Anda di halaman 1dari 13

Penyebab Penyakit Kolera dan

Pencegahannya
29-03-2012 diposkan oleh melindacare

Penyakit kolera tercatat dalam sejarah sebagai penyakit berbahaya dan termasuk dalam tujuh pandemi yang
membunuh jutaan manusia di tahun 1861 dan awal tahun 60an. Penyakit yang memiliki istilah lain sebagai
penyakit infeksi saluran usus bersifat akut ini disebabkan bakteri Vibrio cholerae. Bakteri masuk ke dalam tubuh
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Bakteri Vibrio Cholerae akan mengeluarkan enterotoksin atau racunnya di saluran usus sehingga terjadinya
diare yang disertai muntah akut. Gejala ini menyebabkan penderita hanya dalam beberapa hari dapat kehilangan
banyak cairan tubuh atau dehidrasi.
Jika dehidrasi tidak segera ditangani atau mendapatkan penanganan yang tepat dapat berlanjut ke arah
hipovolemik dan asidosis metabolik sampai akhirnya menyebabkan kematian. Hipovolemik merupakan kondisi
medis atau bedah di mana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa
organ. Sedangkan asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Pada tahapan ini, penderita tidak banyak terbantu dengan pemberian air minum biasa. Penderita kolera
membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus gabungan
keduanya (Dextrose Saline).
Penyebaran Penyakit Kolera
Penyakit kolera dapat menyebar baik sebagai penyakit yang endemik, epidemik atau pandemik. Bakteri Vibrio
cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feses (kotoran) manusia. Jika kotoran yang mengandung
bakteri mengkontaminasi air sungai dan lainnya, maka orang yang melakukan kontak dengan air tersebut
beresiko terkena kolera, bahkan mengonsumsi ikan dalam air yang sudah terkontaminasi pun bisa menyebabkan
Anda terkena kolera.
Gejala Penyakit Kolera
Berikut merupakan gejala dan tanda-tanda yang ditampakkan penderita kolera :

Diare encer dan berlimpah tanpa didahului rasa mulas atau tenesmus (rasa ingin buang air besar
walaupun perut sudah terasa kosong). Diare terjadi berkali-kali dalam jumlah yang cukup banyak.

Kotoran yang semula berwarna dan berbau mulai berubah menjadi cairan putih keruh tanpa bau busuk
ataupun amis. Tetapi berbau manis yang menusuk.

Kotoran berwarna putih ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.

Muntah setelah diare dan tidak merasakan mual sebelumnya.

Kejang otot dan bisa disertai nyeri yang hebat.

Akibat banyaknya cairan yang keluar sehingga terjadi dehidrasi dengan tanda-tanda : detak jantung
cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lainnya. Jika tidak segera ditangani dapat
menyebabkan kematian.

Penanganan dan pengobatan penyakit kolera


Penderita kolera harus segera mendapatkan penanganan, di mana langkah awalnya dengan memberikan cairan
berupa infus. Selanjurnya diberikan pengobatan terhadap infeksi yang terjadi. Sebanyak 50% kasus kolera yang
tergolong berat tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan kematian.
Pencegahan penyakit kolera
Menjaga kebersihan lingkungan, terutama air dan tempat pembuangan kotoran merupakan cara mencegah
penyakit kolera. Mengonsumsi air yang sudah dimasak terlebih dahulu, mencuci tangan sampai bersih sebelum
makan, mencuci sayuran, dan menghindari mengonsumsi ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.
Jika salah satu anggota keluarga ada yang menderita penyakit kolera, sebaiknya diisolasi dan segera berikan
pengobatan. Lakukan sterilisasi pada benda yang tercemar muntahan atau tinja. Dapatkan vaksinasi kolera
untuk melindungi orang yang melakukan kontak langsung dengan penderita.

PENYAKIT KOLERA
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kolera adalah penyakit kemiskinan, dan berhubungan erat dengan
sanitasi yang buruk dan kurangnya air minum bersih. Pada sebagian
besar kasus, hal itu ditandai dengan akut, diare berair sedalam-dalamnya
satu atau beberapa hari lamanya. Dalam bentuknya yang paling ekstrem,
ini adalah salah satu yang paling fatal penyakit menular dengan cepat
diketahui. Beban penyakit global diperkirakan 3-5 juta kasus dan
100.000-130.000 kematian pertahun, dengan kedua anak-anak dan orang
dewasa yang terkena dampak. Selama tahun-tahun terakhir, berlarutlarut wabah telah terjadi di Angola, Ethiopia, Somalia, Sudan, dan
Vietnam utara. Epidemi di Zimbabwe berlangsung selama hampir satu
tahun dan tersebar diseluruh negeri (dengan lebih dari 98.000 kasus
termasuk lebih dari 4.000 kematian seperti pada akhir Juli 2009) dan
untuk tetangga Zambia dan Afrika Selatan.
Sebuah update untuk posisi WHO makalah tentang vaksin kolera
(pertama diterbitkan pada tahun 2001) yang diterbitkan di Weekly
Epidemiological Record WHO pada 26 Maret 2010. Mengingat
ketersediaan dua vaksin kolera oral dan data tentang kemanjuran
mereka, bidang-efektivitas dan kelayakan, vaksin ini harus digunakan,
dalam hubungannya dengan pencegahan dan pengendalian strategi, di
daerah dimana penyakit ini endemik. Penggunaan vaksin juga harus

dipertimbangkan di daerah beresiko untuk wabah.


Kedua vaksin telah ditunjukkan untuk memberikan perlindungan dari>
50% yang berlangsung selama dua tahun di situasi endemik. Satu,
Dukoral, telah ditunjukkan untuk memberikan jangka pendek yang tinggi
perlindungan dalam semua kelompok umur di 4-6 bulan setelah vaksinasi,
dan juga memberikan perlindungan jangka pendek terhadap
Enterotoxigenic Escherichia coli. Yang lain, izin sebagai MORCVAX di
Vietnam dan di India Shanchol, telah menunjukkan perlindungan jangka
panjang pada anak-anak dibawah 5 tahun, tidak memerlukan air untuk
administrasi, memerlukan lebih sedikit ruang penyimpanan dan lebih
murah untuk diproduksi.
Vaksinasi harus dilaksanakan sebagai bagian dari program yang
komprehensif untuk mencegah dan mengendalikan kolera. Program juga
harus mencakup perawatan yang tepat untuk orang dengan kolera
(terutama prompt rehidrasi), dan kualitas air dan perbaikan sanitasi.

BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat
akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk
kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya)
pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah
yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa
hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi.
Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah
hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan
dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak adekuat. Pemberian
air minum biasa tidak akan banyak membantu, Penderita (pasien) kolera
membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal saline)
atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline).

Penyebaran Penularan Penyakit Kolera


Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik,
atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar
dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu
tantangan bagi dunia kedokteran modern. Bakteri Vibrio cholerae

berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia,


bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air
sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan
air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga. Misalnya cuci
tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau
makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan
yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, Bahkan air tersebut
(seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang
bermukim disekitarnya.

Gejala dan Tanda Penyakit Kolera


Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin
selama 1-2 minggu belum merasakan keluhan berarti. Tetapi saat
terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare dan muntah
dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang
menyebabkan samarnya jenis diare yang dialami.
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda
dan gejala yang ditampakkan, antara lain ialah :
o

Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa


mulas atau tenesmus.

Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau


berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras)
tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.

Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila


diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.

Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup


banyak.

Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang


terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.

Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri


yang hebat.

Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya


dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti: detak jantung
cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan
lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan
pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan
kematian.

Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera


Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera
mandapatkan penaganan segera, yaitu dengan memberikan
pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal.
Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat
bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare
atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang
terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti
Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan
antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang
terjadi. Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang
wabah penyakit kolera pemberian makanan/cairan dilakukan
dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde).
Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat
diatasi (meninggal dunia), sedangkan sejumlah 1% penderita kolera
yang mendapat penanganan kurang adekuat meninggal dunia.
(massachusetts medical society, 2007: Getting Serious about
Cholera).

Pencegahan Penyakit kolera


Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera
adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air
dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi
standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan
memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama
sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan
kerang yang dimasak setengah matang. Bila dalam anggota
keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya di isolasi dan
secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar
muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, searangga lalat
(vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi
kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan
penderita.

Epidemiologi Kolera
John Snow (1813-1858), seorang dokter di London, sebenarnya lebih
dikenal di bidang anestesi karena perannya membantu Ratu Victoria
melahirkan kedua putranya dengan menggunakan kloroform. Namun,
berkat minat dan upayanya selama bertahun-tahun mencatat,
mengamati, dan memetakan kejadian wabah kolera di daerahnya yang
kemudian dibukukan dan diterbitkannya sendiri dengan judul On The
Mode of Communication of Cholera, namanya dikenang hingga kini.
Penelitiannya menjadi mahakarya klasik di bidang epidemiologi dan
berbagai kajian tentang penelitiannya masih ditulis oleh para ahli di

beberapa jurnal kedokteran terkemuka hingga kini. Pada masa-masa itu


yang menjadi masalah sosial yang utama adalah wabah kolera, yang cara
penularannya belum diketahui. Penyakit ini secara berkala melanda Benua
Eropa dan menimbulkan angka kematian yang tinggi.
Setelah mewabah Benua Eropa secara hebat pada tahun 1832, penyakit
ini kemudian mengancam Kota London pada tahun 1848 dan 1853. Snow
membuat catatan-catatan tentang kejadian kasus dan kematian yang
terjadi serta berusaha merangkainya mencari jawab terhadap penyakit
kolera ini. Dalam epidemi tahun 1848, kematian karena kolera terutama
dijumpai di daerah selatan Sungai Thames dan semakin berkurang pada
daerah yang semakin jauh dari sungai. Banyaknya kematian ditemukan
terutama pada daerah yang kebutuhan airnya dipasok oleh dua
perusahaan air (minum) swasta, Southwark and Vauxhal Water Company
dan Lambeth Water Company.
Kedua perusahaan tersebut mendistribusikan air yang diambil dari Sungai
Thames melalui jaringan pipa ke rumah-rumah penduduk. Persaingan di
antara kedua perusahaan tersebut membuat jaringan pipa yang berada di
sebelah selatan Kota London kala itu dapat dikatakan semrawut, dan
merupakan salah satu faktor yang menyulitkan Snow dalam
penelitiannya. Hal-hal inilah yang dapat dihasilkan dari pengamatan
Snow, sampai kejadian epidemic berikutnya pada tahun 1853. Sementara
itu, antara tahun 1848 sampai 1853, dapat dikatakan London bebas dari
kolera.
Ketika wabah kolera kembali menjangkiti Kota London pada bulan Juli
1853, Snow kembali melakukan penyelidikan di daerah selatan Sungai
Thames seperti kejadian epidemi yang lalu. John Snow mendatangi
rumah-rumah yang terkena musibah dan mengadakan penelitian tentang
sumber air yang digunakan dalam rumah-rumah itu. Menurut catatannya,
jumlah kematian pada rumah yang mendapat distribusi dari Southwark
and Vauxhall Company jauh lebih besar dari pada yang mendapat
distribusi baik dari Lambeth Company maupun dari perusahaan lainnya
atau pun dari sumber air lainnya, seperti dari sumur.
Berdasarkan pengamatannya selama itu, Snow memiliki dugaan kuat
bahwa terdapat hubungan antara penyakit kolera dan air. Mungkin Snow
dengan penyelidikannya itu tidak akan dikenal luas seandainya tidak
terjadi wabah kolera pada tahun berikutnya. Dia meneruskan pencatatan
yang dilakukan seperti pada wabah sebelumnya dan mendapati temuan
yang senada dengan penelitian sebelumnya. Ditengah kesibukannya
mengadakan penelitian itu, Snow tertarik dengan data tentang kematian
sebesar 616 orang di daerah Soho, didekat rumahnya di Piccadilly.
Menurut Snow, kejadian kolera di daerah tersebut dapat dikatakan
merupakan kejadian terburuk di negerinya. Tidak seperti dibagian selatan

Sungai Thames, distribusi air di daerah itu dilayani oleh perusahaan New
River dan Grand Junction. Mutu air yang di produksi oleh kedua
perusahaan tersebut sangat jelek serta mengalir rata-rata hanya dua jam
sehari. Hal itu membuat banyak penduduk daerah tersebut mencukupi
kebutuhan airnya dari sumursumur yang terdapat di daerah tersebut,
yang airnya lebih jernih. Kemudian Snow memetakan semua kasus
kematian itu dan perhatiannya tertuju pada banyaknya kematian disekitar
sumur yang terletak di Broad Street.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus


bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri
ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi.

Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui


feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri
ini mengkon-taminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain
yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit
kolera itu juga.

Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera


adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air
dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi
standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan
memakai sabun/anti-septik, cuci sayuran dangan air bersih
terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari
memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.

B. Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca adalah hendaknya para pembaca
selalu melakukan hidup bersih, melakukan sanitasi lingkungan, terutama

kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang


memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan
memakai sabun/antiseptik,cuci sayuran dangan air bersih terutama
sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan
kerang yang dimasak setengah matang.

Penyebaran Penularan Penyakit


Kolera(cholera)
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan
oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya)
pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat,
akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan
masuk pada kondisi dehidrasi.
Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah hipovolemik dan
asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila
penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu,
Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal
saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline).
Penyebaran Penularan Penyakit Kolera
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun
sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi
suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan
menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini
mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air
tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.
Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan
air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri
kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang
bermukim disekitarnya.
Gejala dan Tanda Penyakit Kolera
Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum
merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare
dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya
jenis diare yg dialami.

Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang
ditampakkan, antara lain ialah :
- Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
- Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih
keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.
- Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan
gumpalan-gumpalan putih.
- Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
- Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah
merasakan mual sebelumnya.
- Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
- Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tandatandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan
lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang
dapat mengakibatkan kematian.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan penaganan segera,
yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal.
Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang
banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan
terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti
Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48
jam dapat menghentikan diare yang terjadi.
Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera pemberian
makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde).
Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia),
sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat
meninggal dunia. (massachusetts medical society, 2007 : Getting Serious about Cholera).
Pencegahan Penyakit kolera
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip
sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada
tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai
sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah
(lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya
mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di
sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi
kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.

TERAPI : RESEP OBAT TRADISIONAL UNTUK PENYAKIT KOLERA


12.46 Terapi Kesehatan No comments

LUVI HERBAL - Penyakit perut ini disebabkan


oleh sejenis bakteri VIBRIO yang masuk ke dalam tubuh bersama makanan atau minuman
dan dapat menular dengan sangat cepat sekali. Dalam usus tipis hanya beberapa jam saja
sudah bisa berkembang biak menjadi ribuan bakteri, menyebabkan penderita mengalami
buang air beras secara terus menerus dan kotoran yang keluar seperti air beras, dan disusul
dengan muntah-muntah yang sangat hebat. Dalam waktu singkat badan sudah menjadi
kering, kaki dan tangan menjadi dingin, serta suara menjadi serak. Jika terlambat diobati,
bisa menyebabkan kematian dalam waktu 24 jam sampai 4 hari.
Sebagai langkah awal, hentikan untuk sementara makan makanan apapun, kecuali hanya
minum air matang yang dibubuhi sedikit garam untuk pengganti cairan yang keluar.
Gosoklah kaki dan tangan menggunakan minyak gondopuro, kompres perut dengan air
hangat atau isi botol menggunakan air hangat dan tempelkan di perut. Resep Obat Kuno
sebagai langkah awal adalah:
1. Untuk Minuman jika haus :
Sediakanlah air rebusan daun SEMBUNG MANIS + Daun SAMBILOTO + WIDORO UPAS,
rajang semua bahan, rebus dengan air secukupnya,minum hangat-hangat sebagai pengganti
teh
2. Resep Obat Kuno :
SEMBUNG LEGI 40 gram + LAOS dirajang 50 gram + DAUN SANGKET dipotong-potong
10 gram. Semua bahan dimasak dengan air 4 gelas hingga matang. minum 3 x sehari 1
cangkir
PENTING : Kalau sudah mulai merasa ringan, diperbolehkan makan makan yang lunak dan

encer, seperti nasi tim atau bubur beras yang cair.


PERHATIKAN : Hindari makanan yang telah dihinggapi lalat, lindungi makanan anda dari
lalat, masak air minum terlebih dahulu. Dalam keadaan epidemi air sungai bisa menjadi suatu
sarana penularan. Bersihkanlah bekas muntahan penderita dengan cairan pembersih, cuci
pakaian penderita dengan terlebih dahulu merendamnya dengan air mendidih. Semoga info
tersebut bisa bermanfaat.
sumber : http://resep-kuno.blogspot.com/2009/05/resep-obat-kuno-penyakit-cholera.html

KOLERA
Share on Facebook Posted by kisenda at 8:52 AM
Kolera atau sering dikenal dgn istilah (muntaber) adalah penyakit berak yang disertai muntah
akut, ditimbulkan oleh suatu enterotoksin yang dihasilkan Vibrio chbolerae dlm usus halus.
Bentuk manifestasi klinisny yg khas adalah dehidrasi, dapat berlanjut dgn renjatan
hipovolemik & asidosis metabolik yg dpt terjadi dlm waktu amat singkat akibat diare
sekretorik, & dpt berakhir dgn kematian (jika penanganan tdk adequat).
Vibrio cholerae tumbuh cepat dlm berbagai macam media selektif seperti agar garam
empedu, agar gliserin-telurit-taurokolat, atau agar thiosulfate-citrate-bile salt-sucrose
(TCBS).
Patogenesis.
Kolera ditularkan melalui mulut. Bila vibrio berhasil lolos dari pertahanan primer dlm mulut
& tertelan, vibrio akan cepat terbunuh dlm asam lambung yg tak diencerkan. Jika, pertahanan
asam lambung terlewati, maka vibrio akan masuk pada usus halus. Suasana alkali pada usus
halus, merupakan medium yang menguntungkan vibrio u/ hidup & memperbanyak diri.
Semua strain vibrio yg patogen menghasilkan enterotoksin. Perubahan akibat enterotoksin
sendiri berupa edema ringan pd lamina propria & dilatasi ringan kapiler-kapiler darah &
pembuluh limfe pd puncak villi.
Tinja kolera adalah cairan isotonik dgn kadar bikarbonas kira-kira 2 kali kadar normal dlm
plasma. Kecepatan kehilangan cairan usus pd pasien kolera dewasa dpt mencapai 1.000
ml/jam. Lamanya diare bila tidak diobati dg anti-biotika dpt berlangsung > 5 hari. Elektrolit
yg bisa ditemukan pada tinja pasien kolera adalah Natrium, Kalium, Bikarbonat, Klorida.
Manifestasi Klinis
Inkubasi kolera antara 2 hingga 6 hari. Infeksi terbanyak bersifat asimtomatik/ terjadi diare
ringan. Kolera yg khas dimulai dg diare yg encer & berlimpa, tanpa didahului rasa mulas &
tanpa disertai tenesmus. Tinja kolera berupa cairan putih keruh, tidak busuk/ amis, namun
'manis' menusuk (sulit terdefinisi kecuali dg indra penghidu ). Cairan menyerupai air cucian
beras. Muntah berlangsung kemudian setelah diare, & berlangsung tanpa mual-mual.
Mungkin terjadi kejang otot, karena berkurangnya kalsium & klorida pada neuromuskuler
junction. Otot yang mungkin kejang yakni otot betis, biseps, triseps, pectoralis, & dinding

perut. Pemeriksaan fisik dapat meliputi pemeriksaan turgor kulit, kelopak mata cekung, ujung
jari keriput merupakan tanda dehidrasi.
Tanda Gagal Sirkulasi
Berkurangnya volume cairan disertai viskositas darah yg meningkat, dapat menyebabkan
kegagalan sirkulasi darah.Tanda utama yg dianggap khas yakni suhu tubuh yg rendah (34 24,5 derajat Celcius). Nadi cepat namun lemah.
Diagnosis
Diagnosis kolera meliputi diagnosis klinis & bakteriologis. kolera yg berat dapat dikenali
dengan berak yang sering tanpa mulas, diikuti muntah tanpa mual. Jika memerlukan biakan,
bahan didapap dengan rectal swab.
Pengobatan
Dasar pengobatan kolera adalah simtomatik dan kausa secara bersamaan, berupa penggantian
kehilangan cairan, elektrolit, & bikarbonat beserta pemberian anti-mikroba. Pada dehidrasi
berat terapi rehidrasi harus diberikan per infus. Pada kasus sedang & ringan, terapi rehidrasi
dpt diberikan secara oral.
Kriteria Derajat Dehidrasi
Pedoman penentuan derajat dehidrasi yakni :
1. Berdasarkan penilaian klinis
2. Berdasarkan Central Venous Pressure (CVP)
3. Berdasarkan berat jenis plasma
Cairann yg terbukti baik u/ rehidrasi adalah RL (Ringer Lactate), Drug of choice u/ kolera
adalah Tetrasiklin. Kloramfenikol dan furazolidin dpt diberikan sbg pilihan kedua, namun
masih efektif Tetrasiklin.
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1 Edisi ketiga hal.443-450

Anda mungkin juga menyukai