Anda di halaman 1dari 3

Tanda dan Gejala Demensia

1. Gangguan Daya Ingat


Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri awal dan
menonjol pada demensia, khususnya pada demensia yang
mengenai korteks, seperti dementia tipe Alzheimer. Pada awal
perjalanan demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan
biasanya paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi (recent
memory-hipokampus), seperti melupakan nomor telpon,
percakapan, dan peristiwa hari tersebut, tetapi kemudian
secara
bertahap
daya
ingat
recall
juga
menurun
(temporomedial dan regio diensephalik juga terlibat). Saat
perjalanan demensia berkembang, gangguan emosional
menjadi parah, dan hanya informasi yang dipelajari paling
baik (sebagai contohnya, tempat kelahiran) dipertahankan.
2. Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap
orang, tempat dan waktu, orientasi dapat terganggu secara
progresif selama perjalanan penyakit demensia. Sebagai
contohnya, pasien dengan demensia mungkin lupa bagaimana
kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi. Pasien
mungkin tidka dapat tidur nyenyak, berkeluyuran di malam
hari dan tersesat. Tetapi, tidak masalah bagaimana beratnya
disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan pada
tingkat kesadaran.
3. Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia
tipe Alzheimer dan demensia vaskular, dapat mempengaruhi
kemampuan berbahasa pasien. DSM-IV memasukkan afasia
sebagai salah satu kriteria diagnostik. Kesulitan berbahasa
mungkin ditandai oleh cara berkata yang samar-samar,
stereotipik, tidak tepat, atau berputar-putar. Pasien mungkin
juga memiliki kesulitan dalam menyebutkan nama suatu
benda.
4. Perubahan Kepribadian
Perubahan
kepribadian
pasien
demensia
merupakan
gambaran yang paling mengganggu bagi keluarga pasien
yang terkena. Pasien dengan demensia juga mungkin menjadi
introvert dan tampaknya kurang memperhatikan tentang efek
perilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia yang
mempunyai waham paranoid biasanya bersikap bermusuhan
terhadap anggota keluarga dan pengasuhnya. Pasien dengan

gangguan frontal dan temporal kemungkinan mengalami


perubahan kepribadian yang jelas dan mungkin mudah marah
dan meleda-ledak.
5. Hendaya Intelektual
Pasien menjadi kurang tajam pemikirannya dibandingkan
biasanya. Apakah pasien memiliki masalah dalam mengerjaka
sesuatu yang biasanya dikerjakannya dengan mudah?
Pengetahuan umum (menyebut lima nama presiden terakhir,
6 kota besar di Indonesia), kalkulasi (perkalian, mengurangi
100 dengan tujuh sebanyak lima kali, persamaan.
6. Psikosis
Diperkirakan 20 30 % pasien demensia, terutama pasien
dengan demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 3040% pasien memiliki waham, terutama sifat paranoid ata
persekutorik dan tidak sistematik, walaupun waham yang
kompleks, menetap, tersistematik dengan baik juga
dilaporkan pada pasien demensia. Agresi fisik dna bentuk
kekerasan lainnya adalah sering pada pasien demensia yang
juga mempunyai gejala psikotik.
7. Gangguan Lainnya
a) Gangguan Psikiatrik
Disamping psikosis dan perubahan kepribadian, depresi
dan kecemasan adalah gejala utama pada kira-kira 40-50%
pasien demensia, walapun sindroma gangguan depresif
yang sepenuhnya mungkin hanya ditemukan pada 10-20%
pasien
demensia.
Pasien
dengan
demensia
juga
menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis yaitu
emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.
b) Gangguan Neurologis
Disamping afasia pada pasien demensia, apraksia dan
agnosia adalah sering, dan keberadaannya dimasukkan
sebagai kriteria diagnostik potensial dalam DSM-IV. Tanda
neurologis lain yang dapat berhubungan dengan demensia
adalah kejang, yang terlihat pada kira- kira 10 persen
pasien dengan demensia tipe Alzheimer dan 20 persen
pasien dengan demensia vaskular, dan presentasi
neurologis yang atipikal, seperti sindroma lobus parietalis
nondominan. Refleks primitif-seperti refleks menggenggam,
moncong, mengisap, kaki-tonik, dan palmomental-mungkin
ditemukan pada pemeriksaan neurologis, danjer ks
mioklonik ditemukan pada lima sampai sepuluh persen
pasien. Pasien dengan demensia vaskular mungkin
mempunyai gejala neurologis tambahan-seperti nyeri

kepala, pusing, pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal,


dan gangguan tidur mungkin menunjukkan lokasi penyakit
serebrovaskular. Palsi serebrobulbar, disartria, dan disfagia
juga lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan
demensia lain.
c) Reaksi katastropik.
Pasien
demensia
juga
menunjukkan
penurunan
kemampuan untuk menerapkan apa yang disebut oleh Kurt
Goldstein sebagai perilaku abstrak. Pasien mempunyai
kesulitan dalam generalisasi dari suatu contoh tunggal,
dalam membentuk konsep, dan dalam mengambil
perbedaan dan persamaan di antara konsep-konsep.
Selanjutnya, kemampuan untuk memecahkan masalah,
untuk memberikan alasan secara logis, dan untuk
membuat pertimbangan yang sehat adalah terganggu.
Goldstein juga menggambarkan suatu reaksi katastropik,
yang ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran
subjektif tentang defisit intelektualnya di bawah keadaan
yang menegangkan. Pasien biasanya berusaha untuk
mengkompensasi defek tersebut dengan menggunakan
strategi untuk menghindari terlihatnya kegagalan dalam
daya intelektual, seperti mengubah subjek, membuat
lelucon, atau mengalihkan pewawancara dengan cara lain.
Tidak adanya pertimbangan atau control impuls yang buruk
sering ditemukan, khususnya pada demensia yang
terutama mempengaruhi lobus frontalis. Contoh dari
gangguan tersebut adalah bahasa yang kasar, humor yang
tidak sesuai, pengabaian penampilan dan higiene pribadi,
dan mengabaikan aturan konvensional tingkah laku sosial.
d) Sindroma Sundowner.
Sindroma ini ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia,
dan terjatuh secara tidak disengaja. Keadaan ini terjadi
pada pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan
pada pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang
bahkan terhadap dosis kecil obat psikoaktif. Sindroma juga
terjadi pada pasien demensia jika stimuli eksternal, seperti
cahaya dan isyarat yang menyatakan interpersonal, adalah
menghilang.
Pemeriksaan
neurologis
dasar
tidak
menemukan sesuatu yang abnormal. Hasil dari semua
pemeriksaan laboratorium adalah normal, termasuk B12,
folat, T4 dan serologi; tetapi pemeriksaan tomografi
komputer menunjukkan atrofi kortikal yang nyata.
Sumber:
Nasrun, MWS. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
Kaplan????

Anda mungkin juga menyukai