IKTERUS
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya
(membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang
meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Ikterus yang ringan dapat dilihat
paling awal pada sklera mata, kadar bilirubin sudah berkisar antara 2 2,5 mg/dL.
Jika ikterus sudah dapat dilihat dengan nyata maka bilirubin mungkin sebenarnya
sudah mencapai angka 7 mg%. 1,2
Patofisiologik Ikterus 2,3
Terdapat 4 mekanisme umum dimana hiperbilirubinemia dan ikterus terjadi :
1. Produksi bilirubin berlebihan
Penyakit hemolitik atau peningkatan kecepatan destruksi sel darah merah
merupakan penyebab utama dari pembentukan bilirubin yang berlebihan.
Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik. Beberapa penyebab
ikterus hemolitik yang sering adalah hemoglobin abnormal (hemoglobin S
pada anemia sel sabit), sel darah merah abnormal (sferositosis herediter),
antibodi dalam serum (Rh atau inkompabilitas transfuse atau sebagian
akibat penyakit hemolitik autoimun), pemberian beberapa obat-obatan,
dan beberapa limfoma (pembesaran limfa dan peningkatan hemolisis).
Sebagian kasus ikterus hemolitik dapat diakibatkan oleh peningkatan
destruksi sel darah merah atau prekusornya dalam sumsum tulang
(talasemia, anemia pernisosa, porfiria). Proses ini dikenal sebagai
eritropoiesis tak efektif.
2. Gangguan pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hati
Pengambilan bilirubin tak terkonyugasi yang terikat albumin oleh sel-sel
hati dilakukan dengan memisahkannya dari albumin dan mengikatkannya
pada protein penerima. Hanya beberapa obat yang telah terbukti
menunjukkan pengaruh terhadap pengambilan bilirubin oleh sel-sel hati:
asam flavaspidat (dipakai untuk mengobati cacing pita), novobiosin, dan
beberapa zat warna kolesistografik. Hiperbilirubinemia tak terkonyugasi
dan ikterus biasanya menghilang bila obat yang menjadi penyebab
eskresi
garam
empedu
dapat
berakibat
steatorrhea
dan
lipoprotein densitas rendah yang unik dan abnormal yang disebut sebagai
lipoprotein X.1
Ada 4 kategori obstruksi biliaris5 :
1. Obstruksi total akan menimbulkan ikterus seperti karsinoma kaput
pancreas
2. Obstruksi intermiten dengan atau tanpa serangan ikterus seperti pada
koledokolitiasis
3. Obstruksi kronik parsial seperti pada striktura duktus koledukus
4. Obstruksi setempat dimana hanya ada satu atau beberapa cabang
saluran empedu intrahepatal yang tersumbat
Batu empedu umumnya ditemukan dikandung empedu, tapi batu tersebut
dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu yang disebut
batu empedu sekunder. Batu empedu yang terdapat dikandung empedu disebut
kolesistolitiasis, pada saluran empedu ekstrahepatik disebut koledokolitiasis,
sedangkan bila dalam saluran intrahepatik disebut hepatolitiasis.6
Faktor Resiko 6,8
empedu
Obesitas, hipertrigliserida, faktor kuat pembentukan batu dan
timbulnya komplikasi
Komorbid : DM, hemolitik, anemia sel sabit, sirosis hepatis, nutrisi
parenteral total, paralise atau rawat di ICU dan mayor trauma
barat batu yang sering didapatkan adalah batu kolesterol, sedangkan di Jakarta
73% batu pigmen dan 27% batu kolesterol.6
Patogenesis
Ada 3 faktor penting yang berperan dalam pathogenesis batu :6
1. Hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu
2. Percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol
3. Gangguan motilitas kandung empedu dan usus
Gejala Batu Kandung Empedu
Ada 3 kategori yaitu asimptomatik (80%), simptomatik (kolik bilier) dan
dengan komplikasi (kolesistitis akut, ikterus, kolangitis dan pancreatitis). Pasien
asimptomatis setelah 20 tahun, sebanyak 50% tetap asimptomatis, 30%
mengalami kolik bilier dan 20% mendapat komplikasi. Gejala yang spesifik dan
karakteristik adalah kolik bilier yaitu nyeri episodic di perut kanan atas menjalar
ke punggung dan bahu kanan, berlangsung lebih dari 30 menit dan kurang dari 12
jam. Kolik bilier dicetuskan oleh konsumsi lemak yang banyak diikuti dengan
puasa, atau konsumsi lemak dalam jumlah biasa pada malam hari. Batu akan
memberikan keluhan bila batu bermigrasi ke leher kandung empedu atau ke
duktus koledukus. Migrasi ke duktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang
dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Batu yang bermigrasi ke duktus
koledukus dapat lewat ke duodenum atau tetap tinggal di duktus yang dapat
menimbulkan ikterus obstruktif. 4,7
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi
hepar, serta bilirubin/urobilin urin. Pada kasus dengan batu pada saluran empedu
akan terjadi peningkatan kadar aminotransferase, alkali fosfatase dan bilirubin.9
Pada umumnya USG merupakan pencitraan pilihan pertama untuk
mendiagnosis batu kandung empedu dengan sensitifitas tinggi melebihi 95%,
sedangkan untuk deteksi batu saluran empedu sensitifitas tidak lebih dari 50%. 8
Pemeriksaan CT Scan untuk traktus biliaris banyak dilakukan untuk
melengkapi data suatu pemeriksaan sonografi yang telah dilakukan sebelumnya.
Secara khusus CT Scan dilakukan untuk menegaskan tingkat atau penyebab
5
adanya obstruksi/kelainan pada saluran empedu. Dalam hal ini CT Scan dapat
membedakan antara ikterus obstriktif, apakah intra atau ekstra hepatik dengan
memperhatikan adanya dilatasi dari duktus biliaris.8
Endoskopik Ultrasonografi adalah metoda pemeriksaan dengan memakai
instrument gastroskopi dengan echoprobe yang ditaruh dekat organ yang
diperiksa. Dalam studi sensitifitas EUS dalam mendeteksi batu saluran empedu
adalah 97%. Juga antara EUS dan ERCP tidak menunjukkan perbedaan nilai
sensitifitas dan spesifitas.8
Magnetic Resonance Cholangio Pancreatografy (MRCP) merupakan
pilihan terbaik apabila terdapat kecurigaan adanya batu di saluran empedu, dengan
sensitivitas dan spesifitas lebih dari 90%. Kelemahannya biaya pemeriksaan
mahal.8
Penatalaksanaan
Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan non
bedah dan bedah. Ada juga yang membagi berdasarkan ada tidaknya gejala yang
menyertai kolelitiasis, yaitu penatalaksanaan pada kolelitiasis simptomatik dan
kolelitiasis yang asimptomatik.8
Penatalaksanaan Non Bedah
Pada orang dewasa alternatif terapi non bedah meliputi penghancuran batu
dengan obat-obatan seperti chenodeoxycholic atau ursodeoxycholic acid,
extracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL) dengan pemberian kontinyu obat obatan, penanaman obat secara langsung di kandung empedu.
Terapi
ILUSTRASI KASUS
Telah dirawat seorang pasien perempuan, berumur 37 tahun di bangsal
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 25 Januari 2014
dengan:
Keluhan Utama:
Mata kuning semakin meningkat sejak 1 minggu yang lalu.
Mata kuning semakin meningkat sejak 1 minggu yang lalu, mata kuning
sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, mata kuning juga disertai dengan
badan yang menguning, semakin lama dirasakan semakin kuning.
Awalnya pasien merasa nyeri di ulu hati sejak 1 tahun yang lalu, hilang
timbul kadang nyeri hebat timbul tiba-tiba, nyeri menjalar ke punggung.
Pasien
mengganggap
dirinya
menderita
sakit
maag
sehingga
Buang air kecil seperti teh pekat dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
Mual dan muntah sejak 1 bulan yang lalu, berisi apa yang dimakan,
frekuensi 3x/hari, sekarang muntah tidak ada, riwayat muntah hitam
tidak ada.
Riwayat buang air besar berwarna pucat ada 20 hari yang lalu, berminyak,
sekarang BAB sudah berwarna kuning, riwayat BAB hitam tidak ada.
Gatal-gatal dirasakan diseluruh badan sejak 2 hari yang lalu, gatal tidak
dipengaruhi oleh keringat, cuaca dan makanan.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit kuning atau batu
empedu
Tidak ada keluarga yang menderita sakit tumor atau kanker
tidak ada
Riwayat transfusi darah tidak ada
Riwayat pemakaian jarum suntik atau narkoba suntik tidak ada
Pasien tidak suka makan jeroan
Riwayat Pengobatan:
Sebelumnya pasien rawat jalan di RSUD Lubuk Basung, pada awalnya
pasien diduga hepatitis kemudian pasien di USG dan dikatakan menderita
batu empedu kemudian dirujuk ke Padang
Pemeriksaan Umum
Kead. umum : Sedang
Kesadaran
: CMC
Tek darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 88 x / menit, reguler,
Suhu
: 36,6 C
Sianosis
: (-)
pengisian cukup
Pernafasan
: 20 x / menit
Ikterus
: (+)
Anemis
: (-)
BB
: 60 kg
Edema
: (-)
BMI
: 21,5 ( normoweight )
Kulit
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
: JVP 5- 2 cm H2O
Tiroid dan KGB tak membesar
Dada
Paru Depan :
Insp
Palp
Perk
Palp
Perk
Palp
Perk : Atas: RIC II, kanan : LSD, kiri : 1 jari medial LMCS RIC
V, pinggang jantung (+)
Ausk : Irama teratur, M1 > M2, P2 < A2, bising(-), gallop (-)
Abdomen :
Insp
Palp
Perk
10
Alat kelamin
Anus
: Tak diperiksa
Anggota gerak
Laboratorium :
Darah:
Hb
: 11 g%
Hematokrit
: 33%
Leukosit
: 9.000/mm3
Trombosit
: 244.000/mm3
Hitung jenis
: 0 /4 /0 /74 /22 /0
LED
: 90 mm/jam
: normokrom, anisositosis
Leukosit
Trombosit
: jumlah cukup
Urinalisis :
Protein
: (-)
Epitel
: gepeng +
Reduksi
: (-)
Silinder
: (-)
Leukosit
: 2 - 3/LPB
Bilirubin
: (+)
Eritrosit
: 0 - 1/LPB
Urobilinogen : (+)
Kristal
: (-)
Feses :
Warna
: coklat
Eritrosit
: 0 - 1/LPB
Konsistensi
: keras
Leukosit
: 1 2/LPB
Darah
: (-)
Amuba
: (-)
Lendir
: (-)
Cacing
: (-)
Daftar Masalah :
11
Diagnosis Banding :
Kholangiokarsinoma
Terapi :
Istirahat / Diet Hepar III 1700 kkal (karbohidrat 125 gr, protein 45 gr,
lemak 25 gr)
Curcuma 3 x 1 tab
Sistenol 3 x 500 mg
Pemeriksaan Anjuran :
Faal Hepar (Bil I/II, SGOT, SGPT, Albumin, globulin, alkali fosfatase,
gammaGT)
Profil lipid
Gula darah sewaktu
Elektrolit
CA 19-9
USG abdomen
MRCP
Follow up
27 Januari 2014
S/ mata kuning (+), BAK seperti teh pekat (+), nyeri perut kanan atas (+) hilang
timbul, BAB dempul (-), mual (+), muntah (-)
O/ KU: Sedang
Kesadaran
: CMC
Nafas : 20 x/mnt Nadi : 86 x/mnt
12
TD
: 110/70mmHg
Suhu : 36,60 C
: 32,19 mg/dl
Kolesterol total
: 488 mg/dl
Bilirubin direk
: 24,08 mg/dl
LDL
: 407,4 mg/dl
Bilirubin indirek
: 8,11 mg/dl
HDL
: 13 mg/dl
SGOT
: 173 u/l
Trigliserida
: 338 mg/dl
SGPT
: 234 u/l
CA 19-9
: 119,81 U/ml
Alkali Fosfatase
: 589 u/L
GDS
: 83 mg/dl
Gamma GT
: 428 u/L
Natrium
: 139 mmol/L
Albumin
: 3,6 g/dl
Kalium
: 2,7 mmol/L
Globulin
: 2,9 g/dl
Clorida
: 102 mmol/L
EKG :
-
HR
: 88 x/menit
- QRS komplek
: 0,08 detik
Irama : Sinus
- ST segmen
: isoelektrik
Aksis : Normal
- S V1 + RV5
: < 35 mm
- R/S di V1
:<1
PR interval
- T inverted
: (-)
: 0,16 detik
13
Hati
29 September 2013
S/ mata kuning (+), BAK seperti teh pekat (+), nyeri perut kanan atas (+) hilang
timbul, BAB dempul (-), mual (+), muntah (-)
O/ KU: Sedang
Kesadaran
: CMC
: 88 x/mnt
TD
: 110/70mmHg
Suhu : 37,00 C
14
TD
: 110/70mmHg
Suhu : 36,50 C
PT
APTT
Ureum
Kreatinin
: 27,4 detik
: 52,6 detik
: 9 mg/dl
: 0,6 mg/dl
1 Februari 2014
S/ mata kuning (+), BAK seperti teh pekat (+), nyeri perut kanan (-), BAB dempul
(-), mual (+), muntah (-)
O/ KU: Sedang
Kesadaran
: CMC
Nafas : 20 x/mnt Nadi : 88 x/mnt
Mata : sclera :ikterik +/+
TD
: 110/70mmHg
Suhu : 36,70 C
PT
APTT
: 11,4 detik
: 33,9 detik
15
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan berumur 37 tahun di bangsal
penyakit dalam dengan diagnosis akhir :
Kolestasis ekstrahepatal ec koledokolitiasis et kolelitiasis
Dislipidemia
Hipokoagulasi ec gangguan absorbsi vitamin K
Diagnosis kolestasis ekstrahepatal ec koledokolithiasis ditegakkan
16
gejala
asimptomatik.13
Gatal-gatal
dibadan
disebabkan
17
18
ini termasuk
pada
kategori
koledokolitiasis
simptomatik.
19