Kolera
Kolera
Pencegahannya
29-03-2012 diposkan oleh melindacare
Penyakit kolera tercatat dalam sejarah sebagai penyakit berbahaya dan termasuk dalam tujuh pandemi yang
membunuh jutaan manusia di tahun 1861 dan awal tahun 60an. Penyakit yang memiliki istilah lain sebagai
penyakit infeksi saluran usus bersifat akut ini disebabkan bakteri Vibrio cholerae. Bakteri masuk ke dalam tubuh
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Bakteri Vibrio Cholerae akan mengeluarkan enterotoksin atau racunnya di saluran usus sehingga terjadinya
diare yang disertai muntah akut. Gejala ini menyebabkan penderita hanya dalam beberapa hari dapat kehilangan
banyak cairan tubuh atau dehidrasi.
Jika dehidrasi tidak segera ditangani atau mendapatkan penanganan yang tepat dapat berlanjut ke arah
hipovolemik dan asidosis metabolik sampai akhirnya menyebabkan kematian. Hipovolemik merupakan kondisi
medis atau bedah di mana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa
organ. Sedangkan asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Pada tahapan ini, penderita tidak banyak terbantu dengan pemberian air minum biasa. Penderita kolera
membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus gabungan
keduanya (Dextrose Saline).
Penyebaran Penyakit Kolera
Penyakit kolera dapat menyebar baik sebagai penyakit yang endemik, epidemik atau pandemik. Bakteri Vibrio
cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feses (kotoran) manusia. Jika kotoran yang mengandung
bakteri mengkontaminasi air sungai dan lainnya, maka orang yang melakukan kontak dengan air tersebut
beresiko terkena kolera, bahkan mengonsumsi ikan dalam air yang sudah terkontaminasi pun bisa menyebabkan
Anda terkena kolera.
Gejala Penyakit Kolera
Berikut merupakan gejala dan tanda-tanda yang ditampakkan penderita kolera :
Diare encer dan berlimpah tanpa didahului rasa mulas atau tenesmus (rasa ingin buang air besar
walaupun perut sudah terasa kosong). Diare terjadi berkali-kali dalam jumlah yang cukup banyak.
Kotoran yang semula berwarna dan berbau mulai berubah menjadi cairan putih keruh tanpa bau busuk
ataupun amis. Tetapi berbau manis yang menusuk.
Kotoran berwarna putih ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
Akibat banyaknya cairan yang keluar sehingga terjadi dehidrasi dengan tanda-tanda : detak jantung
cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lainnya. Jika tidak segera ditangani dapat
menyebabkan kematian.
PENYAKIT KOLERA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kolera adalah penyakit kemiskinan, dan berhubungan erat dengan
sanitasi yang buruk dan kurangnya air minum bersih. Pada sebagian
besar kasus, hal itu ditandai dengan akut, diare berair sedalam-dalamnya
satu atau beberapa hari lamanya. Dalam bentuknya yang paling ekstrem,
ini adalah salah satu yang paling fatal penyakit menular dengan cepat
diketahui. Beban penyakit global diperkirakan 3-5 juta kasus dan
100.000-130.000 kematian pertahun, dengan kedua anak-anak dan orang
dewasa yang terkena dampak. Selama tahun-tahun terakhir, berlarutlarut wabah telah terjadi di Angola, Ethiopia, Somalia, Sudan, dan
Vietnam utara. Epidemi di Zimbabwe berlangsung selama hampir satu
tahun dan tersebar diseluruh negeri (dengan lebih dari 98.000 kasus
termasuk lebih dari 4.000 kematian seperti pada akhir Juli 2009) dan
untuk tetangga Zambia dan Afrika Selatan.
Sebuah update untuk posisi WHO makalah tentang vaksin kolera
(pertama diterbitkan pada tahun 2001) yang diterbitkan di Weekly
Epidemiological Record WHO pada 26 Maret 2010. Mengingat
ketersediaan dua vaksin kolera oral dan data tentang kemanjuran
mereka, bidang-efektivitas dan kelayakan, vaksin ini harus digunakan,
dalam hubungannya dengan pencegahan dan pengendalian strategi, di
daerah dimana penyakit ini endemik. Penggunaan vaksin juga harus
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat
akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk
kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya)
pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah
yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa
hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi.
Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah
hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan
dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak adekuat. Pemberian
air minum biasa tidak akan banyak membantu, Penderita (pasien) kolera
membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal saline)
atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline).
Epidemiologi Kolera
John Snow (1813-1858), seorang dokter di London, sebenarnya lebih
dikenal di bidang anestesi karena perannya membantu Ratu Victoria
melahirkan kedua putranya dengan menggunakan kloroform. Namun,
berkat minat dan upayanya selama bertahun-tahun mencatat,
mengamati, dan memetakan kejadian wabah kolera di daerahnya yang
kemudian dibukukan dan diterbitkannya sendiri dengan judul On The
Mode of Communication of Cholera, namanya dikenang hingga kini.
Penelitiannya menjadi mahakarya klasik di bidang epidemiologi dan
berbagai kajian tentang penelitiannya masih ditulis oleh para ahli di
Sungai Thames, distribusi air di daerah itu dilayani oleh perusahaan New
River dan Grand Junction. Mutu air yang di produksi oleh kedua
perusahaan tersebut sangat jelek serta mengalir rata-rata hanya dua jam
sehari. Hal itu membuat banyak penduduk daerah tersebut mencukupi
kebutuhan airnya dari sumursumur yang terdapat di daerah tersebut,
yang airnya lebih jernih. Kemudian Snow memetakan semua kasus
kematian itu dan perhatiannya tertuju pada banyaknya kematian disekitar
sumur yang terletak di Broad Street.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca adalah hendaknya para pembaca
selalu melakukan hidup bersih, melakukan sanitasi lingkungan, terutama
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang
ditampakkan, antara lain ialah :
- Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
- Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih
keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.
- Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan
gumpalan-gumpalan putih.
- Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
- Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah
merasakan mual sebelumnya.
- Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
- Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tandatandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan
lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang
dapat mengakibatkan kematian.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan penaganan segera,
yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal.
Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang
banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan
terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti
Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48
jam dapat menghentikan diare yang terjadi.
Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera pemberian
makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde).
Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia),
sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat
meninggal dunia. (massachusetts medical society, 2007 : Getting Serious about Cholera).
Pencegahan Penyakit kolera
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip
sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada
tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai
sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah
(lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya
mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di
sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi
kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.
KOLERA
Share on Facebook Posted by kisenda at 8:52 AM
Kolera atau sering dikenal dgn istilah (muntaber) adalah penyakit berak yang disertai muntah
akut, ditimbulkan oleh suatu enterotoksin yang dihasilkan Vibrio chbolerae dlm usus halus.
Bentuk manifestasi klinisny yg khas adalah dehidrasi, dapat berlanjut dgn renjatan
hipovolemik & asidosis metabolik yg dpt terjadi dlm waktu amat singkat akibat diare
sekretorik, & dpt berakhir dgn kematian (jika penanganan tdk adequat).
Vibrio cholerae tumbuh cepat dlm berbagai macam media selektif seperti agar garam
empedu, agar gliserin-telurit-taurokolat, atau agar thiosulfate-citrate-bile salt-sucrose
(TCBS).
Patogenesis.
Kolera ditularkan melalui mulut. Bila vibrio berhasil lolos dari pertahanan primer dlm mulut
& tertelan, vibrio akan cepat terbunuh dlm asam lambung yg tak diencerkan. Jika, pertahanan
asam lambung terlewati, maka vibrio akan masuk pada usus halus. Suasana alkali pada usus
halus, merupakan medium yang menguntungkan vibrio u/ hidup & memperbanyak diri.
Semua strain vibrio yg patogen menghasilkan enterotoksin. Perubahan akibat enterotoksin
sendiri berupa edema ringan pd lamina propria & dilatasi ringan kapiler-kapiler darah &
pembuluh limfe pd puncak villi.
Tinja kolera adalah cairan isotonik dgn kadar bikarbonas kira-kira 2 kali kadar normal dlm
plasma. Kecepatan kehilangan cairan usus pd pasien kolera dewasa dpt mencapai 1.000
ml/jam. Lamanya diare bila tidak diobati dg anti-biotika dpt berlangsung > 5 hari. Elektrolit
yg bisa ditemukan pada tinja pasien kolera adalah Natrium, Kalium, Bikarbonat, Klorida.
Manifestasi Klinis
Inkubasi kolera antara 2 hingga 6 hari. Infeksi terbanyak bersifat asimtomatik/ terjadi diare
ringan. Kolera yg khas dimulai dg diare yg encer & berlimpa, tanpa didahului rasa mulas &
tanpa disertai tenesmus. Tinja kolera berupa cairan putih keruh, tidak busuk/ amis, namun
'manis' menusuk (sulit terdefinisi kecuali dg indra penghidu ). Cairan menyerupai air cucian
beras. Muntah berlangsung kemudian setelah diare, & berlangsung tanpa mual-mual.
Mungkin terjadi kejang otot, karena berkurangnya kalsium & klorida pada neuromuskuler
junction. Otot yang mungkin kejang yakni otot betis, biseps, triseps, pectoralis, & dinding
perut. Pemeriksaan fisik dapat meliputi pemeriksaan turgor kulit, kelopak mata cekung, ujung
jari keriput merupakan tanda dehidrasi.
Tanda Gagal Sirkulasi
Berkurangnya volume cairan disertai viskositas darah yg meningkat, dapat menyebabkan
kegagalan sirkulasi darah.Tanda utama yg dianggap khas yakni suhu tubuh yg rendah (34 24,5 derajat Celcius). Nadi cepat namun lemah.
Diagnosis
Diagnosis kolera meliputi diagnosis klinis & bakteriologis. kolera yg berat dapat dikenali
dengan berak yang sering tanpa mulas, diikuti muntah tanpa mual. Jika memerlukan biakan,
bahan didapap dengan rectal swab.
Pengobatan
Dasar pengobatan kolera adalah simtomatik dan kausa secara bersamaan, berupa penggantian
kehilangan cairan, elektrolit, & bikarbonat beserta pemberian anti-mikroba. Pada dehidrasi
berat terapi rehidrasi harus diberikan per infus. Pada kasus sedang & ringan, terapi rehidrasi
dpt diberikan secara oral.
Kriteria Derajat Dehidrasi
Pedoman penentuan derajat dehidrasi yakni :
1. Berdasarkan penilaian klinis
2. Berdasarkan Central Venous Pressure (CVP)
3. Berdasarkan berat jenis plasma
Cairann yg terbukti baik u/ rehidrasi adalah RL (Ringer Lactate), Drug of choice u/ kolera
adalah Tetrasiklin. Kloramfenikol dan furazolidin dpt diberikan sbg pilihan kedua, namun
masih efektif Tetrasiklin.
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1 Edisi ketiga hal.443-450