Anda di halaman 1dari 5

Manajemen Bencana

Manajemen Bencana
Oleh : Fallah Adi Wijayanti, NPM.0806457035
Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
I. Pendahuluan
Indonesia adalah negara tersering mengalami gempa bumi se-Asia Tenggara berdasarkan Natural
Disaster Reduction (2007). Hal ini menunjukan Indonesia adalah negara rentan terhadap gempa.
Melihat fenomena itu tentu banyak permasalahan fisik, psikologis, spiritual, sosial, dan ekonomi
yang terjadi. Manajemen bencana yang cepat perlu dilakukan dalam mengatasi hal yang terjadi
karena bencana. Manajemen bencana mencakup interdisiplin, usaha tim kolaborasi, dan jaringan
lembaga dan individual untuk mengembangkan perencanaan bencana yang meliputi elemen
kebutuhan untuk perencanaan yang efektif. Manajemen bencana memilki beberapa fase, fase
dalam manajemen bencana merupakan hal penting yang harus diketahui. Oleh karena itu, pada
laporan tugas mandiri ini akan dibahas manajemen bencana dan dikaitkan dengan kasus gempa
yang terjadi di padang.
II. Tinjauan Teori
A. Definisi Manajemen Bencana
Bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi,
kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar (Depkes RI). Manajemen
bencana adalah proses yang sistematis dimana didalamnya termasuk berbagai macam kegiatan
yang memanfaatkan kemampuan dari kebijakan pemerintah, juga kemampuan komunitas dan
individu untuk menyeseuaikan diri dalam rangka meminamalisir kerugian.
Tindakan-tindakan tersebut pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian yang dapat
teraktualisasi dalam bentuk sekumpulan kebijakan dan keputusan administratif maupun aktivitasaktivitas yang bersifat operasional.
B. Tujuan Manajemen bencana
Tujuan manajemen bencana yang baik adalah:
1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, dan Negara melalui tindakan dini.
2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan Negara berupa kerugian yang
berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi, serta
efektif bila bencana itu telah terjadi.
3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena
bencana. Membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya dapat bertahan hidup
dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami.
4. Memberi informasi masyarakat danpihak berwenang mengenai resiko.
5. Memperbaiki kondisi sehingga indivudu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat
bencana.
C. Fase Pada Manajemen Bencana
Manajemen bencana dapat dibagi menjadi beberapa fase:
1. Fase Mitigasi
Mitigasi merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengurangi resiko dan potensi kerusakan
akibat keadaan darurat. Analisa demografi populasi rentan dan kemampuan komunitas harus

dianalisa. Mitigasi mencakup pendidikan kepada publik tindakan untuk menyiapkan bencana
pada individu,keluarga,dan komunitas. Dimulai dengan mengidentifikasi hazard potensial yang
mempengaruhi operator organisasi.
Indonesia kini tengah menuju mitigasi/tindakan preventif. Mitigasi yang dilakukan adalah
dengan pembangunan struktural dan non struktural di daerah rentan gempa dan bencana alam
lainnya. Tindakan mitigasi struktural contohnya dengan pemasangan sistem informasi peringatan
dini tsunami, yang bekerja setelah terjadi gempa. Mitigasi non struktural adalah penataan ulang
tata ruang area rentan bencana.
2. Fase kesiapsiagaan dan pencegahan (Prevention phase)
Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan berbagai tindakan
untuk meminamalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun
perencanaan agara dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif saat
terjadi bencana. Tindakan terhadap bencana menurut PBB ada 9 kerangka: pengkajian terhadap
kerentanan; membuat perencanaan; pengorganisasian; sistem informasi; pengumpulan sumber
daya; sistem alarm; mekanisme tindakan; pendidikan dan pelatihan penduduk; gladi resik.
Beberapa langkah yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanganan Bencana baik tingkat
Nasional dan Daerah telah diusahakan sekeras mungkin. Contohnya pemetaan daerah rawan
bencana gempa, regionalisasi daerah bencana gempa, penetapan daerah yang menjadi wilayah
basis pencapaian lokasi bencana gempa, serta penetapan daerah lokasi evakuasi saat dilakukan
penanganan korban gempa bumi.
3. Fase tindakan (Respon phase)
Fase tindakan merupakan fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata untuk menjaga
diri sendiri atau harta kekayaan. Tujuan dari fase tindakan adalah mengontrol dampak negatif
dari bencana. Aktivitas yang dilakukan: instruksi pengungsiaan; pencarian dan penyelamatan
korban; menjamin keamanan dilokasi bencana; pengkajian terhadap kerugian akibat bencana;
pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat; pengiriman dan penyerahan
barang material; dan menyediakan tempat pengungsian. Fase tindakan dibagi menjadi fase akut
dan fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase penyelamatan
dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut terjadi sejak 2-3 minggu.
4. Fase pemulihan
Fase pemulihan merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya
sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti kondisi sebelumnnya. Pada fase ini orang-orang
mulai melakukan perbaikan darurat tempat tinggal, mulai sekolah atau bekerja, memulihkan
lingkungan tempat tinggalnya. Fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke
kondisi tenang.
5. Fase Rehabilitasi
Fase Rehabilitasi merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusaha mengembalikan
fungsi fungsi-fungsinya seperti sebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh
komunitas. Keadaannya mengalami perubahan dari sebelum bencana.
D. Pelayanan medis bencana berdasarkan siklus benacana
Pelayanan medis akan berubah dalam menanggulangi setiap siklus bencana
1. Fase Akut pada siklus bencana
Prioritas di lokasi bencana, pertolongan terhadap korban luka dan evakuasi dari lokasi berbahaya
ke tempat yang aman. 3 T (triage, treatment, dan transportation) penting untuk menyelamatkan
korban luka sebanyak mungkin. Pada fase ini juga dilakukan perawatan terhadap mayat.
2. Fase menengah dan panjang pada siklus bencana

Fase perubahan pada lingkungan tempat tinggal. Pada fase ini harus memperhatikan segi
keamanan, membantu terapi kejiwaan korban bencana, membantu kegiatan untuk memulihkan
kesehatan hidup dan membangun kembali komunitas sosial
3. Fase tenang pada siklus bencana
Fase tidak terjadi bencana, pada fase ini diperlukan pendidikan penanggulangan bencana saat
bencana terjadi, pelatihan pencegahan bencana pada komunitas dengan melibatkan penduduk
setempat, pengecekan dan pemeliharaan fasilitas peralatan pencegahan bencana baik di daerah
maupun fasilitas medis, serta membangun sistem jaringan bantuan
E. Peran perawat dalam manajemen bencana
1. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:
a. mengenali instruksi ancaman bahaya;
b. mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan,
pakaian dan selimut, serta tenda)
c. melatih penanganan pertama korban bencana.
d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional
maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
2. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
a. Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil.
b. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian
cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.
c. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan
pertama.
d. Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif.
(Triase )
1) Merah --- paling penting, prioritas utama.
keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma
dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
2) Kuning --- penting, prioritas kedua
Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena
dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut
antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar
derajat II
3) Hijau --- prioritas ketiga
Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio,
abrasio, dan dislokasi
4) Hitam --- meninggal
Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam
keadaan meninggal
3. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di
RS
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian

e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi
kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik
(hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan
masyarakat yang tidak mengungsi
4. Peran perawat dalam fase postimpact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban.
b. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan
normal.
c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk
normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi
III. Analisa Kasus
Dari kasus terlihat kota padang mengalami pergeseran lempeng hindia australia yang
menyebabkan gempa bumi tektonik berkekuatan di atas 7 scala Riechter. Pergeseran lempeng
hindia ini merupakan sebab gempa bumi yang terjadi karena alam. Oleh karena itu, tindakan
penghindaran bencana alam lebih diarahkan pada menghilangkan, atau mengurangi kondisi yang
dapat menimbulkan bencana. Kondisi dalam menghilangkan, mengurangi kondisi bencana
dengan membuat struktur bangunan yang sesuai untuk kondisi gempa yang dapat bangunan
tahan terhadap goncangan, sehingga dapat menghidari kerugian fisik, ekonomi, dan lingkungan.
Kasus tersebut berada dalam fase tindakan. Fase tindakan dengan adanya kerjasama antara
pemerintah kota padang bekerjasama dengan masyarakat dan tim bantuan gempa, menangani
korban dan masyarakat. Prioritas pelayanan medis di lokasi bencana adalah pertolongan terhadap
korban luka dan evakuasi dari lokasi berbahaya ke tempat yang aman. Pelaksanaan 3 T (triage,
treatment, dan transportation) penting untuk menyelamatkan korban luka sebanyak mungkin
pada kota Padang. Pendirian RS lapangan juga merupakan dalam fase tindakan karena Rumah
sakit M Jamil menderita kerusakan akibat gempa, sehingga bangunan rusak, alat berjatuhan,
tidak dapat digunakan.
IV. Penutup
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bencana dapat engakibatkan masalah fisik,
psikologis, sosial, spiritual, dan ekonomi. Manajemen bencana perlu dilakukan secara cepat
dalam mengatasi bencana. Manajemen yang dilakukan dapat dilakukan sesuai fase. Manajemen
yang cepat dan tepat dapat meminimalisir masalah dan kerugian yang terjadi akibat bencana.
Peranan pelayanan medis juga penting dalam manajemen bencana. Perawat memilki peranan dan
kontribusi pada setiap fase dalam manajemen bencana. Oleh karena itu, manajemen bencana
merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam mengatasi bencana.

V. Referensi
Anneahira. Korban gempa bumi. http://www.anneahira.com/korban-gempa-bumi.htm diunduh
pada 2 Mei 2011
Clark, M.J. (1999). Nursing in the community: dimension of community health nursing. 3rd
edition. Stamford, Connecticut: Appleton & Lange.
Efendi, F & Makfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nies, M.A & McEwen, M. (2007). Community/public health nursing: promoting the health of
population. 4th edition. St.Louis, Missouri: Elselvier.
Palang Merah Indonesia. (2009). Keperawatan bencana.
Science. Manajemen bencana. http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/1932953manajemen-bencana/ diunduh pada 2 Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai