0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan2 halaman
Puisi ini menggambarkan perpisahan dari seorang guru yang sangat dihormati bernama Ustazah Fatimah. Walaupun bersedih dengan kepergiannya, penulis puisi berpesan bahwa perpisahan bukanlah akhir dari sebuah perjalanan. Mereka mengucapkan terima kasih atas pengajaran dan bimbingan Ustazah Fatimah selama ini, serta berharap dia dapat menemukan impiannya di masa depan.
Puisi ini menggambarkan perpisahan dari seorang guru yang sangat dihormati bernama Ustazah Fatimah. Walaupun bersedih dengan kepergiannya, penulis puisi berpesan bahwa perpisahan bukanlah akhir dari sebuah perjalanan. Mereka mengucapkan terima kasih atas pengajaran dan bimbingan Ustazah Fatimah selama ini, serta berharap dia dapat menemukan impiannya di masa depan.
Puisi ini menggambarkan perpisahan dari seorang guru yang sangat dihormati bernama Ustazah Fatimah. Walaupun bersedih dengan kepergiannya, penulis puisi berpesan bahwa perpisahan bukanlah akhir dari sebuah perjalanan. Mereka mengucapkan terima kasih atas pengajaran dan bimbingan Ustazah Fatimah selama ini, serta berharap dia dapat menemukan impiannya di masa depan.
janganlah kita berduka, sebab apa yang paling kita kasihi darinya, mungkin akan nampak, lebih nyata dari kejauhan seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran, tersergam indah mata memandang. Perpisahan bukanlah akhirnya, dari sebuah perjalanan hidup, Semua harus tetap berjalan, Maafkan kami Jika pernah kami buat kau tersedu, Jika pernah kami buat kau terkedu, Atau pernah kami, Mengawangkan kau dengan olahan kami, Sekilas terpandang diari yang usang, Berkelip mata fikiran melayang Terusik rasa di hati kami, Yang kekadang terjamah seakan mati Mungkinkah ada yang bisa mengerti Keperitan meronta yang kau alami, Hanya kau yang mengerti. Keperitan dihati.... Namun... Hatikau masih di sini Tak mungkin ke mana lagi, Kerana gelaran guru sampai ke mati, Panggilan keramat yang abdi. Disanjung orang hingga kemati. Ke kanan tidak ke kiri masih belum pasti Hendakkah kami terus berjanji
Pada bulan, bintang dan matahari
Mahukah kami terus berdiri Jasamu tetap kami abdi, Dalam hati nurani, Yang suci. Rintik-rintik hujan kian terasa Ku kuis permata air Dari matamu yang sayu dan pilu, Dari matamu kering dan gersang Ada sinar pengharapan, Demi masa hadapan, Yang penuh dugaan. Harapan kami, Kan kau jumpa apa yang dicari selama ini, Atau terserempak dengan mimpi-mimpi indah, Pengisi masa meniti hari-hari.