar pustaaka. Atau Anda mencari rujukan lain
(buku, artikel, atau contoh laporan penelitian) tentang menulis karya ilmiah.
Kemudahan mencari rujukan tentang menulis karya ilmiah membuktikan
bahwa subtopik ini (atau topik, sebutan yang digunakan selain pada modul
ini) dikenal luas oleh banyak orang dari berbagai profesi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam karya ilmiah adalah
pemilihan topik, penggunaan bahasa, dan sistematika penulisan. Ketentuanketentuan yang lebih detil dapat dibaca pada buku yang ditulis Panuti
Sudjiman dan Dendy Sugono yang berjudul Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah,
tahun 1996.
Jika penyusunan karya ilmiah ini berkaitan dengan tugas, harus
diperhatikan ruang lingkup topik yang ditentukan oleh pemberi tugas serta
dipertimbangkan waktu yang tersedia. Banyak orang menganggap topik
sama dengan judul. Sesungguhnya tidak demikian; topik adalah pokok yang
akan diperikan atau masalah yang hendak dikemukakan di dalam karya
ilmiah, sedang judul adalah nama karya ilmiah. Topik ditentukan sebelum
seseorang mulai menulis, judul dapat dilakukan dan dipikirkan sesudah
tulisan itu selesai. Topik sebaiknya sesuai dengan masalah yang dikuasai,
karena gagasan yang cemerlang tidak menjamin menjadi tulisan yang baik.
Bahasa yang dipakai dalam karya ilmiah adalah ragam tulis, bukan
ragam lisan. Ragam tulis di dalam karya ilmiah, menurut Sudjiman dan
Dendy Sugono, hendaknya jelas, lugas, dan komunikatif. Jelas artinya
memperhatikan secara jelas unsur-unsur kalimat (subjek, predikat, objek,
dan keterangan). Lugas artinya bahasa yang digunakan tidak menimbulkan
tafsir ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan kalimat hanya
memungkinkan satu pilihan tafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai dengan
maksud penulisnya. Hindari penggunaan sinonim, paralelisme, pleonasme,
dan metafora.
Komunikatif berarti apa yang ditangkap pembaca dari wacana yang
disajikan sama dengan yang dimaksud penulisnya.Wacana dapat menjadi
komunikatif jika disajikan secara logis dan bersistem. Kelogisan itu terlihat
pada hubungan antarbagian di dalam kalimat, antarkalimat di dalam
paragraf, dan antarparagraf di dalam wacana, yaitu memperhatikan
hubungan yang masuk akal; misalnya hubungan sebab-akibat, urutan
peristiwa, dan pertentangan. Bersistem berarti uraian yang disajikan
menunjukkan urutan yang mencerminkan hubungan yang teratur.
Sistematika penulisan karya ilmiah adalah judul, kata pengantar,
pendahuluan, isi, penutup, dan daftar rujukan. Karya yang agak panjang
310

(lebih dari sepuluh halaman) dilengkapi dengan daftar isi yang ditempatkan
di antara kata pengantar dan pendahuluan. Hal lain yang dianggap perlu
disertakan (dilampirkan) adalah korpus data, alat pengumpul data
(kuesioner, tes), dan peta.
Judul hendaknya memberikan gambaran yang jelas tentang materi dan
ancangan atau ruang lingkup masalah yang akan dibahas. Judul harus
menarik perhatian dan menggelitik rasa ingin tahu pembaca. Kata pengantar
sekurang-kurangnya
berisi
(1)
penjelasan
mengenai
tugas
pembuatan/penyusunan karya ilmiah, (2) penjelasan mengenai pelaksanaan
pembuatan karya ilmiah, (3) informasi tentang bimbingan atau arahan dan
bantuan yang diperoleh selama mengerjakan karya imiah, (4) ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan memungkinkan terwujudnya
karya ilmiah, (5) serta penyebutan tempat (kota), tanggal, bulan, tahun
pembuatan karya ilmiah, dan nama penulis.
Daftar isi memberikan gambaran menyeluruh tentang isi dan urutan
bagian-bagian karya ilmiah. Untuk tulisan yang lebih panjang, bab dan anak
bab lebih banyak sehingga derajat penomoran anak-anak bab lebih banyak
pula. Derajat penomoran itu dibatasi sampai empat angka.
Pendahuluan hendaklah dapat merangsang dan memudahkan
pembaca memahami seluruh karya ilmiah itu. Bagian ini terdiri atas (1) latar
belakang masalah, (2) tujuan penulisan/pembahasan, (3) ruang lingkup atau
pembatasan masalah, (4) teori yang dipergunakan, (5) sumber data, (6)
metode dan teknik yang digunakan, serta (6) sistematika penulisan. Di
dalam makalah, bagian pendahuluan cukup berisi tiga butir yang pertama.
Latar belakang masalah mengemukakan penalaran pentingnya
pembahasan masalah atau alasan yang mendorong pemilihan topik, telaah
pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas, manfaat praktis hasil pembahasan, serta
perumusan masalah pokok yang akan dibahas secara jelas dan eksplisit.
Tujuan pembahasan mengungkapkan rumusan upaya pokok yang akan
dikerjakan dan garis besar hasil yang hendak dicapai. Ruang lingkup atau
pembatasan masalah menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas,
perincian masalah yang dibahas, dan perumusan istilah secara tepat
(selanjutnya penggunaan istilah harus taat asas).
Teori mengungkapkan prinsip-prinsip teori yang dapat menggambarkan
langkah dan arah analisis serta alasan pemilihan teori yang dipakai. Sumber
data menjelaskan kriteria penentuan jumlah data, kriteria penentuan mutu
data, serta kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.

311

Metode dan teknik mengungkapkan (1) metode yang digunakan;


misalnya deskriptif, komparatif, atau eksperimental, dan (2) teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data; misalnya wawancara, observasi,
kuesioner, atau tes. Sistematika penyajian (jika ada) mengemukakan (1)
penjelasan kode data (kalau ada) serta (2) urutan hal-hal yang dimuat di
dalam karya ilmiah, mulai dari pendahuluan sampai dengan daftar pustaka,
kalau perlu, lampiran dan indeks.
Isi merupakan inti kaya ilmiah yang memaparkan uraian pokok
masalah yang dibahas. Bagian ini harus menunjukkan kelengkapan,
ketaatasasan, keeksplisitan analisis, dan simpulan materi yang dibahas. Jika
perlu, bagian ini dapat dijadikan lebih dari satu bab. Bagian isi ini
mengungkapkan (1) uraian masalah yang dibahas, (2) analisis dan
interpretasi, (3) ilustrasi atau contoh-contoh, serta (4) tabel, bagan, dan
gambar (kalau ada).
Penutup berisi simpulan dan saran (kalau ada). Simpulan merupakan
jawaban permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan. Simpulan
bukan rangkuman atau ikhtisar. Pernyataannya dapat berupa uraian (esei)
atau berupa butir-butir yang bernomor. Jika perlu, saran boleh disampaikan
kepada pembaca berkaitan dengan topik pembahasan. Daftar rujukan adalah
daftar buku, majalah, artikel di dalam majalah atau koran, atau artikel di
dalam kumpulan karangan (antologi) yang digunakan sebagai acuan di
dalam pengumpulan data, analisis/pembahasan, atau penyusunan karya
ilmiah. Daftar rujukan merupakan persyaratan suatu karya ilmiah. Daftar
rujukan juga membantu pembaca untuk menemukan sumber acuan yang
digunakan.
Perlatihan
Pilih sebuah topik. Topik itu akan Anda kembangkan menjadi karya tulis
ilmiah (penelitian). Anda akan membuat latar belakang karya tulis Anda.
Buatlah latar belakang yang dimaksud, sekurang-kurangnya tiga paragraf.
f. Menulis Paragraf
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis paragraf.
Dalam kegiatan belajar ini dibagi menjadi tiga subtopik, yakni menulis
paragraf deskripsi, menulis paragraf narasi (cerita), serta menulis paragraf
eksposisi.
Ketiga subtopik disajikan dengan pola yang sama, yakni pengertian
paragraf, contoh pola pengembangan ketiga paragraf, dan di bagian akhir
disediakan perlatihan. Dengan pola sajian yang sama, diharapkan Anda lebih
mudah memahami dan selanjutnya mempraktikkan menulis sesuai contoh
pola yang ditawarkan.
1. Menulis Paragraf Deskripsi

312

Deskripsi
adalah
penggambaran,
pelukisan,
pemerian,
atau
pendeskripsian dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana, atau
keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui
tulisannya, dapat melihat apa yang dilihatnya, dapat mendengar apa yang
didengarnya, dapat mencium apa yang diciumnya, dapat mencicipi apa
yang dimakannya, dapat merasakan apa yang dirasakannya, sehingga
sampai pada simpulan yang sama dengannya. Dengan demikian, deskripsi
merupakan hasil observasi melalui pancaindra yang disampaikan melalui
bahasa (kata, frasa, dan kalimat).
Secara garis besar, deskripsi dibagi menjadi dua bentuk, yakni
deskripsi ekspositori dan impresionistis. Deskripsi ekspositori pada umumnya
penyajiannya sangat logis, yang berupa daftar rincian secara lengkap, atau
yang menurut penulisnya dianggap sebagai hal-hal yang penting, yang
disusun menurut sistem dan urut-urutan logis objek yang diamati. Setiap
benda, setiap tempat, setiap suasana mempunyai logika urut-urutan sendiri.
Misalnya, jika Anda akan mendeskripsikan rangkaian kereta api, maka uruturutan logisnya, umumnya, pastilah dari depan, yakni lokomotifnya, lalu
bergeser ke gerbong-gerbong yang mengekor lokomotif tersebut.
Deskripsi impresionistis yang juga disebut deskripsi stimulatif adalah
deskripsi yang menggambarkan impresi penulis dengan tujuan menstimulasi
pembacanya. Deskripsi ini lebih menekankan pada impresi atau kesan
penulis ketika melakukan observasi terhadap suatu objek atau benda atau
suasana tertentu. Urut-urutannya adalah subjektif. Misalnya, penulis dapat
mendeskripsikan hal-hal yang kurang jorok, berangsur-angsur ke hal-hal
yang jorok, dan diakhiri dengan bau. Dapat pula seorang penulis memulai
tulisannya dari kesan yang paling kuat hingga yang tidak memiliki kesan
sama sekali.
Perhatikan ilustrasi di bawah ini.
Realita
Contoh 1:
Bus kota di Jakarta banyak yang sudah reyot, kebersihannya pun tidak terpelihara. Di
lantai bus banyak berserakan segala macam sampah dan debu. Para penumpang selalu berjubel,
dan mereka biasanya meludah seenaknya di lantai bus. Ada pula banyak tukang copet di dalam
bus, dan mereka tidak pilih bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yang lengah pasti dicopet.
Biasanya ada pula penjaja majalah, yang menawarkan majalah aneka warna, dengan harga
murah, tetapi ternyata majalah yang mereka jual adalah tiga tahun yang lalu.
Fakta
Contoh 2:
Ketika saya sedang menaiki bus kota kemarin, di pintu saya dihadang dua orang tukang
copet. Mereka berpakaian perlente, salah-salah lihat seperti mahasiswa, karena membawa buku
dan map-map. Ketika saya melewati mereka, mereka mencoba meraba saku saya, tapi saya
cukup waspada. Seorang wanita yang naik di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangan dompet.
Kedua mahasiswa itu segera turun dan menghilang di antara kerumunan orang-orang di terminal.

313

Di lantai bus banyak berserakan sampah. Udara di dalam bus sangat panas karena
penumpangnya penuh sesak. Untung saya mendapat tempat duduk di dekat jendela, tapi orang
tua yang duduk di samping saya batuk-batuk, dan meludahkan dahak seenaknya ke lantai bus.
Bus masih belum berangkat walaupun sudah penuh sesak. Melalui jendela bus ada orang
yang menawarkan majalah aneka warna. Murah, cuma lima ratus rupiah. Orang tua yang batukbatuk itu membeli sebuah. Ketika bus mulai bergerak, tiba-tiba orang tua itu memaki, Sialan!
Terbitan tiga tahun yang lalu!
Penulis pertama mendeskripsikan hal-hal yang benar, yang dapat
dengan mudah dibuktikan kebenarannya. Tanpa dibuktikan pun ada banyak
orang yang percaya bahwa memang demikianlah keadaan bus-bus kota di
Jakarta pada umumnya. Data-data dalam tulisan ini adalah realita, bukan
fakta.
Penulis kedua, hanya mendeskripsikan apa-apa yang benar-benar
dilihatnya, atau yang diakuinya dilihatnya, pada suatu tempat atau waktu
tertentu. Pembaca harus percaya saja, tidak berhak membantah, selama
yang dideskripsikan itu masih masuk akal, masih sesuai dengan realita.
Dalam penulisan deskripsi, yang dideskripsikan adalah fakta, bukan
realita, dan bukan pula yang aneh tapi nyata. Perhatikan contoh di bawah ini.
Deskripsi Ruangan
Pola Observasi Menurut Pengembangan Spasi
Kantor Lab Bahasa FSUI
oleh Endah Widyawati
Begitu kantor Lab Bahasa kubuka, udara sejuk yang berasal dari alat pendingin ruangan,
suara menderu bising dari alat yang sama, serta bau asap tembakau yang menyesakkan dada
menyambutku. Ruangan ini sebenarnya cukup luas, kira-kira enam kali sebelas meter persegi,
tetapi sudut sebelah kanan dinding di seberang pintu sudah dijadikan studio rekaman dengan
ukuran empat kali empat meter persegi, dengan dinding kedap suara setinggi dua setengah meter.
Ruangan yang tinggal untuk kantor jadi terasa sempit. Dan ruangan yang sempit ini tidak pula
diatur menurut citarasa yang baik. Berbagai macam barang ditaruh sekenanya saja di sana-sini,
dan ini mengingatkanku pada gudang di rumahku.
Di atas ruangan bergantungan beberapa lampu neon model kuno yang membuat ruangan
ini cukup terang. Di langit-langit yang setinggi sekitar empat meter, diapit dua pasang lampu neon,
ada sebuah exhaust fan, kipas pengisap, yang maksudnya tentu mengisap dan membuang bau
yang kurang sedap di dalam ruangan ini.
Ketika kuarahkan pandanganku ke depan, di balik sebuah meja kerja terlihat sesosok
tubuh, satu-satunya makhluk hidup di ruangan yang penuh sesak dengan barang-barang
elektronik ini. Hampir tenggelam di antara tumpukan buku dan map yang ada di depannya, lelaki
berkaca mata itu tampak terpukau dengan bacaannya. Begitu mataku menangkap sebuah pipa
coklat tua di mulutnya, segera aku tahu asal bau yang menyesakkan dada itu. Rupanya exhaust
fan di langit-langit itu tidak mampu menyedot bau asap tembakau dari pipa.
314

Tepat di tengah ruangan terdapat seperangkat sofa yang modelnya sudah sangat
ketinggalan zaman. Yang panjang di sebelah kanan dan kedua kursi yang pendek di kiri, di
seberang meja oval yang ditutupi alas meja yang dulunya tentulah berwarna coklat indah. Jok
kursi-kursi itu pun dulunya tentu coklat yang indah, sekarang sudah seharusnya dibawa ke tukang
perabot untuk diganti kainnya serta diisi busanya yang sudah mengempis itu. Di atas meja
berserakan majalah luar negeri dan sebuah asbak porselen berwarna krem yang bagian dalamnya
sudah kehitam-hitaman.
Dua lemari besi abu-abu menempel di dinding di sebelah kiriku. Di sebelahnya sebuah
kulkas kecil, tua, model satu pintu. Dulu warna kulkas itu tentulah putih, sekarang sudah lebih
banyak coklatnya. Pada pegangan pintunya tergantung sehelai kertas merah bertuliskan Teh
Botol Rp 200 saja. Rak kayu yang tinggi merapat ke dinding di samping kulkas, hanya menambah
penuh ruangan saja karena tidak ada isinya kecuali setumpuk map merah jambu dan kuning serta
sebuah bulu ayam. Di sisi rak, sudah di sudut ruangan, sebuah meja beroda dengan sebuah
monitor televisi di atasnya dan sebuah pesawat video pada rak di bawahnya.
Jendela-jendela besar di dinding yang berseberangan dengan pintu masuk ini ditutup tirai
hijau tua. Di bawah salah satu jendela inilah lelaki berpipa itu duduk. Di atas meja depannya
tergeletak sebuah tas kulit kemerahan, dalam keadaan terbuka, di samping tas ada asbak, gelas
berisi air putih dan setumpuk map serta kertas. Di samping kanan mejanya, di sebelah kiri dari
tempat aku memandang, ada meja rendah tempat mesin tik dan rak surat. Menempel ke dinding di
samping kanan orang itu ada dua buah filing cabinet, pada sebuah sisinya yang menghadap ke
arahku tergantung sebuah penanggalan. Sebuah layar yang besar dari besi dengan kaki kokoh
beroda, tegak di samping kiri orang itu. Tulisan SONY jelas terpampang pada kain hitam penutup
layar itu. Seingatku layar proyeksi video ini dulu sering dipinjam senat mahasiswa untuk memutar
film video, hampir setiap Sabtu.
Layar itu tegak rapat dengan bupet kayu yang panjang, ujungnya yang di sebelah sana
hampir menyentuh dinding yang berseberangan dengan pintu, sedangkan ujung sebelah sini
menyisakan tempat untuk lewat saja, sekitar satu meter. Di atas bupet kayu yang merupakan
pembatas sebelah kanan ruangan ini terlihat beberapa cangkir tertelungkup di atas sebuah baki,
segulungan kertas tisu, sebuah stoples tempat gula dan sebuah termos.
Di belakang bupet panjang itu, menempel pada dinding studio yang kedap suara, berdiri
beberapa rak besi, dan di situ berserakan beberapa speaker, tape recorder, serta berbagai-bagai
barang elektronik lainnya. Beberapa buah benda aneh seperti cerobong bergantungan di atas,
berasal dari sebuah alat pendingin ruangan, langsung ke atas studio: mengalirkan udara dingin ke
studio agar orang-orang yang sedang merekam tidak kepanasan.
Sisa ruangan di sebelah kanan membentuk sebuah gang, dinding kiri gang itu adalah
dinding depan studio, dan di situ tertempel kertas karton warna-warni: jadwal penggunaan ruangruang laboratorium bahasa. Di bawah jadwal ada beberapa meja dan kursi, dan di sana tertumpuk
mesin tik dan beberapa alat elektronik lagi. Di dinding kanan gang, yaitu dinding ruangan besar ini,
berbaris sebuah whiteboard, dua lemari kaca, dan tiga buah lemari besi. Dan di ujung gang itulah,
di sebelah kiri, pintu masuk ke studio.
Bau asap tembakau terasa makin menyesakkan. Kulayangkan pandanganku ke penghuni
ruangan, kami bertemu pandang. Baru kali ini kuperhatikan orang yang dikatakan sebagai kepala
laboratorium yang baru: rambutnya acak-acakan, kacamata tebal menempel di depan matanya,
bibirnya sinis mengepulkan asap tembakau, dan di bawahnya dagu ditumbuhi jenggot yang tidak
dirawat. Aku merasa serba salah. Sejak kapan dia berhenti membaca dan mulai

315

memperhatikanku? Cepat-cepat aku mundur, menutup pintu dan segera berangkat dari situ. Lega
rasanya terlepas dari ruangan dengan bau yang menyesakkan, serta pandangan yang sinis itu.

No.
1
2
3
4
5
6

Contoh di atas merupakan deskripsi sebuah ruangan. Dari tulisan


tersebut dapat diketahui bahwa penulisnya masuk ke dalam ruangan itu,
berdiri di pintu, di sebelah dalam ruangan, dan mendeskripsikan apa-apa
yang diobservasinya di ruangan itu, dari tempatnya berdiri. Penulisnya
mencoba melakukan observasi secara teliti dengan menggunakan alat
penginderaan yang dimilikinya: mata, hidung, telinga, dan kulitnya. Deskripsi
di atas dapat dibuatkan ragangan, kerangka, atau outline seperti di bawah
ini.
Alenia
Ide Yang Dikembangkan
1, 2, 3, 4
Kesan pertama
5
Dinding sebelah kiri
6, (7)
Dinding yang berseberangan dengan pintu
7, 8
Dinding sebelah kanan
9
Sisi ruangan di pojok kanan
10
Akhir

Di bawah ini disajikan sebuah deskripsi sebuah ruangan yang lain.


Deskripsi Sebuah Ruangan
Pengembangan Observasi Menurut Spasi (Ruang)
Kamar Sebuah Asrama
oleh Ni Made Tuti Marhaeni
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang kucari; tanda
pengenalnya di pintu, agak ke atas. Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak
kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah
perintah dalam bahasa Inggris, Write Your Message! Pada note book itu kubaca pesan untukku,
Masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!
Sesuai dengan pesan, kurogoh kunci di dalam kotak. Agak kesal juga, ternyata pintunya
susah dibuka. Beberapa kali aku memutar anak kunci dan menggerak-gerakkan pegangan pintu,
tapi gagal. Hampir saja aku pergi dengan perasaan dongkol, kalau saja seorang penghuni di ujung
gang tidak keluar dan berteriak, Dorong, Mbak! Benar saja. Setelah aku dorong agak kuat, pintu
terkuak. Huh!
Tapi amboi, tidak pernah kuduga si tomboy ini punya kamar yang begini indah dan feminin.
Dinding dicat warna merah jambu lembut. Di lantai tergelar tikar agak tebal, anyamannya besarbesar, khas Bali.
Di sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan dan sebuah cermin yang bertuliskan
Anda manis, Nona. Di bawahnya merapat sebuah meja belajar yang diberi alas kertas berbungabunga merah jambu, dan dilapisi lagi dengan plastik bening. Di atas meja ada sebuah tape

316

recorder kecil, sebuah mesin ketik, jam weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan dan
buku-buku dalam keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis mengerjakan paper, pikirku.
Di balik pintu bergelantungan sebuah celana panjang, tas berbentuk ransel kecil, dan ikat
pinggang.
Di dinding sebelah kanan tergantung sebuah rak buku yang seluruhnya juga dilapisi
dengan kertas yang sama dengan alas meja. Rak itu penuh buku, teratur rapi, dan di atas rak ada
beberapa map. Di bawah rak terpampang sebuah lukisan wayang yang besar di atas kain warna
merah, dilukis dengan tinta warna emas. Di bawahnya sebuah dipan, sama panjangnya dengan
lukisan itu, ditutup bad cover merah dengan motif primitif tenunan Bali.
Di ujung dipan, sebuah lemari built-in berpintu dua dibuat agak menonjol ke luar dinding.
Di atasnya ada setumpuk koran tua, gulungan karton, dan beberapa botol kosong bekas kosmetik.
Daun pintu dilapisi kertas yang sama dengan alas meja, dan di sebeleh built-in ini, di dinding
seberang, sebuah rak buku dari rotan warna hitam, penuh dengan buku. Di atas rak terlihat vas
pinang kuning dengan jambangan botol bekas brem Bali, cat air, crayon, dan beberapa kaset. Di
sebelah rak ini tegak sebuah rak sepatu, di atasnya yang dialasi kertas merah jambu juga, ada
termos air, teko plastik, dua gelas kosong, kaleng kopi, susu, gula, teh, dan sekaleng kecil permen
merek Fox.
Bagian belakang ruangan berpintu lipat model kuno, terdiri atas empat daun pintu dengan
pegangan di tengah-tengah. Ketika kubuka pintu ini, dua daun pintu terkuak ke kiri dan dua ke
kanan. Di balik pintu kutemukan sebuah teras kecil dan beberapa pot bunga berjajar rapi.
Kepalaku menyentuh sebuah lonceng kayu berbentuk kepala manusia dengan mulut sumbing.
Lonceng itu tergantung di sana, persis di tempat orang akan lewat.
Lama aku termangu di tembok teras menikmati hembusan angin melalui cemara di taman.
Aku tersentak ketika tiba-tiba kudengar sapaan dari belakang, Hei, Non, jangan bengong di situ,
jatoh aja, tau rasa, lo.
Rupanya tanpa kusadari, Mira sudah datang, dan kami pun segera terlibat percakapan
yang mengundang gelak tawa.
2. Menulis Paragraf Narasi (Cerita)
Narasi adalah cerita. Cerita yang dimaksud didasarkan pada uruturutan (atau serangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian atau
peristiwa tersebut ada tokoh, dan tokoh tersebut mengalami atau
menghadapi serangkaian konflik. Kejadian atau peristiwa, tokoh, dan konflik
merupakan unsur-unsur pokok yang ada dalam narasi. Kesatuan dari
ketiganya disebut plot atau alur. Dengan demikian, narasi adalah cerita
berdasarkan alur.
Beberapa hal yang berkaitan dengan narasi adalah:
a) unsur paling penting dalam narasi adalah perbuatan dan tindakan
b) narasi tidak hanya menyampaikan kejadian atau peristiwa (karena
deskripsi juga demikian)
c) unsur lain yg harus diperhatikan adalah waktu
d) Narasi adalah suatu bentuk wacana yg sasaran utamanya adalah
tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa
yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.

317

e) Atau suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan


sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
f) Narasi berusaha menjawab pertanyaan: Apa yang telah terjadi?
g) Narasi yg bertujuan untuk memberi informasi agar pengetahuan
pembaca lebih luas disebut narasi ekspositoris.
h) Narasi yang disusun dan disajikan sekian macam sehingga mampu
menimbulkan daya khayal serta berusaha menyampaikan sebuah
makna melalui daya khayal yang dimilikinya disebut narasi sugestif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam narasi ekspositoris adalah
sebagai berikut.
a)
untuk menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yg
dikisahkan,
b)
sasaran utamanya adalah rasio (perluasan pengetahuan setelah
menbaca kisah ini),
c)
misalnya, menyampaikan informasi berlangsungnya suatu
peristiwa (pemogokan buruh menuntut kenaikan gaji)
d)
sebagai bentuk narasi, narasi ini mempersoalkan tahap-tahap
kejadian, rangkaian perbuatan
e)
dapat bersifat khusus (khas) maupun generalisasi
f)
secara khusus: berusaha menceritakan suatu peristiwa khas, yang
hanya terjadi satu kali (pengalaman pertama kali masuk perguruan
tinggi, pengalaman pertama mengarungi samudera, pengalaman
pertama gadis yang menerima curahan kasih, dan lain-lain).
Narasi sugestif umumnya bertalian dengan tindakan atau perbuatan
yang dirangkai dalam satu peristiwa atau kejadian. Hal-hal lain yang
berkaitan dengan narasi jenis ini adalah:
a)
seluruh rangkaian kejadian berlangsung dalam satu kesatuan
waktu,
b)
sasaran utama bukan memperluas pengetahuan, tetapi memberi
makna atas kejadian sebagai suatu pengalaman,
c)
sasarannya adalah makna kejadian, dan melibatkan daya khayal,
d)
rangkaian peristiwa disajikan merangsang daya khayal,
e)
pembaca menarik makna baru,
f)
tidak bercerita atau memberi komentar, tetapi mengisahkan
cerita,
g)
menyediakan kematangan mental.
No.

Secara umum perbedaan keduanya dapat dilihat seperti di bawah ini.


Ekspositoris
Sugestif
Memperluas pengetahuan
Menyampaikan suatu makna atau
amanat yg tersirat
Menyampaikan informasi mengenai
Menimbulkan daya khayal
suatu kejadian
Didasarkan pada penalaran untuk
Penalaran hanya berfungsi sbg alat
mencapai kesepakatan rasional
menyampaikan makna
Bahasanya cenderung informatif, titik Bahasanya cenderung figuratif, titik
318

beratnya kata-kata denotatif

beratnya kata-kata konotatif

Beberapa bentuk khusus narasi, di antaranya adalah (1) autobiografi


dan biografi, (2) anekdot dan insiden, (3) sketsa, serta (4) profil.
Di samping alur dan latar, penulis narasi perlu membuat kisi-kisi waktu
(kerangka waktu). Artinya, diperlukan logika waktu yang terjaga dan masuk
akal. Untuk itu, perhatikan contoh kuitpan di bawah ini.
Asisten dosen Yusril beruntung mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat. Dia membujuk
tunangannya, Niar, agar mereka menikah dulu sebelum berpisah. Tapi keluarga Niar keberatan
karena gadis itu sedang menghadapi ujian SIPENMARU. Malam sebelum keberangkatannya
meninggalkan kota Padang, suatu malam bulan Agustus yang cerah, Yusril mengajak Niar
berjalan-jalan ke Pantai Padang yang terkenal indah itu. Malam itu kebetulan malam Minggu.
Berduaan mereka duduk di pantai, memandangi bulan purnama dan pantulannya di air
laut yang tenang. Hampir tengah malam baru mereka beranjak pulang, bergandengan tangan,
segan berpisah. Di depan rumah Niar mereka berjanji setia sambil memandang bulan purnama
yang hampir tenggelam di ufuk barat. Bulan itulah saksi sumpah setia kita malam ini, kata Yusril.
Niar mengangguk sambil air matanya bercucuran. Selama lima tahun berpacaran, baru kali inilah
Yusril melihat Niar menangis. Hatinya bangga.
Tujuh tahun lamanya Yusril di luar negeri, dan ternyata Niar tidak setia. Pada tahun kelima,
datang suratnya yang mengatakan dia akan dikawinkan orang tuanya dengan pemuda pilihan
mereka.
Sepulang dari luar negeri dengan ijazah Ph.D. di sakunya, Yusril berusaha untuk tidak
bertemu dengan Niar. Tetapi secara kebetulan mereka bertemu di Pantai Padang pada suatu
senja. Niar bersama suaminya, dan dua orang anak mereka, seorang gadis berusia tiga tahun dan
seorang bayi yang masih digendong.
3. Menulis Paragraf Eksposisi
Eksposisi adalah menyingkapkan. Dan hal yang disingkapkan adalah
sesuatu yang selama ini tertutup, terlindung, atau tersembunyi. Yang
disingkapkan adalah ide atau buah pikiran, isi hati, pendapat penulisnya,
untuk diketahui orang lain. Dalam eksposisi, sesuatu yang akan diungkapkan
ini disebut tesis (dalam narasi biasanya disebut tema). Tesis adalah inti
sebuah eksposisi. Tesis dapat disampaikan secara tersurat maupun tersirat
dalam tulisan.
Tesis adalah keseluruhan eksposisi. Artinya, seluruh wacana eksposisi
harus sejalan dan mendukung tesis. Sebuah eksposisi terdiri atas sebuah
tesis, diikuti uraian yang membuktikan bahwa tesis itu benar. Uraian yang
mendukung atau membuktikan kebenaran tesis biasanya disebut kelas-kelas.
Eksposisi yang baik biasanya terdiri atas beberapa kelas. Jumlah kelas
sangat ditentukan jumlah pembuktian. Jika dalam tulisan tersebut penulis

319

ingin menyampaikan tiga pembuktian, maka eksposisi itu akan terdiri atas
tiga kelas.
Cobalah simak contoh ragangan atau outline di bawah ini sekaligus
pengembangannya sehingga menjadi wacana eksposisi yang baik. Wacana
eksposisi ini berjudul Pasta Gigi Ketinggalan Zaman.
Ragangan atau Kerangka (outline)
A. Tesis
B. 1. Kelas l (pembuktian pertama)
2. Kelas ll (pembuktian kedua)
3. Kelas lll (pembuktian ketiga)
C. Simpulan
Ragangan di atas dikembangkan dalam tulisan di bawah ini. Simaklah
wacana eksposisi di bawah ini.
Eksposisi l
Pasta Gigi Ketinggalan Zaman
Diterjemahkan dan disadur dari tulisan
Jo Stralen
Ada orang yang baru betul-betul merasa bangun sesudah dia menyikat gigi. Tetapi
agaknya ada lebih banyak lagi orang yang merasa bahwa tugas menyikat gigi pagi hari begitu
bangun tidur itu sangat menyengsarakan. Semua kita menyadari bahwa kita perlu menyikat gigi
pagi-pagi guna menghalangi kerusakan gigi. Namun rasanya ada yang tidak maju-maju pada alat
pencegah kerusakan gigi yang kita kenal selama ini. Hal ini terutama sekali kelihatan pada
kemasan apa yang kita sebut pasta gigi itu, kemudian juga pada cara promosinya, dan yang tak
kalah pentingnya adalah pada rasa dan tekstur pasta itu sendiri.
Kemasan pasta gigi yang kita kenal selama ini, yang sudah juga dikenal oleh kakek
bahkan kakek buyut kita dahulu, adalah tube. Dan tube ini cara kerjanya berlawanan dengan
tujuannya: tidak pernah ada satu orang pun di dunia ini yang berhasil menggunakan seluruh pasta
yang dikemas di dalam tube itu. Ketika Anda menganggapnya pastanya sudah habis, dan tube itu
Anda buang, di dalamnya masih tinggal pasta cukup untuk sekali dua kali sikat gigi lagi. Kalikanlah
ini dengan jutaan tube yang dibuang orang setiap harinya di dunia ini, angka yang Anda peroleh
akan sangat menakjubkan. Tutup tube itu mudah pula hilang sesudah dua tiga kali pakai, sehingga
pasta di dekat lubang tube itu mengeras. Ketika Anda ingin memakainya besok pagi, Anda harus
memijit tube lebih keras dari biasa, dan tidak jarang akibatnya pasta itu akan meloncat mengotori
lantai dan tempat-tempat lain. Dan kalau memang Anda memijitnya terlalu keras, tube itu masih
akan terus mengeluarkan pasta, walaupun kebutuhan Anda sudah terpenuhi.
Iklan-iklan yang menyesatkan turut pula menambah rasa tidak senang kita menggunakan
pasta gigi. Kenyataan menunjukkan, walaupun kita menyikat gigi dua puluh empat jam sehari
semalam, kalau gigi kita pada dasarnya memang tidak putih, gigi itu tidak akan menjadi putih.
Kemudian perhatikan senyum model yang dipakai di dalam iklan. Senyum dengan memperlihatkan
semua gigi bukanlah senyum yang terbaik, lagi pula tersenyum seperti itu tidak mungkin dilakukan
sambil menyikat gigi. Perhatikan pula cara model itu menyikat giginya: bagimana pun tampak

320

indah dan berseninya, tidak bisa kita menyikat gigi dengan benar jika kita memegang sikat gigi itu
hanya dengan ibu jari dan telunjuk saja.
Pasta gigi itu, baik rasa maupun teksturnya adalah pasta. Hijau, putih bergaris merah atau
hijau, atau putih saja (yang menyebabkan gigi kita justru kelihatan lebih kuning karena kontras),
tetap saja pasta itu benda asing di mulut kita, dan tidak untuk ditelan. Wangi-wangian dan rasa
yang ditambahkan kepada pasta itu, yang konon maksudnya untuk menambah enak menyikat
gigi, bukanlah jawaban yang tepat. Jika tidak dapat ditelan, apa gunanya dibuat wangi dan terasa
enak? Membuat pasta gigi yang wangi dan terasa enak itu berbahaya, kita, terutama anak-anak
kita, akan terbiasa menelannya sedikit-sedikit. Di samping rasanya yang tajam itu, tekstur pasta
gigi sering menimbulkan campuran kental yang hangat di mulut, yang jika disikat dengan keras
akan menghasilkan busa, yang menyebabkan mulut (te)rasa tersumbat, dan menimbulkan rasa
mau muntah.
Agaknya jelas bagi kita semua bahwa pasta gigi itu dalam bentuknya yang sekarang ini
sudah sangat ketinggalan zaman. Ada banyak sekali perubahan yang sebenarnya sudah sejak
dahulu kala harus dilakukan oleh para produser pasta gigi. Tube itu jelas sudah ketinggalan
zaman, dia sudah ada sejak permulaan abad ini! Mana ada barang lain yang sudah dipakai orang
sejak permulaan abad ini, yang sampai sekarang tidak mengalami perubahan mendasar.
Promosinya juga rasanya lebih banyak tidak benarnya dari benarnya. Dan mengenai tekstur dan
rasa pasta gigi, kalau memang mau dibikin enak, mengapa tidak dipikirkan dan dicari alat
pencegah kerusakan gigi yang, selain enak dan wangi, juga dapat ditelan seperti permen coklat?
Dengan sendirnya alat seperti ini dapat pula dibubuhi segala macam vitamin untuk membuat gigi
kita sehat dan kuat. Kalau ini bisa diciptakan, begitu bangun tidur, setiap orang akan dengan
senang hati memasukkan sepotong alat ini ke mulutnya, mengunyahnya sebentar, lalu
menelannya. Mulutnya akan bersih dan wangi, giginya sehat dan kuat, dan orang itu akan benarbenar merasa bangun: siap untuk melakukan tugas-tugasnya hari itu.
Contoh di atas adalah sebuah eksposisi. Bentuknya telah dirancang
oleh Aristoteles. Bentuk inilah yang sering dipakai orang dalam menulis
skripsi maupun disertasi.
Bentuk ini pula yang sering dipakai dalam
mengembangkan tulisan yang berbentuk (berupa) makalah untuk seminar.
Dan sekarang, bentuk (atau pola) di atas akan dicoba dipolemikkan. Contoh
tulisan di bawah ini menunjukkan penulisnya berlawanan dengan apa yang
dikatakan Jo Stralen. Tesisnya berlawanan, semua kelasnya pun berlawanan.
Simaklah dengan cermat!
Eksposisi ll: Polemik
Pasta Gigi Segala Zaman
Muridan Satrio W.
Setiap orang menggosok gigi. Ada yang pagi sore setiap mandai, ada yang setiap selesai
makan. Ini bergantung pada keyakinan masing-masing mengenai bagaimana merawat gigi dengan
baik. Warna pasta yang digunakan pun bermacam-macam, ada yang putih polos, putih bergaris
merah atau hijau atau lainnya. Tetapi bila diperhatikan, ada yang tidak berubah pada alat
perawatan gigi tersebut. Ternyata alat perawatan gigi seperti yang kinal selama ini memang sudah
diyakini sebagai yang terbaik sampai saat ini, dan tidak perlu diubah. Ini terlihat dari kenyataan
321

bahwa kemasan yang berbentuk tube itu adalah yang paling tepat untuk pasta gigi, lalu rasa dan
tekstur pasta di dalam tube itu pun cukup membuat orang senang menyikat gigi, dan semua ini
didukung pula oleh cara promosi yang memang meyakinkan.
Sejak puluhan, bahkan mungkin lebih seratus tahun yang lalu, kemasan pasta gigi yang
selalu hadir di kamar mandi kita adalah tube. Kemasan itu berbentuk lonjong, pangkalnya gepeng,
badannya berbentuk silinder, dan ada tutup di ujungnya. Kita tinggal membuka tutupnya, memijit
tube, dan keluarlah pasta gigi yang siap untuk dipakai. Dalam kemasan seperti ini pasta gigi tidak
mudah kering, asal kita tidak lupa menutupnya kembali. Kebersihannya pun terjamin, dan
gampang pula menyimpannya, atau membawanya untuk bepergian.
Coba bandingkan ini dengan kemasan lain yang pernah dicoba untuk dipasarkan: sachet
plastik seperti untuk shampoo, dan kaleng seperti tempat semir sepatu. Bila kita ingin
menggunakan pasta yang dikemas dalam sachet plastik, kita harus merobek sudut kemasan itu,
lalu memijitnya agar pastanya keluar secukupnya. Setelah dipakai kemasan harus diletakkan
berdiri agar isinya tidak tumpah, dan jangan sampai jatuh ke lantai agar tidak kemasukan air yang
barangkali kotor. Pastanya juga cepat kering dan rasa serta aromanya cepat hilang. Menghadapi
kemasan seperti kaleng semir sepatu, kita memang tinggal membuka tutupnya, basahi sikat gigi
kita dan goreskan pada pasta sesuai keperluan. Masalahnya, berapa banyak sikat gigi milik orang
lain yang masuk ke kaleng itu?
Rasa dan tekstur pasta gigi bermacam-macam, bergantung pada merek dan kegunaanya.
Warna yang indah, rasa yang manis dan aroma yang enak semuanya dibuat agar kita merasa
nyaman dan senang menggosok gigi. Dan kita semua tahu betul, bahkan anak-anak kecil pun tahu
betul, bahwa pasta gigi itu bukan untuk ditelan. Bisa dibayangkan bila warna pasta gigi hitam atau
ungu, aromanya seperti comberan, dan rasanya seperti obat malaria, pasti lebih banyak orang
yang rela giginya cepat rusak daripada harus menggosok gigi dengan pasta seperti itu.
Promosi pasta gigi secara tidak langsung merangsang orang agar mau merawat gigi serta
menggosok gigi secara teratur. Di dalam iklan terdapat senyum yang menawan dengan sebaris
gigi yang putih dan rapi. Setidaknya ini memotivasi orang agar merawat gigi dengan baik, agar
gigi bisa bersih dan putih seperti di dalam iklan. Namun kalau pada dasarnya seseorang memiliki
gigi yang tidak putih, dia tidak akan berhenti menggosok gigi, hanya karena giginya tidak kunjung
menjadi putih. Pengetahuan umum sekadarnya, ditambah bacaan dari media massa,
memungkinkan kita mengerti mengenai persoalan gigi yang memang tidak bisa menjadi putih itu.
Mengapa para produser pasta gigi tidak melakukan perubahan mendasar terhadap alat
perawatan gigi yang sudah berumur lanjut itu? Pertanyaan ini membawa kita kepada kenyataan
bahwa alat ini memang masih sangat pantas dipertahankan. Sesuatu alat yang sudah digunakan
sejak lama tidak selalu berarti keinggalan zaman dan harus diubah. Tidak ada salahnya
mempertahankannya bila memang masih mampu memenuhi kebutuhan pemakainya. Pikiran untuk
mencoba menghasilkan pasta gigi yang berasa enak dan bisa ditelan, kok, rasanya berlebihan.
Bukankah menggosok gigi bertujuan membersihkan kotoran yang menempel pada gigi? Maukah
kita menelan kotoran yang seharusnya dibuang?
Perlatihan
a) Setelah Anda membaca deskripsi yang berjudul Kamar Sebuah
Asrama, cobalah buat ragangan atau kerangkanya. Setelah Anda
menemukan ragangan atau kerangkanya, cobalah Anda membuat
deskripsi sebuah ruangan dengan pengembangan observasi menurut
spasi (ruang) dengan ragangan tersebut!
322

b) Kisah cinta Yusril tersebut sangat bagus dan dapat dikembangkan


menjadi sebuah novel yang menarik. Tetapi, jika dibuatkan kisi-kisinya
akan tampak hal-hal yang salah waktu, yang anakronistis. Anda dapat
menemukan salah waktu dan anakronistis tersebut dengan mudah.
Cobalah lakukan!
c) Pilih topik yang menarik untuk dikembangkan menjadi wacana
eksposisi. Buatlah kerangka (outline) tulisan. Selanjutnya, kembangkan
menjadi wacana eksposisi yang menarik! Selamat mencoba!
g. Menulis Kalimat dan Penggunaan Ejaan
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat
menulis kalimat dan menerapkan penggunaan ejaan dalam kalimat tersebut.
Dalam kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni menulis
kalimat dan menggunakan ejaan yang benar dalam menulis.
Pemahaman kedua subtopik ini diperlukan dalam kehidupan seharihari. Apalagi Anda adalah guru bahasa Indonesia, yang setiap saat dimintai
jawaban atas kekurangjelasan menulis kalimat dengan menggunakan ejaan
yang benar yang terjadi di masyarakat (dan atau di sekolah).
1. Menulis Kalimat
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah berciri baku dan efektif. Kebakuan
mengacu pada kesesuaian kalimat dengan kaidah tata kalimat bahasa
Indonesia. Sumowidjoyo (1994) mendeskripsikan ciri kalimat baku:
garmatikal, masuk akal, bebas dari munsur yang mubazir (redundance),
bebas dari kerancuan (kontaminasi), bebas dari pengaruh bahasa daerah
atau asing (interferensi), sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku, jika dilisankan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia standar.
Keefektifan kalimat ilmiah diukur dari dua sisi, yakni dari sisi (a)
penulis, dan (b) pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika
kalimat yang digunakan dapat mengakomodasi gagasan ilmiah penulis
secara tepat dan akurat. Dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama
persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu, jika pembaca
masih mengalami kebingungan, kesulitan yang mengakibatkan salah
menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat
diketegorikan efektif. Kalimat efektif berciri gramatikal, logis, lengkap,
sejajar, hemat, dan ada penekanan.
Dengan mengacu pada ciri baku dan efektif tersebut, kalimat dalam
bahasa Indonesia ilmiah berciri (a) gramatikal, (b) logis, (c) lengkap, (d)
hemat (bebas dari unsur mubazir), (e) bebas dari kontaminasi, (f) bebas dari
interferensi, (g) sejajar, dan (h) ada penekanan.
a). Gramatikal

323

Kalimat bahasa Indonesia ilmiah berciri gramatikal. Artinya, kalimat


ilmiah sesuai dengan tata kalimat (sintaksis), tata frase (frasiologi), tata
morfem (morfologi), dan tata fonem (fonologi) bahasa Indonesia. Untuk
memperjelas kegramatikalan bahasa Indonesia ilmiah, berikut ini disajikan
beberapa contoh kalimat.
(1) Tentang metode penelitian dibahas pada bab 3.
(2) Apabila pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan, tidak
mengherankan.
(3) Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara
cepat dan dapat memahaminya.
Kalimat (1) s.d. (3) tersebut tidak gramatikal karena fungsi subjek
dihilangkan (dibiarkan kosong). Perbaikan kalimat (1) dapat dilakukan
dengan menghilangkan kata depan yang mengawali subjek, tentang. Kata
depan tersebut telah mengaburkan fungsi frase metode penelitian. Frase
tersebut berada di antara dua fungsi sebagai subjek dan sebagai
keterangan. Perbaiikan kaliamt (2) dan (3) dapat dilakukan dengan
menambahkan subjek yang kosong. Ketiga kalimat tersebut menjadi lebih
gramatikal jika diubah menjadi (1a) s.d. (3a) berikut.
(1a) Metode penelitian dibahas pada bab 3.
(2a) Apabila pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan, berita
itu tidak mengherankan.
(3a) Keterampilan ini diperlukan agar mahasiswa dapat membaca
buku secara cepat dan dapat memahaminya.
Ketidakgramatikalan sebuah kalimat dapat disebabkan oleh hadirnya
subjek ganda sebagaimana kalimat (4) berikut.
(4) Penyusunan laporan penelitian ini, penulis mendapatkan bimbingan
dari dosen pembimbing.
Pada kaliamat (4) terdapat subjek ganda, yaitu penyusunan laporan ini
sebagai subjek pertama dan penulis sebagai subjek kedua. Kalimat tersebut
dapat diperbaiki dengan menjadikan salah satu subjeknya menjadi
keterangan, sebagaimana (4a) berikut ini.
(4a) Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis mendapatkan
bimbingan dari dosen pembimbing.
Ketidakgramatikalan kalimat juga bisa disebabkan oleh pemenggalan
suku kalimat menjadi satu kalimat yang berdiri sendiri sebagaimana (5) dan
(6) berikut.

324

(5) Secara umum dan orang telah mengenal makna kecerdasan itu.
Sehingga, pebicaraan tentang kecerdasan bukan lagi mmenjadi
hak kaum ahli, tetapi sudah menjadi bahasan awam.
(6) Kecerdasan holistik mencakup aspek intelegensi, emosi, dan
bahkan spiritual. Sedangkan ukuran kecerdasan intelligence
quotient (IQ) merupakan perbandingan antara umur mental dan
umur kronologis.
Suku sehingga, pembicaraan tentang kecerdasan bukan lagi menjadi
hak kaum ahli, tetapi sudah menjadi bahasan awam pada (5) dan suku
sedangkan ukuran kecerdasan intelligence quotient (IQ) merupakan
perbandingan antara umur mental dan umur kronologis pada (6) merupakan
bagian kalimat sebelumnya, sehingga tidak perlu berdiri sendiri sebagai
kalimat baru. Kalimat tersebut menjadi lebih gramatikal jika disunting
menjadi (5a) dan (6a) berikut.
(5a)

Secara umum dan orang telah mengenal makna kecerdasan itu,


sehingga pembicaraan tentang kecerdasan bukan lagi mmenjadi
hak kaum ahli, tetapi sudah menjadi bahasan awam.

(6a)

Kecerdasan holistik mencakup aspek intelegensi, emosi, dan


bahkan spiritual, sedangkan ukuran kecerdasan intelligence
quotient (IQ) merupakan perbandingan antara umur mental dan
umur kronologis.

b). Logis
Kalimat logis jika mengandung makna yang masuk akal. Kalimat (7)
s.d. (8) berikut kurang masuk akal karena pikiran atau gagasan ilmiah yang
dinyatakan dalam kalimat tidak dapat diterima kebenarannya oleh akal sehat
pembaca.
(7) Para penumpang diharapkan segera turun setelah bus berhenti.
(8) Masalah perencanaan karangan mau dijelaskan oleh ketua tim
lomba karya tulis ilmiah pada pertemuan yang akan datang.
Ketidaklogisan kalimat (7) adalah dalam hal tidak masuk akal
penumpang diharap turun setelah bus berhenti. Demikian pula, pada kalimat
(8) terdapat ketidaklogisan dalam hal masalah perencanaan karangan mau
dijelaskan, seolah-olah masalah perencanaan karangan makhluk bernyawa.
Kedua kalimat dapat disusun lebih logis menjadi (7a), (7b), (8a), dan (8b)
berikut.
(7a) Para penumpang diharapkan segera turun ketika bus berhenti.
(7b) Ketika bus berhenti, para penumpang diharapkan segera turun.

325

(8a) Masalah perencanaan karangan akan dijelaskan oleh ketua tim


lomba karya tulis ilmiah pada pertemuan yang akan datang.
(8b) Ketua tim lomba karya tulis ilmiah akan menjelaskan masalah
perencanaan karangan pada pertemuan yang akan datang.
c). Lengkap
Kalimat ilmiah mewajibakn kehadiran fungtor inti: subjek, predikat,
objek, dan pelengkap secara fungsional. Pada kalimat verbal, penentu
kehadiran fungtor adalah verba yang menduduki fungsi predikat pada
kalimat terebut. Jika predikatnya terdiri atas verba taktransitif, fungtor wajib
hanya subjek dan predikat. Akan tetapi jika predikatnya terdiri atas verba
transitif ada dua kemungkinan variasi. Pertama, jika predikatnya diisi oleh
verba ekatransitif, fungtor wajib adalah subjek, predikat, dan objek. Kedua,
jika predikat diisi oleh verba dwitransitif, fungtor wajib adalah subjek,
predikat, dan objek. Jika verba pengisi
predikat terdiri atas verba
semitransitif, fungtor wajib adalah subjek, predikat, dan pelengkap.
Kalimat pada (9) merupakan kalimat yang lengkap, meskipun hanya
terdiri atas subjek dan predikat. Akan tetapi, meski tampak lebih panjang,
kalimat (10) merupakan kalimat yang belum lengkap.
(9) Pengamatan terhadap peristiwa itu sudah selesai.
(10) Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota tim
peneliti yang menggunakan peralatan dan instrumen lengkap dan
sempat mengunandang perhatian warga desa Mulung, kecamatan
Driyorejo, kabupaten Gresik.
Kalimat (10) belum lengkap karena belum memiliki predikat. Bagian
kalimat yang panjang semuanya merupakan perluaran subjek. Perluasan
subjek secara tidak disadari ini terjadi karena penulis kurang tepat dalam
menggunakan konjungsi, khususnya yang. Kalimat tersebut menjadi lengkap
jika disunting menjadi (10a) atau (10b) berikut.
(10a)

Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota tim


peneliti yang menggunakan peralatan dan instrumen lengkap dan
sempat mengunandang perhatian warga desa Mulung, kecamatan
Driyorejo, kabupaten Gresik itu sudah selesai.
(10b)
Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota tim
peneliti yang menggunakan peralatan dan instrumen lengkap dan
sempat mengunandang perhatian warga desa Mulung, kecamatan
Driyorejo, kabupaten Gresik itu sedang berlangsung.
Kalimat yang belum lengkap lain dapat diperhatikan pada (11) s.d. (13)
berikut.

326

(11) Dengan mempertimbangkan salah satu unsur psikologi diharapkan


akan memperoleh masukan yang lebih sesuai dengan aspirasi.
(12) Setelah instrumen uji coba disusun, maka diusahakan agar
memenuhi syarat dari segi validitas dan reliabilitas.
(13) Para guru SD sebenarnya sudah berusaha menerapkan , tetapi KBK
itu memang rumit.
Kalimat (11) s.d. (13) tersebut merupakan contoh kalimat yang tidak
memiliki unsur fungsi yang lengkap. Karena kesalahan memilih bentuk yang
seharusnya pasif ditulis aktif, kalimat (11) dan (12) menjadi tidak lengkap
karena tidak bersubjek. Kalimat (13) juga tidak lengkap karena tidak
mengandung objek, padahal predikat dalam kalimat tersebut merupakan
verba transitif, menerapkan.
Kalimat-kalimat tersebut dapat disunting menjadi lengkap pada (11a),
(12a), dan (13a) berikut ini.
(11a)

Dengan mempertimbangkan salah satu unsur psikologi


diharapkan akan diperoleh masukan yang lebih sesuai dengan
aspirasi.
(12a)
Setelah instrumen uji coba disusun, diusahakan agar terpenuhi
syarat dari segi validitas dan reliabilitas.
(13a)
Para guru SD sebenarnya sudah berusaha menerapkan KBK
dalam proses pembelajaran, tetapi itu memang rumit.
d). Hemat (bebas dari unsur mubazir)
Kalimat dalam bahasa Indonesia ilmiah harus hemat. Kehematan
tersebut meliputi kehematan dalam pemakaian kata, frase, atau unsur
kalimat lainnya. Unsur yang digunakan hanyalah unsur yang mendukung
gagasan keilmuan penulisnya. Penggunaan kata, istilah, dan frasa secara
mubazir, boros, atau berlebihan dihindari.
(14) Mahasiswa segera menulis proposal KAM dan mengirimkan
proposal itu ke Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat di
kampus Ketintang.
Kalimat (14) kurang hemat karena pengulangan bagian kalimat
tertentu yang menduduki fungsi sama dalam kalimat majemuk. Pengulangan
kata proposal dalam kalimat tersebut tidak memperjelas gagasan yang
disampaikan. Akan lebih hemat, jika kalimat tersebut disusun menjadi (14a)
berikut.
(14a) Mahasiswa segera menulis proposal KAM dan mengirimkannya
ke Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat di kampus Ketintang.

327

Kekuranghematan kalimat juga bisa terjadi adanya kehadiran bagianbagian kalimat yang kehadirannya
tidak memperjelas gagasan.
Sebagaimana kalimat (15), (16), dan (17) berikut, kata-kata yang bercetak
miring, yakni untuk, bagi, saja, tentang, para, pembelajaran, daripada
merupakan bagian kalimat yang lebih baik dihilangkan agar kalimat lebih
hemat.
(15) Wawasan Nusantara tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi bangsa Indonesia saja, tetapi juga ikut serta
dalam mewujudkan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.
(16) Pembelajaran tentang sains
saat ini perlu mendapatkan
penanganan
khusus karena banyak para siswa yang
mengeluhkan kesulitan materi pembelajaran tersebut.
(17) Maksud daripada dicantumkannya subtopik latihan pada setiap
modul adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap materi.
Meski demikian, pencantuman bahwa pada kalimat (17a) berikut merupakan
sesuatu keharusan. Jika dihilangkan kalimat majemuk yang disusun menjadi
tidak gramatikal.
(17a) Bahwa dicantumkannya subtopik latihan pada setiap modul
adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap materi.
Penghematan juga dapat dilakukan dengan mengganti frase yang
panjang dengan padanannya yang lebih pendek. Kalimat (18) dan (19)
berikut menggunakan frase diberi tafsiran, diberi makna, memberikan
penjelasan yang memiliki bentuk lebih panjang, dan kalimat (18a) dan
(19a) menggunakan padanan yang lebih pendek, yaitu ditafsirkan, dimaknai,
dan menjelaskan.
(18) Guru sering diberi predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa,
suatu predikat yang harus diberi tafsiran dan diberi makna
sedalam-dalamnya.
(18a) Guru sering diberi predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa,
suatu predikat yang harus ditafsirkan dan dimaknai sedalamdalamnya.
(19) Presiden memberikan penjelasan tentang isi kesepakatan damai
antara pemerintah dengan GAM yang ditandatangani pada 15
Agustus 2005 di Helsinky.
(19a) Presiden menjelaskan isi kesepakatan damai antara pemerintah
dengan GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di
Helsinky.

328

e). Bebas dari kontaminasi


Kalimat bahasa Indonesia ilmiah bebas dari kontaminasi. Artinya,
kalimat ilmiah bebas dari kerancuan atau pencampuradukan dua makna, dua
unsur, atau dua struktur. Kalimat (20) dan (21) berikut merupakan contoh
kalimat yang mengandung kontaminasi.
(20) Pak guru tidak pernah menghapus papan tulis.
(21) Seminar sehari itu membicarakan tentang restrukturisasi
kurikulum
menyongsong
pembelajaran
berorientasi
pada
kecakapan hidup.
Karena mengandung kontaminasi makna, kalimat (20) dapat disunting
menjadi (20a) dan (20b). Demikian pula kalimat (21). Karena mengandung
kontaminasi struktur, kalimat (21) dapat disunting menjadi (21a) dan (21b)
berikut.
(20a) Pak guru tidak pernah membersihkan papan tulis.
(20b) Pak guru tidak pernah menghapus tulisan di papan tulis.
(21a)
Seminar sehari itu membicarakan restrukturisasi kurikulum
menyongsong pembelajaran berorientasi pada kecakapan hidup.
(21b) Seminar sehari itu berbicara tentang restrukturisasi kurikulum
menyongsong pembelajaran berorientasi pada kecakapan hidup.
f). Bebas dari interferensi
Dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa
daerah dan bahasa asing. Pengaruh itu ada yang bersifat memperkaya dan
ada yang memiskinkan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ilmiah harus
terbebas dari gangguan unsur yang memiskinkan tersebut. Kalimat (22) s.d.
(24) berikut merupakan contoh kalimat yang mengandung interferensi.
(22) Terhadap semua bantuan dan dorongan dosen pembimbing, penulis
menghaturkan terima kasih.
(23) Selama empat minggu, mahaiswa latihan vokal dan pernafasan di
sanggar sastra Jubahsantri di kampus Lidah Wetan.
(24) Menteri Pendidikan Nasional telah memberlakukan Peraturan
Menteri Nomor 11 tahun 2005 tentang pemberlakuan buku ajar di
sekolah dasar dan menengah yang mana mengatur pemberlakuan
buku ajar selama lima tahun.
Kata menghaturkan pada (22), latihan pada (23), dan frase yang mana
pada (24) merupakan hasil interferensi. Kata menghaturkan dan latihan
merupakan interferensi dari bahasa Jawa, ngaturaken dan latihan,
sedangkan frase yang mana merupakan interferensi dari kata tugas bahasa
Inggris, where. Karena itu ketiga kalimat tersebut dapat dibebaskan dari
unsur kontaminasi menjadi (22a), (23a), dan (24a) berikut.

329

(22a) Terhadap semua bantuan dan dorongan dosen pembimbing,


penulis menyampaikan terima kasih.
(23a) Selama empat minggu, mahaiswa berlatih vokal dan pernafasan
di sanggar sastra Jubahsantri di kampus Lidah Wetan.
(24a) Menteri Pendidikan Nasional telah memberlakukan Peraturan
Menteri Nomor 11 tahun 2005 tentang pemberlakuan buku ajar di
sekolah dasar dan menengah yang mengatur pemberlakuan buku
ajar selama lima tahun.
g). Sejajar
Kalimat dalam bahasa Indonesia ilmiah berciri sejajar atau paralel.
Dalam penyebutan suatu rentetan atau daftar dengan pengurutan butirbutirnya satu per satu, misalnya, A, B, dan C butir-butir yang diurutkan itu
harus diungkapkan secara sejajar. Apabila A berupa verba, begitu pula
seharusnya B dan C.
Apabila A berupa nomina dengan imuhan peN-an,
seyogianya B dan C pun menggunakan nomina dengan imbuhan peN-an.
Kalimat (25) berikut merupakan contoh kalimat yang paralel, karena gagasan
yang berurutan telah disampaikan dalam bentuk yang sama, yaitu
membuat, membeli, dan memakainya.
(25) Seorang sarjana teknik berhasil membuat alat penguat pancaran
air dari pompa dengan caranya sendiri, masyarakat petani
tembakau tinggal membeli dan memakainya.
Akan tetapi, kalimat (26) berikut masih kurang paralel karena gagasan
yang sejajar diungkapkan dengan bentuk yang tidak sama, yaitu
peningkatan, menggalakkan, dan terciptanya. Kalimat itu menjadi lebih
paralel setelah disunting menjadi (26a) dengan menyamakan bentuk untuk
tiga gagasan yang sejajar, yaitu peningkatan, penggalakan, dan penciptaan
atau manjadi (26b) dengan meningkatkan, menggalakkan, dan menciptakan.
(26) Sasaran resktrukturisasi ekonomi Indonesia adalah peningkatan
mobilisasi tabungan dalam negeri, menggalakkan investasi dan
ekspor, serta terciptanya efisiensi ekonomi yang tinggi.
(26a) Sasaran resktrukturisasi ekonomi Indonesia adalah peningkatan
mobilisasi tabungan dalam negeri, penggalakan investasi dan
ekspor, serta penciptaan efisiensi ekonomi yang tinggi.
(26b) Sasaran resktrukturisasi ekonomi Indonesia adalah meningkatkan
mobilisasi tabungan dalam negeri, menggalakkan investasi dan
ekspor, serta menciptakan efisiensi ekonomi yang tinggi
h). Ada penekanan (empasis)
Setiap kalimat mewakili gagasan penulisnya. Gagasan/informasi ilmiah
yang dipentingkan penulis perlu diberi penekanan atau empasis memperoleh
330

perhatian lebih dari pembaca. Penekanan unsur kalimat dilakukan dengan


cara meletakkannya pada posisi tertentu (umumnya di awal kalimat),
menggunakan urutan logis, dan menggunakan repetisi.
(27) Pembangunan akan berjalan dengan lancar jika semua anggota
masyarakat berperan aktif di dalamnya.
Bahasa Indonesia termasuk bahasa yang memiliki urutan normal S-P-O.
Kalimat (27) merupakan kalimat dengan urutan normal tersebut sehingga di
dalamnya tidak ada bagian informasi yang dipentingkan. Hal yang berbeda
terjadi pada kalimat (27a) dan (27b) berikut. Pada kalimat (27a) yang
ditekakkan adalah informasi tentang keterangan syarat, jika semua anggota
masyarakat berperan aktif. Secara ilokusi, kalimat ini mengandung ajakan
kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan. Penekanan
pada bagian kalimat yang berbeda lagi terjadi pada kalimat (27b) yang
menekankan pada jaminan akan lancarnya pembangunan, jika syarat
dipenuhi.
(27a) Jika semua anggota masyarakat berperan aktif di dalamnya,
pembangunan akan berjalan lancar.
(27b) Akan berjalan dengan lancar pembangunan ini jika semua
anggota masyarakat berperan aktif di dalamnya.
Penekanan pada (27a) dan (27b) dilakukan dengan cara menempatkan
bagian yang ditekankan pada awal kalimat.
Penekanan juga dapat dilakukan dengan menyusun urutan logis.
Urutan logis dapat dilakukan secara kronologis (28) atau kronologis terbalik
(28a) berikut.
(28) Enam bulan yang lalu sakitnya dikira batuk biasa, tetapi beberapa
waktu kemudian diduga paru-paru, bahkan siang tadi tim dokter
RSUD Dokter Soetomo memvonisnya leukimia.
(28a)

Siang tadi, dia divonis leukimia oleh tim dokter RSUD Dokter
Soetomo setelah sebelumnya diduga paru-paru dan bahkan enam
bulan yang lalu dikira batuk biasa.

Pengurutan secara logis juga dapat dilakukan dengan klimaks atau


antiklimaks. Kalimat (28) di muka di samping menggunakan urutan
kronologis juga menggunakan urutan klimaks. Sebaliknya, pada (28a), di
samping digunakan urutan kronologis terbalik, juga digunakan antiklimaks.
2. Menggunakan Ejaan yang Benar dalam Menulis
331

Di bawah ini dikutipkan ketentuan penulisan, khususnya penggunaan


huruf kapital dan huruf miring, dari Pedoman Umum Ejaan yang
Disempurnakan.
a). Huruf Kapital (atau Huruf Besar)
1). Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengangguk.
Apa maksudnya?
Saya harus bekerja keras.
2). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, Kapan kita pulang?
Bapak menasihatkan, Berhati-hati, Nak!
Besok kita pulang, kata Ibu.
3). Huruf kapital dipakai sebagai pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakasih, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Esa,
Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri
rahmat.
4). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Ahmad Dahlan, Imam
Syafii, Nabi Isa.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:

332

Wakil Presiden Budiono, Perdana Menteri Nehru, Profesor


Supomo, Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara,
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Gubernur Irian Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama
tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor
jenderal.
6). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Emha Ainun Nadjib, Abdullah Gymnastiar, Wage Rudolf
Supratman, Budi Saktiawan, Halim Perdanakusumah, Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau nama ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
7). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Jepang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing, kejawa-jawaan, keinggrisinggrisan.
8). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan November, bulan Februari,
bulan Maulid, hari Jumat, hari raya Galungan, hari raya Lebaran,
Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah
yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan
bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
333

Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Ngarai Sianok,


Dataran Tinggi Dieng, Teluk Benggala, Jalan Diponegoro, Jazirah
Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem, Pegunungan Jayawijaya,
Selat Lombok, Selat Bali, Danau Toba, Gunung Semeru, Teluk
Tomini, Terusan Panama, Tanjung Harapan, Terusan Suez.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi ke
arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris,
pisang ambon, gula jawa, kacang bogor
10). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik
Indonesia;
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat;
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan
Ibu dan Anak; Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor ...,
Tahun2012
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan
nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,
badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerjasama
antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang
berlaku.
11). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia, Yayasan Ilmu-Ilmu Sastra, Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian.
12). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

334

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.


Dia adalah agen surat kabar Kompas.
Ia menyelesaikan makalah Politik dan Bahasa.
13). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr.
Doctor (doktor)
M.A.
master of arts
(Magister Agama, Antropologi, dst.)
Prof.
profesor
Sdr.
saudara
14). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam peyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Kapan Bapak berangkat? tanya saya.
Adik bertanya, Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Silakan duduk, Dik! kata Hermansyah.
Besuk Paman akan dating.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hakim.
15). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
b). Huruf Miring (Italic)
1). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama/judul buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Gatra, buku Ronggeng Dukuh Paruk karangan Ahmad
Tohari, surat kabar Kompas
2).

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu. (Dia bukan ditipu, tetapi
menipu.)
Buatlah kalimat dengan tipu muslihat.

335

3). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangistana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Wetanschauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan
dunia.
Perlatihan
Suntinglah ejaan kalimat-kalimat di bawah ini sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan!
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

siapa yang akan mengikuti seminar minggu depan


kasihan bu kata ani dia belum makan seharian
quran injil dan weda adalah kitab suci agama islam kristen dan hindu
bimbinglah hambamu ya tuhan ke jalan yang engkau beri rahmat
sejak tahun lalu sultan hasanuddin tidak lagi bergelar sultan
presiden susilo bambang yudoyono mengundang seluruh gubernur di
indonesia termasuk gubernur jawa timur
(7)
wage rudolf supratman adalah pencipta lagu indonesia raya
(8)
meskipun pernah menetap lama di inggris ami sujarwo tidaklah
kehilangan keindonesiaannya
(9)
senin depan bertepatan dengan peringatan hari raya idul fitri bagi
pemeluk agama islam
(10) pegunungan jayawijaya, kali brantas, teluk jakarta, ngarai sianok, dan
danau toba adalah sebagian kecil nama-nama geografi yang terdapat di
wilayah indonesia
(11) garam inggris, gula jawa, kacang bogor, maupun pisang ambon
merupakan contoh nama jenis
(12) dia telah selesai membaca buku dari ave maria ke jalan lain ke roma
karangan Idrus sejak hari minggu lalu
(13) buku harmonium ditulis oleh prof dr (doktor) budi darma ma
(14) bukankah bapak ikut menyaksikan peristiwa itu, tanya bapak andi
nurdin nasution
(15) siapa yang sudah menghubungi anda
D. Berbicara Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru (PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia pemahaman teks
sastra. Ini adalah bahan bagi Anda agar memiliki penguasaan tentang hal
tersebut. Dalam modul ini Anda akan memelajari materi kesastraan tentang
Membacakan dan Membawakan Karya Sastra. Bagian ini berisi tiga
kompetensi utama, yaitu: Membacakan prosa fiksi (cerpen atau novel),
336

membacakan puisi, dan membawakan drama. Melalui pelatihan ini Anda


diharapkan terampil dalam memahami ketiga hal tersebut dan pada
gilirannya Anda juga diharapkan trampil mengajarkan kompetensi
membacakan dan membawakan karya sastra kepada siswa.
Tujuan pelatihan ini adalah Anda diharapkan dapat memiliki
kemampuan dalam membaca dan membawakan karya sastra. Kompetensi
ini akan sangat relevan dengan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah.
Setelah memelajari materi ini Anda diharapkan
1)
mampu membacakan prosa fiksi, cerpen atau novel, dan
menerapkannya dalam pembelajaran,
2)
mampu membacakan puisi dan menerapkannya dalam
pembelajaran,
3)
mampu membawakan dan memerankan drama serta
menerapkannya dalam pembelajaran.
Membacakan dan membawakan karya sastra adalah kompetensi yang
harus menjadi bagian dari kompetensi guru bahasa dan sastra Indonesia.
Guru adalah model bagi siswa-siswanya. Bayangkan apa yang terjadi di kelas
bila guru tidak kuasa melakukan hal ini? Memang sudah banyak beredar
media yang dapat menggantikan semua ini, namun efektivitas pembelajaran
dengan usaha dan upaya guru itu sendiri adalah lebih penting.
Ada beberapa syarat agar guru kompeten dalam hal ini. Anda tidak
khawatir sebab syarat-syarat tersebut dapat dipelajari dan dilatih.
Percayalah bahwa Anda bisa! Beberapa syarat minimal bagi orang yang ingin
berkompeten dalam membacakan dan membawakan karya sastra ialah
dapat memahami karya sastra itu dengan baik dan memiliki strategi untuk
membacakan dan membawakan. Syarat pemahaman atas karya sastra itu
mengarah pada bahwa mengenal dengan baik ragam karya sastra dan
unsur-unsurnya akan sangat berpengaruh pada pembacaan dan pembawaan
karya sastra tersebut. Syarat strategi pembacaan dan pembawaan karya
sastra mengarah pada beberapa keterampilan teknis tertentu, misalnya olah
vokal, intonasi, ekspresi dan lakuan. Bagaimana? Hal yang mungkin bukan?
2. Materi Pembelajaran
a. Membacakan Prosa Fiksi (Cerita Pendek atau Novel)
Bacalah cerpen berikut ini!
Tanah Masa Depan
Cerpen Tengsoe Tjahjono
Barong tak lagi seperti dulu. Semenjak semburan lumpur mengubur wilayah itu, wajahwajah kuyu dan muram menghiasi sudut-sudut kota. Jika Anda naik kendaraan dari kota provinsi
menuju daerah timur, Anda pasti akan melalui kota Barong, sebab satu-satunya akses ya hanya
kota itu. Dulu sebelum jalan tol digenangi lumpur, kendaraan roda empat pasti akan memilih jalan

337

tol. Sekarang nggak ada pilihan lain. Harus rela antre dan berdesak-desakan di nadi kota Barong.
Berjam-jam. Bersabar-sabar. Kuyu dan muram.
Dari atas bus, jika Anda kebetulan naik bus dari arah utara ke selatan, sebelum sampai ke
pasar Barong, tengoklah ke kiri. Di sana akan terlihat berderet bekas kios-kios pedagang buah.
Di belakangnya berdiri dengan gagah dan angkuh tanggul-tanggul penangkal luberan lumpur.
Tingginya bukan main. Setinggi pohon kelapa. Kios-kios itu kosong ditinggalkan pemiliknya
begitu saja, menyisakan dinding-dinding yang berlubang, atap-atap robek sana-sini, lantainya
becek tergenang air. Sisa-sisa tulisan mangga gadung masak pohon, 3000 rp, rambutan asli
Binjai, dan sebagainya masih tergantung di bagian dinding-dinding kios itu. Muram dan pucat.
Di ujung selatan deretan kios itu Anda pasti akan melihat sesosok lelaki kurus duduk
dengan kaki ditekuk di atas bangku panjang. Rambutnya tergerai tak terurus. Tampak sudah
cukup lama tidak bersentuhan dengan sisir. Wajahnya cokelat berkilat, namun matanya kosong
menatap tumpukan kendaraan yang melata di depannya.
Sumi, tabunganku kurasa cukup untuk membeli tanah Wak Kamdi. Memang agak jauh
dari pasar. Tapi, nggak apa, yang penting setelah nikah kita sudah punya tabungan berupa
tanah, kata Wagimun kepada kekasihnya. Sumi tersenyum. Dadanya dipenuhi oleh rasa bangga
akan calon suaminya itu. Sebagai lelaki Wagimun memang tidak cukup tampan. Tapi bagi Sumi
apa arti ketampanan bila lelaki itu justru tidak mampu membuatnya nyaman, tenang, dan damai?
Ya, Kang aku setuju. Tanah itu kan dilewati angkutan kota. Untuk ke pasar kurasa nggak
bakal ada hambatan, Sumi berusaha membuat Wagimun bangga. Kebanggaan itu tentu akan
membuat calon suaminya percaya diri. Dengan kepercayaan dirinya, Wagimun pasti akan lebih
mencintainya dan makin lebih semangat bekerja. Ini penting karena hidup tanpa semangat kerja,
apa jadinya.
Dia kenal Wagimun serba nggak terduga. Ketika itu Sumi disuruh majikan putrinya
membeli mangga muda. Sang majikan memang lagi hamil muda saat itu. Hamil anak
pertamanya. Tentu bukan tugas mudah mencari mangga muda di kala bukan musim mangga.
Dengan semangat untung-untungan Sumi menuju ke kios buah di kotanya itu. Anda pasti bisa
membayangkan bagaimana sulitnya Sumi mencari mangga. Puluhan kios dikunjunginya, tak satu
pun yang menjual mangga muda.
Waduh, sulit, Mbak. Bukan musimnya, sih, kata salah seorang pedagang buah. Wah,
ngidamnya mbok yang lain. Salak kan anggap apa-apa, komentar yang lain. Gimana jika
ngidam sama bakulnya ini saja? komentar yang lainnya lagi. Sumi sewot menghadapi
pedagang-pedagang itu. Tidak memberi jalan keluar, malah komentar nggak karuan.
Tanpa menoleh Sumi beranjak meninggalkan kios-kios itu. Dengan putus asa yang tak
terukur ia berniat pulang. Bilang saja sama Nyonya jika mangga mudanya nggak ada, begitu
niatnya. Ia pun yakin sang majikan pasti akan marah-marah tanpa ujung-pangkal kepadanya.
Tapi mau apa lagi?
Lho, mbak cari apa? tiba-tiba seorang pria menegurnya ketika Sumi hampir mendekati
ujung selatan deretan kios itu. Ini lagi, pasti akan mempermainkan aku, gumam Sumi dalam hati.
Maka nggak dijawabnya sapaan itu. Cari mangga, Mun! seru pedagang yang tadi berkomentar
nggak karuan. Lelaki yang dipanggil Mun itu tiba-tiba berdiri di depannya, dengan posisi
menghadang. Sumi pun mau tak mau harus berhenti. Wah, Mbak, kalau mangga muda aku ada.
Kebetulan kakakku sedang hamil. Ia juga ngidam mangga muda. Kemarin aku berburu mangga
di desa. Kalau Mbak percaya padaku, tunggu di sini sebentar. Aku akan ambilkan dulu.
Belum sempat Sumi mengatakan ya atau tidak, lelaki itu sudah melesat membelah jalan di
depannya. Menyusup di antara kendaraan yang lalu lalang. Sumi terhenyak nggak bisa berkata.
338

Ia pun bersandar di dinding kios yang ditinggal pemiliknya melesat membelah lalu-lalang itu.
Laki-laki yang aneh, bisiknya.
Dalam tempo singkat lelaki itu sudah kembali berada di depannya, dengan dua mangga
muda di tangannya. Mbak, ambil aja mangga ini. Gratis. Hitung-hitung sebagai tanda
perkenalan. Berikan kepada majikan Mbak segera, agar Mbak tidak dimarahi. Siapa tahu malah
dipuji dan dinaikkan gaji, kata lelaki yang dipanggil Mun itu tertawa. Sumi pun ikut tertawa. Sejak
saat itu Sumi sering pergi ke kios buah itu. Sejak saat itu Sumi tahu bahwa lelaki itu bernama
Wagimun. Sejak saat itu Sumi tahu bahwa Wagimun itu lelaki yang penuh perhatian, ceria,
humoris, juga sangat bertanggung jawab. Maka, ia yakin bahwa keputusannya tidak akan salah
ketika ia mengangguk saat Wagimun meminang ia untuk menjadi istrinya.
Maka dipintalnya impian masa depan berdua bersama Wagimun. Walaupun ia hanyalah
seorang pembantu rumah tangga dan Wagimun hanyalah seorang penjual buah, cita-cita tetap
harus ada. Cita-cita itulah yang membedakan Sumi-Wagimun dengan kucing atau kambing, juga
menunjukkan bahwa Sumi-Wagimun adalah pribadi yang hidup, bukan pribadi yang mati. Kapan
kalian nikah?, tanya majikan putrinya suatu ketika. Sumi hanya senyam-senyum tidak
menjawab, Kamu nanti akan aku kado sebuah ranjang lengkap beserta almari pakaiannya.
Kamu mau nggak? Sekali lagi Sumi hanya senyam-senyum. Siapa yang menolak, jawabnya
dalam hati.
Mun, jangan lama-lama pacaran. Bisa-bisa Sumi digondol tukang bakso yang sering lewat
di depan rumah majikannya itu, seloroh kawan-kawan Wagimun sesama pedagang buah. Sumi
hanya senyam-senyum juga mendengar gurauan mereka. Gila! Kalian pikir menikah itu cukup
bermodalkan celana kolor! teriak Wagimun. Teman-temannya hanya tertawa melihat gaya
Wagimun dalam menjawab seloroh mereka. Sumi pura-pura tidak mendengar. Dia sendiri agak
curiga melihat perilaku tukang bakso itu. Masak lewat di depan rumah majikan Sumi sehari bisa
sepuluh kali. Pasti ada maunya. Yang jelas sejak saat itu Wagimun semakin rajin bekerja.
Tabungannya di koperasi semakin banyak.
Sampai pada suatu waktu sebuah berita buruk melanda wilayahnya. Titik pengeboran
minyak di sebuah usaha kilang minyak yang berada di wilayah itu menyemburkan lumpur.
Semula semburan lumpur itu dianggap hal yang tidak terlalu mencemaskan. Paling-paling akan
mampet dengan sendirinya. Tetapi, dugaan masyarakat di sana ternyata salah. Semburan lumpur
itu tidak pernah berhenti. Sehari beribu-ribu kubik material bumi dimuntahkan. Lumpur, air, dan
gas mengganas tidak terkendali. Dalam tempo tidak sampai tiga bulan, 4 kecamatan, 12 desa, 10
sekolah, 9 pabrik, ratusan hektar sawah, jalan tol, jalur kereta api tenggelam. Peradaban pun
luluh lantak oleh amuk lumpur.
Di atas tanggul penahan lumpur Sumi dan Wagimun menatap kosong tanahnya yang tak
lagi ketahuan petanya. Hanya atap rumah, menara mesjid, atau pucuk pohon kelapa yang
cokelat mengering yang masih tersisa bagai perahu mengapung di lautan lumpur. Di utara
menara mesjid itu, Sum, tanah kita... kata Wagimun perlahan. Nyaris tidak terdengar, seperti
ditujukan pada dirinya sendiri. Sumi tidak menyahut. Ditariknya tangan kekasihnya menjauh dari
tanggul itu. Ingin rasanya ia menangis, tetapi dia tahu air mata hanya akan membuat Wagimun
tambah menjadi sedih.
Sum, kita sudah nggak punya apa-apa lagi, keluh Wagimun yang sudah hampir tiga
bulan tidak berjualan buah lagi. Kios-kios buah yang terletak di sisi barat tanggul
penanggulangan lumpur itu sudah sepi ditinggalkan pemiliknya. Sumi hanya diam. Tak berani
mengangguk atau menggeleng. Wagimun sudah seminggu ini tak mau pulang ke pondokannya.

339

Katanya ia ingin menunggui tanahnya. Maka, tiap hari ia duduk selonjor di bangku panjang bekas
kiosnya. Menatap kosong ke arah jalan raya.
Tiba-tiba sebuah angkot berhenti di dekat mereka. Sumi kaget bukan kepalang. Bapak,
emak, dan kedua pamannya bergegas menemuinya. Sum, Bapak mencari-cari kamu, ternyata
kamu di sini, tegur Bapaknya. Emaknya membeku di samping bapaknya. Matanya berkacakaca. Emakmu amat was-was akan kamu, Sum. Beberapa hari ini nggak mau makan
mendengar kamu seminggu nggak pulang ke rumah majikanmu, kata Bapaknya kemudian. Mata
Sumi mulai mengembang air mata. Ditatapnya Wagimun yang tetap selonjor dengan pandangan
teramat kosong. Ia tak habis pikir kenapa lelaki yang ceria dan humoris itu bisa berubah 180
derajat: diam dan mati. Mungkinkah musibah semburan lumpur ini membuat akar pohon raksasa
itu bisa membusuk dan kering? Segalanya berubah begitu cepat.
Begini, Sum, kata Lik Jatmiko, adik emaknya, Kita semua tahu bahwa kamu mencintai
Dik Wagimun. Tapi hidup kan bukan hanya demi cinta. Kamu punya hidupmu sendiri. Kamu juga
harus menata masa depanmu. Dengan keadaan Dik Wagimun seperti sekarang ini, apa kamu
yakin akan masa depanmu? Lik Jatmiko pandai menyusun kata. Tak ada paksaan dari keluarga
agar Sumi meninggalkan Wagimun. Sumi dibenturkan pada sebuah dilema: antara cinta dan
realita; antara Wagimun dan masa depan hidupnya sendiri.
Mencintai memang tidak harus memiliki, Sum, kata-kata klise muncul dari bibir Lik Sugik,
adik Lik Jatmiko. Tapi kata-kata klise itu berusaha direnungkan kebenarannya oleh Sumi, Kamu
bisa mencintai Dik Wagimun dengan cara lain. Tidak harus dengan menjadi istrinya. Dengan
selalu mengenang kebaikan-kebaikannya, dengan selalu mendoakan, bahkan mungkin dengan
selalu merindukannya, kamu sudah mencintai Dik Wagimun, Sum. Sumi seperti dibangunkan
dari pingsan panjangnya. Seminggu dia mendampingi Wagimun di tanggul itu. Nyaris tidak tidur
hanya karena cintanya yang begitu kental kepada Wagimun. Benarkah cinta itu tidak mengenal
logika? Atau justru cinta itu memiliki logikanya sendiri.
Kang, kita nggak bisa terus-terusan begini. Kang Gimun harus sadar, tanah kita memang
sudah hilang. Tak mungkin kembali. Kakang harus ikhlas. Kita mulai lagi dari nol, Kang. Jika dulu
Kakang bisa, sekarang pasti akan jauh lebih mudah, Sumi berusaha menyadarkan Wagimun.
Wagimun hanya diam. Tanpa ekspresi. Bahkan, terlihat dia tidak mengenali lagi Sumi. Air mata
menyungai di pipi Sumi. Wagimun sudah tidak mampu membaca lagi makna air mata itu.
Matanya terbuka, tetapi dia tidak mampu melihat sekitarnya. Mata hatinya tertutup bayangan
gelap masa depannya.
Ketika Emaknya menggandeng tangannya menuju ke angkot, Sumi pasrah. Dia sadar
bertahan di tanggul mendampingi Wagimun, bukanlah pilihan yang masuk akal. Dia tahu bahwa
dia sangat mencintai Wagimun, tetapi menjalani hidup secara benar dan mengisinya secara baik
jauh lebih masuk akal. Dipandangnya sekali lagi lelaki itu, sebelum angkot membawanya pergi
menelusup di keriuhan lalu lintas di Jalan Raya Barong. Wagimun tetap tak berkedip. Kosong
menatap lurus arah di depannya.
Lima tahun telah berlalu. Tanggul penangkis lumpur itu semakin lama semakin tinggi.
Usaha manusia untuk menghentikan semburan lumpur itu tidak kunjung menunjukkan hasilnya.
Jika Anda naik bus dari arah kota Provinsi menuju ke selatan, dan menengok ke kiri sebelum
memasuki Pasar Barong, Anda masih akan mendapati lelaki kurus dengan kaki ditekuk duduk di
atas bangku panjang. Tatapannya masih kosong. Anda jangan terlalu heran jika suatu ketika
Anda mendapati sepasang suami istri dan dua anaknya tampak menunggui lelaki kurus itu. Si
suami terlihat berupaya mengganti pakaian lelaki kurus itu dengan baju yang bersih, sedangkan
sang istri menyiapkan sepiring nasi yang diambil dari rantang yang dibawanya. Perempuan itu
340

adalah Sumi, yang masih terus mencintai Wagimun dengan caranya yang terkesan amat
sederhana.
Akhir Tahun 2007
Terbayangkankah jika cerpen ini dibacakan secara ekspresif di depan
orang lain? Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita pelajari
bersama. Sama halnya dengan jika Anda membaca teks nonsastra, dalam
membaca teks sastra pun tujuan utamanya adalah memahami atau
menangkap maksud penulis dalam karyanya dan mengutarakannya kembali
dalam bentuk tuturan lisan. Dalam konteks ini Anda harap berhati-hati dan
harus dapat membedakan antara membaca sastra dan membacakan sastra.
Membaca sastra bersifat impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat
ekspresif.
1) Memahami Prosa Fiksi
Bagaimana memahami prosa fiksi? Ada beberapa hal yang mesti
dicermati saat Anda hendak menafsirkan maksud prosa fiksi. Berikut ini
adalah
hal-hal
yang
harus
dipahami
terlebih
dahulu
sebelum
membacakannya.
a) Memahami Tema Prosa Fiksi
Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting, karena
semua elemen dalam prosa fiksi dalam sistem operasionalnya akan mengacu
dan menunjang tema. Tema disebut juga sebagai ide sentral atau makna
sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi. Pendapat
ini selaras dengan pendapat Aminuddin yang menyatakan bahwa tema
adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai
pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya
(1987:66).
Dalam karya fiksi tema juga menjadi panduan pengarang dalam
memilih bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak
bergerak, berpikir dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan antara
satu dengan yang lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan, semuanya
menentukan rupa tema yang disampaikan oleh pengarangnya.
b) Memahami Tokoh dan Watak Prosa Fiksi
Suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah tokoh
atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga
mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang
menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan
merupakan unsur cerita yang tdak dapat ditiadakan, dengan adanya
penokohan cerita, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan hidup. Melalui
penokohan pula, seorang pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud
341

manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya sedang diceritakan


pengarangnya.
Dalam prosa fiksi, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat
dengan konflik. Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang
memiliki kecenderungan menentang, dan ada pula yang cenderung sebagai
pendamai.
Pembicaraan perihal tokoh tidak dapat dilepaskan dari watak atau
karakter. Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam membicarakan
watak tokoh adalah aspek fisik, aspek social, dan aspek psikis. Aspek fisik
tokoh umumnya digambarkan melalui usia (tingkat kedewasaan), jenis
kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan keadaan tubuh. Aspek sosial
tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial, pekerjaan, pendidikan,
kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas sosial, keturunan, dan yang
lain. Sedangkan aspek psikis atau latar belakang kejiwaan umumnya
dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang moral, tempramen, cita-cita,
tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang lain.
Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk
mengambarkan tokoh ceritanya. Ketiga cara tersebut ialah cara langsung
(analitik), cara tidak langsung (dramatic), dan campuran. Gambaran tokoh
secara langsung terjadi apabila pengarang langsung menguraikan atau
menggambarkan
keadaan
tokoh.
Sebaliknya,
apabila
pengarang
memberitahukan keadaan tokoh secara samar, maka pelukisan tokoh
disebut tidak langsung.
c) Memahami Latar Prosa Fiksi
Sebuah cerita pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian
yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada
suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut
dapat dikatakan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta
lingkungannya dalam prosa fiksi disebut latar cerita atau setting.
Latar dalam prosa fiksi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu latar waktu,
latar tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan
waktu cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah geografis,
merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar sosial
berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita.
Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana
sebuah cerita terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai
yang diungkapkan pengarang melalui ceritanya. Dengan kata lain, dapat
disebutkan bahwa latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral)
dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-benda
konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain. Apabila
342

latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca, maka latar


tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
d) Memahami Alur Prosa Fiksi
Alur dalam prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu awal, tengah, dan akhir. Bagian awal, yang biasanya disebut sebagai
bagian perkenalan, berisi informasi penting yang berkait dengan hal-hal
yang diceritakan pada tahap-tahap berikutnya. Informasi-informasi tersebut
dapat berupa pengenalan latar, pengenalan tokoh, penciptaan suasana, dan
yang lain. Fungsi pokok bagian ini ialah mengkondisikan pembaca agar siap
memasuki tahapan cerita selanjutnya. Bagian awal ini sering menjadi
taruhan bagi pengarang, maksudnya ialah kegagalan dan keberhasilan
sebuah prosa fiksi dalam menarik minat pembacanya sangat ditentukan oleh
bagian ini.
Dalam
sebuah
prosa
fiksi,
bagian
awal
selain
sebagai
eksposisi/paparan juga mengandung unsure instabilitas, yaitu situasi tidak
stabil yang dijadikan sebagai perangkai bagian-bagian berikutnya.
Bagian tengah menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan.
Konflik bisa terjadi secara internal (terjadi dalam diri tokoh itu sendiri) dan
bisa juga terjadi secara eksternal (terjadi karena pertentangan antar tokoh).
Konflik internal dikenal dengan istilah konflik batin, sedangkan konflik
eksternal disebut sebagai konflik sosial.
Bagian tengah ini umumnya mendominasi keseluruhan cerita, sebab
bagian terpanjang cerita ada pada bagian ini. Pada bagian ini tokoh,
peristiwa, konflik, tema, makna cerita, dan yang lain diceritakan. Pada
bagian ini pula semua persoalan yang muncul pada bagian sebelumnya jelas
dan terjawab secara perlahan-lahan. Pembaca dapat dikatakan telah
memperoleh cerita atau memperoleh suatu dari aktivitas membacanya.
Bagian akhir merupakan tahap peleraian atau kesudahan cerita.
Berbagai jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita
terlihat alternative penyelesaiannya. Muaranya pada dua kemungkinan. Ada
yang memunculkan kemungkinan menyenangkan (happy ending) maupun
menyedihkan (sad ending). Kemungkinan lain yang muncul ialah
penyelesaian cerita secara tertutup atau terbuka. Sebuah cerita beralur
tertutup apabila semua persoalan tersedia jawaban atau penyelesaiannya
secara eksplisit. Sedangkan alur terbuka terjadi apabila semua persoalan
tidak ditemukan jalan keluarnya pada para tokoh. Penyelesaian atas
persoalan diserahan sepenuhnya pada pembaca.
e) Memahami Pesan Prosa Fiksi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin
dicapai melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat.
343

Amanat terbagi menjadi dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan.
Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau
anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran kemanusiaannya.
Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat bergantung pada
persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.
2) Membacakan Prosa Fiksi
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun
bersifat individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca
sesungguhnya harus memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Teknik baca
sastra secara umum memang dapat dipelajari tetapi dalam penampilannya
hendaknya warna pribadi si pembaca tetap dominan.
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu
masalah kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal. Ketiga
hal tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi hadir secara integral pada saat
pembacaan sastra itu berlangsung.
Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca sastra
naik ke atas panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan, gugup,
takut-takut dan malu? Pendek kata seorang pembaca sastra haruslah siap
mental. Untuk masuk ke dalam suasana panggung pembacaan sastra
seorang pembaca sastra mesti melakukan konsentrasi lebih dahulu.
Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran, tetapi justru
memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam jiwanya.
Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan
volume suara. Kejelasan artikulasi harus jelas terdengar, demikian pula
bunyi-bunyi konsonan. Untuk itulah seorang pembaca prosa
harus
mengenali betul alat-alat ucap dan bunyi yang dihasilkannya.
Intonasi menyangkut
persoalan tekanan dinamik yaitu keras
lembutnya suara, tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan
nada yang menyangkut
tinggi-rendahnya suara; serta modulasi yang
meliputi perubahan bunyi suara; karena marah, bunyi menjerit karena sakit,
dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini bergantung kepada
ketepatan penafsiran atas karya yang dibaca.
Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan
komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik
merupakan gerak anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan
faktor mimik dan pantomimik yang dimunculkan haruslah proporsional
sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan teks sastra secara tepat.
Ada beberapa alternatif pembacaan prosa fiksi: pembacaan secara
individual, secara kelompok, dan dramatisasi pu. Pembacaan individual
344

bukanlah hal yang asing karena memang sudah sering dilakukan orang.
Bahkan sangat sering. Dalam pembacaan jenis ini seorang pembaca secara
individual akan membacakan prosa fiksi. Pembacaan secara kelompok
berarti pembacaan yang dilakukan bersama-sama oleh beberapa orang.
Prosa fiksi yang dipilih pun haruslah memiliki peluang untuk dibaca bersamasama. Peluang itu misalnya terdapat paralelisme, repetisi, tautologi, bunyibunyi, dan sebagainya.
Perlatihan
Perhatikan kutipan cerpen berikut ini!
Kutipan cerpen 1:
Pada sebuah telepon umum, seorang wanita berbicara dengan wajah gelisah.
Katakanlah sekali lagi, kamu cinta padaku.
Mendengar kalimat itu, orang yang mengantre di belakangnya memberengut, sambil
melihat arlojinya. Pengalaman menunjukkan, orang tidak bisa berbicara tentang cinta kurang dari
15 menit. Namun, sungguh terlalu kalau wanita itu masih juga bertanya tentang cinta setelah 30
menit. Apalagi sudah ada beberapa orang berdatangan ke telepon umum itu, sambil sengaja
mengecrek-ngecrekkan koin di tangannya.
Kamu benar-benar cinta padaku? Sampai kapan?
( Sebuah Pertanyaan untuk Cinta karya Seno Gumira Ajidarma)
Kutipan cerpen 2:
Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang: itulah aku; yang sarat beban
wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layanglayang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara
itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang kedatanganku senantiasa ditandai dengan
gemerisiknya angin di antara pepohonan atau padang pasir.
(Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat karya Danarto)
Kutipan cerpen manakah yang dapat dibacakan secara individual?
Tentunya jawabannya adalah kutipan cerpen 2. Sekarang ayo dicoba
membacakan kutipan cerpen 2 secara individual. Pastikan unsur-unsur yang
terpahami sudah berada dalam diri Anda. Langkah berikutnya ialah
meletakkan notasi ujaran dalam teks cerpen. Notasi atau tanda ujaran
tersebut dapat berupa jedah (/), Intonasi naik, dan yang lain.
Akulah Jibril,(/) malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan,(/) jika angin mendesir (/ naik): itulah aku; jika pohon bergoyang (/ mendatar): itulah
aku (/ turun); yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu
aku naikkan seperti layang-layang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang
345

menghubungkannya; sementara itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang


dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang kedatanganku senantiasa ditandai dengan
gemerisiknya angin di antara pepohonan atau padang pasir.
(Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat karya Danarto)
Dengan memerhatikan tanda-tanda di atas, jelas bahwa membacakan
cerpen bukan seperti membaca cerpen secara reseptif. Yang terpenting
adalah bagaimana menciptakan pembacaan yang ekspresif sebagai bentuk
tontonan yang menarik dengan mengembangkan peluang yang terdapat
dalam teks itu. Peluang yang terdapat pada umumnya hanya akan terlihat
oleh pembaca puisi yang peka dan kreatif penuh imajinatif. Pembaca pada
hakikatnya juga seorang kreator, bahkan juga sutradara.
b. Membacakan Puisi
Seperti halnya jenis sastra yang lain, puisi merupakan sebuah dunia
simbol. Oleh karena itu untuk memahami makna, pesan, dan keindahan
puisi, pembaca harus menafsirkan puisi itu. Tak salah kiranya bila puisi itu
dianggap sebagai dunia interpretatif dan sekaligus dunia alternatif.
Penafsiran itu akan melahirkan pelbagai kemungkinan makna. Interpretasi
terhadap puisi berarti pemberian makna terhadap teks puisi.
Ada beberapa hal yang mesti dicermati saat Anda hendak
membacakan sebuah puisi. Pamilah puisi tersebut dan rancanglah bentuk
pembacaan atas puisi tersebut. Sebelum Anda mempelajari hal-hal itu
bacalah terlebih dahulu puisi berikut ini.
Apa Kau telah Dapat Ganti Rugi
Apa kau telah dapat ganti rugi
Dari tanahmu yang dibuat pabrik jerami
Apa kau telah dapat ganti rugi
Apakah kau hanya dibohongi?
Materai dan kertas berhuruf kanji
Tak seindah bunga bakung di tepi kali
Meterai dan kertas yang digores belati
Tak seindah jerami menoreh pasir di bumi
Telah ditebang pohon kedondong dan maoni
Telah ditebang pohon-pohon hijau trembesi
Telah ditebang pohon-pohon pakisaji
Telah ditebang jiwamu yang tak ditopang beton bersigi
Aku sebagai saksi
346

Aku semut yang bersarang di daun pakisaji


Aku ulat yang merayap di kelopak kulit trembesi
Aku burung pelatuk yang berumah di pohon maoni
Apa kau telah dapat ganti rugi
Dari tanahmu yang dibuat pabrik jerami
Apa kau telah dapat ganti rugi
Apakah kau hanya dibohongi?
Aku sebagai saksi
(Suripan Sadi Hutomo, 27 Mei 1990)
Terbayangkankah jika puisi ini dibacakan secara ekspresif di depan
orang lain? Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita pelajari
bersama. Sama halnya dengan jika Anda membaca teks nonsastra, dalam
membaca teks sastra pun tujuan utamanya adalah memahami atau
menangkap maksud penulis dalam karyanya dan mengutarakannya kembali
dalam bentuk tuturan lisan. Berhati-hatilah! Anda harus dapat membedakan
antara membaca sastra dan membacakan sastra. Membaca sastra bersifat
impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat ekspresif.
1) Memahami Puisi
Seperti halnya jenis sastra yang lain, puisi merupakan sebuah dunia
simbol. Oleh karena itu untuk memahami makna, pesan, dan keindahan
puisi, pembaca harus menafsirkan puisi itu. Tak salah kiranya bila puisi itu
dianggap sebagai dunia interpretatif dan sekaligus dunia alternatif.
Penafsiran itu akan melahirkan pelbagai kemungkinan makna. Interpretasi
terhadap puisi berarti pemberian makna terhadap teks puisi.
a) Memahami judul
Sebuah puisi pada umumnya memiliki judul. Dalam sebuah puisi judul
bukan sekedar tanda, tetapi gerbang untuk menuju ke kedalaman puisi
tersebut. Judul menjadi semacam lorong yang mengarahkan pembaca
kepada pusat makna.
Memahami judul menjadi sangat penting karena dengan memahami
judul Anda memasuki wilayah wacana dengan lebih terbatas, lebih memusat,
tidak begitu menyebar atau tidak begitu membias.
Puisi Suripan Sadi Hutomo di atas berjudul Apa Kau Telah Dapat Ganti
Rugi. Apa yang dapat Anda pahami dari judul puisi itu? Dengan membaca
judul itu, persoalan apa yang akan diungkapkan penyair? Diskusikan
persoalan ini dengan kelompok Anda.

347

b) Memahami latar
Latar ialah piranti wacana yang menjelaskan perihal tempat, waktu,
keadaan sosial, keadaan kultural, peristiwa, sejarah dan sebagainya yang
menempatkan puisi ke dalam matra tertentu. Puisi sebagai perwujudan
kepekaan penyair dalam membaca lingkungan sekitarnya tak dapat
dilepaskan dari matra ruang, waktu, zaman, sejarah, dan sebagainya.
Kerjakan Kegiatan Mengidentifikasi Latar dalam Puisi. Laporkan pula
hasil identifikasi dalam bentuk paparan, utamanya menyangkut tafsiran
terhadap makna latar dan hubungan latar dengan makna keseluruhan puisi.
Kegiatan : Mengidentifikasi Latar dalam Puisi
Lakukanlah kegiatan berikut ini.
a) Bekerjalah berdua dalam kelompok.
b) Identifikasikan jenis latar terhadap data puisi yang tersedia.
c)
Diskusikan makna latar tersebut dalam hubungannya dengan
makna puisi.
N
o.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Data

Latar:
Tempat/Waktu/Sosial
/Lain-lain

Tafsiran

pabrik jerami
meterai dan kertas
berhuruf kanji
bunga bakung di tepi
kali
pohon kedondong
dan mahoni
pohon-pohon hijau
trembesi
pohon-pohon pakisaji
beton bersigi

Berdasarkan identifikasi dan tafsiran terhadap latar puisi Apa Kau telah
Dapat Ganti Rugi dapat disimpulkan makna latar puisi itu.
c) Memahami kata ganti
Kata ganti atau pronomina ialah kata yang menggantikan nomina atau
frase nominal. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal pronomina
demonstratif yaitu kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai secara
khusus orang, benda atau peristiwa, misalnya ini atau itu. Di samping itu
dikenal pula pronomina persona yaitu kata yang menggantikan kategori
deiksis yang berhubungan dengan partisipan dalam sebuah situasi bahasa,
misalnya saya, ia, mereka, dan sebagainya.

348

Untuk memahami kata ganti lakukanlah Kegiatan Mengidentifikasi Kata


Ganti dalam Puisi. Bacalah puisi itu berulang-ulang agar Anda mampu secara
tepat menemukan referensi kata ganti yang terdapat di dalamnya.
Kegiatan: Mengidentifikasi Kata Ganti dalam Puisi
Lakukan kegiatan berikut ini.
a) Bekerjalah
secara
kelompok.
Masing-masing
kelompok
beranggotakan dua orang.
b) Daftarlah kata ganti yang terdapat dalam puisi itu.
c)
Tuliskan beberapa kemungkinan rujukan kata ganti itu.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
d)

Kata Ganti
kau
kau
-mu
kau
dst.

Baris ke ...
judul
baris 1
baris 2
baris 3

Rujukan

Berdasarkan hasil identifikasi itu diskusikan dalam kelompok Anda


hubungan kata ganti itu dengan totalitas makna puisi.

d) Memahami Majas
Majas dapat diartikan sebagai kekayaan bahasa seseorang (awam
maupun sastrawan) yang dimanfaatkan dalam berkomunikasi (lisan maupun
tulisan) untuk mencapai efek-efek tertentu, baik efek semantik maupun efek
estetik.
Menganalisis majas dalam puisi berarti Anda akan menanyakan: (1)
jenis majas apa saja yang terdapat dalam puisi; (2) alasan penyair memilih
majas tersebut; dan (3) efek semantik dan estetik yang disebabkan
pemilihan majas itu.
Dalam Kegiatan berikut ini Anda akan mengidentifikasi majas yang
terdapat dalam puisi Apa Kau telah Dapat Ganti Rugi dan mengkaji dampak
makna pemilihan majas itu.
Kegiatan : Mengidentifikasi Majas dalam Puisi
Lakukan kegiatan berikut ini.
1) Bekerjalah dalam kelompok yang beranggotakan 3 orang.
2) Identifikasikan majas yang terdapat dalam puisi itu.
3) Diskusikan dampak pemilihan majas itu terhadap makna puisi.
No
.

Data

Bari
s
ke...
.

Jenis
Majas

Tafsir
an
Makn
a
349

1.
2.

3.

Apa kau telah dapat


ganti rugi
Telah ditebang pohon
kedondong dan maoni
Telah ditebang pohonpohon hijau trembesi
Telah ditebang pohonpohon pakisaji
Telah ditebang jiwamu
yang tak ditopang beton
bersigi
Dst.

1
9-12

Retoris
Paralelis
me
anafora

e) Memahami Baris dan Bait


Baris merupakan ciri visual puisi, sedangkan bait merupakan
perwujudan kesatuan makna dalam puisi. Fungsi bait mirip fungsi paragraf
dalam karangan paparan. Setiap bait mengandung satu pokok pikiran.
Bait pertama puisi Suripan Sadi Hutomo di atas berisi sebuah
pertanyaan apakah tanah milik rakyat yang dijual demi pembangunan itu
telah mendapatkan ganti rugi secara layak atau justru tidak
mendapatkannya sama sekali.
Bait kedua mengandung gagasan bahwa persekutuan kita dengan
orang-orang asing yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan ekonomi
kelompok tertentu justru hanya akan menyengsarakan rakyat.
Diskusikan dengan teman sebangku Anda, gagasan apa
terkandung dalam bait ketiga, keempat, kelima, dan keenam puisi itu.

yang

f) Memahami Tipografi dan Enjambemen


Tipografi ialah ukiran bentuk, artinya ialah bagaimana puisi itu
diungkapkan secara grafis oleh penyairnya. Pemakaian huruf kapital dan
tanda baca juga merupakan bagian dari ikhwal tipografi.
Baris-baris puisi Suripan Sadi Hutomo itu selalu dimulai dengan huruf
kapital dan tanpa titik pada setiap akhir baris, kecuali tanda tanya pada akhir
baris Apakah kau hanya dibohongi? Puisi tersebut juga dikemas dengan pola
kwatren (puisi empat seuntai)
Mengapa Suripan menulis grafis puisinya semacam itu? Diskusikan
dengan kelompok Anda!
Enjambemen merupakan pemenggalan secara cermat yang dilakukan
penyair terhadap baris-baris puisi, dan hubungan antarbaris dalam puisi itu.
350

Suripan Sadi Hutomo dalam puisinya di atas memang tidak melakukan


pemenggalan yang tak berdasarkan kaidah bahasa. Pemenggalan yang
terdapat pada baris Apa kau telah dapat ganti rugi/ Dari tanahmu yang
dibuat pabrik jerami merupakan pemenggalan secara fraselogis. Keliaran
tidak terdapat dalam puisi Suripan Sadi Hutomo itu karena, sekali lagi,
Suripan dalam konteks masyarakat tradisional dalam puisi di atas ingin
menunjukkan bahwa masyarakat itu pada umumnya amatlah patuh dan taat
pada aturan yang telah disepakati bersama, pada konvensi yang berlaku.
g) Memahami totalitas makna dan amanat puisi
Berdasarkan analisis kita terhadap judul, latar, kata ganti, majas, baris
dan bait, serta tipografi dan enjambemen barulah Anda dapat menyimpulkan
makna dan amanat puisi.
Puisi Apa Kau Telah Dapat Ganti Rugi di atas menempatkan si aku lirik
(bisa penyair atau pribadi lain yang peduli terhadap lingkungan masyarakat
tertindas) bersama dengan alam menjadi saksi atas korban pembangunan.
Penebangan kemanusiaan sangat memprihatinkan, tetapi anehnya terus
berlangsung tanpa putus-putusnya.
2. Membacakan Puisi
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun
bersifat individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca
sesungguhnya harus memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Teknik baca
sastra secara umum memang dapat dipelajari tetapi dalam penampilannya
hendaknya warna pribadi si pembaca tetap dominan.
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu
masalah kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal. Ketiga
hal tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi hadir secara integral pada
saat pembacaan sastra itu berlangsung.
Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca sastra
naik ke atas panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan, gugup,
takut-takut dan malu? Pendek kata seorang pembaca sastra haruslah siap
mental. Untuk masuk ke dalam suasana panggung pembacaan sastra
seorang pembaca sastra mesti melakukan konsentrasi lebih dahulu.
Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran, tetapi justru
memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam jiwanya.
Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan
volume suara. Kejelasan artikulasi dalam seni baca puisi sangat dibutuhkan.
Bunyi vokal seperti /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/, dan sebagainya harus jelas
terdengar, demikian pula bunyi-bunyi konsonan. Untuk itulah seorang
pembaca puisi harus mengenali betul alat-alat ucap dan bunyi yang
dihasilkannya.
351

Intonasi menyangkut
persoalan tekanan dinamik yaitu keras
lembutnya suara, tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan
nada yang menyangkut
tinggi-rendahnya suara; serta modulasi yang
meliputi perubahan bunyi suara; karena marah, bunyi menjerit karena sakit,
dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini bergantung kepada
ketepatan penafsiran atas puisi yang dibaca.
Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan
komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik
merupakan gerak anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan
faktor mimik dan pantomimik yang dimunculkan haruslah proporsional
sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan teks sastra secara tepat.
Perlatihan
Ada beberapa alternatif pembacaan puisi: pembacaan secara
individual, secara kelompok, dan dramatisasi puisi. Pembacaan individual
bukanlah hal yang asing karena memang sudah sering dilakukan orang.
Bahkan sangat sering. Dalam pembacaan jenis ini seorang pembaca puisi
secara individual akan membacakan sebuah puisi. Pembacaan puisi secara
kelompok berarti pembacaan puisi yang dilakukan bersama-sama oleh
beberapa orang. Puisi yang dipilih pun haruslah puisi yang memiliki peluang
untuk dibaca bersama-sama. Peluang itu misalnya terdapat pada puisi yang
memiliki paralelisme, repetisi, tautologi, bunyi-bunyi, dan sebagainya.
Dengan kata lain tidak setiap puisi dibacakan secara kelompok. Perhatikan
puisi berikut ini :
Hom Pim Pa
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
siang orang sufi malam berkostum pencuri
topeng-topeng tergantung pada setiap biliknya
maka berubahlah setiap saat
biar perut terganjal, panjang usia dipersempit limitnya
mencuri, mereka bilang terpaksa
nodong, mereka bilang terpaksa
nipu, mereka bilang terpaksa
sajak inipun mereka bilang terpaksa:
hom-pi-pa
hom-pi-pa
kalah menang teka-teki
yang pasti
sumbang

352

apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa


gaungnya membikin rimba
sekolah jadi rimba, kantor jadi rimba, pergaulan
jadi rimba, perempuan jadi rimba, jiwa jadi rimba
ide jadi rimba, aku jadi rimba, putih jadi rimba
hukum jadi rimba
ada harimau dengan kuku dan taring-taringnya
ada pelanduk dengan akal liciknya
ada kijang cantik hidup dalam kewas-wasannya
jangan jambret, toh bukan kau
jangan mabok, toh bukan kau
maka setiap manusia ciptakan rel masing-masing
berserabutan di jagat:
hom-pi-pa
hom-pi-pa
tangan tengadah belum tentu menang
tangan telungkup belum tentu kalah
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
paling aman gelengkan kepala sambil berucap
hom-pi-pa bersahutan
hom-pi-pa
hompipa!
(Tengsoe Tjahjono, 1983)
Puisi tersebut pernah dibawakan secara kelompok. Kelompok tersebut
terdiri atas seorang pembaca utama dan beberapa orang pembaca latar.
Alternatif pembacaannya dapat dijabarkan ke dalam naskah pembacaan
berikut.
Naskah puisi : Hom Pim Pa
Karya
: Tengsoe Tjahjono
Panggung
: Layar hitam di belakang. Para pembaca duduk
di
atas level berukuran kubus. Posisi tapal kuda.
Pembac
a
Verbal
N
Hom Pim Pa
L
mengucapkan hom-pi-pa terus menerus
dari rendah menuju puncak kemudian rendah
353

L1
N
L2
N
L3
N

L1
L2
L3
L4
L1
L2
L3
L4
L1
N

L1
N
L2
N

lagi, akhirnya lembut, tetapi tidak berhenti


membaca bait pertama, akhir baris "panjang
usia
dipersempit
limitnya"
diucapkan
dengan
tekanan
dinamik keras
suara hom-pi-pa ikut bergemuruh dan keras,
setelah sampai puncaknya suara itu kembali
lembut tetapi tidak berhenti
Mencuri
mereka bilang terpaksa
Nodong
mereka bilang terpaksa
Nipu
mereka bilang terpajsa/sajak ini pun mereka
bilang
terpaksa (kata terpaksa diucapkan dengan
tempo
lambat tetapi dengan tekanan dinamik keras)
mengucapkan hom-pi-pa bersahutan keras dan
akhirnya kembali lembut walaupun tidak pernah
Berhenti
membaca bait keempat dilanjutkan dengan
"apa katanya bila hidup itu hom-pi-pa"/
gaungnya membikin rimba
sekolah jadi rimba
kantor jadi rimba
pergaulan jadi rimba
perempuan jadi rimba
jiwa jadi rimba
ide jadi rimba
aku jadi rimba
putih jadi rimba
hukum jadi rimba
ada harimau dengan kuku dan taring-taringnya
ada pelanduk dengan akal liciknya
ada kijang cantik hidup dalam kewas-wasannya
jangan jambret
toh bukan kau
jangan mabok
toh bukan kau
maka setiap manusia ciptakan rel masingmasing
berserabutan di jagat
354

suara hom-pi-pa pun iku bergemuruh dan keras,


setelah sampai puncaknya suara itu kembali
lembut tetapi tidak berhenti
L1& L2 tangan tengadah belum tentu menang
L3 & L4 tangan telungkup belum tentu kalah
N
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
paling aman gelengkan kepala sambil berucap
hom-pi-pa bersahutan
L
gemuruh suara hom-pi-pa dan berakhir dalam
tempo lambat, tetapi dengan tekanan dinamik
keras
Catatan: N = Narator, L = Latar
Dengan memerhatikan contoh di atas, jelas bahwa membaca puisi
secara kelompok bukan sekadar membacakan puisi secara bergantian setiap
bait. Yang terpenting adalah bagaimana menciptakan bentuk tontonan yang
menarik dengan mengembangkan peluang yang terdapat dalam teks puisi
itu. Peluang yang terdapat dalam puisi pada umumnya hanya akan terlihat
oleh pembaca puisi yang peka dan kreatif penuh imajinatif. Pembaca puisi
pada hakikatnya juga seorang kreator, bahkan juga sutradara.
c. Membawakan atau Memerankan Drama
Kali ini Anda akan belajar tentang teks teks drama. Ada beberapa hal
yang membedakan teks drama dengan karya fiksi lainnya --cerpen, novelet,
atau novel-- adalah dialog, pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog
dan epilog. Dialog menjadi bagian awal yang langsung terlihat berbeda
dengan teks fiksi lainnya. Dialog inilah yang secara spesifik membedakannya
dari jenis fiksi lainnya tersebut. Artinya, teks drama lebih dominan unsur
dialognya dibanding teks fiksi lainnya.
Pembabakan yang terdapat dalam teks drama bukan diadakan oleh
pengarang drama tanpa pertimbangan apa-apa. Meskipun tidak selalu ada,
teks drama sering terbagi atas beberapa babak. Pembabakan ini biasanya
didasari pertimbangan kebutuhan nyata dalam pementasan. Pembabakan
sangat membantu perubahan setting atau tempat terjadinya peristiwa ketika
teks drama tersebut dipentaskan.
Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau berbeda)
dengan teks dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini dapat dibagi
menjadi dua, yakni untuk sutradara dan untuk aktor (tokoh/pemain). Prolog
dan epilog memang tidak selalu hadir dalam setiap teks drama. Prolog
merupakan bagian awal naskah. Biasanya memberikan penjelasan awal
tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan yang ditampilkan, pesan
pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya) atau dapat pula sebagai
355

pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai pembantu pembaca atau


penonton untuk memahami cerita tersebut. Sedangkan epilog merupakan
bagian akhir naskah. Epilog dapat berupa simpulan cerita, pesan atau
amanat yang disampaikan pengarang, dan atau renungan.
Bacalah teks drama berikut ini dengan cermat!.
TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku:
Fani, Inu, Gina, Jati, Hana
Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.
1. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap
dipandang.
2. Hana: (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa
menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa
yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu?
3. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
4. Hana: Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini?
Dan apa yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam
ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang
meragukan, dan oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis.
Namun apa pun persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan
semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya.
Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang
tak termaafkan, dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!
5. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling
bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.
6. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian
ikut menangis pula.
7. Inu:
(Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila!
Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk
senjata) Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai
menangis), miskin, bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat
mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali mereka
melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin
kini mereka akan gentar pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus
diberi pelajaran, agar tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis)
Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)

356

8. Hana: (Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)


9. Inu:
(Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng
kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil
tersenyum-senyum)
10. Jati:
(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan
mereka?
11. Inu:

Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!

12. Jati:

Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?

13. Inu:

Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)

14. Jati:
Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di mana
perasaanmu, Inu?
15. Inu:

Jati, apakah setiap tangis itu duka?

16. Jati:

Tetapi mereka jelas tampak menderita!

17. Inu:

(Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!

18. Jati:

Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!

19. Inu:

Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)

20. Jati:
(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami
sedang latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai!
Hentikan latihan gila-gilaan ini!
21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.
Selesai.
Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur
dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian besar) hanya terdiri atas
dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam teks drama itulah unsur
instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks drama dapat
ditemukan.
Terbayangkankah jika teks drama tersebut dibawakan secara ekspresif
di depan orang lain? Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita
357

pelajari bersama. Sama halnya dengan jika Anda membaca teks nonsastra,
dalam membaca teks sastra pun tujuan utamanya adalah memahami atau
menangkap maksud penulis dalam karyanya dan mengutarakannya kembali
dalam bentuk tuturan lisan. Berhati-hatilah! Anda harus dapat membedakan
antara membaca sastra dan membacakan sastra. Membaca sastra bersifat
impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat ekspresif.
1) Memahami Drama
Ada perbedaan esensial yang membedakan antara karya drama dengan
karya fiksi adalah tujuan utama penulisan naskah drama adalah untuk
dipentaskan. Semi (1988) menyatakan bahwa drama adalah cerita atau
tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipahami sebelum
mengekspresikan drama.
a) Memahami Tokoh dan Watak Tokoh Drama
Suatu peristiwa dalam drama selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau
pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu
menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang
menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan
merupakan unsur yang tidak dapat ditiadakan, dengan adanya penokohan,
sebuah drama menjadi lebih nyata dan hidup.
Tokoh dalam drama memiliki peran yang berbeda-beda. Tokoh yang
memiliki peran penting disebut tokoh sentral, tokoh inti, atau tokoh utama.
Sedangkan tokoh yang hanya berfungsi melengkapi, melayani, atau
mendukung tokoh sentral disebut sebagai tokoh peripheral (tokoh tambahan,
tokoh pembantu, atau tokoh bawahan). Penentuan kedua tokoh tersebut
didasarkan atas beberapa hal berikut.
(1)Frekuensi muncul, tokoh utama umumnya sering atau bahkan selalu
muncul dalam setiap episode, sedangkan tokoh bawahan kecil sekali
tingkat kemunculannya
(2)Judul cerita, tokoh utama biasanya dijadikan sebagai judul.
Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh
protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang
berwatak baik, sehingga disenangi oleh pembaca. Sedangkan tokoh
antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek, tidak sesuai dengan apa yang
diidamkan oleh pembaca (Aminuddin, 1987).
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh
bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan utama,
frekuensi kemunculannya sangat tinggi, biasanya sebagai pusat pencitraan.
Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang
membuat cerita lebih hidup (Sudjiman, 1988).
358

Dalam drama, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat dengan


konflik. Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang memiliki
kecenderungan menentang, dan ada pula yang cenderung sebagai
pendamai. Tokoh yang membawa ide prinsipil atau gagasan pokok disebut
sebagai tokoh protagonis. Tokoh yang selalu melawan ide prinsipil disebut
sebagai tokoh antagonis. Sedangkan tokoh yang berfungsi sebagai pendamai
atau perantara antara protagonist dan antagonis disebut tokoh tritagonis.
Pembicaraan perihal tokoh juga tidak dapat dilepaskan dari watak atau
karakter. Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam membicarakan
watak tokoh adalah aspek fisik, aspek social, dan aspek psikis. Aspek fisik
tokoh umumnya digambarkan melalui usia (tingkat kedewasaan), jenis
kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan keadaan tubuh. Aspek sosial
tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial, pekerjaan , pendidikan,
kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas sosial, keturunan, dan yang
lain. Sedangkan aspek psikis atau latar belakang kejiwaan umumnya
dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang moral, tempramen, cita-cita,
tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang lain.
Dalam drama terdapat kecenderungan, dalam penggarapan
perwatakan tokohnya. Beberapa ciri utama tentang watak tersaji di bawah
ini.

Tentang
Karakter

a. kejadian-kejadian berpusat pada konflik watak tokoh


utamanya
b. mutu drama bergantung pada kepandaian penulis dalam
menghidupkan watak tokoh
c. pribadi dalam drama cenderung sama dalam pribadi
keseharian

Bagaimana mengenali karakter? Untuk


beberapa hal yang perlu Anda perhatikan!

Mengenali
Karakter

mengenali

karakter,

ada

a. m melalui apa yang diperbuatnya


b. m melalui ucapan-ucapannya
c. m melalui penggambaran fisik tokoh
d. m melalui pikiran-pikirannya
e. m melalui penerangan langsung

b) Memahami Alur Drama


Alur drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan alur fiksi.
Kekhususan itu disebabkan oleh karakteristik drama itu yang memang unik.
Kekhususan alur drama adalah sebagai berikut (Semi, 1988). Alur drama

359

haruslah alur yang dapat dilakonkan oleh para pemain drama di muka public
penonton.
Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton. Secara
garis besar alur drama adalah sebagai berikut
1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan kepada
penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta peran yang
dibawakan mereka, serta member pengenalan terhadap permulaan
problem atau konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem pokok. DI
sini mulai terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau disebut juga
rising action. Beberapa watak mulai memperlihatkan pertentangan
saling mempengaruhi, dan berkeinginan membawa kebenaran ke
pihak masing-masing sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap
krisis berkecenderungan melampaui yang lain, namun satu krisis lahir
disebabkan atau diakibatkan oleh yang lain. Itulah sebabnya
dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument ). Setiap segi pertentangan diadakan
penyelesaian dan dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih bisa
juga menggembirakan ( Semi, 1988 ).
c) Memahami Pesan Drama
Pengarang memiliki tujuan tertentu melalui karya dramanya. Inilah yang
disebut dengan amanat atau pesan. Pesan dalam drama terbagi dua, yaitu
pesan utama dan pesan bawahan. Umumnya pesan berisi ajaran-ajaran
moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk
meningkatkan kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikit dan luas
sempitnya pesan bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang
pada karyanya.
d) Memahami Tema Drama
Dalam drama tema memiliki kedudukan yang sangat penting. Semua
elemen dalam drama mengacu dan menunjang tema. Tema disebut sebagai
ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita
dalam karya fiksi.
Dalam drama tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih
bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir
dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang
lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa
tema yang disampaikan oleh pengarangnya.
e) Memahami Latar Drama

360

Drama pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian yang


menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu
waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut dapat
dikatakan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya
dalam drama amat penting.
Latar dalam drama terdiri atas tiga jenis, yaitu latar waktu, latar tempat,
dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu cerita
(historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah geografis, merujuk
suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar sosial berkait
dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita.
Latar drama bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan di mana
sebuah cerita terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai
yang diungkapkan pengarang melalui karyanya. Dengan kata lain, dapat
disebutkan bahwa latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral)
dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-benda
konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain. Apabila
latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca, maka latar
tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
2. Membawakan Drama
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun
bersifat individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca
sesungguhnya harus memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Warna pribadi si
pembaca hendaknya tetap menonjol.
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu
masalah kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal. Ketiga
hal tersebut hadir secara integral pada saat pembacaan sastra itu
berlangsung.
Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca sastra
naik ke atas panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan, gugup,
takut-takut dan malu? Dengan kata lain seorang pembaca sastra haruslah
siap mental. Untuk masuk ke dalam suasana panggung pembacaan sastra
seorang pembaca sastra mesti melakukan konsentrasi lebih dahulu.
Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran, tetapi justru
memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam jiwanya.
Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan
volume suara. Kejelasan artikulasi sangat dibutuhkan. Bunyi vokal harus jelas
terdengar, demikian pula bunyi-bunyi konsonan.

361

Intonasi menyangkut
persoalan tekanan dinamik yaitu keras
lembutnya suara, tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan
nada yang menyangkut
tinggi-rendahnya suara; serta modulasi yang
meliputi perubahan bunyi suara; bunyi mengeras karena marah, bunyi
menjerit karena sakit, dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini
bergantung kepada ketepatan pemahaman atas drama yang dibaca.
Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan
komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik
merupakan gerak anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan
faktor mimik dan pantomimik yang dimunculkan haruslah proporsional
sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan teks sastra secara tepat.
Dalam membawakan drama semua ini terdapat pada seni dasar akting.
Ada beberapa tahapan sebelum naskah drama dibawakan. Beberapa
hal tersebut ialah tahap pemahaman naskah, tahap baca, tahap baca
dengan ekspresi, tahap ekspresi adegan, dan tahap sinkronisasi properti,
musik, kostum, serta tata wajah (meke up). Tahap yang terakhir dapat tidak
dilakukan bila pemenuhannya hanya untuk belajar.
1. Perlatihan
Perhatikan cuplikan naskah drama berikut. Pilih teman yang akan
membawakan tokoh-tokoh yang ada. Pelajari dan pahami dengan saksama
hal-hal yang berkait erat dengan pementasan. Jangan lupa pikirkan pula
kemungkinan kostum dan musik latar yang dapat mendukung.
Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa. Terdengar suara
kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III
: Itu suara apa?
Copet II
: Suara orang adzan.
Copet I
: Apa? Suara orang edan?
Copet II
: Adzan, goblok!
Copet I
: Apa? (memiling-milingkan kepala)
Copet II
: Adzan, tuli?
Copet I
: Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III
: Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II
: Ho oh!
Copet I
: Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV
: Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I
: Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
362

..
(Kecuk Ismadi CR)
Setelah mencermati penggalan teks drama di atas, jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Apa maksud naskah drama tersebut?
2. Bagaimana suasana naskah drama tersebut?
Rancanglah bentuk pemeranan atas naskah drama tersebut dengan
mengisi tabel berikut ini.
Pertanyaan

Tokoh 1

Tokoh 2

Tokoh 3

Tokoh 4

Bagaimana kostum
yang sesuai
Bagaimana karakter
tokoh-tokohnya
Bagaimana bentuk
lakuan tokoh yang
sesuai
Dengan memerhatikan contoh di atas, jelas bahwa membawakan
drama memerlukan persiapan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
menciptakan bentuk tontonan yang menarik dengan mengembangkan
peluang yang terdapat dalam teks drama itu. Peluang yang terdapat dalam
drama pada umumnya hanya akan terlihat oleh pembaca yang peka dan
kreatif penuh imajinatif. Mereka pada hakikatnya juga seorang kreator,
bahkan juga sutradara.
E. Membaca Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru (PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia pemahaman teks
sastra. Ini adalah bahan bagi Anda untuk memiliki penguasaan tentang hal
tersebut. Dalam modul ini Anda akan memelajari materi kesastraan tentang
Memahami Ragam Teks Sastra. Bagian ini berisi tiga kompetensi utama,
yaitu: Memahami unsur-unsur puisi (lama dan baru), memahami unsur-unsur
prosa fiksi (cerpen dan novel), dan memahami unsur-unsur drama. Melalui
pelatihan ini Anda diharapkan terampil dalam memahami ketiga hal tersebut
dan pada gilirannya Anda juga diharapkan trampil mengajarkan kompetensi
bersastra kepada siswa, terutama pemahaman atas unsur-unsur karya
sastra.. Modul ini ditulis berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) Guru Mata Pelajaran.

363

Tujuan perlatihan ini adalah Anda mampu mengarahkan siswa pada


penguasaan kompetensi tentang hakikat unsur-unsur karya sastra.
Kompetensi ini akan sangat relevan dengan pembelajaran apresiasi sastra di
sekolah. Setelah memelajari materi ini Anda diharapkan
4)
mampu memahami unsur-unsur Puisi dan bagaimana
implementasinya pada pembelajaran apresiasi puisi,
5)
mampu memahami unsur-unsur Prosa fiksi dan bagaimana
implementasinya pada pembelajaran apresiasi prosa fiksi,
6)
mampu
memahami
unsur-unsur
drama
dan
bagaimana
implementasinya pada pembelajaran apresiasi drama.
Teks sastra menurut ragamnya terbagi atas tiga macam, yaitu puisi,
prosa fiksi, dan drama. Pembagian ragam tersebut semata-mata didasarkan
atas perbedaan bentuk fisiknya saja dan bukan pada substansinya.
Sebenarnya, substansi karya sastra, apa pun ragamnya, adalah sama. Karya
sastra ialah pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya.
Meskipun demikian, pengenalan ciri setiap ragam teks sastra sangatlah
penting sebab semua itu akan menentukan strategi dan memengaruhi
proses pemahaman makna terhadapnya. Proses memahami puisi memiliki
perbedaan dengan proses memahami prosa fiksi. Hal tersebut salah satunya
disebabkan oleh padatnya bahasa puisi. Bahasa prosa cenderung lebih
terurai. Demikian pula dengan proses memahami drama tentulah cukup
berbeda dengan proses memahami puisi dan prosa fiksi, sebab komponen
atau unsur pembangun drama berbeda dengan unsur pembangun puisi
maupun unsur pembangun prosa fiksi. Itulah sebabnya mengapa bahasan
unsur-unsur teks sastra menjadi sangat penting.
2. Materi Pembelajaran
a. Memahami Unsur-Unsur Puisi
Untuk mengenali karakteristik teks sastra yang berbentuk puisi,
amatilah beberapa bentuk puisi berikut ini.
Contoh 1
Pantun
Air dalam bertambah
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hasti dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Contoh 2
Syair
Wajah yang manis pucat berseri
Laksana bulan kesiangan hari
364

Berjalan tunduk memikirkan diri


Tiada memandang ke kanan dan ke kiri
Contoh 3
Gurindam
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Silang selisih jangan dicari
Jika bersua janganlah lari
Contoh 4
BERI DAKU SUMBA
Oleh Taufik Ismail
Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu
Aneh, aku jadi ingat pada umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Dimana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilama peluh dan tenaga tanpa dihitung harga
Tanah rumput, topi rumput, dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas mulai dikipas dari sana
Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossanova, dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku tanah tanpa pagar, luas tak berkata, namanya Sumba
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api,cuaca kering, dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Contoh 5
ASMARADANA
Karya Gunawan Mohammad
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun
365

Karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah


pedati ketika langit bersih menampakkan bimasakti yang jauh. Tapi di antara
mereka berdua, tidak ada yang berjata-kata
Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta
Nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tidak semuanya disebutkan
Lalu ia tahu, perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi
Pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara.
Ia takkan mencatat yang telah lewat dan akan tiba
Karena ia takkan berani lagi
Anjasmara, adikku, tinggallah seperti dulu
Bulanpun lamban dalam angin, abai dalam waktu
Lewat remang dan kunang-kunang, kau lupakan wajahku
Kulupakan wajahmu
Contoh 1 dikenal sebagai pantun. Salah satu jenis puisi lama yang tiap
bait terdiri atas empat baris dengan pola irama a-b-a-b. Baris pertama dan
kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi pantun.
Contoh 2 dikenal sebagai syair. Salah satu bentuk puisi lama pengaruh Islam,
yang terdiri atas 4 baris dengan pola irama a-a-a-a.
Contoh 3 dikenal dengan nama gurindam. Salah satu bentuk puisi lama
yang terdiri atas dua baris yang bersajak, baris pertama merupakan
sampiran dan baris kedua adalah isinya, yang biasanya mengandung
nasihatdan pendidikan moral. Pola iramanya a-a-b-b.
Contoh 4 dan 5 adalah puisi baru. Puisi baru biasanya tidak mengikuti
aturan irama, rima, baris dan bait secara ketat dan konsisten.
1) Unsur-unsur Puisi
a) Amanat/Pesan Puisi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin
dicapai melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat.
Amanat terbagi menjadi dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan.
Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau
anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran kemanusiaannya.
Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat bergantung pada
persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya. Amanat adalah pesan
yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca melalui puisi yang
ditulisnya.
Dalam puisi Beri Daku Sumba pesan atau amanat yang ingin
disampaikan penyair dapat diinterpretasikan sebagai pesan untuk selalu
cinta tanah air, di manapun kita berada dan pesan untuk lebih mencintai
tanah kelahirannya seburuk apapun tanah kelahirannya tersebut.
b) Tema Puisi
366

Setiap puisi ditulis dengan maksud tertentu. Hal tersebut dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan, pandangan penyair tentang benda, dan
dorongan terhadap moral atau ajaran akan kebenaran yang bersifat spiritual
dan rohaniah. Sebuah puisi pastilah dibangun atas dasar emosi. Pengarang
tidak langsung membeberkan pandangannya terhadap pembaca, tetapi
pembaca diberi kesempatan menarik simpulan sendiri. Jka seseorang telah
menemukan sesuatu yang pasti, teguh dan bulat serta dapat mentransfer
pengalaman tersebut pada diri sendiri dan pada peristiwa lain maka penyair
telah bekerja dengan baik dan pembaca telah berhasil menikmati,
menghayati puisi yang dibacanya tersebut (Situmorang, 1983).
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Tema puisi tentulah merupakan kombinasi atau sintesis dari beragam
pengalaman, cita-cita, ide dan beragam hal yang ada dalam pikiran penulis.
Perhatikan beberapa puisi di bawah ini dan terkalah tema yang terdapat
pada puisi tersebut.
Lukisan Emas
Gubug-gubug karton ialah perdu sepanjang kali itu
dikirimkannya iga ke dalam kanvas lukisanmu
amis dan lembab
Nyanyian yang lahir dari cakrawala coreng-moreng
justru melahirkan senyap dalam jiwa
dan pedih yang sempurna
: jutaan ulat meraja
keruh air, kersik sampah dan rumputan
potretmu mengalir di sana
Puisi ini bertema kenyataan kehidupan masyarakat kumuh dengan
beragam kondisi dan kepahitan kehidupannya.
Berikut ini akan kita telusuri bagaimana tema cinta terlihat jelas pada
puisi salah seorang penyair. Pengalaman Rendra bersama kekasihnya di
halaman rumah kekasihnya itu melahirkan puisi yang romantis. Bacalah puisi
berikut ini.
Episode
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami memandangnya.
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya:
367

Mengapa sebuah kancing bajumu


lepas terbuka?
Aku hanya tertawa
Lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
Aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
(Rendra)
Puisi Episode karya Rendra ini berangkat dari pengalaman Rendra
sendiri saat bersama kekasihnya. Rendra ingin melukiskan apa yang
dialaminya bersama kekasihnya. Pesona puisi itu terletak pada kepiawaian
menangkap detil peristiwa. Mereka berdua duduk di bangku halaman rumah.
Mata mereka memandang lebat buah jambu di halaman itu. Kekasihnya
menanyakan kenapa kancing baju aku lirik lepas terbuka. Dengan penuh
cinta disematkan peniti, dan dijawab oleh aku lirik dengan cara
membersihkan guguran bunga jambu dari rambut sang kekasih. Peristiwa
yang diungkapkan dengan cara sederhana dan apa adanya itu justru
melahirkan nuansa romantis.
Perhatikan puisi berikut ini.
Monumen Yogya Kembali
Duduk di lantai pualam
kubayangkan desingan peluru
menyambar di kanan kiri tubuhku.
Akulah pejuang sejati dalam pertempuran
yang berkobar dalam jati diri, kataku
sambil merunduk karena tiba-tiba
sebuah granat meledak di sisiku.
Dengan mata menyala
kubidik sasaran dan kutembak kepalanya
tapi meleset, ia tidak mati
Dengan menyimpan dendam
musuhku ganti menyerang
ditembak dadaku
hingga jantungku copot
dan tubuhku jatuh menggelinding
persis menimpa prasasti bertulisan:
Pahlawan Tak Dikenal
(Bambang Widiatmoko, 1989)
368

Puisi Bambang Widiatmoko ini lahir dari perjumpaan penyair dengan


objek Monumen Yogya Kembali. Dalam puisi tersebut penyair tidak
mendeskripsikan apa yang secara faktual ia amati, tetapi ia menuliskan apa
yang sedang ia bayangkan sehubungan dengan objek itu. Jadi objek itu
hanya hadir sebagai pemicu lahirnya sebuah gagasan lain.
Perhatikan puisi berikut ini.

Di Bosnia
di Bosnia
Natal berwarna merah
tubuh-tubuh hancur
jadi monumen suci
di tengah puising
di atas truk pengungsian
ratap kanak-kanak
seperti silent night
yang tertikam
sementara lelaki
basah dadanya diterjang peluru
terkapar dalam
irama yang terhenti
Natal, pelan-pelan berlalu
(Medy Lukito, 1993)
Puisi Di Bosnia ditulis Medy Lukito berdasarkan peristiwa perang
saudara di Bosnia. Latar tentang situasi perang itu digambarkan secara
sepintas oleh penyair: tubuh-tubuh hancur, ratap kanak-kanak, lelaki basah
dadanya diterjang peluru. Latar itu dipakai penyair untuk mendukung
gagasannya mengenai dampak peperangan terhadap kehidupan manusia.
Baca puisi berikut ini.
Tikar
Mungkin kita ini tikar
Di sana orang duduk,
di situ orang jongkok,
di sini orang sujut,
di sana orang tidur,
di situ orang tengkurab,
Mungkin kita ini tikar,
369

bisa digulung tiba-tiba


tanpa alasan bernalar;
hanya, ah, bosan, misalnya.
Kita mungkin memang tikar.
Seorang bayi pipis di atasnya,
segelas teh tumpah menindihnya,
kartu judi dibanting mewarnanya,
nasib terguling tak dinyana.
Kita siap dibakar
dan tidak tercatat dalam sejarah
(Bakdi Soemanto, 1984)
Puisi Bakdi Soemanto ini diawali dengan pengalaman penyair melihat
dan mengamati tikar. Tikar menjadi metafora hidup manusia dalam
pandangan penyair. Penyair peka menangkap ciri-ciri tikar yang mirip
dengan kelompok manusia tertentu.
Perhatikan lagi puisi berikut ini.
Sangkuriang
Adalah kutuk tercecah jadi darah
sumbang suara ibunda
merah fajar di telaga
ditolaknya pinta bersaksi bulan tua
biduk dan kayuh menebas dosa
malam-malam dititi bintang
mabuk gelita kepahyang
Telah datang lelaki itu
ditempuhnya padang duka
patah atas maunya
mengapa dewa begitu murka
ditangkup biduk menghentak garba malam
enyah ibunda
berdarah belantara
telah menyerah lelaki durhaka
(Nyoman Tusthi Eddy)
Puisi juga dapat mengambil tema yang bersumber pada legenda
maupun kisah-kisah epos. Legenda-legenda maupun kisah-kisah epos itu
dapat hadir sebagai sumber ilham bagi penyair. Contohnya puisi
Sangkuriang karya Nyoman Tusthi Eddy. Kisah Sangkuriang yang ingin
menikahi Dayang Sumbi, ibunya, telah menggugah kesadaran kreatif
370

Nyoman Tuthi Eddy. Untuk memahami puisi tersebut pembaca harus


mengetahui kisah dalam legenda itu.
c) Rima dan Irama Puisi
Pembeda bahasa biasa dengan bahasa puisi ialah irama. Irama juga
menjadi ciri bahasa puisi. Irama disebut pula sebagai musikalitas. Ia
terbentuk dari perulangan bunyi yang sama atau sedaerah artikulasi
(homorgan). Perhatikan kutipan di bawah ini.
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ketepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senag kemudian
Cuplikan pantun, salah satu contoh puisi lama, menunjukkan betapa
pentingnya persoalan irama. Pada bagian akhir baris pertama dan ketiga
terdapat unsur bunyi yang sama yaitu lu. Demikian pula dengan baris kedua
dan keempat, terdapat bunyi an pada tepian dan kemudian. Perulangan
yang ada di dalam pantun tersebut membangun irama dan musikalitas
dalam puisi. Dalam puisi lama irama atau perulangan bunyi ini sangat
terpola. Pola persamaan bunyi akhir ini disebut rima dalam puisi lama. Rima
ialah persamaan bunyi yang berulang-ulang ditemukan pada akhir baris atau
pada kata-kata tertentu pada setiap baris.
Bagaimanakah kedudukan irama dalam puisi modern? Dalam puisi
lama irama atau perulangan bunyi seperti itu diatur dalam kaidah,
sedangkan dalam puisi modern tidak. Irama atau musikalitas yang
ditunjukan dengan adanya bunyi-bunyi yang diulang tersebut letaknya boleh
di mana saja. Selain itu dalam bunyi puisi modern penggunaannya
cenderung tampak pada pemakaian bunyi-bunyi yang homorgan. Perhatikan
kutipan-kutipan berikut.
Mawar di taman kupetik semalam
Tatkala hujan bersama rinduku
Tengsoe Tjahjomo
Secangkir teh di meja
Tak bisa membantuku mengeja huruf demi huruf
Dalam buku
Tengsoe Tjahjono
Pada puisi pertama tersebut terdapat bunyi-bunyi yang homorgan, /n/
dan /m/ dalam kata taman dan semalam. Selain itu terdapat pula
pengulangan bunyi /u/ pada kata lalu dan rinduku.
Pada puisi kedua irama dibangun dengan perulangan bunyi nasal
/ng/, /m/, dan /n/ dalam kata secangkir, meja, membantuku, mengeja, demi,
371

dan dalam . Berbagai perulangan tersebut menimbulkan musikalitas yang


bagus. Irama puisi amat penting, namum hal lain yang tidak boleh dilupakan
yaitu kebermaknaan.
d) Diksi/Pilihan Kata Puisi
Pada umumnya puisi menyatakan sesuatu secara lebih singkat , padat,
dan ekspresif. Puisi dapat dikatakan sebagai sebuah informasi yang
dipadatkan, yang mengungkapkan sebanyak mungkin dengan sedikit kata
(Luxemburg, dkk, 1989)
Oleh karena itu, ketika membaca puisi aspek yang menonjoil ialah
pilihan kata yang begitu padat dan terkadang memesona. Penulis puisi
sangat terikat dengan kata-kata yang dipakainya
jika hendak
mengemukakan sesuatu. Ia sangat terikat dengan arti kata dan kesan
apakah yang ditimbulkannya. Sebuah kata cenderung memiliki dua jenis arti,
yaitu tersurat atau denotatif dan tersirat atau konotatif. Kata konotatif ini
sangat imajinatif, bahkan emosional. Kata seperti ini berbeda dengan kata
pada karya nonfiksi.
Diksi disamping menyuarakan perasaan penulis, ia juga memiliki
ketepatan tertentu. Tjahjono (1999) menjelaskan bahwa pilihan kata adalah
subjektivitas penyair dan bersifat konotatif. Perhatikan contoh berikut.
Selembar daun jatuh
Selemar daun gugur
Selembar daun luruh
Selembar daun melayang
Perhatikan kata-kata yang bercetak tebal tersebut. Walaupun kata-kata
tersebut memiliki makna yang tidak jauh berbeda, ia memiliki nuansa makna
yang berbeda. Kata-kata tersebut dapat dipilih sesuai dengan perasaan
bagaimanakah yang ingin disampaikan. Kata jatuh menunjukkan suasana
atau perasaan sakit. Kata gugur memberi suasana pengorbanan bagi
seseorang. Kata luruh bermakna kelembutan, dan kata melayang
bersuasana sebuah kejadian yang terjadi dengan amat pelan. Sekilas mkna
kata-kata tersebut hampir sama, namun suasana dan perasaan yang
ditimbulkannya amat berbeda.
e) Makna Puisi
Makna puisi dapat dicari melalui pengamatan atas bagian-bagian puisi
tersebut. Unsur pertama yang dapat dilihat ketika membaca puisi adalah
judul puisi. Judul puisi mengemukakan gagasan tentang sesuatu. Gagasan
tersebut bisa tentang sesuatu yang terjadi, nama orang, nama tempat,
benda, dan waktu atau masa (Situmorang, 1983).
Secara visual puisi terbangun larik dan bait. Satu bait dalam puisi
umumnya berisi pokok pikiran. Dengan demikian fungsi bait dalam puisi
mirip dengan fungsi paragraf dalam karya paparan. Dalam puisi, satu bait

372

dan larik harus benar-benar diperhatikan termasuk pula pemenggalan larik


yang biasanya dikenal dengan enjambemen. Perhatikan puisi di bawah ini.
Layang-Layang
Tengsoe Tjahjono
Sebuah layang-layang, layang-layang siapa
Melintas mega
Namun tiada merdeka
Benang panjang membelitnya dalam udara terbuka
Ingin ia terbang makin tinggi
Tapi cuman mimpi
Sebuah layang-layang, laying-layang siapa
Terjepit di ranting trembesi
Tinggal rangka kini
layang-layang siapa
Puisi layang-layang tersebut terdiri atas empat bait. Bait pertama terdiri
atas empat larik, bait kedua terdiri atas dua larik, bait ketiga terdiri atas tiga
larik, sedangkan bait terakhir terdiri atas satu larik. Pemikiran yang
menunjukkan setiap bait berisi satu pokok bahasan terdapat dalam puisi
tersebut. Bait bersama berisi pokok pikiran layang-layang yang tidak
merdeka. Bait kedua berisi kehendak layang-layang yang menginginkan
kebebasan. Pokok pikiran yang menunjukkan penderitaan layang-layang
terdapat pada bait ketiga. Bait keempat menunjukkan siapa pemilik layanglayang tersebut.
Pembicaraan puisi dalam urutan bait dan larik selain membentuk posisi
puisi yang baik juga menunjukkan alur berpikir yang logis dan masuk akal
dalam karya kreatif. Bukankah karya sastra selain sebagai ekspresi perasaan
juga sebagai ekspresi pikiran? Inilah beberapa hal yang dapat membantu
kita merebut makna puisi.
f) Majas Puisi
Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau
meningkatkan efek dan memunculkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:28).
Majas menjadikan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak
makna atau kaya makna (Waluyo, 1987:83). Perrine dalam Waluyo (1987:83)
menyatakan bahwa bahasa figuratif atau majas dipandang lebih aktif untuk
menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena (1) mampu menghasilkan
kesenangan imajinatif, (2) mampu menghasilkan imaji tambahan dalam
puisi, (3) digunakan untuk menambah intensitas perasaan penyair dan
menyampaikan sikap penyair, (4) digunakan untuk mengonsentrasikan

373

makna yang hendak disampaikan penyair dan cara menyampaikan sesuatu


yang luas dan banyak dengan bahasa yang singkat dan padat.
Majas juga memiliki peran yang sangat penting dalam kebutuhan
bahasa puisi. Beberapa majas dan penggunaannya dalam puisi tampak pada
beberapa contoh di bawah ini.
Majas personifikasi adalah majas yang produktif dalam bahasa puisi.
Majas ini menggambarkan benda yang berperilaku seperti manusia. Penulis,
dalam
penggunaan
majas
personifikasi,
dituntut
untuk
mampu
membayangkan bagaimna seandainya benda-benda dapat berkomunikasi
dan hidup seperti manusia. Perhatikan contoh di bawah ini
Matahari menyapaku dengan belaian
Selamat pagi
Embunpun menyambutku dengan senyuman
Dalam contoh tersebut matahari dan embun dianggap berperilaku
seperti manusia. Matahari bagai sahabat dapat menyapa dan embun bisa
tersenyum seperti menyampaikan keramahan.
Dalam contoh berikut termuat majas perumpamaan. Umumnya majas
ini di awali dengan kata laksana, seperi, bagaikan, dan yang lain.
Laksana rinduku pada ibu
Menyejukkan setiap waktu
Pada contoh tersebut kerinduan diibaratkan air yang selalu
menyejukkan diri, terutama ketika terik. Penulis puisi harus benar-benar
mengenai karakteristik air dan membandingkannya dengan nuansa
kerinduan yang sedang mendominasi dirinya, yang dibayangkannya dan
yang dialaminya.
Majas lain yang sering digunakan dalam puisi ialah majas-majas
paraletisme, atau perulangan sejajar. Dalam majas ini ada kata-kata yang
mengalami perulangan dengan suasana yang sama. Perhatikan contoh di
bawah ini.
Yang ia bawa cuma luka
Yang ia cecap cuman luka
Yang ia catat cuman luka
Sejarah hidupnya hanya luka
Kesejajaran bentuk yang ia, Cuma, dan luka memberikan kesan dan
penekanan makna yang kuat. Majas paralelisme semakin menguatkan kata
luka yang lebih bermakna luka yang menyayat-nyayat
Betapa penting kedudukan majas sebagai salah satu potensi
kebahasaan puisi jelas terlihat dari paparan di atas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa majas sangat akomodatif bagi puisi.

374

g) Pencitraan Puisi
Citraann atau pengimajian dalam penulisan puisi dimaksudkan untuk
menimbulkan kesan atau suasana dari puisi. Pencitraan terbagi menjadi
beberapa kelompok, yakni:
1) Citraan pengelihatan (visual imagery)
Citraan pengelihatan merupakan citraan yang timbul karena daya
pengelihatan. Citraan ini cenderung membawa imaji pembaca seakan-akan
melihat objek. Citraan pengelihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh
indera pengelihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair.
Citraan penglihatan mampu member rangsangan kepada indera penglihatan
sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau petik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)
2) Citraan pendengaran (auditory imagery)
Penggunaan citraan pendengaran dalam puisi biasanya digunakan oleh
untuk merangsang indera pendengaran pembaca. Citraan pendengaran
adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan
bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang,
dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan
dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
Contoh:
Sapi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Sajak Putih)
3) Citraan penciuman (smell imagery)
Citraan penciuman biasanya digunakan untuk menciptakan daya imaji
melalui indra penciuman. Seorang penulis dapat memanfaatkan indera
penciuman dalam melahirkan puisi. Citraan penciuman adalah citraan yang
berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indra
penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar katakata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)
375

4) Citraan rasaan (taste imagery)


Citraan rasaan digunakan penyair dengan mengetengahkan atau
memilih kata-kata untuk membangkitkan emosi pembaca. Kekuatan puisi
yang menekankan pada citraan rasaan adalah bagaimana penulis mampu
menyugestikan dan mempengaruhi emosi pembaca. Citraan rasa juga ingin
disebut citraan pengecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan
atau gambaran yang dihasilkan oleh indra pengecap. Pembaca seolah-olah
mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin,
pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:
Dan kini ia lari bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa
(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)
5) Citraan rabaan (tactile imagery)
Citraan rabaan berkaitan dengan pemberdayaan pengecapan indera
kulit. Citraan rabaan ini dapat dicontohkan dengan baris atau kata lengan
tersayat sembilu atau ungkapan lama bagai hati tertusuk sembilu. Citraan
rabaan mengambarkan suasana mencekam, kesedihan, dan sebagainya.
Citraan rabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit).
Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat
menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas,
lembut, dan sebagainya.
Contoh:
Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermekaran
(WS Rendra, Ada Telegram Tiba Senja)
6) Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Citraan gerak ini dimanfaatkan dengan tujuan lebih menghidupkan
gambaran dengan melukiskan sesuatu yang diam seolah-olah bergerak.
Citraan gerak adalah gambara tentang sesuatu yang seolah-olah dapat
bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
Contoh:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
Pohon-pohon cemara
Menyerbu kampung-kampung
Bulan di atasnya
Menceburkan dirinya ke kolam
Membasuh luka-lukanya
(Abdulhadi, Sarangan)
376

Perlatihan
Perhatikan Puisi berikut ini.
Kekaguman
Ibu
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya
Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Yusri Halim Ujung Pandang
Temukan beragam unsur puisi yang bisa ditemukan pada puisi tersebut!
b. Memahami Unsur-Unsur Prosa Fiksi
Untuk memahami pengertian dan karakteristik prosa fiksi, bacalah
cerpen berikut ini terlebih dahulu !
SEPENUHNYA KARENA IA ANAKKU
Darmanto Jatman
Saya memang sudah tidak bisa percaya pada laki-laki yang tampan, naik skuter dan bertitel
sarjana. Sebagian besar diantara mereka tidak punya hati yang tulus. Dan saya pasti benar akan hal
ini. Buktinya si Nana, anak Tuan Misbach yang kaya raya itu, telah dihamili oleh pacarnya. Juga
anak Pak Arja, anak dusun yang baik hati itu akhirnya tidak dikawin secara resmi, sekalipun masih
selalu dijenguk suaminya. Bukti lain itu, si Ida yang cantik, akhirnya toh hanya menjadi istri kedua.
Malahan anak tetangga kamu di kampung dulu telah menjadi pelacur setelah dipermainkan
pacarnya.
Semua karena satu sebab saja. Mereka terlalu percaya pada laki-laki yang tampan, naik
skuter dan lebih-lebih bertitel sarjana.
Hal ini sama sekali lain dari kami, orang-orang tua yang sederhana. Sekalipun mungkin kami
kaya, mungkin kami naik mobil, mungkin kami juga bahkan professor namun setidak-tidaknya
karena ketuaan kamu maka semuanya jadi berubah. Saya bisa melihat gadis-gadis yang sintal
memelukkan tanggannya ke pinggang pacarnya tatkala naik skuter, tanpa perasaan ini. Saya bisa
377

melihat perbuatan Tuan Mirsa pada babunya yang cantik itu tanpa keinginan untuk berbuat serupa.
Karena saya lebih percaya pada seorang tua yang sederhana.
Itulah sebabnya kenapa saya merasa sangat marah dan ngeri melihat anak perempuan saya
berpacaran dengan Ernest. Ernest, apa Zitijes, saya kurang terang. Namanya saja sudah kebaratbaratan, belum lagi mobilnya, belum lagi title sarjananya. Orang bilang ia insinyur bangunan air.
Setiap kali laki-laki itu datang dan mengajak Nini naik mobilnya, setiap kali terbayang pada
saya perbuatan semena-mena yang telah berlaku pada anak-anak perempuan tetangga itu. Saya
bayangkan bagaimana mobil itu nanti akan berhenti di tepi jalan yang sunyi, dan Nini diremas-remas
dalam pelukan yang kotor dan mesum. Dan saya tidak pernah membayangkan bisa tentram setiap
kali mereka pergi.
Saya sungguh-sungguh tidak bisa mengerti kalau ada saja tetangga yang memuji-muji saya,
karena saya pintar cari menantu. Malahan Pak Imran bilang, insinyur itu sesungguhnya mau
dijadikan menantunya. Tapi saya sama sekali tidak bisa bangga dengan itu. Hati saya semakin waswas dan gelisah saja setiap kali mereka bepergian. Apalagi sesudah kedatangan Pak Imran.
Sedangkan Ririk, anak Pak Imran yang cantik itu, tak lagi dia gubris apalagilah anak saya besok.
Saya sungguh-sungguh prihatin akan nasib anak kami. Anak istriku, Millia, yang tercinta.
Sampai kemudian, ketika saya pulang dari dinas luar pagi hari, saya mendapati mobil insinyur
itu di luar. Marah saya meluap-luap. Rasanya ingin sekali saya menendang keluar maling itu, Tapi
kemudian rasa ingin tahu saya menang. Sebab itu saya mengendap-endap masuk lewat samping
rumah.
Pintu-pintu muka memang terbuka, tapi pintu samping dan jendela-jendela ditutupi.
Kecurigaan saya menyala-nyala hebat. Rasanya ingin saya mendobrak pintu itu keras-keras. Tapi
saya toh tetap seorang tua yang sabar dan bisa memperhitungkan untung rugi. Sebab itu pelanpelan saya mendekati pintu. Saya dengar si insinyur mengobrol panjang lebar. Saya coba untuk
mendengarkan obrolan itu. Dan saya sungguh-sungguh terkejut dan merasa sangat terhina,
mendengar obrolan yang tak karuan, yang cabul, dan menjijikkan itu. Ia mengobrol bagaimana ia
dulu berdansa dengan Nyonya Rani di sebuah teras.
Perempuan itu memang tidak tahu malu, obrol si insinyur. Ia mendekapku erat-erat.
Saya bayangkan bagaimana anakku. Saya pingin ia marah dan menampar laki-laki itu. Tapi
saya tidak mendengar apa-apa. Hanya suara ular laki-laki itu membujuk. Tapi tidak terdengar apaapa. Bajingan! Bukan kau yang didekap. Tapi kau yang mendekap! batin saya
Nini. Kau ingat gadis yang memanggil-manggil aku waktu kita duduk-duduk di teras rumahku
itu ?
Saya makin terkejut. Nini sudah diajaknya pula kerumah si ular itu.
Kami pernah jalan-jalan, nonton bioskop, dan sebagainya, Tapi saya tidak pernah mau
diajaknya ke Kaiiurang, coba kau piker. Sepi, apalagi kedinginan. Saya tidak mau dikalahkan hanya
karena kesempatan.
Saya kepingin menampar mulut laki-laki yang menghina derajat wanita itu. Yang menghina
derajat istri saya, anak perempuan saya. Tapi saya diam saja. Beberapa saat sunyi . Saya gemetar.
Saya mengintip lewat lubang pintu. Dan saya lihat Nini memijat laki-laki itu.
Kaki saya yang kiri, Nini. Lelah sekali.
Saya lihat Nini menurut, memijat kaki-kaki yag kotor itu. Saya muak melihat kelemahan anak
saya. Tapi saya tidak bisa apa=apa. Di zaman dulu Millia juga selalu memijiti kaki saya, kalau saya
lelah.
Sudah! Kata laki-laki itu. Dan saya lihat Nini tersenyum sambil berkata Upahnya?

378

Laki-laki itu berdiri lalu memeluk dan mencium Nini. Dan anakku Nini membiarkan tangan lakilaki yang panas itu merabai tubuhnya.
Amarah saya tidak bisa ditahan lagi. Saya dobrak pintu itu kuat-kuat. Sebelum saya sempat
memukul laku-laki itu dua telah lari dengan celana yang tidak karuan. Saya coba mengejarnya, tapi
Nini menangis dan memegangi tangan saya. Laki-laki itu kabur sudah.
Peristiwa inilah, yang telah mengusik tidurku setiap malam. Saya tidak rela lagi membiarkan
anak saya tinggal sendiri di rumah kalau saya pergi ke kantor.
Saya tidak rela lagi membiarkan diri saya tertidur pulas malam-malam. Saya tidak rela lagi
membiarkan anak saya . Takut kalau-kalau ular itu datang.
Akhirnya, pada suatu sore, setelah kegelisahan itu tak tertahankkan saya pun memanggil
anak saya itu.
Nini. Selama ini kita saling mengerti dan saling percaya-mempercayai.
Kami saling berpandangan. Sementara saya lihat ia mulai siap untuk menangis.
Dulu, ibumu selalu berpesan, supaya Bapak bisa menjagamu baik-baik. Sebab itu baiklah kita
berterus terang dengan tindakan-tindakan kita. Bagaimana sebenarnya yang kau kehendaki Nini ?
Tentang apa Pak ?
Saya terkejut. Mestinya ia telah tau semua ini berkisar tentang apa, tapi agaknya bisa ular itu
telah meracuni dia.
Tentang ular itu ?
Kami bertatapan pandang dan sama-sama terkejut. Dan sayapun tiba-tiba menyesal.
Kau tahu kan, maksud saya, Nak ?
Nini mengangguk
Nah. Semua terserah pada kebijaksanaanmu. Saya memang pingin kau segera kawin. Saya
pinging, segera setelah saya begitu tua, saya bsa menimang cucu-cucu saya. Dan kau mengeri,
Nak, siapa yang saya pingin menjadi bapak dari cucu-cucu saya?
Dan.. ya ! Semua berjalan biasa saja. Hari-hari makin menjadi jernih. Ular itu sudah tidak
datang lagi dan Nini sudah banyak mencurahkan perhatiannya pada sahabat-sahabat saya, yang
tua-tua dan bijak-bijak. Dan saya bahagia dengan kehidupan ini.
Namun demikian laporan demi laporan masuk tentang insinyur itu.
Pak Karpo cerita bahwa insinyur itu makin ngawur kalau bekerja. Ia sering menjadi
kebingungan justru pada saat-saat yang paling kritis. Dan saya merasa ada suatu penyesalan dalam
batin saya.
Kemudian laporan lain masuk dari Pak Dipo. Katanya si insinyur suka ngebut di jalan-jalan
kompleks pembangunan waduk itu. Bahkan sekali mobilnya terperosok ke jurang kecil. Saya merasa
makin menyesal. Namun toh saya sampai berkata.
Untung tidak sekalian mampus.
Kemudian laporan dari Pak Pardjo mengatakan bahwa Tuan insinyur sekarang suka mabukmaukan. Dan berteriak sepanjang jalanan, kalau malam. Dan saya biang pada Nini
Kau dengar, Untung, belum lagi terlanjur kau .
Sekalipun dalam batin saya muncul kecemasan-kecemasan yang asung. Dan kemudian
datang laporan dari Bu Sriti bahwa Tuan insinyur sekarang suka main-main sama wanita-wanita
pelacur. Kadang kadang bahkan semalam saja dengan dua perempuan. Kejijikan saya muncul.
Sebab itu saya panggil Nini.
Dengar. Kelihatan ularnya kan sekarang !
Tapi terasa ada suatu kegetiran yang sangat pahit dalam batin saya.

379

Serta kemudian Nini mengatakan bahwa ia akan kawin dengan Padri, sahabat saya yang tua
dan baik hati itu, sebuah laporan mengejutkan datang dari Pak Dirjo
Ernest telah bunuh diri !
Saya merasa sangat pusing. Dan pusing. Dan tiba-tiba saya jatuh tak sadarkan diri.
Ketika saya membuka mata saya, saya melihat Nini menangis di muka saya. Dan tiba-tiba
saya melihat betapa kurusnya, dia ! Millia, Millia kecilku! Yang sudah terlalu banyak, menderita oleh
karena tingkah laku saya.
Tak ada lagi yang bisa saya katakana kecuali ini. Bahwa saya merasa tidak bijak sama sekali.
Maafkan kiranya saya ini
Yogyakarta. 1967
Kita tahu bahwa teks yang baru saja kita baca adalah salah satu
bentuk prosa fiksi. Prosa fiksi atau fiksi berasal dari bahasa inggris fiction,
yang berarti cerita khayal. Dalam American Heritage Dictionary of the
English Langguage dinyatakan bahwa fiction adalah a literary work whose
content by imagination and is not necessarily based on fact (karya seni
yang isinya dihasilkan dari imajinasi pengarang dan tidak selalu didasarkan
atas fakta yang nyata. )
Aminuddin (1987) menyatakan bahwa prosa fiksi adalah cerita atau
kisahan yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar,
tahapan, serta rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarang, sehingga menjalin suatu cerita.
Cerpen yang berjudul Sepenuhnya Karena Ia Anakku adalah
sebuah realitas yang bisa dialami dan mungkin telah dialami oleh siapa saja
dalam kehidupan ini. Kekhawatira seorang ayah terhadap anak gadisnya
khususnya berkaitan dengan jodohnya, adalah sebuah realitas dalam cerita
tersebut. Realitas yang mungkin saja dialami oleh pengarang, pembaca, atau
hanya imajinasi dari pengarang. Realitas ini diolah oleh pengarang dengan
segenap kreativitasnya, kekuatan imajinasinya, kepekaannya, ketajaman
pikiran dan perasaannya, sehingga menjadi sajian cerita yang menarik,
mengesankan, enak dibaca, dan banyak hikmah yang dapat dipetik dari
cerita tersebut
1) Karakteristik Prosa Fiksi
Fiksi, seperti halnya esai, drama, sajak, khotbah, atau uraian yang
bersifat filosofis, adalah penyajian cara seorang pengarang memandang
hidup ini. Penulis memiliki pandangan-pandangan tertentu tentang hidup.
Penulis fiksi akan mengutarakan pendapat-pendapat dan perasaanya
tentang hidup ini dalam bentuk penyajian aksion (berasal dari: action),
bukan dalam pernyataan yang bersifat umum. Tujuan penulis fiksi ialah
membuat pembaca melihat dan ikut serta merasakan cuplikan-cuplikan
tertentu pengalaman manusia yang terpilih dan terarah, sehingga ia dapat
ikut merasakan pendapat serta perasaan yang ada pada penulis tentang

380

hidup ini pada umumnya, yaitu ikut merasakan apa yang dinamakan vision
dari penulis itu.
Kita telah mengatakan bahwa fiksi, seperti halnya genre sastra yang
lain, timbul dari keinginan penulis untuk memberikan bentuk kepada pikiranpikiran dan perasaannya sendiri tentang hidup ini sebagaimana ia
memandang atau mengalaminya. Dapat ditambahkan bahwa dorongan yang
mendororng orang untuk membaca fiksi itu pada hakikatnya sama dengan
dorongan yang mendorong diciptakaannya bentuk sastra ini. Dengan kata
lain, pembaca ingin memahami pikiran-pikiran ini dan ikut merasakan
perasaannya yang di sampaikan oleh pengarang. Para penulis fiksi itu tidak
selalu harus mengutarakan pendapat-pendapatnya secara langsung dan
selalu menyajikannya dalam bentuk action .
Dalam khasanah sastra Indonesia, prosa fiksi memiliki beragam
bentuk, antara lain: novel, roman, novelet, dan cerpen. Pembagian ini
berdasarkan atas, lamanya waktu cerita berlangsung. Di dalam cerpen,
cerita berlangsung tidak lama, hanya sebentar. Di dalam novel, waktu cerita
agak panjang. Sedangkan di dalam roman waktunya lama sekali. Bahkan di
dalam roman, sang tokoh diceritakan semenjak ia kecil sampai dengan
remaja, dewasa, bahkan tua dan meninggal. Meskipun terdapat perbedaan
yang nyata tentang waktu cerita berlangsung, terdapat pula persamaannya,
semuanya
mengungkap
kehidupan
manusia
dengan
segala
permasalahannya dalam bentuk cerita.
Dewasa ini perbedaan antara novel dan roman sudah tidak lagi
dipersoalkan, karena keduanya memiliki hakikat yang sama, yaitu lukisan
kehidupan manusia. Kedua istilah itu disatukan saja dengan istilah novel.
Kedua istilah itu novel dan roman, sebenarnya satu pengertian hanya
berbeda pemakaiannya. Novel dipergunakan dalam kesusastraan Inggris dan
Amerika yang berarti cerita. Sedangkan roman berasal dari kesusastraan
Perancis dan Belanda yang juga berarti cerita.
Cerita Pendek (Cerpen)
Cerita pendek adalah salah satu bentk karya fiksi. Cerita pendek,
sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik
perisitwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata yang
digunakan. Perbandingan ini jika dikaitkan dengan bentuk prosa yang lain,
misalnya novel.
Untuk menentukan panjang pendeknya cerpen, khususnya berkaitan
dengan jumlah kata yang digunakan, berikut ini dikemukakan beberapa
pendapat. Menurut Staton (1965:37), cerpen biasanya menggunakan 15.000
kata atau 50 halaman. Sedangkan Nugroho Notosusanto menyatakan bahwa
jumlah kata yang digunakan dalam cerpen sekitar 5000 kata atau kira-kira
17 halaman kuarto spasi rangkap (Zufahnur, 1985).
381

Cerita pendek, selain kependekaannya ditunjukkan oleh jumlah kata


yang digunakan, ternyata peristiwa dan isi cerita yang disajikan juga sangat
pendek. Peristiwa yang disajikan memang singkat, tetapi mengandung kesan
yang dalam. Isi cerita memang pendek karena mengutamakan kepadatan
ide. Oleh karena itu peristiwa dan isi cerita dalam cerpen singkat, maka
pelaku-pelaku dalam cerpen pun relatif lebih sedikit jika dibandingkan
dengan roman/novel.
Berdasar atas uraian tersebut dapat dikatakan bahwa cerpen adalah
cerita yang panjangnya kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap, isinya
padat, lengkap, memiliki kesatuan dan mengandung efek kesan yang
mendalam. Sedangkan unsur-unsur pengembangnya pada dasarnya sama
dengan novel.
Beberapa ciri berikut mungkin dapat sedikit memperjelas apa yang
dimaksud dengan cerpen. Sebuah cerpen umumnya memiliki alur tunggal,
jumlah pelaku yang terbatas (berjumlah kecil, dan mencakup peristiwa yang
terbatas pula). Kualitas watak tokoh dalam cerpen jarang dikembangkan
secara penuh. Watak tokoh cenderung dibatasi. Umumnya, tokoh dalam
cerpen langsung ditunjukkan karakternya, maksudnya ialah karakter tokoh
dalam cerpen langsung ditunjukkan oleh pengarangnya melalui narasi,
deskripsi, komentar. Ciri lainnya ialah rentang waktu cerita yang terbatas,
misalnya semalam, sehari, seminggu, sebulan, dan yang lain.
Novel
Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus dibentuk
dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Dikatakan
baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang kemudian
dari bentuk karya sastra lainnya, yaitu puisi dan drama.
Hakikat novel diungkapkan oleh beberapa pengamat sastra antara lain
sebagai berikut.
1) Novel ialah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang dan
meninjau kehidupan sehari-hari ( Ensiklopedi Americana)
2) Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur yang cukup panjang
mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan manusia
yang bersifat imajinatif (The Advanced Learner of Current English,
1960:853)
3) Novel adalah suatu cerita dalam bentuk prosa yang agak panjang.
Panjangnya tidak kurang dari 50000 kata. Mengenai jumlah kata
dalam novel adalah relatif.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya
novel adalah cerita, karena fungsi novel adalah bercerita. Aspek penting bagi
novel adalah menyampaikan cerita.
382

Novel memberi kemungkinan kepada pembaca untuk menangkap


perkembangan kejiwaan tokoh secara lebih menyeluruh. Novel juga sangat
memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai persoalan
manusia. Itulah sebabnya, persoalan-persoalan yang diangkat sebagai tema
sebuah novel cenderung kompleks dan rumit bila dibandingkan dengan
cerpen. Persoalan hidup manusia yang kompleks tersebut dapat memuat
hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam
semesta, hubungan manusia dengan masyarakat, dan hubungan manusia
dengan dirinya sendiri. Peranan manusia yang digambarkan dalam novel
tidaklah statis, melainkan selalu bergerak dalam perjalanan waktu. Novel
memungkinkan untuk merekam seluruh perkembangan itu secara utuh dan
menyeluruh. Selain itu, novel lebih leluasa mengeksplorasi detil-detil
peristiwa, suasana, dan karakter tokoh untuk menghidupkan cerita.
Keutuhan sebuah novel tidak ditopang oleh kepadatan cerita seperti cerpen,
namun ditopang oleh tema karyanya.
2) Tema Prosa Fiksi
Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting,
karena semua elemen dalam prosa fiksi dalam sistem operasionalnya akan
mengacu dan menunjang tema. Tema disebut juga sebagai ide sentral atau
makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi.
Pendapat ini selaras dengan pendapat Aminuddin (1987:66) yang
menyatakan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga
berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya
fiksi yang diciptakannya.
Dalam karya fiksi tema juga menjadi panduan pengarang dalam
memilih bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak
bergerak, berpikir dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan antara
satu dengan yang lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan, semuanya
menentukan rupa tema yang disampaikan oleh pengarangnya.
Beberapa kata kunci tentang tema adalah sebagai berikut.

Tentang
tema

bukan sekedar mau bercerita


bisa masalah kehidupan, pandangan hidup
komentar tentang hidup
tidak perlu selalu berwujud moral, atau
ajaran moral
bisa merupakan pengamatan pengarang
terhadap kehidupan
pesan tidak selalu definitive

3) Tokoh dan Watak Tokoh Prosa Fiksi

383

Suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah tokoh
atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga
mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang
menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan
merupakan unsur cerita yang tidak dapat ditiadakan, dengan adanya
penokohan cerita, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan hidup. Melalui
penokohan pula, seorang pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud
manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya sedang diceritakan
pengarangnya.
Tokoh dalam prosa fiksi memiliki peran yang berbeda-beda. Tokoh yang
memiliki peran penting dalam suatu cerita disebut tokoh sentral, tokoh inti,
atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang hanya berfungsi melengkapi,
melayani, atau mendukung tokoh sentral disebut sebagai tokoh peripheral
(tokoh tambahan, tokoh pembantu, atau tokoh bawahan). Penentuan kedua
tokoh tersebut didasarkan atas beberapa hal berikut.
(a) Frekuensi muncul, tokoh utama umumnya sering atau bahkan
selalu muncul dalam setiap episode, sedangkan tokoh bawahan
kecil sekali tingkat kemunculannya dalam cerita
(b)Komentar pengarang, tokoh utamanya umumnya adalah tokoh
yang sering dikomentari dan dibacakan sekadarnya saja
(c) Judul cerita, tokoh utama biasanya dijadikan sebagai judul cerita.
Tokoh bedasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
tokoh fisik dan tokoh imajiner. Tokoh fisik adalah tokoh yang ditampilkan
pengarang sebagai manusia yang hidup dalam alam nyata. Dalam karya
fiksi, tokoh fisik ini dapat anda temukan pada karya-karya konvensional
(Suyitno, 1986). Sedangkan tokoh imajiner adalah tokoh yang ditampilkan
pengarang sebagai manusia yang hidup dalam fantasi. Dari tokoh imajiner
ini Anda tidak akan menemukan gambaran sifat-sifat manusia secara wajar.
Biasanya tokohnya adalah manusia yang serba super, tokoh tidak memiliki
watak, sifat, dan perangai layaknya manusia biasa.
Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh
protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang
berwatak baik, sehingga disenangi oleh pembaca. Sedangkan tokoh
antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek, tidak sesuai dengan apa yang
diidamkan oleh pembaca (Aminuddin, 1987).
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh
bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan utama,
frekuensi kemunculannya sangat tinggi, biasanya sebagai pusat pencitraan.
Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang
membuat cerita lebih hidup (Sudjiman, 1988).

384

Berdasarkan kompleksitas masalah yang dihadapi, tokoh dibedakan


atas tokoh simpel (Simple character), yaitu tokoh yang tidak menunjukkan
kompleksitas masalah. Tokoh kompleks (Complex Character), yaitu tokoh
yang banyak dibebani masalah. Sedangkan berdasarkan perkembangan
watak yang dimiliki tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh statis dan tokoh
dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang wataknya tidak mengalami
perubahan sejak awal sampai dengan akhir cerita. Dan tokoh dinamis adalah
tokoh yang mengalami perkembangan dan perubahan watak.
Dalam prosa fiksi, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat
dengan konflik. Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang
memiliki kecenderungan menentang, dan ada pula yang cenderung sebagai
pendamai. Tokoh yang membawa ide prinsipil atau gagasan pokok disebut
sebagai tokoh protagonis. Tokoh yang selalu melawan ide prinsipil disebut
sebagai tokoh antagonis. Sedangkan tokoh yang berfungsi sebagai pendamai
atau perantara antara protagonist dan antagonis disebut tokoh tritagonis.
Pembicaraan perihal tokoh juga tidak dapat dilepaskan dari watak atau
karakter. Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam membicarakan
watak tokoh adalah aspek fisik, aspek social, dan aspek psikis. Aspek fisik
tokoh umumnya digambarkan melalui usia (tingkat kedewasaan), jenis
kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan keadaan tubuh. Aspek sosial
tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial, pekerjaan , pendidikan,
kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas sosial, keturunan, dan yang
lain. Sedangkan aspek psikis atau latar belakang kejiwaan umumnya
dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang moral, tempramen, cita-cita,
tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang lain.
Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk
mengambarkan tokoh ceritanya. Ketiga cara tersebut ialah cara langsung
(analitik), cara tidak langsung (dramatik), dan campuran. Gambaran tokoh
secara langsung terjadi apabila pengarang langsung menguraikan atau
menggambarkan
keadaan
tokoh.
Sebaliknya,
apabila
pengarang
memberitahukan keadaan tokoh secara samar, maka pelukisan tokoh
disebut tidak langsung. Beberapa ciri yang dapat menggambarkan pelukisan
tokoh secara tidak langsung ialah.
1) Dengan melukiskan keadaan tempat tinggal, cara berpakaian, gaya
berbicara, dan yang lain
2) Dengan melukiskan sikap dan perilaku tokoh dalam menanggapi
kejadian atau peristiwa.
3) Dengan melukiskan pengakuan dan keluhan diri sendiri
4) Dengan melukiskan tanggapan tokoh lain terhadap tokoh tersebut
5) Dengan melukiskan tanggapan tokoh tersebut terhadap tokoh lain
6) Dengan melukiskan perbincangan tokoh tersebut dengan tokoh lain
Pada kenyataannya, kedua cara tersebut biasanya dipakai oleh
pengarang secara berganti-ganti. Dengan kata lain, dalam prosa fiksi, jarang
385

dijumpai pelukisan tokoh secara langsung saja atau secara tidak langsung
saja.
Perwatakan adalah cara pengarang menampilkan watak para tokoh.
Lebih lanjut Soedjijono (1984:67) menyatakan bahwa perwatakan bertugas
menyiapkan atau menyediakan alasan bagi tindakan-tindakan tertentu.
Uraian lebih lengkap terhadap pelukisan watak tokoh dikemukakan
oleh Sukada, yang menyatakan bahwa pelukisan watak tokoh dapat dicapai
dengan cara sebagai berikut: melukiskan bentuk lahir dari pelaku,
melukiskan alam pikiran pelaku, reaksi pelaku terhadap suatu peristiwa,
analisis watak pelaku secara langsung oleh pengarang, melukiskan keadaan
sekitar pelaku, reaksi pelaku lain terhadap pelaku utama, dan komentar
pelaku lain terhadap pelaku utama (Retnaningsih, 1987:64).
Prosa fiksi modern memiliki kecenderungan, dalam penggarapannya,
menekankan pada unsur perwatakan tokohnya. Beberapa ciri utama tentang
karakter tersaji di bawah ini.
a.
Tentang
Karakter

kejadian-kejadian cerita berpusat pada


konflik watak tokoh utamanya
b.
mutu cerpen bergantung pada kepandaian
penulis (cerpenis) dalam menghidupkan watak tokoh
c.
pribadi dalam cerita tidak sama dalam
pribadi keseharian

Bagaimana mengenali karakter? Untuk mengenali karakter, ada


beberapa hal yang perlu Anda perhatikan!

Mengenali
Karakter

a. m melalui apa yang diperbuatnya


b. m melalui ucapan-ucapannya
c. m melalui penggambaran fisik tokoh
d. m melalui pikiran-pikirannya
e. m melalui penerangan langsung

4) Latar Prosa Fiksi


Sebuah cerita pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian
yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada
suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut
dapat dikatakan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta
lingkungannya dalam prosa fiksi disebut latar cerita atau setting.
Latar dalam prosa fiksi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu latar waktu,
latar tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan
waktu cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah geografis,

386

merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar sosial
berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita.
Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana
sebuah cerita terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai
yang diungkapkan pengarang melalui ceritanya. Dengan kata lain, dapat
disebutkan bahwa latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral)
dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-benda
konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain. Apabila
latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca, maka latar
tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri
yang terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang
tidak menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang
psikologis ialah latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa
yaitu mampu menuansakan makna dan mampu mengajak emosi
pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat
ditangkap dengan panca indera, sedangkan latar psikologis dapat
berupa suasana, sikap serta jalan pikiran manusia atau tokoh
cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa yang
tersurat, sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis
membutuhkan penghayatan dan penafsiran.
4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh
Berdasar atas fungsinya, latar cerita terbagi menjadi tiga hal, yaitu
sebagai metafora, sebagai penciptaan atmosfer, dan sebagai pengedepan.
Latar yang berfungsi sebagai metafora ialah latar yang berfungsi sebagai
proyeksi atau objektivikasi dan kondisi internal tokohnya atau nilai-nilai
tertentu. Dalam hal demikian, latar befungsi sebagai ungkapan metaforik.
Latar yang berfungsi sebagai penciptaan atmosfer ialah latar yang dapat
membangun suasana atau melukiskan keadaan tertentu, misalnya rumah
terpencil, udara dingin menusuk tulang, dan yang lain. Latar demikian dapat
membangkitkan getaran emosi tertentu dalam diri pembaca. Latar yang
berfungsi sebagai pengedepan (foregrounding) ialah latar yang menonjolkan
atau mengedepankan latar waktu dan latar tempat saja. Dalam beberapa
prosa fiksi, waktu terjadinya peristiwa menduduki posisi penting. Dalam
kaitan ini ada tiga kemungkinan penunjukan, yaitu difus, fragmentaris, dan
kalenderis. Difus adalah penunjukan waktu kata-kata: dulu, selama
perjalanan. ,menjelang pagi, dan yang lain. Fragmentaris merupakan
penyajian bagian-bagian waktu, seperti 12 tahun yang lalu, pada masa
mudanya, dan yang lain. Sedangkan kalenderis adalah penunjukan waktu
secara tepat, misalnya 30 september 1965, januari yang lalu, dan yang lain.
387

Berikut ini contoh wacana deskripsi yang terdapat dalam novel Ketika
Lampu Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti. Rangkuti berusaha
melukiskan suasana hiruk-pikuk lalu lintas di sebuah perempatan jalan yang
ber-traffict lihgt.
Ketika lampu berwarna merah, mobil-mobil di ujung jalan itu berhenti
membiarkan mobil-mobil dari jurusan yang berlainan melintas di tengahtengah perempatan itu. Debu tidak nampak beterbangan di udara yang
panas di atas jalan aspal yang licin itu. Deru mobil-mobil yang melintas itu
membisingkan. Asap hitam disemburkan lubang-lubang knalpot, sehingga
dari balik kaca para sopir udara tampak menjadi hitam. Mobil-mobil itu
melintas cepat menepiskan angin dan menggoyang pohon hias di sepanjang
tepi jalan..
Cermati beberapa hal yang terkait dengan latar di bawah ini.
1) bukan hanya sekedar background,
2) bukan hanya tempat kejadian/kapan terjadinya,
3) Cerpen modern: menjadi sangat penting, erat dengan karakter,
tema, suasana cerita,
4) latar harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita,
5) latar terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi (kaitan)
filosofis,
6) latar dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu.
Untuk menilai apakah suatu latar integral dalam prosa fiksi, dapat
diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) dapatkah latar diganti dengan tempat lain tanpa mengubah
karakter dan isi?
2) sampai sejauh mana latar menentukan tema dan jalan cerita?
3) sampai sejauh mana latar membentuk watak dan mengapa daerah
lain tidak menghasilkan watak-watak demikian?
4) apakah latar akan tetap efektif pada keseluruhan cerpen kalau
dihilangkan atau diabaikan?
5) Sudut Pandang Prosa Fiksi
Seorang pengarang dalam memaparkan ceritanya dapat memilih sudut
pandang tertentu. Pengarang dapat memilih salah satu atau leih
narrator/pencerita yang bertugas memaparkan ide, peristiwa-peristiwa
dalam prosa fiksi. Secara garis besar pengarang dapat memilih pencerita
AKUAN atau pencerita DIAAN.
Seorang pencerita dapat dikatakan sebagai pencerita akuan apabila
pencerita tersebut dalam bercerita menggunakan kata ganti orang pertama:
aku atau saya. Pencerita akuan dapan menjadi salah sorang pelaku atau
disebut narator acting. Sebagai narator acting yag demikian ini biasanya
bertindak sebagai pelaku utama yang serba tahu.
388

Tidak semua narator acting bertindak sebagai pencerita yang serba


tahu. Terdapat kemungkinan narator acting inihanya mengetahui gerak fisik
dari para pelaku. Dalam cerita, narator actingyang demikian ini biasanya
bertindak sebagai pelaku bawahan.
Di samping bertindak sebagai pencerita yang terlibat atau narator
acting, seorang pencerita juga bisa bertindak sebagai pengamat. Pencerita
semacam ini biasanya disebut pencerita DIAAN. Pencerita Diaan dalam
bercerita biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga. Adapun penunjuk
kebahasaan yang digunakan biasanya dia, ia, atau mereka.
Narator pengamat ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: narator
pengamat yang serba tahu dan narator pengamat terbatas atau objektif.
Narator pengamat serba tahu merupakan suatu teknik penceritan dengan
pencerita menuturkan ceritanya melalui satu atau lebih tokoh-tokohnya.
Pengarang dengan menggunakan teknik ini menceritakan segala hal yang
dipikirkan, dirasakan oleh berbagai tokoh cerita. Dengan sudut pandang ini,
pencerita dapa berada dimana-mana dalam satu waktu.
Sedangkan narator pengamat terbatas adalah pengarang menuturkan
ceritanya melalui kesan-kesan atau impresi dari satu tokoh. Pengetahuan
pencerita tentang apa yang terjadi daam cerita terbatas apa yang akan
dilihat, didengar melalui gerak fisik saja.
AKUAN
Kata ganti orang I
Kata
Narator acting serba tahu
Naratoracting terbatas (objektif)

DIAAN
ganti orang ke III
Observer serba tahu
Observer terbatas ( objektif )

Beberapa pertanyaan berikut berkait erat dengan masalah sudut


pandang yang terdapat pada prosa fiksi:
1) Bagaimana kisah tersebut diceritakan?
2) Dalam kesastraan, masalah siapa tidak begitu penting, yang
terpenting adalah bagaimana?
3) Pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan
yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita
4) berbeda dengan pandangan pengarang sebagai pribadi --- karena
dalam cerpen sebenarnya adalah pandangan pengarang terhadap
kehidupan
5) pribadi pengarang yang masuk disebut gaya pengarang.
Ada 4 (empat) macam sudut pandang:
1) Omniscient point of view sudut penglihatan yang berkuasa
sebagai pencipta, serba tahu, dan bisa menceritakan apa saja:

389

perasaan, kelakuan, pikiran, termasuk komentar kelakuan


pelakunya). Ciri: sejarah, edukatif, humor.
2) Objective point of view, sama dengan a hanya tanpa komentar;
pembaca disuguhi pandangan mata; pembaca bebas menafsirkan.
3) Point of view orang pertama, pembaca diajak ke pusat kejadian;
seolah membaca otobiografi; bahayanya pribadi masuk dalam
tokoh.
4) Point of view pemimpin, salah satu tokohnya bercerita; atau teknik
orang ketiga.
6) Alur Prosa Fiksi
Sebuah cerpen atau novel menyajikan sebuah cerita kepada
pembacanya. Sebuah cerita adalah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar
atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat
terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab
akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus
maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh,
padu dan bulat dala suatu prosa fiksi disebut alur.
Susunan alur dalam sebuah prosa fiksi secara garis besar dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Bagian awal, yang
biasanya disebut sebagai bagian perkenalan, berisi informasi penting yang
berkait dengan hal-hal yang diceritakan pada tahap-tahap berikutnya.
Informasi-informasi tersebut dapat berupa pengenalan latar, pengenalan
tokoh, penciptaan suasana, dan yang lain. Fungsi pokok bagian ini ialah
mengkondisikan pembaca agar siap memasuki tahapan cerita selanjutnya.
Bagian awal ini sering menjadi taruhan bagi pengarang, maksudnya ialah
kegagalan dan keberhasilan sebuah prosa fiksi dalam menarik minat
pembacanya sangat ditentukan oleh bagian ini.
Dalam
sebuah
prosa
fiksi,
bagian
awal
selain
sebagai
eksposisi/paparan juga mengandung unsure instabilitas, yaitu situasi tidak
stabil yang dijadikan sebagai perangkai bagian-bagian berikutnya.
Bagian tengah menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan.
Konflik bisa terjadi secara internal (terjadi dalam diri tokoh itu sendiri) dan
bisa juga terjadi secara eksternal (terjadi karena pertentangan antar tokoh).
Konflik internal dikenal dengan istilah konflik batin, sedangkan konflik
eksternal disebut sebagai konflik sosial.
Bagian tengah ini umumnya mendominasi keseluruhan cerita, sebab
bagian terpanjang cerita ada pada bagian ini. Pada bagian ini tokoh,
peristiwa, konflik, tema, makna cerita, dan yang lain diceritakan. Pada
bagian ini pula semua persoalan yang muncul pada bagian sebelumnya jelas
dan terjawab secara perlahan-lahan. Pembaca dapat dikatakan telah
memperoleh cerita atau memperoleh suatu dari aktivitas membacanya.
390

Bagian akhir merupakan tahap peleraian atau kesudahan cerita.


Berbagai jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita
terlihat alternative penyelesaiannya. Muaranya pada dua kemungkinan. Ada
yang memunculkan kemungkinan menyenangkan (happy ending) maupun
menyedihkan (sad ending). Kemungkinan lain yang muncul ialah
penyelesaian cerita secara tertutup atau terbuka. Sebuah cerita beralur
tertutup apabila semua persoalan tersedia jawaban atau penyelesaiannya
secara eksplisit. Sedangkan alur terbuka terjadi apabila semua persoalan
tidak ditemukan jalan keluarnya pada para tokoh. Penyelesaian atas
persoalan diserahan sepenuhnya pada pembaca.
Secara lebih khusus, berdasar atas pembagian secara garis besar
seperti yang terpaparkan sebelumnya, Najid (2003:20) tahapan alur dalam
prosa fiksi terbagi sebagai berikut:
1) Paparan (exposition), tahap cerita tempat pengarang mulai
melukiskan sebuah keadaan sebagai awal cerita.
2) Rangsangan (inciting moment), munculnya peristiwa atau kejadian
sebagai titik awal munculnya gawatan.
3) Gawatan (rising action), tahapan cerita yang melukiskan tokohtokoh yang terlibat dalam cerita mulai bergerak. Dalam tahap ini
konflik secara bertahap mulai terasa. Konflik dapat bersifat pribadi
atau social.
4) Tikaian (conflict), munculnya perselisihan antar tokoh karena
adanya kepentingan yang berbenturan namun tidak terselesaikan.
5) Rumitan (complication), tahapan cerita yang menggambarkan
konflik-konflik yang muncul mulai memuncak.
6) Klimaks (climax), tahapan cerita yang melukiskan suatu peristiwa
yang mencapai titik puncak. Bagian ini dapat berupa bertemunya
dua tokoh yang sebelumnya saling mencari, atau terjadinya
pertikaian antara dua tokoh yang saling bermusushan.
7) Leraian (falling action), bagian cerita tempat pengarang
memberikan pemecahan dan semua peristiwa yang telah terjadi
pada bagian sebelumnya.
8) Selesaian (denouement), tahap akhir cerita yang merupakan
penyelesaian persoalan.
Dalam menyusun alur, seorang pengarang, umumnya, secara sadar
atau tidak telah menggunakan beberapa kaidah yang ada dalam fiksi.
Beberapa kaidah tersebut iaah kemasuk-akalan (plausibility), kejutan
(surprise), tegangan (suspense), keutuhan (untiy), dan kebetulan (deux ex
machine).
Sebuah cerita harus tercerna oleh akal meskipun kemasuk-akalan
dalam cerita tidak dapat disamakan dengan realitas kehidupan. Untuk dapat
membangun hubungan dengan pembaca, sebuah cerita harus mengacu
391

pada sebuah realitas, namun sebuah cerita tidak mungkin kongruen atau
sama dan sebangun dengan kenyataan. Jadi, yang dimaksud dengan aspek
masuk akal dalam bahasan ini ialah kebenaran yang dimiliki oleh cerita itu
sendiri.
Sebuah cerita harus menarik. Agar sebuah cerita menarik perhatian
pembacanya, ia harus menampilkan kejutan atau surprise. Kejutan, dalam
sebuah cerita, cenderung berfungsi untuk memperlambat tercapainya
klimaks, mempercepat tercapainya klimaks, atau untuk menimbulkan
tegangan-tegangan psikologis pada pembaca.
Alur cerita yang baik harus mengandung tegangan, suspense yaitu
ketidak-menentuan harapan terhadap hasil akhir pembacaan cerita.
Suspense melibatkan kesadaran pembaca terhadap berbagai kemungkinan
yang ditawaran dalam cerita. Sarana untuk menciptakan suspense adalah
padahan (for shadowing) yaitu detil pemaparan yang mengisyaratkan suatu
kejadian atau peristiwa yang akan datang.
Sebuah prosa fiksi selain harus mengikuti berbagai kaidah tersebut,
juga harus tetap menganut kaidah kesatuan. Seketat apapun sebuah cerita
dalam mengikuti kaidah masuk akal, kejutan, dan suspense aspek kesatuan
tidaklah dapat ditinggalkan. Kesatuan atau kepaduan sebuah prosa fiksi
dapat dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan dan kegagalan prosa fiksi
tersebut.
Hal lain yang juga patut untuk dipertimbangkan dalam bahasan ini
ialah kaidah kebetulan. Aspek kebetulan dalam prosa fiksi dapat berwujud
orang atau barang yang muncul tiba-tiba dan memberikan jalan keluar atas
kesulitan yang muncul.
Berdasar atas proses penyusunan bagian-bagian alur, alur cerita dapat
dibedakan menjadi alur lurus dan alur sorot balik (flashback). Sebuah cerita
disebut beralur lurus apabila cerita tersebut disusun dari awal kejadian dan
diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya secara linier. Apabila
peristiwa dalam cerita tidak bergerak linear, cerita demikian disebut belaur
sorot balik. Selain kedua hal tersebut juga terdapat cerita yang memadukan
konsep alur seperti ini. Bahkan juga terdapat cerita berbungkai. Cerita
berbingkai ini ditunjukkan dengan adanya bingkai cerita yang berlapis-lapis.
Meskipun memiliki banyak lapis cerita, sebuah prosa fiksi harus
menunjukkan keutuhan cerita.
Berdasar atas tingkat kepaduan alur sebuah cerita, muncul alur rapat
dan alur renggang. Suatu prosa fiksi disebut rapat jika dalam suatu cerita
hanya terdapat pekembangan cerita yang berpusat pada tokoh tertentu saja.
Apabila dalam cerita tersebut terdapat perkembangan cerita yang berpusat

392

pada tokoh utama dan tokoh-tokoh lain, maka alur cerita seperti ini
dikategorikan sebagai alur renggang.
7) Pesan Prosa Fiksi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin
dicapai melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat.
Amanat terbagi menjadi dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan.
Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau
anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran kemanusiaannya.
Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat bergantung pada
persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.
Perlatihan:
Bacalah cuplikan cerpen berikut ini!
Jakarta
Oleh Totilawati Tjitrawasita
Ketika penjaga menyodorkan buku tamu, hatinya tersentil. Alangkah anehnya, mngunjungi adik
sendiri harus mendaftar, padahal singatnya dia bukan dokter. Sambil memegangi buku itu dipandangnya
penjaga itu dengan hati-hati, kemudian pelan dia bertanya,Semua harus mengisi buku ini ?Sekali saudara
atau ayah, umpamanya ?
Yang ditanya hanya mengangguk, menyodorkan bolpin, Silahkan tulis: nama, alamat dan
keperluan, katanya.
Tiba-tiba timbul keinginannya untuk berolok-olok. Sambil menahan ketawa ditulisnya disitu: nama
Soeharto ( bukan presiden ). Keperluan:Untuk urusan keluarga
Cukup? katanya sambil menunjukkan apa yang ditulisnya kepada penjaga. Lelucon, lelucon,
katanya berulang-ulang sambil menepuk-nepuk punggung penjaga yang terlongok-longok heran. Dia tahu,
siapa saya. Ujarnya menjelaskan.
Tanda tangannya belum, tuan. Dan alamatnya ?.
Betul juga, ada gunanya juga menjelaskan identitasnya agar tuan rumah tahu dan member
sambutan yang hangat atas kedatangannya. Maka ditulisnya di bawah tanda tangannya, lengkap : Waluyo
ANOTOBOTO. Nama keluarganya sengaja dibikin capital semua, diber garis teba di bawahnya. Sekali lagi
dia tersenyum, ras bangga terukir I wajahnya.
Begini ? tanyanya seperti meminta pertimbangan penjaga.
Terbayang adik misannya tergopoh-gopoh membuka pintu, lalu menyerbunya dengan segala rasa
rindu, sambil melemparkan macam-macam pertanyaan kepadanya., Bagaimana Embok, Bapak, Tinah,
anaknya sudah berapa ?
Temukan beragam unsur prosa fiksi yang terdapat pada cuplikan
cerpen tersebut! Lengkapilah temuan Anda dengan kutipan-kutipan cerpen
yang sesuai!
3. Memahami Unsur-Unsur Drama

393

Kali ini Anda akan belajar tentang teks percakapan (atau teks drama).
Beberapa hal atau bagian yang membedakan teks drama dengan teks
(karya) fiksi lainnya (cerpen, novelet, atau novel) adalah dialog,
pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog dan epilog. Dialog menjadi
bagian awal yang langsung terlihat berbeda dengan teks fiksi lainnya. Dialog
inilah yang secara spesifik membedakannya dari jenis fiksi lainnya tersebut.
Artinya, teks drama lebih dominan unsur dialognya dibanding teks fiksi
lainnya. Pembabakan yang terdapat dalam teks drama bukan diadakan oleh
pengarang drama tanpa pertimbangan apa-apa. Meskipun tidak selalu ada,
teks drama sering terbagi atas beberapa babak. Pembabakan ini biasanya
didasari pertimbangan kebutuhan nyata dalam pementasan. Pembabakan
sangat membantu perubahan setting atau tempat terjadinya peristiwa ketika
teks drama tersebut dipentaskan.
Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau berbeda)
dengan teks dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini dapat dibagi
menjadi dua, yakni untuk sutradara dan untuk aktor (tokoh/pemain). Prolog
dan epilog memang tidak selalu hadir dalam setiap teks drama. Prolog
merupakan bagian awal naskah. Biasanya memberikan penjelasan awal
tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan yang ditampilkan, pesan
pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya) atau dapat pula sebagai
pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai pembantu pembaca atau
penonton untuk memahami cerita tersebut. Sedangkan epilog merupakan
bagian akhir naskah. Epilog dapat berupa simpulan cerita, pesan atau
amanat yang disampaikan pengarang, dan atau renungan.
Simak teks drama di bawah ini.
TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku:
Fani, Inu, Gina, Jati, Hana
Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.
1. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap
dipandang.
2. Hana: (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa
menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa
yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu?
3. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
4. Hana: Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini?
Dan apa yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam
ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang
meragukan, dan oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis.
394

Namun apa pun persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan
semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya.
Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang
tak termaafkan, dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!
5. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling
bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.
6. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian
ikut menangis pula.
7. Inu:
(Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila!
Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk
senjata) Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai
menangis), miskin, bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat
mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali mereka
melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin
kini mereka akan gentar pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus
diberi pelajaran, agar tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis)
Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)
8. Hana: (Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)
9. Inu:
(Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng
kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil
tersenyum-senyum)
10. Jati:
(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan
mereka?
11. Inu:

Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!

12. Jati:

Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?

13. Inu:

Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)

14. Jati:
Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di mana
perasaanmu, Inu?
15. Inu:

Jati, apakah setiap tangis itu duka?

16. Jati:

Tetapi mereka jelas tampak menderita!

17. Inu:

(Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!

18. Jati:

Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!
395

19. Inu:

Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)

20. Jati:
(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami
sedang latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai!
Hentikan latihan gila-gilaan ini!
21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.
---selesai--Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur
dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian besar) hanya terdiri atas
dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam teks drama itulah unsur
instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks drama dapat
ditemukan.
Drama sebenarnya tidak jauh berbeda dengan karya fiksi yang lain.
Kesamaan itu berkaitan dengan aspek kesastraan yang terkandung di
dalamnya. Namun ada perbedaan esensial yang membedakan antara karya
drama dengan karya fiksi adalah tujuan utama penulisan naskah drama
adalah untuk dipentaskan. Semi (1988) menyatakan bahwa drama adalah
cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Jika Anda cermati secara seksama, drama mempunyai dua aspek
esensial, yaitu aspek cerita dan aspek pementasan yang berhubungan
dengan seni lakon atau teater. Apabila dirinci lebih dalam lagi, sebenarnya
drama memiliki tiga dimensi, yaitu sastra, gerakan, dan ujaran. Oleh karena
itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca seperti novel atau
cerpen, tetapi lebih dari itu dalam penciptaan naskah drama sudah
dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya.
Mengingat penciptaan drama disusun dengan maksud untuk
dipentaskan maka dalam setiap naskah selalu ditemukakn narasi, dalog dan
arahan tentang petunjuk lakuan.
Dalam sebuah naskah drama terdapat hal-hal penting yang harus
diketahui bila kita ingin memehaminya. Hal ini bisa disebut sebagai unsurunsur drama. Secara lebih rinci bagian berikut akan membahasnya.
a. Alur Drama
Alur dalam sebuah pertunjukanatau drama sama dengan alur novel
atau cerpen, yaitu rentetan peristiwa yang terjadi dari awal sampai akhir.
Namun alur drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan alur fiksi.
Kekhususan itu disebabkan oleh karakteristik drama itu yang memang unik.
Kekhususan alur drama adalah sebagai berikut (Semi, 1988). Alur drama

396

haruslah alur yang dapat dilakonkan oleh para pemain drama di muka public
penonton.
Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton. Secara
garis besar alur drama adalah sebagai berikut
1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan kepada
penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta peran yang
dibawakan mereka, serta member pengenalan terhadap permulaan
problem atau konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem pokok. DI
sini mulai terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau disebut
juga rising action. Beberapa watak mulai memperlihatkan
pertentangan saling mempengaruhi, dan berkeinginan membawa
kebenaran ke pihak masing-masing sehingga terjadilah krisis demi
krisis. Setiap krisis berkecenderungan melampaui yang lain, namun
satu krisis lahir disebabkan atau diakibatkan oleh yang lain. Itulah
sebabnya dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument). Setiap segi pertentangan diadakan
penyelesaian dan dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih
bisa juga menggembirakan ( Semi, 1988 ).
b. Pesan Drama
Pengarang memiliki tujuan tertentu melalui karya dramanya. Inilah
yang disebut dengan amanat atau pesan. Pesan dalam drama terbagi dua,
yaitu pesan utama dan pesan bawahan. Umumnya pesan berisi ajaran-ajaran
moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk
meningkatkan kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikit dan luas
sempitnya pesan bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang
pada karyanya.
c. Tema Drama
Dalam drama tema memiliki kedudukan yang sangat penting. Semua
elemen dalam drama mengacu dan menunjang tema. Tema disebut sebagai
ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita
dalam karya fiksi.
Dalam drama tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih
bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir
dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang
lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa
tema yang disampaikan oleh pengarangnya.
d. Latar Drama
Drama pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian yang
menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu
397

waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut dapat
dikatakan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya
dalam drama amat penting.
Latar dalam drama terdiri atas tiga jenis, yaitu latar waktu, latar
tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu
cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah geografis,
merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar sosial
berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita.
Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana
sebuah cerita terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai
yang diungkapkan pengarang melalui karyanya. Dengan kata lain, dapat
disebutkan bahwa latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral)
dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-benda
konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain. Apabila
latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca, maka latar
tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri
yang terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang
tidak menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang
psikologis ialah latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa
yaitu mampu menuansakan makna dan mampu mengajak emosi
pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat
ditangkap dengan panca indera, sedangkan latar psikologis dapat
berupa suasana, sikap serta jalan pikiran manusia atau tokoh
cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa yang
tersurat, sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis
membutuhkan penghayatan dan penafsira.
4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh
Perlatihan
Simak teks drama di bawah ini.
Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa. Terdengar
suara kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III : Itu suara apa?
Copet II : Suara orang adzan.
Copet I
: Apa? Suara orang edan?
Copet II : Adzan, goblok!
398

Copet I
Copet II
Copet I
Copet III

: Apa? (memiling-milingkan kepala)


: Adzan, tuli?
: Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
: Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II : Ho oh!
Copet I
: Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV : Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I
: Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
(Kecuk Ismadi CR)
Setelah mencermati penggalan teks drama di atas, jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
(a) Siapa saja tokoh dalam penggalan teks drama di atas?
(b)Di manakah latar ceritanya?
(c) Apa masalah yang sedang mereka bicarakan?
(d)Apakah konflik sudah tampak dalam penggalan teks drama di atas?
Jika sudah ada, sebutkan konflik yang dimaksud!
F. Menulis Sastra
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun ini.
Kali ini Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis Sastra. Di
bawah ini disajikan deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar,
dan indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengekspresikan pikiran,
perasaan, dan pengalaman melalui karya sastra. Berdasar SK tersebut
diturunkan kompetensi dasar (KD) sejumlah enam. Keenam KD yang
dimaksudkan adalah di bawah ini.
1) Menulis pantun sesuai dengan syarat pantun,
2) Menulis dongeng,
3) Menulis puisi bebas,
4) Menulis drama,
5) Menulis cerpen,
6) Menulis kritik dan esai.
2. Materi Pembelajaran
a. Menulis Pantun Sesuai dengan Syarat Pantun
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis pantun.
Artinya, setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda terbantu bagaimana
menulis pantun.

399

Dalam sajiannya, kegiatan belajar ini terbagi atas dua subtopik, yakni
syarat pantun dan menulis pantun sesuai syarat tersebut. Sesuai syarat,
melalui contoh-contoh pantun serta variasi bentuk perlatihan penulisan
pantun yang disajikan, Anda diharapkan dapat dengan mudah memulai
mencoba menulis pantun dengan lebih mudah.
1) Syarat-syarat Pantun
Pantun merupakan salah satu puisi lama yang terkenal, di samping
mantra, syair, talibun, gurindam, pepatah, dan teka-teki. Pantun,
sebagaimana puisi lama lainnya memiliki aturan. Aturan penulisan pantun,
antara lain:
a) jumlah suku kata dalam setiap baris
b) jumlah baris setiap bait
c) jumlah bait
d) aturan rima dan ritma.
Secara umum, pantun terdiri atas empat baris, bersajak (rima) abab atau
disebut rima silang, dua baris pertama berupa sampiran dan dua baris
akhir berupa isi.
Jenis-jenis pantun adalah (1) pantun sukacita atau pantun jenaka/riang,
(2) pantun muda, (3) pantun dagang, (4) pantun nasihat atau pantun tua, (5)
pantun agama, dan (6) pantun adat.
Di bawah ini adalah contoh pantun.
(1)

Pantun sukacita
Elok rupanya kumbang janti
dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
melihat ibu sudah datang
Dibawa itik pulang petang
dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
hati cemas menjadi hilang

(2)

Pantun muda
Anak padang ke Kurai Taji
batang manggis bercabang lima
adik sayang usahlah pergi
pahit manis tanggung bersama
Tanam melati dirama-rama
ubur-ubur sampingan dua
sehidup semati kita bersama
satu kubur kelak berdua

400

(3)

Pantun dagang atau pantun nasib


Dari Gresik ke Surabaya
pagar siapa saya sesarkan
Wahai nasib apakan daya
pada siapa saya sesalkan
Apa digulai orang di ladang
pucuk kacang sela-bersela
Apakah untung anak dagang
hari petang, tangga berhela

(4)

Pantun nasihat
Anak ayam turun sepuluh
mati satu tinggal sembilan
Tuntut ilmu bersungguh-sungguh
suatu jangan ketinggalan
Anak ayam turunlah enam
mati satu tinggallah lima
Supaya kita jangan jahanam
baik tuntut pada ulama

(5)

Pantun agama
Kemumu di dalam semak
jatuh melayang selaranya
Meski ilmu setinggi tegak
tidak sembahyang apa gunanya
Asam kandis asam gelugur
ketiga asam riang-riang
Menangis di pintu kubur
teringat badan tidak sembahyang

(6)

Pantun adat
Berek-berek turun ke semak
dari semak turun ke padi
Dari nenek turun ke mamak
dari mamak turun ke kami
Dahulu rebab yang bertangkai
kini kopi yang berbunga
Dahulu adat yang berpakai
kini rodi yang berguna.

Setelah Anda membaca pantun di atas, tuliskan isi pantun tersebut!


401

Jenis Pantun
Pantun Sukacita

Isi

Pantun Muda
Pantun Dagang
Pantun Nasihat
Pantun Agama
Pantun Adat

2) Menulis Pantun dengan Pilihan Kata Yang Sesuai


Setelah memperhatikan contoh-contoh pantun di atas, kali ini Anda
akan belajar menulis pantun. Banyak hal yang dapat ditulis menjadi pantun.
Seorang anak yang sedang menunggu ibunya datang, dapat diungkapkan
melalui pantun. Seorang pemuda yang sedang jatuh hati pada seorang
pemudi dapat diungkapkan melalui pantun. Aktivitas di sekolah, pengalaman
jalan-jalan, pengalaman keagamaan, dan segala hal yang mencakup
kehidupan sehari-hari dapat diiungkapkan menjadi sebuah pantun. Hal-hal
yang lucu pun dapat diungkapkan melalui pantun.
Perlatihan
Di bawah ini Anda diminta melengkapi pantun. Jika ada bagian-bagian yang
kurang jelas, cobalah berdiskusi dengan teman!
(1)Lengkapilah isi pantun di bawah ini!
Awan putih gulung-gemulung
menutup bukit jauh di sana
.
.
Angin berhenbus amat sejuknya
ketika hujan titik perlahan
.
.
(2)Lengkapilah sampiran pantun di bawah ini!

402

Surat adinda tiba kemarin


Tidurku gelisah, makan tak karuan
.
.
Aku suka keroncong, kamu dangdut
Aku suka gudeg, kamu rending
(3)Cermati kembali pantun yang telah Anda lengkapi di atas. Dengan
menggunakan sampiran yang sama, cobalah membuat pantun dengan
isi yang berbeda!
(4)Cermati kembali pantun yang telah Anda lengkapi di atas. Dengan
menggunakan isi yang sama, cobalah membuat pantun dengan
sampiran yang berbeda!
(5)Selanjutnya, cobalah Anda membuat lima buah pantun dengan topik
bebas! Misalnya tentang mata pelajaran, teman yang lucu, lingkungan
sekolah, atau alam sekitar. Tukarkan pekerjaan tersebut dengan
pekerjaan teman Anda. Berilah komentar terhadap pekerjaan teman
Anda!
b. Menulis Dongeng
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan mampu
menulis dongeng. Dalam kegiatan belajar ini disajikan dua subtopik, yakni
(1) dongeng dan jenisnya dan (2) membaca dan menulis ulang dongeng.
Kedua subtopik di atas muncul dari anggapan bahwa pemahaman
tentang jenis dongeng perlu dikuasai sebelum menulis (ulang) dongeng.
Setelah memahami jenis dongeng (termasuk yang masih berkembang di
masyarakat), Anda diharapkan dapat menulis (ulang) dongeng. Dikatakan
menulis (ulang) dongeng didasari alasan bahwa dongeng sudah ada dan
tersedia di masyarakat. Yang diperlukan adalah membaca ulang (mencari
narasumber, dan seterusnya), dan selanjutkan menuliskan secara ulang
dongeng yang dimaksud. Sebagian besar dongeng masih tersimpan dengan
baik dalam diri pencerita (narasumber, secara lisan). Yang diperlukan adalah
menuliskan ulang dongeng yang dimaksudkan. Dengan argumen itu,
subtopik kedua dimunculkan, yakni membaca dan menulis ulang dongeng.
1) Dongeng dan Jenisnya
Menurut Danandjaja (1997:83-84) dongeng adalah cerita pendek
kolektif kesusastraan lisan. Dongeng merupakan cerita prosa rakyat yang
tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk
hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, ajaran moral,
ataupun sindiran.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa dongeng sebagai cerita
mengenai peri. Kenyataannya, banyak dongeng yang tidak menceritakan
403

kehidupan para peri, melainkan isi cerita atau plotnya mengenai sesuatu
yang wajar. Dongeng dapat berupa cerita peri, cerita kanak-kanak, atau
cerita ajaib.
Antti Aarne dan Stith Thompson membagi jenis dongeng ke dalam
empat golongan besar, yakni:
a.
dongeng binatang (animal tales)
b.
dongeng biasa (ordinary folktales)
c.
lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes)
d.
dongeng berumus (formula tales)
Dongeng binatang merupakan dongeng yang ditokohi binatang
peliharaan dan binatang liar. Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini
dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Binatang-binatang itu
biasanya terbatas pada jenis tertentu. Di Eropa binatang itu adalah rubah
(fox), di Amerika kelinci, di Indian Amerika sejenis anjing hutan (coyote),
rubah, burung gagak, dan laba-laba, serta di Filipina adalah kera. Di
Indonesia binatang itu adalah pelanduk (kancil) dengan nama Sang Kancil.
Binatang-binatang itu semuanya mempunyai sifat yang cerdik, licik, dan
jenaka. Lawan binatang cerdik adalah pandir, yang selalu menjadi bulanbulanan tipu muslihat binatang cerdik itu. Di Amerika ada beruang, di Filipina
buaya, dan di Indonesia adalah harimau.
Di dalam dongeng binatang di Indonesia, tokoh yang paling populer
adalah sang kancil. Tokoh binatang cerdik licik ini di dalam ilmu folklor dan
antropologi disebut dengan istilah the trickster atau tokoh penipu.
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan
biasanya adalah kisah suka-duka seseorang. Di Indonesia, dongeng biasa
yang populer bertipe Cinderella. Dongeng bertipe ini ada banyak. Di Jawa
Tengah dan Jawa Timur terdapat dongeng Ande-ande Lumut dan Si Melati
dan Si Kecubung, di Jakarta terdapat dongeng Bawang Putih dan Bawang
Merah, dan di Bali ada I Kesuna lan I Bawang.
Lelucon dan Anekdot merupakan dongeng-dongeng yang dapat
menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa bagi yang
mendengar maupun yang menceritakan. Anekdot menyangkut kisah fiktif
lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh, yang benar-benar ada,
sedangkan lelucon menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif,
seperti suku bangsa, golongan, bangsa, dan ras. Misalnya, kisah pendek lucu
Albert Einstein disebut anekdot, sementara kisah pendek lucu orang Batak
disebut lelucon.
Dongeng-dongeng berumus merupakan dongeng yang oleh Antti Aarne
dan Stith Thompson disebut formula tales, dan strukturnya terdiri atas
pengulangan-pengulangan. Subbentuk dari dongeng berumus adalah:

404

dongeng bertimbun banyak, dongeng untuk mempermainkan orang, dan


dongeng yang tidak mempunyai akhir.
Dongeng bertimbun banyak (disebut pula dongeng berantai) adalah
dongeng yang dibentuk dengan cara menambah keterangan lebih terinci
pada setiap pengulangan inti cerita. Di Indonesia berkembang lelucon yang
bersifat penghinaan suku bangsa lain. Simak contoh di bawah ini.

ekor kucing. Seekor kucing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor anjing. Seekor anjing lari terbirit-biri

Dongeng untuk mempermainkan orang merupakan cerita fiktif yang


diceritakan khusus untuk memperdayai orang karena akan menyebabkan
pendengarnya mengeluarkan pendapat yang bodoh.
Dongeng yang tidak ada akhirnya (endless tales) adalah dongeng yang
jika diteruskan tidak akan sampai pada batas akhir. Perhatikan contoh di
bawah ini.

bulan, ia baru berhasil membawa sebutir pasir itu ke Tangerang. Untuk kembali ke Jakarta Kota, diperlukan wak

2) Membaca dan Menulis Ulang Dongeng


Di perpustakaan sekolah, dongeng dan cerita rakyat dapat dengan
mudah ditemukan. Mengapa sangat mudah ditemukan dan jumlahnya
banyak? Karena, hampir setiap daerah mempunyai dongeng dan cerita
rakyat yang bermacam-macam. Bahkan, karena terlalu banyak dongeng
itulah, sebagian terbesar dongeng-dongeng di seluruh wilayah Indonesia ini
belum terbukukan. Sebagian masih berupa cerita lisan. Tentu saja, jika tidak

405

segera dibukukan, cerita-cerita yang lisan tadi suatu saat akan hilang dan
dilupakan.
Pertanyaannya kini, berapa dongeng yang telah kita baca? Di antara
yang sudah kita baca, berapa yang dapat kita sampaikan (menulis ulang)
kepada orang lain. Nah, kali ini, Anda akan belajar menulis ulang dongeng,
baik yang disampaiakn secara lisan maupun tertulis.
Di seluruh dunia, hingga saat ini, dongeng masih bertahan hidup. Di
Indonesia, dongeng juga masih banyak dijumpai dan digemari. Anak-anak
hingga orang tua gemar mendengarkan dongeng. Di bawah ini dikutip salah
satu dongeng yang sangat terkenal.
Si Tanduk Panjang
Dahulu kala, di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga miskin. Keluarga itu terdiri atas seorang
ayah, ibu, dan anak perempuannya.
Ayah dan ibu tersebut sangat sayang kepada anak perempuan satu-satunya. Namun,
kebahagiaan mereka terasa belum lengkap manakala belum dikaruniai seorang anak laki-laki.
Setiap hari mereka tak berhenti berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang anak laki-laki
sebagai penyambung keturunan. Bulan berganti bulan, tahun pun berlalu, mereka tetap berdoa. Akhirnya,
sang istri pun hamil. Keluarga itu pun semakin berbahagia. Terlebih setelah sang istri melahirkan bayi lakilaki. Namun, kegembiraan itu hanya berlangsung sesaat ketika diketahui bahwa di kepala bayi itu tumbuh
tanduk. Perasaan gembira itu mendadak berubah malu dan takut kalau-kalau mereka nanti akan diejek
para tetangga.
Untuk menutupi rasa malu dan takut itu, pada malam hari, bayi laki-laki itu dimasukkan ke dalam
sebuah peti dengan dibekali sebutir telur dan secangkir beras. Peti itu lalu dihanyutkan ke sungai.
Kakak perempuan bayi laki-laki itu mengetahui perbuatan kedua orang tuanya. Ia sangat sedih.
Dengan diam-diam ia meninggalkan rumah dan mengikuti peti yang membawa adiknya hanyut di sungai.
Ia terus melangkah mengikuti adiknya yang hanyut. Beberapa lama kemudian terdengar adiknya
menangis karena lapar. Sang kakak pun menghiburnya dengan berkata, Adikku sayang, si tanduk
panjang, janganlah engkau menangis. Jika engkau lapar, makanlah sebutir beras agar kau kenyang! Tak
berapa lama kemudian tangis adiknya berhenti. Begitulah seterusnya, setiap kali terdengar suara tangis,
sang kakak segera meneriakkan kata-kata yang sama.
Beberapa hari kemudian si kakak perempuan mendengar ciap anak ayam dari peti tempat
adiknya. Ia tak dapat mendekati peti itu, tetapi ia dapat menduga bahwa telur yang dibekalkan kepada
adiknya telah menetas.
Begitulah, hari berganti, bulan berlalu. Setiap adiknya menangis, ia selalu menghiburnya dengan
kata-kata yang penuh kasih sayang. Sang kakak tak mengenal lelah demi kecintaannya kepada adiknya.
Hingga suatu hari peti itu terbawa arus sampai ke tepian sungai. Si kakak dengan wajah gembira mencoba
meraihnya.
Berkali-kali ia mencoba meraih. Akhirnya perti itu dapat diraihnya. Dan, betapa terkejutnya ketika
peti itu dibuka, melompatlah seorang anak laki-laki gagah dan tampan. Tak lagi terlihat ada tanduk di
kepalanya. Di belakangnya, seekor ayam jantam menyertai. Betapa gembira si kakak melihat kenyataan
itu. Ia bersyukur pada Tuhan yang telah menyelamatkan adiknya yang sangat disayanginya.

406

Selanjutnya kakak-beradik itu segera menuju ke desa terdekat. Di depan pintu gerbang desa
mereka ditegur oleh penduduk setempat. Mereka memberitahu bahwa untuk masuk ke desa mereka harus
mengadu ayamnya dengan ayam penduduk desa. Jika menang, akan mendapat harta, dan jika kalah akan
dijadikan budak. Namun jika tidak berani menerima tantangan itu, mereka dipersilakan pergi dari desa itu.
Kakak-beradik itu menyanggupi tantangan tersebut. Dan, pada hari yang telah ditentukan ayam
mereka diadu dengan disaksikan seluruh masyarakat setempat. Ternyata ayam si tanduk panjang menang.
Akhirnya kedua kakak-beradik itu dipersilakan masuk desa dan dijamu dengan makanan yang lezat-lezat
serta dihadiahi harta kekayaan. Tak lama kemudian kedua kakak-beradik itu minta diri untuk meninggalkan
desa itu.
Untuk memasuki desa yang lain ternyata mereka dikenai syarat serupa, yakni harus menyabung
ayam. Lagi-lagi bertarunglah ayam mereka. Untung ayam kakak-beradik itu selalu menang sehingga
mereka tidak mendapat kesulitan dan sekaligus menambah harta kekayaannya. Bahkan untuk membawa
harta kekayaannya, mereka membawa beberapa pengikut.
Akhirnya kedua kakak-beradik itu tiba di desa kelahirannya. Para penduduk menanyai asal-usul
mereka. Mendengar pengakuan kedua kakak-beradik itu, penduduk mengetahui siapa sebenarnya mereka.
Kabar tentang kedatangan dua kakak-beradik pun tersebar. Si tanduk panjang dan kakak
perempuannya telah datang, begitulah kabar yang tersebar. Kedua orang tua mereka pun mendengar, lalu
datanglah mereka untuk menyongsong kedua anaknya yang telah lama hilang. Namun, kakak-beradik itu
menolaknya.
Kami tidak punya orang tua lagi, karena justru ketika kami memerlukan kasih sayang dan
perlindungan, mereka tidak melakukannya. Tak ada yang peduli pada kami.
Betapa kecewa kedua orang tua mereka yang sudah miskin itu. Kini, mereka baru menyadari akan
kesalahannya. Hancurlah hatinya. Mereka menyesal, lalu jatuh sakit, dan akhirnya meninggal dunia.
Perlatihan
a) Bentuklah kelompok diskusi yang masing-masing kelompok berjumlah
empat orang. Diskusikan tentang keempat jenis dongeng di atas. Apakah
keempat jenis dongeng di atas ada dan berkembang di Indonesia?
b) Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
(1)Baca dan pelajarilah dengan cermat dongeng di atas!
(2)Tulislah isi dan amanat dongeng tersebut!
(3)Tulisah kerangka (alur) dongeng di atas!
(4)Kembangkan kerangka dongeng tersebut dengan bahasa Anda sendiri
sehingga menjadi sebuah dongeng yang utuh!
(5)Berdasarkan pembagian Antti Aarne dan Stith Thompson terhadap
dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni (1) dongeng binatang
(animal tales), (2) dongeng biasa (ordinary folktales), (3) lelucon dan
anekdot (jokes and anecdotes), serta (4) dongeng berumus (formula
tales), lakukan tahapan di bawah ini
a) Identifikasikan dongeng yang masih ada di sekitar Anda berdasar
keempat golongan besar di atas.
b) Tentukan salah satu dongeng di antara yang telah Anda
identifikasikan tersebut.
c) Buat kerangka dongeng yang akan membantu memudahkan Anda
dalam mengembangkan alur dongeng.
407

d) Kembangkan kerangka dongeng tersebut menjadi sebuah dongeng


yang utuh.
c. Menulis Puisi Bebas
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat
menulis puisi bebas. Kegiatan belajar ini terdiri atas subtopik, yakni (1)
menulis puisi yang berisi gagasan sendiri, (2) menampilkan pilihan kata dan
rima yang menarik, dan (3) serta menulis puisi secara kreatif.
Jika dibandingkan dengan menulis prosa, menulis puisi memiliki
keunikan tersendiri. Salah satu keunikan menulis puisi adalah kelebihan dan
kekurangannya. Artinya, hampir lebih banyak orang yang pada mulanya
menulis puisi dibandingkan dengan menulis prosa. Inilah kelebihannya.
Sementara itu, kualitas yang dihadirkan karena kuantitas tersebut sering
menjadi bumerang, bahwa produk puisi cenderung kurang bermutu
dibandingkan dengan prosa. Melihat kecenderungan ini, yang diperlukan
adalah bagaimana meyakinkan kepada penulis puisi bahwa setiap tulisan
(dalam hal ini puisi) memiliki sejarah tersendiri (baca: kualitas).
Berkaitan dengan hal itu, kegiatan belajar menulis puisi ini ditekankan
pada kemauan berani mencoba dan berkeyakinan baik . Yang diperlukan
adaalah mengeksplorasi sebanyak-banyaknya topik, lalu mengembangkan
menjadi puisi.
1) Menulis Puisi Yang Berisi Gagasan Sendiri
Barangkali, setiap ada pertanyaan kepada penyair tentang bagaimana
menulis puisi, maka sang penyair akan menjawab, Tulis saja! Semua tulisan
yang dimaksudkan sebagai puisi, maka ia disebut puisi. Memang benar
bahwa menulis puisi tidak ada rumus atau resepnya, seperti halnya
matematika atau memasak. Yang diperlukan dalam menulis puisi adalah
keberanian menulis. Jika demikian, semua orang tentu dapat menulis puisi.
Setiap orang memiliki ide atau gagasan, tetapi tidak semua orang
ingin mengungkapkannya dalam bentuk puisi. Mengapa demikian?
Jawabannya bisa beragam. Tetapi dari semua jawaban, persoalan utamanya
adalah karena tidak berani mencoba menuliskan dalam bentuk puisi.
Keberanian mencoba adalah jawaban dari kesulitan menulis puisi.
Di bawah ini disajikan beberapa puisi. Puisi-puisi tersebut bukan karya
penyair terkenal, tetapi merupakan karya para remaja yang dimuat di
majalah Gadis. Cermatilah bagaimana penulis menuangkan gagasannya
dalam bentuk puisi.
Ucapan Syukur
Terimakasih Tuhan
408

untuk burung yang berkicau di pepohonan


memuji kebesaranMu
untuk bunga yang merekah
dan untuk embun yang bersinar di atasnya
untuk matahari yang cerah
udara yang sejuk
untuk semua karunia cipMu
terlalu indah bagi umatMu
Terimakasih Tuhan
untuk kehidupan ini
Yohana Elizabeth H. Jakarta
KAMU
Lama aku termenung
menyapa hati yang disaruk hitam
aku tancapkan
tiang-tiang
kokoh
di pekarangan hati
agar kamu tak datang lagi
Andik H. - Kediri
RINDU 1
Rindu yang pernah kuberikan padamu
tolong kembalikan,
jika kamu tak memerlukannya lagi
Ugi Maranatha Jakarta

MEREKA DAN AKU


Mereka iya, aku tidak
mereka boleh, aku jangan
mereka senang, aku benci
mereka sayang, aku jalang
mereka tak waras, aku malah rajanya
Lho, ini apa-apaan sih
makin lama kok makin ruwet
B. Febriantono Malang

409

Setelah membaca dan mencermati puisi-puisi di atas, apakah masih


ada kesulitan dalam menulis puisi? Tentu jawabannya masih sama, bahwa
menulis puisi memang bukan hal yang mudah. Namun demikian, melalui
contoh-contoh di atas, menunjukkan bahwa apa pun (topik dan gagasan)
dapat ditulis dalam bentuk puisi. Sekali lagi topik apa pun dapat dituangkan
dalam bentuk puisi. Tak ada kata sulit kalau dicoba! Kuncinya: (a)
menemukan dan memilih ide/topik dan gagasan, (b) mengembangkan
ide/topik dan gagasan dalam bentuk baris-baris kalimat, (c) mempergunakan
bahasa yang dikuasai dan dipahami sehingga pembaca akan mudah pula
menguasai dan memahami.
Jika ketiga hal di atas adalah langkah, maka para penulis di atas telah
menerapkan dengan baik. Nah, sekarang Anda yang akan memulai.
2) Menampilkan Pilihan Kata dan Rima Yang Menarik
Pilihan kata yang tepat adalah kata-kata yang mampu mewakili
ekspresi penulisnya. Dengan kata lain, penulis memilih kata sesuai dengan
ungkapan perasaannya. Ketika kata itu sudah dapat mewakili ekspresi
penulisnya, maka kata tersebut sudah tepat.
Rima terkait dengan pengulangan bunyi. Ketika seorang penulis puisi
memilih kata, rima juga harus dipertimbangkan. Rima yang menarik akan
membuat puisi jadi lebih merdu ketika dibacakan.
Perhatikan puisi-puisi di bawah ini. Puisi-puisi ini juga bukan karya para
penyair terkenal. Puisi-puisi ini adalah hasil karya para remaja.

UNTUKMU
Ukirlah sendumu di sudut rindu,
kalau jiwamu tak ragu.
Gapailah anganmu,
bila kau sebut namaku.
Robi H. Mojokerto
ASA
Ada asa di hari lalu
kau tabur rapi di danau hati
ada kisah manis di hari lalu
yang ternyata tak seabadi matahari

410

Emy Jayapura

3) Menulis Puisi secara Kreatif


Di antara genre sastra yang berkembang, puisi adalah yang paling
populer di kalangan masyarakat. Dengan demikian, menulis puisi lebih
banyak dilakukan oleh orang dibandingkan dengan menulis genre karya
sastra lain.
Menulis puisi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan kiat. Di bawah
ini disampaikan beberapa kiat menulis puisi. Setiap kiat tidak selalu sesuai
dengan seseorang. Namun demikian, setidaknya dengan kiat di bawah ini
ada bahan banding bagi yang ingin memulai menulis puisi.
a. Menulis dengan mengurai nama diri
b. Menulis berdasar tokoh (sejarah atau idola)
c. Menulis berdasarkan pengalaman
d. Menulis orang-orang dekat
e. Menulis alam sekitar
f. Menulis berdasar atas rangsangan indra
g. Menulis berdasar pengalaman sahabat
h. Menulis ulang dari puisi yang sudah ada
i. Menulis untuk berdoa pada Tuhan
j. Menulis ajakan melakukan sesuatu
k. Menulis untuk kekasih
l. Menulis untuk mengisahkan sesuatu (peristiwa atau tokoh)
m. Menulis kepada pemimpin yang berkuasa.
n. Menulis atas respon musik yang didengarkan
o. Menulis melalui pola puisi yang telah ada
p. Menulis atas respon indra manusia
q. Dll.
Perlatihan

a). Setiap orang pasti mempunyai ide/topik atau gagasan. Kali ini, ide/topik
atau gagasan tersebut cobalah Anda tulis dalam bentuk puisi! Pada saat
menulis jangan berpikir apakah puisi tersebut akan menjadi baik atau
tidak. Karena jika berpikir demikian, maka puisi tidak sempat ditulis! Ingat,
penulis hanya menulis puisi! Yang mengatakan baik atau tidak baik adalah
orang lain. Mari, cobalah Anda menulis!
b). Tentukan topik yang akan Anda kembangkan menjadi puisi. Topik itu
tentang tentang orang-orang di sekitar Anda. Misalnya, bapak-ibu, nenek,
sahabat, guru, mertua, anak, tetangga, penjual sayur, penjual mi atau
bakso, atau kakak-adik. Mulai pilih kata-kata yang tepat untuk
mengungkapkan tokoh tersebut. Tulis baris-baris kalimatnya. Setelah
kalimat tersususn atas baris-baris, suntinglah dengan mempertimbangkan
411

pilihan kata dan rima. Sekadar perbandingan, di bawah ini disajikan puisi
tentang ayah-ibu dan sahabat!
Kekaguman
Ibu
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya
Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Yusri Halim Ujung Pandang
Wahyu
Apakah yang nampak di luar pintu. Debu ataukah
Gemerincing batu
Isyarat yang terpatah ataukah kedua matamu yang
Mengukir sendu?
Era Milyarni Tegal (Kalilangit, Horison)

d. Menulis Drama
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat
menulis drama. Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1)
membaca teks drama, dan (2) menulis teks drama.
Kegiatan membaca eks drama diharapkan memberikan pemahaman
yang sama tentang teks drama, utamanya unsur apa saja yang terdapat
dalam (penulisan) teks drama. Pemahaman itu diperlukan untuk membuka
wawasan awal tentang unsur pembentuk teks drama. Meskipun, contoh teks

412

drama yang ditampilkan kurang mewakili keberagaman teks drama,


sekurang-kurangnya, secara konvensional, contoh tersebut mewakili.
Setelah memahami teks drama, Anda diharapkan memilih topik
tertentu yang mmemungkinkan dikembangkan menjadi teks drama.
1) Membaca Teks Drama
Drama, begitu kata itu disebut, orang berpikir tentang dua hal, yakni
seni sastra dan seni pertunjukan. Artinya, drama sebagai teks mewakili
pikiran seni sastra, drama sebagai naskah pentas mewakili pikiran seni
pertunjukan atau pementasan. Drama sebagai teks, ia telah memosisikan
dirinya sebagai bagian (unsur) dari sebuah pementasan. Dengan demikian,
seorang penulis yang akan menulis drama, di dalam dirinya telah terpikirkan
bahwa naskah yang sedang ia tulis akan dipentaskan.
Beberapa hal atau bagian yang membedakan teks drama dengan teks
(karya) fiksi lainnya (cerpen, novelet, atau novel) adalah dialog,
pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog dan epilog. Dialog menjadi
bagian awal yang langsung terlihat berbeda dengan teks fiksi lainnya. Dialog
inilah yang secara spesifik membedakannya dari jenis fiksi lainnya tersebut.
Artinya, teks drama lebih dominan unsur dialognya dibanding teks fiksi
lainnya. Pembabakan yang terdapat dalam teks drama bukan diadakan oleh
pengarang drama tanpa pertimbangan apa-apa. Meskipun tidak selalu ada,
teks drama sering terbagi atas beberapa babak. Pembabakan ini biasanya
didasari pertimbangan kebutuhan nyata dalam pementasan. Pembabakan
sangat membantu perubahan setting atau tempat terjadinya peristiwa ketika
teks drama tersebut dipentaskan.
Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau berbeda)
dengan teks dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini dapat dibagi
menjadi dua, yakni untuk sutradara dan untuk aktor (tokoh/pemain). Prolog
dan epilog memang tidak selalu hadir dalam setiap teks drama. Prolog
merupakan bagian awal naskah. Biasanya memberikan penjelasan awal
tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan yang ditampilkan, pesan
pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya) atau dapat pula sebagai
pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai pembantu pembaca atau
penonton untuk memahami cerita tersebut. Sedangkan epilog merupakan
bagian akhir naskah. Epilog dapat berupa simpulan cerita, pesan atau
amanat yang disampaikan pengarang, dan atau renungan.
Simak teks drama berikut ini.
TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku: Fani, Inu, Gina, Jati, Hana
413

Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.


1. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap
dipandang.
2. Hana: (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa
menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa
yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu?
3. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
4. Hana: Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini?
Dan apa yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam
ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang
meragukan, dan oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis.
Namun apa pun persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan
semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya.
Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang
tak termaafkan, dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!
5. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling
bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.
6. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian
ikut menangis pula.
7. Inu:
(Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila!
Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk
senjata) Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai
menangis), miskin, bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat
mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali mereka
melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin
kini mereka akan gentar pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus
diberi pelajaran, agar tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis)
Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)
8. Hana: (Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)
9. Inu:
(Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng
kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil
tersenyum-senyum)
10. Jati:
(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan
mereka?
11. Inu:

Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!


414

12. Jati:

Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?

13. Inu:

Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)

14. Jati:
Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di mana
perasaanmu, Inu?
15. Inu:

Jati, apakah setiap tangis itu duka?

16. Jati:

Tetapi mereka jelas tampak menderita!

17. Inu:

(Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!

18. Jati:

Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!

19. Inu:

Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)

20. Jati:
(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami
sedang latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai!
Hentikan latihan gila-gilaan ini!
21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.
---selesai--Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Salah satunya, secara fisik, teks drama didominasi
oleh unsur dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian besar) hanya
terdiri atas dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam teks drama
itulah unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks drama
dapat ditemukan.
2) Menulis Naskah Drama
Selain dialog, pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog dan
epilog yang menjadi ciri drama di atas, Bachmid (1990:1-16) mengutip
pendapat Patrice Pavis mengatakan bahwa drama memiliki konvensi dan
kaidah umum, yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar.
Yang pertama berkaitan dengan kaidah bentuk, seperti alur dan pengaluran,
latar ruang dan waktu, dan perlengkapan. Yang kedua berkaitan dengan
konvensi stilistika atau bahasa dramatik. Di bawah ini akan dijelaskan secara
singkat kedua hal tersebut, sebelum kita berlatih menulis drama.
a. Alur dan Pengaluran

415

Yang menyangkut kaidah alur adalah pola dasar cerita, konflik, gerak
alur, dan penyajiannya. Sejak zaman Aristoteles dinyatakan bahwa alur
drama mesti tunduk pada pola dasar cerita yang menuntut adanya
konflik yang berawal, berkembang, dan kemudian terselesaikan. Yang
disebut konflik adalah terjadinya tarik-menarik antara kepentingankepentingan yang berbeda, yang memungkinkan lakon berkembang
dalam suatu gerak alur yang dinamis. Dengan demikian, gerak alur
terbentuk dari tiga bagian utama, yaitu situasi awal (pemaparan),
konflik, dan penyelesaiannya.
Lalu, penyajian pola dasar tersebut dilakukan dengan membaginya ke
dalam bagian-bagian yang disebut adegan dan babak. Kekhasan
sebuah drama akan tampak melalui penyajian cerita dalam susunan
babak dan adegan. Dalam menyusun babak dan adegan, penulis
drama akan selalu menjaga kepaduan serta keterjalinan bagianbagian alur maupun keterjalinan semua unsur bentuk. Inilah yang
disebut kohenrensi cerita.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam drama memiliki ciri-ciri, seperti nama diri, watak, serta
lingkungan sosial yang jelas. Tokoh atau karakter yang baik harus
memiliki ciri atau sifat yang tiga dimensional, yaitu memiliki dimensi
fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Harymawan (1988: 25-26)
menyebutkan bahwa rincian dimensi fisiologis terdiri atas usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh, dan ciri-ciri muka; dimensi sosiologis terdiri
atas status sosial, pekerjaan (jabatan dan peranan di dalam
masyarakat), pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup
(kepercayaan, agama, dan ideologi), aktivitas sosial/organisasi, hobi
dan kegemaran, bangsa (suku dan keturunan); dimensi psikologis
meliputi
mentalitas dan moralitas, temperamen, dan intelegensi
(tingkat kecerdasan, kecakapan, dan keahlian khusus dalam bidangbidang tertentu).
Umumnya, tokoh-tokoh utama muncul di awal cerita, yaitu pada tahap
pemaparan. Hal itu dimaksudkan agar pembaca dan penonton dapat
mengenali
mereka.
Sepanjang
cerita,
tokoh-tokoh
akan
mempertahankan ciri-ciri mereka. Kemudian, konflik tercipta akibat
perbedaan yang terdapat di antara tokoh-tokoh, yang berupaya
mewujudkan keinginan mereka. Perbedaan itulah yang semakin lama
semakin meningkatkan konflik dan berpuncak sebagai klimaks.
c. Latar: Ruang dan Waktu
Seperti alur dan tokoh, unsur ruang dan waktu juga mengikuti konvensi
umum yang didasari pada peniruan realitas kehidupan. Ruang dapat
disisipi
penulis
dengan
petunjuk
pementasan
(kramagung,
waramimbar, atau teks samping) dan dialog, cakapan, atau
wawancang. Ruang yang merupakan pijakan tempat peristiwa terjadi
umumnya jelas, menunjang lakuan drama, dan sesuai lingkup cerita.

416

Konvensi waktu juga tunduk pada prinsip kepaduan dan kejelasan.


Dalam drama, waktu lakuan atau saat tokoh-tokoh bertindak adalah
waktu kini, sedangkan waktu cerita atau waktu waktu yang digunakan
oleh para tokoh dalam dialog mereka dapat berupa waktu lampau
maupun waktu yang akan datang. Waktu lampau terjadi, misalnya
untuk menceritakan peristiwa-peristiwa yang mereka alami, sementara
waktu yang akan datang dapat digunakan untuk menyampaikan
rencana atau ramalan peristiwa yang akan terjadi.
d. Perlengkapan
Perlengkapan merupakaan unsur khas drama, yang dapat berupa
objek atau benda-benda yang diperlukan sebagai pelengkap cerita,
seperti perlengkapan tokoh, kostum, dan perlengkapan panggung.
Perlengkapan (dalam kramagung dan wawancang) selalu sesuai
dengan keperluan cerita.
e. Bahasa
Bahasa dalam drama konvensional tunduk pada konvensi stilistika.
Misalnya, para tokoh melakukan dialog dengan menggunakan ragam
bahasa yang sesuai dengan lingkungan sosial mereka serta watak
mereka. Selain itu, seorang tokoh berkomunikasi dengan tokoh lainnya
untuk menyampaikan suatu amanat. Kemudian di antara mereka
diharapkan terjadi dialog yang bermakna yang akan menyebabkan
cerita berkembang.
Setiap penulis naskah drama, misal Arifin C. Noer, Rendra, Putu Wijaya,
Motinggo Boesye, Wisran Hadi, Nano Riantiarno, Akhudiat, Afrizal Malna,
memiliki cara tersendiri yang berbeda dengan penulis lain dalam
menghasilkan naskah drama. Dan cara yang mereka miliki telah terbukti
bahwa karya-karya mereka diterima oleh masyarakat Indonesia. Di bawah ini
disampaikan cara menulis naskah drama yang disampaikan oleh Japi
Tambayong (yang dikenal dengan nama Remy Silado). Tulisan tentang hal ini
pernah dimuat dalam harian Pikiran Rakyat, 10 September 1996, dengan
judul Menulis Naskah Drama dan Permasalahan Sekitarnya. Dalam tulisan
itu dikemukakan bahwa terdapat empat segi kualifikasi ketika menulis
drama, yaitu (1) isi dramatik, (2) bahasa dramatik, (3) bentuk dramatik, dan
(4) struktur dramatik.
a. Isi dramatik
Premis dan tema menjadi unsur yang harus ada dalam penulisan
naskah drama. Dalam drama hendaknya berisi premis dan tema.
Premis merupakan permasalahan utama yang akan diangkat dalam
cerita, tema merupakan perwujudan premis, yaitu dengan memberikan
jawaban atau pemecahan yang bersifat menyimpulkan. Misal, premis
takut pada wanita, temanya dapat berupa pernyataan seorang
lelaki yang takut pada istri langsung mencelakakan orang lain.
Berdasarkan premis dan tema di atas, isi dramatik dapat
417

dikembangkan. Dengan kata lain, kini saatnya mengembangkan


premis dan tema di atas ke dalam sebuah paragraf yang bagus.
b. Bahasa dramatik
Bahasa drama yang digunakan dapat prosaik, puitik, atau sosiologik.
Jika dialog disusun dengan kalimat-kalimat seperti layaknya karya
sastra bergenre prosa dan dengan melihat keseimbangan linguistik
dan artistik, maka bahasa itu prosaik. Jika dialog ditulis dengan
berfokus pada versifikasi, seperti penataan bait, larik, rima, dan irama,
maka bahasa drama itu bersifat puitik. Jika dialog disesuaikan dengan
konteks, sehingga memungkinkan munculnya ragam dan dialek
bahasa Indonesia, maka bahasa drama itu bersifat sosiologik.
c. Bentuk dramatik
Yang menyangkut bentuk dramatik ialah ragam ekspresi, gaya
ekspresi, dan plot literer. Dalam drama konvensional, dikenal ragam
ekspresi yang baku , misalnya tragedi, komedi, tragikomedi,
melodrama, dan farce (banyolan).
Gaya ekspresi menyangkut visi dan pandangan penulis, yang
penuangannya umumnya sesuai dengan paham atau aliran yang
dianutnya, apakah realisme, ekspresionisme, eksistensialisme, atau
absurdisme. Penulis dapat memilih ragam ekspresi yang sesuai dengan
pandangannya, meskipun tidak tertutup kemungkinan pandangannya
itu justru memberontaki dari gaya ekspresi yang ada dan tersedia.
Plot literer adalah plot yang terdapat dalam naskah drama. Plot yang
ditulis bukan plot yang diwujudkan oleh gerak eksternal maupun
internal yang dilakukan aktor di atas panggung. Jika penulis membuat
plot secara kait-mengait dalam rangkaian episodenya, maka disebut
plot episodik. Jika cerita berjalan secara kronologis dan kaausal dari A
menuju Z, maka disebut plot sirkuler. Jika plot itu tidak berujung,
melingkar dari A menuju A kembali atau X menuju ke entah, disebut
pula plot sirkuler.
d. Struktur dramatik
Struktur dramatik berkaitan dengan perkembangan dan kaitan
antarkonflik yang muncul, memuncak, dan berakhir. Dalam drama
konvensional, struktur dramatik seperti konvensi klasik plot menurut
Aristoteles atau dapat juga yang dikembangkan Gustav Freitag
(Harymawan, 1988:18-20) yaitu eksposisi, komplikasi, resolusi,
klimaks, dan konklusi. Konklusi dalam tragedi disebut katastrof
(berakhir dengan kesedihan), sementara dalam komedi disebut
denumen (berkahir dengan kebahagiaan).
Perlatihan
a) Anda pasti sudah beberapa kali membaca cerpen (mungkin juga
novel). Pilih salah satu karya tersebut yang memiliki kemungkinan
dipentaskan dengan mempertimbangkan unsur-unsur drama. Ubahlah
418

cerita yang sudah Anda baca itu dalam bentuk dialog-dialog (drama)!
Berilah beberapa keterangan pementasan. Selamat mencoba!
b) Anda pernah membaca cerita rakyat atau dongeng, bukan? Pilih salah
satu cerita rakyat atau dongeng yang paling Anda sukai dan
memungkinkan dipentaskan. Buatlah naskah dramanya berdasarkan
cerita rakyat atau dongeng tersebut. Selamat mencoba!
e. Menulis Cerpen (Cerita Pendek)
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis cerita
pendek. Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1) tentang
cerita pendek, dan (2) menulis cerita pendek.
Subtopik tentang cerita pendek diharapkan memberikan pemahaman
yang utuh tentang unsur-unsur pembentuk cerita pendek. Unsur-unsur
pembentuk cerita pendek (utama) diharapkan akan mampu menjadi dasar
bagi penulisan cerita pendek.
Contoh teks cerpen yang disajikan dimaksudkan sebagai pembuka
tafsir bagi pengembangan topik tertentu menjadi sebuah cerita pendek.
1) Tentang Cerita Pendek
Cerpen adalah karya sastra yang popular di masyarakat di samping
puisi. Dibandingkan dengan novel, cerpen yang lebih pendek,
memungkinkan dibaca orang dalam sekali duduk, di antara kesibukan
keseharian. Bukti bahwa pernyataan ini benar adalah kehadiran cerpen yang
terbit pada hampir setiap harian atau surat kabar (umumnya dimuat pada
hari Minggu). Tabloid, majalah, newsletter, atau jurnal (bahkan jurnal online)
juga menyajikan cerpen dalam edisi tertentu. Dan, dibanding puisi, secara
umum, masyarakat lebih mudah memahami pesan yang disampaikan
penulisnya.
Sebelum mengenal seluk-beluk cerpen secara umum, simak dua kutipan
teks cerpen di bawah ini.
Kutipan cerpen 1:
Langit jadi merah. Seekor naga menukik, menyapu bintang-bintang dan matahari. Pucukpucuk sayapnya memercik bara. Api bertebaran. Angin berputing. Ketakutan disemprotkan ke
udara seperti tinta gurita. Para satria berbaju zirah itu bergelimpangan. Jerit putus asa menyesaki
ruang. Makhluk itu marah luar biasa. Rumah-rumah, pohon-pohon, pucuk gunung di kejauhan, jadi
remuk tak jelas bentuk. Rata tanah. Semua. Kecuali satu anak yang berdiri tegak tak bergerak.
Tangannya menggenggam busur yang selesai teregang. Waiahnya segelap batu, namun matanya
seterang kilat. Dari busurnyalah panah besar yang menghunjam di dada sang naga.
(Pada Suatu Hari, Ada Ibu dan Radian karya Avianti Armand)
Kutipan cerpen 2:

419

Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang: itulah aku; yang sarat beban
wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layanglayang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara
itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang kedatanganku senantiasa
ditandai dengan gemerisiknya angin di antara pepohonan atau padang pasir.
(Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat karya Danarto)
Secara umum cerpen adalah cerita atau narasi, bukan analisis
argumentatif, yang fiktif, tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi
di mana saja dan kapan saja, serta relatif pendek. Ciri utama cerpen adalah
(1) cerita yang disampaikan relatif pendek, (2) fiction sifatnya rekaan, dan
(3) bersifat naratif/penceritaan.
Penceritaan (narasi) --- hemat dan ekonomis --- hanya ada dua/tiga
tokoh, satu peristiwa, satu efek bagi pembaca. Tapi satu kesatuan yang utuh
dan lengkap --- dapat dilihat dari segi-segi unsur yang membentuknya.
peristiwa cerita (alur/plot)
tokoh cerita (karakter)
tema cerita
Unsur-unsur Yang Membentuk
suasana cerita (mood dan atmosfir)
sudut pandang pencerita (point of view)
gaya (style) pengarang
Dalam praktiknya, hanya satu saja yang dipentingkan cerpenis dalam
karyanya, misal alur atau plot cerita. Sebagai bahan pengayaan, silakan
Anda baca cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam.
1). Plot
Plot dengan jalan cerita tidak bisa dipisahkan. Misal, Raja mati = jalan
cerita. Raja mati karena sakit hati = plot. Plot bersembunyi di balik jalan
cerita.
Jalan cerita memuat kejadian. Suatu kejadian ada karena ada
sebabnya, ada alasannya. Yang menggerakkan kejadian cerita tersebut
adalah plot, yaitu segi rohaniah dari kejadian. Kejadian akan berkembang =
konflik.

Plot

pengenalan
timbulnya konflik
konflik memuncak
klimaks
pemecahan soal

berpusat pada konflik

420

Timbulnya konflik/terbitnya plot sering berhubungan dengan unsur watak


atau tema, bahkan setting. Segi yang paling menarik dari cerpen adalah plot
ini. Sebagai bahan pengayaan Anda, silakan baca cerpen Dilarang Menyanyi
di Kamar Mandi karya Seno Gumira Adjidarma.
2). Tema
Ide sebuah cerita. Beberapa kata kunci tentang tema adalah sebagai
berikut.

tentang tema

bukan sekedar mau bercerita


bisa masalah kehidupan, pandangan hidup
komentar tentang hidup
tidak perlu selalu berwujud moral, atau ajaran moral
bisa merupakan pengamatan pengarang terhadap kehidupan
pesan tidak selalu definitif

Cerpen yang berhasil adalah yang menyajikan tema tersamar dalam seluruh
elemen-elemen. Mencari arti sebuah cerpen, pada dasarnya adalah mencari
tema yang terkandung dalam cerpen tersebut. Tema disampaikan secara
tersembunyi. Tema cerpen besar, umumnya, universal dan berlaku segala
zaman. Sebagai bahan pengayaan Anda, simak cerpen Nasihat Untuk
Anakku karya Motinggo Busye.
3). Karakter
Cerpen modern memiliki kecenderungan, dalam penggarapannya,
menekankan pada unsur perwatakan tokohnya. Hal itu dapat dilihat pada
cerpen-cerpen Budi Darma yang dimuat pada Horison. Beberapa ciri utama
tentang karakter tersaji di bawah ini.
g)
Tentang karakter

kejadian-kejadian cerita berpusat pada konflik


watak tokoh utamanya
h)
mutu cerpen bergantung pada kepandaian
penulis (cerpenis) dalam menghidupkan watak tokoh
i)
pribadi dalam cerita tidak sama dalam pribadi
keseharian

Bagaimana mengenali karakter? Untuk mengenali karakter, ada


beberapa hal yang perlu Anda perhatikan seperti di bawah ini.

Mengenali karakter

a. melalui apa yang diperbuatnya


b. melalui ucapan-ucapannya
c. melalui penggambaran fisik tokoh
d. melalui pikiran-pikirannya
e. melalui penerangan langsung
421

Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen-cerpen Budi darma.


4). Setting
Setting menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
(Abrams, 1981: 175). Cermati beberapa hal yang terkait dengan setting di
bawah ini.
7) bukan hanya sekedar background,
8) bukan hanya tempat kejadian/kapan terjadinya,
9) Cerpen modern:
menjadi penting, erat dengan karakter, tema,
suasana cerita,
10) setting harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita,
11) setting terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi (kaitan)
filosofis,
12) setting dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu.
Untuk menilai apakah suatu setting integral dalam cerpen, dapat
diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
5) dapatkah setting diganti dengan tempat lain tanpa mengubah
karakter dan isi cerpen?
6) sampai sejauh mana setting menentukan tema dan plot cerpen?
7) sampai sejauh mana setting membentuk watak dan mengapa
daerah lain tidak menghasilkan watak-watak demikian?
8) apakah setting akan tetap efektif pada keseluruhan cerpen
kalau dihilangkan atau diabaikan?
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen Lampor karya
Joni Ariadinata.
5). Point of View
Point of view menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah
ini. Beberapa hal yang menyangkut masalah point of view adalah:
6) Bagaimana kisah tersebut diceritakan?
7) Dalam kesastraan, masalah siapa tidak begitu penting, yang
terpenting adalah bagaimana?
8) Pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan
yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita
9) berbeda dengan pandangan pengarang sebagai pribadi --- karena
dalam cerpen sebenarnya adalah pandangan pengarang terhadap
kehidupan
10) pribadi pengarang yang masuk disebut gaya pengarang.
Ada 4 (empat) macam point of view:
5) Omniscient point of view sudut penglihatan yang berkuasa sebagai
pencipta, serba tahu, dan bisa menceritakan apa saja: perasaan,
kelakuan, pikiran, termasuk komentar kelakuan pelakunya. Ciri:
sejarah, edukatif, humor.
422

6) Objective point of view, sama dengan a hanya tanpa komentar;


pembaca disuguhi pandangan mata; pembaca bebas menafsirkan.
7) Point of view orang pertama, pembaca diajak ke pusat kejadian; seolah
membaca otobiografi; bahayanya pribadi masuk dalam tokoh.
8) Point of view pemimpin, salah satu tokohnya bercerita; atau teknik
orang ketiga.
6). Gaya
Simak beberapa simpulan yang terkait dengan gaya di bawah ini.
1) cara khas pengungkapan seseorang,
2) cara bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan,
meninjau persoalan dan menceritakan nya dalam cerpen,
3) gaya bisa berubah kalau pengarangnya berubah,
4) dalam puisi, gaya Chairil Anwar banyak diepigoni penulis muda,
5) juga gaya bahasa: penggunaan kalimat, penggunaan dialog,
penguasaan detil, cara memandang persoalan, dan lain-lain.
6) Ikranegara, Darmanto Djatman, Yulius, E. Subangun: kalimat
kompleks dan sulit (intelek),
7) Mochtar Lubis, Pramudya Ananta Toer, Idrus --- sederhana, enak
diikuti, tapi kaya dan padat dengan pengertian-pengertian,
8) Penulis hiburan (Marga T., Ashadi Siregar, Remy Silado) --- banyak
dialog: encer, ringan, lincah, kontemporer,
9) Umar Kayam dalam cerpen New York: dialog bahasa sehari-hari,
sederhana (Hemingway).
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen dua cerpen, yakni
Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam dan Lampor
karya Joni Ariadinata.
7). Suasana
Perhatikan beberapa kalimat kunci yang terkait dengan suasana di
bawah ini.
1) cerpen ditulis dengan maksud tertentu
2) suasana dalam cerpen membantu menegaskan maksud pengarang
3) suasana merupakan daya pesona
4) suasana terbentuk jika pengarangnya mengarahkan ke sana ---:
kematian, misteri, ketakutan
lukisan letak rumah, keadaan
sedemikan rupa, lalu karakter-karakter yang misterius
5) Riyono Pratikto: seram --- misteri supranatural
6) harus dibedakan antara gaya pengarang dengan suasana
7) gaya berhubungan dengan tema, suasana tak terpisahkan dari
tema
8) suasana milik khas sebuah cerita, gaya selalu kembali pada cerita
9) membaca cerpen terasa berbagai nuansa suasana
10) suasana bisa memperkuat tema, ide, dan maksud
11) cara membangun lewat: karakter, setting, simbol tertentu

423

12) baca dengan cermat terkait dengan suasana yang dibangun


dalam cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar
Kayam!
Selanjutnya, di bawah ini disajikan sebuah cerpen lengkap. Simak
cerpen yang berjudul Perempuan Itu Bernama Surti ini sebagai bahan
pengayaan.
Perempuan Itu Bernama Surti
Masih saja Somad menggerundel. Tidak jelas apa yang didongkolkan Somad sore itu.
Sesekali terdengar ia sedang berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak jelas. Tangan kanannya
memegang beberapa lembar kardus yang masih tampak baru dan beberapa lembar tripleks bekas,
sementara tangan kirinya memegang tas. Ia berjalan menuju ke salah satu rumah petak di tepi
kali. Ia melemparkan tas. Cekatan sekali, ia melepasi paku-paku pada kardus.
Apa yang sedang kau lakukan! tanya Tohir yang baru datang.
Tidak ada.
Mau buat apa?
Nggak.
Ada apa dengan kamu Somad? tanya Tohir dengan penuh keheranan.
Tidak ada.
Ada.
Rumah ini kita bagi dua!
Hah! kata Tohir agak kaget. Memangnya kenapa?
Tidak ada.
Tohir tidak bertanya lagi. Tohir segera membantu. Sambil membantu, Tohir mencuri-curi
untuk melihat ekpresi muka Somad. Selanjutnya tidak ada lagi pembicaraan seperti biasanya.
Pertemuan dua orang itu memang tergolong unik. Dari rumah petaknya yang sempit,
setiap pagi Tohir menjumpai seorang lelaki muda yang tidur dekat rumahnya. Tohir ingin menanyai
lelaki itu, tetapi selalu tidak berhasil. Tohir harus segera berangkat kerja pagi-pagi, dan lelaki itu
masih nyenyak tidur. Atau, kalau Tohir kesiangan, lelaki yang tidur di dekat rumahnya sudah tidak
ada. Suatu hari Tohir sengaja menunggui lelaki itu bangun dan akan menanyainya. Satu jam, dua
jam, hampir tiga, Tohir menunggu. Tohir berdiri, akan beranjak untuk meninggalkan lelaki itu, tapi
tiba-tiba lelaki itu menggeliat. Sebentar kemudian lelaki itu mengucek-ngucek matanya. Matanya
jelalatan ke sana ke sini. Lelaki muda itu sedang mencari sesuatu. Segera tangannya meraih tas
kain yang sudah kusut. Ia kelihatan celingukan ketika sadar di depannya ada orang lain.
Mencari apa? tanya Tohir, mengagetkan lelaki itu.
Tidak ada.
Masih ingin tidur. Tidur di dalam saja!
Tidak.
Kamu siapa?
Somad. Somad. Somad!
Kamu dari mana?
Ragu-ragu sebentar, tapi akhirnya dengan terpatah-patah, lelaki yang bernama Somad itu
menjelaskan dari mana asalnya, pekerjaaannya, hingga akhirnya tidur di dekat rumah Tohir.
Kalau begitu, kamu tinggal saja bersamaku!
424

Somad menatap lelaki kekar di depannya.


Tasnya ditaruh di dalam sana!
Somad bergerak mengambil tasnya lalu menaruhnya di dekat pintu rumah. Somad keluar
lagi. Aku mau kerja. Kamu di sini saja dulu. Besok-besok ikut aku. Kalau kamu mau, kamu bisa
bekerja di tempatku.
Tohir berjalan. Tidak lama, ia menoleh. Kamu punya uang untuk beli makan?
Ada.
Itulah mulanya. Sebulan berlalu. Somad mulai beradaptasi. Ia bisa bekerja apa saja. Di
pasar, ia bisa membantu Tohir; jadi kuli pasar. Bulan berikutnya berlalu. Gubuk kecil yang sempit
sudah berubah agak besar. Lumayan rapi dan kokoh. Somad mulai dikenal oleh penghunipenghuni gubuk-gubuk di tepi kali itu. Malam hari Somad pun tidak lagi selalu di rumah petak itu. Ia
bisa keluar ke mana saja.
Kalau kamu punya uang lebih ditabung. Jangan menyimpan uang di rumah kita. Titipkan
saja pada Pak Tomo atau siapa. Siapa tahu, suatu saat kamu ingin pulang kampung. Jangan
disimpan di dompet. Akan habis, kata Tohir pada Somad, setelah sekian bulan mereka tinggal
serumah.
Saya titipkan Barda.
Bukan aku tidak percaya Barda. Masalahnya Barda sama dengan kita. Suatu saat jika
ada penertiban, Barda bisa saja berpisah dengan kita. Hidup kita tidak menetap. Kamu mestinya
menitipkan kepada orang yang menetap. Kalau pun kita kena razia, uang itu suatu saat masih bisa
kita ambil kembali.
Somad mengangguk-angguk mengerti.
Bagaimana cara minta ke Barda?
Kamu bisa alasan untuk apa gitu, tapi jangan semuanya. Sedikit-sedikit saja, sampai
akhirnya semuanya. Atau kamu bisa katakan untuk dikirim ke kampung. Beres kan.
Meskipun sudah tinggal serumah, Tohir belum sepenuhya mengenal pribadi Somad.
Somad cenderung diam, kalau tidak ditanya tidak mengatakan sesuatu. Tohir sebenarnya kasihan
melihat keadaan Somad.
Kamu tidak ingin pulang kampung?
Tidak.
Tidak kangen dengan keluarga?
Tidak.
Hampir setahun mereka tinggal serumah. Tidak ada yang perlu dipertanyakan dalam
kebersamaan mereka. Tohir sudah menganggap Somad sebagai adiknya, begitu yang pernah
dikatakan suatu ketika. Somad, yang secara fisik kecil, merasa aman tinggal dengan Tohir di
kawasan tepi kali itu. Selama hampir setahun tidak ada pertengkaran yang berarti di antaranya,
sampai suatu ketika, sore hari, Tohir yang baru pulang dari pasar menjumpai Somad membawa
beberapa lembar kardus dan tripleks-tripleks bekas.
Pintunya jadi satu saja, kan?
Dua.
Tohir berdiri, berjalan ke rumah petak yang tak jauh. Sesaat ia sudah muncul lagi dengan
gergaji dan palu. Pakai ini saja! katanya pada Somad.
Somad menoleh, lalu menerima gergaji. Tohir memperhatikan Somad yang menggergaji
kayu melintang di salah satu dinding depan rumah petaknya. Wajah Somad lebih banyak ditekuk.
Tak ada keceriaan sama sekali. Wajahnya kusut, sedang memendam perasaan tertentu. Tohir
tampaknya tahu itu.
425

Terdengar suara adzan dari masjid terdekat. Somad mengemasi pakaiannya, dimasukkan
ke dalam kardus, lalu diusungnya. Tohir memperhatikan saja. Sudah tidak ada yang tertinggal?
tanya Tohir dengan suara tenang.
Tidak.
Gergaji dan palunya sudah selesai?
Sudah.
Saya kembalikan, ya.
Somad masuk ke rumah petak melalui pintu kiri. Tangannya cekatan menata barangbarangnya. Tohir masih memperhatikan dengan duduk di atas kardus. Tohir beranjak berdiri, di
tangannya memegang gergaji dan palu.
Hari-hari berikutnya, kehidupan kembali seperti sediakala. Tal banyak yang berubah pada
mereka, hanya rumah mereka, terdapat dua pintu. Kalau ada perubahan, itu justru lebih baik. Tohir
melihat ada sedikit perubahan pada diri lelaki tanggung yang sudah dianggap adiknya itu. Somad
makin giat bekerja. Beberapa pekerjaan tambahan yang biasanya ditolaknya, ia lakukan. Somad
juga makin sering berada di luar rumah kalau malam hari.
Suatu malam, Tohir sengaja ingin tahu apa yang sedang dilakukan lelaki yang telah
dianggap adiknya. Somad meninggalkan rumah terlebih dulu. Tohir membuntuti. Somad berjalan
agak cepat. Ia segera menuju jalan di tepian kali, agak remang-remang. Beberapa wanita kelihatan
berdiri di pinggir jalan. Warung-warung kecil berjejer menyediakan makanan kecil. Beberapa becak
mangkal. Di atas becak, satu dua tampak perempuan dengan pakaian dan dandanan mencolok.
Somad berjalan menuju ke salah satu rumah, tak jauh dari jalan remang-remang pinggir
kali itu. Di dalam rumah sepi, tentu perempuan-perempuan yang menghuni sudah dan masih di
jalanan. Somad masuk, lalu mengetuk salah satu pintu kamar. Tak ada jawaban. Somad
membukanya, ternyata pintu kamar tidak dikunci. Tak lama kemudian beberapa laki-laki masuk ke
dalam rumah. Terjadilah semuanya.
Somad, kenapa kamu tidak pernah bicara kepada kakakmu ini, kata Tohir ketika
mengunjunginya di sel polsek setempat, pagi harinya. Somad berkaca-kaca sambil sesekali
mengatakan sesuatu yang tidak jelas. Kalau kamu ngomong sebelumnya bahwa kamu
berhubungan dengan Surti, mungkin tidak terjadi ini.
Saya tidak melakukannya. Mereka bohong!
Semua lelaki yang pernah ke jalan di pinggir kali itu mengenal Surti. Keinginan untuk
memiliki Surti bagi lelaki yang pernah tidur dengannya adalah kewajaran. Perempuan-perempuan
lain, pada mulanya iri pada Surti. Kadang di antara mereka ada yang mencoba melakukan hal-hal
yang buruk untuk mencelakai Surti. Tetapi jika diketahui oleh lelaki yang suka pada Surti, maka
perempuan yang usil itu justru akan celaka. Lelaki yang berlaku seperti itu banyak jumlahnya. Tohir
hanya salah satu di antaranya. Itulah alasannya mengapa lelaki harus berpikir seribu kali jika ingin
menikahi Surti.
Aku bawakan makanan dan pakaian.
Somad memandang laki-laki yang berada di depannya.
Rumah itu juga karena Surti? tanya Tohir.
Surti tidak mau baju kita gantian.
Hanya karena itu?
Surti mau saya mulai mandiri.
Somad, mandiri tidak berarti kamu harus begitu. Rumah itu milik kita. Kita saudara. Kamu
tidak bergantung saya, itu mandiri. Kamu makan dengan uang sendiri, itu mandiri.
Mereka membohongi saya.
426

Mudah-mudahan polisi segera menemukan pembunuh Surti.


Mereka bohong!
Saya tahu mereka bohong, tapi polisi tidak bisa menangkap mereka. Kamu yang pertama
datang ke rumah itu, mereka mencurigai kamu.
Mereka bohong!
Ini baru kecurigaan. Kalau kamu bisa membuktikan tidak bersalah, kamu akan bebas.
Saya tidak tahu.
Percayalah, polisi sedang mengumpulkan keterangan lain.
Mereka tidak senang saya mau menikahi Surti.
Tohir kaget juga mendengar jawaban Somad yang polos dan jujur. Tidak disangka bahwa
Somad telah melangkah sejauh itu dengan Surti. Surti masih muda, mungkin sebaya Somad. Dia
perempuan baik, setidak-tidaknya jika dibandingkan dengan perempuan-perempuan lain yang
setiap malam berdiri di jalan di pinggir kali itu. Dia juga cantik, setidak-tidaknya untuk ukuran para
kuli pasar, pemulung, dan pekerja kasar lainnya. Sabar saja. Polisi masih terus mencari.
Kenapa mereka membunuh Surti. Ia orang baik.
Mungkin mereka punya masalah dengan Surti.
Surti tidak pernah menyakiti orang.
Mereka iri pada Surti.
Surti, Surti, kata Somad terbata-bata. Lelaki tanggung itu menangis. Dikucek-kucek
matanya. Tohir menarik napas.
Sekarang yang terpenting, kamu harus bisa tenang. Kalau ditanya Pak Polisi, jawab saja
yang jujur. Kamu harus bantu Pak Polisi.
Terima kasih. Maafkan saya.
Tohir mengangguk, lalu mencoba tersenyum.
Kalau polisi tidak menemukan pembunuhnya?
Polisi akan menemukannya. Kamu harus percaya.
Saya akan dihukum?
Polisi akan menemukannya. Kamu harus percaya.
Tohir memang harus menjawab begitu, karena tidak ada jawaban lain yang lebih baik.
Dilihatnya raut muka Somad seperti meminta sesuatu. Begitu lugu dan polos. Tohir tidak sanggup
menatap mata lelaki yang sudah dianggapnya adik itu. Seorang petugas mendekati mereka.
Saya akan sering ke sini.
Tohir menepuk-nepuk pundak Somad, lalu berjalan meninggalkannya.
(Jack Parmin, harian Surya, Minggu, 13 Agustus 2000)

2) Menulis Cerita Pendek


Banyak cara untuk dapat menulis cerita pendek. Anda juga memiliki
cara atau kiat dalam menulis cerita pendek yang tidak perlu dipaksakan
untuk harus disamakan dengan orang lain. Menulis cerita pendek adalah
pengalaman individual. Jika membaca kiat orang lain dalam menulis cerita
pendek, Anda dapat menjadikannya sebagai bahan pembanding.
a. Memilih topik cerita
427

b.

c.

d.

e.

Yang yang ada dalam memulai cerita adalah topik cerita. Topik cerita
dapat berasal dari mana saja, di antaranya (1) dari diri sendiri
(pengalaman), (2) dari pengalaman orang lain, (3) membaca bahan
bacaan yang bukan cerita pendek (bahan bacaan yang beragam), (4)
membaca cerita pendek yang ditulis orang lain, dan lain-lain. Andalah
yang memiliki kekayaan ini. Galilah dari mana saja. Yang penting, topik
cerita itu Anda kuasai.
Memulai menulis
Pada saat memulai menulis, yang diperlukan adalah memulai dengan
satu kata, atau memulai dengan satu frasa, atau satu klausa, atau satu
kalimat. Ada penulis yang memulai menulis cerita pendek dengan
cara:
1) Memulai dengan suspense (kejutan)
2) Memulai dengan konflik
3) Memulai dengan awal cerita/peristiwa
4) Memulai dengan deskripsi latar
5) Memulai dengan deskripsi tokoh
6) Memulai dengan simbol-simbol
7) Memulai dengan akhir cerita
Merangkai peristiwa
Cerita dibangun atas peristiwa-peristiwa yang terjadi. Peristiwa yang
satu dijalin dengan peristiwa yang lain untuk menjadi kesatuan yang
utuh, logis, dan koheren. Ada banyak cara merangkai peristiwa agar
cerita yang dibangun menjadi menarik.
Membangun konflik
Ketika peristiwa hadir bersambungan, kait-mengait, maka peristiwa itu
secara otomatis dibangun dengan prinsip kausalitas, yakni hubungan
sebab-akibat. Dengan demikian, konflik merupakan konsekuensi dari
hubungan sebab-akibat tersebut. Meski demikian, tetap diperlukan ada
upaya bahwa konflik itu harus dibuat logis dan menarik untuk diikuti
oleh pembaca.
Mengakhiri cerita
Akhiri cerita dengan mengesankan! Itu barangkali pesan yang ingin
dituangkan oleh setiap penulis cerpen. Ada penulis cerpen yang akan
menyusun kalimat paling akhir dalam cerpennya. Kalimat itu dapat
berupa simpulan atau semacam kalimat mutiara yang disarikan dari
cerpen yang dibangunnya. Ada pula penulis yang membiarkan
cerpennya dengan dialog yang menggantung. Ada pula penulis yang
mengakhiri cerpennya dengan gaya penceritaan yang memberikan
ruang renungan.

f. Menyunting
Ketika cerpen selesai ditulis, maka penulisnya akan menjadi orang lain,
yakni pembaca pertama cerpen tersebut. Maka menyunting adalah
pekerjaan pertama yang dilakukan penulis sesaat setelah tulisannya
428

berhasil diakhiri. Penyuntingan dapat dibedakan atas penyuntingan isi


dan bentuk. Isi terkait dengan topik yang dikembangkan, bentuk
terkait dengan cara mengungkapkan dan penulisan.
Perlatihan
a) Pilih sebuah topik yang menarik untuk dikembangkan menjadi cerpen!
b) Buat kerangka cerpen (Anda dapat menuliskan peristiwa-peristiwa
utama atau alur cerita yang akan Anda bangun)!
c) Kembangkan peristiwa atau alur tersebut menjadi cerpen yang utuh!
d) Baca ulang cerpen Anda (pada tahap ini, belajarlah untuk menjadi
pembaca yang kritis atau penyunting)!
e) Mintalah kepada teman untuk membaca cerpen Anda dan memberikan
masukan serta tanggapan!
f) Selamat mencoba!
e. Menulis Kritik dan Esai
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis kritik dan
esai. Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1) membaca
kritik dan esai, dan (2) menulis kritik dan esai.
Pada subtopik membaca kritik dan esai diharapkan memudahkan
penyamaan persepsi tentang jenis tulisan ini. Tulisan jenis ini banyak ragam
pengembangannya. Contoh yang hanya satu, tentu tidak cukup mewakili
keberagaman jenis tulisan ini. namun, setidaknya contoh tadi dapat
memberikan gambaran awal tentang unsur (atau bagian) apa saja yang
seyogyanya ada dalam tulisan jenis kritik dan esai.
Selanjutnya, Anda diharapkan membaca dan mencermati tahapan
menulis kritik dan esai dalam subtopik ini. Diskusikan dengan teman sesame
guru, jika ada bagian yang kurang dapat dipahami. Selamat mencoba!
1) Membaca Kritik dan Esai
Dalam Kamus Elektronik, kritik (n) berarti kecaman, kadang-kadang
disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya,
pendapat, dan sebagainya. Orang yang melakukan kegiatan kritik sering
disebut kritikus. Kritikus (n) adalah (1) orang yang ahli dalam memberikan
pertimbangan (pembahasan) tentang baik-buruknya sesuatu; (2) orang yang
memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang baik buruknya sesuatu.
Esai adalah karangan yang berisi analisis atau tafsiran, biasanya
dipandang secara pribadi atau terbatas. Orang yang melakukan esai disebut
esais, yaitu penulis esai.
Simak tulisan berikut ini.
Pulang Kembali ke Blora:
Mengenang Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo
(5 Februari 1940 23 Februari 2001)
429

oleh Jack Parmin


Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Begitulah kira-kira kalimat yang tepat mengiringi kepergian Sang Guru Besar Sastra Lisan ini untuk
selama-lamanya, menghadap Ilahi. Sepenggal sajak di atas diambil dari sajak Amir Hamzah yang berjudul
Padamu Jua. Begitulah pada akhirnya, semua manusia akan kembali pulang, dan tak akan pernah
kembali. Beristirahatlah Profesor, di sana damai itu ada. Ke Blora, sebagai tanah lahirnya, Doktor Kentrung
ini bersemayam, sebagaimana pesan wasiat yang disampaikannya sebelum ajal itu menjemputnya.
Ada banyak yang patut dicatat dari perjalanan hidup ahli folklor humanistik ini. Tulisan pendek ini
hanya mengungkap secuil catatan tentang almarhum sebagai penyair. Beberapa kumpulan sajak telah
dihasilkan Suripan Sadi Hutomo, salah satunya adalah kumpulan sajak Hartati yang diterbitkan oleh Dioma
Malang tahun 1988. Kumpulan sajak ini menjadi menarik sepeninggal penyairnya, karena pada halaman
persembahan buku tersebut tertulis: kepada blora dan jiwanya. Kecintaan penyair luruh penuh pada tanah
kelahirannya: Blora. Tak terhalangi oleh apa pun.
Diksi Kampung Yang Khas
Membaca kumpulan sajak ini, melalui diksi, pembaca serasa diajak memasuki wilayah
perkampungan. Tiba-tiba, bagi pembaca yang lahir dari kampung (terutama Jawa), serasa berada di
rumahnya sendiri. Akrab dan tak berjarak. Simak sajak yang dijadikan judul kumpulan ini!
Hartati
Hartati nama kidungku
Kidung daun kemangi bunga turi
Hartati nama kidungku
Kidung sayur lumbu ikan teri
Adas pulasari brambang
Ini bukan sekadar angan-angan
Sebab daun sambirata
Buat pengobat sakit jiwa
Hartati nama kidungku
Kidung daun kemangi bunga turi
Hartati nama kidungku
Kidung sayur lumbu ikan teri
Aduh, aduh
Hatiku sudah berlabuh
1976

430

Kali pertama membaca judul sajak ini, mungkin pikiran pembaca akan tertuju pada seorang gadis
manis. Bisa jadi jika tidak berhati-hati, maka pembaca akan/telah terjebak. Hartati sesungguhnya
merupakan kata yang dipakai untuk sasmita manis dalam tembang dhandhanggula. Dhandhanggula
berwatak manis, luwes, dan memukau. Jenis tembang ini sesuai untuk menggambarkan berbagai hal atau
suasana. Dhandhanggula berasal dari kata dhandhang dan gula. Dhandhang berarti: 1) burung gagak, 2)
alat untuk menyungkal, 3) jelas sekali, dan 4) mengharap supaya... Dari keempat arti di atas yang paling
tepat adalah mengharap supaya...(ngajab). Gula berarti gula, mengisyaratkan makna manis,
menyenangkan (ngresepake) atau baik. Dengan demikian dhandhanggula berarti mengharap supaya baik
dan menyenangkan. Dhandhanggula sangat tepat untuk melahirkan perasaan yang menyenangkan, untuk
melahirkan ajaran-ajaran yang baik, serta melahirkan rasa kasih.
Kumpulan sajak ini dimulai dengan sajak Hartati. Makna siratan dari sajak pertama, yang secara
langsung maupun tidak, adalah pengharapan akan sesuatu yang baik. Pengharapan seorang Suripan Sadi
Hutomo yang dibesarkan dari dan oleh kampung (Jawa) tentang banyak hal, terutama kebaikan bagi
kampung halaman. Maka sajak yang mengambil judul sasmita tembang macapat itu menjadi ruh dari
keseluruhan sajak-sajak yang terkumpul di dalamnya.
Magnes-Soeseno mengatakan bahwa tolok-ukur pandangan dunia bagi orang Jawa adalah nilai
pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan psikis tertentu, yaitu ketenangan, ketentraman, dan
keseimbangan batin. Maka pandangan dunia akan kelakuan dalam dunia tidak dapat dipisahkan
seluruhnya. Keyakinan-keyakinan deskriptif orang Jawa terasa benar sejauh membantu untuk mencapai
keadaan batin di atas. Bagi orang Jawa, suatu pandangan dunia dapat diterima jika semua unsur-unsurnya
mewujudkan suatu kesatuan pengalaman yang harmonis, jika unsur-unsur itu cocok satu sama lain (sreg)
dan kecocokan itu merupakan suatu kategori psikologis yang menyatakan diri tidak adanya ketegangan
dan gangguan batin.
Terasa sekali bahwa kebutuhan batin lebih dominan dibanding yang lain. Sedang kebutuhan batin
adalah ketentraman dan tanpa gangguan, maka jika hanya itu yang dibutuhkan, tak ada yang lain. Tak juga
ada materi yang berlebihan. Kesederhanaan menjadi pilihan hidup. Demikianlah yang terjadi pada penyair
ini.
Sebagai seorang seniman, kata Tengsoe Tjahjono, Suripan Sadi Hutomo sangat sederhana
sosoknya. Bahkan sebagai seorang doktor, ia juga masih sangat sederhana. Tak ada perabot berlebihan di
rumahnya. Berkunjung ke rumahnya, seseorang akan langsung dihadapkan pada kekayaan luar biasa
yang dimiliki penyair berupa Pusat Dokumentasi Sastra Suripan Sadi Hutomo. Kesederhanaan adalah
pilihan hidupnya, itu pula yang mewarnai kumpulan sajak ini.Tema yang diambil sederhana, dipadu dengan
bunyi yang akrab dan sederhana. Diksinya pun sederhana, menjadi begitu dekat dan akrab dengan orang
desa (kampung).
Secara keseluruhan, kumpulan sajak ini memuat sajak antara lain Hartati, Si Kikir, Ke Blora,
Sebuah Sungai, Ki Ajisaka, Bukit, Tri, Curut, Hari Ini, Rempuyang, Kita, Uwi, Terong Glatik,
Gergaji, Kilang Minyak, Kesetiaan, Sebentar, Kolang Kaling, Lalijiwa, Legundi, dan Kecipir.
Dari keseluruhan sajak tersebut kemudian ditambah dengan lima sajak lainnya. Sebuah sajak yang
berjudul Barangkali muncul dalam tulisan D. Zawawi Imron Suripan Sadi Hutomo Penyair Beras Kencur
yang disertakan dalam kumpulan ini. Empat sajak yakni Sepanjang Kanal, Kuingat Jalan Batu, Stanza
Blora, Bulan Tertikam Kali Lusi muncul dalam tulisan Setya Yuwono Sudikan Kampungan, Sajak-Sajak
Suripan Sadi Hutomo yang juga disertakan dalam kumpulan sajak ini.
Membaca sebagian besar judul sajak Suripan Sadi Hutomo, mengingatkan seseorang akan
kampung yang jauh dari kebisingan metropolis. Idiom serta simbol yang dipakai penyair memberi nuansa
kampung. Diksi daun kemangi, daun turi, adas pulasari, brambang, lumbu, rambut jagung, sungai,
dandang, blumbung, nagasari, air cebokan, rempuyang, daun sente, duri bandotan, uwi, gembili,
431

kecubung, grabah, kolang-kaling, dawet, lalijiwa, legundi, dan kecipir adalah diksi yang akrab dengan
kehidupan sehari-hari di kampung. Kecenderungan Suripan Sadi Hutomo memilih diksi yang ndesani tidak
terlepas dari keberadaan penyair yang akrab dengan kehidupan kampung (desa). Keakrabannya dengan
tanah kelahirannya membuat diksi yang dipilih tidak terkesan dipaksakan untuk ada. Diksi tersebut hadir
bersama ruhnya.
Rempuyang
Rempuyang cabe dalam bungkus daun sente
Pohon ganyong di kebun rumah kita
Dalam pagar tumbuhan pohon rawe
Kita mufakat untuk seia sekata
Demikian jika pohon kelor itu
Buat obat mata yang rebun tuju
Akan juga baik
Pohon meniran dan babakan pule
Batu padas gunung gamping
Akar ilalang dan daun remujung
Sembilan bulan dalam kandungan ibu
Dunia adalah sarang burung
Lekuk liku lekuk gerit pintuMu
Semua mengristal dalam daun jambu
1975
Diksi yang dipilih lebih banyak dipengaruhi oleh karena penyair adalah orang Jawa. Pemanfaatan
diksi ini lebih lanjut adalah untuk memetaforkan sesuatu, kembali ke alam dalam mengakrabi kehidupan
yang bersumber dari air dan tanah. Salah satu ciri manusia Jawa, menurut Tukiman Taruna dalam bukunya
Ciri Budaya Manusia Jawa (1987) adalah mudah memahami, dan dengan cepat memahami orang lain
yang berbicara dengan menggunakan metafor. Metafor yang pilih adalah yang berada di sekitar kehidupan
orang-orang kampung. Diksi itu memetaforkan tentang kehidupan itu sendiri.
Kembali ke Blora
Kumpulan sajak ini adalah persembahan penyair kepada tanah kelahirannya: Blora. Blora menjadi
pijakan awal dan sekaligus menjadi pemberhentian paling akhir, juga bagi kehidupan penyairnya. Blora,
dalam kumpulan ini diungkap dengan dua cara, secara tak langsung dan secara langsung.
Ungkapan pertama, ungkapan secara tak langsung, tampak dalam setiap diksi yang dipilih. Blora
yang sudah menjadi darah-daging bagi penyair mengristalkan dan memunculkan diksi khas kampung yang
mula-mula dikenal penyair melalui Blora. Meskipun diksi itu juga banyak dikenal di masyarakat di luar
Blora, tetapi jelas kemunculannya bermula dari Blora oleh seorang penyair yang bernama Suripan Sadi
Hutomo. Diksi itu memang milik semua orang kampung, tetapi diksi itu dimunculkan oleh orang Blora.
Sehingga diksi-diksi yang dimunculkan oleh penyair telah menyiratkan tentang tanah Blora.

432

Ungkapan kedua, ungkapan secara langsung, terdapat dalam tiga sajak, yakni Stanza Blora,
Kuingat Jalan Batu, dan Ke Blora. Perhatikan kutipan di bawah ini!
Stanza Blora
Begitu napas tertumpuk di batu
Gelora jiwa memapah anganmu
Yang tegak di rel kereta tua
Sia-sia mencari, sia-sia menyapa
Manila, 1982
Sajak ini menjadi menarik karena ditulis di luar negeri. Penyair seolah ingin selalu melihat dan
mengingat tentang tanah kelahirannya, di mana pun berada. Suatu bentuk kecintaan yang tak terperikan.
Masa lalu dan masa kini hadir dalam satu cakrawala lewat satu kata: Blora.
Sajak kedua juga ditulis di luar negeri, tepatnya di Tokio tahun 1982. Tahun penulisannya sama.
Napas sajak kedua ini masih sama dengan sajak Stanza Blora, hanya saja pada sajak kedua ini
diungkapkan lebih optimis.
Kuingat jalan batu
Antara Blora dan kota Cepu
Gadis-gadis pun senyum malu
Ketika kelelawar pulang berburu

Bukit kecil yang ramping


Di sisinya kali kecil menyumping
Larut dalam nyala udara
Menyambut hari depan yang gila
Kuingat itu semua
Karena aku adalah miliknya
Keindahan alam pedesaan (Blora) lewat jalan batu, gadis-gadis, dan bukitan dilukiskan sebagai ungkapan
seseorang yang merindu kampung halaman. Kerinduan itu begitu pekat, sehingga penyair tidak hanya
memiliki Blora tetapi juga dimiliki. Maka suatu saat kelak ia harus kembali.
Sajak ketiga, Ke Blora, menjadi awal dan akhir dari seluruh perjalanan hidup penyair. //Ke Blora
ia akan pulang/Ke Blora ia akan memikul cendawan/. Dua baris pertama sajak ini mengisyaratkan kabar
akhir bahwa penyair memang harus pulang. Penyair akan pulang menuju kali Lusi yang gersang yang
dilingkupi kemiskinan, dan tanah yang berbukit-bukit. Sajak ini ditutup dengan dua bait di bawah.
Ke Blora rindunya ranum
Bapa ibu mengulum senyum
- Anakku pergilah
Dunia tidak sepanjang galah

433

Sumber-sumber air yang dalam


Batu padas menikam-nikam
Ke Blora untuk apa kau kembali
Ke Blora untuk apa kau mencari?
Seolah ingin membuktikan bahwa dunia memang tidak sepanjang galah, maka penyair pergi
meninggalkan Blora, tanah lahir yang amat dicintainya. Ia tinggalkan kenangan tentang bumi yang
mewartakan damai, menuju tempat ramai yang barangkali mengundang ribuan sunyi dan sepi. Dan, di
antara kehidupan yang baru itu ditemukan sekian kesibukan yang tak tercatatkan. Perhatian penyair
ternyata sangat luas, mulai dari sastra lisan klasik hingga sastra modern, juga sastra mancanegara.
Bukunya banyak yang sudah terbit. Kesetiaan dan kecintaannya terhadap sastra tak perlu diragukan.
Perpustakaan pribadi di rumahnya tak ubahnya seperti museum (ilmu) sastra. Di sela-sela sibuk itu, toh ia
masih seorang Blora, yang rindu kampung halaman yang mewartakan damai dalam arti yang sebenarbenarnya. Betapa mencengkeram kerinduan itu, kerinduan untuk kembali pulang.
Ke Blora untuk apa kau kembali
Ke Blora untuk apa kau mencari?
Ke Blora adalah jawaban pasti bagi kerinduan akan kampung halaman. Dan di sana, ia tak
mencari apa-apa, karena di sana penyair menemukan damai. Sekali berarti, sesudah itu mati kata
penyair Chairil Anwar. Ke Blora ia akan kembali. Dan, Jumat, 23 Februari 2001 Prof. Dr. Suripan Sadi
Hutomo kembali ke haribaan Ilahi. Selamat menuju damai, Profesor!
(Dalam GEMA, No. 141 Tahun XIX, Januari-April 2001, dimuat kembali dalam buku Suripan Membangun
Kerajaan Sastra Jawa. 2001. Disunting oleh Setya Yuwana. Surabaya: Citra Wacana)
2) Menulis Kritik dan Esai
Bacalah cerpen Perempuan Itu Bernama Surti dengan cermat.
Buatlah kritik terhadap cerpen tersebut. Sebagai bahan pertimbangan, di
bawah ini disajikan tahap-tahap yang disampaikan oleh Chaedar Alwasilah
(dengan sedikit perubahan). Selengkapnya adalah di bawah ini.
a) Karya sastra pada umumnya tidak pura-pura untuk membuktikan
sesuatu. Tema, perwatakan, alur cerita, gaya bahasa, dan lain-lain
bercampur menjadi suatu kebulatan. Karya sastra yang baik juga
tidak menggurui dan tidak mengemukakan perumusan-perumusan.
Dari mana alur cerita dimulai, terserah keperluan penulisnya, tanpa
menyimak terlebih dahulu kaidah-kaidah menulis. Kritik sastra
kreatif juga demikian (Darma, 1983: 33).
b) Karya sastra bersifat imajinatif, karena itu Anda tidak dapat
memvalidasi maknanya secara objektif dengan hanya melihat detildetil faktualnya saja.
c) Karya sastra adalah pengalaman pribadi. Karena itu, analisis sastra
harus berangkat dari respons pengalaman Anda. Untuk
menganalisis cerpen di atas, misalnya, Anda harus menghidupkan
pengalaman yang memiliki kemiripan dengan kehidupan yang ada

434

dalam cerpen, yakni orang-orang kalah, yang hidup di kota-kota


besar!
d) Membaca karya sastra seyogyanya tidak sekadar memahami tetapi
mengapresiasi. Yang disebut pertama merujuk pada pemahaman isi
dan makna, sedangkan yang disebut kedua merujuk pada
pengalaman batin, yakni member nilai sejujur-jujurnya pada karya
sastra. Jadi, pemahaman mendahului apresiasi.
e) Pada garis besarnya analisis mencermati tiga komponen terpenting,
yakni makna, struktur, dan gaya penulisan atau style. Berikut ini
adalah contoh bagaimana ketiga komponen tersebut dianalisis.
Panduan Menganalisis Fiksi
Tema/topik (makna)
1) Apakah pengarang memilih tema/topik tentang ambisi, keberanian,
kejujuran, rasa cemburu, kebahagiaan, kekalahan, kerakusan,
kegelandangan, penyesalan, ketidakberuntungan, atau yang lain?
2) Apakah pemilihan tema/topik itu membawa pembaca mampu
merasakan apa yang terjadi, misalnya penyesalan, simpati, benci,
cemburu, dan sebagainya?
3) Apakah penulis membuat rujukan tertentu pada suatu kejadian atau
peristiwa?
Karakter
4) Bagaimana karakter utama berubah dari awal hingga akhir cerita?
5) Kekuatan atau suasana apa yang menyebabkan karakter itu berbuat
demikian? (Perhatikan setting, konflik, dan tindakan-tindakannya).
6) Aspek apa yang paling membeberkan dari karakter-karakternya?
(Perhatikan pikirannya, kata-katanya, atau tindakannya).
7) Apakah tindakan para karakter itu dapat dipahami (mungkin terjadi,
atau masuk akal) dalam cerita itu?
Plot
8) Konflik apa (internal atau eksternal) yang sangat mempengaruhi
karakter utama?
9) Bagaimana suspensi dibangun dalam cerita itu?
10)
Apa klimaks cerita itu?
11)
Apakah plot mengikuti pola yang lazim dalam fiksi?
Setting
12)
Apa pengaruh setting pada karakter dalam cerita itu?
13)
Apakah setting memperluas pemahaman Anda tentang sebuah
tempat atau waktu?
14)
Apakah setting itu baru dan menantang?
Gaya Penulisan
15)
Apakah gaya penulisan (frase deskriptif, imaji-imaji, dan
sebagainya) membangun kesan dan nada keseluruhan cerita sesuai
dengan tema yang dipilih?
16)
Apakah dialognya efektif? Beri contoh dengan kutipan.
17)
Apakah ada simbol lain yang memberi nilai lebih pada cerita itu?
435

18)
Apakah pemakaian
sebagainya) efektif?

gaya

bahasa

(metafora,

simile,

dan

Panduan di atas hanya sebuah cara untuk memulai. Panduan itu juga
bukan kata kunci yang harus diikuti. Namun demikian, sekurang-kurangnya
Anda dapat memulai menulis dengan panduan tersebut. Selamat mencoba.
Perlatihan
Setelah mencermati contoh tulisan di atas, Anda memasukkan tulisan di atas
ke dalam bentuk kritik atau esai? Beri argumentasi atas pilihan Anda
tersebut!

Bab V RPP 1. Mendengarkan


Bab V RPP 2. Berbicara
Bab V RPP 3. Membaca
Bab V RPP 4. Menulis

DAFTAR PUSTAKA

Bab II: Kebijakan Pengembangan Profesi Guru


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional.
Peraturan Bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri,
Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai
Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011.
Produk

Hukum yang Berkaitan

dengan Penilaian Kinerja,


436

Pengembangan Keprofesian Guru Berkelanjutan, Sertifikasi Guru, dan


Uji Kompetensi Guru.
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, Bandung, Alfabeta,
Bandung, 2010.
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Induksi ke
Profesional Madani, Media Perhalindo, Jakarta, 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen.
Vollmer dan Mills, Professionalization, Jossey Bass, New York, 1982
BAB III: Model dan Perangkat Pembelajaran
A. Teori Belajar
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, (2007), Teori Belajar dan Pembelajaran,
Yogjakarta: AR-Ruzz Media.
Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action.
Englewood Cliffs, NJ: prientice Hall
Bell-Gredler (1986).
Publishing.

Learning and Instruction. New York: Macmillan

Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard


University Press
Budiningsih, C Asri, (2004), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Degeng, I.N.S. (1998). Paradigma Baru dari Teori Belajar Keteraturan Menuju
Kesemrawutan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Teknologi Pembelajaran
IKIP MALANG.
Degeng, I.N.S. (2000). Materi Penataran Applied Approach bagi Dosen
Kopertis Wilayah VII Malang 10 16 September 2000.
Degeng, Sudana, I Nyoman, (2005., Taksonomi Pembelajaran 1: Taksonomi
Variabel untuk Pengembangan Teori dan Penelitian, Malang: Universitas
Negeri Malang.

437

Depdiknas, (2002), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah:


Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual, Jakarta: Dikdasmen.
Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya
Suparno, Paul, (1997), Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogjakarta:
Kanisius.
____________, (2001), Teori Perkembangan Kognitif Peaget, Yogjakarta:
Kanisius
B. Model Pembelajaran
Ardiana, Leo Idra, 2001. Pembelajaran Kontekstual. Makalah.
Arends, Richard I, (1997), Classroom Instruction and Management, The
Mc.Graw-Hill Companies.
______________, (1998), Learning to Teach, The Mc.Graw-Hill Companies.
Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action.
Englewood Cliffs, NJ: prientice Hall
B. Johnson, Elaine, (2006), Contextual Teaching & Learning, terj. Ibnu
Setiawan, Bandung:MLC.
Brown, H. Douglas. 1987. Principles of Language Learning and Teaching. New
Jersey: Prentice-Hall.
Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard
University Press
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. 1993. Kurikulum Bahasa Indonesia di MA/MA. Jakarta: Depdikbud.
De Porter, Bobbi dkk. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
---------. 1999. Quantum Bussines. Bandung: Kaifa.
Donovan, M.Suzanne, (2005), How Student Learn Science in The Classroom,
Washington DC: National Research Council.
Dryden, Gordon dan Vos, Jeanette. Revolusi Cara Belajar (bagian I dan II).
Bandung: Kaifa.
438

Fakih, Mansur, dkk. 2001. Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis.


Jogyakarta: Insist dan Read Book.
Fairclough, Norman. 1995. Kesadaran
Semarang: IKIP Semarang Press.

Bahasa

Kritis

(terj.

Hartoyo).

Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk. Batam: Interaksara.


Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California:
Corwin Press, Inc.
Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching And Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang :
UM PRESS.
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching And Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang :
UM PRESS.
Rooijakkers, 1982. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
Saekhan, Muchith, 2008, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail
Silberman, Melvin L. 2004. Active Learning. Bandung: Nusa Media.
Sindhunata (ed.). 2000. Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Mencari
Kurikulum Pendidikan Abad XXI. Jogyakarta: Kanisius.
Suyatno dan Subandiyah, Heny. 2002. Metode Pembelajaran. Jakarta: Modul
Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi.
C. Media Pembelajaran
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
439

Davies, Ivor K. 1986. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.


Degeng, I Nyoman Sudana. 1998. Teori Pembelajaran 2: Terapan. Program
Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka.
Heinich, R., et al. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New
Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Pribadi, Benny Agus dan Dewi Padmo Putri. 2001. Ragam Media dalam
Pembelajaran. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sadiman, Arief S., dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soekamto, Toeti. 1993. Perancangan dan Pengembangan Sistem
Instruksional. Jakarta: Intermedia.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
D. Asesmen
Anderson, Lorin W. (2003). Classroom assessment, enhancing the quality of
teacher decision making. Marwah: Lawrence Erlbaum Associates,
Publishers.
Anderson, O.W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning,
teaching, and assessing. New York:
Bailey, D. Kenneth. 1982. Methods of Social Research (second edition). New
York. The Free Press.
Brown, D.H. 2004. Language Assessment: Principles
Practices. White Plains, NY: Pearson Education, Inc.

and

Classroom

Cohen, Louis and Lawrence Manion. 1990. Research Methods in Education


(third edition). London: Routledge.
Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes.
Yogyakarta: Mitra Cendekia
Johnson D.W. dan Johnson R.T. (2002). Meaningful assessment. Boston: Allyn
and Bacon.

440

Kaufman, R. & Thomas, S. (1980). Evaluation without fear. New York:


NewViewpoints.
Kemp, J.E., G.R. Morrison, M.R. Ross. 1991. Designing Effective Instruction.
New York: Macmillan College Publishing Company.
National Research Council (2000). The assessment of science meets the
science of assessment. Washington, D.C.: National Academy Press.
Diambil pada tanggal 27 September 2002 dari http://www.nap.edu
Phillips, J.J. (1991). Handbook of evaluation and measurement methods.
Houston: Gulf Publishing Company.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional, 2006. Model Penilaian Kelas KTSP SMP/MTs.
Stufflebeam, D.L. dan Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston:
Kluwer-Nijhoff Publishing.
Tierney, R.J., M.A. Carter, dan L.E. Desai. 1991. Portfolio Assessment in the
Reading-Writing Classroom. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
Tuckman, Bruce W. 1975. Measuring Educational Outcomes: Fundamentals of
Testing. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
_____. 2007. Permendiknas No 20 tentang Standar Penilaian.

E. Pengembangan Silabus dan RPP


Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kerangka Dasara dan Struktur
Lurikulum
Depdikbud. 2006. Permen no. 22 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:BNSP.
Dworetzky. Johan, Piaget. 1990. Introduction to Child Development. St.
Paul :West Publishing Company
Pusat Kurikulum. 2006. Pembelajaran Tematik. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
_____ . Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No, 22
Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 Tentang Standar Isi
441

_____ . Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23


Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL)
_____ . Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23
Tahun 2006 Tanggal 24 Mei 2006dan No. 6 Tahun 2007 Tentang
Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
_____ . Pengembangan Silabus, Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
_____ . Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
_____ . Model Penilaian Berbasis Kelas Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SMP/MTs, Pusat Kurikulum Balitbang.
Bab IV: Penelitian Tindakan Kelas
Arends, Richard I. 2002. Classroom Management. New York: McGrawhill Book
Co.
Fraenkel, Jack R and Norman E Wallen. 2011. How to Design and Evaluate
Research in Education. New York: McGraw-Hill High Education.
Hopkins, David. (1993). A Teachers
Buckingham: Open University.

Guide

to

Classroom

Research.

Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1992). The Action Research Planner.
Victoria: Deakin University Press.
Mettetal, Gwyn.The What, Why, and How of Classroom Action Research,
JoSoTL Volume 2 Number 1, 2001. pp
Nur, Mochamad, (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori
Pembelajaran MIPA. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya.
Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti.
Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (Secondary School
Teacher Development Project) IBRD Loan No. 3979-Ind.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

442

Wardani, I. G. A. K, Wilhardit, K. & Nasution, N. 2004. Penelitian Tindkaan


Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Bab V: Materi Bahasa Indonesia
A. Berbicara
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Leech, G. 2003. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M. D. D. Oka. Jakarta:
UI Press.
Novia, Asri. 2011. Lancar Pidato dan MC. Yogyakarta:Buku Pintar.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Surya, Sutan. 2009. Wawancara. Yogyakarta: Elmatera.
B. Membaca 1
Akhadiah, S. dkk. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Lima Tahun Merokok, Kena Hipertensi . Jawa Pos, Minggu, 7 Oktober 2012,
hlm.29
Kutu Loncat Bukan Tidak Loyal. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 44.
Meredam Abrasi di Pesisir Merauke. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 24.
Sulit Deteksi Dini Epilepsi. Jawa Pos. Minggu, 6 Mei 2012, hlm. 44.
Transmigran Tagih Janji Lahan. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 24.
B. Membaca 2
Anwar, Khaerul. 2012. Kekuatan Desain Perajin Perak Desa Ungga dalam
Kompas, Sabtu, 12 Mei, hlm. 16.
Aturan Impor Buah dan Sayur Diterbitkan dalam Kompas, Jumat, 11 Meri
2012, hlm 17.

443

Basuki, Orin. 2012. Menuju Dunia Tanpa Uang Tunai dalam Kompas, Jumat,
11 Mei , hlm. 33.
Finoza, Lamuddin. 1998. Komposisi. Jakarta: Insan Cendekia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 1984. Narasi dan Argumentasi. Ende: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1985. Deskripsi dan Eksposisi. Ende: Nusa Indah.
Kanekes, Desa Tanpa Kriminalitas dalam Kompas, Jumat, 11 Mei 2012, hlm.
26.
Saptowalyono, C. Anto. 2012. Menikmati Keelokan Pesisir Selatan Banten
dalam Kompas, Sabtu, 12 Mei, hlm. 26
B. Membaca 3
Kirk, Elaine dan Pamela Hartmann. 2007. Interaction I: Reading. Silver
Edition. New York: McGraw-Hill.
Kreativitas dalam Sehelai Oblong dalam Kompas, Minggu, 13 Mei 2012,
hlm.27.
Napitupulu, Ester Lince. 2012. Kini Tak Berebut Air Tawar Lagi ... dalam
Kompas, Kamis, 10 Mei, hlm. 1.
Tahun Ini, 120.000 Kursi SNMPTN dalam Kompas, Kamis, 10 Mei 2012, hlm.
12.
Wisanggeni, Aryo dan Samuel Oktora. 2012. Beginilah Tangan Petenun ...
dalam Kompas, Minggu, 13 Mei 2012, hlm. 26.
B. Membaca 4
Ragam Bahasa. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa. Diunduh
pada Senin, 14 Mei 2012, pukul 13.45.
Kompas. 13 Mei 2012. Klasika. Hlm. 28
Kompas. 13 Mei 2012. halaman 9.
C. Menulis

444

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa


Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. 2005. Pokoknya Menulis: Cara
Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku
Utama.
Alwi, Hasan. (Editor). 2001. Paragraf: Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
_____ . 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar, Rosihan. 2004. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi.
Yogyakarta: Media Abadi.
Atmowiloto, Arswendo. 2011. Mengarang Itu Gampang, Menulis Skenario &
Laku. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia.
Badudu, J.S. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka
Prima.
Bird, Carmel. 2001. Menulis dengan Emosi. Terjemahan Eva Y. Nukman.
Bandung: Kaifa.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depatemen
Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depatemen
Pendidikan Nasional.
Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan
Berita. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Doyin, Mukh. dan Ida Zuleha. 2004. Menulis Surat, Iklan, Poster, dan
Petunjuk: Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama Depdiknas.
Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.

445

_____ . 2003. Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Proposal. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.
Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para
Calon Penulis Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta: Penerbit
Ar-Ruzz Media.
Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat
untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit MLC.
_____ . 2004. Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung:
Mizan Learning Center (MLC).
Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Ilmiah:
Prinsip-prinsip
Dasar,
Langkah-langkah,
dan
Implementasinya.
Surabaya: Lembaga Penerbitan FBS Unesa.
Iswara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. EndeFlores: Penerbit Nusa Indah.
Kurnia, Septiawan Santana. 2002. Jurnalisme Sastra. Jakarta: Gramedia.
_____ . 2005. Menulis Feature. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006. Jurnalistik: Teori
dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: Penerbitan UMM Malang.
Parmin, Jack2005. Bahan Perlatihan Guru SD/MI: Membaca 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Decentralized Basic Eduaction Project.
_____ . 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII.
Surabaya: Penerbit Edumedia.
_____ . 2007. Modul PLPG untuk Guru SMP/MTs: Menulis. Surabaya: Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
_____ . 2007. Modul PLPG untuk Guru SMA/MA: Menulis. Surabaya: Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.

446

Romli, A.S.M. 2003. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Edisi revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sampurna, Adi. 2003. Menulis: Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis
Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.
Santoso, Anang. 2004. Pengembangan Keterampilan Menulis: Bahan
Pelatihan Terintegrasi Guru SLTP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama Depdiknas.
Siregar, Ashadi, dkk. 2002. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk
Media Massa. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerbitan Yogya (LP3Y) dan Kanisius.
Soedjito dan Solchan TW. 2001. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soehoet, A.M.H. 2003. Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: Penerbit Yayasan
Kampus Tercinta-IISIP.
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk,
dan Kode Etik. Bandung: penerbit Nuansa.
Sudjiman, Panuti dan Dendy Sugono. 1996. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia.
Suyatno, dkk. 2004. Belajar Jurnalistik dari Nol. Surabaya: UNESA University
Press.
Yulianto, Bambang. 2007. Mengembangkan Menulis Teknis. Surabaya:
Penerbit Unesa University Press.
D. Berbicara Sastra
Aminudin. 1984. Pengantar Apreasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar
Baru dan YA3 Malang.
Dee. 2001. Supernova. Jakarta.
Jacob dan saini K.M. 1983. Apersiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang
Sastra. Jakarta: Intermasa.

447

Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University


Press.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Situmorang, B.P. 1983. Puisi. Teori Apresiasi Bentuk dan Sturktur. EndeFlores: Nusa Indah.
Soedjijono. 1992. Pendekatan Historis, Sosiopsikologis, dan Didaktis
dalam Mengapresiasi Karya Sastra. Malang: OPF IKIP Malang.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sumardjo, Jacob. 1983. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: PT
Hanindita.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wellek, Rene dan Austin Waren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT
Gramedia.
E. Membaca Sastra
Aminudin. 1984. Pengantar Apreasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar
Baru dan YA3 Malang.
Dee. 2001. Supernova. Jakarta.
Ismail, Taufik. Beri Daku Sumba
Jacob dan saini K.M. 1983. Apersiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang
Sastra. Jakarta: Intermasa.
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University
Press.
Rangkuti, Hamsad. 2001. Ketika Lampu Berwarna Merah. Jakarta:
Gramedia.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Situmorang, B.P. 1983. Puisi. Teori Apresiasi Bentuk dan Sturktur. EndeFlores: Nusa Indah.
448

Soedjijono. 1992. Pendekatan Historis, Sosiopsikologis, dan Didaktis


dalam Mengapresiasi Karya Sastra. Malang: OPF IKIP Malang.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sumardjo, Jacob. 1983. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: PT
Hanindita.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Yatman, Darmanto. 1968. Sepenuhnya Karena Ia Anakku. Horison. No 3
Th III, Maret 1968.
Wellek, Rene dan Austin Waren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT
Gramedia.
F. Menulis Sastra
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. 2005. Pokoknya Menulis: Cara
Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku
Utama.
Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
_____. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Aspahani, Hasan. 2007. Menapak ke Puncak Sajak: Jangan Menulis Puisi
Sebelum Baca Buku Ini. Depok: Penerbit Koekoesan.
Atmowiloto, Arswendo. 2011. Mengarang Itu Gampang, Menulis Skenario &
Laku. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia.
Bachmid, Talha. 1990. Semangat Derison dalam Drama Kapai Kontemporer:
Telaah Bandingan Dua Lakon Kapai Kapai Karya Arifin C. Noer dan Badak
Badak Karya Eugene Ionesco. Disertasi pada Program Pascasarjana UI.
Tidak Diterbitkan.
Bird, Carmel. 2001. Menulis dengan Emosi. Terjemahan Eva Y. Nukman.
Bandung: Kaifa.
Chaniago, Darwin S.. 1997. Berbalas Pantun Remaja. Bandung: Pustaka
Setia.

449

Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lainlain. Jakarta: Grafiti.
Darma, Budi, 1983. Solilokui: Kumpulan Esai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depatemen
Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depatemen
Pendidikan Nasional.
Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para
Calon Penulis Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta: Penerbit
Ar-Ruzz Media.
Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosdakarya.
Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat
untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit MLC.
_____ . 2004. Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung:
Mizan Learning Center (MLC).
Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis: Panduan Praktis Menulis Kreatif
Lengkap. Yogyakarta: Sabda Media.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Parmin, Jack. 2005a. Bahan Perlatihan Guru SD/MI: Membaca 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Decentralized Basic Eduaction Project.
_____. 2005b. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII.
Surabaya: Penerbit Edumedia.
_____. 2007a. Modul PLPG untuk Guru SMP/MTs: Menulis. Surabaya: Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
_____. 2007b. Modul PLPG untuk Guru SMA/MA: Menulis. Surabaya: Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.

450

_____. 2010. Cerpen, Novel, dan Drama. Dalam Modul Continuing


Education: Mapel Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Guru SMK.
Surabaya: JBSI FBS Unesa.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarya: Gajah Mada
University Press.
Redaksi Balai Pustaka. 1998. Pantun Melayu. Jakarta: Balai Pustaka.
Rumadi, A. 1991. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Grasindo.
Sumardjo, Jakob. 2004. Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama
Media.
_____. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.
Soemanto, Bakdi. 2001. Jagat Teater. Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo.
Sylado, Remy. 1996. Menulis Naskah Drama dan Permasalahan Sekitarnya.
Dimuat dalam Harian Pikiran Rakyat, 10 September.
Tjahjono, Tengsoe. 2002. Menembus Kabut Puisi. Malang: Dioma.
_____. 2010. Mendaki Gunung Puisi: ke Arah Kegiatan Apresiasi. Malang:
Bayumedia Publishing.
Thahar, Harris Effendi. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Penerbit
Angkasa.
Toha-Sarumpaet, Riris K. 2002. Apresiasi Puisi Remaja: Catatan Mengolah
Cinta. Jakarta: Grasindo.
Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi, Untuk Pelajar dan Mahasiswa.
Jakarta: Gramedia.

LEMBAR ASESMEN
A. Kisi-Kisi Ujian Kompetensi Awal Mapel Bahasa Indonesia
Kompetensi
Inti Guru

Kompetensi Guru
Mata Pelajaran

No.
Soal

Indikator Esensial

451

(Standar
Kompetensi)
1. Mengungkapkan
secara
lisan
wacana
nonsastra

(Kompetensi Dasar)
1.1 Menggunakan
1
wacana lisan
untuk wawancara
2

1.2 Menggunakan
wacana lisan
untuk presentasi
laporan dan
pidato

3
4
5

1.3 Menggunakan
wacana lisan
untuk diskusi

7
2. Mengungkapkan
wacana
tulis
nonsastra

2.1 Menulis pesan


singkat dan surat

8
9
10
11
12

2.2 Menulis teks


berita

13

2.3 Menulis slogan,


poster, dan iklan
baris
2.4 Menulis karya
ilmiah

14
14
15
17
18
19

2.5 Menulis paragraf

20
21

22

1.1.1 Disajikan penggalan teks wawancara, guru


dapat menentukan jenis pertanyaan yang
cocok dengan kutipan
1.1.2 Disajikan sebuah pertanyaan untuk
wawancara, guru dapat menentukan
jawaban yang harus disampaikan
narasumber dengan benar
1.2.1 Disajikan penggalan pidato, guru dapat
memilih kalimat yang tidak sesuai dengan
konteksnya
1.2.2 Disajikan penggalan pidato, guru dapat
menentukan jenis komponen pidato yang
sesuai dengan penggalan tersebut
1.2.3 Disajikan sebuah konteks berpidato, guru
dapat menentukan kalimat
pembuka/penutup pidato yang benar
1.3.1 Disajikan pernyataan yang disampaikan
dalam diskusi, guru dapat menentukan
pernyataan persetujuan atau tidak
persetujuan yang tepat
1.3.2 Disajikan sebuah konteks diskusi, guru
dapat memilih komponen diskusi yang
seharusnya ada
2.1.1 Disajikan konteks kebutuhan pembuatan
surat dinas, guru dapat menentukan
pembuka surat yang tepat
2.1.2 Disajikan konteks kebutuhan pembuatan
surat dinas, guru dapat menentukan
penutup surat yang tepat
2.1.3 Disajikan konteks pembuatan surat pribadi,
guru dapat menentukan isi surat pribadi
yang santun
2.1.4 Disajikan konteks kelembagaan pembuat
surat, guru dapat memilih penulisan kepala
surat yang tepat
2.1.5 Disajikan konteks kebutuhan menulis memo
dari seorang pejabat, guru dapat memilih
kalimat isi memo yang tepat
2.2.1 Disajikan sebuah berita , guru dapat
menentukan kelemahan penulisan berita
tersebut
2.3.1 Disajikan sebuah slogan, guru dapat
menentukan kelemahan slogan tersebut
2.4.1 Disajikan tema sebuah karangan, guru
dapat menentukan komponen isi karangan
secara tepat
2.4.2 Disajikan sebuah kutipan dari buku yang
disertai dengan identitas buku, guru dapat
menentukan kutipan yang tepat
2.4.3 Disajikan identitas tiga buku, guru dapat
menuliskan daftar pustaka secara tepat
2.4.4 Disajikan sebuah konteks penulisan karya
ilmiah, guru dapat menentukan penulisan
judul yang tepat
2.4.5 Disajikan penggalan karya ilmiah, guru
dapat menentukan penggalan tersebut
termasuk dalam komponen apa
2.5.1 Disajikan sebuah paragraf yang bagian
awalnya dirumpangkan, guru dapat memilih
kalimat yang tepat mengawali paragraf
2.5.2 Disajikan sebuah paragraf yang bagian
akhirnya dirumpangkan, guru dapat
memilih kalimat yang tepat mengawali
paragraf
2.5.3 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat

452

23

2.6 Menulis kalimat


dan penggunaan
ejaan

24
25

3. Memahami
wacana
nonsastra

3.1 Memahami
berbagai teks

26
27
28
29

3.2 Menyimpulkan
dan merangkum
isi suatu teks

30
31

3.3 Membedakan
antara fakta dan
opini dalam teks

32
33

4. Membacakan dan
membawa
-kan karya
sastra

3.4 Mengubah
sajian grafik,
tabel, atau bagan
menjadi uraian
4.1 Membacakan
cerita pendek
atau novel
4.2 Membacakan
puisi

34

5. Memahami
ragam
teks
sastra

4.3 Membawakan
38
atau
memerankan
drama
5.1 Memahami
39
unsur-unsur puisi
lama dan baru
40

35
36
37

41
42
43
44

menentukan paragraf lain yang pola


pengembangannya sama
2.5.4
Disajikan sebuah paragraf yang
penanda hubung antarkalimatnya
dihilangkan, guru dapat memilih kata
hubung yang paling tepat
2.6.1 Disajikan sebuah kalimat yang salah
beberapa ejaannya, guru dapat memilih
kalimat yang ejaannya benar
2.6.2 Disajikan kalimat yang tidak efektif, guru
dapat menentukan kalimat efektifnya
3.1.1 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat
memilih kalimat topik yang tepat
3.1.2 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat
memilih kalimat penjelas yang tidak
mendukung isi paragraf
3.1.3 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat
memilih ide pokok yang tepat
3.1.4 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat
menentukan makna kalimat yang selaras
dengan teks (secara tersirat)
3.2.1 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat
memilih simpulan yang cocok dengan isi
teks
3.2.2 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat
menentukan rangkuman yang relevan
dengan isi teks
3.3.1 Disajikan sebuah teks, guru dapat memilih
fakta yang terdapat dalam teks secara
benar
3.3.2 Disajikan sebuah teks, guru dapat memilih
opini yang terdapat dalam teks secara
benar
3.4.1 Disajikan sebuah tabel, guru dapat
menentukan simpulan isi tabel secara benar
3.4.2 Disajikan sebuah diagram, guru dapat
menentukan simpulan isi tabel secara benar
4.1.1 Berdasarkan kutipan cerpen dan novel, guru
dapat menyimpulkan cara bercerita dengan
memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi
4.2.1 Berdasarkan kutipan puisi, guru dapat
menyimpulkan cara membaca puisi dengan
memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi
4.3.1 Berdasarkan kutipan dialog drama, guru
dapat menyimpulkan cara memerankan
drama dengan memperhatikan lafal,
intonasi, ekspresi, dan lakuan
5.1.1 Guru dapat menyimpulkan pesan puisi
dengan tepat, berdasarkan kutipan puisi
yang disajikan
5.1.2 Guru dapat menyimpulkan tema puisi
dengan tepat, berdasarkan kutipan puisi
yang disajikan
5.1.3 Guru dapat melengkapi puisi dengan
mempertimbangkan rima berdasarkan
kutipan puisi yang dirumpangkan
5.1.4 Guru dapat melengkapi puisi dengan pilihan
dan makna kata yang tepat, berdasarkan
kutipan puisi yang dirumpangkan
5.1.5 Guru dapat menentukan makna puisi
dengan tepat, berdasarkan kutipan puisi
yang disajikan
5.1.6 Guru dapat melengkapi puisi dengan
mempertimbangkan majas yang tepat,
berdasarkan kutipan puisi yang
dirumpangkan

453

45
5.2 Memahami
unsur-unsur
cerita pendek
atau novel

46
47
48
49
50
51

5.3 Memahami unsur- 52


unsur drama
53
54
55
6. Mengekspresikan
pikiran,
perasaan,
dan
pengalam
an melalui
karya
sastra

6.1 Menulis pantun


sesuai dengan
syarat pantun

56
57
58

6.2 Menulis dongeng 59

60
61
6.3 Menulis puisi
bebas

62
63

6.4 Menulis drama

64
65

6.5 Menulis cerpen

66

67

5.1.7 Guru dapat menentukan pencitraan dengan


tepat, berdasarkan kutipan puisi yang
disajikan
5.2.1 Guru dapat menyimpulkan tema cerita
pendek atau novel dengan tepat
berdasarkan kutipan yang disediakan
5.2.2 Guru dapat menganalisis watak tokoh
dengan tepat berdasarkan kutipan cerpen
atau novel yang disediakan
5.2.3 Guru dapat menentukan latar cerita pendek
atau novel dengan tepat berdasarkan
kutipan yang disediakan
5.2.4 Guru dapat menentukan sudut pandang
cerita pendek atau novel dengan tepat
berdasarkan kutipan yang disediakan
5.2.5 Guru dapat menentukan alur cerita pendek
atau novel dengan tepat berdasarkan
kutipan kutipan yang disediakan
5.2.6 Guru dapat menentukan pesan cerita
pendek atau novel dengan tepat
berdasarkan kutipan yang disediakan
5.3.1 Guru dapat menentukan alur drama,
berdasarkan kutipan dialog drama yang
disajikan
5.3.2 Guru dapat menentukan pesan drama,
berdasarkan kutipan dialog drama yang
disajikan
5.3.3 Guru dapat menentukan tema drama,
berdasarkan kutipan dialog drama yang
disajikan
5.3.4 Guru dapat menentukan latar drama,
berdasarkan kutipan dialog drama yang
disajikan
6.1.1 Disajikan sebuah pantun, guru dapat
memilih dengan tepat pantun yang sejenis
6.1.2 Guru dapat melengkapi pantun dengan
tepat berdasarkan isi atau sampiran pantun
yang disajikan
6.1.3 Guru dapat melengkapi pantun dengan rima
yang tepat dari pantun yang dirumpangkan
6.2.1 Guru dapat menyusun kembali dongeng
dengan urutan yang tepat berdasarkan
kutipan dongeng yang kalimat-kalimatnya
diacak
6.2.2 Guru dapat melengkapi dongeng dengan
latar yang tepat berdasarkan kutipan
dongeng yang dirumpangkan
6.2.3 Guru dapat menentukan tokoh dongeng
dengan tepat berdasarkan dongeng yang
dirumpangkan
6.3.1 Guru mampu menyusun kembali puisi
dengan isi yang tepat berdasarkan kutipan
puisi yang larik-lariknya diacak
6.3.2 Guru mampu menyusun rima dan isi puisi
yang tepat berdasarkan kutipan puisi yang
dirumpangkan
6.4.1 Guru menyusun dialog drama dengan tepat,
berdasarkan ilustrasi yang disajikan
6.4.2 Guru melengkapi keterangan keterangan
lakuan drama, berdasarkan dialog yang
disajikan
6.5.1 Guru dapat menyusun kembali alur cerpen
dengan urutan yang tepat, berdasarkan
kutipan cerpen yang kalimat-kalimatnya
diacak
6.5.2 Guru dapat melengkapi cerpen dengan latar
yang tepat berdasarkan kutipan cerpen

454

68
6.6 Menulis kritik
dan esai

69
70

7.
Memiliki
kompeten
si
pedagogis
,
pembelaja
ran
Bahasa
Indonesia

7.1 Menyusun RPP,


melaksanakan,
dan
mengevaluasi
pembelajaran
menyimak yang
mendidik

71
72
73
74
75

7.2 Menyusun RPP,


melaksanakan,
dan
mengevaluasi
pembelajaran
berbicara yang
mendidik

76

7.3 Menyusun RPP,


melaksanakan,
dan
mengevaluasi
pembelajaran
membaca yang
mendidik

79

77

78

80

81

7.4 Menyusun RPP,


melaksanakan,
dan
mengevaluasi
pembelajaran
menulis yang
mendidik

82
83
84

85

86

8. Memiliki
kompeten
si
pedagogis
pembelaja
ran Sastra
Indonesia

8.1 Menyusun RPP,


melaksanakan,
dan
mengevaluasi
pembelajaran
menyimak unsur
dan nilai karya
sastra yang
mendidik

87
88
89

yang dirumpangkan
6.5.3 Guru dapat menentukan tokoh cerpen
dengan tepat berdasarkan cerpen yang
dirumpangkan
6.6.1 Berdasarkan ilustrasi yang diberikan, guru
dapat menulis isi kritik
6.6.2 Guru bisa memilih tulisan kritik yang
bahasanya santun
7.1.1 Setelah disajikan sebuah KD menyimak
guru dapat memilih indikator yang tepat
7.1.2 Disajikan KD menyimak guru dapat
memilih rancangan materi pembelajaran
yang tepat
7.1.3 Disajikan rancangan pembelajaran dengan
KD menyimak guru dapat memilih media
yang tepat
7.1.4 Guru dapat memilih jenis evaluasi
pembelajaran menyimak dengan KD
menyimak
7.1.5 Disajikan situasi penilaian pembelajaran
menyimak dengan KD menyimak guru
dapat memilih jenis pertanyaan yang sesuai
dengan prinsip pembelajaran BI yang
mendidik
7.2.1 Guru dapat memilih materi yang sesuai
dengan KD berbicara
7.2.2 Disajikan sebuah metode pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan KD
berbicara guru dapat memperbaiki
langkah pembelajaran yang kuat tepat
7.2.3 Setelah disajikan KD berbicara guru dapat
memilih jenis tes yang tepat
7.3.1 Disajikan sebuah KD membaca guru
dapat memilih indicator yang sesuai dengan
KD tersebut
7.3.2 Disajikan KD membaca guru dapat
memilih metode yang tepat
7.3.3 Disajikan konteks pelaksanaan
pembelajaran membaca dengan KD
tertentu guru dapat memilih media yang
tepat
7.4.1 Setelah disajikan KD menulis guru dapat
memilih indikator yang tepat
7.4.2 Disajikan KD menulis guru dapat memilih
materi pembelajaran yang tepat
7.4.3 Disajikan sebuah konteks metode
pembelajaran menulis guru dapat
menentukan KD yang sesuai dengan
rancangan media tersebut
7.4.4 Disajikan gambar-gambar media
pembelajaran menulis guru dapat
menentukan KD yang sesuai dengan
rancangan media tersebut
7.4.5 Disajikan konteks pembelajaran menulis
dengan KD tertentu guru dapat memilih
metode dan merancang pelaksanaan
pembelajaran yang benar
8.1.1 Disajikan KD menyimak sastra guru dapat
memilih materi yang tepat
8.1.2 Disajikan KD menyimak sastra guru dapat
menentukan teknik evaluasi yang tepat
8.1.3 Disajikan KD menyimak sastra guru dapat
menentukan jenis penilaian yang tepat

455

(puisi,
prosa fiksi,
dan
drama)

8.2 Menyusun RPP,


melaksanakan,
dan
mengevaluasi
pembelajaran
berbicara unsur
dan nilai karya
sastra yang
mendidik

90
91

92
93

8.3 Menyusun RPP, 94


melaksanakan,
dan
95
mengevaluasi
pembelajaran
96
membaca unsur
dan nilai karya
sastra yang
mendidik
8.4 Menyusun RPP, 97
melaksanakan,
dan
mengevaluasi
98
pembelajaran
menulis unsur
dan nilai karya
99
sastra yang
mendidik
100

8.2.1 Disajikan sebuah konteks pembelajaran


berbicara sastra dengan KD tertentu guru
dapat menilai materi yang tepat
8.2.2 Disajikan sebuah konteks pembelajaran
berbicara sastra dengan KD tertentu guru
dapat menganalisis rancangan
pembelajaran yang sesuai dengan KD
tersebut
8.2.3 Disajikan KD berbicara sastra guru dapat
memilih media yang tepat
8.2.4 Disajikan sebuah kriteria penilaian
berbicara sastra guru dapat menilai
ketepatan kriteria tersebut
8.3.1 Disajikan sebuah KD tertentu guru dapat
menentukan sumber belajar yang tepat
8.3.2 Disajikan KD membaca sastra guru dapat
memilih materi yang tepat (=)
8.3.3 Disajikan KD membaca sastra guru dapat
memilih materi yang tepat (=)

8.4.1 Disajikan indikator pembelajaran, guru


dapat memilih KD menulis sastra yang
tepat untuk indikator tersebut
8.4.2 Disajikan KD menulis sastra guru dapat
memilih rancangan pembelajaran yang
tepat
8.4.3 Disajikan KD menulis sastra guru dapat
memilih media yang tepat
8.4.4 Disajikan tabel penilaian dengan KD
menulis sastra guru dapat menentukan
alat penilaian yang kurang tepat

B. Tes Tulis Berdasarkan Kisi-Kisi Uka

Tingkat Pendidikan
Mata Pelajaran

: SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK


: Bahasa Indonesia

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1. Perhatikan penggalan teks wawancara berikut!
Wartawan
: .
Kepala sekolah : Karena persiapan anak-anak pada tahun ini sangat baik.
Di samping itu, mereka merupakan generasi emas sekolah
ini.
Jenis pertanyaan yang cocok untuk mengisi bagian yang rumpang
adalah
A. Bagaimana strategi belajar anak-anak di sekolah ini hingga nilai UN-nya
tertinggi?
B. Apakah ada bimbingan belajar khusus di sekolah ini?
C. Mengapa Bapak mengatakan bahwa mereka generasi emas?
456

D. Mengapa pada tahun ini capaian UN anak-anak di sekolah ini tertinggi


di Indonesia?
E. Berapa rata-rata nilai UN anak-anak di sekolah ini?
2. Perhatikan penggalan teks wawancara berikut!
Wartawan
: Seperti yang kita ketahui, prestasi sekolah bersifat
fluktuatif. Apa yang akan Bapak lakukan kalau nilai UN
siswa-siswi sekolah ini pada tahun depan jatuh?
Kepala sekolah :
Jawaban kepala sekolah yang tepat adalah
A. Itu dapat terjadi karena beberapa sebab, di antaranya persiapan belajar
siswa tidak maksimal.
B. Saya akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk mengetahui akar
masalah dan solusi terbaiknya.
C. Di sekolah saya menanamkan kedisiplinan dan kerja keras agar siswasiswi di sekolah ini sukses.
D. Selama ini hal itu tidak pernah terjadi dan saya yakin prestasi siswasiswi di sekolah ini tidak akan jatuh
E. Saya akan menerima apa pun yang terjadi asalkan semua pihak
memahami bahwa selama ini kami telah bekerja keras.
3. Perhatikan penggalan pidato berikut!

Khusus untuk bidang studi Bahasa Indonesia, UN memang tidak dapat


mengukur semua kompetensi siswa. Penyebab utamanya adalah hanya
dua keterampilan berbahasa yang diujikan, yakni membaca dan menulis.
Akibatnya, kompetensi-kompetensi pada keterampilan mendengarkan dan
berbicara tidak dapat diukur. Kenyataan itu seharusnya menyadarkan
semua pihak bahwa hasil UN janganlah dianggap cermin kemampuan
berbahasa Indonesia siswa. Hasil UN adalah dunia lain yang harus
dipisahkan dengan kompetensi riil para siswa. Dunia lain berarti dunia
maya dalam situs internet atau dunia makhluk halus, seperti dalam acara
Uka-uka di televisi.

Kalimat yang tidak sesuai dengan konteks pidato tersebut adalah


A. Akibatnya, kompetensi-kompetensi pada keterampilan mendengarkan
dan berbicara tidak dapat diukur.
B. Dunia lain berarti dunia maya dalam situs internet atau dunia makhluk
halus, seperti dalam acara Uka-uka di televisi.
C. Penyebab utamanya adalah hanya dua keterampilan berbahasa yang
diujikan, yakni membaca dan menulis.

457

D. Kenyataan itu seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa hasil UN


janganlah dianggap cermin kemampuan berbahasa Indonesia siswa.
E. Hasil UN adalah dunia lain yang harus dipisahkan dengan kompetensi
riil para siswa.
4. Perhatikan penggalan pidato berikut!

Khusus untuk bidang studi Bahasa Indonesia, UN memang tidak dapat


mengukur semua kompetensi siswa. Penyebab utamanya adalah hanya
dua keterampilan berbahasa yang diujikan, yakni membaca dan menulis.
Akibatnya, kompetensi-kompetensi pada keterampilan mendengarkan dan
berbicara tidak dapat diukur. Kenyataan itu seharusnya menyadarkan
semua pihak bahwa hasil UN janganlah dianggap cermin kemampuan
berbahasa Indonesia siswa. Hasil UN adalah dunia lain yang harus
dipisahkan dengan kompetensi riil para siswa. Dunia lain berarti dunia
makhluk halus, seperti yang tersaji dalam acara uka-uka di televisi.

Jenis komponen pidato yang sesuai dengan penggalan tersebut adalah


A. pengantar
B. pembuka
C. isi
D. penutup
E. epilog
5.

Kepala sekolah menyampaikan pidato tentang keberhasilan siswasiswinya dalam UN pada forum pertemuan dengan orang tua siswa. Hadir
dalam acara tersebut para siswa dan para guru. Kalimat pembuka pidato
tersebut yang tepat adalah
A. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta
anak-anak yang saya sayangi. Pertama, mari kita bersyukur kepada
Tuhan. Atas pertolongan-Nya kita dapat bertemu pada forum terhormat
ini. Kedua, sebagai kepala sekolah, saya mengucapkan terima kasih atas
kerja sama kita selama ini. Anak-anak belajar dengan baik, guru
mengajar dengan penuh semangat, dan para orang tua memberikan
dukungan sepenuhnya. Walhasil, anak-anak kita sukses dalam UN tahun
ini.
B. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta
anak-anak yang saya sayangi. Sebagai kepala sekolah, saya
mengucapkan terima kasih atas kerja sama kita selama ini. Demikianlah
yang dapat saya sampaikan.
C. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta anak-anak yang
saya sayangi. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan. Atas pertolonganNya kita dapat bertemu pada forum terhormat ini. Suatu kebanggaan
anak-anak kita sukses dalam UN tahun ini.
458

D. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati.
Pertama, mari kita bersyukur kepada Tuhan. Atas pertolongan-Nya kita
dapat bertemu pada forum terhormat ini. Kedua, sebagai kepala
sekolah, saya mengucapkan terima kasih atas kerja sama kita selama
ini. Anak-anak belajar dengan baik, guru mengajar dengan penuh
semangat, dan para orang tua memberikan dukungan sepenuhnya.
Walhasil, anak-anak kita sukses dalam UN tahun ini.
E. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta anak-anak yang
saya sayangi. Pertama, mari kita bersyukur kepada Tuhan. Atas
pertolongan-Nya kita dapat bertemu pada forum terhormat ini. Kedua,
sebagai kepala sekolah, saya mengucapkan terima kasih atas kerja
sama kita selama ini. Anak-anak belajar dengan baik, guru mengajar
dengan penuh semangat, dan para orang tua memberikan dukungan
sepenuhnya. Walhasil, anak-anak kita sukses dalam UN tahun ini.
Selamat siang.
6. Dalam forum diskusi formal, pebicara menyatakan bahwa kegiatan
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi harus tampak dalam kegiatan
pembelajaran. Kalimat persetujuan tanpa syarat yang tepat adalah
A. Saya seratus persen sependapat dengan pendapat Saudara karena
idealnya guru memang harus melakukan tiga kegiatan itu dalam
kegiatan pembelajaran.
B. Saya sependapat dengan pernyataan Saudara asalkan urutannya tidak
selalu eksplorasi, elaborasi, kemudian konfirmasi.
C. Saya menyetujui pernyataan Saudara karena di samping sesuai dengan
aturan pemerintah, ketiga kegiatan itu penting dalam kegiatan
pembelajaran.
D. Meskipun saya dapat menyetujui pernyataan Saudara, saya merasa
bahwa dalam keadaan tertentu elaborasi tidak harus dilakukan oleh
guru.
E. Pendapat Saudara dapat saya setujui dan saya berharap semuanya juga
sepakat.
7. Guru-guru bahasa Indonesia se-MGMP Kota Surabaya mengadakan diskusi
formal tentang strategi peningkatan kualitas pembelajaran. Komponen
diskusi yang seharusnya ada adalah.
A. pebicara dan peserta
B. pebicara, pemandu, dan peserta
C. pebicara, notulis, dan peserta
D. pebicara, pemandu, notulis, dan peserta
E. para guru bahasa Indonesia se-MGMP Kota Surabaya

459

8. Perhatikan teks iklan lowongan pekerjaan yang dikutip dari harian Jawa
Pos, 13 Maret 2009 di bawah ini.
LOWONGAN KERJA
Dibutuhkan segera seorang tenaga teknisi Komputer
Minimal tamat SMA sederajat jurusan IPA
Lamaran dialamatkan ke PO BOX 008 Surabaya
Paling lambat 2 minggu setelah iklan ini diterbitkan
Kalimat pembuka yang tepat untuk surat lamaran pekerjaan berdasarkan
iklan di atas adalah ...
A. Memenuhi iklan yang Bapak muat pada harian Jawa Pos, saya
bermaksud mengisi lowongan kerja tersebut.
B. Sehubungan dengan iklan Bapak yang dimuat pada harian Jawa Pos,
13 Maret 2009 dengan ini saya .....
C. Melalui surat ini saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk
memenuhi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan.....
D. Berdasarkan iklan Bapak yang dimuat pada tanggal 13 Maret 2009
saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk .....
E. Saya telah membaca iklan yang Bapak pasang. Saya tertarik
dengan iklan tersebut, sehingga
9. Cermati kalimat penutup surat lamaran pekerjaan yang tidak tepat
berikut.
Atas perhatiannya diucapkan banyak terima kasih.
Perbaikan kalimat penutup surat lamaran pekerjaan tersebut adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

Terima kasih banyak atas perhatiannya


Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan terima kasih.
Diucapkan terima kasih atas perhatiannya.

10. Pada tubuh surat pribadi terdapat pembuka, isi, dan penutup surat. Isi
surat pribadi yang santun adalah .
A. Akhir bulan ini aku tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Untuk itu, aku minta Ibu dan Bapak mengirimkan uang
bulanannya.
B. Akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan Bapak mengirimkan uang
bulanan ananda.

460

C. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang
harus diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan Bapak mengirimkan
uang bulanan ananda.
D. Pada akhir bulan ini aku gak dapat pulang, banyak tugas dan kerjaan yang
harus segera diselesaikan. Untuk itu, uang yang biasanya dikirim saja ya.
E. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang
harus diselesaikan. Untuk itu, ananda mohon Ibu dan Bapak berkenan
mengirimkan uang bulanan ananda.

11. Di bawah ini disajikan penulisan kepala surat tanpa logo institusi.
Penulisan kepala surat yang tepat adalah .
A. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jl. Ketintang Surabaya 60231 Telepon 0318280009, 0318287725
B. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jl. Ketintang Surabaya 60231 Telp. 0318280009, 0318287725
C. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jalan Ketintang Surabaya 60231 Telepon 0318280009, 0318287725
D. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jalan Ketintang Sby 60231 Telepon 0318280009, 0318287725
E. Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang Surabaya

12. Kepala sebuah sekolah mengundang dewan guru untuk mengadakan


rapat rutin sekolah, tetapi tiba-tiba ada undangan rapat di dinas
pendidikan kota setempat dalam waktu yang bersamaan. Ia meminta
wakil kepala untuk memimpin rapat rutin sekolah.
Kalimat memo yang tepat untuk hal itu adalah di bawah ini.

A. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya ada
undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
B. Pak Andi tolong memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya
menghadiri undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
C. Pak Andi tolong pimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya ada undangan
rapat dinas di dinas pendidikan kota.
D. Pak Andi besuk wakili saya untuk rapat di sekolah ya. Masalahnya saya harus
datang di rapat lain, yakni rapat di dinas.
461

E. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah, besuk karena saya
menghadiri undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.

13. Perhatikan kutipan berita di bawah ini.


Ribuan Rumah Tergenang
JOMBANG Sembilan desa di Kecamatan Ploso, Ka-bupaten
Jombang, Kamis malam diterjang banjir. Akibatnya, lebih dari 1.000
rumah di Desa Jatigedong, Ploso, Jati-tunggal, Kedungdowo,
Jaditunggal, Kedungombo, Bawangan, dan Pandanblole, terendam.
Ratusan hektar sawah siap panen juga tergenang.
Informasi yang dihimpun JPPN menyebutkan, dua desa di kanan kiri
PT Samsung Cheil Jedang juga kebanjiran. Kondisi paling parah terjadi
di Desa Jatigedong. Di sini, ketinggian air mencapai 1,2 meter. Hingga
kemarin, lebih dari 700 rumah di desa ini masih terendam. Seluruh
jalan kampung juga tertutup air.
(Sumber: Jawa Pos, 13 Maret 2003)
Kelemahan yang teradapat dalam teks berita di atas adalah .
A. Penyebutan kata ratusan hektar sawah yang mengacu pada jumlah
yang tidak jelas.
B. Tidak dicantumkannya kepanjangan kata JPNN yang dapat
menyebabkan kebingungan pembaca.
C. Kata diterjang banjir kurang tepat, seharusnya diganti dengan kata
ditimpa musibah banjir.
D. Penyebutan kata sembilan desa kurang cermat, seharusnya delapan
desa sesuai jumlah desa yang disebutkan.
E. Penulisan PT seharusnya diberi titik (.), yakni P.T. karena harus sesuai
dengan kaidah yang berlaku.
14. Bunyi slogan seperti ini biasanya ditulis atau diletakkan di dekat tempat
sampah. Cermati slogan yang kurang efektif di bawah ini.
Lingkungan tempat kami ingin bersih, untuk itu bantulah
kami untuk menjadi lebih bersih!
Agar lebih efektif, slogan di atas dapat diubah seperti di bawah ini.

A.
B.
C.
D.
E.

Lingkungan kami belum bersih, bantulah kami menjadi bersih.


Kami ingin bersih, bantulah kami menjadi bersih.
Lingkungan belum bersih, bantulah agar supaya bersih.
Kami ingin bersih, untuk itu bantulah kami agar bersih.
Lingkungan yang ingin bersih supaya dibantu.

462

15. Sebuah karangan dengan tema pembelajaran aktif dan menyenangkan


membantu penguasaan kompetensi siswa. Isi yang akan dibahas dalam
karangan tersebut adalah .
A. Pengertian
pembelajaran
aktif
dan
menyenangkan,
model-model
pembelajaran aktif, contoh rencana pembelajaran aktif dan penerapannya,
kelebihan pembelajaran aktif.
B. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, sejarah perkembangan
pembelajaran aktif, model-model pembelajaran aktif, guru aktif bagi
pembelajaran aktif.
C. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, guru sebagai aktor utama
di kelas, contoh rencana pembelajaran aktif dan penerapannya, kelebihan
pembelajaran aktif.
D. Sejarah perkembangan pembelajaran aktif dan menyenangkan, model
pembelajaran aktif, contoh rencana pembelajaran aktif dan penerapannya,
kelebihan pembelajaran aktif.
E. Tentang pembelajaran di sekolah, kebiasaan kurang baik dalam pembelajaran
di sekolah, siswa yang kurang aktif dan responsive dalam pembelajaran
teoretis.

16. Didik Kumaidi dalam bukunya yang berjudul Aku Bisa Menulis yang terbit
tahun 2008 halaman 44 mengutip pendapat Lukman Haqani seperti di
bawah ini.
Mengutip adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang
pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam
buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi
bukti atau memperkuat pendapat penulisnya (Haqani, 2004: 50).
Jika Anda mengutip pendapat Haqani dari teks di atas (buku Didik
Kumaidi) tanpa membaca buku aslinya, penulisan kutipan yang benar
adalah
A. Kumaidi (dalam Haqani, 2004: 50) mengatakan bahwa mengutip adalah
meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang atau
pendapat seseorang yang terkenal , baik terdapat dalam buku, surat kabar,
majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi bukti atau
memperkuat pendapat penulisnya.
B. Kumaidi (2008: 44) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam kalimat
atau pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang
terkenal , baik terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media
elektronik yang fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat
penulisnya.
C. Haqani (2004: 50) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam kalimat
atau pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang
terkenal , baik terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media
elektronik yang fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat
penulisnya.

463

D. Haqani (dalam Kumaidi, 2008: 44)


meminjam kalimat atau pendapat
pendapat seseorang yang terkenal ,
majalah atau media elektronik
memperkuat pendapat penulisnya.

mengatakan bahwa mengutip adalah


orang dari seorang pengarang atau
baik terdapat dalam buku, surat kabar,
yang fungsinya sebagi bukti atau

E. Mengutip adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang


pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal, baik terdapat
dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang
fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya
(Haqani, 2004: 50).

17. Sebuah buku berjudul Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di


Panggung Orde Baru. Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Mizan di
Jalan Yodkali No. 16 Bandung pada Mei 1996. Editor buku tersebut adalah
Yudi Latif dan Idi Subandy Ibrahim. Pengarang buku tersebut beramairamai, di antaranya Ariel Heryanto, Daniel Dhakidae, Dede Oetomo, Ignas
Kleden, Jalaluddin Rakhmat, serta Taufik Abdullah.
Penulisan daftar rujukan yang benar adalah .

A. Heryanto, Ariel, dkk. 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di


Panggung Orde Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
B. Heryanto, Ariel, dkk. 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di
Panggung Orde Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
C. Latif, Yudi dan Idi Subandy Ibrahim (editor). 1996. Bahasa dan Kekuasaan:
Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
D. Latif, Yudi dan Idi Subandy Ibrahim (editor). 1996. Bahasa dan
Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Penerbit
Mizan.
E. Latif, Yudi. (dkk.). 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di
Panggung Orde Baru. Bandung: Penerbit Mizan.

18. Anda akan menulis judul penelitian tindakan kelas (PTK). Masalah Anda
adalah siswa kesulitan dalam menulis puisi. Dalam PTK tersebut Anda
menemukan pemecahan masalah yakni melalui Teknik Respon Alam.
Penelitian ini Anda lakukan di kelas VIII-B.
Judul penelitian yang benar adalah .
A. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Tahun
Pelajaran 2011-2012 dengan Menggunakan Teknik Respon Alam.
B. Upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII SMP tahun
pelajaran 2011-2012 dengan menggunakan teknik respon alam.
C. UPAYA PENINGKATAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP TAHUN
PELAJARAN 2011-2012 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
D. UPAYA MENINGKATKAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP TAHUN
PELAJARAN 2011-2012 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.

464

E. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP dengan


menggunakan teknik respon alam pada tahun 2012.

19. Cermati penggalan karya ilmiah di bawah ini.


Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil pengamatan selama
penelitian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerapan
teknik sumbang saran dilakukan dua kali secara berkelompok, yakni
kelompok kecil dan kelompok besar, dapat melatih siswa untuk berani
berbicara dan dapat menambah rasa percaya diri.
Penggalan karya ilmiah di atas termasuk komponen .
A.
B.
C.
D.
E.

Pendahuluan (latar belakang)


Metodologi penelitian dan kajian teori
Pembahasan dan analisis
Penutup (simpulan)
Kata Pengantar

20. Simak paragraf di bawah ini.

Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)


lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial, budaya, dan bahasa ke dalam kesatuan kebangsaan
Indonesia, dan (4) alat penghubung antardaerah dan antarbudaya.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa
resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (3) alat
penghubung pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintahan,
dan (4) alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Kalimat yang sesuai untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan pada
paragraf di atas adalah .

A. Salah satu peran yang diemban oleh bahasa Indonesia adalah sebagai
bahasa nasional.
B. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan kesatuan yang
menghindarkan perpecahan antarsuku.
C. Bahasa Indonesia merupakan wujud nyata semangat persatuan dan kesatuan
bangsa.
D. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang tumbuh dari masyarakat
Minangkabau.
E. Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara.

465

21. Simak paragraf di bawah ini.


Penulis karya ilmiah pada umumnya menyadari bahwa karya tulisnya
dibaca oleh orang lain. Karena itu, penulis biasanya berhati-hati dalam
menggunakan ejaan, memilih kata, menyusun kalimat, merangkai
antarkalimat, dan sebagainya. Keberhati-hatian itu dimaksudkan agar
gagasannya dapat dipahami dengan sebaik-baiknya oleh orang lain.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kesalahan penggunaan bahasa
sebagai media pengungkap gagasan tetap terjadi sekalipun penulis
berhati-hati.

Kalimat yang sesuai untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan pada


paragraf di atas adalah .

A. Dengan demikian penyuntingan penting dilakukan oleh penerbit buku


tersebut.
B. Hal itu mengisyaratkan bahwa penyuntingan karya tulis ilmiah penting.
C. Jadi, penulis harus melakukan penyuntingan terhadap karyanya sebelum
orang lain.
D. Sehingga melakukan penyuntingan adalah tahapan terakhir penulisan karya
ilmiah.
E. Penulis karya ilmiah yang baik adalah juga seorang penyunting yang handal
dalam bidangnya.

22. Perhatikan contoh paragraf di bawah ini.


Kata-kata seperti duta, bukit, pesona, taman, hamparan, wisma,
dan sebagainya merupakan kata serapan yang sudah mewarga.
Berbeda dengan kata-kata seperti bulevar, kondominium, mal, estat,
plaza, dan sebagainya merupakan kata-kata yang masih terasa
keasingannya. Memang kosakata dari bahasa daerah dan asing ada
yang sudah lama diserap sehingga sudah bersifat mewarga, tetapi ada
pula yang penyerapannya baru dilakukan. Baik kata yang sudah
mewarga ataupun yang masih terasa keasingannya harus digunakan
dengan cermat makna dan ejaannya.
Paragraf lain yang pola pengembangannya sama terdapat pada .

A. Namanya Arni. Gadis berwajah tirus ini memiliki rambut lurus. Ia adalah anak
seorang janda dari kampung Pandanaran. Sehari-hari ia bekerja membantu
ibunya berjualan sayuran di pasar. Jarak antara pasar dengan rumahnya 4
kilometer. Sayur yang dijual adalah hasil kebun di sebelah rumahnya. Dini
hari, bersama ibunya, ia sudah berada di kebunnya memilih dan memilah
sayur apa saja yang dapat dipanen dan dijual di pasar hari itu.
B. Jarno dikenal sebagai seorang pengusaha sukses yang menyukai barangbarang antik. Di salah satu sudut rumahnya yang luas tersimpan lampu, guci,
piring, sendok, garpu,gelas, serta teko kuno. Ada juga beberapa sepeda, jam
dinding, pigura yang semuanya berbau kuno. Di samping itu, ia juga
mengumpulkan uang logam kuno, bahkan beberapa uang logam tersebut
dari luar negeri. Koleksi-koleksi itu ditata sedemikian rupa sehingga
menyerupai sebuah museum kecil.
466

C. Kendati memiliki gambar air sebagai penanda keaslian uang kertas, bahan
uang kertas bernominal Rp1.000,00 ini terbuat dari kertas buram. Uang ini
juga hanya dicetak dalam satu warna serta tidak bertekstur sebagaimana
uang kertas pada umumnya. Lebih meragukan lagi, dalam catatan resmi
pemerintah, tidak terdapat daftar bahwa Negara Republik Indonesia pernah
menerbitkan uang bergambar Presiden Soekarno dengan latar penari Srimpi.
D. Novel pop diciptakan berdasarkan prinsip-prinsip objektivitas terhadap
pembaca massal. Penulis berusaha mencari kecenderungan terbesar selera
pembaca. Bahkan, penulis berusaha menciptakan dan mempengaruhi selera
pembaca itu dari tema, gaya, dan latarnya. Sebagaimana yang dilakukan
para pengarang wanita yang dijuluki sebagai sastrawan sastrawangi,
tema, gaya, dan latar yang dikembangkan sudah amat berbeda dengan
novel pop tahun 1980-an. Penekanan yang paling penting dalam novel pop
pada plot ceritanya yang memikat dan memukau. Plot ini berusaha
menenggelamkan kesadaran individu pembaca dan menyeretnya ke dalam
konflik yang diciptakan.
E. Diperlukan kemampuan berbahasa yang lengkap untuk dapat menjadi
seorang penyunting yang handal. Penyunting adalah profesi yang penuh
tantangan karena ia berhadapan dengan teks, dan teks itu harus dapat
menjelaskan sesuatu (yang sama dengan penulis) kepada pembaca dengan
jelas dan tidak ambigu. Pembaca harus mendapat mengambil simpulan yang
sama dengan apa yang diinginkan oleh penulis buku itu, dan penyunting
berada di antaranya.

23. Simak paragraf di bawah ini.


Jejak-jejak sepatu besar yang sepasang itu diikutinya. Lewat jalan
besar membelok memasuki jalan setapak yang melintasi padang.
Julian berjalan tersaruk-saruk. Matanya terpaku jejak sepatu.
Sekonyong-konyong ia berhenti mendengar suara orang berbicara.
Di sisi kanan jalan itu ada semak yang agak besar. Suara yang
didengarnya datang arah situ. Julian menghampiri semak dengan
berhati-hati. Sekarang dia bisa mendengar Pak Guru berbicara sambil
berbisik. Julian tidak bisa menagkap kata-katanya (Serial Lima
Sekawan, 2005:177).
Kata penghubung yang tepat untuk untuk melengkapi paragraf di atas
adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

lalu, ke, karena, dari


dan, pada, ketika, dari
lalu, pada, ketika dari
dan, pada, karena, pada
lalu, karena, karena, dari

24. Penulisan ejaan yang benar kalimat di bawah ini adalah .


467

A. Meskipun pernah menetap lama di Inggris, Dr. Ami Sujarwo M.A.


tidaklah kehilangan keindonesiaannya.
B. Meskipun pernah menetap lama di Inggris, Dr. Ami Sujarwo, MA.,
tidaklah kehilangan keindonesiaannya.
C. Meskipun pernah menetap lama di Inggris, Dr. Ami Sujarwo, M.A.,
tidaklah kehilangan keindonesiaannya.
D. Meskipun pernah menetap lama di inggris, Dr. Ami Sujarwo, MA.,
tidaklah kehilangan keindonesiaannya.
E. Meskipun pernah menetap lama di Negara inggris, Dr. Ami sujarwo, M.A
tidak kehilangan keindonesiaannya.

M.Sc.
MSc.
M.Sc.
MSC.
M.Sc.

25. Salah satu ciri kalimat efektif adalah kegramatikalan. Kalimat di bawah
ini kurang ciri tersebut. Cermati kalimat di bawah ini.
Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat
dan dapat memahaminya.
Perbaikan kalimat di atas adalah di bawah ini.

A. Keterampilan ini diperlukan agar supaya dapat membaca buku secara cepat
dan dapat memahaminya.
B. Keterampilan ini diperlukan agar senantiasa dapat membaca buku secara
cepat dan dapat memahaminya.
C. Keterampilan ini diperlukan agar siswa dapat membaca buku secara cepat
dan dapat memahaminya.
D. Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat dan
dapat memahaminya dengan baik.
E. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam membaca buku secara cepat dan
dapat memahaminya dengan baik.

26. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir sejak lama menjadi sumber utama
kerusakan kawasan pantai Merauke di Provinsi Papua. Belakangan, ancaman
dari keganasan laut serta penambangan pasir itu secara per;ahan bisa diredam.
Ini semua berkat uapaya Pemda Merauke yang mulai menyulap titik-titik
penambangan menjadi kolam ikan.
Kalimat pokok paragraf tersebut adalah ...
A. Gerusan abrasi sejak lama menjadi sumber utama kerusakan kawasan pantai
Merauke di Provinsi Papua.
B. Penambangan pasir sejak lama menjadi sumber utama kerusakan kawasan
pantai Merauke di Provinsi Papua.
C. Ancaman dari keganasan laut serta penambangan pasir itu secara per;ahan
bisa diredam.
D. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir menjadi sumber utama
kerusakan kawasan pantai Merauke.
E. Ini semua berkat uapaya Pemda Merauke yang mulai menyulap titik-titik
penambangan menjadi kolam ikan.

468

27.Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai Rambutan,
Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir mempertanyakan janji penyelesaian
masalah lahan yang hingga kini belum terealisasi. Lahan garapan itu belum
diterima padahal mereka telah bertransmigrasi selama 47 tahun. Warga
berencana memasang patok sendiri di lahan bermasalah tersebut. Ketiga desa
itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa Transmigrasi
Swakarsa Mandiri
Kalimat penjelas yang tidak mendukung isi paragraf adalah ...
A. Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai Rambutan
mempertanyakan janji penyelesaian masalah lahan.
B. Penyelesaian masalah lahan hingga kini belum terealisasi padahal sudah 47
tahun.
C. Lahan garapan itu belum diterima padahal mereka telah bertransmigrasi
selama 47 tahun.
D. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa
Transmigrasi Swakarsa Mandiri.
E. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa
Transmigrasi Swakarsa Mandiri.
28.Desa Cikurai terletak di seberang Sungai Kurai. Desa ini berbatasan dengan
Desa Sindangpacul. Tiap pagi, simponi alam mengiringi derap langkah anak ke
sekolah dan para petani ke sawah. Seakan tidak mengenal lelah, kicauan
burung dan tiupan angin sawah senantiasa memermaikan desa yang dihuni
sebanyak 33 kepala keluarga.
Ide
A.
B.
C.
D.
E.

pokok paragraf tersebut adalah ....


Desai Cikurai di seberang sungai
simponi alam pagi di Cikuarai
keadaan Desa Cikurai
tiupan angin di Desa Cikurai
kicauan burung di Desa Cikurai

29.Kutu loncat acap disematkan pada orang yang suka berpindah-pindah tempat
bekerja. Namun, tak selamanya cap itu berkonotasi negatif. Selama si karyawan
belum menemukan atmosfer yang tepat untuk berkarier, sah-sah saja ia
melakonkan diri sebagai kutu loncat. Namun, jangan samakan kutu loncat
itu dengan sikap yang tak loyal pada pekerjaan.
Kalimat yang memiliki makna sesuai dengan isi paragraf tersebut adalah ...
A. Kutu loncat adalah kutu yang suka meloncat-loncat.
B. Kutu loncat identik dengan orang yang suka berpindah tempat bekerja.
C. Kutu loncat tidak selamanya bermakna konotasi.
D. Kutu loncat adalah karyawan yang belum menemukan tempat bekerja.
E. Kutu loncat diidentikkan dengan sikap tidak loyal terhadap pekerjaan.

469

30.Baca teks berikut dengan cermat!


Impor komoditas/produk hortikultura, seperti buah dan sayur, tidak bisa lagi
dilakukan secara bebas, tetapi harus memperhatikan produksi dan konsumsi
dalam negeri. Komoditas impor juga tidak bisa disalurkan langsung kepada
pengecer atau konsumen. Kebijakan baru itu tertuang dalam Peraturan Menteri
Perdagangan (Permendag) Nomor 30 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor
Produk Hortikultura yang ditandatangani Menteri Perdagangan Gita Wirjawan
pada 7 Mei dan berlaku pada 15 Juni 2012.
Simpulan isi teks tersebut adalah ....
A. Impor komoditas hortikultura tidak bisa disalurkan langsung kepada
pengecer.
B. Impor komoditas hortikultura buah dan sayur tidak sebebas dulu.
C. Impor komoditas hortikultura diatur dalam Permendag Nomor 30 Tahun 2012.
D. Permendag No. 30 Tahun 2012 ditandatangani Menteri Perdagangan pada 7
Mei 2012.
E. Permendag No. 30 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura
berlaku 15 Juni 2012.
31.Baca penggalan teks berikut dengan cermat!
Hanya berjarak sekitar 150 kilometer dari Jakarta, Desa Kanekes di Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, masih menyimpan kearifan warga
Baduy. Mereka kukuh memegang adat warisan leluhur. Ketaatan mereka
berujung pada terciptanya suatu komunitas adat yang nyaris tanpa pernah
mengenal kekerasan, pertikaian, ataupun aneka kejahatan yang selama ini
jamak terdengar.
Rangkuman yang tepat untuk penggalan teks tersebut adalah ....
A. Desa Kanekes dihuni warga Baduy dan terletak hanya 150 km dari Jakarta.
B. Desa Kanekes terletak di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak,
Banten.
C. Warga Baduy kukuh memegang adat warisan leluhur dan menyimpan
kearifan lokal.
D. Kejahatan di Desa Kanekes nyaris tidak ada terdengar baik kekerasan,
pertikaian, dan kejahatan..
E. Desa Kanekes aman dan damai karena warganya kukuh pada adat
warisan leluhur.

32. Baca paragraf berikut ini dengan cermat!

Kuku-kuku jari Kristina menghitam karena ia baru saja merendam benang dalam
larutan daun tarum dicampur kapur. Di Pasar Geliting, Desa Sikka, Kabupaten
Sikka, Kristina sebenarnya berjualan pisang dan labu. Namun, seperti
perempuan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya, ia sehari-harinya
menenun sarung untuk kebutuhan sendiri. Dari tangan para penenun seperti
itulah dilahirkan kain tenun nan indah.
470

Yang bukan merupakan fakta dalam paragraf tersebut adalah ...


A. Kuku-kuku jari Kristina menghitam.
B. Ia baru saja merendam benang dalam larutan daun tarum dan kapur.
C. Di Pasar Geliting, Kabupaten Sikka, Kristina berjualan pisang dan labu.
D. Ia sehari-harinya menenun sarung untuk kebutuhan sendiri.
E. Dari tangan para penenun dilahirkan kain tenun nan indah.
33.Baca paragraf berikut ini dengan cermat!
Kaus oblong yang dikenal dengan sebutan t-shirt adalah produk mode yang
paling simpel. Ia tanpa kerah, berlengan pendek, dan leher berpotongan bulat.
Pada sepotong oblong, pemakai bisa menitipkan ekspresi kreatif. Ekspresi
kreatif tersebut bisa berupa gambar, kata-kata, dan sebagainya.
Yang bukan merupakan opini dalam paragraf tersebut adalah ...
A. Kaus oblong dikenal dengan sebutan t-shirt.
B. Kaus oblong adalah produk mode yang paling simpel.
C. Ia tanpa kerah, berlengan pendek, dan leher berpotongan bulat.
D. Pada sepotong oblong, pemakai bisa menitipkan ekspresi kreatif.
E. Ekspresi kreatif tersebut bisa berupa gambar, kata-kata, dan sebagainya.

34. Perhatikan bagan tentang persiapan mendongeng berikut ini!

471

P
e
rn
s
ia
p
n
:tilh
c
tsy
g
b
a
ik
;p
m
s
c
e
u
jk
lh
p
n
o
tm
b
ria
k
s
;g
u
n
tb
a
e
k
s
p
riw
jh
y
n
g
m
d
u
k
A
?
,rftb
i;a
c
.e
B
y
lh
-d
;b
ta
rnG
G
u
a
k
p
rd
o
e
u
m
y
a
n
g
d
k
u
n
a
k
p
ro
e
tis
u
m
y
a
n
g
d
k
c
e
rit
.
c
e
rita

P
e
rs
ia
p
n
d
:lh
c
ty
g
b
a
ik
;p
m
s
c
e
rtb
u
;a
jk
lh
p
n
o
tb
e
ria
k
s
;g
u
n
h
tP
b
a
e
k
s
riw
jh
y
g
m
u
k
c
e
rita
.o
A
p
y
c
?
ld
:p
,fn
b
ld
s
m
B
c
e
rita
y
n
g
d
p
lh
b
u
-a
s
m
p
ih
;b
u
ta
g
n
m
ru
c
e
ita
.

Bagan 2 Persiapan Mendongeng


Simpulan yang sesuai dengan isi bagan 2 tersebut adalah ...
A. Mendongeng memerlukan properti dan kostum dan sumber dongeng
yang menarik.
B. Sebelum mendongeng, pilih cerita yang menarik dari berbagai sumber
dan gunakan properti atau kostum.
C. Baca dongeng terpilih sampai paham isi dongeng tersebut dan
gunakan properti atau kostum.
D. Pilih dan pahami isi cerita; ajaklah penonton berinteraksi; gunakan
bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
E. Untuk mendongeng, persiapkan diri; pilih dan pahami dongeng;
gunakan properti atau kostum.
35.

Baca secara cermat tabel berikut ini!


Tabel 3 Buah dan Manfaatnya
Jenis
Buah
Mangga

Manfaat

Jambu

Meningkatkan memori dan menjaga sel-sel kulit


Menyehatkan ibu hamil karena sarat dengan zat
besi
Membantu meringankan masalah gangguan
pencernaan
Membersihkan pori-pori yang tersumbat yang
memicu jerawat
Mengandung beta carotene sebagai antioksidan
472

biji

Mengandung vitamin C untuk mencegah sariawan,


gusi bengkak, gusi berdarah, dan membantu
penyembuhan luka
Membantu mengurangi resiko terkenan penyakit
jantung
Membantu menjaga kesehatan kulit karena
kandungan vitamin E

Simpulan yang sesuai dengan isi tabel tersebut adalah ...


A.
B.
C.
D.
E.

36.

Buah sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.


Aneka buah mengandung vitamin dan mineral.
Mangga dan jambu biji bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Vitamin yang terdapat di dalam mangga dan jambu biji.
Manfaat buah sesuai dengan jenis buah tersebut.

Simak penggalan teks di bawah ini.


Untung sudah sampai rumah. Seruku, Elly lapar.
Manis betul, kamu El, mau buru-buru pulang sebelum pesta ulang
tahun selesai, sambut ibu ketika Elly pulang.
Kan, pesan Mama jangan larut-larut pulang. Lalu papa menjemput.
Kasihan Papa kalau harus menunggu lama. Papa capek ya, Pap? aku
merajuk.
Mandi dulu, Pap! Air hangat sudah tersedia, kata ibu.
Ya rasanya kotor benar badanku.
Beberapa menit kemudian kami sudah berada di meja makan untuk
makan bersama.
Lihat, Mah, anakmu! kata ayah ketika kami sedang makan.
Tadi, katanya tidak enak badan. Tapi, lihat lahapnya! Seperti
kelaparan dua hari saja.
Tadi siang Elly pusing, jadi aku makan hanya sedikit. Di rumah Wiwin
hanya makan lemper. Sekarang betul-betul lapar.
Cara bercerita atas bagian yang tercetak miring yang tepat ialah.....
A. Dilantunkan dengan suara yang berbeda dan gerakan yang berbeda
pula.
B. Dilakukan dengan suara sama.
C. Dilakukan dengan gerakan duduk di atas kursi.
D. Dikatakan dengan nada marah, terutama untuk tokoh ayah.
E. Dikatakan dengan nada marah, terutama untuk tokoh Elly.

37.

Simak puisi di bawah ini.


473

KARANGAN BUNGA

(Taufiq I small)
Tiga anak kecil.
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
"Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak siang tadi."
Ragam pembacaan bait yang bercetak miring pada puisi di atas yang
tepat ialah ...
A. lafal jelas, intonasi pelan, dan ekspresi berduka
B. lafal kabur, intonasi pelan, dan ekspresi gembira
C. lafal menggumam, intonasi keras, dan ekspresi berduka
D. lafal jelas, intonasi keras, dan ekspresi senang
E. lafal mendesis, intonasi keras, dan ekspresi berduka
38. Simak penggalan teks drama di bawah ini.
Koswarah: Sejak aku pulang tadi malam tak sedikit pun engkau gembira
tampaknya.
Rini:
Engkau dan aku tentu saja berbeda.
Di sini dalam serba kekurangan, di sana dalam sorga
kesenangan berjalan-jalan di bawah rembulan.
Koswarah: Sejak Nona Zahra di sini tak habis-habisnya engkau
menyindir aku.
Rini:
Katakan saja pucuk di cinta ulam tiba (tertawa sejenak).
Tidakkah engkau gembira bertemu lagi dengan Nona yang
manis itu? Dan sekali ini tidak disertai pula. Tentu banyak yang
kau curahkan kepadanya.
Koswarah: Kepalanku perempuan ada berapa orang dulu. Tidak pernah
engkau cemburu seberat itu.
Rini:
Sikapmu pada yang lain itu berbeda.
Ekspresi dan lakuan Rini yang dapat dilakukan dalam adegan penggalan
drama tersebut adalah....
A.
B.
C.
D.
E.

39.

Tidak gembira sambil berjalan mondar mandir


Suka menyindir sambil memandang rendah koswara
Pencemburu sambil memalingkan muka
Mengejek sambil mengepalkan tangan
Marah sambil mengepalkan tangan

Simak teks puisi di bawah ini.


474

Gadis Peminta-minta
Toto Sudarto Bachtiar

Ingin aku ikut, kecil berkaleng kecil


Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosk
Hidup dari kehidupan angan-angan yang bergemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintasi di atas air kotor
Tapi yang begitu kau hapal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa memagi dukaku
Pesan kutipan puisi tersebut adalah . . .
A.
Hiasilah kehidupan ini dengan menara katedral
B.
Hidup pengemis penuh liku-liku
C.
Jangan iri terhadap kehidupan orang lain
D.
Sudah selayaknya kita bermimpi
E.
Pengemis itu perlu dikasihani
40.

Perhatikan teks puisi di bawah ini.


Air Mata di Bibir Sunyi (Anjani)
Ku berkisah tentangmu, Anjani
Tentang kuncup yang mekar
Namun membuat semua bungkam
Dalam persandingan antara
Hidup dan sebuah sandiwara
Ataukah
Sandiwara itu tetap kekal olehmu
Ini kisah menghapus air matamu, Anjani

Tema puisi di atas ialah.


A. Perjuangan perempuan
B. kepalsuan hidup
C. kehidupan Anjani
D. percintaan
E. kasih sayang
41. Perhatikan pantun berikut ini!
(1) Jalan-jalan ke pasar lempuyang,
(2) ......................
(3) Jika ingin selalu disayang,
475

(4) ......................
Larik yang tepat untuk melengkapi pantun tersebut adalah...

A. (2)Jangan lupa bawa keranjang.


(4) Rajin mengaji dan sembahyang.
B. (2) Membeli kain barang sehelai.

(4) Shalat mengaji janganlah lalai.

C. (2) Jangan lupa membeli nanas.


(4) Shalat mengaji janganlah lalai.
D. (2) Jangan lupa bawa keranjang

(4) Shalat mengaji janganlah lalai

E. (2) Siapa sangka dia menyerang

(4) Shalat mengaji selalu lupa


42.

Simak puisi di bawah ini.

Tanah Kelahiran 1
Ramadhan K.H.
Seruling di pasir tipis, merdu
antara gundukan pohon pina,
tembang menggema di dua kaki,
Burangrang Tangkubanprahu.
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di air tipis menurun.
Membelit tangga di tanah merah,
dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyian kentang sudah digali,
kenakan kebaya ke pewayangan.
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di hati gadis menurun.
Makna kata lambang jamrut dalam puisi tersebut adalah ....
A. buah-buahan
B. embun pagi
C. keindahan
D. permata
E. perhiasan
43.

Simak penggalan teks puisi di bawah ini.


..

Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asma-Mu
Bertahan di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
476

Kami dalam barisan-Mu


Taufiq Ismail
Makna kutipan puisi di atas ialah ....
A.
B.
C.
D.
E.

44.

permohonan untuk memakai namanya


permohonan ampun kepada Tuhan
kemudahan dalam menyebut nama Tuhan
kemudahan dalam menerima seseorang
kerelaan untuk menerima yang bersalah

Cermati teks puisi di bawah ini.


Dalam Kereta

Chairil Anwar
Hujan menebal jendela
Semarang, Solo ... makin dekat saja
Menangkap senja
Menguak purnama
....
Menjengking kereta. Menjengking jiwa
Sayatan terus ke data
Larik bermajas personifikasi yang tepat untuk melengkapi puisi tersebut
adalah ...
A. Cahaya menyayat mulut dan mata
B. Engkau menahan rasa sakit
C. Tak kuasa diri menahan tangis
D. Sesak napas karena debu
E. Menatap wajahmu yang cantik
45.

Simak penggalan teks puisi di bawah ini.


Gadis Peminta-minta
Toto S. Bachtiar
..
Ingin aku ikut, kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosk
Hidup dari kehidupan angan-angan yang bergemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintasi di atas air kotor
Tapi yang begitu kau hapal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
477

Citraan bait kedua kutipan puisi tersebut adalah . . . .


A. Pendengaran
B. Penciuman
C. Pengelihatan
D. Perasaan
E. Perabaan
46.

Cermati penggalan cerpen di bawah ini.


Sebagai artis tenar, tentu saja banyak orang yang mengidolakanku.
Tapi ada seorang yang mengagumiku justru sebelum aku menjadi setenar
sekarang ini. Tidak. Ia tidak sekadar mengidolakanku. Dia menyintaiku habishabisan. Ini ia tunjukkan tidak hanya dengan hampir selalu hadir dalam
even-even di mana aku tampil; ia juga setia menungguiku shoting film dan
mengantarku pulang. Tidak itu saja. Hampir setiap hari, bila berjauhan, dia
selalu telepon atau mengirim SMS yang seringkali hanya untuk menyatakan
kangen. Di antara mereka yang mengagumiku, lelaki yang satu ini memang
memiliki kelebihan. Dia seorang pengusaha yang sukses. Masih muda,
tampan, sopan, dan penuh perhatian. Pendek kata, akhirnya aku takluk di
hadapan kegigihannya dan kesabarannya. Aku berhasil dipersuntingnya.
Tidak perlu aku ceritakan betapa meriah pesta perkawinan kami ketika itu.
Pers memberitakannya setiap hari hampir dua minggu penuh. Tentu saja
yang paling bahagia adalah kedua orang tuaku yang memang sejak lama
menghendaki aku segera mengakhiri masa lajangku yang menurut mereka
mengkhawatirkan.
Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri
Tema
A.
B.
C.

kutipan cerpen tersebut adalah ....


Perempuan harus segera menikah bila usia sudah cukup dewasa
Artis cantik menjadi idola masyarakat.
Bila kita sudah terkenal hendaknya bisa menjaga jarak dengan orang
lain.
D. Kegigihan dan kesabaran modal dasar keberhasilan.
E. Janganlah sombong ketika kita mengalami kejayaan.

47.

Cermati teks di bawah ini.


Nama anda siapa tadi? tanya Bidan.
Bu Sally.
Nama kepanjangannya! ulang Bidan.
Perempuan itu sekali lagi menghindari pandangan Bu
Bidan,menjawab lirih.
Saliyem.
Oooo Allaaaah! hanya itu diucapkan Bu Bidan.
Dicarinya lagi kartunya! Namanya Saliyem!
Siapa nama suaminya?

478

Dan sebelum pasien itu memberi jawaban, pembantu perawat


menambahkan.
Nama lengkap! Nama aslinya.
Bu Bidan merasa perlu menjelasksan lebih terang.
Nama desa,nama yang dibawa dari desa!
Samijo, suara pasien itu tetap perlahan.
Sekarang siapa namanya? Nama kota? Bu bidan bertanya.
Tanpa mengenali nada ejekan atau sindiran dari bu bidan, perempuan
yang berbaring di tempat pemeriksaan menyahut Pak sammi.
Mengapa mulutnya begitu rapat? Apa ibu tahu caranya
menulis? Dengan huruf em dua atau bagaimana? Bidan itu mendesak
lagi.
Saya tidak bisa menulis, bu tapi katanya memang pakai huruf
em dua.
Bidan dan pembantu perawat saling memandang, masingmasing mengulum senyum.
Kalau begitu, sally itu el-nya juga dua? Tanya perawat.
Ya, Bu, katanya begitu.
Katanya, katanya,... siapa to itu yang mengatakan begitu?
Ya, anak-anak sekolah orang-orang pandai yang datang ke
warung saya, Bu.

Watak tokoh Bu Sally yang tergambar dalam penggalan cerpen di atas


adalah . . . .
A.
lugu
B.
lucu
C.
bodoh
D.
penurut
E.
penyabar
48.

Simak teks di bawah ini.


Jon dan Con anak kembar. Jon kepala regu, aku wakilnya dan Con
brenschutter. Kami bersepuluh sedang memandang daerah partoli
Tiger Brigade dengan seksama dari puncak bukit panic, pos kami
terdepan yang kami namai begitu karena rupanya dari jauh seperti
panic terbalik. Con berjongkok di samping kakaknya yang sedang
meneropong semak-semak dari kampong-kampung di bawah kami
dengan teliti. Mereka sama tinggi, hampir sama raut mukanya dan
sama muda : 17 tahun
Jon melambai dan aku mendekat.
Aku turun ke kampong di bawah itu.
Kenapa ndak semua?
Kalian jalannya berat seperti gajah dan mulut kalian cerewet
seperti bebek. Nggak, semua tinggal di sini, kamu ambil pinjaman.
479

A.
B.
C.
D.
E.
49.

.
Latar tempat cerpen di atas adalah . . .
Daerah patroli
Puncak bukit
Kampung
Semak-semak belukar
Perbukitan
Bacalah kutipan novel berikut ini dengan cermat!
Di tengah alunan orkes Madun yang terpancar dari radio, kami
memulai percakapan penting itu. Kami tahu saatnya telah tiba. Kami
tidak bisa berbohong lagi, kalau tidak mau gila. Sudah terlalu lama
kejadiannya kami biarkan berlangsung. Menggila dan memperbudak
kami. Dengan kata-kata yang sederhana semuanya harus diselesaikan.
Sudah kaupikirkan bahwa perkawinan ini berarti perubahan,
perubahan pada diri kita? tanyanya padaku.
Aku mengerti dan aku sudah siap.
Seandainya kelak ada yang engkau sesalkan, apa yang akan
kau lakukan?
Aku tak akan menyesal, sayang. Walaupun yang kau lepaskan
ini bernama kebebasan, kemerdekaan yang dipuja oleh para seniman,
kaum cendikiawan, kaum muda dan
(Telegram, Putu Wijaya).

Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan novel tersebut adalah


sudut pandang .
A. orang pertama sebagai pelaku utama
B. orang pertama sebagai pelaku sampingan
C. orang ketiga sebagai pelaku sampingan
D. orang ketiga sebagai pelaku utama
E. pengarang serba tahu
50.

Simak kutipan di bawah ini.


Percakapan itu lancar, mengiringi gerak dan sentuhan bidan
yang pasti dan ahli memeriksa payudara pasien. Pernafasan, mata
tenggorokan. Kemudian mencuci tangan, mengenakan pelindung dari
akret.
Anaknya berapa, Bu?
Lima
Wah, sudah banyak! Mengikuti ka-be atau tidak?
Pasien itu tidak segera menyahut. Lalu berkata sambil
membuang pandang
Suami saya tidak mau
480

Euh! bidan mengeluarkan bunyi sesalan. Ya, dia sih enak saja!
Ibu yang cape!
Ditanya umur, rumah, nama anak-anaknya. Tiba-tiba bidan itu
memandangi wajah pasiennya lagi, seakan-akan mencari satu
pengenalan. Ya, benar! Pasien itu sudah pernah diperiksanya. Entah
berapa kali. Barangkali setiap beranak!
Alur dalam penggalan cerita di atas adalah . . .
A. maju
B. mandur
C. flashback
D. maju-mundur
E. melompat
51.

Bacalah kutipan cerpen berikut dengan seksama!


Seperti teman-temannya yang lain, sebenarnya Andi ingin sekali
memberi hadiah untuk Tommy, tetapi ia tidak enak hati meminta uang pada
ibunya. Apalagi, ibu hanya diam ketika ia menyodorkan undangan pesta
ulang tahun Tommy kemarin. Saat itu, ibu sedang duduk-duduk di beranda
sambil memandangi matahari yang mulai tenggelam. Diamnya ibu, pertanda
ibu belum punya uang untuk membeli hadiah. Andi sadar, sejak ayahnya
meninggal tiga tahun yang lalu, ia dan ibunya memang harus hidup hemat.
Ah masa iya aku tak bisa memberi hadiah untuk Tommy temanku?
gumam Andi seraya bangkit dari tempat tidur pembaringan. Ia beranjak
menuju meja belajarnya. Dimatikannya lampu tidurnya dan digantinya
dengan lampu belajar. Ia mengambil secarik kertas, pensil, dan spidol warnawarni. Tangannya mulai mencorat-coret. Kini, ada senyum menghiasi
bibirnya, Besok pagi, aku sudah punya hadiah untuk Tommy.

Pesan yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut, adalah.....


A. Kita harus menyesuaikan diri dimana pun berada
B. Pikir dulu sebelum bertindak, sesal kemudian tidak berguna
C. Tidak ada kata terlambat untuk memaafkan
D. Kita harus menghormati ibu yang telah melahirkan
E. Bersabarlah dengan siapapun!
52.

Bacalah kutipan naskah drama berikut dengan saksama!

Pak Darmo membagikan kertas lembaran itu, anak-anak pun membacanya


dan memahaminya. Lalu ia memeriksa tugas yang dikumpulkan tadi. Tibatiba bapak kepala sekolah datang dan masuk kedalam kelas.
Kepala Sekolah : Permisi Pak Darmo... Saya minta waktu sebentar.
Pak Darmo : Silahkan bapak kepala sekolah !!! Memang jam mengajar
saya juga sudah habis.

481

Kepala Sekolah : Anak-anak maaf bapak mengganggu kalian belajar.


Sebentar, bapak ke sini mau memanggil anak yang bernama
Lili. Yang bernama Lili acungkan tangan.
Lili
: (Mengancungkan Tangan) SAYA PAK !
Kepala Sekolah : Ikut keruang bapak sebentar ada yang bapak mau
bicarakan !
Lili
: Baik Pak.
Sampainya diruang Bapak Kepala Sekolah, Lili duduk tegang di handapan
bapak kepala sekolah.
Lili
: Ada apa ya pak sampai saya dipanggil ke ruang bapak ?
Kepala Sekolah : Begini, apa benar kamu sudah menunggak SPP 3 bulan ?
Lili
: Iya pak memang saya belum membayar uang SPP selama 3
bulan.
Kepala Sekolah : Kenapa ? kamu sampai menunggak 3 bulan apa
sebenarnya kamu di kasih uangnya sama orang tua kamu cuma
pakai ?
Lili
: Tidak pak memang saya belum dikasih uangnnya sama orang
tua saya karna orang tua saya belum punya uang.
Kepala Sekolah : Ya sudah, kalau begitu.... bapak sarankan kekamu
secepatnya kamu lunasi karena sebentar lagi kamu akan UAN.
Lili
: Baik pak. Secepatnya saya akan melunasinya.
Kepala Sekolah : Iya... Kembalilah kekelasmu!
Lili
: Terima kasih pak. Permisi !
(http://www.cokociki.com)

Alur yang diungkapkan dalam kutipan naskah drama tersebut adalah ....
A. flashback.
B. melompat.
C. mundur
D.maju.
E. Maju-mundur.
53.Simak penggalan dialog di bawah ini.
Heru

: Kegiatan dan aktivitasmu telah menodai makna reformasi, tahu?


Dengan berbendera perjuangan rakyat, atas nama kepentingan kaum
buruh, tetapi di dasar jiwamu kau berkhianat.

Kosim

:Ya, tuduhanmu memang benar. Sekarang sudah saatnya aku


menyerah. Hukumlah aku!

Penggalan naskah drama di atas mengandung pesan bahwa....

482

A.
B.
C.
D.
E.
54.

Hendaknya kita mengakui kesalahan secara


jujur apa pun akibatnya yang akan dialami dari kejujuran itu.
Reformasi
banyak
dinodai
oleh
para
pengkhianat bangsa.
Orang yang berkhianat harus dihukum sesuai
dengan kesalahan yang dilakukannya.
Para
aktivis
reformasi
tidak
boleh
mengatasnamakan rakyat kalau memang ia tidak tulus dalam
perjuangannya.
Pahlawan reformasi adalah pejuang yang gigih
membela perjuangan rakyat.
Simak penggalan teks drama di bawah ini.

Kardi
Anton
Kardi
Anton
Kardi
Anton
Rini
Anton
Kardi
Rini

: Lho, sabar-sabar, sabaar!


: Ayo, kau mesti ralat pernyataan itu!
: Begini, Ton, maksudku agar kau ....
: Tidak, aku tidak butuh perlindunganmu. Aku mesti digantung, bukan
kau!
: Begini, Ton maksudku, bahwa aku telah ....
: Sudah! Aku tahu, kau berlagak pahlawan agar orang-orang menaruh
perhatian kepadamu sehingga dengan demikian kau ....
: Anton, sabaaaar. Kau mau bunuh diri apa bagaimana?
: (membisu)
: (membisu)
: (membisu)

Tema yang terdapat dalam penggalan drama di atas adalah ....


A.
B.
C.
D.
E.

55.

pengendalian kesabaran Anton


pencabutan pernyataan Rini dan Kardi
pertentangan tentang gawatnya masalah
kecemburuan atas sikap kepahlawanan seseorang
ketidakpuasan atas kerja yang dilakukan

Simak teks di bawah ini.

Harsono : (marah)Apa maksudmu membela kuli itu, dan menyalahkan aku?

Citra
: Bukankah dia sudah meminta maaf?
Harsono : Orang seperti itu musti dihajar, supaya menggunakan matanya.
Lihat bajuku kotor karena tali tadi.
Citra
: (duduk kembali) Ah baju mas bisa dicuci lagi kapan saja! (Citra:
Usmar Ismail)
Latar penggalan drama di atas adalah....
A. di beranda rumah.
B. di sebuah rumah makan.
483

C. di kantor sebuah pabrik.


D. di kantor gubernur.
E. di jalan raya.
56.

Perhatikan teks pantun di bawah ini.


Ayam kinantan terbang mengekas
hinggap di ranting bilang-bilang
Melihat bunda pulang lekas
hatiku besar bukan kepalang

Pantun yang sejenis dengan pantun di atas terdapat pada .


A. Suji-suji daun delima
disuji anak Sutan Bantan
Kalau sudi minta terima
diharap jangan lupakan tuan

B. Gelang emas di atas peti


ambil lampu padam pelita
Alangkah puas rasanya hati
jika dapat bertentangan mata
C. Hanyut batang berlilit kumpai
terdampat di ujung Tanjung Jati
Bunda pulang bapa pun sampai
Kami semua berbesar hati
D. Dari Gresik ke Surabaya
Kapal siapa layarkan saya
Sudahlah nasib apakan daya
Pada siapa saya sesalkan
E. Rusa banyak di dalam rimba
kera pun banyak tengah berhimpun
Dosa banyak dalam dunia
segeralah kita minta ampun

57.

Simak sampiran pantun di bawah ini.

Dari Jepang ke bandar Cina


Singgah berlabuh di Singapura

Berdasarkan sampiran di atas, isi yang tepat untuk melengkapi pantun di


atas adalah .
484

A. Bunga yang kembang siapa punya


kami ingin memetiknya
B. Bunga itu kalau dipersunting
badan dan nyawa menanggungkan
C. Payahlah mata memandang bulan
bulan pabila akan jatuhnya?
D. Tuan sepantun langit tinggi
bolehkah berlindung di bawahnya?
E. Dari mata turun ke kata
Singgah kemudian dalam hati

58. Simak sampiran pantun di bawah ini.


Tanam lada di pohon temu
ambil benang di atas peti
.
.
Isi yang tepat dengan mempertimbangkan rima untuk melengkapi pantun di
atas adalah .
A. Masa pabila kita bertemu
siang malam saya pikirkan
B. Kapan kita kan bertemu
untuk jaga cita kita
C. Jelang hari yang berlalu
dalam petang tak terlihat
D. Kalau sudah kita bertemu
rasanya senang dalam hati
E. Siapa bilang ia tak cantik
Wajahnya adalah rembulan seri

59. Cermati kalimat-kalimat yang disusun secara acak di bawah ini.


(1) Seekor anjing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang Batak.
(2) Seekor kucing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor anjing.
(3) Si tikus kecil lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor kucing.
(4) Si orang Batak lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang polisi.
(5) Dan si polisi lari terbirit-birit ketakutan karena di buru OPSTIB.
(6) Alkisah pada suatu hari di suatu lorong sepi terlihat seorang nyonya
lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor tikus kecil.
Susunan paragraf yang baik adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

6,
6,
6,
6,
6,

2,
5,
3,
3,
1,

3,
4,
2,
2,
5,

4,
3,
1,
4,
2,

5,
2,
4,
1,
3,

1
1
5
5
4

485

60. Cermati penggalan teks di bawah ini.


Selanjutnya kakak-beradik itu segera menuju ke desa terdekat. Di
depan pintu gerbang desa mereka ditegur oleh penduduk setempat. Mereka
memberitahu bahwa untuk masuk ke desa mereka harus mengadu ayamnya
dengan ayam penduduk desa. Jika menang, akan mendapat harta, dan jika
kalah akan dijadikan budak. Namun jika tidak berani menerima tantangan
itu, mereka dipersilakan pergi dari desa itu.
Kata yang tepat untuk melengkapi bagian paragraf yang dirumpangkan di
atas adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

kampung, gerbang kota, kampung, kampung


desa, gerbang desa, desa, desa
wilayah, gapura, wilayah, desa
wilayah, depan wilayah, wilayah, wilayah
kampung, gerbang desa, kampung, desa

61. Simak penggalan dongeng di bawah ini.


Pada suatu hari terdengar berita bahwa Raja Puan
menyelenggarakan sayembara. Siapa dapat membelah batu besar
yang menghadang arus air bendungan, akan mendapat hadiah
istimewa. Hadiahnya adalah puteri raja, Dewi Nawang Wulan
namanya. Dijelaskan pula, arus Sungai Sawur di bendungan harus
dialirkan ke alun-alun untuk mengairi pohon pisang yang bertunas
kain batik agar pohon itu tidak tidak kering pada musim kemarau.
Mendengar sayembara itu, memohon kepada Mbok Rondho
agar dia didaftarkan sebagai peserta. Dengan berat hati, Mbok
Rondho memenuhi permintaan .
Tokoh yang tepat untuk melengkapi bagian dongeng yang dirumpangkan
adalah
A.
B.
C.
D.
E.

Joko
Joko
Joko
Joko
Joko

Tole
Waras
Bodo
Seger
Budug

486

62. Simak larik-larik puisi yang disusun secara acak di bawah ini.
(1) kunyanyikan lagu gembira sebagaimana padi itu
(2) ladang bumimu, kupanjatkan syukur dan
(3) atas padi yang engkau tumbuhkan dari sawah
(4) sendiri berterima kasih kepadamu dan bersukaria

Susunan yang logis atas larik-larik puisi di atas adalah .


A.
B.
C.
D.
E.

1,
4,
3,
1,
3,

2,
3,
2,
4,
1,

3,
2,
1,
3,
4,

4
1
4
2
2

63. Perhatikan rima yang terdapat pada kutipan puisi di bawah ini.
dedikasi, oh, dedikasi
di rumah diminumnya air kendi
ketujuh anaknya minta roti
diberinya kaspe beragi

baju dril si guru karni


dikayuhnya sepeda jengki
nafasnya bagimu negri
dedikasi, oh, dedikasi
rumahnya beratap
radio transistor pengganti
di senthong anaknya
Kata yang tepat untuk melengkapi bagian yang rumpang adalah .. .
A.
B.
C.
D.
E.

jerami, tivi, bernyanyi


genting, tivi, mati
tanah, hiburan, gembira
tembaga, mata, bahagia
jerami, gembira, bersuara

64. Simak penggalan teks drama di bawah ini.


Jati:
Inu:
Jati:

(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu)


Inu! Kauapakan mereka?
Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!
Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
487

Inu:
Jati:
Inu:
Jati:
Inu:
Jati:

Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)


Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis
duka. Di mana perasaanmu, Inu?
.
.
(Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata
menderita!
Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang
sesungguhnya, Inu!

Dialog yang tepat untuk melnegkapi bagian yang dirumpangkan adalah ... .
A. Inu
Jati
B. Inu
Jati
C. Inu
Jati
D. Inu
Jati
E. Inu
Jati

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Jati, apakah setiap tangis itu duka?


Tetapi mereka jelas tampak menderita!
Perasaanku biasa-biasa saja.
Kamu memang tidak punya perasaan.
Karena aku ingin tertawa.
Kamu hanya ingin menertawakan orang menangis?
Ya nggak di mana mana?
Aku serius, Inu. Kamu tega!
Perasaan ada dalam hati, dong.
Siapa yang tidak tahu?

65. Simak teks drama di bawah ini.

Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa.
Terdengar suara kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara
adzan.
Copet III
: Itu suara apa?
Copet II
: Suara orang adzan.
Copet I
: Apa? Suara orang edan?
Copet I
: Adzan, goblok!
Copet I
: Apa? ()
Copet II
: Adzan, tuli?
Copet I
: Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III
: Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang. Iya,
kan? Benar, kan?
Copet II
: Ho oh!
Copet I
: Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah itu. Kog
hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV
: Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I
: Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.

(Kecuk Ismadi CR)

488

Lakuan yang tepat untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan adalah


.
A.
B.
C.
D.
E.

Mendongakkan kepala
Mengeleng-gelengkan kepala
Memiling-milingkan kepala
Mengangguk-anggukkan kepala
Menundukkan kepala

66. Simak kalimat-kalimat sebuah cerpen yang susunan diacak di bawah ini.
(1) Tohir tampaknya tahu itu.
(2) Somad menoleh, lalu menerima gergaji.
(3) Wajahnya kusut, sedang memendam perasaan tertentu.
(4)Tohir memperhatikan Somad yang menggergaji kayu melintang di
salah satu dinding depan rumah petaknya.
(5) Tak ada keceriaan sama sekali.
(6) Wajah Somad lebih banyak ditekuk.
Susunan yang logis adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

1,
2,
2,
1,
6,

2,
4,
1,
2,
5,

3,
6,
4,
5,
4,

4,
5,
3,
6,
3,

5,
3,
6,
3,
2,

6
1
5
4
1

67. Simak penggalan cerpen di bawah ini.


Masih saja Somad menggerundel. Tidak jelas apa yang
didongkolkan Somad sore itu. Sesekali terdengar ia sedang berbicara
dengan kalimat-kalimat yang tidak jelas. Tangan kanannya memegang
beberapa lembar kardus yang masih tampak baru dan beberapa
lembar tripleks bekas, sementara tangan kirinya memegang tas. Ia
berjalan menuju ke salah satu rumah petak di .. Ia
melemparkan tas. Cekatan sekali, ia melepasi paku-paku pada kardus.
Latar yang tepat untuk melengkapi bagian teks yang dirumpangkan adalah
.
A.
B.
C.
D.
E.

kampung miskin
desa kecil
pinggir trotoar
dekat danau
tepi kali

68. Simak penggalan cerpen di bawah ini.


Pada sebuah telepon umum, seorang wanita berbicara dengan
wajah gelisah.
Katakanlah sekali lagi, kamu cinta padaku.

489

Mendengar kalimat itu, orang yang mengantre di belakangnya


memberengut, sambil melihat arlojinya. Pengalaman menunjukkan,
orang tidak bisa berbicara tentang cinta kurang dari 15 menit. Namun,
sungguh terlalu kalau wanita itu masih juga bertanya tentang cinta
setelah 30 menit. Apalagi sudah ada beberapa orang berdatangan ke
telepon umum itu, sambil sengaja mengecrek-ngecrekkan koin di
tangannya.
Kamu benar-benar cinta padaku? Sampai kapan?
( Sebuah Pertanyaan untuk Cinta karya Seno Gumira Ajidarma)
Karakter tokoh yang dibangun oleh penulis adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

wanita
wanita
wanita
wanita
wanita

yang gelisah dan kurang sabar


yang sabar dan dapat mengerti orang lain
muda yang cantik dan bijaksana
yang selalu gelisah dan takut
yang berani dan sangat tangguh

69. Bacalah dengan saksama isi kutipan novel berikut !


Matias dibawa dari hutan rimba Irian Jaya oleh seorang parasutis yang
jatuh tergantung di sebuah pohon yang tinggi. Dengan susah payah, ia
menyelamatkan diri. Ketika badannya sudah segar, ia pun berjalan kaki
mencari kawan-kawannya. Sebelum menemukan kawan-kawannya, ia
menemukan Matias, seorang laki-laki Irian Jaya yang sedang menderita sakit.
Matias ia obati sekadarnya dan syukurlah Matias sembuh. Celakanya ia tidak
bisa berbahasa Indonesia, tetapi Matias merupakan guide yang sangat bisa
dipercaya yang menyelamatkan parasutis itu dari marabahaya dan
menyebabkan ia dapat kembali dengan selamat ke Jakarta.
(Matias Akankari, Gerson
Poyk)
Kalimat kritik sastra yang tepat dari penggalan cerita novel di atas adalah
A. Kata sapaan yang digunakan yakni ia sangat tepat dalam menjelaskan
tokoh-tokohnya. Istilah parasutis tidak tepat penggunaanya dalam kalimat
cerita dibangun di atas.
B. Jelasnya peran tokoh Matias dalam cerita tersebut sebagai guide yang
sangat bisa dipercaya. Hal itu membuat Matias memiliki posisi penting
dalam cerita yang dibangun dan disajikan.
C. Tokoh Matias sebagai orang pedalaman tahu betul cara meloloskan diri dari
hutan dan bisa mengantar sampai Jakarta. Ia memiliki kelebihan untuk
dapat melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi.
D. Tokoh Matias sangat tidak jelas. Ini adalah contoh karakter yang konyol
dalam sebuah cerita. Seharusnya penulis mempertimbangkan hal itu agar
ceritanya menjadi masuk akal dan baik.

490

E. Kurangnya penjelasan yang akurat dari peran tokoh Matias dalam


menyelamatkan parasutis dari marabahaya sehingga terkesan justru
parasutislah yang menyelamatkan Matias.
70. Bacalah dengan saksama isi kutipan cerpen berikut !
Bagaimana Saudara-saudara?! Apakah kita siap memasuki
rumah rakyat ini?! (1)
Siaa..aap!! Pandangan Sandy beralih ke barisan polisi yang setia
mengawasi semua tingkah polah kami (2). Dengan sopan, Sandy
mengarahkan megaphone kea rah deretan bapak-bapak yang
berseragam coklat (3).
Bagaimana, Bapak-bapak polisi? Apakah kami diizinkan masuk ke
gedung ini? Tak ada jawaban (4). Hanya tatap mata mereka yang
tajam dari balik helm hitam mereka (5).
(Bendera Setengah Tiang karya Retno
Wi)
Kalimat kritik yang santun atas peristiwa yang tidak masuk akal dalam
kutipan cerpen di atas adalah
A. Kalimat pada nomor lima kurang logis dalam menggambarkan tatapan
para polisi.
B. Kalimat nomor satu yang dimaksud rumah rakyat tidak jelas
pengertiannya serta membingungkan.
C. Kesopanan Sandy dalam memberikan Megaphone tidak mewakili
semangat demonstrasi
D. Seharusnya pada nomor satu kata-kata Saudara-saudara diganti Temanteman seperjuangan.
E. Kalimat nomor empat sangat tidak jelas, dan hal itu memunculkan
keurangjelasan cerita yang dibangun.
Untuk mengerjakan soal no 7174, bacalah KD 9.1!
KD 9.1 :
Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang
tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara
71. Indikator yang tepat untuk KD tersebut adalah
A. (1) Mampu menangkap pemikiran, pendapat, dan gagasan yang
dikemukakan narasumber; (2) Mampu menuliskan pemikiran yang
diperoleh dari narasumber ke dalam beberapa kalimat singkat; (3)
Mampu menyimpulkan pemikiran, pendapat, dan gagasan
narasumber.
B. (1) Mampu mendata pemikiran, pendapat, dan gagasan yang dikemukakan Narasumber; (2) Mampu menuliskan informasi yang
diperoleh dari wawancara yang didengarkan ke dalam beberapa

491

kalimat singkat; (3) Mampu menyimpulkan pemikiran, pendapat, dan


gagasan narasumber.
C. (1) Mampu menyimpulkan pendapat dan gagasan yang dikemukakan narasumber; (2) Mampu menuliskan informasi yang diperoleh
dari wawancara yang didengarkan ke dalam beberapa kalimat
singkat.
D. (1) Mampu mendata beberapa pemikiran, pendapat, dan gagas-an
yang dikemukakan Narasumber: (2) Mampu menuliskan informasi
yang diperoleh dari wawancara yang didengarkan ke dalam beberapa kalimat singkat.
E. (1) Mampu menuliskan informasi yang diperoleh dari wawancara
yang didengarkan ke dalam beberapa kalimat singkat; (2) Mampu
menyimpulkan pemikiran, pendapat, dan gagasan narasumber.
72. Rancangan materi pembelajaran yang tepat untuk KD tersebut adalah
.
A. penyimpulan pikiran dalam wawancara
B. penyimpulan pendapat dalam wawancara
C. penyimpulan gagasan dalam wawancara.
D. pikiran, pendapat, dan gagasan dalam wawancara
E. penyimpulan pikiran, pendapat, dan gagasan dalam wawancara.
73. KD: Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang
tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara.
Rancangan pembelajaran:
1) Mendengarkan wawancara narasumber atau rekaman wawancara.
2) Mendata pikiran, pendapat, dan gagasan
yang dikemukakan
narasumber.
3) Mendiskusikan ketepatan data pikiran, pendapat, gagasan yang
dikemukakan narasumber.
4) Menyimpulkan
pikiran,
pendapat,
dan
gagasan
seorang
tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara.
Media yang tepat untuk KD dan rancangan pembelajaran tersebut adalah
.
A. foto narasumber dalam diskusi kelompok
B. profil para narasumber berdebat
C. rekaman suasana dialog santai antartokoh
D. rekaman audiovisual suasana wawancara
492

E. pamflet acara seminar tingkat nasional


74.

Jenis evaluasi pembelajaran untuk KD tersebut adalah .


A. tes tulis
B. portofolio
C. projek
D. produk
E. sikap

75. KD: 2.3 Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan
ekspresi yang tepat.
Situasi penilaian : Penilaian dilakukan dengan uji petik kinerja. Beberasa
siswa bergantian bercerita pengalamannya yang
berkesan; siswa lain mengamati, mencermati pilihan
kata dan ekspresi bercerita temannya yang sedang
bercerita untuk mengambil inspirasi dari cara bercerita
kawan tersebut. Siswa yang tidak bercerita tidak
memberikan penilaian atas cara bercerita temannya.
Penilaian diberikan oleh guru dengan memperhatikan
pilihan kata dan ekspresi cara berceritanya.
Rumusan instruksi yang TIDAK sesuai dengan prinsip pembelajaran BI
yang mendidik untuk KD dan situasi penilaian tersebut adalah .
A. Identifikasikan pengalaman berolahraga kalian yang mengesankan
yang pernah kalian alami sendiri maupun bersama teman menjadi
sub-subtopik.
B. Pilih salah satu subtopik dengan cara menulis ulang subtopik
tersebut. Beri alasan mengapa kalian memilih subtopik tersebut!
C. Selanjutnya kembangkan sub-subtopik tersebut menjadi kerangka
cerita.
D. Selanjutnya, ceritakan secara lisan pengalaman tersebut dengan
menggunakan pilihan kata dan ekspresi yang tepat.
E. Sebutkan dan jelaskan aspek apa saja yang perlu dinilai dalam
mengomentari seseorang yang sedang bercerita tentang
pengalaman berolahraga.
Untuk mengerjakan soal no 7678, bacalah KD 10.1!
KD
: 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan
pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan
Materi yang sesuai dengan KD tersebut adalah .
A. penyampaian pendapat dalam diskusi
B. penyampaian persetujuan
C. etika sanggahan
D. cara santun menolak pendapat.
E. persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat.

493

77. KD: 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan


pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan.
Metode: Pembelajaran Kontestual (CTL)
Langkah pembelajaran:
(1)Mendengarkan model diskusi, kemudian membahas mekanisme
berdiskusi yang baik.
(2)Mendiskusikan etika menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan
penolakan pendapat dalam diskusi.
(3)Praktik menyampaikan persetujuan dalam diskusi.
(4)Praktik menyampaikan sanggahan dalam diskusi disertai dengan
bukti atau alasan.
(5)Praktik menyampaikan penolakan pendapat dalam diskusi disertai
dengan bukti atau alasan.
Perbaikan terhadap langkah pembelajaran agar lebih sesuai dengan KD
dan metode tersebut adalah .
A. Kata mendengarkan pada langkah (1) diganti dengan
mengamati.
B. Kata mendiskusikan pada langkah (2) doiganti dengan praktik
C. Kata praktik pada langkah (3) diganti dengan bertanya jawab.
D. Kata praktik pada langkah (4) diganti dengan membahas.
E. Kata penyampaian pada langkah (5) diganti belajar.
Jenis tes yang sesuai dengan KD tersebut adalah .
A. tes tulis
B. portofolio
C. performansi
D. produk
E. sikap
Untuk mengerjakan soal no 7981, bacalah KD 11.1!
KD
: 11. 1 Menemukan masalah utama dari berbagai berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.
79. Indikator yang sesuai dengan KD tersebut adalah .
A. menemukan sumber informasi, yaitu tokoh, tempat, dan waktu
B. membaca bersungguh-sunguh untuk menjawab pertanyaan
adiksimba
C. menemukan masalah utama dari tiap-tiap berita yang dibaca secara
sepintas
D. menemukan kesamaan informasi melalui membandingkan beberapa
berita
E. membaca bersuara untuk membantu pemahaman membaca
pemahaman

494

A.
B.
C.
D.
E.

80. Metode yang TIDAK sesuai untuk membelajarkan KD tersebut


adalah ..
kooperatif
jigsaw
ceramah
demonstrasi
kuantum
81. Konteks pelaksanaan pembelajaran:
Pada tahap awal siswa diajak menonton rekaman audiovisual praktik
berdiskusi. Tiga aktivitas berdiskusi utama dipumpunkan, yaitu cara
menyetujuai, cara menyanggah, dan cara menolak pendapat. Setelah itu,
didiskusikan berbagai cara berpendapat tersebut di kelas dengan
dipandu guru. Berikutnya, siswa berlatih berpendapat. Diawali berlatih
menyetujui, kemudian berlatih menyanggah, dan berlatih menolak
pendapat.
Media yang tepat untuk KD tersebut adalah
A. powerpoint jenis-jenis diskusi
B. powerpoint berpendapat dalam diskusi
C. slide berbagai teknik berdiskusi
D. media audio visual praktik berdiskusi
E. media audio praktik berdiskusi
82. Rumusan indikator yang baik untuk kompetensi dasar menulis adalah
A. Siswa mampu memahami surat lamaran
B. Menyusun kerangka karangan deskriptif
C. Melalui kegiatan bermain drama, siswa mampu menulis skenario drama yang
baik.
D. Kemampuan menyusun kalimat aktif-pasif
E. Siswa terampil menyusun kalimat menjadi sebuh paragraph yang utuh.

83. Berikut ini, materi yang tidak relevan dengan kompetensi dasar menulis,
adalah:
A. jenis-jenis karangan
B. Teknik memahami isi cerpen
C. Langkah-langkah menyusun paragraf
D. Menentukan kalimat topik
E. Rancangan skenario drama
84. Menulis pokok-pokok pengalaman pribadi yang terjadi sehari sebelumnya secara
sistematis dan runtut, merupakan aktivitas siswa yang cocok untuk menerapkan
salah stu metode pembeljaran menulis.
Kompetensi dasar yang sesuai dengan metode pembelajaran di atas adalah
A. Menulis surat lamaran pekerjaan
495

B.
C.
D.
E.

Menulis Teks Berita


Penulisan catatan harian/pengalaman pribadi
Penulisan surat pribadi
Menulis Pesan Singkat

85. Jenis media visual yang cocok untuk pembelajaran menulis dengan KD
menulis surat lamaran adalah:
A.
B.
C.
D.
E.

grafik,
diagram
chart
bagan
format (model)

86. Guru merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat.
Pada awal pembelajaran, guru merupakan pemberi informasi dan
pendemonstrasi yang aktif dan mengharapkan siswa menjadi pendengar aktif
dan baik.

Metode pembelajaran yang cocok dengan konteks pembelajaran di atas,


adalah
A.
B.
C.
D.
E.

Model
Model
Model
Model
Model

pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran

langsung
Kuantum
Jigsaw
Kontekstual
Inkuiri

Untuk mengerjakan soal nomor 13 perhatikan kutipan KD 5.1 berikut!


KD : 5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan
secara langsung ataupun melalui rekaman.
87.

Materi yang tepat untuk KD tersebut adalah...


A. rekaman unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata konotasi,
kata bermajas
B. pembacaan langsung unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata
konotasi, kata bermajas
C. identitas unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata konotasi,
kata bermajas
D. pengidentifikasian unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata
konotasi, kata bermajas
E. perekaman unsur bentuk puisi atau pembacaan langsung majas,
irama, kata-kata konotasi, kata bermajas

88.

Teknik evaluasi yang tepat untuk KD tersebut adalah


A. tes tulis
B. kinerja
496

C. projek
D. produk
E. portofolio
89. Bentuk instrumen yang tepat untuk mengukur keberhasilan KD
tersebut adalah .
A. pilihan ganda
B. menjodohkan
C. uraian singkat
D. daftar cek
E. inventori
Untuk mengerjakan soal nomor 47 bacalah KD 6.2!
KD: 6.2 Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi
90.

Materi untuk pembelajaran sastra dengan KD tersebut adalah


A. penemuan nilai budaya, nilai moral, dan nilai agama dalam cerpen
B. penemuan nilai-nilai sastra yang berkembang di masyarakat
C. nilai budaya, nilai moral, nilai agama, dan nilai politik
D. naskah cerpen yang sesuai dengan perkembangan siswa
E. naskah cerpen yang sesuai dengan nilai dan etika bangsa

91.

Rancangan pembelajaran yang sesuai dengan KD tersebut adalah


A. (1) membaca cerita pendek
(2) mendiskusikan bentukim cerita pendek
(3) menemukan nilai-nilai di dalamnya
B. 1) mendiskusikan unsur instrinsik cerita pendek
(2) mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi

C. 1) mendiskusikan unsur instrinsik cerita pendek


(2) mendiskusikan unsur ekstrinsik cerpen
(3)
melaporkan hasil diskusi
D. (1) membaca ekstensif cerita pendek
(2) mendiskusikan unsur instrinsik dan ekstrinsik cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi
E. 1) membaca intensif cerita pendek
(2) mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi
92.

Media pembelajaran yang tepat untuk KD tersebut adalah .


A. powerpoint yang berisi penokohan dan nilai-nilai yang berkembang
di masyarakat

497

B. powerpoint yang berisi unsur latar waktu dan tempat serta unsur
ekstrinsik instrinsik cerpen
C. powerpoint yang berisi proses kreatif dan nilai yang dianut
pengarang serta nilai yang berkembang di masyarakat
D. powerpoint yang berisi unsur ekstrinsik dan nilai-nilai yang
berkembang di masyarakat
E. powerpoint yang berisi kutipan teks dalam cerpen yang
mengandung nilai yang berkembang di masyarakat
93. Berikut disajikan kriteria penilaian untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam mengidentifikasi nilai budaya, moral, agama, dan politik.
No

Aspek

nilai budaya

nilai moral

nilai agama

nailai politik

3
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Siswa menemukan tiga
nilai benar

Kriteria
2
Siswa menemukan
dua nilai benar
Siswa menemukan
dua nilai benar
Siswa menemukan
dua nilai benar
Siswa menemukan
dua nilai benar

1
Siswa menemukan
satu nilai benar
Siswa menemukan
satu nilai benar
Siswa menemukan
satu nilai benar
Siswa menemukan
satu nilai benar

Bagaimanakah ketepatan kriteria penilaian tersebut?


A. Kriteria terlalu kuantitatif, kurang memperhatikan kualitas
pengidentifikasian aspek nilai budaya oleh siswa.
B. Kriteria sudah cukup memperhatikan kualitas pengidentifikasian
nilai budaya siswa dan cukup praktis.
C. Lebih baik jika pada aspek dan kriteria disajikan ketepatan
pengutipan nilai tertentu.
D. Lebih baik jika pada kriteria disajikan ketepatan menemukan teks
yang mengandung nilai tertentu.
E. Lebih baik jika pada aspek disajikan ketepatan menemukan teks
yang mengandung nilai tertentu.
Untuk mengerjakan soal nomor 810, bacalah KD 15.1.
KD: 15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara,
mimik, kinestik sesuai dengan isi puisi.
94.

Sumber belajar yang tepat untuk KD tersebut, KECUALI


A. puisi-puisi indah
B. buku-buku kumpulan puisi
C. rekaman audio cara membaca puisi
D. rekaman audiovisual cara membaca puisi
E. teori-teori membaca puisi

498

95.

Materi yang tepat untuk KD tersebut adalah


A. kumpulan puisi indah
B. puisi remaja
C. puisi dewasa
D. teori puisi
E. pembacaan indah puisi

96. KD 15.2 : Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam


buku cerita anak baik asli maupun terjemahan
Materi yang tepat untuk KD di atas adalah .
A. Realitas kehidupan guru
B. Realitas kehidupan anak
C. Buku cerita anak
D. Dongeng yang dilisankan guru
E. Buku pegangan anak
97.

Indikator:
Mampu menentukan pokok-pokok dongeng.
Mampu menulis dongeng berdasarkan urutan pokok-pokok dongeng.
Indikator tersebut merupakan rincian dari KD berikut.
A. Menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah
dibaca atau didengar.
B. Menulis kembali dengan bahasa sendiri cerita yang pernah didengar
C. Menulis dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau
didengar.
D. Menulis dengan bahasa sendiri cerita lama yang pernah dibaca
atau didengar.
E. Menulis kreatif cerita rakyat yang didengar dengan mengutamakan
keaslian ide.
F. Menulis kreatif dengan bahasa sendiri kisah yang pernah dibaca.

Untuk mengerjakan soal nomor 1113, bacalah KD 8.1!


KD: 8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat pantun.
Langkah pokok:
(1)Berdiskusi untuk menentukan syarat-syarat pantun-2
(2)Membaca contoh-contoh pantun -1
(3)Menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun4
(4)Menyunting pantun sendiri sesuai dengan syarat-syarat pantun 5
(5)Menulis materi/bahan konteks pantun-3

499

98. Urutan rancangan pembelajaran yang logis untuk KD tersebut adalah


.
A. (1), (2), (4), (5), dan (3)
B. (2), (1), (5), (3), dan (4)
C. (3), (2), (4), (1), dan (5)
D. (4), (3), (5), (1), dan (2)
E. (5), (1), (3), (2), dan (4)
99.

Media yang tepat untuk KD tersebut adalah


A. Powerpoint yang berisi materi pantun dan syarat-syaratnya
B. Powerpoint yang berisi perkembangan puisi lama
C. Powerpoint yang berisi syarat pantun dan bagaimana menulisnya
D. Buku materi yang berisi tentang sejarah perkembangan pantun
E. Buku materi yang berisi tentang contoh-contoh pantun

100.
Disajikan tabel penilaian dengan KD menulis sastra
Alat penilaian yang kurang tepat untuk KD tersebut adalah .
A. Uraian
B. Isian singkat
C. Daftar cek
D. Skala penilaian
E. Pilihan ganda

===TIM===

KUNCI JAWABAN TES TULIS BAHASA INDONESIA


No.

Kunci

No.

Kunci

No.

Kunci

No.

1
2

D
B

26
27

D
E

51
52

D
D

76
77

Kunc
i
A
A
500

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

B
C
A
C
D
B
C
E
C
E
D
B
A
D
C
A
D
E
B
B
A
C
C

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

C
B
C
E
E
C
E
C
A
A
B
B
C
B
C
B
A
C
D
A
B
E
A

53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75

A
A
C
C
A
D
C
B
E
C
A
A
C
B
E
A
E
A
B
E
D
A
E

78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100

C
D
C
D
B
B
C
E
A
D
B
D
A
E
E
D
A
E
C
A
B
C
E

LAMPIRAN:
Klasifikasi Kata Kerja Operasional Sesuai dengan Tingkat Berpikir
Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval)
1. Menjelaskan (describe)
2. Memanggil kembali (recall)
3. Menyelesaikan/
menyempurnakan (complete)
4. Mendaftarkan (list)

5.
6.
7.
8.
9.

Mendefinisikan (define)
Menghitung (count)
Mengidentifikasi (identify)
Menceritakan (recite)
Menamakan (name)

10.
11.

Memproses (processing):

501

1.
2.
3.
4.
5.

Mengsintesisikan (synthesize)
Mengelompokkan (group)
Menjelaskan (explain)
Mengorganisasikan (organize)
Meneliti/melakukan eksperimen
(experiment)
6. Membuat
analog
(make
analogies)
7. Mengurutkan (sequence)
15.
16. Menerapkan dan Mengevaluasi
1. Menerapkan suatu prinsip
(applying a principle)
2. Membuat model (model
building)
3. Mengevaluasi (evaluating)
4. Merencanakan (planning)
5. Memperhitungkan /
meramalkan kemungkinan
(extrapolating)
6. Meramalkan (predicting)
7. Menduga / Mengemukan
pendapat / mengambil
kesimpulan (inferring)

8. Mengkategorisasikan
(categorize)
9. Menganalisis (analyze)
10. Membandingkan (compare)
11. Mengklasifikasi (classify)
12. Menghubungkan (relate)
13. Membedakan (distinguish)
14. Menyatakan
sebab-sebab
(state causality)
8. Meramalkan kejadian alam
/sesuatu (forecasting)
9. Menggeneralisasikan
(generalizing)
10. Mempertimbangkan
/memikirkan kemungkinankemungkinan(speculating)
11. Membayangkan
/mengkhayalkan (Imagining)
12. Merancang (designing)
13. Menciptakan (creating)
14. Menduga /membuat
dugaan/kesimpulan awal
(hypothezing)

15.

502

16.

Kata Kerja Operasional sesuai


dengan Karakteristik Obyek
17.
(Matapelajaran)

1. Perilaku yang Kreatif


a. Mengubah (alter)
n. Menamakan kembali
b. Menanyakan (ask)
(rename)
c. Mengubah (change)
o. Menyusun kembali (reorder)
d. Merancang (design)
p. Mengorganisasikan kembali
e. Menggeneralisasikan
(reorganize)
(generalize)
q. Mengungkapkan kembali
f. Memodifikasi (modify)
(rephrase)
g. Menguraikan dengan katar. Menyatakan kembali
kata sendiri (paraphrase)
(restate)
h. Meramalkan (predict)
s. Menyusun kembali
i. Menanyakan (question)
(restructure)
j. Menyusun
kembali
t. Menceritakan kembali (retell)
(rearrange)
u. Menuliskan kembali (rewrite)
k. Mengkombinasikan kembali
v. Menyederhanakan (simplify)
(recombine)
w. Mengsintesis (synthesize)
l. Mengkonstruk kembali
x. Mengsistematiskan
(reconstruct)
(systematize)
m. Mengelompokkan kembali
(regroup)
y.
2. Perilaku-perilaku Kompleks, Masuk Akal, dan bisa mengambil
/pertimbangan /keputusan (complex, logical, judgmental
behaviors)
a. Menganalisis (analyze)
m. Mencari /menjelajah
b. Menghargai (appraise)
(discover)
c. Menilai (assess)
n. Mengevaluasi (evaluate)
d. Mengkombinasikan
o. Merumuskan (formulate)
(combine)
p. Membangkitkan/menghasilk
e. Membandingkan (compare)
an /menyebabkan
f. Menyimpulkan (conclude)
(generate)
g. Mengkontraskan (contrast)
q. Membujuk/menyebabkan
h. Mengkritik (critize)
(induce)
i. Menarik kesimpulan
r. Menduga/Mengemukan
(deduce)
pendapat/mengambil
j. Membela/mempertahankan
kesimpulan (infer)
(defend)
s. Merencanakan (plan)
k. Menunjukkan / menandakan
t. Menyusun (structure)
(designate)
u. Menggantikan (substitute)
l. Menentukan (determine)
v. Menyarankan (suggest)
503

w.
x.
y.
3. Perilaku-perilaku yang Membedakan-bedakan secara umum
(General Discrimination behaviors)
a. Memilih (choose)
i. Mengidentifikasi (identify)
b. Mengumpulkan (collect)
j. Mengindikasi (indicate)
c. Mendefinisikan (define)
k. Mengisolasi (isolate)
d. Menjelaskan sesuatu
l. Mendaftarkan (list)
m. Memadukan (match)
(describe)
n. Meniadakan (omit)
e. Mendeteksi (detect)
o. Mengurutkan (order)
f. Membedakan antara 2
p. Mengambil (pick)
macam (differentiate)
q. Menempatkan (place)
g. Membedakan/Memilih-milih
r. Menunjuk (point)
(discriminate)
s. Memilih (select)
h. Membedakan sesuatu
t. Memisahkan (separate)
(distinguish)
u.
4. Perilaku-perilaku Sosial
a. Menerima (accept)
o. Memaafkan (excuse)
b. Mengakui/menerima sesuatu
p. Memaafkan (forgive)
q. Menyambut/ menyalami
(admit)
c. Menyetujui (agree)
(greet)
d. Membantu (aid)
r. Menolong/membantu (help)
e. Membolehkan/menyediakan/
s. Berinteraksi/melakukan
memberikan (allow)
interaksi (interact)
f. Menjawab (answer)
t. Mengundang (invite)
g. Menjawab/mengemukakan
u. Menggabung (joint)
v. Menertawakan (laugh)
pendapat dengan alasanw. Menemukan (meet)
alasan (argue)
x. Berperanserta (participate)
h. Mengkomunikasikan
y. Mengizinkan/membolehkan
(communicate)
(permit)
i. Memberi pujian/
z. Memuji-muji (praise)
mengucapkan selamat
aa.
Bereaksi (react)
(compliment)
ab.
Menjawab/menyahut
j. Menyumbang (contribute)
(reply)
k. Bekerjasama (cooperate)
ac.Tersenyum (smile)
l. Berdansa (dance)
ad.
Berbicara (talk)
m. Menolak /menidaksetujui
ae.
Berterimakasih (thank)
(disagree)
af. Berkunjung (visit)
n. Mendiskusikan (discuss)
ag.
Bersukarela (volunteer)
aa.
ab.
5. Perilaku-perilaku berbahasa
504

ac.a.

an.

l.

Menyingkat/memendekkan
(abbreviate)
ad.
b.
Memberi tekanan
pada sesuatu /menekankan
(accent)
ae.
c.
Mengabjad/menyusun
menurut abjad (alphabetize)
af. d.
Mengartikulasikan/
mengucapkan kata-kata
dengan jelas (articulate)
ag.
e.
Memanggil (call)
ah.
f.
Menulis dengan
huruf besar (capitalize)
ai. g.
Menyunting (edit)
aj. h.
Menghubungkan
dengan garis penghubung
(hyphenate)
ak.
i.
Memasukkan
(beberapa spasi)
/melekukkan (indent)
al. j.
Menguraikan /
memperlihatkan garis
bentuk/ menggambar denah
atau peta (outline)
am.
k.
Mencetak (print)

Mengucapkan/melafalkan/
menyatakan (pronounce)
ao.
m.
Memberi atau
membubuhkan tanda baca
(punctuate)
ap.
n.
Membaca (read)
aq.
o.
Mendeklamasikan/
membawakan/menceritakan
(recite)
ar. p.
Mengatakan (say)
as.q.
Menandakan (sign)
at. r.
Berbicara (speak)
au.
s.
Mengeja (spell)
av.t.
Menyatakan (state)
aw.
u.
Menyimpulkan
(summarize)
ax.
v.
Membagi atas
suku-suku kata (syllabicate)
ay. w.
Menceritakan (tell)
az.x.
Menerjemahkan
(translate)
ba.
y.
Mengungkapkan
dengan kata-kata (verbalize)
bb.
z.
Membisikkan
(whisper)
bc.
aa. Menulis (write)

bd.
be.
6. Perilaku-perilaku Musik
bf. a.
Meniup (blow)
bg.
b.
Menundukkan
kepala (bow)
bh.
c.
Bertepuk (clap)
bi. d.
Menggubah /menyusun
(compose)
bj. e.
Menyentuh (finger)
bk.
f.

Memadankan/berpadanan
(harmonize)
bl. g.
Menyanyi
kecil/bersenandung (hum)
bm.
h.
Membisu (mute)
bn.
i.
Memainkan (play)
bo.
j.
Memetik (misal
gitar) (pluck)
505

bp.
k.
(practice)
bq.
l.

Mempraktikkan
Menyanyi (sing)

bu.
bv.
bw.
bx.
7. Perilaku-perilaku Fisik
by.a.
Melengkungkan (arch)
bz.b.
Memukul (bat)
ca.c.
Menekuk/melipat/
membengkokkan (bend)
cb.
d.
Mengangkat/membawa
(carry)
cc.e.
Menangkap (catch)
cd.
f.
Mengejar/memburu
(chase)
ce.g.
Memanjat (climb)
cf. h.
Menghadap (face)
cg.
i.
Mengapung
(float)
ch.
j.
Merebut/menangkap/
mengambil (grab)
ci. k.
Merenggut/memegang/
menyambar/merebut (grasp)
cj. l.
Memegang erat-erat
(grip)
ck.m.
Memukul/menabrak
(hit)
cl. n.
Melompat/meloncat
(hop)
cm.
o.
Melompat (jump)
cn.
p.
Menendang (kick)
dg.
8. Perilaku-perilaku Seni
dh. a. Memasang (assemble)

br. m.
Memetik/mengetukngetuk (strum)
bs.n.
Mengetuk (tap)
bt. o.
Bersiul (whistle)

co.q.
cp.

Mengetuk (knock)
r.
Mengangkat/mencabut

(lift)
cq.
cr. t.

s.

Berbaris (march)

Melempar/memasangkan/
memancangkan/menggantun
gkan (pitch)
cs. u.
Menarik (pull)
ct. v.
Mendorong (push)
cu.
w.
Berlari (run)
cv. x.
Mengocok (shake)
cw.
y.
Bermain ski (ski)
cx.z.
Meloncat (skip)
cy. aa. Berjungkirbalik
(somersault)
cz. ab. Berdiri (stand)
da.
ac. Melangkah (step)
db.
ad.Melonggarkan/mere
ntangkan (stretch)
dc.
ae. Berenang (swim)
dd.
af.
Melempar (throw)
de.
ag.
Melambungkan/melontarkan
(toss)
df. ah.Berjalan (walk)

di. b. Mencampur (blend)


506

dj. c. Menyisir/menyikat (brush)


dk. d. Membangun (build)
dl. e. Mengukir (carve)
dm. f. Mewarnai (color)
dn. g. Mengkonstruk/
membangun(construct)
do. h. Memotong (cut)
dp. i. Mengoles (dab)
dq. j. Menerangkan(dot)
dr. k. Menggambar (draw)
ds.l. Mengulang-ulang/melatih
(drill)
dt. m. Melipat (fold)
du. n. Membentuk (form)
dv.o. Menggetarkan/memasang
(frame)
dw. p. Memalu (hammer)
dx. q. Menangani (handle)
dy.r. Menggambarkan
(illustrate)
dz.s. Mencair (melt)
ea. t. Mencampur (mix)
eb. u. Memaku (nail)
ec.v. Mengecat (paint)
ed. w.
Melekatkan/menempelkan/
merekatkan (paste)
ee. x. Menepuk (pat)
ef. y. Menggosok (polish)
ey.
9. Perilaku-perilaku Drama
a. Berakting/berperilaku (act)
b. Menjabat/mendekap/
menggengam (clasp)
c. Menyeberang/melintasi/
berselisih (cross)
d. Menunjukkan/mengatur/
menyutradarai (direct)
e. Memajangkan (display)
f. Memancarkan (emit)

eg. z. Menuangkan (pour)


eh. aa.
Menekan (press)
ei. ab. Menggulung (roll)
ej. ac.Menggosok/ menyeka(rub)
ek. ad.Menggergaji (saw)
el. ae. Memahat (sculpt)
em. af.
Menyampaikan/melempar
(send)
en. ag. Mengocok (shake)
eo. ah.
Membuat sketsa
(sketch)
ep. ai. Menghaluskan
(smooth)
eq. aj.
Mengecap/menunjukkan
(stamp)
er. ak. Melengketkan (stick)
es.al. Mengaduk (stir)
et. am.Meniru/menjiplak (trace)
eu. an.
Menghias/memangkas
(trim)
ev.ao. Merengas/memvernis
(varnish)
ew. ap.
Menyeka/menghapuskan/
membersihkan (wipe)
ex. aq. Membungkus (wrap)

g. Memasukkan (enter)
h. Mengeluarkan (exit)
i. Mengekspresikan (express)
j. Meniru (imitate)
k. Meninggalkan (leave)
l. Menggerakkan (move)
m. Berpantomim/Meniru gerak
tanpa suara (pantomime)

507

n. Menyampaikan/menyuguhka
n/
mengulurkan/melewati(pass)
o. Memainkan/melakukan
(perform)
p. Meneruskan/memulai/beralih
(proceed)
u.
10.
v.
w.
x.

Perilaku-perilaku Matematika
a.
Menambah (add)
b.
Membagi dua (bisect)
c.

Menghitung/mengkalkulasi
(calculate)
y. d.
Mencek/meneliti
(check)
z. e.
Membatasi
(circumscribe)
aa.
f.
Menghitung/mengkomputasi
(compute)
ab.
g.
Menghitung
(count)
ac.h.
Memperbanyak
(cumulate)
ad.
i.
Mengambil dari
(derive)
ae.
j.
Membagi (divide)
af. k.
Memperkirakan
(estimate)
ag.
l.
Menyarikan/menyimpulkan
(extract)
ah.
m.
Memperhitungkan
(extrapolate)
ai. n.
Membuat grafik (graph)

q. Menanggapi/menjawab/
menyahut (respond)
r. Memperlihatkan/Menunjukka
n (show)
s. Mendudukkan (sit)
t. Membalik/memutar/
mengarahkan/mengubah/
membelokkan (turn)

aj. o.
Mengelompokkan
(group)
ak.
p.Memadukan/mengint
egrasikan (integrate)
al. q.
Menyisipkan/menambah
(interpolate)
am.
r.
Mengukur
(measure)
an.
s.
Mengalikan/memperbanyak
(multiply)
ao.
t.
Menomorkan
(number)
ap.
u.
Membuat peta
(plot)
aq.
v.
Membuktikan
(prove)
ar. w.
Mengurangi (reduce)
as.x.
Memecahkan (solve)
at. y.
Mengkuadratkan(square)
au.
z.
Mengurangi
(substract)
av.aa. Menjumlahkan (sum)
aw.
ab. Mentabulasi
(tabulate)
ax.
ac. Mentally (tally)
508

ay.
ad
.
Me
m
ve
az.
11. Perilaku-perilaku Sains
ba.
a.
Menjajarkan
(align)
bb.
b.
Menerapkan
(apply)
bc.
c.
Melampirkan
(attach)
bd.
d.
Menyeimbangkan
(balance)
be.
e.
Mengkalibrasi
(calibrate)
bf. f.
Melaksanakan
(conduct)
bg.
g.
Menghubungkan
(connect)
bh.
h.
Mengganti
(convert)
bi. i.
Mengurangi (decrease)
bj. j.
Mempertunjukkan/
memperlihatkan
(demonstrate)
bk.
k.
Membedah
(dissect)
bl. l.
Memberi makan (feed)
bm.
m.
Menumbuhkan
(grow)
bn.
n.
Menambahkan/meningkatkan
(increase)
bo.
o.

rifi
ka
si
(v
eri
fy)

Memasukkan/menyelipkan
(insert)
bp.
p.
Menyimpan
(keep)
bq.
q.
Memanjangkan
(lenghthen)
br. r.
Membatasi (limit)
bs.s.
Memanipulasi
(manipulate)
bt. t.
Mengoperasikan
(operate)
bu.
u.
Menanamkan
(plant)
bv.v.
Menyiapkan (prepare)
bw.
w.
Menghilangkan
(remove)
bx.
x.
Menempatkan
(replace)
by. y.
Melaporkan (report)
bz.z.
Mengatur ulang (reset)
ca.aa. Mengatur (set)
cb.
ab.
Menentukan/menetapkan
(specify)
cc.ac. Meluruskan (straighten)
cd.
ad. Mengukur waktu
(time)
ce.ae. Mentransfer (transfer)
cf. af.
Membebani/memberati
(weight)

cg.
ch.
509

ci.
cj.
ck.
cl.
12. Perilaku-perilaku Penampilan Umum, Kesehatan, dan
Keamanan
cm.
a.
Mengancingi
dd.
r.
Merasakan
(button)
(taste)
cn.
b.
Membersihkan
de.
s.
(clean)
Mengikat/membebat
co.c.
Menjelaskan (clear)
(tie)
cp.
d.
Menutup (close)
df. t.
Tidak mengancingi
cq.
e.
(unbutton)
dg.
u.
Menyikat/menyisir(comb)
cr. f.
Mencakup (cover)
Membuka/menanggalkan
cs. g.
(uncover)
dh.
v.
Menyatukan
Mengenakan/menyarungi
(unite)
(dress)
di. w.
Membuka(unzip)
ct. h.
Minum (drink)
dj. x.
Menunggu (wait)
cu.
i.
Makan (eat)
dk.
y.
Mencuci (wash)
cv. j.
Menghapus (eliminate)
dl. z.
Memakai (wear)
cw.
k.
Mengosongkan
dm.
(empty)
cx.l.
aa
.
Mengetatkan/melekatkan
(fasten)
Me
cy. m.
nu
tu
Mengisi/memenuhi/melayani
p
/membuat (fill)
(zi
cz. n.
Melintas/berjalan (go)
p)
da.
o.
Mengikat
tali/menyusuri (lace)
db.
p.
Menumpuk/menimbun
(stack)
dc.
q.
Berhenti (stop)

510

dn.
13. Perilaku-perilaku Lainnya
do.
a.
Bertujuan (aim)
dp.
b.
Mencoba
(attempt)
dq.
c.
Memulai (begin )
dr. d.
Membawakan (bring )
ds.e.
Mendatangi (come )
dt. f.
Menyelesaikanmemenuhi
(complete)
du.
g.
Mengkoreksi/membenarkan
(correct)
dv.h.
Melipat (crease)
dw.
i.
Memeras buah/
menghancurkan (crush)
dx.
j.
Mengembangkan
(develop)
dy.k.
Mendistribusikan
(distribute)
dz.l.
Melakukan (do)
ea.
m.
Menjatuhkan
(drop)
eb.
n.
Mengakhiri (end)
ec.o.
Menghapus (erase)
ed.
p.
Memperluas
(expand)
ee.
q.
Memperpanjang
(extend)
ef. r.
Merasakan (feel)
eg.
s.
Menyelesaikan
(finish)
eh.
t.
Menyesuaikan/
memadankan(fit)
ei. u.
Memperbaiki (fix)
ej. v.
Mengibas/melambungkan/
menjentik (flip)
ek.
w.
Mendapatkan
(get)
el. x.
Memberikan (give)

em.
y.
Menggiling/
memipis/ mengasah (grind)
en.
z.
Membimbing
/memandu (guide)
eo.
aa. Memberikan
menyampaikan (hand)
ep.
ab. Menggantung
(hang)
eq.
ac.
Menggenggam/
memegang(hold)
er. ad.
Mengail/memancing/menjera
t /mengait (hook)
es.ae. Memburu (hunt)
et. af.
Memasukkan/melibatkan
(include)
eu.
ag. Memberitahu
(inform)
ev.ai.
Meletakkan/memasang
(lay)
ew.
aj. Memimpin (lead)
ex.
ak. Meminjam (lend)
ey. al.
Membiarkan/memperkirakan
(let)
ez.am.Menyalakan/menerangi
(light)
fa. an. Membuat (make)
fb. ao. Memperbaiki/menambal
(mend)
fc. ap. Tidak mengena/ tidak
paham (miss)
fd. aq. Menawarkan (offer)
fe. ar.
Membuka (open)
ff. as. Membungkus/mengepak
(pack)
fg. at. Membayar (pay)
fh. au. Mengupas/menguliti
(peel)
fi. av. Menyematkan/menjepit/
menggantungkan (pin)
511

fj. aw.Menempatkan/mengatur
posisi (position)
fk. ax.
Menyajikan/memperkenalkan
(present)
fl. ay. Menghasilkan (produce)
fm.
az. Mengusulkan
(propose)
fn. ba. Menyediakan (provide)
fo. bb. Meletakkan (put)
fp. bc.
Mengangkat/membangkitkan
(raise )
fq. bd. Menghubungkan (relate)
fr. be. Memperbaiki (repair)
fs. bf. Mengulang (repeat)
ft. bg. Mengembalikan (return)
fu. bh. Mengendarai (ride)
fv. bi. Menyobek/mengoyakkan
(rip)
fw. bj. Menyelamatkan (save)
fx. bk. Menggaruk/menggores
(scratch)
fy. bl. Mengirim (send)
fz. bm.Melayani/memberikan
(serve)
ga.
bn. Menjahit (sew)
gb.
bo. Membagi (share)
gc.
bp. Menajamkan
(sharpen)
gd.
bq. Menembak (shoot)
ge.
br.
Memperpendek
(shorten)
gf. bs.
Menyekop/menyodok
(shovel)
gg.
bt.
Menutup/membuang (shut)
gh.
bu.Menandakan/menga
rtikan / memberitahu
(signify)
gi. bv.Meluncur (slide)
gj. bw.Menyelipkan (kertas) (slip)

gk.
bx.Membentangkan /
menyebarkan (spread)
gl. by.
Memancangkan/
mempertaruhkan (stake)
gm.
bz.
Memulai (start)
gn.
ca.Menyimpan (store)
go.
cb.Memukul/menabrak/
menyerang (strike)
gp.
cc.Memasok (supply)
gq.
cd.
Mendukung
(support)
gr. ce.
Mengganti (switch)
gs.cf.
Mengambil (take)
gt. cg.
Merobek/mengoyak
(tear)
gu.
ch.
Menyentuh
(touch)
gv.ci.
Mencoba (try)
gw.
cj.
Memintal/memilin/menjalin
(twist)
gx.
ck.
Mengetik (type)
gy. cl.
Menggunakan (use)
gz.cm.Memilihmemberi suara
(vote)
ha.
cn.Memperhatikan/men
onton (watch)
hb.
co.
Menenun/menganyam/
merangkai/menyelip (weave)
hc.
cp
.
Me
ng
erj
ak
an
(w
or
k)

512

hd.
he.

Anda mungkin juga menyukai